TUGAS KELOMPOK REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) Pendekatan RME vs Mekanistik, Strukturalistik dan Empiristik Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd, M.Sc Oleh : Emi Suryani Putri (18205008) Febrina Sya’bani (18205010) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan pembelajaran matematika realistic merupakan suatu pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Nederlands dengan nama Realistic Matematics Education (RME). Kata “realistic ” diambil dari klasifikasi yang dikemukakan oleh Treffers (Makmud, 2009:6) yang mengelompokkan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika berdasarkan komponen proses matematisasinya Berdasarkan matematisasi horizontal dan vertikal, pendekatan dalam pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu pendekatan mekanistik, Depdiknas, 2005:95). empiristik, strukturalistik, Pendekatan mekanistik dan realistik (dalam merupakan pendekatan tradisional dan didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang lebih kompleks). Dalam pendekatan ini manusia dianggap sebagai mesin. Jenis matematisasi ini tidak digunakan. Pendekatan empiristik adalah suatu pendekatan dimana konsep-konsep matematika tidak diajarkan, dan diharapkan siswa dapat menemukan melalui matematisasi horizontal. Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang menggunakan sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang perlu didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal. Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horizontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pendekatan real mathematics education? 2. Bagaimana pendekatan mekanistik ? 3. Bagaimana pendekatan strukturalistik? 4. Bagaimana pendekatan empiris? 5. Bagaimana perbandingan pendekatan RME dengan mekanistik, strukturalistik, dan empiris? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pendekatan real mathematics education. 2. Untuk mengetahui pendekatan mekanistik. 3. Untuk mengetahui pendekatan strukturalistik. 4. Untuk mengetahui pendekatan empiris. 6. Untuk mengetahui perbandingan pendekatan RME dengan mekanistik, strukturalistik, dan empiris. BAB II PEMBAHASAN 1. PENDEKATAN RME Realistic Mathematics Education (RME) adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang berusaha memanfaatkan realitas (segala sesuatu yang dapat diamati dan dipahami dari lingkungan siswa untuk memperlancar proses pembelajaran di sekolah. RME merupakan pengembangan gagasan pemikiran dari Freudenthal di Negeri Belanda sekitar tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Freudenthal mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini bermakna bahwa matematika harus dekat dengan siswa dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. a. Karakteristik dan prinsip RME RME mempunyai 5 karakteristik, antara lain : 1) Menggunakan konteks dunia nyata Pembelajaran matematika didasarkan pada permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa, sehingga pembelajaran matematika etrasa semakin nyata manfaatnya bagi kehidupan siswa. 2) Menggunakan model-model (matematisasi) Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa sendiri dalam menyelesaikan masalah. Hal ini merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal. 3) Menggunakan produksi dan konstruksi Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah konstektual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika formal. 4) Menggunakan interaktif Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai strategi formal. 5) Menggunakan keterkaitan Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar, atau geometri, tetapi juga bidang lain. Menurut Gravemijer prinsip utama dalam RME adalah sebagai berikut: 1) Guided Reinvention Dan Progressive Mathematization Melalui topiktopik yang disajikan siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami sendiri yang sama sebagaimana konsep matematika ditemukan. 2) Didactial Phenomenology Topik-topik matematika disajikan atas dua pertimbangan yaitu aplikasinya serta konstribusinya untuk pengembangan konsep konsep matematika selanjutnya. 3) Self Developed Models Peran Self developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi konkrit atau dari matematika informal ke bentuk formal, artinya siswa membuat dan menemukan sendiri langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah. b. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Menurut Mustaqimah dalam Ondi Saondi, keunggulan Realistic Mathematics Education adalah sebagai berikut : 1) Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya, maka siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya. 2) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika. 3) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya. 4) Memupuk kerjasama dalam kelompok. 5) Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya. 6) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat 7) Pendidikan berbudi pekerti, misalnya: saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang berbicara. Dan kelemahan dari Realistic Mathematics Education adalah: 1) Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu, maka siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya. 2) Membutuhkan waktu yang lama, terutama bagi siswa yang lemah. 3) Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar menanti temannya yang belum selesai. 4) Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu. 5) Belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi/memberi nilai. 2. PENDEKATAN MEKANISTIK a. Pengertian Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisional dan didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang lebih kompleks). Dalam pendekatan ini manusia dianggap sebagai mesin. Jenis matematisasi ini sudah tidak digunakan lagi pada saat sekarang ini. Pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan mekanistik adalah : 1) Bentuk lunak dari pendekatan ini adalah didasarkan pada teori belajar Gagne, tapi bentuk lebih kerasnya cenderung pada prinsip behavioristik. Dimana pembelajarannya menurut teori Behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Dan menurut teori belajar Gagne kapabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki manusia karena ia belajar. Kapabilitas dapat diibaratkan sebagai tingkah laku akhir dan ditempatkan pada puncak membentuk suatu piramida. Misalanya seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya apabila tidak terlebih dahulu mengerjakan tugas a dan b. 2) Dalam praktik instruksional pendekatan mekanistik menggunakan “menentukan instruksi secara individu”, yang dilatih pada perhitungan formal tersendiri. Hal ini sepadan dengan pernyataan Freudental (2002 : 134), yaitu pada pendekatan mekanistik lebih cenderung pada pembelajaran secara mandiri (didactically) dimana sikap didaktik tidak disesuaikan/dicocokan dengan rekan kerja matematisnya. Yang artinya pada siswa yang memiliki kemampuan rendah perlunya diajarkan secara lebih dan khusus. 3) Materi pelajaran diberikan/diajarkan secara atomized (sedikit demi sedikit) pada siswa-siswa yang menguasai tujuan instruksional pada tingkat rendah sesuai dengan tenaga/kemampuan yang mereka miliki. Metode ini biasanya disebut dengan “mastery learning”. 3. PENDEKATAN STRUKTURALISTIK Pendekatan strukturalis yaitu suatu model pengajaran yang memungkinkan terjadinya kegiatan interaktif antara peserta didik dan topik yang dipelajari. Pada umumnya, model pengetahuan untuk melakukan kegiatan interaktif tersebut berupa pengetahuan yang sudah jadi dan diberikan oleh pengajar. Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang menggunakan sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang perlu didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal. sistem pembelajaran yang menekankan pada kemampuan memahami tata atau struktur kebahasaan daripada kompetensi penggunakaannya. Kelebihan pendekatan struktural, yaitu siswa mengetahui tata dan struktur kebahasaan. Sedangkan kekurangan pendekatan struktural, yaitu siswa kurang memahami penggunaan struktur kebahasaan itu dalam kehidupan sehari-hari (tidak mengetahui pengimplementasiannya dalam kehidupan). Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan struktural a. Tahap persiapan: guru harus menguasai materi yang akan diajarkannya, terutama mengenai pengetahuannya daripada penggunaannya dalam kehidupan b. Tahap pelaksanaan: guru menyajikan materi sesuai dengan struktur atau kaidah pengetahuannya c. Tahap evaluasi: guru mengevaluasi hasil kerja siswa hanya berdasarkan taraf pengetahuannya atau berdasarkan strukturnya saja. Pendekatan strukturalistik atau pendekatan Matematika Modern yang didasarkan pada teori himpunan dan diagram alir (prosedur baku) lebih menekankan pada jenis-jenis matematisasi vertikal tanpa melakukan penciptaan dunia sehingga tidak terjadi pemahaman terhadap dunia tempat hidup dalam benak siswa. Dalam pendekatan ini tidak dipersoalkan bermanfaat atau tidak bermanfaatnya matematika bagi kehidupan umat manusia.[1] 4. PENDEKATAN EMPIRISTIK Pendekatan empiristik yaitu suatu model pengajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan latihan-latihan soal dalam rangka memahami topik yang dipelajari. Pada umumnya, latihan-latihan soal yang diberikan sudah dalam bentuk jadi tujuan pengajaran yang telah dirancang oleh pengajar. Pendekatan empiristik menganggap dunia sebagai suatu realitas sehingga siswa menggunakan pengetahuannya untuk memahami dunia tempat hidupnya. Di dalam pendekatan ini siswa dihadapkan kepada situasi yang menuntut mereka menggunakan matematisasi horizontal. Namun demikian, pemahaman siswa tidak diarahkan dan dikembangkan pada situasi yang lebih luas (generalisasi) sehingga tidak diperoleh suatu model atau formula standar atas dunia yang dipahaminya.[1] 5. PENDEKATAN RME VS MEKANISTIK, STRUKTARALISTIK, EMPIRISTIK Pendidikan di Indonesia sekarang ini sebenarnya juga mengambil teori dari aliran empirisme, yaitu teori pengalaman. Dimana pada kurikulum saat ini, ditekankan pada praktek atau pengalaman anak dalam memahami sesuatu. Namun memang tidak sepenuhnya teori di ikut sertakan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Jika pada teori empirisme, pendidikan dianggap tidak terlalu penting namun di Indonesia ini pendidikan dala lembaga juga perlu untuk lebih mengontrol peserta didik dalam mengambil pengalaman yang baik. Dalam pendekatan RME penggunanaan masalah nyata sangat signifikan, berbeda dengan pembelajaran tradisional, yang menggunakan pendekatan mekanistik, yang memuat masalah-masalah matematika secara formal. Sedangkan jika menggunakan masalah nyata, dalam pendekatan meknistik, sering digunakan sebagai penyimpulan proses belajar. Fungsi masalah nyata hanya sebagai materi aplikasi pemecahan masalah nyata dan menerapkan apa yang telah dipelajari sebelumnya dalam situasi yang terbatas. Dalam RME, masalah nyata berfungsi sebagai sumber dari proses belajar masalah nyata dan situasi nyata, keduanya digunakan untuk menunjukkan dan menerapakan konsep-konsep matematika. Ketika siswa mengerjakan masalah-masalah nyata mereka dapat mengembangkan ide-ide atau konsep-konsep matematika dan pemahamannya. Pertama, mereka mengembangkan strategi yang mengarah dengan konteks. Kemudian aspekaspek darisituasi nyata tersebut dapat menjadi lenih umum, artinya model atau strategi tersebut dapay digunakan untuk memecahkan masalah lain. Bahkan model tersebut memberikan akses siswa menuju pengetahuan matematika yang formal. Untuk menjembatani antara tingkat informal dan formal tersebut, model/strategi harus dirtingkatkan dari “model of” menjadi “model for”. Perbedaan lain dari RME dan pendekatan tradisional adalah pendekatan tradisional memfokuskan pada bagian kecil materi, dan siswa diberikan prosedur yang tetap untuk menyelesaikan latihan dan sering indibidual. Pada RME, pembelajaran lebih luar(kompleks) dan konsep-konsepnya bermakna. Siswa diperlakukan sebagai partisispan yang aktif dalam pembelajaran, sehingga dapat mengembangkan ide-ide matematika. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) memberikan prestasi belajar matematika siswa lebih baik dibandingkan pendekatan pembelajaran open ended dan pendekatan pembelajaran mekanistis, serta pendekatan pembelajaran open ended memberikan prestasi belajar matematika siswa lebih baik dibandingkan pendekatan pembelajaran mekanistis. (2) Prestasi belajar matematika siswa dengan gaya kognitif field independent lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa dengan gaya kognitif field dependent. (3) Pada masing-masing gaya kognitif, pendekatan PMR memberikan prestasi belajar matematika siswa lebih baik dibanding pendekatan open ended dan pendekatan mekanistis, serta pendekatan pembelajaran open ended memberikan prestasi belajar matematika siswa lebih baik dibanding pendekatan mekanistis. (4) Pada masing-masing pendekatan pembelajaran, prestasi belajar matematika siswa dengan gaya kognitif field independent lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa dengan gaya kognitif field dependent.[2] BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA [1] A. Prabowo and P. Sidi, “Potensi PMRI sebagai inovasi dalam pembelajaran matematika,” Pdf-Archive.Com, 2011. [2] A. P. Putra, “Aji Permana Putra, Eksperimen Pendekatan Pembelajaran...,” vol. I, pp. 1–10, 2014. [3] Ondi Saondi., Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik, EQUILIBRIUM Vol. 4 No. 7, Januari-Juni 2008 ,h. 46. [4] http://mathematich1992.blogspot.com/2015/10/pendekatan-mekanistikdalam.html (akses tanggal 30 agustus 2019) [5] https://www.rijal09.com/2017/01/3-pendekatan-yang-biasa-digunakan-dalampembelajaran-matematika.html (akses tanggal 30 agustus 2019) [6] http://sincos10x.blogspot.com/2015/01/pendidikan-dalam-empirisme.html (akses tanggal 30 agustus 2019)