HEGEMONI BAHASA “ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA PARA PERWAKILAN ANGGOTA ‘NONPENUTUR ASLI’ BAHASA RESMI PBB PADA SESI PIDATO PEMBUKAAN KONFERENSI KE-75 MAJELIS UMUM PBB” Oleh: Philipus Mikhael Priyo Nugroho (072011233043) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2020/2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia yang diciptakan tidak sempurna dan cenderung timpang ini, hegemoni adalah suatu keniscayaan bagi dunia yang kita tinggali tersebut. Faktor utama hal itu pasti akan terjadi adalah karena aktor politik–dalam kasus ini, negara–kuat akan selalu bertendensi untuk mendominasi negara-negara lain yang masih tergolong berkembang ataupun “inferior” dibandingkan mereka yang kuat. Sebagai fokus utama dari makalah ini, kata hegemoni sendiri memiliki beberapa arti yang menurut penulis, perlu diiterasikan lebih lanjut. Arti pertama dapat digali melalui konstruksi etimologis kata tersebut. Berasal dari kata di dalam bahasa Yunani, hegemonia, yang dapat diartikan sebagai ‘memimpin’, hegemonia sering dirujuk oleh para penduduk Yunani Kuno untuk mendeskripsikan kondisi kepemimpinan di era mereka. Adapun secara sosio-politis, Gramsci (1926 disitasi oleh Ramos Jr. 1982) menerangkan bahwa praktik hegemoni didorong oleh kalkulasi kelaskelas penghegemoni perihal cara-cara pasif dalam pemanfaatan kepentingan kelas lain selain mereka, serta kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh para penghegemoni tersebut dalam melancarkan rencana tersebut. Dengan segala definisi dan faktor yang tertera untuk menjelaskan tentang konsep hegemoni, seseorang kemungkinan besar akan berhipotesis bahwa praktik konsep tersebut hanya akan terlaksana di bidang indoktrinasi ideologi atau pengamanan kepentingan ekonomi saja. Akan tetapi, karena kepasifan merupakan sifat utama suatu bentuk hegemoni dilancarkan, hegemoni di bidang kebahasaan pun termasuk ke dalam cabang konsep itu. Malahan penampakan praktik tersebut yang paling prevalen, bagi penulis, tidak lain adalah pada ranah organisasi internasional terkuat dunia– Perserikatan BangsaBangsa (PBB). Dalam makalah ini, penulis bertujuan mengenalkan kepada para pembaca sekalian tentang salah satu organ terpenting PBB yakni Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly), yang mana keseluruhan perwakilan anggota organisasi tersebut dapat berpartisipasi. Melalui keterlibatan penuh seluruh anggota PBB tersebut, penulis lebih lanjut ingin membahas tentang dua topik utama yang berkaitan dengan penggunaan bahasa di forum internasional. Topik pertama melingkar pada seberapa besar andil adanya bahasa resmi di lingkungan PBB pada pemilihan bahasa perwakilan negara “nonpenutur asli” penyampai pidato pembukaan di sesi Debat Umum Konferensi Ke-75 tahun 2020 Majelis Umum PBB. Sementara topik kedua yang hendak saya ajukan meliputi dampak tendensi wadah daring penyampaian pidato di PBB, bagi hal yang sama dan telah tersebutkan di kalimat sebelumnya. 1.2. Rumusan Masalah A. Apakah definisi dari hegemoni bahasa? B. Apa saja contoh praktik hegemoni bahasa? C. Apa saja bahasa-bahasa yang ditetapkan resmi digunakan oleh PBB sebagai bahasa kerja mereka (bahasa resmi)? D. Apa definisi dari anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa? E. Siapa saja anggota PBB yang bukan merupakan penutur asli salah satu atau lebih, bahasa-bahasa resmi di PBB (nama-nama negara yang tertulis di dalam daftar ini akan penulis rujuk sebagai “subjek penelitian” mulai dari sekarang)? F. Bagaimanakah andil adanya bahasa resmi di lingkungan kerja PBB pada bahasa yang digunakan para perwakilan negara subjek penelitian di kala menyampaikan pidato pembukaan sesi Debat Umum Konferensi Ke-75 Majelis Umum PBB? G. Apakah dengan menggunakan video yang telah terekam-menimbang keadaan pandemi di tahun 2020-dalam menyampaikan pidato mereka, para perwakilan negara subjek penelitian “patuh” terhadap aturan penggunaan bahasa resmi PBB? 1.3. Tujuan A. Menjelaskan definisi dari konsep “hegemoni bahasa”; B. Mengonfirmasi apakah penetapan bahasa resmi di ranah PBB tergolong sebagai suatu praktik hegemoni bahasa; C. Menentukan siapa saja anggota PBB yang merupakan negara nonpenutur asli dari salah satu atau lebih enam bahasa resmi PBB; D. Menjelaskan andil adanya aturan bahasa resmi di PBB terhadap pemilihan bahasa dalam pidato perwakilan negara nonpenutur asli; serta E. Mengetahui tingkat kepatuhan negara-negara nonpenutur asli .dalam menggunakan bahasa resmi PBB di dalam pidato pembukaan daring mereka. 1.4. Manfaat Menurut penulis, manfaat yang sekiranya hendak ditawarkan olehnya meliputi pemahaman lebih kepada para pembaca mengenai konsep hegemoni bahasa secara umum, sekaligus praktik dan sejarahnya di ranah Perserikatan Bangsa-Bangsa. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Hegemoni Bahasa Menurut Mustapha (2014). Hegemoni bahasa diartikan terjadi ketika suatu komunitas dominan masyarakat tertentu menelurkan suatu kesepahaman bersama, baik secara eksplisit maupun implisit, yang menyatakan bahwa bahasa khusus dari komunitas tersebut telah dijadikan sebagai tolok ukur dalam kemampuan berkomunikasi. Mengacu pada spektrum yang lebih radikal, Wiley (2000:113) menyampaikan pula gagasannya tentang hegemoni bahasa. Katanya, hegemoni dalam bentuk penggunaan bahasa tertentu juga mampu terjadi ketika suatu pihak–umumnya mereka yang dominan–meyakinkan pengguna bahasa minoritas bahwa bahasa yang mereka gunakan tidak mumpuni dalam mengakomodasi kebutuhan zaman yang telah berubah. 2.2. Contoh Praktik Hegemoni Bahasa Beberapa contoh dari praktik hegemoni bahasa, meliputi: Pembelajaran bahasa internasional–utamanya bahasa Inggris–yang telah diterima secara sosial dan politis sebagai “penting” oleh mayoritas negara di dunia (Suarez, 2002:514; Phillipson, 1992:287); Devaluasi identitas dan bahasa minoritas di lingkungan pendidikan tinggi untuk digantikan oleh bahasa nasional atau bahasa internasional (Henao, 2017); serta, namun tidak terbatas pada Penetapan satu atau lebih bahasa tertentu sebagai bahasa resmi dari suatu perusahaan, negara, maupun organisasi internasional, yang berakibat pada marjinalisasi (penyingkiran) bahasa-bahasa minoritas (Reagan dalam Canestrari dkk., 2018:95). 2.3. Bahasa-Bahasa Resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Berdasarkan semangat pluralitas yang digaungkan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan BangsaBangsa, Yang Mulia Tuan Antonio Gutteres, PBB hingga sekarang masih mempertahankan penggunaan bahasa1: (1) Inggris; (2) Prancis; (3) Spanyol; (4) Rusia; (5) Mandarin; serta (6) Arab, sebagai bahasa kerja organisasi tersebut. Selain karena keputusan sidang-sidang terdahulu dari Majelis Umum PBB untuk menetapkan keputusan sedemikiran rupa, Tuan Gutteres juga menyampaikan bahwasanya keenam bahasa tersebut diresmikan oleh PBB (selanjutnya akan disebut sebagai “bahasa United Nations (UN), “Official Languages,” https://www.un.org/en/sections/about-un/officiallanguages/index.html#:~:text=There%20are%20six%20official%20languages,%2C%20French%2C%20Russian%20and%2 0Spanish., akses 31 Desember 2020. 1 resmi”) dengan alasan untuk mempermudah pekerjaan organisasi tersebut, serta untuk mengakomodasi seluas-luasnya kebutuhan dari berbagai macam delegasi yang ada di dalamnya2. 2.4. Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Mengacu kepada artikel “About UN Membership” di laman resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa, keanggotaan PBB dibuka untuk semua negara berdaulat “pencinta damai dan yang mampu memenuhi keseluruhan tanggung jawab seperti tertera di dalam Piagam PBB”. Akan tetapi, proses legal untuk menjadikan suatu negara menjadi anggota di dalam organisasi tersebut cukup rumit dan melibatkan dua organ terpenting dari PBB yakni Dewan Keamanan PBB serta Majelis Umum PBB. Hingga sekarang, terdapat 193 negara berdaulat yang memiliki status sebagai anggota di Perserikatan BangsaBangsa, dengan anggota terakhir yang bergabung pada tahun 2011 yaitu Sudan Selatan. 2.5. Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa Nonpenutur Asli Bahasa Resmi PBB Pertama-tama, yang dimaksudkan oleh penulis dari frasa “Nonpenutur Asli” di sini adalah negaranegara yang tidak mengadopsi salah satu atau lebih bahasa-bahasa resmi PBB sebagai bahasa resmi mereka sendiri secara de jure maupun de facto. Berdasarkan keterangan ini, penulis berhasil menyortir negara-negara anggota PBB dan berhasil menyisakan 77 negara di dunia yang tidak mengonstitusionalkan salah dari bahasa resmi. Selain karena tidak tertulis di dalam hukumnya, beberapa negara di dalam daftar tersebut bahkan tidak memiliki bahasa resmi di ranah domestiknya juga. Setelah penulis telusuri lebih lanjut, kebanyakan negara yang masuk ke dalam daftar tersebut mayoritas populasinya fasih berbicara salah satu dari keenam bahasa resmi di PBB. Bagi penulis, hal ini tentu berbanding terbalik hampir 180 derajat dengan hukum bahasa resmi negara tersebut, mengingat para perwakilan negara juga berasal dari lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, penulis menetapkan pula kriteria tambahan bagi negara-negara untuk dimasukkan ke dalam daftar subjek penelitian milik penulis yaitu, mayoritas populasinya tidak fasih menggunakan salah satu dari bahasa resmi PBB. Alhasil, setelah menyarikan dan menyortir lebih lanjut melalui kriteria tambahan tersebut, penulis mengeluarkan 21 negara. Di antara ke-21 negara yang dihilangkan dari daftar tersebut, penulis mampu kelompokkan alasan mayoritas populasi negara-negara tersebut fasih dalam berbahasa resmi ke dalam tiga kategori utama. Kategori pertama meliputi negara-negara yang secara historis berkembang dengan bahasa tersebut, atau penghuni pertamanya berasal dari negara yang fasih berbicara bahasa resmi, tapi di dalam undang-undang dasarnya tidak ada rujukan penggunaan bahasa resmi negara tersebut yang Antonio Gutteres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, “Multilingualism is a Core Value of the United Nations,” Wawancara (video daring), 21 April 2017. diambil dari https://www.youtube.com/watch?v=fzOF0bbiEog&feature=emb_logo, akses 31 Desember 2020. 2 berkaitan. Negara yang termasuk ke dalam kategori ini meliputi Amerika Serikat (negara dengan delapan puluh persen lebih populasinya fasih berbahasa Inggris tapi tidak memiliki satu pun bahasa resmi), Meksiko (lebih dari sembilan puluh persen populasinya fasih berbahasa Spanyol tapi konstitusinya tidak mengakui bahasa tersebut sebagai bahasa resmi), serta contoh serupa seperti Britania Raya, Selandia Baru, dan juga Australia. Kategori kedua jatuh kepada negara-negara dengan mayoritas populasinya mampu berbahasa resmi oleh karena gencarnya edukasi negara tersebut terhadap masyarakatnya. Negara-negara Nordik (Norwegia, Swedia, Denmark, Finlandia, Islandia) notabene masuk ke dalam kategori ini, oleh karena tingkatan edukasi yang dimiliki populasinya dalam hal kemampuan berbahasa-utamanya bahasa Inggris. Selain mereka, Yunani (Inggris), Iran (Arab), dan beberapa lainnya juga mengamankan posisi mereka ke dalam kategori ini oleh karena ambisi mereka dalam mengajarkan bahasa resmi ke populasinya. Kategori terakhir jatuh kepada negara-negara yang mayoritas populasinya fasih berbahasa resmi tapi bukan karena edukasi maupun faktor historis, melainkan karena keanggotaan mereka di dalam suatu organisasi “hegemoni” kebahasaan tertentu. Contoh negara yang bisa penulis temukan meliputi: (1) Tuvalu, bagian dari Persemakmuran Britania Raya; (2) Georgia, bagian dari Persemakmuran Negara-Negara Merdeka-wadah kerja sama negara-negara yang dulunya bagian dari Uni Soviet; serta (3) Bolivia, bagian dari Komunitas Hispanik Internasional (wadah kerja sama negaranegara mantan bagian Imperium Spanyol). Berikut adalah daftar negara yang masuk ke dalam subjek penelitian milik penulis. Di Benua Asia, negara-negara yang tergabung meliputi: Republik Islam Afghanistan; Republik Rakyat Bangladesh; Kerajaan Bhutan; Kerajaan Kamboja; Republik Demokratik Timor-Leste; Republik Indonesia; Jepang; Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara); Republik Korea (Korea Selatan); Republik Rakyat Demokratik Laos; Republik Maladewa; Mongolia; Republik Uni Myanmar; Republik Federal Demokratik Nepal; Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka; Kerajaan Thailand; Republik Turki; Turkmenistan; Republik Uzbekistan; dan Republik Sosialis Viet Nam. Beralih ke Benua Eropa, negara-negara yang terdaftar termasuk: Republik Albania; Kepangeranan Andorra; Republik Austria; Kerajaan Belanda; Bosnia & Herzegovina; Republik Ceko; Republik Estonia; Republik Finlandia; Georgia; Republik Federal Jerman; Republik Hellenik (Yunani); Hungaria; Republik Italia; Republik Latvia; Kepangeranan Liechtenstein; Republik Lithuania; Republik Moldova; Montenegro; Makedonia Utara (The former Yugoslav Republic of Macedonia); Kerajaan Norwegia; Republik Polandia; Republik Portugal; Romania; Republik San Marino; Republik Serbia; Republik Slovakia; Republik Slovenia; Kerajaan Swedia; dan Ukraina. Adapun subjek penelitian yang terdapat di Benua Afrika, Oseania, dan Benua Amerika secara berturut-turut termasuk: Republik Cabo Verde; Republik Guinea-Bissau; Republik Mozambique; dan Negara Federal Mikronesia; serta Republik Federal Brazil; Republik Demokratik Sao Tome dan Principe; Republik Suriname. 2.6. Metode Penelitian Cara-cara yang hendak digunakan oleh penulis dalam menganalisis topik makalah ini, merupakan gabungan antara metode kuantitatif dan sedikit argumen deskriptif pada bagan pembahasan hasil. Secara kuantitatif, penulis akan menelusuri satu per satu rekaman pidato pembukaan subjek penelitian di perhelatan Konferensi Ke-75 Majelis Umum PBB. Sehabis itu, penulis akan mencatat negara yang terwakilkan, nama perwakilan, jabatan perwakilan, serta bahasa yang digunakan ketika menyampaikan pidato pembukaan. Selanjutnya, penulis akan menyajikan data-data hasil yang penulis rangkum ke dalam format tabel dan diagram lingkaran. Terakhir, penulis akan menanggapi hasil penelitian yang penulis dapatkan dalam bingkai dua topik utama di bagian “Latar Belakang”. 2.7. Hasil Penelitian Tabel 1 “Data Hasil Penelitian dengan Subjek Negara-Negara Asia Bagian Pertama” No. Negara Perwakilan Nama Perwakilan Jabatan Perwakilan Bahasa Digunakan 1 Afghanistan Y. M. Tuan M. A. Ghani Ahmadzai Presiden Inggris 2 Bangladesh Y. M. Nyonya Sheikh Hasina Perdana Menteri Bengali 3 Bhutan Y. M. Tuan Lotay Tshering Perdana Menteri Inggris 4 Kamboja Y. M. Tuan Hun Sen Perdana Menteri Khmer 5 Timor-Leste Y. M. Tuan Francisco G. Lú-Olo Presiden Portugis 6 Indonesia Y. M. Tuan Joko Widodo Presiden Indonesia 7 Jepang Perdana Menteri Jepang 8 Korea Utara Kepala Perwakilan Korea 9 Korea Selatan Presiden Korea 10 Laos Perdana Menteri Lao Y. M. Tuan Suga Yoshihide Y. M. Tuan Kim Song Y. M. Tuan Moon Jae-in Y. M. Tuan Thongloun Sisoulith Sumber: Berbagai video dari (4) United Nations - YouTube (2020); Berbagai video dari UN Live United Nations Web TV (2020) Tabel 2 “Bagian Kedua Data Hasil Penelitian dengan Subjek Negara-Negara Asia” No. Negara Perwakilan Nama Perwakilan Jabatan Perwakilan Bahasa Digunakan 1 Maladewa Y. M. Tuan Abdulla Shahid Menteri Luar Negeri Inggris 2 Mongolia Y. M. Tuan Battulga Khaltmaa Presiden Mongolia 3 Myanmar Y. M. Tuan Kyaw Tint Swe Kepala Pemerintahan Inggris 4 Nepal Y. M. Tuan K. P. Sharma Oli Perdana Menteri Inggris 5 Sri Lanka Y. M. Tuan Gotabaya Rajapaksa Presiden Inggris 6 Thailand Y. M. Tuan Prayut Chan-o-cha Perdana Menteri Thai Y. M. Tuan Recep T. Erdoğan Presiden Turki Turkmenistan Y. M. Tuan G. Berdimuhamedov Presiden Rusia 9 Uzbekistan Y. M. Tuan Shavkat Mirziyoyev Presiden Uzbek 10 Viet Nam Y. M. Tuan Nguyen Phu Trong Presiden Viet 7 Turki 8 Sumber: Berbagai video dari (4) United Nations - YouTube (2020); Berbagai video dari UN Live United Nations Web TV (2020) Tabel 3 “Bagian Pertama Data Hasil Penelitian dengan Subjek Negara-Negara Eropa” No. Negara Perwakilan 1 Albania Y. M. Tuan Ilir Meta 2 Andorra 3 Austria 4 Bosnia & Herzegovina Nama Perwakilan Jabatan Perwakilan Bahasa Digunakan Presiden Inggris Y. M. Tuan Xavier Espot Zamora Kepala Pemerintahan Katalan Y. M. Tuan Alexander Schallenberg Menteri Luar Negeri Inggris Y. M. Tuan Šefik Džaferović Ketua Kepresidenan Bosniak Y. M. Nyonya Kersti Kaljulaid Presiden Inggris Presiden Inggris Perdana Menteri Georgia (Kartuli) Menteri Luar Negeri Jerman 5 Estonia 6 Finlandia Y. M. Tuan Sauli Niinistö 7 Georgia Y. M. Tuan Giorgi Gakharia 8 Jerman Y. M. Tuan Heiko Maas 9 Yunani Y. M. Tuan Kyriakos Mitsotakis Perdana Menteri Inggris 10 Belanda Y. M. Mark Rutte Perdana Menteri Inggris Sumber: Berbagai video dari (4) United Nations - YouTube (2020); Berbagai video dari UN Live United Nations Web TV (2020) Tabel 4 “Bagian Kedua Data Hasil Penelitian dengan Subjek Negara-Negara Eropa” No. Negara Perwakilan Nama Perwakilan Jabatan Perwakilan Bahasa Digunakan 1 Hungaria Presiden Hungaria 2 Italia Y. M. Tuan Giuseppe Conte Perdana Menteri Italia 3 Latvia Y. M. Tuan Egils Levits Presiden Inggris 4 Liechtenstein Menteri Luar Negeri Inggris 5 Lithuania Y. M. Tuan Gitanas Nauseda Presiden Inggris 6 Moldova Y. M. Tuan Igor Dodon Presiden Romania 7 Montenegro Y. M. Tuan Srdan Darmanović Menteri Luar Negeri Inggris 8 Makedonia Utara Y. M. Tuan Stevo Pendarovski Presiden Makedonia 9 Norwegia Y. M. Nyonya Erna Solberg Perdana Menteri Inggris 10 Ceko Y. M. Tuan Andrej Babiš Perdana Menteri Inggris Y. M. Tuan János Áder Y. M. Nyonya Katrin Eggenberger Sumber: Berbagai video dari (4) United Nations - YouTube (2020); Berbagai video dari UN Live United Nations Web TV (2020) Tabel 5 “Bagian Ketiga Data Hasil Penelitian dengan Subjek Negara-Negara Eropa” No. Negara Perwakilan 1 Polandia 2 Nama Perwakilan Jabatan Perwakilan Bahasa Digunakan Y. M. Tuan Andrzej Duda Presiden Polandia Portugal Y. M. Tuan António Costa Perdana Menteri Portugis 3 Romania Y. M. Tuan Bogdan Lucian Aurescu Menteri Luar Negeri Inggris 4 San Marino Y. M. Tuan Luca Beccari Menteri Luar Negeri Inggris 5 Serbia Y. M. Tuan Aleksandar Vučić Presiden Inggris 6 Slovakia Y. M. Nyonya Zuzana Caputová Presiden Inggris 7 Slovenia Y. M. Tuan Borut Pahor Presiden Inggris 8 Swedia Y. M. Tuan Stefan Löfven Perdana Menteri Inggris 9 Ukraina Y. M. Tuan Volodymyr Zelensky Presiden Ukraina Sumber: Berbagai video dari (4) United Nations - YouTube (2020); Berbagai video dari UN Live United Nations Web TV (2020) Tabel 6 “Data Hasil Penelitian dengan Subjek Negara-Negara Afrika, Oseania, dan Benua Amerika” No. Negara Perwakilan 1 Cabo Verde 2 Guinea-Bissau 3 Jabatan Perwakilan Bahasa Digunakan Perdana Menteri Portugis Y. M. Tuan Úmaro Sissoco Embaló Presiden Prancis Mozambik Y. M. Tuan Filipe Jacinto Nyusi Presiden Portugis 4 Mikronesia Y. M. Tuan David Panuelo Presiden Inggris 5 Brazil Y. M. Tuan Jair Bolsonaro Presiden Portugis Y. M. Tuan E. do E. Santo Carvalho Presiden Portugis Y. M. Tuan Chandrikapersad Santokhi Presiden Inggris 6 7 Sao Tome dan Principe Suriname Nama Perwakilan Y. M. Tuan Jose Ulisses Correia e Silva Sumber: Berbagai video dari (4) United Nations - YouTube (2020); Berbagai video dari UN Live United Nations Web TV (2020) Diagram 1 "PERSENTASE BAHASA YANG DIGUNAKAN SUBJEK PENELITIAN" Bahasa Lain 36% Inggris 46% Korea 3% Portugis 11% Rusia Prancis 2% 2% Sumber: Berbagai video dari (4) United Nations - YouTube (2020); Berbagai video dari UN Live United Nations Web TV (2020) 2.8. Pembahasan Hasil Pembahasan berikut akan didasarkan atas data hasil penelitian pada tabel yang telah terjabarkan. Adapun dengan penyajian ulangnya ke diagram lingkaran, maka bentuk data tersebut juga akan digunakan di dalamnya. Melalui kedua instrumen penyajian data tersebut, penulis mampu mendapati beberapa fakta menarik pemilihan bahasa para subjek penelitian. Fakta-fakta inilah yang nantinya penulis akan bahas lebih lanjut per bahasa yang digunakan. Pertama-tama, bahasa Inggris masih menduduki puncak klasemen dalam pilihan bahasa terfavorit para perwakilan negara dalam tugas mereka di forum internasional. Dari 56 negara yang tergabung ke dalam subjek penelitian penulis, 26 perwakilan di antara negara-negara tersebut menyampaikan pidato mereka dalam bahasa Inggris. Tentu, dari perhelatan-perhelatan sebelumnya pun, bahasa Inggris tetap menjadi primadona. Hal ini nyatanya tidak asing lagi disebabkan oleh kegunaannya di dunia kerja, dan juga hegemoni bahasa Inggris yang telah ternetralisasi secara poltis maupun ekonomis ((Suarez, 2002:514; Phillipson, 1992:287). Berikutnya penulis memperhatikan sepinya penggunaan bahasa resmi PBB selain Inggris. Di antara keenam bahasa yang ada, hanya dua perwakilan negara nonpenutur asli yang menggunakan Rusia dan Prancis secara masing-masing. Kedua perwakilan tersebut berasa dari negara Turkmenistan dan Guinea-Bissau. Yang pertama, secara geografis dan politik merupakan sekutu Rusia terloyal di Asia Tengah, sehingga tidak mengherankan pemilihan bahasa tersebut. Sementara yang terakhir sejatinya merupakan negara mantan jajahan Prancis di masa lampau dan juga salah satu bagian dari organisasi La Francophonie (organisasi pengimpun negara-negara penutur bahasa Prancis). Selanjutnya, penulis menyoroti prevalensi penggunaan bahasa Portugis di antara perwakilanperwakilan negara subjek penelitian tersebut. Enam perwakilan yang menggunakannya berasal dari negara Timor-Leste, Portugal, Cabo Verde, Mozambik, Brazil, dan Sao Tome dan Principe. Portugal, sebagai negara tempat asal bahasa tersebut jelas akan menggunakan bahasa ibunya yang telah mendunia sebagai akibat dari Imperium Portugal di masa lampau. Beberapa koloni Portugal di masa lampau meliputi kelima negara lain yang perwakilannya menggunakan bahasa Portugis. Terakhir, penulis akan mengangkat tentang bahasa lain selain bahasa resmi PBB dan bahasa Portugis yang telah disebutkan sebelumnya. Dua perwakilan yang menggunakan bahasa Korea tentu saja berasal dari dua saudara Korea Utara dan Korea Selatan. Sementara 36% lainnya merupakan gabungan dari negara-negara Eropa dan Asia. Contoh dari negara-negara tersebut meliputi Indonesia, Slovakia, serta Bangladesh. Alasan utama mereka menggunakan bahasa asli mereka sendiri ialah untuk menyatakan bahwa mereka tidak akan tunduk kepada hegemoni bahasa, bahkan bahasa resmi PBB sekalipun. BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan Mencapai tahap penyimpulan, penulis mampu mengatakan bahwasanya Imperium Inggris yang dulu berwilayah sangat luas, hingga sekarang pun masih memiliki pengaruh yang sangat masif bagi negaranegara di dunia. Bukan hanya bahasanya dianggap sebagai hal yang netral untuk digunakan-pun diperlukan-ia juga difavoritkan oleh pratiksioner diplomasi di forum internasional. Namun, di kala Inggris mendapatkan tampuknya di kursi bahasa resmi PBB, Portugal dengan bahasanya tidak walaupun memiliki negara yang perwakilannya di PBB fasih menggunakannya dalam pidato. Hal ini memantik pertanyaan adakah faktor lain selain keluasan penggunaan dalam menetapkan bahasa resmi di PBB. 3.2. Saran Saran penulis untuk PBB dan berbagai macam organisasinya adalah untuk meresmikan bahasa lainselain keenam bahasa resmi yang sekarang ada-sebagai bahasa resminya pula. Sebagai contoh bahasa Portugis dengan keluasan penggunaannya. Adapun untuk negara-negara yang menggunakan bahasa aslinya tanpa takut akan hegemoni bahasa, penulis memuji langkah mereka. Walaupun dengan melalukan demikian, biaya penerjemahan dan penyuntingan video harus ditempuh oleh mereka. Akan tetapi akhirnya, diplomasi soft power mereka akan terus berjalan. CATATAN AKHIR United Nations (UN), “Official Languages,” https://www.un.org/en/sections/about-un/official- languages/index.html#:~:text=There%20are%20six%20official%20languages,%2C%20French%2C% 20Russian%20and%20Spanish., akses 31 Desember 2020. Antonio Gutteres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, “Multilingualism is a Core Value of the United Nations,” Wawancara (video daring), 21 April 2017. diambil dari https://www.youtube.com/watch?v=fzOF0bbiEog&feature=emb_logo, akses 31 Desember 2020. DAFTAR PUSTAKA Artikel Daring United Nations, t. t. “Official Languages” [daring]. diambil dari https://www.un.org/en/sections/aboutun/officiallanguages/index.html#:~:text=There%20are%20six%20official%20languages,%2C%20French%2C% 20Russian%20and%20Spanish [diakses pada 31 Desember 2020]. Artikel dalam Buku Reagan, T., 2018. “Linguistic Hegemony and ‘Official Languages’” [daring], dalam Alan S. Canestrari dkk. (eds.), 2018. The Wiley International Handbook of Educational Foundations. Hoboken:WileyBlackwell. hal. 95. diambil dari https://www.researchgate.net/publication/327961287_Linguistic_Hegemony_and_Official_Languages [diakses 31 Desember 2020]. Wiley, T. G., 2000. “Language Planning and Policy”, dalam Nancy H. Hornberger dan Sandra Lee Mckay (eds.), 2010. Sociolinguistics and Language Education. [buku elektronik]. Bristol: Short Run Press Ltd. hal. 113. diambil dari http://2017s.pbworks.com/w/file/fetch/120158307/04- Language%20Education.pdf [diakses 31 Desember 2020]. Artikel Jurnal Henao, J., 2017. “Linguistic Hegemony in Academia and the Devaluation of Minority Identity in Higher Education” [daring], Inquiries Journal, 9 (1). diambil dari http://www.inquiriesjournal.com/a?id=1522 [diakses 31 Desember 2020]. Mustapha, A. S., 2014. “Linguistic Hegemony of the English Language in Nigeria” [daring]. Íkala, Revista de Lenguaje y Cultura, 19 (1): 83 http://www.scielo.org.co/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0123- – 97. diambil dari 34322014000100005#:~:text=Linguistic%20hegemony%20has%20been%20identified,usage%20as%2 0standard%20or%20paradigmatic [diakses 30 Desember 2020]. Ramos Jr., V., 1982. “The Concepts of Ideology, Hegemony, and Organic Intellectuals in Gramsci’s Marxism” [daring], Theoretical Review, Maret – April, 27. diambil dari https://www.marxists.org/history/erol/ncm-7/tr-gramsci.htm [diakses 30 Desember 2020]. Suarez, D., 2002. “The Paradox of Lingustic Hegemony and the Maintenance of Spanish as a Heritage Language in the United States” [daring]. Journal of Multilingual and Multicultural Development, 23 (6): 512 – 530. hal. 514. diambil dari https://doi.org/10.1080/01434630208666483 [diakses 31 Desember 2020]. Buku Phillipson, R., 1992. Linguistic Imperialism. London: Oxford University Press. hal. 287. Dokumen Negara/Institusi Kenegaraan World Factbook: Cyprus Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/c5b5f176e80192b2d992b8aa440e59ce/CY- summary.pdf [diakses 5 Januari 2021]. World Factbook: Andorra Country Summary, 2020 [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/83850bfc62597b0ff2c70cd370ee0801/AN- summary.pdf [diakses pada 11 Januari 2021]. World Factbook: Estonia Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/d072733d91e2b76e6eb02539bd4f9a46/EN-summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Finland Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/1fbb1e66c555ebcf6d73a4c4a119151a/FI-summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Georgia Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/16a7bb429e7ab73ae51f329bb0dc3aed/GG-summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Germany Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/16a7bb429e7ab73ae51f329bb0dc3aed/GG- summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Greece Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/16a7bb429e7ab73ae51f329bb0dc3aed/GG-summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Latvia Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/16a7bb429e7ab73ae51f329bb0dc3aed/GG-summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Netherlands Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/16a7bb429e7ab73ae51f329bb0dc3aed/GG- summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Norway Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/16a7bb429e7ab73ae51f329bb0dc3aed/GG-summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Sweden Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/16a7bb429e7ab73ae51f329bb0dc3aed/GG-summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Bolivia Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/9ba1a19bd8db33fdb99bca8b5383986a/BL-summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. World Factbook: Mexico Country Summary, 2020. [daring]. Langley: Central Intelligence Agency. diambil dari https://www.cia.gov/the-world-factbook/static/8b7af7615e277358aca67d3a551f8b37/MX-summary.pdf [diakses 11 Januari 2021]. Video Gakharia, Giorgi, 2020. Georgia - Head of Government Addresses General Debate, 75th Session. [video daring]. New York: United Nations. diambil dari UN Live United Nations Web TV - Search Results for "Georgia General Debate" - Georgia - Prime Minister Addresses General Debate, 75th Session [diakses 31 Desember 2020]. Gutteres, Antonio, 2017. Multilingualism is a Core Value of the United Nations. [video daring]. New York: United Nations. diambil dari https://www.youtube.com/watch?v=fzOF0bbiEog&feature=emb_logo [diakses 31 Desember 2020]. Hasina, Sheikh, 2020. Bangladesh - Head of Government Addresses General Debate, 75th Session. [video daring]. Dhaka: United Nations. diambil dari UN Live United Nations Web TV - Search Results for "Bangladesh General Debate" - Bangladesh - Prime Minister Addresses General Debate, 75th Session [diakses pada 4 Januari 2021]. Tshering, Lotay, 2020. Bhutan - Head of Government Addresses General Debate, 75th Session. [video daring]. Dhaka: United Nations. diambil dari UN Live United Nations Web TV - Search Results for "Bhutan General Debate" - Bhutan - Prime Minister Addresses General Debate, 75th Session [diakses pada 4 Januari 2021]. Widodo, Joko, 2020. Indonesia – Head of State Addresses General Debate, 75th Session. [video daring]. Jakarta: United Nations. diambil dari UN Live United Nations Web TV - Search Results for "Joko Widodo" - Indonesia - President Addresses General Debate, 75th Session [diakses pada 4 Januari 2021] Zamora, Xavier Espot, 2020. Andorra - Head of Government Addresses General Debate, 75th Session. [video daring]. Andorra la Vella: United Nations. diambil dari UN Live United Nations Web TV Search Results for "Andorra General Debate" - Andorra - Head of Government Addresses General Debate, 75th Session [diakses pada 4 Januari 2021].