Uploaded by anggrianirahayu1

Skenario 3 Malaria vivax

advertisement
WRAP UP SKENARIO 3
BLOK INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIK
MENGGIGIL DISERTAI DEMAM
Kelompok
: A-6
Ketua
: Asa Gema Karuniawan
1102015036
Sekretaris
: Abellani Yulitasari
1102015001
Anggota
: Akbar Fitrianto
1102015013
Aldinugraha A.
1102015015
Andi Aulia Ari N.
1102015021
Anggriani Rahayu
1102015025
Annisa Iftitahuljannah
1102014033
Arly Fadhillah Arief
1102014039
Atika Aulia
1102014046
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JL. Letjend Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.42445
T.A. 2015/2016
SKENARIO
Menggigil disertai Demam
Tn. C, laki-laki,35 tahun datang ke Poliklinikdengan keluhan utama demam sejak satu
minggu lalu. Demam dirasakan setiap duahari sekali. Setiap kali demam didahului menggigil dan
diakhiri berkeringat. Setelah demam dapat pulih seperti biasa. Pasien baru kembali dari melakukan
studi lapangan di Sumatera Selatan selama dua minggu. Setelah melakukan pemeriksaan sediaan
hapus darah tepi, dokter mengatakan pasien terinfeksi Plasmodium vivax.
KATA SULIT
Plasmodium vivax : Parasit yang menyebabkan malaria/dari genus protozoa yang dibawa oleh
nyamuk Anopheles betina
Demam
: Kondisi ketika suhu tubuh berada > 37,5°C
Menggigil
: Perasaan dingin disertai getaran tubuh setelah terpapah lingkungan yang
dingin atau menyertai demam
Hapus Darah Tepi : Jenis pemeriksaam untuk mengetahui parasite dalam eritrosit
PERTANYAAN
1. Kenapa demam pasien diakhiri dengan berkeringat?
2. Mengapa orang demam dapat menggigil?
3. Kenapa demam terjadi 2 hari sekali?
4. Apa yang terlihat pada sediaan hapus darah tepi?
5. Apa hubungan daerah yang didatangi dengan penyakit?
6. Bagaimana pencegahannya?
7. Apa penyakit yang kemungkinan diderita pasien?
8. Kenapa pasien dikatakan terserang Plasmodium vivax?
9. Bagaimana Plasmodium vivax menginfeksi pasien?
10. Bagaimana pengobatan yang dilakukan?
JAWABAN
1. Kompensasi tubuh untuk menurunkan panas agar tubuh kembali pada suhu tubuh normal
2. Set point pada hipotalamus yang meningkat melebihi batas normal dan mengkompensasi
suhu tubuh
3. Krena siklus sporulasi terjadi selama 48 jam sehingga demam yang terjadi dua hari sekali
4. a. Sediaan darah tipis : eritrosit dan parasit
b. Sesiaan darah tebal : leukosit dan parasit, terdapat zona merah karena eritrosit lisis
5. Karena daerah Sumatera Selatan banyak hutan dan merupakan daerah endemis malaria di
Indonesia
6. a. Pengendalian vector seperti memakai repellent
b. Tidak pergi ke daerah endemis malaria
7. Kemungkinan penyakit yang diderita adalah malaria vivax atau malaria tersiana
8. Karena menyerang eritrosit sehingga eritrosit membesar, terdapat sporozoit, dan titik
schuffner
9. Nyamuk Anopheles betina menggigit lalu mengeluarkan air liur yang mengandung
sporozoit yang dimasukkan melalui kulit diperedaran darah perifer dan menuju ke hati.
Sporozoit menjadi skizon hati (eksoeritrosit primer) dan sebagian menjadi hipnozoit.
Skizon membentuk merozoit tumbuh menjadi trofozoit yang dapat membentuk gametosit.
Bila hipnozoit aktif akan menginfeksi eritrosit (eksoeritrosit sekunder).
Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah.
10. Obat simptomatik: primakulin, klorokulin, artemisinin
HIPOTESA
Gigitan Nyamuk
Anopheles
Demam disertai
menggigil dan
berkeringat
Pemeriksaan
Sediaan Hapus
Darah Tepi
Pencegahan:
Plasmodium
vivax
Pengendalian
vektor dan
tidak pergi ke
daerah
endemis
Malaria
Terdapat di
daerah endemis
Pengobatan:
primakuin,
klorokuin,
artemisinin
Sasaran Belajar
LI. 1. Memahami dan menjelaskan Plasmodium
1.1. Definisi
1.2. Klasifikasi
1.3. Siklus Hidup
1.4. Dampak infeksi terhadap morfologi
LI. 2. Memahami dan menjelaskan Malaria
2.1. Definisi
2.2. Klasifikasi
2.3. Epidemiologi
2.4. Etiologi
2.5. Patogenesis
2.6. Manifestasi Klinis
2.7. Diagnosis dan DD
2.8. Tatalaksana
2.9. Komplikasi
2.10. Prognosis
LI. 3. Memahami dan menjelaskan Vektor Malaria
3.1. Siklus Hidup
3.2. Habitat
3.3. Morfologi
3.4. Cara pemberantasan
LI. 4. Memahami dan menjelaskan Obat-obat Anti Malaria
4.1. Klasifikasi
4.2. Farmako Kinetik dan Dinamik
4.3. Efek samping
4.4. Kontraindikasi
LI. 5. Memahami dan menjelaskan Gebrak Malaria di Indonesia
LI. 1. Memahami dan menjelaskan Plasmodium
1.1. Definisi
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus
ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus
hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies
menjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia dan
hewan pengerat
1.2. Klasifikasi
a. Plasmodium vivax
Manusia merupakan hospes perantaranya, dan hospes definitifnya adalah nyamuk
Anopheles betina. Plasmodium vivax ini menyebabkan penyakit malaria vivax.
P.vivax di temukan di daerah subtropik (korea selatan, cina, mediterania timur, dll)
dan daerah tropik (asia timur, asia selatan, indonesia, filipina, dll). Dari hasil
penelitian plasmodium yang menyerang orang-orang didaerah subtropis dan daerah
sedang atau daerah dingin ternyata bersifat fatal daripada jika menyerang orangorang dari daerah tropik.
b. Plasmodium malariae
Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria quartana dengan gejala demam
(masa sporulasi) selang waktu 72 jam.
Daur praeritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Inokulasi sporozoit p.
Malariae manusia pada simpanse dengan tusukan nyamuk anopheles membuktikan
stadium praeritrosit P. Malariae dapat hidup pada simpanse yang merupakan
hospes reservoar yang potensial.
c. Plasmodium ovale
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. Plasmodium ovale terutama
terdapat di daerah tropik afrika ban=gian barat, pasifik barat, dan di beberapa
bagian lain di dunia. Di Indonesia parasit ini terdapat di pulau Owi sebelah selatan
di irian jaya dan pulau timor.
d. Plasmodium falciparum
P. falciparum menyebabkan malaria tropikana (malaria tersiana maligna).
P.falciparum memounyai sifat-sifat tertentu yang berbeda dengan spesies lain,
sehingga diklasifikasikan dalm subgenus laveran
Genus: plasmodium
Species: falciparum
P.falciparum menyebabkan penyakit malaria falciparum. Parasit ini ditemukan di
daerah tropik, terutama di afrika dan asia tenggara. Di indonesia parasit ini tersebar
di seluruh kepulauan.
1.3. Siklus Hidup
Daur hidup dari keempat jenis plasmodium ini tidak begitu beda.
1. P. vivax
Awalnya, saat sporozoit yang dibawa oleh nyamuk masuk kedalah tubuh manusia dari
gigitan nyamuk, sporozoit akan masuk ke hati dan merubah diri menjadi skizon hati.
Sebagian dari sporozoit itu akan berubah menjadi hipnozoit yang nantinya akan
disimpan di sel hati untuk melakukan eksoeritrosit sekunder. Skizon hati ini masih
dalam fase praeritrosit atau eksoeritrosit primer. Skizon hati akan mengeluarkan
meorozit ke dalam pembuluh darah (skizogoni darah), dimana disitu merozoit akan
hinggap di eritrosit sehingga akan membentuk stadium pertama dalam infeksinya yaitu
stadium trofozoit muda, ditandai oleh membesarnya eritrosit dan terdapat inti beserta
sitoplasmanya yang berbentuk cincin. Dari trofozoit muda, akan berubah menjadi
trofozoit tua yang ditandai dengan melebarnya sitoplasma menjadi bentuk amoeba dan
juga titik Schuffner tampak lebih jelas. Sehabis itu, inti parasit ini akan membelah
menjadi 4-8 dan sitoplasmanya akan menjadi semakin besar, stadium ini dinamakan
skizon muda. Lalu intinya akan membelah lagi menjadi 12-24 dan disebut sebagai
merozoit. Sebagian dari merozoit ini nantinya akan tumbuh menjadi makrogametosit
dan mikrogametosit yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Kedua Gametosit ini akan
berkembang biak secara sexual di dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk menggigit
manusia yang sudah terinfeksi.
2. P. falciparum
Untuk falciparum, daur hidupnya sama, hanya saja pada plasmodium ini tidak
terbentuk hipnozoit yang akan disimpan untuk eksoeritrosit sekunder. Dan morfologi
pada eritrosit yang terinfeksi parasit falciparum ini tidak membesar. Dan morfologi
pada gametositnya berbeda dengan P. vivax.
3. P. malariae
Daur hidupnya sama seperti daur hidup plasmodium lain, hanya saja, P.malariae ini
menginfeksi sel darah merah tua dan siklus asexualnya dimulai dengan periodisitas 72
jam. Pada morfologi pada parasit ini sedikit berbeda dengan parasit lainnya walaupun
memilki stadium yang sama.
4. P. ovale
Memiliki morfologi yang sama seperti P.malariae tetapi pada perubahan eritrosit yang
dihinggapi parasit mirip P.vivax.
1.4. Dampak infeksi terhadap morfologi
Stadium
P. vivax
P. falciparum
Eritrosit
Eritrosit
membesar,
membesar,
terdapat
Trofozoit muda
inti
sitoplasma
berbentuk
titik
Schuffner belum
begitu jelas.
inti
dengan
sitoplasma
yang
berbentuk accole(di
cincin, atau terdapat
membesar,
terdapat
inti
parasit,
2
inti
dengan
masing-masing
sitoplasmanya yang
sitoplasma
membentuk
seperti amoeba,
sudah
tidak
pinggir), berbentuk
Eritrosit
titik
Eritrosit
membesar, terdapat
cincin,
Trofozoit tua
P. malariae
Schuffner
disebut
multiple.
infeksi
Terdapat
titik maurer.
keliat
terdapat
Inti
membelah Inti
menjadi 4-8, titik menjadi
tidak Terdapat
inti,
sitoplasma
inti, berbentuk cincin
sitoplasma
(1/3
eritrosit),
berbentuk cincin terdapat
titik
dan lebih tebal, Schuffner
(titik
terdapat
yang
titik James)
Ziemann.
tampak jelas.
Besar sitoplasma
kira-kira setengah
eritrosit,
berbentuk
pita
(khas P.malariae),
buir-butir pigmen
banyak, kasar dan
gelap warnanya.
jelas.
Skizon muda
P. ovale
Eritrosit
membesar
agak
dan
sebagian eritrosit
berbentuk lonjong
(oval) dan pinggir
eritrosit bergerigi
di
satu
dengan
ujung
titik
Schuffner.
membelah Intinya membelah Intinya membelah
2-6, menjadi 2-6
menjadi 4-8.
schuffner masih terdapat
ada,
titik
terdapat maurer,
pigmen
eritrosit
kuning tidak membesar
tengguli.
Intinya membelah
Inti
membelah Inti
menjadi
Skizon matang
titik
membelah
12-24, menjadi 8-24, titik
schuffner maurer masih ada,
masih
ada
di eritrosit
pinggir
tidak
membesar.
menjadi
>8, Berbentuk bulat,
merozoit hampir inti
membelah
mengisi
seluruh menjadi
8-10
eritrosit
dan letaknya
teratur
punya
susunan ditepi
granula
teratur berbentuk pigmen.
rosette.
Inti
padat,
pigmen
kuning
Makrogametosit tengguli didekat
inti,
berentuk
oval.
Inti padat, berbentuk Sioplasma
seperti bulan sabit berwarna biru tua,
atau pisang, pigmen inti
berada di dekat inti.
Mikrogametosit
dan
padat.
Sitoplasma
Inti tidak padat,
pigmen
kecil,
kuning Inti
tidak
padat,
tengguli
bentuk seperti sosis,
tersebar,
pigmen tersebar.
berbentuk bulat.
berwarna
biru
pucat, inti besar
dan tidak padat,
pigmen tersebar di
sitoplasma.
Bulat,
intinya
kecil,
kompak,
sitoplasma biru.
Ini tidak padat,
sitoplasma
berwarna
kemerahan pucat,
berbentuk bulat.
LI. 2. Memahami dan menjelaskan Malaria
2.1. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat.
2.2. Klasifikasi
Jenis-jenis malaria digolongkan menjadi 4, yaitu:
a. Malaria tertiana, disebabkan oleh plasmodium vivax, dimana demam pada malaria
ini kadang-kadang remiten atau intemitten. Masa inkubasi yaitu 12-17 hari, kadangkadang lebih panjang 12-20 hari
b. Malaria quartana, disebabkan oleh plasmodium malariae. Masa inkubasi 18-40
hari, gejala sama seperti pada malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan.
c. Malaria Tropica, disebabkan oleh plasmodium falciparum, merupakan malaria
yang paling patogenik dan seringkali berakibat fatal. Gejala pada malaria ini panas
yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan sering
terjadi komplikasi, masa inkubasi nya 9-14 hari.
d. Malaria Ovale, disebabkan oleh plasmodium ovale, malaria ovale merupakan
malaria yang paling ringan dari semua jenis malaria. Masa inkubasi 11-16 hari,
serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari 10 kali
walaupun tanpa terapi.
2.3. Epidemiologi
Pada daerah yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemik
malaria. Tapi, malaria masih merupakan persoalan kesehatan yang besar di daerah tropis
dan subtropis seperti di Brasil, Asia Tenggara, dan seluruh sub-Sahara Afrika.
Di indonesia, malaria ditemukan hampir disemua wilayah. Pada tahun 1996
ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401
orang, slide positive rate (SRR):9215, annual paracitic index (API): 0,08%. CFR di
rumah sakit sebesar 10-50%. Menurut laporan, di provinsi Jawa Tengah tahun 1999; API
sebanyak 0,35%, sebgaian besar disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di provinsi di Jawa Tengah terus menurun
dari tahun ke tahun, mulai dari 0,51 pada tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan
berkurang lagi menjadi 0,07 pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan
di Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di papua dan NTT.
2.4. Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
menhinfeksi binatang seperti golongan burung, reptil dan mamalia. Termasuk genus
plasmodium dari famili plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit
(sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit.
Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina. Secara
keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi bonatang (82 jenis burung
dan reptil dan 22 pada binatang primata)
Cara Infeksi, waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit
dampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik.
Sporozoit adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu: 1) secara
alami melalui vektor, bila sporozoit dimasukkan kedalam badan manusia dengan tusukan
nyamuk dan 2) secara induksi (induced), bila stadium aseksual dalam eritrosit tidak
sengaja masuk dalam badan manusia melalui darah, misalnya transfusi, suntikan atau
kongenital (bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui
darah plasenta)
2.5. Patogenesis
Masa tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan
hospes sampai timbul gejala demam, biasanya berlangsung 8-37 hari, tergantung pada
spesies parasit (terpendek untuk P.falciparum, terpanjang P.malariae), beratnya infeksi
dan pengobatan sebelumnya atau derajat imunitas hospes. Disamping itu juga tergantung
pada cara infeksi, yang disebabkan oleh tusukan nyamuk atau secara induksi, misalnya
melalui transfusi darah yang mengandung stadium aseksual. Masa tunas intrinsik
berakhir dengan timbulnya serangan pertama (first attack).
Masa prapaten berlangsung sejak saat sporozoit masuk sampai ditemukan parasit
malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang
mikroskopik (microscopic treshold). Perjalanan penyakit malaria berbeda antara orang
yang tidak kebal (tinggal di daerah non endemis) dan orang yang kebal atau semi-imun
(tinggal didaerah semi imun).
Pada orang non imun biasanya demam terjadi lebih kurang 2 minggu setelah kembali
dari daerah endemis malaria. Demam atau riwayat demam dengan suhu tubuh 38⁰C
biasanya ditemukan pada penderita malaria. Pada permulaan penyakit, biasanya demam
tidak bersifat periodik, sehingga tidak khas dan dapat terjadi setiap hari. Demam dapat
bersifat remiten atau terus menerus (febris kontinua). Sebaliknya pada kelompok semiimun atau imun yang tinggal di daerah endemis malaria, gejala klinis biasanya lebih
ringan dibandingkan dengan penderita non imun. Di daerah ini dapat ditemukan sejumlah
besar penderita dengan parasitemia, tetapi tanpa gejala klinis (asimtomatik).
Pada infeksi malaria, periodisitas demam berhubungan dengan waktu pecahnya
sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk aliran darah (sporulasi).
Pada malaria vivaks dan ovale skizon setiap brood (kelompok) menjadi matang dalam
48 jam sehingga periodisitas demamnya bersifat tersiana, pada malaria kuartana yang
disebabkan oleh P.malariae hal ini terjadi dengan interval 72 jam. Timbulnya demam
juga tergantung pada jumlah parasit (pyrogenic level, fever treshold). Serangan demam
yang khas terdiri atas beberapa stadium:
1. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Penderita
menutupi badannya dengan baju tebal dan selimut. Nadinya cepat tetatpi lemah, bibir dan
akral membiru,kulit ering dan pucat,kadang disertai muntah. Pad aanak sering disertai
kejang. Berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam dimulai pada saat rasa dingin sekali berubah menjadi panas sekali.
Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin
hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus
sekali pada saat suhu naik sampai 41 ⁰C atau lebih. Berlangsung selama 2-6 jam.
3. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat
tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah ambang normal.
Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemah tetapi lebih sehat.
Berlangusng 2-4 jam.
Serangan demam yang khas sering mulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam.
Setelah itu terjadi stadium apireksia. Serangan demam makin lama makin berkurang
beratnya karena tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam badan dan karena
respon imun hospes.
Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya disebut
rekrudesensi, yang timbul karena parasit dalam eritrosit jumlahnya meningkat kembali.
Hal ini yang biasanya terjadi karena dosis obat yang inadekuat atau karena parasit
resisten terhadap obat yang diberikan. Demam dapat timbul kembali sewaktu-waktu
dalam 4-6 minggu. Di daerah endemis hal ini sulit dibedakan dengan terjadinya infeksi
baru. Relaps di sebabkan oleh parasit daur eksoeritrosit dari hati masuk ke eritrosit dan
menjadi banyak (infeksi P.vivax).
Bila infeksi malaria tidak menunjukkan gejala diantara serangan pertama dan
relaps, maka diperiode laten klinis, walaupun mungkin ada parasitemia dan gejala lain
seperti splenomegali. Periode laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan
dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan dalam hati.
2.6. Manifestasi Klinis
a. Demam
Mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau
limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor nekrosis
factor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur
suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan
waktu yang berbeda-beda, P. faciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/ovale
48 jam, dan P. malariae 72 jam.
b. Anemia
Terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga
anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya
meginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel
darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang
jumlahnya hanya 1% dari julah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh
P. vivax, P. ovale dan P malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.
c. Splenomegali
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan
oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan
limpa memebesar.
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunya
manifestasi umum sebagai berikut :
1.
Masa inkubasi
Masa inkubasi biasnya berlangsung 8-17 hari tergantung dari spesies parasit (
terpendek untuk P. Falciparum dan terpanjang untuk P. Malariae), beratnya infeksi dan
pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara
infeksi yang mungkin disebabkan oleh gigitan nyamuk atau secara induksi
2.
Keluhan Prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulamh, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut
tidak enak, diare ringan dan kadang kadang merasa dingin di punggung. Keluhan
prodromal biasnya terjadi pada P. Vivax dan P. Ovale.
3.
Gejala- gejala demam
a. Periode menggigil
Dimulai dengan perasaan dingin sekali,bibir dan jari tangan menjadi biru, kulit
kering dan pucat. Terkadang dusertai muntah dan pada anak disertai kejang.
Periode ini biasanya berlangsung 15 menit sampai 1 jam.
b. Periode panas
Dimulai saat rasa dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi
merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala hebat, biasnya
ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada
suhu naik sampa 41⁰C atau lebih. Periode ini berlangsung 2 sampai 6 jam
c. Periode berkeringat
Penderita akan berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun
dengan cepat, kadang kadang sampai di bawah ambang normal. Penderita biasnya
dapat tidur nyenyak dan waktu bangun merasa lemah tetapi lebih sehat. Periode
iini berlangsung 2 sampai 4 jam.
2.7. Diagnosis dan DD
a. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
1. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
2. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria
3.Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
4.Riwayat sakit malaria
5.Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
6.Riwayat mendapat transfusi darah
b.
Pemeriksaan fisik
1.Malaria tanpa komplikasi:
a. Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C)
b. Konjungtivis atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa (splenomegali)
d. Pembesaran hati (hepatomegaly)
2. Malaria dengan komplikasi dapat ditemukan keadaan dibawah ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning
c. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosa
malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka diagnosa malaria
dapat dikesampingkan.
Adapun pemeriksaan darah tepi yang dilakukan :
1. Tetesan preparat darah tebal (cara terbaik untuk menemukan parasit malaria).
2. Tetesan darah tipis (untuk identifikasi jenis plasmodium).
d. Tes Antigen : P-F test
Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memrlukan latihan khusus,
sensitivitasnya baik, tidak memrlukan alat khusus.
e. Tes Serologi
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini sangat kurang bermanfaat sebagai
alat diagnosis sebab antibodi baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia.
f. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA,
waktu dipakai cukup cepat dan sensivitas maupun spesifitasnya tinggi.
Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil
positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum masuk
pemeriksaan rutin.
Pada malaria berat diagnosa banding tergantung manifestasi malaria
beratnya. Pada malaria dengan ikterus, diagnosa banding ialah demam tifoid
dengan hepatitis, kolesistisis, abses hati, dan leptospirosis. Hepatitis pada saat
timbul ikterus biasanya tidak dijumpai demam lagi. Pada malaria serebral harus
dibedakan dengan infeksi pada otak lainnya seperti meningitis, ensafalitis, tifoid
ensafalopati, tripanososmiasis. Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi pada
gangguan metabolik (diabetes, uremi), gangguan serebrovaskular (strok),
eklampsia, epilepsi, dan tumor otak.
Diagnosis Banding
Malaria ringan tanpa komplikasi :
a) demam tifoid
b) demam dengue
c) ISPA
d) Leptospirosis ringan
e) infeksi virus akut lainnya
Malaria berat dengan komplikasi :
a) radang otak (meningoencepahalitis)
b) tifoid encefalopati
c) hepatitris
d) leptospirosis berat
e) sepsis
f) demam berdarah dengue
Infeksi virus akut lainnya
Malaria berat :
1. Meningoencefalitis (Radang otak) : panas, sakit kepala, hilangnya kesadaran,
kejang, & gejala neurologis.
2. Stroke
3. tifoid ensefalopati : gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran,
& tanda2 lainnya.
4. Hepatitis : prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri hepar, muntah), SGOT &
SGPT>5x.
5. Leptospirosis berat
6. Glomerulonefritis akut atau kronik
7. Sepsis
8. DHF atau DSS
2.8. Tatalaksana
Obat anti malaria terdiri dari 5 jenis, antara lain :
1) Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu proguanil,
pirimetamin.
2) Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu
primakuin.
3) Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin dan
amodiakuin.
4) Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang
ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.ovale, P.malariae adalah
kina, klorokuin, dan amodiakuin.
5) Sporontosid mencegah gametositdalam darah untuk membentuk ookista dan
sporozoit dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Penggunaan obat antimalaria tidak terbatas pada pengobatan kuratif saja, tetapi
juga termasuk :
a. Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya infeksi
atau timbulnya gejala klinis. Penyembuhan dapat di peroleh dengan
pemberian terapi jenis ini pada infeksi malaria oleh P.falciparum karena
parasit ini tidak mempunyai fase eksoeritrosit.
b. Pengobatan kuratif dapat di lakukan dengan obat malaria jenis skizontisid.
c. Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk
atau mempengaruhi sporogonik nyamuk. Obat antimalaria yang dapat
digunakan seperti jenis gametosid atau sporontosid.
2.9. Komplikasi
1. Malaria serebral
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi bila di
bandingkan dengan malaria berat lainnya. Gejala klinisnya dapat di mulai secara
lambat atau mendadak setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa mengantuk
2.
3.
4.
5.
disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf, dan kejang yang bersifat fokal
atau menyeluruh.
Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya Ht (hematocrit) secara mendadak atau
kadar hb.
Gagal ginjal
Penyulit ini terutama di temukan pada orang dewasa. Mula-mula terjadi peningkatan
ureum dan kreatinin darah, yang diikuti oliguria dan akhirnya anuria yang di
sebabkan nekrosis tubulus akut.
Edema paru
Komplikasi ini dapat terlihat beberapa hari setelah pemberian obat malaria atau pada
saat keadaan umum pasien membaik serta parasitemia menghilang.
Hipoglikemia
Merupakan manifestasi malaria falciparum yang paling penting. Dapat di temukan
sebelum pengobatan terutama pada ibu hamil dan anak atau setelah pemberian infus
kina pada penderita malaria berat.
2.10. Prognosis
a. Plasmodium vivax
Prognosis malaria vivax biasanya baik (dubia ad bonam), tidak menyebabkan
kematian. Bila tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan
atau lebih. Rata-rata infeksi malaria vivax tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun,
tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, terutama karena relapsnya.
b. Plasmodium malariae
Tanpa pengobatan, malaria malariae dapat berlangsung sangat lama dan rekurens
pernah tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi. (dubia ad malam)
c. Plasmodium ovale
Malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. (ad
sanationam)
d. Plasmodium falciparum
Prognosis malaria falciparum buruk (malam) dan dapat menyebabkan kematian.
Mortalitas malaria ini masih cukup tinggi, yaitu 20-50%.
LI. 3. Memahami dan menjelaskan Vektor Malaria
3.1. Siklus Hidup
Nyamuk anophelini mengalami metamorfosis sempurna. Telur menetas menjadi
larva yang kemudian melakukan pengelupasan kulit / eksoskelet sebanyak 4 kali. Lalu
tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. Waktu
yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai menjadi dewasa
bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung pada spesies, makanan yang tersedia di udara.
Tempat perindukan nyamuk anophelini bermacam-macam tergantung kepada spesies dan
dapat dibagi menurut 3 kawasan yaitu kawasan pantai, pedalaman, kaki gunung dan
kawasan gunung.
Di kawasan pantai dengan tanamana bakau di danau pantai atau lagun (lagoon), rawa dan
empang sepanjang pantai, ditemukan Anopheles sundaicus.
1) Telur
Telur diletakan satu per satu diatas permukaan air berbentuk seperti perahu yang
bagian bawahnya konveks, da konkaf pada bagian atasnya. Dan mempunyai
pelampung yang terletak pada sebelah lateral.
2) Larva
Larva anophelini tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai
bagian-bagian badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel pada bagian posterior
abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen sepasang bulu
palma pada bagian lateral abdomen.
3) Pupa
Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang bentuknya lebar dan
pendek. Digunakan untuk menganbil O2 dari udara.
4) Dewasa
Pada nyamuk dewasa palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir
sama dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan ruas
palpus bagian apikal berbentuk gada (club form), sedangkan pada betina ruas tersebut
mengecil.
Sayap pada bagian pinggir (kosta dan Vena 1) ditumbuhi sisik-sisik sayap yang
berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih. Selain itu,
bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul). Bagian posterior abdomen
tidak seruncing nyamuk Aedes dan tidak setumpul nyamuk mansonia, tetapi sedikit
lancip.
3.2. Habitat
No. Spesies
Distribusi
Habitat
1
Anopheles
Jawa, Bali, NTT, NTB,
Pantai
sundaicus
Kalimantan
Anopheles
Jawa, Bali, NTT, NTB,
subpictus
Bengkulu, Sulawesi
2
3
Anopheles saconitus Jawa, Kalimantan,
Pantai
Sawah
Sumatera, Sulawesi,
NTT, NTB
4
Anopheles
Jawa, Bali, NTT,
barbirostris
Sumatera,NTB,
Sawah
Sulawesi
5
6
7
Anopheles
Jawa, Bali, NTT, NTB,
Sungai kecil atau mata air
maculatus
Sumatera, Kalimantan,
yang kena sinar, ada
Sulawesi
tanaman selada
Anopheles
Sumatera, Jawa,
Air tawar dalam hutan /
baladacencis
Kalimantan
pinggiran sungai
Anopheles letifer
Kalimantan, Sumatera
Genangan air dalam hutan
yang terlindung sinar
matahari/ rawa
8
Anopheles sinensis
Kalimantan, Sumatera
Sawah, kolam terbuka, rawa
9
Anopheles
Kalimantan, sumatera,
Sawah, rawa &ai mengalir
nigerrimus
sulawesi
perlahan, kolam yg
berumput, air payau.
10
11
Anopheles
Sumatera, kalimantan,
annullaris
sulawesi, NTT, NTB
Anopheles vagus
Sumatera-papua
Sawah, kolam ikan air payau
Air kotor agak berlumpur,
kubangan, kolam, saluran
irigasi
12
Anopheles
Sumatera-maluku
tessellatus
13
Anopheles
umbrosus
Sawah, kobakan, air
mengalir, kolam, air payau
Sumatera-kalimantan
Rawa dihutan terlindung dari
sinar matahari
3.3. Morfologi
Nyamuk anophelini yang berperan sebagai vector malaria hanyalah genus Anopheles. Di
dunia, genus Anopheles jumlahnya ± 2000 spesies, 60 spesies di antaranya sebagai vector
malaria.
Morfologi telur nyamuk anophelini berbentuk seperti perahu yang bawahnya konveks,
bagian atasnya konkaf fan mempunyai sepasang palampung pada sebelah lateral. Bagian
badan yang khas adalah
a. spirakel pada posterior abdomen
b. tergal plate pada tengah dorsal abdomen
c. sepasang bulu palma di lateral abdomen
Pupa mempunyai tabung pernapasan yang lebar dan pendek, digunakan untuk mengambil
O2. Pada nyamuk dewasa jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk ganda, sedangkan
pada betina ruas tersebut mengecil. Sayap pada bagian pinggir (kosta dan vena 1)
ditumbuhi sisik sayap yang membentuk gambaran belang-belang hitam putih.
3.4. Cara pemberantasan
Pemberantasan malaria dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya:
1. Mengobati penderita malaria;
2. Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anopheleni dan manusia, yaitu
dengan memasang kawat kasa di bagian-bagian terbuka di rumah (jendela dan pintu)
penggunaan kelambu dan repellent;
3. Mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat yang berkaitan dengan upaya memusnahkan tempat-tempat
perindukan nyamuk dan penempatan kandang ternak di antara tempat perindukan dan
rumah penduduk.
LI. 4. Memahami dan menjelaskan Obat-obat Anti Malaria
4.1. Klasifikasi
1. Pengobatan malaria tanpa komplikasi
a. Pengobatan malaria falciparum
Pengobatan lini pertama malaria falciparum
Artesunat + amodiakuin + primakuin, artesunat dan amodiakuin tujuan nya
untuk membunuh parasite stadium aseksual, sedangkan primakuin untuk
membunuh gametosit yang ada dalam darah.
Pengobatan lini kedua malaria falciparum
Kina + doksisiklin atau tetrasiklin + primakuin
b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
Klorokuin + primakuin, klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium
aseksual dan seksual sedangkan primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoid
di sel hati dan parasit aseksual di eritrosit.
c. Pengobatan malaria malariae
Dengan klorokuin
2. Pengobatan malaria klinis
Dapat di obati sementara dengan menggunakan klorokuin dan primakuin
3. Pengobatan malaria dengan komplikasi
Pemberian utama derivat artemisin parenteral adalah artesunat intravena atau
intramuscular dan artemeter intramuscular. Obat ini tidak boleh di konsumsi oleh
ibu hamil trimester I dengan malaria berat.
Obat alternative nya yaitu dengan menggunakan kina dihidroksida parenteral.
4. Kemoprofilaksis
a. Bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria, sehingga bila terinfeksi
maka gejala klinisnya tidak berat.
b. Ditujukan bagi orang yang berpergian ke daerah endemic malaria dalam waktu
yang tidak terlalu lama seperti turis, peneliti, pegawain kehutanan, dll.
c. Untuk kelompok atau individu yang akan berpergian atau bertugas dalam
jangka waktu lama sebaiknya menggunakan personal protection seperti
memakai kelambu, repellent, dan kawat kasa.
4.2. Farmako Kinetik dan Dinamik
a) Klorokuin Difosfat/Sulfat
Indikasi pemberiannya untuk mengobati malaria akut, malaria pada anak, malaria
dengan koma atau muntah dan untuk pencegahan malaria. Untuk mengobati
malaria falsiparum dan malaria malariae yang masih sensitif dapat diobati dengan
klorokuin saja, sedangkan untuk mengobati malaria vivax dan malaria ovale
pemberian klorokuin sebaiknya diikuti pemberian primakuin.
Farmakodinamik
Klorokuin hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit. Efektivitasnya tinggi
terhadap P.vivax, P.ovale, dan strain P. falciparum yang sensitif klorokuin.
Klorokuin efektif menekan serangan akut malaria vivax, tapi setelah obat
dihentikan dapat terjadi relaps. Perlu diberikan bersama primakuin sampai pasien
meninggalkan daerah endemik. Mekanisme yang penting adalah penghambatan
aktivitas polimerase heme plasmodia oleh klorokuin. Polimerase heme plasmodia
mendetoksifikasi heme feriprotoporphyrin IX menjadi hemozoin yang tidak toksik.
Peningkatan heme di dalam parasit menimbulkan lisis membran parasit. Resistensi
banyak ditemukan pada P. falciparum.
b)
Farmakokinetik
Absorbsi sangat cepat dan lengkap. Kaolin dan antasid dapat menggangu absorbsi
klorokuin sehingga jangan diberikan bersama-sama dengan klorokuin. Kadar
puncak dalam plasma darah : 3-5 jam. Metabolismenya lambat sekali dan
metabolitnya, monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresi melalui
urin. Asidi fiksasi akan mempercepat ekskresi klorokuin. T½ terminalnya antara
30-60 hari.
Derivat artemisinin :
1. Artesunat – garam suksinil natrium artemisinin yang larut baik dalam air tetapi
tidak stabil dalam larutan
2. Artemeter – metal eter artemisinin yang larut dalam lemak
Farmakodinamik
Dikatakan terdapat kemungkinan bahwa ikatan endoperoksida dalam senyawa ini
yang berperan dalam penghambatan sintesis protein.
Farmakokinetik
Absorpsi – artemeter oral segera diserap dan mencapai kadar puncak dalam 2-3
jam, sedangkan artemeter intramuscular mencapai kadar puncak dalam 4-9 jam.
Distribusi – pada manusia sekitar 77% terikat pada protein. Kadar plasma artemeter
pada penelitian dengan zat radioaktif sama dengan dalam eritrosit, menunjukkan
bahwa distribusi ke eritrosit sangat baik.
Indikasi – artemisinin dan derivatnya menunjukkan sifat skizontosid darah yang
cepat in vitro maupun in vivo sehingga digunakan untuk malaria yang berat. Dari
beberapa uji klinik terlihat bahwa artemeter cepat sekali mengatasi parasitemia
pada malaria yang ringan maupun berat. Artemisinin adalah obat yang paling
efektif, aman, dan kerjanya cepat untuk kasus malaria berat terutama yang
disebabkan oleh P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin dan obat-obat
lainnya, serta efektif untuk malaria serebral.
c)
Kina dan alkaloid sinkona
Kina (kuinin) ialah alkaloid penting yang diperoleh dari pohon sinkona. Pohon
sinkona mengandung lebih dari 20 alkaloid, tetapi yang bermanfaat di klinik hanya
2 pasang isomer, kina dan kuinidin serta sinkonin dan sinkonidin. Struktur utama
adalh gugus kuinolin. Kuinidin sebagai antimalaria lebih kuat dari kina, tetapi juga
lebih toksik.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja antimalarianya berkaitan dengan gugus kuinolin yang
dimilikinya, dan sebagian disebabkan karena kina merupakan basa lemah,
sehingga akan memiliki kepekatan yang tinggi d dalam vakuola makanan P.
falciparum. Diperkirakan obat ini bekerja melalui penghambatan aktivitas heme
polimerase, sehingga terjadi penumpukan substrat yang bersifat toksik yaitu heme.
Heme adalah hasil sampingan dari penghancuran haemoglobin di dalam vakuola
makanan,yang pada keadaan normal oleh enzim tersebut diubah menjadi pigmen
malaria yang tidak merusak.
Farmakokinetik
Absorpsi – kina dan turunannya diserap baik terutama melalui usus halus bagian
atas. Distribusi – distribusinya luas, terutama ke hati, tetapi kurang ke paru, ginjal
dan limpa; kina juga melalui sawar uri. Kadar puncaknya dalam plasma dicapai
dalam 1-3 jam setelah suatu dosis tunggal. Metabolisme – sebagian besar alkaloid
sinkona dimetabolisme di hati. Waktu paruh eliminasi kina pada orang sehat 11
jam, sedang pada pasien malaria berat 18 jam. Ekskresi – hanya kira-kira 20% yang
diekskresi dalam bentuk utuh di urin. Karena perombakan dan ekskresi yang cepat,
tidak terjadi akumulasi dalam badan.
Pada infeksi akut akan diperoleh peningkatan α1 glycoprotein yang akan mengikat
fraksi bebas kina, sehingga kadar bebas yang tadinya 15% dari konsentrasi plasma,
menurun menjadi 5-10%. Keadaan ini dapat mengurangi toksisitas, tapi juga dapat
mengurangi keberhasilan terapi, apabila kadar bebasnya menurun sampai di bawah
KHM.
Indikasi – malaria falciparum yang resisten klorokuin dalam bentuk kombinasi
dengan doksisiklin/klindamisin/pirimetamin-sulfadoksin memperpendek waktu
th dan mengurangi toksisitas.
4.3. Efek samping
4.4. Kontraindikasi
LI. 5. Memahami dan menjelaskan Gebrak Malaria di Indonesia
Pengertian
Gebrak malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk
memberantas malaria secara intensife melalui kemitraan antara pemerintah, dunia
usaha, lembaga wadaya masyarakat, dan badan-badan internasional serta penyandang
dana.
Tujuan
Tujuan gebrak malaria adalah meningkatnya kemampuan setiap orang dan kepedulian
masyarakat untuk mengatasi malaria, terciptanya lingkungan yang terbebas dari
penularan malaria, terselengara dan terjangkaunya upaya penanggulangan malaria yang
bermutu untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan malaria serta meningkatkan
produktifitas kerja guna mencapai indonesia sehat 2010.
Sasaran
Sasaran gebrak malaria meliputi 3 kahalayak sasaran, yaitu:
a) Sasaran Primer.
Sasaran primer adalah kelompok sasaran didaerah bermasalah malaria, meliputi
siapa yang paling beresiko malaria, siapa yang paling banyak terkena malaria, mana
yang paling penting yang harus dijangkau.
b) Sasaran Sekunder.
Sasaran sekunder adalah kelompok sasaran yang mempengaruhi perubahan
perilaku ( melatih, mendukung, meotivasi ) kelompok sasaran primer.
c) Sasaran Tersier.
Sasaran tersier adalah para pembuat dan pengambil keputusan, penyandang dan
yang memungkinkkan terlaksannya kegiatan gebrak malaria
a. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan dalam malaria ini meliputi:
a) Advokasi
Advokasi gebrak malaria adalah suatu upaya persuasi dan motivasi dengan
informasi yang tepat, akurat, dan shahi untuk memperoleh dukungan dari
pemerintah, dunia usaha, LSM dan para pengambil kebijakan publik sehingga
terjadi perubahan kebijakan yang mendukung upaya pemberantasan malaria.
b) Kemitraan
Kemitraan gebrak malaria adalah upaya untuk menciptakan suasana konduktif guna
menunjang promosi gebrak malaria, menjalin kemitraan untuk pembentukan opini
publik dengan berbagai kelompok yang ada di masyarakat seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, lembaga sawdaya masyarakat, dunia usaha,
swasta dan organisasi
c) Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya untuk meningktakan pengetahuna
dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat dan fasilitas yang ada
.
MASALAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM MALARIA
Dari berbagai hasil penelitian dan program yang dilakukan di Indonesia oleh berbagai
pihak maka ada beberapa masalah dalam pelaksanaan program malaria yang harus diatasi
bersama antara lain :
1. Diagnosis : masih banyak kasus malaria dengan penderita yang tinggal di daerah
terpencil dan sulit terjangkau serta hanya berdasarkan gejala yang nampak saja.
2. Pengobatan : beberapa daerah endemik malaria sudah banyak penderita yang resisten.
3. Pengendalian : pengendalian vektor tidak berdasarkan fakta dinamika transmisi
penularan malaria.
4. Kerjasama dan partisipasi masyarakat : terbatasnya partisipasi dari sektor lain dan
masyarakat.
5. Mobilisasi sumber daya : advokasi sumberdaya untuk mendukung upaya pengendalian
malaria di tiap daerah administrasi.
RENCANA PENGENDALIAN MALARIA
Bagan diatas adalah rencana pengendalian malaria hingga tahun 2010 dengan target utama
menurunkan angka kesakitan karena malaria hingga 50% untuk seluruh penderita di
Indonesia. Adapun obat anti malaria yang digunakan di Indonesia adalah:
1. amodiakuin2. artesunate
3. primakuin
4. klorokuin
5. kina
6. artemeter
Sedangkan untuk antibiotik antara lain :
1. doksisiklin
2. tetrasiklin
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto, et al. 2008. Buku ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FK UI.
Dorland, WA. Newman (2010). Kamus Kedokteran Dorland (Alih bahasa: Albertus Agung
Mahode). 31st Ed. Jakarta: EGC
Soedarmo,S.Sumarmo,et al.(2002). Buku Ajar Infeksi Dan Penyakit Tropis Buku 2, IDAI,
Jakarta
Widoyono. (2008). Penyakit Tropis:
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga
Epidemiologi,
Penularan,
Pencegahan
&
Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia.
Jakarta: Depatrtemen Kesehatan RI.
Harijanto. PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006
Katzung B. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 3. Edisi 8. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Jakarta : Salemba Medika, 2004
Syarif A, et al. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI
Download