ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SISTEM KARDIOVASKULER : STEMI ANTERIOR DI RUANG ICCU RSUP Dr. SARDJITO DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4A 1. DYAH AYU SEKARSARI (P07120217017) 2.ERVIETA ADISTYA H. (P07120217018) 3. FAISAL ADITIA M. (P07120217019) 01 PENGKAJIAN UMUM Tanggal Pengkajian ❏Jam ❏Oleh : 09 November 2020. : 14.00 WIB. : Dyah Ayu Sekarsari, Ervieta Adistya Hargiyati, Faisal Aditia Maulana. ❏Sumber Data : Dokumen Rekam Medis, Pasien dan Keluarga Pasien. ❏Metode Pengumpulan Data : Observasi, Pemeriksaan Fisik, Wawancara, dan Studi Dokumen. ❏ IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap : Tn. H ❏ Umur : 53 Tahun ❏ Jenis Kelamin : Laki-Laki ❏ Agama : Islam ❏ Pendidikan : SD ❏ Pekerjaan : Buruh ❏ Dx. Medis : STEMI Anterior ❏ Tanggal Masuk RS : 09 November 2020 ❏ PENGANGGUNGJAWAB Nama : Ny. H ❏ Hubungan Dg Pasien : Istri ❏ Pekerjaan : IRT ❏ Alamat : Njaten, Banjarharjo, Bimomartani, Ngemplak, Sleman ❏ A. FOCUS ASSESSMENT Keadaan Umum : Baik Tingkat Kesadaran : Composmentis, GCS : 15 (E4, M5, V6) Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri dada saat bergerak, nyeri dada seperti terbakar, nyeri di dada tidak menjalar, nyeri skala 5 dari 10, nyeri terus menerus. B. SEKUNDER ASSESSMENT Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mentakan memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mengatakan sudah merokok sejak tahun 2002. Riwayat Kesehatan : Keluarga Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan ayahnya juga memiliki riwayat penyakit hipertensi dan jantung. : 8 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada dan keringat dingin saat terbangun dari tidurnya. Kemudian pasien dibawa ke RS PDHI dengan hasil gambaran EKG serangan jantung. Kemudian pasien dirujuk ke RSS untuk dilakukan pemasangan ring. Saat pasien datang di ICCU pasien masih dengan keluhan nyeri dada. PRIMARY SURVEY Airway : Tidak terdapat sumbatan, suara napas normal. Breathing : RR 20x/menit, napas teratur, tidak terdapat retraksi dada, dan tidak terlihat menggunakan otot bantu napas berlebih, suara napas normal. Circulation : Nadi : 95x/menit, nadi teraba teratur, TD : 108/67 mmHg, suhu 36 celcius, capillary refil <2 detik, akral hangat, turgor kulit normal. Disability : Composmentis, GCS : 15 (E4, M5, V6), pupil isokor, fungsi bicara normal, kekuatan ekstremitas atas maupun bawah semuanya 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium : - DPL: Hb 13,3 g/dL, HT 39,5%, Trombosit 258/kl, Leukosit 10,87/kl KIMIA : Creatinin 1,01, GDS 149, SGOT 125, SGPT 71 ELEKTROLIT : Natrium 142, Kalium 5,1, Klorida 107 AGD : PT 71, APTT 3101, Tropinin T Negative Thorax : Cardiomegaly dengan odema pulmo EKG : Irama sinus, HR 100x/menit, ST elevasi di lead 1, aVL, V1-V6, Q panjang di V1-V6 ECHO EKG : EF 41%, TAPSE 20 TERAPI - Furosemide 20 mg (extra) - Aspilet 80 mg/24 jam - Ticagleror 90mg/12 jam - Bisoprolol 1,25mg/24 jam - Aprozolam 0,5mg/24 jam - Captopril 37,5 mg/8 jam - Captopril 37,5 mg/8 jam DAFTAR KONTROL ISTIMEWA Waktu TD Nadi RR Intake Oral 08.00 108/60 80 21 09.00 108/75 65 21 10.00 118/60 70 21 11.00 115/65 75 21 12.00 117/63 73 21 13.00 115/60 75 21 Parentral Output Lain-Lain BAK Muntah Lain-Lain 100cc AP 10cc AP 50cc AP Total Intake : 160 cc Balance Cairan : - 572, 5 cc 550 cc Total output : 732,5 cc IWL : 182,5 cc SECONDARY SURVEY Kepala : Kepala simetris, tidak ada jejas dan memar, tidak ada luka terbuka. Vertebra Servikalis dan Leher : Tidak terdapat luka/memar, kulit leher kering. Thoraks : a. b. c. d. Dada a. b. c. d. Inspeksi : Napas teratur 20x/menit. Auskultasi : Vesikuler, tidak ada suara napas tambahan. Perkusi: Sonor/redup, tidak ada tanda-tanda penumpukan cairan. Palpasi : Napas sejajar paru kanan dan kiri. Inspeksi : Kulit area dada sama dengan anggota tubuh lain, tidak ada jejas ataupun memar, dan tanda-tanda infeksi. Auskultasi : Napas teratur. Perkusi : Terdapat nyeri tekan. Palpasi : Tidak teraba benjolan mencurigakan. Abdomen : a. Inspeksi : Dinding dada sejajar dinding perut, tidak ada kelainan warna kulit sama dengan anggota tubuh lain. b. Auskultasi : Bising usus kurang lebih 3x/mnt c. Perkusi : Timpani, tidak terdengar bunyi penumpukan cairan pada abdomen, tidak ada nyeri tekan d. Palpasi : Tidak teraba massa pada abdomen, otot perut supel, hepar tidak teraba besar Genetalia : Genetalia normal, terpasang kateter, urin klien berwarna kuning. Muskuloskeletal : Gerakan ekstremitas lancar tetapi lemah, tidak ada rasa nyeri selama pemeriksaan ekstremitas, tidak ada fraktur. 5 5 5 5 02 DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut 2. Resiko penurunan curah jantung 3. Intoleransi aktivitas 03 INTERVENSI KEPERAWATAN DX 1 : Nyeri Akut - Monitor TTV dan skala nyeri dengan PQRST. Berikan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri. Ajarkan teknik distraksi untuk mengurangi rasa nyeri. Kelola pemberian obat analgesic sesuai program terapi. DX 2 : Resiko Penurunan Curah Jantung - Monitor TTV Monitor EKG Monitor intake, output, dan balance cairan Berikan oksigen 2lt/menit Kelola pemberian terapi farmakologi sesuai program terapi DX 3 : Intoleransi Aktivitas - Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Sediakan lingkungan yang nyaman Anjurkan tirah baring dan melakukan aktivitas secara bertahap Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan 04 CATATAN PERKEMBANGAN DX 1 : Nyeri Akut IMPLEMENTASI EVALUASI 10 November 2020 1. Memonitor TTV 2. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam 3. Mengedukasi teknik distraksi 4. Memonitor nyeri dengan PQRST 10 November 2020 S : Pasien mengatakan masih nyeri saat bergerak, nyeri seperti terbakar, nyeri didada tidak menjalar, skala nyeri 3 dari 10, nyeri hilang timbul. O : TD 118/60 mmHg, Nadi 78x/mnt, RR 20x/menit, SPO 97%, pasien mampu mempraktekan teknik relaksasi nafas dalam dengan benar. A : Nyeri akut belum belum sebagian P : Lanjutkan intervensi - Monitor TTV dan skala nyeri - Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam - Kelola pemberian obat analgesic sesuai program terapi 11 November 2020 1. Memonitor TTV 2. Memonitor nyeri dengan PQRST 3. Mempoisikan pasien semi fowler 11 November 2020 S : Pasien mengatakan masih nyeri, nyeri terasa panas, nyeri didada tidak menjalar, skala nyeri 1 dari 10, nyeri hilang timbul, pasien mengatakan kondisinya jauh lebih membaik, pasien mengatakan posisinya sudah nyaman. O : TD 140/70 mmHg, nadi 93x/mnt, RR 32x/mnt, SPO2 97% A : Nyeri akut belum teratasi P : Lanjutkan intervensi - Monitor TTV dan skala nyeri dengan PQRST - Pertahankan posisi semi fowler DX 2 : Resiko Penurunan Curah Jantung IMPLEMENTASI EVALUASI 10 November 2020 1. Memonitor TTV 2. Merekam dan memonitor hasil EKG 3. Memonitor pemberian oksigen 4. Memonitor intake, output, dan balance cairan 10 November 2020 S : Pasien mengatakan tidak sesak O : Irama EKG sinus rhytem, TD 118/60 mmHg, Nadi 78x/mnt, RR 20x/menit, SPO2 97%, intake 160 cc, output 732,5 cc, balance cairan -572 cc. A : Penurunan curah jantung belum teratasi P : Lanjutkan intervensi - Monitor TTV dan EKG - Monitor pemberian oksigen - Monitor intake, output, dan balance cairan. 11 November 2020 1. Memonitor TTV 2. Memonitor hasil EKG 3. Memberikan edukasi terkait hal-hal yang dapat memicu terjadinya serangan jantung 4. Mengkaji intake, output, dan balance cairan S: Pasien mengatakan kondisinya sudah jauh lebih baik Pasien mengatakan sudah paham dengan edukasi yang diberikan O : TD 140/70 mmHg, Nadi 93x/menit, SPO2 97%, intake 400 cc, output 582,5 cc, balance cairan -182,5 cc A : Penurunan curah jantung belum teratasi P : Lanjutkan intervensi : Monitor TTV Monitor hasil EKG Hitung balance cairan DX 3 : Intoleransi Aktivitas IMPLEMENTASI EVALUASI 10 November 2020 1. Menyediakan lingkungan yang nyaman untuk pasien 2. Menganjurkan pasien tirah baring 3. Memonitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas 10 November 2020 S: Pasien mengatakan dadanya nyeri saat bergerak Pasien mengataan akan mengikuti anjuran perawat O: Pasien tampak mampu makan sendiri dengan sedikit dibantu Posisi pasien tampak sudah tirah baring A : Intoleransi aktivitas belum teratasi P : Lanjutkan intervensi : Sediakan lingkungan yang nyaman untuk pasien Anjurkan pasien tirah baring Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas 11 November 2020 1. Menyediakan lingkungan yang nyaman untuk pasien 2. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas bertahap 3. Memonitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas 11 November 2020 S: Pasien mengatakan dadanya sedikit nyeri saat bergerak Pasien mengataan akan mengikuti anjuran perawat O : Pasien tampak sudah duduk dan makan sendiri A : Intoleransi aktivitas belum teratasi P : Lanjutkan intervensi : Sediakan lingkungan yang nyaman untuk pasien Anjurkan tetap melakukan aktivitas bertahap Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas 05 KESIMPULAN A. Kesimpulan 1. Pada diagnosa nyeri akut, selama implementasi pasien kooperatif, pasiejn mampu mengikuti sesuiai tuntutan perawat, dan mengikuti dengan benar. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam nyeri akut belum teratasi, ditunjukan pasien masih merasakan nyeri dengan TD 140/70 mmHg, nadi 93x/menit, RR 32x/menit. 2. Pada diagnosa nyeri akut, selama implementasi pasien kooperatif, pasiejn mampu mengikuti sesuiai tuntutan perawat, dan mengikuti dengan benar. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam penurunan curah jantung belum teratasi, ditunjukan dengan TD 140/70 mmHg, nadi 93x/menit, RR 32x/menit., balance cairan -182,5. 3. Pada diagnosa nyeri akut, selama implementasi pasien kooperatif, pasiejn mampu mengikuti sesuiai tuntutan perawat, dan mengikuti dengan benar. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam intoleransi aktivitas belum teratasi, ditunjukan dengan pasien masiih merasa nyeri saat bergerak. B. Saran 1. Lanjutkan intervensi 2. Monitor TTV dan skala nyeri dengan PQRST 3. Pertahankan posisi semi fowler 4. Monitor EKG 5. Memonitor intake, output, dan balance cairan 6. Sediakan lingkungan yang nyaman untuk pasien 7. Anjurkan tetap melakukan aktivitas bertahap 8. Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Daftar Pustaka Ikram, A. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Salemba Medika. Irmalita. 2015. Pedoman Tatalaksana Sinrom Koroner Akut. Jakarta : Centra Comunications Muttaqin, A & Sari, K. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : EGC. Tambayong. 2012. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. WHO. (2017). A Global Brief on Cardiovascular. Geneva: World Health Organization. TERIMAKASIH