SATUAN ACARA BERMAIN (SAB) PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA MENGGUNAKAN METODE TERAPI MENIUP BALON DI RUANG TERAPI BERMAIN (RUMAH SAKIT) Oleh Kelompok 2 : Arinda Veronica Putri (201710300511034) Alvina Widari Mahadewi (201810300511046) Irma Yusida (201810300511047) Aisyah Putri Ramadhani (201810300511048) Elen Jihan Pratama (201810300511049) Wahyu Tirta Kusuma (201810300511050) Dewanto Wijiantomo (201810300511051) Bagus Danis Pamungkas (201810300511052) Endang Susilowati (201810300511053) PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2020 i PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit Sub Pokok Bahasan : Menyusun Balok Tempat : Di Rumah Hari/tanggal : Kamis, 8 Oktober 2020 Waktu : 10.00-10.30 WIB Sasaran : Anak usia Toddler dan usia preschool (7 Tahun) Jenis permainan : MENIUP BALON A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain anak biasanya cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya melalui bermain hal ini dapat kita amati dalam kehidupan seharihari bahwa waktu yang digunakan untuk bermain oleh anak lebih banyak dibandingakan dengan belajarnya maka dari itu dengan memahami hal diatas maka kita perlu menstimulus atau memberikan pembelajaran bagi anak melalui bermain kerana belajar pada anak usia dini adalah bermain dan bermain pada anak usia dini adalah belajar. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan gas setempat. Anak dengan pneumonia menyebabkan kemampuan paru mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat agar tidak terjadi hipoksia. Apabila pneumonia bertambah parah, paru akan menjadi kaku dan timbul tarikan dinding bawah ke dalam. Anak dengan pneumonia dapat meninggal karena hipoksia dan sepsis, akibatnya kemampuan paru untuk menyerap oksigen menjadi berkurang yang menyebabkan sel-sel tidak bisa bekerja. ISPA dan pneumonia sangat erat hubungannya terutama pada balita, ISPA yang berlanjut dapat menjadi pneumonia. Oleh karena itu kami membuat SAB ini 2 agar kami bisa meringankan beban anak dengan penyakit pneumonia yaitu dengan cara mengalihkan perhatiannya dengan bermain. B. Tujuan 1) TIU (Tujuan Instruksional Umum): Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat merasa tenang, tidak merasa tertekan dan merasa senang dirawat di rumah sakit. Sehingga dalam proses perawatan, anak merasa nyaman. 2) TIK (Tujuan Instruksional Khusus): Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu : 1) Bisa merasa tenang selama dirawat. 2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat 3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat 4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan 5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi 6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal 7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap suatu permainan 8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat 9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit 10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien. C. Metode dan Media 1) Metode a) Bermain bersama b) Mendengarkan tanggapan anak atau tanya jawab 2) Media a) Meniup Balon b) Hadiah D. Kegiatan 1) Pengorganisasian 3 a) Leader 1 : Elvira b) Notulen : Elvira c) Fasilitator : Elvira Pembagian tugas : a) Peran Leader - Bertanggung jawab dalam menciptakan visi, target suatu organisasi - menginspirasi orang lain, bagaimana seseorang bisa membuat orang lain mau belajar - Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi - Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif. b) Peran Observer/Notulen - Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara - Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan evaluasi kelompok c) Fasilitator - Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan - Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan - Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah - Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan. - Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan - Membimbing kelompok selama permainan 2) Setting tempat 4 Keterangan : = Leader, Fasilitator, Observer/Notulen = Peserta = Orangtua 3) Kegiatan Bermain No Waktu Terapis 1. Pembukaan: 5 menit Anak 1. Leader membuka dan mengucapkan Menjawab salam salam Mendengarkan 2. Memperkenalkan diri Mendengarkan 3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan dan saling 4. Memperkenalkan anak berkenalan 5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan 6. Mempersilahkan leader 2. 15 Kegiatan bermain: menit 1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan 2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan bermain atau tidak 3. Membagikan permainan Menerima permainan 4. Leader, dan fasilitator memotivasi Bermain anak 5. Observer mengobservasi anak Bermain Mengungkapkan perasaan 6. Menanyakan perasaan anak 3. 5 menit Penutup: 1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain 2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan 5 3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan 4. Membagikan hadiah pada semua Senang anak yang bermain 5. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan 6. Leader menutup acara Mendengarkan 7. Mengucapkan salam Menjawab salam E. EVALUASI PELAKSANAAN 1. Evaluasi struktur a. Terapi bermain dilaksanakan pada tanggal 08 Oktober 2020 pukul 10.00 setelah acara penyuluhan selesai sesuai yang disepakati oleh mahasiswa dan keluarga anak tersebut. b. Media yang digunakan untuk usia toodler adalah balon karet. c. Sebelum pelaksanaan, pihak mahasiswa telah melewati berbagai proses, yaitu : 1) Proses pembuatan proposal yang telah mendapatkan persetujuan dari pihak institusi pada 7 Oktober 2020, dan mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga pada 8 Oktober 2020. 2) Pengorganisasian sesuai dengan pembuatan proposal 3) Persiapan fasilitas yang akan digunakan dalam terapi bermain, yaitu balon karet untuk peserta usia 6-9 tahun dan souvenir untuk para peserta, serta musik agar peserta dapat bernyanyi bersama d. Melakukan setting dan alur acara, yaitu mempersiapkan alat- alat yang akan di gunakan. 2. Evaluasi Proses a. Mahasiswa yang mengikuti berjumlah 1 orang. b. Peserta yang mengikuti terapi bermain berjumlah 1 orang, dengan usia 7 tahun. c. Saat terapi bermain, peserta mengikuti dengan gembira sampai acara terapi bermain selesai d. Terapi bermain berlangsung ± 30 menit, dan selesai pada jam 10.30 e. Setelah itu mahasiswa mengajak peserta untuk bernyanyi bersama, dan peserta ikut bernyanyi bersama. f. Di akhir acara bermain, peserta diberikan souvenir yang bermanfaat bagi peserta. 6 3. Evaluasi akhir (kuesioner) Sebelum acara berakhir, orang tua dari peserta terapi bermain diberikan kuesioner tanggapannya tentang acara terapi bermain dan penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa Universitars Muhammadiyah Malang, pada 08 Oktober 2020 jam 10.00-10.30. Hasilnya adalah sebagai berikut : a. Orang tua peserta sangat puas dengan adanya acara terapi bermain dan penyuluhan b. Orang tua peserta mengatakan baik pada materi penyuluhan yang telah disampaikan c. Orang tua peserta mengatakan sangat menarik pada acara terapi bermain dan penyuluhan yang telah diadakan mahasiswa d. Orang tua peserta mengatakan jelas pada jawaban yang dijelaskan mahasiswa untuk pertanyaan peserta e. Orang tua peserta yang mengatakan sikap mahasiswa sangat sopan selama acara terapi bermain dan penyuluhan berlangsung. 7 Lampiran Materi A. MATERI SATUAN ACARA BERMAIN 1. PENGERTIAN BERMAIN Bermain adalah hak dasar anak usia dini. Bermain merupakan kegiatan mengekspresikan diri tanpa paksaan dengan perasaan senang. Pada anak usia dini, bermain dapat memberikan banyak manfaat terhadap perkembangannya. Adapun manfaat bermain dapat mengembangkan aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, serta perkembangan sosial anak. Manfaat bermain tidak hanya dirasakan ketika dilakukan bersama sekelompok teman, namun bermain sendiri juga dapat memberikan manfaat tersendiri bagi anak usia dini. Tentu dengan diketahuinya manfaat bermain akan menambah referensi bagi stakeholder di kalangan PAUD untuk menyisipkan unsur edukasi dalam setiap kegiatan bermain anak. Tanpa disadari anak-anak, kegiatan bermain yang anak-anak lakukan dapat memberikan suatu penilaian kepada pendidik atau orangtua. Sampai ditahap manakah perkembangan anak tersebut? Penilaian tersebut, dapat dilihat ketika anak-anak sedang asyik bermain dan tanpa disadari oleh anak bahwa ia sedang diamati proses tumbuh kembangnya. 2. FUNGSI BERMAIN Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. a. Perkembangan Sensoris – Motorik Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus. b. Perkembangan Intelektual Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk 8 memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya. c. Perkembangan Social Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga. d. Perkembangan Kreativitas Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang. e. Perkembangan Kesadaran Diri Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain f. Perkembangan Moral Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan 9 kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah. g. Bermain Sebagai Terapi Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu mengekspresikannya secra verbal. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya. 3. TUJUAN BERMAIN Tujuan terapi bermain di rumah sakit adalah agar anak dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Terapi bermain dapat membantu anak menguasai kecemasan dan konflik karena ketegangan mengendor dalam permainan, anak dapat 10 menghadapi masalah kehidupan, memungkinkan anak menyalurkan kelebihan energi fisik dan melepaskan emosi yang tertahan.Selain itu, terapi bermain mampu meningkatkan kerjasama anak dengan petugas kesehatan selama perawatan. Terapi bermain di rumah sakit bermanfaat untuk memberikan pengalihan dan menimbulkan relaksasi. Hampir semua bentuk bermain dapat digunakan untuk pengalihan dan relaksasi, tetapi aktivitas tersebut harus dipilih berdasarkan usia, minat, dan keterbatasan anak. Anak-anak tidak memerlukan petunjuk khusus, tetapi bahan mentah untuk digunakan, dan persetujuan serta pengawasan. Anak kecil menyukai berbagai mainan yang kecil dan berwarna-warni yang dapat mereka mainkan di tempat tidur dan menjadi bagian dari ruang bermain di rumah sakit. B. PRESCHOOL 1) Pengertian Preschool Anak usia sekolah menurut ahli psikologi disebut sebagai masa penjelajah atau usia bertanya karena mereka pada masa ini gemar menjelajahi lingkungan, terdapat dorongan rasa ingin tahu mengenai apa yang ada di sekitarnya baik perasaan maupun mekanisme kehidupan lingkungan yang ada disekitarnya. Anak-anak cenderung sering bertanya oleh karena itu lingkungan tidak bosan menjawab pertanyaan mereka. Alternatif anak-anak yaitu sering diajak jalan untuk menyalurkan Hasrat ingin tahu mengenai lingkungan dan alam sekitarnya (Sabri, 1993:1) Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm. b) Aspek Bahasa Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus. Perkembangan komunikasi anak selanjutnya memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat 2 kata bereaksi terhadap 11 pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat. Anak mulai memperkenalkan atau merubah topik dan mulai belajar memelihara alur percakapan dan menangkap presepsi pendengar. c) Aspek Sosial Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan Keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik. Sosial emosi juga semakin dipahami sebagai sebuah krisis dan perkembangan anak hal ini disebabkan karena anak terbentuk melalui sebuah perkembangan dalam proses belajar. Dari masa perkembangan awal bayi menunjukan rasa aman dalam keluarganya apabila kebutuhan terpenuhi oleh lingkungan anak akan mengeksplorasi melalui sentuhan rasa. Dari mengeksplorasi itulah anak akan belajar sebaliknya apabila anak merasa tidak aman dalam lingkungan keluarga anak akan menghabiskan energinya unyuk mengatur dirinya sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi.. d) Aspek Kognitif Tahun ketiga anak mulai memahami konsep waktu dan mampu membedakan sekarang, segera dan nanti. Ia mulai mengurutkan objek berdasarkan satu ciri seperti bentuk, ukuran atau warna perlahan anak akan lebih memahami konsep ukuran misalnya onjek mana yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain mereka bisa menunjukkan dengan jari jari saat ditanya mengenai umurnya. Kini mereka sudah mamiliki konsentrasi yang lebih baik. Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif anak yang berumur 3 tahun: -Bantu anak memiliki pemahaman terkait kata dan benda -Kegiatan memilah benda akan mengembangkan kemampuan untuk menyortir menyususn dan mengklasifikasi objek sesuai warna -Lakukan permainan memori bersma anak misalnya mencocokkan kata-kata -Berikan anak puzzle seperti menyortir bentuk atau yang melatihnya belajar tentang sebagai bentuk dan ruang Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran, kotak Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat, Menaiki sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat gigi. 12 e) Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak a. Faktor herediter Factor genetic merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Termasuk factor genetic diantaranya jenis kelamin, ras dan factor bawaan yang sifatnya patologi. b. Faktor lingkungan Lingkungan tempat tinggal anak akan mempengaruhi kecepatan dan kualitas tumbuh kembangnya contoh lingkungan fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu cuaca, sanitasi, rumah tinggal c. Lingkungan nutrisi Pemberian nutrisi yang menandai Bersama dengan stimulasi sangatlah penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anak salah satu nutrisi seperti kolin berperan serta dalam proses pembentukan sel saraf otal f) Macam Bermain a. Bermain aktif. Pada permainan ini anak berperan secara aktif yang dilakukan secara bebas dan spontanitas ada aturan tertentu yang membatasi keasikan anak dalam bermain Ketika anak-anak melakukan permainan ini secara tidak langsung ia akan melakukan sedikit pembelajaran dengan bereksperimen atau menyelidiki mencoba serta mengenal hal-hal yang baru permainan aktif cenderung melibatkan anak secara langsungg dengan mengaktifkan fisikomotorik anak dengan intens b. Bermain pasif. Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cenderung hanya melibatkan anak dalam kegiatan mikro yang menggunakan fisik secara enteng saja g) APE ( Alat Permainan Edukatif ) a. Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk : b. Alat-alat untuk menggambar Manfaat dari alat permainan edukatif ini adalah meningkatkan daya ingat anak mengenalkan pada anak benda-benda disekitar melalui menggambar c. Puzzle sederhana Manfaat dari alat permainan edukatif ini adalah meningkatkan kreativitas dan inisiatif anak meningkatkan kesadaran ruang mengenal bentuk-bentuk dan menggabungkannyasekaligus melatih keterampilan motoric halus 13 d. Kertas lipat Manfaat alat permainan edukatif ini dapat melatih anak untuk kreatif anak diajarkan untuk membuat sesuatu yang membuatnya merasa senang h) Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit. i) Manfaat alat permainan edukatif (APE) -Mengembangkan kemampuan menyamakan dan mengembangkan -Mengembangkan kemampuan berbahasa -Mengembangkan pengertian tentang berhitung -Meningkatkan kepercayaan diri -Mengembangkan kreativitas -Membedakan benda-benda dengan peradaban j) Permainan yang dianjurkan : a. Menggambar b. Bermain kertas lipat c. Menyusun balok, Mobil – mobilan dll. d. Menyanyi e. Alat olahr raga, masak, menghitung C. MATERI BERMAIN MENIUP BALON 1) Pengertian Balloon blowing atau latihan pernapasan dengan meniup balon merupakan salah satu latihan relaksasi pernapasan dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara melalui mulut kedalam balon. Relaksasi ini dapat memperbaiki transport oksigen, membantu pasien untuk memperpanjang ekshalasi dan untuk pengembangan paru yang optimal (Jun Jun H, 2015). Studi tersebut diperkuat pula oleh Tunik (2017) bahwa pemberian breathing relaxation dengan teknik meniup balon dapat mempengaruhi saturasi oksigen dan perubahan fisiologis kecemasan. 14 Latihan meniup balon dapat mencegah terjadinya sesak napas dan kelemahan karena oksigen yang masuk dalam tubuh menyediakan energi untuk sel dan otot dengan mengeluarkan karbondioksida. Sedangkan menurut Kim, Jin S. (2012), bahwa meniup balon merupakan latihan yang memberikan kemampuan yang efektif bagi paru untuk melakukan pengambilan dan pengeluaran udara paru, selama latihan alveoli akan mengeluarkan karbondioksida yang terjebak dalam paru selama ekhalasi dan memasukkan oksigen dalam darah selama inhalasi. Terapi bermain yang dapat digunakan dirumah sakit maupun dirumah untuk membantu melancarkan pernafasan dan mempertahankan pola nafas anak tetap normal yaitu dengan metode bermain meniup balon. Balon lebih mudah digunakan karena bentuknya elastis sehingga lebih efektif jika dilakukan untuk terapi nafas dalam. Balon memiliki warna yang menarik sehingga membuat anak-anak tertarik dalam melakukan terapi nafas dalam dan anak dapat memilih warna kesukaan mereka. 2) Faktor Penyebab Ketidakmampuan Meniup Balon Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan tertentu, seperti meniup balok, dapat menghambat perkembangan berikutnya. Saat anak anda berusia 18 bulan, dan ia tidak berminat bermain susun balok perlu diwaspadai. Kemungkinan si kecil mengalami keterlambatan. Faktor penyebabnya yaitu: a) Karena kurang dirangsang atau kurang latihan Anak anak dapat dilatih dengan memberinya balon. Umumnya, anak anak berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan kreativitas dan mudah tertarik, sehingga ingin mencoba benda benda yang belum pernah dimainkan.. b) Ada gangguan pada mata Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama. c) Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila anda mendapati si kecil anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba, anda perlu waspada. Segera bawa ia ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan 15 3) Keuntungan Menyusun Balok Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain dengan meniup balon, antara lain: a) Terapi bermain meniup balon dapat merangsang sensor motoric dan pergerakan tubuh anak serta melatih pernapasan dalam memanajemen masuk dan keluarnya udara dari dalam tubuh anak b) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat c) Perawatan di rumah maupun dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan senang dan tenang pada anak. 16 DAFTAR PUSTAKA Pratiwi, Wiwik. 2017. KONSEP BERMAIN PADA ANAK USIA DINI. TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 5, Nomor 2 Permata Sari, Merlinda., Hari Cahyati, Widya. 2019. Tren Pneumonia Balita di Kota Semarang Tahun 2012-2018. HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT Septiani, R. d. (2016). TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 3-5 TAHUN YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD). Jurnal Keperawatan, 115. 17 DOKUMENTASI KEGIATAN 18