Masjid Miftahul Huda, Jum'at 13 Nov 2020 َ اْلس ََْل َم ساََ ََ َكاًًا ِّ ِ عدَ ِل ْل ُمت َ َم َ َو َو،س ِويًّا َ ََس ِكيْنَ بِ ِه َويَ ْن َه ْونَ ْال َ ط ِر ْيقًا ْ ا َ ْل َح ْمدُ هللِ الَّذ،ِا َ ْل َح ْمدُ هلل ِ ْ ِى َجعَ َل َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن.س ُن ًَ ِديًّا َ ،ُ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ دَهُ َالش َِريْكَ لَه.ع ِليًّا َ َ ْش َهاََة َ ََ ْن ُه َو َخي ٌْر ََّقَا ًَا َوأَح ْ ْ ِّ َّ ُ س ِيِّ ِدًَا َُ َح َّمد ُ ع ْبدُهُ َو َر ً َار ِم ِكب ُ ص َ س ِل ْم ِ َّ س ْولهُ ال ُمت َ س ِيِّدًََا َح َّمدًا َ علَى َ ص ِِّل َو َ َ َ اَلل ُه َّم ف.صبِيًّا َ ارا َو ِ ف ِبال َم َك ْ َّ ُ ش ْيئ ًا َ صحْ ِب ِه ال ِذيْنَ يُحْ ِسنُ ْونَ ِإ ْسَلَ ََ ُه ْم َولَ ْم يَ َْ َعل ْوا ُ صاَِقَ ال َو ْع ِد َو َكانَ َر َ َو،س ْوالً ًَبِيًّا َ علَى آ ِل ِه َو َ ََكان ْ ْ َ َ فَقَ ْد فَازَ ال ُمتَّقُ ْون،ِِى َو ِإيَّا ُك ْم بِت َ ْق َوى هللا ِ ا ُ ْو،ُاض ُر ْونَ َر ِح َم ُك ُم هللا ِ فَيَا أيُّ َها ال َح،ُ أ َ ََّا بَ ْعد،فَ ِريًّا ْ ص ْينِ ْي ًَ َْس َّ يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ ََنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إِال،الر ِحي ِْم َّ الرحْ َم ِن َّ ِ ِبس ِْم هللا: قَا َل هللاُ ت َ َعالَى. ََوا َ ًْت ُ ْم َُ ْس ِل ُم ْون Alhamdulillah, hari Jumat ini kita masih diberi kemampuan oleh Allah Yang Mahakuasa untuk menjalankan salah satu perintah-Nya melaksanakan jamaah shalat Jumat. Rasanya Jumat ini adalah hari istimewa karena merupakan Jumat di bulan Rabiul Awal. Bulan kelahiran manusia paling mulia di jagat raya. Bulan maulidur rasulillah shallalahu ‘alaihi wasallam. Marilah kita selalu senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalani apa yang telah diperintahkan-Nya serta menjauhi dan menghindari apa yang telah dilarang-Nya. Rasulullah sebagai penerima wahyu Al-Qur’an. Rasul yang dipercaya mengemban dan menyampaikan Al-Qur’an kepada umat manusia di mayapada Demikian mulianya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga dalam hadits qudsi diungkapkan: قال هللا تعالى ألدم لوال محمد ماخلقتك Allah swt berkata kepada Nabi Adam as. Jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan engkau wahai Adam. Dalam riwayat lain dikatakan “jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan alam semesta ini”. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa bulan maulid ini malah terkesan menjadi bulan saling menuduh dan membid’ahkan. Hanya karena berbeda pendapat mengenai hukum peringatan maulid. Padahal tidak demikian seharusnya. Di bulan kelahiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini, umat Islam harus sadar dan kembali merapatkan barisan, meningkatkan ketakwaan dan merealisasikannya dalam realitas kehidupan. Sehingga menjadi nyata apa yang difirmankan oleh Allah subhanahu wata'ala bahwa Dia mengutus Rasulullah sebagai rahmat bagi semesta alam. wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin. Rahmat yang sudah sepatutnya kita syukuri dengan cara memperbanyak baca shalawat dan menyenangkan kaum fakir miskin dengan bersedekah. Bahkan keberadaan rahmat itu mewajibkan kita selaku umat untuk menyambutnya dengan gembira. Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmatNya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang merek kumpulkan. (Yunus: 58) Apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam ulumul qur’an diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya as-Suyuthi dalam ad-Durrul Mantsur menerangkan bahwa rahmat itu tiada lain adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Hal ini senada dengan kutipan Ibnu Abbas: وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس فضل هللا العلم ورحمته:فى األية قال قال هللا وما:محمد صلى هللا عليه وسلم أرسلنك إال رحمة للعالمين Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muahammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah swt telah berfirman (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam) (al-Anbiya: 107). Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi ‘hendaklah mereka bergembira’ secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambut gembira atas rahmat tersebut. Jamaah yang berbahagia, Demikian pentingnya merasa bergembira menyambut kelahiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sehingga Imam Imam al-Suyuthy (849-910 H/ 1445-1505 M) dalam Husnul Maqshad fi Amalil Maulid memberikan petunjuk cara merayakan maulid Nabi yang benar: َّ ْ َّ َ ُ ِى ِ هو الذ ْلد َو الم َل َم َ ع ْل أن أص ِ َ ُء َ ما َ ة ََا ِن َ م َسَّر تي ِر َق َّاسِ و ُ الن َاع ِم ْت ِج ا ُي ْ َِ ََ دة َار ِ الو َار ْب ة األخ ِوا َر و.ِْآن ُر الق ََ ََّ َْ َ ِى ْء أ ِد ِ ْه لي لى هللاُ ع ِ ص َّب ِ الن مر مب ف ِِّي َََّس ََ اآل َ ِى ََ ِِ يا ِْ ِن ِ م ِه لد مو َ ف َع َق ما و َ و لم و ُ ُُ َْ ُُّ َ ٌ َ َّ ُن ْ َُل ه لو يأك َاط ِم س هم د يم ثم ََ َْ َِك َيا َِ ََ َل لى ذ ٍ ع دة ِ ز ْر َي ْ غ ِن ن م ُو ِف َر ْص ين و ََ َّ ِ ْ ِ ْ َ َِ َْ ُ ِى ها لي ُ ع َاب يث الت َة َسَن الح دع الب ِن م َ ْ َْ َُ ِ ها در ِ ق ْم ِي ْظ تع ِن ِ م ْه ِي َا ف لم َاحِب ص ِ ََ َََّس ََّ َْ هار ِظ َا َ و لم ِ و ْه لي لى هللاُ ع ِ ص َّب الن ِِّي ِ ْ ِْ ِِي ِْ ِ الشَّر ِه لد َو ِم ِ ب ْشَار ِب ِسْت َاال ِ و َح َر الف "Bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca alQur’an dan kisah-kisah teladan kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad yang mulia. (Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, h. 189-197 ) Hal pertama yang harus ada dalam perayaan, sebagai bukti kegembiraan umat muslim atas kelahiran Rasulullah adalah membaca al-Qur’an. karena al-Qur’an adalah mukjizat Rasulullah sekaligus pedoman hidup bagi umat Muslim. Hal kedua yang tidak boleh terlewatkan adalah bercerita tentang kisah Rasulullah yang penuh keteladanan. Teladan bagi pemuda, bagi pedagang, bagi seorang suami, bagi seorang pemimpin dan tidak juga bagi segenap umatnya. Dan ketiga adalah Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki , yaitu: َ ُ ُْ َْ َ ُ َ ُْض ُ د ِْ بع َاب يث َّة ق ِي ْم تي بن ل ا ُو يق ََ ََ ْ ِ َ َِك ِْ ما ذل َك ِ و لد َو الم ْل ِع لي ف َّاسِ ع الن ُْد ََا َ ه َّ ُ إما ُِث ُ هاة مض ْض الن بع يح َِّاس ْسَى عليه السالم ِي ِ ع ْالَد ِي ِى م َى ف َار َّص ِلن ل َ إما َّ َ َّبي صلي هللا عليه وسلم ِلن ٌ ل َّة َب مح و ََ َ ً ََ َْ َ لى ُُ ُ د ُال ِ ِه هذ ْ ع هم ْب ِي يث َهللا ق ه و ْم ِي ْظ تع و ََ ْ ْ َِ َِ دع الب لى ِ الَ ع هاد ْت َاالج ِ و َّة َب َح الم ِ Ibn Taimiyyah berkata, “orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi akan diberi pahala. Demikian pula apa yang dilakukan oleh sebagian orang. Adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Allah Ta’ala akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan atas bid’ah yang mereka lakukan.”(Manhajus Salaf fi Fahmin Nushush Bainan Nadzariyyat wat Tathbiq, h. 399). dalam kitab Mafahim Yajib an Tushahhah halaman 316, peringatan maulid Nabi Muhammad ﷺmerupakan bentuk tradisi yang baik di masyarakat, bukan termasuk bagian dari masalah ibadah yang dipersoalkan keabsahannya. Sekali lagi, acara peringatan Maulid Nabi adalah tradisi dan adat kebiasaan yang baik. Dikategorikan tradisi yang baik, karena substansi peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺmemiliki banyak manfaat dan kebaikan bagi masyarakat, seperti meneladani prilaku Nabi, pembacaan ayat-ayat Al Qur’an, dzikir, tahlil, kalimat thayyibah dan pembacaan sejarah dan perjuangan Nabi Muhammad ﷺ. Hal tersebut juga berlaku untuk tradisi keagamaan selainnya, seperti peringatan Isra’ Mi’raj, peringatan Nuzulul Qur’an, Peringatan Tahun Baru Muharram, dan sesamanya. Syekh Abdul Karim Zidan dalam kitabnya al-Wajiz fi Ushulil Fiqhi halaman 253 menjelaskan bahwa tradisi yang syar’i adalah tradisi yang tidak berlawanan dengan nash agama, tradisi yang membawa maslahat syar’i, dan tradisi yang tidak menimbulkan mudarat bagi masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺadalah tradisi yang baik, karena substansinya dilegitimasi oleh syariat agama. Bagaimana Esensi perayaan Maulid Nabi Muhammad ?ﷺAda hal penting bagi kita dalam merayakan maulid Nabi Muhammad ﷺ, yaitu ungkapan rasa syukur kita atas rahmat Allah ﷻyang agung bagi seluruh alam semesta. Yaitu kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Kelahiran Nabi Muhammad merupakan rahmat yang agung untuk alam semesta ini. Imam Hakim meriwayatkan hadis dalam kitab َي َ َُّ Mustadrak Shahihain, Juz 1 halaman 91. Nabi bersabda: ها يا أ ََ َِّ ٌ َه ْم ُ ٌ داة َة ْم َح نا ر َا أ نم َّاسُ إ “ النWahai manusia, tiada lain aku ini adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah untuk kalian).” Banyak orang mengatakan bahwa nikmat terbesar adalah nikmat iman dan Islam. Betul, tapi nikmat iman dan Islam itu ada karena kelahiran Beliau Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Artinya, jika Beliau SAW tidak ada, tentu tidak akan ada Islam. Kedatangan Rasulullah SAW adalah nikmat paling besar. "Maka maknanya adalah ingatkanlah mereka tentang nikmat terbesar, yaitu Kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam," Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Jika kita merasa gembira akan kedatangan Rasulullah itu pertanda kita mencintainya. Biasanya orang yang cinta akan selalu berharap berjumpa dengan yang dicinta. Sebagaimana layaknya pemuda yang baru merasa ‘gandrung’ dengan sang kekasih. Ingin selalu bertemu walaupun hanya dalam mimpi. Meskipun kegembiraan dan cinta adalah dua hal yang beruruan dengan hati. namun cinta dan gembira itu dapat dibuktikan secara indrawi. Ada beberapa rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai alat penimbang kecintaan kita kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Pertama, siapa yang cinta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dia pastilah orang yang taat kepada Rasulullah. artinya orang itu pasti akan menjalankan segala peraturan syariatnya. فمن أحب أن ينال رؤية النبي عليه الصالة والسالم فليحبه حبا شديدا وعالمة الحب اإلطاعة فى سنته السنية Barang siapa menginginkan dapat melihat Rasulullah, hendaklah ia mencintai beliau dengan kecintaan yang menggebu. Adapun tanda cinta kepada beliau adalah adalah mengikuti sunnahnya yang mulia. Maka taat kepada ajaran Rasulullah saw. merupakan bukti nyata kecintaan kita kepadanya. Dan ketika seorang hamba telah taat kepada Rasulullah saw berarti ia telah taat kepada Allah subhanahu wata'ala: من يطع الرسول فقد أطاع هللا Barang siapa yang menta’ati rasul, sesungguhnya ia telah taat kepada Allah swt. Kedua, tanda para pecinta Rasulullah saw adalah seringnya membaca shalawat. Sebuah hadits Aisyah ra. menerangkan hal ini: من أحب النبي عليه الصالة والسالم أكثر من الصالة عليه وثمرته الوصول الى شفاعته وصحبته فى الجنة Barang siapa mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka ia akan memperbanyak baca shalawat kepadanya. Adapun buahnya adalah memperoleh syafaat beliau dan menyertainya di surga. Selain berfungsi sebagai penanda cita shalawat kepada Rasulullah juga merupakan tanaman yang buahnya adalah syafaat di surga. Tanda ketiga, adalah barang siapa yang mencintai Rasulullah pasti ia akan memperbanyak mengingat beliau. Mengingat berbagai kisah hidupnya, mengingat kepahlawanannya dan mengingat kebijaksanaannya. Dan tidak lupa meneladaninya. من أحب شيئا أكثر من ذكره Barang siapa mencintai sesuatu pastilah ia akan banyak menyebutnya. Terdapat seorang yang cukup saleh. Ia melazimkan bacaan shalawat nabi setiap harinya. Ia sendiri kerap bertemu Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia diperlakukan dengan hangat oleh Rasulullah SAW pada setiap perjumpaan. Tetapi suasana perjumpaannya pada malam kali ini berbeda. Ketika tertidur, ia bermimpi melihat Rasulullah SAW. Tidak seperti biasanya, Rasulullah bersikap dingin. Rasulullah SAW tidak menoleh kepadanya dan tidak menyapanya. "Wahai Rasulullah, apakah yang mulia sedang murka terhadapku?" ia bertanya dengan masygul. "Tidak," jawab Rasulullah SAW. "Lalu mengapa yang mulia tidak sudi memandangku?" "Karena aku tidak mengenalimu," kata Rasulullah SAW"Bagaimana bisa yang mulia tidak mengenaliku? Padahal, aku adalah salah seorang dari umat Anda yang mulia. Sementara, ulama yang menjadi ahli waris yang mulia meriwayatkan bahwa yang mulia lebih mengenal umat yang mulia sendiri dibanding pengenalan ibu terhadap anaknya." "Mereka itu benar. Hanya saja kau tidak mengingatku melalui shalawat. Sementara daya pengenalanku terhadap umatku bergantung pada kekuatan mereka membaca shalawat," kata Rasulullah SAW. Ia pun terbangun. Hatinya begitu sedih. Tetapi ia menyadari bahwa sudah sekian bulan ia tidak membaca shalawat. Ia kemudian bertekad dalam hatinya untuk membaca shalawat nabi sebanyak 100 kali setiap hari. Ia pun kemudian membuktikan tekadnya dengan baik. Pada suatu malam kemudian ia berjumpa dengan Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia disapa dengan hangat oleh Rasulullah. "Sekarang aku mengenalimu dan aku memberikan syafaatku untukmu," kata Rasulullah SAW dengan perhatian. Tanggapan Rasulullah SAW begitu hangat karena orang saleh tersebut dengan amalan shalawatnya menunjukkan diri sebagai pecinta Rasulullah SAW. Kisah ini disadur dari Bab Ketujuh fil Mahabbah, Kitab Mukasyafatul Qulub Al-Muqarribu ila Hadhrati ‘Allamil Ghuyub fi Ilmit Tashawwuf karya Imam Al-Ghazali (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H), halaman 30 َّ و ُح،صلَ َوات ْ ط ع ْش ُر َ ت عنه َ صلى هللاُ عليه َ ع ْش َر َ ، ً ي صَلة ً واحدة َّ ََن صلَّى عل ْ ور ِف َع ع ْش ُر ََ َر َجات ُ ، خَطيات َ ت له “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)”’ 📚 [HR an-Nasa’i (no. 1297), Ahmad (3/102 dan 261), Ibnu Hibban (no. 904) dan al-Hakim (no. 2018), dishahihkan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi, juga oleh Ibnu hajar dalam “Fathul Baari” (11/167) Para hadirin Jamaah shalat Jumat yang berbahagia, Sebagaimana dicatat oleh sejarah Islam di tahun 1184 M (580 H). Di antara halhal yang dilakukan sebelumnya adalah menyelenggarkan sayembara penulisan riwayat Nabi saw. beserta puji-pujian bagi beliau dengan bahasa indah dan menarik sesuai sastra dan bahasa Arab. Seluruh ulama dan sastrawan pun diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Akhirnya, pemenang yang menjadi juara kala itu adalah Syaikh Ja’far Al-Barzanji. Karyanya itu adalah sebuah karya besar bagi umat Islam yang dikenal sebagai kitab “Barzanji”. Kitab tersebut hingga sampai sekarang sering dibaca oleh kaum Muslim di seluruh dunia pada saat peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Shalahuddin al-Ayyubi menggunakan momen Maulid Nabi saw. untuk mengobarkan semangat jihad fi Sabililah. Waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman dan Inggris. Peristiwa itu dikenang sebagai Perang Salib. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Sultan Salahuddin sebagai penguasa Haramayn (Dua Tanah Suci, Makkah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 M) tanggal 12 Rabiul-Awal dirayakan sebagai Hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam. Semoga kita semua diberikan hidayah untuk selalu senantiasa berusaha melestarikan kisah2 rasul dan dapat meneladaninya dalam kehidupan kita, Semoga disisa umur kita tumbuh benih2 kecitaan terhadap shalawat Akhirnya, cinta kita kepada Rasulullah sebenarnya dapat dibuktikan dalam kehidupan keseharian. ُ َوًَََ َعنِي َوإِيَّا ُك ْم ِب َمافِ ْي ِه َِ ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ َِنَّا َو َِ ْن ُك ْم تَِلَ َوتَه،آن اْلعَ ِظي ِْم َ َب ِ اركَ هللا ِلي َولَ ُك ْم فِى اْلقُ ْر الر ِحيْم َّ َوأَقُ ْو ُل قَ ْو ِلي َهذَا فَأ ْست َ ْغ َِ ُر هللاَ العَ ِظي َْم ِإًَّهُ ه َُو الغََُ ْو ُر،َو ِإًَّهُ ه َُو الس َِّم ْي ُع العَ ِل ْي ُم Khutbah II َ ص أَ ْش َهدُ أَ ْن َّال ِإلهَ ِإ َّال.ص َحابِ ِه أ َ ْه ِل ْال َوفَا ْ َ َو َعلَى آ ِل ِه َوأ،طََى ْ سيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد ْال ُم َ س ِلِّ ُم َعلَى َ ُ ص ِلِّ ْي َوأ َ ُ َوأ،ا َ ْل َح ْمد ُ هللِ َو َكََى ص ْي ُك ْم َوًَ َْ ِس ْي .ُس ْولُه ُ سيِِّدًََا َُ َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر ِ أ ُ ْو، َ فَيَا أ َ ُّي َها ْال ُم ْس ِل ُم ْون،ُ أ َ ََّا بَ ْعد َ َوأَ ْش َهد ُ أ َ َّن،ُهللاُ َوحْ دَهُ َال ش َِريْكَ لَه إِ َّن:َس ََل ِم َعلَى ًَبِيِِّ ِه ْالك َِري ِْم فَقَال َّ ص ََلةِ َوال َّ أَ ََ َر ُك ْم ِبال،ي ْالعَ ِظي ِْم َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن هللاَ أ َ ََ َر ُك ْم بِأ َ َْر َع ِظيْم ِِّ بِت َ ْق َوى هللاِ ْالعَ ِل َّ سيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد َ ص ِِّل َعلَى َ صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َ اَللّٰ ُه َّم،س ِلِّ ُموا ت َ ْس ِلي ًما َ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ ََنُوا،ِي َ َُّللاَ َو ََ ََلئِ َكتَهُ ي ِّ ِصلُّونَ َعلَى النَّب َّ َ َ َ َ َ سيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد َو َعلى َ ار ْك َعلى َ سيِِّ ِدًَا إِب َْرا ِهي َْم َو َعلى آ ِل َ صليْتَ َعلى َ َو َعلى آ ِل َ سيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد َك َما ِ َسيِِّ ِدًَا إِب َْرا ِهي َْم َوب ْ ّٰ َ َ َ اَلل ُه َّم ا ْغ َِ ْر.ٌ فِ ْي العَال ِميْنَ إًَِّكَ َح ِم ْيدٌ ََ ِج ْيد،سيِِّ ِدًَا إِب َْرا ِهي َْم َ سيِِّ ِدًَا إِب َْرا ِهي َْم َو َعلى آ ِل َ ار ْكتَ َعلى َ آ ِل َ َسيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد َك َما ب ْ ْ ْ ْ ْ ْ َ َ ْ ْ اللهم اَْفَ ْع َعنَّا البَ ََل َء َوالغ َََل َء َوال َوبَا َء،ِاء َِ ْن ُه ْم َواْل َْ َوات ِ ت وال ُمؤْ َِنِيْنَ َوال ُمؤْ َِنَا ِ ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوال ُم ْس ِل َما ِ َت اْلحْ ي ًصة َ َظ َه َر َِ ْن َها َو ََا ب َ ََا، َشدَائِدَ َو ْال ِم َحن َّ ف ْال ُم ْخت َ ِلََةَ َوال ُّ ي َوال َّ َِ ْن بَلَ ِدًَا َهذَا خَا، َطن َ سي ُْو َ َو ْالََحْ شَا َء َو ْال ُم ْنك ََر َو ْالبَ ْغ اب َ إًَِّكَ َعلَى ُك ِِّل،ًان ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َعا ََّة ِ ْسنَةً َوفِى ا َ َسنَةً َوقِنَا َعذ َ آلخ َرةِ َح َ َربَّنَا آتِنا َ فِى الدُّ ًْيَا َح. ش ْيء قَ ِدي ٌْر ِ ََو َِ ْن ب ُْلد َ َربَّنَا.ار ْ سنَا َو ان َ ْ ِعبَاََهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأ ْ َُ ُرًَا بِاْلعَدْ ِل َواْ ِْلح. َاإن لَ ْم ت َ ْغ َِ ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْوً ََّن َِنَ اْلخَا ِس ِريْن َ ًَُْ َ ظلَ ْمنَا ا ِ َّالن ِ س ُ شآء َواْل ُم ْنك َِر َواْلبَ ْغي يَ ِع ْ ْ ُ ُظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ َواذْ ُك ُروا هللاَ اْلعَ ِظي َْم يَذْ ُك ْرك ْم ْ ِ ْبى َويَن َهى َع ِن الََح ِ َوإِي َ ْتآء ذِي الق ْر َ َ ْ ْ ُ لى ًِعَ ِم ِه يَ ِزَْك ْم َول ِذك ُر هللاِ أكبَ ْر َ َوا ْش ُك ُر ْوهُ َع “Disaat aku tiba di langit di malam Isro’ Mi’roj, aku melihat satu malaikat memiliki 1000 tangan. Di setiap tangan ada 1000 jari, aku melihatnya menghitung jarinya satu persatu. Aku bertanya kepada Jibril Alaihis Salam, pendampingku, ‘Siapa gerangan malaikat itu, dan apa tugasnya?.’ Jibril Alaihis Salam berkata, Sesungguhnya dia adalah malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi. Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya kepada malaikat tadi, ‘Apakah kamu tahu berapa bilangan tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak diciptakan Adam Alaihis Salam ?’. Malaikat itupun berkata, ‘Wahai Rosulalloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam, demi yang telah mengutusmu dengan hak (kebenaran), sesungguhnya aku mengetahui semua jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi dari mulai diciptakan Adam Alaihis Salam sampai sekarang ini, begitu pula aku mengetahui jumlah tetetas yang turun ke laut, ke darat, ke hutan rimba, ke gunung-gunung, ke lembah-lembah, ke sungai-sungai, ke sawah-sawah dan ke tempat yang tidak diketahui manusia”. Mendengar uraian malaikat tadi, Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam sangat takjub dan bangga atas kecerdasannya dalam menghitung tetesan air hujan. Kemudian malaikat tadi berkata kepada beliau : “Wahai Rosulalloh, walaupun aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari dan diberikan kepandaian dan keulungan untuk menghitung tetesan air hujan yang yang turun dari langit ke bumi, tapi aku memiliki kekurangan dan kelemahan”. Rosulalloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun bertanya, “Apa kekurangan dan kelemahan kamu?. Malaikat itupun menjawab, “kekurangan dan kelemahanku, wahai Rosulalloh, Jika umatmu berkumpul di satu tempat, mereka menyebut namamu lalu BERSHOLAWAT atasmu, pada saat itu aku tidak bisa menghitung berapa banyaknya pahala yang diberikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka atas sholawat yang mereka ucapkan atas dirimu”. Al Mustadrak Syeikh An Nuri, jilid 5, hal 355