LAPORAN PERENCANAAN INFRASTRUKTUR ENERGI WILAYAH DAN KOTA KECAMATAN PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR DI SUSUN OLEH: AMRU (D521 16 012) MUJADDID RIZQY RAMADHAN (D521 16 310) RIZKIYAH AMALIAH FADILAH (D521 16 314) FREDY A. LOLO (D521 13 319) DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan kuasa-Nya lah sehingga Laporan Perencanaan Infrastruktur Wilayah dan Kota pada bidang Infrastruktur Energi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing, Bapak Ir. M. Fathien Azmy, M.Si. dan Ibu Dr. Techn. Yashinta Kumala, D.S., S.T., M.I. yang tidak henti-hentinya memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada kakanda senior dan teman-teman dari Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota yang telah memberikan masukan dan support dalam setiap pengambilan keputusan sehingga laporan ini dapat disusun dengan baik. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan ini, baik itu dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami selaku penulis menerima dengan terbuka segala kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki laporan ini. Sebagai penutup, penulis berharap Laporan Perencanaan Infrastruktur Wilayah dan Kota dalam bidang Infrastruktur Energi ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca. Gowa, 20 November 2017 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang ......................................................................................... 2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 Tujuan ...................................................................................................... 2 Manfaat .................................................................................................... 2 BAB II STUDI LITERATUR .............................................................................. 3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 Pengertian Energi ..................................................................................... 3 Pengertian Infrasstuktur ......................................................................... 11 Pengertian Sistem Infrastruktur.............................................................. 12 Pengertian Infrastruktur Energi .............................................................. 12 Sumberdaya Energi ................................................................................ 13 Jenis-jenis Pembangkit Listrik ............................................................... 54 Sistem Transmisi Energi Listrik............................................................. 74 Sistem Distribusi Energi Listrik ............................................................. 89 Konsumsi Energi .................................................................................... 92 Potensi Sumberdaya Energi Fosil .......................................................... 94 Pemodelan Perencanaan Energi di Indonesia ........................................ 97 BAB III METODOLOGI PERENCANAAN ................................................. 109 3.1 3.2 Metode Penelitian................................................................................. 109 Output dan Outcome Perencanaan ....................................................... 110 BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................ 111 4.1 4.2 Profil Kota Makassar............................................................................ 111 Profil Kecamatan Panakkukang ........................................................... 122 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 133 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 Analisis Kependudukan ....................................................................... 133 Analisis Perekonomian......................................................................... 136 Analisis Kebutuhan Energi Listrik ....................................................... 137 Analisis penyediaan Energi Listrik ...................................................... 147 Analisis Kebutuhan Energi Minyak Bumi ........................................... 150 Analisis Kebutuhan Energi Gas Bumi ................................................. 154 ii BAB VI KONSEP PERENCANAAN .............................................................. 157 6.1 6.2 6.3 6.4 Penghematan Energi Melalui Pengenalan dan Pendampingan ............ 157 Pemanfaatan Energi Alternatif ............................................................. 158 Penambahan Jumlah Pembangkit Listrik ............................................. 160 Pemanfatan Energi Alternatif di Kecamatan Panakkukang ................. 165 BAB VII PENUTUP .......................................................................................... 171 7.1 7.2 Kesimpulan .......................................................................................... 171 Saran..................................................................................................... 172 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 173 iii 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Segala aktivitas manusia sangat bergantung pada ketersediaan energi yang baik dan dapat dimaksimalkan penggunaannya. Seiring dengan meningkatnya pertumbuan penduduk yang sejalan dengan peningkatan aktivitas manusia, terutama pada sektor ekonomi dan industri sehingga menjadikan kebutuhan akan energi juga akan terus meningkat dari waktu ke waktu Kebutuhan energi di dunia makin meningkat tajam setiap tahunnya. Namun hingga saat ini sumber kebutuhan energi di dunia masih didominasi oleh bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas, dan batu bara yang penggunaannya berasal dan diambil dari perut bumi secara terus-menerus tentunya akan semakin menipis dan terbatas ketersediaannya atau tidak dapat diperbarui. Hal ini tentunya akan ikut berdampak pada kelangkaan penggunaan energi. Dampak lain penggunaan bahan bakar fosil juga terkait pada hasil pembakarannya yang dapat menyebabkan polusi dan mengganggu kesehatan sehingga hal ini sangat memengaruhi kemampuan daya dukung lingkungan global. Akibatnya timbullah masalah lingkungan diantaranya adalah masalah perubahan iklim (climate change) dan efek gas rumah kaca (green house effect gasses). Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar merupakan salah satu kecamatan besar yang ada di Kota Makassar dan menjadi pusat dari segala kegiatan masyarakat baik regional maupun wilayah di sekitarnaya. Karena berperan sebagai pusat kegiatan masyarakat, Kecamatan Panakkukang seharusnya memiliki kelengkapan infrastruktur terutama pada infrastruktur energi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, energi menjadi salah satu daya dukung kegiatan manusia yang tidak dapat dipungkiri, sehingga kebutuhan energi di Kecamatan Panakkukang harus selalu tersedia dan dapat dimaksimalkan penggunaannya oleh masyarakat. Namun penggunaan energi di Kecamatan Panakkukang masih menggunakan energi fosil, baik energi listrik, bahan bakar minyak, maupun gas semuanya menggunakan bahan bakar fosil yang tak dapat diperbarui. Penggunaan energi yang berlebihan akibat peningkatan kegiatan masyarakat justru akan berdampak pada kelangkaan 2 dan kerusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi dan perencanaan infrastruktur energi yang dapat memenuhi segala kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan energi yang dapat diperbarui. Sehingga kedepannya diharapkan agar Kecamatan Panakkukang dan seluruh kecamatan yang ada dapat mandiri dalam penggunaan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan sehingga mengurangi penggunaan energi fsil yang memiliki banyak dampak yang akan timbul. Penggunaan energi terbarukan ini juga bisa disebut dengan energi alternative. Artinya, energi yang digunakan berasal dari energi lain namun dengan dampak negatif yang lebih sedikit dan ramah lingkungan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana memaksimalkan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan? 2. Bagaimana kebutuhan dan penyediaan energi di Kota Makassar dan Kecamatan Panakkukang? 3. Bagaimana perencanaan penggunaan energi terbarukan di Kecamatan Panakkukang? 1.3 Tujuan 1. Menjelaskan sumber daya energi terbarukan dan penggunaanya. 2. Menjelaskan kebutuhan dan penyediaan energi di Kota Makassar dan Kecamatan Panakkukang. 3. Menjelaskan perencanaan penggunaan energi terbarukan di Kecamatan Panakkukang. 1.4 Manfaat 1. Mewujudkan infrastruktur energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan 2. Melakukan analisis atas kebutuhan dan penyediaan energi serta perencanaan penggunaanenergi terbarukan di Kecamatan Panakkukang. 3. Menyediakan solusi dalam penggunaan energi listrik terbarukan untuk Kecamatan Panakkukang demi mendukung kemandirian energi. 3 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Pengertian Energi Kata energi berasal dari bahasa Yunani yaitu energia yang artinya adalah suatu kegiatan/ aktivitas. Kata energi terdiri dari dua kata yakni en (dalam) dan ergon (kerja). Jadi, Kata Energi memiliki arti umum yakni suatu kemampuan untuk melakukan sebuah pekerjaan atau usaha. Pardiyono menjelaskan bahwa energi merupakan bentuk kekuatan yang dihasilkan atau diperoleh dari suatu benda. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika (UU RI Nomor 30 Tahun 2007). Energi dari suatu benda merupakan ukuran dari kesanggupan benda tersebut untuk melakukan suatu usaha dan mampu menghasilkan energi dalam bentuk lain. Energi bersifat abstrak, sulit dibuktikan namun dapat dirasakan keberadaannya. Menurut hukum Termodinamika Pertama bahwa “Energi bersifat kekal, Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnakan, tetapi dapat berubah bentuk (konversi) dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Energi adalah kemampuan melakukan kerja. Disebut demikian karena setiap kerja yang dilakukan sekecil apapun dan seringan apapun tetap membutuhkan energi. Menurut KBBI energi didefiniskan sebagai daya atau kekuatan yang diperlukan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Energi merupakan bagian dari suatu benda tetapi tidak terikat pada benda tersebut. Energi bersifat fleksibel artinya dapat berpindah dan berubah. Berikut beberapa pendapat ahli tentang pengertian energi; 1. Mikrajuddin Mikrajuddin, mengatakan energi sebagai kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan sebuah pekerjaan objek. 4 2. Robert L. Wolke Robert L. Wolke, dikatakannya energi merupakan kemampuan untuk membuat sesuatu terjadi 3. Campbell, Reece, dan Mitchell Campbell, Reece, dan Mitchell, menurut mereka energi ialah sebuah kemampuan untuk mengatur ulang materi. Secara ringkas energi ialah kemampuan / kapasitas untuk melakukan sebuah pekerjaan. Dari berbagai pengertian dan definisi energi diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum energi dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang dimilki oleh suatu benda sehingga mampu untuk melakukan kerja. Sejarah Penggunaan Energi Negara-negara maju tidak akan mungkin mencapai tingkat kemajuannya tan-pa menggunakan energi secara luas. Di Negara-negara maju itu orang cukup me-nekan tombol di pabrik, di rumah, di jaringan pengangkutan, dan bereslah semua-nya. Tingkat kemajuan kemajuan seperti ini tidak mungkin dicapai tanpa melibat-kan penggunaan energi secara besar-besaran. Dengan sendirinya banyak sekali pencernaan, baik di waktu lalu maupun se-karang, dilakukan dan diperlukan implementasi secara besar-besaran dari rencana-rencana ituuntuk memungkinkan penyediaan energi secara mudah Generasi-generasi yang dilahirkan dalam situasi yang telah maju akan sulit membayangkan betapa banyaknya waktu yang pernah diperlukan untuk melakukan hal-hal sederahana dalam kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan. Memotong kayu untuk dapur, mengambil air dari sumur atau sungai, memilkul hasil bumi dari desa k kotadan membawa berbagai barang keperluan sehari-hari kembali ke desa, merupakan pekerjaan yang memakan banyak waktu. 5 Padahal beberapa pkerjaan itu baru merupakn pekerjaan-pekerjaan tambahan. Pekerjaan yang utama, dan yang harus dilakukan setiap hari dari pagi sampai pe-tang adalah pekerjaan lapangan bertani misalnya. Pekerjaan dilakukan dengan ta-ngan ataupun dengan bantuan binatang beban seperti kerbau atau kuda. Keadaan ini masih banyak terdapat di Negara-negara yag ekonominya belum maju, atau yang biasa disebut Negara-negara berkembang. Penggunaan tenaga teknis secara luas, yaitu bukan tenaga manusia atau tenaga hewan, telah bertambah dengan kemajuan industri. Dahulu penggunaan tenaga teknis sering dianggap sebagai ciri Negara-negara yang teah maju. Makin maju industri di suatu negara makin banyak tenaga teknis, yaitu tenaga bukan asal manusia atau hewan digunakan. Kini banyak Negara berkembang yang menya-dari pentingnya penggunaan tenaga teknis ini. Sejak dari zaman prasearah sampai zaman awal sejarah hanya kayu yang digunakan untuk keperluan memasak dan pemanasan. Untuk keperluan ini, kayu itu diperoleh dari pohon dan hutan yang ada di sekitar prmukiman, memang tidak ada pilihan lain dari itu. Setelah manusia lebih maju maju kayu kayu juga dipakai untuk memenuhi kebutuhan lain, yaitu untuk alat rumah tangga, perau dan ain-lain, yang dikrjakan dengan bertukang. Selain berhasil menggunakan kayu pada awal sejarahnya, manusia membuat penemuan lainnya, yaitumemanfaatkan suatu sumber daya alam lain yang murah dan dapt diperbarbarui, yaitu energi angin. Energi angin ini dimanfaatkan untuk pengangkutan, yaitu sebagai daya dorong kappa layar. Pada taraf berikutnya, ener-gi angin ini juga dimanfaat kan untuk untuk menjalankan kipas angin yang meng-gerakkan pompa air irigasi dan alat penggiling gandum. Kincir angin di negeri benda yang tershor itu merupakan contoh keberhasilan manusia dalam meman-faatkan energi angin. Pada awal sejarah yang agak lanjut, manusia dapat pula memanfaatkan suatu sumber daya alam lain, yaitu tenaga air. Sumber energi ini yang merupakan ben-tuk energi yang terbarukan, dipakia untuk pertukangan dan untuk penggilingan. Sekitar awa abad ke-13 suatu bentuk sumber energi baru yaitu batubara mem-perkaya spektrum jenis-jenis energi yang dimanfaatkan manusia. Pada taraf ini pemakaian batu abra masih terbatas untuk memasaka dan pemanasan. Pada abad 6 ke-18 telah ditemukan mesin uap yang menggunakan batubara sebagai sumber energi. Penemuan ini memercik api revolusi industri di eropa, dimana energi sudah mulai digunakan secara besar-besaran. Pada tahap ini, batubara juga berperan sebagai bahan baku untuk membuat kokas yang diperlukan dalam pengerjaan logam. Akibat mesin uap digunakan dalam alat angkut pada awal abad ke-19, pemakaian bau bara untuk industri benar-benar berkembang dengan pesat. Pada saat yang agak bersamaan, yaitu pada awal abad ke-19, munculah pemain baru di gelanggang energi sedunia. Pemai baru itu tidak lain dari minyak bumi, berperan dalam pemanasan dan penerangan. Di bidang pemanasan, minyak bumi ini milai mendesak dan menggantikan batubara. Kemudian seteah minyak bumi jug dapat diperoleh dengan lebih mudah, ia mulai menggantikan batubara untuk memasak. Pada awal abad ke-20 dengan dipergunakannya motor pembakaran untuk pengngkutan yang memakai minyak, maka sebagai bahan bakar transport minyak ini secara berangsur ansur menggantikan batubara. Pada akhir abad ke-19, suatu bentuk energi lain muncul, yaitu tenaga listrik sebagai energi sekunder, yang mula-mula memakai hanya batubara seagai bahan utama untuk membangkitnya. Pada awal abad ke-20 terlihat adanya pembangkitan tengaga listrik dengan unit-unit termis yang memakai batubara dan minyak bumi sebagai bahan bakar. Gas bumi kemudian juga dipakai sebagai bahan bakar dala pembagkitan tenaga listrik. Pada saat yang sama, yaitu awal abad ke-20 itu, sumber daya energi air juga mulai dimanfaatkan untuk pembangkita tenaga listrik. Energi listrik, yang semula dipakai untuk penerangn dan untuk menggerakkan motor-motor alam industri, menjadi kian penting, karena kemudian juga dipakai untuk memproses logam, pemanasan dan memasak. Gas bumi, yang mula-mula dipakai untuk membangkitkan tenaga listrik, ke-mudian juga berperan dalam pemanasan dan untuk memasak. Pada awal abad ke-20 agak lanjut, suatu bentuk energi baru yaitu energi panas bumi, mulai berperan dalam pembangkitan tenaga listrik dan untuk penggunaan-peggunaan khusus sperti pemanasan. 7 Menjelang pertengahan abad ke-20, energi nuklir mulai dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik dalam uni-unit yang besar, dan untuk berbagai penggunaan khusus, bom nukli dan kapal selam nuklir. Energi surya yang sebenarnya telah digunakan manusia tanpa disadari sepanjang masa, misalnya untuk pengeringan, setelah apa yang dinamakan kemelut energi di tahun 1974, mulai ditingkatkan pemanfaatannya. Diharapkan energi surya akan dapat memegang peranan yang cukup brarti menjelang akhir abad ini dan mulai abad mendatang. Pada pertengahan abad ke-19 motor bahan bakar dan turbin air mulai dikembangkan pada akhir abad ke-19 juga turbin uap mulai memegang peranan. Turbi gas memulai debutnya pada pertengahan pertama abad ke-20. Keempat mesin dasar ini, yaitu turbin uap, turbin air, turbin gas dan motor bakar merupakan mesinmesin dasar yang terpenting pada saat ini. Turbin uap penting untuk pembangkita tenaga listrik, dan demikian pula halnya dengan turbin air. Turbin gas banyak dipakai sebagai mesin penggerak pada pesawat terbang jet, sedangkan motor bakar dipergunakan pada kendaraan seperti mobil dan truk, serta juga untuk pembangkitan tenaga listrik dan pada pesawat udara yang kecil. Konservasi energi Bilamana dalam tahun-tahun lima puluan, enam puluhan, dan awal tujuh puluhan pemakaian energi meningkat dengan pesat untuk mendorong proses industrialisasi di Negara-negara maju, efisiensi penggunaan energi tidak dipersoalkan. Yang penting adalah mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal itu disebabkan harga energi pada umumnya, harga minyak bumi pada khususnya, yang sangat rendah serta anggapan bahwa energi itu senantiasa akan tersedia dalam jumlah yang diperlukan. Apa yang dinamakan kemelut energi yang terjadi pada tahun 1973 mengubah jalan pikian tersebut. Selain merupakan peringatan kepada umat manusia baha tersedianya sumber-sumber energi di muka bumi bukan tanpa batas adanhya, tahun 1973 menutup suatu “Era Energi Murah” dan mengawali 8 suatu “Era Energi Mahal”. Sejak saat itu manusia berusaha untuk memanfaatkan energi yang dapat diperlukan dalam daya guna yang lebih tinggi. Perlu dicatat bahwa pada awal tahun-tahun 1980-an harga minyak bumi di pasaran dunia mulai turun dengan deras. Landasan pemikiran pada konservasi energi merupakan pemanfaatan sumber-sumber daya energi dengan daya guna yang lebi tinggi dan dengan memperguna-kan cara-cara yang mempunyai kelayaka teknis, dapat dibenarkan secara ekonom-is, tidak mengganggu lingkungan, dan dapat diterima oleh masyarakat. Istilah konservasi energi dalam kaitan itu merupakan langkah yang diambil ke arah menurunkan berbagai kehilangan energi pada semua taraf pengeolaan, dari eksploitasi, pengngkutan, pemrosesan, sampai pemanfaatan. Hemat energi merupakan bagian dari konservasi. Bidang- bidang konservasi terdiri dari: 1. Umum Sebagai kecenderungan jangka panjang pada umumnya pertumbuhan ekonmi dikaitkan dengan pertumbuhan pemakaian energi, walaupun hubungan itu berubah dengan waktu, tempat, dan kondisi. Di banyak Negara maju perbandingan antara pertumbuhan pemakaian energi dan prtumbuhan ekonomi mengecil sedang pertumbuhan pemakaian energi jauh lebih menurun bahkan kadang-kadang negative. Sehingga angka elastisitas lebih menurun lagi. Salah satu sebab perkembangan itu ialah peningkatan harga minyak yang tajam. Akan tetapi, hal itu juga disebabkan program-program konservasi yang banyak ngara dijalankan. Negara-negara berkembang pada umumnya masih berada pada tahap awal industrialisasi. Dalam hal demikian angka elastisitas biasanya agak lebih tinggi. Harga energi banyak mempengaruhi baik pemakainan energi secara keseluruhan maupun perimbangan berbagai jenis energi dalam suatu pola pemakaian energi. Dengan demikian penetapan harga energi merupakan instrument penting dalam suatu pembuatan kebijaksanaan umum untuk menjalankan konsevasi energi. 9 Karena bahan bakar dojual atas dasar isi energi, dengan sendirinya nilai kalo-rinya akan menjadi landasan harganya. Faktor-faktor lain yang juga mempenga-ruhi harga bahan bakar antara lain: biaya penyediaan, nilai relaif bagi pemakai, seperti kemudahan, kenyaman, keamanan, dan pajak. Faktor-faktor yang dalam rangka konservasi perlu ditingkatkan pula adalah mengaitkan harga bahan bakar itu di waktu aspek kelangkaan, dan prospek energi di waktu yang akan dating, sehingga dapat dicapai pemanfaatan sumber daya energi yang lebih rasional dan dapat pula mengurangi pemborosan. Jika misalnya, harga minyak dan gas dinaikkan, maka cadangan yang ada akan dapat dimanfaat-kan untuk jangka waktu yang lebih lama, sekaligus merupakan intensif untuk usahausaha eksplorasi, serta pula akan meningkatkan usaha mengembangkan energi alternatif. Reaksi lansung pra pemakai terhadap kenaikan harga adalah menurunkan konsumsi. Untuk jangka menengah reaksi itu akan berupa usaha menyesuaikan peralatan guna menghemat atau memperoleh kombianasi terbaik dengan mema-kai jenis energi lain.untuk jangka panjang berbagai inovasi teknologi akan dapat membawa peningkatan daya guna konsumsi dan memperlebar jangkauan subtitusi. Peranan pemerintah dalam mengambil untuk menghemat pemakaian energi dengan tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi akan dapat berkisar misalnya, pada pengaturan di bidang-bidang di bawah ini: a) Mempengaruhi sifat konsumsi dengan berbagai pengaturan; b) Memberi insentif kepada pelbagai pengembangan teknologi yang dapat mengheat energi; c) Menggantikan pemakaian jenis-jenis energi dengan yang lebih tepat; d) Memberi sinsentif terhadap pembuatan baranf-barang yang padat energi; e) Memberi insentif kepada daur ulang barang yang padat energi; f) Memberi subsidi kepada penelitian dan pengembangan dalam bidang, misalnya, sumber daya energi nonkonvensinal dan kegiatan konservasi energi. 10 g) Secara umum dapat dikatakan bahwa sector pemerintahan sendiri perlu memberi contoh dalam pengambilan langkah-langkah untuk penghematan pemakaian energi. Dalam hubungan itu dapat dicatat bahwa hal itu dilakukan di Indonesia dengan pengeluaran instruksi presiden No. 9 tahun 1982 tentang konservasi energi yang memberikan pedoman pelaksanaan penggunaan energi secara efisien dan rasional dengan tidak mengurangi pemakaian energi yang memang benar-benar diperlukan untuk menunjang pembangunan. Instruksi presiden tersebut di atas dijabarkan oleh Bakoren (Badan Koordinasi Energi Nasional) dengan mengeuarkan buku pedoman tertanggal februari 1983, tentang cara-car melaksanakan konservasi energi dan pengawasannya. Penyedia Energi Konservasi energi tidak beraku hanya sebagai sektor pemakai. Ia juga berlaku untuk penyedia sector energi mulai dari pertambangan, konversi dan distribusi berbagai bentu energi. Instalasi-instalasi penyulinagan minyak misalnya, atau system teransportasi minyak merupakan kegiatan yang dapat dipelajari untukmencari kemungkinan meningkatkan fisinsinya. Demikian pula pada penyedia energi listrik, mulai dari pembangktan, transmisi sampai kepada distribusi tenaga listrik, Penghematan pemakaian energidalam suatau instalasi penyulingan minyak dapat diperoleh antara lain dengan mengambil langkah-langkah berikut: a) Integrasi yang lebih baik dari panas yangdiperlukan untuk poses dan penggunaan computer serta suatu system kendali yang baik buat monitoring, penegndalian, dan optimasi pemakaian energi; b) Memperoleh optimasi dari pembangkitan tenaga listrik dan uap; c) Menggunakan katalisator yang lebih baik; d) Menggunakan system yang menanfaatkan panas cerobong; 11 e) Menilai kembali semua isolasi panas dengan mempergunakan pemetaan inframerah untuk menentukan tempat-tempat yangnmemerlukan perbaikan atau peningkatan isolasi; f) Melakukan optimasi bagan waktu produksi sedemikian rupa sehingga tercapai pemakaina energi yang efisien; g) Pengendalian pembakaran yang lebih baik, kalau perlu dengan mempergunakan koputer; h) Memberikan perhatian kepada faktor-faktor sosial dan manusia. Sedangkan langkah-langkah yang dapat dipertimbangkan untuk peningkatan eisiensi energi pada sebuah pusat listrik ialah: a) Meningkatkan efisiensi pembakaran dalam boiler dengan megatur desain tungku dan boiler, dan suhu akhir gas buang yang tepat; b) Memanfaatkan panas gas buang dengan memergunakan boiler yang memanfaatkan gas buang turbin gas, memanfaatkan gas buang untuk generasi ulang melalui penukar panas, dan dan mempergunakan sistem kaskade tempat energi terbuang dapat dimanfaatkan untuk suatu keperluan lain; c) Memanfaatkan energi buang yang terdapat dalam kondensor untu keperluan lain. Pada sisi transmisi dan distribusi adalah penting untuk menjaga factor kerja (cos Ѳ) yang baik, antara lain dengan mempergunakan kapasitir dimana diperlukan. Menjaga agar rugi-rugi energi maupun tegangan berada dalam batas-batas yang dapat diterima. 2.2 Pengertian Infrastruktur a. Pengertian Infrastruktur Menurut American Public Works Association (Stone, 1974 Dalam Kodoatie,R.J.,2005), Infrastruktur adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam 12 penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. b. Pengertian Infrastruktur Menurut Kodoatie (2005) Infrastruktur adalah sistem yang menunjang sistem sosial dan ekonomi yang secara sekaligus menjadi penghubung sistem lingkungan, dimana sistem ini bisa digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan. c. Pengertian Infrastruktur Menurut Stone (1974) Infrastruktur adalah berbagai macam fasilitas fisik yang diperlukan dan dikembangkan oleh beberapa agen publik yang memiliki tujuan untuk bisa memenuhi tujuan ekonomi dan sosial serta fungsi pemerintahan dalam hal tenaga listrik, penyediaan air, transportasi, pembuangan limbah dan pelayananpelayanan lainnya yang sama. Jadi infrastruktur merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi 2.3 Pengertian Sistem Infrastuktur Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar, peralatan, instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000 dalam Kodoatie,R.J.,2005). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat 2.4 Pengertian Infrastruktur Energi Infrastruktur energi adalah sarana ataupun prasarana dalam kelompok distribusi berupa listrik, gas, dan minyak bumi. Infrastruktur energi merupakan salah satu objek yang sangat dibutuhkan karena segala sesuatu kegiatan masyarakat membutuhkan energi. Dari energi tersebut akan menghasilkan berupa gas, listrik, maupun minyak bumi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari 13 Pada dasarnya sumber energi di dunia banyak dan tersebar dimana-mana. Tetapi hanya sebagian saja yang dimanfaatkan oleh manusia yaitu energi dari minyak bumi, bahan fosil dan gas alam, sedangkan sumber energi lain seperti sampah dedaunan, kayu, angin, air, matahari, dan gelombang pasang sedikit sekali dimanfaatkan. 2.5 Sumberdaya Energi 1. Energi Fosil Energi yang berasal dari fosil adalah energi yang kesediaan sumbernya di alam terbatas, sumber energi yang berasal dari fosil adalah batubara, minyak bumi, dan gas alam. 2. Energi Terbarukan Konsep energi terbarukan mulai dikenal pada tahun 1970-an, sebagai upaya untuk mengimbangi pengembangan energi berbahan bakar nuklir dan fosil. Definisi paling umum adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Dengan definisi ini, maka bahan bakar nuklir dan fosil tidak termasuk di dalamnya. 2.5.1 Sumberdaya Energi Fosil Ialah sumber daya alam yang apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Sumber energi ini yaitu yang berasal dari minyak bumi, bahan fosil, dan gas alam. Semua sumber ini memerlukan proses yang panjang untuk mendapatkannya dan kemudian dapat dimanfaatkan, sebagai contoh minyak bumi membutuhkan proses berjuta-juta tahun. Sebaliknya, pengekplotasianya dilakukan terus-menerus dan bisa dibayangkan pasti persediaannya akan menipis dan mungkin akan habis. Hal inilah mengakibat harga minyak bumi dunia melonjak dengan tajam sampai mendekati 100 dolar AS/barel. Menurut data Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 – 2025 yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun. Oleh karena itu sekarang ini para ahli berlomba untuk mencari alternatif sumber energi. 14 Biasanya sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui berasal dari barang tambang (minyak bumi dan batu bara) dan bahan galian (emas, perak, timah, besi, nikel dan lain-lain). Sumber energi ini banyak digunakan disegala sektor sekarang ini. Dan berikut adalh hasil tambang dan galian. disegala sektor sekarang ini. A. Energi Batubara Dahulu batubara merupakan sumber langsung atau tidak langsung sebagian terbesar energi komersial dunia. Namun, saat ini telah jauh menurun dan hanya memenuhi seperempat pemakaian energi di seluruh dunia. Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi dibidang energi, diramalkan bahwa pemakaian batubara akan kembali meningkat dengan pesat. Batubara terdiri atas berbagai macam campuran karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan beberapa pengotoran lain. Yang mana apabila karbon tersebut dipanaskan akan tetap padat, dan sebagian lagi akan berubah menjadi gas dan keluar bersama-sama unsur gas lainnya. Gas-gas ini lebih mudah terbakar dan lebih banyak menimbulkan asap daripada karbon padat yang membara. Adapun karbon yang padat ini disebut kokas yang digunakan untuk mencairkan bijih besi. Batubara dibagi dalam beberapa kategori dan subkategori berdasarkan nilai panas karbonnya, dimulai dari yang terendah adalah lignit, melalui berbagai tingkatan batubara muda, batubara subbituminus, batubara bituminus, hingga kepa-da antrasit. Batubara adalah suatu batu endapan yang berasal dari zat organik. Kebanyakan ahli geologi beranggapan bahwa tumbuhan yang sangat lebat, baik pohonpohon atau tumbuhan lainnya yang tergenang dalam rawa-rawa atau air lainnya, kemudian berturut-turut ditutup oleh endapan-endapan lain, biasanya nonorganik, dan pada akhirnya mengeras. Setelah itu akan mengalami proses pengarangan selama jutaan tahun. Kayu itu mula-mula menjadi gambut, kemudian menjadi lignit, dan selanjutnya menjadi batubara. Batubara inilah yang kemudian dibakar untuk sebuah pembangkit listrik tenaga uap. Batubara merupakan sumber energi yang stabil dan memiliki pasokan yang sangat berlimpah, batubara merupakan energi yang tidak lebih dari kayu kuno yang telah lama berada dibawah tekanan selama jutaan tahun. Batubara merupa-kan salah 15 satu bahan bakar fosil. Dimana pengertian secara umumnya yaitu batuan sedimen yang mudah terbakar dan terbentuk dari endapan organik. Unsur utama dari batubara terdiri dari karbon, hydrogen, dan oksigen. Batubara adalah sisa tumbuhan dari zaman yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gabut (World Coal Institute). Batubara adalah bahan bakar fosil. Batu-bara dapat terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organic yang terutama terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh sebuah tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas yaitu: Antrasit, Bituminus, Sub-Bituminus, Lignit dan Gambut. Antrasit berada pada kelas batubara tertinggi dengan warna hitam berkilau atau metalik, batubara jenis ini mengandung 86-98% unsur karbon dan kadar air yang kurang dari 8%. Bituminus berada pada peringkat kedua dengan unsur karbon 68-86% dan batubara jenis ini mengandung sekitar 8-10% air. Sub-Bitu-minus adalah karbon yang memiliki karbon yang sedikit dan banyak mengandung air, maka batubara jenis ini menjadi sumber panas yang kurang efisien dengan Bituminus. Lignit atau biasa disebut juga dengan sebutan batubara coklat yang sangat lunak dan memiliki kandungan air sekitar 35-75%. Gambut batubara jenis ini berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta memiliki nilai kalori yang rendah, batubara jenis ini pada umumnya biasa digunakan pada industry-industri dan sebagai bahan bakar utama selain solar. Jika dilihat dari segi kuantitas batubara termasuk cadangan energi fosil yang penting dan jumlahnya juga sangat berlimpah hingga puluhan miliyar ton. Jumlah yang banyak bisa memasok kebutuhan listrik tiap negara hingga ratusan tahun ke depan. Untuk penggunaan batubara sebaiknya jangan langsung dibakar, karena akan lebih efisien jika dikonversi menjadi migas sintetis atau bahan petrokimia yang bernilai ekonomis tinggi. Dalam prosesnya ada dua cara yang dipertimbangkan yaitu pencairan dan gasifikasi batubara. Pembakaran batubara secara langsung sebenarnya sudah dikembang dengan teknologi yang berkelanjutan, dimana tujuannya untuk mencapai efisiensi pemba- 16 karan maksimum. Contoh cara-cara pembakaran langsung yang seperti: Fixed Grate, Chain Grate, fluidizez bed, dan pulverized dan masih banyak lagi. Masingmasing juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemanfaatan batubara di dalam negeri meliputi penggunaan di PLTU, industri semen, industri kertas, industri tekstil, industri metalurgi, dan industri lainnya. B. Energi Minyak dan Gas Alam Pengertian dan Karakteristik Minyak Bumi Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral, atau ozokerit, dan bitumin yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha dan minyak bumi (Kep MenLH Nomor 128 Tahun 2003). Minyak bumi merupakan campuran kompleks senyawa organik yang terdiri atas senyawa hidrokarbon dan nonhidrokarbon yang berasal dari sisa-sisa mikroorganisme, tumbuhan, dan binatang yang tertimbun selama berjuta-juta tahun. Kandungan senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi lebih dari 90% dan sisanya merupakan senyawa nonhidrokarbon seperti sulfur, nitrogen, oksigen dalam kadar yang bervariasi, volatilitas, specific gravity, dan viskositas yang beragam (Speight, 1991). Crude oil dan produk petroleum merupakan campuran yang sangat kompleks dan bervariasi dari ribuan komponen individual yang memiliki beragam sifat fisik. Memahami komposisi ini penting untuk dapat mengetahui kelakuan tumpahan minyak dan pilihan respon yang sesuai (Zhu et al., 2001). Setelah dicetuskannya Revolusi Industri yang dilahirkan dari penggunaan batubara, munculah gas dan minyak bumi untuk menyaingi sekaligus melengkapi batubara, yang memungkinkan terjadinya perluasan industrialisasi seperti saat ini. Minyak dan gas bumi terdiri atas beberapa campuran unsur karbon dan hidrogen, dan beberapa unsur lainnya. Bahan-bahan ini kadang berupa benda-benda gas, atau cair, atau benda-benda yang berupa lilin, tergantung dari perbandingan karbon dan hidrogen. Penamaan minyak bumi atau petroleum, umumnya dipergunakan untuk bahanbahan cair, kadang-kadang berisi gas atau cairan berupa campuran atau larutan yang 17 ringan, sedang, dan berat. Bila komponen-komponen minyak ringan-nya didistilasi atau diuapkan, maka sisa yang tertinggal merupakan suatu campur-an dari hidrokarbon yang disebut parafin. Distilasi lebih lanjut menghasilkan pe-ngotoran hidrokarbon lain berupa aspal. Diperkirakan bahwa minyak bumi dan gas alam berasal dari sumber-sumber organik yang didapatkan dalam letak-letak endapan. Namun asalnya berbeda dari batubara. Ataupun minyak bumi didapatkan dari lapisan-lapisan batu yang berdekatan cukup berpori, hidrokarbon-hidrokarbon memasukinya, dan akhirnya minyak bumi dan gas alam berkumpul dalam lubang-lubang lapisan yang dilaluinya. Untuk memperoleh minyak, terdapat empat jenis kegiatan yakni eksplorasi adalah pencarian sumber-sumber minyak, kedua yaitu produksi atau pengelolaan tambang-tambang minyak untuk menghasilkan minyak mentah. Ketiga adalah transportasi, yaitu pengangkutan minyak dari tempat-tempat produksi ke tempattempat pemakaian. Dan yang keempat adalah penyulingan, yaitu usaha memperoleh jenis produksi dari minyak tersebut. Ada pula sumber minyak yang dengan mudah ditemukan karena keluar dengan sendirinya dari permukaan bumi, umumnya sumber tersebut terletak jauh da-lam perut bumi, dan pencariannya memerlukan informasi geologi dan geofisika. Awalnya pengeboran minyak hanya dilakukan di daratan, namun karena banyak sumber-sumber minyak yang terdapat di dasar lautan, kini pengeboran lepas pantai juga lazim dilakukan. Untuk pengeboran lepas pantai, pemindahan minyak memerlukan pipa-pipa laut dan kapal tanker, mengingat biaya yang cukup mahal, maka diusahakan untuk melakukan sebanyak mungkin pengeboran dari instalasi yang tetap. Untuk gas alam, pengangkutan belum dilakukan secara besar-besaran. Gas mula-mula dicairkan di tempat pemuatan untuk kemudian diangkut dalam kapal tanker menuju tempat tujuan. Setibanya, gas cair ini diuapkan kembali, dan didistribusikan melalui pipa. 1. Pengertian Bahan Bakar Minyak Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 191 Tahun 2014 1. Jenis bahan bakar minyak tertentu yang selanjutnya disebut jenis bbm tertentu adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi dan/atau 18 bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi yang telah dicampurkan dengan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain dengan jenis, standar dan mutu (spesifikasi), harga, volume, dan konsumen tertentu dan diberikan subsidi. jenis bbm tertentu terdiri atas minyak tanah (kerosene) dan minyak solar (gas oil). 2. Jenis bahan bakar minyak khusus penugasan yang selanjutnya disebut jenis bbm khusus penugasan adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi dan/atau bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi yang telah dicampurkan dengan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain dengan jenis, standar dan mutu (spesifikasi) tertentu, yang didistribusikan di wilayah penugasan dan tidak diberikan subsidi. terdiri atas bensin (gasoline) ron minimum 88. 1. Jenis bahan bakar minyak umum yang selanjutnya disebut jenis bbm umum adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi dan/atau bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi yang telah dicampurkan dengan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain dengan jenis, standar dan mutu (spesifikasi) tertentu dan tidak diberikan subsidi. Terdiri atas seluruh jenis bbm di luar jenis bbm tertentu dan jenis bbm khusus penugasan. 2. Jenis-Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) a. Avgas (Aviation Gasoline). Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avgas didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin sistem pembakaran dalam (internal combution), mesin piston dengan sistem pengapian. Performa BBM ini ditentukan dengan nilai octane number antara nilai dibawah 100 dan juga diatas nilai 100 . Nilai octane jenis Avgas yang beredar di Indonesia memiliki nilai 100/130. b. Avtur (Aviation Turbine). Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avtur didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution). performa atau nilai mutu jenis bahan bakar av- 19 tur ditentukan oleh karakteristik kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan daya tahan struktur pada suhu yang rendah. c. Bensin Jenis Bahan Bakar Minyak Bensin merupakan nama umum untuk beberapa jenis BBM yang diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran dengan pengapian. Di Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number). Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: 1) Premium (RON 88), premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol. 2) Pertamax (RON 92), ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection dan catalytic converters. 3) Pertamax Plus (RON 95), jenis BBM ini telah memenuhi standar perform-ance International World Wide Fuel Charter (WWFC). Ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers dan catalytic converters. d. Minyak Tanah (Kerosene) Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari minyak mentah yang memiliki titik didih antara 150 °C dan 300 °C dan tidak berwarna. Digunakan 20 selama bertahun-tahun sebagai alat bantu penerangan, memasak, water heating, dll. Umumnya merupakan pemakaian domestik (rumahan), usaha kecil. e. Minyak Solar (HSD) High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka performa cetane number 45, jenis BBM ini umumnya digunakan untuk mesin trasportasi mesin diesel yang umum dipakai dengan sistem injeksi pompa meka-nik (injection pump) dan electronic injection, jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor trasportasi dan mesin industri. f. Minyak Diesel (MDF) Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair pada temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine Diesel Fuel (MDF). g. Minyak Bakar (MFO) Minyak Bakar bukan merupakan produk hasil destilasi tetapi hasil dari jenis residu yang berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan minyak diesel. Pemakaian BBM jenis ini umumnya untuk pembakaran langsung pada industri besar dan digunakan sebagai bahan bakar untuk steam power station dan beberapa penggunaan yang dari segi ekonomi le-bih murah dengan penggunaan minyak bakar. Minyak Bakar tidak jauh berbeda dengan Marine Fuel Oil (MFO) h. Pertamina Dex Pertamina Dex adalah bahan bakar mesin diesel modern yang telah meme- nuhi dan mencapai standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi dengan cetane number 53 ke atas, memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 300 ppm, jenis BBM ini direkomendasikan untuk mesin diesel teknologi injeksi terbaru (Diesel Common Rail System), sehingga pemakaian bahan bakarnya lebih irit dan ekonomis serta menghasilkan tenaga yang lebih besar. 21 3. Pengertian Gas Bumi Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak Bumi dan Gas Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas Bumi. Bahwa minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat 4. Jenis Gas Bumi a. Gas pipa Gas pipa merupakan gas bumi yang langsung dialirkan dari lapangan gas se- telah proses pemurnian untuk digunakan sebagai bahan bakar maupun bahan ba-ku industri. b. LNG (liquefied natural gas) LNG (liquefied natural gas) adalah gas metana dengan komposisi 90% meta- na (CH4) yang dicairkan pada tekanan atmosferik dan suhu -163 derajat celcius. Sebelum proses pencairan, gas harus menjalani proses pemurnian terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan senyawa yang tidak diharapkan seperi CO2, H2S, Hg, H2O dan hidrokarbon berat. Proses tersebut akan mengurangi volume gas menjadi lebih kecil 600 kali. Penyusutan ini membuat LNG mudah ditransportasikan dan dalam jumlah yang lebih banyak. LNG ditransportasikan melalui kapal-kapal ke terminal-terminal LNG dan disimpan di tangki dengan tekanan atmosferik. Kemudian LNG dikonver-si kembali menjadi gas dan disalurkan melalui sistem transmisi. c. LPG (liquefied petroleum gas) LPG (liquefied petroleum gas) atau gas bumi yang dicairkan dengan kompo- nen utama propana (C3H8) dan butana (C4H10). Menurut jenisnya, LPG dikelompokkan menjadi LPG propana, LPG butana, dan LPG campuran (mix) yang merupakan campuran dari kedua jenis LPG tersebut. LPG dapat dari penyulingan minyak mentah atau dari kondensasi gas bumi dalam kilang pengolahan gas bumi. 22 Pencairan gas bumi menjadi LPG dimaksudkan untuk memecahkan masalah pengangkutan ke konsumen karena volume LPG jauh lebih kecil dari volume gas-nya. Untuk mempertahankan gasa LPG agar tetap cair pada suhu kamar, LPG harus disimpan dalam tangki bertekanan (press-urized tank). Beberapa jenis pro-ses yang dapat digunakan untuk mengolah gas bumi sehingga diperoleh produk LPG, antara lain proses absorpsi dan kriogenik. d. CNG (compressed natural gas) CNG (compressed natural gas) adalah gas bumi yang dipampatkan pada te- kanan tinggi sehingga volumenya menjadi sekitar 1/250 dari volume gas bumi pada keadaan standar. Tujuan pemampatan gas bumi adalah agar dapat diperoleh lebih banyak gas yang dapat ditransportasikan per satuan volume vessel. Tekanan pemampatan CNG bisa mencapai 250 bar pada suhu atmosferik. Komposisi gas bumi yang akan dikirim ke konsumen melalui CNG harus sudah memenuhi spesifikasi gas komersial seperti batasan maksimum kandungan air, CO2 dan hidrokarbon berat. Selain itu, penyimpanan gas pada tekanan yang sangat tinggi mensyaratkan batasan yang ketat terhadap kandungan air dan hidrokarbon berat untuk mencegah terjadinya kondensasi dan pembentukan hidrat. Seperti halnya pengangkutan gas bumi dalam bentuk LNG, pengangkutan gas bumi dalam bentuk CNG juga memerlukan fasilitas pengiriman dan penerimaan. Sampai saat ini, pengangkutan CNG yang dila-kukan baru menggunakan trailer. Proses transportasi gas bumi dalam bentuk CNG memerlukan 3 jenis fasilitas yaitu fasilitas pengiriman (mother station), fasilitas transportasi, dan fasilitas penerimaan (daughter station) 2.5.2 Sumberdaya Energi Terbarukan A. Energi Air Energi Air Kandungan Mekanis 1. Energi Air Terjun Sumber tenaga air secara teratur dibangkitkan kembali karena pemanasan lautan oleh penyinaran matahari, merupakan suatu sumber yang secara siklis diperbarui. Oleh karena itu tenaga air merupakan salah satu sumber energi terbarukan. 23 Meskipun potensi secara keseluruhan tenaga air relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah sumber bahan bakar fosil, potensi ini dapat dikembangkan sepenuhnya. Penggunaan tenaga air pada umumnya merupakan pemanfaatan multiguna seperti pembangkitan tenaga listrik, irigasi, pengendalian banjir, perikanan, rekreasi, dan navigasi. Pembangkitan listrik dari tenaga air dilakukan tanpa ada perubahan suhu. Tidak ada peningkatan suhu ini mengakibatkan mesin-mesin hidro lebih lama masa pemanfaatannya dibanding mesin-mesin termis. Pada dasarnya, untuk penentuan sumber tenaga air bagi pembangkitan tenaga listrik, terdapat tiga faktor utama, diantaranya; a) Jumlah air yang tersedia b) Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan c) Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban atau jaringan transmisi. Sistem kerja dari pembangkit listrik tenaga air adalah mengubah energi po- tensial air (energi gravitas air) menjadi energi listrik. Mesin penggerak yang digunakan adalah turbin air untuk mengubah energi potensial air menjadi kerja mekanis poros yang akan memutar rotor generator untuk menghasilkan energi listrik. Gambar 2.1. Pembangkit listrik dengan energi air terjun Sumber: https://konversi.files.wordpress.com 24 2. Energi Pasang Surut Terdapat banyak gaya dan kekuatan yang memengaruhi lautan di permukaan bumi. Salah satu kekuatan yang bekerja terhadap air bumi adalah pengaruh massa bulan yang mengakibatkan adanya gaya tarik, sehingga menjelma suatu gejala yang dikenal sebagai pasang dan surut air laut. Gambar 2.2. Kedudukan bumi dan bulan saat pasang Sumber: www.google.com Gaya tarik gravitasi terkuat akan terjadi apabila matahari maupun bulan terletak pada sisi yang sama terhadap bumi. Sebaliknya, jika bulan dan matahari berada pada sisi yang berlainan, pengaruh gaya tarik gravitasi akan saling menghapuskan. Pada waktu laut pasang, maka permukaan air laut akan tinggi, mendekati ujung atas bendungan. Waduk akan diisi denga air laut yang dialirkan melalui sebuah turbin air. Turbin yang digabungkan dengan sebuah generator akan berputar dan menghasilkan energi listrik. Sebaliknya saat situasi laut surut, maka air yang berada di waduk akan mengalir lagi melalui generator turbin dan kembali menghasilkan energi listrik. Dengan demikian, turbin yang ada harus dapat berbuat dua arah secara bergantian. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan energi pasang surut adalah; (a) pasang surut menyangkut arus air periodik dwi-arah dengan dua kali pasang dan dua kali surut tiap hari; (b) operasi di lingkungan air laut memerlukan bahan-bahan konstruksi yang lebih tahan korosi daripada yang 25 dimiliki material untuk air tawar; (c) tinggi jatuh relatif sangat kecil (maksimal 11 meter) bila dibandingkan dengan instalasi hidro lainnnya. Gambar 2.3. Pemanfaatan energi pasang surut Sumber: www.google.com Gambar 2.4. Skema tinggi permukaan laut Sumber: www.google.com Keterangan gambar: KB= Katub buka M= Menunggu G= Generator Bekerja E= Jumlah energi dibangkitkan 26 3. Energi Ombak dan Arus Energi ombak dan arus merupakan satuan energi terbarukan yang berpotensi untuk dikembangkan. Cara untuk mengubah ombak ke bentuk energi diantarannya adalah mendesain sebuah rakit yang terdiri atas tiga pontoon. Cara ini ditemukan oleh Sir Christopher Cockerell. Dimana ponton-ponton A, B, dan C saling bersambung melalui suatu sistem engsel. Jika diletakkan diatas air yang berombak, maka ketiga pontoon akan bergerak dan dengan demikian maka engsel-engsel itu akan turut bergerak. Melalui suatu sistem transmisi, secara hidrolik atau melalui roda-roda gigi, gerakan-gerakan seputar engsel itu akan dapat menjalankan suatu generator yang menghasilkan energi listrik. Tinggi ombak akan sangat mempengaruhi gerak rakit ini, dan tentunya mempengaruhi jumlah energi yang dihasilkan. Pada dasarnya, energi ombak arus merupakan pemanfaatan energi kinetik yang dikonversikan menjadi energi listrik. 27 Energi Air Kandungan Termis 1. Energi Panas Laut Lautan, yang meliputi dua per tiga luas permukaan bumi, menerima panas yang berasal dari penyinaran matahari. Selain itu, air lautan juga menerima panas yang berasal dari panas bumi yaitu magma, yang terletak di bawah dasar laut. Energi termal ini dimanfaatkan dengan mengkonversinya menjadi energi listrik dengan satuan teknologi Konversi Energi Panas Laut (KEPL). Konversi energi panas laut adalah sistem konversi energi yang terjadi akibat perbedaan suhu di permukaan dan di bawah laut menjadi energi listrik. Potensi terbesar konversi energi panas laut untuk pembangkitan listrik terletak di khatulistiwa. Karena sepanjang tahun di daerah khatulistiwa suhu permukaan laut berkisar antara 25-30°C, sedangkan suhu di bawah laut turun 5-7°C pada kedalaman lebih dari 500 meter. Terdapat dua siklus konversi energi panas laut, yaitu siklus Rankine terbuka dan siklus Rankine tertutup. Sebagai pembangkit tenaga listrik, konversi energi panas laut siklus Rankine terbuka memerlukan diameter turbin sangat besar untuk menghasilkan daya lebih besar dari 1MW, sedangkan komponen yang tersedia belum memungkinkan untuk menghasilkan daya sebesar itu, alternatif lain yaitu siklus Rankine tertutup dengan fluida kerja amonia atau freon. Gambar 2.5. Pemanfaatan energi panas laut Sumber: www.google.com 28 B. Energi Benda Angkasa Energi Planeter a. Energi Nuklir Fisi Sebuah inti berat yang ditumbuk oleh partikel (misalnya neutron) dapat membelah menjadi dua inti yang lebih ringan dan beberapa partikel lain. Mekanisme semacam ini disebut pembelahan inti atau fisi nuklir. Contoh reaksi fisi adalah uranium yang ditumbuk (atau menyerap) neutron lambat. Reaksi fisi uranium seperti di atas menghasilkan neutron selain dua buah inti atom yang lebih ringan. Neutron ini dapat menumbuk (diserap) kembali oleh inti uranium untuk membentuk reaksi fisi berikutnya. Mekanisme ini terus terjadi da-lam waktu yang sangat cepat membentuk reaksi berantai tak terkendali. Akibatnya, terjadi pelepasan energi yang besar dalam waktu singkat. Mekanisme ini yang terjadi di dalam bom nuklir yang menghasilkan ledakan yang dahsyat. Jadi, reaksi fisi dapat membentuk reaksi berantai tak terkendali yang memiliki potensi daya ledak yang dahsyat dan dapat dibuat dalam bentuk bom nuklir. Gambar 2.6. Reaksi fisi berantai Sumber: www.google.com Dibandingkan dibentuk dalam bentuk bom nuklir, pelepasan energi yang dihasilkan melalui reaksi fisi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih ber-guna. Untuk itu, reaksi berantai yang terjadi dalam reaksi fisi harus dibuat lebih terkendali. Usaha ini bisa dilakukan di dalam sebuah reaktor nuklir. Reaksi berantai terkendali dapat diusahakan berlangsung di dalam reaktor yang terjamin 29 keamanannya dan energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih berguna, misalnya untuk penelitian dan untuk membangkitkan listrik. Gambar 2.7. Reaksi fisi berantai terkendali Sumber: www.google.com Di dalam reaksi fisi yang terkendali, jumlah neutron dibatasi sehingga hanya satu neutron saja yang akan diserap untuk pembelahan inti berikutnya. Dengan mekanisme ini, diperoleh reaksi berantai terkendali yang energi yang dihasilkannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang berguna. b. Energi Nuklir Energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi nuklir dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang berguna. Untuk itu, reaksi fisi harus berlangsung secara terkendali di dalam sebuah reaktor nuklir. Sebuah reaktor nuklir paling tidak memiliki empat komponen dasar, yaitu elemen bahan bakar, moderator neutron, batang kendali, dan perisai beton. Gambar 2.8. Skema reaktor nuklir sumber: http://personales.alc.uPV.es 30 Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan mengalami fusi nuklir. Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah uranium U. elemen bahan bakar dapat berbentuk batang yang ditempatkan di dalam teras reaktor. Neutron-neutron yang dihasilkan dalam fisi uranium berada dalam kelajuan yang cukup tinggi. Adapun, neutron yang memungkinkan terjadinya fisi nuklir adalah neutron lambat sehingga diperlukan material yang dapat memperlambat kelajuan neutron ini. Fungsi ini dijalankan oleh moderator neutron yang umumnya berupa air. Jadi, di dalam teras reaktor terdapat air sebagai moderator yang berfungsi memperlambat kelajuan neutron karena neutron akan kehilangan sebagian energinya saat bertumbukan dengan molekul-molekul air. Fungsi pengendalian jumlah neutron yang dapat menghasilkan fisi nuklir da-lam reaksi berantai dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar reaksi berantai yang terjadi terkendali dimana hanya satu neutron saja yang diserap untuk memicu fisi nuklir berikutnya, digunakan bahan yang dapat menyerap neutron-neutron di dalam teras reaktor. Bahan seperti boron atau kadmium sering digunakan sebagai batang kendali karena efektif dalam menyerap neutron. Batang kendali didesain sedemikian rupa agar secara otomatis dapat keluarmasuk teras reaktor. Jika jumlah neutron di dalam teras reaktor melebihi jumlah yang diizinkan (kondisi kritis), maka batang kendali dimasukkan ke dalam teras reaktor untuk menyerap sebagian neutron agar tercapai kondisi kritis. Batang kendali akan dikeluarkan dari teras reaktor jika jumlah neutron di bawah kondisi kritis (kekurangan neutron), untuk mengembalikan kondisi ke kondisi kritis yang diizinkan. Radiasi yang dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir dapat membahayakan lingkungan di sekitar reaktor. Diperlukan sebuah pelindung di sekeliling reaktor nuklir agar radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor tidak menyebar ke lingkungan di sekitar reaktor. Fungsi ini dilakukan oleh perisai beton yang dibuat mengelilingi teras reaktor. Beton diketahui sangat efektif menyerap sinar hasil radiasi zat radioaktif sehingga digunakan sebagai bahan perisai. 31 c. Energi Magma Di permukaan bumi sering terdapat sumber-sumber air panas, bahkan sumber uap panas. Panas itu datangnya dari batu-batu yang meleleh, atau magma, yang menerima panas dari inti bumi. Magma, yang terletah dalam lapisan mantel, memanasi suatu lapisan batu padat. Di atas batu padat terletak suatu lapisan batu berpori, yaitu batu yang mempunyai banyak lubang kecil. Bila lapisan batu berpori ini berisi air, yang berasal dari air tanah, atau resapan air hujan, atau resapan air danau misalnya, maka air itu turut dipanaskan oleh lapisan batu padat yang panas itu. Bila panasnya besar, maka terbentuk air panas, bahkan dapat terbentuk juga uap dalam lapisan batu berpori. Bila di atas lapisan batu berpori terdapat lagi satu lapisan batu padat, maka lapisan batu berpori berfungsi sebagai semacam boiler. Uap dan juga air panas, bertekanan, dan akan berusaha keluar, dalam hal ini menuju ke permukaan bumi. Hal ini akan terjadi bila terdapat celah-celah atau pecahan-pecahan batu padat. Demikianlah terjadinya sumber air panas dan sumber uap. Gambar 2.9. Energi Magma Sumber: www.google.com Energi Surya Langsung Dalam pelaksanaan pemanfaatannya, energi surya langsung dapat dibedakan menjadi tiga cara. Cara pertama adalah prinsip pemanasan langsung. Dalam hal ini sinar matahari memanasi langsung benda yang akan dipanaskan, cara kedua adalah mengonversikan panas yang terkadung dalam air menjadi energi listrik. Sedangkan cara ketiga yaitu fotovoltaik, mengonversi energi sinar matahari lang-sung menjadi energi listrik. 32 a. Pemanasan Langsung Gambar 2.10. Jenis-jenis photovoltaic Sumber: www.google.com Pemanasan langsung telah dikenal sejak dahulu mulai dari cara yang paling sederhana. Namun keefektifan pemanfaatan energi surya dengan cara pemanfaatan langsung dapat ditingkatkan bila mempergunakan pengumpu-pengumpul panas, yang biasa disebut kolektor. Sinar-sinar matahari dikonsentrasikan dengan kolektor ini ada suatu tempat, sehingga diperoleh suatu suhu yang lebih tinggi. b. Konversi Surya Termal Elektris Konversi Surya Teknis Elektris Suatu teknologi yang tampaknya cukup mempunyai potensi adalah apa yang disebut Konversi Surya Termis Elektris (KSTE), atau yang dalam bahasa asing disebut Solar Thermal Electric Conversion (STEC). Pada prinsipnya KSTE memerlukan sebuah konsentrator optik untuk pemanfaatan radiasi surya, sebuah alat untuk menyerap energi yang dikumpulkan, suatu sistem pengangkut panas, dan sebuah mesin yang agak konvensional untuk pembangkitan tenaga listrik. 33 Gambar 2.11. Konversi surya termal elektris Sumber: www.google.com c. Konversi Energi Fotovoltaik Konversi Energi Fotovoltaik Energi radiasi surya dapat diubah menjadi arus listrik searah dengan mempergunakan lapisan-lapisan tipis dan silikon (Si) murni atau bahan semikonduktor lainnya. Pada saat ini silikon merupakan bahan yang terbanyak dipakai. Silikon merupakan pula suatu unsur yang banyak terdapat di alam. Untuk keperluan pemakaian Sebagai semikonduktor, silikon harus dimurnikan hingga suatu tingkat pemurnian yang tinggi sekali: kurang dari satu atom pengotoran per 1010 atom silikon. Gambar (a) memperlihatkan pengaturan atom dalam kristal silikon. Bentuk kristalisasi demikian akan terjadi bilamana silikon cair terjadi padat, hal mana disebabkan karena tiap atom silikon mempunyai elek-tron valensi. Dengan demikian terjadi suatu bentuk kristal di mana tiap atom sili-kon mempunyai sejumlah 4 tetangga terdekat. Tiap dua atom silikon yang berte-tangga saling memiliki salah satu elektron valensinya. Bentuk kisi kristal menurut Gambar (a) sering juga dinamakan kisi intan. Struktur tiga dimensi menurut Gambar (a) diperlihatkan dalam Gambar (b) secara skematis dengan bentuk dua dimensi. Dalam gambar ini terlihat pula bahwa tiap 34 atom mempunyai empat tetangga terdekat. Kedua garis antara tiap atom merupakan dua elektron valensi, satu buah dari masing-masing atom. Tiap pasangan elektron valensi adalah suatu ikatan kovalensi, yang pada asasnya merupakan hubungan yang mengikat atom-atom kristal. Pada suhu nol absolut (00 K) semua ikatan kovalensi berada dalam keadaan utuh dan lengkap. Bilamana suhu naik, atom-atom akan mengalami keadaan getaran termal. Getaran-getaran ini yang meningkat dengan suhu, pada suatu saat dapat nengganggu beberapa ikatan kovalensi. Terganggunya ikatan valensi dalam kristal semikonduktor pada suhu lingkungan biasa mempunyai beberapa akibat besar terhadap sifat-sifat listrik kristal itu dan penting dalam penjelasan efek fotovoltaik. Dan Gambar (b) terlihat bahwa terputusnya ikatan valensi melepaskan sebuah elektron, yang dapat bergerak bebas dalam kristal dan dapat berperan serta dalam proses hantaran. Cara bantaran listrik dapat terjadi bila sebuah “lubang” yang terjadi karena pelepasan elektron, diisi oleh elektron lain dan tetangganya, dan seterusnya. Gambar 2.12. Ikatan valensi Sumber: www.google.com Jika kristal itu diletakkan dalam suatu medan listrik, maka elektron-elektron bebas itu condong mengalir ke arah melawan medan sedangkan “lubang-lubang” yang terjadi akan memiliki arah yang berlawanan. Lubang-lubang itu berperan sebagai partikel dengan muatan positif. Dengan demikian seolah-olah dalam sebuah semikonduktor terjadi dua arus dengan arah saling berlawanan: suatu arus elektron dan suatu arus lubang. Jumlah elektron yang mengalir dalam semikonduktor jauh lebih kecil daripada yang merupakan konduktor. Sebagai perbanding- 35 an, dalam bahan silikon murni, pada suhu ruangan biasa, terdapat kira-kira satu pasangan elektron dan lubang per 1010 atom. Untuk kebanyakan kristal logam angka itu adalah satu per satu. Dapat juga terjadi bahwa ikatan valensi terganggu disebabkan pengaruh radiasi elektromagnetik yang datang dari luar. Jika foton dan radiasi yang masuk itu memiliki ba-nyak energi, maka di tempat resapan akan dapat terjelma suatu pasangan elektron dan lubang. Jumlah energi yang diperlukan untuk terjadinya hal itu adalah 1,1 eV bagi siikon pada suhu ruangan biasa. Dengan demikian maka setiap foton yang memiliki jumlah energi yang lebih besar dan 1,1 eV atau panjang gelombang kurang dan 1.100 nm, yang terletak di wilayah inframerah spektrum yang dapat mengakibatkan terjadinya pasangan elektron dan lubang di silikon. Khususnya besar dan spektrum radiasi surya mempunyai kemampuan tersebut bila diresap silikon. Dengan demikian maka akan terdapat suatu muatan listnik yang melampaui keseimbangan hal mana dapat mengakibatkan terjadinya suatu gaya gerak listrik. Gambar 4.12 memperlihatkan sebuab kristal silikon yang dimasukkan satu atom arsenikum (As), yang diperoleh misalnya dan suatu peleburan yang diberi sedikit arsenikum sebagai “pengotoran”. Atom arsenikum memiliki lima elektron valensi. Bilaimana sebuah atom arsenikum menempati suatu posisi “struktural” dalam kristal silikon, ia mempunyai kelebihan satu buah elektron. Pada suhu lingkungan biasa daya ikat elektron kelima terhadap induk atom arsenikum adalah relatif kecil. Dengan demikian terjadi suatu sirnasi di mana terdapat sebuah elektron bebas dalam kristal silikon. Atom arsenikum yang terikat dalam kristal mendapat muatan positif sedangkan elektron bebas itu dapat bergerak dalam seluruh kristal dan mengikuti proses konduksi bila terdapat suatu medan listrik. Arsenikum dengan semikian merupakan suatu pengotoran yang merupakan pemberi, atau donor elektron. Hal demikian juga akan terjadi dengan atom-atom lain yang mempunyai ikatan valensi lima. Dan penambahan suatu kristal dengan pengotoran donor, akan mengubah sifat-sifat listrik bahan tersebut dengan dua cara. Pertama, jika pengotoran donor itu diperbesar melampaui 1 bagian per 1012, yang dianggap suatu taraf pengotoran yang rendah.maka daya hantar akan meningkat. 36 Gambar 2.13. Ikatan valensi Sumber: www.google.com Gambar Kristal Silikon Dimasukkan Satu Atom Arsenikum dan Kelebihan Satu Elektron Kedua, bila baik elektron maupun lubang akan memiliki peran serta kurang lebih sama dalam sifat daya hantan materi silikon, hantarannya akan praktis seluruhnya dilakukan oleh gerakan dan elektron dalam kristal yang mengandung donor. Muatan yang positif terikat tempat dalam struktur kristal. Karena elektron memiliki muatan negatif, kristal demikian dinamakan tipe-N, yaitu n dan negatif. Dengan sendirinya akan terjadi suatu efek serupa bila pengotoran dilakukan dengan bahan yang memiliki valensi tiga seperti boron dan galium. Dalam keadaan demikian tiap pengotoran “menerima” satu elektron dan ikatan valensi yang mengakibatkan terdapatnya satu lubang yang berperan serta dalam proses konduksi, dan satu ion pengotoran dengan muatan negatif yang tidak bergerak. Karena lubang mempunyai muatan positif kristal yang mempunyai akseptor dinamakan tipeP, yaitu p dan positif. Karena pengotoran relatif menyangkut jumlah-jumlah yang kecil sekali sehingga mungkin untuk sebuah kristal tunggal silikon merupa-kan tipe-P pada satu ujung dan tipe-N pada ujung yang lain. Kristal demikian dinamakan sambungan P-N dan terlihat pada Gambar (a). Misalkan sambungan P-N itu terkena radiasi matahari. Telah diketahui bahwa tiap foton radiasi yang memiliki energi yang melebihi 1,1 eV dapat menghasilkan satu pasangan elektron-lubang dalam silikon. Dalam situasi menurut Gambar (a) akan jelas bahwa pasangan-pasangan elektron-lubang agak terpisah-pisah letaknya, sedemikian hingga 37 daerah P akan memiliki muatan positif terhadap daerah N, dan terdapat suatu perbedaan potensial antara kedua apitan. Jika antara kedua apitan dipasang sebuah beban, sebagaimana terlihat pada Gambar (b), akan mengalir arus I. Dengan demikian terdapat secara langsung suatu konversi elektronika antara radiasi surya yang masuk dan energi listrik yang dihasilkan antara kedua apitan A dan B. Gambar 2.14. Skema sambungan P-N Sumber: www.google.com 38 Pada dasarnya prinsip kerja PLTS adalah: 1. Pada siang hari modul surya menerima cahaya matahari dan cahaya tersebut kemudian diubah menjadi energi listrik oleh sel-sel kristal melalui proses fotovoltaik. 2. Listrik yang dihasilkan oleh modul adalah listrik arus searah (DC), yang da-pat langsung disalurkan ke beban atau pun disimpan dalam baterai sebelum dikeluarkan ke beban, lampu, radio, dan lain-lain. 3. Tegangan yang dikeluarkan oleh modul surya bervariasi; 6VDC, 12 VDC, 24 VDC, 36 VDC, dan 48 VDC per modul. Daya yang dihasilkan juga bervariasi mulai dari 10 Wattpeak (Wp) sampai 100 Wp per modul dengan dimensi modul yang berbeda sesuai dengan kapasitasnya. 4. Untuk melindungi sistem PLTS dari pengisian dan pemakaian yang berlebihan, digunakan alat pengatur (controller), dimana seluruh energi listrik yang dihasilkan dan dipakai oleh sistem PLTS harus melalui alat pengatur ini. 5. Untuk peralatan yang membutuhkan listrik arus AC, digunakan inverter yaitu alat pengubah arus DC-AC yang tersedia dalam berbagai kapasitas. 6. Listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mencatu beban, seperti lampu penerangan, berbagai alat elektronik dan alat mekanik yang digerakkan oleh listrik. C. Energi Angin Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Pemanasan oleh matahari, maka udara memuai. Tekanan udara yang telah memuai massa jenisnya menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun. Udara disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udarapanas dan turunnya udara dingin ini dikarenakan konveksi. Tenaga angin menunjuk kepada pengumpulan energi yang berguna dari angin. Pada tahun 2005, kapasitas energi generator tenaga angin adalah 58.982 MW, hasil tersebut kurang dari 1% pengguna listrik dunia. Meskipun masih be-rupa sumber 39 energi listrik minor dikebanyakan Negara, Penghasil tenaga angin lebih dari empat kali lipatantara 1999 dan 2005. Kebanyakan tenaga angin modern dihasilkan dalam bentuk listrik dengan mengubah rotasi dari pisau turbin menjadi arus listrik dengan menggunakan generator listrik. Pada kincir angin energi angin digunakan untuk memutar peralatan mekanik untuk melakukan kerja fisik, seperti menggiling atau memompa air. Tenaga anginbanyak jumlahnya, tidak habis-habis, tersebar luas dan bersih. Angin terjadi karena adanya perbedaan suhu antara udara panas dan udara dingin. Di daerah khatulistiwa yang panas, udaranya menjadi panas, mengembang dan menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke daerah yang lebih dingin misal-nya daerah kutub. Sebaliknya di daerah kutub yang dingin, udaranya menjadi dingin dan turun ke bawah. Dengan demikian terjadi suatu perputaran udara dari Kutub Utara ke Garis Khatulistiwa menyusuri permukaan bumi, dan sebaliknya melalui lapisan udara yang lebih tinggi. Perpindahan udara seperti ini dikenal sebagai angin pasat. Pemanfaatan energi angin sendiri diketahui merupakan pengonversian energi kinetik menjadi energi listrik. Energi angin memiliki potensi yang baik untuk di-kembangkan mengingat energi ini termasuk salah satu energi terbarukan. Gambar 2.15. Kincir Angin Sumber: www.google.com 40 1. Klasifikasi Energi Angin Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi ke-butuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak digunakan di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan windmill. Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini penggunaan turbin a-ngin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional (Co: PLTD, PLTU, dll), turbin angin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuan karena da-lam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui (batubara dan minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik. Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam. Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibelakang bagian turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini biasanya akan disimpan ke-dalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan a. Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH) Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi rotornya paralel terhadap permukaan tanah. Turbin angin sumbu horizontal memi-liki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara dan diarahkan menu-ju dari arah datangnya angin untuk dapat memanfaatkan energi angin. Rotor tur-bin angin kecil diarahkan menuju dari arah datangnya angin dengan pengaturan baling-baling angin sederhana sedangkan turbin angin besar umumnya mengguna-kan sensor angin dan motor yang mengubah rotor turbin mengarah pada angin. Berdasarkan prinsip aerodinamis, rotor turbin angin sumbu horizontal mengalami gaya lift dan gaya drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya drag sehingga rotor turbin ini lebih dikenal dengan rotor turbin tipe lift. Gaya aerodinamik rotor turbin angin 41 ketika dilalui aliran udara. Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal terbagi menjadi: 1. Turbin angin satu sudu (single blade) 2. Turbin angin dua sudu (double blade) 3. Turbin angin tiga sudu (three blade) 4. Turbin angin banyak sudu (multi blade) b. Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV) Turbin angin sumbu vertikal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi ro-tornya tegak lurus terhadap permukaan tanah. Jika dilihat dari efisiensi turbin, turbin angin sumbu horizontal lebih efektif dalam mengekstrak energi angin di-banding dengan turbin angin sumbu vertikal. Meskipun demikian, turbin angin vertikal memiliki keunggulan, yaitu: Turbin angin sumbu vertikal tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah, tidak seperti turbin angin horizontal yang memerlukan mekanisme tambahan untuk menyesuaikan rotor turbin dengan arah angin. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar Konstruksi turbin sederhana Turbin angin sumbu vertikal dapat didirikan dekat dengan permukaan tanah, sehingga memungkinkan menempatkan komponen mekanik dan komponen elektronik yang mendukung beroperasinya turbin. c. Turbin Angin Darrieus Turbin angin Darrieus pada umumnya dikenal sebagai turbin eggbeater. Tur-bin angin Darrieus pertama kali ditemukan oleh Georges Darrieus pada tahun 1931. Turbin angin Darrieus merupakan turbin angin yang menggunakan prinsip aerodinamik dengan memanfaatkan gaya lift pada penampang sudu rotornya da-lam mengekstrak energi angin. Turbin Darrieus memiliki torsi rotor yang rendah tetapi putarannya lebih tinggi dibanding dengan turbin angin Savonius sehingga lebih diutamakan untuk menghasilkan energi listrik. Namun turbin ini membutuh-kan energi awal untuk mulai berputar. Rotor turbin angin Darrieus pada umumnya memiliki variasi sudu yaitu dua atau tiga sudu. Modifikasi rotor turbin angin Darrieus disebut dengan turbin angin H. 42 d. Turbin Angin Savonius Rotor Savonius dikembangkan pertama kali oleh J. Savonius pada tahun 1920-an. Konsep awal Savonius sendiri pertama kali dikembangkan oleh Flettner. Savonius banyak digunakan sebagai sebuah rotor, dimana bentuknya dibuat dari sebuah silinder yang dipotong pada sumbu bidang sentral menjadi dua bagian dan bagian tersebut disusun menyilang menyerupai huruf S. D. Energi Biomassa Biomassa merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun yang bekerja sebagai sel-sel surya, menyerap energi matahari dan mengkonversi karbon dioksida dengan air menjadi suatu senyawa karbon, hidrogen dan oksigen. Hasil konversi dari senyawa itu dapat berbentuk arang atau karbon, alkohol kayu, dan lain sebagainya. Biomassa merupakan energi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena merupakan energi terbarukan. Adapun sumber-sumber energi biomassa yang dapat dimanfaatkan adalah sebagai berikut; a. Limbah pertanian Sejumlah limbah pertanian dapat digunakan untuk produksi energi biomassa. Berbagai limbah tersebut diantaranya adalah jerami, ampas tebu, kotoran ternak, serta kotoran unggas yang bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan panas dan listrik. b. Biogas Biogas diproduksi melalui pemecahan bahan organik seperti kotoran manusia, material tanaman, pupuk kandang, dll. Semua bahan organik tersebut diuraikan melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme anaerobik untuk menghasilkan karbon dioksida dan metana. Gas yang dihasilkan lantas digunakan untuk bahan bakar seperti menyalakan kompor, digunakan sebagai pemanas, atau untuk membangkitkan listrik. c. Tanaman energi Terdapat juga sejumlah tanaman energi yang ditanam secara komersial seba-gai sumber energi. Tanaman ini dibudidayakan dalam skala besar dan diproses untuk 43 menghasilkan bahan bakar. Berbagai tanaman sumber energi ini diantara-nya adalah jagung, kedelai, rami, serta gandum. Produk bahan bakar yang dihasil-kan meliputi butanol, etanol, metanol, propanol, serta biodiesel. d. Kayu Kayu dibakar sebagai bahan bakar di banyak tempat di seluruh dunia. Kayu dianggap sebagai bentuk sederhana dari biomassa. Energi yang dilepaskan oleh pembakaran kayu digunakan untuk memasak, untuk menghasilkan panas, dll. Kayu juga digunakan untuk produksi listrik pada skala besar seperti dalam kasus pembangkit listrik tenaga uap. Hanya saja, pembakaran kayu disertai dengan emisi sejumlah besar karbon dioksida ke udara yang merupakan gas rumah kaca. Untuk menyeimbangkan polusi, lebih banyak pohon harus ditanam sehingga mampu menyerap kelebihan karbon dioksida dari atmosfer. Gambar 2.16. Sumber energi biomasa Sumber: www.google.com E. Energi Biofuel Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), setiap ba-han bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan or-ganik dapat disebut sebagai biofuel. Seorang ahli di dunia perminyakan yaitu Demirbas, pada saat mengindentifi-kasi biofuel ini menekankan aspek bahan baku yang digunakan untuk membuat bahan bakarnya. Menurutnya biofuel mengacu pada bahan baku bio yang terbaru-kan (biorenewable) atau bahan baku terbarukan yang dapat terbakar (combustible renewable feedstock). Bahan bakar tersebut dapat dihasilkan secara langsung 44 maupun secara tidak langsung. Yang dihasilkan secara langsung biasanya berasal dari tanaman sedangkan yang dihasilkan secara tidak langsung biasanya berasal dari limbah, baik limbah industri, komersial, domestik, atau pertanian. Pengertian tersebut sejalan dengan definisi biofuel menurut Merriam Webster yaitu bahan bakar (biasa sebagai kayu atau etanol) yang dibuat atau diproduksi dari bahan baku biologis. Bahan bakar ini merupakan bahan bakar alternatif, ba-han bakar konvensional yang pada umumnya berasal dari minyak bumi yang tidak dapat terbarukan. Oleh karena itu, pengertian biofuel sebagai salah satu jenis ba-han bakar utama yang terbarukan- sering didikotomi dengan bahan bakar fosil. a. Jenis-Jenis Biofuel Banyak ahli dan lembaga-lembaga internasional menilai bahwa biofuel (terutama biofuel generasi kedua yang diproduksi dari biomassa) merupakan sumber energi yang secara teknis paling layak dikembangkan. Secara teknis, biofuel dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber bahan baku seperti etanol gula, etanol selulosa, grain ethanol, biodiesel, cairan pirolisis, green diesel, green gasoline, butanol, metanol, cairan syngas, biohydrogen, diesel algae (ganggang laut), algae jet fuel, dan hidrokarbon. Bermacam-macam bahan baku tersebut dapat diolah dengan menggunakan berbagai proses. Biofuel dengan keunggulannya yang serupa keterbaruannya, keberlanjutannya, ketersediaannya, serta biodegradabilitynya merupakan sumber energi alternatif yang dimaknai demikian penting, sama pentingnya dengan penemuan pesawat terbang dengan efisiensi yang tinggi atau mobil hybrid yang semakin canggih. Biofuel dipandang sebagai teknologi kunci yang diproyeksikan akan digunakan secara luas paling lambat pada tahun 2030. Program pengembangan energi alternatif ini juga menjadi bagian dari upaya global untuk mitigasi perubahan cuaca akibat emisi CO2 yang tinggi. Oleh sebab itu, penemuan produk biofuel ini dianggap oleh para ahli sebagai penemuan yang sangat menjanjikan karena produknya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Di antara berbagai jenis biofuel, bioetanol merupakan biofuel pertama yang diproduksi secara massal atau besar-besaran. Para ahli meyakini bahwa etanol sudah digunakan sejak jaman neolitikum. Dengan menganalisis residu yang terting- 45 gal pada tembikar keramik maupun artefak-artefak kuno lainnya diperoleh bukti adanya senyawa-senyawa kimia etanol tertentu yang digunakan sebagai penanda atau cap artefak tersebut. Sejalan dengan berkembangnya produksi mobil pada awal abad ke-20, perhatian pada etanol sebagai bahan bakar juga dimulai sejak tahun 1900-an. Sedangkan uji coba secara komersial produksi campuran bensin-etanol diawali tahun 1973 di Brazil dan Amerika Serikat. Berbeda dengan bioethanol, biodiesel dikenal dalam dua karegori besar yaitu biodiesel generasi pertama dan biodiesel generasi kedua. Biodiesel generasi per-tama yang diproduksi secara komersial pada umumnya adalah fatty acid methyl ester atau disederhanakan dengan FAME yang diperoleh dari proses esterifikasi. “Generasi kedua” disebut sebagai “biofuel canggih” (“advance biofuel”) dan secara kimia sangat berbeda dengan biodiesel generasi pertama atau FAME. Biodiesel generasi pertama dan biodiesel generasi kedua sering dikategorikan sebagai bahan bakar diesel yang dapat diperbaharui atau “renewable resources”. Saat ini berbagai aktifitas penelitian yang berkaitan dengan biodiesel generasi kedua banyak dikerjakan di Eropa. Beberapa pengembangan biofuel generasi kedua yang bukan berasal dari proses esterifikasi banyak juga dilakukan di negara Cina, Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Terdapat banyak percobaan untuk memproduksi biofuel dengan memanfaatkan kayu, rumput, ganggang (algae), dan su-mbersumber biomassa lainnya. Saat ini juga sedang dikembangkan teknologi yang murah untuk menghasilkan biofuel dari biomassa yang tidak digunakan sebagai sumber bahan pangan. Tujuannya, lebih bersifat jangka panjang dan ke-mungkinan besar masih membutuhkan waktu yang lama agar teknologinya siap digunakan pasar. Terdapat tulisan lain yang perlu dikutip yaitu dari R.R. Bakker dalam tulisannya yang berjudul Advance Biofuels yang mengatakan bahwa biofuel biasa dibedakan juga menjadi “advance” biofuel atau dalam bahasa Indonesia mungkin biasa disebut sebagai biofuel yang canggih, dan “conventional” biofuel atau barangkali dapat diterjemahkan sebagai biofuel yang mampu menurunkan emisi gas rumah kaca minimum sebesar 50% sedangkan biofuel yang biasa hanya mampu menurunkan emisi gas rumah kaca minimum sebesar 20%. 46 1. Bioetanol Bioetanol saat ini merupakan biofuel yang paling banyak digunakan. Di USA pada tahun 2004 produksi etanol (termasuk bioetanol) mencapai 3 sampai dengan 4 billion gallons dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang prospektif karena beberapa alasan seperti tidak member kontribusi pada pemanasan global, dapat dicampur dengan gasoline sampai 10% (E10) dapat dibuat dari bahan-bahan alami (biomassa) yang dapat diperbaharui (renewable) seperti ubi kayu, jagung, dan buah-buahan. Sebagai pengganti MTBE (methyl tertiary butyl ether) yang potensial. MTBE adalah aditif bahan bakar (fuel additive) yang bersifat toksik dan dewasa ini banyak digunakan di beberapa negara. Bioetanol pada prinsipnya adalah etanol yang diperoleh melalui proses fer-mentasi sehingga dinamakan bioetanol. Bioetanol dihasilkan dari distilasi bir hasil fermentasi. Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang relatif mudah dan murah diproduksi sehingga industri rumahan sederhana pun mampu membuatnya. Biasanya bioetanol dibuat dengan teknik fermentasi biomassa seperti umbi-umbian, jagung atau tebu dan dilanjutkan dengan destilasi. Bioetanol dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Untuk bahan bakar kendaraan bermotor terlebih dahulu bioetanol harus dicampur dengan premium dengan perbandingan tertentu. Hasil pencampuran ini kemudian disebut dengan Gasohol (Gasoline Alcohol). Gasohol memiliki performa yang lebih baik daripada premium karena angka oktan etanol lebih tinggi daripada premium. Selain itu gasohol juga lebih ramah lingkungan daripada premium. Penguapan bioetanol dari cair ke gas juga tidak secepat bensin. Karena itu pemakaian bioetanol murni pada kendaraan dapat menimbulkan masalah. Tetapi masalah dapat diatasi dengan mengubah desain mesin dan reformulasi bahan bakar. 2. Biodiesel Biodiesel atau alkil ester bersifat sama dengan solar, bahkan lebih baik nilai cetane-nya. Riset tentang biodiesel telah dilakukan di seluruh dunia khususnya di Austria, Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat. Bahan baku utamanya antara lain minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari. Di Hawaii, biodiesel dibuat dari minyak goreng bekas dan di Nagano, Jepang, bahan baku dari restoran-restoran cepat saji telah dipakai sebagai bahan baku biodiesel. Saat ini, 47 biodiesel telah merebut 5% pangsa pasar ADO (automotive diesel oil) di Eropa. Pada tahun 2010 Uni-Eropa mentargetkan pencapaian sampai 12%. Malay-sia telah mengembangkan pilot plant biodiesel berbahan baku minyak sawit de-ngan kapasitas berkisar 3000 ton/hari yang telah siap memenuhi kebutuhan solar transportasi. Secara keseluruhan Saat ini di dunia telah terdapat lebih dari 85 pabrik biodiesel berkapasitas 500 – 120.000 ton/tahun dan pada 7 tahun terakhir ini 28 negara telah menguji-coba biodiesel sebagai pengganti BBM, 21 di antara-nya kemudian memproduksi. Amerika dan beberapa negara Eropa bahkan telah menetapkan Standar Biodiesel yang kemudian diadopsi di beberpa Negara berkembang. Di Indonesia biodiesel biasanya menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa, palm fatty acid distillate (PFAD), dan minyak ikan. Biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi. Biodiesel dibuat dengan berbagai metode. Transesterifikasi adalah salah satu teknik pembuatan biodiesel yang paling popular dewasa ini karena aman, murah, dan mudah dilakukan. Biodiesel bersifat ramah lingkungan karena tidak memberi kontribusi kepada pemanasan global, mudah didegradasi, mengandung sekitar 10% oksigen alamiah yang bermanfaat dalam pembakaran dan dapat melumasi mesin. Keuntungan-keuntungan lain pada penggunaan biodiesel adalah mudah dibuat sekalipun dalam sekala rumah tangga (home industry) dan menghemat sumber energi yang tidak terbarukan (bahan bakar fosil) serta dapat mengurang biaya-biaya kesehatan akibat pencemaran udara. Pemanfaatan sumber-sumber nabati seperti minyak kelapa dan CPO (Crude Palm Oil) baik minyak segar maupun bekas (jelantah) sebagai bahan baku produksi biodiesel juga merupakan keuntungan karena dapat membuka peluang usaha bagi petani dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM). 3. Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, lim-bah domestik, sampah atau limbah biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. 48 Metana yang terkandung di dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batubara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi kar-bon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Saat ini, banyak negara maju mulai meningkatkan penggunaan biogas yang diha-silkan baik dari limbah cair, padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan limbah. Komposisi gas di dalam biogas yang dihasilkan bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Rata-rata biogas memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah modern dapat meng-hasilkan biogas dengan kadar metana berkisar dari 55-75%. Biofuel dalam waktu dekat mungkin tidak dapat menggantikan sepenuhnya energi fosil namun biofuel tetap akan menjadi sumber energi alternatif yang sa-ngat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Pengembangan biofuel melalui penggunaan produk samping industri pertanian atau sampah menjadi energi melalui pembakaran langsung atau dikonversi menjadi biofuel tidak saja menyediakan energi alternatif terbarukan namun juga dapat membuka lapangan kerja baru. F. Kelebihan dan Kekurangan Sumber Energi Alternatif Energi terbarukan merupakan energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan, seperti energi yang berasal tenaga angin, tenaga matahari, tenaga air, biomasa dan panas bumi. Energi terbarukan mulai menarik perhatian masyarakat dan pemangku kebijakan sebagai sumber energi alternatif setelah peristiwa krisis minyak dunia pada tahun 1973. Penggunaan energi dengan sumber terbarukan kemudian berkembang pesat pada saat United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dibentuk oleh PBB sebagai gerakan untuk mengurangi gas rumah kaca. Lembaga ini terus konsisten menyuarakan pengalihan menuju energi yang ramah lingkungan melalui Millenium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs) yang dikeluarkan oleh PBB. Salah satu keuntungan utama dari energi terbarukan adalah energi tersebut dapat diperbarui sehingga dapat berkelanjutan dan tak akan habis. Fasilitas energi 49 terbarukan pada umumnya memerlukan maintenance yang lebih sedikit dibanding pembangkit konvensional. Bahan bakarnya bersumber langsung dari alam sehingga dengan adanya sumber daya ini dapat mengurangi biaya operasional. Selain itu, energi terbarukan meenghasilkan sedikit atau bahkan tak ada limbah seperti Karbondioksida dan polutan kimia, sehingga dampak lingkungannya relatif kecil. Proyek energi terbarukan juga dapat memberikan efek ekonomi bagi area sekitar, dikarenakan sebagian besar proyek energi terbarukan berada pada tempat yang jauh dari kota. Keuntungan ekonomi ini juga dapat dihasilkan dari pariwisata setempat. Perubahan iklim saat ini menjadi perhatian utama masyarakat dunia dikarenakan oleh efeknya yang menyebabkan naiknya temperatur rata-rata dunia secara tidak wajar. Peristiwa ini mengakibatkan terganggunya keseimbangan lingkungan, juga membahayakan kesehatan dan cadangan kebutuhan pangan manusia. Penyebab utama dari perubahan iklim adalah aktivitas produksi listrik yang didominasi oleh pembangkit listrik tenaga batubara dan pembangkit listrik tenaga gas bumi yang mencakup sekitar 30% dari total emisi gas yang menyebabkan pemanasan global. Di sisi lain, energi terbarukan diduga merupakan sumber energi yang bersih dan tidak memiliki emisi gas rumah kaca. Namun, pada kenyataanya energi terbarukan juga memiliki dampak buruk bagi lingkungan, baik berupa emisi yang dihasilkan ke udara, penggunaan lahan, penggunaan air, dampak pada makhluk hidup dan kesehatan serta masyarakat. Berikut adalah data-data mengenai dampak dari energi terbarukan 1. Polusi Udara Zat-zat yang dikategorikan polusi udara dan dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup antara lain adalah gas rumah kaca, SO2, NO2 dan partikulat. Pembangkit energi terbarukan seperti tenaga matahari dan angin pada dasarnya tidak mengeluarkan emisi, namun pada tahap manufaktur, transportasi material, pemasangan dan perawatan, tetap ada emisi yg dihasilkan. Estimasi pada pembangkit listrik tenaga surya adalah 32 – 90 gram ekuivalen karbondioksida per kilowatt hour (CO2e/kWh). Emisi yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik tenaga angin bergantung pada beberapa faktor seperti kecepatan angin, persentase waktu 50 angin bertiup dan komposisi material dari turbin angin itu sendiri. Rata-rata estimasi emisi yang paling mendekati adalah 9 – 18 gram CO2e/kWh. Pada pembangkit listrik tenaga panas bumi, emisi yang dikeluarkan bergantung pada sistem pembangkit itu sendiri. Pada sistem loop terbuka, sekitar 10% dari emisi yang dikeluarkan adalah karbondioksida dan sebagian kecil metana. Sehingga, diperkirakan pada sistem loop terbuka, pembangkit listrik tenaga panas bumi menghasilkan sekitar 45 gram CO2e/kWh. Dalam meningkatkan energi panas bumi, perlu dilakukan pengeboran dan pemompaan air menuju sumber panas, kegiatan ini menghasilkan emisi sekitar 90 gram CO2e/kWh. Sementara pada sistem yang tertutup, pembangkit listrik tenaga panas bumi tidak mengeluarkan emisi yang berbahaya. Pembangkit listrik tenaga air memiliki nilai emisi yang bermacam-macam, tergantung dari tipe pembangkit listrik tenaga air itu sendiri. Pembangkit listrik mini atau mikro hidro yang menggunakan aliran sungai kecil mengeluarkan 5 – 23 gram CO2e/kWh. Sementara untuk pembangkit listrik tenaga air skala besar yang dilakukan didaerah cukup gersang, emisi yang dikeluarkan adalah sebesar 27 gram CO2e/kWh. Berbeda dengan yang dibangun didaerah tropis, ketika air dibendung serta merendam vegetasi dan tanah, dekomposisi terjadi sehingga menghasilkan emisi lebih dari 226 gram CO2e/kWh. Emisi CO2 yang dihasilkan dari biomassa tidak hanya disebabkan oleh penggunaan bahan bakunya saja, namun dari penanaman dan perawatan bahan baku tersebut. Nilai emisi yang dihasilkan sekitar 15 – 52 gram CO2e/kWh untuk biomassa yang dihasilkan dengan bahan baku yang ditanam sendiri. Peneliti lainnya mengkategorikan nilai emisi yang dihasilkan oleh biomassa adalah negatif, untuk penggunaan bahan baku dari sisa atau sampah yang tidak terpakai, yaitu sekitar 410 gram CO2e/kWh. Sementara untuk pembangkit biomassa yang menggunakan sampah dan dikombinasikan dengan carbon capture emisinya adalah sekitar (-6667) – (-1368) gram CO2e/kWh. Emisi yang dikeluarkan oleh energi terbarukan apabila digabungkan memiliki estimasi antara -1368 – 266 gram CO2e/kWh. Nilai ini masih sangat jauh dibawah emisi yang dikeluarkan oleh gas bumi dan batubara. Gas 51 bumi memiliki emisi antara 272 – 907 gram CO2e/kWh sementara batubara memiliki emisi 635 – 1633 gram CO2e/kWh. 2. Penggunaan Lahan Pembangkit listrik yang berasal dari energi terbarukan memiliki dampak pada lahan yang digunakan. Pada pembangkit listrik tenaga angin, luas lahan yang dibutuhkan adalah sekitar 12 – 57 hektar per megaWatt. Namun, setiap 1 megaWatt kurang dari 0,4 hektar terganggu secara permanen dan kurang dari 1,4 hektar terganggu secara sementara saat pembangunan pembangkit. Walaupun pada dasarnya lahan yang digunakan tidak akan terganggu, lahan bisa digunakan untuk berkebun, berternak ataupun untuk jalan raya. Alternatif lainnya, pembangkit listrik tenaga angin dapat dibangun di lahan bekas industri yang tidak terpakai atau di tengah laut. Pembangunan pembangkit listrik tenaga angin di tengah laut juga dapat meningkatkan populasi ikan karena sekaligus berperan sebagai terumbu karang buatan. Pada pembangkit listrik tenaga surya, penggunaan lahan yang sangat besar dapat meningkatkan degradasi lahan dan hilangnya habitat. Kebutuhan luas lahan tergantung pada teknologi yang digunakan, namun rata-rata luas lahan yang dibutuhkan adalah 1 – 4 hektar per megaWatt. Berbeda dengan pembangkit listrik energi angin, lahan yang digunakan untuk solar pv tidak bisa dibagi dengan penggunaan perkebunan atau pertanian. Namun, teknologinya yang sangat mudah dipasang dimanapun membuat pembangkit ini bisa dipasang di atap rumah masyarakat. Penggunaan lahan pada pembangkit listrik panas bumi dapat dilihat dari pembangkit listrik di Geyser, dimana pembangkit dengan kapasitas 1,517 mW memiliki luas 78 kilometer persegi, sehingga dapat disimpulkan sekitar 5 hektar lahan dibutuhkan per megaWatt listrik. Fenomena lainnya dalam penggunaan lahan adalah penurunan lahan akibat pengeluaran air dari reservoir. Dalam eksplorasi dan pengoperasiannya, hal ini juga dapat menyebabkan gempa lokal. Pada pembangkit listrik tenaga air berskala besar, sekitar 809 hektar lahan dibutuhkan per megaWattnya, kontras dengan pembangkit listrik tenaga mini atau mikro hidro 52 yang membutuhkan sekitar 0,4 hektar per megaWatt. Pada pembangkit listrik tenaga air skala besar, dibutuhkan pula bendungan yang kemudian akan membanjiri hutan, habitat makhluk hidup, lahan pertanian, bahkan desa yang ditinggali oleh masyarakat. 3. Penggunaan Air Pembangkit listrik yang menggunakan teknologi pemanasan atau termoelektrik membutuhkan jumlah air yang sangat banyak, terutama untuk pendinginan. Sumber daya air di sekitar pembangkit dapat dimanfaatkan untuk proses pendinginan sehingga terjadi penyerapan panas dari pembangkit yang kemudian dipakai kembali dalam proses pemanasan. Sistem siklus tertutup juga dapat diaplikasikan sehingga konsumsi air hanya diperlukan untuk menambahkan air yang hilang dalam fasa sirkulasi. Konsumsi air yang digunakan dalam proses pendinginan pada pembangkit listrik tenaga panas bumi bergantung pada teknologi dan tipe dari pembangkit geotermal tersebut. Pada lapangan panas bumi Geyser, Amerika Serikat, dimana sistemnya merupakan uap kering dan siklus tertutup, sekitar 7570 liter/MWh diambil dari lapangan panas bumi. Penggunaan air dalam panas bumi sistem binary dapat mencapai jumlah yang sangat besar apabila menggunakan tower pendingin basah, namun bisa juga sangat rendah ketika digunakan skema hybrid atau menggunakan sistem pendingin dengan udara. Penggunaan air untuk pembangkit listrik tenaga panas matahari (solar thermal) yang menggunakan tower pendingin atau sirkulasi tertutup membutuhkan sekitar 2000 – 2500 liter/MWh. Sementara pembangkit listrik tenaga angin dan matahari (solar pv) menggunakan jumlah air yang sangat sedikit atau hampir tidak menggunakan air. Di sisi lain, pembangkit listrik tenaga uap batu bara, menggunakan hingga 75.000 – 189.000 liter/MWh sementara pembangkit listrik tenaga gas menggunakan 28.000 – 75.000 liter/MWh. 4. Dampak pada makhluk hidup Makhluk hidup merupakan salah satu yang terkena dampak dari perkembangan teknologi, termasuk teknologi pembangkit energi terbarukan. Data menunjukkan, tabrakan dengan turbin angin dan perubahan tekanan udara yang diakibatkan oleh berputarnya turbin angin mengakibatkan kematian pada burung- 53 burung dan kelelawar-kelelewar, jumlahnya tergantung dari teknologi turbin dan terutama pada penempatan turbin. Di Amerika Serikat, turbin angin “membunuh” sekitar 20.000 – 40.000 burung pada tahun 2003. Total jumlah ini jauh sangat kecil dibandingkan 100 juta burung mati akibat tabrakan dengan bangunan, kabel listrik dan kendaraan bermotor. Nation Wind Coordinating Committee (NWCC) menyimpulkan bahwa dampak yang terjadi sangat kecil dan tidak akan mengganggu populasi spesies burung dan kelelawar. Dampak pada makhluk hidup lainnya adalah pada teknologi hidroenergi. Pembangkit listrik tenaga air memiliki dampak pada ekosistem air, khususnya pada aliran air dimana pembangkit listrik tenaga air dibangun. Makhluk hidup seperti ikan dan organisme lainnya dapat mengalami cedera dan mati akibat bilah turbin. Selain itu, solar PV memiliki dampak dalam mobilisasi jejak elemen kimiaSedangkan biomassa dapat menimbulkan dampak pada polusi air permukaan yang disebabkan oleh pupuk yang digunakan, sertapenurunan air untuk irigasi. Selain itu penggunaan biomassa sampah dapat mengakibatkan hilangnya beberapa material organik dari tanah. Dampak tersebut masih sangat jauh dari dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan bakar fosil dalam eksploitasi dan pemanfaatannya. Beberapa spesies terancam punah akibat tumpahan minyak di lautan. Spesies lainnya terancam kehilangan habitat akibat aktivitas eksplorasi. Populasi makhluk hidup di ekosistem air baik sungai dan lautan berkurang drastis karena keracunan akibat sedimen yang terkontaminasi dalam penambangan batubara. Dampak paling besar adalah perubahan iklim yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil yang mengeluarkan gas rumah kaca dan polusi udara secara menyeluruh. Di sisi lain, pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di laut lepas serta pembangkit listrik tenaga air memiliki dampak positif pada makhluk hidup. Pembangunan pembangkit tenaga angin di laut lepas memicu penambahan populasi ikan karena pembangkit tersebut dapat berperan ganda sebagai koral palsu. Sementara pembangkit listrik tenaga air pada jalur airnya akan memiliki jumlah sedimen dan nutrien yang lebih banyak dibandingkan tempat lain, sehingga bisa menjadi tempat tumbuhnya alga dan gulma air. Gulma akan menjadi kerumunan 54 bagi tumbuhan lainnya, sehingga dapat dikontrol dengan adanya peternakan ikan dimana tumbuhan dan gulma dapat digunakan sebagai makanan bagi ikan. 5. Kesehatan dan masyarakat Dampak suara dan visual merupakan dua hal yang menjadi perhatian utama dalam aspek kesehatan dan masyarakat. Suara berasal dari perputaran bilah turbin, level kebisingan yang dihasilkan akan bergantung pada kecepatan angin dan desain dari turbin angin tersebut. Masyarakat yang bermukim di dekat pembangkit listrik tenaga angin pada umumnya mengeluhkan keberadaan pembangkit dikarenakan adanya suara dan getaran yang ditimbulkan oleh pembangkit, namun hal tersebut tidak berdampak signifikan pada kesehatan masyarakat. Dampak tersebut pada kenyataannya tidak sebanding dengan dampak positif dari pembangkit energi terbarukan. Data menunjukan penggantian energi fosil menjadi pembangkit yang menggunakan energi terbarukan akan mengurangi kematian dini dan mengurangi keseluruhan biaya perawatan kesehatan. Emisi yang dikeluarkan energi fosil erat kaitannya dengan masalah pernafasan, kerusakan neurologis, serangan jantung dan kanker. Pembangkit listrik tenaga matahari, angin dan air tidak berasosiasi dengan emisi polusi udara, sementara panas bumi dan biomassa mengeluarkan emisi polusi udara, namun jumlahnya sangat jauh dibawah emisi batubara dan gas bumi. Sehingga pemanfaatan energi terbarukan untuk listrik menawarkan keuntungan bagi kesehatan masyarakat yang signifikan apabila dibandingkan dengan energi fosil 2.6 Jenis-jenis Pembangkit Listrik A. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandal- kan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. Namun, secara luas, pembangkit listrik tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrik yang menggunakan te-naga 55 air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak. Hidroelektrisitas adalah sumber energi terbarukan. Cara kerja: Alat utama yang dibutuhkan pada pembangkit listrik tenaga air adalah berupa turbin dan generator. Air yang telah ditampung di dalam bendungan dialirkan melalui dasar bendungan sehingga membentuk air terjun. Air terjun inilah yang dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin karena air akan menabrak sudut - sudut turbin sehingga membuat turbin menjadi berputar. Turbin ini terhubung secara langsung dengan generator, sehingga bila turbin bergerak secara berputar, maka secara otomatis generator juga akan ikut bergerak berputar. Selama bergerak berputar, generator ini akan menghasilkan tenaga listrik. Tenaga listrik inilah yang kemudian oleh PLN dialirkan ke rumah - rumah pelanggan. Skema Alat: 1. Penggerak Mula (Prime Mover) Penggerak Mula (Prime Mover) adalah bagian berputar yang langsung ber- hubungan dengan air. Ada dua jenis penggerak mula yang umum digunakan yakni kincir air dan turbin air. Konstruksi kincir air sederhana terdiri dari dua dinding lingkaran yang meng-apit sudut-sudut dan pada pusat terdapat as (shaft) sebagai sumbu putar. Kincir air dapat dibuat dari bahan: kayu, bambu, plate besi, dan lain-lain. Umumnya penggunaan kincir air hanya terbatas pada skala kecil atau sedang saja sedangkan untuk skala besar turbin airlah menjadi pilihan. Namun demikian kincir air memiliki kelebihan karena biayanya relatif murah (untuk kapasitas sa-ma), pembuatannya mudah (dapat dikerjakan orang yang keahliaanya pas-pasan) dan yang lebih menarik lagi untuk pembangkit listrik pada aliran sungai dengan head sangat rendah penggerak mula yang paling tepat adalah model kincir. 56 Turbin air adalah model yang lebih canggih dan dapat digunakan untuk pem-bangkit listrik mulai kapasitas kecil sampai besar. Selain itu tidak memerlukan banyak tempat untuk pemasangan, terlihat rapi, dan effisiensi tinggi. 2. Speed Reducer (perubah kecepatan) Speed Reducer (perubah kecepatan) adalah alat yang berfungsi untuk meru- bah (menaikkan atau menurunkan) kecepatan putaran. Dalam hal ini speed redu-cer yang diperlukan adalah penaik kecepatan karena putaran penggerak mula bia-sanya lambat, oleh karena itu harus dipercepat agar putaran yang direkomendasi-kan pada generator dapat dicapai (pada umumnya generator memiliki putaran 1500 rpm). Kecepatan putaran yang tepat pada sisi generator diperlukan sebagai salah satu syarat agar listrik yang dihasilkan baik. Bila putaran generator tidak tepat (kurang atau melampui batas yang direkomendasikan) dapat merusak per-alatan listrik dan termasuk generator itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan perhitungan yang tepat untuk memilih speed reducer pada pembangkit listrik. Secara garis besar untuk menaikkan kecepatan digunakan 3 macam cara sebagai berikut: 1. Multiple Pulley (Pulley Bertingkat) Ini adalah model paling sederhana dan biayanya murah akan tetapi menim-bulkan kehilangan daya yang tinggi. Model ini terdiri dari susunan beberapa pulley yang dihubungkan dengan belt.Jumlah tingkatan (jumlah pulley) dan diameter pulley harus diperhitungkan agar dihasilkan kecepatan putaran yang tepat pada sisi generator. 2. Multiple Chain Gear Model Multiple Chain Gear pada prinsipnya sama dengan multiple pulley, hanya saja menggunakan chain dan gear. Jumlah tingkat dan jumlah teeth dari setiap gear harus diperhitungkan untuk mendapatkan putaran yang tepat pada generator 3. Gear Box (Gear Reducer) Penggunaan Gear box (Gear Reducer) sebagai penaik kecepatan memberikan banyak kelebihan, karena pemasangan dan perawatan mudah, tampak rapi, dan yang paling utama kehilangan daya rendah hanya saja harganya jauh lebih mahal dibanding kedua model sebelumnya. Gear box sangat cocok digunakan untuk 57 penggerak mula yang putarannya sangat lambat (pada aliran sungai dengan head sangat rendah tetapi debit air tinggi). 3. Generator Generator adalah mesin listrik yang dapat merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Dalam pembangkit listrik tenaga air, energi yang terkandung di da-lam air dengan bantuan penggerak mula dan speed reducer energi tersebut diubah menjadi energi listrik. Sekarang ini telah banyak generator yang diproduksi, ting-gal memilih sesuai spesifikasi yang kita inginkan. Gambar 2.17. Skema pembangkit listrik tenaga air Sumber: www.google.com Adapun contoh PLTA yang memasok untuk Kota Makassar adalah PLTA Bakaru, yang terletak di Kabupaten Gowa. PLTA ini memanfaatkan Danau BiliBili sebagai sumber energi. Dalam sistemnya, PLTA Bakaru menggunakan dua buah turbin dengan kapasitas masing-masing 126 MW. PLTA Bakaru merupakan sumber utama dari pasokan listrik yang mengaliri Makassar yang saat ini kebutuhan energinya mencapai 420 MW saat beban puncak, dari 440 MW total yang disediakan oleh PLN. 58 4. Komponen PLTA B. Waduk Main gate Bendungan Pipa pesat Katup utama Turbin Generator Draftube Tailrace Kabel transmisi Jalur transmisi Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk meng- ubah energi panas (hasil pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi energi listrik yang bermanfaat. Pada dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan pengga-bungan antara PLTG dan PLTU. PLTU memanfaatkan energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam Genarator), sehingga menjadi uap jenuh kering. Uap jenuh ke-ring inilah yang akan digunakan untuk memutar sudu (baling-baling). Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat efisiensi pembakaran dan prosesnya. Cara Kerja: Prinsip kerja PLTG adalah sebagai berikut, mula-mula udara dimasukkan ke dalam kompresor dengan melalui air filter / penyaring udara agar partikel debu tidak ikut masuk ke dalam kompresor tersebut. Pada kompresor tekanan udara dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar. Disini, penggunaan bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara 59 atau tidak. Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk dibakar. Tapi jika menggunakan BBM harus dilakukan proses pengabutan dahulu pada burner baru dicampur udara dan dibakar. Pembakaran bahan bakar dan udara ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga enthalpy gas diubah oleh turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk menghasilkan listrik. Gambar 2.18. Skema pembangkit listrik tenaga gas uap Sumber: www.google.com Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui cerobong/ stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari lubang udara pada turbin. Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi ini, maka bahan bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium, Vanadium, dan Sodium yang melampaui 1 part per mill (ppm). Skema Alat: Komponen-komponen peralatan dari PLTGU adalah: 60 1. Turbin Gas Plant yang terdiri atas Compressor, Combustor Chamber, Turbin Gas, Generator. 2. Heat Recovery Steam Generator ( HRSG ) 3. Steam Turbin Plant yang terdiri atas HP & LP Turbin, Condensor dan Generator. PLTGU jenis ini dapat ditemui di PLTGU Sengkang dan PLTGU Tello, yang masing-masing berlokasi di Kabupaten Wajo dan Kota Makassar. Adapun kapasitas dari PLTGU Sengkang adalah 20 MW. Sementara itu untuk PLTGU Tello sebesar 148 MW. C. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover). Prime mover merupakan peralatan yang mempunyai fungsi menghasilkan energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator. Mesin diesel sebagai penggerak mula PLTD berfungsi menghasilkan tenaga mekanis yang dipergunakan untuk memutar rotor generator. Motor diesel dinamai juga motor penyalaan kompresi (compression ignition engine) oleh karena cara penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan menyemprotkan bahan baker ke dalam udara bertekanan dan temperatur tinggi, sebagai akibat dari proses di dalam ruang baker kepala silinder. Selain motor diesel dikenal juga jenis motor baker lainnya yaitu motor bensin yang biasanya dinamai motor penyalaan bunga api (spark ignition engine) oleh karena cara penyalaan bahan bakarnya dengan pertolongan bunga api (listrik). Jika dibandingkan dengan motor bensin, gas buang motor diesel tidak banyak mengandung komponen beracun yang dapat mencemari udara. Selain dari pada itu pemakaian bahan baker motor diesel lebih rendah (± 25 %) dari pada motor bensin, sedangkan harganyapun lebih murah sehingga penggunaan motor diesel umumnya lebih hemat daripada motor bensin sebagai penggerak mesin industri. Ditinjau dari sisi investasi harga, motor diesel umumnya lebih mahal dari motor 61 bensin karena untuk kapasitas mesin yang sama motor diesel harus dibuat dengan konstruksi dan berat yang lebih besar. Gambar 2.19. Skema pembangkit listrik tenaga diesel Sumber: www.google.com Secara umum, gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Untuk melakukan pembakaran optimal pada diesel engine, maka diperlukan oksigen dari udara di sekitar. Disinilah peran air filter yang fungsinya untuk menyaring udara yang masuk ke turbocharger dan enginer. b) Di dalam diesel engine, solar yang dipakai sebagai bahan bakar, menghasilkan energi untuk memutar generator yang kemudian menghasilkan listrik yang dihubungkan ke trafo dan gardu listrik. c) Pada proses PLTD satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah sistem pendingin pada minyak pelumasan mesin (sistem yang sama dipakai pada kendaraan bermotor). Sistem pendingin yang dipakai biasanya adalah sistem heat exchanger dan sistem radiator atau kedua sistem ini digabungkan. d) Heat exchanger adalah sistem pendingin minyak pelumas, dimana air digunakan sebagai sarana pendingin. Proses heat exchanger ini memiliki konsep yaitu, air pendingin dialirkan terus dari sumber air terdekat seperti danau, sungai atau-pun kolam buatan. Air terus dialirkan secara konstan melalui pipa-pipa yang kemudian dihubungkan dengan pipa minyak pelumas. Pada aplikasi tertentu, pipa air pendingin ini akan ‘menyelimuti’ pipa minyak pelumas, sehingga terjadi 62 perpindahan suhu tinggi dari minyak ke suhu rendah (heat exchanging) dari air, yang menyebabkan suhu minyak menjadi berkurang. Sedangkan air yang memiliki suhu yang lebih tinggi akan dialirkan kembali me-nuju sumber air. Berikut seterusnya sistem ini bekerja. e) Sedangkan untuk sistem pendingin radiator (aplikasi yang sama pada kendaraan bermotor), minyak pelumas didinginkan dengan menggunakan kipas radiator. Dimana pada sistem ini mengaplikasikan konsep perpindahan suhu melalui radiasi, kipas radiator yang terus berputar akan menghasilkan angin untuk mendinginkan minyak pelumas. D. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Dimasa yang akan datang, penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), semakin lama akan semakin berkurang dan digantikan dengan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Salah satu energi terbarukan yang dapat kita temui sehari-hari adalah cahaya matahari. Energi cahaya matahari kedepannya memainkan peranan yang sangat penting dalam bidang kelistrikan, utamanya dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik berskala rumah tangga. Cara Kerja: Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) merupakan jenis pembangkit energi listrik alternatif yang dapat mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik. Secara umum, ada dua cara pembangkit listrik tenaga surya untuk dapat meng-hasilkan energi listrik, yaitu : - Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants) – Dalam pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu fluida yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik. - Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants) – Pembangkit jenis ini memanfaatkan sel surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya menjadi energi listrik secara langsung. 63 Gambar 2.20. Skema pembangkit listrik tenaga surya Sumber: www.google.com Skema Alat: - Solar Panel / Panel Surya: alat untuk mengkonversi energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Sebuah sel surya dapat menghasilkan tegangan kurang lebih 0.5 volt. Jadi sebuah panel surya / solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel. - Charge Controller: alat untuk mengatur arus dan tegangan yang akan masuk ke baterai. Tegangan dan arus yang masuk ke baterai harus sesuai dengan yang diinginkan. Bila lebih besar atau lebih kecil dari range yang ditentukan, maka baterai atau peralatan yang lain akan mengalami kerusakan. Selain itu, charge controller juga berfungsi sebagai penjaga agar daya keluaran yang dihasilkan tetap optimal. Sehingga dapat tercapai Maximum Power Point Tracking (MPPT). Charge controller secara umum melindungi dari gangguan-gangguan seperti diterangkan berikut : LVD, Low voltage disconnect, apabila tegangan dalam battery rendah, ~11.2 V, maka untuk sementara beban tidak dapat dinyalakan. Apabila tegangan battery sudah melewati 12V, setelah di charge oleh modul surya, maka beban akan otomatis dapat dinyalakan lagi (reconnect). HVD, High Voltage disconnect, memutus listrik dari modul surya jika battery /accu sudah penuh. Listrik dari modul surya akan dimasukkan kembali ke battery jika voltage battery kembali turun. 64 Short circuit protection, menggunakan electronic fuse (sekering) sehingga tidak memerlukan fuse pengganti. Berfungsi untuk melindungi sistem PLTS apabila terjadi arus hubung singkat baik di modul surya maupun pada beban. Apabila terjadi short circuit maka jalur ke beban akan dimatikan sementara, dalam beberapa detik akan otomatis menyambung kembali. Reverse Polarity, melindungi dari kesalahan pemasangan kutub (+) atau (-). Reverse Current, melindungi agar listrik dari baterai atau aki tidak mengalir ke modul surya pada malam hari. PV Voltage Spike, melindungi tegangan tinggi dari modul pada saat baterai tidak disambungkan ke controller. Lightning Protection, melindungi terhadap sambaran petir (s/d 20,000 volt). - Inverter : alat elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan searah (DC – direct current) menjadi tegangan bolak-balik (AC – alternating current). - Baterai, adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga surya. Tanpa baterai, energi surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar matahari. 65 E. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir terkendali di dalam reaktor nuklir dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Instalasi pembangkitan energi listrik semacam ini dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Gambar 2.21. Skema pembangkit listrik tenaga nuklir Sumber: http://reactor.engr.wisc.edu Salah satu bentuk reaktor nuklir adalah reaktor air bertekanan (pressurized water reactor/PWR) yang skemanya ditunjukkan dalam gambar. Energi yang dihasilkan di dalam reaktor nuklir berupa kalor atau panas yang dihasilkan oleh batang-batang bahan bakar. Kalor atau panas dialirkan keluar dari teras reaktor bersama air menuju alat penukar panas (heat exchanger). Di sini uap panas dipisahkan dari air dan dialirkan menuju turbin untuk menggerakkan turbin menghasilkan listrik, sedangkan air didinginkan dan dipompa kembali menuju reaktor. Uap air dingin yang mengalir keluar setelah melewati turbin dipompa kembali ke dalam reaktor. Untuk menjaga agar air di dalam reaktor (yang berada pada suhu 300oC) tidak mendidih (air mendidih pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm), air dijaga dalam tekanan tinggi sebesar 160 atm. Tidak heran jika reaktor ini dinamakan reaktor air bertekanan. F. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. 66 Sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu berdasarkan sumbernya, berdasarkan sifatnya, dan berdasarkan bentuknya. a. Berdasarkan Sumbernya 1. Sampah alam Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daundaun kering di lingkungan pemukiman. 2. Sampah manusia Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air. 3. Sampah Konsumsi Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) peng- guna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampahsampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri. 4. Limbah radioaktif Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang mengha- silkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan). b. Berdasarkan Sifatnya 67 1. Sampah organik - dapat diurai (degradable) Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. 2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable) Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plas- tik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. c. Berdasarkan Bentuknya 1. Sampah Padat Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi: a) Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan. b) Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi: c) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain. 68 d) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain. 2. Sampah Cair Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengan-dung patogen yang berbahaya. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan. Pembangkit listrik tenaga sampah adalah pembangkit listrik thermal dengan uap supercritical steam dan berbahan bakar sampah atau gas sampah metana. Sampah atau gas metana sampah dibakar menghasilkan panas yang memanaskan uap pada boiler steam supercritical. Uap kompresi tinggi kemudian menggerak-kan turbin uap dan flywheel yang tersambung pada generator dinamo dengan per-antara gear transmisi atau transmisi otomatis sehingga menghasilkan listrik. Daya yang dihasilkan pada pembangkit ini bervariasi antara 500 KW sampai 10 MW. Tujuan dari sebuah PLTSa ialah untuk mengkonversi sampah menjadi energi. Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa, dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi 69 bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi ok-sidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh insinerator ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unit, rotary kiln, dan fluidized bed incinerator. Gambar 2.22. Skema mesin pembangkit listrik tenaga sampah Sumber: www.google.com Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas. 70 Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C). Seperti halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3. Pembangkit listrik tenaga sampah yang banyak digunakan saat ini mengguna-kan proses insenerasi. Sampah dibongkar dari truk pengakut sampah dan dium-pankan ke inserator. Didalam inserator sampah dibakar. Panas yang dihasilkan da-ri hasil pembakaran digunakan untuk merubah air menjadi uap bertekanan tinggi. Uap dari boiler langsung ke turbin. Sisa pembakaran seperti debu diproses lebih lanjut agar tidak mencemari lingkungan (truk mengangkut sisa proses pembakar-an). Teknologi pengolahan sampah ini memang lebih menguntungkan dari pem-bangkit listrik lainnya. Sebagai ilustrasi : 100.000 ton sampah sebanding dengan 10.000 ton batubara. Selain mengatasi masalah polusi bisa juga untuk mengha-silkan energi berbahan bahan bakar gratis juga bisa menghemat devisa. Berdasarkan Seminar Teknologi Lingkungan yang diselenggarakan oleh Steering Committee Akselerasi Pertukaran Teknologi Lingkungan, APEC, secara garis besar terdapat 2 macam teknologi pengolahan sampah yaitu teknologi pembakaran (incineration) dan teknologi fermentasi metana. 1. Proses pembakaran PLTSa dengan proses pembakaran menggunakan proses konversi Thermal dalam mengolah sampah menjadi energi. Proses kerja tersebut dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: a. Sampah dari TPS diangkut oleh truk-truk pengangkut sampah ke PLTSa. Truk yang tiba akan ditimbang terlebih dahulu sebelum membuang sampah ke dalam bungker sampah. Truk kosong yang keluar dari PLTSa juga ditim-bang agar diketahui berat bersih sampah yang dibuang ke dalam bungker ber-dinding beton. Ruang bongkar sampah ini merupakan ruangan tertutup, dan udara dalam ruangan diisap oleh kipas udara sehingga bau sampah tidak me-nyebar keluar ruangan tetapi terisap kipas udara dan selanjutnya disalurkan ke tungku pembakaran. Hal ini akan membuat udara disekitar lokasi pemusnah sampah 71 tidak berbau. Dimensi bungker harus dapat menampung kebutuhan sampah lima sampai 10 hari. Sampah di dalam bungker yang masih basah, dibiarkan (ditiriskan) selama tiga sampai lima hari untuk mengurangi kadar air permukaan, air lindi di salurkan ke IPAL supaya tidak mencemari ling-kungan sekitar. Selama didiamkan sampah secara rutin di pindah-pindahkan untuk mengurangi kadar airnya. Sampah yang sudah didiamkan beberapa hari ini mempunyai nilai kalor antara 800 sampai dengan 1400 kkal/kg dan kadar air 50–60 persen. b. Sampah yang sudah mengering ini kemudian diangkut ke tungku pembakaran dengan grabber yang terpasang pada overhead traveling crane, dan dikendalikan dari jarak jauh dari ruang kendali. Sampah dari grabber dijatuhkan sedikit demi sedikit ke dalam hopper tungku, sampah kemudian memasuki tungku pembakaran sedikit demi sedikit melalui mekanisme pemasukan sampah pada tungku. Tungku pembakaran dirancang khusus agar sampah dapat terbakar pada temperatur tinggi (antara 850oC–900oC) dalam waktu yang cukup lama sehingga seluruh sampah dapat terbakar sesempurna mungkin dan dapat menghilangkan gas-gas beracun yang terbentuk seperti dioksin dan furan. Untuk mencapai suhu pembakaran yang tinggi tersebut, pada saat awal (start) diperlukan bahan bakar pembantu seperti minyak bakar, gas atau batubara. Setelah dicapai suhu yang diinginkan, sampah diharapkan dapat terbakar dengan sendirinya. Sisa pembakaran berupa abu bawah (Bottom Ash) dikeluarkan secara otomatik dan dikumpulkan sebelum diangkut untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Debu yang dihasilkan lima persen dari volume atau 20 persen dari berat sampah awal. c. Gas panas hasil pembakaran kemudian dimanfaatkan untuk menguapkan air yang berada dalam pipa-pipa ketel (boiler). Saluran gas panas dari tungku diatur sedemikian rupa sehingga temperatur gas panas ketika mengenai boiler tidak terlalu tinggi. Demikian juga tekanan dan temperatur uap di dalam pipa diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan temperatur antara gas panas dan uap air tidak menyebabkan pengembunan gas di pipa-pipa boiler yang dapat menyebabkan korosi. Untuk menghilangkan kerak biasanya pipa-pipa boiler ini dilengkapi dengan penyemprot gas asitilen. 72 d. Uap bertemperatur dan bertekanan tinggi yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator pembangkit listrik. Jumlah air yang diperlukan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik ini bergantung kepada karakteristik turbin yang digunakan. Namun demikian, uap yang dihasilkan tidak langsung di buang tetapi diembunkan di kondensor, dan dialirkan kembali ke ketel. Meskipun air disirkulasikan kembali, biasanya diperlukan penambahan air ketel sebesar 10–15 persen untuk mengkompensasi kebocoran uap yang terjadi. e. Setelah panasnya dimanfaatkan untuk membangkitkan uap gas hasil pembakaran dialirkan ke pengolah gas buang untuk menghilangkan gas-gas asam seperti SOx, HCl, NOx, logam berat, dioksin dll. Untuk keperluan tersebut pabrik pemusnah sampah yang dibangun di Singapura dan Cina mengguna-kan wet srubber yang dikombinasi dengan tambahan batu kapur, dan partikel karbon aktif. Gas bertemperatur rendah yang keluar dari alat penghilang gas asam kemudian dilewatkan penyaring debu.Penyaring debu dapat berupa penyaring biasa (fabric filter atau airbag) saja atau dikombinasi dengan electrostatic precipitator (EP). Pabrik pemusnah sampah di Eropa biasanya menggunakan EP, sedangkan yang di China dan Singapura hanya menggunakan penyaring biasa. Abu yang tertangkap oleh alat-alat ini biasa disebut sebagai abu terbang (fly ash). Abu terbang ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang sama seperti abu bawah (bottom ash). Di samping peralatan yang disebutkan sebelumnya sistem pengolahan gas buangnya dilengkapi dengan katalis penghilang NOx dan penghilang dioxin. Abu bawah (bottom ash), merupakan abu sisa pembakaran sampah di tungku sedangkan Abu terbang dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang sama seperti bottom ash. Abu terbang dari hasil pembakaran sampah baik untuk digunakan sebagai penstabil tanah lunak, kekuatan lempung yang diberi abu terbang ini naik 75 kali lipat. Di-samping itu tanah juga mempunyai sifat-sifat drainase yang lebih baik, indeks plastisitas dan kompresibilitas menurun masing-masing 69 dan 23 persen. 2. Teknologi Fermentasi Metana Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik (biogas) atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa 73 (sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3. Pada tahun 2002, di Jepang, telah dicanangkan “biomass- strategi total Jepang” sebagai kebijakan negara. Sebagai salah satu teknologi pemanfaatan biomass sumber daya alam dapat diperbaharui yang dikembangkan di bawah moto bendera ini, dikenal teknologi fermentasi gas metana. Sampah dapur serta air seni, serta isi septic tank diolah dengan fermentasi gas metana dan diambil biomassnya untuk menghasilkan listrik, lebih lanjut panas yang ditim-bulkan juga turut dimanfaatkan. Sedangkan residunya dapat digunakan untuk pembuatan kompos. Karena sampah dapur mengandung air 70–80%, sebelum dibakar, kandungan air tersebut perlu diuapkan. Di sini, dengan pembagian berdasarkan sum-ber penghasil sampah dapur serta fermentasi gas metana, dapat dihasilkan sum-ber energi baru dan ditingkatkan efisiensi termal secara total. Pemanfaatan Gas dari Sampah untuk Pembangkit Listrik dengan teknologi fermentasi metana dilakukan dengan dengan metode sanitary landfill y a i t u , memanfaatkan gas yang dihasilkan dari sampah (gas sanitary landfill/LFG). Landfill Gas (LFG) adalah produk sampingan dari proses dekomposisi dari timbunan sampah yang terdiri dari unsur 50% metan (CH4), 50% karbon dioksida (CO2) dan <1% non-methane organic compound (NMOCs). LFG harus dikontrol dan dikelola dengan baik, jika hal tersebut tidak dilakukan dapat menimbulkan smog (kabut gas beracun), pemanasan global dan kemungkinan terjadi ledakan gas, sistem sanitary landfill dilakukan dengan cara memasukkan sampah ke dalam lubang selanjutnya diratakan dan dipadatkan kemudian ditutup dengan tanah yang gembur demikian seterusnya hingga menbentuk lapisan-lapisan. Untuk memanfatkan gas yang sudah terbentuk, proses selanjutnya adalah memasang pipa-pipa penyalur untuk mengeluarkan gas. Gas selanjutnya dialirkan menuju tabung pemurnian sebelum pada akhirnya dialirkan ke generator untuk memutar turbin. Dalam penerapan sistem sanitary landfill yang perlu diperhatikan 74 adalah luas area harus mencukupi, tanah untuk penutup harus gembur, permukaan tanah harus dalam, dan agar ekonomis lokasi harus dekat dengan sampah sehingga biaya transportasi untuk mengangkut tanah tidak terlalu tinggi. Gambar 2.23. Skema pembangkit listrik tenaga sampah Sumber: www.google.com Beberapa teknologi konversi yang dilakukan untuk mengubah biomassa men-jadi energi, antara lain: a. Densifikasi Densifikasi adalah teknik konversi biomassa menjadi pellet atau briket. Briket atau pellet akan memudahkan dalam penanganan biomassa. Tujuannya agar meningkatkan densitas (kerapatan) dan memudahkan penyimpanan dan pengangkutan. Proses ini dapat menaikkan nilai kalori per unit volume, mudah disimpan dan diangkut, mempunyai ukuran, dan kualitas yang seragam. b. Karbonisasi Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi bahan organik menjadi arang. Pada proses karbonisasi akan melepaskan zat yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2, formaldehid, methana, formik dan acetil acid serta zat yang tidak terbakar seperti seperti CO2, H2O dan tar cair. Gas-gas yang dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada proses karbonisasi. c. Pirolisis 75 Pirolisis atau bisa disebut thermolisis adalah proses dekomposisi (penguraian) kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Proses ini sebenarnya bagian dari proses karbonisasi yaitu proses untuk memperoleh karbon atau arang, tetapi sebagian menyebut pada proses pirolisis merupakan high tempera-ture carbonization (HTC) yaitu lebihdari 500 derajat C. Proses pirolisis mengha-silkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon, cairan berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk lain adalah gas berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki kandungan kecil. Terdapat beber-apa cara memanfaatkan energi yang tersimpan dalam biomassa melalui pirolisis. Pembakaran langsung adalah cara yang paling tua digunakan. Biomassa yang dibakar dapat langsung menghasilkan panas tetapi cara ini hanya mempunyai efisiensi sebesar 10 %. Cara lain adalah dengan mengubah biomassa menjadi cairan. Cara inidigunakan karena keuntungannya berupa kemudahan penyimpanan, pengangkutan, serta pembakaran. Cairan yang dihasilkan dari pengolahan biomassa dapat berupa crude bio-oil. d. Anaerobic digestion Proses anaerobic digestion yaitu proses dengan melibatkan mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen dalam suatu digester. Proses ini menghasilkan gas pro-duk berupa metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) serta beberapa gas yang jumlahnya kecil, seperti H2, N2, dan H2S. Kesimpulannya, pemanfaatan energi biomasssa dapat dilakukan dengan cara direct combustion atau pembakaran langsung dalam bentuk pemanfaatan panas, konversi menjadi bahan bakar cair, dan Pemanfaatan Gas biomassa. 2.7 Sistem Transmisi Energi Listrik Transmisi Tenaga Listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik. 76 Gambar 2.24. Sistem tenaga listrik Sumber: www.google.com Gambar 2.21 menunjukkan blok diagram dasar dari sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik. Yang terdiri dari dua stasiun pembangkit (generating station) G1 dan G2, beberapa substation yaitu hubungan antar substation (interconnecting substation) dan untuk bagian komersial perumahan (commercial residential), dan industrial loads. Transmisi berada pada bagian yang diberi arsir tebal. Fungsi dari bagian transmission substation menyediakan servis untuk merubah dalam menaikan dan menurunkan tegangan pada saluran tegangan yang ditransmisikan serta meliputi regulasi tegangan. Standarisasi range tegangan internasional yaitu 345 kV hingga 765 kV untuk saluran tegangan ekstra tinggi dan 115 kV hingga 230 kV untuk saluran tegangan Tinggi. Standarisasi tegangan transmisi listrik di Indonesia adalah 500 kV untuk saluran ekstra tinggi dan 150 kV untuk saluran tegangan tinggi. Pada sistem tenaga listrik, jarak antara pembangkit dengan beban yang cukup jauh, akan menimbulkan adanya penurunan kualitas tegangan yang diakibatkan oleh rugirugi pada jaringan. Sehingga dibutuhkan suatu peralatan untuk memperbaiki kualitas tegangan dan diletakkan pada saluran yang mengalami drop tegangan. SVC (Static Var Compensator) berfungsi sebagai pemelihara kestabilan kondisi steady state dan dinamika voltase dalam batasan yang sudah ditentukan pada jaringan transmisi berjarak jauh dan berbeban tinggi (heavily loaded). Sync- 77 hronous Condenser, sebagai generator pensuplay arus gangguan, dan transformer dengan taps yaang variabel. Ini adalah jenis khusus transformator listrik yang dapat menambah atau mengurangi powered gulungan kawat, sehingga meningkat-kan atau menurunkan medan magnet dan tegangan keluaran dari transformator. Distribution Substation, pada bagian ini merubah tegangan aliran listrik dari tegangan medium menjadi tegangan rendah dengan transformator step-down, dimana memiliki tap otomatis dan memiliki kemampuan untuk regulator tegangan rendah. Tegangan rendah meliputi rentangan dari 120/240V single phase sampai 600V, 3 phase. Bagian ini melayani perumahan, komersial dan institusi serta industri kecil. Interconnecting substation, pada bagian ini untuk melayani sambungan percabangan transmisi dengan power tegangan yang berbeda serta untuk menambah kestabilan pada keseluruhan jaringan. Setiap substation selalu memiliki Circuit Breakers, Fuses, lightning arresters untuk pengaman peralatan. Antara lain dengan penambahan kontrol peralatan, pengukuran, switching, pada setiap bagian substation. Energi listrik yang di transmisikan didisain untuk Extra-high Voltage (EHV), High Voltage (HV), Medium Voltage (MV), dan Low Voltage (LV). Klasifikasi nilai tegangan ini dibuat berdasarkan skala standarisasi tegangan yang di tunjukkan pada tabel. Kategori sistem distribusi listrik dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Sistem Transmisi, dimana saluran tegangan antara 115kV sampai 800kV. 2. Sistem Distribusi, dimana rentangan tegangan antara 120V sampai 69kV. Distribusi listrik ini di bagi lagi menjadi tegangan menengah (2,4kV sampai 69kV) dan tegangan rendah (120V sampai 600V). 2.7.1. Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada konsumer pengguna listrik. Tenaga listrik di trans-misikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe Saluran Transmisi Listrik Penyaluran tenaga listrik pada transmisi menggunakan arus bolak-balik (AC) ataupun juga 78 dengan arus searah (DC). Penggunaan arus bolak-balik yaitu dengan sistem tigafasa atau dengan empat-fasa. Saluran Transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak-balik tiga fasa merupakan sistem yang banyak digunakan, mengingat kelebihan sebagai berikut: Mudah pembangkitannya Mudah pengubahan tegangannya Dapat menghasilkan medan magnet putar Dengan sistem tiga fasa, daya yang disalurkan lebih besar dan nilai sesaatnya konstan 2.7.2. Kategori Saluran Transmisi Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: a. Saluran Udara (Overhead Lines), saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara menara atau tiang transmisi. Keuntungan dari saluran transmisi udara antara lain: 1) Mudah dalam perbaikan 2) mudah dalam perawatan 3) mudah dalam mengetahui letak gangguan 4) Lebih murah Kerugian : 1. karena berada diruang terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh terhadap kehandalannya, dengan kata lain mudah terjadi gangguan dari luar, seperti gangguan hubungan singkat, gangguan tegangan bila tersambar petir, dan gangguan lainnya. 2. dari segi estetika/keindahan kurang, sehingga saluran transmisi bukan pilihan yang ideal untuk transmisi di dalam kota. 79 Gambar 2.25. Saluran Listrik Udara Tekanan Tinggi Sumber: www.google.com b. Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan di dalam kota, karena berada di dalam tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi serta sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikkannya. Gambar 2.26. (a) saluran listrik bawah tanah (b) saluran bawah laut Sumber: www.google.com c. Saluran Isolasi Gas, Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated Line/GIL) adalah saluran yang diisolasi dengan gas, misalnya: gas SF6, seperti gambar 2.24 80 karena mahal dan resiko ter-hadap lingkungan sangat tinggi maka saluran ini jarang digunakan. Gambar 2.27. Saluran listrik isolasi gas Sumber: www.google.com 2.7.3. Klasifikasi Transmisi berdasarkan Tegangan Transmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (overhead line), namun transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV),Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV). Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu substation (gardu) induk kegardu induk lainnya. Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang (tower) melalui isolator, dengan sistem tegangan tinggi. Standar tegangan tinggi yang berlaku di indonesia adalah 30kV, 70kV dan 150kV. Ditinjau dari klasifikasi tegangannya, transmisi listrik dibagi menjadi: a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit dengan kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi terdapat permasalahan mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga memerlukan 81 biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak padamasalah pembiayaan. b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai 150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar etralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak erjauh yang paling efektif dari saluran transmisi ini ialah 100km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah. c. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan bebe- rapa pertimbangan: a) ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower. b) Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi. c) Pertimbangan keamanan dan estetika. d) Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi. 2.7.4. Komponen Saluran Transmisi Tenaga Listrik Saluran transmisi tenaga listrik terdiri atas konduktor, isolator, dan infrastruktur tiang penyangga. a. Konduktor Kawat dengan bahan konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi se-lalu tanpa pelindung/isolasi kawat.Ini hanya kawat berbahan tembaga atau alu-munium dengan inti baja (steel-reinforced alumunium cable/ACSR) telanjang besar yang terbentang untuk mengalirkan arus listrik. 82 Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan antara lain: a) Tembaga dengan konduktivitas 100% (cu 100%) b) Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (cu 97,5%) c) Alumunium dengan konduktivitas 61% (Al 61%) Kawat tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat penghan- tar alumunium, karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Akan tetapi juga mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang sama, tembaga lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu kawat penghantar alumunium telah mulai menggantikan kedudukan kawat tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium, digunakan campuran alumunium (alumunium alloy). Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/ tiang berjauhan, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR. Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambing sebagai berikut: a) AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari alumunium. b) AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium. c) ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium berinti kawat baja. d) ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran. Gambar 2.28. Kawat Transmisi Listrik Sumber: www.google.com b. Isolator Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik disni berfungsi untuk penahan bagian konduktor terhadap ground. Isolator disini bisanya terbuat dari bahan porseline, tetapi bahan gelas dan bahan isolasi sintetik juga sering digunakan disini. 83 Bahan isolator harus memiiki resistansi yang tinggi untuk melindungi kebocoran arus dan memiliki ketebalan yang secukupnya (sesuai standar) untuk mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan tinggi sebagai pertahanan fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan apapun dan beban konduktor. Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi: a) Isolator jenis pasak b) Isolator jenis pos-saluran c) Isolator jenis gantung Gambar 2.29. Jenis-jenis isolator pada saluran transmisi Sumber: www.google.com Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tagangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33kV), sedangkan isolator jenis gantung dapat digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh penggunaanya yaitu jika 84 satu piring isolator untuk isolasi sebesar 15 kV, jika tegangan yang digunakan adalah 150 kV, maka jumlah piring isolatornya adalah 10 pringan. c. Konstruksi Saluran Tiang Penyangga Saluran transmisi dapat berupa saluran udara dan saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antar kawat penghantar. Dan untuk menyanggah/merentangkan kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara/tower. Antar menara/tower listrik dan kawat penghantar disekat oleh isolator. Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET yang paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta pemeliharaannya yang mudah. Namun demikian perlu pengawasan yang intensif, karena besi-besinya rawan terhadap pencurian, dimana pencurian besi-besi baja pada menara/tower listrik mengakibatkan menara/tower listrik tersebut roboh sehingga penyaluran listrik ke konsumen pun terganggu. Suatu menara/ tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja, antara lain: Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan) Gaya tarik akibat rentangan kawat Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower. Jenis-jenis menara/tower listrik Menurut konstruksinya, jenis-jenis menara/tower listrik dibagi menjadi 4 macam, yaitu: 85 a. Lattice Tower Gambar 2.30. Tiang saluran jenis lattice Sumber: www.google.com b. Tubular Steel Tower Gambar 2.31. Tiang saluran tubular steel pole Sumber: www.google.com c. Concrete Pole Gambar 2.32. Tiang saluran tubular concrete pole Sumber: www.google.com 86 d. Wooden Pole Gambar 2.33. Tiang saluran tubular wooden pole Sumber: www.google.com Menurut fungsinya, menara/tower listrik dibagi 7 macam, yaitu: 1. Dead end tower, yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat gardu induk, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik. 2. Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pembangunan (penarikan kawat), umumnya mempunyai sudut belokan yang kecil. 3. Suspension tower, yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya menanggung daya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan. 4. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang lebih besar dari pada gaya bert, umumnya mempunyai sudut belokan. 5. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi. 6. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua Saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah saluran transmisi existing. 7. Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang berbeda tegangan operasinya. 87 Gambar 2.34. Macam-macam bentuk tiang saluran/tower Sumber: www.google.com Komponen-komponen Menara /Tower Listrik Secara umum suatu menara/tower listrik terdiri dari: Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower (stub) dengan bumi. Gambar 2.35. Pondasi steel 500kV dead end Surabaya Sumber: www.google.com Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan pemasangan pondasi dan diikat menyatu dengan pondasi. Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah yang tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg, sedangkan body harus tetap sama tinggi permukaannya. 88 Gambar 2.36. Kabel pentanahan tower transmisi Sumber: www.google.com Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan badan tower bagian atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower dapat dilakukan dengan pengaturan tinggi common body dengan cara penambahan atau pengurangan. Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir. Pada tower jenis delta tidak dikenal istilah super structure namun digantikan dengan “K” frame dan bridge. Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau mengaitkan isolator kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross arm berbentuk segitiga kecuali tower jenis tension yang mempunyai sudut belokan besar berbentuk segi empat. “K” frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge maupun cross arm. “K” frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetris. “K” frame tidak dikenal di tower jenis pyramid. “K” frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge maupun cross arm. “K” frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. “K” frame tidak dikenal di tower jenis pyramid. Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengahtengah bridge terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak dikenal di tower jenis pyramida. 89 Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi SUTT/SUTET mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan tulisan “AWAS BERBAHAYA TEGANGAN TINGGI”. Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah, dipasang disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang meng-hadap nomor besar. Gambar 2.37. Rambu Tanda Bahaya Tower Sumber: www.google.com Rambu identifikasi tower dan penghantar / jalur, berfungsi untuk memberitahukan identitas tower seperti: nomor tower, urutan fasa, penghantar / jalur dan nilai tahanan pentanahan kaki tower. Gambar 2.38. Rambu identifikasi tower Sumber: www.google.com Anti Climbing Device (ACD), berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak berkepentingan untuk naik ke tower. ACD dibuat runcing, berjarak 10 cm dengan yang lainnya dan dipasang di setiap kaki tower dibawah rambu tanda bahaya. 90 Gambar 2.39. Anti Climbing Device Sumber: www.google.com Step bolt, baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower hingga super structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas sewaktu naik maupun turun dari tower. Gambar 2.40. Step Bolt Device Sumber: www.google.com Halaman tower, daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi ke atas tanah galian pondasi. Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar stub tergan-tung pada jenis tower. 2.8 Sistem Distribusi Energi Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distri- busi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik ialah 91 pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan). Ruang lingkup dari sistem distribusi dan transmisi energi listrik meliputi: GITET : Gardu Induk Tegangan Ekstra Tingi GI : Gardu Induk SUTET: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi SUTT : Saluran Udara Tegangan Tinggi JTM : Jaringan Tegangan Menengah JTR : Jaringan Tegangan rendah Proses Pendistribusian Energi Listrik Setelah tenaga listrik dibangkitkan oleh suatu pusat pembangkit listrik, selanjutnya tenaga listrik disalurkan (ditransmisikan) melalui jaringan transmisi. Dari jaringan transmisi selanjutnya didistribusikan kepada para konsumen tenaga listrik melalui jaringan distribusi tenaga listrik. Pada PTL biasanya membangkitkan energi listrik pada tegangan menengah, yaitu pada umumnya antara 6-20 kv, pada sistem tenaga listrik besar atau jika PTL terletak jauh dari pemakai, maka tegangannya perlu ditaikan melalui saluran transmisi dari dari tegangan menengah (TM) menjadi tegangan tinggi (TT) bahkan tegangan ekstra tinggi (TET). Pada pembangkit tegangan yang dikeluarkan oleh generator yaitu 16 KV kemudian dinaikan tegangannya melalui Trafo Step-up di GITET hingga tegang-annya menjadi 500 KV, kemudian dialurkan melalui SUTET untuk menuju ke konsumen pemakai tegangan tinggi, sebelum kekonsumen pemakai tegangan tinggi tegangan terlebih dahulu diturunkan dari TET menjadi TT yaitu sekitar 150 KV, tegangan tersebut diturunkan melalui Trafo step-down yang berada di Gardu Induk (GI). Setelah itu listrik dialirkan melalui SUTT menuju ke konsumen pemakai Tegangan Menengah, sebelum ke konsumen pemakai (TM), tegangan diturunkan kembali oleh Gardu Induk melalui Trafo step-down, dari (TT) menjadi (TM) yaitu sekitar 20 KV. Mendekati pusat pemakaian tenaga listrik yang umum, enrgi listrik yang dialirkan melalui JTM tegangan diturunkan, dari TM menjadi TR oleh Trafo stepdown di gardu distribusi, tegangannya yaitu 220 dan 380 volt, yang kemudian didistribusikan ke pemakai oleh gardu distribusi melalui JTR. 92 Gambar 2.41. Proses distribusi listrik Sumber: www.google.com Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Sistem Radial Merupakan jaringan sistem distribusi primer yang sederhana dan murah biaya investasinya. Pada jaringan ini arus yang paling besar adalah yang paling dekat dengan Gardu Induk. Tipe ini dalam penyaluran energi listrik kurang handal karena bila terjadi gangguan pada penyulang maka akan menyebabkan terjadinya pemadaman pada penyulang tersebut. 93 2.9 Konsumsi Energi Konsumsi energi merupakan energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam jangka waktu tertentu. Energi yang dikonsumsi dapat dihitung dengan berbagai cara seperti yang akan dijelaskan dibawah ini. 2.9.1 Konsumsi Energi Final per Sektor Konsumsi energi final (termasuk biomasa) pada kurun waktu 2000-2012 meningkat dari 764 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 1.079 juta SBM pada tahun 2012 atau meningkat rata-rata 2,91% per tahun. Konsumsi energi final tersebut tidak mempertimbangkan other petroleumproducts, seperti pelumas, aspal, dan lainnya, di sektor industri. Pada tahun 2012 pangsa terbesar penggunaan energi adalah sektor industri (34,8%) diikuti oleh sektor rumah tangga (30,7%), transportasi (28,8%), komersial (3,3%), dan lainnya (2,4%). Selama kurun waktu 2000-2012, sektortransportasi mengalami pertumbuhan terbesar yang mencapai 6,92% per tahun, diikuti sektor komersial (4,58%), dan sektor industri (2,51%). Sedangkan untuk pertumbuhan di sektor rumah tangga hanya sebesar 0,92%, dan sektor lainnya mengalami penurunan sebesar 0,94%. Tingginya laju pertumbuhan konsumsi energi final di sektor transportasi disebabkan pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor dari kurun waktu 2000-2012 yang mencapai sekitar 14,3% per tahun. Sektor rumah tangga mempunyai pertumbuhan konsumsi energi yang rendah karena terjadi perubahan penggunaan peralatan dan teknologi yang lebih efisien serta beralihnya penggunaan kayu bakar digantikan penggunaan energi komersial seperti LPG dan listrik. Gambar 2.42 Konsumsi energi final per sektor Sumber: pemanfaatan energi alternatif sebagai energi terbarukan untuk mendukung subtitusi bbm 94 2.9.2 Konsumsi Energi Final Per Jenis Konsumsi energi final menurut jenis selama tahun 2000-2012 masih didominasi oleh BBM (avtur, avgas, bensin, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar). Selama kurun waktu tersebut, total konsumsi BBM meningkat dari 315 juta SBM pada tahun 2000 menjadi398 juta SBM pada tahun 2012 atau meningkat rata-rata 1,9% per tahun. Pada tahun 2000, konsumsi minyak solar termasuk minyak diesel mempunyai pangsa terbesar (42%) disusul minyak tanah (23%), bensin (23%), minyak bakar (10%), dan avtur (2%). Selanjutnya pada tahun 2012urutannya berubah menjadi bensin (50%), minyak solar (37%), avtur (7%), minyak tanah (4%), dan minyak bakar(2%).Perubahan pola konsumsi BBM tersebut disebabkan oleh tingginya laju konsumsi bensin kendaraan pribadi, tingginya laju konsumsi avtur/avgas oleh pesawat udara,terjadinya diversifikasi energi di sektor industri, dan adanya program substitusi minyak tanah dengan LPG di sektor rumah tangga. Konsumsi batubara meningkat pesat dari 36,1 juta SBMpada tahun 2000 menjadi 123 juta SBM pada tahun 2012 atau meningkat rata-rata 9.9% per tahun. Seluruh batubara tersebut digunakan untuk memasok kebutuhan energi sektor industri, terutama untuk industri semen, industri tekstil, serta industri kertas. Konsumsi gas bumi meningkat dari 87,2 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 125,3 juta SBM pada tahun 2012 dengan laju pertumbuhan rata-rata 2,8% per tahun. Keterbatasan infrastruktur transmisi dan distribusi gas nasional menyebabkan pasokan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan industri terbatas. Konsumsi listrik dalam kurun waktu tahun 2000-2012 mengalami pertumbuhan rata-rata 6,2% per tahun, masih lebih rendah dibanding batubara (9,9%), dan LPG (13,5%). Hal ini menyebabkan rasio elektrifikasi nasional masih 75,8% pada tahun 2012 yang berarti 24,8% penduduk Indonesia belum dialiri listrik. Kondisi ini menunjukkanbahwa tingkat elektrifikasi Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain seperti Singapura 100%, Malaysia 99,4%, Filipina 89,7%, dan Vietnam 97,6%. 95 Gambar 2.43 Konsumsi energi final per jenis Sumber: pemanfaatan energi alternatif sebagai energi terbarukan untuk mendukung subtitusi bbm 2.10 Potensi Sumber Daya Energi Fosil Energi fosil yang terdiri atas batubara, minyak, dan gas merupakan sumber daya energi yang utama di Indonesia. Sebagian besar dari sumber daya maupun cadangan batubara yang dapat ditambang berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan, terutama Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Antara 2011-2012 terjadi penurunan sumberdaya batubaradari 120 milliar ton menjadi 119 milliar ton, sementara cadangannya bertambah dari 28 milyar ton menjadi 29 milyar ton. Dengan tingkat produksi batubara 353 juta ton pada 2011 dan 386 juta ton pada 2012, maka rasio cadangan terhadap produksi (R/P) batubara tersebut turun dari 79 pada tahun 2011 menjadi 75 tahun pada tahun 2012 Pada tahun 2011, total cadangan minyak Indonesia sebesar 7,73 milyar barel yang terdiri atas sekitar 4,04 miliar barel cadangan terbukti (proven) dan 3,69 miliar barel cadangan potensial. Pada 2012, total cadangan minyak tersebumenurun menjadi 7,41 milyar barel yang terdiri atas 3,74milyar barel cadangan terbukti dan 3,67 milyar barel cadangan potensial. Berdasarkan tingkat produksi minyak bumi sebesar 329juta barel pada 2011 dan 315 juta barel pada2012, rasio cadangan produksi (R/P) minyak bumi adalah sekitar 12 tahun baik pada 2011maupun 2012. Sumber cadangan minyak tersebut sebagian besar berada di luar Jawa, terutama di Sumatera yang mencapai pangsa lebih dari 60 persen. Cadangan minyak lainnya tersebarantara lain di Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan Maluku. Lebih dari 8 persen dari cadangan minyak tersebut berada di Kalimantan. Sementara cadangan minyak di Jawa mencapai sekitar 21 persen dari total cadangan nasional.Total cadangan gas bumi pada 2011 mencapai sekitar 153 TSCF yang terdiri 96 dari cadangan terbukti sebesar 105 TSCF dan cadangan potensial lebih dari 48 TSCF. Total cadangangas tersebut pada 2012 cenderung menurun mencapai 151 TSCF yang terdiri atas 103 TSCF cadangan terbukti dan 47 TSCF cadangan potensial. Dengan Tingkat produksi gasbaik gas ikutan (associated) maupun gas bukan ikutan (non associated) mencapai 3,26 TCF pada 2011 dan 3,17 TCF pada 2012, rasio cadangan produksi gas mencapai secaraberurutan meningkat 32 tahun pada 2011 dan 33 tahun pada 2012.Sumber daya gas tersebut umumnya berada di luar Jawa,terutama di Sumatera termasuk Natuna yang mencapaihampir 56 persen. Cadangan gas di luar Jawa lainnya tersebar di Papua, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi yang masing-masing memiliki cadangan gas secara berurutan 16%, 11%, 10%, dan hampir 2%. Sementara itu di Jawa, cadangan gasnya hanya sekitar delapan persen dari totalcadangan gas Indonesia. Berdasarkan rasio cadangan produksi sumber energifosil tersebut, potensi pemanfaatan batubara merupakan yang paling tinggi, yaitu sekitar 75 tahun lagi akan habis, sedangkan potensi gas masih dapat bertahan sampai hampir 33 tahun lagi. Minyak merupakan sumber energi fosil yang potensinya paling kecil, yaitu masih dapatdimanfaatkan hanya sekitar 12 tahun lagi, bila tidak ditemukan cadangan baru. Total cadangan gas bumi pada 2011 mencapai sekitar 153TSCF yang terdiri dari cadangan terbukti sebesar 105 TSCF dan cadangan potensial lebih dari 48 TSCF. Total cadangangas tersebut pada 2012 cenderung menurun mencapai 151 TSCF yang terdiri atas 103 TSCF cadangan terbukti dan 47 TSCF cadangan potensial. Dengan Tingkat produksi gas baik gas ikutan (associated) maupun gas bukan ikutan (non associated) mencapai 3,26 TCF pada 2011 dan 3,17 TCF pada 2012, rasio cadangan produksi gas mencapai secara berurutan meningkat 32 tahun pada 2011 dan 33 tahunpada 2012.Sumber daya gas tersebut umumnya berada di luar Jawa,terutama di Sumatera termasuk Natuna yang mencapai hampir 56 persen. Cadangan gas di luar Jawa lainnya tersebar di Papua, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi yang masing-masing memiliki cadangan gas secara berurutan 16%, 11%, 10%, dan hampir 2%. Sementara itu di Jawa,cadangan gasnya hanya sekitar delapan persen dari total cadangan gas Indonesia.Berdasarkan rasio cadangan produksi sumber energifosil tersebut, potensi pemanfaatan batubara merupakan yang paling tinggi, yaitu sekitar 75 tahun lagi akan habis, sedangkan potensi gas masih dapat bertahan sampai hampir 33 tahun lagi. Minyak merupakan sumber energi fosil yang potensinya paling kecil, yaitu masih dapat dimanfaatkan hanya sekitar 12 tahun lagi, bila tidak ditemukan cadangan baru. 97 Tabel 2.1 Potensi sumber daya energi fosil 2011-2012 (CDIEMR, 2012; 2013) Jenis Energi / Tahun / Cadangan Cadangan Total Energy Type Year potensial / Terbukti Potential Reserve / Proven Reserve Minyak Bumi 2011 3.69 4.04 7.73 (Miliar Barel) / 2012 3.67 3.74 7.41 Gas Bumi (TSCF) / 2011 48.18 104.71 152.89 Gas (TSCF) 2012 47.35 103.35 150.70 Sumber Daya / Cadangan / Resource Reserve Oil (Billion Barrel) Batubara (Miliar 2011 120.33 28.01 Ton) / 2012 119.42 28.97 Coal (Billion Ton) Tabel 2.2 Sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia( Directorate General of NRE&EC, 2013 No 1 2 Sumber energi Potensi Kapasitas terpasang Energy resources Potential Installed capacity Panas bumi 16.502 MW 1.341 MW Geothermal (Cadangan / Reserve) (Sampai Mei 2013 /Until May 2013) Hidro 75.000 MW 7.059 MW Hydro (Sumberdaya / Resource) 98 3 4 5 Mini-mikrohidro 769,7 MW 512 MW Mini- micro hydro (Sumberdaya / Resource) Biomasa 13.662 Mwe 1.364 Mwe Biomass (Cadangan / Reserve) 75,5 Mwe (On Grid) Energi surya 4,80 kWh/m2/day 42,78 MW 3-6 m/s 1,33 MW 30 MW Solar energy 6 Energi angin Wind energy 7 Uranium 3000 MW 8 Gas metana batubara 453 TSCF Coal bed methane (Sumberdaya / Resource) Shale gas 574 TSCF 9 (Sumberdaya / Resource) 2.11 Pemodelan perencanaan energi Indonesia Fokus utama yang dikembangkan dalam kajian ini adalah menyusun suatu model dinamik energi nasional yang dapat memproyeksikan kebutuhan energi primer dan energi final. Sebagai dasar dari pengembangan model energi mix ini adalah model dengan LEAP 99 Gambar 2.44 Model MIX Sumber: Sumber: pemanfaatan energi alternatif sebagai energi terbarukan untuk mendukung subtitusi bbm Gambar di atas memperlihatkan komponen penyusun model yang terdiri dari: Permintaan Energi Penyediaan Energi, dengan penyempurnaan Reference Energy System pada sisi infrastruktur energi Ekonomi Makro Modul Lingkungan Dengan demikian dilakukan pengkajian ketersediaan dan pengembangan infrastruktur energi (konversi energi dan transmisi serta distribusi energi) yang harus dilakukan dalam rangka memanfaatkan energi tersebut dari sumber energi ke konsumen. Dalam model energi mix yang dikembangkan, ditetapkan fungsi objektif optimisasi yaitu meminimisasi biaya energi mix (minimum cost of energy supply) dari sistem energi nasional secara keseluruhan dengan mempertimbangkan kendala (constrains) dari aspek ketersediaan energi primer, jenis teknologi konversi dan utilisasi energi, aspek ekonomi dan aspek lingkungan. 100 Dalam pemanfaatan energi, suatu sumber energi primer mengalami berbagai tahapan proses sebelum dapat dipakai langsung oleh konsumen. Proses tersebut dapat berupa pengkonversian suatu jenis energi ke bentuk energi lainnya, pengilangan sumber energi menjadi berbagai jenis fraksi bahan bakar, atau pentransmisian dan pendistribusian bahan bakar tersebut. Pada setiap tahapan proses tersebut, penggunaan berbagai jenis teknologi, sarana dan prasarana menimbulkan kehilangan energi, sehingga total energi terpakai yang diberikan lebih kecil dibanding dengan energy resource. Untuk menjelaskan hubungan dan jejaring antara kebutuhan energi per sektor, infrastruktur transmisi dan distribusi energi, infrastruktur konversi energi dan penyediaan energi primer maka pada bagian berikut diberikan ilustrasi RES (Reference Energy System) untuk Indonesia, termasuk istilah yang dipergunakan, paramater efisiensi dan fraksi yang terkait. a. Reference Energy System Hubungan antar energi dan proses yang terjadi di dalamnya dapat digambarkan dalam suatu diagram jaringan system energi Reference Energy System (RES) merupakan salah satu cara yang umum digunakan untuk merepresentasikan aktivitas dan hubungan dari sebuah sistem energi. RES bukan hanya sarana untuk menunjukkan energy balance, namun juga berfungsi sebagai kerangka kerja analitis untuk memperkirakan besarnya permintaan energi. 101 Gambar 2.45 Jaringan Sistem Energi Sumber: pemanfaatan energi alternatif sebagai energi terbarukan untuk mendukung subtitusi bbm Berikut ini adalah berbagai istilah yang umum dipergunakan dalam menggambarkan suatu sistem energi: Energi Primer adalah Sumber energi yang terdapat secara alamiah di alam (minyak mentah, batubara, gas bumi) tanpa pemrosesan lebih lanjut. Energi sekunder, yaitu Energi yang diturunkan dari pemrosesan sumber energi primer melalui pengilangan, contoh: Produk Kilang Gas dan Minyak Energi Final, yaitu Energi Primer dan sekunder yang langsung ditransmisikan untuk dimanfaatkan oleh final user(Rumah Tangga, Komersial, Industri, Transportasi), sebagai contoh yaitu Listrik, kerosene,dll. Useful Energy adalah Energi Aktual yang dibutuhkan untuk melakukan tugas dasar (Heating, Coocking, Lighting). Relative Useful Energy adalah energi minimum yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tertentu dengan bantuan teknologi terkini. Energi listrik transmisi dihasilkan oleh berbagai pusat-pusat pembangkit tenaga (Power Generator) listrik PLN, karena akan memperkirakan demand minyak yang dikonsumsi, maka yang akan dihitung hanyalah listrik dari Pembangkit listrik berbahan bakar BBM yaitu Oil steam Turbine (MFO), Oil Combine Cycle (MFO), 102 Diesel Turbine (ADO), dan Diesel Engine (ADO). Fraksi energi listrik (f) merupakan perbandingan antara energi listrik yang dihasilkan oleh suatu Power Generator terhadap seluruh energi listrik yang dihasilkan PLN. b. Pemodelan Permintaan Energi Permintaan energi dapat digolongkan menjadi permintaan energi listrik dan nonlistrik dari ke-empat sektor permintaan energi yaitu: industri, rumah tangga, komersial dan transportasi. Untuk menggambarkan pemodelan permintaan energi pada bagian berikut diuraikan pemodelan yang dilakukan untuk sektor ketenagalistrikkan. Peramalan kebutuhan energi listrik bukanlah suatu aktivitas yang terisolasi. Peramalan kebutuhan energi listrik harus menggambarkan peran dari tenaga listrik dalam kehidupan masyarakat. Kebijaksanaan pemerintah serta keputusan strategis dari penyedia energi listrik adalah faktor penting dalam menentukan permintaan energi pada masa yang akan datang. Peramalan jangka panjang harus memperhatikan perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Demikian juga, banyak ketidakpastian yang timbul akibat dari perubahan persepsi masyarakat, sudut pandang dan kebijaksanaan. Indonesia dalam waktu dekat ini akan memasuki era pasar bebas (globalisasi), tentu saja hal ini merupakan salah satu faktor yang akan akan mempengaruhi kebutuhan energi listrik Indonesia. Sesungguhnya satu-satunya hal yang pasti dalam peramalan kebutuhan energi listrik adalah ketidakpastiannya. Demand Side Manajemen dan kebijaksanaan konservasi adalah kebutuhan tambahan dalam peramalan beban, yang membuat peramalan kebutuhan listrik menjadi lebih rumit. Peramalan yang tepat sangatlah sulit dilakukan. Namun melalui pemodelan diharapkan diperoleh peramalan yang paling mendekati kejadian yang aktual serta yang dapat mengadaptasi perubahan-perubahan yang terjadi. Peramalan yang terlalu tinggi mengakibatkan pengeluaran modal yang tidak perlu. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi terhambat. Semua ini pada akhirnya akan membebani konsumen. 103 c. Modul Penyediaan Energi Secara garis besar modul penyediaan energi dalam model INOSYD terdiri dari modul energi primer yang tersedia di Indonesia berupa minyak, gas, batubara, energi terbarukan. Sebagai contoh, alur pikir yang digunakan dalam penyusunan modul penyediaan minyak bumi, dijelaskan pada bagian berikut ini. 1. Minyak Bumi dan Gas Bumi a. Parameter Model Struktur model minyak dan gas bumi dengan kegiatan eksplorasi dan produksi dibangun berdasarkan gejala-gejala yang timbul di lapangan. Parameterparameter yang merupakan dasar pemodelan sistim dinamis minyak dan gas bumi meliputi: Cadangan minyak bumi dan gas bumi Berdasarkan data geologi, Indonesia mempunyai 60 cekungan yang potensial mengandung hidrokarbon. Dari 38 cekungan yang telah dieksplorasi, 14 cekungan menghasilkan minyak dan gas bumi. Penemuan minyak bumi dan gas bumi Penemuan cadangan minyak dan gas bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu besarnya investasi yang ditanamkan pada bidang eksplorasi, biaya yang diperlukan untuk menemukan cadangan tiap unit hidrokarbon dan besarnya penemuan minyak dan gas bumi. Kegiatan eksplorasi memerlukan waktu tiga sampai lima tahun. Ini berarti investasiakan efektif setelah jangka waktu tiga sampai lima tahun. Bila total investasi dan penemuan cadangan minyak dan gas bumi diplot maka persamaan pola antara besarnya investasi dan cadangan yang ditemukan dalam interval waktu yang berbeda dapat diperoleh (sekitar 4 tahun). Dalam sistim dinamis tertundanya penemuan cadangan baru selama empat tahun diformulasikan dalam bentuk delay material orde tiga. Dan sebagai nilai awal delay digunakan rata-rata investasi eksplorasi selama empat tahun terakhir. Faktor penemuan gas bumi lebih kecil dibandingkan dengan faktor penemuan minyak bumi. Hal ini disebabkan adanya kendala dalam pengembangan lapangan gas, 104 pemasaran, sistem transmisi dan sarana distribusi serta resiko pengembangan gas bumi yang tidak hanya terbatas pada investasi dan harga tetapi juga pada perkembangan kebutuhan dan ikatan kontrak jangka panjang. Pada model ini digunakan faktor penemuan minyak bumi sebesar 0,5 dan faktor penemuan gas bumi sebesar 0,1. Biaya minyak bumi dan gas bumi Biaya minyak dan gas bumi per barel ditentukan oleh biaya penemuan dan biaya pengangkatan sampai permukaan. Biaya penemuan akan bertambah dengan semakin berkurangnya cadangan potensial hidrokarbon yang belum ditemukan yang disebabkan oleh menurunnya tingkat keberhasilan penemuan. Pada awalnya eksplorasi hidrokarbon dilakukan di daerah-daerah yang mudah terliputi, kemudian pencarian diteruskan ke daerah-daerah yang cukup sulit, seperti lepas pantai bahkan laut dalam sehingga diperlukan pengeboran yang lebih dalam dan biaya yang lebih besar. Biaya total produksi per unit minyak atau gas bumi biasanya diperkirakan dengan cara mengalikan biaya eksplorasi per barel minyak atau gas bumi dengan sebuah konstanta. Untuk kasus di Indonesia harga faktor pengali tersebut adalah 3 untuk minyak bumi dan 4 untuk gas bumi. Inventasi di bidang eksplorasi Bila keuntungan yang diperoleh meningkat maka modal yang diinventasikan kembali di bidang eksplorasi semakin besar. Return on Investment (ROI) merupakan indikator yang digunakan untuk menilai keuntungan sebuah perusahaan. ROI didefinisikan sebagai perbandingan antara keuntungan bersih kontraktor (setelah bagi hasil dan pajak) terhadap biaya total tahunan. Sebagai catatan, investasi tidak mungkin bernilai negatif. Oleh karena itu, bila keuntungan perusahaan bernilai negatif dalam arti perusahaan mengalami kerugian, maka investasi perusahaan tersebut akan nol. Tingkat produksi minyak bumi dan gas bumi Ada tiga faktor yang mengontrol laju produksi minyak maupun gas bumi, yaitu besarnya permintaan, adanya kendala fisik formasi dan adanya campur tangan kebijakan pemerintah. Pada model ini yang akan digunakan sebagai pengontrol besarnya produksi adalah kendala fisik karena pengurasan cadangan yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan formasi. Karena adanya kendala fisik, 105 maka pada saat besarnya permintaan melampaui tingkat produksi maksimum, produksi minyak maupun gas bumi sama dengan tingkat produksi maksimum. Rata-rata perbandingan cadangan terbukti terhadap produksi 10 tahun akan digunakan dalam membatasi besarnya produksi minyak bumi dan 5 tahun untuk gas bumi dengan asumsi rekoveri gas dapat mencapai 20% dari cadangan terbukti. Bagi hasil minyak bumi dan gas bumi Kebijakan bagi hasil yang sepenuhnya dibawah kontrol pemerintah merupakan alat yang mengatur investasi eksplorasi. Ada beberapa macam kontrak bagi hasil yang umumnya merupakan modifikasi dari kontrak bagi hasil standar. Pada kontrak bagi hasil standar pembagian bersih produksi antara kontraktor dengan pemerintah adalah 85/15 pada lapangan minyak bumi dan 30/70 pada lapangan gas bumi. Khusus untuk lapangan minyak bumi ada kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), yaitu kewajiban kontraktor untuk menjual 25% dari bagiannya ke pasar domestik dengan harga 15% dari harga ekspor, dan diberlakukan setelah masa kontrak 5 tahun. Selain itu kepada kontraktor dikenakan pajak pendapatan sebesar 48%. Pengembangan selanjutnya akan disesuaikan dengan kebijakan baru yang berlaku. Permintaan minyak bumi dan gas bumi Permintaan minyak dan gas bumi terdiri dari permintaan domestik dan permintaan ekspor. Sampai saat ini peran minyak bumi sebagai pemasok kebutuhan energi domestik, khususnya sebagai penyedia bahan bakar untuk transportasi yang laju pertumbuhannya sangat cepat, belum dapat digantikan oleh energi lain. Meskipun Indonesia termasuk negara penghasil dan pengekspor minyak bumi, dalam memenuhi kewajibannya sebagai pemasok energi dalam negeri berupa bahan bakar minyak, Indonesia tetap melakukan kegiatan impor. Hal ini disebabkan karena belum mencukupinya kapasitas kilang dalam negeri sehingga sebagian minyak mentah harus diolah di Singapura dan akan diimpor kembali dalam bentuk produk kilang. Berdasarkan data, ekspor minyak Indonesia cenderung mengalami penurunan, sedangkan impor minyak cenderung meningkat. Sedangkan permintaan domestik terus mengalami kenaikan. Sedangkan konsumsi gas dalam negeri cenderung berfluktuasi. Pada tahun 1985 sampai 1988 pemakaian gas dalam negeri mengalami penurunan. Pada tahun 1989 pemakaian 106 gas naik sebesar 18% dan turun kembali 4% pada tahun 1990, dan tahun 1991 sampai 2000 mengalami kenaikan cukupbesar yaitu 31%. Harga minyak bumi dan gas bumi Harga minyak bumi menjadi faktor yang sangat penting dalam industri minyak dan gas bumi. Seluruh kegiatan industri minyak bumi dan gas bumi sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Pada model ini harga minyak merupakan variabel eksogen yang berada diluar kontrol kebijakan pemerintah b. Struktur dan Algoritma Minyak bumi dan gas bumi dapat digambarkan sebagai suatu aliran material yang mengalir dari sumber aliran ke tempat penampungan. Untuk mengalirkannya dari sumber diperlukan pengontrolan agar laju alirnya dapat disesuaikan dengan tempat penampungan. Dalam proses industri minyak bumi dan gas bumi, pengontrolan terhadap kebutuhan akan minyak bumi dan gas bumi dilakukan dengan mengontrol laju penemuan (kegiatan eksplorasi) dan laju produksi (kegiatan produksi). Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak bumi dan gas bumi merupakan struktur umpan balik yang bersifat negatif (opposite) di dalam pemodelan. Hal ini disebabkan minyak bumi dan gas bumi adalah sumber daya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources). Kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut mengakibatkan cadangan minyak bumi dan gas bumi akan mengalami penurunan. Penurunan tersebut bersifat asimptotik karena kecepatan penurunannya mengalami penyusutan dengan menurunnya jumlah cadangan. Cadangan potensial minyak bumi dan gas bumi akan berkurang dengan adanya penemuan. Biaya penemuan mempunyai korelasi yang erat dengan sisa cadangan potensial yang belum ditemukan, dimana biaya penemuan minyak bumi dan gas bumi akan bertambah dengan berkurangnya cadangan potensial. Pada tahap awal, eksplorasi dilakukan di daerah yang sangat mudah sehingga proses eksplorasi sendiri tidak mengalami proses pengeboran dalam dan cadangan minyak bumi dan gas bumi dalam jumlah besar sering ditemukan. 107 Pada tahun-tahun berikutnya eksplorasi diteruskan ke daerah frontier yang lebih sukar seperti lepas pantai atau bahkan laut dalam sehingga diperlukan proses pengeboran dalam. Faktor tersebut menyebabkan biaya penemuan menjadi lebih besar. Biaya penemuan tersebut sebanding dengan biaya produksi (meningkatnya biaya penemuan akan meningkatkan pula biaya total produksi). Sedangkan biaya total produksi mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return on Investment (ROI tahunan kontraktor), karena ROI merupakan perbandingan antara keuntungan yang didapat dengan biaya total tahunan Besarnya ROI sebanding dengan besarnya investasi pada eksplorasi minyak bumi dan gas bumi. Semakin besar nilai ROI akan menyebabkan semakin besar nilai investasi eksplorasi (karena nilai ROI akan mempengaruhi besarnya bagian dari keuntungan yang akan diinvestasikan). Keputusan investasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang diindikasikan oleh nilai ROI tahunan. Maksudnya, bila nilai ROI tahunan besar, maka modal yang diinvestasikan dalam aktivitas eksplorasi, diharapkan akan lebih banyak cadangan yang akan ditemukan. Gambar 2.46 Lingkar Umpan Balik Modul Migas Sumber: pemanfaatan energi alternatif sebagai energi terbarukan untuk mendukung subtitusi bbm 108 Cadangan terbukti terakumulasi dengan adanya penemuan minyak bumi dan gas bumi. Sedangkan laju penemuan dikendalikan oleh besarnya investasi di bidang eksplorasi yang berubah sebanding dengan perubahan nilai ROI (sebagaimana disebutkan di atas). Nilai ROI akan bertambah dengan adanya penambahan keuntungan. Sedangkan nilai pendapatan akan sebanding besarnya bagian minyak bumi dan gas bumi yang diperoleh kontraktor. Sedangkan besarnya minyak bumi dan gas bumi yang diperoleh tergantung pada produksi minyak bumi dan gas bumi. Semakin besar jumlah produksi maka akan membesar pula jumlah minyak bumi dan gas bumi yang didapat kontraktor. Produksi yang lebih besar dimungkinkan dengan adanya cadangan terbukti yang juga lebih besar Sektor pendapatan pemerintah dipengaruhi oleh besarnya minyak bumi dan gas bumi yang diproduksi untuk kebutuhan dalam negeri dengan mengurangi besarnya minyak bumi dan gas bumi yang diperoleh kontraktor dengan kebijakan bagi hasil. Sektor permintaan minyak bumi dan gas bumi dipengaruhi oleh besarnya laju permintaan domestik dan laju permintaan ekspor. Gangguan faktor eksogen terhadap pendapatan berasal dari harga minyak, sedangkan faktor permintaan domestik dan ekspor sampai tingkat tertentu akan berpengaruh terhadap tingkat produksi. Tingkat permintaan domestik dan ekspor dibatasi oleh faktor pembanding antara jumlah produksi terhadap cadangan terbukti. Faktor-faktor eksogen akan mempengaruhi keseluruhan perilaku sistem. Agar model dapat disimulasikan dengan menggunakan program aplikasi simulasi komputer, maka model yang masih dalam bentuk struktur umpan balik ini harus ditransformasikan ke dalam bentuk simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh bahasa pemrograman komputer (Powersim). Untuk jenis energi yang lain seperti batubara indentik dengan minyak dan gas, sedangkan untuk energi terbaruka menggunakan pendekatan yang lebih sederhana karena keberadaanya sustain. 109 BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu: 1. Waktu dan tempat penelitian: Survei dilakukan dimana studi kasusu dilakukan di Kecamatan Panakkukang pada tanggal 25 agustus sampai 5 oktober2017 2. Pengumpulan Data: Pengumpulan data yang dilakukan dengan validitas data yang digunakan dalam menganalisis data sehingga teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah: a. Observasi/survei yaitu pengambilan data dan pengamatan langsung pada objek penelitian di lapangan. Pada observasi/survey yang kami lakukan, kami fokus pada infrastruktur energi secara umum, dan kebutuhan serta ketersediaan bahan bakar energi secara khusus yang ada saat ini di Kecamatan Panakukkang. Dengan demikian dilakukan pengkajian ketersediaan dan pengembangan infrastruktur energi (konversi energi dan transmisi serta distribusi energi) yang harus dilakukan dalam rangka memanfaatkan energi tersebut dari sumber energi ke konsumen. b. Wawancara yaitu pengumpulan informasi melalui sistem tanya jawab kepada pihak pihak terkait penelitian ini. Dari hasil wawancara yang diperoleh oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Panakukkang sangat membantu untuk mengatasi permasalahan penggunaan energi yang berlebihan di Kecamatan Panakukkang. 3. Seleksi data: Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui survey langsung atau wawancara kepada pihak yang berkaitan dengan infrastruktur ini. Data Primer yang kami dapatkan baik itu dengan observasi/survei maupun wawancara yaitu penggunaan energi setiap harinya per individu. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari informasi-informasi tertulis yang didapatkan dari instansi-instansi pemerintah, studi kepustakaan, dan media elektronik yang berkaitan langsung dengan infrastruktur ini. 110 4. Analisis data Data yang dikumpulkan dari hasil observasi/survey selanjutnya dapat di analisis sesuai dengan kajian literatur agar dapat memeberikan solusi perencanaan ke depannya dan dari permasalahan kondisi eksisting yang ada di lapangan. 3.2 OUTPUT DAN OUTCOME PERENCANAAN • Output: 1. Peta perencanaan Infrastruktur Energi jangka menengah di Kecamatan Panakkukang 2. Laporan mengenai evaluasi, rekomendasi serta analisis perencanaan pembangunan infrastruktur energy jangka menengah di Kecamatan Panakukkang • Outcome: Memberikan gambaran mengenai sarana dan prasarana infrastruktur energi jangka menengah Panakkukang yang cocok untuk masyarakat di Kecamatan 111 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kota Makassar Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi, sebagaimana yang tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959. Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar. Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama menjadi Ujung Pandang, wilayahnya dimekarkan dari 21 km2 menjadi 175,79 km2 dengan mengadopsi sebagian wilayah kabupaten lain yaitu Gowa, Maros, dan Pangkajene Kepulauan, hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang Perubahan batas-batas daerah Kotamadya Makassar dan Kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan Kepulauan, lingkup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Pada perkembangan, nama Kota Makassar dikembalikan lagi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang Perubahan Nama Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal ini atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD Tk. II Ujung Pandang saat itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati hukum dan pelaku bisnis. 4.1.1 Orientasi Wilayah Secara geografis Makassar diapit oleh sungai yaitu: Sungai Tallo yang ber-muara di sebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan kota. Kota Makassar berada di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan pada koor-dinat 119°18'27,97" 119°32'31,03" BT dan 5°00'30,18" -5°14'6,49" LS dengan batasbatas berikut: Batas Utara: Kabupaten Pangkajene Kepulauan Batas Selatan: Kabupaten Gowa 112 Batas Timur: Kabupaten Maros Batas Barat: Selat Makasar Secara administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan dengan 971 RW dan 4.789 RT. Ketinggian Kota Makassar bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20°C sampai dengan 32°C. 4.1.2 Letak geografis Kota Makassar terletak antara 119o24’17’38” Bujur Timur dan 5o8,6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat ada-lah Selat Makassar. Luas wilayah Kota Makassar adalah 175,77 km persegi yang meliputi 14 Kecamatan. 4.1.3 Iklim Berdasarkan pencatatan stasiun meteorologi Maritim Paotere secara rata-rata kelembaban udara sekitar 82,7 persen temperature udara sekitar 26,50 – 28,50 dan rata-rata kecepatan angin 4,0 knot. Tabel.4.1 Rata Rata Cura Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan Bulan Curu Hujan (Mm) Jumlah Hujan (hari) Januari 519,8 24 Februari 371,0 23 Maret 634,7 24 April 75,6 19 Mei 206,8 13 Juni 35,4 9 Juli 68,5 9 Agustus 0,0 1 September 0,0 2 Oktober 38,7 6 November 9.8 16 113 Desember Rata-rata 445,0 24 2012 203,1 14 2011 275,9 15 2010 306,6 30 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar 114 Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Makassar Sumber: Badan Pusat Statistik 115 4.1.4 Demografi Penduduk Kota Makassar tahun 2016 tercatat sebanyak 1.469.601 jiwa. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi di wilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 154.464 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk. Sedangkan Kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa per km2. Tabel 4.2 Kondisi Demografi Kota Makassar No Tinggi Luas Kecamatan DPL Wilayah 2010 2015 (m) Laju Kepad Pertum atan buhan Pendud Pendud uk uk (jiwa (2010- per 2015 km2) 1. Tamalanrea 31,84 km2 1-22 103.192 110.826 9,89 3.481 2. Biringkanaya 48,22 km2 1-19 167.741 196.612 14,68 4.077 2 3. Manggala 24,14 km 2-22 117.075 135.049 13,31 5.594 4. Panakkukang 17,05 km2 1-13 141.382 146.968 3,80 8.620 2 5. Tallo 5,83 km 1-3 134.294 138.598 3,11 23.733 6. Ujung Tanah 5,94 km2 1-4 46.688 48.882 4,49 8.229 2 1-4 54.197 56.243 3,64 26.782 2 7. Bontoala 2,10 km 8. Wajo 1,99 km 1-4 29.359 30.722 4,44 15.438 9. Ujung Pandang 2,63 km2 1-3 26.904 28.278 4,86 10.752 2 1-4 81.700 84.396 3,19 33.490 2-6 151.091 162.539 7,04 17.610 10. Makassar 2,52 km 11. Rappocini 9,23 km2 2 12. Tamalate 20,21 km 1-6 170.878 190.694 10,39 9.436 13. Mamajang 2,25 km2 1-5 58.998 60.779 2,93 27.013 2 1-4 55.875 58.815 5,00 32.316 1.339.374 1.449.401 14. Mariso 1,82 km Total 175,55 km2 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar 116 Gambar 4.2 Peta Kepadatan Penduduk Kota Makassar Sumber: Badan Pusat Statistik 117 4.1.5 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Makassar Pertumbuhan ekonomi dinyatakan dengan angka persentase. Laju pertumbuh-an ekonomi pada satu tahun tertentu dapat dilihat menggunakan rumus berikut: 𝑅= 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡 − 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡 − 1 𝑥 100% 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡 − 1 Keterangan: R= tingkat pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam persen PDRBt= pendapatan regional pada tahun t PDRBt-1= pendapatan regional pada tahun t-1 (tahun sebelum tahun t) Tabel 4.3 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan Kota Makassar Tahun 2009 sampai 2013 (Miliyar Rp) PDRB ADH Pertumbuhan konstan (juta ekonomi rp) (persen) 3 4 5 31.263.651,65 19,93 14.798.187,68 9,20 2010 37.007.451,94 18,37 16.252.451,43 9,83 2011 43.428.149,82 17,35 17.820.697,97 9,65 2012 50.702.400,57 16,75 19.582.060,39 9,88 2013 58.802.552,53 15,98 21.327.227,88 8,91 PDRB ADH Perkembangan berlaku (juta rp) (persen) 1 2 2009 Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar 118 4.1.6 Energi Listrik Kota Makassar Tabel 4.4 Jumlah Pelanggan dan Banyaknya KWH Terjual per Jenis Tarif Listrik di Kota Makassar Tahun 2014 Jenis Tarif Pelanggan KWH Nilai Persentase Terjual (Rp) Pelanggan S1 - - - S2 6.581 63.211.920 53.067.423.170 S3 1.544 51.309.987 44.160.402.782 R1 584.055 1.011.824.937 720.866.332.816 R2 10.008 65.473.719 79.065.918.225 R3 1.559 27.978.575 41.174.886.485 B1 28.669 94.300.367 97.363.429.958 B2 8.298 277.825.300 409.206.041.014 B3 124 261.885.832 321.998.970.893 I1 177 1.081.001 1.153.906.709 I2 412 65.043.426 67.781.766.528 I3 147 268.564.765 262.920.242.646 I4*) 2 365.174.834 340.667.767.350 P1 2.009 50.655.690 72.294.217.356 P2 32 27.390.334 29.187.565.373 P3 1.880 51.583.901 55.193.848.625 L - - C - T Jumlah Persentase Pemakaian (KWH) 1,26% 4,27% 92,26% 41,19% 5,75% 23,63% 0,12% 26,08% 0,61% 4,83% - - - - - - - - - - - 645.587 2.683.304.588 2.596.102.719.930 100% 100% Sumber: Makassar dalam Angka 2015 119 Tabel 4.5 Jumlah Pelanggan dan Banyaknya KWH Terjual per Jenis Tarif Listrik di Kota Makassar Tahun 2013 Jenis Tarif Pelanggan KWH Terjual Nilai (Rp) S1 - - - S2 7.733 11.564.019 44.681.091.932 S3 29 45.927.224 37.179.286.963 R1 551.304 915.006.845 603.201.392.676 R2 9.317 61.327.854 63.397.024.033 R3 1.431 26.310.081 34.411.295.115 B1 25.009 86.859.965 83.615.150.113 B2 6.740 238.290.464 313.573.408.274 B3 112 252.778.725 266.083.368.422 I1 172 1.100.984 1.093.024.518 I2 402 65.434.746 63.671.122.328 I3 136 242.218.548 195.930.231.576 I4*) 1 375.751.639 253.915.873.017 P1 2.009 46.613.717 59.627.191.113 P2 32 26.000.277 24.082.324.608 P3 1.865 49.811.677 46.102.370.683 L 1222 290.512.143 328.791.589.227 C - - - T - - - Jumlah 607.514 2.735.508.908 2.419.355.744.598 Sumber: Makassar dalam Angka 2014 Persentase Pelanggan Persentase Pemakaian (KWH) 1,28% 2,10% 92,52% 36,65% 5,24% 21,13% 0,12% 25,02% 0,64% 4,48% 0,20% 10,62% - 100% 100% 120 Tabel 4.6 Jumlah Pelanggan dan Banyaknya KWH Terjual per Jenis Tarif Listrik di Kota Makassar Tahun 2012 Jenis Tarif Pelanggan KWH Terjual Nilai (Rp) S1 - - - S2 7.375 49.869.643 35.114.032.426 S3 24 34.438.716 23.377.338.909 R1 517.345 853.325.190 505.432.001.958 R2 7.520 52.607.229 46.750.395.901 R3 1.289 22.689.579 26.360.704.826 B1 22.880 85.780.266 73.945.233.141 B2 5.964 217.546.433 254.787.076.983 B3 103 222.877.072 196.985.079.510 I1 173 1.114.444 988.770.129 I2 394 61.614.485 52.811.742.407 I3 117 214.527.333 155.359.604.718 I4*) 2 421.317.273 267.687.576.369 P1 1.871 40.404.047 46.201.630.353 P2 31 24.787.210 19.798.136.520 P3 1.847 55344806 45.055.522.714 L 1014 61.667.580 60.791.123.831 C - - - T - - - Jumlah 567.949 2.419.911.306 1.811.445.970.695 Sumber: Makassar dalam Angka 2013 Persentase Pelanggan Persentase Pemakaian (KWH) 1,30% 3,48% 92,64% 38,37% 5,10% 21,74% 0,12% 28,87% 0,66% 4,98% 0,18% 2,55% - 100% Keterangan: S= Sosial R= Rumah tangga B= Bisnis I= Industri P= Kantor Pemerintahan dan Penerangan Jalan Umum L= Layanan Khusus C= Curah T= Traksi I4*) = PT. Semen Tonasa di Pangkep dan PT. Semen Bosowa di Maros 100% 121 Tabel 4.8 Golongan Pelanggan PLN No Penjelasan Batas Daya 1. Pemakai sangat kecil 201 kVA ke atas 2. Badan sosial kecil 250 VA s/d 99 kVA 3. Badan sosial sedang 100 kVA s/d 200 kVA 4. Badan sosial besar 201 kVA ke atas 5. Badan sosial besar dikelola untuk komersial 450 VA s/d 2.200 kVA 6. Rumah tangga kecil 2.201 VA s/d 13,9 kVA 7. Rumah tangga sedang 14 kVA s/d 200 kVA 8. Rumah tangga menengah 201 kVA ke atas 9. Rumah tangga besar 30.000 kVA ke atas 10. Usaha kecil 250 VA s/d 200 kVA 11. Usaha sedang 201 kVA ke atas 12. Usaha besar 201 kVA ke atas 13. Sambungan sementara 250 VA s/d 99 kVA 14. Perhotelan kecil 100 kVA s/d 200 kVA 15. Perhotelan sedang 201 kVA ke atas 16. Perhotelan besar 450 VA s/d 2.200 VA 17. Industri rumah tangga 2.201 VA s/d 13,9 kVA 18. Industri kecil 14 kVA s/d 200 kVA 19. Industri sedang 201 kVA ke atas 20. Industri menengah 30.000 kVA ke atas 21. Industri besar 250 VA s/d 200 kVA 22. Gedung pemerintahan kecil/sedang 201 kVA ke atas 23. Gedung pemerintahan besar 201 kVA ke atas 24. Penerangan umum 250 VA s/d 99 kVA Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar 122 4.2 Profil Kecamatan Panakukkang Kecamatan Panakukang merupakan kecamatan yang terletak ditengahtengah Kota Makassar dan merupakan pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan yang terbagi kedalam 11 kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 147.783 jiwa. Topografi wilayahnya memiliki elevasi 1-13 m di atas permukaan laut. Potensi penggunaan lahan di sektor pertanian sangat kecil hanya sekitar 16 ha dan potensi perikanan darat tidak ada. Penggunaan lahan di kecamatan ini lebih diarahkan pada perkantoran dan pemukiman. 4.2.1 Orientasi Wilayah Kecamatan Panakukkang merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota Makassar yang berbatasan di sebelah Barat dengan Kecamatan Makassar, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tamalanrea, di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tallo dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rappocini. 4.2.2 Luas Wilayah Luas wilayah Kecamatan Panakukkang adalah 17,05 km2 atau sekitar 9,70% dari luas wilayah Kota Makassar. Dari luas wilayah tersebut, Kelurahan Pampang menjadi kelurahan terluas yaitu 2.63 km 2, terluas kedua adalah Kelurahan Panaikkang dengan luas wilayah 2.35 km 2, sedangkan kelurahan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah Kelurahan Sinrijala dengan luas wilayah 0.17 km 2. 4.2.3 Demografi Kecamatan Panakukkang memiliki jumlah penduduk sebesar 147.783 jwa pada tahun 2016 dengan jumlah penduduk laki laki sekitar 73.114 jiwa dan perempuan sekitar 74.669 jiwa Kecamatan Panakukkang di bagi menjadi 11 kelurahan. 123 Gambar 4.3 Peta Batas Administrasi Kecamatan Panakkukang Sumber: Badan Pusat Statistik 124 Gambar 4.4 Peta Fungsi Bangunan Kecamatan Panakkukang Sumber: Badan Pusat Statistik 125 Gambar 4.5 Peta Pola Ruang Kecamatan Panakkukang Sumber: Badan Pusat Statistik 126 Gambar 4.6 Peta Tutupan Lahan Kecamatan Panakkukang Sumber: Badan Pusat Statistik 127 127 4.3 Permasalahan pembangunan energi di Kecamatan Panakukkang Pembangunan energi di Indonesia dihadapkan pada masalah pokok berupa kesenjangan antara potensi sumber energi (energi primer) dan konsumsi berbagai jenis energi. Sebagai contoh, rasio antara tingkat produksi dan potensi cadangan minyak bumi sangat besar, sedangkan rasio energi panas bumi pemanfaatannya lebih lama karena sifatnya sebagai energi terbarukan. Tingginya pemanfaatan energi final perjenis energi masih belum proporsional. Permasalahan lain yang dihadapi adalah sistem penetapan harga energi yang belum mencerminkan nilai ekonominya sehingga tidak mendorong penggunaan energi secara maksimal dan tidak mengembangkan prakarsa masyarakat untuk melakukan penghematan energi. Sebagai contoh, transportasi merupakan sektor yang boros dalam mengkomsumsi BBM. Masih rendahnya tingkat diversifikasi energi juga merupakan salah satu permasalahan. Hal ini ditunjukkan dengan ketergantungan terhadap BBM masih tinggi. Pembangunan dan pangsa penggunaan energi selama ini masih bertumpu kepada pengguna energi tidak terbarukan seperti minyak bumi, padahal cadangan minyak bumi semakin menipis. Masalah lainnya adalah belum efisiennya pemanfaatan energi oleh konsumen rumah tangga, industri dan transportasi. Hal ini tercermin dari perilaku pemilihan 128 jenis energi untuk berbagai sektor yang belum efektif dan konsumsi energi yang lebih konsumtif serta rendahnya tingkat efisiensi peralatan. Beberapa permasalahan lain di luar permasalahan utama di atas antara lain meliputi: struktur harga, pajak dan subsidi untuk minyak yang telah memperlambat kebijakan diversifikasi energi, sikap menunggu pelaku bisnis tentang kebijakan pemerintah yang lebih kondusif untuk manajemen bisnis di sisi hilir; ketidakpastian regulasi antara pemerintah pusat dan daerah, kondisi keamanan dan politik yang tidak stabil; dan keterbatasan kemampuan infrastruktur energi seperti kilang minyak dalam negeri. Memperhatikan permasalahan klasik penyediaan energi nasional, potensi sumber-sumber energi yang ada serta kecenderungan penggunaan energi internasional dan regional termasuk memperhatikan perubahan berbagai regulasi terkait, beberapa permasalahan pembangunan energi untuk lima tahun mendatang dapat dirangkum sebagai berikut. Terbatasnya Infrastruktur Energi. Kapasitas infrastruktur terbangun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan energi final. Infrastruktur yang ada pada umumnya sudah tua, terbatas, dan memiliki efisiensi yang rendah. Infrastruktur tersebar tidak merata, dan sebagian besar belum terinterkoneksi. Sebagian besar infrastruktur berorientasi pada BBM. Infrastruktur jenis energi lainnya seperti gas, panas bumi, batubara dan energi lainnya masih sangat kurang. Kapasitas kilang (1 juta bph) yang sudah menua tak seimbang lagi dengan peningkatan konsumsi BBM yang tinggi (kini 1,3 – 1,4 juta bph). Ini mengakibatkan impor minyak mentah dan BBM menjadi tinggi. Transmisi dan distribusi BBM tidak efisien dan tidak mampu memenuhi perkembangan permintaan dan dominasi moda angkutan darat dalam transportasi BBM masih sangat besar. Untuk infrastruktur gas, ruas transmisi dan distribusi terbangun masih sangat kecil dibandingkan potensi permintaan gas di dalam negeri (listrik, industri, rumah tangga, transportasi). Infrastruktur pemrosesan gas domestik masih terbatas dalam fase gas, belum dalam fase cair. Substitusi gas bumi untuk terhadap BBM masih terlalu lamban. Sedangkan infrastruktur batu bara, 129 terutama untuk angkutan batubara dari lokasi penambangan ke pusat konsumsi, khususnya di Jawa, masih sangat kurang. Belum terencananya prospek bisnis energi. Bisnis energi masih terlalu berorientasi untuk mendapatkan revenues secara cepat dan sangat tergantung pada komoditi minyak bumi, khususnya minyak mentah. Disamping itu juga kurang mempertimbangkan efisiensi dan nilai tambah dari proses pengolahan di dalam negeri (sebagai bahan baku petrokimia) dan kurang menyadari bahwa prospek era minyak bumi telah menyusut. Walaupun pertumbuhan bisnis energi sangat tinggi, namun Indonesia belum secara baik mengembangkan perencanaan jangka panjang dalam eksploitasi sumberdaya energi, yang seharusnya ditunjukkan dalam bentuk rencana induk bauran energi (energy mixed master plan). Belum efektifnya manajemen resiko. prediksi terhadap resiko proyek pembangunan energi sangat tinggi, khususnya karena minim dan kurang akuratnya data/informasi yang tersedia sebagai acuan perhitungan. Beban investasi dan harga energi ditanggung pada fase awal pembangunan, yang membuat harga energi menjadi sangat mahal. Contoh: proyek pembangunan PLT Panas Bumi (geothermal). Market risk masih tinggi, khususnya karena harga diatur pemerintah dan perubahannya tidak mudah diterima oleh masyarakat. Persepsi terhadap country risk masih tinggi sehingga membutuhkan government guarantee. Belum tuntasnya regulasi. UU Minyak & Gas Bumi 22/2001 telah diminta untuk direvisi oleh Mahkamah Konstitusi (MK) pada tahun 2004 terutama pasalpasal yang berkaitan dengan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Namun demikian, UU Migas juga masih mempunyai masalah seperti: terlambatnya penyiapan PP Hilir, belum berfungsi efektifnya Badan Pengatur Kegiatan Hilir Migas (BPH MIGAS), dan belum diterbitkannya Master plan transmisi dan distribusi gas nasional. Sementara itu UU Ketenagalistrikan No 20/2002 telah dibatalkan oleh MK. Kurang menariknya iklim investasi. Karakteristik dari proyek pembangunan infrastruktur energi yang membutuhkan biaya besar, teknologi tinggi, waktu yang lama sebelum beroperasi; terlalu beratnya beban fiskal dalam tahap eksplorasi dan di sisi hulu; kendala prosedur, regulasi, waktu dan biaya yang menurunkan minat 130 investasi; terbatasnya equity yang menurunkan kemampuan memperoleh pinjaman; minat perbankan domestik yang masih rendah untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan proyek infrastruktur energi Besarnya ketergantungan kepada pemerintah. dominasi sektor energi oleh BUMN yang masih sangat tergantung kepada pemerintah, pola monopoli/duopoli yang berjalan menghambat tumbuhnya pola kompetisi, beban asset dan kinerja operasi korporat belum menunjukkan efisiensi yang layak, pemisahan secara akuntansi antara misi sosial dan komersial belum jelas, dan investasi pengembangan masih memerlukan fasilitas pemerintah, menyebabkan sebagian beban masih ditanggung oleh pemerintah. Selain itu, dari gambar 4.7 dapat kita lihat bahwa ada beberapa titik pencemaran yang terjadi di Kecamatan Panakkukang yang juga terdapat pada pencemaran baik uadara, suara, dan ari limbah oleh PLTU Tallo yang ada di Lecamatan Panakkukang. Hal ini biasanya menjadi keresahan tersendiri oleh masyarakat karena pencemaran ini sangat menggaggu aktivitas masyarakat. Sehingga kami menarik kesimpulan bahwa salah satu permasalahan terkait energi di Kecamatan Panakkukang adalah karena adanya pencemaran lingkungan tersebut. 131 Gambar 4.7 Peta Pusat Daerah Pencemaran di Kecamatan Panakkukang Sumber: Badan Pusat Statistik 132 Belum Efektifnya Kelembagaan. Belum sinkronnya pelaksanaan pembagian wewenang dari pusat ke daerah, pemerintah dan swasta, serta sektor dan regional. Badan Pengatur/Pengawas yang dibentuk belum berfungsi efektif, sedangkan sebagian lainnya belum terbentuk, serta overlapping dan kurang jelasnya tugas pokok dan fungsi dari lembaga-lembaga yang terlibat dalam penanganan sektor energi, belum mencerminkan efektifitas dan efisiensi restrukturisasi sektor. Belum tersusunnya perumusan konsep keamanan pasokan energi (Security Of Energy Supply). Hal ini mengakibatkan tidak jelasnya arah pengembangan potensi sumberdaya energi untuk pemenuhan kebutuhan jangka panjang, harga energi (BBM dan listrik) masih diregulasi oleh pemerintah dengan pola seragam, fixed, dan tidak tanggap terhadap penyesuaian, dan restrukturisasi sektor energi belum dipertajam, baik yang berkenaan dengan struktur final yang ingin dicapai, maupun pola migrasinya. 133 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kependudukan Kebutuhan akan energi tidak terlepas dari jumlah penduduk yang membutuhkan energi tersebut. Semakin banyak penduduk di suatu kawasan, maka akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk memudahkan segala pekerjaan manusia. Hal ini berkaitan erat dengan penyediaan infrastruktur yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan penduduk yang ada. Oleh karena itu jumlah penduduk sangat penting untuk menunjukkan berapa kebutuhan akan infrastruktur energi di Kecamatan Panakkukang. 5.1.1 Analisis Penduduk Kota Makassar Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Kota Makassar Tahun 2006 – 2016 Tahun Jumlah Penduduk 2006 Pertumbuhan Penduduk Jiwa Persen (%) 1.223.540 - - 2007 1.235.239 11.699 0,96 2008 1.248.436 13.197 1,07 2009 1.253.656 5.220 0,42 2010 1.272.349 18.693 1,49 2011 1.352.136 79.787 6,27 2012 1.369.606 17.470 1,29 2013 1.408.072 38.466 2,80 2014 1.429.242 21.170 1,50 2015 1.449.401 20.159 1,41 2016 1.469.601 20.200 1,39 Total - 246.061 18,6 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar 134 Rata-rata pertambahan penduduk dari tahun 2006 sampai 2016 adalah: Ka = (P16 – P06) / (2016 – 2006) Ka = (1.469.601-1.223.540)/10 Ka = 246.061/10 Ka = 24.606 jiwa/tahun Persentase pertambahan penduduk rata-rata per tahun: r = 18,6 % / 10 r = 1,86 % Adapun proyeksi yang akan dilakukan menggunakan metode analasis geomettri dimana asumi dalam model ini adalah penduduk akan bertambah/berkurang pada suatu tingkat pertumbuhan (presentase) yang tetap. Dengan bertolak dari data penduduk tahun 2016 hitung kembai jumlah penduduk per tahun dari tahun 2017 sampai dengan 2037 dengan menggunakan metode dan geometrik. Metode Geometrik: Pn = P0 (1+ r.n) P2037 = 1.469.601 (1+0,0186.21) P2037 = 2.043.627 jiwa Perhitunngan di atas kemudian dijadikan sebagai dasar proyeksi mulai tahun 2017 hingga tahun 2037. Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Jumlah Penduduk Kota Makassar tahun 2017 – 2037 Tahun Jumlah Penduduk 2017 1.496.935 2018 1.524.270 2019 1.551.604 2020 1.578.939 2021 1.606.273 2022 1.633.608 2023 1.660.943 2024 1.688.277 2025 1.715.612 135 2026 1.742.946 2027 1.770.281 2028 1.797.615 2029 1.824.950 2030 1.852.285 2031 1.879.619 2032 1.906.954 2033 1.934.288 2034 1.961.623 2035 1.988.957 2036 2.016.292 2037 2.043.627 Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi 5.1.2 Analisis Penduduk Kecamatan Panakkukang Berikut merupakan data kependudukan di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2015. Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Kecamatan Panakkukang Tahun 2015 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar 136 Dari data di atas, jumlah total seluruh kelurahan di Kecamatan Panakkukang ada 11 kelurahan dengan rata-rata 13.360 penduduk di tiap kelurahan. Namun ada satu kelurahan yang lebih dominan dari kelurahan yang lainnya yakni Kelurahan Tamamau sekaligus menjadi kelurahan yang terpadat, dengan 22.821 orang per Km2. Dari jumlah penduduk yang telah ada ini bisa kita proyeksi jumlahnya dengan menggunakan analisis geometri yang dianalisis berdasarkan pertumbuhan penduduk di Kecamatan Panakkukang sebesar 3,27%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhuan akan infrastruktur energi di masa yang akan datang.. Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Kecamatan Panakkukang Tahun 2017-2037 Penduduk 2014 Penduduk 2015 2017 2021 142.308 146.968 156.579 175.803 2027 2031 204.638 223.861 2037 252.696 Sumber: Hasil Analisis Kelompok Infrastruktur Energi 5.2 Analisis Perekonomian 5.2.1. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tabel 5.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar (persen) menurut Sektor tahun 2012 – 2016 Tahun Sektor 2012 2013 2014 2015 2016 Rumah Tangga 5,41 5,63 5,59 5,72 5,48 Industri 8,56 8,30 7,78 6,15 8,33 Komersial 7,06 6,36 7,58 7,05 9,26 Sosial 7,27 7,58 9,22 7,85 9,60 0,34 1,35 1,55 11,09 -5,53 Pemerintahan dan Penerangan Jalan Umum Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar 137 5.3 Analisis Kebutuhan Energi Listrik 5.3.1 Perhitungan Kebutuhan Energi Listrik Kota Makassar per hari Untuk perhitungan kebutuhan energi listrik per hari dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan rumus sebagai berikut: KWH Pemakaian Listrik = daya alat listrik x lama pemakaian (dalam jam) Sebagai contoh, sebuah alat listrik berdaya 500 watt dan digunakan selama 5 jam per hari. Maka KWH pemakaian listrik adalah 2,5 kWH untuk satu hari. Tabel 5.6 Jumlah Pelanggan dan Banyaknya KWH Terjual per Jenis Tarif Listrik di Kota Makassar Tahun 2014 Jenis Tarif Pelanggan KWH Nilai Persentase Terjual (Rp) Pelanggan S1 - - - S2 6.581 63.211.920 53.067.423.170 S3 1.544 51.309.987 44.160.402.782 R1 584.055 1.011.824.937 720.866.332.816 R2 10.008 65.473.719 79.065.918.225 R3 1.559 27.978.575 41.174.886.485 B1 28.669 94.300.367 97.363.429.958 B2 8.298 277.825.300 409.206.041.014 B3 124 261.885.832 321.998.970.893 I1 177 1.081.001 1.153.906.709 I2 412 65.043.426 67.781.766.528 I3 147 268.564.765 262.920.242.646 I4*) 2 365.174.834 340.667.767.350 P1 2.009 50.655.690 72.294.217.356 P2 32 27.390.334 29.187.565.373 P3 1.880 51.583.901 55.193.848.625 L - - C - T Jumlah Persentase Pemakaian (KWH) 1,26% 4,27% 92,26% 41,19% 5,75% 23,63% 0,12% 26,08% 0,61% 4,83% - - - - - - - - - - - 645.587 2.683.304.588 2.596.102.719.930 100% 100% Sumber: Makassar dalam Angka 2015 138 Keterangan: S= Sosial R= Rumah tangga B= Bisnis I= Industri P= Kantor Pemerintahan dan Penerangan Jalan Umum L= Layanan Khusus C= Curah T= Traksi I4*) = PT. Semen Tonasa di Pangkep dan PT. Semen Bosowa di Maros Tabel 5.7 Golongan Pelanggan PLN No Penjelasan Batas Daya 1. Pemakai sangat kecil 201 kVA ke atas 2. Badan sosial kecil 250 VA s/d 99 kVA 3. Badan sosial sedang 100 kVA s/d 200 kVA 4. Badan sosial besar 201 kVA ke atas 5. Badan sosial besar dikelola untuk komersial 450 VA s/d 2.200 kVA 6. Rumah tangga kecil 2.201 VA s/d 13,9 kVA 7. Rumah tangga sedang 14 kVA s/d 200 kVA 8. Rumah tangga menengah 201 kVA ke atas 9. Rumah tangga besar 30.000 kVA ke atas 10. Usaha kecil 250 VA s/d 200 kVA 11. Usaha sedang 201 kVA ke atas 12. Usaha besar 201 kVA ke atas 13. Sambungan sementara 250 VA s/d 99 kVA 14. Perhotelan kecil 100 kVA s/d 200 kVA 15. Perhotelan sedang 201 kVA ke atas 16. Perhotelan besar 450 VA s/d 2.200 VA 17. Industri rumah tangga 2.201 VA s/d 13,9 kVA 18. Industri kecil 14 kVA s/d 200 kVA 19. Industri sedang 201 kVA ke atas 20. Industri menengah 30.000 kVA ke atas 139 21. Industri besar 250 VA s/d 200 kVA 22. Gedung pemerintahan kecil/sedang 201 kVA ke atas 23. Gedung pemerintahan besar 201 kVA ke atas 24. Penerangan umum 250 VA s/d 99 kVA Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar Persentase Penggunaan Listrik (Pelanggan) Sosial Rumah Tangga 6% 1% 1% 92% 1% Bisnis 0% Industri Kantor Pemerintahan dan Penerangan Jalan Umum Gambar 5.1. Persentase Penggunaan Listrik (Pelanggan) Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi Persentase Penggunaan Listrik Sosial (KWH) Rumah Tangga 24% 31% 41% Bisnis 26% 5% Industri 4% Kantor Pemerintahan dan Penerangan Jalan Umum Gambar 5.2. Persentase Penggunaan Listrik (KWH) Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi 140 Berdasarkan Gambar 5.1, dapat disimpulkan bahwa sektor rumah tangga masih menjadi sektor terbesar dalam penggunaan listrik. Kemudian disusul oleh sektor industri dengan pemakaian energi listrik yang besar. Adapun sektor dengan kebutuhan listrik paling sedikit adalah sektor pelayanan sosial dengan konsumsi sebanyak 4% dari keseluruhan energi listrik yang terjual. Tabel 5.8 Penggunaan Listrik per Hari Menurut Landuse Sektor Jenis Tarif Sosial Rumah tangga Bisnis Industri Kantor pemerintahan dan penerangan jalan umum Penggunaan Listrik (KWH/Hari) S1 - S2 26,68 S3 92,31 R1 4,81 R2 18,17 R3 49,85 B1 9,14 B2 93,00 B3 5.866,62 I1 16,96 I2 438,53 I3 5.074,92 I4 507.187,27 P1 67,04 P2 2377,63 P3 76,22 Sumber: Makassar dalam Angka 2015 5.3.2 Perhitungan Kebutuhan Energi Listrik individu per Hari Tabel 5.9 Hasil Survey Penggunaan Energi Listrik Individu per Hari di Kota Makassar Tahun 2017 141 Sumber: Hasil survey kelompok infrastruktur energi Untuk memperoleh rata-rata kebutuhan energi listrik di Kota Makassar, dilakukan dengan mengambil data kepada 10 rumah tangga sebagai sampel yang kemudian semuanya dijumlahkan dan ditentukan rata-rata per penggunaan listrik setiap rumah tangga. Jadi, dari data di atas, disimpulkan bahwa rata-rata penggunaan energi listrik di Kecamatan Panakkukang sebanyak 129 watt/orang setiap hari. 5.3.3 Analisis Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Kota Makassar a. Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk Proyeksi kebutuhan energi sangat bergantung pada jumlah pertumbuhan penduduk. Untuk itu, sebelum mengetahui jumlah proyeksi kebutuhan penduduk, maka harus diperhitungkan terlebih dahulu mengenai proyeksi pertumbuhan penduduk. Setelah melakukan perhitungan, didapatkan hasil proyeksi jumlah penduduk untuk 20 tahun mendatang (tahun 2037) ialah sebanyak 2.043.627 jiwa. Sehingga untuk perhitungan energi, sesuai dengan kebutuhan energi sebanyak 129 watt/hari, maka diperkirakan kebutuhan energi listrik untuk 20 tahun mendatang mencapai 263.627.883 watt/hari. 142 b. Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi Dalam melakukan proyeksi kebutuhan energi berdasarkan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan melalui metode gabungan yakni gabungan dari metode analisis, ekonometri, dan metode kecenderungan dimana masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri. Metode ini dikembangkan berdasarkan keadaan sosioekonomi dan penggunaan terakhir tenaga listrik di suatu daerah atau wilayah. 1) Elastisitas Energi Elastisitas energi merupakan hasil dari perbandingan pertumbuhan konsumsi energi listrik dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin rendah angka elastisitas, semakin efisien pemanfaatan energinya. Secara matematik dapat ditulis dengan per-samaan. 𝑒= 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐷𝑅𝐵 143 2) Tahapan Perkiraan Tahapan perkiraan kebutuhan energi listrik dengan metode gabungan adalah sebagai berikut: 1. Sektor Rumah Tangga Secara matematis prakiraan konsumsi energi sektor rumah tangga dinyatakan sebagai berikut: 𝑔𝐸 ERTt= ERTt-1*(1+eRT*100) + PRT*UK Dimana: ERTt= Total konsumsi energi listrik sektor rumah tangga tahun ke t (kWh) ERTt-1= Total konsumsi energi listrik sektor rumah tangga tahun sebelum ke t (kWh) eRT= Elastisitas energi rumah tangga UK= Unit konsumsi sektor rumah tangga (kWh/pelanggan) PRT= Delta pelanggan sektor tiap rumah tangga 2. Sektor komersial Prakiraan konsumsi energi sektor komersial ditentukan dengan rumus: 𝑔𝐵𝑡 EBt= EBTt-1(1+eB*100) Dimana: EBt= Konsumsi energi komersial pada tahun ke t EBt-1= Konsumsi energi komersial pada tahun sebelum ke t eB= Elastisitas energi komersial gBt= Pertumbuhan PDRB sektor komersial pada tahun ke t 3. Sektor Sosial Prakiraan konsumsi energi sektor sosial ditentukan dengan rumus sebagai berikut: 𝑔𝑆𝑡 ESt= ESt-1(1+eS*100) Dimana: ESt= Konsumsi energi sosial pada tahun ke t ESt-1= Konsumsi energi sosial pada tahun sebelum ke t eS= Elastisitas energi sosial gSt= Pertumbuhan PDRB sektor sosial pada tahun ke t 144 4. Sektor Industri Prakiraan kebutuhan energi listrik sektor industri diperoleh dari penjumlahan energi terjual sektor industri dan energi captive power, yaitu energi listrik yang dibangkitkan sendiri dan tidak tersambung dengan jaringan distribusi PLN. Prakiraan tersebut ditentukan dengan rumus seperti berikut: 𝑔𝐼𝑡 EIt= EIt-1(1+eI*100) Dimana: EIt= Konsumsi energi industri pada tahun ke t EIt-1= Konsumsi energi industri pada tahun sebelum ke t eI= Elastisitas energi industri gIt= Pertumbuhan PDRB sektor industri pada tahun ke t Dalam prakiraan ini, perhitungan konsumsi energi industri tidak memperhi-tungkan daya captive power yang diserap PLN karena diasumsikan tidak ada, arti-nya bahwa pelanggan industri diasumsikan tidak membangkitkan energi listrik sendiri sehingga seluruh konsumsi energi listriknya dari PLN. 5. Sektor Pemerintahan dan Penerangan Jalan Umum Prakiraan konsumsi energi sektor pemerintahan dan penerangan jalan umum ditentukan dengan rumus sebagai berikut: 𝑔𝑃𝑡 EPt= EPt-1(1+eP*100) Dimana: EPt= Konsumsi energi pemerintahan dan penerangan jalan umum pada tahun ke t EPt-1= Konsumsi energi pemerintahan dan penerangan jalan umum pada tahun sebelum ke t eP= Elastisitas energi pemerintahan dan penerangan jalan umum gPt= Pertumbuhan PDRB sektor pemerintahan dan penerangan jalan umum pada tahun ke t 145 6. Konsumsi Energi Listrik Total Prakiraan konsumsi energi listrik diperoleh dengan menjumlahkan konsumsi energi listrik sektor rumah tangga, sektor komersial, sektor sosial sektor umum, dan sektor industri dengan rumus: ETt= ERTt + EBt + ESt + EIt + EPt Dimana: ETt= Total konsumsi energi listrik pada tahun ke t ERTt= Total konsumsi energi listrik sektor rumah tangga pada tahun ke t EBt= Total konsumsi energi listrik sektor komersial pada tahun ke t ESt= Total konsumsi energi listrik sektor sosial pada tahun ke t EIt= Total konsumsi energi listrik sektor industri pada tahun ke t EPt= Total konsumsi energi listrik sektor pemerintahan dan penerangan jalan umum pada tahun ke t Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan energi menggunakan metode ga-bungan tersebut maka berikut hasil proyeksi kebutuhan energi Kota Makassar dibagi menurut sektor tahun 2016 sampai 2036. Tabel 5.10 Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Kota Makassar (kWh) menurut Sektor tahun 2016 sampai 2036 Sektor Pemerintahan Tahun Rumah Tangga Komersial Sosial Industri dan Penerangan Jalan Umum 2016 1.109.554.789 635.920.040 114.756.355 703.761.492 129.918.138 2017 1.111.699.771 636.876.463 114.873.760 705.718.357 130.062.485 2018 1.113.848.900 637.834.326 114.991.284 707.680.662 130.206.992 2019 1.116.002.183 638.793.628 115.108.928 709.648.425 130.351.660 2020 1.118.159.629 639.754.374 115.226.693 711.621.658 130.496.488 2021 1.120.321.245 640.716.565 115.344.578 713.600.379 130.641.477 2022 1.122.487.039 641.680.202 115.462.584 715.584.601 130.786.628 146 2023 1.124.657.020 642.645.289 115.580.711 717.574.341 130.931.940 2024 1.126.831.196 643.611.828 115.698.958 719.569.613 131.077.413 2025 1.129.009.574 644.579.820 115.817.327 721.570.434 131.223.047 2026 1.131.192.164 645.549.268 115.935.816 723.576.818 131.368.844 2027 1.133.378.972 646.520.174 116.054.427 725.588.780 131.514.803 2028 1.135.570.007 647.492.541 116.173.159 727.606.337 131.660.923 2029 1.137.765.278 648.466.369 116.292.013 729.629.504 131.807.206 2030 1.139.964.793 649.411.663 116.410.988 731.658.297 131.953.652 2031 1.142.168.559 650.418.423 116.530.085 733.692.731 132.100.260 2032 1.144.376.585 651.396.652 116.649.304 735.732.822 132.247.032 2033 1.146.588.879 652.376.353 116.768.645 737.778.585 132.393.966 2034 1.148.805.450 653.357.527 116.888.107 739.830.037 132.541.063 2035 1.151.026.305 654.340.177 117.007.692 741.887.193 132.688.324 2036 1.153.251.454 655.324.304 117.127.400 743.950.070 132.835.749 Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi 1,400,000,000 1,200,000,000 Rumah Tangga kWh 1,000,000,000 800,000,000 Komersial 600,000,000 Sosial 400,000,000 Industri 200,000,000 2036 2034 2032 2030 2028 2026 2024 2022 2020 2018 2016 0 Pemerintahan dan Penerangan Jalan Umum Tahun Gambar 5.3. Proyeksi kebutuhan energi listrik menurut Sektor di Kota Makassar tahun 2016 sampai 2036. Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi 147 Setelah melakukan perhitungan berdasarkan metode gabungan tersebut, maka didapatkan hasil perkiraan proyeksi kebutuhan energi Kota Makassar untuk 20 tahun mendatang (tahun 2036) mencapai 2.802.448.977 kWh. 2,820,000,000 2,800,000,000 2,780,000,000 kWh 2,760,000,000 2,740,000,000 2,720,000,000 2,700,000,000 2,680,000,000 Kebutuhan energi listrik 2,660,000,000 2,640,000,000 2036 2034 2032 2030 2028 2026 2024 2022 2020 2018 2016 2,620,000,000 Tahun Gambar 5.4. Proyeksi kebutuhan energi listrik di Kota Makassar tahun 2016 sampai 2036. Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi 5.3.4 Analisis Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Kecamatan Panakkukang a. Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk Setelah melakukan perhitungan, didapatkan hasil proyeksi jumlah penduduk untuk 20 tahun mendatang (tahun 2037) di Kecamatan Panakkukang ialah sebanyak 252.696 jiwa. Sehingga untuk perhitungan energi, sesuai dengan kebutuhan energi sebanyak 129 watt/hari, maka diperkira-kan kebutuhan energi listrik untuk 20 tahun mendatang mencapai 32.597.784 watt/hari. 5.4 Analisis Penyediaan Energi Listrik 1. Jumlah Penyediaan Energi Listrik Kota Makassar Hingga saat ini, tercatat bahwa jumlah pembangkit listrik yang memberi pasokan listrik berjumlah empat, diantaranya PLTA Bakaru yang berlokasi di Danau BiliBili Kabupaten Gowa, PLTD/PLGU Tello yang berlokasi di Makassar, PLTGU 148 Sengkang, dan PLTD Suppa. Keempat pembangkit listrik ini mem-beri pasokan listrik untuk Kota Makassar dan wilayah Sulsel lainnya. Adapun jumlah daya yang dihasilkan dari semua pembangkit listrik ini adalah 440 MW, sementara jumlah penggunaan listrik untuk wilayah Sulsel pada saat beban puncak mencapai 420 MW. Meskipun masih dianggap mencukupi, namun jumlah ini masih belum begitu memadai. Selain itu masih banyak hal yang menjadi hambatan dalam penyediaan energi listrik, diantaranya tiga dari pembangkit listrik yang tersedia masih menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu masih banyak terdapat kekurangan pada sistem pendistribusian listrik. 149 Gambar 5.6. Peta Jaringan Listrik Kecamatan Panakkukang Sumber: Badan Pusat Statistik 150 5.5 Analisis Kebutuhan Energi Minyak Bumi 1. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Makassar a. Sektor Transportasi Khusus di Kota Makassar di sektor transportasi, selama April 2008, PT. Pertamina menyalurkan bensin sebanyak 13.203 kl atau 440 kl per hari sedangkan solar 3.736 kl atau rata-rata 124 kl per hari. (http: //tekno.kompas.com, 2008) Untuk mengetahui kebutuhan bahan bakar minyak Kota Makassar, dapat dilakukan dengan melakukan pembagian antara kebutuhan bahan bakar minyak dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2008 ialah sebanyak 1.253.656 jiwa. Sehingga didapatkan kebutuhan bahan bakar minyak per individu Kota Makassar di sektor transportasi pada tahun 2008 ialah sebesar 126,35 liter untuk bensin dan 35,61 liter untuk solar. Untuk mengetahui kebutuhan bahan bakar minyak (bensin dan solar) Kota Makassar dilakukan dengan mengalikan jumlah penduduk tersebut dengan kebutuhan bahan bakar minyak per individu. Jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2016 ialah sebanyak 1.477.954 jiwa. Sehingga didapatkan kebutuhan bahan bakar minyak Kota Makassar di sektor transportasi pada tahun 2016 ialah sebesar 186.740 kl untuk premium dan 52.630 kl untuk solar. b. Sektor Industri Distribusi BBM ke KIMA dilakukan melalaui suplai point Pertamina di Terminal BBM (TBBM) Makassar dengan kapasitas 20.000 kiloliter. Direktur Utama PT KIMA, Abdul Muis, mengatakan ini bentuk sinergitas antar badan usaha milik negara (BUMN). Abdul Muis juga mengatakan bahwa kebutuhan bbm yang diperlukan PT KIMA sebesar 200 kiloliter per bulan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang berjumlah kurang lebih 170 perusahaan. (http://bumn.go.id, 2014) Untuk mengetahui kebutuhan bahan bakar minyak Kota Makassar di sektor industri dapat dilakukan dengan membagi antara kebutuhan bahan bakar minyak dengan jumlah perusahaan. Sehingga didapatkan kebutuhan bahan bakar minyak Kota Makassar di sektor industri tahun 2012 ialah sebesar 14 kl per perusahaan. Untuk mengetahui kebutuhan bahan bakar minyak Kota Makassar di sektor industri pada tahun 2016 dapat dilakukan dengan mengalikan kebutuhan bahan bakar minyak dengan jumlah perusahaan yang ada. Pada tahun ini (2016) jumlah 151 perusahaan dalam Kawasan Industri Makassar (Kima) telah meningkat menjadi 224 perusahaan. Sehingga dapat diketahui kebutuhan bahan bakar minyak Kota Makassar di sektor industri pada tahun 2016 ialah sebesar 3.162 kl. 2. Kebutuhan Energi Minyak Bumi Kecamatan Panakkukang Berdasarkan survei juga didapatkan data berupa kebutuhan bahan bakar minyak masyarakat seperti dalam tabel berikut. Tabel 5.11 Hasil Survey Penggunaan BBM Individu per Hari di Kota Makassar Tahun 2017 Sumber: Hasil Survei Kelompok Infrastruktur Energi Dari hasil data kuesioner di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata penggunaan BBM tiap orang sebanyak 2.39 liter/ hari. Telah diketahui bahwa kebutuhan bahan bakar minyak per individu Kecamatan Panakkukang pada 2017 ialah sebesar 2.39 liter/hari untuk bensin. Untuk mengetahui kebutuhan bahan bakar minyak di Kecamatan Panakkukang dapat dilakukan dengan mengalikan kebutuhan bahan bakar minyak per individu Kecamatan Panakkukang dengan jumlah penduduk di Kecamatan Panakkukang. Jumlah penduduk di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2017 ialah sebanyak 156.579 jiwa. Sehingga dapat diketahui kebutuhan bahan bakar minyak di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2017 ialah sebesar 3.742 kl untuk bensin. 152 3. Proyeksi Kebutuhan Bahan Bakar Minyak Kota Makassar Tabel 5.12 Proyeksi Kebutuhan Bahan Bakar Minyak Kota Makassar (kl) di Sektor Transportasi tahun 2016 sampai 2036 Tahun Sektor Transportasi Bensin Solar 2016 186.740 52.630 2017 190.418 53.667 2018 194.169 54.724 2019 197.995 55.802 2020 201.895 56.901 2021 205.873 58.022 2022 209.928 59.165 2023 214.064 60.331 2024 218.281 61.519 2025 222.581 62.731 2026 226.966 63.967 2027 231.437 65.227 2028 235.996 66.512 2029 240.645 67.823 2030 245.386 69.159 2031 250.220 70.521 2032 255.150 71.910 2033 260.176 73.327 2034 265.302 74.772 2035 270.528 76.245 2036 275.857 77.747 Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi 153 300,000 250,000 Liter 200,000 150,000 Premium Solar 100,000 50,000 0 2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036 Tahun Gambar 5.5. Proyeksi kebutuhan bahan bakar minyak di Kota Makassar tahun 2016 sampai 2036. Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi 4. Proyeksi Kebutuhan Bahan Bakar Minyak Kecamatan Panakkukang Untuk mengetahui proyeksi kebutuhan bahan bakar minyak di Kecamatan Panakkukang dapat dilakukan dengan mengalikan kebutuhan bahan bakar minyak per individu di Kota Makassar dengan proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2036. Berdasarkan hasil analisis kelompok infrastruktur energi, didapatkan proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2036 ialah sebanyak 252.696 jiwa dan kebutuhan bahan bakar minyak per individu Kota Makassar di sektor transportasi pada 2008 ialah sebesar 126,35 liter untuk bensin dan 35,61 liter untuk solar. Sehingga untuk proyeksi kebutuhan bahan bakar minyak di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2036 ialah sebesar 38.609 kl untuk bensin dan 10.881 kl untuk solar. 154 5.6 Analisis Kebutuhan Energi Gas Bumi 1. Kebutuhan Energi Gas Elpiji Kota Makassar Tengku melanjutkan, pemakaian elpiji di kota Makassar, khususnya pemakai- an elpiji bersubsidi 3 kg, rata-rata sehari sebanyak 57.000 tabung atau setara dengan 171 metrik ton per hari. ”Sedangkan, elpiji yang tidak bersubsidi, yaitu yang 12 kg, baik tabung yang biru maupun yang Bright Gas, masih rendah, masih sekitar 3.400 tabung atau sekitar 10 metrik ton per hari,” ungkapnya. (http://www. koran-sindo.com, 2016) Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi energi gas elpiji Kota Makassar pada tahun 2016 ialah sebesar 65.250 metrik ton dimana 61.650 metrik ton untuk tabung gas elpiji 3 kg dan 3.600 metrik ton untuk tabung gas elpiji 12 kg. Gas elpiji digunakan di sektor rumah tangga. Untuk mengetahui konsumsi energi gas elpiji per individu dapat dilakukan dengan membagi konsumsi energi gas elpiji dengan jumlah penduduk Kota Makassar. Jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2016 ialah sebanyak 1.477.954 jiwa. Sehingga didapatkan kebutuhan energi gas elpiji per individu Kota Makassar pada tahun 2016 ialah sebesar 0,0441 metrik ton dimana 0,0417 metrik ton untuk tabung gas elpiji 3 kg dan 0,0024 metrik ton untuk tabung gas elpiji 12 kg. 2. Kebutuhan Energi Gas Elpiji Kecamatan Panakkukang Berdasarkan hasil suvei, ditemukan jumlah kebutuhan gas di Kecamatan Panakkukang yaitu, Tabel 5.13 Kebutuhan Gas di Kecamatan Panakkukang tahun 2017 155 Sumber: Pertamina Cabang Makassar dan Hasil analisis kelompok infrastruktur energi Telah diketahui bahwa kebutuhan energi gas elpiji per individu Kota Makassar pada tahun 2016 ialah sebesar 0,0441 metrik ton dimana 0,0417 metrik ton untuk tabung gas elpiji 3 kg dan 0,0024 metrik ton untuk tabung gas elpiji 12 kg. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata penggunaan LPG di Panakkukang adalah 0.001 kg per orang untuk gas 3 kg dan 0.00007 kg per orang untuk gas LPG 12 kg untuk kebutuhan setiap hari. 3. Proyeksi Kebutuhan Energi Gas Bumi (Gas Elpiji) Kota Makassar Tabel 5.14 Proyeksi Kebutuhan Energi Elpiji Kota Makassar (metrik ton) di Sektor Rumah Tangga tahun 2016 sampai 2036 Tahun Gas Elpiji Jumlah 3 kg 12 kg 2016 61.650 3.600 65.250 2017 62.865 3.671 66.535 2018 64.103 3.743 67.846 2019 65.366 3.817 69.183 2020 66.653 3.892 70.546 2021 67.967 3.969 71.935 2022 69.305 4.047 73.353 2023 70.671 4.127 74.798 2024 72.063 4.208 76.271 2025 73.483 4.291 77.774 2026 74.930 4.375 79.306 2027 76.406 4.462 80.868 2028 77.912 4.550 82.461 2029 79.446 4.639 84.086 2030 81.012 4.731 85.742 2031 82.607 4.824 87.431 156 2032 84.235 4.919 89.154 2033 85.894 5.016 90.910 2034 87.586 5.115 92.701 2035 89.312 5.215 94.527 2036 91.071 5.318 96.389 Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi 100,000 90,000 80,000 Metrik Ton 70,000 60,000 50,000 3 kg 40,000 12 kg 30,000 20,000 10,000 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 0 Tahun Gambar 5.7. Proyeksi kebutuhan gas elpiji di Kota Makassar tahun 2016 sampai 2036. Sumber: Hasil analisis kelompok infrastruktur energi 4. Proyeksi Kebutuhan Energi Gas Bumi (Gas Elpiji) Kecamatan Panakkukang Berdasarkan hasil analisis kelompok infrastruktur energi, didapatkan proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2036 ialah sebanyak 252.696 jiwa dan kebutuhan gas elpiji per individu ialah sebesar 0.001 kg untuk tabung gas elpiji 3 kg dan 0.00007 kg untuk tabung gas elpiji 12 kg. Sehingga dapat diketahui kebutuhan gas elpiji di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2036 ialah sebesar 252,696 kg untuk tabung gas elpiji 3 kg dan 17,688 kg untuk tabung gas elpiji 12 kg setiap hari. 157 BAB VI KONSEP PERENCANAAN Energi yang menjadi kebutuhan dasar manusia masih menjadi perhatian bagi pemerintah khususnya di Kota Makassar yang memiliki banyak aktivitas masyarakat di dalamnya. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat menjadikan kebutuhan akan energi semakin pesat pula sehingga kemudahan energi perlu terus ditingkatkan dengan merencanakan infrastruktur yang terus memadai. Namun, walaupun menjadi kebutuhn yang sangat penting, penyediaan energi di kehidupan sehari-hari masih belum terpenuhi dengan baik. selain itu energi yang digunakan cenderung tidak dapat diperbaharui (energi fosil) sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan energi fosil yang semakin menipis. Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi yang ada di Kota Makassar. Solusi-solusi tersebut dapat berupa penyuluhanpenyuluhan untuk menghemat pemakaian energi yang tidak memiliki efek pencemaran setelah pemakaiannya. Pemanfaatan energi alternatif menjadi solusi berikutnya yang dapat menjadi pertimbangan dalam pemecahan kebutuhan energi yang tinggi. Banyak cara pemanfaatan energi alternatif saat ini, mulai dari penggunaan cahaya matahari melalui panel surya hingga memanfaatkan angin untuk penggunaan turbin penghasil energi listrik. Selain itu ada banyak energi alternatif lainnya untuk menyelesaikan masalah energi gas alam dan bahan bakar minyak. Untuk gas alam ada energi alternatif berupa energi sampah organik yang diolah menjadi energi gas sehingga dapat digunakan untuk memudahkan kegiatan masyarakat seperti memasak. Adapun untuk energi alternatif bagi penggunaan bahan bakar minyak dengan menggunakan energi biofuel. Biofuel merupakan bahan bakar baik cairan, padatan, maupun gas yang ber-asal dari bahan-bahan organik. Biofuel merupakan bahan bakar alternatif yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar konvensional yang digunakan di ber-bagai sektor. Terdapat tiga jenis biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BNN) yang dikenal di Indonesia yaitu bioetanol, biodiesel, dan biogas. Bioetanol merupakan bahan bakar 158 yang digunakan di sektor transportasi pengganti premium. Biodiesel merupa-kan bahan bakar yang digunakan di sektor transportasi dan industri pengganti so-lar. Dan, biogas merupakan bahan bakar yang digunakan di sektor transportasi dan rumah tangga sebagai pengganti energi konvensional gas bumi. Selain menggunakan energi allternatif sebagai pengganti energi fosil, ada juga beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk menghemat dan memaksimalkan penggunaan energi, prinsip ini berupa pengenalan dan pendekatan kepada masyarakat awam terkait penggunaan energi yang baik. pengenalan dan pendekatan ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat dalam penggunaan energi yang tepat guna terutama bagi masyarakat yang memiliki kebutuhan besar terhadap infrastruktur energi seperti industri dan rumah tanggi. Berikut beberapa konsep perencanaan yang dapat diterapkan dalam perencanaan infrastruktur energi di Kecamatan Panakkukang. 6.1.Penghematan Energi Melalui Pengenalan dan Pendampingan Peningkatan pertumbuhan penduduk mengakibatkan berkembangnya semua kegiatan manusia yang tentunya membutuhkan energi demi mendukung kegiatan manusia tersebut. Pengenalan dan pendampingan kepada masyarakat ini bertujuan agar masyarakat mampu mengenali dan memahami kebutuhan energi yang digunakan. Masyarakat yang sudah mengerti tentang pentingnya penggunaan energi akan lebih efektif dalam menggunakan energi baik listrik, gas alam, maupun bahan bakar minyak. Penggunaan energi fosil yang tepat sasaran akan menghemat ketersediaan energi yang ada. Selain itu pemanfaatan energi terbarukan harus terus ditingkatan oleh pemerintah agar energi yang digunakan hemat biaya dan cenderung tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan di sekitar. 6.2.Pemanfaatan Energi Alternatif Energi alternatif telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat diseluruh dunia saat ini. Pemikiran ini didasarkan pada ketersedian sumber energi yang selama ini dimanfaatkan akan habis pada masa yang akan dating karena energi yang digunakan berasal dari energi fosil yang tidak dapat diperbarui. Bertambahnya jumlah penduduk, pembangunan yang pesat, serta sumber daya alam yang terbatas menjadi tantangan yang dihadapi saat ini, sehingga metode – metode alternatif mulai 159 digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat permintaannya dari waktu ke waktu. Pemanfaatan energi alternatif merupakan metode yang seharunya banyak digunakan saat ini. Banyak sumber energi alternatif di sekitar masyarakat yang belum disadari potensinya. Adapun salah satu energi alternatif yang saat ini mudah untuk digunakan dan tidak terbatas adalah cahaya matahari. Melalui penggunaan teknologi tertentu, saat ini energi yang dihasilkan oleh cahaya matahari dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan panel surya. Gambar 6.1. Pemanfaat panel surya untuk lampu jalan Sumber: dimaspriambada.blogspot.com201011konversi-energi-untuk-masa depan.html Penggunaan cahaya matahari energi alternatif ternyata mampu memenuhi sebagian kebutuhan energi listrik sehari-hari masyarakat. Energi listrik ini mampu digunakan untuk menyalakan lampu rumah hingga barang-barang elektronik. Tidak hanya itu, penggunaan energi cahaya matahari mulai diaplikasikan pada penggunaan lampu jalan, lampu lalu lintas hingga pada kendaraan bermotor sepeti mobil. Penggunaan teknologi panel surya pada lampu penerangan jalan dapat mengurangi beban energi terhadap Pembangkit Listrik Tallo yang menjadi pemasok utama listrik di Kota Makassar termasuk di Kecamatan Panakkukang serta mengurangi biaya pemasangan jarigan listrik pada lampu jalan. Walau demikian, masih ada kekurangan dari penggunaan energi cahaya matahari ini. 160 Kekurangan tersebut antara lain energi yang dapat diubah mealui panel surya tidak banyak sehingga akan mudah habis dalam beberapa jam. Selain itu, penggunaan energi alternatif ini sangat bergantung pada keadaan cuaca karena panel surya dapat mengubah energi cahaya matahri langsung sehingga ketika cuaca mendung atau langit berawan maka panel surya tidak dapat bekerja secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan perencanaan yang baik terhadap masalah ini, sehingga sumber energi panas matahari ini dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Gambar 6.2. Pemanfaatan panel surya pada rumah tangga Sumber: http://adoeaduen.blogspot.com/2011/12/panel-surya-makin-murah-baik untuk.html Untuk saat ini penggunaan energi panas matahari sangat cocok digunakan pada daerah yang jauh dari perkotaan seperti di pulau dan pegunungan. Selain hemat dalam biaya distribusi, pemanfaatan panas matahari juga ramah lingkungan karena tidak memiliki sisa saat penggunaannya yang berbeda pada penggunaan listrik tenaga fosil seperti batu bara, uap dan lain sebagainya yang relatif banyak menghasilkan polusi. 6.3. Penambahan Jumlah Pembangkit Listrik Penambahan jumlah pembangkit listrik sangat perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. PLTD Tello yang dimiliki Kota Makassar belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Daya terpasang PLTD yang hanya 161 sebesar 190.000.000 watt masih kurang untuk memenuhi kebutuhan masya-rakat yang mencapai angka 290.000.000 setiap harinya. Banyak potensi sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk membangun pembangkit listrik di Sulawesi Selatan. Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) maupun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dengan daya 600MW menjadi alternatif yang realistis di Provinsi Sulawesi Selatan mengingat potensi batubara dan gas alam yang dimiliki Sulawesi Selatan sangat besar. Hal ini sejalan dengan program PLN dalam pengembangan PLTU dan PLTG di pulau Jawa-Bali dan Sulawesi dalam pemenushan FTP 10.000 MW. Gambar 6.3. PLTU Sumber: rahmanta13.wordpress.com/2011/05/09/pembangkit-listrik-tenaga-uap pltu Proyek transmisi 275 kV Palopo- Enrekang- Sidrap-Daya Baru-Bantaeng, untuk evakuasi daya dari beberapa proyek PLTA ke pusat beban di Makassar dan sekitarnya hingga Bantaeng, dimana lokasi PLTA diperkirakan di sekitar perbatasan Sulsel, Sulbar dan Sulteng. Pembanguan PLTA Karama akan sangat membantu pelaksanaan transmisi 275 kVuntuk menyalurkan daya dari PLTA karama ke pusat listrik di Kota Makassar. 162 Gambar 6.4. PLTG Sumber: http://m.energitoday.com/2014/03/17/pltg-muara-tawar-tak-lagi-konsumsibbm/ Perencanaan pembangkit listrik tenaga gas realistis untuk diterapkan mengingat sumber daya Provinsi Sulsel khususnya gas memiliki potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan ditambah dengan keberadaan stasiun gas milik pertamina di Kota Makassar tepatnya di Kecamatan Ujung Tanah. Pembangunan pembangkit disekitar stasiun gas akan mempermudah pendistribusian gas yang dibutuhkan pembangkit serta listrik keseluruh wilayah Kota Makassar dan sekitarnya. Analisis lebih lanjut perlu dilakukan untuk memperhatikan dampak lingkungan yang nantinya ditimbulkan. Selain kedua pembangkit diatas, pembangkit listrik lain yang dapat digunakan adalah pembangkit listrik tenaga air. Pembangkit ini dapat digunakan mengingat sumber daya alam Kota Makassar yang memadai. Terdapat beberpa sungai besar di Kota Makassar dan sekitarnya, seperti sungai Tallo hingga sungai Jenneberang. Potensi ini sangat besar mengingat belum adanya pembangkit sejenis di Kota Makassar. Pembangunan pembangkit tenaga air dapat dilakukan dengan mengintegrasikan antara pembangkit dengan keberadaan bendungan Bili–Bili yang ada di sungai Jenneberang tepatnya di Kabupaten Gowa. 163 Gambar 6.5. PLTA Sumber: http://daysco.blogspot.com/2011/04/10-pembangkit-listrik-tenagaair.html Keberadaan bendungan ini sangat mempermudah pembangunan pembangkit listri tenaga air karena penggunaan pembangkit ini memang memerlukan keberadaan sebuah bendungan. Perencanaan pembangunan bendungan akan menghadapi beberapa kendala salah satunya adalah pendanaan dan pembiyayaan. Namun, perencanaan pembangkit listrik tenaga air akan sengat membantu dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Sulawesi Selatan Khususnya masyarakat Kota Makassar. Potensi lain yang dimiliki Kota Makassasr adalah Selat Makassar. Selat Makassar adalah lokasi yang sangat baik untuk membangun pembangkit listrik tena-ga angin. Dengan memanfaatkan angin yang berhembus di Selat Makassar dapat menciptakan energi yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kota Makassar. 164 Pembangunan pembangkit listrik tenaga angin juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi Kota Makassar. pendanaan yang cukup mahal akan menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan pembangkit ini, namun demikian pembangkit tenaga angin ini dapat menutupi defisit kebutuhan listrik yang ada di Sulawesi Selatan khususnya di Kota Makassar. Gambar 6.6.PLTB Sumber:berita- jogjakarta.blogspot.com201210kulonprogoakan-punya-pembangkit.html Pembangkit listrik tenaga biomass/biogas menjadi pembangkit listrik terbarukan yang mulai dikembangkan. Teknologi pembangkit ini menfaatkan gas metan yang dihasilkan sampah guna menggerakkan turbin–turbin penghasil energi listrik. Teknologi ini mampu dimanfaatkan untuk mengatasi ketersediaan energi listrik yang terbatas di Kota Makassar serta mengatasi permasalahan sampah Kota Makassar yang mengganggu. Besarnya jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Makassar setiap harinya akan berubah dari masalah menjadi hadiah karena pembangkit listrik tenaga mass sangat bergantung dengan jumlah sampah yang dihasilkan sebuah wilayah. Lokasi TPA yang berada di Kecamatan Mang-gala sangat strategis untuk membangun pembangkit jenis ini. 165 Gambar 6.7. PLTSa Sumber: nenxtyas.wordpress.com20130105inilah-5-energi-alternatif-yang-cocokuntuk-indonesia Untuk mendukung upaya-upaya tersebut, maka komponan lain dalam perencanaan pengembangan pembangkit listrik sistem transmisi dan gardu induk perlu dimaksimalkan agar pendistribusian listrik dapat terjadi secara merata. Transmisi diperlukan untuk menyalurkan daya dari setiap pembangkit ke gardu induk yang ada di setiap daerah. Gardu induk sendiri berfungsi untuk menampung sementara daya yang diterima dari pembangkit yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh kota. Pendistribusian listrik menggunakan saluran udara baik yang tegangan tinggi maupun tegangan rendah. Perencanaan jaringan saluran udara tegangan tinggi maupun tegangan rendah akan menyebabkan pelayanan listrik disetiap kecamatan maupun disekitar Kota Makassar terwujud sesuai dengan harapan masyarakat. 6.4. Pemanfaatan Energi Alternatif di Kecamatan Panakkukang Perencanaan energi terbarukan dapat dilakukan di Kecamatan Panakkukang untuk mendukung konsep kemandirian energi. Adapun energi yang dapat dimanfaatkan berupa energi panas matahari dengan menggunakan solar sistem. Hal ini dengan melihat potensi yang berada di Kecamatan Panakkukang dengan 166 mayoritas bangunannya adalah gedung tinggi seperti Mall Panakkukang dan Hotel. Prinsip kerja pemanfaatan sinar matahari sebagai penghasil Listrik dengan memasangkan panel surya di atas gedung tersebut. Pemilihan gedung tinggi sebagai tempat pemasangan panel surya agar dapat menjangkau sinar matahari tanpa hambatan apapun, sehingga dapat menyerap sinar matahari secara maksimal. Dalam 1 panel surya dengan pancaran matahari selama 5 jam saja dapat menghasilkan listrik dengan jumlah 100 watt. Yang jika dikalkulasikan dengan 1 Panel surya saja dapat menghidupkan 6 lampu dengan kekuatan 15 watt/jamnya. Artinya, di setiap penggunaan panel surya bagi setiap orang sudah hamper memnuhi bila diambil standar kebutuhan masyarakat akan energi listrik sebanyak 170 watt/jam. Jika setiap bangunan yang ada di Kecamatan Panakkukang menggunakan panel surya, maka sekitar 70% energi fosil yang digunakan sebagai pembangkit listrik menjadi lebih hemat dan kurang dimanfaatkan. Gambar 6.9. Pemanfaatan Energi Sinar Matahari Sumber: www.google.com Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam di arah barat setiap harinya. Indonesia, yang berada di garis khatulistiwa, mendapatkan sinar matahari selama 10 – 12 jam setiap harinya. Namun sinar matahari tersebut tidak selalu konstan pada saat terbit dan tenggelam. Maksudnya adalah sinar matahari seperti sebuah kurva, 167 sinar muncul perlahan saat terbit, dan semakin menguat hingga puncaknya pada siang hari, lalu berkurang hingga akhirnya tenggelam. Dari kurva di atas (dapat dilihat pada gambar sebagai garis kuning), matahari memiliki waktu ideal untuk dapat diserap panel surya adalah antara jam 10.00 – 15.00 atau setara dengan 5 jam/hari. Dengan begitu, bila semua bangunan tinggi yang berada di Kecamatan Panakkukang dimanfaatkan secara maksimal, maka seluruh bangunan khususnya bangunan dengan ketinggian di atas rata-rata dapat menggunakan energi sinar matahari sebagai sumber energinya dan tentunya dapat menjadi lebih mandiri dalam pengelolaannya. Kecamatan Panakkukang dalam hal ini sangat berpotensi dalam mengembangkan penggunaan energi panas matahari baik dari sektor kegiatan rumahan, bisnis, industri, dan pemerintahan. Terutama bagi penggunaan energi listrik pada lampu jalan dan lampu rambu lalu lintas sebagai sarana jalan yang menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Pembangkit listrik tenaga surya sangat cocok untuk pengaplikasian pada setiap bangunan yang ada. Dengan begitu energi listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan bangunan itu sendiri. Gambar 6.8. Proses penyaluran energi surya Sumber: www.google.com 168 Gambar 6.9. Peta Kawasan Strategis Sumber: Badan Pusat Statistis 169 Gambar 6.10 Peta Pusat Kegiatan Masyarakat Sumber: Badan Pusat Statistik 170 Pemanfaatan penggunaan energi alternative berupa energi cahaya matahari harus memperhatikan akan letak kawasan strategis dan pusat kegiatan masyarakat, karena akan berdampak pada aktivitas masyarakat itu sendiri. Adapun kawasan trategis yang ada di Kecamatan Panakkukang dapat dilihat pada gambar 6.19 di mana daerah itu berada jauh dari pusat kegiatan masyarakat seperti yang ada pada gambar 6.10, sehingga perencanaan unutk pemanfaatan energi alternatif berupa cahaya matahari dapat terwujud. Perencanaan lokasi pemanfaatan energi cahaya matahari harus berada jauh dari pusat kegiatan masyarakat agar dapat terhindar dari berbagai dampak negatif yang dapat terjadi seperti yang telah dijelaskan pada Bab II. Dengan begitu masyarakat dapat semaksimal mungkin memanfaatkan energi alternatif tersebut di luar penggunaannya pada setiap bangunan yang tergolong tinggi untuk keperluan mandirinya. Selain itu penggunaan energi matahari juga memliki beberapa kekurangan, salah satunya adalah ketergantungan akan cuaca yang baik. di Indonesia yang memiliki dua musim tentunya akan sangat berpengaruh pada pemanfaatan energi alternatif tersebut. Hal ini karena energi matahari hanya dapat digunakan saat matahari berada pada puncak panasnya, yaitu pada jam 10 sampai jam 3 sore. Namun, apabila cuaca berada pada kondisi mendung, maka penyerapan energi pun tidak akan terjadi dengan maksimal. Energi matahari yang dapat ditampung oleh solar cell adalah sebanyak 100 watt dalam pengisian energi matahari selama 5 jam untuk satu panel surya. Bila dibandingkan luas solar cell dengan luas kawasan strategis, maka berapa banyak daya yang dapat ditampung untuk menghidupi satu kecamatan, bahkan satu kota sekalipun terkhususnya Kota Makassar yang kebutuhan energinya setiap tahun meningkat dengan drastir. Mengingat cadangan energi fosil yang terus menipis sehingga hal ini sangat penting untuk diterapkan. 171 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Kata energi berasal dari bahasa Yunani yaitu energia yang artinya adalah suatu kegiatan / aktivitas. Kata energi terdiri dari dua kata yakni en (dalam) dan ergon (kerja). Jadi, Kata Energi memiliki arti umum yakni suatu kemampuan untuk melakukan sebuah pekerjaan atau usaha. Infrastruktur adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agenagen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Proyeksi kebutuhan bahan bakar minyak di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2036 ialah sebesar 38.609 kl untuk bensin dan 10.881 kl untuk solar. Rata-rata penggunaan LPG di Panakkukang adalah 0.001 kg per orang untuk gas 3 kg dan 0.00007 kg per orang untuk gas LPG 12 kg untuk kebutuhan setiap hari. Proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2036 ialah sebanyak 252.696 jiwa dan kebutuhan gas elpiji per individu ialah sebesar 0.001 kg untuk tabung gas elpiji 3 kg dan 0.00007 kg untuk tabung gas elpiji 12 kg. Sehingga dapat diketahui kebutuhan gas elpiji di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2036 ialah sebesar 252,696 kg untuk tabung gas elpiji 3 kg dan 17,688 kg untuk tabung gas elpiji 12 kg setiap hari. kebutuhan energi gas elpiji per individu Kota Makassar pada tahun 2016 ialah sebesar 0,0441 metrik ton dimana 0,0417 metrik ton untuk tabung gas elpiji 3 kg dan 0,0024 metrik ton untuk tabung gas elpiji 12 kg.Jumlah penduduk di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2017 ialah sebanyak 156.579 jiwa. Sehingga dapat diketahui kebutuhan bahan bakar minyak di Kecamatan Panakkukang pada tahun 2017 ialah sebesar 3.742 kl untuk bensin. 172 . Jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2016 ialah sebanyak 1.477.954 jiwa. Sehingga didapatkan kebutuhan bahan bakar minyak Kota Makassar di sektor transportasi pada tahun 2016 ialah sebesar 186.740 kl untuk premium dan 52.630 kl untuk solar. Konsep perencanaan yang dapat diterapkan dalam perencanaan infrastruktur energi di Kecamatan Panakkukang: Penghematan Energi Melalui Pengenalan dan Pendampingan, Pemanfaatan Energi Alternatif, Pemanfaatan Energi Alternatif dan Penambahan Jumlah Pembangkit Listrik 7.2 Saran Pemanfaatan energi baru dan terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi di Kecamatan Panakukkang sangat berguna untuk mendukung kebijakan konservasi energi, mengingat sumberdaya energi konvensional/fosil semakin menipis. Dengan melihat kondisi eksisting di Kecamatan Panakukkang sangat memungkinkan untuk menggunakan energi matahari sebagai alternatif untuk mendapatkan energi listrik dimana bangunan dan gedung-gedung yang ada lumayan tinggi sehingga dengan mudah dapat menerima cahaya sinar matahari, sehingga penggunaan listrik tidak bergantung pada energi konvensional /fosil. Selain memanfaatkan energi matahari, kita juga melaksanakan penyuluhan-penyuluhan untuk menghemat pemakaian energi yang tidak memiliki efek pencemaran setelah pemakaiannya. Pemanfaatan energi alternatif menjadi solusi berikutnya yang dapat menjadi pertimbangan dalam pemecahan kebutuhan energi yang tinggi. 173 DAFTAR PUSTAKA Fatma, Desy. 2017. “Pencemaran Limbah Pabrik: Pengertian, Dampak dan Pencegahannya”. http://www.ilmugeografi.com/ilmu-bumi/udara/polusiudara-penyebab-dampak-dan-upaya-menanggulanginya/amp, diakses pada 10 Oktober 2017 Imam, Kholiq. 2013. Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Energi Terbarukan Untuk Mendukung Subtitusi BBM: Universitas Wijaya Putra Surabaya: Jawa Timur. Indoenergi. 2013. “Batubara dan Dampaknya Terhadap Lingkungan”. http://www. indoenergi.com/2012/07/batubara-dan-dampaknya-pada-lingkungan.html, diakses pada tanggal 2 Oktober 2017. Indoenergi. 2012. “Pengertian http://www.indoenergi.com/2012 Konservasi Energi”. /04/pengertian-konservasi-energi.html, diakses pada tanggal 9 September 2017. Indoplaces. 2012. “PLTU Tello, Makassar”. http://www.indoplaces.com/mod.php? mod=indonesia&op=view_region&regid=3543, diakses pada tanggal 2 Oktober 2017. Indriani, Ririn. 2015. Ini Bahaya Polusi /udara dari PLTU Batubara: Suara. http://www.suara.com/amp/health/2015/08/13/154600/ini-bahaya-polusiudara-dari-pltu-batubara, diakses pada 10 Oktober 2017. Kadir, Abdul. 2010. Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik. Universitas Indonesia: Jakarta. Kadir, Abdul. 2010. Energi: Sumberdaya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi Ekonomi. Cetakan Pertama, edisi ketiga. Universitas Indonesia: Jakarta. Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga: Jakarta. Pamungkas, Agung. 2012. Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Kontens Listrik. http://kontens-listrik.blogspot.co.id/2012/03/pembangkit-listrik-tenaga-uappltu.html, diakses pada 10 Oktober 2017 174 Supranto. 2008. Konservasi Energi. UPN Veteran: Yogyakarta. Supranto. 2015. Teknologi Tenaga Surya. Cetakan Pertama, edisi pertama. Global Pustaka Utama: Yogyakarta. Suriadi, Aris, Ria Arianti, Rifmi Firdaus. 2016. Pembangkit Ditinjau Dari Kondisi Sosial Ekonomi. Politeknik Enjinering Indorama: Purwakarta. Tomo, R. Coerniadi. 2015. Biofuel Melawan Ketidakpastian Energi. Edisi Pertama Bursa Ilmu: Yogyakarta. Wijaya, Karna. 2011. Biofuel dari Biomassa. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Wikipedia. 2016. “Energi Berkelanjutan”. https://id.wikipedia.org/wiki/Energi_ Berkelanjutan_untuk_ Semua, diakses pada tanggal 31 Agustus 2017. Wikipedia. 2016. “Energi Terbarukan” https://id.wikipedia.org/wiki/Energi_ terbarukan, diakses pada tanggal 31 Agustus 2017.