KONSERVASI DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR DI INDONESIA (Makalah Ekologi Perairan) Oleh M. Ramdan Syahputra NPM. 1717021046 PRODI S1 BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2020 DAFTAR ISI DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii ABSTRAK ............................................................................................................ iii I. PENDAHULUAN ...........................................................................................1 A. Latar Belakang .............................................................................................1 B. Tujuan ..........................................................................................................2 II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................3 III. METODE DAN HASIL ..................................................................................6 A. Metode Pendekatan ......................................................................................6 B. Hasil Pembahasan ........................................................................................6 IV. KESIMPULAN ...............................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................10 ABSTRAK Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang utama baik untuk kehidupan flora, fauna, dan manusia di muka bumi maupun untuk kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan berbagai sektor kehidupan. Sebagai sumber daya alam, jumlah ketersediaannya terbatas maka perlu dikelola dengan baik agar yang membutuhkan air dapat mendapatkan akses yang sama. Selain keberadaan air di bumi terbatas, sebenarnya penyebarannya di muka bumi ini juga tidak merata baik tidak merata dari segi lokasi atau spasial maupun dipandang dari segi temporal atau penyebaran waktu selama satu tahun juga tidak merata. Selain itu, air juga merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis karena air menjadi salah satu input untuk proses industri berbagai produk yang memerlukan air, seperti industri yang memproduksi minuman dan makanan. Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu proses yang mendorong keterpaduan antara pembangunan dan pengelolaan air, tanah, dan sumber daya lainnya, dengan tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial ekonomi dan memperhatikan keberlanjutan ekosistem. Penggunaan air dan sumber air yang kurang bijaksana mengakibatkan rusaknya keseimbangan ekosistem sumber daya air dan peningkatan pencemaran, sehingga ketersediaan dalam kuantitas maupun kualitas semakin rentan. Untuk menjaga keberlanjutan dalam penyediaan pelayanan air yang semakin meningkat dari waktu kewaktu, maka perlu disusun kebijakan utnuk mengerahkan usaha-usaha konservasi dan pelestarian sumber daya air. Kata kunci : sumber daya air, ekosistem sumber daya air, konservasi, pelestarian sumber daya air. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air dan sumber daya air beserta seluruh potensinya adalah salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi penghidupan dan kehidupan, serta dibutuhkan oleh manusia dan makluk hidup lainnya sepanjang masa. Oleh sebab itu dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Masyarakat di berbagai tempat di dunia, baik di perkotaan maupun perdesaan, saat ini dihantui permasalahan terkait sumberdaya air. Sebuah studi klimatologi di Eropa menyebutkan bahwa sebanyak 70% bencana alam di dunia disebabkan oleh air. Di Asia, menurut studi Program Lingkungan PBB, setidaknya sebanyak 270 juta orang tiap tahun menjadi korban bencana banjir, yang menewaskan sebanyak 124.000 orang. Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang utama baik untuk kehidupan flora, fauna, dan manusia di muka bumi maupun untuk kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan berbagai sektor kehidupan. Sebagai sumber daya alam, jumlah ketersediaannya terbatas maka perlu dikelola dengan baik agar yang membutuhkan air dapat mendapatkan akses yang sama. Selain keberadaan air di bumi terbatas, sebenarnya penyebarannya di muka bumi ini juga tidak merata baik tidak merata dari segi lokasi atau spasial maupun dipandang dari segi temporal atau penyebaran waktu selama satu tahun juga tidak merata. Selain itu, air juga merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis karena air menjadi salah satu input untuk proses industri berbagai produk yang memerlukan air, seperti industri yang memproduksi minuman dan makanan. B. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui upaya-upaya pendayagunaan air beserta sumber-sumbernya melalui peruntukan, pengembangan, pengelolaan, pengembangan dan pengusahaan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan kemanfaatan air, sumber air dan prasarana pengairan atau sumber daya air yang berkelanjutan agar pemanfaatan air beserta sumbersumber air dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Penyebaran air di muka bumi ini tidak merata, seperti daerah kering dan gurun pasir jumlah air lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah air di daerah hutan hujan tropis, seperti di daerah hutan pulau Sumatra atau di daerah Amazona di Benua Amerika Selatan. Di Indonesia bagian timur, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara mempunyai jumlah air yang lebih sedikit dibandingkan dengan di Pulau Jawa maupun Sumatra, bahkan di suatu wilayah, yang dikenal sebagai daerah bayang-bayang hujan akan mempunyai jumlah ketersediaan air lebih sedikit dibandingkan dengan daerah yang membayanginya. Biasanya daerah bayang-bayang hujan dibatasi oleh gunung yang menerima hujan dari angin basah, dan setelah terjadi hujan, angin akan terus bertiup, tetapi sampai di balik gunung tersebut sudah menjadi angin kering, dan tidak dapat menjadi hujan di daerah ini, maka disebutlah sebagai daerah bayang-bayang hujan (Purwanto dan Susanto, 2015). Selain tidak merata dari sisi lokasi atau spasial, dipandang dari segi temporal atau penyebaran waktu selama satu tahun juga tidak merata. Sebagai contoh, di daerah yang beriklim moonson tropis akan mengalami dua musim dalam setahun, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada daerah ini, selama musim penghujan akan terjadi hari hujan yang cukup banyak dalam sebulan sehingga musim hujan memberikan air. Sebaliknya, selama musim kemarau akan jarang terjadi hujan atau bahkan tidak pernah terjadi hujan dalam sebulan sehingga tidak cukup tersedia air maka di mana-mana di wilayah musim kemarau ini terjadi kekurangan air. Air merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis. Nilai ekonomi akan berbeda di setiap lokasi karena ketersediaannya. Selain itu, nilai ekonomi akan semakin tinggi karena air menjadi salah satu input untuk proses industri berbagai produk yang memerlukan air, seperti industri yang memproduksi minuman, industri berbagai produk. Pada kondisi jumlah yang membutuhkan semakin meningkat maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga perlu berhati-hati dalam memanfaatkannya serta perlu praktik pengelolaan yang baik. Sesuai dengan Undang-Undang Sumber Daya Air Nomor 7 Tahun 2004, Indonesia mengadopsi Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu (Integrated Water Resources Management – IWRM) yang menjadi perhatian dunia internasional untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya air dalam mencapai kesejahteraan umum dan pelestarian lingkungan. Sejalan dengan konsep IWRM yang berkembang di forum internasional, beberapa tindakan telah diambil di tingkat nasional dan daerah dalam rangka reformasi kebijakan sumber daya air. Perairan daerah sebenarnya sudah terlalu padat oleh aktivitas nelayan, namun sampai saat daerah tersebut masih menjadi tujuan utama penangkapan kerang. Tingginya aktivitas tersebut dan perubahan lingkungan karena banyak beralih fungsi lahan daratan pesisir tentunya juga akan menyebabkan jumlah dan jenis biota yang hidup didaerah tersebut akan berubah. Hal ini juga akan bepengaruh terhadap jenis dan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh nelayan (Suryono dan Rochaddi, 2017). Berubahnya fungsi lahan di pesisir daratan tentunya juga akan berpengaruh terhadap kualitas air yang akan masuk ke pesisir laut. Karena kualitas air suatu periaran sangat ditentukan oleh masukan material atau bahan ke perairan tersebut dan akan menentukan manfaat maupun produksi ekonomi perairan tersebut. Terlebih sekarang timbul permasalahan baru terhadap ekosistem perairan dengan adanya fenomena berubahan iklim tentunya akan memberi dampak terhadap organisme yang ada didalamnya. Beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa dengan adanya perubahan iklim akan menyebabkan degradasi terhadap kualitas air 4 yang akhirnya berdampak pada keberadaan organisme (Rizzi et al., 2016). Beberapa penelitian terdahulu di banyak negara terfokus pada status lingkungan perairan laut (Borja et al., 2011; HELCOM, 2010) namun beberapa penelitian tersebut masih belum menjelaskan bagaimana respon ekosistem laut terhadap aktivitas manusia dan perubahan iklim (Borja et al., 2013). 5 III. METODE DAN HASIL A. Metode Pendekatan Sejalan dengan laju pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan penyebaran yang tidak merata mengakibatkan kestarian sumber daya air terganggu. Sebagai kosekuensinya mengakibatkan terjadinya akumulasi pencemaran yang cenderung terkosentrasi pada daerah-daerah padat penduduk tersebut. Dan pada akhirnya apabila tidak dilakukan upaya pencemaran dan pengelolaan yang baik tidak saja menggangu kualitas air, tetapi juga akan menyebabkan degradasi lingkunga serta timbulnya berbagai wabah penyakit yang sangat merugikan. Badan-badan air yang ada terutama sungai, danau dan waduk saat ini masih merupakan tempat pembuangan air limbah. Limbah cair dan limbah padat, baik yang belum maupun yang yang sudah melalui proses pengolahan. Pembuangan bahan-bahan tersebut sudah barang tentu dapat menurunkan kualitas air, dan jika tingkat pencemarannya sudah melampaui daya dukung badan air tersebut dalam menjalani proses pemurnian sendiri, maka akan mengakibatkan dampak serius terhadap kesehatan manusia dan keseimbangan ekonsistem. B. Hasil Pembahasan Ketersediaan air di Indonesia tidak merata, baik dalam dimensi maupun waktu, Curah hujan rata-rata sekitar 2800 mm/tahun dengan kisaran 600 – 7000 mm/tahun. Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi menerima curah hujan yang sangat beragam, sedangkan Bali, Nusa Tenggara dan Maluku didominasi oleh curah hujan rendah. Berikut ini sebaran geografis ketersediaan air di Indonesia. Tabel 1. Sebaran Geografis Ketersediaan Air di Indonesia Ketersediaan Air (juta m3/tahun) Pulau Musim Musim Hujan Kemarau Sumatera 384.774,4 96.193,6 480.968 25 Jawa dan Bali 101.160,8 25.290,2 126.451 7 Kalimantan 389.689,3 167.009,7 556.699 28 Nusa Tenggara 129.400,2 14.377,8 143.778 7 Sulawesi 37.940,4 4.215,6 42.156 2 Papua 381.763,9 163.613,1 545.377 28 Total Persentase (%) Sumber: Ditjen Sumber Daya Alam Kementerian PU (2003) Ketersediaan selain ditentukan oleh besarnya curah hujan serta keadaan geologis dan jenis tanah, sangat dipengaruhi pula oleh luas dan kondisi hutan dan tersedianya lahan penampung air seperti danau, waduk dan situ. Ketersediaan air yang tidak merata dan sebaran pengguna yang tidak seimbang secara geografis maupun volumetrik, telah mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan air di suatu wilayah atau daerah tertentu. Tidak meratanya sebaran ketersediaan air tersebut diperburuk oleh sebaran penggunaan air yang tidak seimbang. Hingga tahun 2016 sudah dikembangkan 17.980.651,99 hektar kawasan konservasi perairan di Indonesia, yang dikelola KLHK 32 unit, Kementerian Kelautan dan Perikanan 10 unit dan Pemprov 123 unit. Berikut data luas kawasan konservasi perairan dan pesisir serta pulau-pulau kecil di Indonesia. Tabel 2. Luas Kawasan Konservasi Perairan dan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Indonesia Tahun 2016 No Kawasan Konservasi A Dikelola Kementerian Lingkungan Hidup Jumlah Kawasan Luas (ha) 32 4.694.947,55 7 4.043.541,30 dan Kehutanan 1 Taman Nasional Laut 7 2 Taman Wisata Alam Laut 14 491.248,00 3 Suaka Margasatwa Laut 5 5.678,25 4 Cagar Alam Laut 6 154.480,00 B Dikelola Kementerian Kelautan dan 133 13.285.704,44 Perikanan dan Pemerintah Daerah 5 Taman Nasional Perairan 1 3.355.352,82 6 Suaka Alam Perairan 3 445.630,00 7 Taman Wisata Perairan 6 1.541.040,20 8 Kawasan Konservasi Daerah 123 7.943.681,42 Jumlah Total 165 17.980.651,99 Sumber: Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang (2016) Kawasan konservasi perairan adalah suatu ruang yang dibatasi secara geografis dengan jelas, diakui, diabadikan dan dikelola, menurut aspek hukum maupun aspek lain yang efektif, untuk mencapai tujuan pelestarian keanekaragaman hayati laut dalam jangka panjang, lengkap dengan fungsi-fungsi ekosistem dan nilai-nilai budaya terkait. Peran dan manfaat kawasan konservasi perairan salah satunya yaitu melindungi plasma nutfah. Plasma nutfah merupakan bagian dari tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme yang memiliki fungsi dan kemampuan untuk mewariskan sifat. Plasma nutfah dapat berguna untuk merakit varietas unggul dari sebuah spesies agar dapat rentan terhadap penyakit maupun memiliki produktivitas yang tinggi serta akan dapat mewariskan mutu sifat dari generasi ke generasi selanjutnya. Di masa yang akan datang, plasma nutfah ini memiliki peranan yang penting dalam pembangunan dikarenakan kebutuhan dunia dari bahan-bahan hayati untuk obat, varietas baru tanaman pertanian dan ternak maupun proses industri dan pengolahan akan semakin meningkat. Tinggi dan beragamanya plasma nuftah di laut hanya dapat dipertahankan melalui upaya perlindungan dan pelestarian, maka peran kawasan konservasi menjadi benteng area perlindungan dan pelestarian, serta pengembangbiakan plasma nuftah secara alami di alam. 8 IV. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang didapat yaitu: 1. Sumber daya air semakin terbatas, ketersediaan air di Indonesia terutama di Pulau Jawa dan Bali semakin kritis, terbatas dan rentan, pengamanan, perlindungan, pelestarian dan peningkatan efisiensi yang memadai (baik terhadap fisik, teknis, peraturan perundang-undangan maupun pengelolaan) belum efektif dan optimal. 2. Terjadinya kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan air di suatu wilayah atau daerah tertentu akibat ketersediaan air yang tidak merata dan sebaran pengguna yang tidak seimbang secara geografis maupun volumetrik. 3. Plasma nutfah memiliki peranan yang penting dalam pembangunan dikarenakan kebutuhan dunia dari bahan-bahan hayati untuk obat, varietas baru tanaman pertanian dan ternak maupun proses industri dan pengolahan akan semakin meningkat. 4. Peran kawasan konservasi yaitu menjadi benteng area perlindungan dan pelestarian, serta pengembangbiakan plasma nuftah secara alami di alam. DAFTAR PUSTAKA Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang. 2016. Konservasi Perairan Dan Keanekaragaman Hayati Laut. Ditjen Pengelolaan Ruang Laut. Kupang. Borja, A., Elliott, M., Andersen, J.H., Cardoso, A.C., Carstensen, J., Ferreira, J.G., Heiskanen, A.,Marques, J.C., Neto, J.M., Teixeira, H., Uusitalo, L., Uyarra, M.C. & Zampoukas, N. 2013. Good environmental status of marine ecosystems: what is it and how do we knowwhen we have attained it? Mar. Pollut. Bull. 76:16–27. Borja, A., Galparsoro, I., Irigoien, X., Iriondo, A., Menchaca, I., Muxika, I., Pascual, M.,Quincoces, I., Revilla, M., Germán Rodríguez, J., Santurtún, M., Solaun, O., Uriarte, A.,Valencia, V. & Zorita, I. 2011. Implementation of the European Marine Strategy Framework Directive: a methodological approach for the assessment of environmental status, from the Basque Country (Bay of Biscay). Mar. Pollut. Bull. 62:889–904. Ditjen Sumber Daya Alam Kementerian PU. 2003. Sumber Daya Air. PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Jakarta. HELCOM, 2010. Ecosystem Health of the Baltic Sea 2003-2007: HELCOM Initial Holistic Assessment. In: Baltic Sea Environment Proceedings, No. 122: 63. Purwanto, I.M.Y.J dan Susanto A. 2015. Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan. Rizzi, J., Torresan, S., Critto, A., Zabeo, A., Brigolin, D., Carniel, S., Pastres R. & Marcomini, A. 2016. Climate change impacts on marine water quality: The case study of the Northern Adriatic sea. Mar. Pollut. Bull, 102:271 – 282. Suryono, C.A. dan Rochaddi, B. 2017. Kualitas perairan di daerah fishing ground nelayan kerang di pesisir timur Kota Semarang. J. Kelautan Tropis. 20(1):42– 47. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4377).