LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN: Karakterisasi dan Remediasi Lahan Pertanian Pasca Erupsi Gunung Sinabung Tanah Karo Tim Pengusul Ir.Bangun Tampubolon, MS Ir. Parlindungan Lumbanraja, MSi Prof. Dr.Ir. Ferisman Tindaon, MS NIDN: 0108106001 NIDN: 0116086301 NIDN: 0121036202 (Ketua) (Anggota) (Anggota) UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN APRIL 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia mempunyai jalur gunung api serta rawan erupsi (eruption) di sepanjang ring of fire mulai Sumatera – Jawa – Bali – Nusa Tenggara – Sulawesi – Banda- Maluku-Papua . Jalur gunungapi tersebut merupakan sumber terjadinya gempa dan letusan, sehingga secara fisik gunungapi sebagai pemicu terjadinya bencana gempa volkanik, lahar panas, awan panas, longsor, dan tsunami jika berasal dari gunungapi laut. Indonesia dilalui oleh dua lempeng yang menunjukkan bahwa daerah di Indonesia rentan terhadap gempa bumi dan letusan gunung api akibat dari pergeseran kedua lempeng tersebut. Di Indonesia terdapat sekitar 127 gunung api yang tersebar di berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke. Gunung api tersebut beberapa diantaranya gunung Sinabung di Tanah Karo Sumatera Utara, Gunung Kelud di Jawa Timur, Gunung Marapi di Sumatra Barat, Gunung Merapi di Yoyakarta, Semeru di Jawa Timur dan anak Krakatau dan Galungung di Jawa Barat. Pada saat sekarang masing terjadi erupsi gunung Sinabung, meskipun aktivitasnya sudah mulai menurun, yang telah meletus sejak September 2013 dan ternyata status hingga tanggal 15 Februari 2014 yang lalu. Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, terletak pada koordinat puncak 03o 10‟ LU dan 98o 23‟ BT dengan puncak tertinggi gunung ini adalah 2.460 meter dari permukaan laut yang menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. (Global Volcanism Program, 2008). Letusan Gunung Sinabung menyemburkan debu vulkanis setinggi 3 kilometer dan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini. Tanggal 7 September 2013, Gunung Sinabung kembali metelus dan hingga 15 Februari 2014 masih dinyatakan status awas. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara. Pasca letusan gunung Sinabung saat terdapat material hasil letusan yang sangat besar dan mengandung banyak jenis unsur hara sehingga berpotensi untuk digunakan pada tanah sebagai ameliran dan sumber multi-hara tanaman. 2 Abu vulkanik atau pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga ribuan kilometer. Material erupsi gunung ini mempunyai ukuran bervariasi dari batuan, kerikil, pasir sampai debu halus. Material letusan tersebut antara lain adalah Abu vulkanik, lava, gas beracun, hingga batuan beku yang terlempar ke atmosfer Jika tidak ada letusan gunung api maka tanah secara alami bekembang menjadi tua, akibatnya produktivitas dan daya dukungnya juga terus menurun dengan berjalannya waktu. Aliran lava dan lahar halus asal letusan saat ini merupakan sumberdaya alam luar biasa dan strategis, tetapi peluang dan kesempatan pemanfaatannya hanya bersifat lokal secara alami. Letusan gunung api akan membawa perubahan mendasar yang menguntungkan pada sumberdaya tanah yang terjangkau oleh material letusan karena terjadi ”peremajaan (rejuvenation) dan pengayaan (enrichment) tanah secara alami. Karakteristik lahan dapat diukur atau dianalisis tanpa memerlukan usaha-usaha yang sangat besar. Karakteristik lahan sangat diperlukan dalam suatu evaluasi lahan, yaitu proses pendugaan potensi lahan untuk berbagai alternatif penggunaannya. Kegiatan evaluasi lahan antara lain meliputi kegiatan survei bentang alam, survei tanah, tipe dan distribusi vegetasi, serta pengamatan iklim. Dalam prakteknya, data ini sering dikumpulkan bersamaan dengan pelaksanaan survei tanah. Hasil kajian terhadap karakteristik lahan dapat digunakan untuk berbagai kegunaan, diantaranya adalah untuk memberikan arahan pengelolaan kawasan hutan dan evaluasi kondisi daerah aliran sungai. Ada beberapa aspek karakteristik lahan yang akan digunakan untuk menilai kualitas suatu lahan, antara lain iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), tanah (tekstur, kedalaman efektif, drainase), retensi hara (KTK, KB, pH), ketersediaan hara (N total, P tersedia, K dapat ditukar), serta persyaratan pengolahan dan konservasi. 1.2. Perumusan Masalah Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo pada bulan September 2013 hingga Februari 2014 lalu, masih banyak menyisakan lahan pertanian yang tertutup oleh deposit material vulkanik, bahkan ada yang kedalamannya lebih dari 50 cm. Aktivitas pencarian nafkah mayoritas korban bencana pun masih sulit karena kondisi fisik dan kimiawi lahan yang masih sulit 3 dibudidayakan. Rehabilitasi lahan perlu untuk terus diupayakan oleh berbagai pihak guna kembali menghidupkan aktivitas perekonomian petani. Namun perlu diteliti lebih lanjut apakah deposit material vulkanik tersebut saja dapat memberikan produksi yang optimal untuk komoditas tertentu, atau memerlukan pengayaan/ amelioran bahan organik agar memiliki mampu mendukung produksi yang optimal. Perlu dipelajari lebih lanjut pengaruh penambahan bahan organik dan mulsa yang relatif minim pada pertumbuhan komoditas pertanian yang bernilai ekonomis tinggi terhadap tanah endapan deposit vulkanik, agar diketahui upaya yang tepat untuk rehabilitasi lahan lereng Gunung Sinabung Tanah Karo Sumatera Utara. Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Apakah penambahan abu volkanik memberi pengaruh terhadap perubahan sifat fisik, kimia dan biologi, tanah dan air lokasi eruspi gunung Sinabung 2. Apakah rehabilitasi sifat fisika dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah pasca erupsi gunung Sinabung. 3. Apakah perbaikan sifat kimia dan bilogi tanah dapt berpengaruh terhadap perbaikan kesuburan tanah. 4 BAB. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gunung Sinabung Tanah Karo Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 03o 10‟ LU dan 98o 23‟ BT dengan puncak tertinggi gunung ini adalah 2.460 meter dari permukaan laut yang menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Aktivitas Gunung Sinabung terjadi pada tanggal 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Kemudian, tanggal 17 September 2013, gunung Sinabung mengeluarkan lava. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Letusan Gunung Sinabung menyemburkan debu vulkanis setinggi 3-5 kilometer dan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga lebih dari 100 kilometer di sekitar gunung ini. Hasil dari erupsi Gunung Sinabung tersebut mengeluarkan kabut asap yang tebal berwarna hitam disertai hujan pasir ,dan debu vukanik yang menutupi ribuan hektar tanaman para petani yang berjarak dibawah radius enam kilometer tertutup debu tersebut. Debu vulkanik mengakibatkan tanaman petani yang berada di lereng gunung banyak yang mati dan rusak. Tanah-tanah yang berada disekitar kawasan Gunung Sinabung sebelum meletus akhir-akhir ini memiliki kesuburan yang lebih tinggi sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya dapat tumbuh subur. Hal ini disebabkan oleh materialmaterial yang dikeluarkan dari gunung tersebut pada letusan sebelumnya mengandung hara yang baik bagi tanah setelah melapuk. Debu dan pasir vulkanik yang disemburkan ke langit mulai dari berukuran besar sampai berukuran yang lebih halus. Debu dan pasir vulkanik ini merupakan salah satu batuan induk tanah yang nantinya akan melapuk menjadi bahan induk tanah dan selanjutnya akan mempengaruhi sifat dan ciri tanah yang terbentuk. 2.2. Abu Vulkan dan Kesuburan Tanah Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin. Debu yang didominasi oleh pasir dan debu halus yang merupakan material padat. Bahan letusan gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, klastik = bongkahan). Bahan padatan ini berdasarkan diameter partikelnya terbagi atas debu vulkan (< 0.26 mm) yang berupa bahan lepas dan halus, pasir (0.255 4 mm) yang lepas dan tumpul, lapilli atau „little stone‟ (4-32 cm) yang berbentuk bulat hingga persegi dan bom (> 32 mm) yang bertekstur kasar. Adanya debu dan pasir vulkanik, yang masih segar ini, akan melapisi permukaan tanah sehingga tanah mengalami proses peremajaan (rejuvinate soils). Debu yang menutupi lapisan atas tanah lambat laun akan melapuk dan dimulai proses pembentukan (genesis) tanah yang baru. Debu vulkanik yang terdeposisi di atas permukaan tanah mengalami pelapukan kimiawi dengan bantuan air dan asam-asam organik yang terdapat di dalam tanah. Akan tetapi, proses pelapukan ini memakan waktu yang sangat lama yang dapat mencapai ribuan bahkan jutaan tahun bila terjadi secara alami di alam. Hasil pelapukan lanjut dari debu vulkanik mengakibatkan terjadinya penambahan kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50% dari keadaan sebelumnya. Dalam jangka pendek, abu vulkanik memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan hidup. Namun dalam jangka panjang, abu vulkanik memiliki manfaat untuk kehidupan manusia khususnya di bidang pertanian. Abu vulkanik memiliki dampak yang buruk dalam jangka pendek karena di awal keluarnya dari kepundan gunung berapi, material ini memiliki sifat kimiawi yang akan menurunkan kesuburan tanah. Abu vulkanik memiliki kadar keasaman (pH) sekitar 4 – 4,3. Dengan kadar keasamannya, tanah yang terkena abu vulkanik akan memiliki kadar keasaman (Ph) tanah sebesar 5 – 5,5. Padahal normalnya suatu tanah dikatakan subur jika memiliki tingkat keasaman (pH) seberar 6 – 7. Turunnya keasaman tanah (pH) ini akan turut menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sehingga tanah yang terkena abu vulkanik, akan mengalami penurunan produktivitas lahan, jika dimanfaatkan untuk bidang pertanian. Di samping itu, dalam jangka pendek abu vulkanik dapat mengusir hama serangga atau gulma yang biasa menjadi musuh petani. Hal ini dikarenakan, makhluk hidup tersebut tidak dapat hidup dalam suasana terlalu asam, sehingga populasi makhluk tersebut akan menurun. Dalam jangka panjang, abu vulkanik juga akan memberikan dampak yang sangat positif bagi peningkatan produktivitas tanah. Saat kadar keasaman dari abu vulkanik telah dapat dinormalisasi melalui proses alamiah ataupun dengan bantuan manusia menggunakan dolomit sebagai penetral, maka kandungan mineral yang tersimpan dalam abu vulkanik akan menjadi pupuk alamiah yang sangat baik untuk perkembangan tanaman pertanian. Terdapat empat buah mineral utama yang terkandung di dalam abu vulkanik, diantaranya : Besi (Fe), Aluminium (Al), Magnesium (Mg), Silika (Si). Keempat mineral tersebut adalah zat hara yang dapat membantu menyuburkan tanaman. Kandungan unsur 6 Fe, Al, Mg dan Si yang terdeteksi pada abu vulkanik merupakan beberapa unsur logam yang ikut mempengaruhi kondisi kesuburan tanah di sekitar gunug berapi. Selama kadar masing-masing unsur yang ada pada abu vulkanik masih berada dalam batas aman, maka abu vulkanik tidak bersifat racun bagi tanaman. 2.3. Sifat bahan letusan abu gunung api Tindakan yang segera dilakukan pasca letusan adalah pemulihan status lahan tertutup debu volkan menjadi lahan produktif. Mengenali sifat-sifat material bahan tutupan adalah kerangka dasar membingkai percepatan pemulihan lahan. Sifat abu letusan mencakup ketebalan tutupan, ukuran partikel debu, kandungan berbagai mineral dan unsur kimianya. Bongkah batuan memerlukan waktu pelapukan ratusan sampai jutaan tahun sedangkan partikel pasir halus sampai debu halus akan melapuk lebih cepat pada kondisi temperatur dan curah hujan tinggi. Material berukuran debu, dengan komposisi mineralnya terdiri dari bahan mudah lapuk seperti gelas volkan, kelompok feldspar dan ferromagesian adalah mineral yang mengandung banyak dan berbagai jenis cadangan hara (reserved nutrient). Dibawah kondisi suhu dan curah hujan tinggi jika diintervensi menggunakan teknologi sederhana, pelapukan mineral pembawa cadangan hara tersebut dapat dipercepat. Teknologi sederhana percepatan pelarutan abu letusan gunung api dapat dilakukan dengan mencampur debu letusan dengan bahan organik. Bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik mampu untuk melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari debu letusan. Disamping itu bahan organik juga mampu menjaga kondisi kelembaban agar pelapukan fisik, kimia dan biologi berlangsung secara simultan untuk mempercepat pelepasan hara tanaman dari mineral pembawa cadangan hara. Pelepasan unsur hara makro baik yang melekat pada permukaan debu melalui kondensasi maupun sebagai bagian struktur mineral mudah lapuk (easily weatherable minerals) adalah Si, Ca, Mg, K, P dan S. Disamping itu juga terdapat unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu. Semua unsur tersebut dibutuhkan tanaman sehingga kehadiran abu volkan akan meningkatkan kandungan dan cadangan nutrisi tanah untuk meningkatkan produktivitas tanah. Sumber bahan organik dapat dari kompos, blotong (hasil samping pabrik tebu) dan tandan sawit kosong merupakan pilihan yang tersedia. Dalam kondisi tanpa asam organik pelapukan fisik akan dominan diikuti kimia secara terbatas sehingga waktu melapuk lebih lama. Menurut Kusnadi (2008), tanah volkanik adalah tanah subur yang mengandung zat hara 7 yang tinggi. Jenis tanah volkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi. Tanah volkanik dibentuk dengan tambahan abu volkanik dari gunung berapi yang meletus. Abu volkanik ini merupakan hasil dari peleburan dan pembakaran bahan-bahan mineral. Lapisan tanah yang dilapisi abu tersebut kemudian menjadi sangat kaya mineral dan bisa menumbuhkan aneka tanaman dengan baik tanpa memerlukan tambahan pupuk. Namun, jika tanah volkanik diberi tambahan pupuk organik atau kotoran hewan, maka kesuburan tanah akan akan semakin meningkat. Tingginya kandungan pasir pada lahan-lahan yang terdampak erupsi gunung menyebabkan kurang baiknya lahan tersebut bagi pertanian. Banyaknya hara yang disumbangkan oleh abu letusan tergantung dari tebalnya tutupan dan kandungan hara mineralnya. Secara umum sifat kimia abu letusan dapat dibedakan berdasarkan kandungan silika (SiO2%) yaitu abu bersifat basis (45-55%), intermedier (55-62%) dan masam (>62%). Makin masam abu letusan makin sedikit cadangan unsur hara yang dilepaskan (Badan Litbang Pertanian. 2010). Dari berbagai data analisa total kandungan unsur dalam abu volkan, umumnya abu letusan di Indonesia termasuk bersifat intermedier dan peralihan dari basis ke intermedier. Dengan sifat tersebut maka cadangan kandungan hara dalam mineral abu letusan masih termasuk tinggi. Abu letusan tersebut bersifat intermedier, yaitu kandungan silika 56%. Berdasarkan analisa total tiap unsur maka setiap satu cm ketebalan tutupan abu mempunyai potensi cadangan unsur makro kalsium 7.3 ton/ha atau setara 18 ton kapur. Kandungan cadangan unsur kalium sebesar 2.4 ton/ha atau setara 4.7 ton pupuk KCl, sedangkan unsur fosfor sebesar 240 kg/ha atau setara 1.5 ton pupuk SP-36. Sumbangan unsur sulfur 120 kg/ha atau setara 0.4 ton kiserit (Badan Litbang Pertanian. 2010). Karakteristik debu vulkanik yang terdapat pada Gunung Merapi memiliki kandungan P dalam abu volkan berkisar antara rendah sampai tinggi (8-232 ppm P2O5). KTK (1,77-7,10 me/100g) dan kandungan Mg (0,13-2,40 me/100g), yang tergolong rendah, namun kadar Ca cukup tinggi (2,13- 15,47 me/100g). Sulfur (2- 160 ppm), kandungan logam berat Fe (13-57 ppm), Mn (1.5-6,8 ppm), Pb (0,1-0,5 ppm) dan Cd cukup rendah (0,01-0,03 ppm). (Sudaryo dan Sucipto, 2009). 2.4. Pengelolaan material erupsi volkan Secara lokal tutupan abu volkan pada tanah dengan ketebalan kurang dari 20 cm dapat dicampur tanah asli pada saat pengolahan tanah. Pencampuran endapan abu dengan tanah akan memberikan pengayaan pada tanah tertimbun melaui peningkatan pH tanah dan pelarutan hara dari mineral 8 abu letusan ke dalam tanah. Pengolahan lahan dengan mencampur tanah asli dengan bahan debu erupsi adalah resep mujarab untuk meremajakan (rejuvenation) tanah atau dengan kata lain pemulihan status kesuburan tanah. Sebagai contoh bahwa abu Gunung Merapi umumnya bertekstur agak kasar sehingga dampak kerusakan terhadap tanaman cukup besar (Suriadikarta dkk, 2010). Data hasil analisis fisika tanah yang dilakukan oleh Idjuddin dkk (2010) menunjukkan bahwa berat volume tanah (bulk density) tertinggi, yaitu sekitar 1,37 – 1,41 g/cc, dimana hasil pengamatan total menunjukkan bahwa berat volkume tanah adalah 1,02 – 1,37 g/cc. Pori aerasi tertinggi pada rata-rata kedalaman 0-20 cm yaitu sekitar 20%, dimana sebaran pori aerasi di seluruh wilayah pengamatan dengan rata-rata kedalaman adalah sekitar 13-17%. Air tersedia tertinggi yaitu sekitar 20,5% sampai dengan kedalaman 20 cm. Sifat fisik abu volkan G. Merapi yang khas adalah apabila jatuh ke permukaan tanah akan cepat mengeras karena adanya proses sementasi Si, Ca dan Mg yang menyebabkan BD tanah cukup tinggi dan relative sulit ditembus air. 2.5. Roadmap Penelitian 9 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tahap pendahuluan (multi years) dengan tujuan untuk mengetahui apakah tanah dan material vulkanik pasca erupsi Gunung Sinabung bulan September 2013 mampu menjadi media tumbuh tanaman yang baik dengan penerapan berbagai teknologi pemulihan seperti penambahan bahan organik dan mulsa atau pemulihan dengan perlakukan kimia (pemupukan) dan biologis. Melalui penelitian ini diharapkan potensi lahan-lahan yang tertutup oleh deposit material vulkanik yang relative tinggi, lebih dari 20 cm, untuk budidaya tanaman dapat segera dilkan pemulihan lahan. 1.4. Manfaat Penelitian Data-data dan analisis kesuburan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penilaian aspek kesuburan tanah di lokasi penelitian maupun referensi terhadap nilai kesuburan abu vulkan. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam pengelolaan lahan kritis bekas erupsi Gunung Sinabung, Tanah Karo khususnya dalam upaya rehabilitasi daerah tersebut. Hasil penelitian ini dapat dijadikan saran dan acuan untuk Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, khususnya Dinas Pertanian di Kabupaten Tanah Karo untuk menata kembali tata guna lahan dan pemulihan lahan masyarakat petani di sekitar Gunung Sinabung. 10 BAB 4. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2015. Penelitian dilakukan dengan metode survey pengambilan contoh abu dan tanah serta contoh air di lokasi penelitian yang secara administratif terletak di desa-desa dan kecamatan lokasi gunung Sinabung di kabupaten Tanah Karo Sumatera Utara. .Pengambilan contoh abu dan tanah, serta air dilakukan berdasarkan toposequen dari lahan pertanian, dengan jarak terjauh 20 km dan terdekat 3 km dari puncak Gunung Sinabung Tanah Karo. Penelitian Tahun Pertama (2015-2016): Pada penelitian Tahun Pertama ini dilakukan identifikasi kondisi fisik lahan, diantaranya kondisi iklim, fisiografi daerah setempat, geologi, tanah, hidrologi dan vegetasi. Adapun cara mengumpulan dan analisis data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Iklim : Penelitian Tahun pertama Teknologi Pemulihan Lahan Pertanian Pasca Erupsi Gunung Sinabung Tanah Karo dan penelitian tahun kedua dan ketiga dapat diringkaskan dalam roadmap penelitian seperti pada Gambar 1. Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2015. Penelitian dilakukan dengan metode survey pengambilan contoh abu dan tanah serta contoh air di lokasi penelitian yang secara administratif terletak di desa-desa dan kecamatan lokasi gunung Sinabung di kabupaten Tanah Karo Sumatera Utara. .Pengambilan contoh abu dan tanah, serta air dilakukan berdasarkan toposequen dari lahan pertanian, dengan jarak terjauh 20 km dan terdekat 3 km dari puncak Gunung Sinabung Tanah Karo. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain adalah peta-peta tematik (tanah, geologi), data iklim dan contoh tanah. Alat-alat yang digunakan antara lain adalah plastik untuk contoh tanah, spidol, ring sample, double ring infiltrometer, thermometer, hygrometer, soil tester, clinometer, GPS, pisau lapangan, meteran, mistar plastik serta alat tulis. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metoda sampling (sampling method) yaitu 11 Stratified Random Sampling (sampel acak berstrata). Sampel tanah yang diambil berdasarkan lokasi sebaran debu vulkanis yang berada di sekitar letusan gunung Sinabung. Contoh tanah yang diambil adalah contoh tanah komposit. Contoh tanah komposit diambil pada tiga lapisan yaitu pada kedalaman 0 – 20 cm, 20 – 40 cm, dan 40 – 60 cm. Dimana pada satu satuan peta diambil contoh tanah pada beberapa tempat yang berbeda tapi masih termasuk ke dalam satu satuan peta lalu dicampurkan menjadi satu dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi kondisi fisik lahan, diantaranya kondisi iklim, fisiografi daerah setempat, geologi, tanah, hidrologi dan vegetasi. Penelitian Tahun Pertama (2015-2016): Pada penelitian Tahun Pertama ini dilakukan identifikasi kondisi fisik lahan, diantaranya kondisi iklim, fisiografi daerah setempat, geologi, tanah, hidrologi dan vegetasi. Adapun cara mengumpulan dan analisis data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Iklim : Faktor iklim yang menjadi parameter karakteristik lahan di Gunung Sinabung adalah curah hujan, tipe iklim, suhu dan kelembaban udara. Data curah hujan adalah data hujan bulanan Stasiun Tanah Karo atau data iklim yang diperoleh dari Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Medan. Data ini menggambarkan besarnya curah hujan bulanan dan kecenderungan hujan di Gunung Sinabung 3.4. Diagram Alir Penelitian 12 . Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Karakterisasi dan Remediasi Lahan Pertanian Pasca Erupsi Gunung Sinabung Tanah Karo akan diteliti pada Penelitian Tahun ke I, dan ke II. Penelitian Tahun Kedua (2016-2017) Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November dan Desember 2010. Penelitian dilakukan dengan metode survey pengambilan contoh abu dan tanah serta contoh air. Pengambilan contoh abu dan tanah, serta air dilakukan berdasarkan toposequen dari lahan pertanian, dengan jarak terjauh 20 km dan terdekat 3 km dari puncak Gunung Sinabung. Abu pada lahan pertanian diukur ketebalannya kemudian diambil contohnya secara komposit, dan contoh tanah komposit diambil dibawah lapisan abu serta tanah campuran antara abu vulkanik dan tanah. Pengambilan contoh air dilakukan terhadap air sungai, sawah, dan sumur petani. Contoh tanah, abu, dan air 13 dianalisis pada laboratorium tanah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjen Katamso Medan. Sifat-sifat tanah dan abu yang dianalisis adalah: pH, P tersedia, basa-basa, S, unsur mikro dan logam berat. Sedangkan untuk air yang dianalisis adalah pH, kation dan anion. Contoh tanah untuk analisis fisika tanah diambil dengan menggunakan ring sampel dengan 2 kedalaman yaitu 0-10 dan 10-20 cm. Contoh dianalisis: BD, ruang pori total, pori aerasi, air tersedia dan permeabilitas. Selain itu juga dilakukan pengamatan biologi tanah Gambar 3. Diagram Sirip Ikan Faktor-Faktor dalam Karakterisasi dan Remediasi Lahan Pertanian Pasca Erupsi Gunung Sinabung Tanah Karo akan diteliti pada Penelitian Tahun ke I, dan Tahun ke II. Tahapan dan pelaksanaan penelitian ini secara garis besarnya dilakukan dalam 2 tahap utama, yaitu : 1. Penelitian identifikasi dan karakteristik lahan bekas letusan gunung ini agar dapat disusun suatu strategi pemulihan/ rehabilitasi lahan. Karakteristik lahan yang dikaji antara lain meliputi iklim, fisiologi dan geologi, tanah, hidrologi, serta vegetasi dan penutupan lahan. 2. Penelitian tahun kedua merupakan penelitian tahap lanjutan dengan tujuan untuk 14 mengetahui apakah tanah dan material vulkanik pasca erupsi agar mampu menjadi media tumbuh tanaman yang baik dengan teknologi perbaikan sifat fisik tanah (penambahan bahan organik). Penelitian ini difokuskan kepada pemulihan dan peningkatan produktivitas lahan volkanik yang dapat dilakukan dengan cara teknik konservasi vegetative dengan disain penelitian beberapa perlakuan: jenis tanaman dan pemupukan. 3.5. Parameter Penelitian Abu pada lahan pertanian diukur ketebalannya kemudian diambil contohnya secara komposit, dan contoh tanah komposit diambil dibawah lapisan abu serta tanah campuran antara abu vulkanik dan tanah. Pengambilan contoh air dilakukan terhadap air sungai, sawah, dan sumur petani. Contoh tanah, abu, dan air dianalisis pada laboratorium tanah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jalan Brigjen Katamso Medan . Paramater tanah yang akan dianalisis yaitu: pH, P tersedia, basa-basa, S, unsur mikro dan logam berat. Sedangkan untuk air yang dianalisis adalah pH, kation dan anion. Contoh tanah untuk analisis fisika tanah diambil dengan menggunakan ring sampel dengan 2 kedalaman yaitu 0-10 dan 10-20 cm. Contoh dianalisis: BD, ruang pori total, pori aerasi, air tersedia dan permeabilitas. 3.6. Pelaksanaan Penelitian Penelitian diawali dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat daerah yang memiliki abu vulkanik yang cukup tebal untuk dijadikan sampel. Setelah survei dilakukan, dilanjutkan dengan pelaksanaan pengambilan contoh atau sampel tanah komposit dengan kedalaman 0-15 cm dan 15-30 cm, sekaligus pengambilan sampel abu vulkanik pada titik yang sama dimana sampel tanah komposit diambil. 3.7. Pengambilan Sampel Tanah, Abu Vulkan dan Air Sampel tanah yang akan diambil ± 2 kg, untuk setiap contoh tanah, lalu dimasukkan kedalam pelastik yang telah diberi label sebagai penanda sampel tanah sesuai dengan lokasi dari sampel tanah yang diambil, agar kemudian dianalisis di laboratorium. Sampel tanah yang diambil berasal dari Kecamatan Namanteran yaitu Desa Naman dan Desa Sukanalu, Kecamatan Simpang Empat yaitu Desa Seibintun dan Desa Berastepu, Kecamatan Payung yaitu dari Desa Gurukinyan dan 15 Desa Selandi. Kemudian untuk sampel abu vulkanik juga dilakukan hal yang sama, yaitu dengan terlebih dahulu menetapkan titik koordinatnya dengan menggunakan GPS, dan lalu mengambil sampel dan lalu memasukkannya kedalam plastik yang telah diberi label. Data tanah yang diperlukan adalah sifat fisik dan kimia tanah. Data diperoleh dari pengambilan contoh tanah di lapangan yaitu dari Kecamatan Namanteran yaitu Desa Naman dan Desa Sukanalu, Kecamatan Simpang Empat yaitu Desa Seibintun dan Desa Berastepu, Kecamatan Payung yaitu dari Desa Gurukinyan dan Desa Selandi yang kemudian dianalisis di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Jl. Brigjen Katamso No. 51, Sumatera Utara. 16 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI 4.1. Lokasi Penelitian Gunung Sinabung terletak di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Ketinggian Gunung Sinabung 2.460 meter dan menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara dengan koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 3o10” LU, 98o23” BT. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian dan Sebaran Abu Vulkan Gunung Sinabung Tanah Karo, Sumatra Utara (Sumber: Peristiwa erupsi Gunung Sinabung, pertama berlangsung pada tahun 2010 dan yang ke dua ini telah berlangsung sekitar 21 (sejak September 2013), menyisakan masalah krusial dengan tetap berada di pengungsiannya warga/masyarakat Kabupaten Karo yang semula menempati wilayah 17 pada zona merah (radius 3-5 km dari puncak Gunung Sinabung) yaitu warga yang berasal dari beberapa Desa/Dusun di Kecamatan Payung, Tiganderket, Namanteran dan Kecamatan Simpang Empat. Erupsi dan semburan lahar serta awan panas yang belum menunjukkan tanda-tanda untuk berakhir hingga kini mendorong diperlukannya kawasan untuk relokasi penduduk ke daerah yang aman dari ancaman eruspi Gunung Sinabung itu. Daerah penelitian termasuk daerah Kecamatan Naman Teran (desa Naman dan desa Suka Nalu), Kecamatan Simpang Empat (desa Sibintun dan Desa Beras Tepu) dan Kecamatan Payung (Desa Guru Kinayan dan Selandi) Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. 18 Tabel 2. Matrik dampak erupsi G. Sinabung terhadap komoditas pertanian di Kecamatan Simpang Empat No. 2 Wilayah administrtatif yang tertutup debu/ lahar Kec. Simpang Empat Jenis tutupan material Tipis (< 2 cm) Luas Ha 2.953 Tingkat kerusakan Ringan- Jenis tanaman dominan terkena dampak Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Sedang (2-5 cm) 374 Sedang-berat Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Tebal (>5-10 cm) 225 Berat-Sangat berat Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Lahar 336 Tertimbun Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Saran /rekomendasi - Pencampuran abu dengan tanah menggunakan cangkul dekat tanaman untuk tanaman sayuran. - Pengolahan tanah normal dengan cangkul/traktor, pemberian bahan organik 10 ton/ha - Penyemprotan air untuk membersihkan debu, pemangkasan ranting kering untuk tanaman jeruk, kopi, kakao, cengkeh, alpokat - Pengolahan tanah dengan traktor, pemberian bahan organik 15-20 ton/ha, - Penyemprotan air untuk membersihkan debu, pemangkasan ranting tertisier untuk tanaman jeruk, kopi, kakao, cengkeh, alpokat - Penggantian tanaman dengan tanaman baru, - Pengolahan tanah dengan traktor, pemberian bahan organik 20 ton/ha untuk tanaman jeruk, kopi, kakao, cengkeh, alpokat Untuk areal konservasi, lahan perlu direhabilitasi dengan tanaman tahunan/hutan Jangka Waktu Kebutuhan hand traktor Pendek Pendek - Diperlukan 17 hand traktor dengan kapasitas 6-8 jam/ha - Diperlukan gunting pangkas sebanyak 6390 buah Panjang Panjang Tabel 3. Matrik dampak erupsi G. Sinabung terhadap komoditas pertanian di Kecamatan Naman Teran No. Wilayah administrtatif yang tertutup debu/ lahar Jenis tutupan material Luas Ha Tingkat kerusakan Jenis tanaman dominan terkena dampak Saran /rekomendasi Jangka Waktu Kebutuhan hand traktor 19 3 Kec. Naman Teran Tipis (< 2 cm) Sedang (2-5 cm) 2.286 2.615 Ringan Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan SedangBerat Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Tebal (>5-10 cm) 250 Sangat berat Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Lahar 316 Tertimbun Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan - Pencampuran abu dengan tanah menggunakan cangkul dekat tanaman untuk tanaman sayuran. - Pengolahan tanah normal dengan cangkul/traktor, pemberian bahan organik 10 ton/ha - Penyemprotan air untuk membersihkan debu, pemangkasan ranting kering tanaman jeruk, kopi, kakao, cengkeh, alpokat - Pengolahan tanah dengan traktor, pemberian bahan organik 15-20 ton/ha, - Penyemprotan air untuk membersihkan debu, pemangkasan ranting tertisier untuk tanaman jeruk, kopi, kakao, cengkeh, alpokat - Penggantian tanaman dengan tanaman baru, - Pengolahan tanah dengan traktor, pemberian bahan organik 20 ton/ha untuk tanaman jeruk, kopi, kakao, cengkeh, alpokat Untuk areal konservasi, lahan perlu direhabilitasi dengan tanaman tahunan/hutan Pendek Pendek - Diperlukan 55 hand traktor dengan kapasitas 6-8 jam/ha - Diperlukan gunting pangkas sebanyak 9270 buah Panjang Panjang Tabel 4. Matrik dampak erupsi G. Sinabung terhadap komoditas pertanian di Kecamatan Payung No. 4 Wilayah administrtatif yang tertutup debu/ lahar Kec. Payung Jenis tutupan material Tipis (< 2 cm) Luas Ha 1.199 Tingkat kerusakan Ringan Jenis tanaman dominan terkena dampak Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Saran /rekomendasi - Pencampuran abu dengan tanah menggunakan cangkul dekat tanaman untuk tanaman sayuran. - Pengolahan tanah normal dengan cangkul/traktor, pemberian bahan organik 10 ton/ha Jangka waktu Kebutuhan hand traktor Pendek 20 Sedang (2-5 cm) 414 Sedang- Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Tebal (>5-10 cm) 620 Berat Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Tertimbun Sayuran, buahbuahan, tan. pangan dan tan. tahunan Lahar 92 - Penyemprotan air untuk membersihkan debu, pemangkasan ranting kering untuk tanaman jeruk, kopi, kakao, cengkeh, alpokat - Pengolahan tanah dengan traktor, pemberian bahan organik 15 ton/ha, - Penyemprotan air untuk membersihkan debu, pemangkasan ranting tertisier untuk tanaman jeruk, kopi, kakao, cengkeh, alpokat - Penggantian tanaman sayuran - Pengolahan tanah dengan traktor, pemberian bahan organik 20 ton/ha - Penyemprotan air untuk membersihkan debu, pemangkasan batang utama yang patah untuk tanaman jeruk, kopi, kakao, cengkeh, alpokat Untuk areal konservasi, lahan perlu direhabilitasi dengan tanaman tahunan/hutan Pendek - Diperlukan 20 hand traktor dengan kapasitas 6-8 jam/ha - Diperlukan gunting pangkas sebanyak 4020 buah Panjang Panjang 21 Tabel 5. Hasil Analisa Kimia dan Tekstur Tanah Vulkan di Lokasi Penelitian No Paramet er Unit 1 2 3 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 pH H2O pH KCl C N C/N P Olsen K Ca Na Mg JKB KTK KB Al-dd H-dd P2O5 K2O Tekstur Pasir Debu Liat % % Ppm m.e./1 00g m.e./1 00g m.e./1 00g m.e./1 00g m.e./1 00g m.e./1 00g % m.e./1 00g m.e./1 00g % % % % % Nilai dan Lokasi Desa Penelitian Metoda Analisa Nam Suk Simalin Sibin Guru Sela Payu an a gkar tun Kina ndi ng Tera Nal yan n u 6,4 3,9 5,1 4,4 6,8 6,5 5,5 Potentiometric 5,7 3,7 4,2 3,9 6,3 5,7 4,9 Olumetric/KjelPote 1,92 1,83 1,62 1,85 0,72 2,50 1,37 ntiometric 0,23 0,22 0,23 0,22 0,09 0,30 0,13 Volumetric/Walkey 8 8 7 8 8 8 11 Volumetric/Kjedahl 233, 408, 20,28 39,95 50,32 26,4 83,6 28 06 0,38 0,52 0,50 4 3 Spectrophotometric 0,76 0,44 3,12 2,26 5,50 0,28 1,48 AAS/Ammonium 6,04 2,02 0,27 0,16 0,14 5,79 4,76 Acetate 1N 0,24 0,10 1,21 0,29 2,42 0,11 0,19 AAS/Ammonium 1,57 0,24 4,98 3,23 8,56 1,64 1,32 Acetate 1N 8,61 2,80 14,19 29,26 13,47 7,82 7,75 AAS/Ammonium 23,1 21,2 35,10 11,04 63,55 16,9 21,2 Acetate 1N 2 0 0,03 0,78 0,03 5 7 AAS/Ammonium 37,2 13,2 1,71 1,46 1,76 46,1 36,4 Acetate 1N 4 1 0,03 0,02 0,03 4 4 Ammonium acetate 0.03 1,27 0,18 0,56 0,19 0,03 0,03 1N 0,56 1,37 - 0,30 1,71 Volumetric/NaCl 0,09 0,13 42 74 68 0,02 0,07 10% 0,37 0,32 34 24 30 0,12 0,35 Ammonium acetate 24 2 2 1N 52 76 68 60 Volumetric/KCl 1 48 22 32 32 N 0 2 0 8 Volumetric/KCl 1 N Spectrophotometric /HCl 25% AAS/HCl 25% Hydrometric 22 Tabel 6. Komposisi Total Kimia dan Tekstur Abu Vulkanik Gunung Sinabung No. Parameter Satuan Metode Nilai dan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO K2O MnO Na2O P2O5 SO4 Moisture Tekstur Pasir Debu Liat H2O (1;2,5) pH KCl 1 N (1:2,5) % % % % % % % % % % %% % % Leached 85,41 7,95 0,21 0,25 0,40 0,33 0,02 0,31 0,16 4,66 17,33 66 32 2 Unleached (Fresh) 84,03 6,30 0,18 0,20 0,35 0,22 0,01 0,29 0,05 6,67 1,56 70 26 4 Gravimetric spectrophotometric AAS AAS AAS AAS AAS AAS spectrophotometric AAS Oven Hydrometric Tabel 8. Komposisi Total Kimia dan Tekstur Lumpur Lapindo Sidoarjo No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 #) Parameter SiO2 #) Al2O3 Fe2O3 CaO MgO K2O MnO Na2O P2O5 SO4 Moisture Tekstur Pasir Debu Liat H2O (1;2,5) pH KCl 1 N (1:2,5) Satuan % % % % % % % % % % %% % % Nilai dan Sampel 62,80 10,34 1,32 1,01 4,52 2,36 0,05 2,60 0,53 0,51 35,86 38 30 32 Metode Gravimetric spectrophotometric AAS AAS AAS AAS AAS AAS spectrophotometric AAS Oven Hydrometric . atas dasar berat kering 23 Tabel 9. Kandungan Kimia Air Sunga Sekitar Gunung Sinabung No Parameter Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l pH Ca Mg Cl SO4 N-NH4 NO2 NO3 Na PO4 Nilai menurut Lokasi Naman Suka Sibintun Nalu 7,54 7,78 7.72 5,25 1,76 3.76 1,11 1,28 1,60 35,87 8,15 9,49 1,57 1,02 1,02 0,77 0,85 1,62 Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd 0,30 0,29 0,29 0,16 0,13 0,13 Guru Kinayan 7,66 2,63 2,62 13,62 11,71 1,54 Ttd Ttd 0,33 0,19 Metoda SNI 06.6989.11.2004 AAS AAS Tritimeteric AAS Tritimetric Tritimetric Tritimetric AAS Spectrophotometric 24 Tabel 10. Hasil Analisa Kimia Tersedia dan Tekstur Abu Vulkan di Lokasi Penelitian No Parameter Unit 1 2 3 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 % % m.e./100g m.e./100g m.e./100g m.e./100g m.e./100g m.e./100g % m.e./100g ppm % % % ppm ppm µS pH H2O pH KCl C N C/N K Ca Na Mg JKB KTK KB Al-dd S P2O5 K2O Al Mn Fe DHL Tekstur Pasir Debu Liat % % % Nilai dan Sampel Penelitian AB AB 2AB-31-NT SN GK 4,8 3,6 4,5 3,5 0,14 0,62 0,01 0,07 14 9 0,42 0,05 3,12 7,64 0,56 0,27 0,36 0,15 4,46 8,11 3,20 13,30 139,38 60,98 0,03 2,19 130,20 222.97 0,05 0,01 0,33 1,50 0,83 0,50 67,80 56,38 2500,65 3887,02 715,40 2563,00 66 34 0 42 56 2 Metoda Analisa Potentiometric Olumetric/KjelPotentiometric Volumetric/Walkey Volumetric/Kjedahl Spectrophotometric AAS/Ammonium Acetate 1N AAS/Ammonium Acetate 1N AAS/Ammonium Acetate 1N AAS/Ammonium Acetate 1N Ammonium acetate 1N Volumetric/NaCl 10% Ammonium acetate 1N Volumetric/KCl 1 N Volumetric/KCl 1 N Spectrophotometric/HCl 25% AAS/HCl 25% AAS/HNO3+HClO4 AAS/HNO3+HClO4 Potentiometric Hydrometric 25 Table 11. Elemental composition (expressed as oxides, in %) of Mt Sinabung volcanic ash No. Parameter Satuan Nilai dan Sampel Metode Leached Unleached (Fresh) 1 SiO2 % 85,41 84,03 Gravimetric 2 Al2O3 % 7,95 6,30 spectrophotometric 3 Fe2O3 % 0,21 0,18 AAS 4 CaO % 0,25 0,20 AAS 5 MgO % 0,40 0,35 AAS 6 K2O % 0,33 0,22 AAS 7 MnO % 0,02 0,01 AAS 8 Na2O % 0,31 0,29 AAS 9 P2O5 % 0,16 0,05 spectrophotometric 10 SO4 % 4,66 6,67 Gravimetric 11 Moisture 17,33 1,56 Oven 12 Tekstur % Pasir % 66 70 Hydrometric Debu % 32 26 Liat 2 4 26 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 1. Saat ini data-data abu vulkan, tanah-tanah vulkan, air yang berasal dari hasil analisa sedang di analisis secara statistik dan akan dilengkapi dengan data-data sekunder. Beberapa data hasil analisis laboratorium sedang akan dihasilkan. Kompilasi data kemudian akan melengkapi hasil dan pembahasan yang akan dilengkapi pada Bab Hasil dan Pembahasan pada laporan akhir penelitian ini. 2. Hasil Penelitian ini juga telah didaftarkan dan diterima untuk dipresentasikan di International Alumni Seminar "Climate change in South-East Asia: how to manage disaster mitigation and ensure food and nutrition security ", Banda Aceh, Medan Indonesia, on 3-11 October 2015 dengan judul” A Preliminary Study of Characterization and Remediation on Agricultural Soils After The Eruption of Mount Sinabung, in Tanah Karo Sumatera Indonesia” 3. Selanjutnya akan dilakukan penulisan naskah/artikel ilmiah untuk publikasi pada jurnal terakreditasi/internasional dan dipresentasikan pada kegiatan –kegiatan ilmiah di dalam maupun di luar negeri. Jika dilakukan penulisan draft awal bahan ajar atau buku teks yang berkaitan dengan tema penelitian ini. 27 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 28 DAFTAR PUSTAKA Anda, M. dan W. Wahdini. 2010. Sifat, Komposisi Mineral, dan Kandungan Berbagai Unsur pada Abu Erupsi Merapi, Oktober-November 2010 [Unpublish]. Bogor Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Alexander, 2010. Waspada Gunung Sinabung. http://www.medanmagazine.com Ebo, A.G.A. 2010. Gunung Sinabung Meletus. http://www.regional.kompas.com Fiantis, 2006. Laju Pelapukan Kimia Debu Vulkanis Gunung Talang dan Pengaruhnya TerhadapProses Pembentukan Mineral Liat Non-Kristalin. Universitas Andalas, Padang. Global Volcanism Program, 2013. Sinabung. Diakses dari http://www.volcano.si.edo.com Badan Litbang Pertanian. 2010. Laporan Hasil Kajian Singkat (Quick Assessment) Dampak Erupsi Gunung Merapi di Sektor Pertanian. Desember 2010. Hardjowigeno, S., & Widiatmaka.,2007. Evaluasi kesesuaian lahan dan perencanaan tata guna tanah Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hermawati, Nofia.dkk. 2010. Aplikasi Teknologi Nuklir untuk Penentuan Kandungan Unsur Abu Vulkanik Gunung Merapi Pasca Erupsi 2010 dengan Metode Analisis Aktivitas Neutron Cepat. Yogyakarta. Idjudin, Abdullah Abas, Mas Dedy Erfandi dan S. Sutono. 2011. Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Endapan Volkanik Pasca Erupsi G. Merapi. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian. Hikmatullah. 2009. Karakteristik tanah-tanah volkan muda dan kesesuaian lahannya untuk pertanian di Halmahera Barat. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9, No. 1 (2009) p:20- 29. Kusnadi, R. 2008. Jenis-jenis tanah di Indonesia. http://zahiosofie.word press.com (2 November 2010). Sudaryo dan Sutjipto, 2009. Identifikasi dan penentuan logam berat pada tanah vulkanik di daerah Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional V SDM Teknologi, Yogyakarta, 5 November 2009. Sukarman, Herry H. Djohar, dan Permadhy Sudewo. 1993. Masalah klasifikasi tanah merah dari bahan tuf andesitik-basaltik di daerah beriklim kering, studi kasus Rhodustalfs dari Kabupaten Dompu, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Pemb. Penelitian Tanah dan Agroklimat, No. 11:47-53. Wilson, T., G. Kaye, C. Stewart, and J. Cole. 2007. Impacts of the 2006 eruption of Merapi volcano, Indonesia, on agriculture and infrastructure. GNS Science Report 2007/07 69p. 29 Wittiri, Syamsul Rizal, 2007, “Seri Gunung Api, Gunung Merapi Tempat Bersemayam Para Raja, Yogyakarta”, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Badan Geologi. 30 LAMPIRAN A Preliminary Study of Characterization and Remediation on Agricultural Soils After The Eruption of Mount Sinabung, in Tanah Karo Sumatera Indonesia1) Tindaon, F; Sumihar, T.T. S; Pardede, E; Tampubolon, B and P. Lumbanraja 1) 2) 2) . Presented in International Alumni Seminar "Climate change in South-East Asia: how to manage disaster mitigation and ensure food and nutrition security ", Banda Aceh, Medan Indonesia, on 3-11 October 2015 . Agroecotechnology Department, Faculty of Agriculture, Universitas HKBP Nommensen Jalan Sutomo No. 4A Medan Indonesia 20234 Abstract Volcanic eruptions are generally viewed as agents of destruction, yet they provide the parent materials which some of the most productive soils in the world are formed. Volcanic ash, emitted by Mount Sinabung in Karo District, Sumatera Indonesia during September 2013 and February 2015, volcanic soils, water samples from different rivers in this area were evaluated for its agricultural soil fertility value. This study is related to the chemical, physical, mineralogical characterizations and to the availibility of mineral nutrients in fresh volcanic soils, volcanic ash and water samples generated after Mount Sinabung eruption in Tanah Karo, North Sumatera Indonesia. The objective of the study is to estimate the agronomic potential soil fertility and to find out some methods of soil remediation. Volcanic ash-, soils and water samples were collected from six villages three subdistricts related to the distance from source and distribution area of volcanic ash. This preliminary study focused on the evaluation on soil fertility, water quality included physicochemical properties and measurements of nutrients extracted and determined with various solution and standard methods. The initial results indicated the potential providing nutrients of volcanic ash to the agricultural soils, corroborating the results of other studies. The following characteristics were identified in the sampels: presence of macro nutrients such as P,S,Ca,Mg,K,Na and others, carbonates, CEC, pH, base saturation, textures, and the presence of micronutrients and other physicochemical propertis. Series of experiments are still on going and this needs to be further investigated. Keywords: characterization, volcanic ash , soil, Mount Sinabung 31 32 33