BAB 3 PEMBAHASAN 1.1 Pengertian Transformator Daya Transformator daya atau trafo daya adalah suatu peralatan listrik yang termasuk dalam klasifikasi mesin listrik statis(karena sekundernya tidak berputar), yang berfungsi menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya menggunakan prinsip induksi elektromagnetik. Selain itu, transformator juga dapat digunakan untuk sampling tegangan, sampling arus, dan juga mentransformasi impedansi. Transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang membungkus inti besi feromagnetik. Kumparan-kumparan tersebut biasanya satu sama lain tidak dihubungkan secara langsung. Kumparan yang satu dihubungkan dengan sumber listrik AC (kumparan primer) dan kumparan yang lain mensuplai listrik ke beban (kumparan sekunder). Bila terdapat lebih dari dua kumparan maka kumparan tersebut akan disebut sebagai kumparan tersier, kuarter, dst. 1.2 Prinsip Kerja Transformator Daya Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan perubahan medan magnet. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi. Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan, sehingga fluks magnet yang timbulkan akan mengalir ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance). Bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka akan mengalir arus pada kumparan sekunder. Jika efisiensi sempurna (100%), semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder. Jika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan AC (dialiri arus listrik AC), besi lunak akan menjadi elektromagnet. Karena arus yang mengalir tersebut adalah arus AC, garis-garis gaya elektromagnet selalu berubah-ubah. Oleh karena itu, garis-garis gaya yang dilingkupi oleh kumparan sekunder juga berubah-ubah. Perubahan garis gaya itu menimbulkan GGL induksi pada kumparan sekunder. Hal itu menyebabkan pada kumparan sekunder mengalir arus AC (arus induksi). 1.3 Klasifikasi Transformator Daya Transformator daya dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, yaitu: 1. Menurut Pemasangan: • Transformator pasangan dalam • Transformator pasangan luar 2. Menurut Fungsi dan Pemakaian: • Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik) • Transformator Gardu Induk • Transformator Distribusi 3. Menurut Kapasitas dan tegangan Kerja • Transformator besar (lebih dari 100MVA) • Transformator sedang (sampai dengan 100MVA) • Transformator kecil (500-7500kVA) 3.4 Komponen Transformator Daya 1. Bagian Utama 1. Inti Besi Inti besi pada transformator adalah tempat dimana mengalirnya fluks elektromagnetic dari kumparan (lilitan) primer ke lilitan sekunder (keluaran). Terbuat dari lempenganlempengan baja tipis yang saling diisolasi, untuk mengurangi rugi rugi daya (dalam bentuk thermal) yang ditimbulkan oleh adanya rugi rugi hysteresis dan rugi rugi akibat arus pusar (eddy current). Rugi-rugi ini disebut rugi tanpa beban karena selalu timbul walaupun tidak saling memasok beban. Gambar 3.4.1.1: Inti Besi dan Laminasi yang diikat Fiber Glass 2. Kumparan Transformator Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan isolasi padat seperti karton, pertinax dan lain-lain. Kumparan tersebut terlapis isolasi sehingga tidak akan terjadi hubung singkat. Selain itu, isolasi juga terdapat pada inti yang dimaksudkan tidak ada arus yang terbuang pada inti besi tanpa induksi. Umumnya pada trafo terdapat kumparan primer dan sekunder. Kumparan sebagai alat transformasi tegangan dan arus. Gambar 3.4.1.2: Kumparan Phasa RST 3. Minyak Transformator Sebagian besar trafo tenaga kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak-trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: • kekuatan isolasi tinggi 2 • • • • • penyalur panas yang baikberat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendinginan menjadi lebih baik titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan tidak merusak bahan isolasi padat sifat kimia yang stabil. 4. Bushing Bushing pada Transformator berfungsi untuk menghubungkan kumparan Transformator dengan rangkaian luar yang diberi selubung isolasi (bushing adalah sebuah konduktor). Selain itu, bushing pada Transformator burfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki transformator (trafo). Gambar 3.4.1.4: Bushing 5. Tangki dan Konservator Transformator Daya Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada (ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan konservator. Alat ini merupakan tabung berisi minyak transformator yang disimpan (diletakan) pada bagian atas tangki. Konservator berfungsi untuk menjaga ekspansi atau meluapnya minyak akibat pemanasan, selain itu dapat juga menjadi saluran pengisian minyak transformator Gambar 3.4.5: Konservator minyak trafo 3 2. Peralatan Bantu 1. Sistem Pendingin Pada inti besi dan kumparan – kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi tembaga. Maka panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, ini akan merusak isolasi, maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan tersebut transformator perlu dilengkapi dengan alat atau sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator, media yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa: Udara/gas, Minyak dan Air. Sistem pendinginan transformator dapat dibagi menurut jenis trafo, yaitu: 1. Oil Cooling (Oil Immersed Transformator) 2. Air Cooling (Dry Tipe Transformator) Metode pendinginan untuk oil immersed transformator dapat berbentuk: a. Oil Natural Cooling b. Oil Natural-Air Blast Cooling c. Water-Oil Cooling Gambar 3.4.2.1: Pendingin trafo type ONAF 2. Tap Changer Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan jaringan/primer yang berubah-ubah. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau dalam keadaan tak berbeban (off load), tergantung jenisnya. Gambar 3.4.2.2: Tao Changer 3. Alat Pernapasan (Dehydration Breather) Karena pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu minyakpun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, 4 minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Proses itu disebut pernapasan trafo. Permukaan minyak trafo akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan nilai tegangan tembus minyak trafo, maka untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal zat hygroskopis. Gambar 3.4.2.3: Breather 4. Alat Indikator Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu adanya indicator yang dipasang pada transformator. Indikator tersebut adalah sebagai berikut: • indikator suhu minyak • indikator permukaan minyak • indikator sistem pendingin • indikator kedudukan tap, dan sebagainya. Gambar 3.4.2.4 :indicator level minyak dan indikator temperatur 3. Peralatan Proteksi 1. Rele Bucholz Rele Bucholz adalah rele alat/rele untuk mendeteksi dan mengamankan terhadap gangguan di dalam trafo yang menimbulkan gas. Gas yang timbul diakibatkan oleh: a. Hubung singkat antar lilitan pada/dalam phasa b. Hubung singkat antar phasa c. Hubung singkat antar phasa ke tanah d. Busur api listrik antar laminasi e. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik. 5 Gambar 3.4.3.1: Rele Bucholz 2. Pengaman tekanan lebih Alat ini berfungsi sebagai pengaman tangki trafo terhadap kenaikan tekan gas yang timbul di dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kakuatan tangi trafo. Gambar 3.4.3.2: Plat mengaman tekanan lebih 3. Rele tekanan lebih Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni mengamankan terhadap gangguan di dalam trafo. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan P.M.T. Gambar 3.4.3.3: Relai Tekanan Lebih 4. Rele Diferensial Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara lain flash over antara kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda kumparan. 6 Gambar 3.4.3.4: Relai Diferenaial 5. Rele Arus lebih Befungsi mengamankan trafo arus yang melebihi dari arus yang diperkenankan lewat dari trafo terseut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan hubung singkat. Gambar 3.4.3.5: Relai Arus Lebih 6. Rele Tangki tanah Berfungsi untuk mengamankan trafo bila ada hubung singkat antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada trafo. Gambar 3.4.3.6: Relai Tangki Tanah 7. Rele Hubung tanah Berfungsi untuk mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah. Gambar 3.4.3.7: Relai Hubung Tanah 7 8. Rele Termis Berfungsi untuk mencegah/mengamankan trafo dari kerusakan isolasi kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih. Besaran yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan temperatur. 3.5 Jenis Rugi- Rugi pada Transformator Daya 1. Kerugian tembaga merupakan kerugian I2R dalam lilitan tembaga yang disebabkan oleh resistansi tembaga dan arus listrik yang mengalirinya. 2. Kerugian kopling merupakan kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak sempurna, sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong lilitan sekunder. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis-lapis antara primer dan sekunder. 3. Kerugian kapasitas liar merupakan kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat pada lilitan-lilitan transformator. Kerugian ini sangat mempengaruhi efisiensi transformator untuk frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan primer dan sekunder secara semiacak (bank winding). 4. Kerugian histeresis merupakan kerugian yang terjadi ketika arus primer AC berbalik arah. Disebabkan karena inti transformator tidak dapat mengubah arah fluks magnetnya dengan seketika. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggunakan material inti reluktansi rendah. 5. Kerugian efek kulit. Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus bolak-balik, arus cenderung untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian kapasitas dan juga menambah resistansi relatif lilitan. Kerugian ini dapat dikurang dengan menggunakan kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil yang saling terisolasi. Untuk frekuensi radio digunakan kawat geronggong atau lembaran tipis tembaga sebagai ganti kawat biasa. 6. Kerugian arus eddy (arus olak) merupakan kerugian yang disebabkan oleh GGL masukan yang menimbulkan arus dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah, terjadi olakan fluks magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang kalau digunakan inti berlapislapisan. 3.6 Hubungan Transformator Daya 3 Fasa Secara umum dikenal tiga cara untuk menyambung rangkaian listrik sebuah transformator tiga fasa, yaitu hubungan bintang, hubungan segitiga, dan hubungan Zig- zag. 8 1. Hubungan Bintang – Bintang Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis untuk arus nominal yang kecil, transformator tegangan tinggi. Jumlah dari lilitan perfasa dan jumlah isolasi minimum karena tegangan fasa 1/√3 tegangan jala-jala (Line), juga tidak ada perubahan fasa antara tegangan primer dengan sekunder. Bila beban pada sisi sekunder dari transfor-mator tidak seimbang, maka tegangan fasa dari sisi beban akan berubah kecuali titik bintang dibumikan. Gambar 3.6.1: Hubungan Bintang – Bintang 9 2. Hubungan Segitiga – Segitiga Hubungan ini umumnya digunakan dalam sistem yang menyalurkan arus besar pada tegangan rendah dan terutama saat kesinambungan dari pelayanan harus dipelihara meskipun satu fasa mengalami kegagalan. Adapun beberapa keuntungan dari hubungan ini adalah : Tidak ada perubahan fasa antara tegangan primer dengan sekunder. Luas penampang dari konduktor dikurangi karena arus fasa 1/√3 arus jala- jala Tidak ada kesulitan akibat beban tidak seimbang pada sisi sekunder. Kerugian yang terjadi pada hubungan ini adalah : Lebih banyak isolasi dibutuhkan dibandingkan dengan hubungan bintang- bintang. Tidak adanya titik bintang memungkin, merupakan kerugian yang dapat membahayakan. Bila salah satu jalajala ke tanah karena kegagalan, tegangan maksimum antara kumparan dan inti akan mencapai tegangan jala-jala penuh. Gambar 3.6.2 : Hubungan Segitiga - Segitiga 10 3. Hubungan Bintang – Segitiga Hubungan transformator tipe ini pada prinsipnya digunakan, dimana tegangan diturunkan (Step - Down), seperti pada jaringan transmisi. Pada hubungan ini, perbandingan tegangan jala-jala 1/√3 kali perbandingan lilitan transformator dan tegangan sekunder tertinggal 30 derajat dari tegangan primer. Gambar 3.6.3 : Hubungan Bintang - Segitiga 11 4. Hubungan Segitiga – Bintang Hubungan ini umumnya digunakan, dimana diperlukan untuk menaikkan tegangan (Step-Up), misalnya pada awal sistem transmisis tegangan tinggi. Dalam hubungan ini perbandingan tegangan √3 kali perbandingan lilitan transformator dan tegangan sekunder mendahului sebesar 30°. Gambar 3.6.4: Hubungan Segitiga - Bintang 12 5. Hubungan Zig – Zag Kebanyakan transformator distribusi selalu dihubungkan bintang, salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh transformator tersebut adalah ketiga fasanya harus diusahakan seimbang. Apabila beban tidak seimbang akan menyebabkan timbulnya tegangan titik bintang yang tidak diinginkan, karena tegangan pada peralatan yang digunakan pemakai akan berbeda-beda. Untuk menghindari terjadinya tegangan titik bintang, diantaranya adalah dengan menghubungkan sisi sekunder dalam hubungan Zig-zag. Dalam hubungan Zig- zag sisi sekunder terdiri atas enam kumparan yang dihubungkan secara khusus. Ujung-ujung dari kumparan sekunder disambungkan sedemikian rupa, supaya arah aliran arus didalam tiap-tiap kumparan menjadi bertentangan. Karena e 1 tersambung secara berlawanan dengan gulungan e2, sehingga jumlah vektor dari kedua tegangan itu menjadi : Gambar 3.6.5: Hubungan Zig - Zag 13 3.7 Gangguan pada Transformator Daya 1. Gangguan Internal Gangguan internal adalah gangguan yang terjadi di dalam transformator tenaga itu sendiri, sebagai berikut : 1. Incipient Faults Adalah gangguan kecil yang apabila tidak segera terdeteksi akan membesar dan akan menyebabkan yang lebih serius seperti : a. Terjadinya busur api (arc) yang kecil dan pemanasan lokal yang akan disebabkan oleh: –Cara penyambungan kumparan yang kurang baik – Kerusakan isolasi dari penjepit inti b. Gangguan pada sistem pendingin Semua gangguan tersebut diatas akan menyebabkan terjadinya pemanasan lokal tetapi tidak mempengaruhi suhu transformator secara keseluruhan. Gangguan ini tidak dapat terdeteksi dari terminal transformator karena keseimbangan arus tegangan tidak berbeda dengan kondisi normal . 2. Gangguan hubung singkat Pada umumnya gangguan ini dapat segera terdeteksi karena akan selalu timbul arus/tegangan yang tidak normal/tidak seimbang . Jenis gangguan ini antara lain : a. Hubung singkat fasa ke tanah b. Hubung singkat antar fasa pada kumparan yang sama c. Gangguan pada terminal transformator 2. Gangguan Eksternal Gangguan eksternal yaitu gangguan yang terjadi diluar transformator tenaga (pada sistem tenaga listrik) tetapi dapat menimbulkan gangguan pada transformator yang bersangkutan, sebagai berikut : 1. Gangguan hubung singkat Gangguan hubung singkat diluar transformator ini biasanya dapat segera dideteksi karena timbulnya arus yang sangat besar, dapat mencapai beberapa kali arus nominalnya, seperti :Hubung singkat di rel, hubung singkat pada penyulang(feeder, hubung singkat pada incoming feeder transformator tersebut 2. Beban lebih (Overload ) Transformator tenaga dapat beroperasi secara terus menerus pada arus beban nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar dari 100%, maka akan terjadi pembebanan lebih. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebih. Kondisi ini 14 mungkin tidak akan menimbulkan kerusakan, tetapi apabila berlangsung secara terus menerus akan memperpendek umur isolasi 3. Gelombang Surja Gelombang surja dapat terjadi karena cuaca, yaitu petir yang menyambar jaringan transmisi dan kemudian akan merambat ke gardu terdekat dimana transformator tenaga terpasang. Walaupun hanya terjadi dalam kurun waktu sangat singkat (beberapa puluh mikrodetik), akan tetapi karena tegangan puncak yang dimiliki cukup tinggi dan energi yang dikandungnya besar, maka ini dapat menyebabkan kerusakan pada transformator tenaga. Bentuk gelombang dari petir yang dicatat dengan sebuah asilograf sinar katoda (berupa tegangan sebagai fungsi waktu). Disamping dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan, gangguan tersebut dapat juga membahayakan manusia atau operator yang ada disekitarnya. Akibat-akibat yang terjadi pada manusia atau operator adalah seperti terkejut, pingsan bahkan sampai meninggal . 3.8 Pemeliharaan Transformator Daya Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan menyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan. Tujuan utama pemeliharaan peralatan listrik teganan tinggi adalah untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan, adalah : ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ Untuk meningkatkan availability, efficiency dan realibility. Untuk memperpanjang umur peralatan. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan. Meningkatkan tingkat keamanan pada peralatan. Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan. 1. Pemeriksaan on-line • Pengukuran beban setiap fasa, kriteria: I fasa < I nominal fasa trafo. • Ketidakseimbangan beban, kriteria : maksimum 25 %. • Temperatur terminal dengan infra red camera • Pemeriksaan visual : a. Pemeriksaan level minyak b. Pemeriksaan kondisi tangki dari kebocoran atau akibat dari benturan. c. Pemeriksaan kondisi baut – baut pengikat di bushing. d. Pemeriksaan kondisi bushing primer atau sekunder. e. Pemeriksaan valve tekanan udara f. Pemeriksaan thermometer. g. Pemeriksaan kondisi tap changer/sadapan. 15 • Pemeriksaan visual kondisi busing : - Kebersihan permukaan - Kondisi koneksi lead wire pada terminal busing - Pemeriksaan keretakan - Pastikan bahwa busing TM dan khususnya busing TR tidak menerima stress mekanikal oleh kabel keluarannya. - Pastikan tidak terjadi kebocoran minyak, khususnya pada seal busing. 2. Pemeriksaan off-line • Pengukuran tahanan belitan • Pengukuran rasio kumparan (perbandingan tegangan) • Pengukuran tegangan tembus minyak. • Pengukuran kondisi minyak (DGA, water content, keasaman, Furan) • Pengukuran tahanan insulasi. 16