STUDI KUALITATIF ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN MALNUTRISI PADA PASIEN ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2020 SKRIPSI OLEH : SITI AISYAH NIM : 1603043 PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2020 STUDI KUALITATIF ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN MALNUTRISI PADA PASIEN ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2020 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH : SITI AISYAH NIM : 1603043 PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2020 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul: Studi Kualitatif Asupan Makan Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Pasien Anak Balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : SITI AISYAH NIM : 1603043 Telah diseminarkan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi pada 22 Agustus 2020 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Tim Penguji (Ketua Tim Penguji) (Nadya Ulfa Tanjung SKM, MKM) Penguji II Penguji I Diana, SKM,M.Kes Donny, SKM Medan, Oktober 2020 Ketua Program Studi S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Sumatera Utara (David Siagian, SKM, M.Kes) ABSTRAK Malnutrisi masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Prevalensi malnutris pada balita di Indonesia masih cukup tinggi. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui studi kualitatif asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020. Jenis penelitian studi kualitatif dengan pendekatan eksploratif deskriptif. Informan adalah ibu yang mempunyai balita dengan umur 12-60 bulan yang mengalami malnutrisi. Informan kunci adalah tiga orang terdiri dari satu orang tenaga gizi di rumah sakit yang menentukan/menghitung asupan pasien gizi buruk dan dua orang tenaga kesehatan yang menangani pasien gizi buruk Hasil penelitian asupan makan anak balita bahwa jenis makanan tidak 4 sehat 5 sempurna, nafsu makan anak menurun. Kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik bahwa satu balita sejak lahir dan 3 balita berat badan turun selama satu tahun terakhir, mayoritas informan mengetahui anaknya mengalami malnutrisi dari puskesmas dikarenakan mayoritas anak balita mengalami sakit, penyebab malnutrisi pada anak balita disebabkan karena bawaan dari lahir berat badan rendah, batuk, diare dan demam. Saran penelitian adalah diharapkan masyarakat terutama ibu yang mempunyai balita supaya memperhatikan asupan makan balita dalam mencegah malnutrisi pada anak balita Kata Kunci : Asupan Makan, Kejadian Malnutrisi, Pasien Anak Balita DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Siti Aisyah Tempat/Tanggal Lahir : Pancur Batu/11 Maret 1977 Agama : Islam Status Perkawinan : Belum Menikah Alamat Rumah : Dusun IV Gardu Pancur Batu RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Tahun 1991 – 1994 : SD Negeri 101832 Desa Baru 2. Tahun 1994 – 1997 : SMP Negeri I Pancur Batu 3. Tahun 1997 – 2000 : SMK Pencawan Medan 4. Tahun 2018 – 2020 : INKES SUMUT Medan KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan magang ini dengan judul “Gambaran Manajemen Pendistribusian Makanan Selingan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Institut Kesehatan Sumatera Utara. Penulisan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ferial Paesha Sirait, SE, M.Sc selaku Ketua Yayasan Institut Kesehatan Sumatera Utara. 2. Ibu Diana, SKM, M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan Sumatera Utara 3. Ibu Mazly Astuty, S.Kep, Ns, M.Kep, Pembantu ketua I Bidang Akademik Institut Kesehatan Sumatera Utara. 4. Ibu Martalena Br. S. Kembaren, SKM, M.Kes selaku Pembantu Ketua II Bidang Administrasi Institut Kesehatan Sumatera Utara. 5. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan Institut Kesehatan Sumatera Utara. 6. Bapak David Siagian SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Sumatera Utara.waktu, memberi motivasi dan dukungan, dan selalu sabar membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 7. Ibu Nadya Ulfa, SKM.MKM. selaku dosen pembimbing Laporan magang yang telah membimbing saya dalam pembuatan laporan magang ini. 8. Ibu Eva Devony SKM.Mkes. selaku kepala instalasi gizi yang telah memberikan izin untuk melakukan proses magang. 9. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Institut Kesehatan Sumatera Utara, yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan. 10. Teman-teman seperjuangan di Institut Kesehatan Sumatera Utara Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iii vi v vi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Penelitian 1.3.Ruang Lingkup 1 1 3 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit 2.2. Peraturan Pemberian Makanan Rumah Sakit 2.3.Standar Porsi yang Ditetapkan di Rumah Sakit 2.4.Peraturan Pengambilan Makanan Di Rumah Sakit 2.6.Peralatan Distribusi Makanan dan Peralatan Makan 2.7.Jadwal Pendistribusian Makanan yang ditetapkan Rumah Sakit 2.8. Fungsi Manajemen Di Bidang Kesehatan 4 4 11 12 14 14 15 15 BAB III HASIL. 3.1. Gambaran Umum 3.2. Struktur Organisasi Institusi 3.3. Struktur Organisasi Bidang /Bagian/Unit Magang 3.4. Kegiatan Magang 3.5. Kegiatan/Permasalahan/Program Fokus magang 20 20 25 25 35 36 BAB VI PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan 4.2. Pengorganisasian 3.3. Pelaksanaan (Actuating) 3.4. Monitoring dan Evaluasi 38 38 38 39 40 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 41 42 DAFTAR TABEL Tabel 3.1.Jenis Ruangan di RSUP H. Adam Malik 24 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1.Struktur Organisasi 25 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malnutrisi merupakan asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan pada seseorang yang berakibat terjadinya gangguan biologi dari orang tersebut. Secara umum malnutrisi terbagi atas dua bagian yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi kurang terdiri dari marasmus, kwashiorkor, serta marasmus-kwashiorkor, sedangkan gizi lebih disebut dengan obesitas. Malnutrisi yang terjadi pada tahap awal kehidupan dapat meningkatkan risiko infeksi, morbiditas, dan mortalitas bersamaan dengan penurunan perkembangan mental dan kognitif (Hidro, 2019) Malnutrisi masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Prevalensi malnutris pada balita di Indonesia masih cukup tinggi. Diagnosis malnutrisi dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Malnutrisi pada balita tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi pada balita dengan malnutrisi dapat mengakibatkan kerusakan yang sukar atau tidak dapat diperbaiki lagi (Tita, 2015) Anak-anak penderita gizi buruk terbesar di seluruh dunia. Dilihat dari segi wilayah, lebih dari 70% kasus gizi buruk pada anak didominasi di Asia, sedangkan 26% Afrika, dan 4% di Amerika Latin. Berdasarkan Riskesdas 2018 terdapat 17,7% kasus balita kekurangan gizi dan jumlah tersebut terdiri dari 3,9% balita dengan gizi buruk (Rikesdas, 2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019, sesuai prevalensi gizi buruk di Sumut terdapat dua aspek penilaian, yakni tidak seimbangnya berat badan dengan usia sebanyak 5,37% dan tidak seimbangnya berat badan dengan tinggi badan sebanyak 4,57%. Dari data Riskesdas itu pula diketahui, bahwa Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki proporsi prevalensi tertinggi untuk kasus gizi buruk, yakni untuk berat badan dibandingkan usia sebanyak 10,33% dan di Nias Barat sebanyak 12,57%. Kemudian untuk kasus gizi buruk tidak seimbangnya berat badan dibandingkan tinggi, yakni yang tertinggi berada di Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 9,17% Malnutrisi yang terjadi pada tahap awal kehidupan dapat meningkatkan risiko infeksi, morbiditas, dan mortalitas bersamaan dengan penurunan perkembangan mental dan kognitif. Malnutrisi pada balita, membawa dampak negatif terhadap perkembangan motorik, menghambat perkembangan perilaku dan kognitif yang berakibat pada menurunnya prestasi belajar dan keterampilan sosial. Selain itu, kekurangan gizi selama masa kanak-kanak menyebabkan konsekuensi jangka panjang yang serius di kemudian hari yang meningkatkan risiko terserang penyakit atau cacat dan bahkan kematian (Soetjiningsih, 2013) Pasien-pasien yang masuk ke rumah sakit dalam kondisi status gizi buruk juga semakin meningkat. Umumnya pasien-pasien tersebut adalah balita. Salah satu tanda gizi buruk balita adalah berat badan balita di bawah garis merah dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) balita. Masalah gizi buruk balita merupakan masalah yang sangat serius, apabila tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada kematian. Gizi buruk lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian yang akan menurunkan kualitas generasi muda mendatang. Hal ini telah membukakan mata kita bahwa anak balita sebagai sumber daya untuk masa depan mempunyai masalah yang sangat besar. Apalagi penyakit penyerta yang sering pada gizi buruk seperti lingkaran setan, yaitu penyakit-penyakit penyerta justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit penyerta yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare persisten, cacingan, tuberculosis, malaria dan HIV/AIDS (Tita, 2015) Jumlah kasus pasien gizi buruk murni maupun dengan penyakit penyerta, khususnya anak yang rawat inap maupun berobat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik setiap tahun meningkat. Berdasarkan data dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Bidang Nutrisi dan Penyakit Metabolis RSUP H Adam Malik tahun 2018, gizi buruk pada anak dengan penyakit penyerta, keganasan, seperti HIV/AIDS, jantung, paru, kelainan gangguan neurologi, kelainan ginjal, kelainan endokrin sebanyak 165 pasien. Dari jumlah tersebut paling banyak pasien gizi buruk dengan keganasan sebanyak 42 pasien, diikuti dengan penyakit jantung sebanyak 30 pasien. Sementara, untuk rawat jalan di tahun 2018 sebanyak 22 pasien dengan penyakit penyerta, kelainan jantung, infeksi syaraf, kelainan paru. Untuk tahun 2017, sambungnya, pasien gizi buruk tercatat hanya sebanyak 91 orang. Pasien gizi buruk dengan keganasan sebanyak 40 orang, sisanya dengan penyakit jantung 18 orang, selebihnya kelainan neurogi dan paru dan lainnya sebanyak 33 orang. Pasien gizi buruk yang menjalani perawatan di rumah sakit milik pemerintah pusat itu, sering disertai dengan penyakit penyerta. Ada gizi buruk dengan jantung bawaan, ada yang dengan keganasan seperti leukimia, tumor padat, tumor tulang, infeksi syaraf otak (meningitis) dan ada juga tumor di abdomen. Perbaikan gizi buruk terhadap pasien memiliki tingkatan. Contohnya, untuk tiga hari pertama menu apa yang diberikan kepada si pasien. Pada dasarnya instalasi gizi ini hanya menyediakan kebutuhan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan oleh pasien. Hal ini juga ditentukan dengan kondisi si pasien. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang studi kualitatif asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana studi kualitatif asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui studi kualitatif asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui asupan makan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 2. Untuk mengetahui kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat terutama ibu yang mempunyai balita mengalami malnutrisi dalam penanganan yang bias dilakukan oleh keluarga dalam pemberikan asupan makan yang baik sehingga malnutrisi pada anak balita dapat teratasi. 1.4.2. Bagi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dalam membuat program dan kebijakan untuk menekan angka kesakitan dan kematian malnutrisi yang terjadi pada anak balita 1.4.3. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan penanganan untuk mengatasi malnutrisi pada anak balita dengan memberikan asupan makan yang baik untuk mempercepat penambahan berat badan anak balita 1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan kepustakaan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Sumut yang dapat dijadikan untuk pengembangan pengetahuan serta dapat dijadikan pedoman bagi penelitian selanjutnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita 2.1.1. Pengertian Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama 2008). Balita adalah istilah umum bagi anak usia di bawah 5 tahun. Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan (Sutomo, 2017). Anak balita adalah anak berumur 12-59 bulan. Masa balita merupakan fase terpenting dalam membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan manusia (Soetjingsih, 2012). Balita adalah bayi dan anak yang berusia tahun kebawah (Marimbi, 2013). 2.1.2. Klasifikasi Balita 1 Usia Bayi (0-1 tahun) Bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang primitive dengan kekebalan pasif yang didapat dari ibunya selama dalam kandungan. Pada saat bayi kontak dengan antigen yang berbeda ia akan memperoleh antibodinya sendiri. Imunisasi diberikan untuk kekebalan terhadap penyakit yang dapat membahayakan bayi berhubungan secara alamiah. Bila dikaitkan dengan status gizi bayi memerlukan jenis makanan ASI, susu formula dan makanan padat. Kebutuhan kalori bayi antara 100-200 kkal/kg BB. Pada empat bulan pertama, bayi yang lebih baik hanya mendapatkan ASI saja tanpa diberikan susu formula. Usia lebih dari enam bulan baru dapat diberikan makanan pendamping ASI 2 Usia toddler (1-3 tahun) Secara fungsional biologis masa umur 6 bulan hingga 2-3 tahun adalah rawan. Masa itu tantangan karena konsumsi zat makanan yang kurang, disertai minuman buatan yang encer dan terkontaminasi kuman menyebabkan diare dan marasmus. Selain itu dapat juga terjadi sindrom kwashiorkor karena penghentian ASI mendadak dan pemberian makanan padat yang kurang memadai. Imunisasi pasif yang diperoleh melalui ASI akan menurun dan kontak dengan lingkungan akan makin bertambah secara cepat dan menetap tinggi selama tahun kedua dan ketiga kehidupan. Infeks dan diet adekuat kan tidak banyak berpengaruh pada status gizi yang cukup baik. Bagi anak dengan gizi kurang, setiap tahapan infeksi akan berlangsung lama dan akan berpengaruh yang cukup besar pada kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan. Anak 1-3 tahun membutuhkan kalori kurang lebih 100 kkal/kg BB dan bahan makanan lain yang mengandung berbagai zat gizi 3 Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) Pertumbuhan anak usia ini semakin lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal/kg BB. Karakteristik pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia pra sekolah yaitu nafsu makan berkurang, anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman, atau lingkungannya dari pada makan dan anak mulai sering mencoba jenis makanan yang baru (Yupi, 2012). 2.1.3. Kebutuhan Nutrisi Bagi Balita Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita adalah energi dan protein.Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang lebih 100-120 Kkal/kg berat badan. Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10 Kkal/kg berat badan.Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak dan juga protein. Kebutuhan nutrisi balita merupakan prioritas utama dalam mencukupi kebutuhan gizinya setiap hari. Nutrisi yang diperlukan oleh balita tentu akan sangat berperan penting dalam menunjang pertumbuhannya hari demi hari. Masa balita merupakan dimana masa transisi di usia 1-5 tahun, dan untuk memenuhi nutrisi balita dimulai dengan makan makanan padat, menerima rasa serta tekstur makanan yang baru ia coba. Pertumbuhan balita tentunya sangat ditunjang dengan asupan nutrisi yang sehat dan bergizi dari berbagai makanan. Bagi usia balita dibutuhkan 1000-1400 kalori perhari, namun tergantung dari usia, besar tubuh, serta tingkat aktivitas si kecil. Jumlah kebutuhan nutrisi balita pada setiap anak tentu saja berbeda-beda dan tidak perlu menyesuaikan dengan jumlah yang dibutuhkan, namun yang terpenting anda harus tetap memberikan nutrisi yang bervariasi setiap harinya demi menunjang pertumbuhannya (Proverawati, 2016). 2.2. Asupan Makan 2.2.1. Pengertian Asupan Makan Asupan makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan juga dikatakan sebagai suatu cara seseorang atau sekelompok orang atau keluarga memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial (Suhardjo, 2017). Asupan makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, 2014). Pola makan di suatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat, yang dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu pertama adalah faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Termasuk di sini faktor geografi, iklim, kesuburan tanah berkaitan dengan produksi bahan makanan, sumber daya perairan, kemajuan teknologi, transportasi, distribusi, dan persediaan suatu daerah. Kedua, adalah faktor-faktor dan adat kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio-ekonomi dan adat kebiasaan setempat memegang peranan penting dalam pola konsumsi penduduk. Ketiga, hal yang dapat berpengaruh di sini adalah bantuan atau subsidi terhadap bahan-bahan tertentu. Pola makan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah kebiasaan kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam, dan sebagainya. Sejak zaman dahulu kala, makanan selain untuk kekuatan/pertumbuhan, memenuhi rasa lapar, dan selera, juga mendapat tempat sebagai lambang yaitu lambang kemakmuran, kekuasaan, ketentraman dan persahabatan. Semua faktor di atas bercampur membentuk suatu ramuan yang kompak yang dapat disebut pola konsumsi (Santoso dan Ranti, 2014). 2.2.2. Asupan Makan Balita Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling baik bagi bayi dan balita hingga berumur dua tahun, dan dianjurkan memberikan secara ekslusif selama enam bulan pertama. Secara berangsur sesudah berusia enam bulan bayi diberikan makanan lumat, makanan lembek dan makanan biasa guna untuk mengembangkan kemampuan mengunyah, menelan serta menerima bermacammacam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi dibutuhkan. Pemberian makanan hendaknya disesuaikan dengan perkembangan balita, makanan hendaknya dipilih dengan baik yaitu mudah dicerna, diabsorpsi dan dimetabolisme. Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental balita, oleh karena itu makanan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan gizi balita. Balita dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya ditentukan oleh makanan yang dimakan sehari-hari, untuk tumbuh optimal membutuhkan asupan makanan yang baik yaitu beragam, jumlah yang cukup, bergizi dan seimbang (Soekirman, 2015). Tabel 2.1 Pola Pemberian Makanan Balita Menurut Kecukupan Energi Umur Balita Total Energi (kkal) Waktu Pembagian Makanan Sehari Balita Menurut Kecukupan Energi Pagi Selingan Pagi Siang Selingan (Siang) Sore 36 50 149 125 97 123 218 261 06,25 25 126 87 325 28 143 253 235 375 0-6 bulan 550 6-8 bulan 650 84 9-11 bulan 900 122 12 bulan 1100 144 1-3 tahun 1300 221 4-6 tahun 1550 318,75 Sumber : Soekirman (2015) Faktor-faktor yang perlu di perhatikan untuk pengaturan makan yang tepat adalah umur, berat badan, keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan makan, kesukaan dan ketidaksukaan, akseptabilitas dari makanan dan toleransi anak terhadap makanan yang diberikan. Dengan memperhatikan dan memperhitungkan faktor-faktor tersebut diatas umumnya tidak akan terjadi kekeliruan dalam mengatur makanan untuk balita. Pada umumnya kepada anak balita telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang berupa tiga kali makan dan diantaranya dua kali makanan selingan (Soekirman, 2015) 2.2.3. Kebutuhan Zat Gizi Pada Balita Kebutuhan gizi balita diberikan harus disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, berat badan, aktivitas, jumlah yang cukup, bergizi dan seimbang. Guna untuk pemeliharaan, pemulihan, pertumbuhan dan perkembangan. Karena balita sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat (Uripi, 2014). Kebutuhan energi protein balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) ratarata perhari yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.2 Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Anjuran (AKG) Rata-Rata Per Hari No Kelompok Umur 1 0-6 bulan 2 7-11 bulan 3 1-3 tahun 4 4-6 tahun Sumber Uripi, 2014 Berat Badan (kg) 6,0 8,5 12,0 18,0 Tinggi Badan (kg) 60 71 90 1550 Energi (kkal) 550 650 1000 1550 Protein (kkal) 10 16 25 39 1. Energi Energi dibutuhkan oleh tubuh yang berasal dari zat gizi yang merupakan sumber utama yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang diperlukan tubuh ini dinyatakan dalam satuan kalori. Setiap 1 (satu) gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori, 1 (satu) gram lemak menghasilkan 9 kalori dan 1 (satu) gram protein menghasilkan 4 kalori. Energi yang diperlukan tubuh dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : (1) Energi untuk kebutuhan fisiologis minimal tubuh dalam keadaan basal, (2) Energi untuk melakukan kerja luar yaitu energi yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan atau aktivitas fisik, (3) Energi untuk menutup pengaruh makanan yaitu banyaknya energi yang digunakan untuk mencerna atau mengangkut makanan dalam tubuh. Kebutuhan energi balita sehat dapat dihitung berdasarkan usia dan berat badan. Kebutuhan energi dalam sehari pada balita usia 1-3 tahun adalah 100 kalori per kilogram berat badan, sedangkan pada anak prasekolah kebutuhan energi dalam sehari 4-6 tahun adalah 90 kalori per kilogram berat badan (Sulistijiani, 2012). 2. Protein Protein merupakan bahan pembentuk dasar struktur sel tubuh. Protein merupakan bagian kedua terbesar tubuh setelah air. Protein juga merupakan bagian penting dari bahan-bahan pengatur seperti enzim, hormon, dan plasma darah. Jaringan ini harus senantiasa diganti dan diperbaiki. Protein fungsi utamanya adalah membentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan yang rusak. Pada anak balita yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan lebih banyak protein, sedangkan pada orang dewasa hanya untuk memelihara jaringan. Jadi bila protein makanan melebihi jumlah yang diperlukan untuk pembangunan dan pemeliharaan, protein digunakan sebagai zat energi, bila zat energi utama berupa karbohidrat dan lemak kurang dalam makanan sehari-hari Balita yang sedang dalam masa pertumbuhan secara fisiologis kebutuhan protein relatif lebih besar dari pada orang dewasa kebutuhan protein balita sehat (1-3 tahun) dalam sehari 2,5 gram per kilogram berat badan sedangkan pada balita sehat pra sekolah (>3-4 tahun) dalam sehari 2 gram per kilogram berat badan (Almatsier, 2014). 2.2.4. Pemberian Makanan Sehat Seimbang Balita Pemberian makanan yang sehat dan seimbang memiliki peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan dan gizi masyarakat, terutama anak balita. Menu seimbang menurut Ngadimin (2013) adalah susunan menu yang menggunakan beberapa golongan bahan makanan dan penggantinya dengan memperhatikan keseimbangan zat gizinya, baik jumlah maupun macamnya. Jadi menyusun menu adalah menyusun macam-macam hidangan untuk setiap kali makan dengan memperhatikan keseimbangan zat gizinya. Manfaat yang diperoleh dari menyusun menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, dapat memilih bahan makanan yang baik, serta mengurangi kebosanan akan menu makanan. Penyusunan menu seimbang berpedoman pada menu empat sehat lima sempurna yang terdiri dari: 1. Makanan pokok merupakan makanan yang mengandung karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber utama penghasil tenaga. Contoh bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, sagu, ubi kayu, talas dan sebagainya. 2. Lauk pauk merupakan sumber zat pembangun dan berfungsi sebagai sumber protein. Lauk pauk dapat dibagi menjadi lauk pauk hewani dan lauk pauk nabati. Lauk pauk hewani meliputi ikan, telur, daging ayam, daging sapi dan sebagainya, sedangkan lauk pauk nabati terdiri dari tahu, tempe, oncom dan jenis kacang-kacangan. 3. Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai zat pengatur. Contohnya bayam, kangkung, wortel, tomat, kacang panjang dan sebagainya. 4. Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang mempunyai fungsi sebagai zat pengatur. 5. Susu merupakan minuman yang mengandung protein yang tinggi sehingga memiliki kandungan gizi paling lengkap yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada jenis makanan lainnya, dengan kata lain susu merupakan penyempurna hidangan empat sehat lima sempurna untuk memenuhi kebutuhan gizi (Ngadimin, 2013) Selain kecukupan gizi yang berpedoman pada menu empat sehat lima sempurna, penyusunan menu juga harus memperhatikan variasi dan kombinasi dari bahan makanan yang digunakan dan penampilan serta rasa makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi dan kesukaan anak balita untuk menambah cita rasa. Sesuai dengan pendapat Moehji (2015) bahwa cita rasa makanan mencakup dua aspek utama, yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan waktu dimakan. Penampilan makanan yang harus diperhatikan menurut Moehji (2015) diantaranya yaitu: 1. Warna makanan Warna makanan harus terlihat menarik, sehingga menimbulkan selera makan anak balita. Warna bisa didapatkan dari wortel untuk warna orange, warna hijau dari buncis, warna merah dari tomat, warna putih dari kol, warna kuning dari jagung dan lain sebagainya. 2. Konsistensi atau tekstur makanan Tekstur makanan untuk anak balita harus lembut, tidak keras sehingga mudah dikunyah dan dicerna. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan memberikan rangsang yang lebih lambat terhadap indera kita, khususnya anak balita. 3. Bentuk makanan Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik harus disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu. Bentuk makanan untuk anak balita harus bervariasi dan menarik sehingga menimbulkan ketertarikan anak balita untuk memakannya. Rasa makanan yang harus diperhatikan untuk anak balita yaitu: 1. Aroma makanan Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang anak balita sehingga membangkitkan selera. Tetapi untuk anak balita aroma makanan sebaiknya tidak berbau tajam sehingga tidak menyengat penciuman anak balita. 2. Bumbu masakan dan bahan penyedap Untuk makanan anak balita bumbu yang digunakan sebaiknya tidak berbau tajam, tidak pedas, tidak asam dan sebisa mungkin menggunakan bahan penyedap yang alami, seperti menambahkan gula putih ke dalam masakan. 3. Keempukan makanan Anak balita masih mempunyai pencernaan yang belum sempurna dan kemampuan mengunyah yang masih sangat kurang, sehingga makanan yang diberikan untuk anak balita harus empuk. 4. Kerenyahan makanan Makanan yang dimasak menjadi kering, tetapi tidak keras sehingga enak dimakan. Misalnya menggoreng kerupuk yang salah, akan menghasilkan kerupuk yang keras dan tidak renyah. Penyajian makanan untuk balita diperlukan kreatifitas ibu agar makanan terlihat menarik sehingga dapat menimbulkan selera makan anak balita. Penyajian makanan yang akan diberikan kepada anak balita harus memperhatikan porsi atau takaran konsumsi makan serta frekuensi makan yang dianjurkan dalam sehari. Waktu pemberian makan untuk balita sebaiknya disesuaikan dengan waktu pada umumnya. Pemberian makanan dibagi menjadi tiga waktu makan yaitu pagi hari pada pukul 07.00 - 08.00, siang hari pada pukul 12.00 - 13.00, dan malam hari pada pukul 18.00 - 19.00, dan pemberian makanan selingan yaitu diantara dua waktu makan yaitu pukul 10.00-11.00 dan pukul 16.00-17.00, seperti yang tercantum dalam tabel 2.3. Tabel 2.3. Pola Pemberian Makanan Balita Umur 0-6 bulan 6-9 bulan Bentuk Makanan ASI Eksklusif Makanan Lumat/lembek Frekwensi Sesering mungkin, minimal 8 kali/hari 2x sehari, 2 sendok makan setiap kali makan 9-12 bulan 1-3 tahun Makanan lembek Makanan Keluarga 1-11/2 2-3 potong sedang lauk hewani piring nasi/pengganti 1-2 potong sdg lauk nabati 1/2 2-3 potong buah-buahan mangkuk sayur 1 gelas susu 4-6 1-3 piring nasi/pengganti tahun 2-3 potong lauk hewani 1-2 potong lauk nabati 1-11/2 2-3 potong buah-buahan mangkuk sayur 1-2 gelas susu Sumber : Moehji (2015) 3x sehari, plus 2x makanan selingan 3x sehari, plus 2x makanan selingan 3x sehari, plus 2x makanan selingan Selain takaran dan frekuensi makanan untuk balita ada juga anjuran pemberian makanan untuk anak balita yaitu : 1. Umur 1-6 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu: a. Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari yaitu pagi, siang maupun malam. b. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI c. Susui bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian. 2. Umur 6-12 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu: a. Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun. b. Umur 6-9 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur: 1) 6 bulan: 6 sendok makan 2) 7 bulan: 7 sendok makan 3) 8 bulan: 8 sendok makan c. Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI. d. Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI,dimulai dari bubur nasi sampai nasi tim, 3 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur: 1) 9 bulan: 9 sendok makan 2) 10 bulan: 10 sendok makan 3) 11 bulan: 11 sendok makan e. Pada makanan pendamping ASI, tambahkan telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak. f. Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara memakainya, batas umur dan tanggal kadaluwarsa g. Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya. h. Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring, dan sebagainya. i. Mulai mengajari bayi minum dan makan menggunakan gelas dan sendok. 3. Umur 1-2 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu: a. Beri ASI setiap kali balita menginginkan. b. Beri nasi lembek 3 kali sehari. c. Tambahkan telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak pada nasi lembek. d. Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya. e. Beri buah-buahan atau sari buah. f. Bantu anak untuk makan sendiri. 4. Umur 2-3 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu: a. Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah. b. Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya. c. Jangan berikan makanan yang manis dan lengket diantara waktu makan 5. Umur 3-5 tahun, anjuran pemberian makanannya yaitu sama dengan anak umur 2-3 tahun (Moehji, 2015) 2.3. Malnutrisi 2.3.1. Pengertian Malnutrisi Malnutrisi adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi, baik karena kekurangan atau kelebihan asupan makanan maupun akibat kebutuhan yang meningkat. Pada pembahasan selanjutnya yang dimaksud dengan malnutrisi adalah keadaan klinis sebagai akibat kekurangan asupan makanan ataupun kebutuhan nutrisi yang meningkat ditandai dengan adanya gejala klinis, antropometris, laboratoris dan data analisis diet. Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, 2016). 2.3.2. Jenis Malnutrisi Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe marasmus dan tipe marasmik-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda (Dorland, 2015) 1. Marasmus Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot (Dorland, 2015). Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah: a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan ototototnya, tinggal tulang terbungkus kulit b. Wajah seperti orang tua c. Iga gambang dan perut cekung d. Otot paha mengendor (baggy pant) e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar (Rahim, 2018) Sumber : Rahim (2018) Gambar 2.1. Marasmus 2. Kwasiorkor Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi berenergi protein yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat, asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi (Dorland, 2015). Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian besar penderita ditemukan edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala penderita kwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit. Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang dan berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis yang lebih mendalam dan lebar. Terjadi perubahan kulit yang khas yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan dan disertai kelembapan. Pada perabaan hati ditemukan hati membesar, kenyal, permukaan licin, dan pinggiran tajam. Anemia ringan juga ditemukan dan terjadinya kelainan kimia yaitu kadar albumin serum yang rendah dan kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi (Hassan, 2015) Sumber : Rahim (2018) Gambar 2.2. Kwasiorkor 3. Marasmus-Kwasiorkor Kondisi dimana terjadi defisiensi baik kalori maupun protein, dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya dehidrasi. Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus (Dorland, 2015) Sumber : Rahim (2018) Gambar 2.3. Marasmus-Kwasiorkor 2.3.3. Faktor Penyebab Malnutrisi Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut : 1. Penyebab langsung, kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi 2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun gizinya (Dorland, 2015) 2.3.4. Diagnosis Malnutrisi Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun, tebal lipat kulit normal atau mengurang, anemia ringan, aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi dan kepadatan penduduk (Krisnansari, 2012). 2.3.5. Faktor Risiko Malnutrisi Faktor risiko terjadinya malnutrisi antara lain : 1. Asupan makanan Kurangnya asupan makanan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain yaitu pola makan yang salah, tidak tersedianya makanan secara cukup, dan anak tidak cukup atau salah mendapat makanan bergizi seimbang. Kebutuhan nutrisi pada balita meliputi air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat. Maka jika terjadi kelebihan kalori yang menetap setiap hari sekitar 500 kalori dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu Terdapat perbedaan asupan makanan pada setiap kelompok umur, misalnya pada kelompok umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim meskipun tidak perlu disaring. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila anak sudah berumur 2-2,5 tahun. Kemudian pada usia 3-5 tahun balita sudah dapat memilih makanan sendiri sehingga asupan makanan harus diatur dengan sebaik mungkin. Memilih makanan yang tepat untuk balita harus menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien, menentukan jenis bahan makanan yang dipilih, dan menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan yang dikehendaki. Balita dengan gizi buruk sebagian besar memiliki pola makan yang kurang beragam, artinya mereka mengkonsumsi hidangan dengan komposisi yang tidak memenuhi gizi seimbang. Berdasarkan dari keseragaman susunan hidangan pangan, dikatakan pola makanan dengan gizi seimbang jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur yaitu sayur dan buah 2. Status sosial ekonomi Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi. Hal ini dapat disebabkan oleh karena rendahnya ekonomi keluarga sehingga pada akhirnya akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Ibu yang bekerja baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan secara reguler di luar rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki oleh ibu untuk memberikan pelayanan terhadap anaknya. Pekerjaan tetap ibu yang mengharuskan ibu meninggalkan anaknya dari pagi sampai sore menyebabkan pemberian ASI tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya 3. ASI Memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat antara lain oleh karena praktis, mudah, murah, sedikit kemungkinan untuk terjadi kontaminasi,dan menjalin hubungan psikologis yang erat antara bayi dan ibu yang penting dalam perkembangan psikologi anak tersebut. Beberapa sifat pada ASI yaitu merupakan makanan alam atau natural, ideal, fisiologis, nutrien yang diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu yang optimal dan mengandung nutrien yang lengkap dengan komposisi yang sesuai kebutuhan pertumbuhan bayi. Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga mengandung antibodi atau zat kekebalan yang akan melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini yang menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan dapat berperan langsung terhadap status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar. Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi akan rawan diare. 4. Pendidikan ibu Salah satu faktor penyebab timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang rendah sehingga menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupan. Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Tingkat pendidikan terutama tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi derajat kesehatan karena pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak. Tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku sehari-hari 5. Pengetahuan ibu Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan keluarga khususnya pada anak balita. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan keanekaragaman makanan yang berkurang. Keluarga akan lebih banyak membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari 6. Penyakit penyerta Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap penyakit-penyakit seperti tuberculosis (TBC), diare persisten (berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih dan dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah/disentri) dan HIV/AIDS. Penyakit tersebut dapat memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan dan meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Terdapat hubungan timbal balik antara kejadian penyakit dan gizi kurang maupun gizi buruk. Anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga rentan terhadap penyakit. Di sisi lain anak yang menderita sakit akan cenderung menderita gizi buruk 7. Berat Badan Lahir Rendah Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Bayi yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu ini pada umumnya disebabkan oleh karena ibu tidak mempunyai uterus yang dapat menahan janin, gangguan selama kehamilan, dan lepasnya plasenta yang lebih cepat dari waktunya. Bayi prematur mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR sering mendapatkan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena premature Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga dapat disebabkan oleh bayi lahir kecil untuk masa kehamilan yaitu bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan saat berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh keadaan ibu atau gizi ibu yang kurang baik. Kondisi bayi lahir kecil ini sangat tergantung pada usia kehamilan saat dilahirkan. Peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas neonatus, bayi, dan anak merupakan faktor utama yang disebabkan oleh BBLR. Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang. Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk. 8. Kelengkapan imunisasi Infeksi pada balita dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan terhadap penyakit tersebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen yang sama, balita tersebut tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit lain diperlukan imunisasi yang lain. Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu antigen yang dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan imunisasi adalah bayi dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan sistem kekebalan tubuh balita masih belum sebaik dengan orang dewasa. Sistem kekebalan tersebut yang menyebabkan balita menjadi tidak terjangkit sakit. Apabila balita tidak melakukan imunisasi, maka kekebalan tubuh balita akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini mempunyai dampak yang tidak langsung dengan kejadian gizi. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit untuk mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi terhadap paparan bibit penyakit (Tita, 2015) 2.3.6. Penatalaksanaan Malnutrisi Penatalaksanaan balita dengan malnutrisi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ini: 1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemi Hipoglikemi terjadi apabila kadar gula darah < 54 mg/dl atau ditandai lemah, kejang, suhu tubuh sangat rendah, kesadaran menurun, keluar keringat dingin dan pucat. Dapat diterapi dengan memberikan segera cairan gula 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok teh dicampurkan ke air 3,5 sendok makan, penderita diberi makan tiap 2 jam, antibotik, jika penderita tidak sadar dapat diberikan lewat sonde. Kemudian dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi maka pemberian cairan gula tersebut diulangi. 2. Mencegah dan mengatasi hipotermi. Dikatakan hipotermi jika suhu tubuh anak < 35oC. Dapat ditatalaksana dengan ruang anak harus hangat, tidak ada lubang angin, sering diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode kanguru), cepat diganti jika popok basah. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2 jam sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup kepala dan kaos kaki. 3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi Pengelolaannya diberikan cairan Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition) 70-100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit secara oral dalam 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam berikutnya, jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak mau, feses yang keluar dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam 4, 6, 8, 10 dengan F75 jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu. Monitoring tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan muntah, pemberian cairan dievaluasi jika kecepatan pernafasan dan nadi menjadi cepat, tekanan vena jugularis meningkat, atau jika anak dengan oedem maka oedemnya bertambah. 4. Koreksi gangguan elektrolit Berikan ekstra Kalium 150-300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4-0,6 mmol/kgBB/hari dan rehidrasi cairan rendah garam (Resomal). 5. Mencegah dan mengatasi infeksi Jika tidak ada komplikasi maka dapat diberikan kotrimoksazol selama 5 hari, namun bila ada komplikasi dapat diberikan amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam selama 5 hari. Dan hendaknya dilakukan monitoring terhadap komplikasi infeksi seperti hipoglikemia atau hipotermi. 6. Mulai pemberian makan. Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi, hipotermi dan mencukupi kebutuhan energi dan protein. Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu porsi kecil, sering, secara oral atau sonde, energy 100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5 g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk penderita marasmus, marasmik kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem derajat 1,2, jika derajat 3 berikan cairan 100 ml/kgBB/hari. 7. Koreksi kekurangan zat gizi mikro Berikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen multivitamin, asam folat (5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3 mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1 (<6 bulan 50.000 IU, 6-12 bulan 100.000 IU, >1 tahun 200.000 IU) 8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar Satu minggu perawatan fase rehabilitasi, berikan F100 yang mengandung 100 kkal dan 2,9 g protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi dan protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan protein. 9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang. Mainan digunakan sebagai stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur dan perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi psikologis, baik mental, motorik dan kognitif. 10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah Setelah BB/PB mencapai 1SD dikatakan sembuh, tunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah makanan, berikan terapi bermain anak, pastikan pemberian imunisasi boster dan vitamin A tiap 6 bulan (Tita, 2015). 2.4. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep- konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian. Variabel ini menjadi 2 yaitu variabel independen dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil tinjauan teoritis dan tinjauan kepustakaan maka disimpulkan kerangka konsep adalah studi kualitatif asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Kejadian Malnutrisi Pada Pasien Anak Balita Asupan Makan Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan eksploratif deskriptif yang bertujuan untuk menggali suatu permasalahan yang akan diteliti. Jenis penelitian ini yang melibatkan eksplorasi langsung, analisa data dan deskripsi dari hasil eksporasi, sebebas mungkin dari dugaan yang belum teruji, yang bertujuan mendapatkan hasil yang maksimal dari pengalaman individu baik yang dilihat, dirasakan, diingat, dipercayai, diputuskan, dilakukan dan seterusnya 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dikarenakan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan di Sumatera Utara dan rumah sakit ini memiliki kasus malnutrisi pada anak balita 3.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai dari studi pendahuluan Oktober 2019 sampai dengan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2020 3.3. Informan Informan yang akan ditetapkan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita dengan umur 12-60 bulan yang mengalami malnutrisi. Jumlah informan pada penelitian ini 4 anak balita dengan gizi buruk yang telah memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian adalah balita yang bersedia ikut dalam penelitian, balita yang mengalami malnutrisi, dan memiliki data rekam medik yang lengkap dan dapat dievaluasi. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah anak balita yang mengalami gangguan jiwa, anak balita yang mengalami kelainan kongenital, dan balita yang pindah dari tempat domisili saat penelitian berlangsung. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Informan kunci adalah tiga orang terdiri dari satu orang tenaga gizi di rumah sakit yang menentukan/menghitung asupan pasien gizi buruk dan dua orang tenaga kesehatan yang menangani pasien gizi buruk di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Dalam penelitian kualitatif tidak ada peraturan yang baku tentang jumlah informan, akan tetapi ukuran jumlah informan berdasarkan kebutuhan informasi dan prinsip dari pengambilan sampel adalah sampai terjadinya saturasi data. Pada studi eksplorasi memiliki percakapan yang mendalam, sehingga melibatkan sejumlah informan antara sepuluh informan atau lebih kecil, dengan prinsip pemilihan sampel adalah semua informan harus memiliki pengalaman fenomena dan mampu mengartikulasikan pengalaman hidupnya (Maleong, 2016). 3.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview). Indepth interview dipilih dalam penelitian ini untuk mengeksplorasi secara mendalam asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita. Metode wawancara secara mendalam (indepth interview) atau disebut juga sebagai wawancara semi terstruktur bertujuan untuk memperoleh bentukbentuk informasi tertentu dari semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri tiap informan. Metode wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Hal ini hanya untuk memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara, menggali informasi, keterangan, data, dan selanjutnya tergantung improvisasi dari peneliti sewaktu berada di lokasi penelitian. Peneliti memberikan kebebasan kepada informan untuk mengungkapkan pengalamannya atas pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara sehingga data yang diperoleh merupakan informasi yang alamiah sesuai dengan pengalaman informan. Waktu wawancara akan ditetapkan dengan durasi 60-90 menit. Penetapan waktu wawancara yang cukup lama didasarkan pada informasi yang akan digali dan mencakup informasi secara keseluruhan serta makna subjektif informan. Dalam penelitian ini, instrumen utama dalam mengumpulkan data adalah peneliti sendiri. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner data demografi, panduan wawancara, dan field note. Pada saat menggali data, peneliti mengesampingkan pengetahuan dan pemahaman pribadinya, serta berusaha sepenuhnya untuk memposisikan diri sebagai informan dan memandang segala sesuatu dari perspektif informan Panduan wawancara yang akan digunakan peneliti adalah semi struktur dan dibuat sesuai dengan landasan teori yang relevan dengan masalah yang akan digali dalam penelitian. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang dibuat sendiri oleh peneliti, bersifat mendalam dimulai dengan pertanyaan terbuka dan tidak bersifat kaku. Pertanyaan dapat dikembangkan sesuai proses yang sedang berlangsung selama wawancara tanpa meninggalkan landasan teori yang telah ditetapkan. Peneliti akan menggunakan alat perekam suara (recorder) untuk merekam percakapan selama wawancara. Kemudian hasil wawancara diketik dalam bentuk narasi (Maleong, 2016) 3.5. Defenisi Operasional 1. Asupan makan adalah cara ibu untuk mampu menerapkan mengatur dan mimilih makan sehat 2. Kejadian malnutrisi pada pasien anak balita adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan 3.6. Metode Pengolahan Data Pada tahap kualitatif ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Alasan peneliti hanya mengunakan teknik wawancara saja karena pada tahap ini hanya sebagai pembuktian, memperdalam, dan meluaskan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang lain seperti dokumentasi, observasi, dan kuesioner dilakukan pada tahap kuantitatif. Adapun jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara semi terstruktur, yaitu peneliti menggunakan guide wawancara yang membantu untuk mengidentifikasi masalah yang ingin dieksplor, namun interview atau interviewer memperbolehkan memberikan respon yang lebih detail (Mulyadi, 2016). 3.7. Analisa Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemetis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain 1. Data Reduction Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal yang penting dicari tema dan polanya karena penelitian ini menggunakan pendekatan sequential explanatori, maka fokus pereduksian data pada penelitian ini adalah hasil pembuktian hipotesis pada tahap kuantitatif. 2. Data Display (Penyajian Data) Pada penelitian ini penyajian data akan dibentuk dalam tabel. Tujuannya adalah agar memudahkan pengamatan antara hasil kuantitatif dan hasil interview 3. Conclusion Drawing (Verification) Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Analisis akan dipadukan dengan data hasil hipotesis pada tahap kuantitatif, karena metode kualitatif pada penelitia ini hanya untuk membuktikan dan memperluas data kuantitatif (Sugiyono, 2016). BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Informan 4.1.1. Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi Tabel 4.1. Karakteristik Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 No 1 2 3 4 Informan Umur 25 tahun 28 tahun 24 tahun 22 tahun Ny. P Ny. W Ny. S Ny. T Pendidikan SMA SMA SMA SMA 4.1.2. Anak Balita Yang Mengalami Malnutrisi Tabel 4.2. Karakteristik Anak Balita Yang Mengalami Malnutrisi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 No 1 2 3 Anak Balita Budi Ayu Robin Anak ke Umur 2 3 2 2 tahun 3 bulan 3 tahun 1 bulan 3 tahun 7 bulan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Lama Rawatan 3 minggu 3 hari 2 minggu 1 hari 2 minggu 4 hari 4 Aini 2 3 tahun 4 bulan Perempuan 2 minggu 3 hari 4.1.3. Perawat dan Ahli Gizi Yang Merawat Pasien Malnutrisi Pada Anak Balita Tabel 4.3. Perawat dan Ahli Gizi Yang Merawat Pasien Malnutrisi Pada Anak Balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 No Nama Umur Pendidikan 1 Elsi Rahmini Fitriani Hasibuan Nong Helmi 35 tahun D4 Gizi 39 tahun Sarjana Keparawatan + Ners Sarjana Keparawatan + Ners 2 3 4.2. 40 tahun Jabatan Lama Bekerja 12 tahun Ahli Gizi 16 tahun Perawat 16 tahun Perawat Asupan Makan 4.2.1. Informan Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi 1. Berapa kali dalam sehari ibu memberi makan balita ? Hasil wawancara tentang berapa kali dalam sehari ibu memberi makan balita dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut : a. “Anak saya … sulit diberikan makan sebelum dan sesudah di rawat di rumah sakit ini. Dulu saya memberikan makan anak saya. Tapi anak saya ini hanya makan sedikit saja”. b. “Saya memberikan makan anak saya hanya sekali dalam sehari dikarenakan anak saya sering diare jadi tidak mau makan” c. “Inilah yang sulit. Anak saya sulit kalau dikasi makan. Dikasi pun dia hanya makan sedikit. Saya hanya mengasih makan satu kali sehari” d. “Wah… kalau mau makan sulit sekali. Anak saya hanya mau makan dikit saja. Itupun saya hanya mengasih makan sekali saja” Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang berapa kali dalam sehari ibu memberi makan balita bahwa anak balita hanya makan sekali dalam sehari dikarenakan anak yang sulit diberikan makan. 2. Apakah balita ibu setiap hari makan pagi ? Hasil wawancara tentang apakah balita ibu setiap hari makan pagi dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut : a. “Makan pagi… saya hanya mengasih pagi hari minum susu saja. Terus habis itu anak saya gak mau dikasi makan”. b. “Pagi hari saya sibuk.. bagaimana mau mengasih makan. Saya tidak pernah mengasih makan pagi hari. Saya hanya mengasih makan siang” c. “Saya kasi sih.. makan pagi hari tetapi anak saya tidak mau. Yang dia makan paling hanya satu sendok saja” d. “Pagi saya kasi bu.. tapi anak saya hanya makan sedikit saja. Itupun harus dipaksa. Untuk makan sulit bu” Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang apakah balita ibu setiap hari makan pagi bahwa anak sulit diberikan makan. Ada ibu yang memberikan makan anak pagi hari tapi mayoritas anak sulit untuk makan. Satu informan mengatakan bahwa ibu tidak sempat untuk memberikan anak makan pagi dikarenakan kesibukan ibu di luar rumah. 3. Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi pada saat makan pagi ? Hasil wawancara tentang jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi pada saat makan pagi dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut : a. “Pagi hari saya hanya memberikan susu. Sekitar 2 jam kemudian saya kasi bubur nasi. Itupun anak saya sulit untuk makan. Saya memberikan tambahan ikan. Tapi anak saya sulit makan”. b. “Saya hanya mengasih makan bubur nasi saja bu karena saya tidak bisa beli makanan lain bu karena ekonomi yang tidak mencukupi bu” c. “Saya kasi bubur nasi di tambah ikan. Sayurnya ada sih. Tapi anak saya sulit dikasi makan. Makannyapun hanya dikit makanya mengalami gizi kurang. Sulit dikasi makan” d. “Bubur nasi ditambah ikan dan sayur saya buat, tapi sangat sulit dikasi makan. Satu sendok aja makan sudah sulit. Jadi terkadang apa yang buat sering terbuang” Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang apakah jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi pada saat makan pagi bahwa bubur nasi ditambah lauk pauk dan sayur tetapi mayoritas dari jawaban informan anak balita sulit dikasi makan 4. Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan siang ? Hasil wawancara tentang jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan siang dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut : a. “Saya berikan bubur nasi ditambah ikan terkadang sayuran tetapi sulit untuk memberikan makan. Anak saya sulit sekali makan”. b. “Siang hari ya… sebelum dirawat di rumah sakit memang anak saya sulit makan. Siang hari saya kasi bubur nasi ditambah ikan. Tapi ya.. hanya sedikit yang anak saya makan. Makanya berat badannya sulit naik” c. “Makan siang ya bu.. saya kasi bubur nasi bu.. tapi kalau makan selinagan saya gak ada kasi karena keuangan saya belum sanggup untuk membeli makanan yang beraneka ragam” d. “Makan siang saya berikan bubur nasi saja bu. Itu saja yang saya kasi tidak ada makanan selingan. Itupun sulit anak saya makan bu” Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan siang bahwa bubur nasi ditambah ikan dan sayur tetapi mayoritas menjawab anak sulit makan. Terdapat ibu yang keterbatasan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan gizi anak sehingga ibu hanya memberikan bubur nasi saja. Mayoritas jawaban ibu bahwa anak sulit makan 5. Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan malam ? Hasil wawancara tentang jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan malam dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut : a. “Malam hari ya bu… saya kasi bubur nasi yang dicampur ikan. Saya kan sudah katakan anak saya sulit makan. Selera makannya tidak ada”. b. “Anak saya sulit untuk dikasi makan. Makan apa saja sulit jadi menu apapun yang saya buat tidak ada gunanya” c. “Malam hari saya kasi bubur nasi tapi lebih sering makannya sulit. Anak saya lebih suka menyusui saja. Saya sudah bujuk makan tetapi anak saya sulit untuk makan” d. “Untuk makan malam ya bu…Ekonomi saya sulit untuk membeli aneka ragam menu. Malam hari saya lebih sering kasi bubur nasi ditambah tahu dan tempe. Emang sih… menu apaun anak saya sulit makan bu” Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan malam bahwa bubur nasi. Mayoritas anak sulit untuk dikasi makan walaupun ibu sudah membuat menu makanan. Tetapi ada informan yang sulit ekonomi sehingga ibu hanya memberikan bubur nasi aja kepada anak balita. Itupun anak balita sulit untuk dikasi makan 4.2.2. Informan Ahli Gizi 1. Bagaimana penanganan asupan makan pada pasien anak balita yang mengalami malnutrisi ? Hasil wawancara tentang penanganan asupan makan pada pasien anak balita yang mengalami malnutrisi dijelaskan oleh ahli gizi yang merawat anak balita yang mengalami malnutrisi sebagai berikut : “Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan melakukan penanganan asupan makan pada pasien anak balita yang mengalami malnutrisi sesuai dengan Kementerian Kesehatan RI terbagi 3 fase yaitu fase stabilisasi, transisi dan rehabillitasi”. a. Fase stabilisasi adalah keadaan ketika kondisi klinis dan metabolisme anak belum sepenuhnya stabil. Dibutuhkan waktu sekitar 1-2 hari untuk memulihkannya, atau bahkan bisa lebih tergantung dari kondisi kesehatan anak. Tujuan dari fase stabilisasi yakni untuk memulihkan fungsi organ-organ yang terganggu serta pencernaan anak agar kembali normal. Dalam fase ini, anak akan diberikan formula khusus berupa F 75 atau modifikasinya, dengan rincian susu skim bubuk (25 gr), gula pasir (100 gr), minyak goreng (30 gr), larutan elektrolit (20 ml) dan tambahan air sampai dengan 1000 ml. Fase stabilisasi bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Pemberian susu formula sedikit tapi sering. Pemberian formula khusus dilakukan sedikit demi sedikit tapi dalam frekuensi yang sering. Cara ini bisa membantu mencegah kadar gula darah rendah (hipoglikemia) serta tidak membebankan saluran pencernaan, hati, dan ginjal. 2) Pemberian susu formula setiap hari. Pemberian formula khusus dilakukan selama 24 jam penuh. Jika dilakukan setiap 2 jam sekali, berarti ada 12 kali pemberian. Jika dilakukan setiap 3 jam sekali, berarti ada 8 kali pemberian. 3) ASI diberikan setelah susu formula khusus. Bila anak bisa menghabiskan porsi yang diberikan, pemberian formula khusus bisa dilakukan setiap 4 jam sekali. Otomatis ada 6 kali pemberian makanan. Jika anak masih menyusui ASI, pemberian ASI bisa dilakukan setelah anak mendapatkan formula khusus. Bagi orangtua, sebaiknya perhatikan aturan pemberian formula seperti lebih baik gunakan cangkir dan sendok daripada botol susu, meskipun anak masih bayi dan gunakan alat bantu pipet tetes untuk anak dengan kondisi sangat lemah. b. Fase transisi adalah masa ketika perubahan pemberian makanan tidak menimbulkan masalah bagi kondisi anak. Fase transisi biasanya berlangsung selama 3-7 hari dengan pemberian susu formula khusus berupa F 100 atau modifikasinya. Kandungan di dalam susu formula F 100 meliputi susu skim bubuk (85 gr)1wQ, gula pasir (50 gr), minyak goreng (60 gr), larutan elektrolit (20 ml) dan tambahan air sampai dengan 1000 ml Fase transisi bisa dilakukan dengan cara pemberian formula khusus dengan frekuensi sering dan porsi kecil. Paling tidak setiap 4 jam sekali, jumlah volume yang diberikan pada 2 hari pertama (48 jam) tetap menggunakan F 75, ASI tetap diberikan setelah anak menghabiskan porsi formulanya dan jika volume pemberian formula khusus tersebut telah tercapai, tandanya anak sudah siap untuk masuk ke fase rehabilitasi. c. Fase rehabilitasi adalah masa ketika nafsu makan anak sudah kembali normal dan sudah bisa diberikan makanan agak padat melalui mulut atau oral. Akan tetapi, bila anak belum sepenuhnya bisa makan secara oral, pemberiannya bisa dilakukan melalui selang makanan (NGT). Fase ini umumnya berlangsung selama 2-4 minggu sampai indiktor status gizin BB/TB-nya mencapai -2 SD dengan memberikan F 100. Dalam fase transisi, pemberian F 100 bisa dilakukan dengan menambah volumenya setiap hari. Hal ini dilakukan sampai saat anak tidak mampu lagi menghabiskan porsinya. F 100 merupakan energi total yang dibutuhkan anak untuk tumbuh serta berguna dalam pemberian makanan di tahap selanjutnya. Secara bertahap, nantinya porsi menu makanan anak yang teksturnya padat bisa mulai ditambah dengan mengurangi pemberian F 100 Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang penanganan asupan makan pada pasien anak balita yang mengalami malnutrisi bahwa Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan melakukan penanganan asupan makan pada pasien anak balita yang mengalami malnutrisi sesuai dengan Kementerian Kesehatan RI terbagi 3 fase yaitu fase stabilisasi, transisi dan rehabillitasi 2. Satu contoh kasus asupan makan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dalam menangani pasien anak balita yang mengalami malnutrisi Hasil wawancara tentang satu contoh kasus asupan makan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dalam menangani pasien anak balita yang mengalami malnutrisi dijelaskan oleh ahli gizi yang merawat anak balita yang mengalami malnutrisi sebagai berikut : “Pada pasien dengan malnutrisi, penatalaksanaan yang adekuat diperlukan melalui kolaborasi berbagai pihak yaitu oleh dokter dan tenaga medis, ahli nutrisi, dan keluarga dari pasien tersebut. Pada anak dengan edema akibat malnutrisi, status nutrisi harus dinilai dengan hati-hati karena dapat menyebabkan bisa pada pengukuran berat badan. Anak dengan malnutrisi kronis membutuhkan asupan kalori 120-150 kkal/kg/hari untuk mencapai berat badan sesuai. Rumus yang digunakan untuk mengukur kebutuhan kalori yaitu Kkal/kg = (RDA untuk umur x BB ideal)/ BB actual. Semua anak dengan gizi buruk berisiko menderita hipoglikemia (kadar gula darah sewaktu <54mg/dl), dan kondisi ini dapat menyebabkan kematian pada 2 hari pertama perawatan. Bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia, pemberian makan setiap 2-3 jam sangat penting untuk mencegah terjadinya hipoglikemia berkepanjangan. Dalam kondisi hipoglikemia, bila anak dalam keadaan sadar dapat diberikan 50 ml larutan glukosa 10% atau sukrosa 10% (1 sendok teh penuh gula dilarutkan dalam 50 ml air) baik peroral maupun NGT. Kemudian mulai pemberian F75 (formula nutrisi dengan kalori 75 kkal/100mL) tiap 2 jam, dan untuk 2 jam pertama berikan seperempat dosis tiap 30 menit. Pertimbangkan pula pemberian antibiotik jika terbukti terdapat infeksi pada pasien. Bila anak dalam keadaan tidak sadar, dapat diberikan bolus glukosa 10% intravena diikuti dengan 50 ml glukosa 10% lewat pipa NGT dan dilanjutkan pemberian F75 dengan metode serupa. Evaluasi kadar gula darah setelah 2 jam tatalaksana. Pemberian makanan pada fase stabilisasi memerlukan pendekatan yang hati-hati karena kondisi fisiologis anak dengan malnutrisi akut berat sangat rapuh. Pemberian makan sebaiknya dimulai sesegera mungkin dengan porsi kecil namun sering menggunakan makanan dengan osmolaritas rendah dan rendah laktosa seperti F75. Pemberian makan sebaiknya melalui oral atau bantuan pipa nasogastrik, dan bila anak masih minum ASI, lanjutkan pemberian ASI namun setelah formula makanan dihabiskan. Berikut ini jadwal yang direkomendasikan pada fase stabilisasi: a. 1-2 hari : frekuensi tiap 2 jam, 11 cc/kgBB/pemberian, volume 130 ml/kg/hari b. 3-5 hari: frekuensi tiap 3 jam, 16 cc/kgBB/pemberian, volume 130 ml/kg/hari c. 6-7+ hari: frekuensi tiap 4 jam, 22 cc/kgBB/pemberian, volume 130 ml/kg/hari Selanjutnya, pada fase transisi dan rehabilitasi, bila anak dirasa mampu, jenis formula makanan dapat dinaikkan menjadi F100 (formula nutrisi dengan kalori 100 kkal/100mL) yang memiliki kalori lebih tinggi untuk mempersiapkan anak mencapai berat badan yang ditargetkan. Koreksi defisiensi mikronutrien juga perlu diberikan, namun pemberian preparat besi tidak boleh diberikan hingga minggu kedua atau pada fase rehabilitasi. Pada hari pertama perawatan dapat diberikan Vitamin A peroral (dosis >12 bulan 200.000 SI, untuk 6-12 bulan 100.000 SI, untuk 0-5 bulan 50.000 SI), ditunda bila kondisi klinis buruk. Dapat pula diberikan asam folat 5 mg peroral. Di Indonesia, terdapat larutan yang mengandung elektrolit dan mineral yang dibutuhkan yaitu zinc, tembaga (Cu), kalium dan magnesium”. Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang contoh kasus asupan makan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dalam menangani pasien anak balita yang mengalami malnutrisi diketahui bahwa Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan melakukan penanganan asupan makan dalam menangani pasien anak balita yang mengalami malnutrisi 4.3. Kejadian Malnutrisi Pada Anak Balita 4.3.1. Informan Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi 1. Sejak umur berapa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) ? Hasil wawancara tentang sejak umur berapa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut : a. “Anak saya.. sejak lahir sudah berat badannya rendah. Memang sejak lahir sudah ada kelainan. Entah kenapa dikasi makanpun sulit”. b. “Sejak umur 1 tahun. Anak saya sering batuk. Semenjak itulah berat badannya turun terus” c. “Beberapa bulan ini anak saya terus diare. Sembuh bentar kambuh lagi. Anak saya sering diare bu” d. “Satu tahun terakhir ini anak saya sering demam. Bahkan sampai demam tinggi. Naik turun demamnya. Distulah berat badan anak turun draktis bu” Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang sejak umur berapa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) bahwa satu balita sejak lahir dan 3 balita berat badan turun selama satu tahun terakhir 2. Dari mana anda mengetahui bahwa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) ? Hasil wawancara tentang dari mana anda mengetahui bahwa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut : a. “Karena sejak lahir berat badan anak saya rendah. Saya dulu mengetahuinya pertama kali dari dokter di puskesmas tempat saya berobat”. b. “Anak saya batuk-batuk. Saya mengetahuinya dari bidan saya sewaktu saya bawa anak saya berobat ke puskesmas” c. “Saya mengetahuinya dari dokter di puskesmas. Pertama kali itulah… anak saya diare. Sembuh kambuh terus. Dari puskesmas itulahs saya tau anak saya mengalami gizi buruk” d. “Anak saya sering sakit. Dulu saya bawa ke puskesmas sebelum di rujuk saya ke Rumah Sakit Adam Malik ini” Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang dari mana anda mengetahui bahwa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) bahwa mayoritas informan mengetahui anaknya mengalami malnutrisi dari puskesmas dikarenakan mayoritas anak balita mengalami sakit 3. Apa yang anda lakukan semenjak mengetahui bahwa anak anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) ? Hasil wawancara tentang apa yang anda lakukan semenjak mengetahui bahwa anak anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut : a. “Saya dapat makanan tambahan dari puskesmas tapi anak saya sulit makan. Berat badannya sulit naik. Makanya saya bawa ke rumah sakit ini”. b. “Anak saya batuk tak henti henti.. dari puskesmas saya di rujuk ke rumah sakit ini. Saya sih.. ngikut aja.. dalam keadaan sekarang saya pasrah ke tenaga medis untuk menyembuhkan anak saya” c. “Berat badan anak saya turun terus. Ini diare tak henti. Entah kenapa penyebabnya. Saya rujukan dari puskesmas terus ke Rumah Sakit Kabupaten. Dari rumah sakit kabupaten saya dirujuk ke Rumah Sakit Adam Malik. Tapi mau bilang apa. Apa yang terbaik menurut dokter itu saja yang saya ikutin. Yang penting berat badan anak saya bisa naik” d. “Anak saya demam naik turun. Sering sering demam. Berat badannya turun draktis. Saya mengikuti aja apa anjuran dokter. Ini anak saya sedang di rawat di rumah sakit ini. Ini demamnya sudah turun. Tinggal berat badan anak saya yang belum” Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang apa yang anda lakukan semenjak mengetahui bahwa anak anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) bahwa mayoritas penyebab malnutrisi pada anak balita disebabkan karena bawaan dari lahir berat badan rendah, batuk, diare dan demam. Informan mengetahui anak balitanya malnutrisi mayoritas rujukan dari puskesmas, Rumah Sakit Kabupaten kemudian di rujuk ke Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Mayoritas informan mengikuti anjuran medis dalam penanganan malnutrisi pada anak balita. 4. Apakah yang dilakukan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dalam penanganan malnutrisi pada anak balita anda ? Hasil wawancara tentang apakah yang dilakukan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dalam penanganan malnutrisi pada anak balita anda dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut : a. “Saya lihat Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan menjalankan segala upaya dalam penyembuhan anak saya. Mereka memberikan asupan makan yang diatur jamnya. Beda dengan asupan makan sebelum saya masuk ke rumah sakit ini. Asupan makan yang saya lihat lengkap dengan makanan selingan yang diberikan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan”. b. “Semenjak anak saya di rawat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan ini penanganannya bagus. Dari pengobatan batuk anak saya. Asupan makan pada anak saya juga bagus. Saya lihat makan anak saya ada pudingnya. Bahkan dikasi jus buah juga” c. “Anak sayakan diare… pengobatannya diberikan terus pada anak saya. Menu makan anak saya saya dapat dari rumah sakit ini, sangat beda menu yang saya berikan dulu. Disini menu makan anak saya beragam. Ada makan selingan untuk anak saya. Susu anak saya juga disediakan. Semoga berat badan anak saya perlahan naik” d. “Ini uda ada sekitar dua minggu anak saya dirawat. Demamnya sudah turun tinggal berat badan anak saya yang belum. Makan, susu untuk anak saya disediakan di rumah sakit ini. Makan anak sayapun ada jamnya” Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang apakah yang dilakukan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dalam penanganan malnutrisi pada anak balita anda bahwa Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik melakukan penanganan dalam mengatasi malnutrisi yang anak balita yang dirawat dimulai dari pengobatan medis dan asupan makan. Asupan makan disediakan oleh ahli gizi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik yang diatur sesuai dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh anak balita. Menu makan disesuaikan dengan umur balita dan diatur sampai kalori yang dibutuhkan tubuh anak balita tercapai. 4.3.2. Perawat Yang Menangani Pasien Malnutrisi Pada Pasien Anak Balita 1. Penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita? Hasil wawancara tentang penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita dijelaskan oleh perawat yang menangani pasien malnutrisi pada pasien anak balita sebagai berikut : “Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkahlangkah proses asuhan gizi. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang/skrining lanjut setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang/skrining lanjut berisiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar. Pasien sakit kritis atau kasus sulit yang berisiko gangguan gizi berat akan lebih baik bila ditangani secara tim Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Tugas perawat dalam menangani pasien malnutrisi pada pasien anak balita terdiri dari a. Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan. b. Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi badan/panjang badan secara berkala. c. Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan informasi kepada dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien. d. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan melalui oral/enteral dan parenteral”. Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita diketahui bahwa perawat melakukan penanganan yang adekuat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita dengan melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan, Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi badan/panjang badan secara berkala, melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan informasi kepada dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien serta memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan melalui oral/enteral dan parenteral 2. Apakah ada penyakit penyerta pada pasien malnutrisi yang dialami anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan ? Hasil wawancara tentang apakah ada penyakit penyerta pada pasien malnutrisi yang dialami anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dijelaskan oleh perawat yang menangani pasien malnutrisi pada pasien anak balita sebagai berikut : “Biasanya anak balita yang mengalami malnutrisi mempunyai penyakit penyerta. Misalnya demam, diare, batuk terus tidak ada nafsu makan. Tidak ada nafsu makanlah itu lah yang mengakitbatkan berat badan turun”. Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita bahwa anak balita yang mengalami malnutrisi mempunyai penyakit penyerta misalnya demam, diare, batuk dan nafsu makan yang kurang. BAB V PEMBAHASAN 5.1. Asupan Makan Hasil penelitian asupan makan anak balita bahwa mayoritas anak makan sekali dalam sehari, ibu yang memberikan makan anak pagi hari tapi mayoritas anak sulit untuk makan. Satu informan mengatakan bahwa ibu tidak sempat untuk memberikan anak makan pagi dikarenakan kesibukan ibu di luar rumah, jenis makanan yang sering dikonsumsi pada saat makan pagi bahwa bubur nasi ditambah lauk pauk dan sayur tetapi mayoritas dari jawaban informan anak balita sulit dikasi makan, jenis makan siang bubur nasi ditambah ikan dan sayur tetapi mayoritas menjawab anak sulit makan, jenis makan malam bahwa bubur nasi. Tetapi ada informan yang sulit ekonomi sehingga ibu hanya memberikan bubur nasi aja kepada anak balita. Itupun anak balita sulit untuk dikasi makan Penelitian Ardi (2019) tentang studi kasus balita gizi buruk 1-5 tahun di Desa Tesabela Kecamatan Kupang Barat mengatakan bahwa hasil persen asupan selama tiga hari energi 53,78%, deficit berat protein 31,35%, deficit berat lemak 33,15%, deficit berat karbohidrat 61,54% deficit berat. Ibu balita sering mendapat kunjungan dari puskesmas namun tidak ada perubahan pada balita. Balita juga mendapatkan biscuit dan obat gizi dari puskesmas tapi tidak di konsumsi oleh balita sendiri karena biscuit tersebut juga di berikan pada anggota keluarga untuk di konsumsi. Untuk obat gizi yang ada di konsumsi hanya tiga kali kali di karenakan setelah di konsumsi balita muntah- muntah sehingga ibu tidak lagi memberikan obat tersebut untuk balita. Kurang adanya kesadaran dari ibu dalam memperhatian asupan makan pada balita. Penelitian Dentris (2018) tentang studi kasus anak balita gizi buruk di Puskesmas Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang mengatakan bahwa hasil pengamatan Asupan zat gizi pada pasien diperoleh hasil masih belum mencapai kebutuhan tubuh, Pada hasil Pengamatan asupan dilakukan selamaSS 3 hari dan 3 kali pengamatan, Hasil Asupan zat gizi diperoleh hasil asupanzat gizi pasien pada hari pertama Pengamatan adalah Energi 508,2 kkal dengan kategori defisit berat, Protein 17,6 gram dengan kategori defisit berat, Lemak 2,7 gram dengan kategori defisit berat, Karbohidrat 101 gram dengan kategori defisit berat. Presentasi Asupan pada hari ke 2 Pengamatan adalah Energi 480,5 kkal dengan kategori defisit berat, Protein 10 gram dengan kategori defisit berat, Lemak 4,7 gram dengan kategori defisit berat, Karbohidrat 100 gram dengan kategori defisit berat. Presentasi Asupan zat gizi pada hari ke 3 Pengamatan adalah Energi 619,8 kkal dengan kategori deficit berat, Protein 12 gram dengan kategori defisit berat, Lemak 12 gram dengan kategori defisit berat, Karbohidrat 110 gram dengan kategori defisit berat. Hal ini disebabkan karna nafsu makan pasien yang kurang ditandai dengan pasien jarang menghabiskan makanan yang diberikan setiap kali makan, Oleh karna itu asupan makanan yang kurang atau tidak mencapai kebutuhan individu yang berlangsung dalam waktu yang lama akan memyebabkan berbagai masalah gizi dengan status gizi balita menjadi gizi buruk dan pendek. Penelitian Imran (2013) mengatakan bahwa salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan. Penatalaksanaan gizi bagi balita gizi buruk yang dilaksanakan di TFC Puskesmas Telaga berpedoman pada Buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pemberian makanan untuk meningkatkan berat badan dan status gizi balita disesuaikan dengan fase stabilisasi (H1-2), fase transisi (H37) dan fase rehabilitasi (Mg2-6). Makanan yang diberikan dalam bentuk makanan formula maupun makanan lokal dengan asupan kalori dan protein disesuaikan dengan kebutuhan untuk masing-masing fase pemberian makanan sesuai pedoman yang ada. Penatalaksanaan gizi ini menjadi tanggung jawab dari petugas gizi di TFC Puskesmas Telaga Masa balita adalah masa yang sangat penting dan perlu diperhatian yang sangat serius karena pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat. Peran orang tua dalam proses pengasuhan sangat penting, pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang dapat menjadi dasar untuk tumbuh kembang anak yang optimal (Fikawati, 2015). Anak dalam golongan usia 1-3 tahun ini sangat rentan terhadap penyakit gizi, seperti defisiensi vitamin A dan malnutrisi energi protein. Anak usia 6-24 bulan membutuhkan setidaknya 100 mg DHA per hari yang dapat membantu perkembangan otak mereka. Faktor gizi di masa ini menjadi penting karena kekurangan zat gizi tertentu dapat menyebabkan perkembangan otak terhambat yang membuat kecerdasan anak menurun. Nutrisi yang tepat bagi otak anak dapat membantu meningkatkan daya ingat dan keterampilan anak yang membuat performa anak lebih baik dalam menerima pelajaran. Salah satu nutrisi bagi batita yang perlu diperhatikan adalah taurin yang juga merupakan salah satu komponen dari protein. Perlu diketahui bahwa protein terdiri dari kumpulan asam amino esensial dan asam amino non-esensial seperti taurin. Asam amino non-esensial dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan asam amino esensial harus diperoleh dari luar seperti dari makanan karena tubuh tidak dapat menghasilkannya sendiri. Taurin bermanfaat untuk memerlancar hubungan antarsel dalam otak dan fungsi sistem saraf. Zinc juga penting bagi fungsi otak anak karena kekurangan zinc juga berkaitan dengan melemahnya kemampuan kognitif anak. Di usia ini anak juga perlu mengonsumsi daging merah, hati, tahu, dan tempe karena salah satu sumber zat besi ini meningkatkan aktivitas neurotransmitter pada anak (Budi, 2020) Pola makan balita biasa makan 3x sehari dengan porsi 2 centong nasi. Balita jarang makan snack, suka mengkonsumsi protein hewani seperti telur, ikan, responden jarang mengkonsumsi daging dan protein nabati seperti tahu, tempedan kacang-kacangan hanya 1-2x dalam seminggu atau jarang mengkonsumsi. Balita suka mengkonsumsi sayur berkuah. Balita jarang mengkonsumsi buah, keluarga Balita juga belum mendapatkan edukasi tentang gizi (Ardi, 2019). Persoalan gizi buruk pada balita disebabkan oleh sikap atau perilaku ibu yang menjadi faktor dalam pemilihan makanan yang tidak benar sehingga kurangnya asupan energi, protein anak baliata yang mempengaruhi status gizi anak (Soekirman, 2015) Konsumsi makanan atau dalam pola pemberian makan yang baik berpengaruh terhadap status gizi (pertumbuhan) balita. Status gizi baik bila tubuh memperoleh asupan gizi yang baik, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik dan kesehatan secara umum pada keadaan umum sebaik mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan atau kelebihan zat gizi (Erni, 2013) Asumsi peneliti bahwa dari hasil wawancara informan diketahui bahwa asupan makanan yang diberikan pada anak balita mayoritas kurang sehingga anak balita dapat mengalami malnutrisi. Dari hasil penelitian bahwa malnutrisi terjadi pada anak disebabkan karena anak kurang mendapatkan asupan makan karena anak tidak ada selera makan walaupun ibu memberikan bubur nasi ditambah lauk pauk dan sayur. Mayoritas ibu yang mengalami malnutrisi disebabkan karena faktor ekonomi keluarga yang tidak mencukupi sehingga berat badan anak turun sehingga terjadi malnutrisi pada anak. Dengan demikian ibu membawa anak berobat ke puskesmas dan puskesmas merujuk anak ke Rumah Sakit Adam Malik untuk mendapatkan penanganan malnutrisi yang terjadi pada anak. Asupan makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita (Soekirman, 2015) 5.2. Kejadian Malnutrisi Pada Pasien Anak Balita Hasil penelitian kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik bahwa anak balita mengalami malnutrisi (gizi buruk) diketahui bahwa satu balita sejak lahir dan 3 balita berat badan turun selama satu tahun terakhir, mayoritas informan mengetahui anaknya mengalami malnutrisi dari puskesmas dikarenakan mayoritas anak balita mengalami sakit, penyebab malnutrisi pada anak balita disebabkan karena bawaan dari lahir berat badan rendah, batuk, diare dan demam. Informan mengetahui anak balitanya malnutrisi mayoritas rujukan dari puskesmas, Rumah Sakit Kabupaten kemudian di rujuk ke Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Mayoritas informan mengikuti anjuran medis dalam penanganan malnutrisi pada anak balita, penanganan malnutrisi pada anak balita anda bahwa Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik melakukan penanganan dalam mengatasi malnutrisi yang anak balita yang dirawat dimulai dari pengobatan medis dan asupan makan. Asupan makan disediakan oleh ahli gizi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan yang diatur sesuai dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh anak balita. Penelitian Ardi (2019) tentang studi kasus balita gizi buruk 1-5 tahun di Desa Tesabela Kecamatan Kupang Barat mengatakan bahwa dari 2 responden yang mengalami gizi buruk berdasarkan hasil wawancara dengan ibu responden berat badan yang tidak naik-naik, dan pola makan anak yang kurang bervariasi dan tidak sesuai dengan kebutuhan, dan anak yang susah makan. Hasil pemeriksaan kesehatan sebelumnya pada responden pertama dan kedua data yang ada pada bidan desa bahwa ketiga responden ini dinyatakan gizi buruk dan hasil wawancara dengan ibu responden sering mengalami sakit seperti demam, batuk, pilek dan diare. Penelitian Imran (2013) mengatakan bahwa sebagian besar sampel balita gizi buruk yang dirawat di TFC masuk dengan penyakit penyerta yang lain. Sebagian besar balita gizi buruk yang dirawat di TFC Puskesmas Telaga disertai dengan penyakit penyerta yang lain, yaitu batuk sebanyak 10 orang (30,30%), panas sebanyak 8 orang (24,24%) dan diare sebanyak 7 orang (21,21%). Untuk mendukung tercapainya gizi baik adalah sangat penting, menyusun dan mengimplementasikan protokol dan alur tata laksana yang baik sehingga dapat membantu dalam mewujudkan intervensi sedini mungkin yang seharusnya direncanakan oleh ahli gizi. Malnutrisi pada anak memiliki relevansi dan kepentingan dengan kesehatan masyarakat. Hal tersebut berhubungan langsung dengan kemiskinan dan akibat terbesar dari masalah paling utama, yaitu kelaparan yang korban terbesarnya adalah anak-anak. Pada anak-anak dengan malnutrisi ini, cenderung menunjukkan peningkatan morbiditas, dan prevalensi pada saat masuk rumah sakit. Ketika mereka masuk umumnya tidak diperhatikan dengan baik dalam hal antropometriknya, dan pada akhirnya tidak ditunjang nutrisinya selama perawatan. Pemerintah telah mencanangkan tata laksana nutrisi rumah sakit dengan tujuan menurunkan insiden malnutrisi rumah sakit. Hal tersebut berdampak positif terhadap prognosis penyakit menjadi lebih baik melalui lima langkah tata laksana gizi, yaitu penentuan status nutrisi, penghitungan kebutuhan nutrisi, penentuan jenis nutrisi, penentuan cara pemberian nutrisi, dan evaluasi (Aidah, 2013) Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah sakit yang disebabkan karena penyakitnya atau masukan zat gizi yang tidak cukup, namun tidak jarang pula malnutrisi ini timbul selama dirawat inap. Jika kebutuhan minimal energi tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang lama, maka akan timbul gejala kurang gizi. Kurang gizi ini dapat dilihat dari penurunan berat badannya (malnutrisi) (Defriani, 2004) Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 (Lima) tahun. Gizi buruk adalah bentuk terparah sari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak balita usia 12-59 bulan merupakan kelompok umur yang rawan terhadap gangguan kesehatan dan gizi.pada usia ini kebutuhan mereka meningkat, sedangkan mereka tidak bisa meminta dan mencari makan sendiri dan seringkali pada usia ini tidak lagi diperhatikan dan pengurusannya diserahkan kepada orang lain sehingga resiko gizi buruk akan semakin besar. Anak yang gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Anak yang makananya tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit. Anak yang sakit maka berat badanya akan menjadi turun sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi dari anak tersebut. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dari pihak Puskesmas memberikan bantuan berupa PMT dalam bentuk biscuit balita dan obat gizi buruk yang dosisnya disesuaikan dengan berat badan balita. Sejauh ini program dari pemerintah berjalan dengan baik namun kurangnya partisipasi aktif dari orang tua balita. (Arisman, 2018). Asupan makan, status nutrisi, diare, dan keganasan bukan merupakan faktor prediktor. Pada awal rawat, anak cenderung mengalami penurunan nafsu makan karena berada di lingkungan baru sehingga perlu adaptasi, di samping rasa dan teknik penyajian menu turut berpengaruh. Selain itu, proses penyakit yang sedang berjalan memengaruhi nafsu makan pasien apalagi bila melibatkan keluhan pada sistem gastrointerstinal. Beberapa kondisi lain yang memperberat keadaan di antaranya memuaskan pasien untuk tindakan diagnostik serta tidak adanya tenaga khusus di rumah sakit yang bertugas memberikan asupan makan bagi pasien yang memerlukan. Faktor yang memengaruhi kejadian malnutrisi pada anak dengan keganasan ditandai dengan anoreksia, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, atrofi muskular, disfungsi sistem imun dan perubahan metabolisme tubuh. Malnutrisi pada keganasan dapat terjadi akibat dari pertumbuhan tumor yang berpotensi mengganggu sistem cerna, respon tubuh terhadap perkembangan sel ganas dan efek terapi yang ditimbulkan. Hospitalisasi berulang dan lama pada kondisi ini turut meningkatkan risiko malnutrisi (Elvia, 2016) Asumsi peneliti bahwa dari hasil wawancara informan diketahui bahwa kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik diketahui bahwa penyebab malnutrisi pada anak balita disebabkan oleh penyakit penyerta seperti berat badan lahir rendah, demam, batuk dan diare yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan sehingga mengakibatkan malnutrsi pada anak balita. Ditambah lagi asupan makan yang kurang sehingga memperkuat terjadinya malnutrisi pada anak balita sehingga anak balita membutuhkan penanganan yang lebih intensif dari pihak medis dalam mengatasi malnutrisi pada anak BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Asupan makan anak balita bahwa mayoritas anak makan sekali dalam sehari, ibu yang memberikan makan anak pagi hari tapi mayoritas anak sulit untuk makan. Satu informan mengatakan bahwa ibu tidak sempat untuk memberikan anak makan pagi dikarenakan kesibukan ibu di luar rumah, jenis makanan pagi bubur nasi ditambah lauk pauk dan sayur tetapi mayoritas dari jawaban informan anak balita sulit dikasi makan, jenis makan siang bubur nasi ditambah ikan dan sayur tetapi mayoritas menjawab anak sulit makan, jenis makan malam bahwa bubur nasi. Tetapi ada informan yang sulit ekonomi sehingga ibu hanya memberikan bubur nasi aja kepada anak balita. 2. Kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik bahwa satu balita sejak lahir dan 3 balita berat badan turun selama satu tahun terakhir, mayoritas informan mengetahui anaknya mengalami malnutrisi dari puskesmas dikarenakan mayoritas anak balita mengalami sakit, penyebab malnutrisi pada anak balita disebabkan karena bawaan dari lahir berat badan rendah, batuk, diare dan demam. Informan mengetahui anak balitanya malnutrisi mayoritas rujukan dari puskesmas, Rumah Sakit Kabupaten kemudian di rujuk ke Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Mayoritas informan mengikuti anjuran medis, penanganan malnutrisi pada anak balita yang dirawat dimulai dari pengobatan medis dan asupan makan. Asupan makan disediakan oleh ahli gizi yang diatur sesuai dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh anak balita. 6.2. Saran Adapun saran dalam penelitian ini, berdasarkan dari hasil penelitian, yaitu: 1. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat terutama ibu yang mempunyai balita supaya memperhatikan asupan makan balita dalam mencegah malnutrisi pada anak balita 2. Bagi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Sebagai bahan masukan dalam membuat program dan kebijakan yang berkaitan dengan asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian anak balita yang malnutrisi 3. Bagi Peneliti Lanjut Sebagai masukan dan tambahan informasi bagi peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama tentang asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada anak balita DAFTAR PUSTAKA Aidah Juliaty, 2013. Malnutrisi Rumah Sakit Pada Bangsal Anak Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. www.researchgate.net › publication › 312175847_Malnutrisi. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2020 Almatsier, S. 2014. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ardi Briliand Lorens Lenes, 2019. Studi Kasus Balita Gizi Buruk 1-5 Tahun di Desa Tesabela Kecamatan Kupang Barat. repository.Poltekes kupang.ac.id. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020 Arisman M. 2018. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran (EGC) Budi Purnomo, dr, SpA (K), 2020. Asupan Gizi Anak, Dari Bayi Hingga Usia Sekolah. bebeclub.co.id › detail › bayi › resep-nutrisi-bayi › asu. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2020 Defriani Dwiyanti, Hamam Hadi, Susetyowati, 2004. Pengaruh Asupan Makanan Terhadap Kejadian Malnutrisi di Rumah Sakit. jurnal.ugm.ac.id › jgki › article › download. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020 Dentris Fao, 2018. Studi Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Puskesmas Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. repository.poltekeskupang.ac.id. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2020 Dorland, 2015. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. Elvia Maryani, Endy Paryanto Prawirohartono, Sasmito Nugroho, 2016. Faktor Prediktor Malnutrisi Rumah Sakit pada Anak. saripediatri.org › sari-pediatri › article › download. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2020 Erni Purwani, Mariyam, 2013. Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 1sampai 5 Tahun di Kabunan Taman Pemalang Semarang. jurnal.unimus.ac.id › JKA › article › download. Diakses pada tanggal 5 Juni 2020 Fikawati, S., Syafiq, A., Karima, K. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. PT. Raja Grafindo: Persada Jakarta. Hassan R., Alatas H., Latief A, et al, 2015. Gizi: In Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: Infomedika Hidro Muh Perdana, Darmawansyih, Andi Faradillah, 2019. Gambaran Faktor Risiko Malnutrisi pada Anak Balita di Wilayah Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar Tahun 2019. jurnal.fk.umi.ac.id › index.php › article › download. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020 Imran Tumenggung, 2013. Penatalaksanaan Diet Dan Perkembangan Status Gizi Balita Gizi Buruk di TFC (Therapeutic Feeding Center) Puskesmas Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 – 2013. jurnal.poltekkesgorontalo.ac.id › article › download. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2020 Krisnansari D., 2012. Nutrisi dan Gizi Buruk. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Marimbi, Hanum, 2013. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar. Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika Maleong, 2016. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyadi, Mohammad. 2016. Metode Penelitian Praktis Kualitatif & Kuantitatif. Jakarta: Publica Press Ngadimin, 2013. Ilmu Gizi untuk SMKK/SMTK dan Peminat Gizi, Ujung Pandang : Depdikbud. Moehji, S., 2015. Penyelenggaraan Makanan Bergizi Institusi dan Jasa, Jakarta : Bharata Niaga Media. Pardede J, 2016. Atasi Gizi Buruk dengan Komprehensif dan Berkelanjutan. Jakarta. EGC Rahim A., 2018. Masalah Gizi Buruk dan Tanda-tanda Klinisnya. Yogyakarta: Deepublish. Riset Kesehatan Nasional (Rikesdas), 2018. Angka Kejadian Malnutrisi di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2019. Prevalensi Gizi Buruk di Sumatera Utara. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Santoso, S dan Ranti, L.A, 2014. Kesehatan dan Gizi. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Sediaoetama AD. 2018. Ilmu Gizi. Jakarta : PT Dian Rakyat Soetjiningsih, IGN Gde Ranuh, 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Soekirman. Thaha, R. A, Hardiansyah, Hadi, H. Idrus, J. Endang, L. A. dan Atmaria. 2015. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Penerbit PT Gramedia. Jakarta Soetjingsih, 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Sulistijiani, D. A dan Herlianty, M. P, 2012. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Puspa Swara, Jakarta. Suhardjo, 2017. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Balita, Kanisius Yogyakarta. Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta Uripi, 2014. Menu Sehat Untuk Balita. Penerbit Puspa Swara, Anggota IKAPI. Jakarta. Sutomo, B. and Anggraini, D. 2017. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta: Demedia Tita Menawati Liansyah, 2015. Malnutrisi Pada Anak Balita. buahhati.stkipgetsempena.ac.id. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020 Yupi Supartini, 2012. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC. LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN Saya yang bernama Siti Aisyah (Nim 1603043) adalah mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Studi kualitatif asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan anda untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan anda. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga anda bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi anda dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini. Peneliti (Siti Aisyah) Medan, Informan ( .......................... ) 2020 KUESIONER PENELITIAN STUDI KUALITATIF ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN MALNUTRISI PADA PASIEN ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2020 Informan Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi I. Keterangan Waktu Wawancara 1. No RM : .................................... 2. Hari : .................................... 3. Tanggal : .................................... 4. Jam : .................................... II. Identitas Informan 1. Ibu yang mempunyai balita yang mengalami malnutrisi b. Nama : .................................... c. Umur : .................................... d. Pendidikan : .................................... e. Alamat : ................................... 2. Anak balita yang mengalami malnutrisi a. Nama : .................................... b. Umur : .................................... c. Jenis Kelamin : .................................... d. Lama rawatan : .................................... III. Asupan Makan 1. Berapa kali dalam sehari ibu memberi makan balita ? a. Satu kali sehari b. Dua kali sehari c. Tiga kali sehari 2. Apakah balita ibu setiap hari makan pagi ? a. Ya… tiap hari b. Tidak setiap pagi c. Jika tidak pernah, mengapa ……………………… 3. Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi pada saat makan pagi ? 4. Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan siang ? 5. Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan malam ? IV. Kejadian Malnutrisi Pada Anak Balita 1. Sejak umur berapa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) ? 2. Dari mana anda mengetahui bahwa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) ? 3. Apa yang anda lakukan semenjak mengetahui bahwa anak anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) ? 4. Apakah yang dilakukan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dalam penanganan malnutrisi pada anak balita anda ? Informan Ahli Gizi I. Karakteristik Informan 1. Nama : .................................... 2. Umur : .................................... 3. Pendidikan : .................................... 4. Lama Bekerja : .................................... II. Asupan Makan 1. Bagaimana penanganan asupan makan pada pasien anak balita yang mengalami malnutrisi ? 2. Berikan satu contoh kasus asupan makan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dalam menangani pasien anak balita yang mengalami malnutrisi ? Informan Perawat Yang Menangani Pasien Malnutrisi Pada Anak Balita I. Karakteristik Informan 1. Nama : .................................... 2. Umur : .................................... 3. Pendidikan : .................................... 4. Lama Bekerja : .................................... II. Malnutrisi Pada Anak Balita 1. Bagaimana penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita ? 2. Apakah ada penyakit penyerta pada pasien malnutrisi yang dialami anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan ? SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIARISME Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Sumatera Utara menerangkan bahwa mahasiswa dengan identitas berikut : Nama : Siti Aisyah NIM : 1603043 Program Studi : S1 KESEHATAN MASYARAKAT Judul Skripsi : Studi Kualitatif Asupan Makan Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Pasien Anak Balita Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 Dinyatakan sudah memenuhi syarat batas maksimal plagiasi (35% untuk skripsi, 30% untuk Tesis) pada setiap bab naskah skripsi/tesis yang disusun. Surat keterangan ini digunakan sebagai syarat untuk mengikuti ujian sidang akhir skripsi/tesis. LEMBAR KONSULTASI Nama Mahasiswa : Siti Aisyah NIM : 1603042 Dosen Pembimbing : Nadya Ulfa Tanjung SKM, M.K.M : Studi Kuslitstif Judul Skripsi Dengan Tahun 2020 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Asupan Kejadian Malnutrisi Hari/Tanggal Jumat, 4 – 10 2019 Jumat, 11 – 10 2019 Jumat, 15 -11 – 2019 Jumat, 20 – 12 – 2019 Jumat, 14 – 02 2020 Sabtu, 15 – 02 – 2020 Jumat, 08 – 05 2020 Sabtu, 09 – 05 2020 Sabtu, 29 – 05 2020 Materi Konsultasi Makanan Di RSUP HAM BAB II Saran Cari jurnal dan lanjutkan BAB I Perbaiki dan lanjut ke BAB 2 Tambahkan teori dan lan lanjut ke BAB 3 BAB III Acc proposal Konsul judul BAB I Perbaikan Perbaikan Perbaiki lagi BAB IV-VI Lanjutkan penelitian Perbaiki master tabel dan pembahasan BAB IV-VI Tambahkan pembahasan Skripsi ACC Paraf Dosen Studi Kualitatif Asupan Makan Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Pasien Anak Balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 ORIGINALITY REPORT 32 % SIMILARITY INDEX 31% 5% 5% INTERNET SOURCES PUBLICATIONS STUDENT PAPERS PRIMARY SOURCES 1 2 3 4 5 6 hellosehat.com Internet Source sheringtipshidupsehat.blogspot.com Internet Source dabrata.blogspot.com Internet Source media.neliti.com Internet Source irasuarilah-fkp.web.unair.ac.id Internet Source Hidro Muhammad Perdana, Darmawansyih Darmawansyih, Andi Faradilla. "Gambaran Faktor Risiko Malnutrisi pada Anak Balita di Wilayah Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar Tahun 2019", UMI Medical Journal, 2020 Publication 7 brayenstaliak.blogspot.com 3% 2% 2% 2% 2% 1% Internet Source 8 ferrystoner.blogspot.com Internet Source 9 syair79.files.wordpress.com Internet Source 10 bebeclub.co.id Internet Source 11 infoduniailmiah.wordpress.com Internet Source 12 ilmukesehatan.id Internet Source 13 iissholihat38.blogspot.com Internet Source 14 jurnal.poltekkesgorontalo.ac.id Internet Source 15 www.slideshare.net Internet Source 16 stikessu.ac.id Internet Source 17 tiafitria1.wordpress.com Internet Source 18 saripediatri.idai.or.id Internet Source 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 19 saripediatri.org Internet Source 20 repository.unair.ac.id Internet Source 21 repo.iain-tulungagung.ac.id Internet Source 22 cloud.stikes-senior.ac.id Internet Source 23 unsri.portalgaruda.org Internet Source 24 doku.pub Internet Source 25 perpusnwu.web.id Internet Source 26 medanbisnisdaily.com Internet Source 27 repository.unpas.ac.id Internet Source 28 fkm.uho.ac.id Internet Source 29 hefamandiri.blogspot.com Internet Source 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% Exclude quotes On Exclude matches < 1% Exclude bibliography MASTER TABEL Studi kualitatif Asupan makanan dengan kejadian malnutrisis pada anak di Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan 2020 Data Responden Pengetahuan Sikap No JK U 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 Status gizi Tindakan Tot Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tot Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tot Ket 6 8 5 7 5 4 7 5 8 5 5 8 5 7 5 7 5 4 4 5 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 3 2 2 3 2 4 2 2 2 4 3 4 4 2 4 2 3 2 4 4 4 2 2 4 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 4 3 2 2 4 2 4 1 2 2 3 3 4 2 3 3 2 3 2 3 3 4 1 2 3 1 4 1 1 2 3 3 2 2 3 4 1 3 1 3 4 2 2 2 3 1 4 2 1 2 4 3 2 2 3 4 1 2 2 4 4 4 1 1 3 1 3 2 1 1 4 3 2 1 3 4 4 3 1 4 4 4 1 1 3 2 4 2 1 1 3 3 1 1 3 4 2 3 1 3 3 3 1 1 3 2 4 1 1 1 4 3 1 1 3 3 4 3 2 4 3 3 1 1 2 2 3 1 1 1 4 3 1 1 3 3 1 3 1 2 3 33 14 15 32 15 36 15 13 15 35 30 20 17 29 35 20 28 15 32 35 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 9 5 9 4 5 8 4 5 8 8 8 5 5 8 5 7 5 9 4 5 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 3 1 1 4 1 3 1 1 1 3 3 1 1 3 3 1 2 1 2 3 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 58 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4 9 4 8 5 5 5 5 8 5 5 7 5 8 9 5 8 5 7 6 5 4 8 5 8 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 2 2 2 4 2 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 4 2 3 2 2 3 2 4 2 3 2 4 2 4 2 3 3 3 1 2 2 3 3 2 1 3 3 3 2 2 3 2 4 2 3 2 2 2 4 1 2 4 2 1 2 1 4 2 2 2 3 3 4 2 2 3 1 4 1 3 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 1 4 2 2 2 4 3 4 1 1 3 1 4 2 3 2 2 1 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 1 1 3 2 4 1 2 3 2 4 2 3 2 1 1 3 2 1 3 2 2 2 2 3 1 2 1 3 1 2 2 2 3 2 2 2 3 1 1 2 3 2 1 3 2 2 2 2 3 1 2 2 4 1 3 2 3 2 2 2 1 2 1 1 2 3 1 1 3 1 1 2 2 3 1 2 2 4 1 3 2 3 2 2 3 1 2 1 1 2 3 2 1 3 1 1 2 2 3 1 2 2 2 1 3 2 23 28 18 34 19 28 19 19 19 36 18 18 35 20 15 20 18 33 18 20 19 34 20 32 20 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4 9 10 8 5 5 8 5 5 8 5 5 5 5 6 8 8 5 8 5 5 9 5 7 8 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 59 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 7 7 7 5 7 5 7 5 8 8 7 5 8 7 8 7 5 7 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 4 2 2 4 1 4 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 4 2 2 3 2 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 2 3 4 1 2 3 2 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2 1 2 2 3 2 1 2 4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 3 3 1 1 2 3 2 1 1 4 3 2 2 2 2 2 3 3 1 3 2 1 1 2 3 2 1 1 3 2 1 3 2 2 2 3 3 2 3 3 1 1 2 3 3 1 1 4 2 1 3 2 1 2 3 3 2 3 3 1 1 2 3 3 1 1 4 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 Keterangan JK : 1 = Laki-laki 2 = {erempuan Pengetahuan 1 = Kurang Baik 2 = Baik Sikap : 1 = Kurang Baik 2 = Baik Tindakan : 1 = Kurang Baik 2 = Baik 3 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 1 2 1 3 2 2 1 2 27 13 15 19 30 31 13 15 35 19 20 20 18 17 19 26 26 20 28 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 8 8 7 7 7 5 7 8 5 5 8 5 5 8 5 7 7 5 7 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 60 HASIL SPSS Frequencies [DataSet2] Statistics N Valid Jenis Kelamin 64 Missing 64 Pengetahuan 64 Sikap 64 Tindakan 64 Kejadian Malnutrisi 64 0 0 0 0 0 Umur 0 Frequency Table Jenis Kelamin Valid Laki-laki Perempuan Total Frequency 43 21 Percent Valid Percent 67.2 67.2 32.8 32.8 64 100.0 Cumulativ e Percent 67.2 100.0 100.0 Umur Valid > 40 Tahun < 45 Tahun Total Frequency 31 33 Percent 48.4 51.6 Valid Percent 48.4 51.6 64 100.0 100.0 Cumulativ e Percent 48.4 100.0 Pengetahuan Valid Kurang Baik Baik Total Frequency 31 33 64 Percent Valid Percent 48.4 48.4 51.6 51.6 100.0 100.0 Cumulativ e Percen t 48.4 100.0 61 Si kap Valid Kurang Baik Baik Frequency 34 30 Percent 53.1 46.9 Valid Percent 53.1 46.9 64 100.0 100.0 Total Cumulativ e Percent 53.1 100.0 Tindakan Valid Kurang Baik Baik Frequency 34 30 Percent 53.1 46.9 Valid Percent 53.1 46.9 64 100.0 100.0 Total Cumulativ e Percent 53.1 100.0 Kejadian Malnutrisi Valid Ya Tidak Frequency 38 26 Percent 59.4 40.6 Valid Percent 59.4 40.6 Total 64 100.0 100.0 Cumulativ e Percent 59.4 100.0 Crosstabs [DataSet2] Case Processing Summary Valid N Pengetahuan * Kejadian Malnutrisi Sikap * Kejadian Malnutrisi Tindakan * Kejadian Malnutrisi Percent Cases Missing N Percent Total N Percent 64 100.0% 0 .0% 64 100.0% 64 100.0% 0 .0% 64 100.0% 64 100.0% 0 .0% 64 100.0% Pengetahuan * Kejadian Malnutrisi 62 Crosstab PengetahuanKurang Baik Baik Total Count % within Pengetahuan % within Kejadian Malnutrisi Count % within Pengetahuan % within Kejadian Malnutrisi Count % within Pengetahuan % within Kejadian Malnutrisi Kejadian Malnutrisi Ya Tidak 24 7 77.4% 22.6% Total 31 100.0% 63.2% 26.9% 48.4% 14 42.4% 19 57.6% 33 100.0% 36.8% 73.1% 51.6% 38 59.4% 26 40.6% 64 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Chi-Square Tests Value b 8.115 Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases a 6.729 8.354 1 Asy mp. Sig. (2-sided) .004 1 1 .009 .004 df Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) .006 7.989 1 .005 64 a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 12. 59. Sikap * Kejadian Malnutrisi .004 63 Crosstab Sikap Kurang Baik Count % within Sikap % within Kejadian Malnutrisi Baik Kejadian Malnutrisi Ya Tidak 24 10 70.6% 29.4% Count % within Sikap % within Kejadian Malnutrisi Count % within Sikap % within Kejadian Malnutrisi Total Total 34 100.0% 63.2% 38.5% 53.1% 14 46.7% 16 53.3% 30 100.0% 36.8% 61.5% 46.9% 38 59.4% 26 40.6% 64 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Chi-Square Tests Value b 3.781 Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases a 2.854 3.810 1 Asy mp. Sig. (2-sided) .052 1 1 .091 .051 df Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) .075 3.722 1 .054 64 a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 12. 19. .045 64 Tindakan * Kejadian Malnutrisi Crosstab TindakanKurang Baik Kejadian Malnutrisi Ya Tidak 25 9 73.5% 26.5% Count % within Tindakan % within Kejadian Malnutrisi Baik Total Total 34 100.0% 65.8% 34.6% 53.1% Count % within Tindakan % within Kejadian Malnutrisi 13 43.3% 17 56.7% 30 100.0% 34.2% 65.4% 46.9% Count % within Tindakan % within Kejadian Malnutrisi 38 59.4% 26 40.6% 64 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Chi-Square Tests Value b 6.025 Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases a 4.838 6.107 1 Asy mp. Sig. (2-sided) .014 1 1 .028 .013 df Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) .022 5.930 1 .015 64 a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 12. 19. .014