Uploaded by User82142

SKRIPSI FULL SITI GABUNGAN SEMUA FILE

advertisement
STUDI KUALITATIF ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN
MALNUTRISI PADA PASIEN ANAK BALITA
DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI
ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2020
SKRIPSI
OLEH :
SITI AISYAH
NIM : 1603043
PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
STUDI KUALITATIF ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN
MALNUTRISI PADA PASIEN ANAK BALITA
DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI
ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
SITI AISYAH
NIM : 1603043
PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
Studi Kualitatif Asupan Makan Dengan Kejadian Malnutrisi
Pada Pasien Anak Balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik Medan Tahun 2020
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
SITI AISYAH
NIM : 1603043
Telah diseminarkan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi pada 22 Agustus
2020 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Tim Penguji
(Ketua Tim Penguji)
(Nadya Ulfa Tanjung SKM, MKM)
Penguji II
Penguji I
Diana, SKM,M.Kes
Donny, SKM
Medan, Oktober 2020
Ketua Program Studi S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Sumatera Utara
(David Siagian, SKM, M.Kes)
ABSTRAK
Malnutrisi masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia. Prevalensi malnutris pada balita di Indonesia masih cukup
tinggi. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui studi kualitatif asupan makan
dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji
Adam Malik Medan Tahun 2020.
Jenis penelitian studi kualitatif dengan pendekatan eksploratif deskriptif.
Informan adalah ibu yang mempunyai balita dengan umur 12-60 bulan yang
mengalami malnutrisi. Informan kunci adalah tiga orang terdiri dari satu orang
tenaga gizi di rumah sakit yang menentukan/menghitung asupan pasien gizi buruk
dan dua orang tenaga kesehatan yang menangani pasien gizi buruk
Hasil penelitian asupan makan anak balita bahwa jenis makanan tidak 4
sehat 5 sempurna, nafsu makan anak menurun. Kejadian malnutrisi pada pasien
anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik bahwa satu balita sejak lahir
dan 3 balita berat badan turun selama satu tahun terakhir, mayoritas informan
mengetahui anaknya mengalami malnutrisi dari puskesmas dikarenakan mayoritas
anak balita mengalami sakit, penyebab malnutrisi pada anak balita disebabkan
karena bawaan dari lahir berat badan rendah, batuk, diare dan demam.
Saran penelitian adalah diharapkan masyarakat terutama ibu yang
mempunyai balita supaya memperhatikan asupan makan balita dalam mencegah
malnutrisi pada anak balita
Kata Kunci : Asupan Makan, Kejadian Malnutrisi, Pasien Anak Balita
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Siti Aisyah
Tempat/Tanggal Lahir
: Pancur Batu/11 Maret 1977
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Alamat Rumah
: Dusun IV Gardu Pancur Batu
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1991 – 1994
: SD Negeri 101832 Desa Baru
2. Tahun 1994 – 1997
: SMP Negeri I Pancur Batu
3. Tahun 1997 – 2000
: SMK Pencawan Medan
4. Tahun 2018 – 2020
: INKES SUMUT Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Berkat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan magang
ini dengan judul “Gambaran Manajemen Pendistribusian Makanan Selingan
Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” yang
merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat di Institut Kesehatan Sumatera Utara. Penulisan ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Ferial Paesha Sirait, SE, M.Sc selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Sumatera Utara.
2.
Ibu Diana, SKM, M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan Sumatera Utara
3.
Ibu Mazly Astuty, S.Kep, Ns, M.Kep, Pembantu ketua I Bidang Akademik
Institut Kesehatan Sumatera Utara.
4.
Ibu Martalena Br. S. Kembaren, SKM, M.Kes selaku Pembantu Ketua II
Bidang Administrasi Institut Kesehatan Sumatera Utara.
5.
Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Pembantu Ketua III
Bidang Kemahasiswaan Institut Kesehatan Sumatera Utara.
6.
Bapak David Siagian SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi S-1
Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Sumatera Utara.waktu, memberi
motivasi dan dukungan, dan selalu sabar membimbing penulis dalam
penulisan skripsi ini.
7.
Ibu Nadya Ulfa, SKM.MKM. selaku dosen pembimbing Laporan magang
yang telah membimbing saya dalam pembuatan laporan magang ini.
8.
Ibu Eva Devony SKM.Mkes. selaku kepala instalasi gizi yang telah
memberikan izin untuk melakukan proses magang.
9.
Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Institut Kesehatan Sumatera Utara, yang
telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.
10. Teman-teman seperjuangan di Institut Kesehatan Sumatera Utara
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
i
ii
iii
vi
v
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Penelitian
1.3.Ruang Lingkup
1
1
3
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit
2.2. Peraturan Pemberian Makanan Rumah Sakit
2.3.Standar Porsi yang Ditetapkan di Rumah Sakit
2.4.Peraturan Pengambilan Makanan Di Rumah Sakit
2.6.Peralatan Distribusi Makanan dan Peralatan Makan
2.7.Jadwal Pendistribusian Makanan yang ditetapkan Rumah Sakit
2.8. Fungsi Manajemen Di Bidang Kesehatan
4
4
11
12
14
14
15
15
BAB III HASIL.
3.1. Gambaran Umum
3.2. Struktur Organisasi Institusi
3.3. Struktur Organisasi Bidang /Bagian/Unit Magang
3.4. Kegiatan Magang
3.5. Kegiatan/Permasalahan/Program Fokus magang
20
20
25
25
35
36
BAB VI PEMBAHASAN
4.1. Perencanaan
4.2. Pengorganisasian
3.3. Pelaksanaan (Actuating)
3.4. Monitoring dan Evaluasi
38
38
38
39
40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
41
42
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Jenis Ruangan di RSUP H. Adam Malik
24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.Struktur Organisasi
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Malnutrisi merupakan asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan pada
seseorang yang berakibat terjadinya gangguan biologi dari orang tersebut. Secara
umum malnutrisi terbagi atas dua bagian yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi
kurang terdiri dari marasmus, kwashiorkor, serta marasmus-kwashiorkor,
sedangkan gizi lebih disebut dengan obesitas. Malnutrisi yang terjadi pada tahap
awal kehidupan dapat meningkatkan risiko infeksi, morbiditas, dan mortalitas
bersamaan dengan penurunan perkembangan mental dan kognitif (Hidro, 2019)
Malnutrisi masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia. Prevalensi malnutris pada balita di Indonesia masih cukup
tinggi. Diagnosis malnutrisi dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Malnutrisi pada balita tidak hanya meningkatkan angka
kesakitan dan angka kematian tetapi juga dapat menimbulkan gangguan dalam
pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi
pada balita dengan malnutrisi dapat mengakibatkan kerusakan yang sukar atau tidak
dapat diperbaiki lagi (Tita, 2015)
Anak-anak penderita gizi buruk terbesar di seluruh dunia. Dilihat dari segi
wilayah, lebih dari 70% kasus gizi buruk pada anak didominasi di Asia, sedangkan
26% Afrika, dan 4% di Amerika Latin. Berdasarkan Riskesdas 2018 terdapat 17,7%
kasus balita kekurangan gizi dan jumlah tersebut terdiri dari 3,9% balita dengan gizi
buruk (Rikesdas, 2018).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019, sesuai prevalensi gizi buruk
di Sumut terdapat dua aspek penilaian, yakni tidak seimbangnya berat badan
dengan usia sebanyak 5,37% dan tidak seimbangnya berat badan dengan tinggi
badan sebanyak 4,57%. Dari data Riskesdas itu pula diketahui, bahwa Kabupaten
Tapanuli Tengah memiliki proporsi prevalensi tertinggi untuk kasus gizi buruk,
yakni untuk berat badan dibandingkan usia sebanyak 10,33% dan di Nias Barat
sebanyak 12,57%. Kemudian untuk kasus gizi buruk tidak seimbangnya berat
badan dibandingkan tinggi, yakni yang tertinggi berada di Kabupaten Tapanuli
Tengah sebanyak 9,17%
Malnutrisi yang terjadi pada tahap awal kehidupan dapat meningkatkan
risiko infeksi, morbiditas, dan mortalitas bersamaan dengan penurunan
perkembangan mental dan kognitif. Malnutrisi pada balita, membawa dampak
negatif terhadap perkembangan motorik, menghambat perkembangan perilaku dan
kognitif yang berakibat pada menurunnya prestasi belajar dan keterampilan sosial.
Selain itu, kekurangan gizi selama masa kanak-kanak menyebabkan konsekuensi
jangka panjang yang serius di kemudian hari yang meningkatkan risiko terserang
penyakit atau cacat dan bahkan kematian (Soetjiningsih, 2013)
Pasien-pasien yang masuk ke rumah sakit dalam kondisi status gizi buruk
juga semakin meningkat. Umumnya pasien-pasien tersebut adalah balita. Salah satu
tanda gizi buruk balita adalah berat badan balita di bawah garis merah dalam Kartu
Menuju Sehat (KMS) balita. Masalah gizi buruk balita merupakan masalah yang
sangat serius, apabila tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada
kematian. Gizi buruk lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya daya tahan
tubuh, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian
yang akan menurunkan kualitas generasi muda mendatang. Hal ini telah
membukakan mata kita bahwa anak balita sebagai sumber daya untuk masa depan
mempunyai masalah yang sangat besar. Apalagi penyakit penyerta yang sering pada
gizi buruk seperti lingkaran setan, yaitu penyakit-penyakit penyerta justru
menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit penyerta yang sering
terjadi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare persisten, cacingan,
tuberculosis, malaria dan HIV/AIDS (Tita, 2015)
Jumlah kasus pasien gizi buruk murni maupun dengan penyakit penyerta,
khususnya anak yang rawat inap maupun berobat jalan di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) H Adam Malik setiap tahun meningkat. Berdasarkan data dari
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Bidang Nutrisi dan Penyakit Metabolis RSUP
H Adam Malik tahun 2018, gizi buruk pada anak dengan penyakit penyerta,
keganasan, seperti HIV/AIDS, jantung, paru, kelainan gangguan neurologi,
kelainan ginjal, kelainan endokrin sebanyak 165 pasien. Dari jumlah tersebut paling
banyak pasien gizi buruk dengan keganasan sebanyak 42 pasien, diikuti dengan
penyakit jantung sebanyak 30 pasien. Sementara, untuk rawat jalan di tahun 2018
sebanyak 22 pasien dengan penyakit penyerta, kelainan jantung, infeksi syaraf,
kelainan paru. Untuk tahun 2017, sambungnya, pasien gizi buruk tercatat hanya
sebanyak 91 orang. Pasien gizi buruk dengan keganasan sebanyak 40 orang, sisanya
dengan penyakit jantung 18 orang, selebihnya kelainan neurogi dan paru dan
lainnya sebanyak 33 orang.
Pasien gizi buruk yang menjalani perawatan di rumah sakit milik
pemerintah pusat itu, sering disertai dengan penyakit penyerta. Ada gizi buruk
dengan jantung bawaan, ada yang dengan keganasan seperti leukimia, tumor padat,
tumor tulang, infeksi syaraf otak (meningitis) dan ada juga tumor di abdomen.
Perbaikan gizi buruk terhadap pasien memiliki tingkatan. Contohnya, untuk tiga
hari pertama menu apa yang diberikan kepada si pasien. Pada dasarnya instalasi gizi
ini hanya menyediakan kebutuhan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan oleh
pasien. Hal ini juga ditentukan dengan kondisi si pasien. Berdasarkan fenomena
diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang studi kualitatif asupan
makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum
Haji Adam Malik Medan Tahun 2020
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka peneliti ingin
mengetahui bagaimana studi kualitatif asupan makan dengan kejadian malnutrisi
pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun
2020
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui studi kualitatif asupan makan dengan kejadian malnutrisi
pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun
2020
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui asupan makan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan Tahun 2020
2.
Untuk mengetahui kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah
Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat terutama ibu yang mempunyai
balita mengalami malnutrisi dalam penanganan yang bias dilakukan oleh
keluarga dalam pemberikan asupan makan yang baik sehingga malnutrisi
pada anak balita dapat teratasi.
1.4.2. Bagi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan
dalam membuat program dan kebijakan untuk menekan angka kesakitan dan
kematian malnutrisi yang terjadi pada anak balita
1.4.3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan penanganan
untuk mengatasi malnutrisi pada anak balita dengan memberikan asupan
makan yang baik untuk mempercepat penambahan berat badan anak balita
1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepustakaan di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Sumut yang dapat dijadikan untuk
pengembangan pengetahuan serta dapat dijadikan pedoman bagi penelitian
selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anak Balita
2.1.1. Pengertian Anak Balita
Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang
pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.
Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita
akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas
hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama 2008).
Balita adalah istilah umum bagi anak usia di bawah 5 tahun. Saat usia balita,
anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,
seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu
sering disebut golden age atau masa keemasan (Sutomo, 2017).
Anak balita adalah anak berumur 12-59 bulan. Masa balita merupakan fase
terpenting dalam membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan manusia
(Soetjingsih, 2012). Balita adalah bayi dan anak yang berusia tahun kebawah
(Marimbi, 2013).
2.1.2. Klasifikasi Balita
1
Usia Bayi (0-1 tahun)
Bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang primitive dengan kekebalan
pasif yang didapat dari ibunya selama dalam kandungan. Pada saat bayi
kontak dengan antigen yang berbeda ia akan memperoleh antibodinya
sendiri. Imunisasi diberikan untuk kekebalan terhadap penyakit yang dapat
membahayakan bayi berhubungan secara alamiah. Bila dikaitkan dengan
status gizi bayi memerlukan jenis makanan ASI, susu formula dan makanan
padat. Kebutuhan kalori bayi antara 100-200 kkal/kg BB. Pada empat bulan
pertama, bayi yang lebih baik hanya mendapatkan ASI saja tanpa diberikan
susu formula. Usia lebih dari enam bulan baru dapat diberikan makanan
pendamping ASI
2
Usia toddler (1-3 tahun)
Secara fungsional biologis masa umur 6 bulan hingga 2-3 tahun adalah
rawan. Masa itu tantangan karena konsumsi zat makanan yang kurang,
disertai minuman buatan yang encer dan terkontaminasi kuman
menyebabkan diare dan marasmus. Selain itu dapat juga terjadi sindrom
kwashiorkor karena penghentian ASI mendadak dan pemberian makanan
padat yang kurang memadai. Imunisasi pasif yang diperoleh melalui ASI
akan menurun dan kontak dengan lingkungan akan makin bertambah secara
cepat dan menetap tinggi selama tahun kedua dan ketiga kehidupan. Infeks
dan diet adekuat kan tidak banyak berpengaruh pada status gizi yang cukup
baik. Bagi anak dengan gizi kurang, setiap tahapan infeksi akan berlangsung
lama dan akan berpengaruh yang cukup besar pada kesehatan, pertumbuhan
dan perkembangan. Anak 1-3 tahun membutuhkan kalori kurang lebih 100
kkal/kg BB dan bahan makanan lain yang mengandung berbagai zat gizi
3
Usia Pra Sekolah (3-5 tahun)
Pertumbuhan anak usia ini semakin lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85
kkal/kg BB. Karakteristik pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia pra
sekolah yaitu nafsu makan berkurang, anak lebih tertarik pada aktivitas
bermain dengan teman, atau lingkungannya dari pada makan dan anak mulai
sering mencoba jenis makanan yang baru (Yupi, 2012).
2.1.3. Kebutuhan Nutrisi Bagi Balita
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita adalah energi dan
protein.Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang lebih 100-120
Kkal/kg berat badan. Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun
kurang lebih 10 Kkal/kg berat badan.Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari
zat gizi karbohidrat, lemak dan juga protein. Kebutuhan nutrisi balita merupakan
prioritas utama dalam mencukupi kebutuhan gizinya setiap hari. Nutrisi yang
diperlukan oleh balita tentu akan sangat berperan penting dalam menunjang
pertumbuhannya hari demi hari.
Masa balita merupakan dimana masa transisi di usia 1-5 tahun, dan untuk
memenuhi nutrisi balita dimulai dengan makan makanan padat, menerima rasa serta
tekstur makanan yang baru ia coba. Pertumbuhan balita tentunya sangat ditunjang
dengan asupan nutrisi yang sehat dan bergizi dari berbagai makanan. Bagi usia
balita dibutuhkan 1000-1400 kalori perhari, namun tergantung dari usia, besar
tubuh, serta tingkat aktivitas si kecil. Jumlah kebutuhan nutrisi balita pada setiap
anak tentu saja berbeda-beda dan tidak perlu menyesuaikan dengan jumlah yang
dibutuhkan, namun yang terpenting anda harus tetap memberikan nutrisi yang
bervariasi setiap harinya demi menunjang pertumbuhannya (Proverawati, 2016).
2.2.
Asupan Makan
2.2.1. Pengertian Asupan Makan
Asupan makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu
orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola
makan juga dikatakan sebagai suatu cara seseorang atau sekelompok orang atau
keluarga memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, kebudayaan dan sosial (Suhardjo, 2017).
Asupan makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat
pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk
pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas
kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola
makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, 2014).
Pola makan di suatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan
beberapa faktor ataupun kondisi setempat, yang dapat dibagi dalam tiga kelompok
yaitu pertama adalah faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan
bahan pangan. Termasuk di sini faktor geografi, iklim, kesuburan tanah berkaitan
dengan produksi bahan makanan, sumber daya perairan, kemajuan teknologi,
transportasi, distribusi, dan persediaan suatu daerah. Kedua, adalah faktor-faktor
dan adat kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio-ekonomi dan
adat kebiasaan setempat memegang peranan penting dalam pola konsumsi
penduduk. Ketiga, hal yang dapat berpengaruh di sini adalah bantuan atau subsidi
terhadap bahan-bahan tertentu.
Pola makan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah kebiasaan
kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam, dan sebagainya.
Sejak zaman dahulu kala, makanan selain untuk kekuatan/pertumbuhan, memenuhi
rasa lapar, dan selera, juga mendapat tempat sebagai lambang yaitu lambang
kemakmuran, kekuasaan, ketentraman dan persahabatan. Semua faktor di atas
bercampur membentuk suatu ramuan yang kompak yang dapat disebut pola
konsumsi (Santoso dan Ranti, 2014).
2.2.2. Asupan Makan Balita
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling baik bagi bayi dan
balita hingga berumur dua tahun, dan dianjurkan memberikan secara ekslusif
selama enam bulan pertama. Secara berangsur sesudah berusia enam bulan bayi
diberikan makanan lumat, makanan lembek dan makanan biasa guna untuk
mengembangkan kemampuan mengunyah, menelan serta menerima bermacammacam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan energi dan zat-zat gizi dibutuhkan. Pemberian makanan hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan balita, makanan hendaknya dipilih dengan baik
yaitu mudah dicerna, diabsorpsi dan dimetabolisme.
Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fisik dan
mental balita, oleh karena itu makanan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan
gizi balita. Balita dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya ditentukan oleh
makanan yang dimakan sehari-hari, untuk tumbuh optimal membutuhkan asupan
makanan yang baik yaitu beragam, jumlah yang cukup, bergizi dan seimbang
(Soekirman, 2015).
Tabel 2.1 Pola Pemberian Makanan Balita Menurut Kecukupan Energi
Umur
Balita
Total
Energi
(kkal)
Waktu Pembagian Makanan Sehari Balita
Menurut Kecukupan Energi
Pagi
Selingan
Pagi
Siang
Selingan
(Siang)
Sore
36
50
149
125
97
123
218
261
06,25
25
126
87
325
28
143
253
235
375
0-6 bulan
550
6-8 bulan
650
84
9-11 bulan
900
122
12 bulan
1100
144
1-3 tahun
1300
221
4-6 tahun
1550
318,75
Sumber : Soekirman (2015)
Faktor-faktor yang perlu di perhatikan untuk pengaturan makan yang tepat
adalah umur, berat badan, keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan
makan, kesukaan dan ketidaksukaan, akseptabilitas dari makanan dan toleransi
anak
terhadap
makanan
yang
diberikan.
Dengan
memperhatikan
dan
memperhitungkan faktor-faktor tersebut diatas umumnya tidak akan terjadi
kekeliruan dalam mengatur makanan untuk balita. Pada umumnya kepada anak
balita telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang berupa tiga kali makan dan
diantaranya dua kali makanan selingan (Soekirman, 2015)
2.2.3. Kebutuhan Zat Gizi Pada Balita
Kebutuhan gizi balita diberikan harus disesuaikan dengan umur, jenis
kelamin, berat badan, aktivitas, jumlah yang cukup, bergizi dan seimbang. Guna
untuk pemeliharaan, pemulihan, pertumbuhan dan perkembangan. Karena balita
sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat (Uripi, 2014).
Kebutuhan energi protein balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) ratarata perhari yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 2.2 Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi Anjuran (AKG) Rata-Rata Per Hari
No
Kelompok
Umur
1 0-6 bulan
2 7-11 bulan
3 1-3 tahun
4 4-6 tahun
Sumber Uripi, 2014
Berat Badan
(kg)
6,0
8,5
12,0
18,0
Tinggi
Badan (kg)
60
71
90
1550
Energi
(kkal)
550
650
1000
1550
Protein
(kkal)
10
16
25
39
1. Energi
Energi dibutuhkan oleh tubuh yang berasal dari zat gizi yang merupakan
sumber utama yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang diperlukan tubuh
ini dinyatakan dalam satuan kalori. Setiap 1 (satu) gram karbohidrat menghasilkan
4 kalori, 1 (satu) gram lemak menghasilkan 9 kalori dan 1 (satu) gram protein
menghasilkan 4 kalori. Energi yang diperlukan tubuh dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu : (1) Energi untuk kebutuhan fisiologis minimal tubuh dalam keadaan basal,
(2) Energi untuk melakukan kerja luar yaitu energi yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas fisik, (3) Energi untuk menutup pengaruh
makanan yaitu banyaknya energi yang digunakan untuk mencerna atau mengangkut
makanan dalam tubuh. Kebutuhan energi balita sehat dapat dihitung berdasarkan
usia dan berat badan. Kebutuhan energi dalam sehari pada balita usia 1-3 tahun
adalah 100 kalori per kilogram berat badan, sedangkan pada anak prasekolah
kebutuhan energi dalam sehari 4-6 tahun adalah 90 kalori per kilogram berat badan
(Sulistijiani, 2012).
2. Protein
Protein merupakan bahan pembentuk dasar struktur sel tubuh. Protein
merupakan bagian kedua terbesar tubuh setelah air. Protein juga merupakan bagian
penting dari bahan-bahan pengatur seperti enzim, hormon, dan plasma darah.
Jaringan ini harus senantiasa diganti dan diperbaiki. Protein fungsi utamanya adalah
membentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan yang rusak. Pada anak balita
yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan lebih
banyak protein, sedangkan pada orang dewasa hanya untuk memelihara jaringan.
Jadi bila protein makanan melebihi jumlah yang diperlukan untuk pembangunan
dan pemeliharaan, protein digunakan sebagai zat energi, bila zat energi utama
berupa karbohidrat dan lemak kurang dalam makanan sehari-hari
Balita yang sedang dalam masa pertumbuhan secara fisiologis kebutuhan
protein relatif lebih besar dari pada orang dewasa kebutuhan protein balita sehat
(1-3 tahun) dalam sehari 2,5 gram per kilogram berat badan sedangkan pada balita
sehat pra sekolah (>3-4 tahun) dalam sehari 2 gram per kilogram berat badan
(Almatsier, 2014).
2.2.4. Pemberian Makanan Sehat Seimbang Balita
Pemberian makanan yang sehat dan seimbang memiliki peranan penting
dalam peningkatan kesejahteraan dan gizi masyarakat, terutama anak balita. Menu
seimbang menurut Ngadimin (2013) adalah susunan menu yang menggunakan
beberapa golongan bahan makanan dan penggantinya dengan memperhatikan
keseimbangan zat gizinya, baik jumlah maupun macamnya. Jadi menyusun menu
adalah menyusun macam-macam hidangan untuk setiap kali makan dengan
memperhatikan keseimbangan zat gizinya. Manfaat yang diperoleh dari menyusun
menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, dapat memilih bahan
makanan yang baik, serta mengurangi kebosanan akan menu makanan.
Penyusunan menu seimbang berpedoman pada menu empat sehat lima
sempurna yang terdiri dari:
1.
Makanan pokok merupakan makanan yang mengandung karbohidrat yang
berfungsi sebagai sumber utama penghasil tenaga. Contoh bahan makanan
yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, sagu, ubi kayu, talas
dan sebagainya.
2.
Lauk pauk merupakan sumber zat pembangun dan berfungsi sebagai sumber
protein. Lauk pauk dapat dibagi menjadi lauk pauk hewani dan lauk pauk
nabati. Lauk pauk hewani meliputi ikan, telur, daging ayam, daging sapi dan
sebagainya, sedangkan lauk pauk nabati terdiri dari tahu, tempe, oncom dan
jenis kacang-kacangan.
3.
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai zat
pengatur. Contohnya bayam, kangkung, wortel, tomat, kacang panjang dan
sebagainya.
4.
Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang mempunyai
fungsi sebagai zat pengatur.
5.
Susu merupakan minuman yang mengandung protein yang tinggi sehingga
memiliki kandungan gizi paling lengkap yang dapat melengkapi
kekurangan zat gizi pada jenis makanan lainnya, dengan kata lain susu
merupakan penyempurna hidangan empat sehat lima sempurna untuk
memenuhi kebutuhan gizi (Ngadimin, 2013)
Selain kecukupan gizi yang berpedoman pada menu empat sehat lima
sempurna, penyusunan menu juga harus memperhatikan variasi dan kombinasi dari
bahan makanan yang digunakan dan penampilan serta rasa makanan yang
disesuaikan dengan kebutuhan gizi dan kesukaan anak balita untuk menambah cita
rasa. Sesuai dengan pendapat Moehji (2015) bahwa cita rasa makanan mencakup
dua aspek utama, yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa
makanan waktu dimakan.
Penampilan makanan yang harus diperhatikan menurut Moehji (2015)
diantaranya yaitu:
1.
Warna makanan
Warna makanan harus terlihat menarik, sehingga menimbulkan selera
makan anak balita. Warna bisa didapatkan dari wortel untuk warna orange, warna
hijau dari buncis, warna merah dari tomat, warna putih dari kol, warna kuning dari
jagung dan lain sebagainya.
2.
Konsistensi atau tekstur makanan
Tekstur makanan untuk anak balita harus lembut, tidak keras sehingga
mudah dikunyah dan dicerna. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan
memberikan rangsang yang lebih lambat terhadap indera kita, khususnya anak
balita.
3.
Bentuk makanan
Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik harus disajikan dalam
bentuk-bentuk tertentu. Bentuk makanan untuk anak balita harus bervariasi dan
menarik sehingga menimbulkan ketertarikan anak balita untuk memakannya.
Rasa makanan yang harus diperhatikan untuk anak balita yaitu:
1.
Aroma makanan
Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat
kuat dan mampu merangsang anak balita sehingga membangkitkan selera.
Tetapi untuk anak balita aroma makanan sebaiknya tidak berbau tajam
sehingga tidak menyengat penciuman anak balita.
2.
Bumbu masakan dan bahan penyedap
Untuk makanan anak balita bumbu yang digunakan sebaiknya tidak berbau
tajam, tidak pedas, tidak asam dan sebisa mungkin menggunakan bahan
penyedap yang alami, seperti menambahkan gula putih ke dalam masakan.
3.
Keempukan makanan
Anak balita masih mempunyai pencernaan yang belum sempurna dan
kemampuan mengunyah yang masih sangat kurang, sehingga makanan yang
diberikan untuk anak balita harus empuk.
4.
Kerenyahan makanan
Makanan yang dimasak menjadi kering, tetapi tidak keras sehingga enak
dimakan. Misalnya menggoreng kerupuk yang salah, akan menghasilkan
kerupuk yang keras dan tidak renyah.
Penyajian makanan untuk balita diperlukan kreatifitas ibu agar makanan
terlihat menarik sehingga dapat menimbulkan selera makan anak balita. Penyajian
makanan yang akan diberikan kepada anak balita harus memperhatikan porsi atau
takaran konsumsi makan serta frekuensi makan yang dianjurkan dalam sehari.
Waktu pemberian makan untuk balita sebaiknya disesuaikan dengan waktu pada
umumnya. Pemberian makanan dibagi menjadi tiga waktu makan yaitu pagi hari
pada pukul 07.00 - 08.00, siang hari pada pukul 12.00 - 13.00, dan malam hari pada
pukul 18.00 - 19.00, dan pemberian makanan selingan yaitu diantara dua waktu
makan yaitu pukul 10.00-11.00 dan pukul 16.00-17.00, seperti yang tercantum
dalam tabel 2.3.
Tabel 2.3. Pola Pemberian Makanan Balita
Umur
0-6
bulan
6-9
bulan
Bentuk Makanan
ASI Eksklusif
Makanan Lumat/lembek
Frekwensi
Sesering mungkin,
minimal 8 kali/hari
2x sehari, 2 sendok
makan setiap kali makan
9-12
bulan
1-3
tahun
Makanan lembek
Makanan Keluarga 1-11/2
2-3 potong sedang lauk hewani piring
nasi/pengganti
1-2 potong sdg lauk nabati 1/2
2-3 potong buah-buahan mangkuk sayur
1 gelas susu
4-6
1-3 piring nasi/pengganti
tahun 2-3 potong lauk hewani
1-2 potong lauk nabati 1-11/2
2-3 potong buah-buahan mangkuk sayur
1-2 gelas susu
Sumber : Moehji (2015)
3x sehari, plus 2x
makanan selingan
3x sehari, plus 2x
makanan selingan
3x sehari, plus 2x
makanan selingan
Selain takaran dan frekuensi makanan untuk balita ada juga anjuran
pemberian makanan untuk anak balita yaitu :
1.
Umur 1-6 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:
a. Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari yaitu pagi,
siang maupun malam.
b. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI
c. Susui bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian.
2.
Umur 6-12 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:
a. Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun.
b. Umur 6-9 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat
dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali sehari. Setiap kali
makan diberikan sesuai umur:
1) 6 bulan: 6 sendok makan
2) 7 bulan: 7 sendok makan
3) 8 bulan: 8 sendok makan
c. Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI.
d. Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI,dimulai dari bubur nasi
sampai nasi tim, 3 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur:
1) 9 bulan: 9 sendok makan
2) 10 bulan: 10 sendok makan
3) 11 bulan: 11 sendok makan
e. Pada makanan pendamping ASI, tambahkan telur atau ayam atau ikan atau
tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau
atau santan atau minyak.
f. Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara
memakainya, batas umur dan tanggal kadaluwarsa
g. Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya.
h. Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring,
dan sebagainya.
i. Mulai mengajari bayi minum dan makan menggunakan gelas dan sendok.
3.
Umur 1-2 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu:
a. Beri ASI setiap kali balita menginginkan.
b. Beri nasi lembek 3 kali sehari.
c. Tambahkan telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi
atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak pada nasi
lembek.
d. Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya.
e. Beri buah-buahan atau sari buah.
f. Bantu anak untuk makan sendiri.
4.
Umur 2-3 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu:
a. Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri
dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah.
b. Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya.
c. Jangan berikan makanan yang manis dan lengket diantara waktu makan
5.
Umur 3-5 tahun, anjuran pemberian makanannya yaitu sama dengan anak
umur 2-3 tahun (Moehji, 2015)
2.3.
Malnutrisi
2.3.1. Pengertian Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan ketidakseimbangan
antara asupan dan keluaran energi, baik karena kekurangan atau kelebihan asupan
makanan maupun akibat kebutuhan yang meningkat. Pada pembahasan selanjutnya
yang dimaksud dengan malnutrisi adalah keadaan klinis sebagai akibat kekurangan
asupan makanan ataupun kebutuhan nutrisi yang meningkat ditandai dengan adanya
gejala klinis, antropometris, laboratoris dan data analisis diet.
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta).
Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu
standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar
disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan
bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi
tingkat berat atau akut (Pardede, 2016).
2.3.2. Jenis Malnutrisi
Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe marasmus dan tipe
marasmik-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda
klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda (Dorland, 2015)
1.
Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan
otot (Dorland, 2015). Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua
(berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah
kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan
(sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan
banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut
adalah gejala pada marasmus adalah:
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan ototototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
(Rahim, 2018)
Sumber : Rahim (2018)
Gambar 2.1. Marasmus
2.
Kwasiorkor
Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi berenergi protein yang disebabkan
oleh defisiensi protein yang berat, asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi
(Dorland, 2015). Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein
yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan
mengalami gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya
penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian besar
penderita ditemukan edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala
gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan fungsi
hati, pankreas dan usus.
Rambut kepala penderita kwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit. Pada
penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang dan
berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis yang lebih
mendalam dan lebar. Terjadi perubahan kulit yang khas yaitu crazy pavement
dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi
hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan dan disertai
kelembapan. Pada perabaan hati ditemukan hati membesar, kenyal, permukaan
licin, dan pinggiran tajam. Anemia ringan juga ditemukan dan terjadinya kelainan
kimia yaitu kadar albumin serum yang rendah dan kadar globulin yang normal atau
sedikit meninggi (Hassan, 2015)
Sumber : Rahim (2018)
Gambar 2.2. Kwasiorkor
3.
Marasmus-Kwasiorkor
Kondisi dimana terjadi defisiensi baik kalori maupun protein, dengan
penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya dehidrasi.
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan
marasmus (Dorland, 2015)
Sumber : Rahim (2018)
Gambar 2.3. Marasmus-Kwasiorkor
2.3.3. Faktor Penyebab Malnutrisi
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1.
Penyebab langsung, kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita
penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering
diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi
2.
Penyebab tidak langsung, ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku,
pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan,
tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena
itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor
Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik maupun gizinya (Dorland, 2015)
2.3.4. Diagnosis Malnutrisi
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang
menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang
ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang
dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan sering ditemukan pada
anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak
yang lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan
linier mengurang atau terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan
adakalanya beratnya menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang
terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun, tebal lipat kulit normal
atau mengurang, anemia ringan, aktivitas dan perhatian berkurang jika
dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut
Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari
dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi dan kepadatan penduduk (Krisnansari,
2012).
2.3.5. Faktor Risiko Malnutrisi
Faktor risiko terjadinya malnutrisi antara lain :
1.
Asupan makanan
Kurangnya asupan makanan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
yaitu pola makan yang salah, tidak tersedianya makanan secara cukup, dan anak
tidak cukup atau salah mendapat makanan bergizi seimbang. Kebutuhan nutrisi
pada balita meliputi air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4 kalori.
Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari
protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat. Maka jika terjadi kelebihan
kalori yang menetap setiap hari sekitar 500 kalori dapat menyebabkan kenaikan
berat badan 500 gram dalam seminggu
Terdapat perbedaan asupan makanan pada setiap kelompok umur, misalnya
pada kelompok umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim meskipun
tidak perlu disaring. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap
apabila anak sudah berumur 2-2,5 tahun. Kemudian pada usia 3-5 tahun balita
sudah dapat memilih makanan sendiri sehingga asupan makanan harus diatur
dengan sebaik mungkin. Memilih makanan yang tepat untuk balita harus
menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien, menentukan jenis bahan
makanan yang dipilih, dan menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai
dengan hidangan yang dikehendaki. Balita dengan gizi buruk sebagian besar
memiliki pola makan yang kurang beragam, artinya mereka mengkonsumsi
hidangan dengan komposisi yang tidak memenuhi gizi seimbang. Berdasarkan dari
keseragaman susunan hidangan pangan, dikatakan pola makanan dengan gizi
seimbang jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat pembangun
dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur yaitu sayur dan buah
2.
Status sosial ekonomi
Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang
kurang bergizi. Hal ini dapat disebabkan oleh karena rendahnya ekonomi keluarga
sehingga pada akhirnya akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga
tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi
yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena
ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.
Ibu yang bekerja baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan secara
reguler di luar rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki oleh ibu
untuk memberikan pelayanan terhadap anaknya. Pekerjaan tetap ibu yang
mengharuskan ibu meninggalkan anaknya dari pagi sampai sore menyebabkan
pemberian ASI tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya
3.
ASI
Memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat antara
lain oleh karena praktis, mudah, murah, sedikit kemungkinan untuk terjadi
kontaminasi,dan menjalin hubungan psikologis yang erat antara bayi dan ibu yang
penting dalam perkembangan psikologi anak tersebut. Beberapa sifat pada ASI
yaitu merupakan makanan alam atau natural, ideal, fisiologis, nutrien yang
diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu yang optimal dan mengandung
nutrien yang lengkap dengan komposisi yang sesuai kebutuhan pertumbuhan bayi.
Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga mengandung antibodi
atau zat kekebalan yang akan melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini yang
menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan dapat
berperan langsung terhadap status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan
sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu
formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu
formula sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar.
Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi akan rawan diare.
4.
Pendidikan ibu
Salah satu faktor penyebab timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang
rendah sehingga menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu
yang diperlukan dalam kehidupan. Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi
ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan
kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi
pada anak balita. Tingkat pendidikan terutama tingkat pendidikan ibu dapat
mempengaruhi derajat kesehatan karena pendidikan ibu berpengaruh terhadap
kualitas pengasuhan anak. Tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang
mudah untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku
sehari-hari
5.
Pengetahuan ibu
Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi
makanan keluarga khususnya pada anak balita. Kurangnya pengetahuan ibu tentang
gizi menyebabkan keanekaragaman makanan yang berkurang. Keluarga akan lebih
banyak membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain
itu, gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan
informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari
6.
Penyakit penyerta
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan
terhadap
penyakit-penyakit
seperti
tuberculosis
(TBC),
diare
persisten
(berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih dan dimulai dari suatu diare
cair akut atau berdarah/disentri) dan HIV/AIDS. Penyakit tersebut dapat
memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan dan meningkatnya
kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Terdapat hubungan timbal balik antara
kejadian penyakit dan gizi kurang maupun gizi buruk. Anak yang menderita gizi
kurang dan gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga rentan
terhadap penyakit. Di sisi lain anak yang menderita sakit akan cenderung menderita
gizi buruk
7.
Berat Badan Lahir Rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR
adalah kelahiran prematur. Bayi yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37
minggu ini pada umumnya disebabkan oleh karena ibu tidak mempunyai uterus
yang dapat menahan janin, gangguan selama kehamilan, dan lepasnya plasenta
yang lebih cepat dari waktunya. Bayi prematur mempunyai organ dan alat tubuh
yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga semakin
muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin kurang berfungsi dan
prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR sering mendapatkan
komplikasi akibat kurang matangnya organ karena premature
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga dapat disebabkan oleh bayi lahir
kecil untuk masa kehamilan yaitu bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
saat berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh keadaan ibu atau gizi ibu
yang kurang baik. Kondisi bayi lahir kecil ini sangat tergantung pada usia
kehamilan saat dilahirkan. Peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas
neonatus, bayi, dan anak merupakan faktor utama yang disebabkan oleh BBLR.
Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang. Pada BBLR zat anti
kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama
penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga
asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat
menyebabkan gizi buruk.
8.
Kelengkapan imunisasi
Infeksi pada balita dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan terhadap penyakit tersebut sehingga
bila balita kelak terpajan antigen yang sama, balita tersebut tidak akan sakit dan
untuk menghindari penyakit lain diperlukan imunisasi yang lain. Imunisasi
merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu antigen yang
dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan untuk
merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri sedangkan imunisasi pasif adalah
penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat
Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan imunisasi adalah bayi
dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan sistem kekebalan
tubuh balita masih belum sebaik dengan orang dewasa. Sistem kekebalan tersebut
yang menyebabkan balita menjadi tidak terjangkit sakit. Apabila balita tidak
melakukan imunisasi, maka kekebalan tubuh balita akan berkurang dan akan rentan
terkena penyakit. Hal ini mempunyai dampak yang tidak langsung dengan kejadian
gizi. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit untuk mempertahankan agar
kekebalan dapat tetap melindungi terhadap paparan bibit penyakit (Tita, 2015)
2.3.6. Penatalaksanaan Malnutrisi
Penatalaksanaan balita dengan malnutrisi dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut ini:
1.
Mencegah dan mengatasi hipoglikemi Hipoglikemi terjadi apabila kadar
gula darah < 54 mg/dl atau ditandai lemah, kejang, suhu tubuh sangat
rendah, kesadaran menurun, keluar keringat dingin dan pucat. Dapat
diterapi dengan memberikan segera cairan gula 50 ml dekstrosa 10% atau
gula 1 sendok teh dicampurkan ke air 3,5 sendok makan, penderita diberi
makan tiap 2 jam, antibotik, jika penderita tidak sadar dapat diberikan lewat
sonde. Kemudian dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai
tanda-tanda hipoglikemi maka pemberian cairan gula tersebut diulangi.
2.
Mencegah dan mengatasi hipotermi. Dikatakan hipotermi jika suhu tubuh
anak < 35oC. Dapat ditatalaksana dengan ruang anak harus hangat, tidak ada
lubang angin, sering diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung
tangan dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode
kanguru), cepat diganti jika popok basah. Dilakukan pengukuran suhu rectal
tiap 2 jam sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup
kepala dan kaos kaki.
3.
Mencegah dan mengatasi dehidrasi Pengelolaannya diberikan cairan
Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition) 70-100 ml/kgBB dalam
12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit secara oral dalam 2
jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam berikutnya,
jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak mau, feses yang keluar dan
muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam 4, 6, 8, 10 dengan F75 jika
rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu. Monitoring tanda vital, diuresis,
frekuensi berak dan muntah, pemberian cairan dievaluasi jika kecepatan
pernafasan dan nadi menjadi cepat, tekanan vena jugularis meningkat, atau
jika anak dengan oedem maka oedemnya bertambah.
4.
Koreksi gangguan elektrolit Berikan ekstra Kalium 150-300mg/kgBB/hari,
ekstra Mg 0,4-0,6 mmol/kgBB/hari dan rehidrasi cairan rendah garam
(Resomal).
5.
Mencegah dan mengatasi infeksi Jika tidak ada komplikasi maka dapat
diberikan kotrimoksazol selama 5 hari, namun bila ada komplikasi dapat
diberikan amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam selama 5 hari. Dan hendaknya
dilakukan monitoring terhadap komplikasi infeksi seperti hipoglikemia atau
hipotermi.
6.
Mulai pemberian makan. Segera setelah dirawat, untuk mencegah
hipoglikemi, hipotermi dan mencukupi kebutuhan energi dan protein.
Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu porsi kecil, sering, secara
oral atau sonde, energy 100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5 g/kgBB/hari,
cairan 130 ml/kgBB/hari untuk penderita marasmus, marasmik kwashiorkor
atau kwashiorkor dengan edem derajat 1,2, jika derajat 3 berikan cairan 100
ml/kgBB/hari.
7.
Koreksi kekurangan zat gizi mikro Berikan setiap hari minimal 2 minggu
suplemen multivitamin, asam folat (5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2
mg/kgBB/hari, cooper 0,3 mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe elemental/kgBB/hari
sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1 (<6 bulan 50.000 IU, 6-12
bulan 100.000 IU, >1 tahun 200.000 IU)
8.
Memberikan makanan untuk tumbuh kejar Satu minggu perawatan fase
rehabilitasi, berikan F100 yang mengandung 100 kkal dan 2,9 g
protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi dan protein
sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan protein.
9.
Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang. Mainan digunakan sebagai
stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur dan perkembangan anak
sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi psikologis, baik mental,
motorik dan kognitif.
10.
Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah Setelah BB/PB mencapai 1SD dikatakan sembuh, tunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah
makanan, berikan terapi bermain anak, pastikan pemberian imunisasi boster
dan vitamin A tiap 6 bulan (Tita, 2015).
2.4.
Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian. Variabel ini menjadi 2 yaitu
variabel independen dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil
tinjauan teoritis dan tinjauan kepustakaan maka disimpulkan kerangka konsep
adalah studi kualitatif asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien anak
balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020 sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kejadian Malnutrisi Pada Pasien
Anak Balita
Asupan Makan
Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan studi kualitatif dengan
pendekatan eksploratif deskriptif yang bertujuan untuk menggali suatu permasalahan
yang akan diteliti. Jenis penelitian ini yang melibatkan eksplorasi langsung, analisa data
dan deskripsi dari hasil eksporasi, sebebas mungkin dari dugaan yang belum teruji,
yang bertujuan mendapatkan hasil yang maksimal dari pengalaman individu baik yang
dilihat, dirasakan, diingat, dipercayai, diputuskan, dilakukan dan seterusnya
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan dikarenakan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan merupakan
rumah sakit rujukan di Sumatera Utara dan rumah sakit ini memiliki kasus
malnutrisi pada anak balita
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai dari studi pendahuluan Oktober 2019
sampai dengan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2020
3.3.
Informan
Informan yang akan ditetapkan dalam penelitian ini adalah ibu yang
mempunyai balita dengan umur 12-60 bulan yang mengalami malnutrisi. Jumlah
informan pada penelitian ini 4 anak balita dengan gizi buruk yang telah memenuhi
kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian adalah balita yang bersedia ikut
dalam penelitian, balita yang mengalami malnutrisi, dan memiliki data rekam
medik yang lengkap dan dapat dievaluasi. Adapun kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah anak balita yang mengalami gangguan jiwa, anak balita yang
mengalami kelainan kongenital, dan balita yang pindah dari tempat domisili saat
penelitian berlangsung. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuisioner.
Informan kunci adalah tiga orang terdiri dari satu orang tenaga gizi di rumah
sakit yang menentukan/menghitung asupan pasien gizi buruk dan dua orang tenaga
kesehatan yang menangani pasien gizi buruk di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik Medan
Dalam penelitian kualitatif tidak ada peraturan yang baku tentang jumlah
informan, akan tetapi ukuran jumlah informan berdasarkan kebutuhan informasi
dan prinsip dari pengambilan sampel adalah sampai terjadinya saturasi data. Pada
studi eksplorasi memiliki percakapan yang mendalam, sehingga melibatkan
sejumlah informan antara sepuluh informan atau lebih kecil, dengan prinsip
pemilihan sampel adalah semua informan harus memiliki pengalaman fenomena
dan mampu mengartikulasikan pengalaman hidupnya (Maleong, 2016).
3.4.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam (indepth interview). Indepth interview dipilih dalam penelitian
ini untuk mengeksplorasi secara mendalam asupan makan dengan kejadian malnutrisi
pada pasien anak balita. Metode wawancara secara mendalam (indepth interview) atau
disebut juga sebagai wawancara semi terstruktur bertujuan untuk memperoleh bentukbentuk informasi tertentu dari semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya
disesuaikan dengan ciri-ciri tiap informan. Metode
wawancara mendalam
menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan yang akan
diajukan kepada informan. Hal ini hanya untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
wawancara, menggali informasi, keterangan, data, dan selanjutnya tergantung
improvisasi dari peneliti sewaktu berada di lokasi penelitian. Peneliti memberikan
kebebasan kepada informan untuk mengungkapkan pengalamannya atas pertanyaan
yang diajukan selama proses wawancara sehingga data yang diperoleh merupakan
informasi yang alamiah sesuai dengan pengalaman informan.
Waktu wawancara akan ditetapkan dengan durasi 60-90 menit. Penetapan
waktu wawancara yang cukup lama didasarkan pada informasi yang akan digali dan
mencakup informasi secara keseluruhan serta makna subjektif informan. Dalam
penelitian ini, instrumen utama dalam mengumpulkan data adalah peneliti sendiri. Alat
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner data demografi, panduan
wawancara, dan field note. Pada saat menggali data, peneliti mengesampingkan
pengetahuan dan pemahaman pribadinya, serta berusaha sepenuhnya untuk
memposisikan diri sebagai informan dan memandang segala sesuatu dari perspektif
informan
Panduan wawancara yang akan digunakan peneliti adalah semi struktur dan
dibuat sesuai dengan landasan teori yang relevan dengan masalah yang akan digali
dalam penelitian. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang dibuat sendiri oleh
peneliti, bersifat mendalam dimulai dengan pertanyaan terbuka dan tidak bersifat kaku.
Pertanyaan dapat dikembangkan sesuai proses yang sedang berlangsung selama
wawancara tanpa meninggalkan landasan teori yang telah ditetapkan. Peneliti akan
menggunakan alat perekam suara (recorder) untuk merekam percakapan selama
wawancara. Kemudian hasil wawancara diketik dalam bentuk narasi (Maleong, 2016)
3.5.
Defenisi Operasional
1.
Asupan makan adalah cara ibu untuk mampu menerapkan mengatur dan
mimilih makan sehat
2.
Kejadian malnutrisi pada pasien anak balita adalah keadaan dimana tubuh
tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut
keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan
makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan
3.6.
Metode Pengolahan Data
Pada tahap kualitatif ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara. Alasan peneliti hanya mengunakan teknik wawancara saja karena pada
tahap ini hanya sebagai pembuktian, memperdalam, dan meluaskan data kuantitatif.
Teknik pengumpulan data yang lain seperti dokumentasi, observasi, dan kuesioner
dilakukan pada tahap kuantitatif. Adapun jenis wawancara yang digunakan peneliti
adalah wawancara semi terstruktur, yaitu peneliti menggunakan guide wawancara
yang membantu untuk mengidentifikasi masalah yang ingin dieksplor, namun
interview atau interviewer memperbolehkan memberikan respon yang lebih detail
(Mulyadi, 2016).
3.7.
Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemetis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain
1.
Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
hal-hal yang penting dicari tema dan polanya karena penelitian ini
menggunakan pendekatan sequential explanatori, maka fokus pereduksian
data pada penelitian ini adalah hasil pembuktian hipotesis pada tahap
kuantitatif.
2.
Data Display (Penyajian Data)
Pada penelitian ini penyajian data akan dibentuk dalam tabel. Tujuannya
adalah agar memudahkan pengamatan antara hasil kuantitatif dan hasil
interview
3.
Conclusion Drawing (Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Analisis akan dipadukan dengan data hasil hipotesis pada tahap
kuantitatif, karena metode kualitatif pada penelitia ini hanya untuk
membuktikan dan memperluas data kuantitatif (Sugiyono, 2016).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.
Karakteristik Informan
4.1.1. Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi
Tabel 4.1.
Karakteristik Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi
di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020
No
1
2
3
4
Informan
Umur
25 tahun
28 tahun
24 tahun
22 tahun
Ny. P
Ny. W
Ny. S
Ny. T
Pendidikan
SMA
SMA
SMA
SMA
4.1.2. Anak Balita Yang Mengalami Malnutrisi
Tabel 4.2.
Karakteristik Anak Balita Yang Mengalami Malnutrisi di Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020
No
1
2
3
Anak
Balita
Budi
Ayu
Robin
Anak ke
Umur
2
3
2
2 tahun 3 bulan
3 tahun 1 bulan
3 tahun 7 bulan
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Lama Rawatan
3 minggu 3 hari
2 minggu 1 hari
2 minggu 4 hari
4
Aini
2
3 tahun 4 bulan
Perempuan
2 minggu 3 hari
4.1.3. Perawat dan Ahli Gizi Yang Merawat Pasien Malnutrisi Pada Anak
Balita
Tabel 4.3.
Perawat dan Ahli Gizi Yang Merawat Pasien Malnutrisi Pada Anak Balita
di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2020
No
Nama
Umur
Pendidikan
1
Elsi
Rahmini
Fitriani
Hasibuan
Nong Helmi
35 tahun
D4 Gizi
39 tahun
Sarjana Keparawatan
+ Ners
Sarjana Keparawatan
+ Ners
2
3
4.2.
40 tahun
Jabatan
Lama
Bekerja
12 tahun
Ahli Gizi
16 tahun
Perawat
16 tahun
Perawat
Asupan Makan
4.2.1. Informan Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi
1.
Berapa kali dalam sehari ibu memberi makan balita ?
Hasil wawancara tentang berapa kali dalam sehari ibu memberi makan
balita dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi
sebagai berikut :
a. “Anak saya … sulit diberikan makan sebelum dan sesudah di rawat di
rumah sakit ini. Dulu saya memberikan makan anak saya. Tapi anak saya
ini hanya makan sedikit saja”.
b. “Saya memberikan makan anak saya hanya sekali dalam sehari dikarenakan
anak saya sering diare jadi tidak mau makan”
c. “Inilah yang sulit. Anak saya sulit kalau dikasi makan. Dikasi pun dia hanya
makan sedikit. Saya hanya mengasih makan satu kali sehari”
d. “Wah… kalau mau makan sulit sekali. Anak saya hanya mau makan dikit
saja. Itupun saya hanya mengasih makan sekali saja”
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
berapa kali dalam sehari ibu memberi makan balita bahwa anak balita hanya makan
sekali dalam sehari dikarenakan anak yang sulit diberikan makan.
2.
Apakah balita ibu setiap hari makan pagi ?
Hasil wawancara tentang apakah balita ibu setiap hari makan pagi
dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai
berikut :
a. “Makan pagi… saya hanya mengasih pagi hari minum susu saja. Terus habis
itu anak saya gak mau dikasi makan”.
b. “Pagi hari saya sibuk.. bagaimana mau mengasih makan. Saya tidak pernah
mengasih makan pagi hari. Saya hanya mengasih makan siang”
c. “Saya kasi sih.. makan pagi hari tetapi anak saya tidak mau. Yang dia makan
paling hanya satu sendok saja”
d. “Pagi saya kasi bu.. tapi anak saya hanya makan sedikit saja. Itupun harus
dipaksa. Untuk makan sulit bu”
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
apakah balita ibu setiap hari makan pagi bahwa anak sulit diberikan makan. Ada
ibu yang memberikan makan anak pagi hari tapi mayoritas anak sulit untuk makan.
Satu informan mengatakan bahwa ibu tidak sempat untuk memberikan anak makan
pagi dikarenakan kesibukan ibu di luar rumah.
3.
Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi pada saat makan pagi
?
Hasil wawancara tentang jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi
pada saat makan pagi dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami
malnutrisi sebagai berikut :
a. “Pagi hari saya hanya memberikan susu. Sekitar 2 jam kemudian saya kasi
bubur nasi. Itupun anak saya sulit untuk makan. Saya memberikan tambahan
ikan. Tapi anak saya sulit makan”.
b. “Saya hanya mengasih makan bubur nasi saja bu karena saya tidak bisa beli
makanan lain bu karena ekonomi yang tidak mencukupi bu”
c. “Saya kasi bubur nasi di tambah ikan. Sayurnya ada sih. Tapi anak saya sulit
dikasi makan. Makannyapun hanya dikit makanya mengalami gizi kurang.
Sulit dikasi makan”
d. “Bubur nasi ditambah ikan dan sayur saya buat, tapi sangat sulit dikasi
makan. Satu sendok aja makan sudah sulit. Jadi terkadang apa yang buat
sering terbuang”
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
apakah jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi pada saat makan pagi bahwa
bubur nasi ditambah lauk pauk dan sayur tetapi mayoritas dari jawaban informan
anak balita sulit dikasi makan
4.
Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat
makan siang ?
Hasil wawancara tentang jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi
balita ibu pada saat makan siang dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita
mengalami malnutrisi sebagai berikut :
a. “Saya berikan bubur nasi ditambah ikan terkadang sayuran tetapi sulit untuk
memberikan makan. Anak saya sulit sekali makan”.
b. “Siang hari ya… sebelum dirawat di rumah sakit memang anak saya sulit
makan. Siang hari saya kasi bubur nasi ditambah ikan. Tapi ya.. hanya
sedikit yang anak saya makan. Makanya berat badannya sulit naik”
c. “Makan siang ya bu.. saya kasi bubur nasi bu.. tapi kalau makan selinagan
saya gak ada kasi karena keuangan saya belum sanggup untuk membeli
makanan yang beraneka ragam”
d. “Makan siang saya berikan bubur nasi saja bu. Itu saja yang saya kasi tidak
ada makanan selingan. Itupun sulit anak saya makan bu”
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan siang
bahwa bubur nasi ditambah ikan dan sayur tetapi mayoritas menjawab anak sulit
makan. Terdapat ibu yang keterbatasan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan gizi
anak sehingga ibu hanya memberikan bubur nasi saja. Mayoritas jawaban ibu
bahwa anak sulit makan
5.
Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat
makan malam ?
Hasil wawancara tentang jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi
balita ibu pada saat makan malam dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita
mengalami malnutrisi sebagai berikut :
a. “Malam hari ya bu… saya kasi bubur nasi yang dicampur ikan. Saya kan
sudah katakan anak saya sulit makan. Selera makannya tidak ada”.
b. “Anak saya sulit untuk dikasi makan. Makan apa saja sulit jadi menu apapun
yang saya buat tidak ada gunanya”
c. “Malam hari saya kasi bubur nasi tapi lebih sering makannya sulit. Anak
saya lebih suka menyusui saja. Saya sudah bujuk makan tetapi anak saya
sulit untuk makan”
d. “Untuk makan malam ya bu…Ekonomi saya sulit untuk membeli aneka
ragam menu. Malam hari saya lebih sering kasi bubur nasi ditambah tahu
dan tempe. Emang sih… menu apaun anak saya sulit makan bu”
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan malam
bahwa bubur nasi. Mayoritas anak sulit untuk dikasi makan walaupun ibu sudah
membuat menu makanan. Tetapi ada informan yang sulit ekonomi sehingga ibu
hanya memberikan bubur nasi aja kepada anak balita. Itupun anak balita sulit untuk
dikasi makan
4.2.2. Informan Ahli Gizi
1.
Bagaimana penanganan asupan makan pada pasien anak balita yang
mengalami malnutrisi ?
Hasil wawancara tentang penanganan asupan makan pada pasien anak balita
yang mengalami malnutrisi dijelaskan oleh ahli gizi yang merawat anak balita yang
mengalami malnutrisi sebagai berikut :
“Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan melakukan penanganan
asupan makan pada pasien anak balita yang mengalami malnutrisi sesuai
dengan Kementerian Kesehatan RI terbagi 3 fase yaitu fase stabilisasi,
transisi dan rehabillitasi”.
a. Fase stabilisasi adalah keadaan ketika kondisi klinis dan metabolisme
anak belum sepenuhnya stabil. Dibutuhkan waktu sekitar 1-2 hari untuk
memulihkannya, atau bahkan bisa lebih tergantung dari kondisi
kesehatan anak. Tujuan dari fase stabilisasi yakni untuk memulihkan
fungsi organ-organ yang terganggu serta pencernaan anak agar kembali
normal. Dalam fase ini, anak akan diberikan formula khusus berupa F 75
atau modifikasinya, dengan rincian susu skim bubuk (25 gr), gula pasir
(100 gr), minyak goreng (30 gr), larutan elektrolit (20 ml) dan tambahan
air sampai dengan 1000 ml. Fase stabilisasi bisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1) Pemberian susu formula sedikit tapi sering. Pemberian formula
khusus dilakukan sedikit demi sedikit tapi dalam frekuensi yang
sering. Cara ini bisa membantu mencegah kadar gula darah rendah
(hipoglikemia) serta tidak membebankan saluran pencernaan, hati,
dan ginjal.
2) Pemberian susu formula setiap hari. Pemberian formula khusus
dilakukan selama 24 jam penuh. Jika dilakukan setiap 2 jam sekali,
berarti ada 12 kali pemberian. Jika dilakukan setiap 3 jam sekali,
berarti ada 8 kali pemberian.
3) ASI diberikan setelah susu formula khusus. Bila anak bisa
menghabiskan porsi yang diberikan, pemberian formula khusus bisa
dilakukan setiap 4 jam sekali. Otomatis ada 6 kali pemberian
makanan. Jika anak masih menyusui ASI, pemberian ASI bisa
dilakukan setelah anak mendapatkan formula khusus. Bagi orangtua,
sebaiknya perhatikan aturan pemberian formula seperti lebih baik
gunakan cangkir dan sendok daripada botol susu, meskipun anak
masih bayi dan gunakan alat bantu pipet tetes untuk anak dengan
kondisi sangat lemah.
b. Fase transisi adalah masa ketika perubahan pemberian makanan tidak
menimbulkan masalah bagi kondisi anak. Fase transisi biasanya
berlangsung selama 3-7 hari dengan pemberian susu formula khusus
berupa F 100 atau modifikasinya. Kandungan di dalam susu formula F
100 meliputi susu skim bubuk (85 gr)1wQ, gula pasir (50 gr), minyak
goreng (60 gr), larutan elektrolit (20 ml) dan tambahan air sampai dengan
1000 ml Fase transisi bisa dilakukan dengan cara pemberian formula
khusus dengan frekuensi sering dan porsi kecil. Paling tidak setiap 4 jam
sekali, jumlah volume yang diberikan pada 2 hari pertama (48 jam) tetap
menggunakan F 75, ASI tetap diberikan setelah anak menghabiskan porsi
formulanya dan jika volume pemberian formula khusus tersebut telah
tercapai, tandanya anak sudah siap untuk masuk ke fase rehabilitasi.
c. Fase rehabilitasi adalah masa ketika nafsu makan anak sudah kembali
normal dan sudah bisa diberikan makanan agak padat melalui mulut atau
oral. Akan tetapi, bila anak belum sepenuhnya bisa makan secara oral,
pemberiannya bisa dilakukan melalui selang makanan (NGT). Fase ini
umumnya berlangsung selama 2-4 minggu sampai indiktor status gizin
BB/TB-nya mencapai -2 SD dengan memberikan F 100. Dalam fase
transisi, pemberian F 100 bisa dilakukan dengan menambah volumenya
setiap hari. Hal ini dilakukan sampai saat anak tidak mampu lagi
menghabiskan porsinya. F 100 merupakan energi total yang dibutuhkan
anak untuk tumbuh serta berguna dalam pemberian makanan di tahap
selanjutnya. Secara bertahap, nantinya porsi menu makanan anak yang
teksturnya padat bisa mulai ditambah dengan mengurangi pemberian F
100
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
penanganan asupan makan pada pasien anak balita yang mengalami malnutrisi
bahwa Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan melakukan penanganan
asupan makan pada pasien anak balita yang mengalami malnutrisi sesuai dengan
Kementerian Kesehatan RI terbagi 3 fase yaitu fase stabilisasi, transisi dan
rehabillitasi
2.
Satu contoh kasus asupan makan yang dilakukan di Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik Medan dalam menangani pasien anak balita
yang mengalami malnutrisi
Hasil wawancara tentang satu contoh kasus asupan makan yang dilakukan
di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dalam menangani pasien anak
balita yang mengalami malnutrisi dijelaskan oleh ahli gizi yang merawat anak balita
yang mengalami malnutrisi sebagai berikut :
“Pada pasien dengan malnutrisi, penatalaksanaan yang adekuat diperlukan
melalui kolaborasi berbagai pihak yaitu oleh dokter dan tenaga medis, ahli
nutrisi, dan keluarga dari pasien tersebut. Pada anak dengan edema akibat
malnutrisi, status nutrisi harus dinilai dengan hati-hati karena dapat
menyebabkan bisa pada pengukuran berat badan. Anak dengan malnutrisi
kronis membutuhkan asupan kalori 120-150 kkal/kg/hari untuk mencapai
berat badan sesuai. Rumus yang digunakan untuk mengukur kebutuhan
kalori yaitu Kkal/kg = (RDA untuk umur x BB ideal)/ BB actual.
Semua anak dengan gizi buruk berisiko menderita hipoglikemia (kadar gula
darah sewaktu <54mg/dl), dan kondisi ini dapat menyebabkan kematian
pada 2 hari pertama perawatan. Bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia,
pemberian makan setiap 2-3 jam sangat penting untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia berkepanjangan. Dalam kondisi hipoglikemia, bila anak
dalam keadaan sadar dapat diberikan 50 ml larutan glukosa 10% atau
sukrosa 10% (1 sendok teh penuh gula dilarutkan dalam 50 ml air) baik
peroral maupun NGT. Kemudian mulai pemberian F75 (formula nutrisi
dengan kalori 75 kkal/100mL) tiap 2 jam, dan untuk 2 jam pertama berikan
seperempat dosis tiap 30 menit. Pertimbangkan pula pemberian antibiotik
jika terbukti terdapat infeksi pada pasien. Bila anak dalam keadaan tidak
sadar, dapat diberikan bolus glukosa 10% intravena diikuti dengan 50 ml
glukosa 10% lewat pipa NGT dan dilanjutkan pemberian F75 dengan
metode serupa. Evaluasi kadar gula darah setelah 2 jam tatalaksana.
Pemberian makanan pada fase stabilisasi memerlukan pendekatan yang
hati-hati karena kondisi fisiologis anak dengan malnutrisi akut berat sangat
rapuh. Pemberian makan sebaiknya dimulai sesegera mungkin dengan porsi
kecil namun sering menggunakan makanan dengan osmolaritas rendah dan
rendah laktosa seperti F75. Pemberian makan sebaiknya melalui oral atau
bantuan pipa nasogastrik, dan bila anak masih minum ASI, lanjutkan
pemberian ASI namun setelah formula makanan dihabiskan. Berikut ini
jadwal yang direkomendasikan pada fase stabilisasi:
a. 1-2 hari : frekuensi tiap 2 jam, 11 cc/kgBB/pemberian, volume 130
ml/kg/hari
b. 3-5 hari: frekuensi tiap 3 jam, 16 cc/kgBB/pemberian, volume 130
ml/kg/hari
c. 6-7+ hari: frekuensi tiap 4 jam, 22 cc/kgBB/pemberian, volume 130
ml/kg/hari
Selanjutnya, pada fase transisi dan rehabilitasi, bila anak dirasa mampu,
jenis formula makanan dapat dinaikkan menjadi F100 (formula nutrisi
dengan kalori 100 kkal/100mL) yang memiliki kalori lebih tinggi untuk
mempersiapkan anak mencapai berat badan yang ditargetkan.
Koreksi defisiensi mikronutrien juga perlu diberikan, namun pemberian
preparat besi tidak boleh diberikan hingga minggu kedua atau pada fase
rehabilitasi. Pada hari pertama perawatan dapat diberikan Vitamin A peroral
(dosis >12 bulan 200.000 SI, untuk 6-12 bulan 100.000 SI, untuk 0-5 bulan
50.000 SI), ditunda bila kondisi klinis buruk. Dapat pula diberikan asam
folat 5 mg peroral. Di Indonesia, terdapat larutan yang mengandung
elektrolit dan mineral yang dibutuhkan yaitu zinc, tembaga (Cu), kalium dan
magnesium”.
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
contoh kasus asupan makan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik Medan dalam menangani pasien anak balita yang mengalami malnutrisi
diketahui bahwa Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan melakukan
penanganan asupan makan dalam menangani pasien anak balita yang mengalami
malnutrisi
4.3.
Kejadian Malnutrisi Pada Anak Balita
4.3.1. Informan Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi
1.
Sejak umur berapa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi
buruk) ?
Hasil wawancara tentang sejak umur berapa anak balita anda mengalami
malnutrisi (gizi buruk) dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami
malnutrisi sebagai berikut :
a. “Anak saya.. sejak lahir sudah berat badannya rendah. Memang sejak lahir
sudah ada kelainan. Entah kenapa dikasi makanpun sulit”.
b. “Sejak umur 1 tahun. Anak saya sering batuk. Semenjak itulah berat
badannya turun terus”
c. “Beberapa bulan ini anak saya terus diare. Sembuh bentar kambuh lagi.
Anak saya sering diare bu”
d. “Satu tahun terakhir ini anak saya sering demam. Bahkan sampai demam
tinggi. Naik turun demamnya. Distulah berat badan anak turun draktis bu”
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
sejak umur berapa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) bahwa satu
balita sejak lahir dan 3 balita berat badan turun selama satu tahun terakhir
2.
Dari mana anda mengetahui bahwa anak balita anda mengalami
malnutrisi (gizi buruk) ?
Hasil wawancara tentang dari mana anda mengetahui bahwa anak balita
anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) dijelaskan oleh ibu yang mempunyai anak
balita mengalami malnutrisi sebagai berikut :
a. “Karena sejak lahir berat badan anak saya rendah. Saya dulu mengetahuinya
pertama kali dari dokter di puskesmas tempat saya berobat”.
b. “Anak saya batuk-batuk. Saya mengetahuinya dari bidan saya sewaktu saya
bawa anak saya berobat ke puskesmas”
c. “Saya mengetahuinya dari dokter di puskesmas. Pertama kali itulah… anak
saya diare. Sembuh kambuh terus. Dari puskesmas itulahs saya tau anak
saya mengalami gizi buruk”
d. “Anak saya sering sakit. Dulu saya bawa ke puskesmas sebelum di rujuk
saya ke Rumah Sakit Adam Malik ini”
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang dari
mana anda mengetahui bahwa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk)
bahwa mayoritas informan mengetahui anaknya mengalami malnutrisi dari
puskesmas dikarenakan mayoritas anak balita mengalami sakit
3.
Apa yang anda lakukan semenjak mengetahui bahwa anak anda
mengalami malnutrisi (gizi buruk) ?
Hasil wawancara tentang apa yang anda lakukan semenjak mengetahui
bahwa anak anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) dijelaskan oleh ibu yang
mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut :
a. “Saya dapat makanan tambahan dari puskesmas tapi anak saya sulit makan.
Berat badannya sulit naik. Makanya saya bawa ke rumah sakit ini”.
b. “Anak saya batuk tak henti henti.. dari puskesmas saya di rujuk ke rumah
sakit ini. Saya sih.. ngikut aja.. dalam keadaan sekarang saya pasrah ke
tenaga medis untuk menyembuhkan anak saya”
c. “Berat badan anak saya turun terus. Ini diare tak henti. Entah kenapa
penyebabnya. Saya rujukan dari puskesmas terus ke Rumah Sakit
Kabupaten. Dari rumah sakit kabupaten saya dirujuk ke Rumah Sakit Adam
Malik. Tapi mau bilang apa. Apa yang terbaik menurut dokter itu saja yang
saya ikutin. Yang penting berat badan anak saya bisa naik”
d. “Anak saya demam naik turun. Sering sering demam. Berat badannya turun
draktis. Saya mengikuti aja apa anjuran dokter. Ini anak saya sedang di
rawat di rumah sakit ini. Ini demamnya sudah turun. Tinggal berat badan
anak saya yang belum”
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang apa
yang anda lakukan semenjak mengetahui bahwa anak anda mengalami malnutrisi
(gizi buruk) bahwa mayoritas penyebab malnutrisi pada anak balita disebabkan
karena bawaan dari lahir berat badan rendah, batuk, diare dan demam. Informan
mengetahui anak balitanya malnutrisi mayoritas rujukan dari puskesmas, Rumah
Sakit Kabupaten kemudian di rujuk ke Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan. Mayoritas informan mengikuti anjuran medis dalam penanganan malnutrisi
pada anak balita.
4.
Apakah yang dilakukan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan
dalam penanganan malnutrisi pada anak balita anda ?
Hasil wawancara tentang apakah yang dilakukan Rumah Sakit Umum Haji
Adam Malik Medan dalam penanganan malnutrisi pada anak balita anda dijelaskan
oleh ibu yang mempunyai anak balita mengalami malnutrisi sebagai berikut :
a. “Saya lihat Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan menjalankan
segala upaya dalam penyembuhan anak saya. Mereka memberikan asupan
makan yang diatur jamnya. Beda dengan asupan makan sebelum saya
masuk ke rumah sakit ini. Asupan makan yang saya lihat lengkap dengan
makanan selingan yang diberikan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan”.
b. “Semenjak anak saya di rawat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan ini penanganannya bagus. Dari pengobatan batuk anak saya. Asupan
makan pada anak saya juga bagus. Saya lihat makan anak saya ada
pudingnya. Bahkan dikasi jus buah juga”
c. “Anak sayakan diare… pengobatannya diberikan terus pada anak saya.
Menu makan anak saya saya dapat dari rumah sakit ini, sangat beda menu
yang saya berikan dulu. Disini menu makan anak saya beragam. Ada makan
selingan untuk anak saya. Susu anak saya juga disediakan. Semoga berat
badan anak saya perlahan naik”
d. “Ini uda ada sekitar dua minggu anak saya dirawat. Demamnya sudah turun
tinggal berat badan anak saya yang belum. Makan, susu untuk anak saya
disediakan di rumah sakit ini. Makan anak sayapun ada jamnya”
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
apakah yang dilakukan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dalam penanganan
malnutrisi pada anak balita anda bahwa Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
melakukan penanganan dalam mengatasi malnutrisi yang anak balita yang dirawat
dimulai dari pengobatan medis dan asupan makan. Asupan makan disediakan oleh
ahli gizi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik yang diatur sesuai dengan
kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh anak balita. Menu makan disesuaikan
dengan umur balita dan diatur sampai kalori yang dibutuhkan tubuh anak balita
tercapai.
4.3.2. Perawat Yang Menangani Pasien Malnutrisi Pada Pasien Anak Balita
1. Penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita?
Hasil wawancara tentang penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada
anak balita dijelaskan oleh perawat yang menangani pasien malnutrisi pada pasien
anak balita sebagai berikut :
“Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkahlangkah proses asuhan gizi. Pasien dengan status gizi baik atau tidak
berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang/skrining lanjut
setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang/skrining lanjut berisiko
malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar. Pasien sakit kritis
atau kasus sulit yang berisiko gangguan gizi berat akan lebih baik bila
ditangani secara tim Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.
Tugas perawat dalam menangani pasien malnutrisi pada pasien anak balita
terdiri dari
a. Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan.
b. Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan,
tinggi badan/panjang badan secara berkala.
c. Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan informasi
kepada dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien.
d. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian
makanan melalui oral/enteral dan parenteral”.
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita diketahui bahwa
perawat melakukan penanganan yang adekuat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita dengan melakukan skrining gizi
pasien pada asesmen awal perawatan, Melakukan pengukuran antropometri yaitu
penimbangan berat badan, tinggi badan/panjang badan secara berkala, melakukan
pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis klien/pasien terhadap diet
yang diberikan dan menyampaikan informasi kepada dietisien bila terjadi
perubahan kondisi pasien serta memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga
terkait pemberian makanan melalui oral/enteral dan parenteral
2. Apakah ada penyakit penyerta pada pasien malnutrisi yang dialami
anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan ?
Hasil wawancara tentang apakah ada penyakit penyerta pada pasien
malnutrisi yang dialami anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan dijelaskan oleh perawat yang menangani pasien malnutrisi pada pasien anak
balita sebagai berikut :
“Biasanya anak balita yang mengalami malnutrisi mempunyai penyakit
penyerta. Misalnya demam, diare, batuk terus tidak ada nafsu makan. Tidak
ada nafsu makanlah itu lah yang mengakitbatkan berat badan turun”.
Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi tentang
penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita bahwa anak balita yang
mengalami malnutrisi mempunyai penyakit penyerta misalnya demam, diare, batuk
dan nafsu makan yang kurang.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
Asupan Makan
Hasil penelitian asupan makan anak balita bahwa mayoritas anak makan
sekali dalam sehari, ibu yang memberikan makan anak pagi hari tapi mayoritas anak
sulit untuk makan. Satu informan mengatakan bahwa ibu tidak sempat untuk
memberikan anak makan pagi dikarenakan kesibukan ibu di luar rumah, jenis
makanan yang sering dikonsumsi pada saat makan pagi bahwa bubur nasi ditambah
lauk pauk dan sayur tetapi mayoritas dari jawaban informan anak balita sulit dikasi
makan, jenis makan siang bubur nasi ditambah ikan dan sayur tetapi mayoritas
menjawab anak sulit makan, jenis makan malam bahwa bubur nasi. Tetapi ada
informan yang sulit ekonomi sehingga ibu hanya memberikan bubur nasi aja kepada
anak balita. Itupun anak balita sulit untuk dikasi makan
Penelitian Ardi (2019) tentang studi kasus balita gizi buruk 1-5 tahun di
Desa Tesabela Kecamatan Kupang Barat mengatakan bahwa hasil persen asupan
selama tiga hari energi 53,78%, deficit berat protein 31,35%, deficit berat lemak
33,15%, deficit berat karbohidrat 61,54% deficit berat. Ibu balita sering mendapat
kunjungan dari puskesmas namun tidak ada perubahan pada balita. Balita juga
mendapatkan biscuit dan obat gizi dari puskesmas tapi tidak di konsumsi oleh balita
sendiri karena biscuit tersebut juga di berikan pada anggota keluarga untuk di
konsumsi. Untuk obat gizi yang ada di konsumsi hanya tiga kali kali di karenakan
setelah di konsumsi balita muntah- muntah sehingga ibu tidak lagi memberikan obat
tersebut untuk balita. Kurang adanya kesadaran dari ibu dalam memperhatian
asupan makan pada balita.
Penelitian Dentris (2018) tentang studi kasus anak balita gizi buruk di
Puskesmas Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang mengatakan bahwa hasil
pengamatan Asupan zat gizi pada pasien diperoleh hasil masih belum mencapai
kebutuhan tubuh, Pada hasil Pengamatan asupan dilakukan selamaSS 3 hari dan 3
kali pengamatan, Hasil Asupan zat gizi diperoleh hasil asupanzat gizi pasien pada
hari pertama Pengamatan adalah Energi 508,2 kkal dengan kategori defisit berat,
Protein 17,6 gram dengan kategori defisit berat, Lemak 2,7 gram dengan kategori
defisit berat, Karbohidrat 101 gram dengan kategori defisit berat. Presentasi Asupan
pada hari ke 2 Pengamatan adalah Energi 480,5 kkal dengan kategori defisit berat,
Protein 10 gram dengan kategori defisit berat, Lemak 4,7 gram dengan kategori
defisit berat, Karbohidrat 100 gram dengan kategori defisit berat. Presentasi Asupan
zat gizi pada hari ke 3 Pengamatan adalah Energi 619,8 kkal dengan kategori deficit
berat, Protein 12 gram dengan kategori defisit berat, Lemak 12 gram dengan
kategori defisit berat, Karbohidrat 110 gram dengan kategori defisit berat. Hal ini
disebabkan karna nafsu makan pasien yang kurang ditandai dengan pasien jarang
menghabiskan makanan yang diberikan setiap kali makan, Oleh karna itu asupan
makanan yang kurang atau tidak mencapai kebutuhan individu yang berlangsung
dalam waktu yang lama akan memyebabkan berbagai masalah gizi dengan status
gizi balita menjadi gizi buruk dan pendek.
Penelitian Imran (2013) mengatakan bahwa salah satu cara untuk
menanggulangi masalah gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi
buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan. Penatalaksanaan gizi
bagi balita gizi buruk yang dilaksanakan di TFC Puskesmas Telaga berpedoman
pada Buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk yang diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan RI. Pemberian makanan untuk meningkatkan berat badan
dan status gizi balita disesuaikan dengan fase stabilisasi (H1-2), fase transisi (H37) dan fase rehabilitasi (Mg2-6). Makanan yang diberikan dalam bentuk makanan
formula maupun makanan lokal dengan asupan kalori dan protein disesuaikan
dengan kebutuhan untuk masing-masing fase pemberian makanan sesuai pedoman
yang ada. Penatalaksanaan gizi ini menjadi tanggung jawab dari petugas gizi di TFC
Puskesmas Telaga
Masa balita adalah masa yang sangat penting dan perlu diperhatian yang
sangat serius karena pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang
sangat pesat. Peran orang tua dalam proses pengasuhan sangat penting, pemberian
nutrisi yang lengkap dan seimbang dapat menjadi dasar untuk tumbuh kembang
anak yang optimal (Fikawati, 2015).
Anak dalam golongan usia 1-3 tahun ini sangat rentan terhadap penyakit
gizi, seperti defisiensi vitamin A dan malnutrisi energi protein. Anak usia 6-24
bulan membutuhkan setidaknya 100 mg DHA per hari yang dapat membantu
perkembangan otak mereka. Faktor gizi di masa ini menjadi penting karena
kekurangan zat gizi tertentu dapat menyebabkan perkembangan otak terhambat
yang membuat kecerdasan anak menurun. Nutrisi yang tepat bagi otak anak dapat
membantu meningkatkan daya ingat dan keterampilan anak yang membuat
performa anak lebih baik dalam menerima pelajaran.
Salah satu nutrisi bagi batita yang perlu diperhatikan adalah taurin yang juga
merupakan salah satu komponen dari protein. Perlu diketahui bahwa protein terdiri
dari kumpulan asam amino esensial dan asam amino non-esensial seperti taurin.
Asam amino non-esensial dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan asam
amino esensial harus diperoleh dari luar seperti dari makanan karena tubuh tidak
dapat menghasilkannya sendiri. Taurin bermanfaat untuk memerlancar hubungan
antarsel dalam otak dan fungsi sistem saraf. Zinc juga penting bagi fungsi otak anak
karena kekurangan zinc juga berkaitan dengan melemahnya kemampuan kognitif
anak. Di usia ini anak juga perlu mengonsumsi daging merah, hati, tahu, dan tempe
karena salah satu sumber zat besi ini meningkatkan aktivitas neurotransmitter pada
anak (Budi, 2020)
Pola makan balita biasa makan 3x sehari dengan porsi 2 centong nasi. Balita
jarang makan snack, suka mengkonsumsi protein hewani seperti telur, ikan,
responden jarang mengkonsumsi daging dan protein nabati seperti tahu, tempedan
kacang-kacangan hanya 1-2x dalam seminggu atau jarang mengkonsumsi. Balita
suka mengkonsumsi sayur berkuah. Balita jarang mengkonsumsi buah, keluarga
Balita juga belum mendapatkan edukasi tentang gizi (Ardi, 2019). Persoalan gizi
buruk pada balita disebabkan oleh sikap atau perilaku ibu yang menjadi faktor
dalam pemilihan makanan yang tidak benar sehingga kurangnya asupan energi,
protein anak baliata yang mempengaruhi status gizi anak (Soekirman, 2015)
Konsumsi makanan atau dalam pola pemberian makan yang baik
berpengaruh terhadap status gizi (pertumbuhan) balita. Status gizi baik bila tubuh
memperoleh asupan gizi yang baik, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik
dan kesehatan secara umum pada keadaan umum sebaik mungkin. Status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan atau kelebihan zat gizi (Erni,
2013)
Asumsi peneliti bahwa dari hasil wawancara informan diketahui bahwa
asupan makanan yang diberikan pada anak balita mayoritas kurang sehingga anak
balita dapat mengalami malnutrisi. Dari hasil penelitian bahwa malnutrisi terjadi
pada anak disebabkan karena anak kurang mendapatkan asupan makan karena anak
tidak ada selera makan walaupun ibu memberikan bubur nasi ditambah lauk pauk
dan sayur. Mayoritas ibu yang mengalami malnutrisi disebabkan karena faktor
ekonomi keluarga yang tidak mencukupi sehingga berat badan anak turun sehingga
terjadi malnutrisi pada anak. Dengan demikian ibu membawa anak berobat ke
puskesmas dan puskesmas merujuk anak ke Rumah Sakit Adam Malik untuk
mendapatkan penanganan malnutrisi yang terjadi pada anak.
Asupan makan pada balita sangat berperan penting dalam proses
pertumbuhan pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi
menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya
memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan
kecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak
akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan.
Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita
akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita
(Soekirman, 2015)
5.2.
Kejadian Malnutrisi Pada Pasien Anak Balita
Hasil penelitian kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik bahwa anak balita mengalami malnutrisi (gizi buruk)
diketahui bahwa satu balita sejak lahir dan 3 balita berat badan turun selama satu
tahun terakhir, mayoritas informan mengetahui anaknya mengalami malnutrisi dari
puskesmas dikarenakan mayoritas anak balita mengalami sakit, penyebab
malnutrisi pada anak balita disebabkan karena bawaan dari lahir berat badan
rendah, batuk, diare dan demam. Informan mengetahui anak balitanya malnutrisi
mayoritas rujukan dari puskesmas, Rumah Sakit Kabupaten kemudian di rujuk ke
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Mayoritas informan mengikuti anjuran
medis dalam penanganan malnutrisi pada anak balita, penanganan malnutrisi pada
anak balita anda bahwa Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik melakukan
penanganan dalam mengatasi malnutrisi yang anak balita yang dirawat dimulai dari
pengobatan medis dan asupan makan. Asupan makan disediakan oleh ahli gizi di
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan yang diatur sesuai dengan kebutuhan
kalori yang dibutuhkan oleh anak balita.
Penelitian Ardi (2019) tentang studi kasus balita gizi buruk 1-5 tahun di
Desa Tesabela Kecamatan Kupang Barat mengatakan bahwa dari 2 responden yang
mengalami gizi buruk berdasarkan hasil wawancara dengan ibu responden berat
badan yang tidak naik-naik, dan pola makan anak yang kurang bervariasi dan tidak
sesuai dengan kebutuhan, dan anak yang susah makan. Hasil pemeriksaan
kesehatan sebelumnya pada responden pertama dan kedua data yang ada pada bidan
desa bahwa ketiga responden ini dinyatakan gizi buruk dan hasil wawancara dengan
ibu responden sering mengalami sakit seperti demam, batuk, pilek dan diare.
Penelitian Imran (2013) mengatakan bahwa sebagian besar sampel balita
gizi buruk yang dirawat di TFC masuk dengan penyakit penyerta yang lain.
Sebagian besar balita gizi buruk yang dirawat di TFC Puskesmas Telaga disertai
dengan penyakit penyerta yang lain, yaitu batuk sebanyak 10 orang (30,30%), panas
sebanyak 8 orang (24,24%) dan diare sebanyak 7 orang (21,21%).
Untuk mendukung tercapainya gizi baik adalah sangat penting, menyusun
dan mengimplementasikan protokol dan alur tata laksana yang baik sehingga dapat
membantu dalam mewujudkan intervensi sedini mungkin yang seharusnya
direncanakan oleh ahli gizi. Malnutrisi pada anak memiliki relevansi dan
kepentingan dengan kesehatan masyarakat. Hal tersebut berhubungan langsung
dengan kemiskinan dan akibat terbesar dari masalah paling utama, yaitu kelaparan
yang korban terbesarnya adalah anak-anak. Pada anak-anak dengan malnutrisi ini,
cenderung menunjukkan peningkatan morbiditas, dan prevalensi pada saat masuk
rumah sakit. Ketika mereka masuk umumnya tidak diperhatikan dengan baik dalam
hal antropometriknya, dan pada akhirnya tidak ditunjang nutrisinya selama
perawatan. Pemerintah telah mencanangkan tata laksana nutrisi rumah sakit dengan
tujuan menurunkan insiden malnutrisi rumah sakit. Hal tersebut berdampak positif
terhadap prognosis penyakit menjadi lebih baik melalui lima langkah tata laksana
gizi, yaitu penentuan status nutrisi, penghitungan kebutuhan nutrisi, penentuan jenis
nutrisi, penentuan cara pemberian nutrisi, dan evaluasi (Aidah, 2013)
Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah sakit yang
disebabkan karena penyakitnya atau masukan zat gizi yang tidak cukup, namun
tidak jarang pula malnutrisi ini timbul selama dirawat inap. Jika kebutuhan minimal
energi tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang lama, maka akan timbul gejala
kurang gizi. Kurang gizi ini dapat dilihat dari penurunan berat badannya
(malnutrisi) (Defriani, 2004)
Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 (Lima) tahun.
Gizi buruk adalah bentuk terparah sari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Anak balita usia 12-59 bulan merupakan kelompok umur yang rawan terhadap
gangguan kesehatan dan gizi.pada usia ini kebutuhan mereka meningkat, sedangkan
mereka tidak bisa meminta dan mencari makan sendiri dan seringkali pada usia ini
tidak lagi diperhatikan dan pengurusannya diserahkan kepada orang lain sehingga
resiko gizi buruk akan semakin besar. Anak yang gizi buruk akan mengalami
penurunan daya tahan tubuh sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi.
Anak yang makananya tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya akan
melemah dan akan mudah terserang penyakit. Anak yang sakit maka berat badanya
akan menjadi turun sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi dari anak
tersebut. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dari pihak Puskesmas memberikan
bantuan berupa PMT dalam bentuk biscuit balita dan obat gizi buruk yang dosisnya
disesuaikan dengan berat badan balita. Sejauh ini program dari pemerintah berjalan
dengan baik namun kurangnya partisipasi aktif dari orang tua balita. (Arisman,
2018).
Asupan makan, status nutrisi, diare, dan keganasan bukan merupakan faktor
prediktor. Pada awal rawat, anak cenderung mengalami penurunan nafsu makan
karena berada di lingkungan baru sehingga perlu adaptasi, di samping rasa dan
teknik penyajian menu turut berpengaruh. Selain itu, proses penyakit yang sedang
berjalan memengaruhi nafsu makan pasien apalagi bila melibatkan keluhan pada
sistem gastrointerstinal. Beberapa kondisi lain yang memperberat keadaan di
antaranya memuaskan pasien untuk tindakan diagnostik serta tidak adanya tenaga
khusus di rumah sakit yang bertugas memberikan asupan makan bagi pasien yang
memerlukan. Faktor yang memengaruhi kejadian malnutrisi pada anak dengan
keganasan ditandai dengan anoreksia, kehilangan nafsu makan, penurunan berat
badan, atrofi muskular, disfungsi sistem imun dan perubahan metabolisme tubuh.
Malnutrisi pada keganasan dapat terjadi akibat dari pertumbuhan tumor yang
berpotensi mengganggu sistem cerna, respon tubuh terhadap perkembangan sel
ganas dan efek terapi yang ditimbulkan. Hospitalisasi berulang dan lama pada
kondisi ini turut meningkatkan risiko malnutrisi (Elvia, 2016)
Asumsi peneliti bahwa dari hasil wawancara informan diketahui bahwa
kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik diketahui bahwa penyebab malnutrisi pada anak balita disebabkan oleh
penyakit penyerta seperti berat badan lahir rendah, demam, batuk dan diare yang
mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan sehingga mengakibatkan
malnutrsi pada anak balita. Ditambah lagi asupan makan yang kurang sehingga
memperkuat terjadinya malnutrisi pada anak balita sehingga anak balita
membutuhkan penanganan yang lebih intensif dari pihak medis dalam mengatasi
malnutrisi pada anak
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
1.
Asupan makan anak balita bahwa mayoritas anak makan sekali dalam
sehari, ibu yang memberikan makan anak pagi hari tapi mayoritas anak sulit
untuk makan. Satu informan mengatakan bahwa ibu tidak sempat untuk
memberikan anak makan pagi dikarenakan kesibukan ibu di luar rumah,
jenis makanan pagi bubur nasi ditambah lauk pauk dan sayur tetapi
mayoritas dari jawaban informan anak balita sulit dikasi makan, jenis makan
siang bubur nasi ditambah ikan dan sayur tetapi mayoritas menjawab anak
sulit makan, jenis makan malam bahwa bubur nasi. Tetapi ada informan
yang sulit ekonomi sehingga ibu hanya memberikan bubur nasi aja kepada
anak balita.
2.
Kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji
Adam Malik bahwa satu balita sejak lahir dan 3 balita berat badan turun
selama satu tahun terakhir, mayoritas informan mengetahui anaknya
mengalami malnutrisi dari puskesmas dikarenakan mayoritas anak balita
mengalami sakit, penyebab malnutrisi pada anak balita disebabkan karena
bawaan dari lahir berat badan rendah, batuk, diare dan demam. Informan
mengetahui anak balitanya malnutrisi mayoritas rujukan dari puskesmas,
Rumah Sakit Kabupaten kemudian di rujuk ke Rumah Sakit Umum Haji
Adam Malik. Mayoritas informan mengikuti anjuran medis, penanganan
malnutrisi pada anak balita yang dirawat dimulai dari pengobatan medis dan
asupan makan. Asupan makan disediakan oleh ahli gizi yang diatur sesuai
dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh anak balita.
6.2. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini, berdasarkan dari hasil penelitian, yaitu:
1.
Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat terutama ibu yang mempunyai balita supaya
memperhatikan asupan makan balita dalam mencegah malnutrisi pada anak
balita
2.
Bagi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Sebagai bahan masukan dalam membuat program dan kebijakan yang
berkaitan dengan asupan makan dengan kejadian malnutrisi pada pasien
anak balita dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian anak balita
yang malnutrisi
3.
Bagi Peneliti Lanjut
Sebagai masukan dan tambahan informasi bagi peneliti berikutnya yang
akan melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama tentang asupan
makan dengan kejadian malnutrisi pada anak balita
DAFTAR PUSTAKA
Aidah Juliaty, 2013. Malnutrisi Rumah Sakit Pada Bangsal Anak Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. www.researchgate.net › publication ›
312175847_Malnutrisi. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2020
Almatsier, S. 2014. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ardi Briliand Lorens Lenes, 2019. Studi Kasus Balita Gizi Buruk 1-5 Tahun di Desa
Tesabela Kecamatan Kupang Barat. repository.Poltekes kupang.ac.id.
Diakses pada tanggal 20 Juni 2020
Arisman M. 2018. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku
Kedokteran (EGC)
Budi Purnomo, dr, SpA (K), 2020. Asupan Gizi Anak, Dari Bayi Hingga Usia
Sekolah. bebeclub.co.id › detail › bayi › resep-nutrisi-bayi › asu. Diakses
pada tanggal 11 Agustus 2020
Defriani Dwiyanti, Hamam Hadi, Susetyowati, 2004. Pengaruh Asupan Makanan
Terhadap Kejadian Malnutrisi di Rumah Sakit. jurnal.ugm.ac.id › jgki ›
article › download. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020
Dentris Fao, 2018. Studi Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Puskesmas Oesapa
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. repository.poltekeskupang.ac.id.
Diakses pada tanggal 1 Agustus 2020
Dorland, 2015. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
Elvia Maryani, Endy Paryanto Prawirohartono, Sasmito Nugroho, 2016. Faktor
Prediktor Malnutrisi Rumah Sakit pada Anak. saripediatri.org › sari-pediatri
› article › download. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2020
Erni Purwani, Mariyam, 2013. Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak
Usia 1sampai 5 Tahun di Kabunan Taman Pemalang Semarang.
jurnal.unimus.ac.id › JKA › article › download. Diakses pada tanggal 5 Juni
2020
Fikawati, S., Syafiq, A., Karima, K. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. PT. Raja Grafindo:
Persada Jakarta.
Hassan R., Alatas H., Latief A, et al, 2015. Gizi: In Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan
Anak, Jakarta: Infomedika
Hidro Muh Perdana, Darmawansyih, Andi Faradillah, 2019. Gambaran Faktor
Risiko Malnutrisi pada Anak Balita di Wilayah Kecamatan Tamalanrea
Kota Makassar Tahun 2019. jurnal.fk.umi.ac.id › index.php › article ›
download. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020
Imran Tumenggung, 2013. Penatalaksanaan Diet Dan Perkembangan Status Gizi
Balita Gizi Buruk di TFC (Therapeutic Feeding Center) Puskesmas Telaga
Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 – 2013. jurnal.poltekkesgorontalo.ac.id
› article › download. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2020
Krisnansari D., 2012. Nutrisi dan Gizi Buruk. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Marimbi, Hanum, 2013. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar. Pada
Balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Maleong, 2016. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Mulyadi, Mohammad. 2016. Metode Penelitian Praktis Kualitatif & Kuantitatif.
Jakarta: Publica Press
Ngadimin, 2013. Ilmu Gizi untuk SMKK/SMTK dan Peminat Gizi, Ujung Pandang
: Depdikbud.
Moehji, S., 2015. Penyelenggaraan Makanan Bergizi Institusi dan Jasa, Jakarta :
Bharata Niaga Media.
Pardede J, 2016. Atasi Gizi Buruk dengan Komprehensif dan Berkelanjutan.
Jakarta. EGC
Rahim A., 2018. Masalah Gizi Buruk dan Tanda-tanda Klinisnya. Yogyakarta:
Deepublish.
Riset Kesehatan Nasional (Rikesdas), 2018. Angka Kejadian Malnutrisi di
Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2019. Prevalensi Gizi Buruk di Sumatera
Utara. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Santoso, S dan Ranti, L.A, 2014. Kesehatan dan Gizi. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Sediaoetama AD. 2018. Ilmu Gizi. Jakarta : PT Dian Rakyat
Soetjiningsih, IGN Gde Ranuh, 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Soekirman. Thaha, R. A, Hardiansyah, Hadi, H. Idrus, J. Endang, L. A. dan
Atmaria. 2015. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Penerbit PT
Gramedia. Jakarta
Soetjingsih, 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Sulistijiani, D. A dan Herlianty, M. P, 2012. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita.
Puspa Swara, Jakarta.
Suhardjo, 2017. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Balita, Kanisius Yogyakarta.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta
Uripi, 2014. Menu Sehat Untuk Balita. Penerbit Puspa Swara, Anggota IKAPI.
Jakarta.
Sutomo, B. and Anggraini, D. 2017. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta:
Demedia
Tita
Menawati Liansyah, 2015. Malnutrisi Pada Anak Balita.
buahhati.stkipgetsempena.ac.id. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020
Yupi Supartini, 2012. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN
Saya yang bernama Siti Aisyah (Nim 1603043) adalah mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Sumatera Utara. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian tentang “Studi kualitatif asupan makan dengan
kejadian malnutrisi pada pasien anak balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik Medan Tahun 2020”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut
Kesehatan Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan anda
untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon
kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Jika bersedia silahkan
menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan anda.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga anda bebas
untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi anda
dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
keperluan penelitian ini.
Terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini.
Peneliti
(Siti Aisyah)
Medan,
Informan
( .......................... )
2020
KUESIONER PENELITIAN
STUDI KUALITATIF ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN
MALNUTRISI PADA PASIEN ANAK BALITA DI RUMAH
SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2020
Informan Ibu Yang Mempunyai Balita Yang Mengalami Malnutrisi
I.
Keterangan Waktu Wawancara
1. No RM
: ....................................
2. Hari
: ....................................
3. Tanggal
: ....................................
4. Jam
: ....................................
II.
Identitas Informan
1.
Ibu yang mempunyai balita yang mengalami malnutrisi
b. Nama
: ....................................
c. Umur
: ....................................
d. Pendidikan
: ....................................
e. Alamat
: ...................................
2. Anak balita yang mengalami malnutrisi
a. Nama
: ....................................
b. Umur
: ....................................
c. Jenis Kelamin : ....................................
d. Lama rawatan : ....................................
III.
Asupan Makan
1. Berapa kali dalam sehari ibu memberi makan balita ?
a. Satu kali sehari
b. Dua kali sehari
c. Tiga kali sehari
2. Apakah balita ibu setiap hari makan pagi ?
a. Ya… tiap hari
b. Tidak setiap pagi
c. Jika tidak pernah, mengapa ………………………
3. Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi pada saat makan pagi ?
4. Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan
siang ?
5. Jenis makanan apa saja yang sering dikonsumsi balita ibu pada saat makan
malam ?
IV.
Kejadian Malnutrisi Pada Anak Balita
1. Sejak umur berapa anak balita anda mengalami malnutrisi (gizi buruk) ?
2. Dari mana anda mengetahui bahwa anak balita anda mengalami malnutrisi
(gizi buruk) ?
3. Apa yang anda lakukan semenjak mengetahui bahwa anak anda mengalami
malnutrisi (gizi buruk) ?
4. Apakah yang dilakukan Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan
dalam penanganan malnutrisi pada anak balita anda ?
Informan Ahli Gizi
I.
Karakteristik Informan
1. Nama
: ....................................
2. Umur
: ....................................
3. Pendidikan
: ....................................
4. Lama Bekerja : ....................................
II.
Asupan Makan
1. Bagaimana penanganan asupan makan pada pasien anak balita yang
mengalami malnutrisi ?
2. Berikan satu contoh kasus asupan makan yang dilakukan di Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik Medan dalam menangani pasien anak balita yang
mengalami malnutrisi ?
Informan Perawat Yang Menangani Pasien Malnutrisi Pada Anak Balita
I.
Karakteristik Informan
1. Nama
: ....................................
2. Umur
: ....................................
3. Pendidikan
: ....................................
4. Lama Bekerja : ....................................
II.
Malnutrisi Pada Anak Balita
1. Bagaimana penanganan keperawatan pasien malnutrisi pada anak balita ?
2. Apakah ada penyakit penyerta pada pasien malnutrisi yang dialami anak
balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan ?
SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIARISME
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan
Sumatera Utara menerangkan bahwa mahasiswa dengan identitas berikut :
Nama
: Siti Aisyah
NIM
: 1603043
Program Studi : S1 KESEHATAN MASYARAKAT
Judul Skripsi
: Studi Kualitatif Asupan Makan Dengan
Kejadian Malnutrisi Pada Pasien Anak Balita Di
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan
Tahun 2020
Dinyatakan sudah memenuhi syarat batas maksimal plagiasi (35% untuk skripsi,
30% untuk Tesis) pada setiap bab naskah skripsi/tesis yang disusun. Surat
keterangan ini digunakan sebagai syarat untuk mengikuti ujian sidang akhir
skripsi/tesis.
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa
: Siti Aisyah
NIM
: 1603042
Dosen Pembimbing
: Nadya Ulfa Tanjung SKM, M.K.M
: Studi Kuslitstif
Judul Skripsi
Dengan
Tahun 2020
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Asupan
Kejadian Malnutrisi
Hari/Tanggal
Jumat, 4 – 10 2019
Jumat, 11 – 10 2019
Jumat, 15 -11 –
2019
Jumat, 20 – 12 –
2019
Jumat, 14 – 02 2020
Sabtu, 15 – 02 –
2020
Jumat, 08 – 05 2020
Sabtu, 09 – 05 2020
Sabtu, 29 – 05 2020
Materi
Konsultasi
Makanan
Di RSUP HAM
BAB II
Saran
Cari jurnal dan lanjutkan
BAB I
Perbaiki dan lanjut ke
BAB 2
Tambahkan teori dan lan
lanjut ke BAB 3
BAB III
Acc proposal
Konsul judul
BAB I
Perbaikan
Perbaikan
Perbaiki lagi
BAB IV-VI
Lanjutkan penelitian
Perbaiki master tabel dan
pembahasan
BAB IV-VI
Tambahkan pembahasan
Skripsi
ACC
Paraf
Dosen
Studi Kualitatif Asupan Makan Dengan Kejadian Malnutrisi
Pada Pasien Anak Balita di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik Medan Tahun 2020
ORIGINALITY REPORT
32
%
SIMILARITY INDEX
31%
5%
5%
INTERNET SOURCES
PUBLICATIONS
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
1
2
3
4
5
6
hellosehat.com
Internet Source
sheringtipshidupsehat.blogspot.com
Internet Source
dabrata.blogspot.com
Internet Source
media.neliti.com
Internet Source
irasuarilah-fkp.web.unair.ac.id
Internet Source
Hidro Muhammad Perdana, Darmawansyih
Darmawansyih, Andi Faradilla. "Gambaran
Faktor Risiko Malnutrisi pada Anak Balita di
Wilayah Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar
Tahun 2019", UMI Medical Journal, 2020
Publication
7
brayenstaliak.blogspot.com
3%
2%
2%
2%
2%
1%
Internet Source
8
ferrystoner.blogspot.com
Internet Source
9
syair79.files.wordpress.com
Internet Source
10 bebeclub.co.id
Internet Source
11 infoduniailmiah.wordpress.com
Internet Source
12 ilmukesehatan.id
Internet Source
13 iissholihat38.blogspot.com
Internet Source
14 jurnal.poltekkesgorontalo.ac.id
Internet Source
15 www.slideshare.net
Internet Source
16 stikessu.ac.id
Internet Source
17 tiafitria1.wordpress.com
Internet Source
18 saripediatri.idai.or.id
Internet Source
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
19 saripediatri.org
Internet Source
20 repository.unair.ac.id
Internet Source
21 repo.iain-tulungagung.ac.id
Internet Source
22 cloud.stikes-senior.ac.id
Internet Source
23 unsri.portalgaruda.org
Internet Source
24 doku.pub
Internet Source
25 perpusnwu.web.id
Internet Source
26 medanbisnisdaily.com
Internet Source
27 repository.unpas.ac.id
Internet Source
28 fkm.uho.ac.id
Internet Source
29 hefamandiri.blogspot.com
Internet Source
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
Exclude quotes
On
Exclude matches
< 1%
Exclude bibliography
MASTER TABEL
Studi kualitatif Asupan makanan dengan kejadian malnutrisis pada anak di Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
2020
Data
Responden
Pengetahuan
Sikap
No
JK
U
1 2
3
4
5
6
7
8
9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
Status
gizi
Tindakan
Tot
Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Tot
Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tot
Ket
6
8
5
7
5
4
7
5
8
5
5
8
5
7
5
7
5
4
4
5
2
2
1
2
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
3
2
2
3
2
4
2
2
2
4
3
4
4
2
4
2
3
2
4
4
4
2
2
4
1
3
2
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
2
3
4
3
2
2
4
2
4
1
2
2
3
3
4
2
3
3
2
3
2
3
3
4
1
2
3
1
4
1
1
2
3
3
2
2
3
4
1
3
1
3
4
2
2
2
3
1
4
2
1
2
4
3
2
2
3
4
1
2
2
4
4
4
1
1
3
1
3
2
1
1
4
3
2
1
3
4
4
3
1
4
4
4
1
1
3
2
4
2
1
1
3
3
1
1
3
4
2
3
1
3
3
3
1
1
3
2
4
1
1
1
4
3
1
1
3
3
4
3
2
4
3
3
1
1
2
2
3
1
1
1
4
3
1
1
3
3
1
3
1
2
3
33
14
15
32
15
36
15
13
15
35
30
20
17
29
35
20
28
15
32
35
2
1
1
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
9
5
9
4
5
8
4
5
8
8
8
5
5
8
5
7
5
9
4
5
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1
3
1
1
4
1
3
1
1
1
3
3
1
1
3
3
1
2
1
2
3
1
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1
58
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
2
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
4
9
4
8
5
5
5
5
8
5
5
7
5
8
9
5
8
5
7
6
5
4
8
5
8
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
2
2
1
1
2
1
2
3
3
2
3
3
3
4
3
3
4
2
3
4
2
2
2
2
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
2
4
3
3
2
2
2
4
2
2
4
3
2
2
2
3
2
2
3
4
2
3
2
2
3
2
4
2
3
2
4
2
4
2
3
3
3
1
2
2
3
3
2
1
3
3
3
2
2
3
2
4
2
3
2
2
2
4
1
2
4
2
1
2
1
4
2
2
2
3
3
4
2
2
3
1
4
1
3
2
2
2
4
2
2
4
2
1
2
1
4
2
2
2
4
3
4
1
1
3
1
4
2
3
2
2
1
4
2
2
4
2
2
2
2
4
2
1
1
3
2
4
1
2
3
2
4
2
3
2
1
1
3
2
1
3
2
2
2
2
3
1
2
1
3
1
2
2
2
3
2
2
2
3
1
1
2
3
2
1
3
2
2
2
2
3
1
2
2
4
1
3
2
3
2
2
2
1
2
1
1
2
3
1
1
3
1
1
2
2
3
1
2
2
4
1
3
2
3
2
2
3
1
2
1
1
2
3
2
1
3
1
1
2
2
3
1
2
2
2
1
3
2
23
28
18
34
19
28
19
19
19
36
18
18
35
20
15
20
18
33
18
20
19
34
20
32
20
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
4
9
10
8
5
5
8
5
5
8
5
5
5
5
6
8
8
5
8
5
5
9
5
7
8
1
2
2
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
59
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
2
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
7
7
7
7
5
7
5
7
5
8
8
7
5
8
7
8
7
5
7
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
3
2
2
2
3
4
2
2
4
1
4
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
2
3
4
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
4
2
2
3
2
4
2
2
2
2
3
3
3
3
3
1
2
2
3
4
1
2
3
2
2
1
1
2
2
3
3
2
3
2
1
2
2
3
2
1
2
4
1
2
2
1
2
1
2
2
2
3
3
1
1
2
3
2
1
1
4
3
2
2
2
2
2
3
3
1
3
2
1
1
2
3
2
1
1
3
2
1
3
2
2
2
3
3
2
3
3
1
1
2
3
3
1
1
4
2
1
3
2
1
2
3
3
2
3
3
1
1
2
3
3
1
1
4
2
1
2
2
1
1
2
2
1
2
Keterangan
JK :
1 = Laki-laki
2 = {erempuan
Pengetahuan
1 = Kurang Baik
2 = Baik
Sikap :
1 = Kurang Baik
2 = Baik
Tindakan :
1 = Kurang Baik
2 = Baik
3
1
1
1
3
3
1
1
3
1
1
1
2
1
3
2
2
1
2
27
13
15
19
30
31
13
15
35
19
20
20
18
17
19
26
26
20
28
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
8
8
7
7
7
5
7
8
5
5
8
5
5
8
5
7
7
5
7
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
60
HASIL SPSS
Frequencies
[DataSet2]
Statistics
N
Valid
Jenis
Kelamin
64
Missing
64
Pengetahuan
64
Sikap
64
Tindakan
64
Kejadian
Malnutrisi
64
0
0
0
0
0
Umur
0
Frequency Table
Jenis Kelamin
Valid
Laki-laki
Perempuan
Total
Frequency
43
21
Percent
Valid Percent
67.2
67.2
32.8
32.8
64
100.0
Cumulativ e
Percent
67.2
100.0
100.0
Umur
Valid
> 40 Tahun
< 45 Tahun
Total
Frequency
31
33
Percent
48.4
51.6
Valid Percent
48.4
51.6
64
100.0
100.0
Cumulativ e
Percent
48.4
100.0
Pengetahuan
Valid
Kurang Baik
Baik
Total
Frequency
31
33
64
Percent
Valid Percent
48.4
48.4
51.6
51.6
100.0
100.0
Cumulativ e
Percen
t
48.4
100.0
61
Si kap
Valid
Kurang Baik
Baik
Frequency
34
30
Percent
53.1
46.9
Valid Percent
53.1
46.9
64
100.0
100.0
Total
Cumulativ e
Percent
53.1
100.0
Tindakan
Valid
Kurang Baik
Baik
Frequency
34
30
Percent
53.1
46.9
Valid Percent
53.1
46.9
64
100.0
100.0
Total
Cumulativ e
Percent
53.1
100.0
Kejadian Malnutrisi
Valid
Ya
Tidak
Frequency
38
26
Percent
59.4
40.6
Valid Percent
59.4
40.6
Total
64
100.0
100.0
Cumulativ e
Percent
59.4
100.0
Crosstabs
[DataSet2]
Case Processing Summary
Valid
N
Pengetahuan * Kejadian
Malnutrisi
Sikap * Kejadian
Malnutrisi
Tindakan * Kejadian
Malnutrisi
Percent
Cases
Missing
N
Percent
Total
N
Percent
64
100.0%
0
.0%
64
100.0%
64
100.0%
0
.0%
64
100.0%
64
100.0%
0
.0%
64
100.0%
Pengetahuan * Kejadian Malnutrisi
62
Crosstab
PengetahuanKurang Baik
Baik
Total
Count
% within Pengetahuan
% within Kejadian
Malnutrisi
Count
% within Pengetahuan
% within Kejadian
Malnutrisi
Count
% within Pengetahuan
% within Kejadian
Malnutrisi
Kejadian Malnutrisi
Ya
Tidak
24
7
77.4%
22.6%
Total
31
100.0%
63.2%
26.9%
48.4%
14
42.4%
19
57.6%
33
100.0%
36.8%
73.1%
51.6%
38
59.4%
26
40.6%
64
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
b
8.115
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by -Linear
Association
N of Valid Cases
a
6.729
8.354
1
Asy mp. Sig.
(2-sided)
.004
1
1
.009
.004
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.006
7.989
1
.005
64
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is
12. 59.
Sikap * Kejadian Malnutrisi
.004
63
Crosstab
Sikap
Kurang Baik
Count
% within Sikap
% within Kejadian
Malnutrisi
Baik
Kejadian Malnutrisi
Ya
Tidak
24
10
70.6%
29.4%
Count
% within Sikap
% within Kejadian
Malnutrisi
Count
% within Sikap
% within Kejadian
Malnutrisi
Total
Total
34
100.0%
63.2%
38.5%
53.1%
14
46.7%
16
53.3%
30
100.0%
36.8%
61.5%
46.9%
38
59.4%
26
40.6%
64
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
b
3.781
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by -Linear
Association
N of Valid Cases
a
2.854
3.810
1
Asy mp. Sig.
(2-sided)
.052
1
1
.091
.051
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.075
3.722
1
.054
64
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is
12. 19.
.045
64
Tindakan * Kejadian Malnutrisi
Crosstab
TindakanKurang Baik
Kejadian Malnutrisi
Ya
Tidak
25
9
73.5%
26.5%
Count
% within Tindakan
% within Kejadian
Malnutrisi
Baik
Total
Total
34
100.0%
65.8%
34.6%
53.1%
Count
% within Tindakan
% within Kejadian
Malnutrisi
13
43.3%
17
56.7%
30
100.0%
34.2%
65.4%
46.9%
Count
% within Tindakan
% within Kejadian
Malnutrisi
38
59.4%
26
40.6%
64
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
b
6.025
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by -Linear
Association
N of Valid Cases
a
4.838
6.107
1
Asy mp. Sig.
(2-sided)
.014
1
1
.028
.013
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.022
5.930
1
.015
64
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is
12. 19.
.014
Download