Uploaded by User80840

imobilitas dan instabilitas pada lansia

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN
IMMOBILITAS DAN INSTABILITAS PADA LANSIA
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing:
Elida Ulfiana, S.Kep.Ns., M.Kep
Disusun oleh
Kelompok I
Anita Rahmawati
132011123064
Aprilias Filantika Rofi
132011123072
Hidayatul Aulia
132011123073
Lailatul Fajriyah
132011123074
Muhammad Zahid Syam
132011123075
Trianaka Ficta Rochmah Annisya
132011123076
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia, yaitu bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap
individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara
fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Lansia yang mengalami imobilitas fisik
seharusnya melakukan latihan aktif agar tidak terjadi penurunan kekuatan otot.
Namun pada kenyataannya banyak lansia yang masih tergantung dengan
lingkungan eksternal, sehingga kompensasinya menurun. Kebanyakan efek
proses penuaan dapat diatasi apabila tubuh dijaga tetap sehat dan akif. Serat
otot akan mengecil dan kekuatan otot berkurang sesuai berkurangnya massa
otot (Azizah, 2011).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan merupakan hal yang saling
berkaitan. Selama ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan terlebih kesejahteraan yang
dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup. Akibatnya jumlah penduduk
yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan
serta peningkatan kesehatan dalam mencapai masa tua yang sehat, bahagia,
berdaya guna dan produktif. (Maryam, 2010).
Dampak fisiologis dari imobilisasi dan ketidakaktifan mobilitas fisik adalah
peningkatan katabolisme protein sehingga menghasilkan penurunan rentang
gerak dan kekuatan otot. Selain itu lansia sangat rentan terhadap konsekuensi
fisiologis dan psikologis dari imobilitas, dimana 10% sampai 15% kekuatan
otot dapat hilang setiap minggu jika otot beristirahat sepenuhnya, dan sebanyak
5,5% dapat hilang setiap hari pada kondisi istirahat dan imobilitas sepenuhnya.
Jadi, lansia yang mengalami gangguan imobilisasi fisik (rematik) seharusnya
melakukan latihan aktif agar tidak terjadi penurunan rentang gerak lansia
maupun penurunan kekuatan otot pada lansia (Stanley & Beare, 2006).
Di seluruh bagian dunia pada tahun 2010 di Amerika Serikat, stroke berada di
urutan ketiga teratas sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan
kanker. Kasus penderita stroke di negara tersebut mencapai 700 ribu orang per
tahun. Insidens pada usia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi 55-64 tahun.
Berdasarkan Rikesdas 2013, prevalensi stroke di Indonesia tahun 2013
meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu dari 0,83% menjadi 1,2%. Di
Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
jantung dan kanker. Bahkan menurut survei Kementrian Kesehatan RI tahun
2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di Rumah Sakit Pemerintah di
seluruh Indonesia. Stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia
untuk kategori penyakit tidak menular (PTM), data kematian akibat PTM
59,5% pada tahun 2007 (Yastroki, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui konsep dasar gangguan immobilitas dan instabilitas
pada lansia
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien denga gangguan
immobilitas dan isntabilitas.
2. Tujuan Khusus
c. Mengetahui konsep dasar gangguan immobilitas dan instabilitas
pada lansia.
d. Untuk mengetahui definisi gangguan immobilitas dan isntabilitas
e. Untuk mengetahui etiologi gangguan immobilitas dan instabiltas
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan immobilitas dan
instabilitas pada lansia.
C. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep an proses asuhan keperawatan gerontik
dengan immobilitas dan instabilitas sehingga dapat menjadi bekal saat
melakukan asuhan keperawatan gerontik pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Imobilisasi
2.1.1 Definisi
Merupakan keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih,
dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan fungsi fisiologis.
Penyebab imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan, dan masalah psikologis. Informasi penting yang harus dipahami yakni
lamanya menderita disabilitas yang menyebabkan imobilisasi, penyakit yang
mempengaruhi, dan pemakaian obat-obatan. Jika imobilisasi tidak ditangani akan
menyebabkan komplikasi misalnya instabilitas yang mengakibatkan pasien terjatuh
hingga patah tulang (Sunarti, Sri dkk. 2019).
2.1.2 Etiologi
Berbagai faktor baik fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan
imobilisasi pada pasien lansia. Beberapa penyebab utama imobilisasi adalah adanya
rasa nyeri, lemah, kekuatan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Rasa
nyeri, baik dari tulang (osteoporosis, osteomalasia, penyakut paget, metastase
kanker pada tulang, trauma), sendi (osteoartritis, artritis rematoid, gout), otot
(polinialgia, pseudoklaudikasio), atau masalah pada kaki dapat menyebabkan
imobilisasi. Penyakit Parkinson, artritis rematoid, gout, dan obat-obatan
antipsikotik seperti halo peridol, dapat menyebabkan kekakuan (Sunarti, Sri dkk.
2019). Pasien yang datang ke UGD dengan masalah imobilisasi pada umumnya
akibat riwayat jatuh yang disebabl:an oleh beberapa faktor, yaitu perubahan
fisiologis dan penyakit akibat proses menua, penyakit akut, efek samping obat, dar
zat seperti alkohol (Sunarti, Sri dkk. 2019).
Gangguan fungsi kognitif berat seperti dimensia dan gangguan fungsi mental
seperti depresi tentu sangat sering menyebabkan terjadinya imobilisasi.
Kekhawatiran keluarga yang berlebihan atau kemalasan petugas kesehatan juga
dapat menyebabkan lansia terus-menerus berbaring di tempat tidur. Beberapa obat
juga dapat menyebabkan efek samping berupa gangguan mobilisasi, namun
biasanya tidak teridentifikasi oleh petugas kesehatan (Sunarti, Sri dkk. 2019).
2.1.3 Tanda dan Gejala
2.1.4 Penatalaksanaan
Pengkajian geriatri secara komprehensif diperlukan dalam evaluasi pasien
lansia dengan imobilisasi, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, evaluasi status
fungsional, kondisi mental, kondisi kognitif dan mobilitas, ditunjang dengan uji
laboratorium yang sesuai dengan indikasi (Laksmi et al., 2008).
1. Nonfarmakologis: Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan
posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur dapat dilakukan sebagal upaya
mencegah terjadinya kelemahan serta kontraktur otot dan sendi. Mobilisasi dini
berupa turun dari tempat tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi, dan latihan
fungsional dapat dilakukan secara bertahap. Latihan isometris secara teratur 1020% dari tekanan maksimal selama beberapa kali dalam sehari dapat dilakukan
untuk mempertahankan kekuatan isometris. Untuk mencegah kontraktur otot,
dilakukan gerakan pasif 1-2 kali sehari selama 20 menit. Untuk mencegah
dekubitus, dihilangkan penyebab terjadinya ulkus, yaitu bekas tekanan pada
kulit. Pemberian minyak setelah mandi atau mengompol dapat dilakukan untuk
mencegah maserasi (Sunarti, Sri dkk. 2019). Untuk mencegah gesekan, dapat
digunakan bantalan pergelangan kaki dan turut serta posisi pasien harus
ditinggikan. Dalam hal memindahkan pasien, tidak dilakukan dengan cara
menarik dari kasur. Dapat digunakan matras bertekanan rendah, gesekan rendah,
atau regangan rendah (seperti kasur berfluidisasi atau udara-tinggi atau anlidekubitus), bila teknik reposisi tidak cukup memadai atau tidak mungkin
dilakukan (Laksmi et ol, 2008). Kontrol tekanan darah penggunaan obat-obatan
yang dapat menurunkan tekanan darah. Secara teratur, pengawasan serta
mobilisasi dini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotensi. Latihan
kekuatan otot serta kontraksi abdomen dan otot kaki akan menyebabkan aliran
darah balik vena lebih efisien. Untuk mencegah terjadinya trombosis, dapat
dilakukan kompresi intermiten pada tungkai bawah (Sunarti, Sri dkk. 2019).
Asupan cairan dan makanan yang mengandung serat perlu dimonitor untuk
mencegah terjadinya konstipasi. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi dan
pengkajian terhadap kebiasaan buang air besar pada pasien. Pemberian nutrisi
yang adekuat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada
pasien dengan imobilisasi. Lebih lanjut, pada pasien yang mengalami
hipokinesis, perlu diberikan suplementasi vitamin dan mineral (Sunarti, Sri dkk.
2019).
2. Farmakologis: Penatalaksanaan farmakologis dapat diberikan sebagai upaya
mencegah komplikasi akibat imobilisasi, terutama mencegah terjadinya
trombosis, ya tu dengan pemberian antikoagulan. Heparin dosis rendab lan
heparin berat molekul rendah merupakan profilaksis yang aman dan efektif
untuk pasien geriatri dengan imobilisasi ataupun dengan risiko trombosis
nonpembedahan renitama stroke. Akan Tetapi, heparin tetap harus diberikan
dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Penurunan faal organ ginjal dan
hepar, serta adanya interaksi obat terutama.antara warfarin dengam beberapa
obat analgetik atau obat nonsteroid antnflaması (NSAlD) merupakan hal yang
harus diperhatikan (Sunarti, Sri dkk. 2019).
2.2
Konsep Instabiliti
2.2.1 Definisi
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan
tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi. Menurut Ann Thomson, keseimbangan
adalah kemampuan untuk meeprtahankan tubuh dalam posisi keseimbangan
maupun dalam keadaan statis atau dinamis, serta menggunakan aktivitas otot yang
minimal.
Instabilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu untuk
mempertahankan orientasi tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam hubungannya
dengan lingkungan sekitarnya yang disebabkan seseorang merasa pusing, goyang
dan seperti berpindah tempat, dan seakan akan dunia serasa berputar sehingga
berisiko untuk jatuh.
Jatuh merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang berada di
permukaan tanah, lantai, atau tingkat yang lebih rendah lainnya tanpa disengaja
(World Health Organization, 2008). Jatuh merupakan salah satu masalah yang
sering terjadi pada lansia akibat berbagai perubahan fungsi organ, penyakit, dan
faktor lingkungan. Akibat yang ditimbulkan oleh jatuh tidak jarang tidak ringan,
seperti cedera kepala, cedera jaringan lunak, sampai dengan patah tulang. Jatuh juga
seringkali merupakan pertanda kerapuhan (frailty), dan merupakan faktor prediktor
kematian atau penyebab tidak langsung kematian melalui patah tulang. Kematian
dan kesakitan yang terjadi akibat patah tulang umumnya disebabkan oleh
komplikasi akibat patah tulang dan imobilisasi yang ditimbulkannya (Sudoyo et al.,
2010).
2.2.2 Etiologi
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Faktor intrinsik: Faktor intrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan
berbagai penyakit seperti stroke, parkinson, depresi, gangguan penglihatan,
gangguan sistem kardiovaskuler. Perubahan fisiologis yang berhubungan
dengan penuaan yang mempengaruhi keseimbangan, antara lain :
a. Sistem vestibular: Degenerasi rambut getar, Degenerasi membran otokonial
di dalam makula, sakula dan utrikula, Degenerasi nervus vestibular,
Degenerasi neural di vermis serebelum, Sistem visual yang meliputi
penurunan visus, penurunan desensivitas kontras, penurunan persepsi
kedalaman dan penurunan adaptasi gelap.
b. Sistem proprioseptif yang meliputi penurunan diskriminasi dua titik dan
penurunan sensasi getaran.
c. Sistem muskuloskeletal yang meliputi penurunan massa otot dan penurunan
massa tulang.
2. Faktor ekstrinsik: Faktor lingkungan dapat menjadi penyebab jatuh pada lansia.
Gangguan keseimbangan dapat terjadi karena adanya perubahan postur sebagai
akibat dari perubahan titik gravitasi. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah
sesuai dengan arah atau perubahan berat.
2.2.3 Penatalaksanaan
Pencegahan dilakukan berdasarkan faktor risiko yang dapat menyebabkan
lansia tersebut jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang
sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan
gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. Beberapa metode
pencegahan jatih pada lansia antara lain :
1. Latihan fisik: Latihan fisik diharapkan mengurangi jatuh dnegan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obat sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan tidak
terlalu berat dan semampunya, salah satunya dalah berjalan kaki.
2. Manajemen obat-obatan: Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik
diantaranya :
a. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
b. Gunakan alat bantu berjalan jika memang diperlukan selama pengobatan
c. Kuarngi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama
sedatif
d. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
e. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.
3. Modifikasi lingkungan seperti memperbaiki penerangan, pasang pegangan pada
tangga, pastikan lantai tidak licin, dan lain sebagainya.
4. Memperbaiki kebiasaan lansia seperti berdiri dari posisi duduk atau jongkok
jangan terlalu cepat, jangan mengangkat barang yang berat sekaligus, hindari
olahraga yang berlebihan dan lain sebagainya.
5. Penggunaan alat bantu jalan: Terapi untuk lansia dengan gangguan
keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebab atau
faktor yang mendasarinya.
6. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran
7. Memelihara kekuatan tulang
2.3
Framework Konsekuensi Fungsional Untuk Kondisi Risiko Jatuh
Lansia
Faktor Intrinsik:
1. Proses penuaan
2. Penyakit (stroke,
parkinson, depresi,
gangguan penglihatan,
gangguan sistem
kardiovaskuler)
3. Perubahan fisiologis
a. Sistem vestibular
b. Sistem proprioseptif
c. Sistem muskuloskeletal
Factor Ekstrinsik:
1. Faktor lingkungan
2. Gangguan keseimbangan
Risiko Jatuh
Kejadian Jatuh
2.4
Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Imobilitas
2.4.1 Pengkajian
Anamnesis pada asuhan keperawatan pada lansia dengan imobilitas
1. Perjalanan Dan Durasi Dari Disabilitas Yang Menyebabkan Imobilisasi
2. Kondisi Medis Yang Ikut Berperan
3. Nyeri
4. Obat Obatan Yang Berisiko Menyebabkan Imobilisasi
5. Motivasi Dan Faktor Psikologis Lainnya
6. Lingkungan (Dent et al, 2017).
2.4.2 Pemeriksaan Fisik
(Dent et al, 2017).
2.4.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : serum elektrolit, albumin, gula darah, foto x-ray
lutut, ekokardiografi, dan sebagainnya (Dent et al, 2017). Pemeriksaan
keseimbangan dan mobilitas fungsional:
1. Uji Timed Up and Go (TUG): dapat mengukur mobilitas, keseimbangan, dan
pergerakan pada lansia. Mobilitas fungsional dasar diukur dari berapa detik
waktu yang diperlukan subjek untuk melakukan aktivitas berikut berturut-turut:
bangkit dari duduk di kursi bertinggi 46 cm dengan sandaran lengan dan
punggung, berjalan sepanjang 3 meter, berbalik arah kembali menuju kursi, dan
duduk kembali. Nilai < 10 detik menunjukkan kemandirian penuh; 10-20 detik
umumnya mandiri untuk berbagai mobilitas seperti mandi, mampu naik tangga
dan bepergian sendiri; 20-29 detik terdapat variasi dalam mobilitas dan
keseimbangan; sedangkan nilai 2 30 detik menunjukkan gangguan mobilitas dan
ketergantungan paca sebagian besar aktivitas karena tingginya risiko jatuh
(Sunarti, Sri dkk. 2019).
2. Uji Menggapai Fungsional: menilai kontrol postural dinamis dengan mengukur
jarak terjauh seseorang yang berdiri mampu menggapai atau mencondongkan
badannya ke 7 depan tanpa melangkah. Nilai normal untuk usia 41-69 tahun
adalah 14,98+2,21 inchi pada laki-laki dan 13,81t2,2 inchi pada perempuan,
sedangkan untuk usia 70-87 tahun adalah 13,16±1,55 inchi pada laki-laki dan
10,47±3,5 inchi pada perempuan. Pada individu berusia 70 tahun atau lebih, nilai
6 inchi atau kurang berkorelasi dengan kecepatan berjalan dan risiko jatuh
(Sunarti, Sri dkk. 2019).
3. Uji Keseimbangan Berg: merupakan uji aktivitas dan keseimbangan fungsional
yang menilai penampilan mengerjakan 14 tugas. Diberikan angka 0 (tidak
mampu melakukan) sampai 4 (mampu mengerjakan dengan normal sesuai
dengan waktu dan jarak yang ditentukan) dengan skor maksimum 56. Tugastugas yang dinilai adalah duduk tanpa bantuan, bangkit dari duduk ke berdiri,
berdiri ke duduk, transfer, berdiri tanpa bantuan, berdiri dengan mata tertutup,
berdiri dengan kedua kaki rapat. berdiri dengan kedua kaki posisi tandem, berdiri
dengan satu kaki, rotasi punggung saat berdiri, mengambil objek tertentu dari
lantai, berputar 360o , melangkahi kursi tanpa sandaran, dan menggapai ke arah
depan
saat
berdiri.
Dilakukan
penilaian
dua
keseimbangan,
yaitu
mempertahankan postur dimensi dari kemampuan subjek tegak untuk dan
melakukan penyesuaian yang tepat pada gerakan yang dikehendaki (gerakan
volunter). Dibutuhkan waktu 10-20 menit untuk melaksanakan tugas duduk,
berdiri, berjalan, berbalik arah 360°, menggapai, dan seterusnya (Sunarti, Sri
dkk. 2019).
2.4.4 Diagnosa
Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
Penyebab :
1. Kerusakan integritas struktur tulang
2. Perubahan metabolisme
3. Ketidakbugaran fisik
4. Penurunan kendali otot
5. Penurunan massa otot
6. Penurunan kekuatan otot
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
11. Gangguan musculoskeletal
12. Gangguan neuromuskuler
13. Indeks massa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensori persepsi
2.4.5 Intervensi
Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Dukungan mobilisasi
1. Observasi :
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
d. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2. Terapeutik :
a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
3. Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat
tidur)
2.5
Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Instabilitas
2.5.1 Pengkajian
Terkait instabilitas dan jatuh, perlu dilakukan evaluasi yang komprehensif,
meliputi rivayat jatuh dan riwayat medis yang rinci, pemeriksaan fisik, pengkajian
cara berjalan dan keseimbangan, pengkajian terhadap kondisi lingkungan tempat
pasien tinggal atau terjatuh, serta pada keadaan tertentu, pemeriksaan laboratorium
yang sesuai dengan indikasi. Riwayat penyakit sebaiknya difokuskan pada riwayat
medis umum dan pengobatan yang diterima pasien, pendapat pasien tentang
penyebab jatuh yang dialaminya, lingkungan tempat pasien jatuh, gejala dan tanda
yang menyertai, serta apakah terdapat riwayat hilang kesadaran (Sunarti, Sri dkk.
2019).
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Apabila terdapat keluhan nyeri pada ekstremitas, jaringan lunak dan kulit,
perlu dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya luka akıbat jatuh,
detormitas, keterbatasan lingkup gerak sendi, atau inflamasi aktif. Hipotensi
postural perlu diwaspadai, karena selain dapat terjadi pada lansia yarg sehat dan
tanpa gejala, dapat juga terjadi pada pasien dengan penurunan kondisi. Perlu
dilakukan identifikasi ada atau tidaknya penyakit akut (misalnya, pneumonia,
sepsis, infark miokard, emboli paru, atau perdarahan saluran cerna). Ketajaman
penglihatan juga perlu dikaji apakah berperan pada instabilitas dan jatuh (Sunarti,
Sri dkk. 2019).
Pasien dengan riwayat jatuh harus memperoleh rencana asuhan untuk
pencegahan jatuh dan pemeriksaan mobilitas secara individual yang berfokus pada
fisiologi, meliputi stabilitas postural, penglihatan, kekuatan postur, fungsi
koordinasi, keseimbangan, dan gaya berjalan (Lord, 2017).
Pemeriksaan kardiovaskular terutama fokus pada aritmia dan stenosis aorta.
Pemeriksaan neurologis serta evaluasi status mental merupakan komponen penting
yang harus dikaji. Perlu juga dicari adanya tanda kelemahan otot, rigiditas atau
spastisitas, abnormalitas serebelum, tanda penyakit Parkinson, dan neuropati.
Pengkajian cara berjalan dan keseimbangan penting dalam pemeriksaan fisik.
Pengkajian sederhana berupa uji get up and go cukup praktis dalam menilai cara
berjalan dan keseimbangan (Sunarti, Sri dkk. 2019).
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratoriun Pemeriksaan laboratorium tidak selalu diperlukan,
tergantung data yang diperoleh dari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Jika
diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, antara lain pe neriksaan darah
perifer lengkap, elektrolit, ureum, kreatinin, foto toraks, neie elektrokardiogram
(EKG). Ekokardiografi dapat dilakukan bila dicurigai adanya murmur jantung yang
lebih keras dari derajat 2.
Computed Tomography (CT) scan dan
elektroensefalogram dapat dilakukan apabila ada kecurigaan kuat terdapat lesi
intrakranial atau kejang (Sunarti, Sri dkk. 2019).
2.5.4 Diagnosa
Risiko jatuh (D.0143)
Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh.
Faktor Risiko :
1. Usia ≥ 65 tahun (pada dewasa) atau ≤ 2 tahun (anak)
2. Riwayat jatuh
3. Anggota gerak bawah prostesis (buatan)
4. Penggunaan alat bantu berjalan
5. Penurunan tingkat kesadaran
6. Perubahan fungsi kognitif
7. Lingkungan tidak aman
8. Kondisi pasca operasi
9. Hipotensi ortostatik
10. Perubahan kadar glukosa darah
11. Anemia
12. Kekuatan otot menurun
13. Gangguan pendengaran
14. Gangguan keseimbangan
15. Gangguan penglihatan
16. Neuropati
17. Efek agen farmakologis
2.5.5 Intervensi
Risiko jatuh (D.0143)
Pencegahan Cidera
1. Observasi :
a. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
b. Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstremitas bawah
2. Terapeutik :
a. Sediakan pencahayaan yang memadai
b. Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan rawat inap
c. Sediakan alas kaki antislip
d. Sediakan urinal atau urinal untk eliminasi di dekat tempat tidur, Jika perlu
e. Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
f. Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
3. Edukasi :
a. Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
b. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk beberapa menit sebelum
berdiri
ManajemenKeselamatan Lingkungan
1. Observasi :
a. Identifikasi kebutuhan keselamatan
b. Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
2. Terapeutik :
a. Hilangkan bahaya keselamatan, Jika memungkinkan
b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko
c. Sediakan alat bantu kemanan linkungan (mis. Pegangan tangan)
d. Gunakan perangkat pelindung (mis. Rel samping, pintu terkunci, pagar)
3. Edukasi :
a. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan
BAB III
TINJAUANKASUS
PENGKAJIAN KASUS 1
A. DATA UMUM
1. Nama lansia
: Ny.W
2. Usia
: Ny.W tidak dapat mengingat usianya
3. Agama
: Islam
4. Suku
: Jawa
5. Jenis kelamin
: Wanita
6. Nama wisma
: Isolasi
7. Pendidikan
: tidak ada
8. Riwayat pekerjaan
: Pernah menjadi penjaga di universitas diponegoro
9. Status perkawinan
: Janda
10. Pengasuh wisma
: Bu Kani
B. ALASAN BERADA DI PANTI
Ny. W mengatakan bahwa “kulo teng mriki di bekto kaliyan dosen undip niku
ingkang mbekto kulo teng mriki”
C. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat penyakit (6 bulan terakhir):
a. Ny W mengalami masalah imobilitas fisik, daerah kakinya juga sering
lecet.
b. Ny W mengatakan “ kulo mpun mboten saget melampah mas, mpun
mboten saget”.
2. Riwayat penyakit keluarga:
a. Ny. W mengatakan “ keluarga kulo mboten gadah penyakit napa-napa”
3. Riwayat pencegahan penyakit
a. Riwayat monitoring tekanan darah
Tanggal
Tekanan darah
2 Oktober 2014
120/80 mmHg
3 Oktober 2014
130/80 mmHg
b. Riwayat vaksinasi: Ny. w tidak pernah vaksin dibuktikan dengan Ny.w
mengatakan” mboten mboten pernah disuntik kulo mas?” setelah
ditanyakan pihak panti, ternyata belum ada agenda vaksin untuk penghuni
panti.
c. Skrining kesehatan yang dilakukan: Pengkajian dengan pengasuh
didapatkan data bahwa selama di Panti Wreda Harapan Ibu belum pernah
dilakukan skrining kesehatan.
4. Status gizi: Berat badan Ny.w tidak bias dikaji karena Ny.W tidak dapat
berjalan atau di berdiri untuk ditimbang
5. Masalah kesehatan terkait status gizi
a. Masalah pada mulut: Ny. W mengatakan bahwa “kulo mboten pernah
aduus mas, mboten gosok gigi soale untue wis entek ” berdasarkan
observasi gigi klien sudah tanggal semua.
b. Perubahan berat badan: Ny. W mengatakan “kulo yo mboten ngerti mas”.
c. Masalah nutrisi: Ny.W mengatakan “kulo maeme niku sekedik mas, mau
bar mangan sego karo gereh karo sambel tambah ndog dadar enak mas,
kadang ora entek nek mangane rasane anyep mas”. Berdasarkan hasil
observasi didapatkan bahwa klien makan hanya sedikit.
6. Masalah kesehatan yang dialami saat ini: Ny.w mengatakan bahwa “kulo
mboten saget mlampah mas”. Klien melakukan semua aktifitas ditempat
tidur.
7. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini: Vitamin B1,B12
8. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini: Ny.w mengatakan “kulo mboten
ngopo ngopo teng mriki mawon awan sore isuk mbengi kulo nggih kerso
kados niki.
9. Status fungsional (AKS) (Dinilai dengan Indeks KATZ)
a. Mobilisasi
: bedrest
b. Berpakaian
: mandiri diatas tempat tidur
c. Makan & minum
: mandiri diatas ttempat tidur
d. Toileting
: mandiri diatas tempat tidur
e. Personal hygiene
: mandiri diatas tempat tidur
f. Mandi
: mandiri diatas tempat tidur
Ny. W termasuk dalam katz G karena walaupun klien dapat melakukan
aktifitas secara mandiri namun semuanya hanya diatas tempat tidur yang
berarti Ny,W membutuhkan bantuan untuk semua aktifitas yang
dilakukannya.
D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. Status kognitif
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Pertanyaan
Jawaban
Betul
Salah
1.
Tanggal berapa hari ini?
V
2.
Hari apakah hari ini?
V
3.
Apakah nama tempat ini?
V
4.
Berapa nomor telepon rumah anda?
V
5.
Berapa usia anda?
V
6.
Kapan anda lahir (tgl/bln/thn)?
V
7.
Siapa nama presiden sekarang?
V
8.
Siapa nama presiden sebelumnya?
V
9.
Siapa nama ibu anda?
V
10. 5+6 adalah ?
V
Setelah dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental Status
Quesionnare (SPMSQ) klien memiliki skor 5 di kolom salah, hal ini
menunjukkan bahwa klien mengalami gangguan sedang.
2. Perubahan yang timbul terkait status kognitif: Ny.w masih hafal dan sering
menceritakan kejadian kejadian masa lalu, masih dapat menngingat nama
mahasiswa yang merawatnya namun kadang bercerita sendiri walau tidak ada
lawan bicara.
3. Dampak yang timbul terkait status kognitif: Tidak ada dampak
4. Status depresi
The Geriatric Depresion Scale
PERTANYAAN
JAWABANJAWABAN
Ny. B
1.
Apakah pada dasarnya anda puas dengan
kehidupan anda?
Tidak
Ya
2.
Sudahkah anda meninggalkan aktivitas
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
yang anda minati?
3.
Apakah anda merasa bahwa hidup anda
kosong?
4.
Apakah anda merasa bosan?
5.
Apakah anda mempunyai semangat
setiap waktu ?
6.
Apakah anda takut sesuatu akan terjadi
pada anda ?
7.
Apakah anda merasa bahagia setiap
waktu ?
8.
Apakah anda merasa jenuh ?
Ya
Tidak
9.
Apakah anda lebih suka tinggal di rumah
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
pada malam hari, daripada pergi
melakukan sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih
banyak mengalami masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya ?
11. Apakah anda berfikir sangat
menyenangkan hidup sekarang ini ?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat
ini ?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat
ini ?
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada
harapan lagi ?
15. Apakah anda berfikir banyak orang lain
lebih baik daripada anda ?
Skor GDS 8
5. Perubahan
yang timbul
terkait
status
depresi:
Setelah
dilakukan
pengkajian dengan skala depresi (The Geriatric Depression Scale)
Ny.W memiliki skor kesesuaian sebesar 8 menunjukkan depresi.
6. Dampak
yang
timbul
pengkajian berdasarkan (The
terkait
Geriatric
status
depresi:
Depression
Berdasarkan
Scale) klien
lebih
cenderung mengalami depresi karena merasa sudah tidak berguna. Klien juga
sering bercerita sudah siap menunggu meninggal namun belum diijinkan
meninggal. Klien yang hanya bedrest total di tempat tidur membuat
sosialisasi kurang.
7. Keadaan emosi
a. Anxietas: Ny.W mengatakan “mboten kawatir teng mriki mpun kerso di
paringi maem kalih bu kan, pakean, tempat turu”
b. Perubahan perilaku: Ny.W termasuk tipe orang yang senang diajak
ngobrol, tidak ada perubahan perilaku yang menyimpang, klien terlihat
semangat jika sedang bercerita.
c. Mood: Ny. W terlihat selalu senang jika diajak bercerita namun jika tidak
ada lawan bicara klien sering berbicara sendiri.
E. DIMENSI FISIK
1. Luas wisma: Luas tanah : 3.744 m2, Luas wisma : 2.303 m2
2. Keadaan lingkungan di dalam wisma
a. Penerangan: Penerangan ruangan yang ada di panti sudah sangat baik, jika
pagi hari sinar matahari mampu menerangi ruangan tanpa memberikan
efek panas yang berlebihan
b. Kebersihan dan kerapian: Setiap hari ada mas Wahyu yang membersihkan
ruangan mawar anggrek da isolasi dengan menyapu dan mengepel,
mahasiswa juga dilibatkan untuk menunjang aspek ini. Setiap penghuni
ruangan juga sudah dibekali tanggung jawab untuk menjaga kebersihan
dan kerapihan sekitar tempat tidur.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita: Panti Harapan Ibu hanya
memiliki 3 ruangan yaitu Mawar, Anggrek dan isolasi semua berjenis
kelamin perempuan.
d. Sirkulasi udara: Panti Harapan Ibu memiliki desain ruangan yang bagus,
hal ini ditunjukkan oleh posisi jendela di setiap tempa tidur, ventilasi diatas
jendela dan pintu. Terdapat pula pintu-pintu yang saling menghubungkan
anatara ruang yang satu dengan ruang yang lainnya.
e. Keamanan: Pihak panti sudah memberikan fasilitas yang mendukung
aspek keamanan ini mulai dari keramik yang selalu dibersihkan sehingga
tidak licin, terdapat pegangan berbentuk huruf L terbuat dari pipa besi
disekitar tempat wudhu.
f. Sumber air minum: Sumber air minum berasal dari air mineral yang
tertampung di galon, Setiap 3-4 hari sekali air galon di isi ulang.
g. Ruang berkumpul bersama: Ruang berkumpul sering diadakan di Ruang
Utama setelah pintu masuk, disana sering menjadi tempat aktivitas para
lansia penghuni wisma, mulai dari TAK, senam, mengobrol, dan karaoke.
3. Keadaan lingkungan di luar wisma
a. Pemanfaatan Halaman: Halaman Panti cukup luas, sering digunakan untuk
acara lomba, parkir kendaraan, menjemur pakaian dan kasur.
b. Pembuangan air limbah: Pembungan limbah langsung dialirkan menuju
sungai
c. Pembuangan Sampah: Setiap ruangan sudah difasilitasi sampah, jika sudah
penuh akan dibawa ke samping halaman untuk selanjutnya dibakar.
d. Sanitasi: Sanitasi di Panti sudah baik, terdapat saluran pembungan air
hujan, jamban, .
e. Sumber Pencemaran: Pencemaran polusi udara tidak begitu berpengaruh
karena letak panti yang sedikit menjorok ke dalam dan jauh dari
lingkungan pabrik.
F. DIMENSI SOSIAL
1. Hubungan lansia dengan lansia didalam wisma: Berdasarkan hasil observasi
kondisi lansia antara satu dengan yang lainnya terbina hubungan yang baik,
mereka sering melemparkan lelucon yang kadang membuat suasana menjadi
ramai, kadang juga penghuni wisma bertengkar satu sama lain.
2. Hubungan antar lansia di luar wisma: Ny.W mengatakan bahwa “ kulo
mboten saget mlampah mas ya teng mriki mawon”. Observasi : klien
melakukan semua kegiatan sehari-hari hannya ditempat tidur.
3. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma: Ny.W mengatakan bahwa “ bu
kani sae tenan mas, kulo di paring panggonan turu maem gratis mboten
bayar”
4. Kegiatan organisasi sosial: Terdapat kegiatan sosial setiap sebulan sekali
yaitu posyandu lansia dan kegiatan keagamaan setiap hari kamis yaitu
pengajian, kerja bakti di hari rabu dan senam di hari senin dan jumat. Klien
mengatakan “ kulo mboten pernah nderek mas, kulo mboten saget mlampah
tur abot kulo awak kulo gede”
G. DIMENSI TINGKAH LAKU
1. Pola makan: Ny.W mengatakan bahwa “kulo dahar 3x mas, isuk, Awan lan
sore ” hasil wawancara dengan pengurus panti klien di beri makan jam 7 , 12
dan jam 17.
2. Pola tidur: Ny.W mengatakan bahwa “ kulo nggih saget sare mas mboten
gadah nopo-nopo”
3. Pola eliminasi: Ny.W mengatakan bahwa “ kulo sampun 5 dinten niki during
ngising, winginane malah 8 dinten niku kulo nembe ngising sapisan”.
4. Kebiasaan buruk lansia: Tidak ada kebiasaan buruk klien, (tidak merokok,
minuman keras, konsumsi obat penenang)
5. Pelaksanaan pengobatan: Berdasarkan wawancara dengan pengasuh
didapatkan hasil bahwa, pelaksanaan pengobatan dilakukan di puskesmas
pembatu Beringin. Jika ada lansia yang membutuhkan obat, lansia bisa
mendapatkannya dari pengasuh panti. Bagi lansia yang membutuhkan
perawatan lebih biasanya di rujuk ke rumah sakit Permata Medika dengan
menggunakan jamkesmas.
6. Kegiatan olahraga: Ny.W mengatakan bahwa “kulo mboten olahraga mas,
kulo mboten saget mlampah”
7. Rekreasi: Tidak ada program rekreasi dari panti
8. Pengambilan keputusan: Berdasarkan wawancara dengan pengurus panti di
dapatkan bahwa biasanya keputusan diambil oleh pengurus dengan
memperhatikan konndisi penghuni panti.
H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN
1. Perilaku mencari pelayanan kesehatan: Ny.W mengatakan” kulo mboten
gadah obat”.
2. Sistem pelayanan kesehatan
a. Fasilitas Kesehatan yang Tersedia: Fasilitas kesehatan yang tersedia di
Panti Wreda Harapan Ibu hanya dari Puskesmas Bringin dan pelayanan
kesehatan yang dilakukan hanyalah posyandu lansia setiap 1 bulan sekali,
sedangkan di dalam panti wreda sendiri tidak terdapat pelayan kesehatan
khusus namun dip anti terdapat persediaan obat seperti paracetamol,
captopril dan vitamin.
b. Jumlah Tenaga: Tidak terdapat tenaga kesehatan di Panti Wreda Harapan
Ibu.
c. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit: Pengurus panti betul-betul
menjaga kesehatan para lansia dengan memperhatikan kebersihan lansia,
selalu memberikan vitamin.
d. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia: Pelayanan kesehatan di Panti
Wreda Harapan Ibu diberikan oleh puskesmas Bringin yaitu posyandu
lansia. Biasanya saat posyandu lansia dilakukan pengukuran tekanan
darah, penimbangan berat badan, pengobatan penyakit dan penyuluhan
kesehatan.
e. Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan: Kegiatan pelayanan kesehatan
di Panti Wreda Harapan Ibu biasanya hanya ada sebulan sekali yaitu
posyandu lansia.
3. Pemeriksaan fisik
Hari/Tanggal
Bagian/
Region
Hasil Pemeriksaan
Masalah Keperawatan
yang Muncul
Selasa, 30
September
2014
Kepala
Mesocephal, rambut terlihat
cukup bersih, beruban, tidak ada
lesi,
Tidak ada
10.00 WIB
Wajah/
Muka
Bentuk muka oval, keriput dan
tidak ada lesi
Tidak ada
Bersih tidak terdapat serumen air
mata msh dapat keluar, tidak
Tidak ada
Mata
gatal, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik,.
Telinga
kotor, tidak ada lesi, ada
serumen, pendengaran Ny.W
mulai berkurang.
Mulut Gigi sudah tanggal semua,
dan Gigi mukosa bibir lembab, mukosa
mulut tidak ada lesi,.
Tidak ada
Tidak ada
Leher
Simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada lesi
Tidak ada
Dada
I : tidak ada retraksi dinding,
letak simetris kanan dan kiri.
Pe: terdengar bunyi sonor di
seluruh lapang paru, resonan
seluruh lapang paru.
Pa : taktil fremitus terasa.
Au: bunyi napas dasar vesikuler,
tidak ada bunyi napas
tambahan ronchi (-), wheezing().
I : IC tidak tampak
Pa: teraba pulsasi di epigastrik.
Pe: Tidak terkaji
Au: BJ I-II tidak ada bunyi
tambahan, HR 82 x/menit
Tidak ada
Abdome I: simetris, tidak ada lesi, tidak
n
ada kemerahan
Au: Bising usus (+) 7 kali/ menit
Pe: timpani
Pa: tidak ada nyeri tekan
Ekstrimi Tidak ada oedem, capillary
tas atas refill <2 detik, kuku kotor dan
panjang, turgor kulit kering dan
tidak elastis, terdapat lesi.
Tidak ada
Jantung
Tidak ada
- Gangguan intergritas
kulit
Ekstrimi Kulit kering, Terdapat lesi, kaki - Gangguan intergritas
tas bawa sudah tidak bias menopang
kulit
h
angota badan, klien tidak bias
- Hambatan mobilitas
berjalan maupun duduk terdapat fisik
lesi.
ANALISA DATA
Hari/Tanggal
Selasa,
30 September

2014

Selasa,
Data fokus
DS :
Ny.W mengatakan sudah tidak bisa berdiri dan duduk
Ny.W mengatakan tidak bias menggerakkan kakinya lagi.
Ny W mengatakan kakinya dulu kuat namun 3 tahun
belakangan ini menjadi melemah sampai akhirnya tidak bias
berjalan.
DO :
 Ny.W melakukan seluruh aktifitas di tempat tidur
 Kaki Ny.W terlihat selalu dalam posisi yang sama
 Terdapat lesi di kaki
DS :
· Ny.W mengatakan kakinya sudah tidak bisa digerakkan lagi
30 September
2014
DO :
· Terdapat lesi pada daerah kaki (derajat 1, luas sekitar
5cm2, kedalaman hanya di bagian luar kulit)
Kulit kaki kering
Turgor kulit buruk
Diagnosa Keperawatan
(00085)
Hambatan mobilitas
fisik berhubungan
dengan penurunan
kekuatan otot.
(00046)
Kerusakan Integritas
kulit berhubungan
dengan imobilisasi fisik
TTD
Sindy
Sindy
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
1
(00085)
Umum
Setelah
dilakukan
Hambatan mobilitas keperawatan
Kode
NIC
Khusus
tindakan Setelah
dilakukan
tindakan
selama 7 hari, keperawatan selama 7x25 menit
Environmental
Management
fisik berhubungan
diharapkan Ny.W dapat
dengan penurunan
melakukan mobilisasi ditempat keseimbangan tubuh dan kekuatan
lingkungan yang
kekuatan otot.
tidur secara
aman bagi Ny. W
dengan
bertahap
batas
diharapkan dapat mengoptimal kan
Intervensi
sesuai otot serta sendi secara bertahap
kemampuan sesuai dengan batas kemampuan
dengan kriteria hasil:
1. Ny. W mampu melakukan
dengan kriteria hasil:
1. Menyediakan kondisi
2. Mengkaji
kemampuan klien
1. Ny.W mampu
berpindah
dalam mobilisasi
alih posisi miring secara
dari posisi miring kanan ke
Exercise Therapy:
mandiri.
miring kiri.
balance
2. Ny.W tidak menunjukkan
kelelahan.
3. Ny.W melakukan aktifitas
sehari-hari dengan mandiri
sesuai kemampuan.
4. TTV dalam batas normal
2. Ny.Wmelakukan
gerakan
gerakan ROM pasif.
-
1. Berikan latihan ROM
pasif
2. Monitor TTV
3. Melatihan ketahanan
dengaan merubah
posisi.
No. Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Kode
Umum
Khusus
Intervensi
NIC
4. Memotivasi
Ny.W untuk latihan
gerak mandiri.
2
(00046)
Setelah dilakukan tindakan
Setelah dilakukan tindakan
Pressure management:
Kerusakan
Integritas kulit
berhubungan
dengan
imobilisasi fisik
keperawatan
keperawatan
1.
selama 7 x 12 menit, kerusakan selama 7 x 12 menit kondisi kulit
intergritas kulit mengalami
perbaikan dengan kriteria hasil
1. Lesi tidak meluas
2. Ny.W tidak merasakan
gatal.
3. Tidak terdapat tanda-tanda
menjadi baik dengan kriteria hasil:
pakaian pasien
2.
1.Ny. W bersedia menggunakan
kering)
agar
tetap
dan
tidak
bersih
2.Ny.W mampu menjaga kulit
kering
3.
3.Ny.W bersedia merawat kulit.
Memonitor
kulit
akan adanya tanda-
infeksi.
4. Luka bersih, lembab (tidak
Menjaga kebersihan
kulit
lotion.
agar tidak kering
Melonggarkan
tanda infeksi
4.
Oleskan lotion di
daerah yang tertekan
dan lesi.
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kode
Khusus
Intervensi
NIC
5.
Melakukan
alih
baring kepada klien.
3.
(00052)
Setelah di lakukan tindakan
Setelah melakukan tindakan
Self awareness
Hambatan interaksi
keperawatan selama 1 bulan,
keperawatan selama 7 x 10 menit,
enhancement :
sosial berhubungan
Hambatan isolasi sosial klien
klien mampu mendemontrasikan
dengan hambatan
mengalami perbaikan dengan
keinginan dan hasrat untuk
berdiskusi tentang
mobilitas fisik
kriteria hasil:
bersosialisasi dengan orang
keinginan dan
1. Klien mampu menjalin
lain dengan criteria hasil :
perasaan klien
hubungan baik dengan
orang lain sesuai
kemampuan.
2. Nilai GDS direntang 0-4
1. Klien menyukai berinteraksi
1. Mengajak klien
2. Memotivasi klien
dengan orang lain.
untuk berinteraksi
2. Klien dapat membuka
dengan orang lain.
percakapan dengan orang lain
3. Suasana hati klien tetap baik.
IMPLEMENTASI
1. Selasa 30 September 2014
Waktu Diagnosa
09.30
Implementasi
Evaluasi formatif
Mengkaji kondisi
S:
pasien
1. Ny.W mengatakan sudah tidak bisa
berdiri dan duduk
2. Ny.W mengatakan tidak bias
menggerakkan kakinya lagi.
3. Ny W mengatakan kakinya dulu kuat
namun 3 tahun belakangan ini menjadi
melemah sampai akhirnya tidak bias
berjalan.
4. Ny.W mengatakan dirinya tidak bisa
bergerak dari tempat tidur
5. Ny.W mengatakan jarang berhubungan
dengan teman satu panti sehingga klien
merasa selalu sendirian.
1
6. Ny.W mengatakan tidak bias beraktifitas
di luar
O:
1. Ny.W melakukan seluruh aktifitas di
tempat tidur
2. Kaki Ny.W terlihat selalu dalam posisi
yang sama
3. Terdapat lesi di kaki(derajat 1, luas
sekitar 5cm2, kedalaman hanya di
bagian luar kulit)
4. Kulit kaki kering
5. Turgor kulit buruk
6. Ny.W terlihat hampir selalu sendirian
7. Nilai GDS : 8
8. Klien sering berbicara sendiri.
13.00
Mengkaji
S:
kemampuan klien
1. Klien mengatakan sekarang kegiatannya
dalam mobilisasi
hanya berada ditempat tidur termasuk
makan, minum toileting secara mandiri
1
O:
1. Klien dapat makan, toileting ditempat
tidur secara mandiri
2. klien tidak dapat duduk meskipun
dibantu perawat
2. Rabu 1 Oktober 2014
Waktu Diagnosa
Implementasi
Evaluasi Formatif
10.00
Menganjurkan
S: klien mengatakan lebih enak jika
klien memakai
pakaian yang dipakai lebih lonngar
pakaian yang
O: klien terlihat mengenakan pakaian
longgar
longgar
Melakukan alih
S: Klien mengatakan biasanya hanya tidur
baring kepada
tanpa memperhatikan posisi tidur
klien
O: Klien terlihat senang dan cooperative
Memotivasi klien
S: Klien menceritakan kehidpuan masa lalu
untuk berinteraksi
O: Klien terlihat bersemangat dalam
dengan orang lain
bercerita namun kadang pembicaraan klien
2
10.10
13.00
3
menjadi tidak jelas
3. Kamis 2 Oktober 2014
Waktu Diagnosa
Implementasi
Evaluasi Formatif
08.30
Menyediakan
S: Klien mengatakan terima kasih karena
lingkungan yang
peralatan makan, air dll telah didekatkan
1
aman bagi klien
O: Klien terlihat lebih mudah menjangkau
keperluan probadi
09.00
2
12.00
Mengoleskan
S: Klien mengatakan lebih enakan
lotion pada bagian
O:
tubuh yang kering
1. Klien terlihat merasa nyaman dan senang
dan tertekan
2. Kulit klien terlihat tidak kering lagi
Mengajak klien
S:
berdiskusi tentang
1. Klien mengatakan ingin kecap untuk
keinginan klien
pelengkap makanan
2. Klien menceritakan kehidpuan masa lalu
3
3. Klien mengatakann sudah pasrah
O: Klien terlihat bersemangat dalam
bercerita namun kadang pembicaraan klien
menjadi tidak jelas
4. Jumat 3 oktober 2014
waktu
diagnosa
08.30
Implementasi
Evaluasi formatif
Memberikan
S: Klien mengatakan lebih enakan, Klien
latihan rom pasif
mengatakan bersedia melakukan latihan
sendiri jika tidak ada perawat
1
O: Klien cooperative, Klien dapat
melakukan rom aktif pada ektremitas atas
amun untuk ekstremitas bawah harus
dibantu (pasif)
09.00
Menjaga
S: -
kebersihan kulit
O: Kulit sudah tidak kering lagi
agar tetap bersih
2
dan tidak kering
S: Klien menngatakan badan klien menjadi
wangi dan lebih enak
Oleskan lotion di
O: Kulit klien terlihat tidak kering
daerah yang
tertekan dan lesi.
S: Klien mengatakan nyaman
O: Klien terlihat lebih rileks dan tenang
Melakukan alih
baring kepada
klien.
10.30
Memotivasi klien
S: Klien mengatakan akan menyapa teman
untuk berinteraksi satu panti jika lewat
3
dengan orang
O: Klien Terlihat menyapa sesama penghuni
lain.
panti yang kebetulan lewat.
5. Sabtu 4 oktober 2014
Waktu Diagnosa Implementasi
Evaluasi Formatif
09.00
Memonitor
S: Klien mengatakan bias melakukan
kembali
kegiatan secara mandiri walaupun diatas
lingkungan yang
tempat tidur
aman bagi klien
O: Klien terlihat bicara sendiri
Memberikan
S: Klien mengatakan lebih enakan, Klien
latihan rom pasif
mengatakan bersedia melakukan latihan
1
sendiri jika tidak ada perawat
O: Klien cooperative, Klien dapat
melakukan rom aktif pada ektremitas atas
amun untuk ekstremitas bawah harus
dibantu (pasif)
10.00
2
Menjaga
O: Kulit sudah tidak kering lagi
kebersihan kulit
S: -
agar tetap bersih
dan tidak kering
Oleskan lotion di
S: Klien menngatakan badan klien menjadi
daerah yang
wangi dan lebih enak
tertekan dan lesi
O: Kulit klien terlihat tidak kering
Melakukan alih
baring kepada
klien.
S: Klien mengatakan nyaman
O: Klien terlihat lebih rileks dan tenang
13.00
Memotivasi klien
S: Klien mengatakan akan menuruti saran
untuk berinteraksi perawat
3
dengan orang
O: Klien Terlihat menawarkan makanannya
lain.
kepada teman satu panti
6. Senin 6 oktober 2014
Waktu Diagnosa Implementasi
09.00
1
Evaluasi formatif
Memberikan
O: Klien terlihat tenang dan cooperative
terapi rom pasif
S: Klien mengatakan dapat melakukan
sendiri rom semampunya
10.00
2
Melakukan alih
S:
baring dan
1. Klien mengatakan akan mengikuti saran
memberikan
lotion
perawat
2. Klien mengatakan suka diberi lotion
yang wangi
O: Klien terlihat tenang
Mengajak klien
11.00
S:
berdiskusi tentang 1. Klien mengatakan betah berada di panti
3
keinginan dan
perasaan klien
2. Klien mengatakan sering menawarkan
teh kepada teman teman di panti
O: Klien terlihat senang
Memotivasi klien
untuk berinteraksi
dengan orang lain
7. Selasa 7 Oktober 2014
Waktu Diagnosa
Implementasi
Evaluasi Formatif
Mengkaji
S: klien mengatakan sekarang kegiatannya
kemampuan klien
hanya berada ditempat tidur termasuk makan,
dalam mobilisasi
minum toileting secara mandiri
O:
09.00
1
1. Klien dapat makan, toileting ditempat
tidur secara mandiri
2. klien tidak dapat duduk meskipun dibantu
perawat
10.00
Menganjurkan
S: klien mengatakan lebih enak jika pakaian
klien memakai
yang dipakai lebih lonngar
pakaian yang
2
10.10
13.00
3
longgar
O: klien terlihat mengenakan pakaian longgar
Melakukan alih
S: Klien mengatakan biasanya hanya tidur
baring kepada
tanpa memperhatikan posisi tidur
klien
O: Klien terlihat senang dan cooperative
Memotivasi klien
S: Klien menceritakan kehidpuan masa lalu
untuk berinteraksi O: Klien terlihat bersemangat dalam bercerita
dengan orang lain
namun kadang pembicaraan klien menjadi
tidak jelas
EVALUASI SUMATIF
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi Sumatif
(00085)
Subjektif
Hambatan mobilitas
1.Ny W mengatakan dapat melakukan alih baring secara
fisik berhubungan
dengan penurunan
kekuatan otot.
mandiri
2.Ny W mengatakan jika melakukan ROM dan alih baring
tidak merasa lelah
3.Ny W mengatakan dapat melakukan aktifitas
makan,minum toileting dll secara mandiri diatas temoat
tidur
Objektif
1.Ny w terlihat makan dan minum diatas tempa tidur dengan
mandiri
2.Ny w terlihat melakukan ROM secara mandiri sebisanya
3.Ny w terlihat bisa melakukan alih baring secara mandiri
Analisa: Hambatan mobilitas fisik belum teratasi karena foku
intervensi meningkatkan kualitas hidup klien, sedangkan
masalah keperawatan sendiri sulit diatasi mengingat usia
klien yang lansia
Planning
1.Lanjutkan intervensi rom secara mandiri semampunya
2.Lanjutkan alih baring secara mandiri minimal 4 kali sehari
(00046)
Subjektif
Kerusakan Integritas
1. Klien mengatakan akan memakai lotion setiap hari
kulit berhubungan
2. Klien mengatakan sudah tidak merasakan gatal
dengan imobilisasi
Objektif
fisik
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Lesi tidak meluas
3. Klienn terlihat sering membersihkan diri ssecara mandiri
dengan cara mmengoleskan lotion atau membasuh
dengan air
Analisa: Masalah keperawatan teratasi
Planning
1. Lanjutkan intervensi alih baring secara mandiri minimal 4
kali sehari
2. Lanjutkan intervensi mengoleskan lotion secara madiri
(00052)
Subjektif
Hambatan interaksi
1. Nilai GDS klien 4
sosial berhubungan
2. Klien merasa senang
dengan hambatan
3. Klien mengatakan mempunyai banyak teman dip anti
mobilitas fisik
Objektif
1. Klien terlihat sering berinteraksi dengan teman satu panti
2. Klien terlihat senang
Analisa: Masalah keperawatan teratasi
Planning: Lanjutkan intervensi motivasi klien untuk terus
berinteraksi dengan teman satu panti
RENCANA TINDAK LANJUT
Nama
: Ny. W
Alamat
: Panti wredha ngaliyan
Diagnosa
Intervensi yang telah
Keperawatan
dilakukan
(00085)
Environmental
Hambatan mobilitas
fisik berhubungan
Management
1.
Menyediakan kondisi
dengan penurunan
lingkungan yang
kekuatan otot.
aman bagi Ny. W
RTL
1. Memotivasi klien untuk
melakukan ROM secara
mandiri semampunya
2.
Mengkaji kemampuan 2. Motivasi klien untuk
klien dalam mobilisasi melakukan alih baring mandiri
minimal 4 kali sehari
Exercise Therapy:
balance
3. Berikan latihan ROM
pasif
4. Melatihan ketahanan
dengaan merubah
posisi.
5.
Memotivasi
Ny.W untuk latihan
gerak mandiri.
(00046)
Pressure management:
1. Motivasi klie agar selalu
Kerusakan
1.
mengenakan pakaian yang
Integritas kulit
berhubungan
Melonggarkan
pakaian pasien
2.
Menjaga
longgar
kebersihan
dengan imobilisasi
kulit agar tetap bersih
fisik
dan tidak kering
3.
4.
kebersihan tubuh
Memonitor kulit akan 3. Mengajarkan klien
adanya
tanda-tanda menggunakan lotion di tubuh
infeksi
klien yang kering
Oleskan
lotion
di
daerah yang tertekan
dan lesi.
5.
2. Motivasi klien agar menjaga
Melakukan
alih
baring kepada klien.
(00052)
Self awareness
Hambatan interaksi
sosial berhubungan
enhancement :
1.
Mengajak klien
dengan hambatan
berdiskusi tentang
mobilitas fisik
keinginan dan
perasaan klien
2.
Memotivasi klien
untuk berinteraksi
dengan orang lain.
1. Motivasi klien agar
berinteraksi dengan lansia
lainnya
2. Komunikasikan kepada
pengurus panti agar klien
dapat di bantu berinteraksi
PENGKAJIAN KASUS II
Nama panti: PSW Budi Mulia 1 Cipayung
Alamat: Jalan Bina Marga no 58
A. DATA UMUM
1. Nama lansia
: Tn.M
2. Usia
: 68th
3. Agama
: Islam
4. Suku
: Sunda
5. Jenis kelamin
: Laki-laki
6. Nama wisma
: Isolasi
7. Pendidikan
: tidak tamat sd
8. Status perkawinan
: Duda
B. MASALAH KESEHATAN
Kakek M mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat, semua
hasil pemeriksaan sebelum masuk ke PSTW dinyatakan normal. Selama tujuh
minggu penulis menjalani praktik, didapatkan Kakek M sudah dua kali terjatuh,
yaitu pada tanggal 12 dan 13 Mei 2014. Kakek M jatuh di jalan menurun di depan
wisma. Kondisi jalan bergerigi dan tidak licin, hanya saja cukup curam. Kakek
terjatuh ketika sedang jalan turun ke arah wisma. Ketika jatuh kakek terlihat susah
dan lambat untuk berdiri kembali. Keesokan harinya, Kakek M kembali jatuh di
pinggir tempat tidur. Kakek terjatuh ketika hendak berdiri dari tempat tidur. Hasil
observasi yang dilakukan penulis ketika kakek berjalan didapatkan Kakek M
berjalan dengan langkah yang pendek-pendek, tidak semua telapak kaki menapak
pada lantai dengan menggunakan tangan. Kakek selalu menghabiskan makanan
yang disediakan. Kakek Ms masih bisa mengunyah dengan baik semua jenis
makanan yang diberikan.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Pola Minum: kakek Ms minum lebih kurang dua gelas satu besar dalam satu
hari (sekitar 1000cc). Kakek sesekali minum teh atau susu jika diberikan dari
panti
2. Pola Tidur: kakek tidur siang sekitar 2-3 jam dan tidur malam dari sekitar abis
isya sampai subuh
3. Pola Eliminasi: kakek BAK lima sampai enam kali dalam sehari dan seharihari. BAB setiap tiga sampai hari sekali, tidak ada rasa nyeri atau keras saat
BAB, konsistensi feses lembek. Kakek masih bisa mandiri dalam memenuhi
kebutuhan eliminasinya, masih bisa berjalan ke kamar mandi secara mandiri.
4. Kebersihan Diri: kakek M mandi satu kali sehari setiap pagi dibantu oleh
5. Pelaksanaan Ibadah: kakek M beragama Islam, tetapi dengan keadaan saat ini
beliau tidak bisa mengerjakan sholat lima waktu.
6. Keyakinan tentang kesehatan: kakek M mengatakan sakit adalah cobaan dari
Allah dan kematian itu rahasia Allah dan pasti akan terjadi
7. Aktivitas : Kegiatan sehari-hari kakek M hanya duduk di teras wisma ketika
berjemur di pagi hari, duduk di tempat tidur, dan tiduran di tempat tidur.
Kakek tidak pernah mengikuti kegiatan di panti, seperti senam, pengajian,
ataupun panggung gembira.
8. Rekreasi: Kakek mengatakan tidak pernah mengikuti acara rekreasi yang
diselenggarakan panti. Kakek merasa bahagia saat masih mendapat perhatian
tinggal di panti ini.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
a. Keadaan umum
: klien tampak lemas dan sering diam sendirian
b. Kesadaran
: compos mentis
c. Suhu
: 36,3◦C
d. Nadi
: 89x/menit
e. Tekanan darah
: 140/80 mmHg
f. Pernapasan
: 21x/menit
2. Kebersihan Diri
a. Kepala
1) Rambut
: rambut hitam, tetapi hampir sebagian putih beruban,
tampak bersih, terdapat lesi (bisul) pada kulit kepala
2) Mata
: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, simetris,
tidak ada kelainan
3) Hidung
: simetris, bersih, tidak ada polip, fungsi penciuman baik
4) Mulut
: mulut simetris, halitosis, mukosa tampak kering, dapat
membedakan rasa makanan
5) Telinga
: simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak ada gangguan
pendengaran, tidak ada serum, fungsi pendengaran baik
b. Leher : tidak ada pembesaran getah bening, tidak ada massa, tidak ada
gangguan menenlan
c. Dada/Thorax
1) Dada: simetris antara dada kanan dan kiri, tidak ada nyeri dada
2) Paru : suara napas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi
3) Jantung: S1, S2 normal, tidak ada galoop, tidak ada murmur
d. Abdomen: Tidak ada nyeri tekan saat di palpasi dan bisung usus 4x/menit
E. PENUNJANG
1. Diagnosis medis:
2. Laboratorium
:-
3. Terapi medis
: THP 1 x 2mg, Risperidone 1 x 1mg, dan vitamin B
Complex 1x1 tablet
Perintah dalam Berg Balance Test
1. Duduk ke berdiri
Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan tangan sebagai
sokongan
(
) 4 mampu berdiri tanpa menggunakan tangan
( √ ) 3 mampu untuk berdiri namun menggunakan bantuan tangan
(
) 2 mampu berdiri menggunakan tangan setelah beberapa kali coba
(
) 1 membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri
(
) 0 membutuhkan bantuan sedang atau maksimal untuk berdiri
2. Berdiri tanpa bantuan
Instruksi: berdirilah selama dua menit tanpa berpegangan
(
) 4 mampu berdiri selama dua menit
( √ ) 3 mampu berdiri selama dua menit dengan pengawasan
(
) 2 mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
(
) 1 membutuhkan beberapa kali untuk mencoba berdiri selama 30 detik
tanpa bantuan
(
) 0 tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan di lantai Instruksi:
duduklah sambil melipat tangan Anda selama dua menit
( √ ) 4 mampu duduk dengan aman selama dua menit
(
) 3 mampu duduk selama dua menit di bawah pengawasan ( )
2
mampu
duduk selama 30 detik
(
) 1 mampu duduk selama 10 detik
(
) 0 tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 detik
4. Berdiri ke duduk Instruksi: silahkan duduk
( √ ) 4 duduk dengan aman dengan pengguanaan minimal tangan
(
) 3 duduk menggunakan bantuan tangan
(
) 2 menggunakan bantuan bagian belakan kaki untuk turun
(
) 1 duduk mandiri tapi tidak mampu mengontrol pada saat dari berdiri ke
duduk
(
) 0 membutuhkan bantuan untuk duduk
5. Berpindah
Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. Minta klien untuk berpindah ke kursi yang
memiliki penyagga tangan kemudian ke arah kursi yang tidak memiliki
penyangga tangan
( √ ) 4 mampu berpindah dengan sedikit penggunaan tangan
(
) 3 mampu berpindah dengan bantuan tangan
(
) 2 mampu berpindah dengan isyarat verbal atau pengawasan
(
) 1 membutuhkan seseorang untuk membantu
(
) 0 membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi
6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
Instruksi: tutup mata Anda dan berdiri selama 10 detik
(
) 4 mampu berdiri selama 10 detik dengan aman
( √ ) 3 mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan
(
) 2 mampu berdiri selama 3 detik
(
) 1 tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup tetapi tetap berdiri
dengan aman
(
) 0 membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat
Instruksi: rapatkan kaki Anda dan berdirilah tanpa berpegangan
(
) 4 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit
( √ ) 3 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit dengan pengawasan
(
) 2 mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat bertahan selama 30 detik
(
) 1 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi yang diperintahkan tetapi
mampu berdiri selama 15 detik
(
) 0 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat bertahan
selama 15 detik
8. Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri
Instruksi: letakkan tangan 90 derajat. Regangkan jari Anda dan raihlah semampu
Anda (penguji meletakkan penggaris untuk mengukur jarak antara jari dengan
tubuh)
( √ ) 4 mencapai 25 cm (10 inchi)
(
) 3 mencapai 12 cm (5 inchi)
(
) 2 mencapai 5 cm (2 inchi)
(
) 1 dapat meraih tapi memerlukan pengawasan
(
) 0 kehilangan keseimbangan ketika mencoba/memerlukan bantuan
9. Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri
Instruksi: Ambilah sepatu/sandal di depan kaki Anda (√ ) 4 mampu mengambil
dengan mudah dan aman
(
) 3 mampu mengambil tetapi membutuhkan pengawasan
(
) 2 tidak mampu mengambil tetapi meraih 2-5 cm dari benda dan dapat
menjaga keseimbangan
(
) 1 tidak mampu mengambil dan memerlukan pengawasan ketika mencoba
(
) 0 tidak dapat mencoba/membutuhkan bantuan untuk mencegah hilangnya
keseimbangan atau terjatuh
10. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri
Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan kembali ke arah
kanan
(
) 4 melihat ke belakang dari kedua sisi
( √ ) 3 melihat ke belakang hanya dari satu sisi
(
) 2 hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat menjaga keseimbangan
(
) 1 membutuhkan pengawasan ketika menengok
(
) 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah ketidakseimbangan atau terjatuh
11. Berputar 360 derajat
Instruksi: berputarlah satu lingkaran penuh, kemudian ulangi lagi dengan arah
yang berlawanan
(
) 4 mampu berputar 360 derajat dengan aman selama 4 detik atau kurang
( √ ) 3 mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi selama empat detik atau
kurang
(
) 2 mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan gerakan yang lambat
(
) 1 membutuhkan pengawasan atau isyarat verbal
(
) 0 membutuhkan bantuan untuk berputar
12. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika beridiri
tanpa bantuan
Instruksi: tempatkan secara bergantian setiap kaki pada sebuah pijakan.
Lanjutkan sampai setiap kaki menyentuh pijakan selama 4 kali.
(
) 4 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 pijakan dalam 20 detik
( √ ) 3 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali pijakan > 20 detik
(
) 2 mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan
(
) 1 mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan minimal
(
) 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh/tidak mampu
melakukan
13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya
Instruksi: tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainnya. Jika merasa
tidak bisa, cobalah melangkah sejauh yang Anda bisa
(
) 4 mampu menempatkan kedua kaki (tandem) dan menahan selama 30
detik
( √ ) 3 mampu memajukan kaki dan menahan selama 30 detik
(
) 2 mampu membuat langkah kecil dan menahan selama 30 detik
(
) 1 membutuhkan bantuan untuk melangkah dan mampu menahan
selama 15 detik
(
) 0 kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau berdiri
14. Berdiri dengan satu kaki
Instruksi: berdirilah dengan satu kaki semampu Anda tanpa berpegangan
(
) 4 mampu mengangkat kaki dan menahan >10 detik
( √ ) 3 mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10 detik
(
) 2 mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik
(
) 1 mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat bertahan selama 3
detik tetapi dapat berdiri mandiri
(
) 0 tidak mampu mencoba
JUMLAH SKOR 47
Rentang nilai BBT :
0 – 20 : klien memiliki risiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan
alat bantu jalan berupa kursi roda.
21 – 40: klien memiliki risiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alat bantu
jalan seperti tongkat, kruk, dan walker.
41 – 56: klien memiliki risiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu.
ANALISIS DATA
Data
Masalah Keperawatan
DO:
Risiko jatuh
1. Kaki terjatuh dua kali, pada tanggal 12 Mei
2014.
2. Kakek M jatuh di jalan menurun di depan
wisma. Kondisi jalan bergerigi dan tidak licin,
hanya saja cukup curam.
3. Kakek terjatuh ketika sedang jalan turun ke
arah wisma.
4. Ketika jatuh kakek terlihat susah dan lambat
untuk berdiri kembali.
5. Keesokan harinya, Kakek M kembali jatuh di
pinggir tempat tidur.
6. Gaya berjalan didapatkan Kakek M berjalan
dengan langkah yang pendek-pendek, tidak
semua telapak kaki menapak pada lantai
dengan kuat, kelemahan bergerak, penurunan
irama, dan cenderung mudah goyah.
7. Saat dilakukan pengkajian, selama satu
minggu tersebut Kakek M sedang sering
berjalan-jalan keliling PSTW
8. Kekuatan otot
5555
5555
3455
5543
DS:
1. Kakek mengatakan merasa goyah ketika
berjalan
2. Kakek mengatakan sulit untuk berdiri dengan
cepat jika terjatuh
DO:
1. Nampak garis garis lecet pada di seluruh tubuh
Kerusakan integritas kulit
2. Terdapat bekas luka yang kering dan jaringan
nekrotik pada Kakek Ms di kulit lengan tang an
dan lutut kaki
3. Kaki hitam, kotor, kering, dan bersisik
DS:
1. Kakek Ms mengatakan gatal di pagi hari
setelah bangun tidur dan siang hari menjelang
panas di seluruh tubuhnya
2. Kakek Ms mengatakan tidak nyaman dan
terasa lengket ketika gatal
3. Kakek Ms mengatakan sering mneggaruk kulit
hingga timbul garis lecet pada kulit yang gatal
Defisit perawatan diri
DO :
1. Kakek Ms terlihat sering berkeringat dan
seperti tidak nyaman dengan baju yang
dipilih
2. Kuku kotor dan panjang
3. Halitosis
4. Tercium bau saat berinteraksi
DS :
1. Kakek Ms mengatakan baju yang dikenakan
tidak begitu pantas namun tetap dipakai.
2. Kakek Ms mengatakan tidak nyaman dengan
baju dan celana tebal yang digunakan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
NO.
1.
DIAGNOSA
Risiko jatuh
TUJUAN/KH
Setelah dilakukan selama 7
INTERVENSI
a. Evaluasi cara klien
RASIONAL
a. Mengetahui kebiasaan klien
minggu risiko jatuh tidak
menggunakan alat bantu jalan/
menggunakan alat bantu dan
terjadi, dengan criteria hasil:
cara berjalan
berjalan klien apakah sudah
benar atau belum
a) Mempertahankan mobilitas
fisik pada tingkat optimal
b) Menyatakan keinginan
untuk berpartisipasi dalam
b. Kaji tingkat risiko jatuh
menggunakan FMS dan BBT
b. Mengetahui risiko jatuh agar
dapat memberikan
penanganan risiko jatuh yang
aktivitas
tepat
c) Mempertahankan dan
meningkatkan
keseimbangan klien t
c. Ajarkan klien jalan yang benar
d) Mempertahankan dan
c. Berjalan yang benar
mengurangi risiko jatuh
meningkatkan kekuatan
otot
e) Menunjukan perilaku
untuk melakukan aktivitas
d. Ajarkan klien untuk melakukan
latihan latihan keseimbangan
d. Otot membantu menguatkan
otot pada ekstremitas bawah
e. Evaluasi pemantauan rasa sakit/
nyeri pada sendi
e. Tingkat aktivitas/latihan
tergantung dari
perkembangan dari proses
nyeri/inflamasi
f. Bantu dan berikan latihan
rentang gerak aktif/pasif
f. Mempertahankan/
meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot, dan stamina
umum
g. Berikan lingkungan yang aman
g. Menghindari cidera akibat
kecelakaan/jatuh
h. Motivasi klien untuk beraktivitas
dan berjalan yang tegap
h. Menjaga dan meningkatkan
keseimbangan dan melatih
kekuatan otot
2.
Kerusakan integritas
kulit
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 6 x 45
menit:
kerusakan integritas kulit
a)
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar
a) Pakaian yang longgar
dan tipis dapat
meminimalkan
kelembapan dan dapat
dengan cepat
meneghilangkan
keringat.
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
a) Integritas kulit yang
baik bisa
dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi
b) Tidak ada luka/lesi
pada kulit
c) Perfusi jaringan baik
d) Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
e) Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
f) Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
b)
Hindari kerutan pada tempat
tidur
c)
Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
d)
Mobilisasi pasien (ubah
posisi pasien) setiap dua jam
sekal
b) Kerutan dapat
menyebabkan tekanan
pada kulit sehingga
jaringan kulit bisa rusak
karena aliran darah tidak
lancar. Selain itu
mningkatkan
kelembapan di area kulit
menyebabkan
pertumbuhan bakteri.
c) Kulit bersih dan kering
meminimalkan
pertumbuhan baktri dan
meningkatkan rasa
segar.
d) Pengubahan posisi
menurunkan tekanan
pada jaringan edema
untuk memperbaiki
sirkulasi. Latihan
meningkatkan sirkulasi
dan
perbaikan/mempertahan
kan mobilitas sendi
e)
Monitor kulit akan adanya
kemerahan
f)
Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada derah
yang tertekan
g)
Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
h)
Monitor status nutrisi pasien
i)
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
e) Edema jaringan lebih
cenderung untuk
mengalami kerusakan
dan terbentuk dekubitus.
Asites dapat
meregangkan kulit
sampai pada titik
robekan pada serosis
berat
f) Mungkin menghentikan
gatal sehubungan dengan
ikterik, garam empedu
pada kulit
g) Aktivitas berlebih yang
meningkatkan produksi
kringat atau aktivitas di
luar ruangan yang kotor
dapat meningkatkan
kerusakan kulit.
h) Nutrisi yang maksimal
dapat mempercepat
proses penyembuhan
luka.
i) Air hangat dapat
brfungsi sebagai
antiseptic dan sabun
dapat mmebrsihkan kulit
dari bakteri.
j)
Kaji lingkungan dan
peralatan yangn
menyebabkan tekanan
k)
Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik,
tandatanda infeksi lokal,
formasi traktus
l)
Ajarkan pada keluarga atau
petugas panti tentang luka
dan perawatan luka
m)
Kolaburasi ahli gizi
pemberian diet
TKTP,vitamin
j) Menurunkan tekanan
kulit, meningkatkan
sirkulasi, dan
menurunkan resiko
iskemia/kerusakan
jaringan
k) Memastikan tidak terjadi
resiko infeksi
l) Petugas panti dapat
memebrikan lotion atau
salep gatal secara rutin
untuk pross
penyembuhan gatal.
m) Makanan yang
mengandung banyak
vitamin dapat
meningkatkan kekbalan
tubuh sehingga kulit
puun dapat terhindar dari
resiko infeksi, gatal
berkurang bahkan
sembuh.
n)
3.
Defisit perawatan
diri: berpakaian
Kakek Ms
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 6 x 45
menit
Defisit perawatan diri
teratas dengan kriteria
hasil:
Klien terbebas dari
bau badan
b) Menyatakan
kenyamanan terhadap
kemampuan untuk
melakukan ADL
c) Dapat melakukan
ADLS dengan bantuan
Cegah kontaminasi feses
dan urin
n) Fess dan urin
mengandung banyak
bakteri penyebab gatal
o)
Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
o) Dapat memprcepat pross
pnyembuhan luka
apabila pasien
mengalami luka.
a)
Monitor kemempuan klien
untuk perawatan diri yang
mandiri.
a) Mengkategorikan
kebutuhan pokok WBS
yang perlu dibantu.
b) Monitor kebutuhan klien
untuk alatalat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan
makan.
b) Dapat menentukan
kemampuan WBS sejauh
mana dapat memenuhi
kebutuhan sendiri.
c) Sediakan bantuan sampai
klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care.
c) Dapat meningkatkan
kemandirian WBS.
d) Dorong klien untuk
melakukan aktivitas seharihari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki
d) Aktivitas sehari-hari
dapat membantu WBS
menentukan
kenyamanan yang
a)
dimiliki.
e) Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya
f) Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
g) Pertimbangkan usia klien
jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
e) Dapat member
kesempatan pada WBS
untuk mandiri
f) Dapat memaksimalkan
kemampuan WBS
g) Usia mempengaruhi
tingkat kemampuan
WBS dalam pemnuhan
kebutuhan
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
WAKTU
Jumat/16 Mei 2014
DIAGNOSA
Risiko jatuh
IMPLEMENTASI
- Melakukan pendidikan kesehatan
(penkes) terkait risiko jatuh, pengertian,
EVALUASI
S: kakek mengatakan capek dan baru
pertama kali latihan seperi ini
faktor risiko, komplikasi, penatalaksaan
jatuh, serta mengenai keseimbangan dan
perubahan keseimbangan pada lansia
O:
- Kakek dapat menyebutkan kembali
- Melakukan pemanasan
definisi jatuh, factor risiko, dan
- Membantu dan melatih latihan
komplikasi
keseimbangan (balance exercise)
- Kakek mampu melakukan 4 dari 15 item
- Melakukan pendinginan
gerakan balance exercise
- Kakek terlihat kelelahan sehingga
latihan dihentikan saat gerakan yang ke
empat
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Pantau gaya berjalan kakek
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
Senin/ 19 Mei 2014
Risiko jatuh
- Membantu dan melatih ROM
S: kakek mengatakan lebih tidak capek dari
- Melakukan pemanasan
kemarin
- Membantu dan melatih latihan
keseimbangan (balance exercise)
- Melakukan pendinginan
O:
- Kakek mampu melakukan 5 dari 15 item
gerakan balance exercise
- Kakek terlihat lebih bersemangat
- Terlihat lebih antusias
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Pantau gaya berjalan kakek
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
Selasa/ 20 Mei 2014
Risiko jatuh
- Membatu dan melatih ROM
S:
- Memotivasi kake untuk mengikuti
Kakek mengatakan tidak ingin mengikuti
senam di PSTW
senam bersama dan ingin di wisma saja
O:
-
Kakek mampu melakukan ROM aktif
dengan bantuan motivasi dari
mahasiswa
-
Kakek memraktikan semua gerakan
latihan ROM belum dengan
maksimal, beberapa gerakan perlu
dibantu dan dicontohkan
A:
ROM dapat mengurangi risiko jatuh
P:
- Pantau gaya berjalan kakek
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM secara teratur
Rabu/21 Mei 2014
Risiko jatuh
- Membantu dan melatih ROM
S: kakek mengatakan lebih tidak capek dari
- Melakukan pemanasan
kemarin
- Membantu dan melatih latihan
keseimbangan (balance exercise)
- Melakukan pendinginan
O:
- Kakek mampu melakukan 7 dari 15 item
gerakan balance exercise
- Kakek terlihat lebih bersemangat
- Terlihat lebih antusias
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
Jumat/ 23 Mei 2014
Risiko Jatuh
- Membantu dan melatih ROM
S: kakek mengatakan lebih tidak capek dari
- Melakukan pemanasan
kemarin
- Membantu dan melatih latihan
keseimbangan (balance exercise)
- Melakukan pendinginan
O:
- Kakek mampu melakukan 8 dari 15 item
gerakan balance exercise
- Kakek terlihat lebih bersemangat
- Terlihat lebih antusias
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
Senin/ 26 Mei 2014
Kerusakan integritas kulit
- Menganjurkan kakek untuk
menggunakan pakaian yang longgar
S:
- kakek mengatakan kulitnya terasa segar
- Menghindari kerutan pada tempat tidur
dan enak setelah dibersihkan
- Membantu kakek menjaga kebersihan
menggunakan antiseptik
kulit agar tetap bersih dan kering
- Membersihkan kulit (seluruh tubuh)
kakek menggunakan antiseptic detol
O:
- kulit masih terlihat kering
- bersisik, hitam, dan mengelupas
- Mengoleskan lotion pada seluruh kulit
- kulit terlihat lebih bersih
- Memberikan salap anti gatal
A:
- Memonitor status nutrisi dan cairan
Perawatan kulit teratur mencegah kerusakan
integritas kulit
P:
-
lakukan perawatan kulit secara teratur
setiap hari
Senin/ 26 Mei 2014
Risiko jatuh
Ajarkan penkes kebersihan diri
- Membantu dan melatih ROM
: kakek mengatakan lebih tidak capek dari
- Melakukan pemanasan
kemarin
- Membantu dan melatih latihan
keseimbangan (balance exercise)
- Melakukan pendinginan
O:
- Kakek mampu melakukan 8 dari 15 item
gerakan balance exercise
- Kakek terlihat lebih bersemangat
- Terlihat lebih antusias
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
Senin/ 26 Mei 2014
Defisit perawatan diri
- Memonitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri
S:
-
kebersihan diri
- Memonitor kebutuhan klien untuk alat
alat bantu untuk kebersihan diri,
Kakek mengatakan akan menjaga
-
Merasa lebih nyaman setelah dibersihkan
berpakaian, berhias, toileting dan makan O:
- Mendorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
- Kuku sudah terlihat bersih dan pendek
- Kaki lebih bersih setelah dicuci dengan
kemampuan yang dimiliki
- Memotivasi klien untuk mengganti baju
cairan antiseptik
- Kakek sudah menggganti baju ketika baju
ketika bajunya basah atau kotor
- Memotivasi klien untuk menjaga
kebersihan diri
- Mencuci kaki klien menggunakan
cairan antiseptic detol
Selasa/ 27 Mei 2015
Kerusakan integritas kulit
basah
A:
Masalah defisiti perawatan diri teratasi
sebagai
P:
- Membantu memotong kuku klien
-
- Menganjurkan kakek untuk
S:
menggunakan pakaian yang longgar
Pantau kebersihan diri kakek setiap hari
- kakek mengatakan kulitnya terasa enak
- Menghindari kerutan pada tempat tidur
setelah dibersihkan menggunakan
- Membantu kakek menjaga kebersihan
antiseptik
kulit agar tetap bersih dan kering
- Membersihkan kulit (seluruh tubuh)
kakek menggunakan antiseptic detol
- Mengoleskan lotion pada seluruh kulit
- gatal berkurang
O:
- kulit masih terlihat kering
- bersisik berkurang, masih sedikit hitam
- Memberikan salap anti gatal
- kulit terlihat lebih bersih
- Memonitor status nutrisi dan cairan
A:
Perawatan kulit teratur mencegah kerusakan
integritas kulit
P:
-
lakukan perawatan kulit secara teratur
setiap hari
Ajarkan penkes kebersihan diri
Selasa/ 27 Mei 2014
Deficit perawatan diri
- Memonitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri
S:
-
kebersihan diri
- Memonitor kebutuhan klien untuk alat
alat bantu untuk kebersihan diri,
Kakek mengatakan akan menjaga
-
Merasa lebih nyaman setelah dibersihkan
berpakaian, berhias, toileting dan makan O:
- Mendorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
- Kuku sudah terlihat bersih dan pendek
- Kaki lebih bersih setelah dicuci dengan
cairan antiseptik
kemampuan yang dimiliki
- Memotivasi klien untuk mengganti baju
- Kakek sudah menggganti baju ketika baju
basah
ketika bajunya basah atau kotor
- Memotivasi klien untuk menjaga
kebersihan diri
A:
Masalah defisiti perawatan diri teratasi
- Mencuci kaki klien menggunakan
cairan antiseptic detol
Rabu/ 28 Mei 2014
Kerusakan integritas kulit
sebagian
P:
- Membantu memotong kuku klien
-
- Menganjurkan kakek untuk
S:
menggunakan pakaian yang longgar
Pantau kebersihan diri kakek setiap hari
- Sudah tidak terasa gatal
- Menghindari kerutan pada tempat tidur
O:
- Membantu kakek menjaga kebersihan
- kulit mulai lembab
kulit agar tetap bersih dan kering
- Membersihkan kulit (seluruh tubuh)
kakek menggunakan antiseptic detol
- bersisik berkurang, masih sedikit hitam
- kulit terlihat lebih bersih
A:
- Mengoleskan lotion pada seluruh kulit
Perawatan kulit teratur mencegah kerusakan
- Memberikan salap anti gatal
integritas kulit
Memonitor status nutrisi dan cairan
P:
-
lakukan perawatan kulit secara teratur
setiap hari
Ajarkan penkes kebersihan diri
Rabu/ 28 Mei 2014
Risiko jatuh
- Membantu dan melatih ROM
S
- Melakukan pemanasan
: kakek mengatakan lebih tidak capek dari
- Membantu dan melatih latihan
kemarin
keseimbangan (balance exercise)
- Melakukan pendinginan
O:
- Kakek mampu melakukan 9 dari 15 item
gerakan balance exercise
- Kakek terlihat lebih bersemangat
- Terlihat lebih antusias
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
Kamis/ 29 Mei 2014
Kerusakan integritas kulit
- Menganjurkan kakek untuk
menggunakan pakaian yang longgar
- Menghindari kerutan pada tempat tidur
S:
- kakek mengatakan kulitnya terasa segar
dan enak setelah dibersihkan
menggunakan antiseptik
- Membantu kakek menjaga kebersihan
kulit agar tetap bersih dan kering
- Membersihkan kulit (seluruh tubuh)
kakek menggunakan antiseptic detol
- sudah tidak gatal
O:
- kulit mulai lembab
- Mengoleskan lotion pada seluruh kulit
- bersisik berkurang, masih sedikit hitam
- Memberikan salap anti gatal
- kulit terlihat lebih bersih
Memonitor status nutrisi dan cairan
A:
Perawatan kulit teratur mencegah kerusakan
integritas kulit
P:
-
lakukan perawatan kulit secara teratur
setiap hari
Ajarkan penkes kebersihan diri
Kamis/ 29 Mei 2104
Deficit perawatan diri
- Memonitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri
S:
-
kebersihan diri
- Memonitor kebutuhan klien untuk alat
alat bantu untuk kebersihan diri,
Kakek mengatakan akan menjaga
-
Merasa lebih nyaman setelah dibersihkan
berpakaian, berhias, toileting dan makan O:
- Mendorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
- Kuku sudah terlihat bersih dan pendek
- Kaki lebih bersih setelah dicuci dengan
kemampuan yang dimiliki
- Memotivasi klien untuk mengganti baju
cairan antiseptik
- Kakek sudah menggganti baju ketika baju
ketika bajunya basah atau kotor
- Memotivasi klien untuk menjaga
kebersihan diri
- Mencuci kaki klien menggunakan
cairan antiseptic detol
basah
A:
Masalah defisiti perawatan diri teratasi
sebagai
P:
-
Jumat/ 30 Mei 2014
Risiko jatuh
Pantau kebersihan diri kakek setiap hari
- Membantu dan melatih ROM
S
- Melakukan pemanasan
: kakek mengatakan segar setelah dilakukan
- Membantu dan melatih latihan
latihan
keseimbangan (balance exercise)
- Melakukan pendinginan
O:
- Kakek mampu melakukan 10 dari 15
item gerakan balance exercise
- Kakek terlihat lebih bersemangat
- Terlihat lebih antusias
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
Jumat/ 30 Mei 2014
Kerusakan integritas kulit
- Menganjurkan kakek untuk
menggunakan pakaian yang longgar
S:
- kakek mengatakan kulitnya terasa segar
- Menghindari kerutan pada tempat tidur
dan enak setelah dibersihkan
- Membantu kakek menjaga kebersihan
menggunakan antiseptik
kulit agar tetap bersih dan kering
- Membersihkan kulit (seluruh tubuh)
kakek menggunakan antiseptic detol
O:
- kulit mulai lembab
- bersisik berkurang, masih sedikit hitam
- Mengoleskan lotion pada seluruh kulit
- kulit terlihat lebih bersih
- Memberikan salap anti gatal
A:
Memonitor status nutrisi dan cairan
Perawatan kulit teratur mencegah kerusakan
integritas kulit
P:
-
lakukan perawatan kulit secara teratur
setiap hari
Ajarkan penkes kebersihan diri
Sabtu/ 31 Mei 2014
Kerusakan integritas kulit
- Menganjurkan kakek untuk
menggunakan pakaian yang longgar
S:
- kakek mengatakan kulitnya terasa segar
- Menghindari kerutan pada tempat tidur
dan enak setelah dibersihkan
- Membantu kakek menjaga kebersihan
menggunakan antiseptik
kulit agar tetap bersih dan kering
- Membersihkan kulit (seluruh tubuh)
kakek menggunakan antiseptic detol
O:
- kulit mulai lembab
- bersisik berkurang, masih sedikit hitam
- Mengoleskan lotion pada seluruh kulit
- kulit terlihat lebih bersih
- Memberikan salap anti gatal
A:
Memonitor status nutrisi dan cairan
Perawatan kulit teratur mencegah kerusakan
integritas kulit
P:
-
lakukan perawatan kulit secara teratur
setiap hari
Ajarkan penkes kebersihan diri
Senin/ 2 Juni 2014
Risiko jatuh
- Membantu dan melatih ROM
S
- Melakukan pemanasan
: kakek mengatakan lebih tidak capek dari
- Membantu dan melatih latihan
kemarin
keseimbangan (balance exercise)
- Melakukan pendinginan
O:
- Kakek mampu melakukan 10 dari 15
item gerakan balance exercise
- Kakek terlihat lebih bersemangat
- Terlihat lebih antusias
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
Rabu/ 4 Juni 2014
Risiko jatuh
- Membantu dan melatih ROM
S
- Melakukan pemanasan
: kakek mengatakan lebih tidak capek dari
- Membantu dan melatih latihan
kemarin
keseimbangan (balance exercise)
- Melakukan pendinginan
O:
- Kakek mampu melakukan 11 dari 15
item gerakan balance exercise
- Kakek terlihat lebih bersemangat
- Terlihat lebih antusias
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
Jumat/ 6 Juni 2014
Risiko jatuh
- Membantu dan melatih ROM
S
- Melakukan pemanasan
: kakek mengatakan lebih tidak capek dari
- Membantu dan melatih latihan
kemarin
keseimbangan (balance exercise)
- Melakukan pendinginan
O:
- Kakek mampu melakukan 12 dari 15
item gerakan balance exercise
- Kakek terlihat lebih bersemangat
- Terlihat lebih antusias
A:
Latihan keseimbangan dapat mengurangi
riisko jatuh
P:
- Lakukan latihan keseimbangan secara
teratur
- Lakukan ROM
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny.W ditegakkan 3 diagnosa dan hasil
intervensi selama 7 hari diantaranya adalah diagnosa yang pertama hambatan
mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot belum teratasi. Diagnosa kedua
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik sudah
teratasi. Sedangkan untuk diagnosa yang ketiga mengenai hambatan interaksi sosial
berhubngan dengan hambatan mobilitas fisik sudah teratasi.
4.2
Saran
Berdasarakan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan seperti
yang tertera diatas, dapatdisampaikan saran-saran untuk memperbaiki serta
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan lansia pada klien dengan
gangguan sistem neurologi ; pasca stroke pada lansia, yaitu :
1. Untuk timkesehatan: Hendaknya meningkatkan dokumentasi keperawatan
secara lebih rinci dengan hasil tindakan yang telah dilakukan beserta respons
klien.
2. Untuk Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng menambah tim
kesehatan pada setiap wisma, menyediakan alat-alat lebih lengkap seperti
tripod dan menyediakan ruangan khusus untuk fisioterapi bagi lansia beserta
tim fisioterapinya, melakukan supervisi pada petugas kesehatan yang
beradadipanti.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Black, M. J. & Hawk H. J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinik untuk hasil yang diharapkan. Edisi 8. Buku 3. Singapore:Elsiever
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2.
Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Sunarti, Sri dkk. 2019. Prinsip Dasar Kesehatan Lanjut Usia (Geriatri). Malang:
UB Pres