Uploaded by achyarhanif

Kemitraan Pemerintah Kota Batam

advertisement
KEMITRAAN PEMERINTAH KOTA BATAM DENGAN
PT. BATAMINDO INVESTMENT CAKRAWALA DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELAKSANAAN
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Tahun 2011-2015
Disusun Oleh:
Achyar Hanif Siregar
1401118759
Mata Kuliah Masalah-Masalah Pemerintahan
Kelas A
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur senantiasa kita persembahkan kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya lah makalah ini akhirnya dapat diselesaikan
sehingga dapat dipersembahkan kepada para pembaca. Adapun judul dari makalah
ini adalah “Kemitraan Pemerintah Kota Batam dengan PT Batamindo Investment
Cakrawala dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Implementasi Program
Corporate Social Responsibility Tahun 2011-2015)”.
Penyusunan makalah ini merupakan hasil kerja sesuai dengan tenaga dan
kemampuan yang semaksimal mungkin saya curahkan. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
masukan yang membangun sangat diharapkan
Semoga bantuan, petunjuk, motivasi, dan bimbingan semuanya menjadi
amal kebaikan dan mendapat imbalan dari Allah SWT, dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Pekanbaru, November 2016
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1. 1.
1. 2.
1. 3.
1. 4.
Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................4
Tujuan Penulisan..........................................................................................4
Manfaat Penulisan........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2. 1.
2. 2.
Studi Terdahulu...........................................................................................5
Kerangka Teori...........................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................24
3. 1.
3. 2
Kemitraan Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo
Investment Cakrawala dalam Pemberdayaan Masyarakat
melalui Implementasi Program CSR..........................................................24
Elemen-Elemen Pendukung Keberhasilan Kemitraan Pemerintah
Kota Batam dengan PT. Batamindo Investment Cakrawala
dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Implementasi Program CSR...31
BAB IV PENUTUP..............................................................................................34
4. 1.
4. 2.
Kesimpulan................................................................................................34
Saran..........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Cakupan strategi pelaksanaan program CSR PT. Batamindo
Investment Cakrawala...........................................................................25
Tabel 3.2. Program Siap Mandiri Tahun 2011 dan Tahun 2012...........................28
Tabel 3. 1. Kemitraan antara Pemerintah Kota Batam dan PT. Batamindo
Investment Cakrawala dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui
pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility......................31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1.
Latar Belakang
Pembangunan nasional pada dasarnya tidak hanya tanggung jawab
pemerintah untuk melaksanakannya, tetapi juga anggota masyarakat dan juga
pihak swasta yang berwujud perusahaan untuk terlibat langsung dalam usaha
pemberdayaan masyarakat. Pemerintah hendaknya menyerahkan sebagian dari
kekuasaannya kepada masyarakat dan swasta, sehingga keduanya dapat
mengambil porsi yang tepat dalam pembangunan. Usaha pemberdayaan
masyarakat oleh kemitraan antara pemerintah dengan swasta dapat dilakukan
salah satunya melalui pelaksanaan program Corporate Social Responsibility
(CSR).
Menurut Pasal 74 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Perseroan Terbatas yang menjalankan
usaha dibidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib
menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kemudian pada Pasal 15 (b)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal menyebutkan
bahwa setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan. Dalam hal ini dimaknai sebagai CSR yang mengarah pada
pengembangan masyarakat lokal sekitar perusahaan itu berdiri. Sedangkan
pemerintah baik Pusat maupun Daerah menyediakan perangkat peraturannya
sebagai regulator dalam hubungan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
Kota Batam merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
tingkat pembangunan diberbagai sektor khususnya iklim usaha yang tinggi. Pada
tahun 2012 tidak tanggung-tanggung sebuah kebijakan untuk mengelola iklim
usaha tersebut guna berkontribusi salah satunya dalam pemberdayaan masyarakat
diundangkan dalam Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Melalui bentuk Peraturan Daerah ini
Pemerintahan Kota Batam berkeinginan mengatur tanggungjawab sosial
perusahaan secara lebih tegas dan rinci. Suasana kebatinan yang mendasari
1
pembuatan Peraturan Daerah adalah semangat untuk menciptakan iklim investasi
dalam dunia usaha yang lebih beretika dan memperhatikan nilai-nilai moral.
Sedangkan secara praktis, Peraturan Daerah tersebut dimaksudkan untuk memberi
kepastian hukum, membangun rasa keadilan sosial, dan sebagai pedoman bagi
perusahaan untuk menjalankan aktifitasnya mencari keuntungan sekaligus
memberi kontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kota
Batam.
Namun, berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada belum
mampu menimbulkan iklim dengan mayoritas perusahaan yang bersatupadu
melakukan pelaksanaan program CSR guna pemberdayaan masyarakat di Kota
Batam. Mengutip pernyataan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau, Amhar Ismail didalam tanjungpinangpos.co.id pada
tanggal 16 Agustus 2012 mengungkapkan bahwa:
“dari ribuan perusahaan yang beroperasi di Batam masih banyak
yang belum menyalurkan dana CSR-nya. Bahkan, beberapa
kawasan industri juga jarang kedengaran menyalurkan CSR-nya”.
Data diatas didukung dari kunjungan Sekretaris Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera DPRD Kepulauan Riau, Suryani ke Perumahan Marina Garden, Tanjung
Uncang, Batu Aji, Batam pada tanggal 27 Desember 2015 yang menerima aspirasi
bahwasanya masyarakat menyampaikan keluhannya terkait CSR pada beberapa
perusahaan yang berada di Tanjung Uncang, yang dinilai kurang memperhatikan
kesejahteraan masyarakat sekitar.
Untuk lebih mengkerucutkan lagi data masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya dapat dilihat pada contoh kasus pada PT. Tekno 2 yang berlamat di
Sekitar Kabil Telaga Punggur, Kota Batam yang dimana perusahaan tersebut tidak
pernah memberikan dana CSR-nya selama 4 tahun terakhir ini kepada warga
sekitar dikutip dari dinamikakepri.com pada tanggal 11 Mei 2016.
2
Dari masalah-masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Ribuan perusahaan di Kota Batam belum menyalurkan dana CSR-nya.
2. Beberapa perusahaan yang telah menyalurkan dana CSR-nya dinilai oleh
masyarakat kurang memperhatikan pemberdayaan masyarakat sekitar.
3. Belum terwujudnya kemitraan antara Pemerintah Kota Batam dengan
mayoritas perusahaan di Kota Batam melalui pelaksanaan program CSR
dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Berbeda dari ribuan perusahaan yang terdapat di Kota Batam yang belum
menyalurkan dana CSR-nya serta perusahaan yang telah menyalurkan dana CSRnya namun dinilai oleh masyarakat kurang memperhatikan pemberdayaan
masyarakat setempat, terdapat salah satu perusahaan yang diungkapkan oleh
Amhar Ismail didalam tanjungpinangpos.co.id pada tanggal 16 Agustus 2012,
yakni PT Batamindo
Investment Cakrawala yang menjadi perusahaan
percontohan di Provinsi Kepulauan Riau untuk bidang penyaluran dana CSR. PT.
Batamindo Investment Cakrawala adalah pemilik sekaligus pengelola Batamindo
Industrial Park yang merupakan kawasan industri terbesar di Kota Batam. PT
Batamindo Investment Cakrawala sebagai perusahaan percontohan CSR di
Provinsi Kepulauan Riau dapat didukung salah satunya dari hasil penelitian oleh
Andi Mapisangka (2009) dalam jurnalnya yang berjudul “Implementasi CSR
terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat” menyimpulkan Variabel-variabel
seperti corporate social responsibility goal, corporate social issue dan corporate
relation program pada PT. Batamindo Investment Cakrawala secara signifikan
memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.
Dari beberapa hal yang telah dijelaskan sebelumnya maka telah menggambarkan
terwujudnya kemitraan antara Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo
Cakrawala Investment melalui pelaksanaan program CSR.
Melalui makalah yang berjudul “Kemitraan Pemerintah Kota Batam dan
PT Batamindo Investment Cakrawala dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui
Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility Tahun 2011-2015” ini
diharapkan dapat menjadi role model kontemporer oleh Pemerintah Kota Batam
3
dengan perusahaan-perusahaan lain di Kota Batam dalam kemitraan yang pada
makalah ini lebih difokuskan pada pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui
pelaksanaan program CSR.
1. 2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kemitraan Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo
Investment
Cakrawala
dalam
Pemberdayaan
Masyarakat
melalui
Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility?
2. Apa Elemen-Elemen Pendukung Keberhasilan Kemitraan Pemerintah Kota
Batam dengan PT. Batamindo Investment Cakrawala dalam Pemberdayaan
Masyarakat melalui Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibilty?
1. 3.
Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan Kemitraan Pemerintah Kota Batam dengan PT.
Batamindo Investment Cakrawala dalam Pemberdayaan Masyarakat
melalui Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility
2. Menganalisis Elemen-Elemen yang Mendorong Keberhasilan Kemitraan
Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo Investment Cakrawala
dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelaksanaan Program Corporate
Social Responsibility
1. 4.
1.
Manfaat Penulisan
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pada perkembangan ilmu politik secara umum dan ilmu pemerintahan
secara khusus.
2.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan role model baru
oleh Pemerintah Kota Batam dan perusahaan-perusahaan lain di Kota
Batam dalam kemitraan guna melaksanakan pemberdayaan masyarakat
melalui implementasi program Corporate Social Responsibility. Serta oleh
peneliti sebagai bahan acuan pembuatan proposal dikemudian hari.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.
Studi Terdahulu
Dalam penulisan ini penulis memaparkan lima penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Pertama, Antonius Suhadi, AR.
Febrian, dan Sri Turatmiyah dalam jurnalnya yang berjudul “Model Corporate
Social Responsibility (CSR) Perusahaan Tambang Batubara di Kabupaten Lahat
terhadap Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal” memaparkan
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah kewajiban perusahaan, namun
realisasi dan peranan pemerintah daerah terkadang menimbulkan ketidaksesuaian,
karena itu perlu dibentuk model alternatif CSR, khususnya pada perusahaan
tambang batubara di Kabupaten Lahat.1 Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
realisasi, peranan pemerintah daerah dan menemukan model alternatif CSR dalam
bentuk realisasi CSR PT Batubara Bukit Asam dan PT Bara Alam Utama sebagai
perusahaan tambang, dalam program kemitraan, bina wilayah dan bina
lingkungan. Program CSR pemberdayaan masyarakat (community development)
yang merupakan hasil kesepakatan perusahaan tambang, masyarakat dan Dinas
setempat harus mendapat persetujuan pemerintah daerah. Model alternatif CSR
yang tepat berupa model kerja kolabratif dari perusahaan, pemerintah daerah dan
masyarakat setempat.
Pada jurnal diatas memaparkan penelitiannya ditujukan untuk mengetahui
realisasi, peranan pemerintah daerah dan menemukan model alternatif CSR dalam
bentuk realisasi CSR PT. Batu Bara Bukit Asam dan PT. Bara Alam Utama
sebagai perusahaan tambang, dalam program kemitraan, bina wilayah dan bina
lingkungan. Sedangkan pada makalah ini ditujukan salah satunya untuk
mendeskripsikan hanya pada kemitraan Pemerintah Kota Batam dengan PT.
Batamindo Investment Cakrawala dalam pemberdayaan masyarakat melalui
1
Antonius Suhadi, AR. Febrian, dan Sri Turatmiyah, Model Corporate Social Responsibility
(CSR) Perusahaan Tambang Batubara di Kabupaten Lahat terhadap Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Kearifan Lokal, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No.1 Januari 2014, hlm. 72-82.
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=260826, diakses pada 26
Oktober 2016 pukul 11.04 WIB
5
Implementasi Program CSR. Pada kasus kali ini PT Batamindo Investment
Cakrawala merupakan perusahaan percontohan di Provinsi Kepulauan Riau untuk
bidang penyaluran dana CSR.
Kedua, Rahmatullah dalam jurnalnya
yang berjudul “CSR dan
Kepentingan Pemerintah Daerah” memaparkan Kebijakan desentralisasi sejak
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah memberikan
dampak positif maupun negatif terhadap aspek politik, ekonomi, maupun sosial.
Terdapat beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah namun
tidak sepenuhnya dilatarbelakangi oleh kajian terhadap kebutuhan masyarakat
maupun unsur pemangku kepentingan (stakeholder) lain, yang pada akhirnya
tidak memberikan dampak manfaat secara langsung.2 Salah satu fenomena yang
terjadi saat ini adalah maraknya pembuatan Peraturan Daerah Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan yang lebih dikenal dengan istilah Perda CSR. Beberapa
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, seperti Kabupaten Tangerang, Kota Serang
sudah mensahkan Perda CSR. Sedangkan Kabupaten Serang dan Kota Cilegon
sedang merampungkan draft Rancangan Peraturan Daerah CSR.
Pada jurnal diatas memaparkan salah satu fenomena yang terjadi saat ini
adalah maraknya pembuatan Peraturan Daerah Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan yang lebih dikenal dengan istilah Peaturan Daerah CSR. Beberapa
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, seperti Kabupaten Tangerang, Kota Serang
sudah mensahkan Perda CSR. Sedangkan Kabupaten Serang dan Kota Cilegon
sedang merampungkan draft Rancangan Peraturan Daerah CSR. Sedangkan pada
makalah ini akan berbeda dalam lingkup aras lokal dimana menggunakan acuan
yakni Perda Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan.
Ketiga, M. Azis Fidaus dalam jurnalnya yang berjudul “Kemitraan
Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia Melalui
2
Rahmatullah, CSR dan Kepentingan Pemerintah Daerah, E-Journal of Laboratorium
Administrasi Negara (e-JLAN) Vol 1, No 1 (2011): Edisi Khusus Simposium Nasional Otonomi
Daerah 2011, hlm. 197-202,
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=48999, diakses pada
13 Oktober 2016 pukul 23.19 WIB.
6
Implementasi CSR” memaparkan konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
masih dianggap sebagai bagian kegiatan sosial untuk perusahaan-perusahaan yang
berskala besar, hal ini menyebabkan perusahaan yang beroperasi hanya di daerah
tertentu saja merasa tidak memiliki keharusan dalam melakukan kegiatan CSR.3
Pemerintah Daerah memiliki kewenangan yang cukup luas dalam mengelola
daerahnya untuk kepentingan masyarakat. Namun disisi lain, pemerintah daerah
juga memiliki keterbatasan yang hal ini dapat menyebabkan pembangunan pada
beberapa sektor tertunda atau perkembangannya lambat. Otoritas daerah melalui
kebijakan publiknya dapat mengarahkan pembangunan daerah dengan melibatkan
sektor swasta (private) untuk kesejahteraan masyarakat (Public Private
Partnership/PPP). Salah satu kemitraan yang dapat dilakukan adalah kemitraan
dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah. Melalui otoritas
yang dimilikinya, pemerintah daerah dapat menjalin kemitraan dengan swasta
untuk SDM di daerah (terutamamasyarakat asli daerah tersebut), sehingga
kebutuhan SDM di daerah dapat tersedia secara berkesinambungan, dengan
keahlian yang memang dibutuhkan oleh private sector atau oleh pemerintah
daerah itu sendiri. Hal ini secara tidak langsung dapat menekan laju urbanisasi
atau migrasi penduduk. Beberapa kondisi yang perlu diperhatikan dalam
kemitraan ini, diantaranya adalah kondisi yang saling menguntungkan, data-data
demografi dan lainnya yang up to date, serta rencana pembangunan yang
disosialisasikan secara baik kepada sektor swasta. Dengan diketahuinya rencana
pembangunan tersebut, maka dapat diketahui rencana kebutuhan SDM serta
kualifikasi dan spesifikasinya, yang hal ini dapat disupply oleh sektor swasta,
melalui kegiatan atau program-program CSR. Sehingga program CSR yang
dilakukan, disesuaikan dengan kebutuhan SDM di daerah yang bersangkutan.
Pada jurnal diatas memaparkan kemitraan Pemerintah dan Swasta secara
umum melalui implementasi CSRnya ditujukan secara khusus pada konsep
pembangunan SDM. Sedangkan pada makalah ini akan secara khusus meletakkan
3
M. Azis Fidaus, Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia
Melalui Implementasi CSR, E-Journal of Laboratorium Administrasi Negara (e-JLAN) Vol 1, No 1
(2011): Edisi Khusus Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011, hlm. 29-34,
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=48973, diakses pada
13 Oktober 2016 pukul 23.19 WIB
7
lokal pada Kota Batam dan melihat kemitraan Pemerintah Kota Batam dan PT
Batamindo Investment Cakrawala melalui implementasi CSR ditujukan khusus
pada konsep pemberdayaan masyarakat
Keempat, Ipah Ema Jumiati dalam jurnalnya yang berjudul “Sinergisitas
Pemerintah, Dunia Usaha dan Masyarakat Sipil (Civil Society) melalui Corporate
Social Responsibility (CSR) dalam Program Pengentasan Kemiskinan di Kota
Cilegon” memaparkan Sinergitas Pemerintah, Dunia Usaha Dan Masyarakat Sipil
(Civil Society) Melalui Corporate Social Responsibilty (CSR) Dalam Program
Pengentasan Kemiskinan di Kota Cilegon merupakan komitmen bersama dalam
pembangunan yang berkelanjutan.4 Sinergitas ini akan berguna untuk membantu
perusahaan dalam memperbaiki financial performance dan akses pada modal,
meningkatkan corporate image dan penjualan/layanan jasa, memelihara kualitas
kerja, memperbaiki keputusan pada isu-isu kritis, serta menangani resiko secara
lebih efisien dan mengurangi biaya jangka panjang. Dengan dukungan berbagai
stakeholder pada ranah ekonomi, sosial dan lingkungan, yang diaplikasikan dalam
kegiatan-kegiatan prioritas dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
memperbaiki lingkungan. Sumber pendanaannya dihasilkan dari kemitraan
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sipil (civil society) berdasarkan
kesepakatan-kesepakatan yang dibangun bersama, untuk kepentingan ke depan
dalam jangka panjang yang lebih baik. Sebagai outputnya adalah pemberdayaan
masyarakat Cilegon dalam pengentasan kemiskinan melalui kerangka good
corporate governance.
Pada jurnal diatas melihat konsep sinergisitas Pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat sipil melalui CSR dalam konsep Program Pengentasan Kemiskinan di
Kota Cilegon. Sedangkan pada makalah ini akan melihat konsep kemitraan
pemerintah dan swasta melalui CSR dalam konsep pemberdayaan masyarakat di
Kota Batam dan masyarakat dalam makalah ini tidak menjadi variabel aktor
4
Ipah Ema Jumiati, Sinergisitas Pemerintah, Dunia Usaha dan Masyarakat Sipil (Civil Society)
melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Program Pengentasan Kemiskinan di Kota
Cilegon, Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 4 No.1 (2013), hlm. 58-95,
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=180474, diakses pada 13
Oktober 2016 pukul 23.30 WIB
8
utama yang bersinergi seperti pada jurnal sebelumnya melainkan menjadi variabel
pendukung atau yang dituju.
Kelima, Hafidhah dan Mohammad Herli dalam jurnalnya yang berjudul
“Pengaruh Budaya Paternalistik dan Regulasi Pemerintah terhadap Corporate
Social Responsibility (CSR) dan Akuntansi Sosial Perusahaan” memaparkan
Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi tentunya mempunyai peranan yang
sangat penting terhadap kelangsungan hidup perekonomian dan masyarakat luas.5
Dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, dimana kemajuan dibidang
informasi dan teknologi serta adanya keterbukaan pasar menjadikan perusahaanperusahaan yang ada harus memperhatikan secara serius dan terbuka mengenai
dampak-dampak atau tingkah laku perusahaan itu sendiri terhadap lingkungan dan
sosialnya (stakeholder). Pemerintah memiliki peranan penting dalam mengontrol
aktifitas perusahaan, utamanya dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan. Tekanan pemerintah terhadap perusahaan melalui undang-undang
yang dibuat akan mendorong perusahaan untuk melaksanakan tanggungjwab
sosialnya. Selain dari hal tersebut peranan budaya masayarakat juga diperlukan
untuk meningkatkan kepedulian perusahaan. Budaya masyarakat madura yang
menganut sistem paternalistik diaanggap sebagai hal yang penting dalam
memberikan tekanan bagi perusahaan dalam melaksanakan tanggungjawab
sosialnya. Artinya masyarakat dalam hal ini mendelegasikan wewenangnya
terhadap tokoh yang diaangap berpengaruh di lingkungannya. Penelitian ini
dilakukan pada 5 (lima) perusahaan di Kabupaten Sumenep yang memiliki CSR.
Model analisis data yang digunakan menggunakan regresi linerar berganda
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan variabel dependen dan independennya.
Variabel independen yang terdiri dari Faktor Regulasi pemerintah dan faktor
budaya paternalistik secara bersama-sama maupun persial memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap CSR. Hal ini berarti hipotesis yang pertama diajukan
terbukti. Variabel independen yang terdiri dari CSR secara bersama-sama maupun
5
Hafidhah dan Mohammad Herli, Pengaruh Budaya Paternalistik dan Regulasi Pemerintah
terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) dan Akuntansi Sosial Perusahaan, Performance
Vol.3 No.1 (2013), hlm. 51-62,
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=298471, diakses pada 9
November 2016 pukul 11.43 WIB
9
persial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akuntansi sosial perusahaan.
Hal ini berarti hipotesis yang kedua diajukan terbukti
Pada jurnal diatas memaparkan bahwa tekanan pemerintah terhadap
perusahaan melalui undang-undang yang dibuat akan mendorong perusahaan
untuk melaksanakan tanggungjwab sosialnya. Selain dari hal tersebut peranan
budaya masayarakat juga diperlukan untuk meningkatkan kepedulian perusahaan.
Budaya masyarakat madura yang menganut sistem paternalistik diaanggap
sebagai hal yang penting dalam memberikan tekanan bagi perusahaan dalam
melaksanakan tanggungjawab sosialnya. Sedangkan makalah ini melihat tekanan
pemerintah yakni Pemerintah Kota Batam terhadap PT Batamindo Cakrawala
Investment melalui Perda Nomor 2 Tahun 2012 yang dibuat untuk mendorong
melaksanakan CSR namun tidak melihat budaya masyarakat Batam sebagai hal
yang digunakan dalam melihat seperti apa tekanan yang diberikan bagi PT
Batamindo Cakrawala Investment untuk mendorong melaksanakan CSRnya.
2. 2.
Kerangka Teori
2. 2. 1. Kemitraan
Kemitraan dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata
partnership, dan berasal dari akar kata partner. Partner dapat diterjemahkan
“pasangan,
jodoh,
sekutu
atau
kompanyon”.
Sedangkan
partnership
diterjemahkan menjadi persekutuan atau perkongsian. Bertolak dari sini maka
kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau
lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa
saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di
suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil
yang lebih baik.
Bertolak dari pengertian tersebut diatas, maka kemitraan dapat terbentuk
apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Ada dua pihak atau lebih
2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan
10
3. Ada kesepakatan
4. Saling membutuhkan
Tujuan terjadinya suatu kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih
baik, dengan saling memberikan manfaat antar pihak yang bermitra. Dengan
demikian kemitraan hendaknya memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang
bermitra, dan bukan sebaliknya ada suatu pihak yang dirugikan atau merugikan.
Untuk terjadinya sebuah kemitraan yang kuat dan saling menguntungkan serta
memperbesar manfaat memerlukan komitmen yang seimbang antara satu dengan
lainnya.
Kemitraan dapat dilakukan oleh pihak-pihak baik perseorangan maupun
badan hukum, atau kelompok-kelompok. Adapun pihak-pihak yang bermitra
tersebut dapat memiliki status yang setara atau subordinate, memiliki kesamaan
visi atau misi berbeda tetapi saling mengisi/melengkapi secara fungsional. Dengan
mempertimbangkan masalah tersebut, maka berikut ini disampaikan model-model
kemitraan.
Ambar Teguh Sulistiyani mengangkat fenomena biologis yang ada
didalam khasanah kehidupan organisma kedalam diskusi kemitraan.6 Bertolak dari
pemahaman akan dunia organisma baik yang bersel satu yang tidak kasat mata,
maupun hewan yang dapat terlihat, maka kemitraan dibedakan menjadi:
1.
pseudo partnership, atau kemitraan semu
2.
mutualism partnership, atau kemitraan mutualistik
3.
conjugation
partnership,
atau
kemitraan
melalui
peleburan
dan
pengembangan
Kemitraan semu adalah merupakan sebuah persekutuan yang terjadi antara
dua pihak atau lebih, namun tidak sesungguhnya melakukan kerjasama secara
seimbang satu dengan lainnya. Bahkan pada suatu pihak belum tentu memahami
secara benar akan makna sebuah persekutuan yang dilakukan, dan untuk tujuan
6
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, (Yogyakarta: Gava
Media, 2004), hlm. 130
11
apa itu semua dilakukan serta disepakati. Ada suatu yang unik dalam kemitraan
semacam ini, bahwa kedua belah pihak atau lebih sama-sama merasa penting
untuk melakukan kerjasama, akan tetapi pihak-pihak yang bermitra belum tentu
memahami substansi yang diperjuangkan dan manfaatnya apa. Kemitraan semu
semacam ini tampak nyata terjadi pada pola pembangunan yang dilakukan pada
jaman orde baru, yang sering disosialisasikan melalui slogan “pembangunan dari
dan oleh pemerintah untuk rakyat”. Rakyat yang berposisi sebagai mitra kerja
pemerintah sesungguhnya tidak mengetahui apa makna atas semua itu, walaupun
mereka yakin bahwa itu sangat penting.
Kemitraan mutualistik adalah merupakan persekutuan dua pihak atau
lebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan kemitraan, yaitu
untuk saling memberikan manfaat dan mendapatkan manfaat lebih, sehingga akan
dapat mencapai tujuan secara lebih optimal. Berangkat dari pemahaman akan nilai
pentingnya melakukan kemitraan, dua agen/organisasi atau lebih yang memiliki
status sama atau berbeda, melakukan kerjasama. Manfaat saling silang antara
pihak-pihak yang bekerjasama dapat diperoleh, sehingga memudahkan masingmasing dalam mewujudkan visi dan misinya, dan sekaligus saling menunjang satu
dengan lain. Pemikiran kemitraan demikian ini diadopsi dari pola simbiosis
mutualisme yang terjadi antara kerbau dan burung dalam kehidupan binatang.
Kemitraan konjugasi adalah kemitraan yang dianalogikan dari kehidupan
“paramecium”. Dua paramecium melakukan konjugasi untuk mendapatkan enerji
dan kemudian terpisah satu sama lain, dan selanjutnya dapat melakukan
pembelahan diri. Bertolak dari analogi tersebut maka organisasi, agen-agen,
kelompok-kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan di dalam
melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat melakukan kemitraan
dengan model ini. Dua pihak atau lebih dapat melakukan konjugasi dalam rangka
meningkatkan kemampuan masing-masing.
Model kemitraan yang lain dikembangkan berdasar atas azas kehidupan
organisasi pada umumnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan atas
fenomena-fenomena hubungan kerjasama antar organisasi adalah mencakup:
12
1.
subordinate union of partnership
2.
linear union of partnership
3.
linear collaborative of partnership
Kemitraan atas dasar penggabungan dua pihak atau lebih yang
berhubungan secara subordinatif atau kemudian disebut subordinate union of
partnership. Kemitraan semacam ini terjadi antara dua pihak atau lebih yang
memiliki status, kemampuan atau kekuatan yang tidak seimbang satu sama lain.
Dengan demikian hubungan yang tercipta tidak berada dalam suatu garis lurus
yang seimbang satu dengan lainnya, melainkan berada pada hubungan atasbawah, kuat-lemah. Oleh karena kondisi demikian ini mengakibatkan tidak ada
sharing dan peran atau fungsi yang seimbang.
Kemitraan dengan melalui penggabungan pihak-pihak secara linear atau
garis lurus, selanjutnya disebut dengan linear union partnership. Dengan
demikian pihak-pihak yang bergabung untuk melakukan kerjasama adalah
organisasi atau para pihak yang memiliki persamaan secara relatif. Kesamaan
tersebut dapat berupa tujuan, atau misi, besaran/volume usaha atau organisasi,
status atau legalitas.
Kemitraan dengan melalui kerjasama secara linear selanjutnya disebut
dengan linear collaborative of partnership. Dalam konteks kemitraan ini tidak
membedakan besaran atau volume, status/legalitas, atau kekuatan para pihak yang
bermitra. Yang menjadi tekanan utama adalah visi-misi yang saling mengisi satu
dengan lainnya. Dalam hubungan kemitraan ini terjalin secara linear, yaitu berada
pada garis lurus, tidak saling tersubordinasi.
Dalam rangka mengupayakan sebuah kemitraan yang sinergis, De Waal,
dkk
memapaparkan
sejumlah
elemen
penting
yang
bisa
mendukung
berlangsungnya proses kemitraan yang baik.7 Elemen-elemen tersebut antara lain
7
Ahmad Al Jumadi, Skripsi Sarjana: Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi dalam Menekan
Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil,
(Medan: Universitas Sumatera Utara, 2016), hlm. 8,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/60609/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada 14
Desember 2016 pukul 22.35 WIB
13
sumber daya, karakter pihak yang bermitra (patner), relasi antara patner,
karakteristik kemitraan, dan lingkungan sekitar.
1. Sumber Daya
Sumber daya merupakan hal mendasar dan utama dalam membangun
sebuah kemitraan. Sumber daya ini meliputi dukungan finansial (uang/dana),
organisasi, informasi, agen pemerintah, stakeholder, perlengkapan dan sarana
prasarana seperti komputer, obat, makanan, buku-buku dan sebagainya.
2. Karakteristik Partner
Partner merupakan sumber daya utama dalam membangun sebuah
kemitraan. Karakteristik partner mencakup keterampilan dan keahlian dari pihak
yang bermitra serta Motivasi mengenai keuntungan dan kerugian dari kemitraan
yang diikutinya. Umumnya, para partner yang sangat aktif di dalam sebuah
kemitraan, terdorong oleh rasa bahwa mereka akan memperoleh banyak manfaat
dari kemitraan yang dibangun. Sementara mereka yang kurang terlibat aktif,
umumnya didorong oleh rasa bahwa kemitraan yang dibangun tidak sesuai dengan
kebutuhan mereka atau kemitraan yang dibangun mempunyai banyak kekurangan.
3. Relasi antara partner
Relasi antara partner meliputi kepercayaan, penghargaan, dan konflik.
a. Kepercayaan merupakan prasyarat bagi terciptanya sebuah kerjasama yang
baik. Organisasi atau individu yang terlibat dalam kemitraan harus
menaruh kepercayaan kepada partnernya bahwa mereka akan sungguh
bertanggungjawab dengan tugas dan perannya masing-masing. Selain
kepercayaan,
b. Penghargaan juga merupakan bagian yang penting dalam kemitraan.
Kemitraan akan terjalin dengan baik apabila terdapat rasa saling apresiasi
atau menghargai antara partner.
c. Konflik juga menjadi hal yang penting dalam bermitra. Konflik bisa saja
memperkuat sebuah kemitraan jika perbedaan pendapat bisa merangsang
14
pendekatan yang baru dalam sebuah kemitraan. Tetapi apabila sebuah
konflik tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah
antara partner.Perbedaan wewenang antara partner juga menjadi potensi
konflik ketika ada pembatasan mengenai siapa yang terlibat, pendapat
siapa yang dianggap benar dan siapa yang paling berpengaruh dalam
mengambil sebuah keputusan.
4. Karakteristik Kemitraan
Kepemimpinan, manajemen pembagian peran, komunikasi yang efektif,
komitmen, koordinasi dan efisiensi merupakan karakteristik kemitraan yang
sangat mempengaruhi terbentuknya sebuah kemitraan yang sinergis.
a. Kepemimpinan.
Pemimpin harus memiliki kemampuan dalam membangun relasi untuk
memperkuat kepercayaan, keterbukaan antara partner, menciptakan
kondisi yang dapat menjembatani perbedaan pendapat dan mampu
mengolah konflik antara partner.
b. Komunikasi.
Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam menjalin
kemitraan. Tanpa komunikasi yang memadai, kolaborasi yang efektif tidak
akan mungkin terjadi. Kualitas komunikasi memberikan kontribusi bagi
keberhasilan kemitraan.
c. Manajemen pembagian tugas
Merupakan prosedur penentuan siapa yang terlibat dalam pengambilan
keputusan dan pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pihak
yang bermitra.
d. Efisiensi
Efisiensi dalam hal ini adalah peran dan tanggung jawab partner sesuai
dengan kepentingan dan keahlian mereka masing-masing serta dapat
memanfaatkan secara efektif kemampuan finansial, sumber daya dan
waktu yang ada.
15
5. Lingkungan eksternal
Kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Lingkungan
eksternal ini mencakup dukungan kebijakan dari pemerintah, dan karakteristik
dari masyarakat setempat.
Dalam rangka menciptakan good governance di suatu negara hendaknya
mampu mendekatkan antara unsur pemerintah, unsur swasta maupun masyarakat.
Pemerintah hendaknya menyerahkan sebagian dari kekuasannya kepada swasta
dan masyarakat, sehingga keduanya dapat mengambil porsi yang tepat dalam
pembangunan. Salah satu bentuk penyerahan sebagian kekuasaan tersebut salah
satunya adalah dalam menciptakan keberdayaan masyarakat. Menciptakan
keberdayaan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
swasta maupun masyarakat melalui mekanisme kemitraan yang serasi selaras dan
seimbang. Ide dasar kemitraan tersebut dimunculkan sebagai kritik pendekatan
pembangunan yang bersifat top-down, yang kemudian memposisikan pemerintah
sebagai aktor dominan, dan membiarkan sikap ke-acuh-tak-acuhan pihak swasta
terhadap proses pemberdayaan kaum lemah. Fenomena munculnya kapitalis
birokrasi sesungguhnya juga merupakan akibat dari sikap pemerintah dan swasta,
yang ingin menguasai asset pembangunan secara sepihak. Selama ini pemerintah
dan swasta berkolaborasi hanya untuk menangguk keuntungan personal atau
sekelompok orang tanpa menghiraukan penderitaan kaum lemah
2. 2. 2. Pemberdayaan Masyarakat
Secara etimologis pemberdayaan berasal pada kata dasar “daya” yang
berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses
untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian
daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang
kurang atau belum berdaya.
World Bank mengartikan pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan
kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk
mampu dan berani bersuara (voice) atau menyuarakan pendapat, ide, atau
16
gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan untuk memilih (choice) sesuatu
(konsep, metoda, produk, tindakan, dll.) yang terbaik bagi pribadi, keluarga, dan
masyarakatnya.8 Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat merupakan proses
meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat
tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan
subjek dari upaya pembangunan itu sendiri. Konsep pemberdayaan masyarakat
merupakan sebuah konsep yang “relatif baru”. Ia bertolak belakang dengan
konsep pembangunan yang berorientasi kepada “proyek”. Artinya, peran birokrasi
yang besar, seringkali dijalankan sebagai program pemerintah, tetapi masyarakat
itu sendiri tidak terlibat didalamnya.
Konsep “empowerment” sebagai konsep alternatif pembangunan pada
intinya menekankan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok
masyarakat, yang berlandas pada sumberdaya pribadi, langsung (melalui
partisipasi), demokratis, dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung.
Sebagai titik fokusnya adalah lokalitas sebab “civil society” akan merasa siap
diberdayakan lewat isu-isu lokal.
Freire lebih jauh menjelaskan bahwa proses pemberdayaan merupakan
metode yang berusaha mengubah persepsi termasuk mengubah motivasi atau
dorongan seseorang dalam lingkungan masyarakat, sehingga memungkinkan
individu beradaptasi dengan lingkungannya.9 Untuk menumbuhkan kesadaran dan
motivasi/dorongan dalam diri seseorang, sebenarnya diperlukan “intervensi” atau
“stimulasi” yang berasal dari luar, seperti rangsangan/stimulasi dana bantuan dari
pemerintah, lingkungan yang terkait dengannya dan lain-lain. Hal ini karena
motivasi seseorang dapat berkembang tidak lepas dari “kemampuan” seseorang
yang ditentukan oleh tingkat pendidikan, pengalaman kerja/keterampilan kerja,
lingkungan kerja dan budaya yang melekat pada masyarakat tersebut.
8
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif
Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 28
9
Zulkarnain, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, (Yogyakarta: Group Penerbit & Percetakan
Ardana Media, 2010), hlm. 8
17
H. Zulkarnain membagi implementasi program pemberdayaan dalam tiga
program, yakni:10
1. Program Pemberdayaan Pemerintah
Program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat dilihat
dari dua sisi. Pertama; program pemberdayaan masyarakat miskin sesuai dengan
kondisi daerah masing-masing. program ini lebih menekankan pada upaya
penumbuhan unit usaha baru akibat ketiadaan lapangan kerja, sungguhpun bekerja
tetapi tidak mencukupi. Program ini memerlukan proses panjang dan banyak
kendala yang dijumpai karena memerlukan proses panjang dan banyak kendala
yang dijumpai karena memerlukan pembinaan dan pengawasan yang ketat. Disisi
lain program pemberdayaan masyarakat miskin memperhatikan beberapa hal
penting diantaranya bantuan usaha yang sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki, pendidikan anak-anak Rumah Tangga Miskin, kesehatan dan lingkungan
tempat tinggal serta Rumah Layak Huni. Oleh karena itu program ini memerlukan
biaya dan rentang waktu yang relatif lama dan memerlukan perencanaan yang
terintegrasi antar instansi yang terkait. Pengurangan angka penduduk miskin
merupakan Pekerjaan Rumah yang besar bagi setiap Pemerintah Daerah. Kedua,
Program Ekonomi Rakyat. Program ini berupaya mengembangkan sektor riil yang
memiliki potensi untuk dikembangkan diberbagai sektor baik pertanian, industri
kecil dan menengah, perdagangan dan jasa. Program ini berfokus pada upaya
mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Usaha Mikro dan
Kecil (UMK) baik dari segi permodalan, manajemen usaha, penerapan teknologi
dan pemasaran usaha. Memperhatikan kendala yang dihadapi UMK merupakan
bagian terpenting untuk memberdayakan UMK dalam tatanan perekonomian
daerah.
2. Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan paradigma baru yang
dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan pembangunan, sebgai
10
Ibid., hlm. 9
18
tanggung jawab sosial perusahaan dalam memperhatikan dan mengembangkan
kehidupan masyarakat. Bagi perusahaan-perusahaan yang berskala besar
seharusnya mampu memberikan dorongan dan stimulans agar terbentuk
kepedulian sosial karena eksploitasi sumber daya alam juga dapat dirasakan oleh
masyarakat sekitarnya, mereka tidak hanya menjadi penonton atas keberhasilan
perusahaan tetapi justru ikut merasakan keberhasilan perusahaan dalam konteks
kemandirian berusahan atas bantuan, pembinaan dan pengembangan yang
diberikan oleh perusahaan. Wujud tanggung jawab sosial ini sangat berarti bagi
pembangunan daerah untuk ikut membantu dan ambil bagian dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah.
3. Program Partisipasi Masyarakat
Program partisipasi masyarakat dalam bentuk gerakan membantu
masyarakat
yang
kurang
mampu
dan
memiliki
keterbatasan
dalam
mengembangkan usaha. Wujud partisipasi masyarakat ini dapat dilakukan secara
individual, kelompok maupun terorganisir melalui wadah suatu organisasi.
Program seperti ini seharusnya digalakkan di lingkungan masyarakat dengan cara
menggugah dan meningkatkan kesadaran akan lingkungannya. Banyak cara yang
dapat dilakukan diantaranya; gerakan pengumpulan zakat ditunjukan bagi
masyarakat yang kurang mampu, gerakan peduli lingkungan usaha untuk
membantu usaha masyarakat yang terbatas dalam permodalan, gerakan cinta
keluarga miskin yang diperoleh dari orang yang memiliki kepedulian dan
kemauan untuk membantu, gerakan kemitraan usaha dari usaha skala besar,
menengah terhadap usaha kecil dan mikro termasuk gerakan cinta produksi dalam
negeri. Gerakan ini mengandung makna kebersamaan dan kesejahteraan bagi
seluruh lapisan masyarakat sebagai tanggung jawab individu terhadap bangsa,
negara, dan agama.
19
2. 2. 3. Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan)
Bowem mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
kewajiban pengusaha untuk merumuskan kebijakan, membuat keputusan, atau
mengikuti garis tindakan yang diinginkan dalam hal tujuan dan nilai-nilai
masyarakat.11 Definisi tersebut, kemudian diperbarui oleh Davis yang menyatakan
bahwa: keputusan dan tindakan bisnis diambil dengan alasan, atau setidaknya
sebagian, malampaui kepentingan ekonomi atau teknis langsung perusahaan.12
Bambang Rudito dan Melia Famiola menjelaskan kegiatan program yang
dilakukan oleh perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosialnya dapat
dikategorisasi dalam tiga bentuk.13
1. Public Relations
Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada masyarakat tentang
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye yang
tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang
bersangkutan. Bentuk ini lebih ditekankan pada penanaman persepsi tentang
perusahaan dengan si perusahaan membuat suatu kegiatan sosial tertentu dan
khusus sehingga tertanam dalam image masyarakat bahwa perusahaan tersebut
banyak melakukan kegiatan sosial sampai anggota masyarakat tidak mengetahui
produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Atau sebaliknya
anggota masyarakat mengetahui produk yang dihasilkan oleh perusahaan, akan
tetapi tertanam di benak anggota masyarakat bahwa perusahaan yang
bersangkutan selalu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kegiatan sosial.
Kegiatan atau usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik
antara perusahaan dengan masyarakat, khususnya menanamkan sebuah persepsi
11
Totok Mardikanto, CSR (Corporate Social Responsibility) (Tanggung Jawab Sosial Korporasi),
(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 86
12
Ibid., hlm. 86
13
Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung:
Rekayasa Sains, 2013), Hlm. 108
20
yang baik tentang perusahaan terhadap masyarakat. Pekerjaan untuk model public
relations ini lebih banyak menjadi tugas dari unit kerja hubungan masyarakat
dalam sebuah perusahaan.
Contoh dalam konteks public relations adalah program “cause related
marketing” yang dijalankan oleh sebuah perusahaan pakaian. Di sini ditampilkan
gambar-gambar tawanan yang dijatuhi hukuman mati, disertai dengan kampanye
anti hukuman mati bagi umat manusia di seluruh dunia. Upaya menentang
hukuman mati ini tidak ada kaitannya atau hubungannya sama sekali dengan
kebijakan korporasi atau produk-produk yang diproduksi oleh perusahaan yang
bersangkutan. Kampanye ini semata-mata ditujukan untuk membuat masyarakat
mengasosiasikan perusahaan tersebut dengan sebuah perasaan emosional yang
bertujuan baik, dan berusaha untuk menanamkan bahwa usaha dari perusahaan
yang bersangkutan sebagian keuntungannya untuk membela kepentingan usaha
menghindarkan hukuman mati.
2. Strategi defensif
Usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna menangkis anggapan negatif
masyarakat luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan terhadap
karyawannya, dan biasanya untuk melawan ‘serangan’ negatif dari anggapan
komunitas atau masyarakat yang sudah terlanjur berkembang. Kegiatan ini
biasanya dilakukan dengan sasaran yang berbeda dengan anggapan yang telah
berkembang atau bertolak belakang dengan persepsi-persepsi yang ada di
masyarakat pada umumnya. Prinsipnya hampir sama dengan bentuk kegiatan
public relations, akan tetapi berbeda proses kejadiannya.
Pada public relations, pada dasarnya menjalin hubungan yang belum ada,
sedangkan pada strategy defensif mengarah pada proses melawan kejadian yang
pernah dialami, artinya anggapan masyarakat terhadap perusahaan sudah ada
sebelumnya dan anggapan ini biasanya bernada negatif yang pada umumnya
bicara tentang aktivitas dari perusahaan yang bersangkutan yang negatif terhadap
sesuatu hal. Usaha CSR yang dilakukannya adalah untuk mengubah anggapan
21
yang berkembang sebelumnya dengan menggantnya dengan yang baru sebagai
suatu anggapan baru yang bersifat positif.
Sehingga usaha dari perusahaan yang melakukan kegiatan CSR dari
bentuk ini adalah seakan merupakan perlawanan terhadap pandangan orang luar
terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perlawanan ini tentunya haru ditunjang
dengan modal yang tidak sedikit, hal ini berkaitan dengan usaha membersihkan
nama baik yang telah beredar secara meluas di dalam kehidupan masyarakat,
sedangkan untuk mengganti secara menyeluruh seperti mengganti logo tidak
memungkinkan dan bahkan menjadi kerugian besar.
Contoh kajian PriceWaterhouse Coopers tentang program CSR,
ditemukan bahwa sejumlah perusahaan menjalankan CSR karena ingin
menghindari konsekuensi negatif dari publisitas yang buruk. Contohnya adalah
kasus sebuah perusahaan yang merespon pemberitaan tentang perusahaan tersebut
yang melanggar hak-hak pekerjanya dengan melakukan kegiatan sosial lainnya
untuk meredam pemberitaan tersebut.
3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal
dari visi perusahaan itu
Melakukan program untuk kebutuhan masyarakat atau komunitas sekitar
perusahaan atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu
sendiri. Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak
mengambil suatu keuntungan secara materil tetapi berusaha untuk menanamkan
kesan baik terhadap komunitas atau komunitas berkaitan dengan kegiatan
perusahaan.
Biasanya bentuk keinginan tulus suatu perusahaan dalam kegiatan
tanggung jawab sosialnya adalah berkaitan erat dengan kebudayaan perusahaan
yang berlaku (corporate culture). Kegiatan CSR dari perusahaan yang
bersangkutan didorong oleh kebudayaan yang berlaku di perusahaan, sehingga
secara otomatis dalam kegiatan CSR perusahaan yang bersangkutan sudah tersirat
etika dari perusahaan tersebut.
22
Disini dapat diberikan contoh seperti tindakan perusahaan sepatu dengan
memberikan obat-obatan kepada mereka yang membutuhkan. Kemudian sebuah
perusahaan minuman kopi membayar petani kopi dengan harga yang layak serta
membangun infrastruktur pendidikan dan kesehatan pada komuitas petani-petani
itu. Langkah sebuah perusahaan komputer yang membangun sistem komunikasi
yang unggul, dapat diandalkan, dan terjangkau kepada komunitas yang
digabungkan dengan kontribusi terhadap proyek-proyek masyarakat, atau
proogram dari perusahaan rokok untuk membangun klinik-klinik kesehatan
dipedesaan.
23
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1.
Kemitraan Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo
Investment Cakrawala dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui
Implementasi Program CSR
3. 1. 1. Implementasi Program CSR PT Batamindo Investment Cakrawala
dalam Pemberdayaan Masyarakat
PT. Batamindo Investement Cakrawala merupakan salah satu perusahaan
Penanaman Modal Asing yang berlokasi di Batam, Indonesia bergerak di bidang
penyediaan dan pelayanan kawasan industri secara internasional. PT. Batamindo
Investment Cakrawala adalah pemilik sekaligus pengelola Batamindo Industrial
Park yang merupakan kawasan industri terbesar di pulau Batam. Terletak di
wilayah Muka Kuning dan memiliki areal lahan seluas 500Ha serta dilengkapi
dengan fasilitas pendukung mulai dari fasilitas infrastruktur seperti jalan,
jembatan, penyediaan air bersih, listrik hingga jaringan komunikasi yang
memadai.
Sejak diresmikan pada tanggal 28 Februari 1990, kini PT. Batamindo
Investment Cakrawala telah mampu menghadirkan puluhan perusahaan asing
(seperti Jepang, Eropa, USA, Korea, Taiwan, dan Singapura) beroperasi di
Indonesia. Jenis industri yang ada umumnya adalah komponen ICT, peralatan presisi, pengepakan, farmasi, pencetakan plastik dengan berbagai jenis produk.
Keberadaan industri-industri tersebut telah mampu menyerap lapangan kerja
domestik kurang lebih 200 ribu tenaga kerja.
Dalam kaitan penyaluran dana CSR melalui program-programnya, PT
Batamindo Cakrawala Investment berbeda dari ribuan perusahaan yang terdapat di
Batam yang belum menyalurkan dana CSR-nya ataupun perusahaan yang telah
menyalurkan
dana
CSR-nya
namun
dinilai
oleh
masyarakat
kurang
memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat. PT Batamindo Investment
Cakrawala merupakan perusahaan percontohan di Provinsi Kepulauan Riau untuk
24
bidang penyaluran dana CSR senada dengan yang diungkapkan oleh Asisten
Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Amhar
Ismail.14 Sebagai pembuktian keberhasilan implementasi program CSR PT.
Batamindo terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,
Andi Mapisangka pernah melakukan penelitian dalam jurnalnya yang berjudul
“Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat” menyimpulkan
Variabel-variabel seperti corporate social responsibility goal, corporate social
issue dan corporate relation program pada PT. Batamindo Investment Cakrawala
secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan
hidup masyarakat.15
Sadar akan tugas dan tanggung jawab sosial seperti yang telah
diamanatkan dalam Undang-Undang, PT. Batamindo Investment Cakrawala
secara kontinyu dan terprogram telah menerapkan konsep CSR dalam
implementasi manajemen usahanya. Secara garis besar, strategi pelaksanaan
program CSR PT. Batamindo Investment Cakrawala mencakup beberapa wilayah
yang ada di sekitar perusahaan. Cakupan wilayah ini dibagi ke dalam 3 ring
(zona), yakni sebagai berikut:
Tabel 3.1. Cakupan strategi pelaksanaan program CSR PT. Batamindo Investment
Cakrawala
No
1
Wilayah
Ring I
Cakupan
Daerah-daerah di sekitar perusahaan (Kecamatan Sei
Beduk, Kota Batam)
2
Ring II
Daerah-daerah di luar ring I
3
Ring III
Daerah-daerah di luar ring I dan ring II
14
___, Batamindo Pelopor CSR di Kepri, (2012),
http://www.tanjungpinangpos.co.id/2012/44420/batamindo-pelopor-csr-di-kepri/, diakses pada 26
Oktober 2016 pukul 09.35 WIB
15
Andi Mapisangka, Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat, Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan (Journal of Economics and Development Studies) Vol. 1 No. 1
Maret 2009, hlm 39-47,
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=397559, diakses pada 21
November 2016 pukul 08.48 WIB.
25
Dalam
melaksanakan
program
CSR
PT.
Batamindo
Cakrawala
Investment, Manager Liaison (Corporate Social Responsibility-CSR) and Chief
Security
PT
Batamindo
mengungkapkan bahwasanya:
Investment
Cakrawala,
Andi
Mapisangka
16
“Masyarakat di sekitar perusahaan perlu mendapat apresiasi
dari perusahaan. Apresiasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk
peningkatan kesejahteraan hidup mereka, melalui pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh kegiatan CSR perusahaan”
Hal inilah yang diantaranya mendasari PT. Batamindo Investment
Cakrawala untuk menempatkan CSR sebagai sarana masyarakat dan perusahaan
sebagai kesatuan elemen yang dapat menjaga keberlangsungan perusahaan. Telah
banyak program pemberdayaan masyarakat melalui CSR PT. Batamindo
Cakrawala Investment ke masyarakat.
Program-program CSR PT. Batamindo Cakrawala dilakukan senantiasa
mengedepankan persoalan-persoalan vital yang dihadapi masyarakat dalam
peningkatan kesejahteraannya, seperti bidang agama, ekonomi, pendidikan dan
kesehatan. Berbagai kegiatan tersebut dapat dilaksanakan manakala perusahaan
telah memiliki visi, misi, strategi kebijakan dan program yang jelas dan terarah
dalam pelaksanaannya. Seperti telah diuraiakan, visi CSR PT. Batamindo
Investment Cakrawala adalah mampu mewujukan PT. Batamindo Investment
Cakrawala sebagai perusahaan yang beroperasi secara excellent bertumpu kepada
harmoni antara kepentingan bisnis, peningkatan kualitas sosial serta kelestarian
lingkungan (triple bottom line). Tujuan ini dapat dicapai melalui berbagai
upaya/langkah yang tersaji dalam rumusan misi CSR perusahaan, yakni: dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan entitas sosial-budaya, dapat
meningkatkan kapasitas sosial yang sangat dibutuhkan bagi terbentuknya
kemandirian masyarakat dan mengembangkan sumber daya alam dan lingkungan.
16
___, Andi Mapisangka : Berkarya dengan Kerja Nyata, (2014), http://batamekbiz.com/andimapisangka-berkarya-dengan-kerja-nyata/, diakses pada 30 September 2016 pukul 11. 53 WIB
26
Prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan CSR adalah kepatuhan terhadap
semua
peraturan
dan
persyaratan
(compliance
responsibilities)
bagi
terselenggaranya kegiatan usaha baik persyaratan mutu, perlindungan lingkungan
hidup, ketenagakerjaan, imigrasi dan kepabeanan serta keamanan dan ketertiban
masyarakat atau kamtibmas. Kedua, adalah prinsip pengembangan sosial
kemasyarakatan baik bersifat penyiapan infrastruktur sarana dan prasarana,
maupun dukungan kegiatan dan ke-lembagaan. Ketiga adalah keberlanjutan dari
setiap program baik sosial maupun ekonomi (sustainable empowerment) sehingga
tumbuh modal sosial yang kuat menuju masyarakat mandiri.
Model pelaksanaan program CSR PT. Batamindo Cakrawala Investment
adalah Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada masyarakat tentang
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini Senada dengan yang
disampaikan oleh Andi Mapisangka yakni:17
“Pelaksanaan CSR tidak hanya melindungi perusahaan dari risiko
tuntutan hukum, namun juga menjaga perusahaan dari kehilangan
partner bisnis, dan turunnya citra perusahaan,”
Dalam pemberdayaan masyarakat, imlementasi program CSR yang
dilaksanakan PT. Batamindo Investment Cakrawala adalah Program Siap Mandiri.
Program ini merupakan program tahunan CSR PT. Batamindo Investment
Cakrawala sejak tahun 2011 yang dilaksanakan bertepatan pada bulan ramadhan
diberbagai kecamatan di Kota Batam. Tujuan dari program ini disampaikan oleh
General Manager PT. Batamindo Investment Cakrawala, John Sulistiawan adalah
untuk bisa membantu masyarakat dalam menciptakan peluang usaha serta
membekalkan keterampilan kepada masyarakat sebelum memasuki dunia kerja.18
Dari tujuan tersebut sehingga adapun sasaran dari program ini adalah terwujudnya
masyarakat miskin atau kurang mampu di Kota Batam agar lebih siap dan
terampil dalam menghadapi kehidupan. Adapun pelaksanaan program Siap
Mandiri pada tahun 2011 dan tahun 2012 digambarkan dalam tabel berikut.
17
Ibid
___, CSR PT BIC Bagi-Bagi Sembako, (2012), http://your-csr.csr.id/2012/08/csr-pt-bic-bagibagi-sembako, diakses pada 13 Desember 2016 pukul 22.00
18
27
Tabel 3.2. Program Siap Mandiri Tahun 2011 dan Tahun 2012
Tahun
Lokasi
2011
Kecamatan Sagulung, Kecamatan Batuaji, Kecamatan Sekupang,
Kecamatan Batam Kota, dan Kecamatan Sei Beduk
2012
Kecamatan Sei Beduk
Pada tabel diatas, melirik pelaksanaan dari program Siap Mandiri yang
dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2011, program ini saat itu dilaksanakan
serentak di lima kecamatan.19 Adapun kegiatan yang terbagi di Kecamatan
Sagulung (Masjid Al Ukhuwah), Batuaji (Masjid At Taubah), Sekupang (Masjid
Darun Nizam), Batam Kota (Masjid Nurul Yaqin) dan Kecamatan Sei Beduk
(Masjid Nurul Islam) ini memberikan edukasi dan kompetensi khusus kepada
peserta program Siap Mandiri yang berjumlah sekitar 500 orang. Lalu melirik
pada program Siap Mandiri yang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2012,
program ini dilaksanakan di Perum GMP, Pancur Biru, dan Kavling Duriangkang
yang ketiga perumahan ini merupakan daerah Kecamatan Sei Beduk.20 Pada
program tahun tersebut ada penambahan materi pelatihan tanggap darurat dan
teknologi tepat guna Bio-pori yang dikemas dengan nama "Siap Mandiri
Angkatan ke-2" kepada masyarakat serta mengikutsertakan Karang Taruna.
Mengacu pada pendapat Bambang Rudito dan Melia Famiola (2013) yang
menjelaskan kegiatan program yang dilakukan oleh perusahaan dalam konteks
tanggung jawab sosialnya dapat dikategorisasi dalam tiga bentuk yakni public
relationship, strategi defensif, dan keinginan tulus untuk melakukan kegiatan
yang baik yang benar-benar berasal dari visi perusahaan itu.21 Maka bentuk
pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh PT. Batamindo Investment
Cakrawala adalah public relationship. Dalam bentuk ini perusahaan melakukan
19
___, Batamindo Gelar Program Siap Mandiri, (2011),
http://www.haluankepri.com/batam/15965-batamindo-gelar-program-siap-mandiri.html, diakses
pada 13 Desember 2016 pukul 22.00 WIB
20
___, CSR PT BIC Bagi-Bagi Sembako, Loc. Cit
21
Bambang Rudito dan Melia Famiola, Loc. Cit.
28
usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada masyarakat tentang kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan.
3. 1. 2. Kemitraan Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo
Investment Cakrawala
Keberhasilan
PT.
Batamindo
Investment
Cakrawala
dalam
mengimplementasikan program CSR-nya dalam memberdayakan masyarakat
menjadi bentuk nyata keberhasilan kemitraan yang terjadi antara Pemerintah Kota
Batam dan PT. Batamindo Investment Cakrawala. Pemerintah Kota Batam
melalui kemitraannya dengan PT Batamindo Cakrawala Investment telah berhasil
menciptakan iklim investasi dalam dunia usaha yang lebih beretika dan
memperhatikan nilai-nilai moral serta kepastian hukum, membangun rasa keadilan
sosial, dan sebagai pedoman bagi perusahaan untuk menjalankan aktifitasnya
mencari keuntungan sekaligus memberi kontribusi pada peningkatan kualitas
hidup masyarakat di wilayah Kota Batam.
Kemampuan pemerintah Kota Batam yang masih dibatasi oleh
keterbatasan anggaran daerah untuk pembangunan secara menyeluruh. Di sinilah
muncul peran CSR perusahaan, khususnya PT. Batamindo Investment Cakrawala,
untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial di luar kegiatan pokok perusahaan, agar
kepentingan masyarakat luas dapat terpenuhi semaksimal mungkin, sehingga
kesejahteraan hidup mereka dapat mengalami kenaikan. Salah satu elemen
penting dalam kesejahteraan hidup tersebut adalah adanya kegiatan pemberdayaan
masyarakat oleh perusahaan.
Selaras dengan konsep tujuan terjadinya suatu kemitraan adalah untuk
mencapai hasil yang lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antar pihak
yang bermitra. Dengan demikian kemitraan hendaknya memberikan keuntungan
kepada pihak-pihak yang bermitra, dan bukan sebaliknya ada suatu pihak yang
dirugikan atau merugikan. Hal ini pada kemitraan antara Pemerintah Kota Batam
dengan PT. Batamindo Cakrawala Investment telah ditunjukkan dengan manfaat
yang diperoleh kedua lembaga ini, dimana Pemerintah Kota Batam dan PT.
Batamindo Cakrawala Investment yang sama-sama berhasil menjadi aktor
29
kesejahteraan masyarakat melalui adanya program kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan akan berimbas pada dukungan masyarakat pada kedua lembaga
ini dalam menjalankan terus aktivitasnya secara langgeng di Kota Batam.
Menganalisis model kemitraan antara Pemerintah Kota Batam dengan PT.
Batamindo Investment Cakrawala dalam pemberdayaan masyarakat melalui
pelaksanaan program CSR dapat dilakukan dengan unit analisis menurut modelmodel kemitraan Ambar Teguh Sulistiyani yang membagi atas tiga model yakni
kemitraan semu, kemitraan mutualistik, dan kemitraan konjugasi.22 Dari modelmodel kemitraan tersebut maka dapat disimpulkan bahwasanya kemitraan antara
Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo Cakrawala Investment merupakan
Kemitraan mutualistik. Hal ini ditunjukkan dengan persekutuan antara Pemerintah
Kota Batam yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan kemitraan,
yaitu untuk saling memberikan manfaat dan mendapatkan manfaat lebih, sehingga
akan dapat mencapai tujuan secara lebih optimal. Berangkat dari pemahaman akan
nilai pentingnya melakukan kemitraan, dua agen/organisasi atau lebih yang
memiliki status sama atau berbeda, melakukan kerjasama. Manfaat saling silang
antara pihak-pihak yang bekerjasama dapat diperoleh, sehingga memudahkan
masing-masing dalam mewujudkan visinya terutama dalam hal pembangunan
melalui pemberdayaan masyarakat.
Dari penjelasan-penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut
digambarkan dalam sebuah tabel.
22
Ambar Teguh Sulistiyani, Loc. Cit.
30
Tabel 3. 3. Kemitraan antara Pemerintah Kota Batam dan PT. Batamindo
Investment Cakrawala dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui pelaksanaan
Program Corporate Social Responsibility
Pemerintah Kota Batam
PT. Batamindo Investment Cakrawala
Visi Pembangunan Kota Batam
Visi CSR PT. Batamindo Investment
(dalam RPJMD Tahun 2011–2016):
Cakrawala:
“Terwujudnya Kota Batam sebagai
“Mampu Mewujukan PT. Batamindo
Bandar Dunia Madani yang Modern
Investment Cakrawala sebagai
dan Menjadi Andalan Pusat
Perusahaan yang Beroperasi secara
Pertumbuhan Perekonomian Nasional”
Excellent Bertumpu kepada Harmoni
antara Kepentingan Bisnis,
Peningkatan Kualitas Sosial serta
Kelestarian Lingkungan (Triple
Bottom Line)”
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor
Program Siap Mandiri:
2 Tahun 2012 Tentang
Tanggungjawab Sosial Perusahaan:
“Pengelola iklim usaha di Kota Batam
guna berkontribusi didalam
pemberdayaan masyarakat”
“Untuk bisa membantu masyarakat
dalam menciptakan peluang usaha
serta membekalkan keterampilan
kepada masyarakat sebelum memasuki
dunia kerja”
3. 2.
Elemen-Elemen Pendukung Keberhasilan Kemitraan Pemerintah
Kota Batam dengan PT. Batamindo Investment Cakrawala dalam
Pemberdayaan Masyarakat melalui Implementasi Program CSR
Dalam rangka mengupayakan sebuah kemitraan yang sinergis, De Waal,
dkk (2013) memapaparkan sejumlah elemen penting yang bisa mendukung
31
berlangsungnya proses kemitraan yang baik.23 Elemen-elemen tersebut antara lain
sumber daya, karakteristik partner, relasi antara patner, karakteristik kemitraan,
dan lingkungan sekitar. Mengacu pada pandangan De Waal, dkk tersebut, maka
adapun yang menjadi faktor pendukung kemitraan yang berhasilnya kemitraan
antara Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo Investment Cakrawala
dalam pemberdayaan masyarakat melalui implementasi program CSR adalah
sebagai berikut
1. Sumber Daya
Pembiayaan pelaksanaan program CSR Perusahaan dialokasikan dari
keuntungan perusahaan berupa uang, barang dan/atau bentuk kontribusi lainnya.
Dalam kaitan ini PT. Batamindo Cakrawala Investment menyalurkan dana CSRnya melalui salah satunya dalam bentuk program pemberdayaan masyarakat yakni
“program Siap Mandiri”
2. Karakteristik Partner
Pada kemitraan antara Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo
Investment Cakrawala dalam pemberdayaan masyarakat melalui implementasi
program CSR. Pemerintah Kota Batam yang pada dasarnya memiliki fungsi
pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu karakternya didukung oleh
partnernya PT. Batamindo Cakrawala Investment dengan adanya penanaman nilai
dari PT. Batamindo Cakrawala Investment yang menanamkan nilai pelaksanaan
CSR tidak hanya melindungi perusahaan dari risiko tuntutan hukum, namun
menjaga perusahaan dari kehilangan partner bisnis, dan turunnya citra perusahaan
yakni masyarakat Batam. Masyarakat Batam perlu mendapat apresiasi dari
perusahaan. Apresiasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan
kesejahteraan hidup mereka, melalui pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh kegiatan CSR perusahaan.
23
Ahmad Al Jumadi, Loc. Cit.
32
3. Relasi antara partner
Relasi antara Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo Investment
Cakrawala terjalin dengan baik dan belum pernah terjadi konflik yang
menyebabkan ada pihak yang merasa tidak dihargai keberadaannya.
4. Karakteristik Kemitraan
Pembagian peran dalam kemitraan sudah jelas, dimana Pemerintah Kota
Batam berperan sebagai pengelola iklim usaha di Kota Batam guna berkontribusi
didalam pemberdayaan masyarakat, sedangkan PT. Batamindo Cakrawala
Investment berperan sebagai aktor dalam iklim usaha tersebut yang berkontribusi
didalam pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program CSR-nya.
5. Lingkungan eksternal
Pada kemitraan antara Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo
Investment Cakrawala dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan
program CSR-nya selain didukung oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal juga didukung khususnya dengan kebijakan tingkat
daerah yang mengatur lebih rinci mengenai pelaksanaan program CSR yakni
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab
Sosial Perusahaan. Peraturan Daerah ini menjadi sebuah kebijakan untuk
mengelola iklim usaha tersebut guna berkontribusi didalam pengembangan
masyarakat melalui pemberdayaan. Melalui bentuk Peraturan Daerah ini
Pemerintahan Kota Batam mengatur tanggungjawab sosial perusahaan secara
lebih tegas dan rinci. Suasana kebatinan yang mendasari pembuatan Peraturan
Daerah adalah semangat untuk menciptakan iklim investasi dalam dunia usaha
yang lebih beretika dan memperhatikan nilai-nilai moral. Sedangkan secara
praktis, Peraturan Daerah tersebut dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum,
membangun rasa keadilan sosial, dan sebagai pedoman bagi perusahaan untuk
menjalankan aktifitasnya mencari keuntungan sekaligus memberi kontribusi pada
peningkatan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kota Batam.
33
BAB IV
PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan dari makalah ini:
1. Pembangunan nasional pada dasarnya tidak hanya tanggung jawab
pemerintah untuk melaksanakannya, tetapi juga anggota masyarakat dan
juga pihak swasta yang berwujud perusahaan untuk terlibat langsung
dalam usaha pemberdayaan masyarakat.
2. Batam merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki tingkat
pembangunan diberbagai sektor khususnya iklim usaha. Sebuah kebijakan
untuk mengelola iklim usaha tersebut guna berkontribusi salah satunya
dalam pemberdayaan masyarakat diundangkan dalam Peraturan Daerah
Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab Sosial
Perusahaan.
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, dan
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Tanggungjawab Sosial Perusahaan belum mampu menimbulkan iklim
dengan mayoritas perusahaan yang bersatupadu melakukan pelaksanaan
program Corporate Social Responsibility guna pemberdayaan masyarakat
di Kota Batam.
4. Berbeda dengan mayoritas perusahaan, PT Batamindo Investment
Cakrawala menjadi perusahaan percontohan di Provinsi Kepulauan Riau
untuk bidang penyaluran dana CSR. PT. Batamindo. Hal ini menunjukkan
suatu kemitraan yang berhasil antara Pemerintah Kota Batam dengan PT.
Batamindo Cakrawala Investment.
5. Model kemitraan antara Pemerintah Kota Batam dengan PT. Batamindo
Cakrawala
Investment
dalam
pemberdayaan
masyarakat
melalui
pelaksanaan program CSR merupakan Kemitraan mutualistik. Hal ini
ditunjukkan dengan persekutuan kedua pihak yang sama-sama menyadari
34
aspek pentingnya melakukan kemitraan, yaitu untuk saling memberikan
manfaat dan mendapatkan manfaat lebih, sehingga akan dapat mencapai
tujuan secara lebih optimal.
6. Bentuk pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh PT. Batamindo
Investment Cakrawala adalah public relationship. Dalam bentuk ini
perusahaan melakukan usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada
masyarakat tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
7. Terdapat 5 elemen pendukung berhasilnya kemitraan antara Pemerintah
Kota Batam dengan PT. Batamindo Investment Cakrawala dalam
pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program CSR yakni
sumber daya, karakteristik patner, relasi antara patner, karakteristik
kemitraan, dan lingkungan sekitar.
4. 2. Saran
1. Perusahaan-perusahaan yang belum menyalurkan dana CSR-nya melalui
pelaksanaan program-program yang berguna untuk pemberdayaan
masyarakat perlu memperhatikan khusus elemen-elemen penting yang
mempengaruhi keberhasilan suatu kemitraan.
2. Perusahaan-perusahaan yang belum melaksanakan program-program CSRnya untuk dapat membuka diri bahwasanya melaksanakan program CSR
merupakan bentuk yang tidak merugikan bahkan justru menguntungkan
karena citra perusahaan yang akan meningkat dari hal tersebut nantinya.
3. Pemerintah Kota Batam perlu memberikan suatu stimulan khusus terhadap
perusahaan-perusahaan yang belum melaksanakan program CSR-nya
supaya memiliki orientasi nilai akan pentingnya melaksanakan program
CSR tersebut untuk kebaikan masyarakat serta perusahaan itu sendiri.
4. PT. Batmindo Investment Cakrawala sebagai perusahaan percontohan di
Provinsi Kepulauan Riau untuk bidang penyaluran dana Corporate Social
Responsibility diharapkan tidak hanya menjadi sebuah simbol semata
melainkan sebagai aktor utama swasta dalam medorong perusahaanperusahaan yang belum menyalurkan dana CSR-nya untuk dapat segera
melakukannya
35
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2015. Pemberdayaan Masyarakat
dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility) (Tanggung
Jawab Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta
Rudito, Bambang dan Melia Famiola. 2013. CSR (Corporate Social
Responsibility). Bandung: Alfabeta
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan,
Yogyakarta: Gava Media
Zulkarnain. 2010. Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Yogyakarta: Group
Penerbit & Percetakan Ardana Media
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab
Sosial Perusahaan
Jurnal:
Suhadi, Antonius, AR. Febrian, dan Sri Turatmiyah. 2014. Model Corporate
Social Responsibility (CSR) Perusahaan Tambang Batubara di Kabupaten
Lahat terhadap Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal.
Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No.1 Januari 2014. Hlm. 72-82.
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=260826.
Diakses pada 26 Oktober 2016 pukul 11.04 WIB
36
Rahmatullah. 2011. CSR dan Kepentingan Pemerintah Daerah. E-Journal of
Laboratorium Administrasi Negara (e-JLAN) Vol 1, No 1 (2011): Edisi
Khusus Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011. Hlm. 197-202.
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&articl
e=48999. Diakses pada 13 Oktober 2016 pukul 23.19 WIB.
Fidaus, M. Azis. 2011. Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan
Sumber Daya Manusia Melalui Implementasi CSR. E-Journal of
Laboratorium Administrasi Negara (e-JLAN) Vol 1, No 1 (2011): Edisi
Khusus Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011. Hlm. 29-34.
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&articl
e=48973. Diakses pada 13 Oktober 2016 pukul 23.19 WIB
Jumiati, Ipah Ema. 2013. Sinergisitas Pemerintah, Dunia Usaha dan Masyarakat
Sipil (Civil Society) melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Cilegon. Jurnal Administrasi
Publik (JAP) Vol. 4 No.1 (2013). Hlm. 58-95.
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=180474.
Diakses pada 13 Oktober 2016 pukul 23.30 WIB
Hafidhah dan Mohammad Herli. 2013. Pengaruh Budaya Paternalistik dan
Regulasi Pemerintah terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Akuntansi Sosial Perusahaan. Performance Vol.3 No.1 (2013). Hlm. 5162.
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=298471.
Diakses pada 9 November 2016 pukul 11.43 WIB.
Mapisangka, Andi. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup
Masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan (Journal of
Economics and Development Studies) Vol. 1 No. 1 Maret 2009. Hlm. 3947.
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=397559.
Diakses pada 21 November 2016 pukul 08.48 WIB.
37
Skripsi:
Ahmad Al Jumadi. 2016. Skripsi Sarjana: Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi
dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun
Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/60609/3/Chapter%20II.pdf
. Diakses pada 14 Desember 2016 pukul 22.35 WIB
Internet:
___. 2012. Batamindo Pelopor CSR di Kepri.
http://www.tanjungpinangpos.co.id/2012/44420/batamindo-pelopor-csr-dikepri/. Diakses pada 26 Oktober 2016 pukul 09.35 WIB
___. 2014. Andi Mapisangka : Berkarya dengan Kerja Nyata.
http://batamekbiz.com/andi-mapisangka-berkarya-dengan-kerja-nyata/.
Diakses pada 30 September 2016 pukul 11. 53 WIB
___. 2012. CSR PT BIC Bagi-Bagi Sembako. http://your-csr.csr.id/2012/08/csr-ptbic-bagi-bagi-sembako. Diakses pada 13 Desember 2016 pukul 22.00
___. 2011. Batamindo Gelar Program Siap Mandiri.
http://www.haluankepri.com/batam/15965-batamindo-gelar-program-siapmandiri.html. Diakses pada 13 Desember 2016 pukul 22.00 WIB
___. 2015. Warga Tanjung Uncang Keluhkan Masalah CSR ke Aleg PKS.
http://kepri.pks.id/2015/12/warga-tanjung-uncang-keluhkan-masalah.html.
Diakses pada tanggal 28 November 2016 pukul 23.34 WIB
___. 2016. Empat Tahun Dana CSR TidakJjelas, PT.Tekno 2 dan Warga Sekitar
Perusahaan Di Pertemukan. http://www.dinamikakepri.com/2016/05/4tahun-dana-csr-tidak-jelas-pttekno-2.html. Diakses pada 28 November
2016 Pukul 23.10 WIB.
38
http://petabatam.com/informasi-batam/batamindo-investment-cakrawala. Diakses
pada 30 September 2016 pukul 11. 52 WIB
39
Download