Uploaded by devinasrirahayu12

Hubungan denga manajemen keuangan perusahaan

advertisement
Hubungan denga manajemen keuangan perusahaan
 Siklus akuntansi ialah suatu proses dalam membentuk sebuah laporan financial (keuangan)
perusahaan yang bisa diterima dan dipertanggungjawabkan.
Pengertian siklus akuntansi ini sebenarnya masih umum. Untuk mengenal lebih lanjut tentang
pengertian siklus akuntansi, kita dapat menguraikannya berdasarkan penyusunan katanya.
Akuntasi adalah sebuah pencatatan, pelaporan dan analisa data keuangan di dalam suatu
perusahaan. Jadi kita dapat dengan mudah menarik kesimpulan tentang pengertian dari siklus
akuntansi itu.
Mengenai mengapa adanya penambahan kata siklus ini sebab alur kerja yang terbentuk ialah suatu
lingkaran (circle). Mulai dari terjadinya proses transaksi, pencatatan transaksi di buku jurnal,
sampai penyusunan laporan keuangan.
Serta kegiatan itu berulang secara periodik. Di dalam periode tertentu, biasanya proses itu akan
kembali ke awal. Kemudian alur perputaran tersebut disebut dengan siklus akuntansi.
Dan rutinitas yang harus dilakukan oleh seorang akuntan ialah mengerjakan pembukuan dengan
berpedoman di siklus akuntasi.
Pengerjaan pencatatan laporan keuangan umumnya ialah berpedoman pada siklus akuntansi itu.
Berperan sangat penting di dalam controlling neraca keuangan sebuah perusahaan. Sehingga
pemilik perusahaan nantinya dapat menganalisa sehat atau tidaknya kondisi keuangan suatu
perusahaan.
Tahapan Siklus Akuntansi Beserta Contohnya
Tahapan-tahapan atau proses beserta contoh di dalam siklus akuntansi ialah sebagai berikut :
1. Identifikasi Transaksi
Langkah pertama di dalam suatu siklus akuntansi ialah mengidentifikasi transaksi. Akuntan harus
dapat mengidentifikasi transaksi sehingga bisa dicatat dengan baik.
Tidak semua transaksi bisa dicatat, transaksi yang bisa dicatat yaitu transaksi yang berdampak
pada perubahan posisi keuangan suatu perusahaan dan bisa dinilai ke dalam unit moneter secara
objektif.
Selain itu, transaksi yang akan dicatat harus memiliki bukti, bila tidak ada bukti jadi transaksi
tidak bisa dicatat dan dilaporkan ke dalam suatu laporan keuangan.
Bukti transaksi biasanya berupa kuitansi, nota, faktur, bukti kas keluar, memo penghapusan
piutang dan lain-lain. Bukti tersebut tentu harus sah dan dapat diverifikasikan.
Dokumen transaksi atau bukti transaksi atau biasa dikatakan sebagai bukti akuntansi ialah
dokumen-dokumen dasar transaksi (baik yang dibuat sendiri ataupun yang berasal dari pihak luar)
yang dipergunakan sebagai sumber pencatatan atau penyusunan suatu laporan keuangan oleh suatu
unit usaha.
Bentuk bukti transaksi keuangan juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
Bukti transaksi intern ialah suatu bukti transaksi yang berasal dan dilaksakan di dalam
lingkungan perusahaan itu sendiri. Misalnya ialah bukti memorial antar bagian/divisi dalam suatu
perusahan tersebut.
Bukti transaksi ekstern yakni sebuah bukti transaksi yang dapat melibatkan pihak luar suatu
perusahaan. Misalnya ialah kuitansi nota kontan, faktur nota kredit nota debet, cek, bilyet giro.
2. Analisis Transaksi
Setelah mengidentifikasi transaksi, akuntan harus bisa menentukan pengaruhnya terhadap posisi
keuangan tersebut.
Untuk lebih mudah, Anda bisa menggunakan persamaan matematis sebagai berikut :
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas.
Suatu sistem pencatatan ialah double-entry system, yakni setiap transaksi yang dicatat akan
berefek pada suatu posisi keuangan didebit dan dikredit dalam jumlah yang sangat sama. Sampai
setiap transaksi tersebut mempengaruhi sekurang-kurangnya dua rekening pembukuan.
Contoh Analisis Transaksi adalah sebagai berikut :
♠ Diinvestasikan uang tunai Rp1.600.000,00 dan perlengkapan Rp500.000,00 dan peralatan
Rp850.000,00
Analisa
Kas (Harta) bertambah Rp1.600.000,00
Perlengkapan (Harta) bertambah Rp500.000,00
Peralatan (Harta) bertambah Rp850.000,00
Modal bertambah Rp2.950.000,00
Penjelasan
Kas, perlengkapan, peralatan, dan modal akan bertambah sebab adanya investasi sejumlah
masing-masing nominal.
Modal bertambah sejumlah Rp2.950.000,00 sebab adanya investasi yang berupa Uang tunai
(Rp1.600.000,00), Perlengkapan (Rp500.000,00) dan Peralatan (Rp850.000,00)
3. Pencatatan Transaksi Kedalam Jurnal
Setelah informasi transaksi dianalisis, selanjutnya dicatat secara beruntut di buku jurnal. Jurnal
merupakan suatu catatan kronologis tentang transaksi-transaksi yang akan terjadi dalam suatu
periode akuntansi. Proses pencatatan transaksi kedalam jurnal disebut juga penjurnalan
(journalizing).
Ada terdapat dua macam jenis Jurnal ialah sebagai berikut :
1. Jurnal Umum
Jurnal umum yang lebih diketahui dengan istilah jurnal saja. Biasanya pencatatan suatu transaksi
yang dimasukan kedalam satu rekening yang didebit dan satu rekening dikredit.
Contoh :
2. Jurnal Khusus
Jurnal khusus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pencatatan terhadap suatu transaksi yang
berulang. Misalnya saja seperti jurnal penjualan, jurnal pembelian, jurnal penerimaan kas, dan
sebagainya.
Contoh :
4. Posting Buku Besar
Langkah selanjutnya ialah mem-posting transaksi yang telah dicatat di dalam jurnal ke dalam buku
besar. Buku besar merupakan suatu kumpulan rekening pembukuan yang masing-masing telah
digunakan untuk mencatat suatu informasi tentang aktiva tertentu.
Pada hakekatnya, suatu perusahaan memiliki daftar susunan rekening buku besar yang dinamakan
chart of accounts. Dari masing-masing rekening tersebut biasanya diberi nomor kode, karena akan
memudahkan dalam mengidentifikasi dan membuat cross-reference dengan pencatatan transaksi
di dalam jurnal tersebut.
Contoh Posting Buku Besar adalah sebagai berikut :
5. Penyusunan Neraca Saldo
Neraca saldo merupakan suatu daftar saldo rekening buku besar pada periode tertentu saja. Cara
menyusun neraca saldo ialah sangat mudah, Anda hanya harus memindahkan saldo yang ada di
buku besar ke dalam neraca saldo untuk disatukan menjadi satu.
Saldo di neraca saldo harus sama jumlahnya.Bila jumlah saldo debit tidak sama dengan jumlah
yang ada di dalam kredit jadi bisa dikatakan bahwa neraca saldo tidak seimbang atau tidak sama,
dan masih ada kesalahan. Bila demikian, maka seorang akuntan harus mencari kesalahan yang
terjadi sebelum laporan disusun.
Contoh nya adalah sebagai berikut :
6. Penyusunan Jurnal Penyesuaian
Bila pada akhir periode akuntansi tersebut, terdapat transaksi yang belum dicatat, atau ada satupun
transaksi yang salah, atau perlu disesuaikan maka dari itu dicatat dalam jurnal penyesuaian nya.
Penyesuaian dikerjakan secara periodik, biasanya waktu laporan akan disusun. Pencatatan
penyesuaian sama dengan pencatatan transaksi pada umumnya. Transaksi penyesuaian dicatat
dalam jurnal penyesuaian dan selanjutnya dibukukan ke dalam buku besarnya.
Kemudian itu saldo yang ada di buku besar siap disajikan ke dalam laporan keuangan tersebut.
Dengan demikian, hasil akhir proses akuntansi ialah suatu laporan keuangan yang disusun secara
akrual basis.
Contoh dari penyusunan jurnal penyesuaian yaitu sebagai berikut :
7. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Pada tahapan ini, Anda harus menyusun neraca saldo kedua dengan cara memindahkan saldo yang
telah disesuaikan di dalam buku besar ke dalam neraca saldo yang baru.
Saldo pada akun-akun buku besar tersebut dikelompokan ke dalam kelompok aktiva atau pasiva.
Saldo di antara kelompok aktiva dan pasiva pada neraca saldo tersebut juga harus seimbang. Tetapi,
ingat bahwa saldo yang seimbang belum tentu juga benar tetapi saldo yang benar pasti akan
seimbang.
Contoh nya adalah sebagai berikut :
8. Penyusunan Laporan Keuangan
Dari informasi di neraca saldo setelah penyesuaian, tahap selanjutnya yakni menyusun suatu
laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut yang disusun sebagai berikut :
Laporan laba rugi digunakan untuk menguraikan kinerja suatu perusahaan.
Laporan perubahan modal digunakan untuk memeriksa perubahan pada modal yang telah terjadi.
Neraca juga dapat digunakan memperhitungkan likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas.
Laporan arus kas juga digunakan untuk memberikan suatu informasi yang relevan mengenai kas
keluar dan kas masuk pada periode berjalan.
9. Penyusunan Jurnal Penutup
Setelah membuat suatu laporan keuangan, seorang akuntan harus dapat membuat jurnal penutup.
Jurnal penutup hanya bisa dibuat pada akhir periode akuntansi saja.
Rekening yang ditutup yaitu rekening nominal atau rekening laba-rugi nya saja. Caranya ialah
dengan membuat nihil rekening yang terkait. Suatu rekening nominal harus bisa ditutup sebab
rekening tersebut digunakan untuk mengukur kegiatan atau aliran pada sumber yang telah terjadi
pada periode berjalan.
Di akhir periode akuntansi, suatu rekening nominal sudah selesai menjalankan fungsinya sehingga
harus dapat ditutup. Kemudian, di periode selanjutnya bisa digunakan kembali untuk mengukur
kegiatan yang baru dan mulai terjadi.
Berikut adalah contoh dari penyusunan jurnal penutup :
10. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan (Opsional)
Pada langkah yang ini, seorang akuntan harus menyusun neraca saldo setelah penutupan. Neraca
saldo ini ialah daftar saldo suatu rekening buku besar setelah dibuatnya jurnal penutup. Oleh sebab
itu neraca saldo ini hanya bisa memuat saldo rekening permanen nya saja.
Tujuan pembuatan neraca saldo setelah penutupan ialah untuk mendapatkan keyakinan bahwa
saldo yang seimbang sudah benar dan akurat. Sehingga penyusunan neraca saldo tersebut tidak
hanya bersifat opsional saja.
11. Penyusunan Jurnal Pembalik (Opsional)
Tujuan jurnal pembalik ialah menyederhanakan prosedur pencatatan transaksi tertentu yang terjadi
secara repetitif di periode berikutnya. Sebab tujuannya hanya untuk menyederhanakan oelh karena
itu tahap terakhir ini juga bersifat opsional.
Jurnal pembalik biasanya dapat dibuat di awal periode berikutnya. Caranya adalah dengan
membuat jurnal pembalik nya dari jurnal penyesuaian yang telah dibuat. Dengan demikian
membalikan akun yang telah dibuat pada jurnal penyesuaian dari yang awalnya debit menjadi
kredit dan dari yang awalnya kredit menjadi debit.
Ini adalah contoh dari penyusunan jurnal pembalik :
Dengan penerapan siklus atau proses akuntansi ini yang benar, maka kegiatan usaha yang akan
dapat dilakukan dengan efektif.
Selain itujuga pengambilan keputusan bisa dilaksanakan dengan lebih tepat dan cepat karena
berdasarkan dari suatu informasi keuangan yang riil sehingga pengembangan usaha lebih cepat
untuk dikerjakan.
Download