Uploaded by User80349

kel-10

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Perusahaan seperti Hon Hai Precision (Taiwan), Tata Steel (India), dan Royal Dutch
Shell (Inggris dan Belanda) menggunakan aset yang bersifat tahan lama, yaitu aset tetap.
Beberapa aset disebut property, plant, and equipment. Istilah lain yang umum digunakan
adalah aset tetap.
Property, plant, and equipment didefinisikan sebagai aset berwujud yang dimiliki
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk sewa kepada
orang lain, atau untuk tujuan administrasi. Itu diharapkan untuk digunakan selama lebih
dari satu periode.
Property, plant, and equipment itu meliputi tanah, struktur bangunan (kantor, pabrik,
gudang), dan peralatan (mesin, furniture, peralatan). Karakteristik utama dari property,
plant, and equipment adalah sebagai berikut.
1. Mereka diperoleh untuk penggunaan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali.
Hanya aset yang digunakan dalam operasi bisnis normal yang diklasifikasikan sebagai
property, plant, and equipment. Sebagai contoh, sebuah bangunan yang sedang tidak
digunakan lebih tepat diklasifikasikan terpisah sebagai investasi. Sebagai tambahan,
property, plant, and equipment yang dimiliki untuk digunakan atau diberikan
diklasifikasikan terpisah dan dilaporkan dalam laporan posisi keuangan. Pengembang
lahan atau minority mengklasifikasikan tanah sebagai persediaan.
2. Mereka secara alami bersifat jangka panjang dan biasanya disusutkan. Property, plant,
and equipment menghasilkan jasa selama beberapa tahun. Perusahaan mengalokasikan
biaya investasi dalam aset ini ke periode masa depan melalui beban penyusutan periodik.
Terkecuali tanah, dimana hanya disusutkan jika penurunan nilai material terjadi, seperti
kerugian pada kesuburan lahan pertanian karena rotasi panen yang buruk, kekeringan,
atau longsor.
3. Mereka memiliki substansi fisik. Property, plant, and equipment adalah aset berwujud
yang ditandai oleh keberadaan fisik atau substansi. Hal ini membedakan mereka dari asset
tak berwujud, seperti paten atau goodwill. Tidak seperti bahan baku, bagaimanapun juga
1|Page
property, plant, and equipment tidak secara fisik menjadi bagian dari produk yang
dimiliki untuk dijual kembali.
1.2
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan dikaji
dalam makalah ini sebagai berikut:
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Deskripsikan property, plant, & equipment.
2.
Biaya apa saja yang masuk dalam penilaian property, plant, & equipment?
3.
Masalah apa saja akuntansi yang berhubungan dengan aset yang dibangun
sendiri dan yang terkait dengan kapitalisasi bunga?
1.3
4.
Apa saja isu-isu akuntansi terkait dengan mendapatkan dan menilai bangunan?
5.
Bagaimana perlakuan akuntansi untuk biaya setelah akuisisi?
6.
Bagaimana perlakuan akuntansi untuk penghapusan PPE?
TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas, peranan etika bagi mahasiswa diharapkan dapat
mewujudkan dan menumbuhkan etika dan tingkah laku yang positif. Namun secara umum
karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk:
1.
Memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I.
2.
Diharapkan mahasiswa mengetahui, dan dapat memahami akuisisi dan
disposisi pada properti, bangunan, dan peralatan.
1.4
TEKNIK PENULISAN
Metode yang digunakan pemakalah dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan
teknik pengumpulan data dengan menggunakan referensi dan buku-buku dan internet sebagai
landasan teoritis mengenai masalah yang akan diselesaikan.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
AKUISISI DAN DISPOSISI PROPERTI, BANGUNAN, DAN
PERALATAN (ACQUISITION AND DISPOSITION OF PROPERTY,
PLANT, AND EQUIPMENT)
2.1 Acquisition of Property, Plant, and Equipment
Menurut buku Intermediate Accounting - Kieso, Weygandt, dan Warfield hal 469-494:
Kebanyakan perusahaan menggunakan nilai historis sebagai basis untuk penghitungan
property, plant, and equipment. Nilai historis mengukur kas atau nilai setara kas dari harga
perolehan aset tersebut dan membawanya ke lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk
digunakan.
Perusahaan mengakui property, plant, and equipment ketika biaya dari aset dapat
diukur secara nyata dan besar kemungkinan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat
ekonomi masa depan. Sebagai contoh, ketika Starbucks (Amerika) membeli mesin pembuat
kopi untuk operasinya, biaya ini dilaporkan sebagai aset karena itu dapat diukur secara nyata
dan manfaat masa mendatang. Namun, ketika Starbucks melakukan perbaikan biasa pada
mesin pembuat kopinya, Starbucks membebankan biaya ini karena periode utama dari
manfaat hanya pada periode berjalan.
Biasanya perusahaan-perusahaan melaporkan biaya-biaya berikut sebagai bagian dari
property, plant, and equipment:
 Harga pembelian, termasuk bea impor, pajak pembelian tidak dapat dikembalikan,
dikurangi potongan penjualan dan rabat. Sebagai contoh british airways (GBR)
Menunjukkan bahwa pesawat dinyatakan sebesar nilai wajar pertimbangan yang
diberikan setelah dikurangi kredit manufaktur.
 Biaya terkait untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diperlukan
untuk digunakan dalam cara yang dimaksudkan oleh perusahaan. Misalnya, ketika
Skanska AB (SWE) membeli mesin berat dari Caterpillar (USA), itu
mengkapitalisasikan biaya pembelian, termasuk biaya pengiriman.
Perusahaan menilai properti, pabrik, dan peralatan pada periode berikutnya dengan
menggunakan metode biaya perolehan atau metode nilai wajar (revaluasi) . Perusahaan dapat
menerapkan biaya atau model nilai wajar untuk semua item aset, dan peralatan atau untuk
satu kelas (banyak) aset, dan peralatan. Sebagai contoh, perusahaan mungkin menilai tanah
(sekelas aset) setelah akuisisi dengan menggunakan metode nilai wajar dan pada saat yang
sama menilai bangunan dan peralatan (kelas-kelas lain aset) dengan biaya.
Kebanyakan perusahaan menggunakan metode-biaya ini lebih murah untuk digunakan
karena biaya appraisal tidak diperlukan. Selain itu, metode nilai wajar umumnya mengarah ke
nilai aset yang lebih tinggi, yang berarti bahwa perusahaan melaporkan beban penyusutan
yang lebih tinggi dan laba bersih lebih rendah.
3|Page
A. Cost Of Land
Semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh tanah dan siap untuk digunakan
dianggap sebagai bagian dari biaya tanah. Jadi, ketika Group Auchan (FRA) atau AEON
(JPN) membeli tanah untuk membangun sebuah toko baru, biaya tanah biasanya mencakup :
 harga pembelian;
 penutupan biaya, seperti hak atas tanah, biaya pengacara, dan pencatatan biaya;
 biaya yang timbul dalam mendapatkan lahan dalam kondisi untuk digunakan,
seperti penilaian, mengisi, pengeringan, dan membuka tanah;
 asumsi dari setiap hak gadai, hipotek, atau sitaan di properti, dan
 setiap prasarana tambahan yang memiliki kehidupan yang tidak terbatas.
Pada umumnya, Land adalah bagian dari Property, Plant, and Equipment. Bagaimanapun,
jika tujuan utama dari perolehan dan penguasaan Land adalah spekulasi, perusahaan
sewajarnya mengklasifikasikan Land tersebut sebagai Investments. Jika real estate menguasai
Land untuk dijual kembali, maka tanah diklasifikasikan sebagai Inventory.
Beberapa mempercayai bahwa biaya ini seharusnya dikapitalisasi. Alasannya: ini
bukanlah pendapatan umum dari Investment pada saat ini. Perusahaan pada umumnya
menggunakan pendekatan ini kecuali ketika Asset sekarang ini menghasilkan Revenue,
(seperti Property sewaan).
B. Cost of Buildings
Biaya gedung seharusnya termasuk semua pembelanjaan terkait secara langsung pada
pemerolehan atau kontruksi. Biaya ini termasuk: (1) Materlal, Labor, and Overhead Costs
yang terjadi selama pembangunan, dan (2) Profesional Fees and Building Permits. Pada
umumnya, perusahaan mengontrak pihak lain untuk membangun gedungnya. Perusahaan
menyadari semua biaya yang terjadi , dari penggalian sampai penyelesaian, sebagai bagian
dari biaya building.
Setiap biaya yang secara tidak langsung dapat diatribusikan untuk mendapatkan
gedung yang siap untuk digunakan sesuai dengan tujuannya tidak boleh dikapitalisasi.
Sebagai contoh, biaya start-up, seperti biaya promosi yang berkaitan dengan pembukaan
gedung atau kerugian operasional yang timbul terutama karena penjualan rendah, tidak boleh
dikapitalisasi. Juga, biaya administrasi umum (seperti biaya departemen keuangan) tidak
boleh dialokasikan untuk biaya gedung.
C. Cost of Equipment
"Peralatan" dalam akuntansi termasuk peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin, perabot
dan peralatannya, perabotan, peralatan pabrik, dan aktiva tetap serupa. Biaya aktiva tersebut
meliputi harga pembelian, pengiriman dan penanganan yang terjadi, asuransi pada peralatan
dalam transit, biaya dari yayasan khusus jika diperlukan, perakitan dan biaya instalasi, dan
biaya pelaksanaan uji coba.
Setiap hasil dari penjualan setiap barang yang dihasilkan ketika membawa peralatan
ke lokasi dan kondisi yang digunakan sesuai dengan tujuannya (seperti sampel yang
dihasilkan ketika alat diuji) harus mengurangi biaya peralatan. Biaya mencakup semua
pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh peralatan dan mempersiapkan untuk digunakan.
D. Self-Constructed Assets (Aktiva yang Dibangun Sendiri)
Kadang-kadang perusahaan membangun aset mereka sendiri. Menentukan biaya mesin
tersebut dan aktiva tetap lainnya bisa menjadi masalah. Tanpa harga pembelian atau harga
4|Page
kontrak, perusahaan harus mengalokasikan biaya dan pengeluaran untuk sampai pada biaya
asset yang telah dibangun sendiri. Bahan dan tenaga kerja langsung digunakan dalam
konstruksi tidak menimbulkan masalah. Sebuah perusahaan dapat menelusuri biaya-biaya
langsung untuk urutan kerja dan bahan yang terkait dengan aset tetap yang dibangun.
Tetapi, penyerahan dari biaya tidak langsung perusahaan produksi menciptakan
masalahkhusus.Biaya tidak langsung ini, yang biasa disebut pengeluaran tambahan atau
beban, termasuk tenaga, pemanasan, cahaya, asuransi, pajak property dari bangunan dan
peralatan,tenaga kerja supervisor pabrik, depresiasi dari asset tetap dan perlengkapan.
Perusahaan dapat menangani pengeluaran tambahan dalam satu atau dua cara:
 Menetapkan pengeluaran tambahan tidak tetap ke biaya konstruks iaset. Argument
utama untuk perlakuan ini adalah jika fixed in nature; ini tidak menambah hasil dari
salah satu konstruksi dari pemilik gedung atau peralatan. Pendekatan ini
menganggap perusahaan akan mendapat biaya yang sama tanpa memperhatikan
apakahk onstruksi ini asset atau bukan. Oleh karena itu, untuk mengganti bagian dari
biaya pengeluaran tambahan untuk peralatan akan dengan sendirinya berkurang
beban sekarang dan sebagai konsekuensinya mengurangi pendapatan dari periods
ekarang. Tetapi, perusahaan akan menetapkan biaya dari asset konstruksi biaya
variable pengeluaran tambahan.
 Menetapkan bagian dari semua pengeluaran tambahan ke proses konstruksi.
Pendekatan ini, dikenal juga sebagai pendekatan full-costing, tetap jika salah satu
percaya bahwa biaya lempiran ke semua produk dan asset manufaktur
ataukonstruksi. Dalam pendekatan ini,perusahaan menetapkan bagian dari semua
biaya pengeluaran tambahan ke proses konstruksi, sebagai produksi normal. Para
ahli berkata bahwa kegagalan dari mengalokasikan biaya pengeluaran tambahan
lebih rendah dari biaya inisial asset dan menghasilkan alokasi masa depan yang tidak
akurat.
Perusahaan seharusnya menetapkan ke asset a pro rata portion dari pengeluaran tambahan
tetap untuk menentukan biaya. Perusahaan memakai perlakuan ini secara ekstensif karena ada
beberapa percaya bahwa ini menghasilkan pencocokan yang baik antara biaya dengan
pendapatan. Jumlah yang tidak normal dari sisa material, tenaga kerja, atau sumber lain
seharusnya tidak dimasukkan ke dalam biaya aset.
Jika overhead yang di alokasikan mengakibatkan pencatatan biaya konstruksi
melebihi biaya yang merupakan prosedur independen lain yang akan dikenakan biaya,
perusahaan harus mencatat kelebihan overhead sebagai kerugian periode daripada
memanfaatkannya.Hal ini untuk menghindari pemanfaatkan aset melebihi fair value.Dalam
kondisi apapun seharusnya sebuah perusaahan mencatatnya sebagai “profit on selfconstruction”.
F. Interest Cost During Construction (Biaya Bunga Selama Konstruksi)
Tiga pendekatan telah disarankan untuk menghitung bunga yang terjadi dalam pembiayaan
pembangunan aktiva, dan peralatan:
o Kapitalisasi tanpa bunga selama masa konstruksi. Pada pendekatan ini, bunga
dianggap sebagai biaya pembiayaan dan bukan biaya konstruksi.Beberapa
berpendapat bahwa jika sebuah perusahaan telah menggunakan pendanaan ekuitas
dan bukan hutang, maka tidak akan dikenakan biaya ini. Argumen utama terhadap
pendekatan ini adalah bahwa penggunaan uang tunai, apa pun sumbernya, memiliki
biaya bunga terkait implisit, yang tidak boleh diabaikan.
o Biaya konstruksi dengan semua biaya dana yang digunakan, apakah dapat di
identifikasi atau tidak. Metode ini berpendapat bahwa biaya konstruksi harus
5|Page
mencakup biaya pembiayaan, baik secara tunai, utang, atau equity. Pendukung teori
ini mengatakan bahwa semua biaya yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva siap
untuk digunakan, termasuk bunga, adalah bagian dari biaya asset Bunga, apakah
aktual atau diperhitungkan, adalah biaya, seperti halnya tenaga kerja dan materials.
Sebuah kritik utama dari pendekatan ini adalah bahwa perhitungan biaya modal
ekuitas berfifat subjektif dan di luar kerangka sistem biaya historis.
o IFRS menggunakan istilah biaya pinjaman daripada beban bunga. Biaya pinjaman
termasuk beban bunga dihitung menggunakan metode bunga efektif. Kita
menggunakan istilah beban bunga disini untuk menunjukkan itu adalah biaya
pinjaman.
Tetapi pendekatan ini hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang timbul melalui sumber
pembiayaan-utang. (Artinya, pendekatan ini tidak membuat ketetapan dalam menentukan
biaya jika pembiayaan dilakukan melalui sumber pembiayaan-ekuitas. Dalam pendekatan ini,
perusahaan yang menggunakan sumber pembiayaan-utang akan memiliki aset dengan biaya
yang lebih tinggi daripada perusahaan yang menggunakan sumber pembiayaan-ekuitas.
Beberapa pihak menganggap pendekatan ini tidak memuaskan karena mereka percaya bahwa
biaya perolehan suatu aset harusnya sama apakah itu dibiayai secara tunai, utang, ataupun
ekuitas.
Peningkatan biaya aset
$ 0
$ ?
Tidak mengkapitalisasi
bunga selama konstruksi
Mengkapitalisasi
semua biaya dari pendanaan
Mengkapitalisasi biaya aktual
yang muncul selama proses kontruksi
GAAP
Sumber : buku Akuntansi Intermedit - Kieso, Edisi 12, Volum 1, hal. 474
IFRS menggunakan pendekatan ketiga-kapitalisasi bunga aktual (dengan modifikasi). Metode
ini mengikuti konsep bahwa biaya historis dalam perolehan aset mencakup semua biaya
(termasuk bunga) yang terjadi untuk membawa aset tersebut pada kondisi dan lokasi yang
diperlukan agar dapat digunakan sesuai rencana. Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah
bahwa selama konstruksi, aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan. Oleh karena itu,
perusahaan harus menangguhkan (mengkapitalisasi) biaya bunga. Setelah pembangunannya
selesai, aset tersebut siap untuk digunakan dan perusahaan dapat memperoleh pendapatan.
Pada titik ini, perusahaan harus melaporkan bunga sebagai beban dan
menandingkannya dengan pendapatan tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus
membebankan setiap biaya bunga yang terjadi dalam pembelian aset yang siap untuk
digunakan.
Dalam mengimplementasikan pendekatan umum ini, perusahaan mempertimbangkan
tiga hal:
1. Kualifikasi Aktiva (Qualifying Assets)
Untuk dapat melakukan kapitalisasi bunga, aset harus memenuhi suatu periode waktu
yang cukup panjang agar siap untuk digunakan atau dijual. Perusahaan mengkapitalisasi
biaya bunga dimulai sejak pengeluaran pertama yang berkaitan dengan aset tersebut.
6|Page
Kapitalisasi terus dilakukan sampai perusahaan secara substansial menyiapkan asset
tersebut hingga siap untuk digunakan.
Aset yang memenuhi syarat untuk melakukan kapitalisasi biaya bunga mencakup aset
dalam konstruksi yang akan digunakan oleh perusahaan itu sendiri (termasuk bangunan,
pabrik, dan mesin besar) dan aset yang dimaksudkan untuk dijual atau disewakan yang
sedang dalam pembangunan ataupun yang dibuat sebagai proyek diskrit (misalnya kapal
atau pengembangan real estate ).
Contoh aset yang tidak memenuhi syarat untuk kapitalisasi bunga adalah (1) aset yang
sedang digunakan atau siap untuk digunakan, dan (2) aset yang tidak digunakan oleh
perusahaan dalam kegiatan pemerolehan pendapatan dan yang tidak menjalani aktivitas
yang diperlukan untuk membuat mereka siap untuk digunakan.
2. Periode kapitalisasi (Capitalization Period)
Capitalization period adalah periode waktu dimana perusahaan harus mengkapitalisasi
bunga. Ini dimulai dengan adanya tiga kondisi:
1. Pengeluaran untuk aset sedang terjadi.
2. Aktivitas yang dibutuhkan untuk menyiapkan aset untuk tujuan penggunaan atau
penjualan sedang berlangsung.
3. Interest cost sedang terjadi.
Kapitalisasi bunga terus terjadi selama tiga kondisi ini ada. Periode kapitalisasi berakhir
ketika aset tersebut secara substansial telah selesai dan siap untuk digunakan.
3. Jumlah yang akan dikapitalisasi (Amount to Capitalize)
Jumlah bunga untuk dikapitalisasi terbatas pada nilai terendah antara interest cost
yang terjadi selama periode atau avoidable interest. Avoidable interest adalah jumlah biaya
bunga selama periode sebuah perusahaan secara teoritis bisa menghindari jika itu tidak
membuat pengeluaran untuk aset tersebut.
Jika interest cost aktual untuk periode adalah $ 90.000 dan avoidable interest adalah $
80.000 perusahaan bermodalkan hanya $ 80.000. Atau, jika interest cost aktual adalah $
80.000 dan avoidable interest adalah $ 90.000, masih mengkapitalisasi hanya $ 80.000.
Dalam situasi tanpa harus menarik biaya termasuk biaya capital charge untuk equity.
Untuk menerapkan konsep avoidable interest, perusahaan menentukan jumlah potensi
bunga yang mungkin dikapitalisasi dalam suatu periode akuntansi dengan mengalikan tingkat
bunga yang sesuai dengan weighted-average accumulated expenditures untuk kualifikasi aset
selama periode berjalan :
a. Weighted-Average Accumulated Expenditure (WAAE)
Dalam menghitung Pengeluaran Rata rata tertimbang Akumulasi, sebuah perusahaan
menimbang pengeluaran konstruksi dengan jumlah waktu (fraksi tahunan atau periode
akuntansi) yang dapat dikenakan biaya bunga atas pengeluaran.
b. Tingkat suku bunga (Interest rate)
Perusahaan mengikuti prinsip-prinsip dalam memilih tingkat bunga yang sesuai untuk
diterapkan dengan pengeluaran akumulasi rata-rata tertimbang:
1. Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang kurang dari atau
sama dengan jumlah yang dipinjam secara khusus untuk membiayai pembangunan
aktiva, gunakan tingkat bunga yang timbul atas pinjaman khusus.
2. Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar dari
utang apa pun yang terjadi secara khusus untuk membiayai pembangunan aktiva,
gunakan rata-rata tertimbang suku bunga atas semua hutang lainnya selama periode
berjalan.
Dua isu yang berkaitan dengan kapitalisasi bunga ditujukan pada perhatian khusus:
7|Page
Pengeluaran Perolehan Tanah. Ketika perusahaan membeli tanah dan bermaksud
mengolahnya untuk tujuan tertentu, biaya bunga yang terkait dengan pengeluaran tersebut
dapat dikapitalisasi. Apabila tanah tersebut dibeli dengan tujuan sebagai lokasi untuk
bangunan (seperti lokasi pabrik), biaya bunga yang dikapitalisasi selama periode
pembangunan merupakan bagian dari biaya pabrik, bukan tanah.
Sebaliknya, jika perusahaan mengolah tanah tersebut untuk dijual, biaya bunga yang
dikapitalisasi selama periode pembangunan merupakan bagian dari biaya perolehan tanah.
Akan tetapi, perusahaan tidak seharusnya mengkapitalisasi biaya bunga yang terkait dengan
pembelian tanah untuk spekulasi karena aktiva tersebut telah siap untuk dipergunakan sesuai
dengan tujuan perusahaan.
Pendapatan Bunga. Perusahaan seringkali meminjam dana untuk membiayai pembangunan
suatu aktiva. Mereka menginvestasikan kelebihan atas pinjaman dana pada interest bearing
securities untuk sementara waktu hingga mereka membutuhkan dana untuk membiayai
pembangunan. Selama tahap awal pembangunan, pendapatan bunga, yang diperoleh dapat
melebihi biaya bunga yang timbul atas dana yang dipinjam.
IFRS mengharuskan bahwa pendapatan bunga yang diperoleh atas pinjaman spesifik
(specific borrowings) harus meng-offset biaya bunga yang dikapitalisasi. Alasannya adalah
bahwa pendapatan bunga atas pinjaman spesifik yang diperoleh secara langsung terkait
dengan biaya bunga atas pinjaman tersebut. Contohnya, asumsikan bahwa Shalla Company
memperoleh pendapatan bunga $10,000 pada tahun 2011 yang terkait dengan pijaman
spesifik sebesar $750,000. Dalam hal ini, Shalla mengkapitalisasi biaya bunga sebesar
$110,228 ($120,228 - $10,000), bukan $120,228. Seperti yang ditunjukkan, Shalla hanya
menggunakan pendapatan bunga pinjaman spesifik untuk mengurangi jumlah yang
dikapitalisasi. Offsetting pendapatan bunga dari pinjaman umum lainnya tidak tepat karena
itu mengarah pada pengurangan bunga dikapitalisasi yang keliru.
G. Observasi.
Persyaratan untuk pengkapitalisasian bunga masih dalam perdebatan. Dari kacamata
konseptual, baynak yang meyakini bahwa untuk alas an yang disebutakn di awal, perusahaan
harus mengadopsi salah satu dari no interest cost atau all interest cost, actual atau
diperitungkan. Persyaratan untuk mengkapitalisasi interest dapat menyebabkan dampak yang
signifikan pada laporan keuangan.
2.2 Valuation Property, Plant and Equipment
Seperti asset lainnya perusahaan harus mencatat property, plant and equipment pada harga
pasar saat diserahkan atau saat aseet diterima, yang lebih nyata. Bagaimanapu, akuisisi aseet
terkadang mengaburkan harga pasar.
A. Cash Discount/Diskon Kas
Saat perusahaan membeli plant assets dan mendapat diskon kas untuk pembayaran yang
cepat, bagaimana melaporkan terjadinya diskon ini? Jika mendapat diskon, maka perusahaan
harus menganggap diskon adalah pengurang dari harga pembelian asset.
Ada dua sudut pandang terhadap permasalahan ini. Yang pertama menganggap diskon
(diambil atau tidak) sebagai pengurangan harga pembelian asset. Rasionalnya, adalah harga
yang nyata berlaku untuk sebuah asset adalah harga kas atau setara kas dari asset tersebut.
Ditambah, beberapa pendapat menyatakan bahwa bentuk diskon kas sangat menarik, dimana
8|Page
kegagalan perusahaan untuk mendapatkannya menngindikasikan adanya kesalahan dalam
management/ ineffisiensi.
Dengan pendekatan kedua, menyatakan bahwa kegagalan mengambil kas diskon tidak
selalu harus dianggap sebagai kerugian. Bentuknya mungkin tidak terlalu menguntungkan
atau tidak bijaksana untuk perusahaan mengambil diskon tersebut. Saat ini, terdapat
perusahaan yang menggunakan kedua metodde tersebut, meskipun sebagian besar memilih
metode yang pertama.
B. Deffered payment contract
Perusahaan secara teratur membeli plant assets dengan perjanjian kredit jangka panjang,
menggunakan wesel, hipotik, obligasi, atau equipment obligations. Untuk mencerminkan
biaya (cost) secara tepat, perusahaan menghitung aset yang dibeli dengan perjanjian kredit
jangka panjang pada nilai sekarang (present value) dengan nilai tukar yang sesuai diantara
contracting parties pada tanggal transaksi.
C. Lum-sum Purchase/Pembelian Lum-sum
Problem spesial dari penilaian fixed aset meningkat ketika perusahaan membeli
sekelompok aset dengan satu harga Lum-sum.
Sebuah masalah khusus yang timbul dalam menilai aktiva tetap ketika perusahaan
membeli sekelompok aktiva pada harga Lump-Sum. Ketika situasi umum ini terjadi,
perusahaan mengalokasikan total biaya antara berbagai asset dengan basis nilai wajar
relatifnya. Asumsi ini adalah biaya-biaya akan berbeda pada proporsi nilai wajar. Ini adalah
prinsip yang sama bahwa perusahaan-perusahaan menambahkan untuk mengalokasikan
sebuah biaya lump sump pada berbagai item yang berbeda.
Untuk menghitung nilai wajar, perusahaan harus menggunakan teknik penilaian yang
sesuai dengan keadaan. Dalam beberapa kasus teknik penilaian tunggal (single valuation)
akan sesuai. Dalam kasus yang lain, penilaian ganda (multiple valuation) mungkin sesuai
untuk digunakan.
Untuk menggambarkan:
NoructHomes,Inc. Memutuskan untuk membeli beberapa asset dari perusahaan heating
kecil, Comfort Heating,dengan $80,000. Comfort Heating sedang dalam proses likuidasi.
Asset yang terjual adalah :
Persediaan
Tanah
Bangunan
Book Value
$ 30,000
20,000
35,000
$ 85,000
Fair Value
$ 25,000
25,000
50,000
$ 100,000
Norduct Homes mengalokasikan $80,000 harga pembelian dengan dasar nilai wajar reelatif
(asumsi identifikasi khusus dari harga-harga impracticable) dengan cara berikut:
Persediaan
$25,000/$100,000 x $ 80,000 = $ 20,000
Tanah
$25,000/$100,000 x $ 80,000 = $ 20,000
Bangunan
$50,000/$100,000 x $ 80,000 = $ 40,000
D. Stock Issuance/Penerbitan Saham
Ketika perusahaan mendapatkan peralatan dengan cara menerbitkan saham,seperti saham
biasa,nilai par atau yang ditetapkan dari saham tersebut tidak bisa secara tepat mengukur
9|Page
biaya perolehan dari peralatan itu. Jika penjualan saham itu aktif,harga pasar dari sahamdaham yang diterbitkan itu adalah biaya wajar dari peralatan yang diakui.Saham merupakan
suatu ukuran yang bagus dari kas ekuivalen harga kini.
Sebagai contoh, Upgrade Living.Co memutuskan untuk membeli tanah yang berlokasi
didekatnya untuk mengembangkan operasi carpet dan lemarinya.Dalam mengganti
pembayaran kas dalam membeli tanah itu, Perusahaan menerbitkan 5000 lembar saham (nilai
par $10) kepada Deedland Company,dimana saham itu memiliki harga pasar $12 per lembar.
Upgrade Living Co. Melakukan pembukuan sebagai berikut:
Land (5,000 X $12)
60,000
Share capital-ordinary
50,000
Share premium-ordinary
10,000
Jika perusahaan tidak bisa menentukan nilai wajar dari saham yang dipertukarkan
(berdasarkan harga pasar), Perusahaan harus mengestimasi nilai wajar dari peralatan
tersebut.Kemudian menggunakan nilai peralatan itu sebagai dasar pencatatan aset dan
penerbitan saham tersebut.
E. Exchanges of Nonmonetary Assets/Pertukaran Aktiva Non-Moneter
Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aktiva non-moneter, seperti property pabrik dan
peralatan sangat controversial. Beberapa berpendapat bahwa perusahaan harus mencatat
pertukaran berdasarkan nilai wajar aktiva yang diserahkan atau yang diterima, dengan
pengakuan laba atau rugi. Sementara yang lain percaya bahwa aktiva harus diperhitungkan
berdasarkan nilai tercatat (nilai buku) aktiva yang diserahkan, dengan tidak mengakui laba
atau rugi. Dan yang lain masih mendukung pendekatan pengakuan kerugian dan
menangguhkan keuntungan.
Pada umumnya, perusahaan mencatat pertukaran aktiva berdasarkan nilai wajar aktiva
yang diterima atau diberikan, yang lebih jelas. Sehingga, perusahaan sebaiknya mengakui
laba atau rugi secara langsung dari pertukaran aktiva tersebut. Alasan untuk mengakui secara
langsung adalah karena setiap transaksi memberikan Subtansi komersial dan karena itu rugi
dan laba harus diakui.
Seperti yang dinyatakan diatas, nilai wajar adalah dasar untuk mengukur aktiva yang
diakuisisi pada pertukaran non-moneter jika transaksi mempunyai subtansi komersial.
Pertukaran memberikan subtansi komersial apabila dapat mempengaruhi cash flow di masa
depan sebagai efek dari transaksi tersebut. Dengan kata lain, apabila dua pihak mengalami
perubahan keadaan ekonomi, maka transaksi tersebut memberikan subtansi komersial.
Sebagai contoh, Andrew Co. menukarkan peralatannya dengan tanah Roddick Inc. Disni
ada kemungkinan ada perbedaan yg signifikan tentang waktu dan jumlah arus kas yang
timbul antara peralatan dan tanah. Sebagai hasilnya, Andrew Co. dan Roddick Inc.
mempunyai keadaan keuangan yang berbeda. Oleh karena itu, pertukaran aktiva ini
memberikan subtansi komersial dan perusahan mengakui rugi atau laba dalam pertukaran.
-
Pertukaran – keadaan jika rugi
Ketika perusahaan menukarkan aset non-moneter dan menghasilkan kerugian,
perusahaan mengakui kerugian dengan segera. Alasan : perusahaan seharusnya tidak
menilai aset pada harga yang melebihi ekivalen kasnya; jika kerugian ditangguhkan,
aset akan overstated. Oleh karena itu, perusahaan mengakui kerugian dengan segera
apakah pertukaran itu memiliki substansi komersial atau tidak.
Beberapa individu membayar harga sesuai daftar untuk mobil baru. Beberapa
dealer seperti Jerrod sering menaikkan trade in allowance untuk mobil bekas
sehingga harga jual aktualnya jatuh di bawah harga menurut daftar. Untuk mencatat
10 | P a g e
-
mobil pada harga yang ditawarkan, harga harus dicatat dalam selisih jumlah kas yang
dibayarkan karena kenaikan harga mobil baru yang ditawarkan.
Pertukaran-kondisi untung
o Mempunyai substansi komersial
Sekarang, pertimbangkan situasi dimana pertukaran aset non moneter
mempunyai substansi komersial dan menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini,
perusahaan biasanya mencatat harga aset non moneter untuk ditukarkan dengan aset
non moneter lainnya pada nilai wajar aset yang dilepas. Dan segera mengakui
keuntungan. Perusahaan seharusnya menggunakan nilai wajar asetr yang diterima
hanya jika lebih jelas dan terbukti dari pada nilai wajar aset yang dilepas.
o Tidak mempunyai substansi komersial
Kita sekarang mengasumsikan bahwa pertukaran yang dilakukan Interstate
Transportation Company tidak mempunyai substansi komersial. Sehingga posisi
ekonomi Interstate tidak berubah secara signifikan akibat pertukaran tersebut. dalam
hal ini.
Jika penukaran asset tidak memiliki substansi secara komersil yang cukup ,
perusahaan mencatat gain yang direfleksikan dari basis semi-truck saat terjadinya
penjualan truck tersebut bukan saat terjadinya pertukaran.
Sehingga, tentang pengakuan gain or less terkait pertukaran asset yang
dikategorikan non-monetary assets
1. Hitung total gain or losses dari asset tersebut, selisih dari gain value dan
book value
2. Jika pada tahap 1 terjadi loss maka akui seluruh loss tersebut
3. Jika pada tahap 1 terjadi gain maka,
a. Akui gain jika pertukaran tersebut memiliki cukup substansi komersil
b.Tidak ada pengakuan Gain jika pertukaran tersebut lacks of commersial
substance
Perusahaan mengungkapkan dalam laporan keuangan mereka pertukaran nonmoneter selama suatu periode. pengungkapan tersebut menunjukkan sifat transaksi ,
metode akuntansi untuk aktiva yang dipertukarkan, dan keuntungan atau kerugian
yang diakui pada bursa pertukaran.
F. Accounting Distribution/Pendekatan Akuntansi
Ketika perusahaan memperoleh aset seperti properti, pabrik, dan peralatan melalui hibah
pemerintah, konsep biaya ketat menyatakan bahwa penilaian aset harus nol. Namun,
berangkat dari prinsip biaya tampaknya dibenarkan karena biaya yang dikeluarkan (biaya
lainnya dan pengeluaran kecil yang relatif) bukan dasar akuntansi yang memadai untuk aset
yang diperoleh.
Untuk merecord ketiadaan adalah dengan mengabaikan realitas ekonomi dari
peningkatan kekayaan dan aset. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan menggunakan
nilai wajar aktiva untuk menetapkan nilainya dalam pembukuan.
Ada dua pendekatan yang disarankan, yaitu pendekatan modal/ekuitas (capital/equity
approach) dan pendekatan pendapatan (income approach).
Para pendukung pendekatan ekuitas percaya bahwa kredit harus pergi langsung ke
ekuitas karena seringkali tidak ada pembayaran kembali hibah yang diharapkan. Selain itu,
hibah tersebut merupakan insentif oleh pemerintah - mereka tidak diperoleh sebagai bagian
dari operasi normal dan seharusnya tidak mengurangi biaya operasi pada laporan laba rugi.
Pendukung pendekatan pendapatan tidak setuju - mereka percaya bahwa kredit harus
dilaporkan sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi. Hibah Pemerintah tidak harus
11 | P a g e
diletakan langsung ke ekuitas karena pemerintah bukan pemegang saham. Selain itu,
Kebanyakan hibah pemerintah yang memiliki kondisi yang melekat pada mereka yang
mungkin mempengaruhi beban masa depan. Mereka harus dilaporkan sebagai pendapatan
hibah (hibah atau pendapatan ditangguhkan) dan disesuaikan dengan beban terkait yang akan
terjadi di masa depan sebagai hasil dari bantuan.
 Pendekatan Pendapatan
IFRS memakai pendekatan pendapatan dan menunjukkan bahwa aturan umum adalah hibah
harus diakui dalam pendapatan secara sistematis yang cocok dengan biaya terkait yang
mereka dimaksudkan untuk kompensasi. Hal ini dicapai dalam salah satu dari dua cara untuk
aset seperti property, plant and equipment:
o Mencatat hibah sebagai pendapatan hibah ditangguhkan, yang diakui sebagai
pendapatan secara sistematis selama masa manfaat suatu aset, atau
o Dikurangi hibah dari nilai tercatat aktiva yang diterima dari hibah, dalam kasus hibah
diakui sebagai pendapatan yang mengurangi beban penyusutan.
2.3 Cost Subsequent To Acquisition/Biaya Selanjutnya untuk
Akuisisi
Setelah memasang plant asset dan membuatnya siap dipakai, perusahaan mengeluarkan biaya
tambahan atas kerusakan mulai dari perbaikan biasa sampai tambahan yang signifikan.
Persoalan utama adalah mengalokasikan biaya tersebut kepada periode waktu yang tepat.
Dalam menentukan bagaimana biaya seharusnya dialokasikan selanjutnya untuk
akuisisi, perusahaan mengikuti kriteria yang sama yang digunakan untuk menetukan biaya
permulaan dari PPE. Mereka mengakui biaya selanjutnya untuk akuisisi sebagai suatu aset
ketika biaya dapat diukur dan ini dimungkinkan bahwa perusahaan akan menemukan
keuntungan ekonomi di masa yang akan datang. Keuntungan ekonomi di masa datang akan
termasuk penambahan dalam:
1) usia manfaat/kegunaan
2) jumlah produk yang diproduksi dan
3) kualitas produk yang di produksi.
Umumnya, perusahaan dikenakan empat jenis pengeluaran besar relatif terhadap aset yang
ada.
JENIS PENGELUARAN UTAMA PENAMBAHAN, menambah atau memperpanjang
aset yang ada
PENINGKATAN DAN PENGGANTIAN. Pergantian asset untuk asset yang sudah ada.
PENATAAN DAN REORGANISASI. Pemindahan aktiva dari satu lokasi ke lokasi lain.
PERBAIKAN. Pengeluaran yang berguna untuk menjaga aset dalam kondisi untuk
operasi.
A. Penambahan (Additions)
Penambahan seharusnya tidak menampilkan permasalahan akuntansi yang besar.
Dengan definisi, perusahaan mengkapitalisasi semua penambahan ke aktiva pabrik karena
sebuah aktiva baru telah diciptakan. Contohnya, penambahan sisi ke samping dari sebuah
rumah sakit, atau sebuah sistem pendingin ruangan di kantor, meningkatkan potensi jasa ke
fasilitas tersebut. Perusahaan sebaiknya mengkapitalisasi pengeluaran tersebut dan
menyesuaikannya dengan pendapatan yang akan diperoleh di periode masa depan.
12 | P a g e
Salah satu masalah yang dating pada bagian ini adalah akuntansi untuk semua
perubahan yang berhubungan dengan struktur yang telah ada sebagai akibat dari
penambahan. Apakah biaya yang terjadi untuk merobohkan gedung lama, untuk membuat
ruangan sebagai penambahan, merupakan biaya penambahan atau sebuah pengeluaran atau
kerugian periode tersebut? Jawabannya adalah bergantung kepada tujuan awalnya. Jika
perusahaan telah mengantisipasi penambahan gedung, biaya penghapusan adalah biaya yang
sesuai untuk penambahan.
Tetapi, jika perusahaan belum mengantisipasi pembangunan ini, biaya penghapusan
tersebut sebaiknya dilaporkan sebagai kerugian di periode tersebut berdasarkan perencanaan
yang kurang efisien. Secara konsep, perusahaan sebaiknya menghapus dari perobohan
gedung lama dan depresiasi yang berhubungan dan mencatat kerugian. Kemudian,
menambahkan biaya dari ruangan baru kepada biaya dari gedung. Pada situasi ini, kadangkadang kurang dapat dipraktekkan untuk menentukan nilai bawaan yang masuk akal untuk
gedung lama. Perusahaan mengasumsikan aktiva lama memiliki nilai bawaan nol dan
menambahkan biaya penggantian ke biaya keseluruhan.
B. Pengembangan dan Penggantian (Improvement and Replacement)
Pengembangan adalah adalah pengganti “better asset(aset baru yg lebih baik)” dengan
satu asset yang di gunakan. (contoh mengganti lantai kayu dengan lantai keramik).
Penggantian adalah mengganti asset dengan asset lain yang sama dan sejenis(contoh :
mengganti lantai kayu dengan lantai kayu).
Banyak improvement dan replacement menghasilkan aturan umum untuk rehabilitasi
yang moderen pada bangunan tua atau bagian dari peralatan (equipment). Masalahanya
adalah membedakan hal ini dalam tipe pengeluaran (expenditure) dengan perbaikan
normalnya. Perkiraan yang bagus sangat d butuhkan untuk mengkoreksi klasifikasi jenis
expenditure ini.
Jika expenditure meningkatkan service potensial pada asset di masa datang,perusahaan
harus menkapitalisasinya. Perusahaan seharusnya menyingkirkan cost asset yang lama dan
mencari depresiasi dan merecognisi kerugian atau keuntungannya. Dan juga menambahkan
cost dari penggantian dengan asset yang baru.
Untuk menggambarkannya, Instinct Enterprise memutuskan untuk mengganti sistem
pipa pembuangan. Tukang pipa menyarankan perusahaan tersebut untuk mengganti pipa besi
dengan pipa plastik. Pipa yang lama mempunyai book value sebesar $15.000 ( cost $150.000
di kurangi depresiasi $135.000) dan residual value sebesar $1.000. harga pipa plastik
$125.000. jika perusahaan membayar $124.000 untuk pipa baru setelah menukar tambah
dengan pipa lama maka enty nya sebagai berikut
Plumbing system
125.000
Accumulated depreciation
135.000
Loss on disspossal of plant assets
14.000
Plumbing sistem
150.000
Cash(125.000-1000)
124.000
Hal yang penting dalam proses penggantian adalah menghitung cost dan menghitung
depresiasi dari asset lama. Untungnya IFRS menyebutkan setiap komponent yang signiifikan
untuk d identifikasi dan dasar depresiasi untuk debedakan dan didepresiasi secara terpisah.
Pendekatan ini menunjuk pada komponent depresiasi.
Untuk menggambarkanya Hanoi Company mempunayi traktor yang dibeli seharga
$50.000. component dan nilai guna traktor(nilai residula di anggap nol) adalah sebagai
berikut:
13 | P a g e
Ban
Transmisi
Truk
Cost
6.000
10.000
34.000
useful life
2 tahun
5 tahun
10 tahun
depresiasi per tahun
3.000
2.000
3.400
Perusahaan harus tetap menjaga dasar pencatatan dari setiap komponen asset. Jika perusahaan
tidak mempunyai informasinya,secara umun metode estimasi dapat digunakan.
C. Perbaikan (Repairs)
Reparasi biasa
Sebuah perusahaan melakukan reparasi biasa untuk mempertahankan kondisi aset
agar bisa terus beroperasi. Reparasi biasa dibebankan kepada akun beban pada periode
berjalan, yaitu periode dimana perusahaan merasakan manfaat utama dari reparasi
tersebut. Reparasi biasa berupa pemeliharaan berkala termasuk penggatian suku cadang
kecil, pemberian pelumas, pengaturan ulang peralatan, pengecatan ulang, dan
pembersihan. Perusahaan memperlakukan aktivitas-aktivitas tersebut sebagai beban
operasi biasa.
Seringkali sulit membedakan antara reparasi biasa dengan Improvement atau
replacement. Reparasi besar seperti overhaul dapat memberikan manfaat dalam beberapa
tahun atau periode. Dengan demikian, perusahaan harus mengakui pengeluaran tersebut
sebagai improvement atau replacement.
Reparasi besar
Beberapa perusahaan penerbangan seperti Ryanair (IRL) atau Lufthansa (DEU),
atau perusahaan jasa kurir seperti A.P. Moller-Maersk (DEN) or CMA CGM Group
(FRA), menanggung biaya overhaul yang besar untuk seluruh pesawat dan kapal. Sebagai
contoh, Perusahaan Shipaway membeli kapal baru seharga $200 juta. Setiap empat tahun,
kapal tersebut harus di-overhaul. Biaya overhaul diestimasikan sebesar $4 juta. Dalam hal
ini, nilai overhaul sebesar $4 juta harus diakui sebagai komponen terpisah dari biaya
perolehan kapal dan disusutkan dalam waktu empat tahun ke depan. Dengan demikian,
nilai dari overhaul tersebut harus telah habis disusutkan pada waktu overhaul selanjutnya.
D. Ringkasan Biaya Setelah Akuisisi (Summary of Cost Subsequent to
Acquisition)
Perlakuan Akuntansi normal untuk pengeluaran yang terjadi di masa setelah akuisisi.
Jenis pengeluaran
Perlakuan Akuntansi Normal
Penambahan
Kapitalisasi biaya pernambahan kepada akun
aset.
Improvement atau replacement
Perbaikan
14 | P a g e
Hapus nilai buku dan akumulasi depresiasi aset
yang lama, akui keuntungan/kerugian yang
terjadi, kapitalisasi nilai dari pengembangan
dan penggantian.
Nilai dari pengaturan dan penyusunan kembali
diakui sebagai beban.
(a) Biasa: Mengakui nilai reparasi sebagai
beban ketika terjadi.
(b) Besar: Hapus nilai buku dan akumulasi
depresiasi
aset
yang
lama,
akui
keuntungan/kerugian
yang
terjadi,
kapitalisasi nilai dari perbaikan besar.
2.4 Penghapusan Property, Plant dan Equipment
Sebuah perusahaan seperti Nokia (FIN), secara sukarela bisa menghapus asetnya dengan cara
dijual, ditukar, involuntary conversion, atau dibuang begitu saja. Terlepas dari cara Nokia
menghapus asetnya, Nokia harus menyusutkan asetnya pada tanggal penghapusan. Kemudian
perusahaan harus menghapus semua akun terkait dengan aset tersebut. Biasanya nilai buku
aset pada tanggal penghapusan berbeda dengan nilai penghapusannya. Peristiwa tersebut
akan menghasilkan keuntungan/kerugian.
Perbedaan ini diakibatkan karena penyusutan merupakan hasil estimasi dan bukan
hasil penilaian. Keuntungan dan kerugian merupakan koreksi dari net income pada tahun
dimana Nokia menggunakan asset tersebut.
Nokia harus melaporkan keuntungan/kerugian tersebut pada penghapusan plant asset
di income statement dengan akun lain dari aktivitas bisnis normal. Namun, jika itu terjual,
dibuang, adanya keuntungan kebetulan, atau sebaliknya penjualan dari “bagian operasi
perusahaan,” kemudian perusahaan sebaiknya melaporkan hasil-hasil itu secara terpisah pada
bagian operasi yang terhenti di laporan laba rugi.
A. Penjualan Aktiva Pabrik (Sale of Plant Assets)
Perusahaan mencatat depresiasi untuk periode waktu diantara tanggal pencatatan
terakhir dan tanggal penjualan.
Untuk illustrasi, asumsikan bahwa Barret Company mencatat depresiasi pada sebuah
mesin seharga $18.000 untuk sembilan tahun pada tarif $1.200 per tahun. Jika Barret
Company menjual mesin pada tengah tahun ke sepuluh seharga $7.000, Barret mencatat
depresiasi pada tanggal penjualan sebagai berikut:
Depreciation Expense ($1.200 x ½)
Accumulated Depreciaton-Machinery
600
600
Ayat jurnal untuk penjualan aktiva kemudian adalah:
Cash
Accumulated Depreciation-Machinery
(($1.200 x 9) + $600)
Machinery
Gain on Disposal of Machinery
7.000
11.400
18.000
400
Nilai buku mesin pada waktu penjualan adalah $6.600 ($18.000-$11.400). Karena mesin
terjual seharga $7.000, jumlah keuntungan pada penjualan adalah $400 ($7.000-$6.600).
B. Perubahan Tanpa Disengaja (Involuntary Conversion)
Kadang-kadang kegunaan sebuah aktiva berakhir melalui beberapa jenis perubahan tanpa
disengaja seperti kebakaran, banjir, pencurian, atau penghukuman. Perusahaan-perusahaan
melaporkan perbedaan diantara jumlah pemulihan (contoh, dari sebuah pemberian hukuman
atau asuransi pemulihan), jika tersedia dan nilai buku aktiva yang dicatat sebagai keuntungan
15 | P a g e
atau kerugian. Mereka memperlakukan keuntungan-keuntungan atau kerugian-kerugian
seperti beberapa tipe pengaturan yang lain.
Untuk illustrasi, Camel Transport Corp. harus menjual sebuah pabrik yang diletakkan
pada properti perusahaan yang berdiri secara langsung di bagian jalan raya antar negara
bagian. Selama beberapa tahun, negara telah mencoba untuk membeli tanah dimana pabrik
itu berdiri, tetapi perusahaan menolak. Negara akhirnya mencoba hak dari keunggulan
kekuasaan, dimana pengadilan membenarkan. Pada penyelesaian, Camel menerima $500.000
yang secara substansi melebihi $200.000 nilai buku pabrik dan tanah (seharga $400.000
dikurangi akumulasi depresiasi $200.000). Camel membuat ayat jurnal seperti berikut.
Cash
500.000
Accumulated Depreciation-Plant Assets
200.000
Plant Asset
400.000
Gain on Disposal of Plant Assets
300.000
Keuntungan pada penjualan sebaiknya dilaporkan di “Other Income and expense” pada
laporan laba rugi dan bukan sebagai pendapatan. Jika ada penundaan dalam pembayaran dari
pemberian hukuman atau asuransi pemulihan, piutang dicatat pada harga setingkat kas.
Beberapa alasan pengakuan dari keuntungan atau kerugian pada perubahan tanpa disengaja
tertentu.
Sebagai contoh, pemerintah sering menetapkan hutan-hutan untuk taman nasional.
Perusahaan-perusahaan kertas yang memiliki hutan-hutan ini harus melaporkan keuntungan
atau kerugian pada penghukuman. Namun, beberapa perusahaan berpendapat bahwa tidak
ada keuntungan atau kerugian yang dilaporkan karena mereka mengganti tanah hutan
terhukum dengan seketika dan menjadi pada posisi ekonomi yang seperti sebelumnya.
Masalah apakah penghukuman dan pembelian sesudah itu sebaiknya dilihat sebagai satu atau
dua transaksi. IFRS menghendaki bahwa keuntungan atau kerugian dilaporkan pada situasi
ini karena perubahan dilihat sebagai dua transaksi-disposal dan subsequent event.
C. Konversi Paksa (Miscellaneous problems)
Kadang-kadang penggunaan aset terhenti karena beberapa jenis konversi paksa seperti
kebakaran, banjir, pencurian, dan pengalihan. Perusahaan melaporkan perbedaan antara
jumlah yang telah dijamin (misalnya kompensasi pengalihan dan asuransi pemulihan), dan
nilai buku (kalau ada) sebagai untung atau rugi. Mereka memperlakukan untung atau rugi
tersebut seperti beberapa jenis disposisi lainnya.
Beberapa menolak untuk mengakui untung atau rugi dalam konversi paksa tertentu.
Sebagai contoh, pemerintah sering mengalihkan hutan menjadi taman nasional. Perusahaan
yang mempunyai hutan tersebut harus mengakui untung atau rugi dari pengalihan tersebut.
namun, beberapa perusahaan beresikeras tidak ada untung atau rugi yang harus dilaporkan
karena mereka harus mengganti hutan yang sudah dialihkan tersebut begitu juga dengan
posisi ekonomi mereka seperti sebelumnya. IFRS mensyaratkan bahwa untung atau rugi
harus dilaporkan dalam situasi seperti ini karena konversi dilihat dari 2 transaksi- pelepasan
dan kejadian yang mengikutinya.
16 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa perusahaan menggunakan aset yang bersifat tahan lama, yaitu aset tetap.
Beberapa aset disebut property, plant, and equipment atau aset tetap dan biasanya untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk sewa kepada orang
lain, atau untuk tujuan administrasi. Dan digunakan selama lebih dari satu periode.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penyusun menyimpan harapan dan ingin mengutarakan
saran yang dapat bermanfaat bagi generasi penerus bangsa.
17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, Weygandt, and Warfield. 2008. Intermediate Accounting: IFRS Edition. Edisi 12.
Volume 1. Jakarta: Erlangga.
http://dc344.4shared.com/download/1DU1xob2/internet_download_manager_614_.rar?tsid
=20130918-041623-b350f558 (Minggu, 15 September 2013)
http://dc619.4shared.com/download/jT_zMev4/ppt_kieso_ifrs_vol_2.rar?tsid=20130917074509-cc3d2795 (Senin, 16 September 2013)
18 | P a g e
Download