BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data dari Education For All Global Monitoring Report UNESCO, pendidikan Indonesia dianggap tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga di ASEAN. Pada tahun 2011 lalu, dari 127 negara Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69. Produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anak-anak bangsa lain, padahal pendidikan adalah instrumen utama pembentukan generasi penerus bangsa. Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan pendidikan ini adalah dengan memberlakukan kurikulum pendidikan baru yang disebut kurikulum 2013. Pada penerapan kurikulum 2013, peserta didik dituntut untuk mampu mengolah dan mengkonstruksi pengetahuannya dengan mengedepankan pengalaman personal melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (pendekatan saintifik). Melalui pendekatan ini, diharapkan peserta didik memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap lebih aktif, kreatif, inovatif, dan produktif sesuai dengan tujuan perancangan kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013: 12). Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses 1 pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak ( hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013: 4). Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.. Dalam pelaksanaannya peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan 2 sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu dari rumpun sains yang mempelajari komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Fadiawati, 2011). Berdasarkan deskripsi tentang ilmu kimia tersebut dapat dipastikan bahwa dalam pembelajaran ilmu kimia pendekatan saintifik sangat cocok digunakan. Pada materi pelajaran struktur atom, pengetahuan kognitif yang mendominasi adalah pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural, sehingga jika peserta didik menggunakan metode menghafal tanpa mengerti dan memahami konsep-konsep dengan baik maka peserta didik akan mengalami kesulitan. Terlebih lagi sumber belajar yang dimiliki oleh peserta didik terbatas dan kebanyakan peserta didik malas mencari sumber belajar lainnya selain buku paket Kimia Kelas X. Pendekatan saintifik menuntut peserta didik untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan sehingga membutuhkan sumber belajar yang cukup banyak. Pada saat proses pembelajaran di kelas eksperimen peserta didik hanya mempunyai satu sumber belajar yaitu buku panduan kimia yang tidak semua peserta didik memilikinya, sehingga hal ini menghambat proses pembelajaran yang dilakukan (Tiffani, dkk, 2015: 628) Sebelumnya sudah dipaparkan bahwa kurikulum 2013 mendorong peserta didik untuk menemukan sendiri berbagai fakta dan membangun konsep dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pedekatan saintifik. Salah satu model pembelajaran yang mengimplementasikan 3 kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri terbimbing. Dalam pembelajaran Inkuiri terbimbing, peserta didik membangun pemahaman dalam belajar melalui proses yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dan pengalaman, mengikuti siklus pembelajaran yang terdiri dari eksplorasi, pembentukan konsep dan aplikasi, membahas dan berinteraksi dengan orang lain, mencerminkan kemajuan dalam belajar dan menilai kinerja sendiri (Bransford et al. didalam Hanson, 2005: 1). Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan peran individu untuk memastikan bahwa semua peserta didik terlibat penuh dalam proses pembelajaran (Straumanis, 2010:1). Untuk mendukung penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing yang dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil maka digunakan LKPD berbasis Inkuiri terbimbing. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kimia yang mengajar di SMA Negeri 8 Padang, diperoleh informasi bahwa sejak penerapan kurikulum 2013 pembelajaran kimia belum pernah menggunakan LKPD . Proses pembelajaran di kelas selama ini hanya menggunakan buku paket sebagai sumber belajar peserta didik. Didalam buku paket semua materi sudah dipaparkan, hanya saja buku teks memaparkan materi struktur atom secara langsung tanpa merangsang proses berfikir peserta didik untuk menemukan konsep tersebut. LKPD berbasis Inkuiri terbimbing merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan guru untuk mengatasi masalah dalam memilih bahan ajar yang tepat yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. LKPD berbasis Inkuiri terbimbing merupakan LKPD yang dibuat berdasarkan siklus belajar Inkuiri terbimbing yang 4 terdiri dari lima tahap, yaitu tahap orientasi, ekplorasi, pembentukan konsep, aplikasi dan penutup (Hanson, 2005: 1). Kelima tahapan inilah yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, dimana kelima tahapan tersebut memuat kegiatan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan) yang dituntut pada pembelajaran kurikulum 2013. Berdasarkan permasalahan diatas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul "Penggunaan LKPD Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik Pada Materi Struktur Atom Mekanika Kuantum di SMA Negeri 8 Padang” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Sumber belajar yang kurang menghambat peserta didik untuk menemukan fakta dan konsep secara personal dalam penerapan pendekatan saintifik kurikulum 2013. 2. LKPD sebagai sumber belajar yang lebih menunjang bagi peserta didik belum pernah digunakan dalam kegiatan pembeajaran kimia. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penggunaan LKPD Berbasisis Inqury Terbimbing Dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik Pada Materi Struktur Atom Mekanika Kuantum Di SMA Negeri 8 Padang?” 5 D. Cara Pemecahan Masalah Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar kimia peserta didik adalah dengan menggunakan modul pembelajaran dengan pendekatan saintifik sehingga dapat membantu peserta didik menemukan konsep dalam memahami materi pembelajaran. E. Tujuan Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, secara umum bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik melalui penggunaan LKPD berbasis inqury terbimbing pada materi struktur atom mekanika kuantum di SMA Negeri 8 Padang. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Meningkatkan keaktifan dan motivasi peserta didik dalan pembelajaran kimia khususnya materi struktur atom mekanika kuantum. 2. Bekal pengetahuan bagi penulis yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia untuk waktu selanjutnya. 3. Sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan, maupun para peneliti berikutnya di masa mendatang. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Aktivitas belajar Arikunto (2006:19) menjelaskan bahwa secara sederhana belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukannya dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Belajar yang efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Untuk kepentingan tersebut diatas guru lebih berperan sebagai fasilitator, atau pemandu belajar, bertugas membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam belajar. Faktor keberhasilan peserta didik dalam belajar sangat tergantung kepada keaktifan peserta didik itu sendiri sebagai subjek belajar. Aktivitas peserta didik merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan peserta didik lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Menurut Sriyono (1992:34), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan peserta didik untuk belajar. 7 Aktifnya peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. Peserta didik dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau peserta didik lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil. Berbagai macam aktifitas dapat dilakukan peserta didik, para ahli melakukan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Sardiman, (1996) kegiatan dalam mengajar terdiri dari: a. Visual activities, seperti : membaca, memperhatikan gambar, mengamati demonstrasi dan percobaan. b. Oral activities (lisan), seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi. c. Listening activities (mendengarkan), seperti : mendengarkan uraian percakapan, diskusi, musik dan pidato. d. Writing acivities (menulis), seperti : menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin. e. Motor acivities, seperti : melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak Berdasarkan pengelompokan aktivitas yang dikemukakan di atas, pada penelitian ini aspek aktivitas yang akan diamati adalah aspek -aspek berikut: a. Membaca bahan ajar (visual activities) 8 b. Berdiskusi dalam kelompok (oral activities) c. Mengerjakan LKPD sesuai dengan petunjuk guru (writing activities) d. Bertanya (oral activities) e. Menjawab pertanyaan (oral activities) f. Menyampaikan pendapat (oral activities) g. Menulis/Mencatat kesimpulan (writing activities) Sehubungan dengan hal tersebut menurut Oemar Hamalik (2001:175) ada beberapa manfaat aktifitas yaitu: a. Mendorong peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b. Dengan berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara integral. c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan peserta didik. d. Mendorong para peserta didik bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. f. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis. g. Menjadikan pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat. 9 Agar aktivitas peserta didik yang diharapkan dapat terjadi, guru berperan mengarahkan, membimbing dan menuntun peserta didik menggunakan modul. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik yang memungkinkan peserta didik untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan 2. Pembelajaran Kurikulum 2013 Suasana pembelajaran yang efektif dalam Kurikulum 2013 adalah suasana pembelajaran yang memiliki karakteristik di mana peserta didik melihat, mendengarkan, mendemonstrasikan, bekerjasama, menemukan, dan membangun konsep sendiri (Amri, 2013: 119). Guru tidak lagi menyampaikan pengetahuan dalam bentuk utuh melainkan peserta didik mencari tahu sendiri dengan cara bekerja kelompok dalam rangka membangun pengetahuan. Dalam hal ini guru bukanlah sebagai sumber belajar melainkan berfungsi sebagai fasilitator yang melakukan interfensi bila diperlukan. Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup (Kemendikbud, 2014: 26). 1. Kegiatan Pendahuluan. Dalam kegiatan ini, guru menyiapkan peserta didik untuk belajar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi yang akan dipelajari secara garis besar, dan melakukan apersepsi. 2. Kegiatan Inti. Kegiatan inti merupakan inti proses pembelajaran yang sering disingkat dengan istilah 5 M, yakni: 10 a. Mengamati, meliputi kegiatan yang berkaitan erat dengan konteks nyata seperti melihat, membaca, mendengar, dan menyimak. b. Menanya, yakni berupa informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau untuk mendapatkan informasi. c. Mengeksplor, bertujuan meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan kreatifitas dan keterampilan berkomunikasi. d. Mengasosiasi, meliputi kegiatan menganalis data, mengelompokkan, membuat ketegori, menyimpulkan, dan memprediksi/ mengestimasi. e. Mengkomunikasikan, kegiatan menyampaikan hasil yang diperoleh selama pembelajaran. 3. Kegiatan Penutup. Guru bersama peserta didik atau sendiri membuat simpulan pelajaran; melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan selama pembelajaran berlangsung; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan tindak lanjut terhadap hasil pembelajaran, seperti remedi atau pengayaan dan layanan konseling; memberikan tugas kelompok atau mandiri; dan menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 3. Pembelajaran Inkuiri Menurut Sanjaya (2011: 196-197) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, dengan ciri utama, yaitu: (1) 11 menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan, (2) seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, (3) mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, sehingga peserta didik tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang meliputi topik masalah, pertanyaan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan kesimpulan, Bell (2005:4) membedakan inkuiri menjadi empat tingkat, sebagai berikut: a. Inkuiri Konfirmasi Pada inkuiri konfirmasi peserta didik diberikan pertanyaan dan prosedur dan hasilnya diketahui sebelumnya. b. Inkuiri Terstruktur Pada inkuiri ini, peserta didik melakukan penyelidikan berdasarkan masalah yang diberikan oleh guru, selain itu peserta didik menerima seluruh instruksi pada setiap tahap-tahapnya, dan peserta didik yang mengambil kesimpulan. c. Inkuiri Terbimbing Inkuiri terbimbing merupakan jenis inkuiri dengan tingkatan yang lebih kompleks dibandingkan inkuiri terstruktur. Pada inkuiri terbimbing peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran melalui penyelidikan dari permasalahan yang diberikan guru, kemudian peserta didik menentukan proses dan solusi dari permasalahan tersebut hingga akhirnya peserta didik 12 dapat membuat kesimpulan. d. Inkuiri Terbuka Inkuiri terbuka merupakan jenis inkuiri dengan tingkatan inkuiri tertinggi. Selama proses pembelajaran ini, peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran dengan melakukan penyelidikan terhadap topik yang berhubungan dengan pertanyaan atau masalah, merancang desain eksperimen hingga peserta didik dapat memberikan kesimpulan sendiri melalui setiap tahap proses dalam inkuiri terbuka. 4. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kegiatan proses pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing fokus pada konsep inti dan mendorong pemahaman yang mendalam tentang materi belajar yang mengembangkan tingkat keterampilan berpikir. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah strategi yang berpusat pada peserta didik, peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan peran individu untuk memastikan bahwa semua peserta didik terlibat penuh dalam proses pembelajaran (Straumanis, 2010: 1). Menurut Hanson (2005:1), tahap pelaksanaan inkuiri terbimbing terdiri dari 5 (lima) tahapan, yaitu: 1) Orientasi Orientasi mempersiapkan peserta didik untuk belajar, memberikan motivasi utnuk berkreativitas, menciptakan minat pengetahuan sebelumnya. Pengenalan terhadap tujuan pembelajaran dan criteria keberhasilan memfokuskan peserta didik untuk menghadapi persoalan penting dan 13 menentukan tingkat penguasaan yang diharapkan. 2) Eksplorasi Pada tahap eksplorasi, peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengadakan observasi, mendesain eksperimen, mengumpulkan, menguji, dan menganalisa data, menyelidiki hubungan serta mengemukakan pertanyaan dan menguji hipotesis. 3) Pembentukan Konsep Sebagai hasil eksplorasi, konsep ditemukan, dikenalkan, dan dibentuk. Pemahaman konseptual dikembangkan oeleh keterlibatan peserta didik dalam penemuan bukan penyampaian informasi melalui naskah atau ceramah. 4) Aplikasi Tahap melibatkan penggunaan pengetahuan baru dalam latihan, masalah, dan situasi penelitian lain. Latihan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk kepercayaan diri yang sederhana dan konteks yang akrab. Pemahaman dan pembelajaran yang mengharuskan peserta didik mentransfer pengetahuan baru ke dalam konteks yang tidak akrab, memadukan dengan pengetahuan lain dan menggunakannya pada cara yang baru untuk memecahkan masalah-masalah nyata di atas. 5) Penutup Setiap kegiatan diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang mereka dapatkan, refleksi terhadap apa yang telah mereka pelajari dan menilai penampilan mereka. Validasi bisa diperoleh dengan melaporkan hasil mereka kepada teman atau guru untuk mendapatkan pandangan mengenai isi dan 14 kualitas hasil. Urutan orientasi eskplorasi, pembentukan konsep, aplikasi, dan penutup merupakan jantung dari rancangan ini. Siklus pembelajaran inkuiri terbimbing ini dapat dilihat pada Gambar 1 . Gambar 1. Siklus Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 5. Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sumber belajar baik baik berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Bahan ajar terdiri dari beberapa jenis: (1) bahan ajar cetak (printed), diantaranya buku, modul, LKPD, foto, poster, dll; (2) bahan ajar dengar (audio), seperti kaset, radio, compact disk audio; (3) bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compack disk video, film; (4) bahan ajar multimedia interaktif (interactive teacing material) seperti Compact Disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (Depdiknas, 2008: 27). Menurut Prastowo (2011:205), bahan ajar memiliki empat fungsi, yaitu (1) meminimalkan peran pendidik namun memaksimalkan peran peserta didik, (2) mepermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan, (3) sebagai 15 bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, dan (4) mempermudah pelaksanaan pelajaran kepada peserta didik. 6. Lembar Kerja Peserta Didik Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKPD biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Menurut Trianto (2012: 11) “LKPD memuat sekumpulan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar”. Depdiknas (2008) menjelaskan bahwa Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) adalah “lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik, yang berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru”. LKPD dapat digunakan untuk pemahaman konsep dan dapat juga sebagai saran peningkatan pemahaman peserta didik terhadap konsep. Dari kutipan di atas terlihat bahwa LKPD berfungsi untuk membantu guru dan peserta didik, membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan meminimalkan peran pendidik. Hendaknya LKPD memang dibuat sendiri oleh guru sehingga bisa sesuai dengan materi, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik. 7. Karakteristik Materi Struktur Atom Mekanika Kuantum Struktur atom mekanika kuantum merupakan salah satu materi pelajaran pada kelas X semester 1 di SMA/MA. Kompetensi Dasar (KD) materi stuktur atom mekanika kuantum dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. 16 1. Menganalisis struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan teori mekanika kuantum. 2. Menganalisis hubungan konfigurasi elektron dan diagram orbital untuk menentukan letak unsur dalam tabel periodik dan sifat-sifat periodik unsur. Untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik, maka indikator keberhasilan materi Struktur Atom Mekanika Kuantum ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan teori atom mekanika kuantum. 2. Menentukan bilangan kuantum suatu elektron 3. Menentukan bentuk-bentuk orbital dari suatu atom 4. Menentukan kulit, subkulit, serta hubungannya dengan bilangan kuantum 5. Menetukan konfigurasi elektron dan diagram orbital dengan menggunakan prinsip Aufbau, aturan Hund, azas larangan Pauli 6. Menentukan elektron valensi dan kulit valensi dari suatu atom. Materi pokok pada struktur atom mekanika kuantum adalah sebagai berikut: a. Model atom mekanika kuantum dan bilangan kuantum. 1. Struktur atom menurut teori atom mekanika kuantum 2. Keempat bilangan kuantum mekanika kuantum 3. Hubungan keempat bilangan kuantum dalam sebuah atom 4. Bentuk-bentuk orbital 17 b. Konfigurasi elektron dan diagram orbital. 1. Prinsip Aufbau 2. Aturan Hund 3. Azas Larangan Pauli 4. Elektron valensi dan kulit valensi dari suatu atom. B. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan LKPD Berbasis Inkuiri Terbimbing dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Kimia Peserta didik Pada Materi Struktur Atom Mekanika Kuantum di SMA Negeri 8 Padang. 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran kimia, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hamzah B. Uno (2012 : 41) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIA 1 (X IPA EK-SI 1) SMA Negeri 8 Padang. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MIA 1 (X IPA EK-SI 1) SMA Negeri 8 Padang untuk mata pelajaran kimia pada materi struktur atom mekanika kuantum 3. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada semester 1 tahun ajaran 2017/2018. Pelaksanaan penelitian dimulai dari 10 Agustus s/d 7 September 2017. 4. Siklus PTK PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran kimia melalui penggunaan LKPD berbasis Inkuiri terbimbing 19 C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah model siklus. Satu putaran spiral (satu siklus) terdiri dari langkah-langkah: perencanaan, tindakan (action) pemantauan (observation) dan refleksi. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas peserta didik dalam pembelajaran kimia. 2. Alat Pengumpulan Data Pada penelitian ini yang dijadikan alat pengumpul data adalah lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran kimia. Lembar observasi diisi oleh observer sesuai dengan aktivitas peserta didik yang diamati dan menghitung jumlah peserta didik yang melakukan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran. Observer mengisi jumlah peserta didik berupa angka pada setiap aktivitas yang terdapat pada lembar observasi. E. Teknik Analisis Data Peneliti mengisi lembaran observasi sesuai dengan aktivitas peserta didik yang diamati dan menghitung jumlah peserta didik yang melakukan aktivitas belajar dalam proses belajar mengajar. Data tentang aktivitas peserta didik setiap pertemuan dinyatakan dalam bentuk persentase. Untuk menentukan persentase aktivitas peserta didik digunakan rumus: 20 P F 100% N keterangan: P = persentase aktivitas peserta didik tiap pertemuan F = jumlah peserta didik yang terlibat N= jumlah peserta didik yang hadir F. Prosedur Penelitian Pola pelaksanaan pemberian tindakan ini menggunakan “model siklus”. Siklus ini terdiri dari empat komponen, yaitu: 1. Perencanaan Tindakan (Planning) 2. Tindakan (Action) 3. Observasi 4. Refleksi 21 Pola pelaksanaan pemberian tindakan pada penelitian: Permasalahan Refleksi I Perencanaan Tindakan I SIKLUS I Pelaksanaan Tindakan I Observasi/ Pengumpulan data I Perencanaan Tindakan II Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan Tindakan II Observasi/ Pengumpulan data II Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus berikutnya Skema 1. Model Siklus pemberian tindakan Arikunto(2006:16) 22 I. Siklus I a. Perencanaan Agar penelitian ini berjalan maksimal, perlu adanya rencana tindakan/kegiatan yang maksimal pula. Adapun rencana kegiatan yang diprogramkan adalah sebagai berikut: a) Menyusun perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 1 dan 2 b) Menggunakan LKPD berbasis Inkuiri terbimbing materi struktur atom mekanika kuantum dengan pendekatan saintifik yang sudah dikembangkan sebelumnya c) Membuat lembar obsevasi untuk setiap pertemuan yang akan di akumulasi pada satu siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan saat jam pelajaran kimia kelas X MIA 1 (X IPA EK-SI 1) b. Tindakan Prosedur yang dilakukan pada proses pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut : Tahap 1 1. Penyampaian pendahuluan berupa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai serta model pembelajaran yang akan digunakan, memotivasi peserta didik, dan melakukan apersepsi 2. Guru terlebih dahulu memberikan pre-test. Tahap 2 3. Pembentukan kelompok yang anggota dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan akademik heterogen, juga anggota berasal dari ras, suku, budaya dan 23 jenis kelamin yang berbeda-beda. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang anggota. Masing-masing kelompok diberikan LKPD berbasis Inkuiri terbimbing materi struktur atom mekanika kuantum dengan pendekatan saintifik Tahap 3 4. Penyampaian informasi kepada peserta didik secara ringkas dengan cara memberikan pertanyaan awal melalui media yang ditampilkan guru 5. Membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep tentang materi melalui modul. Peserta didik diberikan waktu untuk berdiskusi dalam kelompoknya untuk menemukan konsep. Proses penemuan konsep ini dibantu dengan pertanyaan kunci yang terdapat pada LKPD yang digunakan. Sewaktu diskusi berlangsung, guru berkeliling untuk memantau dan mengontrol jalannya diskusi dan memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam melakukan diskusi. Guru juga memberikan penilaian bagi peserta didik yang aktif dalam kelompoknya. 6. Membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk latihan pemantapan konsep materi yang dipelajari. 7. Membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam membagi pemahaman konsepnya dalam kelompok dan diskusi kelas dengan mempresentasikan hasil diskusinya. Tahap 4 8. Menutup diskusi 24 Tahap 5 9. Memberikan penguatan terhadap konsep materi hasil diskusi dengan melakukan tanya jawab. 10. Membantu peserta didik membuat kesimpulan dengan melakukan tanya jawab singkat dan peserta didik menuliskan rangkuman dari hasil diskusi pada buku catatannya. 11. Memberikan penghargaan kepada peserta didik dan kelompok yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.. c. Observasi Observasi diartikan sebagai kegiatan mengenali dan mengamati semua indikator, perubahan-perubahan yang terjadi dan hasil akhir yang dicapai sebagai dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan atau proses belajar mengajar berlangsung. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan, guru yang mengajar dibantu oleh teman sejawat mengamati aktivitas peserta didik berupa jumlah peserta didik yang melakukan kegiatan sesuai dengan indikator aktivitas belajar peserta didik. Selain itu, semua kegiatan yang terjadi tercatat oleh peneliti, baik dengan mengisi pedoman observasi ataupun membuat catatan lainnya atas kejadian yang perlu didiskusikan dengan guru . d. Refleksi Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan refleksi/ perenungan. Melalui refleksi dapat ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan 25 pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan pada siklus berikutnya. II. Siklus II Siklus kedua ini merupakan perbaikan dari tindakan pada siklus pertama, yang disusun dengan memperhatikan hasil refleksi dari siklus I. Prosedur penelitian pada siklus II adalah: a. Perencanaan Pada siklus ini dilakukan identifikasi masalah dan mencari solusi pemecahan masalah berdasarkan permasalahan yang terjadi padasiklus I. Setelah mencari solusi permasalahan, langkah selanjutnya peneliti melakukan pengembangan program untuk siklus II. b. Tindakan Pelaksanaan program pada siklus II sama dengan tindakan pada siklus I tetapi skenario pembelajaran sedikit berbeda, dimana pada siklus II ini lebih ditekankan untuk perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan yang terjadi pada siklus I. Pada siklus II, perbedaan tindakan terdapat pada: Tahap 3 1. Menayangkan slide PPT sebagai media ajar tambahan untuk menarik perhatian peserta didik 2. Memberikan nilai bonus berupa nilai point pada peserta didik/ kelompok yang aktif dalam diskusi, dan yang berhasil mempresentasikan pertanyaan kunci dengan benar. 26 c. Observasi Tahapan observasi II ini sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I. d. Refleksi Refleksi dilakukan oleh tim peneliti (guru dan observer) terhadap pelaksanaan siklus kedua, serta menganalisis dan membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan dengan melaksanakan tindakan (treatment) tertentu. Pada tahap ini dilihat lagi apakah pembelajaran yang telah dirancang dengan tindakan tertentu dapat meningkatkan atau memperbaiki masalah yang diteliti.Jika masih ada kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan, dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 4.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua siklus I dilaksanakan pada 10 Agustus 2017 dan 24 Agustus 2017. Sedangkan pertemuan pertama dan kedua siklus II dilaksanakan pada 31 Agustus 2017 dan 7 September 2017. Data yang diperoleh adalah data pengamatan aktivitas belajar peserta didik kelas X MIA 1 (X IPA EK-SI 1) SMA Negeri 8 Padang yang berjumlah 32 orang. Selama pelaksanaan penelitian peserta didik dibagi kedalam 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang anggota. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa lembar observasi, yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas peserta didik dalam pembelajaran kimia. Observer dalam penelitian ini adalah Dra. Asra, M.Pd dan Wynda Erwanty, S.Pd yang merupakan guru pamong dan rekan sejawat. Agar pengamatan aktivitas belajar peserta didik lebih optimal Dra. Asra, M.Pd menjadi observer untuk peserta didik di kelompok 1 s/d 4, sedangkan Wynda Erwanty, S.Pd menjadi observer untuk peserta didik di kelompok 5 s/d 8. Hasil pengamatan ini merupakan persentase kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator aktivitas belajar peserta didik yang diamati terdiri dari enam indikator dapat disajikan dalam tabel berikut: 28 Tabel 4.1 : Indikator Aktivitas Belajar Peserta didik No Indikator Aktivitas 1 Bekerjasama dalam kelompok untuk menentukan jawaban pertanyaan kunci (A1) 2 Menyampaikan pendapat dalam menentukan jawaban pertanyaan kunci (A2) 3 Bertanya (berdiskusi) dengan guru (A3) 4 Menanggapi/ menjawab pertanyaan guru (A4) 5 Mengerjakan latihan dengan tahapan yang benar (A5) 6 Menuliskan kesimpulan di akhir pembelajaran (A6) 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Pelaksanaan peneltian pada siklus I dilaksankan dalam dua kali pertemuan. Materi ajar pada petemuan pertama adalah struktrur atom menurut teori atom Bohr, struktur atom menurut teori atom mekanika kuantum, bilangan kuantum utama (n) serta bilangan kuantum azimut (l). Sedangkan materi ajar pada pertemuan kedua adalah bilangan kuantum magnetik (m), bilangan kuantum spin (s) dan hubungan dari keempat bilangan kuantum. Pengamatan aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama dan kedua dilakukan oleh pengamat dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari enam indikator yang diamati disajikan dalam tabel berikut : 29 Tabel 4.2 Persentase aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama NO 1 2 3 4 5 6 Aktivitas Peserta Didik Yang Diamati A1 A2 A3 A4 A5 A6 Observer 1 Observer 2 Jumlah Jumlah Persentase PesertaDidik PesertaDidik (%) Yang Aktif Yang Aktif 14 44% 11 8 25% 9 3 9% 4 4 13% 4 13 41% 13 13 41% 14 Persentase (%) 34% 28% 13% 13% 41% 44% Total Peserta Didik Yang Aktif Persetase Total (%) 25 17 7 8 26 27 78% 53% 22% 25% 82% 85% Tabel 4.3 Persentase aktivitas peserta didik pada pertemuan kedua NO Aktivitas Peserta Didik Yang Diamati 1 2 3 4 5 6 A1 A2 A3 A4 A5 A6 Observer 1 Jumlah PesertaDidik Yang Aktif 14 10 6 5 13 14 Observer 2 Jumlah Persentase PesertaDidik (%) Yang Aktif 44% 31% 19% 16% 41% 44% 14 9 5 5 15 14 Persentase (%) Total Peserta Didik Yang Aktif Persetase Total (%) 44% 28% 16% 16% 47% 44% 28 19 11 10 28 28 88% 59% 35% 32% 88% 88% Berdasarkan data pada tabel 4.2 dan tabel 4.3, maka dapat diketahui bahwa dari 32 jumlah peserta didik, aktivitas peserta didik menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan dalam setiap pertemuan pada kegiatan belajar dan pembelajaran. Kecenderungan kenaikan aktivitas peserta didik dapat dijelaskan dengan melihat perbandingan aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua, dari hasil pengamatan rata-rata aktivitas peserta didik dari setiap pertemuan cenderung meningkat seperti yang tertera pada tabel 4.4 berikut. 30 Tabel 4.4 Persentase rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus I Persentase Keaktifan Siklus I No Aktivitas 1 2 3 4 5 6 A1 A2 A3 A4 A5 A6 Rata-rata Pertemuan Pertemuan persentase 1 2 (%) 78% 53% 22% 25% 82% 85% 88% 59% 35% 32% 88% 88% 83% 56% 29% 29% 85% 87% Proses pembelajaran pada siklus I dilakukan sebanyak dua pertemuan pada pokok bahasan struktur atom mekanika kuantum dengan sub pokok bahasan teori atom mekanika kuantum. Dari jumlah peserta didik 32 orang didapatkan rata-rata aktivitas peserta didik dalam bekerjasama dalam kelompok untuk menentukan jawaban pertanyaan kunci sebesar 83%; menyampaikan pendapat dalam menentukan jawaban pertanyaan kunci sebesar 56%; bertanya (berdiskusi) dengan guru sebesar 29% ; menanggapi/ menjawab pertanyaan guru sebesar 29%; mengerjakan latihan dengan tahapan yang benar sebesar 85%; dan menuliskan kesimpulan di akhir pembelajaran sebesar 87% Berdasarkan table hasil pengamatan, maka dapat diperoleh kendala yang dihadapi peserta didik , diantaranya: a. Sebagian peserta didik lebih suka memikirkan dan menjawab sendiri jawaban pertanyaan kunci di dalam LKPD. Sehingga, pengerjaan LKPD bagi sebagian peserta didik menjadi bersifat individual, bukan berkelompok. 31 b. Sebagian peserta didik menjawab LKPD hanya dengan menyalin teks dari buku paket mereka. Sehingga mereka tidak memahami secara mendalam apa yang mereka tulis dan ucapkan karena baru sekedar hafalan. Mereka tidak terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan kunci yang menuntut mereka menemukan sendiri konsep pembelajaran dan merangkainya dengan bahasa sendiri. c. Jika diminta bertanya, kebanyakan peserta didik belum berani bertanya. Hal ini disebabkan oleh peserta didik tidak terbiasa bertanya dan kurang memahami secara mendalam apa yang dipelajari sehingga tidak tahu apa yang perlu ditanyakan. d. Masih sedikit juga peserta didik yang mau menjawab pertanyaan disaat guru meminta jawaban dari setiap kelompok karena peserta didik belum terbiasa untuk berbicara dan masih banyak yang tidak berani dalam berbicara. Hal ini terjadi karena peserta didik 4.2.1 Refleksi Siklus I Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, maka dilanjutkan dengan melakukan refleksi terhadap aktivitas peserta didik. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tindakan yang telah dilakukan pada siklus I belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan.Pada siklus I, telah diamati empat aktivitas belajar peserta didik saat proses belajar mengajar berlangsung. Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa aktivitas peserta didik yang masih kurang saat proses pembelajaran berlangsung adalah aktivitas bertanya dengan persentasi 27,59%. Sehingga harus dicari cara untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada siklus II. 32 4.2.2 Perbaikan Tindakan Siklus II Tindakan siklus II merupakan suatu tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dilakukanlah kegiatan proses pembelajaran pada siklus II yang meliputi: 1. Perencanaan Proses pembelajaran pada siklus II merupakan perbaikan dari proses pembelajaran pada sikslus I. Hasil pengamatan pada siklus I, menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik yang masih kurang saat proses pembelajaran berlangsung adalah aktivitas bertanya dengan persentasi 27,59%. Dari hasil ini, direncanakan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam bertanya yaitu dengan cara menunjuk peserta didik secara langsung untuk bertanya mengenai gambar atau video yang diamati, memberikan waktu yang lebih banyak untuk berdiskusi dan memberikan reward seperti tambahan nilai bonus bagi peserta didik yang aktif bertanya dan nilai bonus bagi kelompok yang jawabannya benar. 2. Tindakan Pelaksanaan program pada siklus II sama dengan tindakan pada siklus I tetapi skenario pembelajaran sedikit berbeda, dimana pada siklus II dibentuk kelompok diskusi yang lebih kecil yaitu masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang peserta didik dan setiap peserta didik dianjurkan untuk aktif bertanya, aktif menjawab pertanyaan, aktif mengacungkan tangan dan semua peserta didik harus mengerjakan LKPDJika ada peserta didik yang kurang aktif dalam bertanya maka guru meminta peserta didik untuk betanya mengenai meteri yamg sedang di ajarkan (gambar atau video yang diamati). Selain itu, pada pembelajaran siklus II dilakukan bimbingan 33 secara langsung kepada semua kelompok dan memotivasi peserta didik yang hasil belajarnya masih rendah. 3. Observasi Tahapan observasi II ini sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I. 4. Refleksi Refleksi dilakukan oleh tim peneliti (guru dan observer) terhadap pelaksanaan siklus kedua, serta menganalisis dan membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan dengan melaksanakan tindakan (treatment) tertentu. Pada tahap ini dilihat lagi apakah pembelajaran yang telah dirancang dengan tindakan tertentu dapat meningkatkan atau memperbaiki masalah yang diteliti.Jika masih ada kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan, dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. 4.2.3 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II Pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus II sebagai siklus lanjutan yang dilakukan oleh guru mitra sebagai pengamat. Selama dalam kegiatan proses pembelajaran guru mitra sebagai pengamat bertindak sebagai pengamat seluruh aktivitas peserta didik dengan mengacu kepada lembar observasi yang telah disediakan. Data perolehan hasil aktivitas peserta didik pada siklus II sebagai berikut. Tabel 4.5 Persentase aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama NO Aktivitas Peserta Observer 1 Observer 2 34 Total Peserta Persetase Total (%) Didik Yang Diamati 1 2 3 4 5 6 A1 A2 A3 A4 A5 A6 Jumlah Jumlah Persentase Persentase PesertaDidik PesertaDidik (%) (%) Yang Aktif Yang Aktif 15 47% 15 47% 11 34% 12 38% 7 22% 8 25% 8 25% 7 22% 15 47% 15 47% 16 50% 15 47% Didik Yang Aktif 30 23 15 15 30 31 94% 72% 47% 47% 94% 97% Tabel 4.6 Persentase aktivitas peserta didik pada pertemuan kedua NO Aktivitas Peserta Didik Yang Diamati 1 2 3 4 5 6 A1 A2 A3 A4 A5 A6 Observer 1 Jumlah PesertaDidik Yang Aktif 16 12 9 10 16 16 Observer 2 Persentase (%) 50% 38% 28% 31% 50% 50% Jumlah Persentase PesertaDidik (%) Yang Aktif 16 13 12 10 16 16 50% 41% 38% 32% 50% 50% Total Peserta Didik Yang Aktif Persetase Total (%) 32 25 21 20 32 32 100% 79% 66% 62% 100% 100% Berdasarkan data pada tabel 4.5 dan tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa dari 32 jumlah peserta didik, hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta didik menunjukkan kecenderungan peserta didik dalam setiap pertemuan mengalami kenaikan. Kecenderungan kenaikan aktivitas peserta didik dapat dijelaskan dengan melihat perbandingan aktivitas peserta didik pada pertemuan I dan pertemuan II, dari hasil 35 pengamatan rata-rata aktivitas peserta didik dari setiap pertemuan tertera pada tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7Persentase rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus II Persentase Keaktifan Siklus II No Aktivitas 1 2 3 4 5 6 A1 A2 A3 A4 A5 A6 Pertemuan Pertemuan 1 2 94% 72% 47% 47% 94% 97% 100% 79% 66% 62% 100% 100% Rata-rata persentase (%) 97% 76% 57% 55% 97% 99% Proses pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan pada pokok bahasan struktur atom mekanika kuantumdengan dua sub pokok bahasan yaitu , ikatan kovalen, ikatan kovalen koordanasi, ikatan logam dan sifat fisik senyawa serta gaya antar molekul. Dari jumlah peserta didik 32 orang didapatkan persentase rata-rata aktivitas peserta didik dalam bertanyasebesar 77,42%; menjawab pertanyaan85,49%; mengacungkan tangan sebesar 83,89% dan mengerjakan LKPDsebesar 90,33%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tindakan siklus II menunjukkan adanya peningkatan terhadap tindakan pada siklus sebelumnya. 4.2.4 Refleksi Siklus II Dengan melihat gambaran hasil tindakan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengamatan kegiatan peserta didik atau aktivitas peserta didik sudah mencapai kriteria yang diharapkan walaupun persentase aktivitas peserta didik dalam bertanya masih rendah, tetapi hal ini sudah 36 terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya.Namun untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan yang dilaksanakan dalam peningkatan aktivitas peserta didik perlu dilakukan refleksi terhadap tindakan pada siklus II.Hasil refleksi pada siklus II sebagai berikut: a. Selama kegiatan PBM telah terjadi umpan balik yang baik dari peserta didik. b. Proses bimbingan secara langsung telah memberikan pemahaman yang utuh dan memotivasi peserta didik dalam mengerjakan LKPD serta mempersentasikan hasil kerja kelompok. c. Manajemen waktu dalam pengelolaan KBM melalui model pembelajaran Inquiry Terbimbing menggunakan LKPD telah berjalan sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Dengan melihat hasil refleksi pada siklus II tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan yang diharapkan.Oleh karena itu tindakan tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya. B. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Inquiri Terbimbing menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas peserta didik pada materi struktur atom mekanika kuantum. Di dalam LKPD terdapat pertanyaan kunci yang membimbing peserta didik untuk menemukan konsep tentang materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penerapan model ini dapat membantu peserta didik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada perubahan yang positif terhadap 37 aspek kognitif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Adapun data persentase rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.8 Persentase rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus I dan siklus II No 1 2 3 4 5 6 Rata-Rata Persentase Keaktifan Aktivitas A1 A2 A3 A4 A5 A6 Rata-Rata Siklus I Siklus II 83% 56% 29% 29% 85% 87% 62% 97% 76% 57% 55% 97% 97% 80% Berdasarkan tabel 4.8, secara umum keterlaksanaan pembelajaran kimia dengan penerapan model pembelajaran Inquiri Terbimbing pada siklus I, dan siklus II sudah sesuai dengan tahapan-tahapan pada pedoman observasi yang sudah disusun peneliti sebelumnya. Pada siklus I, penerapan model pembelajaran Inquiry Terbimbing rata-rata persentase aktivitas peserta didik masih tergolong kategori kurang aktif yaitu berkisar 48,92%. Hal ini disebabkan peserta didik belum terbiasa 38 dengan model pembelajaran Inquiri Terbimbing yang mana interaksi antar peserta didik masih kurang sehingga terlihat bahwa aktivitas belajar peserta didik pada siklus I masih rendah. Namun setelah dilakukan refleksi siklus I aktivitas belajar peserta didik pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 35,36%, yang mana rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus II berkisar 84,24% dan pada siklus II ini aktivitas belajar peserta didik tergolong dalam kategori Aktif.Persentase keaktifan belajar kimia peserta didik dapat dilihat dalam grafik 4.1 berikut. Grafik 4.1 Aktivitas belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II kelas X SMAN 8 Padang 120% 100% 80% SIKLUS I 60% SIKLUS II 40% 20% 0% A1 A2 A3 A4 A5 A6 Grafik 4.2 Rata-rata Aktivitas belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II kelas X SMAN 8 Padang 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% SIKLUS I SIKLUS II 39 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas X SMA N 8 Padang dapat disimpulkan: 1. Penerapan model pembelajaran Inquiri Terbimbing dengan menggunakan LKPD padapokok bahasan struktur atom mekanika kuantumdapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. 2. Dari rata-rata persentase aktivitas belajar peserta didik terjadi peningkatan aktivitas belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II sebesar 35,36%. 3. Memperkecil kelompok diskusi dan menunjuk peserta didik secara langsung untuk bertanya dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. B. Saran 40 Adapun yang menjadi saran pada skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Guru dapat menggunakan model alternatif dalam pembelajaran Inquiri Terbimbing sebagai pokok bahasan ikatan kimia, karena mempunyai pengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar peserta didik. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penggunaan model pembelajaran Inquiri Terbimbing yang di kombinasikan dengan model atau pendekatan pembelajaran lain dengan memperhatikan karekteristik materi yang diajarkan. 41 DAFTAR PUSTAKA AM, Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Arifin, Mulyati, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Surabaya :Universitas Negeri Malang. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, Ratna.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom dari SMA Hingga Perguruan Tinggi (Disertasi). Bandung : SPs-UPI Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara. Hamzah B. Uno dkk. 2012. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta : Bumi Aksara. Hanson, D.2006. Instructor’s Guide to Process-Oriented Guided-Inkuiri Learning. New 42 York: Pasific Crest. J.M.C.Johari, M.Rachmawati, 2007. Kimia SMA dan MA untuk kelas X. Jakarta: Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. http://kurikulum2013.kemendikbud.go.id. (diakses tanggal 13 Oktober 2013) Kemendiknas. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta : Direktorat Pembinaan SMA. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tiffani, Dynda Meutia, dkk. 2015. Efektivitas Pendekatan Saintifik Dalam Meningkatkan Kemampuan Membedakan Pada Materi Hidrolisis Garam. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Kimia, Vol 4. No.2. Edisi Agustus. 43