Uploaded by User80297

bab 1-5 DINI

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan data dari Education For All Global Monitoring Report UNESCO,
pendidikan Indonesia dianggap tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga
di ASEAN. Pada tahun 2011 lalu, dari 127 negara Education Development Index
(EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69. Produk pendidikan dasar dan menengah
belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan
anak-anak bangsa lain, padahal pendidikan adalah instrumen utama pembentukan
generasi penerus bangsa.
Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan pendidikan ini
adalah dengan memberlakukan kurikulum pendidikan baru yang disebut kurikulum
2013. Pada penerapan kurikulum 2013, peserta didik dituntut untuk mampu
mengolah dan mengkonstruksi pengetahuannya dengan mengedepankan pengalaman
personal melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan (pendekatan saintifik). Melalui pendekatan ini, diharapkan
peserta didik memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap lebih aktif,
kreatif, inovatif, dan produktif sesuai dengan tujuan perancangan kurikulum 2013
(Kemendikbud, 2013: 12).
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau
yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran
menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses
1
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan
antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak ( hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
(Kemendikbud, 2013: 4).
Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.. Dalam
pelaksanaannya peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan
berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains
sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan
ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan
2
sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan
untuk kehidupannya.
Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu dari rumpun sains yang mempelajari
komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta
perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Fadiawati, 2011).
Berdasarkan deskripsi tentang ilmu kimia tersebut dapat dipastikan bahwa dalam
pembelajaran ilmu kimia pendekatan saintifik sangat cocok digunakan.
Pada materi pelajaran struktur atom, pengetahuan kognitif yang mendominasi
adalah pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural, sehingga jika peserta
didik
menggunakan
metode
menghafal
tanpa
mengerti
dan
memahami
konsep-konsep dengan baik maka peserta didik akan mengalami kesulitan. Terlebih
lagi sumber belajar yang dimiliki oleh peserta didik terbatas dan kebanyakan peserta
didik malas mencari sumber belajar lainnya selain buku paket Kimia Kelas X.
Pendekatan saintifik menuntut peserta didik untuk aktif dalam memperoleh
pengetahuan sehingga membutuhkan sumber belajar yang cukup banyak. Pada saat
proses pembelajaran di kelas eksperimen peserta didik hanya mempunyai satu
sumber belajar yaitu buku panduan kimia yang tidak semua peserta didik
memilikinya, sehingga hal ini menghambat proses pembelajaran yang dilakukan
(Tiffani, dkk, 2015: 628)
Sebelumnya sudah dipaparkan bahwa kurikulum 2013 mendorong peserta didik
untuk menemukan sendiri berbagai fakta dan membangun konsep dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan pedekatan saintifik. Salah satu model
pembelajaran
yang
mengimplementasikan
3
kurikulum
2013
adalah
model
pembelajaran Inkuiri terbimbing. Dalam pembelajaran Inkuiri terbimbing, peserta
didik membangun pemahaman dalam belajar melalui proses yang melibatkan
pengetahuan sebelumnya dan pengalaman, mengikuti siklus pembelajaran yang
terdiri dari eksplorasi, pembentukan konsep dan aplikasi, membahas dan berinteraksi
dengan orang lain, mencerminkan kemajuan dalam belajar dan menilai kinerja
sendiri (Bransford et al. didalam Hanson, 2005: 1).
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
dengan peran individu untuk memastikan bahwa semua peserta didik terlibat penuh
dalam proses pembelajaran (Straumanis, 2010:1). Untuk mendukung penerapan
model
pembelajaran
Inkuiri
terbimbing
yang
dilaksanakan
dalam
kelompok-kelompok kecil maka digunakan LKPD berbasis Inkuiri terbimbing.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kimia yang
mengajar di SMA Negeri 8 Padang, diperoleh informasi bahwa sejak penerapan
kurikulum 2013 pembelajaran kimia belum pernah menggunakan LKPD . Proses
pembelajaran di kelas selama ini hanya menggunakan buku paket sebagai sumber
belajar peserta didik. Didalam buku paket semua materi sudah dipaparkan, hanya
saja buku teks memaparkan materi struktur atom secara langsung tanpa merangsang
proses berfikir peserta didik untuk menemukan konsep tersebut.
LKPD berbasis Inkuiri terbimbing merupakan salah satu solusi yang dapat
digunakan guru untuk mengatasi masalah dalam memilih bahan ajar yang tepat yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. LKPD berbasis Inkuiri terbimbing
merupakan LKPD yang dibuat berdasarkan siklus belajar Inkuiri terbimbing yang
4
terdiri dari lima tahap, yaitu tahap orientasi, ekplorasi, pembentukan konsep, aplikasi
dan penutup (Hanson, 2005: 1). Kelima tahapan inilah yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013, dimana kelima tahapan tersebut memuat kegiatan 5M (mengamati,
menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan) yang dituntut
pada pembelajaran kurikulum 2013.
Berdasarkan permasalahan diatas membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas yang berjudul "Penggunaan LKPD Berbasis Inkuiri
Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik Pada Materi
Struktur Atom Mekanika Kuantum di SMA Negeri 8 Padang”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Sumber belajar yang kurang menghambat peserta didik untuk menemukan fakta
dan konsep secara personal dalam penerapan pendekatan saintifik kurikulum
2013.
2.
LKPD sebagai sumber belajar yang lebih menunjang bagi peserta didik belum
pernah digunakan dalam kegiatan pembeajaran kimia.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah Penggunaan LKPD Berbasisis Inqury Terbimbing Dapat
Meningkatkan Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik Pada Materi Struktur Atom
Mekanika Kuantum Di SMA Negeri 8 Padang?”
5
D. Cara Pemecahan Masalah
Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar kimia peserta didik adalah
dengan menggunakan modul pembelajaran dengan pendekatan saintifik sehingga
dapat membantu peserta didik menemukan konsep dalam memahami materi
pembelajaran.
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, secara umum bertujuan untuk meningkatkan
aktivitas belajar peserta didik melalui penggunaan LKPD berbasis inqury terbimbing
pada materi struktur atom mekanika kuantum di SMA Negeri 8 Padang.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Meningkatkan keaktifan dan motivasi peserta didik dalan pembelajaran kimia
khususnya materi struktur atom mekanika kuantum.
2. Bekal pengetahuan bagi penulis yang dapat digunakan dalam pembelajaran
kimia untuk waktu selanjutnya.
3. Sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan, maupun para
peneliti berikutnya di masa mendatang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Aktivitas belajar
Arikunto (2006:19) menjelaskan bahwa secara sederhana belajar diartikan
sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan
perubahan terhadap diri manusia
yang melakukannya dengan
maksud
memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan
maupun sikap. Belajar yang efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat
pada peserta didik sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Untuk
kepentingan tersebut diatas guru lebih berperan sebagai fasilitator, atau pemandu
belajar, bertugas membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam belajar.
Faktor keberhasilan peserta didik dalam belajar sangat tergantung kepada
keaktifan peserta didik itu sendiri sebagai subjek belajar. Aktivitas peserta didik
merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.
Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat
menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan peserta didik lain, serta
tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Menurut Sriyono (1992:34),
aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau
rohani. Aktivitas peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah
satu indikator adanya keinginan peserta didik untuk belajar.
7
Aktifnya peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. Peserta didik
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri perilaku seperti: sering
bertanya kepada guru atau peserta didik lain, mau mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar,
dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau
dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.
Berbagai macam aktifitas dapat dilakukan peserta didik, para ahli
melakukan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Sardiman, (1996)
kegiatan dalam mengajar terdiri dari:
a. Visual activities, seperti : membaca, memperhatikan gambar, mengamati
demonstrasi dan percobaan.
b. Oral activities (lisan), seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.
c. Listening activities (mendengarkan), seperti : mendengarkan uraian percakapan,
diskusi, musik dan pidato.
d. Writing acivities (menulis), seperti : menulis cerita, karangan, laporan, angket,
dan menyalin.
e. Motor acivities, seperti : melakukan percobaan, membuat kontruksi, model
mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak
Berdasarkan pengelompokan aktivitas yang dikemukakan di atas, pada
penelitian ini aspek aktivitas yang akan diamati adalah aspek -aspek berikut:
a. Membaca bahan ajar (visual activities)
8
b. Berdiskusi dalam kelompok (oral activities)
c. Mengerjakan LKPD sesuai dengan petunjuk guru (writing activities)
d. Bertanya (oral activities)
e. Menjawab pertanyaan (oral activities)
f. Menyampaikan pendapat (oral activities)
g. Menulis/Mencatat kesimpulan (writing activities)
Sehubungan dengan hal tersebut menurut Oemar Hamalik (2001:175) ada
beberapa manfaat aktifitas yaitu:
a. Mendorong peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langsung
mengalami sendiri.
b. Dengan berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi
peserta didik secara integral.
c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan peserta didik.
d. Mendorong para peserta didik bekerja menurut minat dan kemampuan
sendiri.
e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
f. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalistis.
g. Menjadikan pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas
dalam kehidupan bermasyarakat.
9
Agar aktivitas peserta didik yang diharapkan dapat terjadi, guru berperan
mengarahkan, membimbing dan menuntun peserta didik menggunakan modul.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik yang memungkinkan
peserta
didik
untuk
mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan
2. Pembelajaran Kurikulum 2013
Suasana pembelajaran yang efektif dalam Kurikulum 2013 adalah suasana
pembelajaran yang memiliki karakteristik di mana peserta didik melihat,
mendengarkan, mendemonstrasikan, bekerjasama, menemukan, dan membangun
konsep sendiri (Amri, 2013: 119). Guru tidak lagi menyampaikan pengetahuan
dalam bentuk utuh melainkan peserta didik mencari tahu sendiri dengan cara bekerja
kelompok dalam rangka membangun pengetahuan. Dalam hal ini guru bukanlah
sebagai sumber belajar melainkan berfungsi sebagai fasilitator yang melakukan
interfensi bila diperlukan.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 terdiri dari kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup (Kemendikbud, 2014: 26).
1. Kegiatan Pendahuluan. Dalam kegiatan ini, guru menyiapkan peserta didik untuk
belajar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi yang akan
dipelajari secara garis besar, dan melakukan apersepsi.
2. Kegiatan Inti. Kegiatan inti merupakan inti proses pembelajaran yang sering
disingkat dengan istilah 5 M, yakni:
10
a. Mengamati, meliputi kegiatan yang berkaitan erat dengan konteks nyata
seperti melihat, membaca, mendengar, dan menyimak.
b. Menanya, yakni berupa informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati
atau untuk mendapatkan informasi.
c. Mengeksplor, bertujuan meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam
mengembangkan kreatifitas dan keterampilan berkomunikasi.
d. Mengasosiasi, meliputi kegiatan menganalis data, mengelompokkan,
membuat ketegori, menyimpulkan, dan memprediksi/ mengestimasi.
e. Mengkomunikasikan, kegiatan menyampaikan hasil yang diperoleh selama
pembelajaran.
3. Kegiatan Penutup. Guru bersama peserta didik atau sendiri membuat simpulan
pelajaran; melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan selama
pembelajaran berlangsung; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran; merencanakan tindak lanjut terhadap hasil pembelajaran, seperti
remedi atau pengayaan dan layanan konseling; memberikan tugas kelompok atau
mandiri; dan menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya.
3. Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2011: 196-197) Strategi pembelajaran inkuiri
merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan, dengan ciri utama, yaitu: (1)
11
menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, (2) seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, (3)
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
sehingga peserta didik tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tetapi
bagaimana peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang meliputi
topik masalah, pertanyaan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan
kesimpulan, Bell (2005:4) membedakan inkuiri menjadi empat tingkat, sebagai
berikut:
a. Inkuiri Konfirmasi
Pada inkuiri konfirmasi peserta didik diberikan pertanyaan dan prosedur dan
hasilnya diketahui sebelumnya.
b. Inkuiri Terstruktur
Pada inkuiri ini, peserta didik melakukan penyelidikan berdasarkan masalah
yang diberikan oleh guru, selain itu peserta didik menerima seluruh instruksi
pada setiap tahap-tahapnya, dan peserta didik yang mengambil kesimpulan.
c. Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing merupakan jenis inkuiri dengan tingkatan yang lebih
kompleks dibandingkan inkuiri terstruktur. Pada inkuiri terbimbing peserta
didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran melalui penyelidikan dari
permasalahan yang diberikan guru, kemudian peserta didik menentukan
proses dan solusi dari permasalahan tersebut hingga akhirnya peserta didik
12
dapat membuat kesimpulan.
d. Inkuiri Terbuka
Inkuiri terbuka merupakan jenis inkuiri dengan tingkatan inkuiri tertinggi.
Selama proses pembelajaran ini, peserta didik terlibat langsung dalam proses
pembelajaran
dengan
melakukan
penyelidikan
terhadap
topik
yang
berhubungan dengan pertanyaan atau masalah, merancang desain eksperimen
hingga peserta didik dapat memberikan kesimpulan sendiri melalui setiap
tahap proses dalam inkuiri terbuka.
4. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Kegiatan proses pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing fokus pada konsep
inti dan mendorong pemahaman yang mendalam tentang materi belajar yang
mengembangkan tingkat keterampilan berpikir. Pembelajaran inkuiri terbimbing
adalah strategi yang berpusat pada peserta didik, peserta didik bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil dengan peran individu untuk memastikan bahwa
semua peserta didik terlibat penuh dalam proses pembelajaran (Straumanis, 2010:
1).
Menurut Hanson (2005:1), tahap pelaksanaan inkuiri terbimbing terdiri
dari 5 (lima) tahapan, yaitu:
1) Orientasi
Orientasi mempersiapkan peserta didik untuk belajar, memberikan
motivasi utnuk berkreativitas, menciptakan minat pengetahuan sebelumnya.
Pengenalan terhadap tujuan pembelajaran dan criteria keberhasilan
memfokuskan peserta didik untuk menghadapi persoalan penting dan
13
menentukan tingkat penguasaan yang diharapkan.
2) Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi, peserta didik mempunyai kesempatan untuk
mengadakan observasi, mendesain eksperimen, mengumpulkan, menguji, dan
menganalisa data, menyelidiki hubungan serta mengemukakan pertanyaan
dan menguji hipotesis.
3) Pembentukan Konsep
Sebagai hasil eksplorasi, konsep ditemukan, dikenalkan, dan dibentuk.
Pemahaman konseptual dikembangkan oeleh keterlibatan peserta didik dalam
penemuan bukan penyampaian informasi melalui naskah atau ceramah.
4) Aplikasi
Tahap melibatkan penggunaan pengetahuan baru dalam latihan, masalah, dan
situasi penelitian lain. Latihan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk membentuk kepercayaan diri yang sederhana dan konteks yang akrab.
Pemahaman dan pembelajaran yang mengharuskan peserta didik mentransfer
pengetahuan baru ke dalam konteks yang tidak akrab, memadukan dengan
pengetahuan lain dan menggunakannya pada cara yang baru untuk
memecahkan masalah-masalah nyata di atas.
5) Penutup
Setiap kegiatan diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang mereka
dapatkan, refleksi terhadap apa yang telah mereka pelajari dan menilai
penampilan mereka. Validasi bisa diperoleh dengan melaporkan hasil mereka
kepada teman atau guru untuk mendapatkan pandangan mengenai isi dan
14
kualitas hasil.
Urutan orientasi eskplorasi, pembentukan konsep, aplikasi, dan penutup
merupakan jantung dari rancangan ini. Siklus pembelajaran inkuiri terbimbing ini
dapat dilihat pada Gambar 1
.
Gambar 1. Siklus Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
5. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sumber belajar
baik baik berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Bahan ajar terdiri dari
beberapa jenis: (1) bahan ajar cetak (printed), diantaranya buku, modul, LKPD, foto,
poster, dll; (2) bahan ajar dengar (audio), seperti kaset, radio, compact disk audio;
(3) bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compack disk video, film; (4)
bahan ajar multimedia interaktif (interactive teacing material) seperti Compact Disk
(CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (Depdiknas,
2008: 27).
Menurut Prastowo (2011:205), bahan ajar memiliki empat fungsi, yaitu (1)
meminimalkan peran pendidik namun memaksimalkan peran peserta didik, (2)
mepermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan, (3) sebagai
15
bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, dan (4) mempermudah
pelaksanaan pelajaran kepada peserta didik.
6. Lembar Kerja Peserta Didik
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah
lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKPD biasanya berupa petunjuk
dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Menurut Trianto (2012:
11) “LKPD memuat sekumpulan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik
untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan
dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar”.
Depdiknas (2008) menjelaskan bahwa Lembar Kerja Peserta didik (LKPD)
adalah “lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik,
yang berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru”. LKPD dapat digunakan untuk pemahaman konsep dan
dapat juga sebagai saran peningkatan pemahaman peserta didik terhadap konsep.
Dari kutipan di atas terlihat bahwa LKPD berfungsi untuk membantu guru
dan peserta didik, membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan meminimalkan
peran pendidik. Hendaknya LKPD memang dibuat sendiri oleh guru sehingga bisa
sesuai dengan materi, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik.
7. Karakteristik Materi Struktur Atom Mekanika Kuantum
Struktur atom mekanika kuantum merupakan salah satu materi pelajaran
pada kelas X semester 1 di SMA/MA. Kompetensi Dasar (KD) materi stuktur
atom mekanika kuantum dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
16
1. Menganalisis struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan teori mekanika
kuantum.
2. Menganalisis hubungan konfigurasi elektron dan diagram orbital untuk
menentukan letak unsur dalam tabel periodik dan sifat-sifat periodik unsur.
Untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik,
maka indikator keberhasilan materi Struktur Atom Mekanika Kuantum ini adalah
sebagai berikut :
1. Menjelaskan teori atom mekanika kuantum.
2. Menentukan bilangan kuantum suatu elektron
3. Menentukan bentuk-bentuk orbital dari suatu atom
4. Menentukan kulit, subkulit, serta hubungannya dengan bilangan kuantum
5. Menetukan konfigurasi elektron dan diagram orbital dengan menggunakan
prinsip Aufbau, aturan Hund, azas larangan Pauli
6. Menentukan elektron valensi dan kulit valensi dari suatu atom.
Materi pokok pada struktur atom mekanika kuantum adalah sebagai berikut:
a. Model atom mekanika kuantum dan bilangan kuantum.
1. Struktur atom menurut teori atom mekanika kuantum
2. Keempat bilangan kuantum mekanika kuantum
3. Hubungan keempat bilangan kuantum dalam sebuah atom
4. Bentuk-bentuk orbital
17
b. Konfigurasi elektron dan diagram orbital.
1. Prinsip Aufbau
2. Aturan Hund
3. Azas Larangan Pauli
4. Elektron valensi dan kulit valensi dari suatu atom.
B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai
berikut: Penggunaan LKPD Berbasis Inkuiri Terbimbing dapat Meningkatkan
Aktivitas Belajar Kimia Peserta didik Pada Materi Struktur Atom Mekanika
Kuantum di SMA Negeri 8 Padang.
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan aktivitas belajar
peserta didik dalam pembelajaran kimia, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hamzah B. Uno (2012 : 41) penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
B. Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIA 1 (X IPA EK-SI 1) SMA
Negeri 8 Padang.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MIA 1 (X IPA EK-SI 1) SMA Negeri 8
Padang untuk mata pelajaran kimia pada materi struktur atom mekanika kuantum
3.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada semester 1 tahun ajaran 2017/2018.
Pelaksanaan penelitian dimulai dari 10 Agustus s/d 7 September 2017.
4.
Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan aktivitas
belajar peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran kimia melalui penggunaan
LKPD berbasis Inkuiri terbimbing
19
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah model siklus. Satu putaran spiral
(satu siklus) terdiri dari langkah-langkah: perencanaan, tindakan (action) pemantauan
(observation) dan refleksi. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.
Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran kimia.
2.
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini yang dijadikan alat pengumpul data adalah lembar
observasi untuk mengukur tingkat aktivitas peserta didik dalam proses
pembelajaran kimia.
Lembar observasi diisi oleh observer sesuai dengan aktivitas peserta didik
yang diamati dan menghitung jumlah peserta didik yang melakukan aktivitas
belajar dalam proses pembelajaran. Observer mengisi jumlah peserta didik berupa
angka pada setiap aktivitas yang terdapat pada lembar observasi.
E. Teknik Analisis Data
Peneliti mengisi lembaran observasi sesuai dengan aktivitas peserta didik yang
diamati dan menghitung jumlah peserta didik yang melakukan aktivitas belajar dalam
proses belajar mengajar.
Data tentang aktivitas peserta didik setiap pertemuan
dinyatakan dalam bentuk persentase. Untuk menentukan persentase aktivitas peserta
didik digunakan rumus:
20
P
F
 100%
N
keterangan:
P = persentase aktivitas peserta didik tiap pertemuan
F = jumlah peserta didik yang terlibat
N= jumlah peserta didik yang hadir
F. Prosedur Penelitian
Pola pelaksanaan pemberian tindakan ini menggunakan “model siklus”. Siklus
ini terdiri dari empat komponen, yaitu:
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
2. Tindakan (Action)
3. Observasi
4. Refleksi
21
Pola pelaksanaan pemberian tindakan pada penelitian:
Permasalahan
Refleksi I
Perencanaan
Tindakan I
SIKLUS I
Pelaksanaan
Tindakan I
Observasi/
Pengumpulan data I
Perencanaan
Tindakan II
Refleksi II
SIKLUS II
Pelaksanaan
Tindakan II
Observasi/
Pengumpulan data II
Apabila permasalahan belum
terselesaikan dilanjutkan ke
siklus berikutnya
Skema 1. Model Siklus pemberian tindakan
Arikunto(2006:16)
22
I. Siklus I
a. Perencanaan
Agar penelitian ini berjalan maksimal, perlu adanya rencana tindakan/kegiatan
yang maksimal pula. Adapun rencana kegiatan yang diprogramkan adalah sebagai
berikut:
a)
Menyusun perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 1 dan 2
b) Menggunakan LKPD berbasis Inkuiri terbimbing materi struktur atom
mekanika kuantum dengan pendekatan saintifik yang sudah dikembangkan
sebelumnya
c)
Membuat lembar obsevasi untuk setiap pertemuan yang akan di akumulasi
pada satu siklus.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan saat jam pelajaran kimia kelas X MIA 1
(X IPA EK-SI 1)
b. Tindakan
Prosedur yang dilakukan pada proses pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut :
Tahap 1
1. Penyampaian pendahuluan berupa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai serta
model pembelajaran yang akan digunakan, memotivasi peserta didik, dan
melakukan apersepsi
2. Guru terlebih dahulu memberikan pre-test.
Tahap 2
3. Pembentukan kelompok yang anggota dibentuk dari peserta didik yang memiliki
kemampuan akademik heterogen, juga anggota berasal dari ras, suku, budaya dan
23
jenis kelamin yang berbeda-beda. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang anggota.
Masing-masing kelompok diberikan LKPD berbasis Inkuiri terbimbing materi
struktur atom mekanika kuantum dengan pendekatan saintifik
Tahap 3
4. Penyampaian informasi kepada peserta didik secara ringkas dengan cara
memberikan pertanyaan awal melalui media yang ditampilkan guru
5. Membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep tentang
materi melalui modul.
Peserta didik diberikan waktu untuk berdiskusi dalam kelompoknya untuk
menemukan konsep. Proses penemuan konsep ini dibantu dengan pertanyaan
kunci yang terdapat pada LKPD yang digunakan. Sewaktu diskusi berlangsung,
guru berkeliling untuk memantau dan mengontrol jalannya diskusi dan
memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam
melakukan diskusi. Guru juga memberikan penilaian bagi peserta didik yang aktif
dalam kelompoknya.
6. Membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk latihan pemantapan konsep
materi yang dipelajari.
7. Membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam membagi pemahaman
konsepnya dalam kelompok dan diskusi kelas dengan mempresentasikan hasil
diskusinya.
Tahap 4
8. Menutup diskusi
24
Tahap 5
9. Memberikan penguatan terhadap konsep materi hasil diskusi dengan melakukan
tanya jawab.
10. Membantu peserta didik membuat kesimpulan dengan melakukan tanya jawab
singkat dan peserta didik menuliskan rangkuman dari hasil diskusi pada buku
catatannya.
11. Memberikan penghargaan kepada peserta didik dan kelompok yang mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik..
c. Observasi
Observasi diartikan sebagai kegiatan mengenali dan mengamati semua
indikator, perubahan-perubahan yang terjadi dan hasil akhir yang dicapai sebagai
dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat
pelaksanaan tindakan atau proses belajar mengajar berlangsung.
Selama kegiatan pembelajaran dilakukan, guru yang mengajar dibantu oleh
teman sejawat mengamati aktivitas peserta didik berupa jumlah peserta didik yang
melakukan kegiatan sesuai dengan indikator aktivitas belajar peserta didik. Selain itu,
semua kegiatan yang terjadi tercatat oleh peneliti, baik dengan mengisi pedoman
observasi ataupun membuat catatan lainnya atas kejadian yang perlu didiskusikan
dengan guru .
d. Refleksi
Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan refleksi/
perenungan. Melalui refleksi dapat ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan
25
pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, yang nantinya akan dijadikan sebagai
dasar untuk menyusun rencana tindakan pada siklus berikutnya.
II. Siklus II
Siklus kedua ini merupakan perbaikan dari tindakan pada siklus pertama,
yang disusun dengan memperhatikan hasil refleksi dari siklus I. Prosedur penelitian
pada siklus II adalah:
a. Perencanaan
Pada siklus ini dilakukan identifikasi masalah dan mencari solusi
pemecahan masalah berdasarkan permasalahan yang terjadi padasiklus I. Setelah
mencari
solusi
permasalahan,
langkah
selanjutnya
peneliti
melakukan
pengembangan program untuk siklus II.
b. Tindakan
Pelaksanaan program pada siklus II sama dengan tindakan pada siklus I
tetapi skenario pembelajaran sedikit berbeda, dimana pada siklus II ini lebih
ditekankan untuk perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan yang terjadi pada
siklus I.
Pada siklus II, perbedaan tindakan terdapat pada:
Tahap 3
1. Menayangkan slide PPT sebagai media ajar tambahan untuk menarik
perhatian peserta didik
2. Memberikan nilai bonus berupa nilai point pada peserta didik/ kelompok yang
aktif dalam diskusi, dan yang berhasil mempresentasikan pertanyaan kunci
dengan benar.
26
c. Observasi
Tahapan observasi II ini sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh tim peneliti (guru dan observer) terhadap
pelaksanaan siklus kedua, serta menganalisis dan membuat kesimpulan atas
pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan dengan melaksanakan
tindakan (treatment) tertentu.
Pada tahap ini dilihat lagi apakah pembelajaran
yang telah dirancang dengan tindakan tertentu dapat meningkatkan atau
memperbaiki masalah yang diteliti.Jika masih ada kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan, dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan tindakan pada
siklus berikutnya.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
4.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap
siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua siklus I
dilaksanakan
pada 10 Agustus 2017 dan 24 Agustus 2017. Sedangkan pertemuan
pertama dan kedua siklus II dilaksanakan pada 31 Agustus 2017 dan 7 September
2017.
Data yang diperoleh adalah data pengamatan aktivitas belajar peserta didik kelas
X MIA 1 (X IPA EK-SI 1) SMA Negeri 8 Padang yang berjumlah 32 orang. Selama
pelaksanaan penelitian peserta didik dibagi kedalam 8 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 4 orang anggota. Teknik pengumpulan data yang digunakan
berupa lembar observasi, yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran kimia. Observer dalam penelitian ini
adalah Dra. Asra, M.Pd dan Wynda Erwanty, S.Pd yang merupakan guru pamong
dan rekan sejawat.
Agar pengamatan aktivitas belajar peserta didik lebih optimal Dra. Asra, M.Pd
menjadi observer untuk peserta didik di kelompok 1 s/d 4, sedangkan Wynda
Erwanty, S.Pd menjadi observer untuk peserta didik di kelompok 5 s/d 8. Hasil
pengamatan ini merupakan persentase kegiatan peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung.
Indikator aktivitas belajar peserta didik yang diamati terdiri dari enam indikator
dapat disajikan dalam tabel berikut:
28
Tabel 4.1 : Indikator Aktivitas Belajar Peserta didik
No
Indikator Aktivitas
1
Bekerjasama dalam kelompok untuk menentukan
jawaban pertanyaan kunci (A1)
2
Menyampaikan pendapat dalam menentukan
jawaban pertanyaan kunci (A2)
3
Bertanya (berdiskusi) dengan guru (A3)
4
Menanggapi/ menjawab pertanyaan guru (A4)
5
Mengerjakan latihan dengan tahapan yang benar (A5)
6
Menuliskan kesimpulan di akhir pembelajaran (A6)
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Pelaksanaan peneltian pada siklus I dilaksankan dalam dua kali pertemuan.
Materi ajar pada petemuan pertama adalah struktrur atom menurut teori atom Bohr,
struktur atom menurut teori atom mekanika kuantum, bilangan kuantum utama (n)
serta bilangan kuantum azimut (l). Sedangkan materi ajar pada pertemuan kedua
adalah bilangan kuantum magnetik (m), bilangan kuantum spin (s) dan hubungan dari
keempat bilangan kuantum.
Pengamatan aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama dan kedua
dilakukan oleh pengamat dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan
lembar observasi yang terdiri dari enam indikator yang diamati disajikan dalam tabel
berikut :
29
Tabel 4.2 Persentase aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama
NO
1
2
3
4
5
6
Aktivitas
Peserta
Didik Yang
Diamati
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Observer 1
Observer 2
Jumlah
Jumlah
Persentase
PesertaDidik
PesertaDidik
(%)
Yang Aktif
Yang Aktif
14
44%
11
8
25%
9
3
9%
4
4
13%
4
13
41%
13
13
41%
14
Persentase
(%)
34%
28%
13%
13%
41%
44%
Total
Peserta
Didik Yang
Aktif
Persetase
Total (%)
25
17
7
8
26
27
78%
53%
22%
25%
82%
85%
Tabel 4.3 Persentase aktivitas peserta didik pada pertemuan kedua
NO
Aktivitas
Peserta
Didik
Yang
Diamati
1
2
3
4
5
6
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Observer 1
Jumlah
PesertaDidik
Yang Aktif
14
10
6
5
13
14
Observer 2
Jumlah
Persentase
PesertaDidik
(%)
Yang Aktif
44%
31%
19%
16%
41%
44%
14
9
5
5
15
14
Persentase
(%)
Total
Peserta
Didik Yang
Aktif
Persetase
Total (%)
44%
28%
16%
16%
47%
44%
28
19
11
10
28
28
88%
59%
35%
32%
88%
88%
Berdasarkan data pada tabel 4.2 dan tabel 4.3, maka dapat diketahui bahwa dari 32
jumlah peserta didik, aktivitas peserta didik menunjukkan kecenderungan mengalami
kenaikan dalam setiap pertemuan pada kegiatan belajar dan pembelajaran.
Kecenderungan kenaikan aktivitas peserta didik dapat dijelaskan dengan melihat
perbandingan aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua,
dari hasil pengamatan rata-rata aktivitas peserta didik dari setiap pertemuan
cenderung meningkat seperti yang tertera pada tabel 4.4 berikut.
30
Tabel 4.4 Persentase rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus I
Persentase Keaktifan
Siklus I
No
Aktivitas
1
2
3
4
5
6
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Rata-rata
Pertemuan Pertemuan
persentase
1
2
(%)
78%
53%
22%
25%
82%
85%
88%
59%
35%
32%
88%
88%
83%
56%
29%
29%
85%
87%
Proses pembelajaran pada siklus I dilakukan sebanyak dua pertemuan pada
pokok bahasan struktur atom mekanika kuantum dengan sub pokok bahasan teori
atom mekanika kuantum. Dari jumlah peserta didik 32 orang didapatkan rata-rata
aktivitas peserta didik dalam bekerjasama dalam kelompok untuk menentukan
jawaban pertanyaan kunci sebesar 83%; menyampaikan pendapat dalam menentukan
jawaban pertanyaan kunci sebesar 56%; bertanya (berdiskusi) dengan guru sebesar
29% ; menanggapi/ menjawab pertanyaan guru sebesar 29%; mengerjakan latihan
dengan tahapan yang benar sebesar 85%; dan menuliskan kesimpulan di akhir
pembelajaran sebesar 87%
Berdasarkan table hasil pengamatan, maka dapat diperoleh kendala yang
dihadapi peserta didik , diantaranya:
a. Sebagian peserta didik lebih suka memikirkan dan menjawab sendiri jawaban
pertanyaan kunci di dalam LKPD. Sehingga, pengerjaan LKPD bagi sebagian
peserta didik menjadi bersifat individual, bukan berkelompok.
31
b. Sebagian peserta didik menjawab LKPD hanya dengan menyalin teks dari buku
paket mereka. Sehingga mereka tidak memahami secara mendalam apa yang
mereka tulis dan ucapkan karena baru sekedar hafalan. Mereka tidak terbiasa
dengan pertanyaan-pertanyaan kunci yang menuntut mereka menemukan sendiri
konsep pembelajaran dan merangkainya dengan bahasa sendiri.
c. Jika diminta bertanya, kebanyakan peserta didik belum berani bertanya. Hal ini
disebabkan oleh peserta didik tidak terbiasa bertanya dan kurang memahami
secara mendalam apa yang dipelajari sehingga tidak tahu apa yang perlu
ditanyakan.
d. Masih sedikit juga peserta didik yang mau menjawab pertanyaan disaat guru
meminta jawaban dari setiap kelompok karena peserta didik belum terbiasa
untuk berbicara dan masih banyak yang tidak berani dalam berbicara.
Hal ini terjadi karena peserta didik
4.2.1 Refleksi Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, maka dilanjutkan
dengan melakukan refleksi terhadap
aktivitas peserta didik. Berdasarkan hasil
refleksi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tindakan yang telah dilakukan pada
siklus I belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan.Pada siklus I, telah diamati
empat aktivitas belajar peserta didik saat proses belajar mengajar berlangsung. Dari
data yang diperoleh, terlihat bahwa aktivitas peserta didik yang masih kurang saat
proses pembelajaran berlangsung adalah aktivitas bertanya dengan persentasi 27,59%.
Sehingga harus dicari cara untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada
siklus II.
32
4.2.2 Perbaikan Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II merupakan suatu tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan
siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dilakukanlah kegiatan proses
pembelajaran pada siklus II yang meliputi:
1. Perencanaan
Proses pembelajaran pada siklus II merupakan perbaikan dari proses
pembelajaran pada sikslus I. Hasil pengamatan pada siklus I, menunjukkan bahwa
aktivitas peserta didik yang masih kurang saat proses pembelajaran berlangsung
adalah aktivitas bertanya dengan persentasi 27,59%. Dari hasil ini, direncanakan
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam bertanya yaitu
dengan cara menunjuk peserta didik secara langsung untuk bertanya mengenai
gambar atau video yang diamati, memberikan waktu yang lebih banyak untuk
berdiskusi dan memberikan reward seperti tambahan nilai bonus bagi peserta didik
yang aktif bertanya dan nilai bonus bagi kelompok yang jawabannya benar.
2. Tindakan
Pelaksanaan program pada siklus II sama dengan tindakan pada siklus I tetapi
skenario pembelajaran sedikit berbeda, dimana pada siklus II dibentuk kelompok
diskusi yang lebih kecil yaitu masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang peserta
didik dan setiap peserta didik dianjurkan untuk aktif bertanya, aktif menjawab
pertanyaan, aktif mengacungkan tangan dan semua peserta didik harus mengerjakan
LKPDJika ada peserta didik yang kurang aktif dalam bertanya maka guru meminta
peserta didik untuk betanya mengenai meteri yamg sedang di ajarkan (gambar atau
video yang diamati). Selain itu, pada pembelajaran siklus II dilakukan bimbingan
33
secara langsung kepada semua kelompok dan memotivasi peserta didik yang hasil
belajarnya masih rendah.
3. Observasi
Tahapan observasi II ini sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh tim peneliti (guru dan observer) terhadap pelaksanaan
siklus kedua, serta menganalisis dan membuat kesimpulan atas pelaksanaan
pembelajaran yang telah direncanakan dengan melaksanakan tindakan (treatment)
tertentu.
Pada tahap ini dilihat lagi apakah pembelajaran yang telah dirancang
dengan tindakan tertentu dapat meningkatkan atau memperbaiki masalah yang
diteliti.Jika masih ada kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan, dapat
dijadikan sebagai dasar perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
4.2.3 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus II sebagai siklus lanjutan yang
dilakukan oleh guru mitra sebagai pengamat. Selama dalam kegiatan proses
pembelajaran guru mitra sebagai pengamat bertindak sebagai pengamat seluruh
aktivitas peserta didik dengan mengacu kepada lembar observasi yang telah
disediakan. Data perolehan hasil aktivitas peserta didik pada siklus II sebagai berikut.
Tabel 4.5 Persentase aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama
NO
Aktivitas
Peserta
Observer 1
Observer 2
34
Total
Peserta
Persetase
Total (%)
Didik Yang
Diamati
1
2
3
4
5
6
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Jumlah
Jumlah
Persentase
Persentase
PesertaDidik
PesertaDidik
(%)
(%)
Yang Aktif
Yang Aktif
15
47%
15
47%
11
34%
12
38%
7
22%
8
25%
8
25%
7
22%
15
47%
15
47%
16
50%
15
47%
Didik Yang
Aktif
30
23
15
15
30
31
94%
72%
47%
47%
94%
97%
Tabel 4.6 Persentase aktivitas peserta didik pada pertemuan kedua
NO
Aktivitas
Peserta
Didik Yang
Diamati
1
2
3
4
5
6
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Observer 1
Jumlah
PesertaDidik
Yang Aktif
16
12
9
10
16
16
Observer 2
Persentase
(%)
50%
38%
28%
31%
50%
50%
Jumlah
Persentase
PesertaDidik
(%)
Yang Aktif
16
13
12
10
16
16
50%
41%
38%
32%
50%
50%
Total
Peserta
Didik Yang
Aktif
Persetase
Total (%)
32
25
21
20
32
32
100%
79%
66%
62%
100%
100%
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dan tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa dari 32
jumlah peserta didik, hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta didik menunjukkan
kecenderungan peserta didik dalam setiap pertemuan mengalami kenaikan.
Kecenderungan kenaikan aktivitas peserta didik dapat dijelaskan dengan melihat
perbandingan aktivitas peserta didik pada pertemuan I dan pertemuan II, dari hasil
35
pengamatan rata-rata aktivitas peserta didik dari setiap pertemuan tertera pada tabel
4.7 berikut.
Tabel 4.7Persentase rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus II
Persentase Keaktifan
Siklus II
No
Aktivitas
1
2
3
4
5
6
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Pertemuan Pertemuan
1
2
94%
72%
47%
47%
94%
97%
100%
79%
66%
62%
100%
100%
Rata-rata
persentase
(%)
97%
76%
57%
55%
97%
99%
Proses pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan pada pokok bahasan
struktur atom mekanika kuantumdengan dua sub pokok bahasan yaitu , ikatan
kovalen, ikatan kovalen koordanasi, ikatan logam dan sifat fisik senyawa serta gaya
antar molekul. Dari jumlah peserta didik 32 orang didapatkan persentase rata-rata
aktivitas peserta didik dalam bertanyasebesar 77,42%; menjawab pertanyaan85,49%;
mengacungkan tangan sebesar 83,89% dan mengerjakan LKPDsebesar 90,33%. Hal
ini menunjukkan bahwa pada tindakan siklus II menunjukkan adanya peningkatan
terhadap tindakan pada siklus sebelumnya.
4.2.4 Refleksi Siklus II
Dengan melihat gambaran hasil tindakan pembelajaran yang dilakukan pada
siklus II maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengamatan kegiatan peserta didik
atau aktivitas peserta didik sudah mencapai kriteria yang diharapkan walaupun
persentase aktivitas peserta didik dalam bertanya masih rendah, tetapi hal ini sudah
36
terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya.Namun untuk mendapatkan gambaran
tentang tindakan yang dilaksanakan dalam peningkatan aktivitas peserta didik perlu
dilakukan refleksi terhadap tindakan pada siklus II.Hasil refleksi pada siklus II
sebagai berikut:
a. Selama kegiatan PBM telah terjadi umpan balik yang baik dari peserta didik.
b. Proses bimbingan secara langsung telah memberikan pemahaman yang utuh dan
memotivasi peserta didik dalam mengerjakan LKPD serta mempersentasikan
hasil kerja kelompok.
c. Manajemen waktu dalam pengelolaan KBM melalui model pembelajaran Inquiry
Terbimbing menggunakan LKPD telah berjalan sesuai dengan perencanaan
pembelajaran.
Dengan melihat hasil refleksi pada siklus II tersebut, maka diperoleh
kesimpulan
bahwa
tindakan
yang
dilakukan
telah
sesuai
dengan
yang
diharapkan.Oleh karena itu tindakan tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya.
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran Inquiri Terbimbing menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas peserta didik pada materi struktur atom
mekanika kuantum. Di dalam LKPD terdapat pertanyaan kunci yang membimbing
peserta didik untuk menemukan konsep tentang materi pelajaran sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Penerapan model ini dapat membantu peserta didik untuk lebih aktif dalam
proses pembelajaran sehingga berdampak pada perubahan yang positif terhadap
37
aspek kognitif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Adapun
data persentase rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus I dan siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Persentase rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus I dan siklus II
No
1
2
3
4
5
6
Rata-Rata
Persentase
Keaktifan
Aktivitas
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Rata-Rata
Siklus I
Siklus II
83%
56%
29%
29%
85%
87%
62%
97%
76%
57%
55%
97%
97%
80%
Berdasarkan tabel 4.8, secara umum keterlaksanaan pembelajaran kimia
dengan penerapan model pembelajaran Inquiri Terbimbing pada siklus I, dan siklus II
sudah sesuai dengan tahapan-tahapan pada pedoman observasi yang sudah disusun
peneliti sebelumnya. Pada siklus I, penerapan model pembelajaran Inquiry
Terbimbing rata-rata persentase aktivitas peserta didik masih tergolong kategori
kurang aktif yaitu berkisar 48,92%. Hal ini disebabkan peserta didik belum terbiasa
38
dengan model pembelajaran Inquiri Terbimbing yang mana interaksi antar peserta
didik masih kurang sehingga terlihat bahwa aktivitas belajar peserta didik pada siklus
I masih rendah. Namun setelah dilakukan refleksi siklus I aktivitas belajar peserta
didik pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 35,36%, yang mana rata-rata aktivitas
belajar peserta didik pada siklus II berkisar 84,24% dan pada siklus II ini aktivitas
belajar peserta didik tergolong dalam kategori Aktif.Persentase keaktifan belajar
kimia peserta didik dapat dilihat dalam grafik 4.1 berikut.
Grafik 4.1 Aktivitas belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II kelas X SMAN 8
Padang
120%
100%
80%
SIKLUS I
60%
SIKLUS II
40%
20%
0%
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Grafik 4.2 Rata-rata Aktivitas belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II kelas X
SMAN 8 Padang
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SIKLUS I
SIKLUS II
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas X
SMA N 8 Padang dapat disimpulkan:
1. Penerapan model pembelajaran Inquiri Terbimbing dengan menggunakan
LKPD
padapokok
bahasan
struktur
atom
mekanika
kuantumdapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
2. Dari rata-rata persentase aktivitas belajar peserta didik terjadi peningkatan
aktivitas belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II sebesar 35,36%.
3. Memperkecil kelompok diskusi dan menunjuk peserta didik secara langsung
untuk bertanya dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
B. Saran
40
Adapun yang menjadi saran pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Guru dapat menggunakan model
alternatif dalam
pembelajaran Inquiri Terbimbing sebagai
pokok bahasan ikatan kimia, karena mempunyai pengaruh
terhadap peningkatan aktivitas belajar peserta didik.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penggunaan model pembelajaran Inquiri
Terbimbing yang di kombinasikan dengan model atau pendekatan pembelajaran
lain dengan memperhatikan karekteristik materi yang diajarkan.
41
DAFTAR PUSTAKA
AM, Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Arifin, Mulyati, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Surabaya :Universitas
Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dahar, Ratna.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom dari
SMA Hingga Perguruan Tinggi (Disertasi). Bandung : SPs-UPI
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara.
Hamzah B. Uno dkk. 2012. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hanson, D.2006. Instructor’s Guide to Process-Oriented Guided-Inkuiri Learning. New
42
York: Pasific Crest.
J.M.C.Johari, M.Rachmawati, 2007. Kimia SMA dan MA untuk kelas X. Jakarta:
Kemendikbud.
2012.
Dokumen
Kurikulum
2013.
http://kurikulum2013.kemendikbud.go.id. (diakses tanggal 13 Oktober 2013)
Kemendiknas. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta : Direktorat
Pembinaan SMA.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan.
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Tiffani, Dynda Meutia, dkk. 2015. Efektivitas Pendekatan Saintifik Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membedakan Pada Materi Hidrolisis Garam. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Kimia, Vol 4. No.2. Edisi Agustus.
43
Download