DAMPAK KALIMAT INTIMIDASI TERHADAP PERKEMBANGAN MENTAL ANAK USIA DINI RIF’ATUL HASANAH Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) B Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Abstrak: Hukuman yang kadang tidak disadari oleh orang tua adalah menyalahkan anak dengan kalimat menyakiti hati dan perasaan anak. Kesalahan tersebut diulang-ulang hingga menyebutkan semua kekurangan anak. Kondisi inilah yang menjadi awal terjadinya kekerasan verbal pada anak. Pada kondisi yang lain ada juga orang tua yang berniat ingin mendisiplinkan anaknya, tetapi dengan cara yang keliru. Caranya dengan berteriak, menakut-nakuti hingga mengancam anak. Ketika anak mendapatkan perlakuan tersebut, maka semua itu akan tersimpan dalam ingatannya dan akan membentuk karakternya sehingga bisa menghambat perkembangan anak. penulis tertarik untuk mengkaji dampak kalimat intimidasi terhadap perkembangan mental anak usia dini, sehingga penulis akan mengetahui dampak kalimat intimidasi tersebut mempunyai banyak pengaruh terhadap perkembangan mental anak usia dini. Kalimat Intimidasi digolongkan dalam penganiayaan emosional. Penganiayaan emosional ini ditandai dengan kata-kata yang merendahkan anak. Kondisi ini biasanya berlanjut dengan melalaikan anak, mengisolasi anak dari hubungan sosialnya, atau menyalahkan anak secara terus menerus. Kekerasan verbal termasuk kategori kekerasan psikologis pada klasifikasi penghinaan atau humiliation. Dari kajian ini dapat disimpulkan ada sembilan kategori kekerasan verbal yang sering dilakukan oleh orangtua atau orang dewasa kepada anak-anak yaitu, Merendahkan dan mempermalukan, Penolakan, Menyalahkan, Kesalahan, melebih-lebihkan, ancaman, menyumpahkan, Penyesalan, perbandingan yang tidak adil, dan Prediksi negatif. Faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan verbal adalah faktor anak dan faktor orang tua. Sedangkan dampak Kalimat Intimidasi adalah menyebabkan gangguan emosi, rendahnya harga diri, rusaknya struktur otak dan menciptakan rantai kekerasan. Katakunci: Kalimat Intimidasi, Perkembangan Mental, Anak Usia Dini. A. Pendahuluan Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar, menempati posisi paling strategis sekaligus paling kritis dan rentan (Depdiknas, 2005: 1). Pada anak usia dini sangat baik untuk melakukan pengembangan potensi yang ada pada anak. Potensi pada anak tidak muncul dalam wujud nyata, untuk itu perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan usianya. Usia 0-6 tahun disebut The Golden Age (Usia Emas) untuk mendidik anak. Lingkungan cukup memberi peluang pada anak untuk berekreasi dan bereksplorasi dengan bebas, akan tetapi mendidik anak usia dini juga sangat rentan dengan pengaruh lingkungan yang tidak baik, yang dapat pula mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Contohnya seperti pengaruh kalimat intimidasi yang sering terungkap tanpa sengaja ataupun disengaja. Kalimat intimidasi pada anak usia dini mempunyai pengaruh besar dalam tumbuh kembangnya, dapat menumbuhkan rasa kecil hati, takut, gelisah dan keluh kesah, hal itu disebut mental blok atau pikiran bawah sadar yang sering menghambat kesusksesan seseorang (Hermawan, 2002: 67). Lebih lanjut Hermawan (2002: 69) mengungkapkan bahwa proses terjadinya mental blok ada dua jalur, yaitu melalui imprint dan misunderstanding. Imprint adalah apaapa yang terekam dalam pikiran bawah sadar saat terjadinya luapan emosi yang mengakibatkan perubahan pada perilaku. Sedangkan misunderstanding adalah salah pengertian yang dialami oleh seseorang saat memberikan makna atau menarik kesimpulan dari suatu peristiwa atau pengalaman. Kalimat intimidasi yang sering terjadi dan dilakukan berulang-ulang akan benar-benar melekat dan dapat membentuk karakter anak. Kalimat intimidasi pada anak dikategorikan pada kekerasan verbal, sebagaimana diungkapkan oleh Terry E. Lawson psikiater anak, seperti yang dikutip oleh Putri dan Santoso, bahwa kekerasan pada anak dibagi menjadi empat macam, yaitu emotional abuse, verbal abuse, physical abuse dan sexual abuse. Verbal abuse, terjadi ketika Ibu, mengetahui anaknya meminta perhatian, menyuruh anak itu untuk “diam” atau “jangan menangis”. Anak mulai berbicara dan Ibu terus menggunakan kekerasan verbal seperti, “kamu bodoh”, “kamu cerewet”, “kamu kurang ajar”, dan seterusnya.1 1 Annora Mentari Putri & Agus Santoso, Persepsi Orang Tua tentang Kekerasan Verbal pada Anak, Jurnal Nursing Studies, Volume 1, Nomer 1, (2012), 23 Hukuman yang kadang tidak disadari oleh orang tua adalah menyalahkan anak dengan kalimat menyakiti hati dan perasaan anak. Kesalahan tersebut diulang-ulang hingga menyebutkan semua kekurangan anak. Kondisi inilah yang menjadi awal terjadinya kekerasan verbal pada anak. Pada kondisi yang lain ada juga orang tua yang berniat ingin mendisiplinkan anaknya, tetapi dengan cara yang keliru. Caranya dengan berteriak, menakut-nakuti hingga mengancam anak. Ketika anak mendapatkan perlakuan tersebut, maka semua itu akan tersimpan dalam ingatannya dan akan membentuk karakternya sehingga bisa menghambat perkembangan anak.2 Maka perlu memperhatikan dan berhati-hati dalam menjaga ucapan demi mengurangi kalimat intimidasi yang mungkin terucap secara tidak sengaja. Untuk itu, mari berhenti membunuh rasa percaya diri dengan kalimat intimidasi demi tercapainya citacita pendidikan yang baik. Berdasarkan paparan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji dampak kalimat intimidasi terhadap perkembangan mental anak usia dini, sehingga penulis akan mengetahui dampak kalimat intimidasi tersebut mempunyai banyak pengaruh terhadap perkembangan mental anak usia dini. B. Dampak Kalimat Intimidasi Terhadap Perkembangan Mental Anak Usia Dini 1. Pengertian Kalimat Intimidasi Kalimat intimidasi ini dikategorikan sebagai kekerasan verbal (bahasa), sedangkan sebutan lain dari kekerasan verbal adalah verbal ebuse. Kekerasan verbal menurut Sutikno sebagaimana dikutip oleh Putri dan Santoso adalah kekerasan terhadap perasaan menggunakan kata-kata yang kasar walaupun tanpa menyentuh fisiknya. Kata-kata yang memfitnah, katakata yang mengancam, menakutkan, menghina, atau membesar-besarkan kesalahan.3 Sedangkan verbal abuse atau biasa disebut emotional child abuse adalah tindakan lisan atau perilaku yang menimbulkan konsekuensi emosional yang merugikan.4 2 Bonita Mahmud, Kekerasan Verbal pada Anak, Jurnal An-Nisa’, Vol. 12, No. 2, (Desember, 2019), 690 3 Annora Mentari Putri & Agus Santoso, Persepsi Orang Tua tentang Kekerasan Verbal…, 27 4 Bonita Mahmud, Kekerasan Verbal pada Anak…, 691. Kadangkala orang tua cenderung tegas dan keras dalam mendidik anak, namun tidak disertai dengan niat jahat, tetapi pemilihan kata orang tua kepada anak, kurang tepat, salah satunya dengan memberikan kata-kata yang tidak pantas kepada anak, hal itu disebut dengan kekerasan verbal. Hal yang paling sering menyebabkan orang tua melakukan kekerasan verbal adalah kenalakan pada anak.5 Termasuk kekerasan verbal, sesuai dengan teori Patricia Evans, sebagaimana diungkapkan oleh Putri dan Santoso, bahwa salah satu dari bentuk kekerasan verbal adalah meneror. Meneror anak terjadi ketika orang tua menyerang anak dengan cara membentak dan melampiaskan amarah kepada anak. Hal ini dapat menciptakan iklim ketakutan bagi anak.6 Kekerasan verbal pada anak digolongkan dalam penganiayaan emosional. Penganiayaan emosional ini ditandai dengan kata-kata yang merendahkan anak. Kondisi ini biasanya berlanjut dengan melalaikan anak, mengisolasi anak dari hubungan sosialnya, atau menyalahkan anak secara terus menerus.7 Mahmud juga mengutip Azevado & Viviane yang mengemukakan bahwa kekerasan verbal termasuk kategori kekerasan psikologis pada klasifikasi penghinaan atau humiliation. Penghinaan yang dimaksud adalah menghina, mengejek, menyebut nama-nama yang tidak pantas, membuat anak merasa kekanak-kanakan, menentang identitas anak, martabat dan harga diri anak, mempermalukan, dan sebagainya.8 2. Kategori Kalimat Intimidasi Ada sembilan kategori kekerasan verbal yang sering dilakukan oleh orangtua atau orang dewasa kepada anak-anak yaitu: a) Merendahkan dan mempermalukan, b) Penolakan, c) Menyalahkan, d) Kesalahan melebihlebihkan, e) ancaman, f) menyumpahkan, g) Penyesalan, h) perbandingan yang tidak adil, dan i). Prediksi negatif. Contohnya, menurut Mackowicz (2013) sebagaimana dikutip oleh Asla De Vega, sebagian besar pemberian 5 Asla De Vega, et.al., Pengaruh Pola Asuh dan Kekerasan Verbal terhadap Kepercayaan Diri, Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 3, Nomer 2, (2019), 435 6 Annora Mentari Putri & Agus Santoso, Persepsi Orang Tua tentang Kekerasan Verbal…, 27 7 Bonita Mahmud, Kekerasan Verbal pada Anak…, 690 8 Ibid., 691. nama jelek berhubungan dengan kecerdasan anak, seperti tolol, idiot, sok pintar, bodoh dll.9 3. Faktor-faktor Terjadinya Kekerasan Verbal Faktor orang tua melakukan tindakan kekerasan verbal adalah: a. Faktor Anak. Karakterisitik anak usia 3 sampai 6 tahun adalah sukan meniru. Hal ini sesuai dengan teori Santrock (2011) yang menjelaskan di dalam bukunya bahwa kemampuan anak pada usia 3 sampai 4 tahun dalam memperhatikan stimulus meningkat secara dramatis. Anak pada usia ini lebih memperhatikan sesuatu yang mencolok dan kemudian akan menirunya.10 Ericson juga mengungkapkan bahwa perkembangan anak usia antara 3 dan 4 tahun adalah anak mulai mengembangkan inisiatif pada saat mencoba hal-hal baru.11 Anak juga terkadang memunculkan perilaku yang buruk karena ingin menarik perhatian dari orang dewasa di sekitarnya. Perilaku tersebut bisa juga menjadi sanksi atas kekerasan yang didapatkan oleh anak dari orang tuanya. Anak memunculkan perilaku buruk tersebut karena tidak pernah mendapatkan penghargaan atau pun perhatian dari orang tuanya. Anak lebih banyak mendapatkan kalimat berupa mencela dari orang tuanya dan inilah yang menjadi wujud dari kekerasan verbal yang kadang tidak disadari oleh orang tua. Kekerasan verbal juga bisa muncul ketika anak menunjukkan ketidakmampuan dirinya dalam menyelesaikan suatu tugas yang terbilang mudah. Pada saat itu juga anak mendapatkan kalimat menyakitkan terkait ketidakmampuannya tersebut. Seharusnya orang tua memberikan dukungan positif saat anak menunjukkan ketidakmampuannya dengan memberikan pujian karena anak sudah mau belajar untuk mencoba. Saat anak mendapatkan kekerasan verbal 9 Asla De Vega, et.al., Pengaruh Pola Asuh dan Kekerasan Verbal…, 435 Annora Mentari Putri & Agus Santoso, Persepsi Orang Tua tentang Kekerasan Verbal…,, 27 11 Ibid., 27 10 pada kondisi tersebut, maka anak akan merasa gagal dan bisa menyebabkan tidak adanya keinginan untuk bisa menjadi lebih baik.12 b. Faktor orang tua Orang tua yang memiliki karakter keras, sangat mudah melakukan kekerasan verbal pada anak. Karakter orang tua yang seperti itu adalah bentukan dari orang tua sebelumnya, cara mendidik dan membimbing anak sangat mempengaruhi pembentukan karakter. Kekerasan verbal yang terjadi pada anak juga dikarenakan karakter yang dimiliki orang tua.13 Orang tua yang memiliki pendapatan yang rendah akan mengalami kecenderungan untuk melakukan perilaku negatif. Perilaku negatif tersebut diantaranya orang tua lebih mudah marah terhadap anaknya, tertekan, frustasi hingga berujung pada perilaku kekerasan verbal pada anak. Pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak juga sangat mempengaruhi munculnya perilaku kekerasan verbal pada anak. Sebagian besar orang tua yang tidak memiliki atau kurang pengetahuannya tentang kebutuhan perkembangan anak, maka cenderung melakukan kekerasan verbal terhadap anaknya. Sebagai contoh, orang tua terkadang memaksakan anak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan usia perkembangan anak. Ketika anak menunjukkan ketidakmampuannya dikarenakan usianya yang memang harusnya belum mampu untuk melakukan hal tersebut, maka orang tua akan menjadi marah, membentak, dan mencaci anak. Orang tua kadang memiliki harapan yang tidak realistis dengan kondisi anak pada usianya. Lingkungan Lingkungan yang baik akan mencegah terjadinya kekerasan verbal pada anak, begitu pun sebaliknya. Sebagai contoh, keberadaan televisi di rumah yang memungkinkan memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku kekerasan verbal pada anak.14 12 Bonita Mahmud, Kekerasan Verbal pada Anak…, 691 Annora Mentari Putri & Agus Santoso, Persepsi Orang Tua tentang Kekerasan Verbal……, 27 14 Bonita Mahmud, Kekerasan Verbal pada Anak…, 692 13 4. Dampak Kalimat Intimidasi Beberapa dampak kalimat intimidasi atau kekerasan verbal mempunyai dampak berikut: a. Gangguan Emosi Anak akan mengalami perkembangan konsep diri yang kurang baik, hubungan sosialnya dengan lingkungannya akan bermasalah, dan membuat anak lebih agresif serta menjadikan orang dewasa sebagai musuhnya. Anak akan menarik diri dari lingkungannya dan lebih senang menyendiri. Anak bisa jadi akan suka ngompol, hiperaktif, sulit tidur, bahkan bisa membuat anak mengalami tantrum. Anak juga akan mengalami kesulitan belajar, baik di rumah maupun di sekolah.15 b. Rendahnya harga diri Kekerasan verbal yang dilakukan orangtua merupakan salah satu hal yang menyebabkan rendahnya harga diri pada anak. Dalam menangani kekerasan verbal pada anak, bukan tindakan hukum yang diperlukan, melainkan dengan menumbuhkan kesadaran pada orang yang lebih dewasa.16 c. Rusaknya Struktur Otak Sebuah penelitian menyatakan bahwa ketika orangtua berteriak kepada anak anaknya akan terjadi kerusakan struktur otak pada anak. Pada otak anak yang sering dibentak, saluran yang menghubungkan otak kanan dan otak kiri menjadi lebih kecil. Hal ini mempengaruhi area otak yang berhubungan dengan emosi dan perhatian. Perubahan ini pada saat anak dewasa akan menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan kepribadian, resiko bunuh diri dan aktivitas otak yang mirip dengan epilepsi. Oleh sebab itu, sebagai orang tua bisa meminimalisir potensi kerusakan otak pada anak dengan cara memberikan pujian dan menegur anak dengan penuh kasih sayang.17 15 Ibid., 692 Asla De Vega, et.al., Pengaruh Pola Asuh dan Kekerasan Verbal…, 435 17 Ibid., 435 16 d. Menciptakan Rantai Kekerasan. Dampak jangka panjang yang terjadi dari kekerasan verbal pada anak adalah menimbulkan rantai kekerasan pada keluarga. anak yang mendapatkan kekerasan verbal dapat melakukan hal yang sama kelak kemudian hari terhadap anak-anaknya saat mereka menjadi orang tua. Hal ini terjadi karena esensinya anak-anak merupakan peniru ulung. Semua tindakan kepada anak, direkam dalam alam bawah sadar mereka dan dibawa sampai masa dewasa. Anak yang mendapatkan perilaku kejam dari orang tuanya menjadi agresif dan setelah menjadi orang tua akan memiliki karakter sama dengan orang tua.18 C. Penutup Dari paparan di atas dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Kalimat Intimidasi digolongkan dalam penganiayaan emosional. Penganiayaan emosional ini ditandai dengan kata-kata yang merendahkan anak. Kondisi ini biasanya berlanjut dengan melalaikan anak, mengisolasi anak dari hubungan sosialnya, atau menyalahkan anak secara terus menerus. Kekerasan verbal termasuk kategori kekerasan psikologis pada klasifikasi penghinaan atau humiliation. 2. Ada sembilan kategori kekerasan verbal yang sering dilakukan oleh orangtua atau orang dewasa kepada anak-anak yaitu, Merendahkan dan mempermalukan, Penolakan, Menyalahkan, Kesalahan, melebih-lebihkan, ancaman, menyumpahkan, Penyesalan, perbandingan yang tidak adil, dan Prediksi negatif. 3. Faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan verbal adalah faktor anak dan faktor orang tua. Sedangkan dampak Kalimat Intimidasi adalah menyebabkan gangguan emosi, rendahnya harga diri, rusaknya struktur otak dan menciptakan rantai kekerasan. Dari kesimpulan tersebut, maka sebagai orang tua atau orang dewasa, selayaknya kita lebih mengerti pada tahap-tahap perkembangan anak, sehingga kita dapat memperlukan anak-anak sesuai dengan kecenderungan sebagai tanda perkembangannya tersebut dan tidak terjadi kekerasan-kekerasa verbal pada 18 Annora Mentari Putri & Agus Santoso, Persepsi Orang Tua tentang Kekerasan Verbal……, 27 anak. Seharusnya sebagai orang dewasa kita harus lebih banyak bersabar menghadapi anak-anak, karena anak-anak bukanlah orang dewasa yang harus mengerti perkataan, instruksi dari orang dewasa. DAFTAR PUSTAKA Annora Mentari Putri & Agus Santoso, 2012, Persepsi Orang Tua tentang Kekerasan Verbal pada Anak, Jurnal Nursing Studies, Volume 1, Nomer 1. Bonita Mahmud, 2019, Kekerasan Verbal pada Anak, Jurnal An-Nisa’, Vol. 12, No. 2, (Desember). Asla De Vega, et.al., 2019, Pengaruh Pola Asuh dan Kekerasan Verbal terhadap Kepercayaan Diri, Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 3, Nomer 2.