TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PRE MENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA SISWI KELAS XI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SRAGEN TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh : BADRIYAH B09 069 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA SISWI KELAS XI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SRAGEN Diajukan Oleh: BADRIYAH B09 069 Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal Juli 2012 Pembimbing (HARDININGSIH, S.ST, M.Kes) NIK. 201187074 ii HALAMAN PENGESAHAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA SISWI KELAS XI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SRAGEN Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : BADRIYAH B09 069 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program DIII Kebidanan Pada Tanggal Juli 2012 PENGUJI I PENGUJI II (DESY HANDAYANI, S.ST., M.Kes) (HUTARI PUJI ASTUTI, S.SiT.,M.Kes) NIK. 200884029 NIK. 200580012 Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui, Ka. Prodi D III Kebidanan (DHENY ROHMATIKA, S.SiT) NIK. 200582015 iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pre Menstual Syndrome (PMS) Pada Siswi Kelas XI Di SMA N 3 Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Iilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra.Agnes Sri Harti., M .Si , selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Hardiningsih, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Bapak kepala sekolah SMA N 3 Sragen yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data. 5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan SIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. iv 6. Responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan. 7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan peneliti selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Penulis v Juli 2012 Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012 Badriyah B09 069 TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PRE MENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA SISWI KELAS XI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SRAGEN xiv + 40 halaman + 14 lampiran + 5 tabel + 2 gambar ABSTRAK Latar belakang : Pengetahun akan Pre Menstrual Syndrome itu sangat penting bagi wanita karena hampir semua wanita mengalami PMS dan dapat mengganggu aktivitas. Sekitar 80%-95% wanita antara 16-45 tahun mengalami gejala-gejala PMS yang dapat mengganggu dan sekitar 40% menganggap hal tersebut wajar. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang Pre Menstrual Syndrome (PMS). Metode penelitian : Jenis penelitian adalah diskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA N 3 Sragen. Jumlah sampel sebanyak 80 siswi dan teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Cara pengumpulan data dengan metode kuesioner sedangkan hasil penelitian pada analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian : Hasil analisa data didapatkan untuk tingkat pengetahuan remaja putri tentang PMS paling banyak pada tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 responden (62,5%), kemudian sebanyak 23 responden (28,75%) pada tingkat pengetahuan cukup, dan paling sedikit tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 7 responden (8,75%). Kesimpulan : Dari penelitian didapatkan tingkat pengetahuan remaja putri tentang PMS di SMA N 3 Sragen secara umum baik yaitu 50 responden (62,5%). Kata Kunci : Pengetahuan, remaja, Pre Menstrual Syndrome (PMS) Kepustakaan : 24 literatur ( Tahun 2005 s/d 2010 ) vi MOTTO 1. Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya ke jalan menuju Surga.(HR. Muslim). 2. Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh). 3. Tiada manusia yang sempurna dan manusia tak akan pernah sempurna. Namun sebaik-baiknya manusia adalah yang senantiasa berusaha menjadi sempurna tanpa mengingkari kodrat ketidaksempurnaannya. Selalu berusaha dengan kemampuan puncaknya untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik (Penulis). PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan: 1. Bapak dan bunda tercintaku terimakasih atas doa restunya dan cinta kasihnya selama ini hingga bisa melewati kuliah ini dengan lancar. 2. Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberi support setiap langkahku. 3. Sahabatku Sri, Sisca dan mbak Kalina yang selalu memberikan support. 4. Teman seperjuanganku kelas 3B tercinta 5. Almamater tercinta. vii CURICULUM VITAE Nama : Badriyah Tempat / Tanggal lahir : Sragen, 28 Juni 1990 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Grasak Rt 43, Gondang, Sragen Riwayat Pendidikan 1. SD N Gondang 7, Sragen LULUS TAHUN 2003 2. SMP N 1 Gondang, Sragen LULUS TAHUN 2006 3. SMA N 3 Sragen LULUS TAHUN 2009 4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan 2009/2010 viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii KATA PENGANTAR .............................................................................. iv ABSTRAK ................................................................................................ vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vii CURICULUM VITAE ............................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................ ix DAFTAR TABEL .................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 3 E. Keaslian Penelitian .............................................................. 4 F. Sistematika Penelitian ......................................................... 5 ix BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dari masalah yang diteliti ............................................. 7 1. Pengetahuan ................................................................. 7 2. Remaja ......................................................................... 12 3. Pre Menstrual Syndrome (PMS) ................................... 13 B. Kerangka Teori ...................................................................... 21 C. Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................... 23 B. Lokasi Penelitian ................................................................. .. 23 C. Populasi dan Sempel ........................................................... 23 D. Alat/ Insturumen Penelitian ................................................. 25 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 29 F. Variabel Penelitian .............................................................. 30 G. Definisi Operasional ............................................................ .. 30 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................ .. 31 I. Etika Penelitian..................................................................... .. 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ................................................................. 35 B. Hasil Penelitian .................................................................... 35 C. Pembahasan ......................................................................... 36 D. Keterbatasan ........................................................................ 38 x BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 39 B. Saran ................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Kisi – kisi Kuesioner ................................................................... 26 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner ...................................................... 27 Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner................................................... 29 Tabel 3.4 Definisi Operasional .................................................................... 30 Tabel 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 35 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................................ 21 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................... 22 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal KTI Lampiran 2. Surat Permohonan Responden Lampiran 3. Informed Consent Lampiran 4. Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 6. Kuesioner Lampiran 7. Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 8. Permohonan Ijin Validitas Lampiran 9. Surat Balasan Ijin Validitas Lampiran 10. Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 11. Surat Balasan Ijin Penelitian Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 13. Hasil Uji Penelitian Lampiran 14. Lembar Konsultasi xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam ilmu kedokteran, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik (muncul tanda-tanda seksual) dan perubahan psikologi (Sarwono, 2008). Pada remaja putri, akan terjadi proses menstruasi sebagai tanda telah berfungsinya ovarium. Menstruasi terjadi karena sel telur yang tidak dibuahi oleh sperma sehingga menyebabkan meluruhnya sel-sel endometrium dalam rahim. Siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari. Siklus menstruasi ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon. Ketidakseimbangan hormon akibat interaksi ini kadang-kadang menimbulkan ketidaknyamanan pada wanita sebelum datang menstruasi yang dikenal dengan istilah PMS ( Pre Menstrual Syndrome) (Kinanti, 2009). PMS merupakan suatu kondisi dimana wanita lebih sensitif terhadap perasaan dan tubuhnya. Ini merupakan kondisi medis umum terkait dengan siklus menstruasi yang sering berhubungan dengan naik turunnya kadar hormon progesteron dan estrogen yang terjadi selama siklus menstruasi (Azra, 2009). PMS adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental. Dialami 7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi. Keluhan yang dialami biasa bervariasi dari bulan ke bulan bisa 1 2 menjadi lebih ringan ataupun lebih berat (Wie 2008 dalam Astuti, 2010). Sekitar 80 hingga 95% wanita antara 16-45 tahun mengalami gejala-gejala PMS yang dapat mengganggu. Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, serta perasaan sensitif berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang wajar bagi wanita usia produktif sekitar 40% wanita berusia 14-50 tahun (Yuliarti, 2009). Berdasarkan penelitian yang disponsori oleh WHO didapatkan hasil bahwa gejala PMS dialami oleh 23% wanita Indonesia (Essel 2007). Angka ini menunjukkan bahwa penderita PMS di Indonesia cukup banyak sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan untuk mencegah dan mengatasinya. Terdapat beberapa cara penanganan PMS diantaranya dengan meminta konseling kepada tenaga medis, modifikasi gaya hidup dengan mengubah pola makan, olahraga teratur, melakukan komunikasi dengan orang terdekat dan dengan menggunakan obat-obatan apabila timbul gejala PMS yang berat (Yuliarti, 2009). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan metode wawancara di SMA N 3 Sragen yang dilakukan terhadap 10 siswi terdapat 4 siswi yang mempunyai pengetahuan baik dan 6 siswi yang mempunyai pengetahuan cukup tentang PMS. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengetahuan remaja putri tentang PMS di SMA N 3 Sragen. 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : ” Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang Pre Menstrual Syndrom (PMS) pada siswi kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Sragen?”. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang PMS di SMA N 3 Sragen 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui jumlah remaja putri yang mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang PMS b. Untuk mengetahui jumlah remaja putri yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup tentang PMS c. Untuk mengetahui jumlah remaja putri yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang PMS D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana kepustakaan mengenai tingkat pengetahuan remaja putri tentang PMS. 4 b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian serupa di kemudian hari dan dapat dijadikan sebagai dasar peneltian selanjutnya. 2. Bagi diri sendiri Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian. 3. Bagi institusi a. SMA N 3 Sragen Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam menyusun program penyuluhan kesehatan di tingkat SMA. b. pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang serupa. E. Keaslian Penelitian 1. Asrining Dyah Widi Astuti (2010) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri dalam Penanganan Pre Menstruasi Syndrome di SMA N 5 Surakarta”. Metode penelitian menggunakan observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Dengan hasil penelitian ini pengetahuan tentang PMS pada siswi kelas XI SMA N 5 Surakarta pada ketegori baik 53,7 % , kategori cukup baik 31,6 % , dan tidak baik 4,9 %. 2. Fatikah Loyda Fitasari Zulaikha (2010) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Dalam Menghadapi Pre Menstruasi Syndrome di SMA N 5 Surakarta”. Dengan hasil penelitian ini 5 pengetahuan siswi SMA N 5 Surakarta kelas X sebanyak 102 responden (53,13%) yang mempunyai sikap yang positif dalam menghadapi PMS. Jadi perbedaan antara penelitian yang sekarang dengan penelitian yang duhulu yaitu : judul penelitian, lokasi penelitian, sampel penelitian dan metodologi penelitian. F. Sistematika Penelitian Untuk mengetahui secara menyeluruh Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan sistematika penulisan BAB I sampai dengan BAB V yang saling berhubungan. Adapun gambaran sistematikanya sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab ini akan dibahas isi Karya Tulis Ilmiah secara keseluruhan, terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat, keaslian penelitian dan sistematika penelitian, sehingga pembaca dapat memperoleh informasi secara ringkas dari Karya Tulis Ilmiah ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab ini akan dibahas teori tentang pengetahuan, remaja, pre menstrual syndrome, kerangka teori dan kerangka konsep penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Dalam Bab ini akan dibahas tentang jenis dan rencana penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik 6 pengambilan sempel, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisa data dan etika penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan. BAB V PENUTUP Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dari Masalah yang Diteliti 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terjadi melalui panca terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mulai mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting akan terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengeteahuan (Notoatmodjo, 2007). b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pengetahuan ada 6 yaitu: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari suatu bahan yang dipelajari akan rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 7 8 Kata kerja yang digunakan utuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mengurangi, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3) Aplikasi (application) Yaitu sebagai kemampuan menggunakan materi telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistika dalam perhitungan perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-pinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut masih ada kaitannya satu 9 sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau suatu kemampuan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah untuk menyusun suatu formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menayangkan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. 10 c. Metode Memperoleh Pengetahuan Menurut Purnawan (2009) dalam Astuti (2010) metode memperoleh pengetahuan ada 4 yaitu: 1) Tenacity Adalah cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan sangat meyakinkan sesuatu, meski bisa jadi apa yang diyakinkan belum tentu benar. Keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut umum terjadi. Contoh: Seseorang yang meyakini bahwa warna biru adalah warna keberuntungan karena sering memperoleh hal-hal yang menyenangkan setiap kali ia bersinggungan dengan warna biru. 2) Authority Yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan dengan pihak yang kompeten. Contoh: Seseorang percaya bahwa besok akan turun hujan karena ia percaya dengan informasi yang diberikan oleh perkiraan cuaca esok hari. 3) Apriori Adalah metode memperoleh pengetahuan dengan menitik beratkan pada kemampuan nalar dan intuisi sendiri, tanpa mempertimbangkan informasi dari pihak luar. 11 Contoh : Seseorang yang tengah tersesat namun mempercayakan dirinya untuk menemukan jalan keluar tanpa ada keinginan untuk bertanya. 4) Science Adalah cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian dugaan, pengontrolan variable, hingga penyimpulan. Cara ini dianggap sebagai cara yang paling dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan yang diperoleh, hal ini dikarenakan pada science telah dilakukan serangkaian uji coba sebelum akhirnya memperoleh pengetahuan berupa simpulan, yang mana penguji-penguji seperti ini tidak ditentukan pada ketiga metode sebelumnya. d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada 4 yaitu: 1. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. 2. Pengalaman Di sini dikaitkan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya adalah pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak. 12 3. Sosial ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga. 4. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut 2. Remaja Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolenscence, berasal dari bahasa Latin adolenscence yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali dan Asrori, 2009). Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009). 13 3. Pre Menstrual syndrome (PMS) a. Pengertian PMS PMS adalah penampilan serangkaian gejala yang bersifat siklis sebelum menstruasi yang mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan (Norwitz, 2008). Menurut Wie (2008) dalam Astuti (2010) PMS adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental. Dialami 7-10 hari menjelang mentruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi. PMS merupakan suatu kondisi dimana wanita lebih sensitif terhadap perasaan dan tubuhnya (Azra, 2009). PMS adalah sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari pertama hingga keempat belas sebelum menstruasi masa haid dimulai dan diikut tahap bebas gejala jika masa ini terlewat (Hapsari, 2009). Jadi PMS adalah suatu kondisi dimana wanita mengalami perubahan gejala fisik, psikologi dan emosi yang terjadi antara hari pertama hingga ke-empat belas sebelum masa haid dimulai yang sebagian dapat menyebabkan gangguan pada pekerjaan dan gaya hidup seseorang. b. Etiologi Etiologi yang belum jelas diketahui mempersulit mencari penyebab dan efek dari perubahan fisiologis. Ada banyak faktor yang yang diduga menjadi penyebab timbulnya PMS diantaranya adalah : 1) Kadar hormon progesteron yang rendah 2) Kadar hormon estrogen yang berlebihan 14 3) Perubahan ratio kadar hormon estrogen/progesteron 4) Peningkatan hormon aldosteron, renin-angiotensin serta hormon adrenal 5) Hipoglikemi 6) Defisiensi vitamin dan mineral (A, E, B6 kalsium) 7) Sekresi prolaktin yang berlebihan 8) Faktor genetik (Agustina, 2010). c. Faktor Resiko PMS Ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya PMS, antara lain : 1) Wanita yang pernah melahirkan 2) Status perkawinan 3) Usia 4) Stressor 5) Kebiasaan makan, makanan dengan kadar gula tinggi, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda dan susu 6) Kekurangan zat gizi 7) Kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol 8) Kegiatan fisik yang berat dan kurang olahraga (Hapsari, 2009). 15 d. Gejala atau keluhan PMS 1) Gejala klinis Gejala yang paling sering ditemukan adalah: a) iritabilitas (mudah tersinggung) b) disforia (perasaan sedih) 2) Gejala fisik Beberapa gejala fisik yang muncul antara lain seperti: a) Kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu) b) Acne (jerawat) c) Nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah d) Nyeri pada payudara e) Gangguan saluran cerna misalnya rasa penuh/kembung, konstipasi, diare f) Perubahan nafsu makan sering merasa lapar (food cravings) 3) Gejala mental Gejala mental yang biasa terjadi yaitu: a) Mood menjadi lebih labil (mood swings) b) Iritabilitas (mudah tersinggung) c) Depresi gangguan konstipasi d) Insomnia (sulit tidur) ( Baradera, 2007). 16 e. Diagnosa PMS PMS dapat diduga pada wanita yang mengalami gangguan fisik ataupun mental beberapa saat sebelum menstruasi berlangsung setiap siklus. Menurut Wie (2008) dalam Astuti (2010) ada tiga elemen penting yang menjadi dasar diagnosa apakah seorang wanita mengalami PMS yaitu jika ditemukan: 1) Gejala yang sesuai dengan gejala PMS 2) Dialami setiap siklus menstruasi (konsisten) 3) Menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari f. Pencegahan PMS Pencegahan PMS dapat dilakukan dengan cara : 1) Melakukan diet yang sehat mengandung cukup buah dan sayuran atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung cukup vitamin dan mineral seperti A, B6, E dan kalsium 2) Melakukan olahraga dan aktifitas secara teratur 3) Menghindari dan mengatasi stress 4) Menjaga berat badan. Berat badan berlebihan dapat meningkatkan resiko menderita PMS 5) Mencatat jadwal siklus haid serta kenali gejala PMS 6) Memperhatikan apakah sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya (Kinanti, 2009). 17 g. Cara Penanganan PMS 1) Edukasi dan Konseling Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya PMS. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan PMS untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedang terjadi dan remaja siap dalam menghadapi gejala-gejala PMS tiap bulan. Walaupun tidak berbahaya, namun acap kali dirasakan menggangu bagi wanita yang mengalaminya. Gejala-gejala PMS yang dialami setiap wanita itu tidak sama dan kadang juga dapat menggangu aktivitas pekerjaan ( Proverawati, 2009). 2) Modifikasi Gaya Hidup a) Komunikasi Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang kontroversi atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut,sehingga memilih waktu lain untuk mendiskusikan masalah yang kontroversial. Grup konseling dengan psikiater juga dapat diterapkan. 18 b) Diet Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosan untuk energi. c) Olahraga Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memilih waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami PMS dapat membuat relaksasi dan tidur di malam hari. d) Perbanyak istirahat dan kurangi aktivitas 3) Obat – obatan Apabila gejala PMS begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya memodifikasi gaya hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan. a) Asam Mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) Dapat mengurangi gejala PMS seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam 19 Mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki resiko ulkus peptikum. b) Kontrasepsi oral (pil KB) Kotrasepsi oral dapat mengurangi gejala PMS seperti dismenorea dan menoragia namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabialan mood. Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala PMS sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejalanya berkurang. c) Obat penenang seperti alprazolam atau triazolam dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur. d) Obat anti depresi hanya digunakan bagi masyarakat yang memiliki gejala PMS yang parah. (Yuliarti, 2009). h. Menurut Barizad (2005) dampak gejala PMS yang tidak tertangani dengan baik antara lain : 1) Mengakibatkan stres fisik dan psikis. Jika tidak dilakukan penanganan terhadap stres tersebut maka dapat mengakibatkan deplesi magnesium. Deplesi ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang dan meningkatnya resiko osteoporosis. Jika hal ini terjadi maka resiko patah tulang akibat tulang yang keropos menjadi lebih besar. 2) PMS yang sudah parah dan tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi Pre Menstrual Dysphoric Disorder (PMDD). 20 Hensaw (2007) menyatakan bahwa wanita yang mengalami PMDD mengalami kegagalan penyesuaian sosial dan pengurangan kualitas kehidupan. Kegagalan ini berupa gangguan pada diri wanita sendiri berupa emosi yang tidak stabil dan rasa cepat marah. Kondisi ini menyebabkan wanita tersebut menjadi lebih sering marah ketika mengalami menstruasi sehingga membuat orang lain tidak nyaman untuk berinteraksi. 21 B. Kerangka Teori Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang PMS Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: PMS: 1. 2. 3. 4. Pengertian Etiologi Faktor Resiko Gejala a. Gejala fisik b. Gejala non fisik 5. Penanganan 1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Sosial ekonomi 4. Budaya Gambar 2.1 Kerangka Teori. ( Sumber Notoatmodjo, 2007 dan Azra, 2009). 22 C. Kerangka Konsep Penelitian Baik Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang PMS Cukup Kurang Gambar 2.2 Kerangka Konsep BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2005), deskriptif kuantitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilakukan penelitian oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini dilakukan di SMA N 3 Sragen. 2. Waktu penelitian adalah rentan waktu yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2012. C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang 23 24 ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI di SMA N 3 Sragen yang berjumlah 100 siswi. 2. Sampel Menurut Hidayat (2007) Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel pada penelitian ini adalah siswi kelas XI di SMA N 3 Sragen. Kriteria sampel ada 2 yaitu: a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. 1). Siswi kelas XI yang bersedia menjadi responden 2). Siswi yang sudah menstruasi b. Kriteria Eksklusi Kriteria Eksklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel. 1). Siswi kelas XI yang menolak menjadi responden 2). Siswi yang tidak hadir. Populasi dalam penelitian ini sebesar 100 siswi, maka untuk menentukan besar sampel yang diambil digunakan rumus: N n= 1 + N (d)2 25 Keterangan: n = Besar sampel N = Besar Populasi d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, yaitu 0,05 (Notoatmodjo, 2005). Berikut perhitungan sampel yang diambil : N n= 1 + N (d)2 100 n= 1 + 100 (0,05)2 100 n= 1 + 0,25 n = 80 Jadi siswi kelas XI di SMA N 3 Sragen yang dijadikan responden sebanyak 80 siswi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Menurut Hidayat (2007), Simple Random Sampling adalah pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. D. Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan remaja putri tentang PMS adalah data primer yang berupa kuesioner yang diberikan kepada siswi. Kuesioner adalah daftar 26 pernyataan/pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005). Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pernyataan dimana dalam pernyataan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” atau “salah” dan responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Cara penskoran untuk pernyataan favourable yaitu jika benar skor 1 dan jika salah skor 0 dan pada pernyataan unfavourable jika benar skor 0 dan jika salah skor 1. Untuk memudahkan dalam menyusun instrumen, maka diperlukan kisikisi. Berikut kisi-kisi dari instrumen dalam penelitian ini. Tabel. 3.1 Kisi – kisi Kuesioner No Variabel 1. Pengetahuan Remaja Putri Tentang PMS Indikator Pengertian PMS Penyebab PMS Gejala fisik Gejala non fisik Faktor resiko Penanganan PMS Jumlah No item Jumlah Favourable Unfavourable (item) 1,2,4 3,5 5 7,9 6,8 4 10,11,12,13,15 14 6 17,21 16,18,19,20 6 22,23,24 3 26,27,28,29 25,30 6 30 Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka kuesioner diujikan terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji tersebut dilakukan kepada 30 siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Sragen . 27 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi product moment. Instrumen dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel (Arikunto, 2010). Rumus korelasi product moment adalah: rxy = N. ΣXY- ΣX.ΣY {N ΣX2 − (ΣX) }{NΣY2 - (ΣY) } 2 2 Keterangan: N : Jumlah responden rxy : Koefisien korelasi product moment x : Skor pertanyaan y : Skor total xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total. Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Pengetahuan remaja putri tentang PMS Jumlah item Valid ( item) 30 27 Tidak valid (item) 3 (pernyataan nomer 2,4,5) Tabel 3.2 menunjukkan bahwa item pernyataan untuk variabel pengetahuan remaja putri tentang PMS dari 30 item terdapat 27 item yang 28 valid dan 3 item yang tidak valid dengan taraf signifikasi 5% dan untuk item yang tidak valid tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach. Instrumen dikatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach > rkriteria (0,60) (Ghozali, 2005). Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: r11 Σσb2 k = 1 − 1 σ 2 t k − Keterangan: r11 = Reliabilitas Instrument k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑σb2 = Jumlah varian butir σt2 = Varians total 29 Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Pengetahuan remaja putri tentang PMS Alpha Chronbach 0,896 Keterangan Reliabel Hasil Uji Reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel pengetahuan remaja putri tentang PMS memiliki nilai Alpha Chronbach > 0,60 sehingga kuesioner yang disusun untuk variabel dalam penelitian tersebut reliabel. E. Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket siswi kelas XI di SMA N 3 Sragen, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari: 1. Data Primer Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diperoleh dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang pengetahuan remaja putri tentang PMS (Pre Menstrual Syndrome). 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari data siswa kelas XI yang berada di SMA N 3 Sregen. 30 F. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja putri tentang PMS (Pre Menstrual Syndrome). G. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang batasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2005). Tabel 3.4 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Skala Kategori 1 Variabel Segala sesuatu yang Ordinal a. tunggal: diketahui: b. pengetahuan Pengetahuan c. remaja putri merupakan tentang PMS kemampuan responden dimana responden berumur 16-17 tahun untuk menjawab pengetahuan tentang PMS. Baik, bila > 75% Cukup, bila 60-75% Kurang, bila < 60% (Arikunto, 2010) 31 H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data ada 4 yaitu: a. Editing Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi. b. Coding Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahaptahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. c. Entry data Kegiatan ini memasukkan data dalam program computer untuk dilakukan analisis lanjut. d. Tabulating Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel. (Arikunto, 2010). 32 2. Analisa Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat. Menurut Notoatmodjo (2005) analisa univariat adalah menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel . Selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja, ditunjukkan dengan prosentase dengan keterangan sebagai berikut : a. Pengetahuan baik : > 75% b. Pengetahuan cukup : 60% - 75% c. Pengetahuan kurang : < 60% (Arikunto, 2010). Adapun rumus untuk mengetahui skor prosentase (Riwidikdo, 2009) yaitu sebagai berikut : Skor Prosentase Skor yang diperoleh responden = x 100% Total skor maksimal yang seharusnya diperoleh Rumus prosentase untuk jumlah remaja putri tentang PMS menurut tingkat pengetahuan (Riwidikdo, 2009) yaitu sebagai berikut : Skor Prosentase Jumlah remaja putri menurut tingkat pengetahuan = x 100% Jumlah responden 33 I. Etika Penelitian Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan penelitian, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari STIKES Kusuma Husada Surakarta, Kepala Sekolah SMA N 3 Sragen, dan dari responden sendiri melalui informed consent yang terjamin kerahasiaannya. Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. 2. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 34 3. Kerahasiaan (confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat, 2007). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMA N 3 Sragen adalah Sekolah Menengah Atas yang terletak di Jl. Dr. Soetomo No 2, Kecamatan Sragen Kulon, Kota Sragen. SMA N 3 Sragen ini terdiri dari 27 kelas, masing-masing tingkat ada 9 kelas. Kelas X jumlah siswi sebanyak 120 , kelas XI jumlah siswi sebanyak 100 dan kelas XII jumlah siswi sebanyak 110. Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh SMA N 3 Sragen adalah labratorium Komputer, labratorium Bahasa, laboratorium Fisika, labratorium Kimia, labratorium Biologi, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang BK (Badan Konseling), TU (Tata Usaha), koperasi, aula, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) , masjid dan kantin. B. Hasil Penelitian Tingkat pengetahuan remaja putri tentang Pre Menstrual Syndrome (PMS) Pada Siswi kelas XI Di SMA N 3 Sragen disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pre Menstrual Syndrome (PMS) pada Siswi Kelas XI Di SMA N 3 Sragen No 1. 2. 3. Pengetahuan Frekuensi Baik 50 Cukup 23 Kurang 7 Jumlah 80 Sumber : Data Primer bulan Mei 2012 35 Prosentase (%) 62,5 28,75 8,75 100 36 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan remaja putri kelas XI Di SMA N 3 Sragen tentang PMS dalam kategori baik yaitu sebanyak 50 responden (62,5%) sedangkan untuk kategori cukup sebanyak 23 responden (28,75%) dan untuk kategori kurang sebanyak 7 responden (8,75%). C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang Pre Menstrual Syndrome (PMS) pada siswi kelas XI di SMA N 3 Sragen sebagian besar berpengetahuan baik 50 responden (62,5%) dan sebagian kecil berpengetahuan kurang 7 responden (8,75%). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang berpengetahuan baik sudah dapat menjawab pernyataan yang diberikan dengan baik karena respondeh sudah pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang PMS, mendapat informasi dari teman yang pernah mengalaminya dan membaca buku. Kemudian responden yang berpengetahuan cukup sebagian besar responden kurang mengetahui tentang gejala fisik dan penanganan tentang PMS dan responden yang berpengetahuan kurang, responden kurang mengerti tentang penyebab terjadinya PMS. Menurut Baradera (2007) gejala fisik PMS yang muncul antara lain : kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu), acne (jerawat), nyeri pada kepala, 37 punggung, perut bagian bawah, nyeri pada payudara, gangguan saluran cerna misalnya rasa penuh/kembung, konstipasi, diare dan perubahan nafsu makan sering merasa lapar dan cara penanganan PMS ada banyak macam yaitu : edukasi dan konseling, memodifikasi gaya hidup dengan cara berkomunikasi dengan orang terdekat, diet makanan, olah raga yang teratur, perbanyak istirahat dan kurangi aktivitas. Apabila gejala PMS tidak berkurang maka bisa menggunakan obat-obatan (Yuliarti, 2009). Menurut Agustina (2010) ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya PMS diantaranya adalah : kadar hormon progesteron yang rendah, kadar hormon estrogen yang berlebihan, perubahan ratio kadar hormon estrogen/progesteron, defisiensi vitamin dan mineral (A, E, B6 kalsium) dan faktor genetik Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mulai mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting akan terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengeteahuan (Notoatmodjo, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada 4 yaitu: pendidikan, pengalaman, sosial ekonomi dan budaya. 38 Tingkat pengetahuan remaja putri tentang Pre Menstrual Syndrome (PMS) yang baik diharapkan remaja siap dalam menghadapi gejala-gejala PMS tiap bulan. Walaupun tidak berbahaya, namun acap kali dirasakan menggangu bagi wanita yang mengalaminya. Gejala-gejala PMS yang dialami setiap wanita itu tidak sama dan kadang juga dapat menggangu aktivitas pekerjaan. D. Keterbatasan 1. Kendala penelitian Pada saat dilakukan penelitian keadaannya kurang efisien karena berada di Aula. 2. Keterbatasan selama proses penelitian : a. Dalam penelitian ini ada kelemahan dalam menyusun alat (kuesioner) yang menggunakan jawab tertutup sehingga responden tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia. b. Dalam penelitian ini hanya untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang PMS tanpa adanya tindak lanjut terhadap hasil penelitian yang diperoleh. 39 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI tentang PMS di SMA N 3 sragen dalam kategori baik sebanyak 50 responden (62,5%). 2. Tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI tentang PMS di SMA N 3 sragen dalam kategori cukup sebanyak 23 responden (28,75%). 3. Tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI tentang PMS di SMA N 3 sragen dalam kategori kurang sebanyak 7 responden (8,75%). B. Saran 1. Bagi Responden Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para siswi lebih meningkatkan pengetahuan tentang PMS dengan cara mencari informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja khususnya PMS misalnya dari buku, internet, mengikuti penyuluhan dan dapat melalui diskusi secara terbuka tentang kesehatan reproduksi remaja dalam hal ini tentang PMS dengan orang tua, guru, teman, maupun orang yang memang paham mengenai hal ini. 40 2. Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan diharapkan meningkatkan penyuluhan dalam bidang kesehatan dengan cara promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang PMS 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti lain selanjutnya yang mungkin juga menggunakan topik yang sama dengan yang diambil oleh penulis, penulis berharap supaya adanya penelitian yang dilanjutkan dengan penyuluhan lanjutan, sehingga responden tidak hanya tahu saja, melainkan dapat paham lebih lanjut dengan berbagai keterangan yang disampaikan lewat penyuluhan lanjutan.