LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) DISUSUN OLEH: DIAH DWI PUTRI IRIANTO 14420201046 PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR TAHUN AKADEMIK 2020/2021 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan pendahuluan yang berjudul “PENYAKIT JANTUNG KORONER” ini dapat terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui tentang penyakit jantung koroner. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ns Wa Ode Sri Asnaniar, S.Kep, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, teman-teman sekelas yang telah menyumbangkan banyak ide terhadap laporan pendahuluan ini dan pihak-pihak lain yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Mungkin dalam laporan pendahuluan ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis mohon maaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang. Semoga laporan pendahuluan ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Makassar, 18 Desember 2020 Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...................................................................................................... KATA PENGANTAR................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.........................................................,,............................................... B. Rumusan Masalah...................................................,................................................. C. Tujuan....................................................................................................................... D. Manfaat.................................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN Konsep Dasar Penyakit Jantung Koroner A. Pengertian Penyakit Jantung Koroner..................................................................... B. Klasifikasi............................................................................................................... C. Etiologi................................................................................................................... D. Patofisiologi........................................................................................................... E. Pathway................................................................................................................. F. Faktor Risiko......................................................................................................... G. Tanda dan Gejala.................................................................................................. H. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................ I. Penatalaksanaan.................................................................................................... Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner A. Pengkajian............................................................................................................ B. Diagnosa Keperawatan........................................................................................ C. Intervensi Keperawatan....................................................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................................... B. Saran.................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh penyempitan dan penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyempitan dan penghambatan disebabkan oleh akumulasi plak yang berada dibagian dinding arteri coronaria sehingga menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah ke jantung yang dapat berakibat terjadinya gangguan oksigenasi otot jantung dengan berbagai derajat bentuk iskemia, infark sampai nekrosis otot jantung dan juga kematian (Lilly, 2016). Penyakit jantung koroner adalah suatu kondisi yang terjadi ketika plak terbentuk di arteri koroner. Plak yang terbentuk akan mempersempit lumen arteri koroner baik secara total maupun parsial sehingga menurunkan suplai oksigen jantung (Homound, 2008). Jika jantung berusaha memenuhi kebutuhannya dan tidak dapat memenuhi suplai oksigen ke sel sehingga tubuh tidak dapat memproduksi energi yang banyak dan mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktivitas (Zeni, 2018). Menurut data WHO tahun 2016 penyakit jantung koroner menyebabkan kematian di seluruh dunia dengan presentasi 12,9% dengan total kematian yang diakibatkannya sebesar 56 juta jiwa dari 434 juta jiwa. Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner menempati urutan kelima dengan persentasi 12,9% (Kemenkes RI, 2017). Di Jawa Timur angka kejadian penyakit jantung koroner adalah 0,5% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data AHA (American Heart Association) menunjukkan bahwa setiap 26 detik terjadi satu kejadian koroner dan setiap satu menit terjadi kematian karena PJK di negara Amerika (Nabel et al., 2012). Negara berkembang merupakan penyumbang terbesar kematian karena PJK, tahun 1990 dilaporkan sekitar 3,5 juta kematian dari total 6 juta kematian karena PJK. Angka ini diprediksi akan meningkat menjadi 7,8 juta dari total 11 juta kematian diseluruh dunia karena PJK pada 2020 (Tardif, 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883,447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter gejala menunjukkan sebesar 1,5% atau diperkirakan berjumlah sekitar 2.650.340 orang, jumlah terbanyak PJK diperkirakan di provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan paling sedikit terdapat di provinsi Maluku Utara sebanyak 1.436 orang (0,2%). Munculnya PJK disebabkan oleh adanya kejadian stenosis arteri koroner yang ditandai dengan proses aterosklerosis terlebih dahulu. Aterosklerosis merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas di dunia, melalui manifestasi mayor penyakit kardiovaskular dan stroke, kemungkinan akan menjadi penyebab kematian secara global pada tahun 2020. Bukti terbaru menunjukkan bahwa aterosklerosis merupakan proses inflamasi kronis dan patogenesisnya melibatkan lipid. Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang dikarakteristikan dengan obstruksi arteri koroner, yang paling sering diakibatkan oleh plak ateromatosa (Libby, 2005). Proses pembentukan plak tersebut disebut aterogenesis yang bermula dari adanya disfungsi endotel yang dihasilkan dari paparan racun akibat merokok, kadar abnormal dari lipid yang bersikulasi didarah, atau diabetes. Peningkatan kadar HDL berhubungan positif dengan penurunan risiko penyakit jantung koroner (Barter, 2015). Peningkatan HDL mungkin dapat mereduksi kandungan lipid pada plak aterosklerosis. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian penyakit jantung koroner? 2. Apa klasifikasi penyakit jantung koroner? 3. Apa etiologi penyakit jantung koroner? 4. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung koroner? 5. Bagaimana pathway penyakit jantung koroner? 6. Apa faktor resiko penyakit jantung koroner? 7. Apa tanda dan gejala penyakit jantung koroner? 8. Apa pemeriksaan penunjang penyakit jantung koroner? 9. Bagaimana penatalaksanaan penyakit jantung koroner? C. Tujuan Untuk mengetahui tentang penyakit jantung koroner dan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yang diberikan. D. Manfaat a. Bagi Mahasiswa 1. Mahasiswa memperoleh bahan informasi dan acuan untuk penelitian di masa yang akan datang. 2. Mahasiswa dapat mengambil keputusan pada kasus penyakit jantung koroner saat telah resmi bekerja. 3. Mahasiswa dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat berdasarkan informasi yang diterima mengenai penyakit jantung koroner. b. Bagi Masyarakat 1. Masyarakat memperoleh informasi mengenai penyakit jantung koroner. 2. Masyarakat menjadi lebih waspada dan berhati-hati pada penyakit jantung koroner. BAB II PEMBAHASAN KONSEP DASAR PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) A. Pengertian Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab tersering adalah aterosklerosis (Wijaya dkk, 2013). Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah dari penyempitan pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfungsi dengan baik). Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki juga pada kerja berat ataupun berjalan terburu- buru pada saat berjalan datar atau berjalan jauh (RISKESDAS, 2013). Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung dan merupakan kelainan mikroardium yang disebabkan oleh insufisiensi aliran darah koroner. Penyebab paling utama PJK adalah dislipidemia. Dislipidemia merupakan faktor resiko yang utama penyakit jantung. Perubahan gaya hidup masyarakat erat hubungannya dengan peningkatan kadar lipid (Irmalita, 2015). Dapat disimpulkan, PJK merupakan suatu penyakit pada organ jantung akibat penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga menimbulkan kelelahan otot bahkan kerusakan yang biasanya diproyeksikan sebagai rasa tidak enak oleh klien secara subyektif seperti rasa ditekan benda berat, ditindih, dan ditusuk. B. Klasifikasi Penyakit jantung koroner dapat terdiri dari: 1. Angina pektoris stabil (APS) Sindroma klinik yang ditandai dengan rasa tidak enak di dada, rahang, bahu, punggung ataupun lengan, yang biasanya oleh kerja fisik atau stres emosional dan keluhan ini dapat berkurang bila istirahat atau dengan obat nitrogliserin. 2. Sindroma Koroner Akut (SKA) Sindroma klinik yang mempunyai dasar patofisiologi, yaitu berupa adanya erosi, fisur atau robeknya plak arterosklerosis sehingga menyebabkan trombosis intravaskular yang menimbulkan ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard. Yang termasuk SKA adalah : a) Angina pektoris tidak stabil (UAP, unstable angina pectoris), yaitu: 1) Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari. 2) Pasien dengan angina yang bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina muncul lebih sering dan lebih lama (>20 menit), dan lebih sakit dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan. 3) Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association (AHA) perbedaan angina tak stabil dan infark tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) ialah iskemi yang timbul cukup berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada miokardium, sehingga adanya petanda kerusakan miokardium dapat diperiksa. Diagnosis angina tak stabil bila pasien mempunyai keluhan iskemi sedangkan tak ada kenaikan troponin maupun CK-MB, dengan ataupun tanpa perubahan ECG untuk iskemi, seperti adanya depresi segmen ST ataupun elevasi sebentar atau adannya gelombang T yang negatif. b) Infark miokard akut (IMA), yaitu: Nyeri angina yang umunya lebih berat dan lebih lama (30 menit atau lebih). IMA bisa berupa Non ST elevasi infark miokard (NSTEMI) dan ST elevasi miokard infark (STEMI). (Sudoyo, et all, 2011). C. Etiologi Penyakit Jantung Koroner disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung, hal ini dimana lama kelamaan di ikuti berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Pembuluh arteri ini akan menyempit dan bila parah terjadi penghentian darah. Setelah itu terjadi proses penggumpalan dari berbagai substansi dalam darah sehingga menghalangi aliran darah dan terjadi atherosclerosis dan thrombosis (kharisma al’an sarwin.2016), selain faktor diatas ada banyak faktor lain, seperti hipertensi, kadar lipid, rokok, dan kadar gula darah yang abnormal (Naga, 2012). D. Patofisiologi Ateroklerosis pada arteri koroner jantung merupkan awal mula terjadinya penyakit jantung koroner. Proses pembentukan aterosklerosis tersebut dimulai dengan terjadinya endotel pembuluh darah yang disebabkan oleh hiprtensi, zat nikotin pada pembuluh darah dan diabetes mellitus (LS, 2011). Plak yang tebentuk pada arteri koroner membuat lumen pembuluh darah menyempit sehingga asupan oksigen otot jantung untuk berkontraksi menururn dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang sering disebut sebagai nyeri dada dan biasanya muncul saat beraktivitas dan stress emosional. Keadaan tersebut sering disebut juga stable angina pectoris sebagai manifestasi dari penyakit iskemik (LS, 2011). Plak fibrosa yang bisa terbentuk adalah plak yang stabil dan yang rentan. Plak fibrosa yang stabil mengandung lipid yang sedikit dan kapsul fibrosa yang tebal, sedangkan plak yang rentan mengandung lipid yang banyak dan kapsul fibrosa yang tipis sehingga lebih rentan pula untuk mengalami ruptur. Ruptur plak yang aterom akan mengaktifkan agregasi platelet yang nantinya aktivasi faktor pembekuan darah dan membentuk thrimbus di dalam lumen pembuluh darah (LS, 2011). Sumbatan thrimbus yang terdapat dalam pembuluh darah akan menyebabkan ketidak seimbangan suplai oksigen dan kebutuhannya. Bentuk dari sindrom koroner akut bergantung derajat obstruksi koroner. Sindrom koroner akut adalah sekumpulan gejala klinis yang sesuai dengan iskemia miokard akut dan yang termasuk ke dalam SKA adalah unstale angina non ST-segment elevation myocardinal infarction dan ST-segment elevation myocardinal infarction. (LS, 2011). E. Pathway PJK Aterosklerosis Endotel pembuluh darah Hipertensi, zat nikotin pada pembuluh darah, DM Plak pada arteri koroner Modifikasi gaya hidup Penyempitan lumen pembuluh darah Kurang pengetahuan Asupan oksigen otot jantung menurun Defisit pengetahuan Asam laktat Menurunkan ph miokardium Angina pectoris Perangsangan kemoreseptor Nyeri akut Aktivitas pernapasan naik pola nafas tidak efektif F. Faktor Resiko Faktor resiko untuk terjadinya sumbatan terbagi menjadi dua yaitu: faktor resiko yang dapat di rubah, dan faktor yang tidak dapat dirubah. 1. Faktor resiko yang dapat dirubah, antara lain sebagai berikut: a) Hipertensi, komplikasi yang terjadi pada hipertensi biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada hipertensi yang tidak diobati akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah. Tempat yang paling berbahaya adalah bila mengenai arteri miokardium. Serta tekanan darah yang tinggi menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (factor koroner). b) Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup panting karena termasuk faktor resiko utama PJK. Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet), hiperkolesterol akan menimbulkan pengendapan pada arteri yang pada akhirnya akan mengakibatkan penyempitan arteri. Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis. c) Merokok, Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko utama PJK. Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung pada dinding arteri, karbon monoksida menyebabkan hipoksia arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang menimbulkan reaksitrombosit, glikoprotein tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas dinding arteri. Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek hipertensi. Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok 10x lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4.5x lebih dari pada bukan perokok. d) Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada laki-laki dan > 21 % pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, Diabetus Millitus, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol. Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal. e) Diabetus Mellitus, Pasien diabetes militus akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yaitu atherioskelerosis baik total atau sebagian sehingga aliran darah ke jantung mengalami penurunan. f) Aktivitas fisik, Masyarakat yang tidak aktif sedikitnya 2 kali lebih besar ditemukannya PJK daripada masyarakat yang aktif. Sedikit aktivitas fisik dapat memperburuk faktor risiko PJK lainnya, seperti tinggi kolesterol dalam darah dan trigliserid, hipertensi, diabetes dan prediabetes, dan obesitas. Sangat penting sekali untuk anak-anak dan dewasa untuk melakukan aktifitas fisik sebagai rutinitas sehari-hari. Salah satu alasan mengapa orang Amerika tidak cukup aktif dikarenakan mereka hanya menghabiskan waktu di depan TV dan mengerjakan pekerjaannya di depan computer. Beberapa spesialis menyarankan anak umur 2 tahun dan yang lebih tua sebaiknya tidak menghabiskan waktu dengan menonton TV atau memakai computer lebih dari 2 jam. Aktif secara fisik adalah salah satu hal terpenting yang dapat menjaga kesehatan jantung. 2. Faktor resiko yang tidak dapat di rubah antara lain sebagai berikut: a) Usia, telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause (45 tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki. b) Jenis kelamin, di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 x lebih besar dari perempuan. Wanita agaknya relative kebal terhadap penyakit ini sampai menopause, kemudian menjadi sama rentannya seperti pria; diduga karena adanya efek perlindungan esterogen (Kurniadi dan Nurrahmani, 2014). c) Riwayat keluarga, riwayat keluarga yang positif terhadap PJK (saudara atau orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan timbulnya aterosklerosis prematur. Pentingnya pengaruh genetic dan lingkungan masih belum diketahui. Tetapi, riwayat keluarga dapat juga mencerminkan komponen lingkungan yang kuat, seperti misalnya gaya hidup yang menimbulkan stress atau obesitas. Riwayat keluarga memiliki riwayat serangan penyakit jantung, akan menambah risiko terserang penyakit yang sama. (Kurniadi dan Nurrahmani, 2014) G. Tanda dan Gejala 1. Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Kadang-kadang, jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk suatu penumpukan lemak yang disebut xantoma di dalam tendo (urat daging) dan di dalam kulit. 2. Nyeri dada, Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada yang dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk, terbakar, tertimpa benda berat, disayat, panas. Nyeri dada dirasakan di dada kiri disertai penjalaran ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang menembus hingga punggung, bahkan ke rahang dan leher. 3. Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas tersengal-sengal (sesak nafas), kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh mengeluarkan banyak keringat. (Irmalita, 2015) H. Pemeriksaan Penunjang a. EKG (Elektrokardiografi) Pemeriksaan terhadap gambaran listrik yang ditimbulkan oleh jantung pada waktu berkontraksi. EKG menunjukkan adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nikrosis. Enzim dan isoenzim pada jantung: CPR-MB meningkat dalam 4-12 jam dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya konduksi jantung dan kontraktilitas jantung. (Notoatmodjo, 2011). b. Arterigrafi coroner (Kateterisasi) Kateterisasi jantung merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta fungsi jantung, termasuk ruang jantung, katup jantung, otot jantung, serta pembuluh darah jantungtermasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya pembuluh darah jantung yang tersumbat (Kurniadi, 2013). c. Ekokardiografi Pemeriksaan yang tidak menimbulkan rasa sakit dan berdasarkan pemantulan gelombang suara (ultrasound) dari berbagai bagian jantung. Pada tes ini dapat dilihat gambaran fungsi pompa jantung dan kontraksi yang terganggu bila suplai darah terganggu (Notoatmodjo, 2011). d. Radioaktif isotope Menggunakan zat kimia atau isotop yang disuntikkan pada penderita, kemudian zat tersebut dideteksi melalui kamera khusus. Zat yang biasa digunakan adalah thaliumdan technetium. Pada bagian otot jantung yang infark, zat radioaktif lebih sedikit dibandingkan dengan bagian otot jantung yang normal (Notoatmodjo, 2011). e. Angiografi Cara yang langsung dapat mendeteksi kelainan jantung dari pembuluh arteri jantung, seperti gambaran radiologis, yaitu dengan menggunakan alat angiogram. Namun pemeriksaan imi termasuk tindakan invasive yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh arteri atau vena lalu didorong sampai ke berbagai tempat di jantung. Gambaran arteri jantung yang mengalirkan darah ke jantung akan terlihat dengan pemeriksaan ini (Notoatmodjo, 2011). I. Penatalaksanaan a. Farmakologi 1) Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika perlu. 2) Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral atau intravena. 3) Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka kematian. 4) Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin (Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses patogenesanya, dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri koroner. Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat trombolitik seperti streptokinase, rTPA (recombinant tissue plasminogen ativactor complex), Urokinase, ASPAC ( anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain urokinase-type plasminogen activator). Pemberian trombolitik terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam pertama dari serangan infark. Terapi ini masih bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan infark. 5) Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betaclocker juga mempunyai efek anti aritmia. b. Non-farmakologi 1) Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok. 2) Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat karena : Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol Menurunkan tekanan darah Meningkatkan kesegaran jasmani 3) Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi seimbang, makan makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dengan menerapkan diet rendah lemak (Rahman, 2007). 4) Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah kesehatan kardiovaskuler yang telah diikuti secara luas adalah dari AHA dan NCEP. Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk memperbaiki profil lemak darah pada batas-batas normal. Terapi diet dasar atau tingkat 1 dapat menurunkan ≥ 10% dari total kalori berasal dari asam lemak tidak jenuh majemuk (poly-unsaturated faty acid). bila kadar total kolesterol darah turun 10% atau lebih dan memenuhi batas yang ditargetkan, diet telah dianggap berhasil dan perlu dipertahankan. Namun, apabila penurunan < 10%, diet dilanjutkan ke tingkat 2 selama 8-10 minggu, dan pada akhir dilakukan tes darah. Bila hasilnya belum juga mencapai sasaran, mungkin sekali tubuh tidak cukup responsif terhadap diet dan individu perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkian pemakaian obat (Sudoyo, et all 2011 ; Rahman, 2007). KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER A. PENGKAJIAN Merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data,pengelompokan data dan perumusan diagnosa keperawatan. 1. Pengumpulan data a. Identitas klien: Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. b. Keluhan utama: Pada klien dengan penyakit jantung koroner biasanya klien mengeluh nyeri khas angina yaitu dada retrostenal kurang lebih 5-15 menit, terasa berat, tertekan seperti di cengkram dan panas. c. Riwayat kesehatan: 1) Riwayat kesehatan lalu: Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya. 2) Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang diderita oleh klien atau tidak, atau apakah didalam keluarga mempunyai riwayat penyakit menular atau menurun. 3) Riwayat kesehatan sekarang: Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk membantu klien dalam mengutamakan masalah keluannya secara lengkap. Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada dan sesak nafas. d. Pola-pola fungsi kesehatan 1) Pola nutrisi dan metabolisme Pada klien dengan Penyakit Jantung Koroner biasanya kehilangan nafsu makan, mual dan muntah sehingga mengalami penurunan berat badan. 2) Pola istirahat dan tidur Biasanya pada klien PJK mengalami gangguan sulit tidur karena nyeri dada yang timbul dengan tiba-tiba. 3) Pola aktifitas dan latihan Pada klien PJK biasanya mengalami gangguan dalam melaksanakan aktivitas karena nyeri, dispnea dan takikardi. 2. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit. b. Kulit, rambut, kuku Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kulit, rambut tipis dan kuku tipis serta rapuh. c. Kepala dan leher Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kepala , muka kadang- kadang pucat dan tidak adanya pembesaran pada kelenjar tiroid. d. Mata: Pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur. e. Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan Pada klien PJK telinga, hidung dan tenggorokan tidak mengalami gangguan sedangkan pada mulut ditemukan adanya mukosa pada mulut dan bibir. f. Thoraks dan abdome Pada klien dengan PJK pada pemeriksaan abdomen dan thoraks ditemukan nyeri pada dada. Pada abdomen ditemukan nyeri juga mual muntah sehingga menurunkan nafsu makan pada klien. g. Sistem respirasi Pada klien PJK ditemukan dispnea dengan atau tanpa aktivitas , batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cianosis, suara nafas wheezing cracekes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged. h. Sistem kardio vaskuler Mempunyai riwayat IMA, Penyakit Jantung Koroner, CHF, tekanan darah tinggi dan diabetes militus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan insufisiensi katup atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan.Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal, edema pada jubular vena distension, odema anarsarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. i. Sistem genito urinaria: Pada klien ini mengalami penurunan jumlah produksi urine dan frekuensi urine. j. Sistem gastrointestinal Pada saluran pencernaan terjadi gangguan. Gejalanya nafsu makan menurun, mual dan munta, nyeri perut, serta turgor kulit menurun, penurunan atau tidak adanya bising usus. k. Sistem muskulusskeletal Pada klien PJK adanya kelemahan dan kelelahan otot sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang biasanya dilakukan. l. Sistem endokrin: Biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah. m. Sistem persyarafan Biasanya timbul gejala rasa berdenyut, vertigo disertai tanda-tanda dengan perubahan orientasi atau respon terhadap rangsang, gelisa, respon emosi meningkat dan apatis. 3. Pemeriksaan diagnostic a. ECG menunjukkan adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nikrosis. Enzim dan isoenzim pada jantung: CPRMB meningkat dalam 4-12 jam dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit: ketidak seimbangan yang memungkinkan terjadinya konduksi jantung dan kontraktilitas jantung. b. Kolesterol atau trigliserid c. Analisa gas darah: menunjukkan adanya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau akut d. Chest x ray: mungkin normal atau adanya kardeomegali, CHF, aneorisma ventrikuler e. Echokardeogram f. Exercise stress test: menunjukkan adanya kemanpuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress atau aktivitas B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis 2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan 3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi C. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Manajemen nyeri Observasi: 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2) Identifikasi skala nyeri 3) Identifikasi respon nyeri non verbal 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 7) Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik: 1) Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 3) Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi: 1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2) Jelaskan strategi meredakan nyeri 3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi: - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan Manajemen Jalan Napas Observasi 1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) 2) Monitor bunyi napas tambahan 3) Monitor sputum Terapeutik 1) Pertahankan kepatenan jalan napas 2) Posisikan semifowler atau fowler 3) Berikan minum hangat 4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu 5) Berikan oksigen, jika perlu Edukasi 1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi 2) Ajarkan tekhnik natuk efektif Kolaborasi - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu 3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi Edukasi Kesehatan Observasi: 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik: 1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi: 1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung dimana terjadi penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang melindungi ronggarongga jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koronaria paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga mempersempit lumen pembuluh darah. Faktor risiko PJK dibagi menjadi faktor risiko alami, utama dan tidak langsung. Faktor risiko alami terdiri dari genetik, jenis kelamin, usia dan ras. Faktor risiko utama terdiri dari kolesterol, hipertensi dan merokok. Faktor risiko tidak langsung terdiri dari diabetes mellitus, obesitas, aktivitas fisik, stress, diet nutrisi dan alkohol. Cara mencegah penyakit jantung koroner adalah berhenti merokok sedini mungkin, berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, menghindari stress yang berlebihan, menghindari pola hidup tidak sehat, mengurangi konsumsi alkohol, menjaga tekanan darah, mengontrol gula darah dan menurunkan berat badan. Cara mengatasi penyakit jantung koroner adalah tes diagnosis, angioplasti, operasi bypass dan pemberian obat-obatan. B. Saran Penyakit jantung koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun penyakit jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya ini maka kita harus mulai dengan berperilaku hidup sehat, dari mulai pola makan yang sehat dan teratur hingga mulai membiasakan untuk teratur berolahraga dan tidak merokok tentunya. DAFTAR PUSTAKA KemenKes RI. 2018. Riset Profil Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia LeMone Priscilla, Burke M Karen, Gerene Bauldoff. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta; Buku Kedokteran EGC PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI Kurniadi, Helmanu. 2013. Stop! Gejala Penyakit Jantung Koroner. Yogyakarta: Familia Buku Pintar Posbindu Ptm. 2016. Penyakit Tidak Menular Dan Faktor Risiko: Kemenkes Ri Silvia, Loraine. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner.Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Volume I. Edisi VI. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta, Hal 576 –612 Naga, Sholeh S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: Diva Press LS, L. P, 2011. Phatophysiologi of heart disease: AtheroslerosisPhiladelpia: Lippincont. Soeharto, Iman. 2001. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Soeharto, Iman. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama. Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta. WHO (2017). World Health Statistics , World Health Organization; 2017