LAPORAN PRAKTIKUM PERPINDAHAN KALOR Acara : Distribusi Suhu Logam Penyusun Nama : Denni Wardayanti NIM : 021180069 Fakultas/Jurusan : Teknik Industri/D3 Teknik Kimia Hari/tanggal : Kamis, 22 Oktober 2020 Dosen Pembimbing : Ir. Titik Mahargiani,M.T. LABORATURIUM PERPINDAHAN KALOR PRGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" YOGYAKARTA 2020 LEMBAR PENGESAHAN " Distribusi Suhu Logam" DISUSUN OLEH : Nama : Denni Wardayanti NIM : 021180069 Fakultas/Jurusan : Teknik Industri/D3 Teknik Kimia Hari/tanggal : Kamis, 22 Oktober 2020 Dosen Pembimbing : Ir. Titik Mahargiani,M.T. Di Setujui Dosen Pembimbing (Ir. Titik Mahargiani,M.T.) KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Syukur alhamdulillah, Segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya laporan ini dapat terselesaikan. Solawat dan salam, semoga Allah SWT limpahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Laporan ini praktikan susun sedemikian rupa untuk memenuhi tugas praktikum Perpindahan Kalor semester V D3 Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"Yogyakarta. Dengan disusunnya laporan ini semoga dapat memberikan informasi dan pengetahuan baru serta bermanfaat bagi kita semua. Dan terima kasih saya ucapkan kepada; 1. Ir. Titik Mahargiani,M.T. selaku dosen pembimbing dan asisten laboraturium yang telah membimbing dari awal hingga akhir. 2. Kelompok praktikum yang telah bekerja sama dalam melakukan praktikum. 3. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu dalam praktikum dan menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini, baik kekurangan dalam penulisan maupun perhiungan. Oleh sebab itu praktikan mengharap kepada pembaca untuk memberi saran serta kritik yang dapat membangun praktikan. Kritik dari pembaca sangat praktikan harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya. Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Yogyakarta, 28 Oktober 2020 Penyusun. (Denni Wardayanti) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain, secara alami kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Seiring berjalannya waktu, kalor dianggap sebagai suatu bentuk energi yang berkaitan erat dengan suhu. Kajian lanjut menunjukkan bahwa kalor dapat berpindah melalui tiga cara yaitu, konduksi, konveksi dan radiasi. Apabila dua jenis benda yang memiliki temperatur berbeda saling berkontak termal, maka temperatur benda yang lebih panas akan perlahan mendingin, sedangkan temperatur benda yang lebih dingin akan menjadi panas hingga suhu tertentu. Peristiwa tersebut terjadi karena adanya perpindahan kalor antara dua benda yang berkontak termal. Perpindahan panas yang mana partikel-partikel dalam medium perpindahan panas tersebut tidak berpindah disebut konduksi. Pada peristiwa konduksi, koefisien perpindahan panas dan koefisien kontak merupakan faktor yang penting. Kalor adalah salah satu bentuk energi yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur. Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, akan terjadi perpindahan energi berupa kalor dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah. Ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material adalah perpindahan kalor. Salah satu cara perpindahan energi ini melalui mekanisme yang disebut konduksi atau hantaran. Konduksi dapat diartikan sebagai transmisi energi (panas) dari satu bagian padatan yang bersuhu tinggi ke bagian padatan lain yang kontak dengannya dan memiliki suhu lebih rendah. Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi. Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas. Berdasarkan perubahan suhu menurut waktu, konduksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konduksi tunak dan konduksi tidak tunak. 1.2 . TUJUAN PERCOBAAN 1. Memahami proses perpindahan panas 2. Memperagakan suatu cara pengukuran peristiwa perpindahan panas 3. Mengamati distribusi suhu logam di udara 1.3 DASAR TEORI Pada zat padat, energi kalor tersebut dipindahkan hanya akibat adanya vibrasi dari atomatom zat padat yang saling berdekatan. Hal ini disebabkan karena zat padat merupakan zat dengan gaya intermolekular yang sangat kuat, sehingga atom-atomnya tidak dapat bebas bergerak, oleh sebab itu perpindahan kalor hanya dapt terjadi melalui proses vibrasi. Sedangkan proses konduksi pada fluida disebabkan karena pengaruh secara langsung karena atom-atomnya dapat lebih bebas bergerak dibandingkan dengan zat padat. Konduksi merupakan suatu proses perpindahan kalor secara spontan tanpa disertai perpindahan partikel media karena adanya perbedaan suhu, yaitu dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah. Konduksi atau hantaran kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan molekul-molekul. Sementara satu ujung benda dipanaskan, molekul-molekul di tempat itu bergerak lebih cepat. Sementara itu, tumbukan dengan molekul-molekul yang langsung berdekatan lebih lambat, mereka mentransfer sebagian energi ke molekul-molekul lain, yang lajunya kemudian bertambah. Molekul-molekul ini kemudian juga mentransfer sebagian energi mereka dengan molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan demikian, energi gerak termal ditransfer oleh tumbukan molekul sepanjang benda. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya konduksi. Konduksi atau hantaran kalor hanya terjadi bila ada perbedaan suhu. Berdasarkan eksperimen, menunjukkan bahwa kecepatan hantaran kalor melalui benda yang sebanding dengan perbedaan suhu antara ujung-ujungnya.Kecepatan hantaran kalor juga bergantung pada ukuran dan bentuk benda. Untuk mengetahui secara kuantitatif, perhatikan hantaran kalor melalui sebuah benda uniform tampak seperti pada gambar berikut. Konduksi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan berubah atau tidaknya suhu terhadap waktu, yaitu konduksi tunak (steady) dan konduksi tak tunak (unsteady). Konduksi tunak dapat dijelaskan sebagai konduksi ketika suhu yang dihantarkan tidak berubah atau distribusi suhu konstan terhadap waktu. Sebaliknya, konduksi tak tunak jika suhu berubah terhadap waktu. Hukum Fourier Seorang ahli matematika fisika berkebangsaan Perancis, Joseph Fourier, menunjukan bahwa waktu rata-rata perpindahan kalor melalui media sebanding dengan gradien suhu dan daerah yang dilalui kalor tersebut. Hukum Fourier menyatakan bahwa laju perpindahan kalor (dQ/dt atau q) berbanding lurus dengan luas area (A) yang dilalui aliran kalor dan perubahan suhu selama terjadi aliran kalor (T/x). q kA T x dengan nilai k merupakan konduktivitas termal bahan. Tanda minus menyatakan bahwa kalor mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam skala suhu (T lebih kecil). Konduktivitas Termal Konduktivitas termal (k) merupakan suatu konstanta yang dipengaruhi oleh suhu yang nilainya akan bertambah jika suhu meningkat. Selain memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh suhu, nilai k juga merupakan suatu besaran yang dapat mengidentifikasi sifat penghantar suatu benda. Bahan yang memiliki konduktivitas termal yang besar biasanya dikategorikan sebagai penghantar panas yang baik, dan sebaliknya. Umumnya, nilai k logam lebih besar daripada nonlogam, dan k pada gas sangat kecil. Unit konduktivitas termal biasanya dinyatakan dalam Watt/moC atau BTU/jam.ft.oF. Nilai konduktivitas termal dapat diperoleh dari persamaan umum konduksi, yaitu H Q T Q x k . A. k . t x A.t T dimana ΔT adalah perbedaan suhu dan x adalah ketebalan permukaan media yang memisahkan dua suhu Bila perubahan konduktivitas termal (k) merupakan fungsi liner terhadap perubahan suhu, maka hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai, k k 0 1 T Pada zat padat, energi kalor dihantarkan dengan cara getaran kisi bahan. Selain itu, menurut hukum Wiedemann-Franz, konduktivitas termal zat padat mengikuti konduktivitas elektrik, dimana pergerakan elektron bebas yang terdapat pada kisi tidak hanya menghasilkan arus elektrik tapi juga energi panas. Hal ini adalah salah satu penyebab tingginya nilai konduktivitas termal beberapa jenis zat padat, terutama logam. Untuk kebanyakan gas pada tekanan sedang konduktivitas termal merupakan fungsi suhu. Pada gas ringan, seperti hidrogen dan helium memiliki konduktivitas termal yang tinggi. Gas padat seperti xenon memiliki konduktivitas kecil, sedangkan sulfur hexafluorida, yang berupa gas padat, memiliki konduktivitas termal yang tinggi berdasar tingginya kapasitas panas gas ini. Konduksi energi kalor dalam zat cair, secara kualitatif, tidak berbeda dari gas. Namun, karena molekul-molekulnya lebih berdekatan satu sama lain, medan gaya molekul molecule force field) lebih besar pengaruhnya pada pertukaran energi dalam proses tubrukan molekul. Konduksi Tunak Pada konduksi tunak, terjadi perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah, dimana suhu tidak berubah terhadap fungsi waktu. Berdasarkan arah pergerakan laju perpindahan kalor, konduksi tunak dibagi atas konduksi tunak dimensi satu dan konduksi tunak dimensi rangkap. Konduktivitas Berbagai Jenis Zat sumber: ittelkom.ac.id Konduksi Tunak Satu Dimensi Sistem Tanpa Sumber Kalor Pada aliran kalor satu dimensi dalam keadaan tunak, dimana tidak terdapat pembangkitan kalor, persamaan umum yang berlaku adalah Dalam koordinat silindris persamaan ini menjadi Dengan mengaplikasikan persamaan Fourier, pada dinding datar berlaku persamaan q k0 A 2 2 T T T2 T1 2 1 x 2 Jika dalam sistem teradapat lebih dari satu macam bahan (komposit), aliran kalor dapat ditulis q T1 T4 x A x B xC k A A k B A kC A Sistem dengan Sumber Kalor Pada beberapa proses perpindahan kalor, misalnya pada reaktor nuklir, konduktor listrik, maupun sistem reaksi kimia, terdapat situasi di mana kalor dibangkitkan dari dalam. Untuk sistem tunak yang disertai adanya kalor yang dibangkitkan, maka digunakan persamaan umum, Pada dinding datar dengan sumber kalor berlaku persamaan T0 qL2 Tw 2k Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Panas dapat ditransfer melalui tahanan yang komposit, di mana pada satu sisi terdapat fluida panas A dan pada sisi lainnya fluida B yang lebih dingin. Untuk kasus gabungan seperti ini dapat digunakan koefisien perpindahan kalor menyeluruh, U, yang diformulasikan, Q UATmenyeluruh Suatu logam berbentuk silinder dengan diameter D, panjang X. Mula-mula kedua ujung logam suhunya sama. Diameter logam sangat kecil dibanding dengan panjang logam dan konduktivitas panas logam besar, sehingga gradien suhu dalam batang pada arah radial bisa diabaikan. Konduktivitas panas logam k. Koefisien perpindahan panas antara permukaan logam dan udara h. Suhu udara Tu. Jika salah satu ujungnya dipanaskan sampai suhu Ta, maka terjadi 2 macam perpindahan panas, yaitu : 1. Perpindahan panas konduksi arah aksial dalam logam : Q = -k. A dt/dx 2. Perpindahan panas antar fasa dari permukaan logam ke udara : Q= h. A. (T-TU) Pada keadaan steady, model persamaan matematis untuk peristiwa ini adalah : (d2T/dx2) – (4h/kD)(T-TU) = 0 Dengan keadaan batas : X = 0 , T = Ta X=X ,T=T Penyelesaian persamaan ini akan menghasilkan T = f(X) atau harga suhu logam (T) pada berbagai posisi panjang logam (X). Hasil ini menunjukkan terjadinya distribusi suhu logam di udara. Beberapa Nilai Konduktansi Interfasial pada Kisaran Tekanan 1-10 atm sumber: Lienhard, 3rd ed, page 66 BAB 2 PELAKSANAAN PERCOBAAN 2.1. ALAT DAN BAHAN ALAT : Gelas beker 1000 ml Gelas ukur Alumunium bentuk silinder (batang) Kuningan bentuk silinder (batang) Besi bentuk silinder (batang) Kompor listrik Thermometer Statif dan klem Stopwatch Penggaris Jangka sorong BAHAN : Air 500 ml 2.2. DIAGRAM ALIR Menyiapkan alat dan bahan v Mengukur diameter dan panjang logam Memanaskan air hingga mendidih, cek suhu air Memasukkan logam kedala air yang telah dipanaskan Mengecek suhu logam , dan suhu logam setiap 1 menit Mengulangi langkah 1-5 pada jenis logam lainnya Gambar 2.1.2 Diagram Alir DIstribusi Suhu Logam BAB 3 DATA PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 3.1. DATA PERCOBAAN NO SAMPEL LOGAM DIAMETER (cm) PANJANG(cm) SUHU AWAL (C) 1 Alumunium 1,61 22,7 100 2 kuningan 1,22 13,4 92 3 Besi 1,26 21,1 94 Suhu udara (TU) = 29 C Suhu air mendidih = 96 C SUHU AKHIR (C ) 40 41 41,5 56 41 43 47 49 47 48 49 49,5 WAKTU (mnt) 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 3.2. PERHITUNGAN 3.3. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan distribusi suhu logam yang dilakukan untuk memahami proses perpindahan kalor yang terjadi secara konduksi. Pada percobaan kali ini perpindahan konduksi terjadi antara ujung logam yang tercelup kedalam air mendidih , yang kemudian lama – kelamaan panasnya akan berpindah ke uung logam bagian lain. Ketika memberikan kalor pada salah satu ujung logam, molekul-molekul dalam logam yang dipanaskan tersebut bergerak lebih cepat, sementara itu, tumbukan dengan molekul-molekul yang langsung berdekatan lebih lambat. Molekul- molekul yang bertumbukan ini men transfer sebagian energi ke molekul-molekul lain sehingga lajunya mengalami peningkatan. Molekul-molekul ini kemudian juga mentransfer sebagian energi mereka dengan molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan demikian, energi gerak termal ditransfer oleh tumbukan molekul sepanjang benda. Hal ini sesuai dengan hokum fourier,menurut Hukum Fourier, besarnya kalor yang ditransmisikan ke suatu titik sebanding dengan konduktivitas thermal material, luas penampang, dan gradien suhu serta berbanding terbalik dengan jaraknya dari sumber kalor. q k A T X k merupakan konduktivitas termal, dan besarnya dipengaruhi oleh jenis material dan temperatur. Semakin besar konduktivitas termalnya, material tersebut akan semakin mudah menghantarkan kalor. Dengan asumsi bahwa fluks kalor tetap, pada material batang yang sama, suhu batang akan semakin menurun seiring bertambahnya jarak dari sumber kalor. Pada material batang yang berbeda, besarnya gradien suhu akan berbanding terbalik dengan konduktivitas termal batang kedua. Semakin besar konduktivitasnya, gradien suhu akan semakin kecil. Pada praktikum kali ini dihasilkan nilai transfer panas Qk (kondusi) dan Qh (konveksi) yang berbeda pada setiap bahan yang digunakan. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah alumunium , besi dan kuningan. Ketiga bahan tersebut memiliki nilai konduktivitas termal yang berbeda. Kuningan merupakan bahan yang memiliki konduktivitas termal yang cukup tinggi dari bahan lainnya serta diameter yang paing kecil dan panjang yang paling pendek diantara bahan lainnya sehingga kuningan memiliki nilai Qk (konduksi) atau yang paling cepat dalam melakukan transfer panas diantara logam lainnya. Sedangkan besi memiliki nilai konduktivitas termal yang yang paling kecil sehingga nilai Qk (konduksi) yang paling kecil. Nilai Qk(konduksi) dan Qh (konveksi) rata-rata yang diperoleh pada setiap bahan adalah sebagai berikut: 1. Alumunium Qk = 2,933075 watt Qh = 539,125 watt 2. Kuningan Qk = 7,27025 watt Qh = 246,24 watt 3. Besi Qk = 2,05975 watt Qh = 485,3457 watt Peristiwa konduksi tidak hanya disebabkan oleh perbedaan suhu saja. Pada dua benda padat yang saling dihubungkan, faktor kekasaran antara dua permukaan benda tersebut akan menyebabkan terbentuknya celah udara yang sempit. Pada daerah yang sempit ini (daerah yang dapat dinamakan interfasa dua media penghantar) resistansi elektrik menjadi begitu berpengaruh. Konduksi melalui kontak bagian padatan ke padatan (antarlogam) sangat efektif, tetapi konduksi yang melalui celah udara yang memiliki nilai konduktivitas termal yang kecil sangat tidak menguntungkan, ditambah lagi dengan kemungkinan terjadinya radiasi termal pada celah tersebut. Selain itu setiap logam memiliki kecepatan massa sendiri,dimana itu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perpindahan panas/kalor. Besi memiliki kerapatan lebih besar daripada kuningan dan alumunium. Semakin kecil rapat massa suatu logam, maka logam bebas gesekan dan partikel sehingga panas cepat tersalurkan. Namum begitu sebaliknya, semakin besar rapat massa maka panas akan lama tersalurkan. BAB 4 PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diperoleh nilai perpindahan panas Qk (konduksi) dan Qh ( konduksi) sebagai berikut : 4. Alumunium Qk = 2,933075 watt Qh = 539,125 watt 5. Kuningan Qk = 7,27025 watt Qh = 246,24 watt 6. Besi Qk = 2,05975 watt Qh = 485,3457 watt DAFTAR PUSTAKA Anonim.2020. Buku Petunjuk Laporan Perpindahan Kalor. Yogyakarta: Laboratorium Perpindahan Kalor Program Studi Diploma Tiga Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta Anonim. Perpindahan Kalor.Diakses dari http://www.ittelkom.ac.id . Diakses pada 24 Oktober 2020. Anonim. Laporan Praktikum Konduksi. Diakses dari https://pdfslide.net/download/link/laporanpraktikum-konduksi Diakses pada 24 Oktober 2020. LAMPIRAN