Uploaded by User78881

BAB I-tb anggrek

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai
organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.
Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya
sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari
kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet,
karena itu penulanrannya terutama terjadi pada malam hari
Di masyarakat tentunya sering kita jumpai kasus TBC atau TB Paru.
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang sudah dikenal sejak dahulu kala dan
telah melibatkan manusia sejak zaman purbakala, seperti terlihat pada peninggalan
sejarah. Pada tahun 2009 sekitar 1,7 juta TBC meninggal, di antaranya 600.000 wanita
dan 380.000 penderita HIV sehingga setara dengan 4700 kematian per hari. Di tahun
2010 WHO melaporkan prevalensi terjadinya TBC di wilayah Asia Tenggara sebesar
lima juta dan kasus TBC sebanyak 3,5 juta. Indonesia yang berpenduduk sekitar 240
juta memiliki jumlah penderita TBC yang tinggi dan masuk ke dalam urutan empat
tertinggi secara global. Diperkirakan prevalensi dan kejadian TBC pada tahun 2010
adalah 289 dan 189 untuk setiap 100.000 untuk setiap 100.000 populasi (Syamsudin,
Sesilia Andriani Keban 2013, hal 153)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 terdapat
9 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB. Pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta
penduduk dunia terinfeksi kuman TB. Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru
terbanyak terdapat pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan
wilayah Mediterania Timur (17%). Penyakit TB paru merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan pada semua kelompok usia
serta nomor satu untuk golongan penyakit infeksi. Korban meninggal akibat TB paru
1
di Indonesia diperkirakan sebanyak 62.000 kematian tiap tahunny (Depkes RI, 2011).
Kota Medan merupakan daerah terbesar penderita tuberkulosis (TB) dibanding dengan
wilayah lain yang ada di Sumatera Utara (Sumut). Sejak tahun 2010 kasus TB di kota
Medan terus mengalami peningkatan. Tahun 2010 perkiraan kasus baru berjumlah
3.691 jiwa, TB Paru klinis 10.164 jiwa, TB Paru Basil Tahan Asam (BTA) positif
sebanyak 1.425 kasus. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Diskes) kota Medan
tahun 2011, TB berjumlah 5.386 jiwa, TB Paru BTA positif sebanyak 2.966 kasus.
Sedangkan tahu 2013, jumlah penderita TB Paru BTA sebanyak 2.664 jiwa.
1.2.
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk menerapkan Asuhan Keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan
: Tubercolosis Paru (TB Paru)
1.2.2
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan gangguan sistem
pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru)
2. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa keperawatan dengan gangguan sistem
pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru)
3. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan keperawatan dengan gangguan
sistem pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru)
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan dengan gangguan sistem
pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru)
5. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan dengan gangguan sistem
pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru)
2
1.3.
Ruang Lingkup
Dalam penulisan laporan kasus ini, dibatasi pada satu kasus saja yaitu: Asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru) di
Ruang Anggrek RSU IPI Medan Tahun 2018.
1.4.
Metode Penulisan
1.4.1. Study Kasus
Adanya pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan data tersebut
dikumpulkan, disusun dan dianalisa, tekhnik yang digunakan sebagai
pengumpul data adalah sebagai berikut:
1. Observasi
:
Mengadakan pengamatan terhadap klien sebagai
objek asuhan keperawatan.
2. Wawancara
:
Mengadakan tanya jawab secara langsung dengan
keluarga pasien, dokter, dan perawat ruangan
sehingga diperoleh data/informasi yang diberikan.
3. Pemeriksaan Fisik :
Melakukan
pemeriksaan
fisik
dengan
cara
inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
1.4.2. Study Dokumentasi
Dengan cara mempelajari atau membaca catatan-catatan yang menceritakan
tentang pasien melalui status klien.
1.4.3. Study Keperpustakaan
Dengan cara mempelajari buku-buku untuk teori-teori yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas oleh penulis.
1.4.4. Study Internet
Dengan cara mencari dan mempelajari informasi mengenai kasus Tubercolosis
Paru (TB Paru) melalui internet.
3
1.5
Sistematika Penulisan
BAB I
: Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika.
BAB II
: Tinjauan teoritis, terdiri dari tinjauan medis dan tinjauan
keperawatan.
BAB III
: Laporan kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, analisa
data, prioritas m
asalah, dan asuhan keperawatan.
BAB IV
: Pembahasan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan
pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB V
: Penutup terdiri kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Konsep Dasar Medis
2.1.1. Defenisi
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan dapat hadir dalam bentuk laten maupun aktif. Penyakit ini menular
melalui udara dan terutama memengaruhi orang dewasa muda yang produktif.
(syamsudin, sesilia andriani keban. 2013.hal 153)
Tuberculosis merupakan suatu penyakit infeksi kronik, sub kronik atau akut
yang menyerang alveolar. (dr.Taufan nugroho). 2011.hal 244). Tuberculosis adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. (Amin huda nurarif,
hardhi kusuma. 2016.hal 316)
2.1.2. Anatomi fisiologi
Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai
konduksi (penghantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran
gas). Pada bagian konduksi, udara seakan akan bolak balik diantara atmosfir dan jalan
napas. Oleh karena itu, bagian ini seakan akan tidak berfungsi, dan disebut dengan
5
“dead space”. Akan tetapi, fungsi tambahan dari konduksi, seperti proteksi dan
pengaturan kelembaban udara, justru dilaksanakan pada bagian ini. Adapun yang
termasuk dalam konduksi adalah rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea,
sinus bronkus dan bronkiolus nonrespiratorius. (prof.Dr.H.Tabrani Rab.2002.hal 4).
2.1.3. ETIOLOGI
Tuberkolosis disebabkan oleh basili tuberkel yang berasal dari genus
Mycobacterium. Terdapat tiga jenis parasit obligat yang dapat menyebabkan penyakit
tuberkilosis yaitu Mycobacterium tuberculosis,M.bovis dan M.africanum. Walaupun
demikian, 98% penyakit TBC disebabkan oleh M. Tuberculosis.
Infeksi dari bakteri ini terutama terjadi pada saluran pernapasan yang sering
dikenal dengan tuberkulosis paru-paru. Infeksi TBC dapat pula terjadi di luar paruparu (extrapulmonary tuberculosis).Tuberkulosis ditandai dengan berbagai gejala
seperti batuk keras selama 3 minggu atau lebih, nyeri dada, batuk dengan
darah/sputum, badan lemas dan mudahan kelelahan, berat badan menurun, nafsu
makan menurun, menggigil, demam, dan berkeringat pada malam hari. Tidak semua
orang yang terinfeksi bakteri TBC akan menjadi sakit. Tuberkulosis dapat
diklasifikasikan menjadi TBC laten dan TBC aktif. Pada TBC laten, bakteri TBC hidup
di dalam tubuh penderita namun tidak menyebabkan sakit ataupun munculnya suatu
gejala. Pada kondisi ini tubuh dapat melawan bakteri sehingga mencegah bakteri untuk
tumbuh.
Pada TB aktif, bakteri yang semula tidak aktif di dalam tubuh akhirnya menjadi
aktif dikarenakn sistem imun yang tidak dapat mencegah bakteri untuk tumbuh.
Akibatnya orang yang menderita penyakit ini akan mudah untuk menyebarkan bakteri
TBC kepada orang lain. (Syamsudin, Sesilia andriani keban. 2013. Hal 153).
2.1.4
MANIFESTASI KLINIK
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukkan tanda dan gejala yang
spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah jaringan parunya
6
mengalami kerusakkan, sehingga dapat meningkatkan sputum yang ditunjukkan
dengan seiringnya klien batuk sebagai bentuk kompensasi pengeluaran dahak.
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah,berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan gejala TB paru
ini dapat dibagi atas 2 (dua) golongan yaitu gejala sistematik dan gejala respiratorik.
(Santa, Suratun, Ns.paula, Ns.Ni Luh putu. 2009. Hal.106).
Gejala sistemik adalah :
a. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru, biasanya timbul pada
sore dan malam hari disertai dengan keringat mirip dengan demam influenza
yang segera mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi kuman ,
serangan demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan.
Demam seperti influenza ini hilang timbul dan semangkin lama makin panjang
masa serangannya, sedangkan masa bebas serangan akan makin pendek.
Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40o - 41oC.
b. Malaise
Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa tidak
enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan semangkin kurus, sakit
kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan
siklus haid.
Gejala respiratorik adalah
a. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus. Batuk
mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkus, selanjutnya akibat adanya
peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini
berguna membuang produk-produk exkresi peradangan. Dahak dapat bersifat
mukoit atau purulen.
7
b. Batuk darah
Batuk darah terjadi pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya batuk yang
timbul, tergantung besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk darah
tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga dapat
terjadi karena pulserasi pada mukosa bronkush. Batuk darah inilah yang paling
sering membawa penderita berobat ke dokter.
c. Sesak nafas
Gejala ini di temukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakkan paru yang
cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah di temukan.
d. Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan yang terdapat di pleura terkena,
gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik.
8
2.1.5. Patofisiologi Tuberkolosis
BC (Tuberculosis)
TBC (Tuberculosis)
Perokok
Pekerja di tempat dengan minimnya ventilasi dan cahaya
Ingesti makanan tercemar
Intoleransi aktivitas
Lesi kulit
Droplet
Basil tuberculosis memasuki saluran pernafasan
keletihan
Menembus mekanisme pertahanan system
pernafasan
Gangguan
pola tidur
batuk
Masuk ke SSP
Peningkatan triptofan
Berkolonisasi di saluran
nafas bawah
Meng aktifasi Respon
Imun
Memicu pembentukan serotonin
inflamasi
Ketidak
efektifan
bersihan jalan
nafas
Peningkatan secret di sal.pernafasan
Merangsang melanocortin di
hipotalamus
Anoreksia
Asupan nutrisi ↓, BB ↓
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
2.1.6. PEMERIKSAAN PENUJANG DIAGNOSTIK
1. Montux Tuberculin Skin Test. Pada uji ini digunakan tuberculin yang terbuat
dari protein yang berasal dari M. Tuberculosis. Injeksi tuberculin ini dilakukan
diantara lapisan kulit lengan bawah dan diamati dalam waktu 48-72 jam.
9
Adanya indurasi (pembengkakan) pada situs injeksi diukur dalam satuan mm.
Nila indurasi < 5 mm memberikan hasil yang positif untuk orang yang
terinfeksi HIV, orang yang baru berhubungan/kontak dengan pasien TBC,
orang yang telah mendapatkan transplantasi organ, orang yang hasil rontgen
dada menunjukkan adanya riwayat penyakit TBC, dan pasien yang memiliki
penyakit yang berkaitan dengan sistem imun. Nila indurasi >10mm
memberikan hasil positif untuk orang yang bekerja didaerah yang memiliki
risiko tinggi terhadap terkenanya infeksi TBC, orang dengan kodisi medis yang
berisiko tinggi terhadap terkenanya TBC, anak-anak kurang dari 4 tahun, dan
bayi/anak-anak yang telah terpapar oleh orang dewasa yang terkenak infeksi
TBC. Nila indurasi 15mm memberikan hasil yang positif untuk orang yang
tidak memiliki faktor risiko terhadap TBC.
2. Radiografi/rontgen dada. Pada seseorang yang terkenak infeksi TBC, umumnya
hasil rontgen dad akan menunjukkan hasil yang abnormal yang ditandai dengan
adanya penumpukan cairan di dalam sel jaringan paru-paru dan adanya
kavitasi/rongga dalam dan gelap di dalam paru-paru. Pemeriksaan Mantoux
memberikan hasil yang positif.
3. Pemeriksaan bakteriologis dengan menggunakan sputum. Sampel diambil dari
orang yang memiliki batuk persisten dan produktif. Pemeriksaan ini dilakukan
selama tiga hari berturut-turut agar diperoleh hasil yang valid. Hasil
pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi adanya M.tuberculosis. Dengan
demikian hasil yang positif dari uji ini dapat memberikan jaminan bahwa
seseorang pasti terinfeksi oleh bakteri TBC.
4. Pemeriksaan darah menggunakan Gamma Interferon Releaase Assays
(IGRAs). Pemeriksaan ini berperan dalam melihat respons imun seseorang
terhadap M.tuberkulosis dan membantu diagnosis infeksi pada seseorang yang
diperkirakan menderita TBc laten maupun aktif. Hasil yang positif
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi M. Tuberculosis. Hasil yang negatif
dapat berati seseorang tidak terinfeksi amupun sesesorang berisiko tinggi
10
terhadap terjadinya infeksi apabila disertai dengan tanda dan gejala infeksi
TBC.
2.1.7. KOMPLIKASI
Bakteri penyebab TBC tidak hanya menyerang paru-paru, namun dapat
menyerang berbagai tempat seperti tulang, otak, hati/ginjal, dan jantung. Komplikasi
pada tulang akan menyebabkan nyeri pada area spinal dan obstruksi pada sendi. TBC
yang menyerang otak dapat menyebabkan meningitis dan pembengkakkan yang fatal
pada membran yang menutupi otak atau spinal menyebabkan sakit kepala, kekakuan
pada leher, dan bahkan penurunan kesadaran. Pada hati/ginjal infeksi bakteri TBC
dapat merusak proses filtrasi sampah dan pengeluaran racun dari dalam darah.
Sedangkan infeksi di jantung dapat menyebabkan inflamasi pada jaringan yang
mengelilingi jantung dan penumpukkan cairan di jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa darah secarah efektif.
2.1.8
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pertimbangan untuk dilakukannya perawatan adalah hanya terbatas pada suatu
keadaan yang darurat saja, seperti misalnya batuk darh atau sesak napas yang berat.
Pertimbangan yang lainnya Pertimbangan yang lainnya adalah pertimbangan
epidomologi dimana pasien harus dirawat selama BTA (basil tahan asam) masih
ditemukan didalam biakan atau sputum. Berdasarkan pengalaman klinis terapi yang
tepat dapat menyebabkan konversi sputum dari positif ke negatif dalam waktu 2
minggu setelah pengobatan. Tuberkulosis ekstra pulmonal tidak memerlukan
perawatan, kecuali atas dasar pertimbangan kegawatan, seperti misalnya pada
menginitis tuberkulosis.
Spesimen yang diberikan harus berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1. Untuk menghindari resistensi terhadap obat maka lebih baik digunakan beberapa
obat sekaligus daripada obat tunggal.
11
2. Dosis tunggal lebih baik daripada dosis dua atau tiga kali sehari.
3. Pengobatan diberikan selama 6 bulan dan 9 bulan dan dapat diperpanjang
berdasarkan atas dasar klinis dan test resistensi.
4. Antara perawatan di rumah sakit dan yang bukan di rumah sakit regimen
pengobatannya adalah sam, hanya saja pada perawatan di rumah sakit
pengobatannya tetap perlu duberikan selama sputum BTA positif, baik dengan
biakan maupun secara langsung.
5. Masing-masing obat mempunyai toksitas yang berbeda, oleh karena itu dalam
melakukan pengawasan (monitoring) diharapkan ditujukan pada 2 hal pokok,
yakni resistensi dan intoksikasi.
Beberapa regimen pengobatan yang dianjurkan antara lain :
Alternatif yang pertama adalah setiap hari diberikan :
 INH 300 mg
 Rifampisin 600 mg
 Pirazinamid 25-30 mg/kg BB, diberikan berturut turut selama 2 bulan
dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian INH 300 mg dan rifampisin
600 mg selama 4 bulan
Alternatif yang kedua adalah:
 INH 300 mg
 Rifampisin 600 mg . Diberikan selama 9 bulan
Alternatif yang ketiga adalah;
 INH 900 mg
 Rifampisin 600 mg
Diberikan selam sebulan dan kemudian dilanjutkan dengan dua kali
seminggu selama sebulan.
Alternatif ke empat adalah:
Bila terdapat resistensi terhadap INH (Isoniazid) maka dapat diberikan
etambutol dengan dosis15-25 mg/kg BB.
12
Nama obat
Dosis
Efek Samping
Isoniazid
Dewasa 300 mg/hari
Reaksi
Anak-anak
10-20
sensitif
neuropati
mg/kg hepatitis
BB/hari
Rifampisin
Dewasa
Hepatitis
<55 kg: 450 mg/hari
Antagonis dengan obat
>55 kg: 600 mg/hari
KB
Anak-anak 200 mg/kg BB/hari Optik
Para
amino Dewasa 12 gr/hari dibagi Intoleransi traktus
salisilik
(PAS) dalam 2 dosis
digestivus
seperti misalnya Anak-anak 200 mg/kg BB/hari Reaksi hipersensitif.
amino-salisilat
Isoniazid dengan Dewasa (tua/lemah) 3xsehari
rifampisin
Total dosis perharinya:
Isoniazid 300 mg dan
Rifampisin 450 mg
Dewasanbiasa 2x sehari
Total dosis perharinya
Isoniaazid 300 mg dan
Rifampisin 600 mg
Isoniazid dengan Hanya untuk dewasa dosis Reaksi
etambutol
etambutol
yang
isoniazid 300 mg/hari dan pas
12 gr/hari
0,75
–
kerusakan
bervariasi vestibular dan koklear
diperlukan untuk pengobatan
Streptomisin
sensitif
1,0
gr/hari Hepatitis
intramuskular
13
Pirazinamid
Hanya untuk dewasa 20 – 35
mg/kg/hari dibagi 3 dosis,
maksimum 3 gr/hari.
Nama obat
Reaksi yang tidak
Cara
mencegah
Dikehenedaki
terjadinya
reaksi
tersebut
Rifampisin
Nausea, anoreksia, nyeri lambung, Obat di berikan sesudah
diare
makan
Tingginya serum transaminase 2 – 8 Berikan rifampisin dengan
minggu pertama dari pengobatan hati-hati
hepatitis.
selama
fase
hepatitis
Kemerahan pada kulit kepala dan Yakin
gatal – gatal.
penderitaan
dan
teruskan pengobatan.
Purpura trombositopenik, anemia Rifampisin dihentikan dan
hemolitik dan kegagalan akut ( tidak
sangat jarang)
boleh
dengan
digantikan
preparat
yang
lainnya.
Demam menggigil sesudah makan Beri dosis intermiten 2 kali
obat yang terjadi setelah 3 – 6 bulan seminggu.
sesudah pengobatan.
Obat
yang
berdosis
tinggi
tidak
dikurangi
dan
dengan
dosis
berikan
3
kali
seminggu.
Isoniazid
Parestesia, rasa terbakar pada tangan Berikan piridoksin dengan
dan kaki, neuropati perifer
isoniazid,
bila
isiniazid
melebihi
mg/kg BB
14
dosis
14
Etambutol
Kebutaan dan buta warna biru, Usahakan dosis dibawah
neuritis retrobulbar.
15 mg/kg BB/hari dan
pasien harus menceritakan
apa yang terjadi dengan
penglihatannya.
Bila
terdapat keluhan, maka
obat
dihentikan
dan
dimulai lagi dengan dosis
yang rendah.
2.2.
Konsep Keperawatan
2.2.1. Pengkajian Keperawatan
Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di
daerah dengan tingkat kepadatan yang tinggi sehingga masuknya cahaya matahari
kedalam rumah minim.
Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapapun, namun usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB luar paruparu (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3 : 1.
Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia <
3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup
rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB paru-paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas paru-paru).
Data Subyektif :
15

kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, kesulitan tidur atau demam
pada malam hari.

Demam hilang timbul.

Perasaan tidak berdaya.

Hilang nafsu makan, mual,muntah, penurunan BB.

Nyeri dada meningkat karena sering batuk.

Batuk kering, setelah perdangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum).

Perubahan kapasitas fisik.
Data obyektif :

Demam biasanya subfebril, sampai 40-41oC.

Takikardi, takipnea/dispenia.

Turgor kulit buruk, kering, bersisik, hilang lemak subkutis.

Pengembangan pernapasan tidak simetris, bunyi napas menurun.

Perkusi redup. Kavitas yang besar : hipersonor atau timpani.

Auskultasi suara napas tambahan : ronkhi basah kasar dan nyaring.
Vesikuler melemah bila terdapat penambalan pleura.(santa, suratun,
Ns.Paula, Ns Ni Luh. 2009. Hal 115)
b. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41 0 C) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karna adanya iritasi pada bronkhus. Batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut di mana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
16
4) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.
6) Sianosis, sesak nafas, dan kolaps merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi
yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan hitam
dan diafragma terdorong ke atas.
7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit
ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menular.
c. Pemeriksaan fisik
o Pada tahap dini sulit diketahui.
o Ronchi basah, kasar, dan nyaring.
o Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara umforik.
o Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan fibrosis.
o Bila mengenai pleura terjadi effusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak).
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
o Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan skutum yang kental.
o Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan perubahan status
nutrisi.
o Kurang pengetahuan tentang penyakit Tb.paru berhubungan dengan
kurangnya informasi.
17
2.2.3. Perencanaan
No
Diagnosa
1
Bersihan
NOC
jalan
NIC
o kaji
napas Tujuan :
fungsi
tidak efektif berhubungan Jalan nafas bersih dan efektif
pernapasan : bunyi
dengan
napas,
kecepatan
Pasien mengatakan bahwa batuk
irama,
kedalaman
berkurang/hilang tidak ada sesak
dan otot bantu.
skutum
yang setelah beberapa hari perawatan.
kental.
dan sekret berkurang, suara nafas o Berikan
normal.
posisi
nyaman.
o Ajarkan klien latihan
Criteria hasil :
o Secret (-)
napas
o Bunyi nafas fesikuler
latihan batuk efektif
o Reflek batuk positif
o Tanda-tanda vital normal.
dalam
dan
o Berikan
caran
minimal
2500
CC/hari.
o Lakukan fisioterapi
dada.
o Kolaborasi
tim
medis
dengan
untuk
pemberian OAT.
2
Gangguan nutrisi kurang Tujuan :
dari
kebutuhan
berhubungan
tubuh Keseimbangan
nutrisi
terjaga
dengan setelah beberapa hari perawatan.
penurunan nafsu makan.
Criteria hasil :
o Nafsu makan meningkat
18
o Kaji
keluhan
klien
terhadap
mual,
muntah,
dan anoreksia.
o Makanan habis 1 porsi
siap makan
o Berat badan klien dalam
batas normal.
o Anjurkan
makan
klien
sedikit
tetapi sering.
o Bantu
klien
untuk melakukan
perawatan mulut.
o Timbang
berat
badan
kliean
setiap minggu.
o Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
memberikan diet.
3
Intoleransi
berhubungan
aktivitas Tujuan :
dengan Klien dapat melakukan aktivitas
o Kaji
aktivitas
yang
dapat
keletihan dan perubahan secara mandiri.
dilakukah
status nutrisi.
klien
kriteria hasil :
o Klien melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa bantuan.
oleh
o Bantu
klien
untuk melakukan
o Keletihan hilang.
aktivits
o Tonus otot baik
bertahap
secara
o Dekatkan
barang-barang
yang dibutuhkan
klien
o Latih klien untuk
melakukan
pergerakkan
pasif dan aktif.
19
4
Kurang
o Kaji
pengetahuan Tujuan :
tentang penyakit Tb.paru Klien
berhubungan
dapat
dengan penyakitnya
kurangnya informasi.
memahami
dan
program
pemahaman
klien
pengobatan nya.
penyakit
Kriteria hasil :
program
o Klien
dapat
menjawab
pertanyaan yang diajukan.
o Klien mengerti tentang
penjelasan yang diberikan.
o Klien tidak bertanya-tanya
lagi tentang penyakitnya.
tingkat
tentang
dan
pengobatannya,
meliputi
:
pengertian
Tb.paru,
penyebab, tanda
dan
gejala,
proses
pengeluaran,
program
pengobatan atau
perawatan.
o Minta
klien
untuk
menjelaskan
kembali tentang
penyakit
dan
program
pengobatan
tentang
penyakitnya.
o Berika
reinforcement
positif
20
pada
setiap penjelasan
klien.
2.2.4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan didasarkn pada hasil yang diharapkan. Pertanyaan yang
dapat diajukan meliputi hal-hal berikut :
1. Apakah kultur skutum (-) ?
2. Dapatkah klien menyebutkan nama, dosis, dan efek samping OAT yang
diberikan ?
3. Apakah klien menutupi hidung dan mulut bila bersin atau tertawa ?
4. Dapatkah klien menyebutkan gejala dan menunjukkan perlunya suatu
perawatan medis segera ?
5. Apakah bersihan jalan napas efektif ?
6. Dapatkah intoleransi aktifitas teratasi ?
7. Apakah kliean dapat mengerti tentang penyakit Tb.paru ?
8. Apakah nutrisi klien adekuat ? ( santa, suratun, Ns.Paula, Ns.Ni Luh. 2009. Hal
118)
2.2.5. Discharge Planning
1. Pelajari penyebeb dan penularan dari Tb serta pencegahan saat diluar rumah.
2. Pahami tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan secret disaluran pernapasan.
21
3. Nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
4. Lakukan pernapasan diafragma : tahan nafas sampai 3-5 detik kemudian secara
perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
5. Selalu menjaga kebersihan mukut dan pelajari cara yang baik saat batuk dan
setelah batuk dan juga cara mengontrolan batuk.
6. Jangan memberikan vaksin BSG pada bayi baru lahir dan konsultasikan pada
tenaga medis terlebih dahulu sebelum vaksin.
7. Jalankan terapi obat secara teratur dan jangan sampai putus tanpa intruksi.
8. Berhenti merokok dan berhenti meminum alcohol.
9. Olahraga secara teratur.
10. Makan- makanan yang bergizi,serta istirahat yang teratur.(amin huda nurarif,
hardhi kusuma. 2015. Hal : 218)
22
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1.
Resume
Klien Tn. F berumur 35 tahun, tempat tanggal lahir Bandar Setia 07 April 1983,
suku jawa, bangsa Indonesia, agama islam, pendidikan SMA, bahasa yang digunakan
bahasa Indonesia, alamat Jl. Pancing LK IX Mabar Hilir Medan Deli. Penanggung
jawab dari klien adalah Ny. K yang berumur 40 tahun, pekerjaaan ibu rumah tangga,
hubungan keluarga istri dari klien, yang beralamat di Jl. Pancing LK IX Mabar Hilir
Medan Deli. Alasan klien masuk ke RS IPI Medan adalah klien mengatakan Keluhan
utama Sesak nafas , keluarga klien mengatakan klien batuk kurang lebih 1 minggu.
Pada tanggal 10 Desember 2018 Klien datang ke RSU IPI Medan dengan keluhan sesak
nafas dan seluruh tubuh lemah .
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 10 Desember 2018. Tanda-tanda vital
klien; TD : 100/60 mmHg Pols;93X/i. RR: 28X/i, T: 36,50C. Tinggi badan klien 170
cm, berat badan setelah sakit 62 kg, sebelumnya 48 kg.
Riwayat penyakit berdasarkan wawancara terhadap Istrinya : Klien merasakan
sesak nafas selama kurang dari 3 hari, makin memberat. Batuk dahak kurang lebih 1
bulan, penurunan berat badan, keringat malam, demam. Susah tidur pada malam hari
karena batuk disertai nyeri pada dada sebelah kiri.
Klien anak 3 dari 3 bersaudara, menikah dengan janda beranak 5. Anak pertama
dan kedua sudah menikah, anak ke tiga sedang bekerja merantau. Anak ke empat
berumur 20 tahun dan yang kelima berumur 18 tahun. Dari hasil wawancara dari klien
bahwa anak keempat sebelumnya sudah mengidap TB paru, karena keluarga kurang
23
pengetahuan dan akhirnya Tn F mengidap penyakit TB paru dari sang anak, dan Tn F
seseorang yang perokok berat.
Sikap klien secara umum baik dimana klien dapat bersosialisasi dengan
lingkungan rumah sakit dan orang-orang disekitarnya, dan lingkungan rumah klien
yang padat penduduknya dan keadaan rumah yang tidak bersih. Makanan yang disukai
adalah sayuran hijau dan makanan yang tidak disukai telur, pola makan 3x sehari. Pola
tidur siang 1 jam dan tidur malam 11 jam, mandi 2X sehari, eliminasi klien BAB 1X
sehari dan BAK tergantung dari banyaknya air yang diminumnya.
Keadaan kesehatan saat ini, dimana diagnosa klien adalah TB Paru, klien
kurang nafsu makan dimana Diet yang disajikan hanya 1/4 porsi dari 1 porsi yang
disediakan. Keadaan umum lemah, aktivitas kurang bergairah, tindakan keperawatan
adalah kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, cairan, diet dan pemberian
obat sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan yang dilakukan adalah Pemeriksaan BTA
dan foto thorax.
Bentuk thorax klien simetris, jenis pernafasan Tachipnea, suara nafas ronkhi,
batuk ada dan terdapat sputum, jalan nafas tidak bersih. Warnah kulit klien kecokelatan
dan kusam, integritas kulit baik dan sensasi baik. Keadaan kulit di abdomen baik tidak
ada lesi atau luka, tidak ascites, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tumor tidak ada,
klien mengatakan dia kurang nafsu makan, porsi makan 1/2 dan NGT tidak ada
terpasang, ginjal klien tidak teraba dan tidak ada nyeri, vesika urinaria baik dan tidak
ada mengalami gangguan, klien tidak ada masalah perkemihan dan tidak terpasang
kateter. Pola makan klien 3 x/sehari dan porsi yang disajikan hanya habis 1/2 porsi,
makanan yang disukai mie ayam, makanan pantangan tidak ada, jenis diet MB TKTP,
klien dan keluarga klien mengantakan klien kurang nafsu makan, banyaknya minum
air klien yaitu ± 500 cc / hari gelas / hari. Minuman kesukaan susu soya. Frekwensi
BAB klien 1 x/sehari, bau khas, konsistensi biasa, warna kuning dan tidak ada kelainan,
sedangkan frekuensi BAK ± 4 x/sehari, jumlah 600 cc, bau khas, warna kekuningkuningan dan tidak ada kelainan.
Riwayat kesehatan klien saat ini yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk
berdahak, badan lemas, nafsu makan menurun, dan nyeri dada, penyebab terjadinya
24
saat klien melakukan aktifitas, hal yang dapat memperbaiki keadaan bila diberikan
oksigen, posisi semi fowler, dan obat-obatan, sedangkan hal yang memperberat
keadaan klien yaitu jika klien melakukan aktifitas berlebihan klien akan sesak dan
batuk. Keluaraga klien mengatakan sukar tidur di sebabkan karena sering sesak, batuk,
dan udara yang panas di ruangan klien terpasang O2 sebanyak 2 liter, aktivitas klien di
tolong dengan bantuan minimum. Pola mandi klien 1 x/sehari, gosok gigi 1 x/sehari,
cuci rambut 1 x/sehari dan mengalami kesulitan dalam hal personal hygine dimana
klien dibantu perawat dan keluarga dalam melakukan personal hygine, klien
mengatakan kurang mengerti tentang penyakit dan pengobatannya dimana klien sering
bertanya-tanya tentang penyakit dan pengobatanya.
A. Laboratorium
No
Pemeriksaan
Hasil
Normal
1
Hemoglobin
7.5 g/dl
P : 13-18
W : 12-16
2
Leucocyt
7.100 /mm3
4.000-11.000
3
Trombocyt
145.000 /mm3
150.000450.000
4
Hematokrit
27.0 %
P : 42-56
W : 36-47
5
Eritrosit
3.78 juta/mm3
P : 4.50-4.60
W : 4.10-5.10
B. MIKROBILOGI PREPARAT DIRECT
NO
Pemeriksaan
Hasil
Normal
1
BTA I
(2+) Positif
Negatif
2
BTA II
(2+) Positif
Negatif
3
BTA III
(2+) Positif
Negatif
C. Photo Thorax
25
Keterangan :
Klinis : Susp.TB paru
Cor : ukuran normal
Sinus dan diafragma normal
Paru
: Tampak bercak infiltrat pada lapangan atas dan bawah kedua
paru
disertai cavitas
Tidak tampak efusi pleura
Corakan broncho vesculer bertambah
Simpulan : TB Paru
3.2.Analisa Data
N Data
Penyebab
Masalah
o
1
Ds : Klien mengatakan batuk dan sesak Adanya
nafas serta nyeri pada saat batuk.
DDo : - klien tampak susah untuk bernafas
penyumbatan
efektifan ja
sekret di
lan nafas
- adanya suara nafas ronchi
Trakea
- RR : 28 x/i
bronkial
HR : 93 x/i
TD : 100/60 mmHg
Temp : 36,5 0C
Terpasang O2: 2 ltr/i
.
26
Ketidak
2
Ds : Klien mengatakan tidak selera makan
Penurunan
Ketidak
Do : - Diet yang disajikan habis ¼
nafsu makan
seimbanga
porsi
- Jenis diet MB TKTP
n
nutrisi
- BB sebelum sakit 62 kg, BB saat ini
kurang dari
48 kg
kebutuhan
tubuh
3
Ds
:
klien
mengatakan
lemah Kelemahan
Intoleransi
tidak
dapat fisik
aktivitas
dan
melakukan
Do : -
aktivitas sehari-hari
klien tanpak lemah
-
aktivitas
klien
dibantu
oleh
keluarga dan perawat
4
Ds
:
Klien
mengatakan
tidak Adanya
bisa
tidur
terbangun
pada malam hari..
Do
:
-
pada
dan
Klien
tanpak
sering sesak
Gangguan
dan pola tidur
batuk.
gelisah
malam hari
- Mata merah dan adanya
lingkaran hitam dibawah
kantong
mata.
5
Ds : Klien dan keluarga mengatakan tidak Kurangnya
Kurangnya
mengerti
pengetahu
cara
Do
tentang
penyakit
dan informasi.
pengobatannya.
:
tampak
Klien
an
dan
keluarga
bertanya-tanya
kepada
dokter dan perawat tentang penyakit dan
pengobatan.
27
3.3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifkan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya penyumbatan
sekret di trakea bronkial ditandai dengan kien batuk berdahak, sesak nafas, adanya
suara ronchi , RR : 28 x/menit.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan ditandai dengan diet habis1/2 porsi dan penurunan BB
dari 62 ke 48 kg.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan klien
tampak lemah, aktivitas dibantu keluarga.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya sesak dan batuk ditandai
dengan gelisah pada malam hari, mata merah dan lingkar hitam di bawah mata.
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai
dengan klien sering bertanya tentang penyakitnya.
28
3.4. Asuhan Keperawatan
N
Masalah Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi/Implementasi
O
Evaluasi
I
II
III
10 Desember 2018 11
Desember 12
2018
Desember
2018
1
Ketidakefektifan
NOC:
Subjektif :
NIC
Subjektif :
bersihan jalan nafas B/D o Respiratory
Mirway suction
Pasien mengatakan Pasien
adanya
- Pastikan kebutuhan oral / batuk
penyumbatan
status:Ventilation
secret di trakea bronchial o Respiratory
tracheal suctioning
status:Airway patency
Definisi :
Ketidakmampuan
membersihkan
Kriteria Hasil:
sebelum
untuk o Mendemonstrasikan
sekresi
suara
dan
dan
nafas mengeluarkan
sesudah dahak
sesak, dan sulit bekurang,
mengeluarkan
dahak dapat
dahak
dikeluarkan
batuk efektif dan suara - Informasikan pada klien dan Objektif
nafas yang bersih, tidak
pernafasan
ada
sianosis
keluarga tentang suctioning

dan - Minta klien nafas dalam
mempertahankan
dyspneu
(mampu
kebersihan jalan nafas.
mengeluarkan
sputum, - Berikan
mampu bernafas dengan
sebelum suction dilakukan.
O2
dengan
menggunakan nasal untuk
DS:

dengan
mudah,
Slym
banyak
Objektif
Tampak

sesak

sesak
Slym
berkurang
banyak
Objektif
Tampak
sesak
29
mengatakan
sulit batuk berdahak, batuk mulai
suctioning.
atau obstruksi dari saluran
untuk
- Auskultasi
Pasien
berdahak, mengatakan
sesak,
Subjektif :

Batuk berdahak
mudah, tidak ada pursed
memfasilitasi

Susah
lips)
nasotrakeal
mengelurakan

o Menunjukkan

jalan - Gunakan alat yang streril
dahak
nafas yang paten (klien
Sesak
tidak merasa tercekik, - Anjurkan
DO:
suksion

Suara
Suara
nafas
bany
ronchi
ronchi
ak

untuk Analisa
Analisa
irama nafas, frekuensi
istirahat dan napas dalam Masalah
belum Masalah
pernafasan
setelah kateter dikelurakan teratasi
dalam

Slym banyak
rentang normal, tidak

Tampak sesak
ada

Suara nafas ronchi
abnormal)
suara
mengidentifikasi
oksigen Planning
pasien
o Mampu
Intervensi
- Ajarkan keluarga bagaimana diteruskan
dan
dapat menghambat nafas
berikan
suksion
oksigen
pasien
bradikardi,
teratasi
k
-
Suar
Planning
a
Intervensiditerus
nafa
kan
s
ronc
dan
hi
apabila
menunjukkan
Analisa
peningkatan
Masalah
saturasi O2,dll
teratasi
Airway management
sebagian
Buka jalan nafas, gunakan
teknik chin lift atau
-
sesa
cara melakukan suksion
mencegah factor yang - Hentikan
-
belum

status
Tam
pak
dari nasotrakeal
nafas - Monitor
Slym
nafas
sitiap melakukan tindakan
pasien

Jaw thrust bila perlu
30
Planning
-
-
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
-
Ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat
-
Jalan nafas buatan
-
- Pasang mayo bila perlu
-
- Lakukan fisiotrapi dada jika
perlu
-
-
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
-
-
Auskultasi suara nafas,
catata adanya suara
-
tambahan
-
- Lakukan suction pada mayo
-
-
Berikan bronkodilator bila
perlu
-
-
Berikan pelembab udara
kasa basah NaCL
-
Lembab
31
Intervensi
diteruskan
-
-
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
-
Keseimbangan
- Monitor respirasi dan status
O2
2
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
kebutuhan
tubuh
NOC :
B/D
gangguan
psikologis
keadaan sakit atau sedang
untuk mengubah kebiasaan ada, badan terasa nafsu
menjalani pengubatan
makan
lemah,
Pasien
ketersediaan
zat
gizi
untuk
memenuhi
khususnya
Defenisi :
biokimia; komponen dan
Asupan makanan yang
kimia
tidak
mengindikasikan
nutrisi
cairan
terasa lemah,

Manajemen nutrisi:
Hilang selera Objektif

makan

Diet
hanya
Diet
untuk memenuhi kebutuhan Analisa
nutrisi
badan
enakan
habis
1/3porsi
Objektif

habis ¼ porsi
pasien
dan
Diet
habis
Analisa
1/2pors
i
32
ada,
terasa
yang  Tentukan kemampuan pasien
status
makan nafsu makan
transferin, Objektif
albumin, dan elektrolit

mengatakan
mulai ada, badan mulai
tingkat  Pantau nilai laboratotium,
gizi;
kegiatan metabolic
untuk
Subjektif :
Pasien mengatakan Pasien
o Status gizi: pengukuran  Ketahui makanan kesukaan
cukup
Subjektif :
untuk makan ketika dalam  Tentukan motivasi pasien nafsu makan tidak mengatakan
o Status
dan
Subjektif :
dari o Selera makan; keinginan Pengkajian
penurunan nafsu makan,
mual
NIC
memenuhi
kebutuhan o Status
metabolik
makanan
jumlah
DS :
 Menolak
gizi:
dan
asupan  Pantau kandungan nutrisi dan Masalah
cairan;
makanan
karena tidak selera
teratasi
sebagian
dan  Timbang pasien pada interval
cairan yang dikonsumsi
makan
kalori pada catatan asupan
belum Masalah teratasi
yang tepat
Planning
Planning
Masalah
Intervensi
Intervensi
teratasi
untuk diteruskan
diteruskan
sebagian
tubuh dalam waktu 24
jam
Penyuluhan
Analisa
o Status gizi: asupan gizi; pasien/keluarga
keadekuatan pola asupan  Ajarkan
DO :
zat gizi yang biasanya
metode
untuk
perencanaan makan
Intervensi
 Diet hanya habis ¼ o Perawatan diri: makan;  Ajarkan pasien dan keluarga
porsi
 Penurunan berat badan
dari 58 sampai 38 kg
kemampuan
mempersiapkan
mengingesti
untuk
dan
tentang makanan yang berizi
dan tidak mahal
makanan  Manajemen nutrisi: berikan
dan cairan secara mandiri
informasi yang tepat tentang
dengan atau tanpa alat
kebutuhan
bantu
bagaimana memenuhinya
nutrisi
dan
o Berat badan: masa tubuh;
tingkat kesesuaian berat Aktivitas kolaboratif
badan, otot, dan lemak  Diskusikan dengan ahli gizi
dengan
tinggi
badan,
dalam
menentukan
kebutuhan
33
protein
Planning
pasien
diteruskan
rangka
tubuh,
jenis
yang
kelamin dan usia.
mengalami
ketidakadekua tak asupan
protein

Diskusikan dengan dokter
Kriteria Hasil
kebutuhan stimulasi nafsu
Memperlihatkan status gizi:
makan, makanan lengkap,
asupan makanan dan cairan,
pemberian makanan melaui
yang
selang, atau nutrisi parenteral
dibuktikan
oleh
indicator sebagai berikut:
total agar asupan kalori yang

adekuat dapat dipertahankan
mempertahankan
badan

60
berat
atau  Rujuk
Kg
bertambah 1 kg pada
menentukan
3/12/2015
gangguan nutrisi
menjelaskan
komponen  Rujuk
gizi adekuat

mengungkapkan
ke
untuk
penyebab
program
gizi
dikomunitas yang tepat jika
tekad
untuk mematuhi diet

kedokter
pasien tidak dapat memenuhi
asupan nutrisiyang adekuat
menoleransi diet yang  Manajemen nutrisi; tentukan
dianjurkan
dengan
melakukan
kolaborasi dengan ahli gizi
jika diperlukan jumlah kalori,
34


mempertahankan
masa
dan jenis zat gizi yang
tubuh dan berat badan
dibutuhkan untuk memenuhi
dalam batas normal
kebutuhan nutrisi.
memiliki
nilai
laboratorium dalam batas Aktivitas lain

normal

melaporkan
tingkat
energy yang adekuat
Buat
perencanaan
makan
sesuai dengan selera pasien

Dukung anggota keluarga
untuk membawa makanan
kesukaan pasien’

Suapi pasien jika perlu

Manajemen nutrisi: berikan
pasien
minuman
kudapan
bergizi
dan
tinggi
protein, tinggi kaori yang
siap dikonsumsi dan ajarkan
pasien tentang cara membuat
jadwal makan jika perlu
3
Intoleransi Aktivitas
NOC :

NIC :
Subjektif
Self Care : ADLs
35
Subjektif
Subjektif
dengan 
Toleransi aktivitas
kelelahan, 
Konservasi eneergi
Berhubungan
dispnea,
 Observasi
adanya Klien mengatakan Klien
pembatasan
dalam badan masih terasa mengatakan
klien
keletihan,
Setelah dilakukan tindakan
ketidakadequatan
keperawatan selama ….  Kaji adanya faktor yang dapat
oksigenasi.
Pasien
bertoleransi
terhadap aktivitas dengan
Defenisi
energi
fisiologis atau psikologis
Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi
 Monitor nutrisi dan sumber
fisik
menyelesaikan
disertai
peningkatan  Monitor
sehari-hari
yang
ingin
atau harus dilakukan
tanpa
kardivaskuler
RR
aktivitas
melakukan
Subjective
aktivitas
klien mengatakan lemah
(ADLs) secara mandiri
dan tidak
melakukan
sehari-hari
dapat
aktivitas
sehari
hari
 Keseimbangan
aktivitas dan istirahat
-aktivitas
nafas, Analisa
diaporesis, pucat, perubahan Masalah
teratasi
hemodinamik)
disritmia,
 Monitor
sesak
pola
tidur
dan
tidur/istirahat Planning
Intervensi
lamanya
pasien
melakukan
masih aktivitas yg
dibantu seprti ke ringan
dibantu Objective
seperti
makan
ataupun ke
-aktivitas dibantu sendiri
oleh
keluarga
belum dan perawat
Objective
-lemas
Analisa
hilang
Masalah teratasi -aktivitas
dilanjutkan
dengan dilanjutkan
Tenaga Rehabilitasi Medik
36
dapat
tampak kamar
respon oleh keluarga dan -klien
lemas berkurang mandi
terhadap perawat
(takikardi,
 Kolaborasikan
Objective
melakukan
aktivitas
Objective
secara berlebihan
tekanan darah, nadi dan
 Mampu
dalam dan
tampak kamar mandi
 Monitor pasien akan adanya -klien
dalam
kelelahan fisik dan emosi masih lemas
aktivitas
aktivitas
melakukan namun
aktivitas
menyebabkan kelelahan
untuk melanjutkan atau
mengatakan
lemas dan tidak lemas berkurang lemas hilang
melakukan aktivitas
energi yang adekuat
Ketidakcukupan
Klien
dibantu oleh
keluarga
Planning
dan perawat
- klien tanpak lemah
dalam
- aktivitas klien dibantu
progran terapi yang tepat.
oleh
perawat
keluarga
dan
merencanakan
 Bantu
Intervensi
dilanjutkan
Analisa
Masalah
klienuntukmengidentifikasi
aktivitas
teratasi
yang
Planning
mampudilakukan
 Bantu
Intervensi
untukmemilihaktivitaskonsi
sten
yang
sesuaidengankemampuanfis
ik, psikologidansosial
 Bantu
untukmengidentifikasidanm
endapatkansumber
yang
diperlukanuntukaktivitas
yang diinginkan
 Bantu
untukmendpatkanalatbantua
naktivitassepertikursiroda,
krek
37
dihentikan
 Bantu
untuk
mengidentifikasi
aktivitas
yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal
latihan
diwaktu
luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu
pasien
untuk
mengembangkan
motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
4
Gangguan pola tidur B/D
NOC
adanya sesak dan batuk di

Anxiety reduction
NIC
Subjective
Sleep Enhancement
Klien mengatakan Klien
Klien
tidak bisa tidur, mengatakan
mengatakan
gelisah pada malam hari,
38
Subjective
Subjective
mata merah dan lingkar

Comfort level
hitam di bawah mata.

Pain level
medikasi
Definisi :

Rest : Extent and
tidur
Gangguan kualitas dan
kuantitas
waktu
tidur
- Determinasi
akibat factor eksternal.
terhadap
pola dan
sering lama tidur 5-6 dengan
terbangun
- Jelaskan pentingnya tidur malam hari
pattern

efek-efek lama tidur 2-3 jam mulai bisa tidur, dapat tidur
Sleep : Extent ang
yang adekuat
- Fasilitas
pattern
terbangun
pada
untuk Objective
malam

hari.
-Waktu tidur 2-3 jam

gelisah
pada malam hari
- Mata merah dan
adanya
nyaman
tidur pasien
segar
n
hal-hal
yang
meningkatkan tidur
tampak pada malam
mulai tenang
di
hari
mata
tidur pasien
ada Objective
bawah lingkaran hitam -klien
di bawah mata
- Instruksikan untuk monitor
minum dengan waktu tidur
mengidentifikasika
terbangun
lingkaran dan
tampak
mulai
Analisa
- Monitor waktu makan dan Masalah
Mampu
tidak
-mata merah dan -mata merah (-)
dalam batas normal
Perasan
pada -klien
- Ciptakan lingkungan yang malam hari
dan keluarga tentang teknik hitam
istirahat

gelisah
Pola tidur, kualitas
sesudah tidur atau
Do : - klien tampak
sebelum tidur (membaca)
dan
lagi
tampak Objective
- Kolaborasi dengan pasien ada
6-8 jam/hari
masih terbangun waktu 7 jam
pada malam hari
mempertahankan aktivitas -klien
Ds : Klien mengatakan Kriteria hasil :
tidak
 Jumlah jam tidur
bisa tidur dan sering
dalam batas normal
pada jam dan namun nyenyak,
teratasi
Analisa
tenang
belum Masalah teratasi -mata merah
sebagian
- Monitor /catat kebutuhan
(-) dan ada
lingkaran
tidur pasien setiap hari dan Planning
Planning
hitam
jam
Intervensi
Intervensi
bawah mata
dilanjutkan
dilanjutkan
mulai hilang
39
di
lingkungan
hitam
dibawah mata
Analisa
Masalah
teratasi
Planning
Intervensi
dihentikan
5
Kurangnya pengetahuan NOC
berhubungan
kurangnya
klien
sering
dengan
informasi
NIC
- Knowledge : Disease Teaching : Disease proses
Definisi :
Ketiadaan atau defisisensi
:
Health
Hehavior
Kriteria Hasil :
- Pasien
Subjective
dan
keluarga
pengetatahuan tentang
tingkat
Subjective
Klien dan keluarga Klien
 Berikan penilaian tentang menanyakan
Process
bertanya - Knowledge
tentang penyakitnya.
Subjective
keluarga
penyakit paham
dan Klien
mulai keluarga
tentang paham
pasien dan proses penyakit dan pengobatannya penyakit
tentang
yang spesifik
penyakit
 Jelaskan patofioslogi dari Objective
Objective
informasi kognitif yang
menyatakan pemahaman
penyakit dan bagaiman hal Klien dan keluarga Klien
berkaitan dengan topic
tentang
penyakit,
ini berhubungan anatomi tampak
tertentu
kondisi, prognosi, dan
dan fisiologi, dengan cara tentang
program pongobatan
yang tepat
Ds : Klien dan keluarga
40
dan
dan Objective
bingung keluarga tampak Klien
penyakitnya
mulai
paham keluarga
tentang
tampak
penyakitnya
mulai
dan
Menanyakan
- Pasien
penyakit
mampu
dan
cara
pengobatannya.
Do : Klien dan keluarga
tampak
dan
bertanyak-
keluarga
melaksanakan
 Gambarkan
gejalah yang biasa muncul Masalah
secara benar
yang tepat
pengobatan dan dan
- Pasien
dan
keluarga
 Identifikasi
kembali
apa
yang tepat
kepada dokter dan
dijelaskan
perawat/tim
perawat
kesehatan lain nya
dan pengobatan.
belum belum mengerti tentang
tentang
penyebab,
penyakit
msih paham
pada penyakit, dengan cara teratasi
menjelaskan
tentang
namun
prosedur yang dijelaskan
mampu
tanya
dan Analisa
tanda
yang
kemungkinan Planning
dilanjutkan
 Sediakan informasi pada
pasien
tentang
penularannya
cara Intervensi
dengan
kondisi,
jaminan
yang
kosong
 Sediakan
bagi
keluarga
tidak
bertanya
lagi tentang
Analisa
pengobatan
Masalah teratasi nya.
sebagian
Analisa
dengan cara yang tepat
 Hindari
cara penyakitnya
Planning
Masalah
Intervensi
teratasi
dilanjkan
atau SO informasi tentang
Planning
kemajuan pasien dengan
Intervensi
cara yang tepat
dihentikan
 Diskusikan perubahan gaya
hidup
yang
mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang dan antar
41
proses
pengontrolan
penyakit
 Diskusikan pilihan trapi
atau penanganna
 Dukung
pasien
mengeksplorasi
untuk
atau
mendapatkan
second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunikasi
local, dengan cara yang
tepat
 Intruksikan
pasien
mengenal tanda dan gejala
untuk
melaporkan
pemberi
pada
perawatan
keehatan, dengan cara yang
tepat
42
3.5 SOP (Standart Operasional Prosedur)
1. Pengertian
:
Menyampaikan informasi berupa pesan atau pemikiran dari pihak pemberi
pesan/sumber informasi kepada pihak lain/penerima pesan dengan cara tertentu.
2. Tujuan :
a. Menambah wawasan/pengetahuan tentang penyakit TBC
b. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam
penanggulangan TBC.
3. Prosedur :
a.
Menyusun Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya yang ada, meliputi :
1). Mentukan tujuan penyuluhan
2). Menentukan sasaran penyuluhan ( Toma, Masyarakat umum, Kader Posyandu,
Penderita, Keluatga penderita atau PMO ).
3). Menentukan tempat penyuluhan ( di Unit Pelayanan Kesehatan atau di Luar
Unit Pelayanan Kesehatan ).
4). Menentukan waktu penyuluhan yang disesuaikan dengan situasi tempat,
sasaran dan pelaksanaan penyuluhan.
5). Menentukan metode penyuluhan (ceramah, tanya jawab atau diskusi) sesuai
dengan jenis penyuluhan, apakah penyuluhan langsung perorangan,
kelompok atau mayarakat/massa.
6). Alat bantu/media yang digunakan ( media cetak seperti poster, lembar balik
atau media elektronik seperti pemutaran film ).
7). Menentukan biaya yang digunakan
8). Materi penyuluhan sesuai dengan tujuan penyuluhan dan sasaran.
b. Pelaksanaan penyuluhan :
1). Penyuluhan TBC diaksanakan di dalam gedung UPK dengan cara :
a) Penyuluhan langsung perorangan sasarannya : penderita TBC, keluarga
penderita atau PMO.
43
b) Penyuluhan langsung kelompok sasarannya : kelompok penderita bersama
keluarganya dan PMO
c) Penyuluhan tidak langsungseperti menepelkan poster dan broser TB.
2). Penyuluhan TBC diaksanakan di luar gedung UPK dengan cara :
a) Penyuluhan perongan dirumah penderita.
b) Penyuluhan kelompok di posyandu.
c. Mengevaluasi penyuluhan :
1). Tercapainya tujuan yang diharapkan
2). Adanya perubahan prilaku penderita
3). Bertambahnya wawasan/pengetahun tentang penyakit TBC.
44
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium
tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi. Tuberkulosis paru-paru merupakan
penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Penyakit ini juga dapat menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal,
tulang, dan nodus limfe.
Tanda-tanda dari penyakit tuberkulosis misalnya adanya demam, malaise, batuk,
batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada, letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Pada tuberkulosis paru dapat dilakukan
pemeriksaan :
a. Anamnese dan pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan sputum BTA
c. laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfosit)
d. Foto thoraks PA dan Lateral. Foto thoraks yang menunjang diagnostik TB
Pada penyakit tuberkulosis paru penatalaksanaannya yaitu konvensional OAT yang
biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), Rifampisin (r), Pirazinamid (z), dan
streptomisicin (s) yang bersifat bakterisid dan etambutol (e), yang bersifat bakteriostatik.
4.2. Saran
Disarankan kepada klien agar minum obat secara teratur dan rutin dan tidak
mengkonsumsi minuman alkohol, tidak merokok, tidak mengkonsumsi kopi dan istirahat
yang cukup. Diharapkan pada klien agar mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi
kalori tinggi protein seperti susu, ikan, telur, dan tempe. Dan tidak membuang ludah secara
45
sembarangan dan menutup mulut dengan tisue ketika batuk untuk mencegah penularan
kepada keluarga/orang lain.
Dan diharapkan kepada perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien
secara komprehensip untuk membantu mempercepat penyembuhan klien.
46
Download