BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penulanrannya terutama terjadi pada malam hari Di masyarakat tentunya sering kita jumpai kasus TBC atau TB Paru. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang sudah dikenal sejak dahulu kala dan telah melibatkan manusia sejak zaman purbakala, seperti terlihat pada peninggalan sejarah. Pada tahun 2009 sekitar 1,7 juta TBC meninggal, di antaranya 600.000 wanita dan 380.000 penderita HIV sehingga setara dengan 4700 kematian per hari. Di tahun 2010 WHO melaporkan prevalensi terjadinya TBC di wilayah Asia Tenggara sebesar lima juta dan kasus TBC sebanyak 3,5 juta. Indonesia yang berpenduduk sekitar 240 juta memiliki jumlah penderita TBC yang tinggi dan masuk ke dalam urutan empat tertinggi secara global. Diperkirakan prevalensi dan kejadian TBC pada tahun 2010 adalah 289 dan 189 untuk setiap 100.000 untuk setiap 100.000 populasi (Syamsudin, Sesilia Andriani Keban 2013, hal 153) Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 terdapat 9 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB. Pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB. Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak terdapat pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%). Penyakit TB paru merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan pada semua kelompok usia serta nomor satu untuk golongan penyakit infeksi. Korban meninggal akibat TB paru 1 di Indonesia diperkirakan sebanyak 62.000 kematian tiap tahunny (Depkes RI, 2011). Kota Medan merupakan daerah terbesar penderita tuberkulosis (TB) dibanding dengan wilayah lain yang ada di Sumatera Utara (Sumut). Sejak tahun 2010 kasus TB di kota Medan terus mengalami peningkatan. Tahun 2010 perkiraan kasus baru berjumlah 3.691 jiwa, TB Paru klinis 10.164 jiwa, TB Paru Basil Tahan Asam (BTA) positif sebanyak 1.425 kasus. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Diskes) kota Medan tahun 2011, TB berjumlah 5.386 jiwa, TB Paru BTA positif sebanyak 2.966 kasus. Sedangkan tahu 2013, jumlah penderita TB Paru BTA sebanyak 2.664 jiwa. 1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk menerapkan Asuhan Keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru) 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru) 2. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru) 3. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru) 4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru) 5. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru) 2 1.3. Ruang Lingkup Dalam penulisan laporan kasus ini, dibatasi pada satu kasus saja yaitu: Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : Tubercolosis Paru (TB Paru) di Ruang Anggrek RSU IPI Medan Tahun 2018. 1.4. Metode Penulisan 1.4.1. Study Kasus Adanya pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan data tersebut dikumpulkan, disusun dan dianalisa, tekhnik yang digunakan sebagai pengumpul data adalah sebagai berikut: 1. Observasi : Mengadakan pengamatan terhadap klien sebagai objek asuhan keperawatan. 2. Wawancara : Mengadakan tanya jawab secara langsung dengan keluarga pasien, dokter, dan perawat ruangan sehingga diperoleh data/informasi yang diberikan. 3. Pemeriksaan Fisik : Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, dan auskultasi. 1.4.2. Study Dokumentasi Dengan cara mempelajari atau membaca catatan-catatan yang menceritakan tentang pasien melalui status klien. 1.4.3. Study Keperpustakaan Dengan cara mempelajari buku-buku untuk teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas oleh penulis. 1.4.4. Study Internet Dengan cara mencari dan mempelajari informasi mengenai kasus Tubercolosis Paru (TB Paru) melalui internet. 3 1.5 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika. BAB II : Tinjauan teoritis, terdiri dari tinjauan medis dan tinjauan keperawatan. BAB III : Laporan kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, analisa data, prioritas m asalah, dan asuhan keperawatan. BAB IV : Pembahasan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan pelaksanaan, dan evaluasi. BAB V : Penutup terdiri kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Medis 2.1.1. Defenisi Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan dapat hadir dalam bentuk laten maupun aktif. Penyakit ini menular melalui udara dan terutama memengaruhi orang dewasa muda yang produktif. (syamsudin, sesilia andriani keban. 2013.hal 153) Tuberculosis merupakan suatu penyakit infeksi kronik, sub kronik atau akut yang menyerang alveolar. (dr.Taufan nugroho). 2011.hal 244). Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. (Amin huda nurarif, hardhi kusuma. 2016.hal 316) 2.1.2. Anatomi fisiologi Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi (penghantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara seakan akan bolak balik diantara atmosfir dan jalan napas. Oleh karena itu, bagian ini seakan akan tidak berfungsi, dan disebut dengan 5 “dead space”. Akan tetapi, fungsi tambahan dari konduksi, seperti proteksi dan pengaturan kelembaban udara, justru dilaksanakan pada bagian ini. Adapun yang termasuk dalam konduksi adalah rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, sinus bronkus dan bronkiolus nonrespiratorius. (prof.Dr.H.Tabrani Rab.2002.hal 4). 2.1.3. ETIOLOGI Tuberkolosis disebabkan oleh basili tuberkel yang berasal dari genus Mycobacterium. Terdapat tiga jenis parasit obligat yang dapat menyebabkan penyakit tuberkilosis yaitu Mycobacterium tuberculosis,M.bovis dan M.africanum. Walaupun demikian, 98% penyakit TBC disebabkan oleh M. Tuberculosis. Infeksi dari bakteri ini terutama terjadi pada saluran pernapasan yang sering dikenal dengan tuberkulosis paru-paru. Infeksi TBC dapat pula terjadi di luar paruparu (extrapulmonary tuberculosis).Tuberkulosis ditandai dengan berbagai gejala seperti batuk keras selama 3 minggu atau lebih, nyeri dada, batuk dengan darah/sputum, badan lemas dan mudahan kelelahan, berat badan menurun, nafsu makan menurun, menggigil, demam, dan berkeringat pada malam hari. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC akan menjadi sakit. Tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi TBC laten dan TBC aktif. Pada TBC laten, bakteri TBC hidup di dalam tubuh penderita namun tidak menyebabkan sakit ataupun munculnya suatu gejala. Pada kondisi ini tubuh dapat melawan bakteri sehingga mencegah bakteri untuk tumbuh. Pada TB aktif, bakteri yang semula tidak aktif di dalam tubuh akhirnya menjadi aktif dikarenakn sistem imun yang tidak dapat mencegah bakteri untuk tumbuh. Akibatnya orang yang menderita penyakit ini akan mudah untuk menyebarkan bakteri TBC kepada orang lain. (Syamsudin, Sesilia andriani keban. 2013. Hal 153). 2.1.4 MANIFESTASI KLINIK Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukkan tanda dan gejala yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah jaringan parunya 6 mengalami kerusakkan, sehingga dapat meningkatkan sputum yang ditunjukkan dengan seiringnya klien batuk sebagai bentuk kompensasi pengeluaran dahak. Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah,berkeringat pada malam hari dan mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan gejala TB paru ini dapat dibagi atas 2 (dua) golongan yaitu gejala sistematik dan gejala respiratorik. (Santa, Suratun, Ns.paula, Ns.Ni Luh putu. 2009. Hal.106). Gejala sistemik adalah : a. Demam Demam merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru, biasanya timbul pada sore dan malam hari disertai dengan keringat mirip dengan demam influenza yang segera mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi kuman , serangan demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan. Demam seperti influenza ini hilang timbul dan semangkin lama makin panjang masa serangannya, sedangkan masa bebas serangan akan makin pendek. Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40o - 41oC. b. Malaise Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan semangkin kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus haid. Gejala respiratorik adalah a. Batuk Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkus, selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna membuang produk-produk exkresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoit atau purulen. 7 b. Batuk darah Batuk darah terjadi pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya batuk yang timbul, tergantung besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga dapat terjadi karena pulserasi pada mukosa bronkush. Batuk darah inilah yang paling sering membawa penderita berobat ke dokter. c. Sesak nafas Gejala ini di temukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakkan paru yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah di temukan. d. Nyeri dada Gejala ini timbul apabila sistem persarafan yang terdapat di pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik. 8 2.1.5. Patofisiologi Tuberkolosis BC (Tuberculosis) TBC (Tuberculosis) Perokok Pekerja di tempat dengan minimnya ventilasi dan cahaya Ingesti makanan tercemar Intoleransi aktivitas Lesi kulit Droplet Basil tuberculosis memasuki saluran pernafasan keletihan Menembus mekanisme pertahanan system pernafasan Gangguan pola tidur batuk Masuk ke SSP Peningkatan triptofan Berkolonisasi di saluran nafas bawah Meng aktifasi Respon Imun Memicu pembentukan serotonin inflamasi Ketidak efektifan bersihan jalan nafas Peningkatan secret di sal.pernafasan Merangsang melanocortin di hipotalamus Anoreksia Asupan nutrisi ↓, BB ↓ Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2.1.6. PEMERIKSAAN PENUJANG DIAGNOSTIK 1. Montux Tuberculin Skin Test. Pada uji ini digunakan tuberculin yang terbuat dari protein yang berasal dari M. Tuberculosis. Injeksi tuberculin ini dilakukan diantara lapisan kulit lengan bawah dan diamati dalam waktu 48-72 jam. 9 Adanya indurasi (pembengkakan) pada situs injeksi diukur dalam satuan mm. Nila indurasi < 5 mm memberikan hasil yang positif untuk orang yang terinfeksi HIV, orang yang baru berhubungan/kontak dengan pasien TBC, orang yang telah mendapatkan transplantasi organ, orang yang hasil rontgen dada menunjukkan adanya riwayat penyakit TBC, dan pasien yang memiliki penyakit yang berkaitan dengan sistem imun. Nila indurasi >10mm memberikan hasil positif untuk orang yang bekerja didaerah yang memiliki risiko tinggi terhadap terkenanya infeksi TBC, orang dengan kodisi medis yang berisiko tinggi terhadap terkenanya TBC, anak-anak kurang dari 4 tahun, dan bayi/anak-anak yang telah terpapar oleh orang dewasa yang terkenak infeksi TBC. Nila indurasi 15mm memberikan hasil yang positif untuk orang yang tidak memiliki faktor risiko terhadap TBC. 2. Radiografi/rontgen dada. Pada seseorang yang terkenak infeksi TBC, umumnya hasil rontgen dad akan menunjukkan hasil yang abnormal yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan di dalam sel jaringan paru-paru dan adanya kavitasi/rongga dalam dan gelap di dalam paru-paru. Pemeriksaan Mantoux memberikan hasil yang positif. 3. Pemeriksaan bakteriologis dengan menggunakan sputum. Sampel diambil dari orang yang memiliki batuk persisten dan produktif. Pemeriksaan ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut agar diperoleh hasil yang valid. Hasil pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi adanya M.tuberculosis. Dengan demikian hasil yang positif dari uji ini dapat memberikan jaminan bahwa seseorang pasti terinfeksi oleh bakteri TBC. 4. Pemeriksaan darah menggunakan Gamma Interferon Releaase Assays (IGRAs). Pemeriksaan ini berperan dalam melihat respons imun seseorang terhadap M.tuberkulosis dan membantu diagnosis infeksi pada seseorang yang diperkirakan menderita TBc laten maupun aktif. Hasil yang positif menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi M. Tuberculosis. Hasil yang negatif dapat berati seseorang tidak terinfeksi amupun sesesorang berisiko tinggi 10 terhadap terjadinya infeksi apabila disertai dengan tanda dan gejala infeksi TBC. 2.1.7. KOMPLIKASI Bakteri penyebab TBC tidak hanya menyerang paru-paru, namun dapat menyerang berbagai tempat seperti tulang, otak, hati/ginjal, dan jantung. Komplikasi pada tulang akan menyebabkan nyeri pada area spinal dan obstruksi pada sendi. TBC yang menyerang otak dapat menyebabkan meningitis dan pembengkakkan yang fatal pada membran yang menutupi otak atau spinal menyebabkan sakit kepala, kekakuan pada leher, dan bahkan penurunan kesadaran. Pada hati/ginjal infeksi bakteri TBC dapat merusak proses filtrasi sampah dan pengeluaran racun dari dalam darah. Sedangkan infeksi di jantung dapat menyebabkan inflamasi pada jaringan yang mengelilingi jantung dan penumpukkan cairan di jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah secarah efektif. 2.1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS Pertimbangan untuk dilakukannya perawatan adalah hanya terbatas pada suatu keadaan yang darurat saja, seperti misalnya batuk darh atau sesak napas yang berat. Pertimbangan yang lainnya Pertimbangan yang lainnya adalah pertimbangan epidomologi dimana pasien harus dirawat selama BTA (basil tahan asam) masih ditemukan didalam biakan atau sputum. Berdasarkan pengalaman klinis terapi yang tepat dapat menyebabkan konversi sputum dari positif ke negatif dalam waktu 2 minggu setelah pengobatan. Tuberkulosis ekstra pulmonal tidak memerlukan perawatan, kecuali atas dasar pertimbangan kegawatan, seperti misalnya pada menginitis tuberkulosis. Spesimen yang diberikan harus berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Untuk menghindari resistensi terhadap obat maka lebih baik digunakan beberapa obat sekaligus daripada obat tunggal. 11 2. Dosis tunggal lebih baik daripada dosis dua atau tiga kali sehari. 3. Pengobatan diberikan selama 6 bulan dan 9 bulan dan dapat diperpanjang berdasarkan atas dasar klinis dan test resistensi. 4. Antara perawatan di rumah sakit dan yang bukan di rumah sakit regimen pengobatannya adalah sam, hanya saja pada perawatan di rumah sakit pengobatannya tetap perlu duberikan selama sputum BTA positif, baik dengan biakan maupun secara langsung. 5. Masing-masing obat mempunyai toksitas yang berbeda, oleh karena itu dalam melakukan pengawasan (monitoring) diharapkan ditujukan pada 2 hal pokok, yakni resistensi dan intoksikasi. Beberapa regimen pengobatan yang dianjurkan antara lain : Alternatif yang pertama adalah setiap hari diberikan : INH 300 mg Rifampisin 600 mg Pirazinamid 25-30 mg/kg BB, diberikan berturut turut selama 2 bulan dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian INH 300 mg dan rifampisin 600 mg selama 4 bulan Alternatif yang kedua adalah: INH 300 mg Rifampisin 600 mg . Diberikan selama 9 bulan Alternatif yang ketiga adalah; INH 900 mg Rifampisin 600 mg Diberikan selam sebulan dan kemudian dilanjutkan dengan dua kali seminggu selama sebulan. Alternatif ke empat adalah: Bila terdapat resistensi terhadap INH (Isoniazid) maka dapat diberikan etambutol dengan dosis15-25 mg/kg BB. 12 Nama obat Dosis Efek Samping Isoniazid Dewasa 300 mg/hari Reaksi Anak-anak 10-20 sensitif neuropati mg/kg hepatitis BB/hari Rifampisin Dewasa Hepatitis <55 kg: 450 mg/hari Antagonis dengan obat >55 kg: 600 mg/hari KB Anak-anak 200 mg/kg BB/hari Optik Para amino Dewasa 12 gr/hari dibagi Intoleransi traktus salisilik (PAS) dalam 2 dosis digestivus seperti misalnya Anak-anak 200 mg/kg BB/hari Reaksi hipersensitif. amino-salisilat Isoniazid dengan Dewasa (tua/lemah) 3xsehari rifampisin Total dosis perharinya: Isoniazid 300 mg dan Rifampisin 450 mg Dewasanbiasa 2x sehari Total dosis perharinya Isoniaazid 300 mg dan Rifampisin 600 mg Isoniazid dengan Hanya untuk dewasa dosis Reaksi etambutol etambutol yang isoniazid 300 mg/hari dan pas 12 gr/hari 0,75 – kerusakan bervariasi vestibular dan koklear diperlukan untuk pengobatan Streptomisin sensitif 1,0 gr/hari Hepatitis intramuskular 13 Pirazinamid Hanya untuk dewasa 20 – 35 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, maksimum 3 gr/hari. Nama obat Reaksi yang tidak Cara mencegah Dikehenedaki terjadinya reaksi tersebut Rifampisin Nausea, anoreksia, nyeri lambung, Obat di berikan sesudah diare makan Tingginya serum transaminase 2 – 8 Berikan rifampisin dengan minggu pertama dari pengobatan hati-hati hepatitis. selama fase hepatitis Kemerahan pada kulit kepala dan Yakin gatal – gatal. penderitaan dan teruskan pengobatan. Purpura trombositopenik, anemia Rifampisin dihentikan dan hemolitik dan kegagalan akut ( tidak sangat jarang) boleh dengan digantikan preparat yang lainnya. Demam menggigil sesudah makan Beri dosis intermiten 2 kali obat yang terjadi setelah 3 – 6 bulan seminggu. sesudah pengobatan. Obat yang berdosis tinggi tidak dikurangi dan dengan dosis berikan 3 kali seminggu. Isoniazid Parestesia, rasa terbakar pada tangan Berikan piridoksin dengan dan kaki, neuropati perifer isoniazid, bila isiniazid melebihi mg/kg BB 14 dosis 14 Etambutol Kebutaan dan buta warna biru, Usahakan dosis dibawah neuritis retrobulbar. 15 mg/kg BB/hari dan pasien harus menceritakan apa yang terjadi dengan penglihatannya. Bila terdapat keluhan, maka obat dihentikan dan dimulai lagi dengan dosis yang rendah. 2.2. Konsep Keperawatan 2.2.1. Pengkajian Keperawatan Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan yang tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah minim. Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB luar paruparu (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia < 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas paru-paru). Data Subyektif : 15 kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, kesulitan tidur atau demam pada malam hari. Demam hilang timbul. Perasaan tidak berdaya. Hilang nafsu makan, mual,muntah, penurunan BB. Nyeri dada meningkat karena sering batuk. Batuk kering, setelah perdangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Perubahan kapasitas fisik. Data obyektif : Demam biasanya subfebril, sampai 40-41oC. Takikardi, takipnea/dispenia. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, hilang lemak subkutis. Pengembangan pernapasan tidak simetris, bunyi napas menurun. Perkusi redup. Kavitas yang besar : hipersonor atau timpani. Auskultasi suara napas tambahan : ronkhi basah kasar dan nyaring. Vesikuler melemah bila terdapat penambalan pleura.(santa, suratun, Ns.Paula, Ns Ni Luh. 2009. Hal 115) b. Riwayat kesehatan Keluhan yang sering muncul antara lain: 1) Demam: subfebris, febris (40-41 0 C) hilang timbul. 2) Batuk: terjadi karna adanya iritasi pada bronkhus. Batuk ini terjadi untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). 3) Sesak nafas: bila sudah lanjut di mana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru. 16 4) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. 5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam. 6) Sianosis, sesak nafas, dan kolaps merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien tidak bergerak saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan hitam dan diafragma terdorong ke atas. 7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular. c. Pemeriksaan fisik o Pada tahap dini sulit diketahui. o Ronchi basah, kasar, dan nyaring. o Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik. o Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan fibrosis. o Bila mengenai pleura terjadi effusi pleura (perkusi memberikan suara pekak). 2.2.2. Diagnosa Keperawatan o Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan skutum yang kental. o Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan. o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan perubahan status nutrisi. o Kurang pengetahuan tentang penyakit Tb.paru berhubungan dengan kurangnya informasi. 17 2.2.3. Perencanaan No Diagnosa 1 Bersihan NOC jalan NIC o kaji napas Tujuan : fungsi tidak efektif berhubungan Jalan nafas bersih dan efektif pernapasan : bunyi dengan napas, kecepatan Pasien mengatakan bahwa batuk irama, kedalaman berkurang/hilang tidak ada sesak dan otot bantu. skutum yang setelah beberapa hari perawatan. kental. dan sekret berkurang, suara nafas o Berikan normal. posisi nyaman. o Ajarkan klien latihan Criteria hasil : o Secret (-) napas o Bunyi nafas fesikuler latihan batuk efektif o Reflek batuk positif o Tanda-tanda vital normal. dalam dan o Berikan caran minimal 2500 CC/hari. o Lakukan fisioterapi dada. o Kolaborasi tim medis dengan untuk pemberian OAT. 2 Gangguan nutrisi kurang Tujuan : dari kebutuhan berhubungan tubuh Keseimbangan nutrisi terjaga dengan setelah beberapa hari perawatan. penurunan nafsu makan. Criteria hasil : o Nafsu makan meningkat 18 o Kaji keluhan klien terhadap mual, muntah, dan anoreksia. o Makanan habis 1 porsi siap makan o Berat badan klien dalam batas normal. o Anjurkan makan klien sedikit tetapi sering. o Bantu klien untuk melakukan perawatan mulut. o Timbang berat badan kliean setiap minggu. o Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet. 3 Intoleransi berhubungan aktivitas Tujuan : dengan Klien dapat melakukan aktivitas o Kaji aktivitas yang dapat keletihan dan perubahan secara mandiri. dilakukah status nutrisi. klien kriteria hasil : o Klien melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan. oleh o Bantu klien untuk melakukan o Keletihan hilang. aktivits o Tonus otot baik bertahap secara o Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien o Latih klien untuk melakukan pergerakkan pasif dan aktif. 19 4 Kurang o Kaji pengetahuan Tujuan : tentang penyakit Tb.paru Klien berhubungan dapat dengan penyakitnya kurangnya informasi. memahami dan program pemahaman klien pengobatan nya. penyakit Kriteria hasil : program o Klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. o Klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan. o Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya. tingkat tentang dan pengobatannya, meliputi : pengertian Tb.paru, penyebab, tanda dan gejala, proses pengeluaran, program pengobatan atau perawatan. o Minta klien untuk menjelaskan kembali tentang penyakit dan program pengobatan tentang penyakitnya. o Berika reinforcement positif 20 pada setiap penjelasan klien. 2.2.4. Evaluasi Evaluasi keperawatan didasarkn pada hasil yang diharapkan. Pertanyaan yang dapat diajukan meliputi hal-hal berikut : 1. Apakah kultur skutum (-) ? 2. Dapatkah klien menyebutkan nama, dosis, dan efek samping OAT yang diberikan ? 3. Apakah klien menutupi hidung dan mulut bila bersin atau tertawa ? 4. Dapatkah klien menyebutkan gejala dan menunjukkan perlunya suatu perawatan medis segera ? 5. Apakah bersihan jalan napas efektif ? 6. Dapatkah intoleransi aktifitas teratasi ? 7. Apakah kliean dapat mengerti tentang penyakit Tb.paru ? 8. Apakah nutrisi klien adekuat ? ( santa, suratun, Ns.Paula, Ns.Ni Luh. 2009. Hal 118) 2.2.5. Discharge Planning 1. Pelajari penyebeb dan penularan dari Tb serta pencegahan saat diluar rumah. 2. Pahami tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan secret disaluran pernapasan. 21 3. Nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. 4. Lakukan pernapasan diafragma : tahan nafas sampai 3-5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. 5. Selalu menjaga kebersihan mukut dan pelajari cara yang baik saat batuk dan setelah batuk dan juga cara mengontrolan batuk. 6. Jangan memberikan vaksin BSG pada bayi baru lahir dan konsultasikan pada tenaga medis terlebih dahulu sebelum vaksin. 7. Jalankan terapi obat secara teratur dan jangan sampai putus tanpa intruksi. 8. Berhenti merokok dan berhenti meminum alcohol. 9. Olahraga secara teratur. 10. Makan- makanan yang bergizi,serta istirahat yang teratur.(amin huda nurarif, hardhi kusuma. 2015. Hal : 218) 22 BAB III LAPORAN KASUS 3.1. Resume Klien Tn. F berumur 35 tahun, tempat tanggal lahir Bandar Setia 07 April 1983, suku jawa, bangsa Indonesia, agama islam, pendidikan SMA, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, alamat Jl. Pancing LK IX Mabar Hilir Medan Deli. Penanggung jawab dari klien adalah Ny. K yang berumur 40 tahun, pekerjaaan ibu rumah tangga, hubungan keluarga istri dari klien, yang beralamat di Jl. Pancing LK IX Mabar Hilir Medan Deli. Alasan klien masuk ke RS IPI Medan adalah klien mengatakan Keluhan utama Sesak nafas , keluarga klien mengatakan klien batuk kurang lebih 1 minggu. Pada tanggal 10 Desember 2018 Klien datang ke RSU IPI Medan dengan keluhan sesak nafas dan seluruh tubuh lemah . Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 10 Desember 2018. Tanda-tanda vital klien; TD : 100/60 mmHg Pols;93X/i. RR: 28X/i, T: 36,50C. Tinggi badan klien 170 cm, berat badan setelah sakit 62 kg, sebelumnya 48 kg. Riwayat penyakit berdasarkan wawancara terhadap Istrinya : Klien merasakan sesak nafas selama kurang dari 3 hari, makin memberat. Batuk dahak kurang lebih 1 bulan, penurunan berat badan, keringat malam, demam. Susah tidur pada malam hari karena batuk disertai nyeri pada dada sebelah kiri. Klien anak 3 dari 3 bersaudara, menikah dengan janda beranak 5. Anak pertama dan kedua sudah menikah, anak ke tiga sedang bekerja merantau. Anak ke empat berumur 20 tahun dan yang kelima berumur 18 tahun. Dari hasil wawancara dari klien bahwa anak keempat sebelumnya sudah mengidap TB paru, karena keluarga kurang 23 pengetahuan dan akhirnya Tn F mengidap penyakit TB paru dari sang anak, dan Tn F seseorang yang perokok berat. Sikap klien secara umum baik dimana klien dapat bersosialisasi dengan lingkungan rumah sakit dan orang-orang disekitarnya, dan lingkungan rumah klien yang padat penduduknya dan keadaan rumah yang tidak bersih. Makanan yang disukai adalah sayuran hijau dan makanan yang tidak disukai telur, pola makan 3x sehari. Pola tidur siang 1 jam dan tidur malam 11 jam, mandi 2X sehari, eliminasi klien BAB 1X sehari dan BAK tergantung dari banyaknya air yang diminumnya. Keadaan kesehatan saat ini, dimana diagnosa klien adalah TB Paru, klien kurang nafsu makan dimana Diet yang disajikan hanya 1/4 porsi dari 1 porsi yang disediakan. Keadaan umum lemah, aktivitas kurang bergairah, tindakan keperawatan adalah kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, cairan, diet dan pemberian obat sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan yang dilakukan adalah Pemeriksaan BTA dan foto thorax. Bentuk thorax klien simetris, jenis pernafasan Tachipnea, suara nafas ronkhi, batuk ada dan terdapat sputum, jalan nafas tidak bersih. Warnah kulit klien kecokelatan dan kusam, integritas kulit baik dan sensasi baik. Keadaan kulit di abdomen baik tidak ada lesi atau luka, tidak ascites, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tumor tidak ada, klien mengatakan dia kurang nafsu makan, porsi makan 1/2 dan NGT tidak ada terpasang, ginjal klien tidak teraba dan tidak ada nyeri, vesika urinaria baik dan tidak ada mengalami gangguan, klien tidak ada masalah perkemihan dan tidak terpasang kateter. Pola makan klien 3 x/sehari dan porsi yang disajikan hanya habis 1/2 porsi, makanan yang disukai mie ayam, makanan pantangan tidak ada, jenis diet MB TKTP, klien dan keluarga klien mengantakan klien kurang nafsu makan, banyaknya minum air klien yaitu ± 500 cc / hari gelas / hari. Minuman kesukaan susu soya. Frekwensi BAB klien 1 x/sehari, bau khas, konsistensi biasa, warna kuning dan tidak ada kelainan, sedangkan frekuensi BAK ± 4 x/sehari, jumlah 600 cc, bau khas, warna kekuningkuningan dan tidak ada kelainan. Riwayat kesehatan klien saat ini yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak, badan lemas, nafsu makan menurun, dan nyeri dada, penyebab terjadinya 24 saat klien melakukan aktifitas, hal yang dapat memperbaiki keadaan bila diberikan oksigen, posisi semi fowler, dan obat-obatan, sedangkan hal yang memperberat keadaan klien yaitu jika klien melakukan aktifitas berlebihan klien akan sesak dan batuk. Keluaraga klien mengatakan sukar tidur di sebabkan karena sering sesak, batuk, dan udara yang panas di ruangan klien terpasang O2 sebanyak 2 liter, aktivitas klien di tolong dengan bantuan minimum. Pola mandi klien 1 x/sehari, gosok gigi 1 x/sehari, cuci rambut 1 x/sehari dan mengalami kesulitan dalam hal personal hygine dimana klien dibantu perawat dan keluarga dalam melakukan personal hygine, klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit dan pengobatannya dimana klien sering bertanya-tanya tentang penyakit dan pengobatanya. A. Laboratorium No Pemeriksaan Hasil Normal 1 Hemoglobin 7.5 g/dl P : 13-18 W : 12-16 2 Leucocyt 7.100 /mm3 4.000-11.000 3 Trombocyt 145.000 /mm3 150.000450.000 4 Hematokrit 27.0 % P : 42-56 W : 36-47 5 Eritrosit 3.78 juta/mm3 P : 4.50-4.60 W : 4.10-5.10 B. MIKROBILOGI PREPARAT DIRECT NO Pemeriksaan Hasil Normal 1 BTA I (2+) Positif Negatif 2 BTA II (2+) Positif Negatif 3 BTA III (2+) Positif Negatif C. Photo Thorax 25 Keterangan : Klinis : Susp.TB paru Cor : ukuran normal Sinus dan diafragma normal Paru : Tampak bercak infiltrat pada lapangan atas dan bawah kedua paru disertai cavitas Tidak tampak efusi pleura Corakan broncho vesculer bertambah Simpulan : TB Paru 3.2.Analisa Data N Data Penyebab Masalah o 1 Ds : Klien mengatakan batuk dan sesak Adanya nafas serta nyeri pada saat batuk. DDo : - klien tampak susah untuk bernafas penyumbatan efektifan ja sekret di lan nafas - adanya suara nafas ronchi Trakea - RR : 28 x/i bronkial HR : 93 x/i TD : 100/60 mmHg Temp : 36,5 0C Terpasang O2: 2 ltr/i . 26 Ketidak 2 Ds : Klien mengatakan tidak selera makan Penurunan Ketidak Do : - Diet yang disajikan habis ¼ nafsu makan seimbanga porsi - Jenis diet MB TKTP n nutrisi - BB sebelum sakit 62 kg, BB saat ini kurang dari 48 kg kebutuhan tubuh 3 Ds : klien mengatakan lemah Kelemahan Intoleransi tidak dapat fisik aktivitas dan melakukan Do : - aktivitas sehari-hari klien tanpak lemah - aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat 4 Ds : Klien mengatakan tidak Adanya bisa tidur terbangun pada malam hari.. Do : - pada dan Klien tanpak sering sesak Gangguan dan pola tidur batuk. gelisah malam hari - Mata merah dan adanya lingkaran hitam dibawah kantong mata. 5 Ds : Klien dan keluarga mengatakan tidak Kurangnya Kurangnya mengerti pengetahu cara Do tentang penyakit dan informasi. pengobatannya. : tampak Klien an dan keluarga bertanya-tanya kepada dokter dan perawat tentang penyakit dan pengobatan. 27 3.3. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidak efektifkan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya penyumbatan sekret di trakea bronkial ditandai dengan kien batuk berdahak, sesak nafas, adanya suara ronchi , RR : 28 x/menit. 2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan ditandai dengan diet habis1/2 porsi dan penurunan BB dari 62 ke 48 kg. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan klien tampak lemah, aktivitas dibantu keluarga. 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya sesak dan batuk ditandai dengan gelisah pada malam hari, mata merah dan lingkar hitam di bawah mata. 5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan klien sering bertanya tentang penyakitnya. 28 3.4. Asuhan Keperawatan N Masalah Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi/Implementasi O Evaluasi I II III 10 Desember 2018 11 Desember 12 2018 Desember 2018 1 Ketidakefektifan NOC: Subjektif : NIC Subjektif : bersihan jalan nafas B/D o Respiratory Mirway suction Pasien mengatakan Pasien adanya - Pastikan kebutuhan oral / batuk penyumbatan status:Ventilation secret di trakea bronchial o Respiratory tracheal suctioning status:Airway patency Definisi : Ketidakmampuan membersihkan Kriteria Hasil: sebelum untuk o Mendemonstrasikan sekresi suara dan dan nafas mengeluarkan sesudah dahak sesak, dan sulit bekurang, mengeluarkan dahak dapat dahak dikeluarkan batuk efektif dan suara - Informasikan pada klien dan Objektif nafas yang bersih, tidak pernafasan ada sianosis keluarga tentang suctioning dan - Minta klien nafas dalam mempertahankan dyspneu (mampu kebersihan jalan nafas. mengeluarkan sputum, - Berikan mampu bernafas dengan sebelum suction dilakukan. O2 dengan menggunakan nasal untuk DS: dengan mudah, Slym banyak Objektif Tampak sesak sesak Slym berkurang banyak Objektif Tampak sesak 29 mengatakan sulit batuk berdahak, batuk mulai suctioning. atau obstruksi dari saluran untuk - Auskultasi Pasien berdahak, mengatakan sesak, Subjektif : Batuk berdahak mudah, tidak ada pursed memfasilitasi Susah lips) nasotrakeal mengelurakan o Menunjukkan jalan - Gunakan alat yang streril dahak nafas yang paten (klien Sesak tidak merasa tercekik, - Anjurkan DO: suksion Suara Suara nafas bany ronchi ronchi ak untuk Analisa Analisa irama nafas, frekuensi istirahat dan napas dalam Masalah belum Masalah pernafasan setelah kateter dikelurakan teratasi dalam Slym banyak rentang normal, tidak Tampak sesak ada Suara nafas ronchi abnormal) suara mengidentifikasi oksigen Planning pasien o Mampu Intervensi - Ajarkan keluarga bagaimana diteruskan dan dapat menghambat nafas berikan suksion oksigen pasien bradikardi, teratasi k - Suar Planning a Intervensiditerus nafa kan s ronc dan hi apabila menunjukkan Analisa peningkatan Masalah saturasi O2,dll teratasi Airway management sebagian Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau - sesa cara melakukan suksion mencegah factor yang - Hentikan - belum status Tam pak dari nasotrakeal nafas - Monitor Slym nafas sitiap melakukan tindakan pasien Jaw thrust bila perlu 30 Planning - - Posisikan pasien untuk memaksimalkan - Ventilasi - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat - Jalan nafas buatan - - Pasang mayo bila perlu - - Lakukan fisiotrapi dada jika perlu - - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction - - Auskultasi suara nafas, catata adanya suara - tambahan - - Lakukan suction pada mayo - - Berikan bronkodilator bila perlu - - Berikan pelembab udara kasa basah NaCL - Lembab 31 Intervensi diteruskan - - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan - Keseimbangan - Monitor respirasi dan status O2 2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang kebutuhan tubuh NOC : B/D gangguan psikologis keadaan sakit atau sedang untuk mengubah kebiasaan ada, badan terasa nafsu menjalani pengubatan makan lemah, Pasien ketersediaan zat gizi untuk memenuhi khususnya Defenisi : biokimia; komponen dan Asupan makanan yang kimia tidak mengindikasikan nutrisi cairan terasa lemah, Manajemen nutrisi: Hilang selera Objektif makan Diet hanya Diet untuk memenuhi kebutuhan Analisa nutrisi badan enakan habis 1/3porsi Objektif habis ¼ porsi pasien dan Diet habis Analisa 1/2pors i 32 ada, terasa yang Tentukan kemampuan pasien status makan nafsu makan transferin, Objektif albumin, dan elektrolit mengatakan mulai ada, badan mulai tingkat Pantau nilai laboratotium, gizi; kegiatan metabolic untuk Subjektif : Pasien mengatakan Pasien o Status gizi: pengukuran Ketahui makanan kesukaan cukup Subjektif : untuk makan ketika dalam Tentukan motivasi pasien nafsu makan tidak mengatakan o Status dan Subjektif : dari o Selera makan; keinginan Pengkajian penurunan nafsu makan, mual NIC memenuhi kebutuhan o Status metabolik makanan jumlah DS : Menolak gizi: dan asupan Pantau kandungan nutrisi dan Masalah cairan; makanan karena tidak selera teratasi sebagian dan Timbang pasien pada interval cairan yang dikonsumsi makan kalori pada catatan asupan belum Masalah teratasi yang tepat Planning Planning Masalah Intervensi Intervensi teratasi untuk diteruskan diteruskan sebagian tubuh dalam waktu 24 jam Penyuluhan Analisa o Status gizi: asupan gizi; pasien/keluarga keadekuatan pola asupan Ajarkan DO : zat gizi yang biasanya metode untuk perencanaan makan Intervensi Diet hanya habis ¼ o Perawatan diri: makan; Ajarkan pasien dan keluarga porsi Penurunan berat badan dari 58 sampai 38 kg kemampuan mempersiapkan mengingesti untuk dan tentang makanan yang berizi dan tidak mahal makanan Manajemen nutrisi: berikan dan cairan secara mandiri informasi yang tepat tentang dengan atau tanpa alat kebutuhan bantu bagaimana memenuhinya nutrisi dan o Berat badan: masa tubuh; tingkat kesesuaian berat Aktivitas kolaboratif badan, otot, dan lemak Diskusikan dengan ahli gizi dengan tinggi badan, dalam menentukan kebutuhan 33 protein Planning pasien diteruskan rangka tubuh, jenis yang kelamin dan usia. mengalami ketidakadekua tak asupan protein Diskusikan dengan dokter Kriteria Hasil kebutuhan stimulasi nafsu Memperlihatkan status gizi: makan, makanan lengkap, asupan makanan dan cairan, pemberian makanan melaui yang selang, atau nutrisi parenteral dibuktikan oleh indicator sebagai berikut: total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan mempertahankan badan 60 berat atau Rujuk Kg bertambah 1 kg pada menentukan 3/12/2015 gangguan nutrisi menjelaskan komponen Rujuk gizi adekuat mengungkapkan ke untuk penyebab program gizi dikomunitas yang tepat jika tekad untuk mematuhi diet kedokter pasien tidak dapat memenuhi asupan nutrisiyang adekuat menoleransi diet yang Manajemen nutrisi; tentukan dianjurkan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika diperlukan jumlah kalori, 34 mempertahankan masa dan jenis zat gizi yang tubuh dan berat badan dibutuhkan untuk memenuhi dalam batas normal kebutuhan nutrisi. memiliki nilai laboratorium dalam batas Aktivitas lain normal melaporkan tingkat energy yang adekuat Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien’ Suapi pasien jika perlu Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman kudapan bergizi dan tinggi protein, tinggi kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara membuat jadwal makan jika perlu 3 Intoleransi Aktivitas NOC : NIC : Subjektif Self Care : ADLs 35 Subjektif Subjektif dengan Toleransi aktivitas kelelahan, Konservasi eneergi Berhubungan dispnea, Observasi adanya Klien mengatakan Klien pembatasan dalam badan masih terasa mengatakan klien keletihan, Setelah dilakukan tindakan ketidakadequatan keperawatan selama …. Kaji adanya faktor yang dapat oksigenasi. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Defenisi energi fisiologis atau psikologis Kriteria Hasil : Berpartisipasi Monitor nutrisi dan sumber fisik menyelesaikan disertai peningkatan Monitor sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan tanpa kardivaskuler RR aktivitas melakukan Subjective aktivitas klien mengatakan lemah (ADLs) secara mandiri dan tidak melakukan sehari-hari dapat aktivitas sehari hari Keseimbangan aktivitas dan istirahat -aktivitas nafas, Analisa diaporesis, pucat, perubahan Masalah teratasi hemodinamik) disritmia, Monitor sesak pola tidur dan tidur/istirahat Planning Intervensi lamanya pasien melakukan masih aktivitas yg dibantu seprti ke ringan dibantu Objective seperti makan ataupun ke -aktivitas dibantu sendiri oleh keluarga belum dan perawat Objective -lemas Analisa hilang Masalah teratasi -aktivitas dilanjutkan dengan dilanjutkan Tenaga Rehabilitasi Medik 36 dapat tampak kamar respon oleh keluarga dan -klien lemas berkurang mandi terhadap perawat (takikardi, Kolaborasikan Objective melakukan aktivitas Objective secara berlebihan tekanan darah, nadi dan Mampu dalam dan tampak kamar mandi Monitor pasien akan adanya -klien dalam kelelahan fisik dan emosi masih lemas aktivitas aktivitas melakukan namun aktivitas menyebabkan kelelahan untuk melanjutkan atau mengatakan lemas dan tidak lemas berkurang lemas hilang melakukan aktivitas energi yang adekuat Ketidakcukupan Klien dibantu oleh keluarga Planning dan perawat - klien tanpak lemah dalam - aktivitas klien dibantu progran terapi yang tepat. oleh perawat keluarga dan merencanakan Bantu Intervensi dilanjutkan Analisa Masalah klienuntukmengidentifikasi aktivitas teratasi yang Planning mampudilakukan Bantu Intervensi untukmemilihaktivitaskonsi sten yang sesuaidengankemampuanfis ik, psikologidansosial Bantu untukmengidentifikasidanm endapatkansumber yang diperlukanuntukaktivitas yang diinginkan Bantu untukmendpatkanalatbantua naktivitassepertikursiroda, krek 37 dihentikan Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual 4 Gangguan pola tidur B/D NOC adanya sesak dan batuk di Anxiety reduction NIC Subjective Sleep Enhancement Klien mengatakan Klien Klien tidak bisa tidur, mengatakan mengatakan gelisah pada malam hari, 38 Subjective Subjective mata merah dan lingkar Comfort level hitam di bawah mata. Pain level medikasi Definisi : Rest : Extent and tidur Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur - Determinasi akibat factor eksternal. terhadap pola dan sering lama tidur 5-6 dengan terbangun - Jelaskan pentingnya tidur malam hari pattern efek-efek lama tidur 2-3 jam mulai bisa tidur, dapat tidur Sleep : Extent ang yang adekuat - Fasilitas pattern terbangun pada untuk Objective malam hari. -Waktu tidur 2-3 jam gelisah pada malam hari - Mata merah dan adanya nyaman tidur pasien segar n hal-hal yang meningkatkan tidur tampak pada malam mulai tenang di hari mata tidur pasien ada Objective bawah lingkaran hitam -klien di bawah mata - Instruksikan untuk monitor minum dengan waktu tidur mengidentifikasika terbangun lingkaran dan tampak mulai Analisa - Monitor waktu makan dan Masalah Mampu tidak -mata merah dan -mata merah (-) dalam batas normal Perasan pada -klien - Ciptakan lingkungan yang malam hari dan keluarga tentang teknik hitam istirahat gelisah Pola tidur, kualitas sesudah tidur atau Do : - klien tampak sebelum tidur (membaca) dan lagi tampak Objective - Kolaborasi dengan pasien ada 6-8 jam/hari masih terbangun waktu 7 jam pada malam hari mempertahankan aktivitas -klien Ds : Klien mengatakan Kriteria hasil : tidak Jumlah jam tidur bisa tidur dan sering dalam batas normal pada jam dan namun nyenyak, teratasi Analisa tenang belum Masalah teratasi -mata merah sebagian - Monitor /catat kebutuhan (-) dan ada lingkaran tidur pasien setiap hari dan Planning Planning hitam jam Intervensi Intervensi bawah mata dilanjutkan dilanjutkan mulai hilang 39 di lingkungan hitam dibawah mata Analisa Masalah teratasi Planning Intervensi dihentikan 5 Kurangnya pengetahuan NOC berhubungan kurangnya klien sering dengan informasi NIC - Knowledge : Disease Teaching : Disease proses Definisi : Ketiadaan atau defisisensi : Health Hehavior Kriteria Hasil : - Pasien Subjective dan keluarga pengetatahuan tentang tingkat Subjective Klien dan keluarga Klien Berikan penilaian tentang menanyakan Process bertanya - Knowledge tentang penyakitnya. Subjective keluarga penyakit paham dan Klien mulai keluarga tentang paham pasien dan proses penyakit dan pengobatannya penyakit tentang yang spesifik penyakit Jelaskan patofioslogi dari Objective Objective informasi kognitif yang menyatakan pemahaman penyakit dan bagaiman hal Klien dan keluarga Klien berkaitan dengan topic tentang penyakit, ini berhubungan anatomi tampak tertentu kondisi, prognosi, dan dan fisiologi, dengan cara tentang program pongobatan yang tepat Ds : Klien dan keluarga 40 dan dan Objective bingung keluarga tampak Klien penyakitnya mulai paham keluarga tentang tampak penyakitnya mulai dan Menanyakan - Pasien penyakit mampu dan cara pengobatannya. Do : Klien dan keluarga tampak dan bertanyak- keluarga melaksanakan Gambarkan gejalah yang biasa muncul Masalah secara benar yang tepat pengobatan dan dan - Pasien dan keluarga Identifikasi kembali apa yang tepat kepada dokter dan dijelaskan perawat/tim perawat kesehatan lain nya dan pengobatan. belum belum mengerti tentang tentang penyebab, penyakit msih paham pada penyakit, dengan cara teratasi menjelaskan tentang namun prosedur yang dijelaskan mampu tanya dan Analisa tanda yang kemungkinan Planning dilanjutkan Sediakan informasi pada pasien tentang penularannya cara Intervensi dengan kondisi, jaminan yang kosong Sediakan bagi keluarga tidak bertanya lagi tentang Analisa pengobatan Masalah teratasi nya. sebagian Analisa dengan cara yang tepat Hindari cara penyakitnya Planning Masalah Intervensi teratasi dilanjkan atau SO informasi tentang Planning kemajuan pasien dengan Intervensi cara yang tepat dihentikan Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan antar 41 proses pengontrolan penyakit Diskusikan pilihan trapi atau penanganna Dukung pasien mengeksplorasi untuk atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunikasi local, dengan cara yang tepat Intruksikan pasien mengenal tanda dan gejala untuk melaporkan pemberi pada perawatan keehatan, dengan cara yang tepat 42 3.5 SOP (Standart Operasional Prosedur) 1. Pengertian : Menyampaikan informasi berupa pesan atau pemikiran dari pihak pemberi pesan/sumber informasi kepada pihak lain/penerima pesan dengan cara tertentu. 2. Tujuan : a. Menambah wawasan/pengetahuan tentang penyakit TBC b. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TBC. 3. Prosedur : a. Menyusun Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada, meliputi : 1). Mentukan tujuan penyuluhan 2). Menentukan sasaran penyuluhan ( Toma, Masyarakat umum, Kader Posyandu, Penderita, Keluatga penderita atau PMO ). 3). Menentukan tempat penyuluhan ( di Unit Pelayanan Kesehatan atau di Luar Unit Pelayanan Kesehatan ). 4). Menentukan waktu penyuluhan yang disesuaikan dengan situasi tempat, sasaran dan pelaksanaan penyuluhan. 5). Menentukan metode penyuluhan (ceramah, tanya jawab atau diskusi) sesuai dengan jenis penyuluhan, apakah penyuluhan langsung perorangan, kelompok atau mayarakat/massa. 6). Alat bantu/media yang digunakan ( media cetak seperti poster, lembar balik atau media elektronik seperti pemutaran film ). 7). Menentukan biaya yang digunakan 8). Materi penyuluhan sesuai dengan tujuan penyuluhan dan sasaran. b. Pelaksanaan penyuluhan : 1). Penyuluhan TBC diaksanakan di dalam gedung UPK dengan cara : a) Penyuluhan langsung perorangan sasarannya : penderita TBC, keluarga penderita atau PMO. 43 b) Penyuluhan langsung kelompok sasarannya : kelompok penderita bersama keluarganya dan PMO c) Penyuluhan tidak langsungseperti menepelkan poster dan broser TB. 2). Penyuluhan TBC diaksanakan di luar gedung UPK dengan cara : a) Penyuluhan perongan dirumah penderita. b) Penyuluhan kelompok di posyandu. c. Mengevaluasi penyuluhan : 1). Tercapainya tujuan yang diharapkan 2). Adanya perubahan prilaku penderita 3). Bertambahnya wawasan/pengetahun tentang penyakit TBC. 44 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi. Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini juga dapat menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Tanda-tanda dari penyakit tuberkulosis misalnya adanya demam, malaise, batuk, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada, letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan mengalami penurunan berat badan yang berarti. Pada tuberkulosis paru dapat dilakukan pemeriksaan : a. Anamnese dan pemeriksaan fisik b. Pemeriksaan sputum BTA c. laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfosit) d. Foto thoraks PA dan Lateral. Foto thoraks yang menunjang diagnostik TB Pada penyakit tuberkulosis paru penatalaksanaannya yaitu konvensional OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), Rifampisin (r), Pirazinamid (z), dan streptomisicin (s) yang bersifat bakterisid dan etambutol (e), yang bersifat bakteriostatik. 4.2. Saran Disarankan kepada klien agar minum obat secara teratur dan rutin dan tidak mengkonsumsi minuman alkohol, tidak merokok, tidak mengkonsumsi kopi dan istirahat yang cukup. Diharapkan pada klien agar mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi kalori tinggi protein seperti susu, ikan, telur, dan tempe. Dan tidak membuang ludah secara 45 sembarangan dan menutup mulut dengan tisue ketika batuk untuk mencegah penularan kepada keluarga/orang lain. Dan diharapkan kepada perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara komprehensip untuk membantu mempercepat penyembuhan klien. 46