Uploaded by User77985

jbptppolban-gdl-empyshofiy-5335-3-bab2--9

advertisement
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Definisi
Menurut Permen PU 24/PRT/M/2008 pemeliharaan bangunan gedung
adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta sarana dan
prasarananya agar bangunan gedung selalu layak fungsi. Sedangkan perawatan
adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung,
komponen, bahan bangunan, dan/atau sarana dan prasarana agar bangunan gedung
tetap layak fungsi.
Menurut Sjafei Amri (2006), perbaikan ringan (repairing) adalah suatu
usaha untuk mengembalikan kinerja bangunan atau komponennya kepada keadaan
awalnya, sedangkan perbaikan dengan perkuatan (strengthening) adalah suatu
usaha untuk meningkatkan kemampuan bangunan atau komponennya untuk
melampaui kemampuan awalnya. Sehingga maksud dari pekerjaan pemeliharaan
adalah untuk mempertahankan kualitas suatu bahan atau komponen pada suatu
bangunan, sedangkan perbaikan & perkuatan dimaksudkan untuk mencegah
meluasnya penurunan mutu serta mengembalikannya pada kondisi semula.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komponen adalah bagian dari
keseluruhan; unsure. Sedangkan elemen adalah bagian (yang penting, yang
dibutuhkan) dari keseluruhan yang lebih besar; unsur. Jadi dalam satu komponen
terdapat beberapa elemen-elemen.
2.2. Latar Belakang Pemeliharaan Bangunan
Bangunan direncanakan dapat melakukan unjuk kerja selama masa layan
tertentu. Namun selama masa layan bangunan dapat mengalami berbagai
kerusakan hingga berpengaruh terhadap life time-nya. Kerusakan yang dimaksud
adalah tidak berfungsinya komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya
umur dari komponen tersebut, atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti
beban fungsi yang berlebih kebakaran, gempa bumi atau sebab lain yang sejenis.
5
BAB II – DASAR TEORI 6
Keragaman penyebab kerusakan diatas tentu berpengaruh terhadap
keragaman panjang service life time-nya serta besarnya biaya perawatan yang
harus
dikeluarkan.
Untuk
pemeriksaan/pemeliharaan
itu
perlu
dilakukan
secara
berkala
komponen bangunan guna mendeteksi kerusakan
secara dini yang terjadi.
Pemeliharaan bangunan merupakan salah satu aspek yang menjadi masukan
(input) bagi pemanfaatan bangunan dan pelestarian bangunan. Pemeliharaan
bangunan pada dasarnya bertujuan mempertahankan kualitas bahan atau
komponen konstruksi pada suatu bangunan dan mencegah meluasnya penurunan
kualitas bahan (deterioration) serta mengembalikannya pada kondisi semula.
(Hestin & Rully, 2010)
Pemeliharaan dan perawatan harus direncanakan, dijalankan secara teratur
dengan berbagai pertimbangan, kontrol, dan penggunaan catatan/rekaman untuk
mencapai kinerja sebagaimana dinyatakan dalam perencanaan pemanfaatan
gedung. Karena itu, pemeliharaan dan perawatan sebaiknya dipertimbangkan
sejak proses awal konstruksi untuk menjamin kualitas bangunan.
2.3. Tujuan Pemeliharaan
Tujuan dari pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan adalah untuk
mengupayakan tercapainya atau memperpanjang umur pakai rencana bahan,
konstruksi bangunan atau meningkatkan fungsi serta kekuatan bangunan.
Tujuan utama pemeliharaan adalah sebagai berikut:

Memperpanjang usia bangunan.

Menjaga fungsi bangunan agar sesuai dengan rencana.

Untuk menjamin ketersediaan perlengkapan yang ada dan mendapat
keuntungan investasi yang maksimum.

Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan, seperti dalam
menghadapi keadaan darurat atau bencana.

Untuk menjamin keselamatan manusia yang mempergunakan
fasilitas bangunan tersebut.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 7

Menghindari kerugian yang lebih besar dan gangguan kenyamanan
pengguna akibat kerusakan bangunan.
2.4. Konsep Dasar Pemeliharaan dan Perbaikan
Menurut Sjafei Amri (2006) konsep dasar kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
1) Bahan atau konstruksi akan mengalami penurunan kualitasnya, sesuai
dengan lamanya waktu yang dicapai oleh bahan atau konstruksi tersebut.
2) Pemeliharaan harus dilakukan secara terencana sesuai dengan spesifikasi
bahan yang dipakai, dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang
mungkin mempengaruhi selama masa pakainya.
3) Pengabaian terhadap rencana pemeliharaan akan memperluas dan
memperparah tingkat kerusakan bahan atau komponen konstruksinya.
4) Pemeliharaan mutu bahan dan mutu pelaksanaan pekerjaan yang tinggi,
secara relatif mengurangi atau memliki umur pakai lebih panjang,
sehingga mengurangi interval jadual pemeliharaan.
5) Pekerjaan perbaikan baru dapat dilakukan setelah diketahui secara tepat
tentang
penyebab
kerusakannya
dan
penyebab
tersebut
telah
ditanggulangi.
2.5. Tipe Pemeliharaan
Pemeliharaan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pemeliharaan terencana
Pemeliharaan
yang
diorganisasikan
dan
dilaksanakan
dengan
perencanaan, kontrol dan pengunaan laporan-laporan untuk suatu
rencana yang ditentukan sebelumnya. Pemeliharaan ini dibagi menjadi
dua kategori:
a. Pemeliharaan Pencegahan (preventive maintenance)
Pemeliharaan yang dilaksakan pada interval yang ditentukan
sebelumnya atau yang sesuai untuk kriteria yang ditentukan dan
ditujukan
untuk
mengurangi
kemungkinan
degradasi performansi suatu bangunan.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
kegagalan
atau
BAB II – DASAR TEORI 8
b. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance)
Pemeliharaan yang dilakukan setelah suatu kegagalan terjadi dan
ditujukan untuk memperbaiki suatu item untuk suatu keadaan yang
item tersebut dapat melakukan fungsinya yang diperlukan
2. Pemeliharaan tidak terencana
Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk rencana yang tidak ditentukan
sebelumnya. Pemeliharaan dilakukan apabila diperlukan untuk
mencegah akibat yang lebih besar. Kegiatan perawatan selanjutnya
dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu :
1. Servicing
Servicing merupakan pelayanan keberhasilan yang dilakukan
secara teratur dengan interval waktu tertentu. Biasanya disebut
sebagai pemeliharaan harian.
2. Rectification
Rectification merupakan kegiatan yang sering terjadi pada awal
usia gedung yang diakibatkan oleh kesalahan disain, ketidak
sesuaian komponen, kerusakan pada saat instalasi, dan kesalahan
pemasangan.
3. Replacement
Replacement merupakan kegiatan penggantian bagian yang
berharga dari bangunan yang tidak dapat dihindari karena kondisi
layanan material yang menurun pada tingkat yang berbeda.
Menurut Sirmas Munthe, Denny W. Utama, Idayani Pane (2009) setiap
mesin / peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami
kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin dan peralatan.
Tetapi usia penggunaan mesin / peralatan tersebut dapat diperpanjang dengan
melakukan perbaikan secara berkala melalui aktivitas pemeliharaan (maintenance)
yang tepat. Bentuk-bentuk pemeliharaan itu sendiri dibedakan sebagaimana
berikut :
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 9
1. Preventive Maintenance, merupakan perawatan terhadap mesin yang
dilakukan secara benar agar mesin dapat dipertahankan dan berfungsi
sesuai yang diharapkan.
2. Predictive
Maintenance,
merupakan
perawatan
dengan
cara
menentukan kehandalan masing-masing komponen dan melakukan
penggantian sesuai dengan jadwal kehandalan komponen.
3. Total
Productive
Maintenance,
adalah
membangun
sistem
pemeliharaan yang menyeluruh untuk mendapatkan manfaat yang
paling efisien dengan mengikutsertakan semua orang yang berkaitan
dengan mesin/peralatan mulai dari manajer sampai kebawah dengan
dasar kegiatan kelompok kecil yang mandiri dengan sasaran total
efektifitas, total perawatan dan total partisipasi seluruh karyawan.
4. Perawatan Mandiri, merupakan kegiatan yang dirancang untuk
melibatkan operator dalam merawat mesinnya sendiri disamping
kegiatan yang dilaksanakan oleh departemen perawatan. Kegiatan
tersebut antara lain :
 Pengecekan harian
 Pembersihan
 Pelumasan
 Pengencangan mur / baut
 Reperasi sederhana
Pekerjaan perawatan menurut Permen PU No. 16/PRT/M/2010 meliputi
perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan,
dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan
bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi.
A. Rehabilitasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur
maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula,
sedang utilitas dapat berubah.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 10
B. Renovasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik
arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya.
C. Restorasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan
tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan
utilitas bangunannya dapat berubah.
2.6. Maintenance Planning
Proses membuat perencanaan pemeliharaan didasarkan pada kondisi dari
bangunan tersebut, apabila terdapat bangunan yang spesifik maka program
pemeliharaan disesuaikan dengan karakteristik dari bangunan itu sendiri.
Kelengkapan setiap komponen bangunan beserta fasilitasnya sudah seharusnya
dijaga dengan baik agar setiap saat sepanjang bangunan tersebut difungsikan
dapat bekerja sesuai dengan persyaratan operasionalnya. Periode pemeliharaan
dari setiap bagian bangunan berbeda satu dengan yang lain bergantung pada siklus
hidupnya.
Untuk memudahkan keperluan perencanaan, kegiatan pemeliharaan dapat
dilakukan dengan mengelompokan elemen-elemen bangunan sebelumnya :
1. Elemen-elemen yang didesain secara tepat masa layannya sesuai rencana
dari bangunan tanpa memerlukan perhatian dan pemeliharaan khusus.
2. Elemen-elemen yang kekuatan atau masa layannya dapat diperpanjang
dengan penggantian sebagian kecil elemen-elemennya pada jangka waktu
tertentu. Contoh: Elemen seperti genteng.
3. Elemen-elemen yang dipakai oleh manusia dan peralatan mesin. Contoh:
Elemen lantai, dimana usia layannnya tergantung pada kepadatan dan
jenis lalu lintas diatasnya.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 11
4. Elemen-elemen yang mudah kuno karena adanya teknologi baru atau
perubahan mode. Elemen seperti ini dimanfaatkan semaksimal mungkin
selama masih berfungsi dengan baik.
5. Elemen-elemen yang banyak bersentuhan langsung dengan cuaca yang
menyebabkan kerusakan atau perubahan bentuk dari semula. Dalam hal
ini kegiatan pemeliharaan dan pembersihan yang teratur sangat
diperlukan. Contoh: Pemeliharaan dengan pelapis pada genting dan
dinding luar.
6. Elemen-elemen yang memerlukan lapisan pelindung. Untuk elemen
pengguna lapisan pelindung memerlukan perhatian khusus. Walaupun
lapisan ini mungkin memiliki nilai eksentrik (sifat baik dari suatu benda
sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lannya), tetapi tujuan utama
dari pemeliharaan adalah untuk memperpanjang usia layan elemen yang
dipelihara tersebut. Pastinya kegiatan ini
memerlukan proporsi
pengeluaran yang sangat besar.
Jika hal ini dilakukan secara teliti maka akan memudahkan pengelola
bangunan dalam menyusun jadwal pemeliharaan dan perawatan secara periodik.
Keteraturan dalam menyusun jadwal pemeliharaan atau perawatan secara
preventive maintenance akan mencegah terjadinya kerusakan yang berdampak
pada pemborosan biaya operasional, dan diharapkan umur bangunan tersebut
dapat bertahan lebih lama.
2.7. Sistem Manajemen Pengoperasian, Pemeliharaan & Perawatan
Sistem pengelolaan pemeliharaan dapat diterapkan dalam empat tahapan:
a. Tahap inisiasi, yang meliputi dua kegiatan yaitu proses melakukan
identifikasi atas seluruh sistem bangunan dan peralatan/perlengkapan
bangunan gedung yang terpasang dengan menggunakan kodefikasi dan
penomoran. Proses selanjutnya adalah pengumpulan dan penyusunan
data-data, seperti gambar-gambar, standar prosedur pengoperasian dan
manual-manual pemeliharaan/perawatan lainnya.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 12
b. Tahap perencanaan dan penjadwalan, baik untuk pekerjaan yang
termasuk dalam ‘preventive maintenance’ maupun yang termasuk dalam
‘corrective maintenance’.
c. Tahap pelaksanaan pekerjaan, dengan memperhatikan rencana kerja yang
telah dibuat, kondisi yang ada, dan hal-hal yang tak terduga serta yang
terkait dengan perijinan.
d. Tahap penyelesaian pekerjaan, yang ditandai dengan persetujuan hasil
kerja dan kemudian disimpan dalam laporan (‘data base history record’).
Pendataan diperlukan untuk keperluan perhitungan, informasi tentang
kondisi komponen atau peralatan utilitas, yang biasanya disusun sebagai berikut:
a. Data Bangunan
Untuk lingkup pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal dibutuhkan data yang
lebih banyak dan lebih rinci, seperti:
- Jadwal penggunaan komponen mekanikal dan elektrikal di dalam
ruangan/gedung.
- Sistem peralatan dan perlengkapan bangunan serta utilitas gedung,
seperti: lift, pengkondisian udara, tata suara, pompa air, penginderaan
dini, pencegahan dan penanggulangan kebakaran, daya listrik
cadangan, dll.
- Spesifikasi perlengkapan dan peralatan bangunan yang meliputi
merek, tipe, kapasitas, dan tahun pembuatan.
- Riwayat dari setiap peralatan dan perlengkapan bangunan, termasuk
riwayat perbaikan.
- Jumlah dari seluruh peralatan dan perlengkapan bangunan yang
terpasang.
- Kondisi peralatan dan perlengkapan bangunan.
- Dan lain-lain.
b. Data material
Setelah data komponen mekanikal dan elektrikal selesai dibuat, maka
diperlukan pula data bahan dan suku cadang yang digunakan pada peralatan
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 13
dan perlengkapan bangunan, yang pada jadwal tertentu perlu diganti atau
diperbaiki karena adanya kerusakan, yang meliputi:
- Daftar material peralatan dan perlengkapan komponen mekanikal dan
eletrikal
- Spesifikasi komponen-komponen mekanikal dan eletrikal
- Usia pakai material dari setiap peralatan dan perlengkapan komponen
mekanikal dan eletrikal
- Dan lain-lain.
c. Data Prosedur dan Metode
Data yang diperlukan mencakup:
- Uraian pekerjaan, baik berupa pekerjaan inspeksi berkala atau servis
(pembersihan, penggantian, penambahan, atau perbaikan).
- Metode kerja, yang mengacu pada petunjuk manual yang dikeluarkan
oleh pabrik pembuat peralatan dan perlengkapan komponen
mekanikal dan eletrikal.
d. Data Sumber Daya Manusia
Data sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga terampil dan tenaga
ahli diperlukan untuk optimasi pekerjaan. Perhitungan kebutuhan tenaga
kerja pada umumnya disusun berdasarkan lingkup pekerjaan, sebagai
berikut:
- Jumlah tenaga kerja.
- Biaya tenaga kerja, yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan, asuransi,
pajak, bantuan kesehatan, seragam, dll.
e. Data Peralatan Bantu Kerja (‘Tools’)
Data biasanya disusun berdasarkan:
- Jenis alat kerja.
- Jumlah alat kerja.
- Biaya penyusutan alat kerja.
f. Data Waktu
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan/perawatan bangunan:
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 14
- Waktu pelaksanaan, yang ditentukan berdasarkan aktivitas bangunan,
umur pemakaian komponen mekanikal dan eletrikal, suku cadang, dan
‘fixtures’.
- Durasi waktu pekerjaan, yang ditentukan berdasarkan jumlah/ volume
dan tingkat kesulitan.
Dari data tersebut di atas akan dihasilkan program kerja yang meliputi:
- Penetapan prosedur pelaksanaan
- Penentuan jadwal pelaksanaan
- Penetapan anggaran biaya pelaksanaan (Jimmy S. Juwana, 2004).
2.8. Lingkup Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008 Tata cara dan
metode pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung meliputi:
a. Prosedur dan metode pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung;
b. Program kerja pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung;
c. Perlengkapan dan peralatan untuk pekerjaan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung; dan
d. Standar dan kinerja pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung.
Pekerjaan
pemeliharaan
meliputi
jenis
pembersihan,
perapihan,
pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan
bangunan
gedung, dan kegiatan sejenis
lainnya
berdasarkan pedoman
pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.
Agar kegiatan perawatan dapat terselenggara dengan lancar maka tinjauan
terhadap komponen bangunan yang akan dirawat dibagi berdasarkan lingkupnya.
Permen PU 24/PRT/M/2008 menjelaskan lingkup pemeliharaan bangunan secara
struktural, arsitektural, mekanikal, elektrikal, tata ruang luar, tata graha. Berikut
lingkup-lingkup pemeliharaan bangunan gedung diantaranya mekanikal dan
elektrikal:
2.8.1. Mekanikal
1. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara,
agar mutu udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 15
dan kesehatan yang disyaratkan meliputi pemeliharaan peralatan
utama dan saluran udara.
2. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi
air yang meliputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor,
sistem hidran, sprinkler dan septik tank serta unit pengolah limbah.
3. Memelihara
dan
melakukan
pemeriksaan
berkala
sistem
transportasi dalam gedung, baik berupa lif, eskalator, travelator,
tangga, dan peralatan transportasi vertikal lainnya.
2.8.1.1. Pengkondisian Udara (AC)
1) Pemeriksaan
a. Periksa apakah ada suara bising terdengar.
b. Periksa apakah saringan udara tertutup debu.
c. Periksa apakah temperaturnya tidak bisa mencapai derajat
yang diinginkan.
d. Periksa apakah terjadi pengembunan.
e. Periksa apakah ada kebocoran pada jalur shaft.
2) Pemeliharaan/Perbaikan
a. Ganti komponen bushing pada unit.
b. Bersihkan debu pada saringan udara secara berkala.
c. Tambah gas bila temperatur tidak dingin atau tekanan pada
alat manometer sudah rendah.
2.8.1.2. Saluran Jaringan Air Bersih
1) Pemeriksaan
a. Periksa apakah ada tangki atau pipa yang bocor atau pecah.
b. Periksa apakah tekanan air konstan dan cukup kuat.
c. Bila menggunakan pompa air, periksa apakah mesin tetap
hidup walaupun tidak ada penggunaan air.
d. Periksa pelampung tangki air, apakah berfungsi atau tidak.
2) Pemeliharaan/Perbaikan
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 16
a. Ganti pipa atau tangki yang bocor, perbaiki sambungan yang
bocor, atau ganti pipa utama dengan ukuran yang besar dari
pipa sekunder.
b. Bila mesin tetap hidup walaupun air tidak digunakan, maka
tabung air pada mesin diisi bila kosong, atau saringan pada
ujung pipa pemasukan paling bawah harus dibersihkan bila
tersumbat.
c. Atur posisi pompa agar dapat memenuhi kemampuan hisap
dan dorong dari mesin. Untuk itu dapat dibantu dengan mesin
pompa tambahan untuk mengangkat, atau menurunkan mesin
pompa agar mendeteksi sumber air.
d. Perbaiki atau ganti pelampung pada tangki air bila telah
macet (berkarat/aus).
2.8.1.3. Komponen Instalasi Saniter
1) Pemeriksaan
a. Periksa apakah ada bau yang masuk kedalam ruangan yang
tercium.
b. Periksa apakah ada pipa penyalur, pipa feksibel yang bocor.
c. Periksa apakah ada pipa yang tersumbat.
d. Periksa bak kontrol yang tersumbat.
2) Pemeliharaan/Perbaikan
a. Perbaiki atau ganti pipa-pipa bila tersumbat, pecah atau
bocor.
b. Perbaiki/ganti keran, pipa fleksibel yang bocor.
c. Bersihkan pipa-pipa yang tersumbat oleh kotoran.
d. Kuras bak kontrol bila tersumbatatau penuh dengan kotoran.
2.8.1.4. Saluran Jaringan Pipa Pembuangan
1) Pemeriksaan
a. Periksa apakah ada bau yang masuk kedalam ruangan yang
tercium.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 17
b. Periksa apakah ada pipa penyalur, pipa fleksibel yang bocor
atau pecah.
c. Periksa apakah ada pipa yang tersumbat.
d. Periksa apakah floor drain tersumbat.
e. Periksa apakah saringan penangkap atap atau tanah
tersumbat.
f. Periksa bak kontrol yang tersumbat.
2) Pemeliharaan/Perbaikan
a. Kuras atau ganti saluran leher angsa bila tersumbat atau
pecah dan bocor.
b. Perbaiki atau ganti pipa yang bocor.
c. Kuras dan bersihkan pipa-pipa, bak kontrol dan saringan
yang tersumbat.
d. Bila pada saluran terdapat endapan dari lemak dari limbah
dapur, maka dapat digunakan larutan asam hidroklorik. Cara
lain pembersihan dapat juga digunakan pompa dengan
meniupkan udara dan mendorong sumbatan.
e. Perbaiki sudut kemiringan pipa bila terlalu kecil.
f. Perbaiki hubungan antara pipa horizontal.
g. Cara penyambungan pipa:
a) Pipa dapat disambungkan dengan sambungan mekanis
untuk pipa galvanis. Panjang drat penghubung harus
cukup panjang, dan sebelum disambungkan harus terlebih
dahulu dibungkus dengan plester polymer agar tidak
terjadi kebocoran.
b) Pipa disambungkan dengan perekat adhesive untuk pipa
PVC. Ujung pipa bagian dalam pipa penyambung dan
bagian luar pipa yang disambung harus dibersihkan
dengan kertas pasir, lalu diberi lem adhesive. Pipa
disambungkan dengan memasukkan pipa penyambung
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 18
kedalam pipa yang disambung dengan menekan beberapa
saat agar pipa tersambung secara sempurna.
h. Bila air tidak dapat mengalir atau tergenang, maka lantai
harus dibongkar dan dipasang kembali dengan yang baru
dengan memperbaiki kemiringan lantai yang mengarah pada
lubang floor drain.
2.8.2. Elektrikal
1. Melakukan
pemeriksaan
periodik
dan
memelihara
pada
perlengkapan pembangkit daya listrik cadangan.
2. Melakukan
pemeriksaan
periodik
dan
memelihara
pada
perlengkapan penangkal petir.
3. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi
listrik, baik untuk pasokan daya listrik maupun untuk penerangan
ruangan.
4. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi
tata suara dan komunikasi (telepon) serta data.
5. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem
tanda bahaya dan alarm.
2.8.2.1. Komponen-Komponen Elektrikal
1) Pemeriksaan
a. Periksa apakah ada kabel yang terkelupas.
b. Periksa apakah ada komponen stop kontak atau saklar susah
dihidupkan.
c. Apakah sekring sering turun.
d. Apakah ada bau hangus pada komponen.
e. Apakah ada lampu yang berkedip-kedip.
2) Pemeliharaan dan Perbaikan
a. Ganti kabel yang terkelupas.
b. Bersihkan unit saklar atau stop kontak bila ada kotoran atau
menjadi sarang semut.
c. Ganti starter neon bila lampu berkedip-kedip.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 19
d. Ganti lampu neon bila ujung-ujung tabung mulai kelihatan
hitam.
e. Ganti lampu pijar bila berkedip-kedip.
f. Ganti sekring dengan sekring baru bila putus sesuai dengan
kapasitas yang terpasang.
g. Kurangi jumlah pemakaian peralatan listrik bila tombol
sekring kerap turun.
2.8.2.2. Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir
1) Pemeriksaan
a. Periksa
apakah
tahan
kabel
arde
masih
memenuhi
persyaratan.
b. Periksa apakah tidak ada kabel yang putus.
2) Pemeliharaan/Perbaikan
a. Bila hasil penelitian kabel arde tidak memenuhi persyaratan,
maka kedalam kabel harus ditambah.
b. Ganti kabel bila putus.
2.9. Persayaratan Komponen Mekanikal Elektrikal
2.9.1. Instalasi Air Bersih
Perhitungan perkiraan kebutuhan air dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran mengenai volume tangki penyimpanan air bersih yang perlu
disediakan dalam suatu bangunan dan kapasitas pompa yang
diperlukan. Menurut Jimmy S. Juwana (2005) kebutuhan air bersih
untuk kantor per hari adalah 90 liter/org/hr, sebagaimana tertera pada
tabel berikut:
Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih (Air Dingin) per Hari
Fungsi Bangunan
Unit
Kebutuhan (liter)
Apartemen
Orang
135-225
Bioskop
Kursi
15
Hotel
Orang
185-225
Kantor
Orang
45-90
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 20
Restoran
Kursi
70
Rumah sakit
Tempat
280-470
tidur
Sekolah
-tanpa asrama
Murid
45-90
-dengan asrama
Murid
135-225
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Jimmy S. Juwana, 2005
2.9.2. Peralatan Sanitair
Setiap hunian, harus dilengkapi sekurang-kurangnya dengan kloset
dan bak cuci tangan untuk karyawannya. Alat plambing yang dipasang
untuk hunian usaha, harus memenuhi persyaratan SNI 03-6481-2000
tentang sistem plambing. Sebagaimana tertera pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Jumlah Kebutuhan Peralatan Untuk Plambing
Sumber : SNI 03-6481-2000
2.9.3. Fire Protection
Rancangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran harus
mengikuti
persyaratan.
Menurut
Jimmy
S.
Juwana
(2005),
pemasangan detektor panas (heat detector) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Dipasang pada posisi 15 mm hingga 100 mm dibawah permukaan
langit-langit.
b. Pada satu kelompok sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40
buah.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 21
c. Untuk setiap luas lantai 46 m2 dengan tinggi langit-langit 3,00
meter.
d. Jarak antar detektor tidak lebih dari 7,00 meter untuk ruang aktif,
dan tidak lebih dari 10,00 meter untuk ruang sirkulasi.
e. Jarak detektor dengan dinding minimum 30 cm.
f. Pada ketinggian berbeda, dipasang satu buah detektor untuk 92 m2
luas lantai.
g. Di puncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang sebuah
detektor untuk setiap jarak memanjang 9,00 meter.
Sedangkan untuk pemasangan detektor asap (smoke detector) menurut
Jimmy S. Juwana (2005), harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Untuk setiap luas lantai 92 m2.
b. Jarak antar detektor maksimum 12,00 meter di dalam ruang aktif
dan 18,00 meter untuk ruang sirkulasi.
c. Jarak detektor dengan dinding maksimum 6,00 meter untuk ruang
aktif dan 12,00 meter untuk ruang sirkulasi.
d. Setiap kelompok sistem dibatasi maksimum 20 buah detektor untuk
melindungi ruang seluas 2.000 meter.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus ditempatkan sedemikian
rupa sehingga mudah dilihat dan dicapai serta tidak terhalang.
Menurut Jimmy S. Juwana (2005) penempatan APAR dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Penempatan APAR
Jenis bangunan
Industri
Umum
Berat minimum
2 kg
2 kg
Luas jangkauan
Jarak Maksimum
2
15 m
2
20 m
2
150 m
100 m
Perumahan
2 kg
250 m
25 m
Campuran
2 kg
100 m2
20 m
Parkir
2 kg
2
135 m
25 m
Bangunan tinggi
2 kg
100 m2
20 m
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Jimmy S. Juwana, 2005
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 22
Springkler disyaratkan untuk dipasang pada bangunan yang tingginya
lebih dari 25 meter. Di Indonesia, panduan pemasangan sistem
springkler untuk pencegahan bahaya kebakaran bangunan ditentukan
berdasarkan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI):
3.4.53.1987 yang disahkan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum nomor 378/KPTS/1987, sebagaimana tertera pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Klasifikasi Bangunan
Klasifikasi Bangunan
A. Tidak Bertingkat
B. Bertingkat Rendah
C. Bertingkat Rendah
D. Bertingkat Tinggi
E. Bertingkat Tinggi
Tinggi/Jumlah Lantai
Ketinggian sampai dengan
8 meter atau satu lantai
Ketinggian sampai dengan
8 meter atau dua lantai
Ketinggian sampai dengan
14 meter atau 4 lantai
Ketinggian sampai dengan
40 meter atau 8 lantai
Ketinggian lebih dari 40
meter atau di atas 8 lantai
Penggunaan Springkler
Tidak diharuskan
Tidak diharuskan
Tidak diharuskan
Diharuskan, mulai dari
lantai satu
Diharuskan, mulai dari
lantai satu
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Jimmy S. Juwana, 2005
2.9.4. Pompa
Hal –hal yang perlu dipertimbangkan dalam instalasi pompa antara
lain sebagai berikut:
a. Lokasi pompa sedekat mungkin dengan sumber yang akan dipompa
dengan pipa isap sependek mungkin.
b. Pompa ditempatkan pada tempat yang mana terdapat ruangan yang
cukup untuk mengoperasikan, pemeliharaan dan inspeksi.
c. Motor listrik penggerak pompa tidak diletakkan pada tempat yang
berdebu.
d. Pondasi harus kuat menahan beban pompa dan dapat menyerap
getaran serta memiliki permukaan yang stabil agar pompa tetap
dalam level yang tetap.
2.9.5. Genset
Pada saat terjadinya pemadaman listrik diperlukan daya listrik darurat
berupa tenaga Generator Set (Genset). Menurut Jimmy S. Juwana
(2005) kapasitas yang diperlukan adalah sebagai berikut:
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 23
 Kantor
: sekitar 40%-50% kebutuhan daya listrik
 Apartemen
: sekitar 20%-30% kebutuhan daya listrik
 Hotel/rumah sakit
: sekitar 40%-60% kebutuhan daya listrik
2.9.6. Tata Udara (AC)
Kenyamanan bagi orang di dalam ruangan umumnya sekitar 10o C di
bawah suhu rata-rata tubuh manusia (sekitar 26o C). Namun tentunya
persyaratan suhu dan kelembaban udara dalam ruangan kadangkadang ditentukan pula oleh persyaratan yang dibutuhkan oleh
peralatan/perlengkapan bangunan yang ada di dalamnya (khusunya
peralatan/perlengkapan elektronik). Zona kenyamanan untuk tiap
daerah juga berbeda, sehingga persyaratan tata udara perlu dirancang
sesuai dengan kondisi setempat.
Biasanya satuan daya AC yang dikenal di pasaran adalah PK. 1/2 PK
= 5.000 Btu/hr, 3/4 PK = 7.000 Btu/hr, 1 PK = 9.000 Btu/hr, 1,5 PK =
12.000 Btu/hr, 2 PK = 18.000 Btu/hr dan 2,5 PK = dengan 24.000
Btu/hr.
Menurut Jimmy S. Juwana (2005) untuk perhitungan beban pendingin
secara rinci, perlu diketahui ukuran ruangan (panjang, lebar, dan
tinggi), suhu (t0) dan kelembaban (RH0) di luar ruangan, suhu (t1) dan
kelembaban di dalam ruangan, kulit bangunan, tinggi jendela dan
langit-langi, serta tingkat penghunian bangunan (okupansi). Namun
secara sederhana untuk menghitung besarnya kapasitas pendinginan
AC (dalam satuan Btu/hr atau PK) yang dibutuhkan untuk
mengkondisikan suatu ruangan adalah sebagai berikut:
 Langkah pertama adalah menghitung luasan ruang yang akan
dipasangi AC.
 Selanjutnya kalikan dengan standar panas dalam ruangan seluas 1
meter2 , dengan asumsi 1 m2 = 250 Btu/hr.
Misal, ruangan berukuran 3 × 4 meter dengan tinggi 3 meter. Untuk
menghitung AC yang dibutuhkan: luas ruangan (3 × 4 x 3) x 250
Btu/hr = 9.000 Btu/hr.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 24
2.10. Biaya Pemeliharaan
Layaknya sebuah bangunan fasilitas pada umumnya yang digunakan oleh
berbagai pihak untuk melaksanakan berbagai aktifitasnya, bangunan kantor juga
diperlukan pemeliharaan terhadap semua fasilitasnya. Tujuan utama diadakannya
pemeliharaan / perawatan tidak lain adalah agar semua pengguna bangunan
tersebut merasa nyaman dan aman selama menjalankan aktifitasnya.
Menurut Yatna Supriyatna (2008) keterbatasan dana yang tersedia
menyebabkan para pemilik bangunan/gedung cenderung untuk mengabaikan
untuk mengikutsertakan ahli pemeliharaan bangunan dimulai sejak awal
perencanaan pembangunannya. Akibatnya, pada saat gedung yang bersangkutan
mengalami masalah dalam hal pemeliharaan, maka baru pemilik gedung itu
berupaya mencari cara untuk menyelenggarakan pemeliharaannya.
Untuk menjalankan kegiatan pemeliharaan diperlukan biaya yang disebut
maintenance cost. Maintenance Cost merupakan biaya perawatan total yang
dikeluarkan oleh suatu bangunan, yaitu terdiri dari biaya perawatan selama umur
bangunan tersebut dan biaya perawatan rutin. Menurut Reginald Lee (1986).
Berikut rumus maintenance cost yang akan digunakan pada perhitungan biaya
pemeliharaan ini:
Maintenance cost = PV + CM+ RC
Dimana:
PV (Preventive maintenance) = biaya pemeliharaan rutin setiap tahun
CM (Corrective maintenance) = biaya perbaikan kecil setiap tahun
RC (Renewal cycle)
= biaya pembaharuan komponen setiap tahun
Berikut struktur Biaya Pemeliharaan:
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 25
Biaya Pemeliharaan
Preventive maintenance
Alat
Bahan
Corrective mainteance
Tenaga
kerja
Alat
Bahan
Renewal cycle
Tenaga
kerja
Usia
komponen
Daur
pembaharuan
Gambar 2.1: Struktur Biaya Pemeliharaan
Sumber: Olah Data Peneliti, 2013
Untuk biaya pelaksanaan perawatan bangunan gedung yang terdiri dari
biaya kegiatan pemeliharaan, perbaikan kecil, dan pembaharuan komponen
dibebankan pada anggaran rutin. Besarnya biaya-biaya untuk pekerjaan tersebut
dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar.
Menurut Dinas Pekerjaan Umum khusus bangunan negara, biaya
pemeliharaan yang dikeluarkan adalah: Biaya pemeliharaan per m2 bangunan
gedung setiap tahun 2% dari harga satuan per m2 tertinggi yang berlaku.
Besarnya biaya perawatan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang
ditentukan sebagai berikut :
1. Kerusakan ringan
 Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen nonstruktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan
dinding pengisi.
 Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum
adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang
sama.
2. Kerusakan sedang
 Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen nonstruktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai,
dan lain-lain.
 Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum
adalah sebesar 45% dari harga
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
satuan tertinggi pembangunan
BAB II – DASAR TEORI 26
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang
sama.
3. Kerusakan berat
 Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen
bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah
diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
 Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi
pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas
dan lokasi yang sama.
4. Perawatan Khusus
Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam usaha
meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau restorasi
(misal yang berkaitan dengan perawatan bangunan gedung bersejarah),
besarnya biaya perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata dan
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Instansi Teknis setempat.
Menurut Direktorat Jendral Cipta Karya (2007)
terdapat 3 (tiga) jenis
klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat kompleksitas yang dapat
dibedakan menurut fungsi dan kegunaan. Berikut adalah ketiga klasifikasi
bangunan gedung tersebut.
Tabel 2.5 Klasifikasi bangunan gedung menurut Departemen Pekerjaan Umum
1. BANGUNAN SEDERHANA
 Gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau gedung sd. 2
lantai dengan luas sd. 500 m2
 Bangunan rumah dinas tipe C, D, E yang tidak bertingkat
 Puskesmas
 Gedung pendidikan tingkat dasar tingkat lanjutan sd. 2 lantai
2. BANGUNAN TIDAK SEDERHANA
 Gedung kantor yang belum ada disain propertinya, atau gedung kantor
dengan luas di atas dari 500 m2 atau gedung kantor bertingkat di atas 2
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 27
lantai
 Bangunan rumah tipe A dan B atau rumah dinas tipe C, D dan E yang
bertingkat
 Gedung rumah sakit kelas A, B, C dan D
 Gedung pendidikan tinggi universitas/akademi atau gedung pendidikan
dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai
3. BANGUNAN KHUSUS
 Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden
 Wisma negara
 Gedung instalasi nuklir
 Gedung laboratorium
 Gedung terminal udara/laut/darat
 Stasiun kereta api
 Stadion olah raga
 Rumah tahanan
 Gudang benda berbahaya
 Gedung bersifat monumental
 Gedung pertahanan
 Gedung kantor perwakilan negara RI di luar negeri
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, 2007
2.11. Daur Pembaharuan Komponen Bangunan
Umur bangunan adalah jangka waktu bangunan dapat tetap memenuhi
fungsi dan keandalan bangunan, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Untuk bangunan gedung negara (termasuk bangunan rumah negara) umur
bangunan diperhitungkan 50 tahun dan terdapat pembaharuan-pembaharuan besar.
Selain pembaharuan-pembaharuan besar terdapat banyak pembaharuanpembaharuan kecil yang tidak pasti waktunya dan cenderung konstan dari tahun
ke tahun. Berikut contoh daur pembaharuan komponen bangunan pada tabel 2.6.
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
BAB II – DASAR TEORI 28
Tabel 2.6 Daur Pembaharuan Komponen Bangunan
Bobot terhadap
NO
Komponen Sistem Bangunan
Biaya Investasi
Usia Bangunan (tahun)
5
10
15
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Fondasi
Struktur
Lantai
Konstruksi Atap
Penutup Atap
Tangga
Pengecatan Dinding Luar
Jendela
Pintu bagian luar
Pintu bagian dalam
Dinding pemisah/partisi
Perlengkapan dari metal
Finishing dinding
Finishing lantai
Finishing langit-langit
Dekorasi eksterior
Dekorasi interior
Peralatan sanitasi
Instalasi pemipaan
Boiler/Pemanas air
Instalasi air panas
Instalasi listrik
Peralatan listrik
Drainage
Pekerjaan ruang luar
7
8
8
4
2
1
1
6
1
2
4
1
4
6
4
0.5
1.5
2
4
1
7
5
2
3
5
25
30
35
40
45
50
55
Prosentase penggantian (%)
100
100
100
50
50
50
10
10
10
10
10
10
10
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : Reginald Lee, Building Maintenance Building
TUGAS AKHIR DIV TEKNIK SIPIL
20
50
50
100
100
100
100
100
100
100
25
100
25
60
Download