PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit. Guna mencapai target produksi batubara sampai dengan 15 juta ton per tahun, maka di area pelabuhan khusus telah dibangun fasilitas pemuatan batubara ke tongkang dengan sistem ban berjalan (Barge Loading Conveyor System). Fasilitas yang terbentang dari pantai sampai dengan 873 meter dari tepi pantai menjorok ke laut (Samudera Hindia) ini memiliki barge loader yang memungkinkan untuk melakukan pemuatan batubara ke tongkang maksimum 8.000 DWT dengan kecepatan 4.500 ton per jam. 1.2 Manfaat dan Tujuan Adapun tujuan dan manfaat dari kerja praktek di PT. Sriwijaya Bara Logistic adalah: 1. Memenuhi syarat mata kuliah wajib pada jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Mengimplementasikan ilmu yang telah didapat selama proses perkuliahan ke dalam dunia kerja. 3. Mengetahui factor penyebab kerusakan pada Conveyor. 1 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 16 November s/d 2 Desember 2020 dan bertempat di PT.Sriwijaya Bara Logistic Desa Pulai gading, Kec. Bayung lencir, Kab. Musi Banyuasin, provinsi Sumatera Selatan. Dalam pelaksanaan kerja praktek di PT. Sriwijaya Bara Logistic ini, penulis ditempatkan pada bagian workshop dengan pengawas dan pembimbing dari perusahaan . 2 BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Sriwijaya Bara Logistic PT. Sriwijaya Bara Logistic mulai beroperasi 22 juli 2012,merupakan salah satu anak Perusahaan Atlas Resource yg bergerak di bidang jasa pelabuhan melayani pegolahan,penumpukan landing batu bara ke atas tongkang juga melayani unloading bahan atau peralatan yg di gunakan dalam proses penambangan seperti alat berat,batu,gravel untuk pengerasan jalan dan material lainnya. PT. Sriwijaya Bara Logistic memiliki luas area 113, secara geografis berada pada koordinat 2o 7 menit 2,7 detik Lintang Selatan dan 103o 55 menit 49,3 detik Bujur Timur, pelabuhan terminal khusus ini berada di luar pelabuhan umum Tanjung Api-api sedangkan alur yg di lalui bverada pada alur dalam wilayah pelabuhan umum Tanjung Apiapi, sampaian wilayah 5 jam perjalanan dari Palembang dengan jarak 225 km ,ada 3 fasilitas loading2 mpl dan 1 blc, dengan kemampuan fasilitas loading 6 jt ton/tahun. 3 2.2 Visi PT. SRIWIJAYA BARA LOGISTIC Visi PT.Sriwijaya Bara Logistic Menjadi Perusahaan Logistic Kelas Dunia. 2.3 Misi PT. SRIWIJAYA BARA LOGISTIC Misi PT.Sriwijaya Bara Logistic adalah: 1. Misi Kami menjadi perusahaan logistic yang tepat guna, tepat waktu dan tepat lokasi. 2. Melayani dengan baik dalam memnuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan hasil yang baik serta layanan tepat mutu, waktu dan harga. 3. Memberi nilai tambah bagi pelanggan dan konsumen dengan harga yang kompetitif serta pelayanan yang lebih cepat dan lebih aman . 2.4 Lokasi PT. SRIWIJAYA BARA LOGISTIC PT. Sriwijaya Bara Logistic terletatak di Desa Pulai gading Kecamatan Bayung lencir kabupaten Musi banyuasin Provinsi Sumatera Selatan secara geografis berada pada koordinat 2o 7 menit 2,7 detik Lintang Selatan dan 103o 55 menit 49,3 detik Bujur Timur, Pelabuhan terminal khusus ini berada di luar Pelabuhan umum TAA sedangkan alur yg di lalui bverada pada alur dalam wilayah Pelabuhan umum TAA, sampaian wilayah 5 jam perjalanan dari Palembang dengan jarak 225 km. 4 Gambar 2.1 wilayah PT. Sriwijaya Bara Logistic Gambar 2. 2 Lokasi PT Sriwijaya Bara logistic 2.5 Struktur Organisasi Gambar 2. 3 Struktur Organisasi PT. Sriwijaya Bara Logistic PT Sriwijaya Bara Logistic memiliki perangkat kerja yang disusun dalam satu susunan organisasi line and staff dimana pimpinan tertinggi dipimpin oleh Manajer Sektor yang membawahi admin manager, port engineer, port operation, plant manager 5 2.6 Sistem Kepegawaian Sistem kerja yang digunakan oleh PT Sriwijaya Bara Logistic adalah sistem kerja shif dan non shif. a. Pekerja NonShift Untuk pekerja non shift berlaku bagi staff dengan waktu jam kerja selama lima hari, yaitu dimulai dari hari senin hingga hari jum'at dengan rincian : Hari Senin-Jum’at : 07.30-16.00 WIB Istirahat : 12.00-13.00 WIB ( SeninKamis ) 11.00-13.00 WIB ( Jum’at ) b. Pekerja Shift Pembagian walau kerja terbagi menjadi 2 shift waktu yaitu shift pagi pukul 07.00 s/d 17.00 WIB, shift malam 17.00 s/d 07.00 WIB. 6 BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Belt Conveyor Belt conveyor dapat digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit load) maupun muatan curah (bulk load) sepanjang garis lurus atau sudut inkliinasi terbatas. Belt conveyor secara intensif digunakan di setiap cabang industri. Pada pelabuhan batu bara digunakan untuk membawa dan mendistribusikan batu bara ke tongkang. Dipilihnya belt conveyor sistem sebagai sarana transportasi batu bara adalah karena tuntutan untuk meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya produksi dan juga kebutuhan optimasi dalam rangka mempertinggi efisiensi kerja. Keuntungan penggunaan belt conveyor adalah : 1. Menurunkan biaya produksi saat memindahkan batu bara 2. Memberikan pemindahan yang terus menerus dalam jumlah yang tetap 3. Menurunkan tingkat kecelakaan saat pekerja memindahkan batu bara 4. Mempercepat pekerjaan Belt conveyor mempunyai kapasitas yang besar (500 sampai 5000 m3/ jam atau lebih), kemampuan untuk memindahkan bahan dalam jarak (500 sampai 1000 meter atau lebih). Pemeliharaan dan operasi yang mudah telah menjadikan belt conveyor secara luas digunakan sebagai mesin pemindah bahan. Berdasarkan perencanaan, belt conveyor dapat dibedakan sebagai 1. Stationary conveyor 2. Portable (mobile) conveyor 7 Berdasarkan lintasan gerak belt conveyor diklassifikasikan sebagai : 1. Horizontal 2. Inklinasi dan 3. Kombinasi horizontal-inklinasi Gambar 3.1 Lintasan belt Pada umumnya belt conveyor terdiri dari : kerangka (frame), dua buah pulley yaitu pulley penggerak (driving pulley) pada head end dan pulley pembalik ( take-up pulley) pada tail end, sabuk lingkar (endless belt), Idler roller atas dan Idler roller bawah, unit penggerak, cawan pengisi (feed hopper) 8 yang dipasang di atas conveyor, saluran buang (discharge spout), dan pembersih belt (belt cleaner) yang biasanya dipasang dekat head pulley. Keterangan : 1. Frame 6. Lower pulley 2. Drive pulley 7. Drive unit 3. Take up pulley 8. Feed hopper 4. Endless belt 9. Discharge 5. Upper pulley 10. Cleaner Gambar 3.2 Konstruksi belt conveyor 3.2 Komponen utama Belt Conveyor Adapun komponen-komponen utama dari belt conveyor dapat dilihat pada gambar berikut : 9 Gambar 3.3 Komponen belt conveyor 1. Belt Belt merupakan pembawa material dari satu titik ke titik lain dan meneruskan gaya putar. Belt ini diletakkan di atas roller sehingga dapat bergerak dengan teratur.Belt dapat dibuat dari : 1. Textile terdiri dari : camel hair, cotton (woven atau sewed), duck cotton, dan rubberized textile belt 2. strip baja, dan atau 3. kawat baja (woven-mesh steel wire). 2. Head pulley Head pulley pada belt conveyor dapat juga dikatakan sebagai pulley penggerak dari sistem BC. Pada head pulley dipasang sistem penggerak untuk menggerakkan belt conveyor. Head pulley juga dapat dikatakan sebagai titik dimana material akan dicurahkan untuk dikirim ke BC selanjutnya. 10 Gambar 3.4 Head Pulley 3. Tail pulley Merupakan pulley yang terletak pada daerah belakang dari sistem conveyor. Dimana pulley ini merupakan tempat jatuhnya material untuk dibawa ke bagian depan dari conveyor. Konstruksinya sama dengan head pulley, namun tidak dilengkapi penggerak. 4. Carrying roller Merupakan roller pembawa karena terletak dibawah belt yang membawa muatan. Berfungsi sebagai penumpu belt dan sebagai landasan luncur yang dipasang dengan jarak tertentu agar belt tidak meluncur ke bawah. Menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi : 1. Pendukung atasdinamakan Cariier Roller,biasany dari 3 buah roller 2. Pendukung bawah dinamakan return Roer, terdiri dari 1 buah roller Gambar 3.5 carrying roller 11 5. Return roller Merupakan roller balik atau roller penunjang belt pada daerah yang tidak bermuatan yang dipasang pada bagian bawah fram. Gambar 3.6 Return roller 6. Drive (penggerak) Berfungsi untuk menggerakkan pulley pada BC. Sistem penggerak ini biasanya terdiri dari motor listik , transmisi, dan rem. 7. Take-up pulley Perangkat yang mengencangkan belt yang kendur dan memberikan tegangan pada belt pada start awal. 8. Snub pulley Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tegangan belt pada drive pulley. 9. Chute/ hopper Merupakan corong yang terletak diujung depan dan belakang conveyor belt untuk memuat dan mencurahkan material. 10. Skirt rubber 12 Berfungsi sebagai penyekat agar material tidak tertumpah keluar dari ban berjalan pada saat muat. N= Gambar 3.7 Skirt Rubber 11. Chip cleaner Berfungsi sebagai pembersih material yang terbawa oleh belt conveyor setelah dicurahkan. Gambar 3.8 chip cleaner 3.3 Sistem Kerja Belt Conveyor Bahan dihisap oleh unloader dari kapal dan bahan akan jatuh ke belt conveyor, kemudian belt conveyor akan mengirim bahan ke stasiun penampungan. Belt diletakkan diatas pulley yang digerakkan oleh motor penggerak. Pulley bergerak akibat adanya putaran yang ditransmisikan oleh motor penggerak. 13 . Gambar 3.9 Sistem kerja belt conveyor Belt conveyor mentransport material yang ada di atas belt, dimana umpan atau inlet pada sisi tail dengan menggunakan chute dan setelah sampai di head material ditumpahkan akibat belt berbalik arah. 14 BAB 4 PENYEBAB KERUSAKAN CONVEYOR 4.1 MATERIAL CONVEYOR 4.1.1 Kualitas Conveyor bisa kita lihat dari spesifikasi belt conveyor itu sendiri. Di PT. Sriwijaya Bara Logistic menggunakan belt conveyor tipe multiply conveyor belt dengan carsass polyester fabric dengan rubber grade M, dengan tensile strength keseluruhan 1000 kg/cm². Belt conveyor ini mengacu pada standart jerman (DIN), BS, AS 4.1.2 Life Time Life time dari conveyor sangat bergantung dari frekuensi pemakaian, pola operasi, pola perawatan, permasalah dan faktor lingkungan lainnya. Untuk mengetahui layak tidaknya conveyor untuk beroperasi maka dapat kita lukukan pengecekan/inspeksi secara visual sebelum belt conveyor digunakan. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan cara mengukur ketebalan belt conveyor. Gambar 4.1. Mengukur ketebalan belt conveyor 4.2 MACHINE/MESIN 4.2.1 Belt Conveyor Jogging -Jogging adalah posisi belt conveyor tidak senter pada lintasannya baik 15 posisi belt lari ke kiri ataupun ke kanan yang berlebihan Berdasarkan pengamatan lapangan belt conveyor jogging ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut : Roller Macet Roller adalah bagian yang berputar sebagai tumpuan atau lintasan ketika belt conveyor sedang beroperasi. Dari hasil pengamatan di lapangan, rollermacet hanya membuat kondisi dari bagian top cover dan bottom cover dari belt conveyor lebih dari biasanya. Ini adalah berdasarkan hasil pengamatan, dan untuk kejadian roller macet ini selalu ditangani dengan cepat yaitu dengan melakukan penggantian ketika ada idler macet. -Steering idler macet,Steering idler merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusan belt agar tidak bergerak ke kanan dan ke kiri hanya untuk bagian yang berbeban saja. Dalam proses pengamatan dilpangan jogging pada pada bagian yang berbeban tidak akan mengakibatkan kerusakan pada belt conveyor. Karena dibagian sisi kanan dan kiri untuk bagian yang berbeban atau bagian atas pada Conveyor System memiliki betl sway yaitu pengaman ketika belt jogging sudah melewati batas. Ketika belt conveyor jogging menyentuh belt sway maka Conveyor sistem akan berhenti/off -Steering return idler macet Fungsi steering return idler ialah sama persis dengan steering idler perbedaan adalah untuk penempatannya saja, untuk steering return idler barada di bawah atau arah balikan atau juga pada bagian yang tidak berbeban pada belt conveyor.Macetnya steering return ini bisa disebabkan oleh kondisi bearing yang sudah aus (karat) atau dari lingkungan seperti yang terlihat di lapangan steering return yang tertimbun olehbatubara. Jika steering return ini macet maka secara otomatis belt conveyor tidak bisa diarahkan, jika terus dibiarkan akan membuat belt jogging dan kalau terus dibiarkan lagi bisa terjadi kontak antara frame idler dengan belt conveyor 16 Gambar 4.2 Kondisi Steeringn Return Tertimbun batubara Gambar 4.3 Kontak antara Belt Conveyor dengan Frame Dalam waktu tertentu jika tidak segera dilakuka perbaikan pada return stering yang macet akan mebuat frame menjadi tajam, karena kondisi frame yang sudah tajam akan mepermudah untuk menyobek bagian samping belt conveyor. Gambar 4.4. Frame Yang Sudah Tajam Terjadinya kontak antara Belt Conveyor dengan Frame adalah awal mula dari permasalahan, seperti sambungan terkelupas, bagian serat conveyor terbuka yang dapat menyebabkan air bisa masuk ke serat-serat (ply) sehinggan belt akan hancur. 17 4.2.2 Sambungan Terkelupas Belt conveyor yang terpasang pada sepanjang 268 meter, sedangkan panjang belt conveyor maksimal 200 meter dalam 1 roll [2]. Maka kita harus melakukan proses penyambungan. Sambungan akan terbuka atau terkelupas akibat terjadi singgungan atau gesekan dengan frame retur idler jadi sambungan seperti dikupas oleh frame sehingga terbuka. 4.2.3 Muatan Conveyor Pada Blc System kapasitas angkut dari belt conveyor adalah 600 T/h. Sedangkan muatan maksimum pada saat operasional adalah 400 –500 T/jam . Sehingga masih dikatakan aman.kelebihan muatan akan menyebabkan kerusakan terhadap Conveyor. 4.2.4 Salah Desain (steering return idler) pada area return belt atau balikan belt tidak menunjukkan perubahan meskipun telah dipasang steering return tersebut. Setalah diteliti lebih lanjut didapati bahwa steering return terlalu tinggi, jadi belt conveyor hanya pinggirnya saja yang menyentuh dengan roller Gambar 4.5 Kondisi Belt Conveyor tidak sepenuhnya menyentuh dengan roller 4.3 LINGKUNGAN 4.3.1 Faktor Cuaca BLC SIstem ini berada di luar ruangan berbeda Conveyor lainnya, karena 18 dia harus mengumpan batubara yang ditimbun di caol yard. Jadi setiap hari BLC System ini terpapar sinar matahari dan terkena air hujan. Kondisi ini dapat membuat rubber pada belt conveyor getas, namun untuk faktor cuaca ini masih dikatakan aman karena ketika belt dilakukan penggantian sesuai life limit tidak pernah ada permasalah belt sudah getas. 4.3.2 Adanya Material Asing Dalam proses bongkar muat batubara dari tongkang yang menuju bunker maupun stock area (coal yard) itu semuanya tidak sepenuhnya adalah batubara murni. Biasamya terdapat beberapa benda asing meskipun hanya sebagia kecil, contohnya seperti batu, besi, dan lain-lain. 4.4 MANUSIA Operator mempunyai standar operasional dalam pengopersian BlC System yang baik dan benar agar life time dari peralatan dapat terjaga termasuk life time dari belt conveyor BlC Systemdan teknisi mempunyai jadwal preventive maintenance yang dilakukan tiap 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu 4 minggu dan seterusnya yang bertujuan untuk menjaga life time dari peralatan termasuk life time dari belt conveyor itu sendiri. Akan tetapi pasti masih ada kekurangan karena faktor kurang teliti dan kurangnya pengetahuan yang lebih tentang peralatan khususnya belt conveyor khusnya tentang sistem control pada conveyor. 19 BAB 5 KESIMPULAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan data-data referensi, maka dapat dibuat kesimpulan,, 1. Bahwa ada 4 Faktor penyebab kerusakan Conveyor Sistem diantara lain: A. Material (standart atau tidaknya kondisi material). B. Machine (tidak berfungsinya atau adanya kesalahan desain pada bagian peralatan utama). C. Lingkungan (keadaan lingkungan disekitar area kerja Conveyor). D. Human (kesalahan pengoperasian dan kebersihan peralatan). 2. Penyebab utama dari kerusakan Conveyor adalah jogging atau Karena alat di gunakan secara terus menerus. 20 [1] [2] [3] [4] DAFTAR PUSTAKA Subagyo, Fajar Awit. Materi training pemeliharaan mekanik coal handling system level 3 Ismail, Akhmad. 2017. Analisa Penyebab Utama Kerusakan Pada Wire Rope Ship Unloader di PT Indonesia Power Unit Jasa Pembangkitan Jawa Barat 2 Pelabuhanratu. Sukabumi. Politeknik Sukabumi. Erisukandi. 2011. Fishbone Diagram Dan Langkah-langkah Pembuatannya. Subagyo, Fajar Awit. Materi training pemeliharaan mekanik coal handling system level 3 21