Laporan Sementara Praktikum Hama Penyakit Penting Tanaman Materi Hama Penting Tanaman Hortikultura Shofihatul Maula / 19025010016/ Agroteknologi A 2019/ A2/ Semester 3 Tanaman Hortikultura No Stadia Hama 1. Imago Klasifikasi Filum Arthopodaii Kelas Insecta Ordo Orthoptera Famili Acrididae Genus Locusta Spesies Bioekologi : Tanaman Pengendalian inang : - Penegndalian Kangkung hayati cendawan : Nama Umum : Belalang Kembara (Metarhzium anisoplae spp) : Biologi hama : Belalang Kembara memiliki tiga dan (Beauvaria Bassiana : fase. Fase pertama soliter, - Insektisida bukan hama : karena merusak, populasinya sedikit, maka cenderung : memiliki (Locusta individual. Migratori) fase perilaku Fase kedua transisi, penambahan belalang terjadi populasi membentuk kelompok-kelompok kecil. Fase ketiga fase gregarious kelompok membentuk besar yang merusak. Ekologi hama : suka pada musim kemarau, tingkat serangan dan populasi berbahan aktif fenithron, fenobukarb, isoprokarb. meninhkat, saat disbanding musim hujan. Temperature diantara 15 ºC sampai 35ºC akan meningkatkan energi, sehingga serangga hama tersebut mampu meningkatkan kemampuan mobilitas, rata-rata kecepatan makannya, kemampuan bereproduksi, dan mengurangi tingkat mortalitasnya (Pribadi, 2010). 2. Imago Filum Arthopodaii Kelas Insecta Ordo Hemiptera Famili : Tanaman Inang : Tin - Menggunakan Nama Umum : Kutu Putih : Biologi Hama : Betina imidakloprid, : metamorphosis asetamipirid, paurometabola atau e instar satu hingga tiga, Spesies klorpirifos. : bertingkat, terdiri stadium - Penegndalian telur, Psedococcus berbahan aktif mengalami Pseudococida Genus insektisida : imago. nimfa memiliki Individu jantan mengalami hayati lacewing hijau, lalat terbang, dan kumbang kepik. : metamorphosis (Psedococcus holometabola atau sp.) sempurna, dari stadium telur, nimfa dengan instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat berupa pupa, kemudian stadium imago yang memiliki sepasang sayap (Nur, 2012) Ekologi Hama : Populasi terbanyak ditemukan paling banyak ditemukan pada musim hujan. Gejala serangan kutu putih pepaya ini berupa adanya kumpulan koloni bergerombol yang yang jumlahnya dapat ratusan per koloni. Kutu putih menyerang inang tumbuhan dengan cara menusuk dan mengisap. Tumbuhan inang yang diserang menunjukkan gejala pucuk atau daundaun muda berkeriput dan akhirnya menjadi kerdil. Kutu putih menghasilkan embun madu yang dapat ditumbuhi cendawan jelaga yang menimbulkan warna hitam pada tumbuhan inang (Rosdah, 2014). 3. Imago Filum Arthopodaii Kelas Arachnida . Ordo Acarina Famili Tetrachidae Genus Tetracychus Spesies : Tanaman Inang : Krisan Nama Umum : Tungau : Merah - Melakukan tanaman serempak Biologi Hama : Tubuh - Pemantauan : tungau berwarna merah dengan tungkai secara rutin putih. apabila populasi : Panjang tubuhnya sekitar tinggi dilakukan 0,5 mm. Perkembangan : dari telur hingga menjadi tungau penyemprotan dengan akarisida dewasa - Insektisida : berlangsung selama lebih dengan (Tetracychus kurang 15 hari. Telur aktif bimaculatus) diletakkan di permukaan propagit. bawah daun kacang tanah. Warna telur kuning pucat dan berbentuk bulat dengan ukuran 0,15 mm. Tungau menghisap daun cairan daun, hingga merusak tanaman. Ekologi Hama : Populasi banyakketika musim kemarau, kondisi lembab dan tanaman inang kurang penyiraman(Jusuf 2016) M. bahan dikofol, Daftar Pustaka Jusuf Manueke. 2016. Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Hias di Desa Kakaskasen Kota Tomohon (Jenis-Jenis Hama pada Tanaman Krisan di desa Kakakskasen Kota Tomohon). Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Vol 3 No 1. Nur Pramayudi, Hartanti Oktarina. 2012. Biologi Hama Kutu PuTIH Pepaya (Paracoccus margintus) pada Tanaman Pepaya. Jurnal Floratek 7 : 32-44. Pribadi, Avry dan Illa Anggraeni. (2010). Pengaruh Temperatur dan Kelembaban terhadap Tingkat Kerusakan Daun Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba) oleh (rthrochista hilaralis). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 8(1): 1-7 Rosdah Thalib. 2014. Populasi dan Serangan Kutu Putih Pepaya (Paracoccus magniatus) pada Tanaman Pepaya di daerah Dataran Rendah Sumatera Selatan. J. HPT Tropika Vol 14 No 2 : 138-141.