Uploaded by User76857

2020 TW3 Makro Ekonomi DIY

advertisement
Gambaran Makro Ekonomi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta TW3 2020
PDRB
Perekonomian
Daerah
Istimewa
Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Atas Dasar Harga Konstan 2010 (ADHK
2010)
pada
TW2
2020
mencapai
Rp23.731 triliun. Kinerja perekonomian
DIY triwulan ini tercatat mengalami
penurunan sebesar 6,65% (q-o-q) dari
TW1 2020. Secara tahunan, ekonomi
DIY terkontraksi sebesar 6,74% (y-o-y).
Nilai PDRB tertinggi dicapai oleh sektor
Informasi dan Komunikasi sebesar Rp3.440
Deskripsi
TW2 20
TW3 20
triliun yang memberikan kontribusi sebesar
PDRB (Rp triliun)
23.731
25.927
12,62% terhadap total PDRB. Sedangkan
Pertumbuhan (q-o-q)
-6,65%
9,25%
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor
Pertumbuhan (y-o-y)
-6,74%
-2,83%
Informasi dan Komunikasi sebesar 20,7% (yo-y).
Sektor
Nilai Tertinggi
Nilai (Rp triliun)
Pandemi COVID-19 sejak Maret 2020 sangat
berpengaruh terhadap perilaku sosial dan
ekonomi di Yogyakarta. Salah satu contohnya
Pertumbuhan Tertinggi
Pertumbuhan (y-o-y)
TW2 20
TW3 20
Informasi dan
Informasi dan
Komunikasi
Komunikasi
3.440
3.535
Informasi &
Informasi &
Komunikasi
Komunikasi
20,74%
20,74%
adalah penerapan kebijakan Tanggap Darurat COVID-19 yang mendorong karyawan untuk
bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dan anak sekolah yang harus melakukan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dilakukan secara daring atau online. Namun demikian, kondisi
ini menyebabkan beberapa sektor justru tumbuh positif seperti sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial dan juga sektor Informasi dan Komunikasi. Kedua sektor tersebut menggambarkan
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan dan komunikasi berbasis internet dalam
masa pandemi saat ini.
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi pada bulan akhir TW2 2020
di Kota Yogyakarta mencapai 1,95% (y-o-y),
lebih
rendah
dibandingkan
triwulan
sebelumnya yang mencapai 2,96% (y-o-y).
Inflasi dipicu oleh kelompok makanan,
minuman dan tembakau. Kota Yogyakarta
mencatatkan tingkat inflasi terendah setelah
Kota Surakarta, dibanding kabupaten/kota
lain di DIY dan Jawa Tengah. Tingkat inflasi
mengalami
penurunan
dikarenakan
pengeluaran konsumsi Rumah Tangga di DIY
pada TW2 2020 menurun sebesar 5,62% (y-
Tingkat Inflasi
TW1 20
TW2 20
Nasional
2,96
1,96
Kota Yoyakarta
2,95
1,95
Kota Surakarta
2,24
1,40
Purwokerto diikuti Kota Cilacap. Inflasi dipicu
Kota Purwokerto
2,81
2,55
oleh kelompok bahan bahan makanan
Kota Cilacap
2,15
2,04
o-y) dan menurun sebesar 4,16% (y-o-y)
untuk Kota-kota di Jawa Tengah.
Tingkat
inflasi
tertinggi
adalah
Kota
(dalam %)
seperti harga daging ayam ras, telur ayam, angkutan antar kota, ikan lele dan sabun detergen
bubuk/cair yang mengalami kenaikan di Kota Cilacap, Kota Purwokerto dan Kota Surakarta.
Investasi
Total investasi yang berasal dari Penanaman
Modal Asing (PMA) di DIY mengalami
peningkatan sebesar 14,3% (q-o-q) dari nilai
investasi USD0,70 juta menjadi USD0,80
juta pada TW2 2020.
Jumlah proyek
investasi di DIY juga meningkat dari 109
proyek menjadi 168 proyek pada TW2 2020,
atau
naik
sebesar
54%
(q-o-q).
Meningkatnya Penanaman Modal Asing
(PMA)
dikarenakan
peningkatan
kinerja
investasi bangunan yang didorong oleh
pembangunan infrastruktur dan konstruksi yang terus berlanjut di DIY.
Di sisi lain total investasi yang berasal dari PMDN di Yogyakarta mengalami penurunan sebesar
13% (q-o-q) dari nilai investasi Rp797 miliar menjadi Rp689 miliar pada TW2 2020. Namun, dilihat
dari sisi jumlah proyek mengalami peningkatan sebesar 166% (q-o-q) dari 229 proyek pada TW1
2020 menjadi 609 proyek pada TW2 2020. Penurunan nilai investasi per proyek terjadi sebagai
imbas dari pandemi COVID-19 yang mempengaruhi perekonomian Indonesia dan menyebabkan
perlambatan aktivitas investasi di DIY.
Pertumbuhan Kredit
Posisi pinjaman pada TW2 2020 secara
keseluruhan
mencapai
Rp50,1
triliun,
mengalami penurunan sebesar 0,26% (q-oq). Sementara pinjaman konsumsi dan
pinjaman investasi masing-masing turun
sebesar 0,32% (q-o-q) dan 1,76% (q-o-q)
sedangkan pinjaman modal kerja naik
sebesar 0,90% (q-o-q). Jika dilihat secara
tahunan,
total
jenis
pinjaman
di
DIY
menurun sebesar 7,13% (y-o-y) dimana
pinjaman konsumsi yang paling berdampak
pada penurunan tersebut. Kondisi ini disebabkan karena masyarakat yang mulai menahan
konsumsinya seiring dengan perlambatan ekonomi.
Pertumbuhan Kredit Properti
Posisi kredit kepemilikan properti pada TW2
2020 secara keseluruhan mencapai Rp4.926
triliun, mengalami penurunan sebesar 0,26%
(q-o-q)
dan
sebesar
7,35%
(y-o-y).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pinjaman
flat dan apartemen sebesar 1,80% dengan
total pinjaman atau senilai Rp177 triliun.
Sedangkan pinjaman lainnya mengalami
penurunan. Penurunan tertinggi terjadi pada
pinjaman Rumah Toko (Ruko) sebesar 2,16%
(q-o-q) atau senilai Rp201 trilliun.
Kenaikan pada pinjaman flat dan apartemen
disebabkan penurunan suku bunga untuk
mendorong
stabilitas
ekonomi
dan
mendorong pemulihan ekonomi di tengah
Deskripsi
Total Kredit Properti
(Rp Triliun)
Pertumbuhan (q-o-q)
TW1 20
TW2 20
4.938
4.926
1,08%
0,26%
Pertumbuhan (y-o-y)
-3,28%
-7,35%
pademi COVID-19 sehingga bisa dimanfaatkan sebagai momen untuk membeli properti
khususnya apartemen dan rumah tinggal.
Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)
Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)
secara nasional (18 kota) pada akhir TW2
2020 berada pada level 212,61 meningkat
sebesar 1,59% bila dibanding TW1 2019 (yo-y). Untuk TW2 2020 naik sebesar 0,32%
dibanding TW1 2020 (q-o-q). Peningkatan
ini cenderung secara umum disebabkan oleh
suku bunga KPR yang mulai menurun pada
awal tahun 2020.
Sementara itu, IHPR Yogyakarta mengalami
kenaikan pertumbuhan diangka 1,19% (y-o-
Deskripsi
TW1 20
TW2 20
IHPR Yogyakarta
207,27
208,12
Pertumbuhan (q-o-q)
0,24%
0,41%
Pertumbuhan (y-o-y)
0,85%
1,19%
keramik. Sedikit peningkatan disebabkan
IHPR 18 kota di Indonesia
211,93
212,61
peningkatan penjualan properti pada rumah
Pertumbuhan (q-o-q)
0,46%
0,32%
tipe kecil dan tipe besar.
Pertumbuhan (y-o-y)
1,68%
1,59%
Deskripsi
TW1 20
TW2 20
IHPK 3 Kota
106,89
106,78
Pertumbuhan (q-o-q)
0,65%
-0,10%
Pertumbuhan (y-o-y)
2,34%
1,43%
y) dan 0,41% (q-o-q), peningkatan ini
disebabkan
developer
menambahkan
supply residensial karena penurunan harga
bahan material seperti besi/beton dan
Indeks Harga Properti Komersial (IHPK)
Indeks Harga Properti Komersial (IHPK)
secara nasional (3 kota) pada akhir TW2
2020 berada pada level 106,78 meningkat
sebesar 1,43% (y-o-y) bila dibanding TW2
2019.
Berdasarkan
(q-o-q)
mengalami
penurunan sebesar 0,10% dibanding TW1
2020. Penurunan ini didorong dengan
turunnya harga pada segmen hotel.
Pada segmen hotel secara nasional (3 kota)
mengalami penurunan cukup signifikan.
Penurunan indeks pada segmen hotel untuk
wilayah Banten sebesar 17,60% (q-o-q), dan
diikuti
19,06%
oleh
wilayah
(q-o-q)
dan
Bandung
sebesar
untuk
wilayah
Semarang yaitu sebesar 7,05% (q-o-q).
Outlook
Penurunan ekonomi terdalam diperkirakan sudah terlewati, sehingga pada TW3 2020
pertumbuhan ekonomi DIY diprediksi mulai membaik walaupun masih terbatas dikarenakan
pandemi COVID-19 yang kemungkinan masih akan terjadi pada periode bulan Juli hingga
September tahun ini. Namun, dengan adanya rencana pemerintah untuk dibukanya aktivitas
ekonomi di era new normal atau adaptasi kebiasaan baru secara bertahap dapat memulihkan
perekonomian DIY.
Beberapa sektor yang diharapkan akan mendukung perbaikan ekonomi DIY adalah sektor
Penyedia Akomodasi Makan & Minum dan sektor Transportasi dan Pergudangan karena provinsi
DIY merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang sangat dominan di Indonesia. Diharapkan
pada era new normal aktivitas pariwisata dapat kembali pulih secara bertahap.
Selain itu, sektor Industri Pengolahan yang merupakan sektor penyumbang terbesar dalam PDRB
DIY juga diharapkan akan mendukung pemulihan ekonomi DIY. Adanya beberapa proyek
infrastruktur yang tertunda di tahun 2020 seperti pembebasan lahan tol Yogyakarta-Solo-Bawen,
pembuatan jembatan di Piyungan Bantul, dan revitalisasi Stadion Kridosono yang mulai berjalan
lagi juga diharapkan akan mendukung perbaikan ekonomi di DIY.
Download