Uploaded by User76806

PENGELOLAAN BAHAN BAKU BIOBRIKET DAN ASA

advertisement
C. Materi Pokok 3: Jenis Bahan Baku Biobriket
1. Indikator keberhasilan
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta diklat mampu :
a. Memilih jenis-jenis bahan baku biomassa yang sesuai untuk pembuatan
biobriket dan asap cair
2. Uraian Materi
Pengertian briket sendiri adalah suatu bentuk gumpalan bahan yang terbuat
dari bahan lunak yang dikeraskan, sedangkan bio berarti sesuatu jasad mahluk hidup,
apakah itu manusia , khewan maupun tanaman. Jadi biobriket adalah briket yang
terbuat dari bahan baku berasal dari jasad hidup diantaranya nabati tumbuhan ,yaitu
biomassa.
Berbagai jenis bahan yang berkayu bisa digunakan sebagai bahan baku
briket arang seperti berikut:
a. Sekam padi,
b. Serbuk gergajian,
c. Limbah tempurung kelapa,
d. Sabetan kayu,
e. Daun dan ranting pohon,
f. Ampas tebu dan lain-lain.
Bahan baku yang digunakan sebaiknya dikelompokkan menurut jenis dan
bentuknya
sehingga memudahkan dalam proses pembuatan arang. Selain itu
sebaiknya bahan berada dalam kondisi kering dan siap bakar sehingga tidak
mengeluarkan asap yang terlalu banyak dan mempersingkat waktu pengarangan.
Hal positif dari biomassa sebagai sumber energi alternatif adalah dapat
memperbaiki kualitas pembakaran karena banyak mengandung volatile matter (zat
terbang) jenis H volatile sebagai NH3 (Davison et al, 1799). Demikian pula biomassa
mempunyai kandungan sulfur yang lebih rendah dibanding batu bara.
Biobriket dari biomassa dapat juga digunakan dalam sistem pembakaran
cofiring/pembakaran bersama batu bara pada industri boiler pembangkit tenaga listrik
dari uap. Fungsinya adalah mereduksi emisi karbon dioksida dengan cara mengganti
21
sebagian bahan bakar batubara yang digunakan oleh power plant. Beberapa contoh
kualitas mutu briket yang berstandar tinggi seperti tertera pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 3. Contoh kualitas mutu briket
Sifat briket
Kadar air (%)
Abu (%)
Nilai kalori
(kkal/kg)
Briket Inggris
3,59
8.26
7289
Briket Jepang
6
3-6
6000 - 7000
Briket Indonesia
Maks.8
Maks. 8
Min. 5000
(SNI 1-6235-2000)
Perbedaan briket dengan arang konvesional adalah pada bahan bakar briket
terdapat penambahan bahan lain dan tingkat konsentrasi material karbonnya lebih
tinggi karena adanya proses pemadatan. Dibandingkan dengan bahan bakar fosil briket
biomassa mempunyai tinggkat gas emisi netto (rumah kaca) lebih rendah, karena briket
dari biomassa merupakan bagian dari siklus karbon.
Briket arang dari biomassa adalah bahan bakar potensial yang mengandung
kadar karbon relatif tinggi dan mempunyai nilai kalori tinggi. Briket arang dibuat dari
bahan bioarang yang diperoleh dengan cara pembakaran terbatas terhadap biomassa
kering atau tanpa udara. Sebenarnya biomassa dapat digunakan langsung sebagai
bahan bakar, akan tetapi kurang efisien hasilnya karena pada umumnya biomassa
mempunyai nilai kalori rendah yaitu pada kisaran 3000 kkal/kg. Jadi untuk
meningkatkan efisiensi pembakaran biomassa harus dibuat bioarang sehingga nilai
kalornya meningkat pada kisaran 5000 kkal/kg.
22
Gambar 10. Sekam padi
Gambar 11. Ranting kayu
23
Gambar 12. Kulit jagung
Gambar 13. Limbah jerami
24
Gambar 14. Limbah tempurung kelapa
Gambar 15. Kayu hutan
25
Gambar 16. Ampas tebu
Jenis-Jenis arang sebagai bahan baku biobriket antara lain berikut ini :
a. Arang kayu
Arang kayu adalah arang yang terbuat dari bahan dasar kayu. Arang kayu paling
banyak digunakan untuk pekerluan memasak seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan penggunaan arang kayu yang lainnya adalah sebagai penjernih air,
penggunaan dalam bidang kesehatan, dan masih banyak lagi. Bahan kayu yang
digunakan untuk dibuat arang kayu adalah kayu yang masih sehat, dalam hal ini
kayu belum membusuk.
26
Gambar 17. Arang kayu jati
b. Arang serbuk gergaji
Arang serbuk gergaji adalah arang yang terbuat dari serbuk gergaji yang dibakar.
Serbuk gergaji biasanya mudah didapat ditempat-tempat penggergajian atau tempat
pengrajin kayu. serbuk gergaji adalah bahan sisa produksi yang jarang dimanfaatkan
lagi oleh pemilknya. Sehingga harganya bisa terbilang murah. selain dapat untuk
bahan bakar, arang serbuk gergaji biasanya dimanfaatkan untuk campuran pupuk
dan dapat diolah menjadi briket arang.
27
Gambar 18. Serbuk gergaji dan arang serbuk gergaji
c. Arang sekam padi
Arang sekam padi biasa digunakan sebagai pupuk dan bahan baku briket arang.
Sekam yang digunakan bisa diperoleh ditempat penggilingan padi. Selain digunakan
untuk arang, sekam padi juga sering dijadikan bekatul untuk pakan ternak. Arang
sekam juga bisa digunakan sebagai campuran pupuk dan media tanam di
persemaian. Hal ini karena sekam padi memiliki kemampuan untuk menyerap dan
menyimpan air sebagai cadangan makanan.
28
Gambar 19. Arang sekam padi.
d. Arang tempurung kelapa
Arang tempurung kelapa adalah arang yang berbahan dasar tempurung kelapa.
Pemanfaatan arang tempurung kelapa ini ternasuk cukup strategis sebagai sektor
usaha. Hal ini karena jarang masyarakat yang memanfaatkan tempurung kelapanya.
Selain dimanfaatkan dengan dibakar langsung, tempurung kelapa dapat dijadikan
sabagai bahan dasar briket arang. Tempurung kelapa yang akan dijadikan arang
harus dari kelapa yang sudah tua, karena lebih padat dan kandungan airnya lebih
sedikit dibandingkan dari kelapa yang masih muda. Harga jual arang tempurung
kelapa terbilang cukup tinggi. Karena selain berkualitas tinggi, untuk mendapatkan
tempurung kelapanya juga terbilang sulit dan harganya cukup mahal.
29
Gambar 20. Arang tempurung kelapa
e. Arang serasah
Arang serasah adalah arang yang terbuat dari serasah atau sampah dedaunan. Bila
dibandingkan dengan bahan arang lain, serasah termasuk bahan yang paling mudah
didapat. Arang serasah juga bisa dijadikan briket arang, karena mudah dihancurkan.
Gambar 21. Serasah daun
30
f. Arang kulit buah mahoni
Arang kulit buah mahoni adalah arang dengan bahan dasar kulit buah mahoni. Bila
dilihat secara kasat mata, kulit buah mahoni memiliki tekstur yang keras dan padat.
Sayang jika hanya dibiarkan tertumpuk disekitar halaman. Arang kulit buah mahoni
diproses menggunakan tungku drum, sama halnya dengan arang kayu. arang jenis
ini juga dapat diolah menjadi briket arang. Arang yang dihasilkan dari kulit buah
mahoni juga terbukti memiliki kualitas yang cukup baik. Jika dibakar hanya
mengeluarkan sedikit asap. Nilai kalor yang dihasilkan saat dibakar sangat tinggi dan
lebih tahan lama sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran. Arang kulit buah
mahoni ini memang terdengar baru. Akan tetapi melihat kualitas arang yang
dihasilkan, arang ini pasti akan banyak diminati dan dibutuhkan oleh masyarakat
luas. Hal ini juga dapat dijadikan alternative produksi bagi para wirausaha arang.
Gambar 22. Buah mahoni
31
D. Materi Pokok 4: Pengelolaan Bahan Baku Biobriket
1. Indikator keberhasilan
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta diklat mampu :
a. Menjelaskan tujuan pengelolaan bahan baku
b. Menjelaskan karakteristik bahan baku
c. Menjelaskan tujuan penyimpanan bahan baku
d. Menjelaskan cara menentukan kapasitas penyimpanan bahan baku
e. Mendeskripsikan cara penanganan awal (pre treatment) bahan baku
2. Uraian Materi
Mengapa perlu dikelola?
Tidak adanya jaminan 100% kontinuitas pasokan biomassa jenis tertentu
dengan spesifikasi yang baku dan dalam jumlah tertentu guna memenuhi kebutuhan
bahan bakar suatu pembangkit daya menyebabkan kita harus mempersiapkan segala
sesuatunya dengan baik guna kelancaran operasionalnya.
Pada skala industri yang cukup besar, sebuah pembangkit daya yang
berbasis uap (system cycle power plant) membutuhkan pasokan bahan bakar secara
terus-menerus dan spesifikasi yang tetap dari nilai kalori, kandungan abu, kandungan
kelembaban, dan sebagainya begitu juga jenis biomassa yang digunakan baik sebagai
bahan bakar tunggal maupun sebagai bahan pencampur (co-firing) dengan batu bara
harus juga tersedia dalam jumlah dan spesifikasi yang pasti.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
a. Masalah penuaian dan transportasi;
Agar tanaman energi tidak berebut lahan dengan jenis-jenis tanaman yang
vital bagai rantai pangaan untuk manusia maupun hewan, sebaiknya jenis tanaman
energi seperti jarak pagar atau jenis-jenis rumput ilalang tertentu seyogyanya
ditanam di daerah-daerah marginal atau pinggiran (rural area), yaitu pada lahanlahan yang kurang dimanfaatkan. Namun justru karena terdapat di daerah marginal
tersebut tanaman energi ini biasanya malah kurang mendapat perhatian dari
pemerintah terutama mengenai kondisi infrastrukturnya, yaitu sarana jalan dan
sarana pengairan.
33
b. Masalah pada penampungan/ penyimpanan biomassa
Biomassa yang telah dituai dan dikumpulkan akan dikirim ke tempat
penampungan yang biasanya berlokasi di dekat tempat pembangkit daya. Fakta
bahwa biomassa hidup di bawah siklus kehidupan tertentu (masa tumbuh panen)
maka ketersediaan jenis biomassa tersebut akan vakum selama pra panen
sehingga konsekwensinya penyimpanan biomassa merupakan suatu keharusan.
Tujuan penyimpanan biomassa adalah untuk mencegah biomassa tersebut
berserakan tertiup angin. Disamping itu memudahkan penanganan awal (pre
treatment) untuk menyiapkan biomassa sebagai bahan bakar dengan kualitas yang
diinginkan.
Bila biomassa berwujud serbuk seperti sekam padi, hasil gergajian pabrik
pengolahan kayu dari industri mebel atau kulit luar dari biji-bijian tertentu dan
bukannya hasil dari tanaman-tanaman energi, seperti rumput ilalang maupun jenisjenis pohon tertentu dengan menggelembung (bulky), maka mereka dapat
ditampung di lapangan terbuka. Namun bila biomassa yang akan dipakai harus
dipotong-potong/diperkecil wujudnya sesuai dengan permintaan sistem asupan
bahan bakar (feeding system) pembangkit daya-terlebih dahulu dan kemudian juga
harus melalui proses pengepresan menjadi bentuk-bentuk kecil, maka jenis
biomassa tersebut harus dipisahkan dari yang berwujud serbuk dan ditampung di
lokasi yang berbeda.
Kriteria yang dipakai sebagai acuan adalah tuntutan ukuran yang sesuai
dengan sistem asupan di atas. Jenis bahan bakar biomassa yang sudah berwujud
serbuk seperti sekam padi dan kulit cangkang biji-bijian tertentu umumnya lebih
siap dibandingkan potongan-potongan ranting atau cabang-cabang pohon kaena
mereka perlu dicacah dan dihaluskan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar biaya
transport rendah, bahan baku sesuai dengan sistem proses, dan memudahkan
dalam penyimpanan dan penanganannya.
Perlu juga diperhatikan kemungkinan timbulnya jamur yang biasanya akan
tumbuh subur bila kelembaban di dalam tempat penyimpanan yang bersangkutan
cukup tinggi. Semakin tinggi tingkat jamur bisa mempengaruhi kesehatan para
karyawan yang bekerja di pembangkit daya tersebut.
Bahan baku biobriket berupa arang tempurung kelapa agar mendapatkan
biobriket yang berkualitas harus disimpan di tempat yang kering dan tertutup. Bagi kita
yang akan atau sedang menjalankan bisnis pembuatan biobriket, harus tahu cara
34
menyimpan bahan baku berupa arang tempurung.
Penyimpanan yang tepat
berpengaruh terhadap kualitas briket yang akan diperoleh. Jika bahan baku berkualitas
baik, maka kualitas briket juga akan terjaga. Tapi jika kualitas buruk, maka briket bisa
jadi juga akan buruk. Satu lagi, penyimpanan yang tepat juga akan membuat biaya
lebih sedikit, karena mengurangi bahan yang terbuang karena rusak.
Bagaimana Karakteristik bahan biobriket dan asap cair?
Perlu diketahui bahwa bahan yang digunakan dalam proses produksi biobriket
berupa bahan padat ( arang tempurung kelapa). Karakteristik bahan padat meliputi:
a. Sifat fisis bahan:
1) Ketahanan terhadap pengaruh cuaca.
Bahan padat dikatakan tahan terhadap cuaca jika bahan tersebut berhubungan
dengan cuaca (curah hujan, panas, angin ,dll ) bahan tersebut masih dapat
dipakai di industri ( masih memenuhi persyaratan kualitas bahan). Bahan padat
dikatakan tidak tahan terhadap cuaca jika bahan tersebut berhubungan dengan
cuaca (hujan, panas, angin, dll) maka bahan tersebut tidak dapat dipakai lagi.
Untuk penyimpanan bahan-bahan ini biasanya dipilih
alat atau tempat yang
terlindung dari pengaruh cuaca tersebut. Pada umumnya bahan padat yang
bersifat higroskopis, seperti arang tempurung tergolong tidak tahan terhadap
cuaca.
2) Ukuran bahan.
Dalam industri yang bekerja dengan bahan padat, ukuran bahan padat
dibedakan menjadi empat jenis berikut:
a) Ukuran sangat halus, ukuran butir lolos saringan mesh 100.
b) Ukuran halus, ukuran butir lolos saringan ukuran 1/8 in tertahan mesh 100.
c) Ukuran butir atau granular, bahan padat dengan ukuran antara 3,18 mm –
12,7 mm.
d) Bahan padat berupa gumpalan/lumpy material dengan ukuran > 12,7 mm.
3) Angle of repose
Sudut kemiringan papan terhadap posisi datar (horisontal) sedemikian sehingga
bahan padat diatas papan mulai dapat menggelincir dengan sendirinya.
4) Flow ability, dll
Flow ability adalah kemampuan bahan untuk meluncur dengan sendirinya. Flow
ability dapat dibedakan menjadi:
35
-
Sangat free flowing, bahan padat yang memiliki sudut gelincir bahan
(angle of repose) <30º.
-
Free flowing, bahan padat yang memiliki sudut gelincir bahan antara 30º 40º.
-
Sluggish material, bahan padat yang lamban untuk menggelincir memiliki
angle of repose >45º.
Bahan padat yang tergolong “dry and loose material” pada umumnya bersifat
free flowing.
5) Abrasiveness
Dapat didefinisikan sebagai tingkat kekasaran bahan/abrasivitas. Abrasivness
berpengaruh terhadap pemilihan alat transportasi yang dipakai, Berdasarkan
abrasivitasnya bahan padat dapat dibedakan menjadi:
-
Nonabrasive, permukaan bahan padat sangat halus.
-
Abrasive, permukaan bahan padat kasar.
-
Abrasive, permukaan bahan padat kasar, tajam dan runcing.
b. Sifat kimia bahan:
1) Korosifitas
2) Hazardous properties ( mudah terbakar, mudah meledak, dan beracun).
Karakteristik bahan padat
sangat menentukan dalam pemilihan sistem
penyimpanan dan pengangkutan bahan dalam industri. Biasanya dalam masalah
penyimpanan akan selalu dibahas paling tidak beberapa masalah berikut:
a. Storing (penyimpanan)

Bagaimana sistem penyimpanan?

Berapa jumlah bahan yang disimpan?

Berapa lama waktu penyimpanan?
Penyimpanan bahan padat dalam jumlah banyak biasanya dilakukan sebagai
berikut:
1) Sistem indoor
Penyimpanan sistem indoor dibagi menjadi dua cara berikut:
a) Penyimpanan dalam bentuk timbunan.
36
Biasanya digunakan untuk menyimpan bahan yang dipertahankan tetap
kering atau bahan yang memerlukan perlindungan terhadap atmosfer pada
musim tertentu.
b) Penyimpanan dalam bentuk bin dan silo.
2) Sistem outdoor
Penyimpanan sistem outdoor biasanya digunakan untuk
bahan yang tidak
dipengaruhi oleh udara, panas, hujan, dan lain-lain. Ada empat metode
penyimpanan dengan sistem outdoor sebagai berikut:
a) Penimbunan di bawah travelling bridge.
b) Penimbunan di kiri – kanan jalan.
c) Overhead system
d) Drag schrapper system.
b. Delivering Equipment

Bagaimana pengambilan bahan dari alat penyimpanan?
Apa Tujuan Penyimpanan ?
Tujuan penyimpanan bahan baik bahan baku, bahan intermediet, maupun
produk adalah untuk menjaga kelangsungan proses produksi agar pabrik tetap dapat
mengeluarkan/menjual produknya ke konsumen dalam batas waktu tertentu walaupun
terjadi hambatan/kemacetan supplay bahan baku maupun terjadi kerusakan alat-alat
pabrik.
Penyimpanan bahan biasanya dijumpai di 3 (tiga) tempat:
a. Pada permulaan/awal proses, untuk menyimpan bahan baku.
b. Ditengah-tengah proses, untuk menyimpan bahan setengah jadi.
c.
Pada akhir proses, untuk menyimpan bahan jadi (produk)
Bagaimana Menentukan Kapasitas Penyimpanan?
Jumlah bahan yang disimpan biasanya dinyatakan dengan kapasitas/tonase tiap hari
dari pabrik. Jumlah ini tergantung pada:
a. Alat- alat dari pabrik.
b. Metode operasi.
37
c.
Frekuensi, lamanya waktu yang diperlukan untuk proses (durasi) dan shut dari
masing-masing unit secara individu yang ada di plant.
d. Mudah/sukarnya bahan tersebut didapat dan juga distribusi bahan produknya
(termasuk transportasi dari bahan tersebut)
1) Untuk bahan yang mudah didapat ( dalam negeri), maka jumlah bahan yang
disimpan relatif lebih sedikit dibanding dengan bahan yang sukar didapat.
2) Untuk produk yang terikat kontrak jual beli dengan pabrik lain, jumlah bahan
yang disimpan lebih banyak jika dibandingkan dengan produk yang
dipasarkan “on retail”.
Bagaimana cara penanganan awal (pre treatment) bahan biomassa ?
Setelah melewati fase-fase penuaian, transportasi, dan penyimpanan, maka
penanganan awal (pretretment) sangat diperlukan untuk menyiapkan biomassa sebagai
bahan bakar terolah menuju unit asupan bahan bakar. Pada tahap ini perlu diperhatikan
masalah seperti adanya paku-paku atau plat besi yang dapat merusak mesin-mesin
pemotong, penggiling, maupun parut. Bila tidak disingkirkan terlebih dahulu bendabenda ini bahkan dapat menyebabkan percikan api jika bergesekan dengan komponen
mesin yang dapat beresiko terjadinya kebakaran.
Peralatan-peralatan yang diperlukan pada tahap pre treatment adalah
sebagai berikut:
a. Tahap penerimaan biomassa
1) Sistem penimbangan yang berfungsi mencatat jumlah biomassa yang dipasok
agar kemudian dapat diukur efisiensi pembakarannya. Sistem penampungan di
gudang dengan perlengkapan alat bantu berupa penyedot udara dengan fungsi
mengeluarkan kelembaban di gudang; forklift, alat pemadam kebakaran yang
menunjang kelancaran operasional dan manajemen penyimpanan.
2) Sistem pengeluaran atau penyaluran biomassa dari ke tempat pemakaian yang
berupa conveyor, alat keruk, dan lain-lain.
b. Tahap pre treatment biomassa
1) Unit pengering biomassa
2) Unit penghancur biomassa (crusher)
3) Unit penyerpih biomassa (chipper)
4) Unit penampi/ pengayak biomassa (screening)
5) Unit pencacah biomassa (shredder)
38
6) Unit penghalus biomassa (grinding)
c.
Transportasi dan sistem asupan (feeder)
1) Conveyor
2) Alat pengumpan rantai (belt feeder)
3) Alat pengumpan tabung (tube feeder)
4) Alat penyalur bahan biomassa ke ruang bakar (fuel hopper)
5) Alat pembersih gudang penyimpan dan pengumpan (hopper, bunker, and silo
discharge)
6) Alat pengumpan ulir (screw feeder)
7) Katup-katup putar (rotary valves)
Tujuan utama proses pretreatment adalah mempersiapkan biomassa mentah
(raw biomassa) agar mempunyai ukuran-ukuran seperti yang diminta oleh spesifikasi
kandungan kelembaban dan kandungan abu dari berbagai macam bahan biomassa.
39
-
Mudah/sukarnya bahan tersebut didapat dan juga distribusi bahan produknya
(termasuk transportasi dari bahan tersebut)
 Tahap pre treatment biomassa untuk pembuatan biobriket:
-
Pengeringan biomassa
-
Penghancuran biomassa (crusher)
-
Penyerpihan biomassa (chipper)
-
Penampi/ pengayakan biomassa (screening)
-
Pencacahan biomassa (shredder)
-
Penghalusan biomassa (grinding)
40
Download