FARMASAINS Vol.2. No. 2, Juni 2020 UJI AKTIVITAS ANTIANEMIK DARI 70% ETHANOL EKSTRAK SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.) TIKAR PUTIH SPRAGUE DAWLEY DIINDUKSI OLEH NaNo2 ANTIANEMIC ACTIVITY TEST OF 70% ETHANOL EXTRACT OF SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.) WHITE RATS SPRAGUE DAWLEY INDUCED BY NaNo2 Page | 1 . Aprillia Feby Farah Liza1 , Febrisma Melania2 , Ira Perawati3, Kurnia Diningrum4, Puji Setia Rahayu5, Ratna Ayu Safitri6, Suci Puji7 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta Timur 2 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta Timur 3 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta Timur 4 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta Timur 5 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta Timur 6 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta Timur 7 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta Timur *Email : [email protected]/no telp:08989905982 Submitted : 11-06-2020 Reviewed : 10-06-2020 Accepted : 10-06-2020 ABSTRACT Anemia is a nutritional problem that affects millions of people in developing countries and remains a major challenge to human health. One of the plants that is known to have herbal properties and can be used in therapeutic medicine is chayote (Sechium edule (Jacq.) Sw). Through this research the activity of 70% ethanol extract of the squash (Sechium edule (Jacq.) Swartz) leaves on erythrocyte, hemoglobin, hematocrit levels with a hematology analyzer. The results of this study are expected to provide information on the activity of siam pumpkin leaf extract on hemoglobin, hematocrit and erythrocyte levels. Test animals are divided into 5 groups, namely group 1 (normal), group 2 (negative), group 3 (dose 150 mg / 200 g BW), group 4 (dose 250 mg / 200 g BW), group 5 (dose 500 mg / 200 g BW). The mouse was induced with NaNO2 at a dose of 25 mg / 200 g BW. Giving the test material was carried out for 18 days. erythrocytes, hemoglobin and hematocrit using Auto Hematology Analyzer. The parameters observed were hemoglobin, hematocrit and erythrocyte levels. The results showed that ethanol extract of conjoined pumpkin leaves could increase hemoglobin, hematocrit and erythrocyte levels (p <0.05). Ethanol extract of 70% chayote 2 (250mg / 200gBB) conjoined leaves has a better activity to increase erythrocytes. The conclusions obtained were 70% ethanol extract of siam squash leaves had activity in increasing hemoglobin levels, hematocrit, and the amount of erythrocytes in rats induced by NaNO2. Keywords : Chayote pumpkin leaves, hemoglobin, hematocrit, erythrocytes, NaNO2 1 Uji Aktivitas Antianemik… Page | 2 ABSTRAK Anemia merupakan masalah gizi yang mempengaruhi jutaan orang di negaranegara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia.Salah satu tanaman yang diketahui memiliki khasiat herbal dan bisa digunakan dalam terapi pengobatan adalah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw). Melalui penelitian ini dikaji aktivitas ekstrak etanol 70% daun labu siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) terhadap kadar eritrosit, hemoglobin, hematokrit dengan hematology analyzer. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aktivitas ekstrak daun labu siam terhadap kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok 1(normal),kelompok 2(negatif), kelompok 3(dosis 150 mg/200 g BB),kelompok 4(dosis 250 mg/200 g BB), kelompok 5(dosis 500 mg/200 g BB). Tikus diinduksi dengan NaNO2 dengan dosis 25 mg/200 g BB.Pemberian bahan uji dilakukan selama 18 hari.Pengukuran kadar eritrosit, hemoglobin dan hematokritnya menggunakan Auto Hematology Analyzer. Parameter yang diamati adalah kadar hemoglobin,hematokrit dan eritrosit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun labu siam dapat meningkatkan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit (p≤0,05). Ekstrak etanol 70% daun labu siam dosis 2 (250mg/200gBB) mempunyai aktivitas yang lebih baik terhadap peningkatan eritrosit. Kesimpulan yang didapatkan yakni ekstrak etanol 70% daun labu siam memiliki aktivitas dalam meningkatkan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit pada tikus yang diinduksi NaNO2. Kata Kunci : Daun labu siam,hemoglobin,hematokrit,eritrosit,NaNO2. PENDAHULUAN Anemia merupakan masalah gizi yang mempengaruhi jutaan orang di negara-negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia. Prevalensi anemia diperkirakan 9 persen di negara-negara maju, sedangkan di negara-negara berkembang prevalensinya 43 persen. Anak-anak dan Wanita Usia Subur (WUS) adalah kelompok yang paling berisiko, dengan perkiraan prevalensi anemia pada balita sebesar 47 persen, pada wanita hamil sebesar 42 persen, dan pada wanita yang tidak hamil usia 15-49 tahun sebesar 30 persen. World Health Organization (WHO) menargetkan penurunan prevalensi anemia pada WUS sebesar 50 persen pada tahun 2025. Kondisi anemia yang tidak segera diobati akan menyebabkan komplikasi seperti kardiomegali sejak eritrosit dan viskositas darah menurun yang akan menyebabkan peningkatan curah jantung dan aliran darah akibat dari hipoksia jaringan. Pencegahan anemia telah dilakukan oleh pemerintah melalui penyediaan suplemen zat besi. Namun penggunaan suplemen zat besi memiliki efek samping, seperti keadaan kurang nyaman di ulu hati, muntah, dan sembelit. Salah satu tanaman yang diketahui memiliki khasiat herbal dan bisa digunakan dalam terapi pengobatan adalah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw). Tanaman herbal merupakan sumber daya alam tumbuh disekitar kita dan dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan labu siam sebagai tanaman herbal untuk melawan berbagai penyakit, seperti obat sariawan, obat gusi berdarah, obat garis hitam di tumit, obat penurun kolesterol, obat kencing manis, dan obat asam urat (Prahasta 2009). Tumbuhan labu siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) merupakan tanaman sayuran dari famili Cucurbitaceae yang banyak tumbuh di dataran tinggi (Lingga 2001). Menurut studi kandungan fitokimia menyebutkan bahwa daun labu siam mengandung asam amino, flavonoid, protein, kalsium, vitamin, dan mineral (Coronel et al. 2017). Kandungan-kandungan tersebut dapat membantu mempercepat proses pembentukan eritrosit pada penderita anemia. Menurut penelitian Zuhrawati et al (2015), infusa daun labu siam dengan konsentrasi 25% memiliki manfaat dalam proses hematopoiesis pada tikus putih jantan yaitu peningkatan kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Natrium nitrit (NaNO2) adalah garam anorganik digunakan sebagai bahan pengawet biasa dan fiksatif warna. Studi terbaru tentang toksikologi NaNO2 menunjukkan bahwa natrium nitrit dalam darah sangat reaktif dengan hemoglobin, sehingga mempengaruhi hematopoiesis dan 2 FARMASAINS Vol.2. No. 2, Juni 2020 induksi methemoglobinemia yaitu suatu kondisi dimana adanya penurunan kemampuan hemoglobin untuk mengangkut oksigen (Y. Gluchcheva et al. 2012). Induksi NaNO2 dalam dosis akut secara signifikan mengurangi jumlah eritrosit yang menyebabkan keadaan anemia pada tikus. Melalui penelitian ini dikaji aktivitas ekstrak etanol 70% daun labu siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) terhadap kadar eritrosit, hemoglobin, hematokrit dengan hematology analyzer. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aktivitas ekstrak daun labu siam terhadap kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit. Dengan demikian dapat dijadikan acuan untuk melakukan optimasi pengembangan obat dari daun labu siam sebagai bahan rujukan dalam menanggulangi kondisi anemia. METODE PENELITIAN Alat Alat yang digunakan pada penelitian adalah peralatan gelas laboratorium, wadah maserasi, kain flanel, alumunium foil, plastik wrap, vacuum rotary evaporator, oven, spuit, sonde, kandang tikus, kawat, pengayak no. 20, sekam, blender, timbangan analitik, timbangan hewan, pipa kapiler, krus, tang krus, heater, tanur, lemari asam, wadah tempat makan dan minum, sarung tangan dan masker Bahan Bahan yang digunakan adalah daun Labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw) yang diperoleh dari Petani di daerah Ciapus Bogor. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 70%, reagen NaNO2, akuades, ketamin, NaCMC, ninhidrin, aseton, kadmium asetat. Metode Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) berumur 2-3 bulan dengan berat badan rata-rata 150- 250 g, hewan yang digunakan sebanyak 25 ekor. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dihitung berdasarkan rumus federer. Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 25 ekor tikus yang dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus. Pada percobaan ini 25 ekor tikus dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, masing-masing 5 ekor yaitu KI tidak diinduksi NaNO2, KII , KIII, KIV, dan KV diinduksi NaNO2 dengan dosis 25 mg/200 g BB, 1x sehari selama 18 hari untuk menurunkan jumlah eritrosit. Pembuatan ekstrak Etanol 70% Daun Labu Siam Pembuatan ekstrak dibuat dengan cara maserasi satu bagian simplisia dengan 10 Page | 3 bagian etanol 70%, kemudian direndam selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk dan selanjutnya didiamkan selama 18 jam. Maserat yang dihasilkan dipisahkan dengan cara difiltrasi menggunakan kertas saring. Proses penyarian ini diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Kemudian semua maserat dikumpulkan selanjutnya diuapkan dengan vacuum rotary evaporator hingga didapat ekstrak kental (Depkes RI 2008). Pembuatan Suspensi Na CMC 0,5% Menaburkan sebanyak 0,5 g CMC-Na dalam lumpang yang berisi ±20 mL air suling panas. Diamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa yang trasparan sampai homogen, mengencerkan dengan air suling, homogenkan dan masukkan ke labu terukur 100 mL, mencukupkan volumenya dengan air suling hingga 100 mL (Nugraha 2017). Pengambilan Sampel Darah Darah tikus diambil pada hari ke 0, 19, 29. Tikus kemudian dianastesi menggunakan ketamin. Pengambilan darah tikus diperoleh dari mata, pada mata tikus pipa kapiler dimasukkan ke dalam pangkal bola mata sehingga darah mengalir melalui pipa kapiler tersebut. Darah kemudian diambil sebanyak 1 mL dari tiap tikus dan ditampung di dalam tabung EDTA. Darah tikus segar yang sudah ditampung di dalam tabung EDTA dibaca jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokritnya menggunakan Auto Hematology Analyzer (Mun’im et al. 2016) Pemberian ekstrak Etanol 70% Daun Labu Siam Ekstrak Etanol 70% labu siam diberikan menggunakan sonde lambung dengan dosis 1 ml per 200 g bobot badan tikus (Sukandar et al., 2009), selama 10 hari Kelompok masing-masing 5 ekor yaitu Kelompok uji I, Kelompok kontrol normal. Kelompok yang tidak diinduksi NaNO2 yang diberi pakan dan minum secukupnya dan diberikan Na-CMC secukupnya dan dibrerikan larutan Na CMC 0,5 %, kelompok uji II Kelompok kontrol negatif, Kelompok yang diinduksi NaNO2 selama 18 hari, serta di beri Na-CMC 0.5%, pakan dan air minum secukupnya, Kelompok uji III, Kelompok yang 3 Uji Aktivitas Antianemik… diinduksi dengan NaNO2 selama 18 hari dan diberikan ekstrak etanol labu siam dengan dosis 150 mg/200 g BB selama 10 hari , Kelompok uji IV Kelompok yang diinduksi dengan NaNO2 selama 18 hari dan diberikan ekstrak etanol labu siam dengan dosis 250 mg/200 g BB selama 10 Page | 4 hari dan Kelompok uji V yang diinduksi dengan NaNO2 selama 18 hari dan diberikan ekstrak etanol labu siam dengan dosis 500 mg/200 g BB selama 10 hari Analisa Data Data presentase peningkatan eritrosit yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan metode analisa satu arah (one way annova). Sebelumnya di lakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas. Bila terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 perlakuan atau lebih (p≤ 0,05), maka dilanjutkan dengan uji Tukey honesty significant difference (HSD). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antianemia ekstrak etanol 70% daun labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) terhadap tikus yang diinduksi NaNO2. A. Determinasi daun Labu (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Siam Daun Labu Siam dideterminasi terlebih dahulu untuk mendapatkan identitas yang benar dari tanaman yang akan diteliti, sehingga dapat memberikan kepastian tentang kebenaran tanaman tersebut. Daun Labu Siam menunjukkan bahwa tanaman yang diteliti adalah benar daun Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) dalam suku cucurbitaceae. B. Pengolahan Siam simplisia Proses selanjutnya dilakukan pencucian bertujuan untuk membersihkan dan menghilangkan pengotor yang masih menempel pada daun. Setelah proses pencucian Daun Labu Siam dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada udara terbuka tanpa terkena sinar matahari langsung. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam simplisia agar tidak terjadi reaksi enzimatis dalam sel sehingga kandungan senyawa tidak rusak serta untuk mencegah timbulnya bakteri dan jamur yang dapat menurunkan kualitas simplisia. Daun Labu Siam yang sudah dikeringkan kemudian dilakukan sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lainnya yang tertinggal disimplisia. Selanjutnya dilakukan penyerbukan untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga dapat memperbesar luas permukaan serta memperbesar kontak dengan cairan penyari sehingga memudahkan proses ekstraksi. Berdasarkan jurnal acuan, serbuk daun Labu Siam diayak menggunakan mesh no. 20, tujuannya untuk mendapatkan hasil yang seragam. Tabel 3. Hasil pengolahan Daun Labu Siam Hasil Daun Labu Siam basah 15 kg Daun Labu Siam kering 4,08 kg Daun Labu Siam serbuk 1,558 kg Ekstraksi merupakn kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari simplisia dengan pelarut cair (Depkes RI 2000). Serbuk Daun Labu Siam diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol 70%. Etanol 70% terkandung air sebanyak 30% yang memiliki sifat membasahi serbuk simplisia sehingga rongga simplisia terbuka dan pelarut Labu Daun labu siam diperoleh dari petani di Bogor pada bulan Mei, pertama dilakukan sortasi basah guna membersihkan daun dari zat-zat pengotor atau bahan-bahan asing. Jenis C. Ekstraksi Daun Labu Siam dengan etanol 70% Daun etanol dapat menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel sehingga zat aktif yang bersifat polar dapat ditarik oleh pelarut etanol. Metode ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi dingin secar maserasi. Metode ini dipilih karena merupakan metode yang paling sederhana, alatnya mudah didapat dan tidak merusak kandungan senyawa yang tidak tahan panas. Filtrat yang diperoleh kemudian di uapkan pelarutnya untuk memisahkan cairan penyari 4 FARMASAINS Vol.2. No. 2, Juni 2020 dengan zat aktif yang terlarut dengan menggunakan alat vacum rotary evaporator. Ekstrak cair yang diperoleh dihasilkan selanjutnya dimasukkan kedalam waterbath pada suhu 50oc sehingga diperoleh ekstrak kental. Tabel 4. Hasil ekstraksi Daun Labu SiamHasil pemeriksaan karakteristik Mutu Untuk karakteristik mutu ekstrak meliputi rendemen ekstrak etanol 70% daun Labu 5 Uji Aktivitas Antianemik… Hasil pemeriksaan karakteristik mutu ekstrak dapat dilihat pada tabel 5 dan 6. siam, organoleptik, kadar abu, dankadar air. Tabel 5. Hasil Uji Organoleptis Daun Labu Siam Hasil Jenis uji Bentuk Bau Rasa Warna Daun segar labu siam Daun berbentuk jantung Khas Pahit Hijau tua Serbuk daun labu siam Serbuk halus Khas Pahit Hijau Ekstrak kental daun labu siam Kental khas Pahit Coklat kehitaman Tujuan dari pemeriksaan organoleptik untuk mendeskripsikan bahan yang digunakan secara objektif dengan panca indra. Selain itu, pemeriksaan organoleptis bermanfaat untuk mengetahui sifat fisik yang khas dengan melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau dan rasa terhadap bahan-bahan yang digunakan (Depkes RI 2000) Tabel 6. Hasil Pengujian Karakteristik Mutu Ekstrak Etanol 70% Daun Labu Siam Jenis Hasil (%) Rendemen ekstrak etanol 70% daun labu siam 27,20 Kadar abu 6,01 Kadar air 5,37 Kadar abu total merupakan indikator terhadap cemaran bahan anorganik. Tujuan penetapan kadar abu untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak, semakin kecil abu yang diperoleh maka semakin baik mutu ekstrak. Penetapan kadar abu dilakukan pemijaran pada suhu 500-600oc hingga diperoleh bobot tetap. Hasil kadar abu total yang didapat yaitu 6,01 % hal ini menunjukkan bahwa kadar abu total masih memenuhi standar mutu yaitu dibawah <8% (Depkes RI 2008) Penetapan kadar air bertujuan untuk menetapkan residu air setelah proses pengentalan atau pengeringan serta memberikan nilai batasan maksimum dan minimum atau rentang besarnya kandungan air dalam simplisia (Depkes RI 2000). Rentang air untuk ekstrak kental yang baik adalah <10%. Hasil kadar etanol 70% daun labu siam diperoleh hasil sebesar 5,37%. Hal ini menunjukkan bahwa pada ekstrak daun labu siam memiliki kadar air yang rendah sehingga ekstrak daun labu siam dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama 6 FARMASAINS Vol.2. No. 2, Juni 2020 dengan tetap terjaga mikroorganisme. dari cemaran D. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun Labu Siam Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa metabolit sekunder sehingga dapat memberikan gambaran golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak yang sedang diteliti. Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan metabolit sekunder. Uji penapisan fitokimia Hasil Hasil Mohamamad Z,et al (2015) Alkaloid Endapan kuning - + Flavonoid merah + + Saponin Buih tidak hilang + + Tannin Endapan putih + + Steroid Hijau - + Triterpenoid Merah - + Keterangan: (+) : Mengandung senyawa yang dideteksi (-) : Tidak Mengandung senyawa yang dideteksi Hasil pengujian skrining fitokimia pada Tabel menunjukkan ekstrak etanol 70% daun labu siam positif mengandung, flavonoid, dan saponin dan tanin. Hasil ini tidak sesuai dengan jurnal acuan yang diteliti oleh Mohammad Z, et al (2015) bahwa pada daun labu siam positif mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, serta tanin. Pada skrining fitokimia alkaloid yang dilakukan oleh peneliti menggunakan 3 pereaksi. Sampel yang diuji dinyatakan mengandung alkaloid jika 2 dari 3 pereaksi alkaloid yang digunakan menghasilkan warna yang positif, tetapi hasil yang diperoleh hanya terdapat 1 pereaksi yang menandakan adanya alkaloid. Pada jurnal karya Mohammad Z, et al daun labu siam diambil di daerah Cisarua Bogor yang lokasinya cenderung lebih tinggi daripada daerah Ciapus Bogor, yaitu tempat pengumpulan daun labu siam yang digunakan pada penelitian ini. Hal ini diduga sebagai penyebab dari Page | 6 Tabel 7. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun Labu Siam. perbedaan kandungan senyawa kimia yang terkandung. E. Hasil Pengukuran Darah Hewan coba yang digunakan pada penelitian adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley (SD) berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 g. Tikus yang digunakan dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu selama 1 minggu agar tikus dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Hewan coba digunakan sebanyak 25 ekor yang dibagi kedalam 5 kelompok dengan kelompok I = normal, kelompok II = negatif, kelompok III = dosis I, kelompok IV = dosis II, dan kelompok V = dosis III. Setelah aklimatisasi, dilakukan pengambilan darah awal seluruh kelompok tikus melalui ekor yang bertujuan untuk mengetahui kadar awal hemoglobin, hematokrit dan eritrosit tikus yang digunakan sebelum perlakuan memenuhi kadar normal atau tidak. Kriteria klinik anemia di Indonesia pada umumnya merupakan pemeriksaan pokok dalam diagnostik anemia yang terdiri dari 7 Uji Aktivitas Antianemik… pengukuran kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit yang betujuan untuk menetapkan batas hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sebagai batas yang dianggap sudah terjadi anemia (Hematologi Klinik Ringkas 2006). Pengambilan darah tikus Page | 7 dilakukan melalui sinus retro orbitalis mata tikus karena darah yang dibutuhkan untuk pengujian cukup banyak yaitu 1 mL. Jenis spesimen yang dibutuhkan dalam pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit adalah darah utuh. Darah utuh merupakan spesimen darah yang memiliki komponen darah secara utuh dan kondisinya sama seperti aliran darah dalam tubuh. Antikoagulan yang digunakan untuk menampung darah tikus yang telah diambil adalah tabung EDTA. Berdasarkan hasil kadar darah awal, diperoleh hasil kelima kelompok memiliki kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit normal. Kadar normal hemoglobin pada tikus yaitu 11,1-18,0 g/dl (Kusumawati 2016) . Pemberian induksi NaNO2 dilakukan setelah proses pengambilan darah awal. Induksi NaNO2 diberikan melalui oral selama 18 hari 1x sehari dengan dosis 25 mg/200 g BB, hal ini berdasarkan penelitian Munawaroh (2009) bahwa dengan pemberian NaNO2 selama 18 hari 1x sehari dosis 25 mg/200g BB dapat menurunkan kadar hemoglobin dibawah normal hingga anemia tanpa menyebabkan tikus mati. Setelah 18 hari diberikan induksi NaNO2, seluruh kelompok dilakukan pengambilan darah kedua sebagai data hasil setelah induksi. Tujuan pengambilan darah setelah induksi untuk mengetahui setelah 18 hari, keempat kelompok yang diberikan NaNO2 sudah terjadi penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit dibawah normal hingga anemia atau belum. 250 mg/200 g BB pada kelompok II, dosis 500 mg/200 g BB pada kelompok III selama 10 hari 1x sehari secara oral. Kelompok negatif diberikan na cmc untuk menyeragamkan perlakuan seperti kelompok III, IV, dan V. Pemberian ekstrak dilakukan selama 10 hari berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Zuhrawati (2015) dapat meningkatkan kadar hemoglobin tikus anemia setelah diberikan ekstrak etanol 70% daun labu siam selama 10 hari, oleh karena itu dengan pemberian hari yang sama pada ekstrak daun labu siam diharapkan dapat meningkatkan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit pula pada tikus anemia. Pengambilan darah selanjutnya dilakukan setelah pemberian ekstrak etanol 70% daun labu siam dengan dosis I, dosis II dan dosis III selama 10 hari. Pengambilan darah setelah pemberian ekstrak bertujuan untuk mengetahui hasil kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit naik hingga normal atau tidak. Prosedur pengambilan darah dan tempat pengujian hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sama seperti pengujian darah kadar awal. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit yang berbeda-beda setiap kelompoknya. Berikut merupakan grafik hasil pengujian kadar rata-rata hemoglobin tikus uji : Gambar 2. Grafik Kadar Rata-Rata Hemoglobin Tikus Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan hasil bahwa keempat kelompok yang diberikan NaNO2 sudah terjadi penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit dibawah normal. Perlakuan terhadap hewan coba dilanjutkan dengan pemberian ekstrak etanol 70% daun labu siam dengan dosis 125 mg/200 g BB pada kelompok I, dosis 8 FARMASAINS Vol.2. No. 2, Juni 2020 Pada kadar hari ke-19 berdasarkan Gambar 2, memiliki nilai rata-rata kadar hemoglobin lebih rendah jika dibandingkan dengan data kadar hari ke29. Hal ini dapat terjadi karena pada hari ke-1 sampai hari ke-18 tikus uji diberikan induksi NaNO2, yang berarti dapat menurunkan kadar hemoglobin dalam darah setelah pemberian induksi NaNO2. Berikut merupakan grafik hasil pengujian kadar rata-rata hematokrit tikus uji : Gambar 3. Grafik Kadar RataRata Hematokrit Tikus Kadar hari ke-19 pada Gambar 3 juga menunjukkan nilai rata-rata kadar hematokrit yang lebih rendah, jika dibandingkan dengan data kadar hari ke29. Hal ini dapat terjadi karena pada hari ke-1 sampai hari ke-18 tikus uji diberikan induksi NaNO2, yang berarti penginduksi NaNO2 juga dapat menurunkan kadar hematokrit dalam darah. Berikut merupakan grafik hasil pengujian kadar rata-rata hematokrit tikus uji : Gambar 4. Grafik Kadar RataRata Eritrosit Tikus Penginduksi NaNO2 juga dapat menurunkan kadar eritrosit dalam darah karena pada kadar hari ke-19 memiliki nilai rata-rata kadar eritrosit yang lebih rendah, jika dibandingkan dengan data kadar hari ke-29 seperti yang tertera dalam Gambar 4. Page | 8 Seluruh hasil pengukuran hemoglobin, hematokrit dan eritrosit diolah dengan analisa statistik menggunakan one way ANOVA. Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data peningkatan kadar hemoglobin normal atau tidak Hasil analisis statistik menggunakan ANOVA satu arah pada peningkatan kadar hemoglobin (p>0,05) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol normal dengan dosis 2. Dengan demikian ekstrak etanol 70% daun labu siam dosis 2 (250mg/200gBB) mempunyai aktivitas yang lebih baik terhadap peningkatan hemoglobin . Hasil analisis statistik menggunakan ANOVA satu arah pada peningkatan kadar hematokrit (p>0,05) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol normal dengan dosis 2. Dengan demikian ekstrak etanol 70% daun labu siam dosis 2 (250mg/200gBB) mempunyai aktivitas yang lebih baik terhadap peningkatan hematokrit. Hasil analisis statistik menggunakan ANOVA satu arah pada peningkatan kadar eritrosit (p>0,05) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol normal dengan dosis 2. Dengan demikian ekstrak etanol 70% daun labu siam dosis 2 (250mg/200gBB) mempunyai aktivitas yang lebih baik terhadap peningkatan eritrosit. Senyawa yang diduga dapat menigkatkan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit dalam darah pada daun labu siam yaitu flavonoid. Senyawa flavonoid memiliki kontribusi linier terhadap aktivitas antioksidan dalam meningkatkan hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sehingga semakin tinggi kadarnya maka semakin baik pula antioksidannya. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang didapat, kelompok dosis III (dosis 500 9 Uji Aktivitas Antianemik… Page | 10 mg/200 g BB) yang memiliki konsentrasi lebih tinggi tidak menunjukkan peningkatan aktivitas yang lebih baik. Hal ini dapat diduga karena aktivitas atau sifat prooksidan oleh flavonoid yang diberikan (Zuraida et al 2017). UCAPAN TERIMA KASIH Ekstrak daun labu siam yang diberikan setelah induksi NaNO2 bertujuan untuk menstimulasi sel-sel darah merah yang rusak termasuk hemoglobin untuk kembali seperti semula dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik hingga mencapai kadar normal. Pada Gambar 2, 3 dan 4 kelompok II (kelompok negatif) memiliki nilai rata-rata peningkatan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit paling rendah yaitu yang berturut turut hanya 8,92 g/dl, 28,02 %, dan 3,66 106/μL. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Na CMC kepada kelompok tikus negatif tidak dapat membantu menstimulasi hemoglobin dalam darah yang rusak untuk kembali seperti semula mendekati kadar normal dan menjalankan fungsinya dengan baik setelah diberikan NaNO2 selama 18 hari. penelitian ini dapat dilaksanakan dan selesai tepat pada waktunya, kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Ekstrak etanol 70% daun labu siam menunjukan adanya peningkatan hemoglobin, hematokrit dan eritrosit karena adanya senyawa flavonoid yang mempunyai aktivitas menghambat banyak reaksi oksidasi. Flavonoid berperan sebagai antioksidan, yang didalam darah bertindak sebagai penampung radikal hidroksil dan superoksida sehingga melindungi membran lipid. Antioksidan dapat melindungi suatu zat tertentu dari serangan oksidasi termasuk serangan dari radikal bebas (Astawan Made 2004). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan Data persentase peningkatan kadar hematokrit dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah dengan taraf signifikasi 95%(p 0.05) dan diperoleh nilai sig 0,000<0,05, yang menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara dua kelompok dengan dua dosis (250mg/200gBB). Terimakasih kepada Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiya Prof. Dr. HAMKA, Jakarta Timur dan LIPI Bogor karena telah memberikan izin penelitian sehingga DAFTAR PUSTAKA Abdulollahi M, Khasar MR. 2014. Sodium Nitrate. Dalam: Encylopedia of Toxicology. Elsevier, Belanda. Hlm. 334-335 Astawan Made.2004. Kiat Menjaga Tubuh Tetap Sehat. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo. Hlm.13 Bakta I Made.2006. Hematologi Klinik Ringkas. EGC. Jakarta. Hlm.50,56 Campbell, Neil A. 2004. Biologi Edisi KeV. Jakarta. Erlangga. Coronel OADA, Elizabeth L, Vel-Gutierrez G, et al. 2017. Chayote (Sechium edule) Phytochemical and Pharmachological Approaches. Fruit and Vegetable Phytochemical. John Wiley & Sons. Mexico. Corwin EJ.2009. Buku Saku Patofisiologi, Terjemahan: Nike Budhi Subekti. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm. 399 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta. Hlm 333, 336 – 337 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta. Hlm 347 Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 1 0 FARMASAINS Vol.2. No. 2, Juni 2020 Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Hebal Indonesia Edisi I. Jakarta: Harbone, JB. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Cetakan Kedua. Penerjemah: Padmawinata, K dan I. Soediro. Penerbit ITB. Bandung.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 2011. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fikri, B & Ganda, I.J.2005. transport Oksigen. J Med Nus, 24 (2): 134-140 Gad SC. 2014. Aniline. Dalam: Encylopedia of Toxicology. Elsevier, Belanda. Hlm. 240. Gluchcheva, Y et al. (2012). Sodium Nitrite-Induced Hematological and Hemorheological Changes in Rats. Series on Biomedics. Hannani, E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: Buku Kedokteran: EGC. Hlm 10-13 Jaiswal A, Ganeshpurkar A, Awasthi A, Bansal D, Dubey N. 2014. Protective Effects of Beetroot Extract against Phenyl Hydrazine Induced Anemia in Rats. Dalam: Original Article. Phcog J, India. Hlm. 2 Kurniawan, Fajar bakti. 2016. Hematologi: Praktikum Analis Kesehatan. EGC. Jakarta. Hlm. 23 Kusumawati D. 2016. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada University Press. Hlm. 9 Larasaty W.2013. Uji Antifertilitas Ekstrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar (Jathropa curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Hlm.26 Latief Abdul. 2012. Obat Tradisional. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm. 2,167 Lingga, P. (2001). Panduan Seminar dan Peluncuran Buku Retropeksi Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor Maula, Indah F. 2014. Uji Antifertilitas Page | 10 Ekstrak N-Heksan Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN, Jakarta. Hlm. 37 Medicalogy. 2017. Hematology Analyzer: Satu Alat Cek Darah Multifungsi. www.medicalogy.com. Diakses 08 Febuari 2019 Mohammad Z, Ery E, dan Dina P. 2016. Pengembangan Formulasi dan Evaluasi Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol 70% Daun Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal Kesehatan. Makassar. Hlm.362. Munawaroh, S. 2009. Pengaruh Ekstrak Kelopak Rosela (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Kadar Peningkatan Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Dalam Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Anemia. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim, Malang. Mun’im A, et al. 2016. Anti-anemia Effect of Standardized Extract of Moringa oleifera Lamk. Leaves on Aniline Induced Rats. Dalam: Pharmacognosy Journal. Indonesia. Hlm. 256-257 Nahdiyati, Nurpuji A Taslim, and Faisal Attamimi. 2012. Studi Infeksi Kecacingan Dan Anemia Pada Siswa Sekolah Dasar Di Daerah Endemik Malaria, Kabupaten Mamuju. Media Gizi Masyarakat Indonesia 1(2): 104-8 Neeraja K et al. 2015. Cardioprotective Activity of Fruits of Sechium Edule. Dalam: Bangladesh Journal of Pharmacology. India. Hlm. 126 11 Uji Aktivitas Antianemik… Nihon Kohden. 2002. For Veteriner Use Celltac α Automated Hematology Analyzer MEK-6450. Nihon Kohde. Eropa. Hlm 10.4 Nugraha G. 2017. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Page | 11 Trans Info Media. Jakarta. Hlm. 163164 Zuhrawati et al. (2015). Pengaruh Pemberian Infusa Daun Labu Siam (Sechium edule) Terhadap Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit Tikus Putih (Rattus norvegicus) Anemia. Journal Medica Veterinaria. Prahasta A. 2009. Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Labu Siam. Pustaka Grafika. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2016. Penggunaan dan Penanganan Hewan Coba Rodensia Dalam Penelitian Sesuai Dengan Kesejahteraan Hewan. Bandung: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian. Hlm. 1, 25. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/general/hasil%20Riskesdas% 202013.pdf Riskesdas. 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/general/hasil%20Riskesdas% 202018.pdf Sembiring A, Tanjung M, Sabri E. 2012. Pengaruh Ekstrak Segar Daun Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan (Mus Musculus L.) Strain DDW Melalui Induksi Natrium Nitrit (NaNO₂). Dalam: Saintia Biologi. Neliti, Australia. Hlm. 61—64. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi manusia Dari Sel Ke Sistem. Alih Bahasa: Brahm U. Jakarta: EGC Silverthorn DU.2013. Fisiologi Manusia Sebuah Pendekatan Terintegrasi edisi 6, Terjemahan: Staf Pengajar Departemen Fisiologi Kedokteran FKUI. Jakarta. Hlm.570 WHO, 2017. Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa. 1 2 FARMASAINS Vol.2. No. 2, Juni 2020 LAMPIRAN Lampiran Gambar 2. Grafik Kadar Rata – rata Hemoglobin Tikus 18 Page kadar Hemoglobin (g/dL) 16 12 14 12 10 8 6 4 2 0 Kadar Hari Ke-0 kelompok 1 12.29 kelompok 2 12.68 kelompok 3 13.74 kelompok 4 14.04 kelompok 5 14.22 Kadar Hari Ke-19 12.72 7.68 6.84 8.4 7.86 Kadar Hari Ke - 29 15.24 8.92 11.12 13.56 11.64 Lampiran Gambar 3. Grafik Kadar Rata – rata Hemotokrit Tikus 50 45 kadar Hematokrit (%) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 Kadar Hari Ke-0 43.68 38.68 42.24 40.44 40.4 Kadar Hari Ke-19 Kadar Hari Ke-29 43.98 43.66 26.9 28.02 26.06 37.1 28.46 42.42 26.88 40.52 13 | Uji Aktivitas Antianemik… Lampiran Gambar 4. Grafik Kadar Rata – rata Eritrosit Tikus 10 9 Page | 13 Kadar Eritrosit (%) 8 7 5 4 3 2 1 0 kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 Kadar Hari Ke-0 7.61 7.81 6.38 7.65 8.37 Kadar Hari Ke-19 Kadar Hari Ke-29 7.74 8.85 2.75 3.66 2.62 6.03 3.85 8.44 3.8 7.11 14