BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PULPOTOMI PADA GIGI SULUNG 1. Definisi Istilah pulpotomi berasal dari kata pulp dalam bahasa Inggris yang berarti pulpa, sedangkan tome dalam bahasa Yunani yang berarti pemotongan.10 Dengan demikian pulpotomi berarti tindakan pemotongan atau eksisi jaringan pulpa. Pulpotomi dapat pula berarti pengambilan seluruh jaringan pulpa mahkota vital di kamar pulpa, kemudian diikuti dengan penempatan medikamen di atas orifis yang akan menstimulasi penyembuhan atau memumifikasi sisa jaringan pulpa vital yang sehat di dalam akar gigi tersebut.4 Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (1998) pengertian pulpotomi yaitu, amputasi atau pemotongan pulpa bagian korona untuk melestarikan vitalitas dan fungsi pulpa yang tersisa dalam radiks.3 2. Tujuan Pulpotomi mempunyai tujuan untuk mempertahankan vitalitas dan fungsi gigi sulung yang terkena karies atau trauma mekanis dengan mengangkat pulpa bagian korona dan meninggalkan jaringan pulpa bagian akar yang sehat.3 3. Indikasi Pulpotomi dapat dilakukan pada gigi sulung dengan karies yang mengenai pulpa ataupun pulpa terbuka akibat trauma mekanis1 (Gambar 1). Pulpotomi juga diindikasikan pada gigi sulung vital yang didukung dengan jaringan periodontium yang sehat, bebas dari abses dan fistula, tidak ada keluhan rasa sakit spontan atau sakit saat tidur malam, panjang akar masih duapertiga, serta perdarahan yang dapat dikontrol saat amputasi jaringan pulpa. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa kondisi gigi dapat direstorasi.3,11 Demikian juga pada 4 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja pemeriksaan radiografis tidak terlihat adanya resopsi internal dan kelainan di daerah inter-radikular.3,11 Perlunya perawatan pulpotomi pada gigi sulung untuk menghindari pencabutan dini gigi sulung karena gigi sulung mempunyai fungsi sebagai space maintainer untuk menjaga ruang bagi gigi permanen.3 Gambar 1. (Atas) Terbukanya ruang pulpa akibat trauma mekanis pada gigi insisivus central atas1; (Bawah) Terbukanya ruang pulpa pada karies dentin 12,13 5 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja 4. Kontra-indikasi Pulpotomi tidak dapat dilakukan atau merupakan kontra-indikasi pada keadaan di bawah ini: a. Adanya keluhan sakit spontan Adanya keluhan sakit spontan menandakan peradangan yang sudah terjadi merupakan peradangan yang irreversibel pada pulpa, meluas hingga jaringan pulpa di bagian akar.3 b. Adanya fistula dan abses Terbentuknya fistula dan abses menandakan sudah terjadi peradangan yang meluas mencapai jaringan pulpa bagian akar. Hal ini menjadi suatu kontraindikasi dalam perawatan pulpotomi3 (Gambar 2). Gambar 2.Tampak fistula pada gingiva yang terletak antara gigi sulung premolar dan molar sebagai kontra-indikasi untuk prosedur pulpotomi 14 c. Mobilitas yang patologis3 6 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja Mobilitas patologis ini disebabkan adanya penyakit periodontal, dan trauma sehingga menjadi kontra-indikasi untuk dilakukan prosedur pulpotomi. d. Kalsifikasi pada pulpa3 Pada pulpa yang mengalami kalsifikasi sulit untuk dilakukan prosedur pulpotomi, sehingga jika dipaksakan untuk dilakukan prosedur pulpotomi akan memberikan hasil yang kurang baik. e. Radiolusensi pada daerah furkasi dan periapikal Pada pemeriksaan radiografis tidak boleh ditemukan adanya radiolusensi pada daerah furkasi dan periapikal. Bila terdapat keadaan patologis pada daerah furkasi dan periapikal menjadi suatu kontraindikasi untuk dilakukan pulpotomi3 (Gambar 3). Gambar 3. Gambaran radiografis yang menunjukkan adanya radiolusensi pada daerah furkasi gigi molar15 7 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja f. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol Setelah dilakukan pemotongan jaringan pulpa pada bagian korona, perdarahan harus dapat dihentikan dengan menempatkan kapas dengan tekanan ringan pada ruang pulpa. Jika perdarahan terus-menerus terjadi maka kemungkinan jaringan pulpa di bagian korona telah mengalami peradangan. Selain perdarahan yang terjadi, kondisi vitalitas pulpa dapat terlihat dari warna jaringan pulpa. Jaringan pulpa yang telah mengalami peradangan menunjukkan warna merah tua, sedangkan pada pulpa yang telah nekrosis, tidak ada perdarahan yang terjadi.3 g. Gigi dengan kerusakan besar yang tidak dapat direstorasi3 h. Kesehatan umum yang buruk Pasien dengan kesehatan umum yang buruk misalnya diabetes, penyakit ginjal kronik, leukemia, dan juga pada penderita imunodefisensi, biasanya pasien-pasien ini mempunyai daya tahan yang buruk terhadap infeksi dan kualitas penyembuhan yang buruk.1,3 5. Medikamen dalam Perawatan Pulpotomi Gigi Sulung Prosedur pulpotomi menggunakan medikamen yang memiliki sifat yang berbeda-beda dalam interaksinya terhadap jaringan pulpa yaitu fiksasi, preservasi dan regenerasi.4,16 Fiksasi bertujuan mempertahankan vitalitas pulpa tanpa pembentukan dentin reparatif. Preservasi bersifat agar fungsi jaringan pulpa yang masih ada memperlihatkan perubahan-perubahan reversibel yang minimal. Regenerasi agar sisa jaringan pulpa tidak hanya tetap vital dan berfungsi tetapi juga menstimulasi pembentukkan dentin bridge akibat odontoblas mengelilingi pulpa.16 Ada berbagai medikamen yang dapat digunakan dalam prosedur perawatan pulpotomi, namun dalam skripsi ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah formokresol, dan mineral trioxide aggregat. Formokresol pertama kali diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1904. Komposisi dari formokresol terdiri dari 35% kresol, 15% gliserol, 19% formaldehid, 31% air 8 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja The International Agency for Research on Cancer mengklasifikasikan formaldehid yang terdapat pada formokresol mempunyai sifat karsinogenik. Formaldehid yang terkandung di dalam formokresol merupakan bahan dengan efek devitalisasi. Formaldehid juga bekerja sebagai bahan fiksasi terhadap jaringan pulpa.11 Sifat formokresol dapat menghambat fungsi makrofag, memodulasi sistem imun, serta meningkatkan respon inflamasi pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan jumlah sel inflamasi pada jaringan pulpa setelah di berikan formokresol.16 Dalam perawatan pulpotomi, mekanisme kerja formokresol adalah dengan mengubah jaringan pulpa pada daerah permukaan yang berhadapan dengan obat menjadi zona fiksasi yang stabil. Tepat di bawah zona fiksasi tersebut jaringan pulpa yang tersisa masih dalam keadaan vital dan sehat serta tidak mengalami peradangan.11 Itulah sebabnya formokresol tetap digunakan pada gigi sulung sampai saat ini karena dapat memfiksasi sisa jaringan pulpa dalam waktu 3-5 menit. Namun, formokresol tidak memiliki kemampuan dalam menginduksi terbentuknya jaringan keras atau dentin reparatif.16 Dalam beberapa penelitian, formokresol memiliki presentase keberhasilan perawatan yang cukup tinggi dengan teknik penggunaan yang cukup mudah untuk diaplikasikan dalam perawatan.16 Kontroversi pada penggunaan formokresol berkaitan dengan sifat dari zat formaldehid yang terkandung di dalam formokresol. Formaldehid merupakan bahan organik yang mudah menguap, bersifat toksik dan korosif, terutama dampaknya pada daerah yang berkontak langsung dengan bahan. Selain formaldehid, juga terkandung kresol yang bersifat iritan dan korosif.11 Pada Juni 2004, suatu Badan Kanker Internasional (International Agency of Cancer) dari WHO menyatakan bahwa terdapat bukti yang cukup kuat bahwa bahan formaldehid yang terkandung di dalam formokresol, dapat menyebabkan kanker nasofaring pada manusia.13,17 Formokresol dalam dunia kedokteran gigi secara luas sudah menjadi pilihan sebagai obat standar digunakan dalam prosedur pulpotomi. Dengan 9 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja adanya dampak negatif bahan ini terhadap kondisi sistemik maka timbul kekhawatiran dalam penggunaannya. Selain itu, bahan ini dilaporkan juga dapat memberikan dampak negatif secara lokal, di antaranya adalah kerusakan pada enamel gigi pengganti, dan keterlambatan eksfoliasi pada gigi yang telah dilakukan prosedur pulpotomi ketika dibandingkan dengan gigi yang tidak dilakukan perawatan pulpotomi.16 Beberapa pendapat mengemukakan agar menghindari penggunaan formokresol sebagai obat yang digunakan dalam perawatan pulpa karena diketahui memiliki sifat negatif terhadap sistemik. Formalin yang terkandung di dalamnya memiliki sifat yang mutagenik, karsinogenik, imunogenik, dan berpotensi bersifat toksik.11 Kekurangan atau kerugian formokresol memicu untuk dilakukan penelitian terhadap medikamen lain yang dapat menggantikan formokresol yang mempunyai persentase kesuksesan yang hampir sama. Pertimbangan utama yang menjadi alasan pencarian alternatif, ada beberapa medikamen yang ditemukan dengan memiliki sifat yang lebih baik dengan persentase keberhasilan yang hampir sama dengan formokresol, di antaranya adalah Mineral Trioxide Aggregate. MTA atau mineral trioxide aggregate bekerja dengan menginduksi terbentuknya jaringan keras atau dentin reparatif sehingga memberikan hasil perawatan yang lebih baik. B. MINERAL TRIOXIDE AGGREGATE (MTA) Mineral Trioxide Aggregate pertama kali dikembangkan di Loma Linda University pada 1993 oleh Lee, sebagai bahan pengisi saluran akar pada perawatan bedah endodontik. Pertama kali mineral trioxide aggregate diuji pada gigi monyet dengan pulpa terbuka karena mengalami trauma. Hasil uji pada gigi monyet ini cukup memuaskan dan tidak ditemukan inflamasi pulpa setelah diobservasi 5 bulan . Meskipun pada awalnya mineral trioxide aggregate dikhususkan penggunaannya pada prosedur penutupan apikal, namun pada kenyataannya mineral trioxide aggregate dapat dengan efektif digunakan pada perawatan pulpa vital. Mineral Trioxide Aggregate merupakan tipe I semen portland, telah dipatenkan dan diterima oleh Federal Drug Administration (FDA) 10 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja di USA dan secara komersial tersedia dengan merek ProRoot MTA. Medikamen ini berasal dari partikel hidrofilik yang terdiri dari trikalsium silikat, trikalsium alimunat, trikalsium oksida, silikat oksida dan bismuth oksida.16,17 Awalnya Mineral trioxide aggregate ini diproduksi dengan warna abu-abu (Gray Mineral Trioxide Aggregate), tetapi belakangan lebih banyak ditemui warna putih (White mineral trioxide aggregate). Perbedaan yang mencolok antara white mineral trioxide aggregate dan gray mineral trioxide aggregate adalah konsentrasi karborundum (Al 2 O 3 ), MgO, dan FeO yang lebih rendah pada white mineral trioxide aggregate dibandingkan pada gray mineral trioxide aggregate (Gambar 4). Hal di atas menyebabkan variasi warna pada kedua jenis mineral trioxide aggregate. Alasan utama diperkenalkan white mineral trioxide aggregate sebagai pengganti gray mineral trioxide aggregate adalah untuk kepentingan estetik yaitu, mendapatkan warna yang lebih sesuai dengan warna gigi.18 Gambar 4. Gray mineral trioxide aggregate dan white mineral trioxide aggregate19 11 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja Agamy (2004) membandingkan respon jaringan pulpa antara white mineral trioxide aggregate dan gray mineral trioxide aggregate secara histologis. Gray mineral trioxide aggregate menunjukkan jumlah sel radang yang sedikit dan pertumbuhan lapisan odontoblas regular yang kontinyu, sehingga gray mineral trioxide aggregate mempunyai persentase keberhasilan yang lebih tinggi. Lapisan odontoblas irregular yang tidak kontinyu dan sel radang dengan daerah nekrosis parsial dapat ditemukan pada penggunaan white mineral trioxide aggregate. Menurut Maroto (2007), pemakaian white mineral trioxide aggregate pada pulpotomi gigi sulung mencapai keberhasilan 100%. 20 Bahan ini dalam pemakaiannya cukup baik karena sifatnya yang biokompatibel serta terdapat antimikroba. Jika dibandingkan dengan calcium hydroxide, mineral trioxide aggregate juga memiliki kemampuan dalam namun dalam waktu yang lebih singkat serta tanpa menimbulkan efek peradangan yang cukup berarti pada jaringan pulpa. Dengan berbagai keunggulan tersebut maka mineral trioxide aggregate dapat dengan efektif mencegah terjadinya kebocoran mikro serta meningkatkan penyembuhan sehingga prognosis yang didapat akan baik. Tabel 1. Penilaian klinis untuk kelompok MTA21 Periode observasi Jumlah gigi yang dievaluasi Rasa sakit Mobilitas Bengkak Sinus Perubahan warna 24 jam 25 - - - - 15 1 bulan 24 - - - - - 3 bulan 24 - - - - - 6 bulan 24 - - - - - 12 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja Bahan ini telah terbukti dalam pemakaiannya oleh berbagai penelitian sebagai bahan yang memberikan hasil yang cukup memuaskan pada perawatan endodontik seperti pulpotomi pada gigi permanen muda maupun pulpotomi pada gigi sulung dan pulp capping.3 Penelitian pada mineral trioxide aggregate yang dilakukan oleh Naik dan Hedge (2005) selama 6 bulan, menunjukkan keberhasilan secara klinis dan radiografis.21 Secara klinis mineral trioxide aggregate tidak menimbulkan rasa sakit, mobilitas gigi, bengkak dan tidak menimbulkan efek negatif terhadap sinus. Namun, mineral trioxide aggregate menyebabkan perubahan warna pada mahkota gigi. Perubahan warna yang ditimbulkan dari coklat tua hingga berwarna hitam ,dan bersifat permanen. Hal tersebut tidak terlalu bermasalah karena biasanya setelah pemakaian mineral trioxide aggregate, gigi disarankan direstorasi dengan stainless stell crown.21 Secara radiografis mineral trioxide aggregate tidak menimbulkan resorpsi internal, resorpsi eksternal, radiolusensi periapikal/furkasi, serta tidak menimbulkan obliteration. Hal ini memperlihatkan bahwa mineral trioxide aggregate mempunyai hasil yang menjanjikan secara klinis dan radiografis. Untuk melihat lebih jelas keberhasilan mineral trioxide aggregate secara klinis maupun radiografis dapat dilihat pada Tabel.1 dan 2.21 Tabel 2. Penilaian radiografis untuk kelompok MTA21 Periode observasi Jumlah gigi yang dievaluasi Resorpsi internal Resorpsi eksternal Radiolusensi periapikal/furkasi Pulp canal obliteration 24 Jam 25 - - - - 1 bulan 24 - - - - 3 bulan 24 - - - - 6 bulan 24 - - - - 13 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja Menurut Hollan dkk (2005), perbedaan persentase keberhasilan antara mineral trioxide aggregate dengan formokresol tidak berbeda jauh. Keberhasilan mineral trioxide aggregate mencapai 97% sedangkan formokresol mencapai 83%. Peng dkk (2006), menyatakan bahwa dengan menggunakan teknik meta analisis melaporkan mineral trioxide aggregate dan fomokresol memiliki persentase keberhasilan yang berbeda jauh. Mereka menyimpulkan bahwa mineral trioxide aggregate tidak menimbulkan respon-respon yang tidak diinginkan dan dapat digunakan sebagai bahan pengganti formokresol pada perawatan pulpotomi gigi sulung.22 1. Komposisi Mineral Trioxide Aggregate Mineral Trioxide Aggregate terdiri atas kalsium oksida 50-70% dan silika dioksida 15-25%. Ketika kedua komponen ini dicampur, akan terbentuk trikalsium silikat, dikalsium silikat, trikalsium alumina, dan tetrakalsium aluminoferi. Bila dicampur dengan air, semen akan mengalami hidrasi dan membentuk gel silika hidrat. Pada gambaran radiografis dental akan terlihat gambaran radiopak pada hasil radiografis.23 Molekul utama yang terkandung dalam mineral trioxide aggregate adalah ion kalsium dan fosfor dan terdapat 2 fase yang spesifik. Fase pertama yaitu terdiri atas kristal yang terpisah dan fase kedua terdiri atas struktur yang tidak beraturan dan bergranular. Fase pertama terdiri dari 87% kalsium 2,47% silika dan sisanya oksigen. Fase kedua terdiri dari 33% kalsium, 49% fosfat, 2% karbon, 3% klorida, dan 6% silika.24 Walaupun demikian, Asgary dan Camilleri (2005) menyatakan bahwa mineral trioxide aggregate (ProRoot) tidak mengandung fosfor.25 Hal ini mungkin disebabkan kontaminasi fosfor pada penelitian yang dilakukan oleh Torabinejad (1995) atau telah terdapat perubahan komposisi bubuk mineral trioxide aggregate sejak pertama kali diperkenalkan. 24 14 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja 2. Karakteristik Fisik Mineral Trioxide Aggregate Sifat dari bahan ini termasuk basa kuat dan akan mengeras ketika bercampur dengan air. Setelah pengadukan pH mineral trioxide aggregate adalah 10,2. Setelah 3 jam pH nya meningkat menjadi 12,5. Radiopasitas mineral trioxide aggregate lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan dentin, yaitu 17,7 mm. Selain itu, mineral trioxide aggregate juga memiliki waktu pengerasan (setting time) yang panjang, yaitu 2 jam 45 menit. Setelah 24 jam, mineral trioxide aggregate memiliki kekuatan kompresi 40Mpa. Dan setelah 21 hari, kekuatan kompresi mineral trioxide aggregate meningkat menjadi 67Mpa. Mineral Trioxide Aggregate tidak dapat diaplikasikan pada daerah fungsional karena kekuatan kompresi yang rendah. Sebagai tambahan, mineral trioxide aggregate menunjukkan kelarutan yang rendah. Hal ini dapat mencegah kontaminasi bakteri pada pulpa melalui cacat pada jembatan dentin. 26 Pengadukan bubuk mineral trioxide aggregate dengan larutan yang berbedabeda dilaporkan dapat mempengaruhi setting time dan kekuatan kompresinya. Bubuk mineral trioxide aggregate yang diaduk dengan natrium hipoklorit menunjukkan setting time yang paling singkat, yaitu 20 menit dan bubuk mineral trioxide aggregate yang diaduk dengan natruim hipoklorit menunjukkan kekuatan kompresi yang paling rendah, yaitu 17,1 Mpa setelah 7 hari. Bubuk mineral trioxide aggregate yang diaduk dengan NaOCl dapat digunakan pada prosedur sementara ketika kekuatan tidak terlalu diperlukan. Selain itu, bubuk mineral trioxide aggregate dengan NaOCl menunjukkan konsistensi yang lebih mudah diaplikasikan.25 Calcium hydroxide yang terkandung di dalam matriks silikat merupakan komponen yang terdapat di dalam mineral trioxide aggregate yang berperan penting dalam proses pengerasan. Setelah mineral trioxide aggregate diaplikasikan maka akan mencapai keadaan setting yang optimal setelah 21 15 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja hari. Bahan ini bersifat biokompatibel terhadap sel sekitar, jaringan pulpa dan jaringan periradikular, serta mampu menstimulasi terbentuknya sitokin. Matriks silikat yang terdapat pada mineral trioxide aggregate memungkinkan terjaganya integritas bahan dengan sifatnya yang tidak mudah larut. Penutupan tepi yang maksimal antara mineral trioxide aggregate dan dentin disebabkan adanya pelepasan ion kalsium. Dengan adanya penyerapan air dan ekspansi maka hal ini membantu dalam adaptasi dentin sehingga memungkinkan terjadinya penutupan yang maksimal tanpa terpengaruh oleh darah. 3. Efek Antibakteri Mineral Trioxide Aggregate Pada studi yang dilakukan oleh Torabinejad (1995), mineral trioxide aggregate mempunyai efek antibakteri terhadap bakteri anaerob. Efek antibakteri mineral trioxide aggregate terhadap bakteri tersebut di atas disebabkan oleh pH yang tinggi. Sifat bahan ini termasuk basa kuat dan akan mengeras ketika bercampur dengan air. Ketika bahan ini bercampur dengan air, maka akan membentuk suatu massa koloid yang akan mengeras dalam waktu kurang lebih 3 jam. Mineral trioxide aggregate memiliki pH basa, ketika dicampurkan pH nya mencapai 10,2 kemudian akan meningkat menjadi 12,5 setelah 3 jam dan akan menetap setelah 22 jam. Dengan pH yang basa ini mineral trioxide aggregate juga berfungsi sebagai antimikroba.27 4. Mekanisme Kerja Mineral Trioxide Aggregate pada Perawatan Pulpa Mineral trioxide aggregate dapat menginduksi aktivitas fenotip osteogenik seperti enzim alkalin fosfatase, kemudian juga dapat menginduksi osteonidogen, osteokalsin, osteonektin, osteoponin dan dapat menghasilkan pembentukan jaringan keras yang baru.16,21 Mineral trioxide aggregate dapat mempertahankan struktur pulpa tetap dalam keadaan normal atau dengan inflamasi minimal bahkan tidak sama sekali, serta mempertahankan lapisan odontoblas agar tetap utuh. 16 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja Gambar 5. Gambaran histologis aplikasi mineral trioxide aggregate menstimulasi pembentukan jaringan keras.15 Inflamasi ringan yang terjadi merupakan salah satu proses yang berkaitan dengan pembentukan jembatan dentin, terbentuknya kalsifikasi dentin ini diharapkan dapat membentuk barrier yang baik dalam penutupan jaringan pulpa yang sehat sehingga jaringan pulpa yang sehat dapat terjaga dengan baik dan akan memperoleh hasil perawatan yang memuaskan. Secara histologis mineral trioxide aggregate menghasilkan pembentukan jaringan keras baru (Gambar. 5) 5. Prosedur Perawatan Pulpotomi Gigi Sulung 3,18 Pada prosedur pulpotomi, setelah dilakukan pemotongan jaringan pulpa bagian korona, harus dipastikan jaringan pulpa bagian akar dalam keadaan vital, baik secara klinis maupun radiografis.2 Tujuannya adalah agar jaringan 17 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja pulpa pada daerah akar tetap sehat tanpa adanya gejala klinis yang merugikan seperti sensitivitas, sakit atau peradangan, dan tidak ditemukan resorpsi akar eksternal maupun internal pada gambaran radiografis. Secara umum prosedur perawatan pulpotomi dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Anestesi lokal11 Pertama-tama dilakukan anestesi lokal, agar pasien tidak merasakan sakit pada saat amputasi jaringan pulpa bagian korona yang masih vital. b. Gigi diisolasi dengan rubber dam11 Rubber dam mempunyai fungsi untuk menyediakan pandangan kerja yang luas, dapat menjaga pasien supaya tidak tertelan instrument yang kecil dan melindungi jaringan lunak supaya tidak terluka karena pemakaian instrumen yang digunakan oleh operator. c. Pembuangan jaringan karies11 Jaringan karies dibersihkan menggunakan excavator atau round bur. Kemudian kavitas diirigasi dengan air dan dikeringkan untuk mendapatkan pandangan yang jelas untuk mendapatkan akses terhadap pulpa bagian korona. d. Pembukaan atap pulpa11 Pembukaan atap pulpa, dapat dilakukan dengan menggunakan round bur, fissure bur dan irigasi air yang banyak ( Gambar.6) e. Amputasi jaringan pulpa11 Amputasi atau pemotongan jaringan pulpa bagian korona dapat dilakukan dengan menggunakan excavator tajam dan steril atau dengan round bur steril nomor 6 atau nomor 8 dengan kecepatan rendah sampai batas orifis ( Gambar. 7) f. Irigasi ruang pulpa11 Ruang pulpa diirigasi dengan air steril atau saline untuk menghilangkan debris dan mengeringkannya dengan cotton pellets yang steril. 18 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja Gambar 6. Pembukaan atap pulpa28 Gambar 7.Amputasi jaringan pulpa korona28 19 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja g. Kontrol perdarahan11 Perdarahan dikontrol dengan menggunakan ditempatkan pada ruang pulpa tepat di atas orifice. kapas lembab yang Kapas lembab digunakan dengan tujuan agar serat-serat kapas tidak menempel pada darah di jaringan pulpa. Penggunaan kapas yang tidak lembab dapat menyebabkan terangkatnya jaringan bekuan darah sehingga menimbulkan perdarahan kembali. Perdarahan yang normal dapat dihentikan dalam waktu 3 menit (Gambar 8). Jika perdarahan tidak berhenti dalam waktu 3-5 menit, mungkin terjadi inflamasi pada jaringan pulpa bagian akar, dan tidak bisa diindikasikan dengan perawatan pulpotomi. h. Fiksasi sisa jaringan pulpa yang diamputasi3 Penempatan kapas yang telah diberi formokresol diletakan pada orifice selama 3-5 menit tujuannya untuk mendapatkan fiksasi sisa jaringan pulpa. Fiksasi sudah tercapai jika jaringan pulpa mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan. Hal ini menandakan bahwa fiksasi yang diinginkan sudah tercapai. Gambar 8. Kontrol perdarahan setelah pemotongan jaringan pulpa bagian korona29 20 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja i. Penempatan zinc oxide eugenol3 Zinc oxide eugenol ditempatkan diatas orofice, dan diatasnya zinc fosfat semen, lalu kemudian dilakukan tumpatan sementara. j. Restorasi permanen3 Pasien kembali setelah satu minggu, jika tidak ada keluhan sakit, maka dapat dilakukan restorasi permanen. Biasanya restorasi permanen pada gigi posterior setelah perawatan pulpotomi adalah dengan mahkota tahan karat atau stainless steel crown. Pada gigi anterior yang memerlukan estetik, digunakan Glass Ionomer Cement atau komposit resin yang mempunyai warna menyerupai warna gigi. Prosedur pulpotomi yang sudah dijelaskan di atas merupakan prosedur perawatan pulpotomi formokresol pada gigi sulung. Teknik prosedur pulpotomi menggunakan mineral trioxide aggregate dapat dijabarkan sebagai tahap-tahap berikut ini11 : a. Dilakukan prosedur yang sama seperti prosedur perawatan pulpotomi formokresol yang telah dijelaskan di atas dari tahap a-g b. Kontrol perdarahan Setelah pemotongan dan pengambilan jaringan pulpa di bagian korona kemudian menghentikan perdarahan dengan menggunakan kapas yang lembab. Kelembaban yang berlebihan dapat dikontrol dengan menggunakan cotton pellet. c. Penempatan Mineral trioxide aggregate Mempersiapkan bubuk mineral trioxide aggregate, yang dicampurkan dengan air steril sampai bubuk mineral trioxide aggregate dengan air menyatu, konsistensi seperti pasta. Mineral trioxide aggregate ditempatkan ke dalam ruang pulpa dengan menggunakan excavator atau retrogate amalgam carrier. Mineral trioxide aggregate harus menutupi 21 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja seluruh permukaan jaringan pulpa yang terbuka dengan ketebalan kurang lebih 3-4 mm. Lapisan mineral trioxide aggregate ini merupakan penutup luka yang permanen (Gambar 9). Gambar 9. Penempatan mineral trioxide aggregate30 d. Penempatan basis semen Penempatan basis semen yang dapat digunakan adalah zinc oxide-eugenol atau glass ionomer cement (GIC). Basis semen ditempatkan dengan perlahan di atas campuran mineral trioxide aggregate dan dibiarkan hingga mengeras. e. Restorasi permanen dengan pemakaian stainless steel crown3 Mineral trioxide aggregate dapat dijadikan bahan tumpat permanen. Medikamen ini dapat menyebabkan perubahan warna yang permanen pada gigi, sehingga pasien disarankan untuk dilakukan restorasi permanen. Biasanya restorasi permanen pada gigi posterior setelah perawatan pulpotomi adalah dengan mahkota tahan karat atau stainless steel crown. Pada gigi anterior yang memerlukan estetik, digunakan Glass Ionomer Cement atau komposit resin yang mempunyai warna menyerupai warna gigi 22 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja Gambar 10. Restorasi gigi dengan stainless steel crown28 23 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebagai Bahan Perawatan Pulpotomi pada Gigi Sulung Djuliana Widjaja