Latar Belakang Wabah COVID-19 membawa dampak yang besar di seluruh belahan dunia. Penyebaran virus yang cepat dan vaksin yang belum ditemukan membuat semakin banyaknya masyarakat dunia yang terinfeksi. Kondisi ini membuat pemerintah melakukan penanganan untuk menekan penyebaran virus dengan melakukan lockdown. Masyarakat diwajibkan untuk melakukan seluruh aktivitas hariannya di dalam rumah dan dilarang keluar rumah jika tidak mendesak seperti untuk belanja dan mendapatkan pelayanan kesehatan. Lockdown menyebabkan terhambatnya berbagai sektor kehidupan masyarakat karena tidak adanya masyarakat yang pergi ke kantor dan melakukan aktivitas hariannya seperti biasanya. Kondisi ini terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia. Di indonesia sendiri ada beberapa sektor yang terdampak yang signifikan terhadap adanya COVID-19. sektor -sektor tersebut merupakan sektor-sektor yang memegang peranan penting dan menjadi penyumbang pendapatan terbesar di Indonesia. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pariwisata, transportasi, pembangunan, perdagangan dan keuangan. Gambar 1 Potensi Industri saat Pandemi Sumber : id.investing.com Sektor pembangunan yang merupakan salah satu sektor yang terdampak adanya pandemi ini mengalami penurunan pendapatan yang signifikan. Hal ini terjadi karena banyaknya proyek pembangunan yang terhambat dan macet terutama proyek-proyek pemerintah. Faktor pendanaan yang telah habis untuk menangani pandemi menjadi sebab beberapa proyek pemerintah terhambat. Proyek ini juga menyebabkan beberapa perusahaan konstruksi tidak mendapatkan penghasilan. Jasa konstruksi yang mencakup kegiatan usaha di bidang konstruksi umum dan konstruksi khusus pekerjaan gedung dan bangunan sipil, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prefabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek dan juga konstruksi yang bersifat sementara. Semenjak pandemi laju pertumbuhan jasa konstruksi menurun drastis. Gambar 2 Laju Pertumbuhan Jasa Konstruksi Sumber : BPS Kondisi ini berdampak pada salah satu perusahaan konstruksi di Indonesia yaitu PT. Wijaya Karya Tbk. (WIKA). Kondisi perusahaan dicerminkan dengan menurunnya pendapatan di setiap kuartalnya mulai akhir tahun 2019 hingga kuartal 3 tahun 2020. Pada akhir tahun 2019 (kuartal 4 2019) pendapatan bersih WIKA sebesar Rp. 2,621,015,140,000. Pada kuartal 1 tahun 2020 sebesar Rp. 152,369,984,000. Pada kuartal 2 tahun 2020 sebesar Rp. 324,746,005,000. Dan pada kuartal 3 pada tahun 2020 Rp. 140,940,105,000. Kondisi ini tentunya berpengaruh terhadap pasar saham dan minat investor terhadap saham-saham perusahaan konstruksi termasuk PT. Wijaya Karya Tbk. (WIKA). Penurunan pendapatan menyebabkan sinyal negatif terhadap minat investor untuk membeli saham WIKA. Investor memiliki kekhawatiran tidak mendapatkan return sesuai dengan yang diekspektasikan. Profil Perusahaan WIKA dimulai sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam instalasi listrik dan perpipaan bekerja, dan di tahun 70-an, bergeser ke menjadi sipil dan bangunan perusahaan kontraktor. Melalui Penawaran Umum Perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada 27 Oktober 2007, WIKA dirilis 28,46 persen sahamnya kepada publik, sedangkan Pemerintah Republik Indonesia memiliki sisanya. Dana yang diterima dari IPO telah membantu WIKA menjadi lebih fleksibel pertumbuhan dan perkembangan. Perusahaan terus mengambil berbagai tindakan antisipatif dan inovatif untuk membantu perkembangannya, menghasilkan posisinya yang kuat di tengah-tengah nasional dan krisis global. Pada 2019, WIKA secara resmi meluncurkan 2030 Visi dan Misi untuk memungkinkan Perusahaan dalam mengatasi masa depan tantangan sebagai perusahaan yang terlibat investasi dan Rekayasa berkelanjutan, Pengadaan, dan Konstruksi (EPC) untuk kualitas hidup yang lebih baik. WIKA percaya, Visi 2030-nya adalah aktualisasi dan harmonisasi prinsipnya (orang, planet, dan keuntungan) sementara masih sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. WIKA berkomitmen untuk memainkan peran vitalnya dalam menciptakan kualitas hidup yang lebih baik. Visi dan Misi PT. Wijaya Karya Tbk. (WIKA) antara lain : Visi WIKA “Pemimpin dalam investasi berkelanjutan investasi dan EPC untuk kualitas kehidupan yang lebih baik” Misi WIKA : ● Memberikan EPC yang terintegrasi & berkelanjutan layanan dan produk berdasarkan Kualitas, Keamanan, Kesehatan & Prinsip lingkungan. ● Memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan melalui portofolio investasi cerdas. ● Menyediakan pengembangan kawasan terintegrasi untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. ● Menyediakan layanan kolaboratif melebihi harapan pemangku kepentingan. ● Membangun jejak kaki di seluruh dunia melalui inovatif dan canggih teknologi. ● Menerapkan pembelajaran & inovasi budaya untuk mengintensifkan global kompetensi. ● Meningkatkan nilai lokal atas kepemimpinan praktik untuk membangun kesejahteraan holistik. Anak-anak perusahaan WIKA terdiri dari Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal Dalam melakukan penilaian terhadap saham suatu perusahaan dapat menggunakan dua analisis yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah mengukur nilai sesungguhnya dari sebuah perusahaan yang berhubungan dengan karakteristiknya-prospek pertumbuhan, profil risiko dan arus kas (Damodaran, 2006: 56). Sedangkan analisis teknikal adalah suatu teknik untuk memprediksikan pergerakan harga saham dan indikator pasar saham berdasarkan data-data historis berupa informasi harga dan volume saham (Tandelilin, 2017: 397). Perbedaan yang mendasar dari kedua analisis ini adalah jika analisis fundamental menekankan pada faktor-faktor fundamental perusahaan seperti ekonomi, industri dan perusahan, maka analisis teknikal lebih kepada melihat pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu. Analisis Fundamental Analisis fundamental secara top-down approach digunakan untuk menganalisis faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi harga saham suatu perusahaan terkait. Ada tiga proses analisis penilaian saham secara top-down yaitu analisis ekonomi dan pasar modal, analisis industri dan analisis perusahaan. Pada kali ini kita mulai dari analisis fundamental yang pertama yaitu analisis ekonomi dan pasar modal. Analisis ekonomi dan pasar modal ini perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal (Tandelilin, 2017: 342). Hal ini tentu berkaitan dengan perubahan ekonomi makro yang berdampak pada aliran kas dan return yang diterima suatu perusahaan. Perusahaan yang dinilai menguntungkan oleh investor adalah perusahaan yang menghasilkan laba yang maksimal dengan biaya yang minimal sesuai dengan ekspektasi investor. Faktor yang mempengaruhi dapat berupa aliran kas, tingkat return yang disyaratkan dan pendapatan usaha. Berikut adalah beberapa faktor ekonomi yang dapat digunakan untuk menganalisis aspek ekonomi makro terhadap pasar modal. 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Gambar 3 Total Ekspor Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik Pertumbuhan PDB di Indonesia mengalami penurunan. Kondisi ini menyebabkan menurunnya daya beli konsumen terhadap produk perusahaan. Kondisi ini juga mengindikasikan adanya sinyal negatif untuk melakukan investasi. 2. Inflasi Gambar 4 Laju Inflasi di Indonesia Sumber: tradingeconomics.com Tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,42% pada bulan september 2020. Hal ini menjadi sebuah sinyal buruk pada pasar modal. Karena meningkatnya tingkat inflasi maka selain meningkatkan pendapatan perusahaan namun juga meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Jika biaya lebih besar dari pendapatan maka perusahaan dinilai tidak menguntungkan. 3. Tingkat Bunga Gambar 5 Suku Bunga Indonesia Sumber: tradingeconomics.com Tingkat suku bunga di Indonesia pada tahun 2020 mengalami penurunan hingga dibawah 4%. Hal ini menandakan pasar modal akan memberikan keuntungan yang terhadap investor. Investor juga akan memilih menginvestasikan uangnya di pasar modal daripada dalam bentuk deposito. 4. Kurs Rupiah Gambar 6 Kurs Rupiah terhadap Dollar Sumber: kursdollar.org Kembali melemahnya kurs rupiah terhadap dollar menjadi Rp. 14.228/USD memberikan sinyal negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia sedang mengalami inflasi. Kondisi menyebabkan tingginya biaya termasuk biaya impor bahan baku dan suku bunga yang berlaku. Dampaknya perusahaan harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli bahan baku dan menjualnya dengan harga yang tetap. 5. Anggaran Defisit Gambar 7 Distribusi Anggaran Pemerintah Indonesia 2020 Sumber: Kementerian Keuangan RI Anggaran pemerintah yang mengalami defisit memberikan sinyal positif. Kondisi ini merepresentasikan bahwa tingginya konsumsi dan investasi pemerintah yang dampaknya akan meningkatkan permintaan produk perusahaan. Permintaan yang meningkat akan meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga perusahaan dinilai menguntungkan di pasar modal. 6. Investasi Swasta Gambar 8 Realisasi Investasi Indonesia Triwulan 1 2019-2020 Sumber : katadata.co.id Investasi di Indonesia berupa penanaman modal dalam negeri (PMDN) mengalami peningkatan. Namun penanaman modal asing (PMA) mengalami penurunan. Namun, secara total nilai investasi di Indonesia pada triwulan 1 tahun 2020 mengalami peningkatan. Peningkatan ini memberikan sinyal positif bahwa tingkat investasi yang tinggi meningkatkan PDB sehingga meningkatkan pendapatan konsumen. 7. Neraca Perdagangan dan Pembayaran Gambar 9 Defisit Neraca Perdagangan Indonesia Desember 2018-Januari 2020 Sumber: katadata.co.id Pada Januari 2020 menunjukkan bahwa neraca perdagangan defisit lebih dari 500 miliar. Kondisi ini menyebabkan adanya sinyal negatif bagi pemodal. Untuk menutupi defisit neraca perdagangan ini dapat dilakukan dengan menarik para pemodal asing. Namun untuk menarik para pemodal asing maka tingkat bunga pasar harus dinaikkan sehingga pemodal akan tertarik untuk menanamkan modalnya. Secara umum kondisi ekonomi Indonesia saat terjadi pandemi ini menyebabkan beberapa komponen ekonomi makro mengalami dampak yang cukup signifikan. Hal ini menyebabkan dampak negatif terhadap pasar modal karena lesunya kondisi perekonomian dan naiknya beberapa produk perusahaan karena tidak banyaknya jumlah produksi dari perusahaan. Pemerintah juga berupaya menghidupkan kembali potensi konsumsi masyarakat dengan menurunkan suku bunga namun hal ini berdampak pada defisit neraca perdagangan karena pemodal asing tidak tertarik dengan tingkat bunga yang rendah. Faktor selanjutnya yang digunakan dalam melakukan analisis fundamental adalah faktor industri. Untuk menganalisis faktor industri ini digunakan analisis Porter’s Five Forces Model. 1. Rivalry Among Existing Competitors Tingginya konsentrasi pasar, pertumbuhan industri dan kualitas mutu yang dijamin dalam pembuatan proyek konstruksi membuat PT. Wijaya Karya harus unggul di kelasnya. Banyaknya pesaing di dalam pasar yang saling berlomba menjadi tender proyek terbaik menjadi salah satu tantangan yang dihadapi PT. Wijaya Karya. Pesaing dari PT. Wijaya Karya antara lain PT. Waskita Karya, PT. PP, PT. Hutama Karya, PT. Nindya Karya, dan PT. Adhi Karya. Oleh karena itu tingkat persaingan yang dihadapi PT. Wijaya Karya tergolong tinggi. 2. Bargaining Power of Buyers Jumlah pembeli dalam hal ini adalah pengguna jasa konstruksi yang tidak terlalu banyak membuat PT. Wijaya Karya harus bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan pembeli. Perusahaan konstruksi lain yang banyak dan sistem kontrak yang mengikat pengguna jasa menyebabkan pengguna jasa konstruksi sulit untuk beralih ke perusahaan lainnya. Oleh karena itu daya tawar pembeli PT. Wijaya Karya termasuk tinggi. 3. Bargaining Power of Supplier Supplier dari jasa konstruksi adalah penyedia bahan bangunan seperti semen, beton, besi tiang pancang dan sebagainya. Di Indonesia sendiri bahan baku pembuatan semen dan alat-alat konstruksi yang melimpah mempermudah proses konstruksi. Selain itu, banyaknya perusahaan pemasok seperti Tiga Roda, Holcim, Interworld dan lain sebagainya membuat PT. Wijaya Karya mudah memilih pemasok sesuai dengan harga bahan baku yang disepakati. Oleh karena itu daya tawar pemasok PT. Wijaya Karya tergolong rendah. 4. Threat of New Entrants Ancaman pendatang baru datang dari skala ekonomi, kebutuhan modal dan kebijakan pemerintah yang seringkali memperlancar atau menghambat masuknya pendatang baru ke dalam suatu industri. Dalam mendirikan usaha jasa konstruksi dibutuhkan modal yang besar karena dibutuhkan beberapa peralatan yang memadai karena berhubungan dengan struktur konstruksi agar kuat dan tahan lama. Disamping itu regulasi pemerintah yang mengatur tentang pembangunan menyebabkan sulit masuknya pendatang baru ke industri konstruksi. Oleh karena itu ancaman pendatang baru PT Wijaya Karya bisa dikategorikan rendah. 5. Threat of Substitutes Jasa konstruksi yang kompleks dan semakin berkembangnya teknologi pada perusahaan-perusahaan konstruksi di Indonesia membuat semakin berkembangnya industri jasa konstruksi di Indonesia. Semua perusahaan konstruksi di Indonesia memiliki kualitas dan harga produk yang hampir sama sehingga pengguna jasa sulit untuk menemukan produk pengganti. Oleh karena itu ancaman terhadap produk substitusi PT. Wijaya Karya tergolong rendah. Analisis fundamental yang ketiga adalah analisis berdasarkan perusahaan tersebut. Analisis ini untuk menilai perusahaan apa yang menawarkan keuntungan investasi. Penilaian berdasarkan nilai intrinsik saham dan nilai pasar saham tersebut. Jika nilai pasar lebih rendah daripada nilai intrinsiknya maka saham bisa disebut undervalue dan layak dibeli, sebaliknya jika nilai pasar lebih tinggi daripada nilai intrinsiknya maka saham bisa disebut overvalue dan layak dijual (Tandelilin, 2017: 366). Dasar dari analisis perusahaan adalah rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan. Laporan berupa neraca, laba rugi, dan arus kas memberikan informasi tentang posisi keuangan dari perusahaan terkait. Namun ada dua komponen yang dapat digunakan untuk melakukan analisis fundamental secara perusahaan yaitu earning per share dan price earning ratio. A da tiga alasan mengapa kedua komponen tersebut digunakan. Pertama, kedua komponen tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham. Kedua, dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning. Ketiga, adanya hubungan antara earning dengan perubahan harga saham (Elton dan Gruber, 1995). Berikut disajikan laporan keuangan dan analisis rasio dari PT. Wijaya Karya. Tabel 1 Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya TW4 2019 TW1 2020 TW2 2020 TW3 2020 Total Aset 62.110.847.154 61.116.446.266 60.094.539.195 61.430.452.238 Total Debt 42.895.114.167 44.324.675.585 43.870.646.516 45.260.555.790 Total Equity 19.215.732.987 16.791.770.681 16.223.892.679 16.169.898.448 Pendapatan 27.212.914.210 4.199.424.176 7.132.982.808 10.383.116.834 Laba Kotor / EBITDA 3.480.078.824 508.827.484 670.015.810 889.420.475 EBIT 2.549.535.732 314.151.896 238.783.730 277.512.856 Laba Operasi /EBT 2.789.255.688 156.802.302 348.006.323 155.187.001 Laba Bersih/EAT 2.621.015.140 152.369.984 324.746.005 140.940.105 1.990 835 1.200 1.095 11.204.000 26.746.600 22.401.300 6.162.400 Harga Saham Volume Tabel 2 Analisis Rasio PT. Wijaya Karya TW4 2019 TW1 2020 TW2 2020 TW3 2020 EPS 254,74 11,07 27,29 5,6 PER 7,81 75,43 43,97 195,54 1715,08 627,81 724,24 2.623,96 1,16 1,33 1,66 0,42 Return On Assets 0,041 0,00514 0,00397 0,0045 Return On Equity 0,136 0,0091 0,02002 0,00872 BVPS PBV Rasio Solvabilitas Debt/Equity 2,23 2,64 2,704 2,799 12,34 87,11 65,48 50,89 0,69 0,725 0,73 0,74 Gross Profit Margin 0,128 0,121 0,094 0,086 Operating Profit Margin 0,102 0,037 0,048 0,015 Net Profit Margin 0,096 0,036 0,046 0,014 Debt/EBITDA Debt/Assets Rasio Rentabilitas Berdasarkan analisis rasio-rasio keuangan diatas maka secara umum ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya di PT. Wijaya Karya yaitu: 1. Tingkat EPS yang kecil memungkinkan tidak banyaknya laba bersih perusahaan yang dapat dibagikan ke investor 2. PER yang tinggi mengharuskan adanya investasi lebih banyak untuk menghasilkan keuntungan perusahaan, dalam hal ini perusahaan tidak menguntungkan karena perlu modal sebesar 195,54 (TW3 2020) untuk menghasilkan 1 rupiah laba perusahan. 3. Berdasarkan ROE dan ROA maka diindikasikan bahwa perusahaan kurang mampu mengelola kemampuan modal dan aset perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan. 4. Rasio solvabilitas menggambarkan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan hutangnya untuk menjalankan operasional perusahaan. 5. Rasio rentabilitas menggambarkan bahwa tingkat laba yang diterima perusahaan menurun setiap kuartalnya, ini memberikan sinyal negatif terhadap investor. Kesimpulan dari analisis fundamental PT. Wijaya Karya adalah bahwa perusahaan untuk saat ini dianggap kurang menguntungkan untuk investor. Hal ini tidak hanya dinilai dari aspek perusahaan namun juga aspek ekonomi dan aspek industri yang mungkin menghambat perkembangan perusahaan. Diperlukan inovasi baru dan pengembangan baik di bidang sumber daya, pemasaran dan keuangan untuk menunjang kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan laba yang didapatkan. Harga saham perusahaan kemungkinan dalam kondisi yang undervalue akibat dari dampak kinerja perusahaan. Investor perlu mempertimbangkan keputusannya untuk melakukan investasi di PT.Wijaya Karya. Analisis Teknikal Analisis teknikal dapat didefinisikan sebagai studia terhadap suatu sekurotas atau pasar secara keseluruhan berdasarkan permintaan dan penawaran (Meyer dalam Tandelilin, 2017). Analisis teknikal menunjukkan pola dan garis yang merepresentasikan pergerakan harga saham. Analisis teknikal juga dianggap bertolak belakang dengan analisis fundamental. Analisis teknikal menganut bahwa pola pergerakan harga saham masa lalu mampu untuk memprediksikan pola harga saham masa depan. Hal ini tentu bertentangan dengan efisiensi pasar dimana pola masa lalu tidak sama dengan pola saat ini, bergantung pada kondisi ekonomi, industri dan perusahaan yang terus berubah mengikuti zaman. Ada tiga teknik yang digunakan dalam melakukan analisis teknikal. Pertama adalah The Dow Theory yang menjelaskan bahwa ada tiga tren pergerakan harga saham yaitu primary trend (jangka waktu lama/tahunan), secondary trend (jangka menengah/bulanan dan mingguan), minor trend (jangka pendek/harian). Kedua, rata-rata bergerak yaitu untuk melakukan mendeteksi arah pergerakan harga saham dan besarnya pergerakan tersebut. Ketiga, relative strength yang menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar atau industri tertentu. Berikut ini adalah tren pergerakan harga saham PT. Wijaya Karya selama satu tahun (November 2019-November 2020): Gambar 10 Tren Harga Saham PT. Wijaya Karya Sumber : yahoo finance Dari grafik diatas digambarkan bahwa harga saham PT. Wijaya Karya cenderung mengalami penurunan yang signifikan daripada kenaikan. Penurunan harga saham ini merupakan salah satu respon pasar akibat dampak dari pandemi yang mengharuskan adanya pembatasan sosial berskala besar (April 2020) sehingga kemungkinan tidak hanya PT. Wijaya Karya namun beberapa perusahaan lainnya terkena dampaknya. Kondisi ini tentu juga sesuai dengan penilaian secara fundamental investor terhadap kinerja PT. Wijaya Karya yang memberikan sinyal negatif sehingga menyebabkan menurunnya minat membeli saham PT. Wijaya Karya. Kesimpulan Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa PT. Wijaya Karya secara fundamental dalam kondisi yang kurang baik untuk dilakukan investasi. Hal ini kemudian memberikan sinyal negatif kepada investor untuk saat ini tidak menanamkan modalnya di PT. Wijaya Karya. Kondisi tercermin dari analisis teknikal yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan harga saham PT. Wijaya Karya akibat dari persepsi negatif investor. Rekomendasi yang dapat dilakukan investor adalah dengan membeli saham PT. Wijaya Karya dengan harapan seusai pandemi pertumbuhan sektor konstruksi akan kembali berkembang seiring dengan pertumbuhan pembangunan di Indonesia, atau tidak melakukan investasi sama sekali pada PT. Wijaya Karya saat ini. Jika investor telah memegang saham PT. Wijaya Karya investor dapat melakukan hold saham tersebut hingga nilai saham sesuai dengan return yang diekspektasikan oleh investor. Referensi BPS. (2020). PDB Indonesia Triwulanan 2016-2020. Jakarta: BPS. BPS. (2020). Berita Resmi Statistik 15 Juli 2020. Jakarta: BPS. Damodaran, Aswath. (2006). Security Analysis for Investment and Corporate Finance 2nd Edition. New Jersey: John Wiley and Sons. Elton , Edwin J. & Martin J. Gruber. (1995). Modern Portfolio Theory and Investment Analysis 5th Edition. New Jersey: John Wiley and Sons. Financial Statement PT Wijaya Karya tahun 2019. Financial Statement PT. Wijaya Karya Triwulan I, Triwulan II, Triwulan III tahun 2020. Jayani, Dwi Hadya. (2020). Investasi Indonesia Naik 8% Jadi Rp 210,7 Triliun di Kuartal I-2020. Tersedia di https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/20/investasi-indonesia-naik-8-jadi -rp-2107-triliun-di-kuartal-i-2020, diakses 21 November 2020. ____. (2020). Defisit Neraca Perdagangan Capai US$ 864,2 Juta per Januari 2020. Tersedia di https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/19/defisit-neraca-perdagangan-ca pai-us-8642-juta-per-januari-2020#, diakses 21 November 2020. Kementerian Keuangan. (2020). APBN 2020. Tersedia di https://www.kemenkeu.go.id/apbn2020, diakses pada 21 November 2020. Kursdollar.org. (2020). Grafik Trend Kurs US Dollar. Tersedia di https://kursdollar.org/grafik/USD/, diakses pada 21 November 2020. May, Ellen. (2020). Meneropong Peluang Sektor Industri yang Terdampak Corona. Tersedia https://id.investing.com/analysis/meneropong-peluang-sektor-industri-yang-terdampa k-corona-200218461, diakses 21 November 2020. Tandelilin, Eduardus. (2017). Pasar Modal Manajemen Portofolio & Investasi. Yogyakarta: Kanisius. Trading Economics. (2020) Indonesia Inflation Rate. Tersedia di https://tradingeconomics.com/indonesia/inflation-cpi. diakses pada 21 November 2020. Trading Economics. (2020) Indonesia Interest Rate. Tersedia di https://id.tradingeconomics.com/indonesia/interest-rate, diakses pada 21 November 2020. Yahoo Finance. (2020). Tersedia di https://finance.yahoo.com/quote/WIKA.JK/chart?p, diakses pada 21 November 2020.