Uploaded by rprahastyo

Tugas Akhir PTM (1)

advertisement
Latar Belakang
Wabah COVID-19 membawa dampak yang besar di seluruh belahan dunia.
Penyebaran virus yang cepat dan vaksin yang belum ditemukan membuat semakin banyaknya
masyarakat dunia yang terinfeksi. Kondisi ini membuat pemerintah melakukan penanganan
untuk menekan penyebaran virus dengan melakukan ​lockdown​. Masyarakat diwajibkan untuk
melakukan seluruh aktivitas hariannya di dalam rumah dan dilarang keluar rumah jika tidak
mendesak seperti untuk belanja dan mendapatkan pelayanan kesehatan.
Lockdown menyebabkan terhambatnya berbagai sektor kehidupan masyarakat karena
tidak adanya masyarakat yang pergi ke kantor dan melakukan aktivitas hariannya seperti
biasanya. Kondisi ini terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia. Di indonesia sendiri ada
beberapa sektor yang terdampak yang signifikan terhadap adanya COVID-19. sektor -sektor
tersebut merupakan sektor-sektor yang memegang peranan penting dan menjadi penyumbang
pendapatan terbesar di Indonesia. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pariwisata,
transportasi, pembangunan, perdagangan dan keuangan.
Gambar 1 Potensi Industri saat Pandemi
Sumber : id.investing.com
Sektor pembangunan yang merupakan salah satu sektor yang terdampak adanya
pandemi ini mengalami penurunan pendapatan yang signifikan. Hal ini terjadi karena
banyaknya proyek pembangunan yang terhambat dan macet terutama proyek-proyek
pemerintah. Faktor pendanaan yang telah habis untuk menangani pandemi menjadi sebab
beberapa proyek pemerintah terhambat.
Proyek ini juga menyebabkan beberapa perusahaan konstruksi tidak mendapatkan
penghasilan. Jasa konstruksi yang mencakup kegiatan usaha di bidang konstruksi umum dan
konstruksi khusus pekerjaan gedung dan bangunan sipil, baik digunakan sebagai tempat
tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru,
perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prefabrikasi bangunan atau struktur di
lokasi proyek dan juga konstruksi yang bersifat sementara. Semenjak pandemi laju
pertumbuhan jasa konstruksi menurun drastis.
Gambar 2 Laju Pertumbuhan Jasa Konstruksi
Sumber : BPS
Kondisi ini berdampak pada salah satu perusahaan konstruksi di Indonesia yaitu PT.
Wijaya Karya Tbk. (WIKA). Kondisi perusahaan dicerminkan dengan menurunnya
pendapatan di setiap kuartalnya mulai akhir tahun 2019 hingga kuartal 3 tahun 2020. Pada
akhir tahun 2019 (kuartal 4 2019) pendapatan bersih WIKA sebesar Rp. 2,621,015,140,000.
Pada kuartal 1 tahun 2020 sebesar Rp. 152,369,984,000. Pada kuartal 2 tahun 2020 sebesar
Rp. 324,746,005,000. Dan pada kuartal 3 pada tahun 2020 Rp. 140,940,105,000.
Kondisi ini tentunya berpengaruh terhadap pasar saham dan minat investor terhadap
saham-saham perusahaan konstruksi termasuk PT. Wijaya Karya Tbk. (WIKA). Penurunan
pendapatan menyebabkan sinyal negatif terhadap minat investor untuk membeli saham
WIKA. Investor memiliki kekhawatiran tidak mendapatkan ​return ​sesuai dengan yang
diekspektasikan.
Profil Perusahaan
WIKA dimulai sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam instalasi listrik dan
perpipaan bekerja, dan di tahun 70-an, bergeser ke menjadi sipil dan bangunan perusahaan
kontraktor.
Melalui Penawaran Umum Perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada 27 Oktober
2007, WIKA dirilis 28,46 persen sahamnya kepada publik, sedangkan Pemerintah Republik
Indonesia memiliki sisanya. Dana yang diterima dari IPO telah membantu WIKA menjadi
lebih fleksibel pertumbuhan dan perkembangan.
Perusahaan terus mengambil berbagai tindakan antisipatif dan inovatif untuk
membantu perkembangannya, menghasilkan posisinya yang kuat di tengah-tengah nasional
dan krisis global.
Pada 2019, WIKA secara resmi meluncurkan 2030 Visi dan Misi untuk
memungkinkan Perusahaan dalam mengatasi masa depan tantangan sebagai perusahaan yang
terlibat investasi dan Rekayasa berkelanjutan, Pengadaan, dan Konstruksi (EPC) untuk
kualitas hidup yang lebih baik. WIKA percaya, Visi 2030-nya adalah aktualisasi dan
harmonisasi prinsipnya (orang, planet, dan keuntungan) sementara masih sejalan dengan
tujuan pembangunan berkelanjutan. WIKA berkomitmen untuk memainkan peran vitalnya
dalam menciptakan kualitas hidup yang lebih baik.
Visi dan Misi PT. Wijaya Karya Tbk. (WIKA) antara lain :
Visi WIKA “​Pemimpin dalam investasi berkelanjutan investasi dan EPC untuk kualitas
kehidupan yang lebih baik​”
Misi WIKA :
● Memberikan EPC yang terintegrasi & berkelanjutan layanan dan produk berdasarkan
Kualitas, Keamanan, Kesehatan & Prinsip lingkungan.
● Memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan melalui portofolio investasi cerdas.
● Menyediakan pengembangan kawasan terintegrasi untuk kehidupan masyarakat yang
lebih baik.
● Menyediakan layanan kolaboratif melebihi harapan pemangku kepentingan.
● Membangun jejak kaki di seluruh dunia melalui inovatif dan canggih teknologi.
● Menerapkan pembelajaran & inovasi budaya untuk mengintensifkan global kompetensi.
● Meningkatkan nilai lokal atas kepemimpinan praktik untuk membangun kesejahteraan
holistik.
Anak-anak perusahaan WIKA terdiri dari
Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal
Dalam melakukan penilaian terhadap saham suatu perusahaan dapat menggunakan
dua analisis yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah
mengukur nilai sesungguhnya dari sebuah perusahaan yang berhubungan dengan
karakteristiknya-prospek pertumbuhan, profil risiko dan arus kas (Damodaran, 2006: 56).
Sedangkan analisis teknikal adalah suatu teknik untuk memprediksikan pergerakan harga
saham dan indikator pasar saham berdasarkan data-data historis berupa informasi harga dan
volume saham (Tandelilin, 2017: 397). Perbedaan yang mendasar dari kedua analisis ini
adalah jika analisis fundamental menekankan pada faktor-faktor fundamental perusahaan
seperti ekonomi, industri dan perusahan, maka analisis teknikal lebih kepada melihat pola
pergerakan harga saham dari waktu ke waktu.
Analisis Fundamental
Analisis fundamental secara top-down approach digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi harga saham suatu perusahaan terkait. Ada
tiga proses analisis penilaian saham secara top-down yaitu analisis ekonomi dan pasar modal,
analisis industri dan analisis perusahaan.
Pada kali ini kita mulai dari analisis fundamental yang pertama yaitu analisis ekonomi
dan pasar modal. Analisis ekonomi dan pasar modal ini perlu dilakukan karena
kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi
makro dan kinerja suatu pasar modal (Tandelilin, 2017: 342). Hal ini tentu berkaitan dengan
perubahan ekonomi makro yang berdampak pada aliran kas dan return yang diterima suatu
perusahaan. Perusahaan yang dinilai menguntungkan oleh investor adalah perusahaan yang
menghasilkan laba yang maksimal dengan biaya yang minimal sesuai dengan ekspektasi
investor. Faktor yang mempengaruhi dapat berupa aliran kas, tingkat return yang disyaratkan
dan pendapatan usaha.
Berikut adalah beberapa faktor ekonomi yang dapat digunakan untuk menganalisis
aspek ekonomi makro terhadap pasar modal.
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Gambar 3 Total Ekspor Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pertumbuhan PDB di Indonesia mengalami penurunan. Kondisi ini menyebabkan
menurunnya daya beli konsumen terhadap produk perusahaan. Kondisi ini juga
mengindikasikan adanya sinyal negatif untuk melakukan investasi.
2. Inflasi
Gambar 4 Laju Inflasi di Indonesia
Sumber: tradingeconomics.com
Tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,42% pada bulan september
2020. Hal ini menjadi sebuah sinyal buruk pada pasar modal. Karena meningkatnya
tingkat inflasi maka selain meningkatkan pendapatan perusahaan namun juga
meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Jika biaya lebih besar dari
pendapatan maka perusahaan dinilai tidak menguntungkan.
3. Tingkat Bunga
Gambar 5 Suku Bunga Indonesia
Sumber: tradingeconomics.com
Tingkat suku bunga di Indonesia pada tahun 2020 mengalami penurunan hingga
dibawah 4%. Hal ini menandakan pasar modal akan memberikan keuntungan yang
terhadap investor. Investor juga akan memilih menginvestasikan uangnya di pasar
modal daripada dalam bentuk deposito.
4. Kurs Rupiah
Gambar 6 Kurs Rupiah terhadap Dollar
Sumber: kursdollar.org
Kembali melemahnya kurs rupiah terhadap dollar menjadi Rp. 14.228/USD
memberikan sinyal negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia sedang
mengalami inflasi. Kondisi menyebabkan tingginya biaya termasuk biaya impor
bahan baku dan suku bunga yang berlaku. Dampaknya perusahaan harus
mengeluarkan uang lebih untuk membeli bahan baku dan menjualnya dengan harga
yang tetap.
5. Anggaran Defisit
Gambar 7 Distribusi Anggaran Pemerintah Indonesia 2020
Sumber: Kementerian Keuangan RI
Anggaran pemerintah yang mengalami defisit memberikan sinyal positif. Kondisi ini
merepresentasikan bahwa tingginya konsumsi dan investasi pemerintah yang
dampaknya akan meningkatkan permintaan produk perusahaan. Permintaan yang
meningkat akan meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga perusahaan dinilai
menguntungkan di pasar modal.
6. Investasi Swasta
Gambar 8 Realisasi Investasi Indonesia Triwulan 1 2019-2020
Sumber : katadata.co.id
Investasi di Indonesia berupa penanaman modal dalam negeri (PMDN) mengalami
peningkatan. Namun penanaman modal asing (PMA) mengalami penurunan. Namun,
secara total nilai investasi di Indonesia pada triwulan 1 tahun 2020 mengalami
peningkatan. Peningkatan ini memberikan sinyal positif bahwa tingkat investasi yang
tinggi meningkatkan PDB sehingga meningkatkan pendapatan konsumen.
7. Neraca Perdagangan dan Pembayaran
Gambar 9 Defisit Neraca Perdagangan Indonesia Desember 2018-Januari 2020
Sumber: katadata.co.id
Pada Januari 2020 menunjukkan bahwa neraca perdagangan defisit lebih dari 500
miliar. Kondisi ini menyebabkan adanya sinyal negatif bagi pemodal. Untuk menutupi
defisit neraca perdagangan ini dapat dilakukan dengan menarik para pemodal asing.
Namun untuk menarik para pemodal asing maka tingkat bunga pasar harus dinaikkan
sehingga pemodal akan tertarik untuk menanamkan modalnya.
Secara umum kondisi ekonomi Indonesia saat terjadi pandemi ini menyebabkan
beberapa komponen ekonomi makro mengalami dampak yang cukup signifikan. Hal ini
menyebabkan dampak negatif terhadap pasar modal karena lesunya kondisi perekonomian
dan naiknya beberapa produk perusahaan karena tidak banyaknya jumlah produksi dari
perusahaan. Pemerintah juga berupaya menghidupkan kembali potensi konsumsi masyarakat
dengan menurunkan suku bunga namun hal ini berdampak pada defisit neraca perdagangan
karena pemodal asing tidak tertarik dengan tingkat bunga yang rendah.
Faktor selanjutnya yang digunakan dalam melakukan analisis fundamental adalah
faktor industri. Untuk menganalisis faktor industri ini digunakan analisis Porter’s Five Forces
Model.
1. Rivalry Among Existing Competitors
Tingginya konsentrasi pasar, pertumbuhan industri dan kualitas mutu yang dijamin
dalam pembuatan proyek konstruksi membuat PT. Wijaya Karya harus unggul di
kelasnya. Banyaknya pesaing di dalam pasar yang saling berlomba menjadi tender
proyek terbaik menjadi salah satu tantangan yang dihadapi PT. Wijaya Karya. Pesaing
dari PT. Wijaya Karya antara lain PT. Waskita Karya, PT. PP, PT. Hutama Karya, PT.
Nindya Karya, dan PT. Adhi Karya. Oleh karena itu tingkat persaingan yang dihadapi
PT. Wijaya Karya tergolong tinggi.
2. Bargaining Power of Buyers
Jumlah pembeli dalam hal ini adalah pengguna jasa konstruksi yang tidak terlalu
banyak membuat PT. Wijaya Karya harus bersaing dengan perusahaan lain untuk
mendapatkan pembeli. Perusahaan konstruksi lain yang banyak dan sistem kontrak
yang mengikat pengguna jasa menyebabkan pengguna jasa konstruksi sulit untuk
beralih ke perusahaan lainnya. Oleh karena itu daya tawar pembeli PT. Wijaya Karya
termasuk tinggi.
3. Bargaining Power of Supplier
Supplier dari jasa konstruksi adalah penyedia bahan bangunan seperti semen, beton,
besi tiang pancang dan sebagainya. Di Indonesia sendiri bahan baku pembuatan
semen dan alat-alat konstruksi yang melimpah mempermudah proses konstruksi.
Selain itu, banyaknya perusahaan pemasok seperti Tiga Roda, Holcim, Interworld dan
lain sebagainya membuat PT. Wijaya Karya mudah memilih pemasok sesuai dengan
harga bahan baku yang disepakati. Oleh karena itu daya tawar pemasok PT. Wijaya
Karya tergolong rendah.
4. Threat of New Entrants
Ancaman pendatang baru datang dari skala ekonomi, kebutuhan modal dan kebijakan
pemerintah yang seringkali memperlancar atau menghambat masuknya pendatang
baru ke dalam suatu industri. Dalam mendirikan usaha jasa konstruksi dibutuhkan
modal yang besar karena dibutuhkan beberapa peralatan yang memadai karena
berhubungan dengan struktur konstruksi agar kuat dan tahan lama. Disamping itu
regulasi pemerintah yang mengatur tentang pembangunan menyebabkan sulit
masuknya pendatang baru ke industri konstruksi. Oleh karena itu ancaman pendatang
baru PT Wijaya Karya bisa dikategorikan rendah.
5. Threat of Substitutes
Jasa konstruksi yang kompleks dan semakin berkembangnya teknologi pada
perusahaan-perusahaan konstruksi di Indonesia membuat semakin berkembangnya
industri jasa konstruksi di Indonesia. Semua perusahaan konstruksi di Indonesia
memiliki kualitas dan harga produk yang hampir sama sehingga pengguna jasa sulit
untuk menemukan produk pengganti. Oleh karena itu ancaman terhadap produk
substitusi PT. Wijaya Karya tergolong rendah.
Analisis fundamental yang ketiga adalah analisis berdasarkan perusahaan tersebut.
Analisis ini untuk menilai perusahaan apa yang menawarkan keuntungan investasi. Penilaian
berdasarkan nilai intrinsik saham dan nilai pasar saham tersebut. Jika nilai pasar lebih rendah
daripada nilai intrinsiknya maka saham bisa disebut ​undervalue dan layak dibeli, sebaliknya
jika nilai pasar lebih tinggi daripada nilai intrinsiknya maka saham bisa disebut ​overvalue dan
layak dijual (Tandelilin, 2017: 366).
Dasar dari analisis perusahaan adalah rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada
laporan keuangan perusahaan. Laporan berupa neraca, laba rugi, dan arus kas memberikan
informasi tentang posisi keuangan dari perusahaan terkait. Namun ada dua komponen yang
dapat digunakan untuk melakukan analisis fundamental secara perusahaan yaitu ​earning per
share dan ​price earning ratio. A
​ da tiga alasan mengapa kedua komponen tersebut digunakan.
Pertama, kedua komponen tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu
saham. Kedua, dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning.
Ketiga, adanya hubungan antara earning dengan perubahan harga saham (Elton dan Gruber,
1995).
Berikut disajikan laporan keuangan dan analisis rasio dari PT. Wijaya Karya.
Tabel 1 Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya
TW4 2019
TW1 2020
TW2 2020
TW3 2020
Total Aset
62.110.847.154
61.116.446.266
60.094.539.195
61.430.452.238
Total Debt
42.895.114.167
44.324.675.585
43.870.646.516
45.260.555.790
Total Equity
19.215.732.987
16.791.770.681
16.223.892.679
16.169.898.448
Pendapatan
27.212.914.210
4.199.424.176
7.132.982.808
10.383.116.834
Laba Kotor / EBITDA
3.480.078.824
508.827.484
670.015.810
889.420.475
EBIT
2.549.535.732
314.151.896
238.783.730
277.512.856
Laba Operasi /EBT
2.789.255.688
156.802.302
348.006.323
155.187.001
Laba Bersih/EAT
2.621.015.140
152.369.984
324.746.005
140.940.105
1.990
835
1.200
1.095
11.204.000
26.746.600
22.401.300
6.162.400
Harga Saham
Volume
Tabel 2 Analisis Rasio PT. Wijaya Karya
TW4 2019
TW1 2020
TW2 2020
TW3 2020
EPS
254,74
11,07
27,29
5,6
PER
7,81
75,43
43,97
195,54
1715,08
627,81
724,24
2.623,96
1,16
1,33
1,66
0,42
Return On Assets
0,041
0,00514
0,00397
0,0045
Return On Equity
0,136
0,0091
0,02002
0,00872
BVPS
PBV
Rasio Solvabilitas
Debt/Equity
2,23
2,64
2,704
2,799
12,34
87,11
65,48
50,89
0,69
0,725
0,73
0,74
Gross Profit Margin
0,128
0,121
0,094
0,086
Operating Profit Margin
0,102
0,037
0,048
0,015
Net Profit Margin
0,096
0,036
0,046
0,014
Debt/EBITDA
Debt/Assets
Rasio Rentabilitas
Berdasarkan analisis rasio-rasio keuangan diatas maka secara umum ada beberapa hal yang
menjadi pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya di PT. Wijaya Karya yaitu:
1. Tingkat EPS yang kecil memungkinkan tidak banyaknya laba bersih perusahaan yang
dapat dibagikan ke investor
2. PER yang tinggi mengharuskan adanya investasi lebih banyak untuk menghasilkan
keuntungan perusahaan, dalam hal ini perusahaan tidak menguntungkan karena perlu
modal sebesar 195,54 (TW3 2020) untuk menghasilkan 1 rupiah laba perusahan.
3. Berdasarkan ROE dan ROA maka diindikasikan bahwa perusahaan kurang mampu
mengelola kemampuan modal dan aset perusahaan untuk memaksimalkan laba
perusahaan.
4. Rasio solvabilitas menggambarkan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan
hutangnya untuk menjalankan operasional perusahaan.
5. Rasio rentabilitas menggambarkan bahwa tingkat laba yang diterima perusahaan
menurun setiap kuartalnya, ini memberikan sinyal negatif terhadap investor.
Kesimpulan dari analisis fundamental PT. Wijaya Karya adalah bahwa perusahaan
untuk saat ini dianggap kurang menguntungkan untuk investor. Hal ini tidak hanya dinilai
dari aspek perusahaan namun juga aspek ekonomi dan aspek industri yang mungkin
menghambat perkembangan perusahaan. Diperlukan inovasi baru dan pengembangan baik di
bidang sumber daya, pemasaran dan keuangan untuk menunjang kemampuan perusahaan
untuk memaksimalkan laba yang didapatkan. Harga saham perusahaan kemungkinan dalam
kondisi yang undervalue akibat dari dampak kinerja perusahaan. Investor perlu
mempertimbangkan keputusannya untuk melakukan investasi di PT.Wijaya Karya.
Analisis Teknikal
Analisis teknikal dapat didefinisikan sebagai studia terhadap suatu sekurotas atau
pasar secara keseluruhan berdasarkan permintaan dan penawaran (Meyer dalam Tandelilin,
2017). Analisis teknikal menunjukkan pola dan garis yang merepresentasikan pergerakan
harga saham. Analisis teknikal juga dianggap bertolak belakang dengan analisis fundamental.
Analisis teknikal menganut bahwa pola pergerakan harga saham masa lalu mampu untuk
memprediksikan pola harga saham masa depan. Hal ini tentu bertentangan dengan efisiensi
pasar dimana pola masa lalu tidak sama dengan pola saat ini, bergantung pada kondisi
ekonomi, industri dan perusahaan yang terus berubah mengikuti zaman.
Ada tiga teknik yang digunakan dalam melakukan analisis teknikal. Pertama adalah
The Dow Theory yang menjelaskan bahwa ada tiga tren pergerakan harga saham yaitu
primary trend (jangka waktu lama/tahunan), ​secondary trend (jangka menengah/bulanan dan
mingguan), ​minor trend (jangka pendek/harian). Kedua, rata-rata bergerak yaitu untuk
melakukan mendeteksi arah pergerakan harga saham dan besarnya pergerakan tersebut.
Ketiga, relative strength yang menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar
atau industri tertentu.
Berikut ini adalah tren pergerakan harga saham PT. Wijaya Karya selama satu tahun
(November 2019-November 2020):
Gambar 10 Tren Harga Saham PT. Wijaya Karya
Sumber : yahoo finance
Dari grafik diatas digambarkan bahwa harga saham PT. Wijaya Karya cenderung
mengalami penurunan yang signifikan daripada kenaikan. Penurunan harga saham ini
merupakan salah satu respon pasar akibat dampak dari pandemi yang mengharuskan adanya
pembatasan sosial berskala besar (April 2020) sehingga kemungkinan tidak hanya PT.
Wijaya Karya namun beberapa perusahaan lainnya terkena dampaknya. Kondisi ini tentu juga
sesuai dengan penilaian secara fundamental investor terhadap kinerja PT. Wijaya Karya yang
memberikan sinyal negatif sehingga menyebabkan menurunnya minat membeli saham PT.
Wijaya Karya.
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa PT. Wijaya Karya secara fundamental
dalam kondisi yang kurang baik untuk dilakukan investasi. Hal ini kemudian memberikan
sinyal negatif kepada investor untuk saat ini tidak menanamkan modalnya di PT. Wijaya
Karya. Kondisi tercermin dari analisis teknikal yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan
harga saham PT. Wijaya Karya akibat dari persepsi negatif investor.
Rekomendasi yang dapat dilakukan investor adalah dengan membeli saham PT.
Wijaya Karya dengan harapan seusai pandemi pertumbuhan sektor konstruksi akan kembali
berkembang seiring dengan pertumbuhan pembangunan di Indonesia, atau tidak melakukan
investasi sama sekali pada PT. Wijaya Karya saat ini. Jika investor telah memegang saham
PT. Wijaya Karya investor dapat melakukan hold saham tersebut hingga nilai saham sesuai
dengan​ return ​yang diekspektasikan oleh investor.
Referensi
BPS. (2020). ​PDB Indonesia Triwulanan 2016-2020.​ Jakarta: BPS.
BPS. (2020). ​Berita Resmi Statistik 15 Juli 2020​. Jakarta: BPS.
Damodaran, Aswath. (2006). ​Security Analysis for Investment and Corporate Finance 2nd
Edition.​ New Jersey: John Wiley and Sons.
Elton , Edwin J. & Martin J. Gruber. (1995). ​Modern Portfolio Theory and Investment
Analysis 5th Edition​. New Jersey: John Wiley and Sons.
Financial Statement PT Wijaya Karya tahun 2019.
Financial Statement PT. Wijaya Karya Triwulan I, Triwulan II, Triwulan III tahun 2020.
Jayani, Dwi Hadya. (2020). Investasi Indonesia Naik 8% Jadi Rp 210,7 Triliun di Kuartal
I-2020.
Tersedia
di
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/20/investasi-indonesia-naik-8-jadi
-rp-2107-triliun-di-kuartal-i-2020​, diakses 21 November 2020.
____. (2020). Defisit Neraca Perdagangan Capai US$ 864,2 Juta per Januari 2020. Tersedia
di
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/19/defisit-neraca-perdagangan-ca
pai-us-8642-juta-per-januari-2020#​, diakses 21 November 2020.
Kementerian
Keuangan.
(2020).
APBN
2020.
Tersedia
di
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2020​, diakses pada 21 November 2020.
Kursdollar.org.
(2020).
Grafik
Trend
Kurs
US
Dollar.
Tersedia
di
https://kursdollar.org/grafik/USD/​, diakses pada 21 November 2020.
May, Ellen. (2020). ​Meneropong Peluang Sektor Industri yang Terdampak Corona. Tersedia
https://id.investing.com/analysis/meneropong-peluang-sektor-industri-yang-terdampa
k-corona-200218461​, diakses 21 November 2020.
Tandelilin, Eduardus. (2017). ​Pasar Modal Manajemen Portofolio & Investasi.​ Yogyakarta:
Kanisius.
Trading
Economics.
(2020)
Indonesia
Inflation
Rate.
Tersedia
di
https://tradingeconomics.com/indonesia/inflation-cpi​. diakses pada 21 November
2020.
Trading
Economics.
(2020)
Indonesia
Interest
Rate.
Tersedia
di
https://id.tradingeconomics.com/indonesia/interest-rate​, diakses pada 21 November
2020.
Yahoo Finance. (2020). Tersedia di ​https://finance.yahoo.com/quote/WIKA.JK/chart?p​,
diakses pada 21 November 2020.
Download