Uploaded by User74617

ANALISIS WTP BERAS

advertisement
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY)
BERAS ORGANIK (STUDI KASUS: GELAEL SIGNATURE
DI KOTA MAKASSAR)
OLEH:
RR CHYNTIA RAMADHANI FEBRITA
G211 13 316
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY)
BERAS ORGANIK (STUDI KASUS: GELAEL SIGNATURE DI KOTA
MAKASSAR
OLEH :
RR CHYNTIA RAMADHANI FEBRITA
G211 13 316
Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada:
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2017
Disetujui Oleh :
Dr. A. Nixia Tenriawaru, S.P., M.Si.
NIP: 19721107 199702 2 001
Dr. Ir. Heliawaty, M.Si
NIP: 19661219 199303 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen/Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian
Dr. Muh. Hatta Jamil, S.P, M.Si.
NIP: 19671223 199512 1 001
Tanggal Pengesahan :
November 2017
PANITIA UJIAN SARJANA
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Judul
: ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY)
BERAS ORGANIK (STUDI KASUS: GELAEL SIGNATURE DI
KOTA MAKASSAR)
Nama
: RR CHYNTIA RAMADHANI FEBRITA
Nim
: G211 13 316
TIM PENGUJI
Dr. A. Nixia Tenriawaru, S.P., M. Si.
Ketua Sidang
Dr. Ir. Heliawaty, M.Si
Anggota
Prof. Dr. Ir. Rahmawaty A. Nadja, M.S.
Anggota
Rusli M. Rukka, S.P, M.Si.
Anggota
Pipi Diansari, S.E., M.Si., Ph.D.
Anggota
Dr. Ir. Saadah, M.Si
Anggota
Tanggal Ujian :
November 2017
RINGKASAN
Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Beras Organik
(Studi Kasus: Gelael Signature di Kota Makassar) dibawah bimbingan
A. Nixia Tenriawaru dan Heliawaty
Tidak sedikit masyarakat memutuskan beras oranik sebagai salah satu
alternatif pangan yang merujuk pada pola hidup sehat. Harga beras organik yang
relatif mahal menimbulkan daya tarik tersendiri bagi konsumen kelas tertentu,
konsumen cenderung membangun segmentasi pasar beras organik dan perilaku
kemauan membeli atau membayar produk pangan di atas harga jual beras non
organik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan segmentasi pasar
konsumen, menganalisis nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay), dan
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan membayar (Willingness
to Pay) WTP beras organik. Analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif, Contingent Valuation Method (CVM) dan Analisis Regresi Linier
Berganda. Penelitian dilaksanakan di Gelael Signature Kota Makassar selama 2
bulan yaitu Juni – Agustus 2017 dan penentuan sampel dilakukan melalui metode
Accidental Sampling. Hasil penelitian menunjukkan pada segmentasi pasar
konsumen, segmen demografis cenderung memberi kontribusi besar terhadap
penentuan nilai WTP. Merek Hotel jenis Beras Merah Premium paling diminati
dengan nilai WTP tertinggi sebesar Rp 6.268,00 per kg. Variabel pendapatan,
keamanan produk, gaya hidup berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Willingness to Pay. Sementara itu, seluruh variabel berpengaruh signifikan secara
simultan (bersama-sama) terhadap Willingness to Pay beras organik di Gelael
Signature Makassar.
Kata kunci: Beras Organik, Segmentasi Pasar Konsumen, Willingness to Pay
ABSTRACT
Willingness to Pay Analysis of Organic Rice (Case Study at Gelael Signature
of Makassar) under the guidance
of A. Nixia Tenriawaru and Heliawaty
Mostly people has decided organic rice as one of the alternative food to
healthy lifestyle. The relatively high price of organic rice appeals to certain
consumer class. The consumer’s tendency to build segmentation of the organic
rice consumer market and willingness to buy or purchase the product above the
normal selling price of non-organic rice. The aim of this research is to describe
market segmentation, to measure the value of willingness to pay and to analyze
factors that influence willingness to pay of organic rice. This research is using
descriptive analysis, Contingent Valuation Method (CVM), and
Multiple Linear
Regression. The research was held at Gelael Signature of Makassar for 2 months,
from June to August 2017 and the samples were determined by Accidental
Sampling Method. The result of this research, show the segment of demographic
gave a big contribution for determining the values of willingness to pay. Organic
red rice “Hotel” was becoming the most interested rice with the highest price IDR
6.268/kg. Variable income, product safety, and lifestyle are partial influenced
significantly to willingness to pay. Meanwhile, all variables simultaneous influenced
significantly on willingness to pay organic rice at Gelael Signature of Makassar
Keywords: Organic Rice, Consumer Market Segmentation, Willingness to
Pay
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Rr Chyntia Ramadhani Febrita, dilahirkan di Ujung Pandang,
pada tanggal 18 Februari 1995. Penulis merupakan anak dari
pasangan Bapak R. Chandrayana Febrianto S.H. dan Suarna
S.H. Penulis adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Selama ini
penulis telah menyelesaikan studi pendidikan mulai dari SD
hingga SMA. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 2007 menamatkan
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Mangkura 1 Makassar, tahun 2010
menyelesaikan pendidikan menengah pertama (SMP) di SMP Kartika Wirabuana
1 Makassar, dan tahun 2013 penulis telah menyelesaikan pendidikan menengah
atas (SMA) di SMA Negeri 11 Makassar. Pada tahun 2013 melalui jalur SBMPTN,
penulis menjadi salah satu mahasiswi di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi ini, penulis cukup aktif
berorganisasi yaitu sebagai salah satu anggota Badan Pengurus Harian
Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (MISEKTA) periode 2015/2016.
Penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diadakan oleh MISEKTA. Selain
itu, penulis juga aktif mengikuti seminar-seminar baik ditingkat nasional maupun
internasional.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Kuasa, atas Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai tugas akhir pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula shalawat dan salam
kepada Junjungan Kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberi tauladan
bagi kita semua.
Skripsi ini berjudul Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay)
Beras Organik (Studi Kasus: Gelael Signature di Kota Makassar). Ketertarikan
penulis terhadap beras organik sebagai produk premium yang diminati
masyarakat kelas tertentu, mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai
perilaku konsumen terhadap pemasaran produk premium. Sementara itu, penulis
melihat bahwa kenyataannya harga jual beras organik di pasaran jauh lebih tinggi
dibandingkan harga beras non organik menjadikan masyarakat tentu akan memilih
mengkonsumsi beras non organik dengan biaya pengeluaran yang lebih sedikit.
Ketertarikan ini yang menjadi dasar penulis untuk meneliti konsumen beras
organik sebagai fokus pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Skripsi
ini
dipersembahkan
kepada
orang
tua
penulis:
Bapak
R. Chandrayana F., S.H. dan Suarna S.H., beserta penghargaan yang sebesarbesarnya kepada keduanya atas doa dan kasih sayang tiada henti untuk mendidik
penulis dari kecil hingga saat ini. Terima kasih kepada kakak – kakak penulis
(Rr Adhisty Oktavia S.P dan R. Binindra Deserama S.P.), Kakak ipar penulis
A. Renal Bachri yang banyak membantu dan menyemangati adik kecilnya ini
hingga menjadi sosok yang kelak dapat membanggakan keluarga, amin.
Tentunya dalam penyelesaian tugas akhir ini, tidak terlepas dari bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Olehnya itu penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1.
Ibu Dr.A. Nixia Tenriawaru S.P., M.Si dan Ibu Dr. Ir. Heliawaty M.Si selaku
dosen pembimbing yang senantiasa memberikan motivasi, bimbingan,
petunjuk dan arahan-arahan dalam menyempurnakan tugas akhir ini.
2.
Bapak Rusli M. Rukka S.P., M.Si, Ibu Pipi Diansari S.E., M.Si., Ph.D. dan
Prof. Dr. Ir. Rahmawaty A. Nadja M.S selaku dosen penguji yang
telah memberikan kritik dan saran guna menyempurnakan penyusunan
tugas akhir ini.
3.
Ibu
Dr.
Ir.
Saadah,
M.Si
selaku
panitia
ujian
akhir
serta
Ibu
Dr. Letty Fudjaja S.P., M.Si dan Ibu Rasyidah Bakri S.P., M.Sc selaku
panitia seminar yang telah memberikan petunjuk dalam setiap pelaksanaan
seminar demi terselesaikannya tugas akhir ini.
4.
Bapak Ir. Yopie Lumoindong M.Si selaku penasehat akademik (PA), yang
memberikan saran, masukan, serta nasehat kepada penulis selama
menempuh perkuliahan.
5.
Bapak Dr. Muh. Hatta Jamil S.P., M.Si selaku ketua Departemen Sosial
Ekonomi
Pertanian
yang
telah
banyak
memberikan
pengetahuan,
mengayomi dan memberikan teladan selama penulis menempuh pendidikan.
6.
Bapak dan Ibu dosen, khususnya Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
yang membimbing penulis sejak pertama kali menginjakkan kaki di
Universitas Hasanuddinsampai penulis merampungkan tugas akhir ini.
7.
Seluruh staf dan pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian,
Universitas
Hasanuddin.
Pak Bahar, Kak Ima, Kak Hera,
Khususnya
Pak
Ahmad,
terima kasih telah membantu penulis
dalam proses administrasi jurusan dan Pak Basri (staf kemahasiswaan)
yang telah sabar membantu penulis dalam proses administrasi fakultas.
8.
Bapak Sutarlin selaku Kepala Bagian Pengembangan Sumberdaya Manusia
di Gelael Signature Makassar dengan sangat baik telah menerima penulis
untuk melakukan penelitian.
9.
Kepada teman-teman seperjuangan Tenry, Aul, Nunu, Dila, Biccu, Sandra,
Lady, Surya, Bondah, Gotik, Furqan, Ismah, dan SELARAS 2013 terima
kasih telah menjadi saudara-saudara terbaik penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Hasanuddin.
10. Himpunan MISEKTA (Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian)
terima kasih telah menerima penulis menjadi salah satu kadernya dan
menjadi rumah kedua bagi penulis.
11. Orang-orang
yang
terpenting
dalam
penyelesaian
tugas
akhir
ini
Kak Azrarul Amri, Kak Belly Sultrawijaya, Adik Marina (2015) dan teman
seperjuangan magang BI yaitu Annisa Alimuddin terima kasih atas waktu
dan kesabarannya menghadapi penulis.
12. Kepada sahabat terdekat Andi Nurainun Annisa (Ayi) yang telah
menemani penulis baik suka maupun duka, dari semasa Maba hingga
penyelesaian tugas akhir ini, tetap saling mensupport satu sama lain.
13. Kepada
Faisal
Tasbih
terima
kasih
telah
meluangkan
waktunya,
memberikan dukungan, semangat serta bantuan yang sangat banyak untuk
penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
14. Semua pihak lainnya yang telah membantu penulis semoga diberikan
kebahagiaan dan rahmat oleh Allah SWT, amin.
Penulis berharap, tugas akhir ini dapat bernilai guna bagi generasi selanjutnya
dan disempurnakan oleh penelitian lainnya. Terima kasih, Wassalamu Alaikum
Wr. Wb.
Makassar,
November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………...….……………………….……
i
HALAMAN PENGESAHAN………….……………………………….……
ii
SUSUNAN TIM PENGUJI…………….…...………………………….……
iii
RINGKASAN………………………………...………………………….……
iv
ABSTRACT………..………………………...………………………….……
v
KATA PENGANTAR………………..……...………………………….……
vii
DAFTAR ISI….……………………………………………..……….……….
xi
DAFTAR TABEL.………………………………………………...………….
xiv
DAFTAR GAMBAR.…………………………………………...……………
xv
DAFTAR LAMPIRAN.………………………………………………………
xvi
I.
II.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………..……........……………..………..
1
1.2 Rumusan Masalah…………………….…………………...….....
6
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….......
7
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………..
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum Beras Organik………………………….......
9
2.2 Landasan Teori…………………………………………………...
11
2.2.1 Teori Pemasaran…………………………………………....
11
III.
IV.
2.2.2 Segmentasi Pasar Konsumen……………………………..
14
2.2.3 Teori Perilaku Konsumen…………………………………..
16
2.2.4 Teori Permintaan……………………………………………
18
2.2.5 Kesediaan Membayar (Willingness to Pay)………….......
20
2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Willingness to Pay….
24
2.3 Penelitian Terdahulu………...…………….………………….....
31
2.4 Kerangka Pemikiran……………………………………………...
34
2.5 Hipotesis………………………………………………………….
36
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian………………………….
37
3.2 Metode Penetuan Sampel Penelitian….............………………
37
3.3 Jenis dan Sumber Data……………………………………..
39
3.4 Metode Analisis Data…………………………………………….
40
3.5 Uji Instrumen……………………………………………………...
44
3.6 Definisi Operasional…………...…………………………………
45
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Wilayah Administratif……………………
49
4.2 Penduduk………………………………………………………….
50
4.3 Profil Perusahaan………………………………………………..
51
V.
4.3.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan…………………………...
51
4.3.2 PT Gelael Indotim………………………………………….
52
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Segmentasi Pasar Konsumen Beras Organik di Gelael
Signature………………………………………………………….
54
5.1.1 Segmentasi Geografis …………………………………….
55
5.1.2 Segmentasi Demografis……………………………………
58
5.1.3 Segmentasi Psikografis……………………………………
66
5.1.4 Segmentasi Perilaku………………………………………..
70
5.2 Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay)
Konsumen Beras Organik di Gelael Signature……………….
72
5.2.1 Membangun Pasar Hipotesis (setting up the hypothetical
market)………………………………………......................
73
5.2.2 Penentuan Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)……….
76
5.2.3 Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating
77
Mean WTP)………………………………..………………….
5.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesediaan Membayar
(Willingness to Pay) Beras Organik di Gelael Signature….…
80
5.3.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas……….............
81
5.3.2 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda...........................
83
5.3.3 Hasil Pengujian Hipotesis Terhadap Faktor-faktor yang
87
Memengaruhi Willingness to Pay…………………………..
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan………………………………………………………
98
6.2 Saran………………………………………………………………
99
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No
1
2
Uraian
Hal
Data Penjualan Beras Organik di Gelael Signature Periode
Bulan Januari – Mei 2017
Jumlah Penduduk Kota Makassar Menurut Kecamatan Tahun
2016
Segmentasi Geografis Berdasarkan Jarak Domisili Responden
3.
38
50
56
Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael Signature
Makassar
Segmentasi
4.1
Demografis
Berdasarkan
Usia
Responden
58
Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael Signature
Makassar
Segmentasi
4.2
Demografis
Berdasarkan
Jenis
Kelamin
61
Responden Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael
Signature Makassar
Segmentasi Demografis Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4.3
Responden Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael
62
Signature Makassar
Segmentasi Demografis Berdasarkan Jumlah Tanggungan
4.4
Keluarga Responden Terhadap Pembelian Beras Organik di
63
Gelael Signature Makassar
Segmentasi Demografis Berdasarkan Pekerjaan Responden
4.5
Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael Signature
Makassar
64
Segmentasi Demografis Berdasarkan Tingkat Pendapatan
4.6
Responden Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael
65
Signature Makassar
Segmentasi Psikografis Berdasarkan Alasan Responden
5.1
Mengkonsumsi Beras Organik yang dijual di Gelael Signature
68
Makassar
5.2
6.1
6.2
7
8
9
10
Segmentasi Psikografis Berdasarkan Alasan Responden
Membeli Beras Organik di Gelael Signature Makassar
Segmentasi Perilaku Berdasarkan Riwayat Konsumsi Beras
Organik Responden Gelael Signature Makassar
Segmentasi
Perilaku
Berdasarkan
Frekuensi
Pembelian
Beras Organik Responden Gelael Signature Makassar
Ragam Merek Beras Organik yang dibeli oleh Responden di
Gelael Signature Makassar.
Nilai Rataan Willingness to Pay Jenis/Merek Beras Organik
yang dibeli oleh Responden di Gelael Signature Makassar
Hasil
Uji
Validitas
Faktor-Faktor
yang
Memengaruhi
Willingness to Pay Beras Organik di Gelael Signature
Hasil
Uji
Reliabilitas
Faktor-Faktor
yang
Memengaruhi
Willingness to Pay Beras Organik di Gelael Signature
69
70
71
74
78
82
83
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang
11
Memengaruhi Willingness to Pay Beras Organik di Gelael
84
Signature.
12
Hasil Uji Parsial (Uji t) Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Willingness to Pay Beras Organik di Gelael Signature
88
13
Hasil Uji Simultan (Uji F) Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Willingness to Pay Beras Organik di Gelael Signature
93
Hasil Analisis Determinasi R Square Faktor-Faktor yang
14
Memengaruhi Willingness to Pay Beras Organik di Gelael
Signature.
96
DAFTAR GAMBAR
No
Uraian
Hal
1
Skema Kerangka Pikiran Willingness to Pay Beras Organik:
35
Studi Kasus di Gelael Signature Makassar
DAFTAR LAMPIRAN
No
Uraian
Hal
1
Dokumentasi Penelitian di Gelael Signature Makassar
xxiii
2
Data Identitas Responden Beras Organik Gelael Signature
xxvi
Makassar
3
Data Segmentasi Geografis Responden Beras Organik di
xxviii
Gelael Signature Makassar
4.1
Ragam Merek Beras Organik yang dijualkan Pada Studi Kasus
xxix
di Gelael Signature Makassar
4.2
Tabel Data Nilai Willingness To Pay Beras Organik Pada Studi
xxxii
Kasus Gelael Signature Makassar
5
Data Hasil Skoring Penelitian oleh Responden Terhadap
xxxv
Pembelian Beras Organik di Gelael Signature Makassar
6
Data View Analisis Regresi Linier Berganda
xxxvii
7
Output SPSS
xxxviii
8
Matriks Pengukuran Segmentasi Pasar Konsumen Beras
xlviii
Organik di Gelael Signature Makassar
9
Matriks
Pengukuran
Analisis
Kesediaan
Membayar
li
(Willingness to Pay) Beras Organik di Gelael Signature
Makassar
10
Matriks Pengukuran Variabel Faktor-faktor yang Memengaruhi
lii
Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Beras Organik di
Gelael Signature Makassar
11
Kuisioner Penelitian
lv
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil pertanian. Negara ini
diuntungkan karena dikaruniai oleh kondisi alam yang mendukung, hamparan
lahan yang luas, keragaman hayati yang melimpah, serta beriklim tropis dimana
sinar matahari terjadi sepanjang tahun sehingga bisa menanam sepanjang tahun
realita sumberdaya alam seperti ini sewajarnya mampu membangkitkan Indonesia
menjadi negara yang makmur, tercukupi kebutuhan pangan seluruh warganya.
Hal tersebut memberikan peluang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia
untuk melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian (Henky Warsani, 2013).
Salah satu hasil pertanian yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat
adalah beras. Indonesia memproduksi beras sekitar 31 juta ton beras setiap tahun
dan mengkonsumsi sedikit diatas tingkat produksi tersebut. Beras bagi kehidupan
bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan yang
dikonsumsi, beras memiliki urutan yang pertama. Hampir seluruh penduduk
Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan utama. Beras merupakan
nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan beras memiliki peranan
dalam penentuan pola konsumsi masyarakat Indonesia (Elfrida dkk, 2013).
Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia semakin bergeser menuju
perubahan pola hidup yang lebih memerhatikan lingkungan. Munculnya kesadaran
akan bahaya kandungan zat kimia membuat masyarakat lebih selektif dalam
memilih suatu produk untuk produk pangan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu,
mulai bermunculan berbagai produk pangan organik di pasaran.
Standar Nasional Indonesia atau SNI tentang sistem pangan organik (2002)
menyatakan organik adalah istilah pelabelan yang menyatakan suatu produk telah
diproduksi sesuai dengan standar sistem pangan organik dan disertifikasi oleh
lembaga sertifikasi organik (LSO) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN). Yayasan Lindungan Konsumen Indonesia atau YLKI (2012)
menyebutkan bahwa makanan organik diproduksi dengan tidak sama sekali
mengandung unsur-unsur kimia seperti pupuk, pestisida, hormon dan obatobatan. Semua proses produksi pangan organik dilakukan secara alami dan
hendaknya memenuhi pedoman persyaratan Internasional yang telah ditetapkan,
seperti tidak menggunakan bibit GMO (Genetic Modified Organism atau
produk rekayasa genetik) selama proses produksi dan tidak menggunakan
teknologi niradiasi untuk mengawetkan produk. Produksi pangan dengan
metode pertanian organik diyakini dapat menghasilkan pangan yang sehat dan
bergizi (Melisa K, 2014).
Pemerintah
Indonesia
telah
mencanangkan
program
Go
Organik
sejak tahun 2010 lalu untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis
berwawasan lingkungan (ecoagribusiness). Program ini berorientasi pada pasar
yakni berusaha memenuhi keinginan pasar, dimulai dari bawah ke atas. Salah
satu kegiatannya adalah memasyarakatkan pertanian organik kepada konsumen,
petani, pelaku pasar serta masyarakat luas (Widiastuti, 2004).
Bahan
pangan
organik
memiliki
perbedaan
dengan
bahan
pangan
konvensional. Bahan pangan organik lebih menyehatkan dan aman dikonsumsi.
Hampir tidak ada pencemaran bahan kimia yang dapat membentuk radikal bebas
ditemukan dalam bahan pangan organik. Bahan pangan organik merupakan
secara sedikit dan bebas sama sekali dari unsur kimia berupa pupuk, pestisida,
hormon, dan obat-obatan. Bahan pangan organik hanya menggunakan bibit lokal
dan pupuk dari alam seperti kotoran hewan atau kompos. Selain itu, bahan
pangan organik tidak boleh mengandung bibit yang dihasilkan dari rekayasa
genetika dan tidak memanfaatkan teknologi radiasi untuk mengawetkan
produknya. Jadi semua proses produksi dilakukan secara alamiah, mulai aspek
budidaya hingga cara pengolahannya (Sienny, 2012).
Mengkonsumsi pangan organik mengubah persepsi masyarakat Indonesia
untuk melakukan gaya hidup organik. Mengkonsumsi produk pangan organik tidak
hanya
sebagai
pemenuhan
kebutuhan dasar
saja
tetapi
juga
terdapat
pertimbangan lainnya seperti tingkat keamanaan (food safety atributes) dan
kandungan gizi (nutritional atributes) dari produk makanan yang akan dikonsumsi
serta ramah lingkungan (eco-labelling atributs).
Perkembangan permintaan akan produk organik banyak disebabkan oleh
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk pangan yang
rendah residu bahan kimia sebagai bagian dari kecenderungan gaya hidup sehat
dan kembali ke alam. Persepsi konsumen tentang produk tersebut sangat
bervariasi, oleh karena itu para pemasar harus memerhatikan kebutuhan dan
selera konsumen demi menghadapi persaingan, karena saat ini kekuatan pasar
ada di tangan pembeli, pemasar harus meningkatkan kualitas produknya agar
menjadi produk yang berkualitas dan baik sehingga dapat memenuhi permintaan
dan kebutuhan konsumen. (TB Tulus, 2003).
Salah satu yang dilakukan oleh masyarakat dalam menerapkan gaya hidup
organik di Indonesia yaitu dimulai dengan mengkonsumsi beras organik. Beras
organik merupakan salah satu produk pertanian organik yang sekarang ini mulai
dikembangkan oleh petani dengan menghasilkan berbagai varietas beras organik.
Jika dibandingkan dari produknya, beras organik dan anorganik sangat berbeda.
Beras organik ditanam dengan aplikasi pupuk organik dan ramah terhadap
lingkungan sedangkan beras anorganik dibudidayakan dengan menggunakan
pupuk kimia dan pestisida (Ratih dkk, 2013).
Harga penjualan beras organik relatif lebih mahal dibandingkan dengan beras
non organik. Harga beras organik yang relatif mahal tersebut menimbulkan daya
tarik tersendiri bagi konsumen kelas tertentu yang kemudian mengubah pola
konsumsi berasnya dari beras yang dibudidayakan secara anorganik ke beras
organik, sehingga daya tarik dan popularitas beras yang diusahakan secara
anorganik berkurang bagi konsumen kelas tertentu. Penjualan beras organik pun
masih dikatakan terbatas karena hanya tersedia di tempat-tempat tertentu seperti
di pasar-pasar modern (Tria R, 2015).
Kecenderungan konsumen yang lebih memilih untuk mengalihkan konsumsi
berasnya ke beras organik lebih terlihat jelas pada masyarakat perkotaan.
Peningkatan permintaan beras organik dipicu oleh meningkatnya jumlah
expatriate yang berada di kota-kota besar dan laju perkembangannya didorong
oleh berkembangnya masyarakat kelas menengah ke atas. Hal ini yang membuat
beras organik mempunyai segmen pasar sendiri.
Pola hidup masyarakat Kota Makassar, dewasa ini telah mengarah ke pola
hidup sehat. Tidak sedikit mengkonsumsi makanan berserat dan pangan organik
menjadi salah satu menu makanan pilihan dengan berbagai alternative konsumsi
tertentu termasuk mengonsumsi beras organik. Gelael Signature merupakan
sebuah pasar dengan konsep market modern yang memberikan standar
pelayanan
high
class.
Gelael
Signature
juga
memperkenalkan
konsep
hypermarket dan menyediakan alternatif belanja baru, sebuah supermarket besar
yang mengombinasikan grocery market dengan freshfood market. Pelanggan
dapat memperoleh pilihan produk yang lengkap untuk memenuhi segala
kebutuhan sehari-hari dengan harga kompetitif salah satunya adalah produk
beras organik. Berdasarkan uraian di atas, maka sangat penting bagi penulis
untuk melakukan penelitian berkaitan dengan beras organik di Gelael Signature
Makassar.
1.2 Rumusan Masalah
Pada riset pendahuluan terhadap responden yang terbatas, menunjukkan
bahwa konsumen masih memiliki persepsi produk organik sebagai produk yang
mahal, sehingga perlu membahas seberapa besar kemauan
membayar
(Willingness to Pay atau WTP) konsumen terhadap beras organik. Willingness to
Pay atau WTP digunakan sebagai metode untuk mengetahui nilai maksimum yang
bersedia dibayarkan oleh konsumen dari peningkatan kualitas sebuah produk.
Dalam menentukan seberapa besar kesediaan membayar konsumen terhadap
beras organik, terlebih dahulu peneliti harus mengetahui segmentasi konsumen,
lalu
bagaimana
kesediaan
membayar
konsumen
tersebut
dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan maka dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana segmentasi pasar konsumen beras organik di Gelael Signature
Makassar?
2. Berapa nilai kesediaan membayar atau Willingness to Pay (WTP) konsumen
beras organik di Gelael Signature Makassar?
3. Apa faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan membayar atau Willingness
to Pay (WTP) beras organik di Gelael Signature Makassar?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan
penelitian ini untuk:
1. Mendeskripsikan segmentasi pasar konsumen beras organik di Gelael
Signature Makassar.
2. Menganalisis nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay) konsumen
beras organik di Gelael Signature Makassar.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan membayar atau
Willingness to Pay (WTP) beras organik di Gelael Signature Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Bagi Konsumen,
Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan yang bermanfaat
dalam mengkonsumsi beras organik, serta besar nilai kesediaan
membayarnya.
2. Bagi Penulis,
Penelitian
ini
merupakan
sarana
pengembangan
wawasan
dan
pengembangan kemampuan analitis terhadap masalah-masalah praktis
yang ada.
3. Bagi Pemerintah,
Sebagai masukan mengenai pola hidup beberapa masyarakat sekarang
telah bergeser ke pola hidup sehat dan pelestarian lingkungan dan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, ke depannya pengembangan pertanian
selanjutnya lebih mencanangkan konsep go organik sehingga organik
product dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh kalangan masyarakat.
4. Bagi Peneliti Lain,
Sebagai bahan referensi dan studi perbandingan untuk penelitian
selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum
Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi
manusia.
Di
Negara-negara
Asia
yang
penduduknya
padat,
khususnya
Bangladesh, Myanmar, kamboja, Cina, Indonesia, Korea, laos, Filipina, Sri Lanka,
Thailand, dan Vietnam, beras merupakan pangan pokok. Sebanyak 75% masukan
kalori harian masyarakat di Negara-negara Asia tersebut berasal dari beras. Lebih
dari 50% penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber kalori utama
(Haryadi, 2006).
Di Indonesia, beras merupakan komoditas strategis yang memiliki sensitivitas
politik, ekonomi, dan kerawanan sosial yang tinggi. Demikian tergantungnya
penduduk Indonesia pada beras maka sedikit saja terjadi gangguan produksi
beras, pasokan beras menjadi terganggu dan harga jual meningkat. Dengan
demikian pemerintah berusaha untuk mencapai swasembada beras. Segala daya
upaya ditempuh agar terwujud target produksi. Intensifikasi pertanian pun efektif
diterapkan.
Teknologi
pertanian
melalui
bibit
unggul,
pemupukan
dan
pemberantasan hama penyakit diadopsi. Upaya tersebut membuahkan hasil, pada
tahun
1985
Indonesia
berhasil
mencapai
swasembada
beras.
Untuk
meningkatkan produksi hingga tercapai swasembada beras pada tahun 1985,
teknik bercocok tanam tradisional benar-benar ditinggalkan. Teknik tersebut
dianggap tidak praktis karena hasilnya kurang optimal, sehingga dilakukan
pertanian modern dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Seiring
berjalannya waktu, masyarakat Indonesia sadar akan bahwa hasil dari pertanian
modern akan merusak lingkungan dan tidak baik untuk kesehatan, maka mulai
diterapkan kembali pertanian organik yang ramah lingkungan dan baik untuk
kesehatan konsumen, yaitu diterapkannya pertanian padi organik (Andoko,2002).
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan
bahan - bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan
utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama
pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak
merusak lingkungan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002).
Salah satu cara untuk mendapatkan beras dengan kualitas yang baik adalah
dengan lebih mensosialisasikan usaha padi organik. Usahatani padi organik ini
selain sangat baik untuk kesehatan orang yang mengkonsumsinya karena bebas
dari kandungan bahan kimia yang berbahaya (Nainggolan, 2001).
Beras organik merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan
secara organik atau tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Oleh
karena tanpa bahan kimia, beras organik tersebut pun terbebas dari senyawa
kimiawi. Beras organik sebenarnya bukan hal baru bagi manusia, termasuk di
Indonesia. Sudah sejak dahulu nenek moyang kita membudidayakan padi tanpa
bahan kimia yang saat ini dikenal dengan istilah pertanian organik. Keunggulan
utama beras organik dibanding beras biasa (ditanam dengan aplikasi pupuk
buatan dan pestisida kimia) adalah relatif aman untuk dikonsumsi. Selain itu, rasa
dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan lainnya adalah warna dan
daya simpannya lebih baik dari beras biasa. Sesudah ditanak, beras organik akan
menjadi nasi yang warnanya lebih putih dibandingkan beras biasa (Andoko, 2002).
Kandungan nutrisi dan mineral pada beras organik sangat tinggi, kemudian
kandungan glukosa, karbohidrat dan proteinnya mudah terurai sehingga aman
untuk dikonsumsi penderita diabetes dan baik untuk program diet. Selain itu,
aroma dan rasa beras organik juga lebih pulen & harum serta lebih tahan lama
dibandingkan dengan beras non-organik. Walaupun harga beras organik jauh
lebih mahal dibandingkan beras non-organik namun hal tersebut sebanding
dengan manfaat dan kualitas yang akan diperoleh. Dan dengan semakin tingginya
tingkat kesadaran masyarakat mengenai arti penting kesehatan, maka tingkat
konsumsi beras organik dari waktu ke waktu pun semakin tinggi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Pemasaran
Pemasaran merupakan proses yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan konsumen. Pemasaran telah dipandang sebagai unsur penting di
dalam mendirikan dan membina perusahaan-perusahaan. Dengan lingkungan
dunia usaha yang semakin kompetitif dan sifat pasar berubah dari sales market
menjadi buyer market atau kekuatan pasar di tangan konsumen. Sehingga
kegiatan
perusahaan
mengalami
penyesuaian
dari
orientasi
produksi
menjadi orientasi konsumen. Pemasaran tidak terbatas pada dunia bisnis saja,
karena sebenarnya setiap hubungan antar individu dan antar organisasi yang
melibatkan proses pertukaran adalah kegiatan pemasaran (Riswandy, 2016).
Menurut Kotler dalam Berti (2007) pemasaran adalah ”Suatu proses sosial
dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produksi dan nilai
dengan individu dan kelompok lainnya”. Pemasaran mencakup pengembangan
produk, penentuan kebijakan harga, distribusi dan komunikasi dan dalam
perusahaan-perusahaan lebih progresif, pemasaran mencakup pula upaya yang
kontinyu untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan para konsumen tersebut. Namun
demikian, apakah pemasaran ini dipandang dari pemahaman tradisional yakni
“memaksa” produk-produk kepada para konsumen atau dalam pengertian baru
“rekayasa tingkat kepuasan konsumen (consumer satisfacation engineering),
pemasaran hampir selalu dipandang dan didiskusikan sebagai aktivitas bisnis”.
Pemasaran (Marketing) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam
kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran
dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh
menjadi keinginan manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan
manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk
(product),
penetapan
mempromosikan
harga
barang
(price),
(promotion).
pengiriman
Seseorang
barang
yang
(place),
bekerja
dan
dibidang
pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam
konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju.
Pemasaran lebih dipandang sebagai seni daripada ilmu, maka seorang ahli
pemasaran
tergantung
lebih
banyak
pada
ketrampilan
pertimbangan
dalam membuat kebijakan daripada berorientasi pada ilmu tertentu. Pandangan
ahli ekonomi terhadap pemasaran adalah dalam menciptakan waktu, tempat
dimana
produk
diperlukan
atau
diinginkan
lalu
menyerahkan
produk
tersebut untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen atau konsep
pemasaran (Rina R, 2011)
Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah sebuah rencana yang
memungkinkan perusahaan mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya untuk
mencapati tujuan pemasaran dan perusahaan. Isu strategi pemasaran meliputi
seleksi dan evaluasi pasar sasaran serta merancang dan menyusun bauran
pemasaran (marketing mix).
Pasar sasaran adalah kelompok orang yang
dijadikan sasaran dari semua usaha pemasaran perusahaan. Dalam penentuan
pasar sasaran, perusahaan perlu mempertimbangkan pengaruh pasar sasaran
terhadap tingkat penjualan perusahaan, biaya dan laba. Dalam merancang dan
menyusun bauran pemasaran (marketing mix) dibutuhkan sekumpulan alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran pada
pasar sasaran. E.Jerome McCarthy menamai alat-alat pemasaran itu “the four Ps
of Marketing”. 4P yang dimaksudkan adalah Product (Produk), Price (Harga),
Promotion (promosi), dan Place (Tempat). Pemasaran memiliki tujuan yaitu (1)
konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan
perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang
dihasilkan. (2) Perusahaan dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang
berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai
kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk, promosi produk,
pengiklanan produk, komunikasi kepada konsumen, sampai pengiriman produk
agar sampai ke tangan konsumen secara cepat. (3) Mengenal dan memahami
konsumen sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual
dengan sendirinya (Rina R, 2011).
2.2.2 Segmentasi Pasar Konsumen
Menurut Kotler dan Keller dalam Luciana K (2013) segmentasi pasar adalah
mengidentifikasi dan membedakan kelompok-kelompok pembeli yang mungkin
lebih menyukasi atau memerlukan berbagai produk dan bauran pemasaran.
Segmen pasar dapat diidentifikasi dengan memeriksa perbedaan – perbedaan
geografis, demografis, psikografis dan perilaku di kalangan para pembeli.
Segmentasi pasar adalah proses pengelompokkan-pengelompokkan pasar ke
dalam kelompok pembeli yang potensial dengan kebutuhan yang sama dan atau
karakteristik yang disukai serta memperlihatkan hubungan pembelian yang sama
(Buchory dalam Luciana, 2013).
Dalam melakukan segmentasi pasar konsumen, terdapat dua dasar yakni
karakteristik konsumen dan tanggapan konsumen. Variabel segmentasi utama
bagi pasar konsumen adalah demografis, geografis, perilaku dan psikografis.
Dalam segmentasi demografis, pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok
berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga,
tingkat
pendidikan,
pekerjaan
dan
pendapatan.
Segmentasi
geografis
mengharuskan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda seperti
negara, negara bagian, wilayah, provinsi, kota atau lingkungan rumah tangga.
Perusahaan dapat memutuskan untuk beroperasi dalam satu atau sedikit wilayah
geografis atau beroperasi dalam seluruh wilayah, tetapi memberikan perhatian
pada perbedaan lokal. Untuk menyegmentasikan pasar konsumen beras organik
di
Kota
Makassar
maka
segmentasi
geografis
yang
digunakan
untuk
mengelompokkan konsumen berdasarkan tempat tinggal atau aksesibilitas
konsumen terhadap lokasi penjualan beras organik.
Pada
segmentasi
perilaku,
pasar
dibagi
menjadi
kelompok-kelompok
berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan mereka terhadap
produk
tertentu.
Variabel
perilaku
yang
merupakan
titik
awal
terbaik
dalam membentuk segmen pasar diantaranya adalah kejadian, manfaat, status
pemakai, tingkat pemakaian, tahap kesiapan membeli, status kesetiaan dan sikap.
Selain itu, dalam segmentasi psikografis para pembeli dibagi menjadi kelompok
yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup (aktivitas, minat dan opini
kelompok
pembeli).
Orang-orang
dalam
kelompok
demografis
yang
sama dapat menunjukkan gambaran psikografis yang berbeda (Kotler dan Keller
dalam Luciana, 2013).
2.2.3 Teori Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan
produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan tersebut (Engel et al., 1990 dalam R Rahmat, 2013).
Hawkins
dalam
Sudarmiatin
(2009)
mengemukakan
bahwa
perilaku
konsumen (consumer behavior) adalah studi terhadap individu, kelompok atau
organisasi dan proses yang mereka gunakan untuk memilih, mengamankan,
menggunakan, dan menentukan produk, servise, pengalaman atau ide untuk
memuaskan kebutuhan dan dalam proses tersebut pada konsumen masyarakat.
Engel dalam Sudarmiatin (2009) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului dan mengikuti
tindakan ini.
Menurut Kotler dan Keller dalam The American Marketing Assosiation,
sebagaimana dikutip Nugroho J. Setiadi, perilaku konsumen merupakan interaksi
dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya, di mana manusia
melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari hal tersebut terdapat
tiga ide penting yang dapat disimpulkan yaitu: 1) perilaku konsumen adalah
dinamis; 2) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku
dan kejadian di sekitar; 3) juga melibatkan pertukaran. Perilaku konsumen sangat
erat kaitannya dengan masalah keputusan yang diambil seseorang dalam
persaingan dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan
jasa. Konsumen mengambil banyak macam pertimbangan untuk mengambil
keputusan dalam pembelian. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan
membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai, apa
yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak
mereka membeli, serta mengapa mereka membeli (S Wigati, 2011).
Perusahaan dengan segmen konsumen yang berbeda, maka berbeda pula
strategi pemasaran yang digunakan. Sebagaimana dikemukakan oleh Kotler
dalam Sudarmiatin (2009) bahwa segmentasi konsumen dapat dikelompokkan
berdasarkan
geografis,
demografi,
psikografis,
dan
perilaku.
Segmentasi
demografi membagi konsumen berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, pendapatan, agama dan kebangsaan. Faktor
demografi ini merupakan dasar yang paling populer dalam mengklasifikasi
konsumen. Salah satu alasannya adalah bahwa kebutuhan dan keinginan
konsumen biasanya berhubungan erat dengan variabel-variabel demografi.
Segmentasi geografi membagi konsumen berdasarkan kelas sosial, gaya hidup
dan
karakteristik kepribadian.
Segmentasi
geografis
membagi
konsumen
berdasarkan pemukiman, kota, kabupaten, provinsi dan negara. Sedangkan
segmentasi perilaku membagi konsumen berdasarkan pengetahuan, sikap dan
tanggapan terhadap suatu produk. Banyak orang percaya bahwa variabel perilaku
merupakan gagasan awal yang paling baik untuk membangun segmen pasar.
Pengetahuan tentang segmentasi pasar ini sangat membantu pemasar dalam
menyusun strategi pemasaran yang digunakan.
2.2.4 Teori Permintaan
Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi yang umum diartikan sebagai
keinginan
seseorang
(konsumen)
terhadap
barang-barang
tertentu
yang
diperlukan atau diinginkan. Atau dengan kata lain yang dimaksud dengan
permintaan adalah sejumlah produk barang atau jasa yang merupakan barangbarang ekonomi yang akan dibeli konsumen dengan harga tertentu dalam suatu
waktu atau periode tertentu dan dalam jumlah tertentu. Demand seperti ini lebih
tepat disebut sebagai permintaan pasar (market demand), dimana tersedia barang
tertentu dengan harga tertentu pula (Adiningsih dalam HD Thomas, 2010).
Teori
permintaan
pada
dasarnya
merupakan
perangkat
analisis
untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta serta perubahan
permintaan
akan
suatu
barang
atau
jasa
berdasarkan
hukum
permintaan. Perubahan permintaan akan suatu barang atau jasa tersebut akan
dapat dilihat dari perubahan pada kurva permintaan. Maka analisis permintaan
akan suatu barang atau jasa erat kaitannya dengan perilaku konsumen.
Konsumen adalah mereka yang memiliki pendapatan (uang) dan menjadi pembeli
barang dan jasa di pasar (Kadarusman dalam Parahate, 2013).
Sebagai bagian dari turunan perilaku konsumen dalam mencapai kepuasan
maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang
dimiliki dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva yang menunjukkan
hubungan antara jumlah maksimum dari barang yang dibeli oleh konsumen
dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada harga
tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bila mana hanya jumlah
yang lebih kecil itu dapat diperolehnya (Ildrakasih, 2013).
Ada beberapa faktor-faktor yang memengaruhi seseorang dalam menentukan
jumlah barang yang diminta. Diantara faktor-faktor yang terpenting yaitu harga
barang itu sendiri. Jika harga suatu barang semakin rendah, maka permintaan
terhadap suatu barang itu bertambah. Begitu pula sebaliknya. Hal ini membawa
kita ke hukum permintaan yang menyatakan “semakin rendah harga suatu barang,
semakin banyak permintaan ke atas suatu barang tersebut, sebaliknya semakin
tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan ke atas barang
tersebut”. Harga barang – barang lain yang mempunyai kaitan erat dngan barang
tersebut. Harga barang lain juga dapat memengaruhi permintaan suatu barang,
tetapi kedua macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat
komplemen (pelengkap). Suatu barang menjadi substitusi daripada barang lain
yakni jika barang komoditi tersebut dapat memuaskan keperluan atau keinginan
yang sama. Sedangkan suatu barang disebut komplemen jika barang tersebut
cenderung dipakai secara bersamaan (Alimuddin, 2013).
2.2.5 Teori Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)
Willingness to pay (WTP) pada umumnya diartikan sebagai kesediaan
pengguna untuk mengeluarkan imbalan (dalam bentuk uang) atas jasa yang
diperolehnya. Willingness to pay juga diartikan sebagai jumlah maksimum yang
akan dibayarkan konsumen untuk menikmati peningkatan kualitas (Whitehead
dalam Mahali, 2005: 4).
Untuk memahami konsep Willingness to pay (WTP) konsumen terhadap suatu
barang atau jasa harus dimulai dari konsep utilitas, yaitu manfaat atau kepuasan
karena mengkonsumsi barang atau jasa pada waktu tertentu. Setiap individu
ataupun rumah tangga selalu berusaha untuk memaksimumkan utilitasnya dengan
pendapatan tertentu, dan ini akan menentukan jumlah permintaan barang atau
jasa yang akan dikonsumsi. Permintaan menurut Perloff (2004) diartikan sebagai
jumlah barang atau jasa yang mau atau ingin dibeli atau dibayar (willingness to
buy or willingness to pay) oleh konsumen pada harga tertentu dan waktu tertentu.
Nilai-nilai Willingness to pay (WTP) dari konsumen dapat diperoleh dengan
metode Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan dasar dari metode CVM
adalah menjelaskan suatu skenario kebijakan tertentu secara hipotetik yang
dituangkan dalam suatu kuesioner, dan kemudian ditanyakan atau diserahkan
kepada konsumen untuk mengetahui Willingness to pay (WTP) yang sebenarnya
dari suatu barang atau jasa tertentu. Pendekatan CVM pertama kali diperkenalkan
oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan (hunter) di
Miami. Pendekatan ini disebut contigent (tergantung) karena pada praktiknya
informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun.
Misalnya,
seberapa
besar
biaya
yang
harus
ditanggung,
bagaimana
pembayarannya, dan sebagainya (Ratih, 2013).
Pendekatan CVM ini pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan
untuk membayar (Willingness to Pay atau WTP) dan keinginan menerima
(Willingness to Accept atau WTA) dari masyarakat. Teknik CVM didasarkan
pada asumsi mendasar mengenai hak pemilikan, jika individu yang ditanya tidak
memiliki hak atas dasar barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya
alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum
(maximum willingness to pay) untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya,
jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumber daya, pengukuran yang
relevan adalah keinginan untuk menerima (Willingness to Accept) kompensasi
yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumber daya alam yang
ia miliki (Mubarok, 2012).
Menurut
Pattanayak,
et
al.
(2006),
ada
dua
manfaat
melakukan
survei CVM, yaitu dapat memperoleh opini sekaligus preferensi konsumen
terhadap
bentuk
suatu
barang
eksperimen
atau
jasa
lapangan
yang
secara
langsung
praktis.
Ada
serta
menjadi
beberapa
format
metode CVM untuk menilai Willingness to pay (WTP) dari konsumen yang dapat
dilakukan yaitu melalui Open-ended elicitation format, Closed ended referendum
elicitation format dan Payment card elicitation (Kumar & Rao dalam Aslam, 2016).
Open-ended elicitation format atau pertanyaan terbuka yaitu metode yang
dilakukan dengan bertanya langsung kepada konsumen berapa jumlah atau nilai
maksimum yang ingin dibayar terhadap suatu barang atau jasa. Kelebihan metode
ini adalah konsumen tidak perlu diberi petunjuk yang dapat memengaruhi nilai
yang akan diberikan. Metode ini tidak menggunakan nilai awal yang ditawarkan
sehingga tidak akan timbul bias data awal (starting point bias). Kekurangan
metode ini adalah kurang tepatnya nilai yang diberikan oleh konsumen, kadang
terlalu besar atau terlalu kecil, sehingga tidak dapat menggambarkan nilai
Willingness to pay (WTP) yang sebenarnya (Kumar & Rao dalam Aslam, 2016).
Closed ended referendum elicitation format (bidding game format), atau
pertanyaan tertutup, dimana konsumen ditanya apakah mau atau bersedia
membayar sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point)
dengan memberikan pilihan dichotomous choice atau dichotomous valuation, ya
atau tidak, ataupun setuju dan tidak setuju. Jika jawaban adalah ya maka
besarnya nilai tawaran akan dinaikkan sampai tingkat yang disepakati.
Jika
jawabannya
tidak
nilai
tawaran
diturunkan
sampai
jumlah
yang
disepakati. Kelebihan metode ini, memberikan waktu berpikir lebih lama bagi
konsumen
untuk
menentukan
Willingness
to
pay
(WTP),
sedangkan
kelemahannya kemungkinan mengandung bias data awal atau starting point bias
(Kumar & Rao dalam Aslam, 2016).
Payment card elicitation (Sequential referendum method, atau discrete
choicemethod). Pada metode ini konsumen diminta memilih Willingness to pay
(WTP) yang realistis menurut preferensinya untuk beberapa hal yang ditawarkan
dalam bentuk kartu. Untuk mengembangkan kualitas metode ini dapat diberikan
semacam nilai patokan (benchmark) yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan
seseorang dengan pendapatan tertentu bagi suatu barang atau jasa. Kelebihan
metode ini dapat memberikan semacam rangsangan yang akan diberikan tanpa
harus terintimidasi dengan nilai tertentu. Kelemahannya adalah konsumen masih
bisa terpengaruh oleh besaran nilai yang tertera pada kartu yang disodorkan
(Kumar & Rao dalam Aslam, 2016).
2.2.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesediaan Membayar
Faktor-
faktor
yang
memengaruhi
kesediaan
membayar
konsumen
bergantung pada jenis barang dan jasa yang akan dibeli. Menurut L Priambodo,
Najib (2014) faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan membayar konsumen
atas peningkatan kualitas suatu produk adalah pendapatan responden, kualitas
produk, harga produk, keamanan produk dan gaya hidup. Untuk mengetahui
faktor – faktor yang memengaruhi kesediaan membayar konsumen terhadap
beras organik diuraikan sebagai berikut:
a. Pendapatan
Pendapatan dalam pengertian umum adalah hasil produksi yang diperoleh
dalam bentuk materi dan dapat kembali digunakan untuk memenuhi kebutuhan
akan sarana dan prasarana produksi. Pendapatan pada umumnya diperoleh dari
hasil penjualan produk atau dapat pula dikatakan bahwa pendapatan merupakan
selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan usaha selama satu periode (RB Deserama, 2010).
Pendapatan sebagai variabel ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan
ekonomi masyarakat dalam membayar produk yang dibeli untuk dikonsumsi.
Menurut Simanjuntak (2009) bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin
besar pula nilai Willingness to pay (WTP) yang akan dibayarkan. Menurut Gita
Herdiani (2009) bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi
kemampuan ekonominya sehingga semakin tinggi kemampuan dan kesempatan
individu untuk dapat dan bersedia membayar produk pangan yang akan
dikonsumsinya.
Jenis
pekerjaan
memengaruhi
pola
dengan
hasil
konsumsinya.
pendapatan
Dengan
yang
demikian
dimiliki
seseorang
pemasar
dapat
mengidentifikasi kelompok yang berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai
tingkat pendapatan di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka. Sebuah
perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya untuk kelompok pekerjaan
tertentu (B Fitriana, 2015).
b. Kualitas produk
Kualitas adalah suatu standar mutu dimana setiap unsur saling berhubungan
serta dapat memengaruhi kinerja dalam memenuhi harapan pelanggan. Kualitas
bukan hanya menekankan pada aspek akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga
menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Menurut
Kotler (2002.p.18) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu
pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Mowen dan minor dalam N
Kurriwati (2015) mendefinisikan kualitas produk sebagai evaluasi menyeluruh
pelanggan atas kebaikan barang dan jasa. Isu utama dalam menilai kinerja produk
adalah dimensi apa yang digunakan konsumen untuk mengevaluasinya. Bagian
dari kebijakan produk adalah perihal kualitas produk.
Berbicara mengenai kualitas suatu produk maka berbicara mengenai
kemampuan produk untuk menampilkan fungsinya, hal ini termasuk waktu
kegunaan dari produk, keandalan, kemudahan dalam penggunaan dan perbaikan,
dan nilai-nilai yang lainnya. Dikutip oleh Adam & Ebert (2002,p.256) dalam jurnal
Widya Manajemen & Akuntansi, “Analisis Persepsi Konsumen terhadap Kualitas
Produk Keramik merek Milan di Surabaya” Vol.3 No.2 2003 : pp.140-159,
menyatakan bahwa “Quality is the customer’s perception”. Artinya bahwa
pelanggan menilai baik buruknya kualitas suatu produk itu berdasarkan
persepsinya. Produk sudah dapat dikatakan berkualitas apabila mampu
memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli. Kualitas ditentukan oleh pelanggan
dan pengalaman mereka terhadap produk dan jasa.
Beras organik memiliki kualitas produk lebih unggul dibandingkan beras
anorganik. Kualitas produk dapat ditinjau dari dua sudut pandang pemasaran,
kualitas diukur dengan persepsi pembeli, hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler
dan Armstrong (2001,p.279) yaitu “from marketing point of view, quality should be
measured in terms of buyers perceptional”. Maka sudut pandang yang digunakan
untuk melihat kualitas produk beras organik adalah sudut pandang internal dan
eksternal produk yaitu berkaitan dengan atribut produk seperti kandungan gizi,
aroma beras, rasa beras, tampilan kemasan, serta informasi penting dari beras
organik yang perlu diketahui oleh konsumen.
c. Harga produk
Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba
perusahaan. Tingkat harga yang ditetapkan memengaruhi kuantitas barang yang
dijual. Selain itu secara tidak langsung harga juga memengaruhi biaya, karena
kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya
dengan efisiensi produksi. Oleh karena itu penetapan harga produk memengaruhi
pendapatan total dan biaya total, maka keputusan dan strategi penetapan harga
memegang peranan penting dalam setiap perusahaan (Secapramana, 2000).
Dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indikator
nilai apabila harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas
suatu barang atau jasa. Nilai (value) dapat didefinisikan sebagai rasio antara
manfaat yang dirasakan dengan harga. Dengan demikian pada tingkat harga
tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan
meningkat pula. Seringkali pula dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa,
konsumen
membandingkan
memenuhi
kebutuhannya
kemampuan
dengan
suatu
barang
kemampuan
atau
jasa
dalam
barang
atau
kondisi
dan
jasa
substitusi (Secapramana, 2000).
d. Keamanan produk
Keamanan
yang
produk
diperlukan
khususnya
untuk
pangan
mencegah
adalah
kemungkinan
timbulnya
upaya
dampak
yang merugikan dan membahayakan kesehatan manusia, akibat proses
produksi,
penyiapan,
penyimpanan,
peredaran
dan
pemanfaatan
produk
pangan (BPOM RI, 2012).
Ketersediaan produk yang tidak optimal dapat menjadi permasalahan penting
bagi perusahaan. Perusahaan harus dapat memastikan tingkat ketersediaan
produknya sesuai dengan strategi perusahaan. sebuah perusahaan harus
menyediakan level ketersediaan produk yang tinggi baik bagi produk dengan
tingkat permintaan yang tinggi maupun yang rendah. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan reputasi perusahaan, sesuai dengan strategi yang dipilihnya selain
itu untuk mengurangi hilangnya kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan
sehingga dapat menimbulkan persepsi pelanggan untuk mencari alternatif
perusahaan lain (Manajemen Info, 2017).
Permasalahan mutu dan keamanan produk pangan terjadi pada berbagai jenis
produk beras, tahapan kegiatan maupun wilayah dengan berbagai jenis bahan
beracun berbahaya dan sumbernya dengan karakteristik berbeda.
Aspek
keamanan pangan penggunaan bahan tambahan makanan (food additive) masih
perlu dipertimbangkan. Penggunaan bahan tambahan ilegal telah menyebar di
berbagai wilayah tanah air, terjadi pada beberapa produk yang banyak dikonsumsi
masyarakat
luas
dikhawatirkan
dapat
membahayakan
kesehatan,
dan
penggunaannya oleh pengolah atau pedagang karena faktor kesengajaan.
Keamanan produk sangat penting sebagai jaminan produsen kepada konsumen
agar dapat mengkonsumsi produk pangan khususnya beras yang aman, bergizi,
bermutu dan bersertifikat (Riyadi, 2007).
Secara normatif, produk-produk organik di Indonesia telah memiliki SNI
(Standar Nasional Indonesia) dengan nomor 6729:2010. SNI ini sudah mencakup
informasi tentang pelabelan produk organik, tatacara produksi, sertifikasi, serta
bahan-bahan yang diperbolehkan dan dilarang penggunaannya dalam produk
organik. Selain SNI, Kementrian Pertanian telah menerbitkan pedoman umum
tentang pelabelan produk organik yang menetapkan tatacara pencantuman logo
organik. Produk yang mencantumkan logo bertuliskan organik, harus memenuhi
persyaratan sebagai produk organik dan dibuktikan dengan sertifikat organik.
Sedangkan lembaga yang berhak mengeluarkan sertifikat adalah Lembaga
Sertifikasi Organik yang telah terakreditasi (YLKI, 2015)
Disamping itu, Kementan juga mengeluarkan peraturan melalui Peraturan
Menteri Pertanian No.64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian
Organik, pada 29 Mei 2013. Tujuan penetapan peraturan ini adalah untuk
mengatur pengawasan organik di Indonesia, memberikan penjaminan dan
perlindungan kepada masyarakat (konsumen produk organik) dari peredaran
produk organik yang tidak memenuhi persyaratan, memberikan kepastian usaha
bagi produsen produk organik, membangun sistem produksi pertanian organik
yang kredibel dan mampu ditelusuri, memelihara ekosistem sehingga dapat
berperan dalam pelestarian lingkungan, serta meningkatkan nilai tambah dan
daya saing produk pertanian (YLKI, 2015).
e. Gaya Hidup
Gaya hidup menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana seseorang
tersebut dapat menguunakan uang dan memanfaatkan waktunya dengan baik.
Gaya hidup berbeda dengan kepribadian. Kepribadian lebih menggambarkan
karakteristik yang ada dalam diri seseorang. Sering juga disebut seseorang
berpikir, merasa dan berpepi. Sedangkan gaya hidup merupakan penggambaran
minat, kegiatan, dan opini dari seseorang. Gaya hidup merupakan frame of
reference yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya
akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana seseorang ingin
dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan
bagaimana seseorang membentuk image di mata orang lain (Betty P, 2009).
Situasi pembelian suatu produk dapat dipengaruhi oleh gaya hidup. Jika
konsumen dihadapkan pada situasi untuk membeli makanan dan minuman yang
merupakan kebutuhan sehari-hari, maka pembelian dilakukan rutin. Situasi
pembelian seperti ini tidak mendorong konsumen untuk melakukan pencarian
informasi dengan intensif. Beda halnya pada suatu produk yang dibeli untuk
kebutuhan situasi tertentu, maka pemilihan produk akan lebih teliti dan pencarian
informasi akan lebih intensif. Situasi pembelian yang berbeda menyebabkan
konsumen
tidak
melakukan
langkah-langkah
keputusan yang sama (Sari L, 2012).
atau
tahapan
pengambilan
Berkaitan dengan beras organik, gaya hidup mempunyai pengaruh pada
perilaku pembelian. Menurut pernyataan Neni dalam Betty P (2009) bahwa “saya
membeli beras organik saat ini lagi trend di dalam masyarakat. Selain itu, saya
ingin dengan mengkonsumsi beras organik saya mulai hidup sehat”. Mayoritas
konsumen beras organik menyatakan bahwa keputusan membeli beras organik
salah satunya dipengaruhi oleh gaya hidup sehat yang berusaha mereka bangun.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak
menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.
Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal
terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Hasil penelitian oleh Lutfhan Hadi Priambodo (2015) mengenai Analisis
Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Sayuran Organik dan Faktor-faktor
yang Memengaruhinya menunjukkan nilai rata-rata WTP untuk jenis sayuran
organik kol sebesar Rp 18.738,-, selada sebesar Rp 30.048,-, brokoli sebesar Rp
40.250,-, pakchoy sebesar Rp 24.368 dan wortel sebesar Rp 19.820. sikap dan
hambatan berpengaruh signifikan pada WTP sedangkan Sosio Economic Status
(SES) tidak memiliki pengaruh signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik konsumen yang melakukan pembelian sayuran
organik dengan menggunakan analisis deskriptif, menghitung nilai kesediaan
membayar (WTP) konsumen dengan menggunakan metode Contingen Valuation
Method (CVM), dan menganalisa faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan
membayar menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Penarikan contoh
dilakukan dengan teknik quota sampling.
Kajian Tingkat Preferensi dan Kepuasan Konsumen terhadap Beras di
Sulawesi Selatan dengan menganalisis seberapa besar kemauan membayar
(Willingness to Pay atau WTP) konsumen terhadap beras tertentu yang diteliti oleh
Muh Aslam Anwar (2016). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa Willingnes to
Pay (WTP) konsumen beras Sulawesi Selatan pada semua kelas pendapatan
ternyata lebih rendah dari harga beras yang dibayarkan dengan WTP pendapatan
rendah (Rp 7.461,53 < Rp 9.643,61), WTP pendapatan sedang (Rp 8.336,84 <
Rp 9.963.15) dan WTP pendapatan tinggi (Rp 8.911,76 < Rp 11.070,96). Metode
analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif, analisis
Importance and Performance Analysis (IPA) dan analisis Customer Satisfaction
Index (CSI) serta analisis WTP. Dalam penentuan sampel, dibagi berdasarkan
range dengan melihat beberapa hubungan antara pendapatan dengan preferensi
maka dibagi tiga kategori berdasarkan kelas pendapatan yaitu pendapatan
rendah, sedang dan tinggi.
Aklima Dhiska Suwanda (2012) meneliti tentang Analisis Kesediaan
Membayar (Willingness to Pay) Beras Analog di Serambi Botani, Botani Square,
Bogor. Pada penellitiannya menunjukkan bahwa sebanyak 72% responden
bersedia membayar beras analog dengan harga lebih dari sama dengan Rp
20.000,00 per 800 gram. Berdasarkan hasil uji Chi-Square menyatakan bahwa
karakteristik
responden
berdasarkan
tingkat
pendidikan
dan
pendapatan
berhubungan signifikan dengan kesediaan membayar beras analog. Berdasarkan
hasil analisis regresi berganda yang dilakukan, faktor-faktor yang memengaruhi
nilai WTP adalah lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan per bulan, tingkat
kepedulian terhadap diversifikasi pangan, dan pengetahuan terhadap beras
analog. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah non-probability
sampling dengan teknik pengambilan data convenience sampling. Analisis CVM
digunakan untuk mengestimasi nilai WTP beras analog, sedangkan untuk
menganalisis faktor yang memengaruhi nilai tersebut digunakan analisis Regresi
Linear Berganda.
2.4 Kerangka Pemikiran
Saat ini, sebagian masyarakat mulai bergeser mengkonsumsi pangan sehat
dengan prinsip “back to nature”, salah satu alternatifnya dengan mengkonsumsi
produk pangan yang non kimia yang ditanam dengan aplikasi pupuk organik dan
ramah terhadap lingkungan yaitu beras organik. Untuk menganalisis kesediaan
membayar (Willingness to Pay) beras organik, peneliti mengelompokkan masalah
menjadi tiga bagian yaitu segmentasi pasar konsumen beras organik, nilai
Willingness to Pay dan faktor-faktor yang memengaruhi Willingness to
Pay beras organik.
Segmentasi pasar konsumen ditinjau dari empat segmen konsumen yaitu
segmentasi
geografis
(jarak
lokasi
domisili
responden
terhadap
tempat
pembelian), segmentasi demografis (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan dan pendapatan), segmentasi psikografis
(alasan mengkonsumsi beras organik dan alasan membeli beras organik di Gelael
Signature) dan segmentasi perilaku (sejak kapan responden mengkonsumsi beras
organik dan frekuensi pembelian beras organik selama sebulan).
Willingness to Pay (WTP) merupakan nilai yang bersedia dibayarkan oleh
konsumen dari kualitas sebuah produk. nilai tersebut didasarkan pada harga
pembelian beras organik, nilai Willingness to Pay didapatkan dari konsumen yang
mengkonsumsi beras organik melalui CVM (Contingen Valuation Method).
Faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan membayar atau Willingness to
Pay (WTP) konsumen terhadap beras organik yaitu pendapatan, kualitas produk,
harga produk, keamanan produk dan gaya hidup. faktor-faktor ini dianalisis
menggunakan Regresi Linier Berganda untuk dapat menguji variabel berpengaruh
secara parsial terhadap nilai Willingness to Pay atau dapat berpengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap nilai Willingness to Pay. Berdasarkan uraian
di
atas,
maka
kerangka
pikiran
yang
menjadi
landasan
penelitian
penulis sebagai berikut:
Konsumen
(Responden)
Segmentasi Pasar
Konsumen Beras
Organik:
Critical point:
 Geografis
 Demografis
 Psikografis
 Perilaku
Willingness to Pay Beras
Organik:
Critical point:
 Obtaining Bids
 Nilai WTP
Faktor-Faktor yang
memengaruhi
Willingness to Pay
Beras Organik:
Variabel:





Pendapatan
Kualitas Produk
Harga produk
Keamanan produk
Gaya hidup
Gambar 1.
Skema Kerangka Pikiran Willingness to Pay Beras Organik:
Studi Kasus di Gelael Signature Makassar
2.5 Hipotesis
Berdasarkan susunan skema kerangka pikiran di atas, maka berikut hipotesis
penulis:
1. Segmen konsumen cenderung berbeda, baik dari segi segmentasi geografis,
segmentasi demografis, segmentasi psikografis, dan segmentasi perilaku
terhadap pembelian beras organik
2. Nilai Willingness to Pay yang didapatkan dari setiap responden sangat
bervariatif terhadap pembelian beras organik
3. Pendapatan,
dan
gaya
kualitas
hidup
produk,
harga
masing-masing
produk,
berpengaruh
keamanan
produk,
signifikan
secara
parsial terhadap Willingness to Pay. Sedangkan pendapatan, kualitas produk,
harga produk, keamanan produk, dan gaya hidup berpengaruh signifikan
secara simultan (bersama-sama) terhadap Willingness to Pay.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Gelael Signature di Kota Makassar, Sulawesi
Selatan. Lokasi Penelitian ditentukan secara Purposive Sampling artinya daerah
penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi ini memiliki penjualan
produk organik terbesar di Kota Makassar. Pertimbangan lainnya, bahwa
penentuan lokasi juga dipengaruhi oleh opini beberapa masyarakat yang
menerapkan pola konsumsi produk organik. Penelitian ini dilaksanakan selama 2
bulan yaitu bulan Juni 2017 hingga bulan Agustus 2017.
3.2 Metode Penetuan Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi. Menurut Hadi (2000)
berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah
penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Menurut Arikunto (2002)
menyebutkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dalam mengambil
sampel konsumen beras organik. Accidental sampling adalah teknik sampling
yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau
diakses. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011:77) bahwa accidental
sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel apabila orang yang secara kebetulan ditemui cocok sebagai
sumber data.
Tabel 1. Data Penjualan Beras Organik di Gelael Signature Periode
Bulan Januari – Mei 2017
No
Periode (bulan)
Quantity (pack)
Total Penjualan (Rp)
1
Januari
388
50.939.104
2
Februari
312
45.636.219
3
Maret
302
47.640.312
4
April
342
53.856.423
5
Mei
414
54.691.393
Rata-rata
351,6 = 352
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 1, data penjualan beras organik di Gelael Signature
menunjukkan jumlah barang/pack yang keluar setiap bulan berfluktuatif. Dalam
menentukan populasi yang tidak dapat diketahui, maka peneliti mengambil ratarata jumlah barang/pack yang keluar setiap bulannya dengan asumsi setiap orang
membeli 1 barang/pack beras organik di Gelael Signature. sehingga dalam
menentukan besarnya ukuran sampel digunakan statistik deskriptif dengan
menggunakan rumus Slovin (1960) yaitu sebagai berikut
Keterangan :
n
: Jumlah Sampel
N
: Jumlah Populasi
e
: Tingkat Kelonggaran (15%)
diperoleh jumlah sampel :
Jumlah
sampel
yang
diambil
dalam
penelitian
ini
sebanyak
40 responden yang ditemui di Gelael Signature. Hal ini disesuaikan berdasarkan
teori Roscoe dalam Sugiyono (2010) yang menyatakan bahwa ukuran sampel
yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Dengan jumlah
sampel yang kecil, maka peneliti mengambil besaran tingkat ketelitian dan
kesalahan maksimal yaitu 5% (0,05).
3.3 Jenis dan Sumber Data
Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari konsumen yang
membeli produk beras organik yaitu data segmentasi konsumen seperti
karakteristik responden, frekuensi pembelian beras organik, riwayat
pembelian beras organik, merk serta nilai lelang dan nilai WTP responden
terhadap beras organik. Data primer diperoleh dengan wawancara
langsung dengan konsumen yang berpedoman pada daftar kuisioner yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan tempat penelitian
yaitu di Gelael signature. Data yang dimaksudkan yang berkaitan tentang
jumlah persediaan, jumlah penjualan, profil perusahaan dan harga beras
organik yang ada di lokasi penelitian. Selain data yang diperoleh dari lokasi
penelitian, data sekunder juga mencakup data dan dokumentasi yang
mendukung penelitian seperti buku-buku literatur, jurnal, skripsi, dan
melalui website dengan menggunakan fasilitas internet.
3.4 Metode Analisis Data
Tujuan pertama penelitian, dianalisis dengan menggunakan metode analisis
deskriptif berdasarkan data di lokasi penelitian mengenai segmentasi pasar
konsumen beras organik. Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam
meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan analisis ini yaitu membuat
deskripsi secara sistematis, faktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta
hubungan antara fenomena yang diteliti (Wiratna, 2014: 45).
Analisis deskriptif ini digunakan untuk menyegmentasikan pasar konsumen
beras organik berdasarkan klasifikasi segmentasi geografis (jarak lokasi domisili
responden terhadap tempat pembelian), segmentasi demografis (umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan, dan
pendapatan) segmentasi psikografis (alasan mengkonsumsi beras organik dan
alasan membeli beras organik di Gelael Signature) dan segmentasi perilaku (sejak
kapan responden mengkonsumsi beras organik dan frekuensi pembelian beras
organik dalam sebulan) yang berpedoman pada kuisioner.
Tujuan kedua penelitian, dianalisis dengan menghitung nilai kesediaan
membayar atau Willingness to Pay (WTP) konsumen beras organik di Kota
Makassar dengan menggunakan Contingent Valuation Method (CVM). Yakin
(1997) menjelaskan bahwa pendekatan Contingent Valuation Method (CVM)
adalah metode dengan teknik survei yang menanyakan secara langsung kepada
individu atau rumah tangga tentang nilai atau harga yang mereka berikan
terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan,
jika pasarnya benar - benar tersedia atau jika terdapat cara-cara pembayaran lain
seperti pajak yang diterapkan.
Pada penelitian ini, metode Contingent Valuation Method (CVM) digunakan
untuk menganalisis Willingness to Pay (WTP) atau kesediaan membayar
konsumen terhadap beras yang dikonsumsi. Menurut Muh. Aslam Anwar (2016)
dalam penelitiannya dinyatakan bahwa tahap operasional yang dilakukan untuk
mendapatkan nilai Willingness to Pay antara lain yaitu dengan membangun pasar
hipotetik (setting up the hypothetical market), menentukan nilai penawaran
Willingness to pay (Obtaining bids) berdasarkan harga produk yang diketahui oleh
responden dan Menentukan dugaan nilai rataan WTP.
Tujuan ketiga penelitian, dianalisis menggunakan analisis Regresi Linier
Berganda untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kesediaan
membayar (WTP) beras organik. Regresi Linier Berganda adalah persamaan
regresi yang melibatkan dua atau lebih variabel dalam analisanya. Tujuannya
adalah untuk menghitung parameter-parameter estimasi untuk melihat apakah
variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat, sedangkan variabel-variabel
yang mempengaruhi adalah variabel bebas. Model ini memperlihatkan hubungan
variabel bebas (independent variabel) dengan variabel terikat (dependent
variabel),
digunakan
untuk
melihat
pendapatan,
kualitas
produk,
harga produk, keamanan produk dan gaya hidup terhadap kesediaan membayar
beras organik.
Untuk mengidentifikasi variabel dependen dan variabel independen digunakan
model analisis inferensial, yaitu analisis Regresi Linier Berganda yang dinyatakan
dalam bentuk fungsi sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, X4, X5)………………………………………. (3.1)
Y = b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e…………………..…. (3.2)
Dimana:
X1 = Pendapatan
X2 = Kualitas Produk
X3 = Harga Produk
X4 = Keamanan Produk
X5 = Gaya Hidup
b0 = Konstanta
b1,b2,……b5= Parameter yang akan diestimasi
Regresi Linier Berganda diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS yang
merupakan sebuah program komputer statistik yang berfungsi untuk membantu
dalam memproses data-data statistik secara tepat dan cepat. Hasil yang
didapatkan adalah berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambil
keputusan.
a) Data kualitatif merupakan data yang dapat dinyatakan dalam bentuk bukan
angka, misalnya jenis pekerjaan seseorang seperti petani, pegawai dan lainlain. Selain itu bisa juga data gender (pria atau wanita), tingkat kepuasan
seseorang mulai dari tidak puas, cukup puas, dan sangat puas, dan data lain
yang berbentuk bukan angka. Data kualitatif seperti ini harus dikuantifikasi
terlebih dahulu agar dapat diolah dengan statistik.
b) Data
dalam
kuantitatif
bentuk
merupakan
angka,
suatu
misalnya
data
yang
tinggi
dapat
badan
dinyatakan
seseorang,
usia seseorang, jumlah penjualan dalam satu bulan, jumlah bakteri dalam
suatu percobaan, dan lain sebagainya. Karena data ini sudah berbentuk
angka, maka akan mudah untuk diaplikasikan ke dalam olah data SPSS.
3.5. Uji Instrumen
Menurut Sularso dalam Masrizal (2010), suatu instrument yang baik adalah
instrumen yang memenuhi syarat validasi dan realibilitas. Suatu instrument
dikatakan valid apabila instrumen tersebut memiliki kemampuan mengukur
sesuatu yang layak diukur.
3.5.1 Uji Validitas
Teknik korelasi untuk menentukan validitas item memberikan terhadap
koefiien korelasi, item yang memiliki korelasi positif dengan kriterium (skor total)
serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas
yang tinggi pula. Syarat minimum nilai r dapat diketahui pada distribusi tabel r
dengan rumus df=N-2 dimana nilai signifikansi sebesar 0,05 sehingga syarat
minimum nilai r yang didapatkan sebesar 0,312. Apabila korelasi antara butir
dengan skor total kurang dari 0,31 maka butir dalam instrument tersebut tidak
valid (Sugiyono, 2013:217). Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
1) Jika rhitung
≥ rtabel
maka pernyataan dikatakan valid
2) Jika rhitung ≤ rtabel maka dinyatakan tidak valid
3.5.2 Uji Realibilitas
Uji realibilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variable. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu.
Pengukuran dilakukan dengan
membandingkan hasil
dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antara jawaban pertanyaan. SPSS
memberikan fasilitas untuk mengukur realibilitas dengan uji statistik Cronbach
Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali 2013 : 47).
3.6 Definisi Operasional
1. Beras organik adalah beras yang tidak menggunakan bahan kimia buatan
dalam proses budidayanya yang dipasarkan di Gelael Signature Makassar.
2. Responden adalah konsumen beras organik yang telah mengerti prosedur
tanya jawab dalam kuesioner dan telah memiliki aksesibilitas pribadi dalam
mengambil keputusan dalam penelitian ini di Gelael Signature Makassar.
3. Segmentasi konsumen adalah proses pembagian konsumen ke dalam
kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan kebutuhan atau karakteristik yang
serupa terhadap pembelian beras organik di Gelael Signature Makassar.
4. Segmentasi geografis adalah pengelompokan responden berdasarkan lokasi
atau wilayah keberadaan responden terhadap tempat pembelian dalam
penelitian ini yaitu jarak domisili responden terhadap Gelael Signature
Makassar.
5. Segmentasi demografis adalah pengelompokkan konsumen berdasarkan
karakteristik konsumen secara individual yang meliputi usia, jenis kelamin,
jumlah anggota keluarga, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan
responden di Gelael Signature Makassar.
6. Segmentasi psikografis adalah pengelompokkan konsumen berdasarkan
gaya hidup serta kepribadiannya yang mengacu kepada alasan individual
responden terhadap pembelian dinyatakan dalam alasan mengkonsumsi beras
organik yaitu kategori riwayat penyakit dan pemenuhan gaya hidup. Selain itu,
alasan membeli beras organik di Gelael Signature Makassar dinyatakan dalam
kategori dekat dengan tempat tinggal, kategori lebih banyak varian produk dan
kategori tempatnya lebih nyaman untuk dikunjungi.
7. Segmentasi perilaku adalah pengelompokkan pembeli berdasarkan pada
pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk
dalam penelitian ini, yang digunakan adalah sejak kapan mengkonsumsi beras
organik dan frekuensi pembelian beras organik di Gelael Signature Makassar.
8. Willingness to Pay adalah kesediaan konsumen untuk mengeluarkan biaya
atau membayar pada jumlah harga tertentu untuk memperoleh suatu barang.
Harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga beras organik yang
dipasarkan di Gelael Signature Makassar.
9. Skala Likert adalah skala yang digunakan responden untuk mengekspresikan
intensitas perasaan mereka terhadap suatu produk. Pada penelitian ini, faktor
pendapatan, kualitas produk, harga produk, keamanan produk dan gaya hidup
diukur dengan menggunakan skala Likert 5 poin yang menunjukkan; Sangat
setuju dengan bobot 5; Setuju dengan bobot 4; Biasa saja dengan bobot 3;
Tidak setuju dengan bobot 2; Sangat tidak setuju dengan bobot 1, terhadap
pembelian beras organik di Gelael Signature Makassar.
10. Pendapatan adalah besaran upah atau gaji yang diterima oleh responden tiap
bulan dalam satuan rupiah dalam penelitian ini, pendapatan responden beras
organik di Gelael Signature Makassar.
11. Kualitas
produk
adalah
kemampuan
produk
beras
organik
untuk
menampilkan fungsinya memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang
dapat diukur berdasarkan kandungan gizi, aroma dan rasa beras organik,
tampilan kemasan hingga informasi mengenai beras organik di Gelael
Signature Makassar.
12. Harga produk adalah nilai yang ditetapkan produsen terhadap produk beras
organik yang dapat diukur berdasarkan tingkat harga yang mampu dibeli
responden terhadap beras organik yang dijualkan di Gelael Signature
Makassar.
13. Keamanan produk
adalah
upaya
yang diperlukan
untuk mencegah
kemungkinan timbulnya dampak yang merugikan konsumen akibat proses
peredaran dan pemanfaatan produk yang tidak maksimal. Keamanan produk
diukur berdasarkan ketersediaan produk dan kelengkapan bukti keamanan
produk seperti sertifikasi LSO (Lembaga Sertifikasi Organik) pada kemasan
beras organik di Gelael Signature Makassar.
14. Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas,
minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk
merefleksikan status sosialnya berkaitan dengan pola konsumsinya terhadap
beras organik yang dijualkan di Gelael Signature.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Kota
Makassar
merupakan
salah
satu
kota
administrasi
dari
26
kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis
terletak antara 11924’17’38 Bujur Timur dan 58’6’19, dengan batas wilayahnya:

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
Kota Makassar yang beribukota di Makassar memiliki luas 181,35 km2 yang
terbagi dalam 143 Desa/Kelurahan dan 14 kecamatan, yaitu Kecamatan Mariso,
Kecamatan Mamajang, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Rappocini, Kecamatan
Makassar, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala,
Kecamatan
Ujung
Tanah,
Kecamatan
Tallo,
Kecamatan
Panakukkang,
Kecamatan Manggala, Kecamatan Biringkanaya, dan Kecamatan Tamalanrea.
Kecamatan yang memiliki wilayah terbesar yaitu kecamatan Biringkanaya dengan
luas wilayah 48,22 km2 atau 27,43% dari wilayah kota Makassar, sedangkan untuk
wilayah terkecil yaitu Kecamatan Mariso dengan luas wilayah 11,82 km 2 atau
hanya 1,04% dari wilayah kota Makassar.
4.2 Penduduk
Penduduk Kota Makassar pada tahun 2016 tercatat sebanyak 1.469.601 jiwa
yang terdiri dari 727.314 laki-laki dan 742.287 perempuan. Berikut dapat kita lihat
pada tabel 1 tentang jumlah penduduk dirinci menurut kecamatan di kota
Makassar.
Tabel
2.
Jumlah Penduduk Kota Makassar
Tahun 2016
Penduduk (ribuan)
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Menurut
Kecamatan
Jumlah
Mariso
29.856
29.436
59.292
Mamajang
29.884
31.123
61.007
Tamalate
96.516
97.977
194.493
Rappocini
79.660
84.903
164.563
Makassar
42.048
42.710
84.758
Ujung Pandang
13.453
15.044
28.497
Wajo
15.164
15.769
30.933
Bontoala
27.579
28.957
56.536
Ujung Tanah
24.794
24.429
49.223
Tallo
69.739
69.428
139.167
Panakukkang
73.114
74.669
147.783
Manggala
69.541
69.118
138.659
Biringkanaya
100.978
101.542
202.520
Tamalanrea
54.988
57.182
112.170
727.314
742.287
1.469.601
Kota Makassar
Sumber: BPS Kota Makassar, 2016
Berdasarkan tabel 2, penduduk kota Makassar tahun 2016 tercatat sebanyak
1.469.601 jiwa yang terdiri dari 727.314 laki-laki dan 742.287 perempuan. Jumlah
penduduk tertinggi berada di Kecamatan Biringkanaya yaitu sebanyak 202.520
jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Ujung Pandang
yaitu sebanyak 28.497 jiwa.
4.3 Profil Perusahaan
4.3.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan
Gelael Swalayan merupakan sebuah perusahaan kecil yang bergerak
dibidang penjualan bahan makanan. Pada awal berdirinya, perusahaan Gelael ini
dikenal dengan toko kelontong yang dipelopori oleh Bapak Dick Gelael dan Ibu
Elizabeth Gelael yang dibentuk pada tahun 1957, Dick Gelael berkongsi dengan
Bapak Rudy Tanujaya Saputra dan Bapak Moh. Rasyid Thamrin bertempat di
Jalan Faletehan I No.35 Kabayoran Baru Blok M Jakarta Selatan. Pertama kali
perusahaan ini hanya menyuplai bahan makanan seperti sayur dan buah segar
serta produk rumah tangga yang berkualitas tinggi.
Pada tahun 1969, Dick Gelael membuka supermarket di Melawai dengan
konsep berbelanja yang diterapkan secara swalayan yaitu pembeli mengambil
barang yang dijual secara mandiri dan transaksi pembayaran melalui kasir.
Perusahaan ini melayani masyarakat dengan slogan yang diusung yaitu everyday
is fresh membuat swalayan ini selalu menyediakan barang-barang kebutuhan
yang terjamin kesegarannya. Keberhasilan perusahaan ini mulai dari awal
berdirinya mendapat respon yang tinggi dari masyarakat sehingga pada tahun
1971 Gelael membuka cabang baru di Jakarta yaitu Gelael Menteng.
Seiring
dengan
perkembangannya,
pada
tanggal
28
Februari
1985
perusahaan pertama di wilayah Indonesia timur secara resmi dibuka tepatnya di
Jalan Sultan Hasanuddin No. 18 D Makassar yang dikenal dengan PT Gelael
Indotim. Hingga saat itu, Dick Gelael berhasil memiliki empat perusahaan besar
yang menguasai pasar Indonesia yaitu, PT Gelael Supermarket (Pasar Swalayan),
PT Fast Food Indonesia (KFC Restaurant), PT Aneka Sawitra Sari Food (KMB &
Swansen’s) dan PT Finindo (Merk Fortuna).
4.3.2 PT. Gelael Indotim
PT Gelael Indotim merupakan kantor pusat di wilayah timur yang
berkedudukan di Jalan Sultan Hasanuddin No.18 D Makassar. PT Gelael Indotim
bergerak di bidang pasar swalayan dan restoran yang terdiri atas 3 unit antara
lain, Gelael swalayan, KFC dan KMB (Kantin Murah & Baik). Gedung kantor PT
Gelael Indotim memiliki tiga lantai dimana lantai 1 merupakan gelael swalayan
(modern market), Lantai 2 terdapat Kentucky Fried Chicken (KFC) (restaurant
frienchise) dan KMB (Kantin Murah & Baik) yang menyediakan jenis makanan
rumahan dengan konsep food court, dan Lantai 3 merupakan playland yang
diperuntukkan
untuk
wilayah
bermain
anak
dibawah
umur
10
tahun.
PT gelael Indotim memiliki 140 orang karyawan dan merupakan anggota dari
organisasi Apindo. Di wilayah timur, PT Gelael Indotim telah membuka 5 cabang
yaitu
di
Kota
Manado,
dan Kota Manokwari.
Kota
Gorontalo,
Kota
Jayapura,
Kota
Timika
PT Gelael Indotim berupaya maksimal untuk melaksanakan dan menjaga
konsistensi pelanggan untuk berbelanja di gelael swalayan dengan cara
menyediakan kebutuhan sehari hari dengan kualitas premium. produk yang
disediakan bukan hanya sekedar melengkapi kebutuhan pembeli melainkan juga
memberikan nilai tambah baik dari sisi pelayanan, penataan produk serta jenis
produk yang dijualkan. Berangkat dari visi dan misi yang menjadikan PT Gelael
Indotim terus memberikan kesan terbaik bagi masyarakat, berikut merupakan visi
perusahaan :
“Hanya yang terbaik setiap hari”
Dan misi yang dilakukan untuk mencapai visi perusahaan :
“Bila kita melayani tamu, ingat.. kita menjual nama Gelael”
Untuk dapat membedakan Gelael dengan swalayan-swalayan lain di kota
Makassar, Gelael berhasil membentuk nama sebagai sebuah brand yang memiliki
keunggulan dan memengaruhi persepsi masyarakat terhadap jenis produk-produk
yang dijualkan berkualitas tinggi sehingga PT Gelael Indotim di Kota Makassar
lebih dikenal dengan Gelael Signature.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menganalisis kesediaan membayar responden terhadap pembelian
beras
organik,
diawali
dengan
mengumpulkan
data
responden
dengan
mengelompokkan responden berdasarkan situasi dan kondisi responden melalui
segmentasi pasar konsumen beras organik di studi kasus Gelael Signature
Makassar. Data yang diperoleh dari responden tersebut selanjutnya dianalisis
menggunakan Contingen Valuation Method (CVM) dengan hasil akhir yaitu nilai
Willingness to Pay (WTP). Setelah itu, beberapa data diuji melalui uji validitas dan
reabilitas yang akan dianalisa menggunakan Regresi Linear Berganda untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh varibel-variabel (pendapatan, kualitas produk,
harga produk, keamanan produk dan gaya hidup) terhadap kesediaan responden
secara personal mengkonsumsi produk premium.
5.1 Segmentasi Pasar Konsumen Beras Organik di Gelael Signature
Segmentasi pasar konsumen beras organik dilakukan untuk mengetahui
situasi dan kondisi responden terhadap pembelian beras organik di Gelael
Signature Makassar. Menyegmentasikan pasar konsumen sangat penting
dilakukan untuk mengumpulkan data responden secara signifikan sesuai pada
suatu kondisi tertentu dengan panduan kuisioner yang diberikan pada saat
penelitian. Menurut Ainul F (2015) bahwa segmentasi konsumen dilakukan untuk
mengumpulkan data dan mengelompokkan konsumen yang sifatnya berada pada
suatu situasi dan kondisi yang sama yang dipilih sebagai target untuk
memasarkan produk. Ketika membeli beras organik, konsumen memiliki
kelompoknya masing-masing yang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kategori pengelompokkan. Konsumen beras organik di Gelael Signature akan
dikelompokkan
ke
dalam
empat
segmen
konsumen
yang
merujuk
pada teori dari Kotler (1995) yaitu segmentasi geografis, demografis, psikografis
dan perilaku.
5.1.1 Segmentasi Geografis
Segmentasi geografis adalah tindakan pembagian pasar ke dalam unit-unit
geografis yang berbeda seperti negara, negara bagian atau provinsi, kabupaten,
kota atau wilayah lainnya. Alasan yang mendasari pembagian pasar berdasarkan
wilayah geografis ini adalah bahwa orang-orang yang hidup di satu wilayah
memiliki kebutuhan atau keinginan yang hampir sama dan kebutuhan atau
keinginan itu berbeda dengan yang dimiliki oleh orang-orang dari wilayah
geografis lainnya (Luciana, 2013).
Menurut
Handayani
(2013),
segmentasi
geografis
digunakan
untuk
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan lokasi yang akan memengaruhi jumlah
permintaan secara berbeda. Dalam penelitian Willingness to Pay beras organik,
segmentasi konsumen ini dilakukan dengan mengelompokkan konsumen menjadi
bagian pasar menurut skala wilayah berdasarkan tempat tinggal dan melihat
aksesibilitas dari konsumen itu sendiri.
Lokasi responden akan memengaruhi potensi serta motif pembelian sehingga
membutuhkan pengelompokkan lokasi responden berdasarkan jarak domisili
responden terhadap lokasi pasar. Berikut adalah hasil dari segmentasi geografis
responden beras organik di Gelael Signature Kota Makassar dapat dilihat pada
Tabel.
Tabel 3. Segmentasi Geografis Berdasarkan Jarak Domisili Responden
Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael Signature
Makassar.
No
Kategori (Km)
Jumlah (orang)
1.
< 4.5
23
2.
4.6 – 9.1
13
3.
9.2 – 13.7
1
4.
13.8 – 18.3
3
Total Responden
40
Uraian
Jarak alamat
responden ke Gelael
Signature untuk
membeli beras
organik didominasi
oleh responden yang
bermukim dengan
jarak tidak lebih dari
4.5 km.
Sumber: data primer setelah diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 3, kategori jarak domisili responden ke Gelael Signature
dibagi berdasarkan alamat yang konsumen berikan pada pengisian kuisioner.
Jarak alamat responden untuk membeli beras organik didominasi oleh responden
yang bermukim tidak lebih dari 4.5 km dari Gelael Signature. Pada Tabel kategori
jarak radius ≤ 4.5 km sebanyak 23 responden. Adapun area lokasi domisili secara
umum berada di sekitar Jalan Sultan Hasanuddin, Jalan Sulawesi, Jalan Bandang,
Jalan Rajawali, dan sebagian Jalan Cendrawasih.
Selain itu, jarak domisili responden ke Gelael Signature dengan radius 13.8 –
18.3 km juga masih terdapat 3 responden. Domisili responden dengan jarak radius
13.8 – 18.3 km itu sudah dapat dikatakan wilayah perbatasan kota Makassar yaitu
Perintis Kemerdekaan, Bumi Tamalanrea Permai dan Jalan Sudiang. Hal ini
menunjukkan bahwa lokasi dengan radius tersebut tetap memengaruhi keinginan
konsumen untuk membeli kebutuhan konsumsinya di Gelael Signature, walaupun
jumlahnya kecil, tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada konsumen beras
organik lain yang berada di wilayah tersebut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa mayoritas
responden yang bermukim tidak lebih dari 4.5 km berasal dari Etnis Tionghoa.
Kesadaran mereka akan konsumsi pangan organik ini memberikan pengaruh
besar terhadap penerapan perilaku dan keputusan konsumen baik secara individu
maupun secara berkelompok. Aksebilitas konsumen terhadap lokasi pembelian
juga memberi efek continubilitas pembelian. Hal ini sejalan dengan pendapat
Jumiangki (2015) bahwa konsumen akan memilih pasar yang lokasinya strategis
sehingga mudah dijangkau oleh konsumen seperti pasar modern. Selain
aksebilitas, tingkat kepercayaan konsumen terhadap Gelael Signature dalam
penyediaan produk-produk premiumnya juga sudah tidak diragukan. Sehingga
walaupun di wilayah responden tersebut masih dapat dijumpai pasar modern yang
juga menjual beras organik namun, konsumen – konsumen tersebut tetap memilih
untuk membeli beras organik di Gelael Signature.
5.1.2 Segmentasi Demografis
Segmentasi demografis merupakan pengelompokkan yang dilakukan untuk
mengetahui subjek sasaran dari pemasaran beras organik di Gelael Signature.
Menurut Suprapti (2010), segmentasi demografis dilakukan untuk memetakan
konsumen-konsumen yang ada berdasarkan dengan karakteristik yang melekat
pada dirinya, seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota
keluarga, pekerjaan dan pendapatan. Berikut adalah segmentasi demografis
konsumen beras organik di Gelael Signature kota Makassar dapat dilihat pada
Tabel.
Tabel 4.1 Segmentasi Demografis Berdasarkan Usia Responden Terhadap
Pembelian Beras Organik di Gelael Signature Makassar.
No
1.
Kategori (Tahun)
Jumlah (orang)
22 – 32
15
Uraian
Jumlah konsumen beras
organik paling besar
berasal dari 2 kategori
2.
33 – 42
8
3.
43 – 52
5
usia yaitu usia 22 – 32
tahun sebesar 37,5% dan
konsumen pada kategori
4.
53 – 62
12
usia 53 – 62 tahun
dengan perbandingan
Total Responden
40
yang tidak terlampau jauh
yaitu sebesar 30%.
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Pada Tabel 4.1, klasifikasi demografis ditinjau dari segi usia untuk konsumen
beras organik di Gelael Signature, didominasi oleh kategori usia 22 – 32 tahun
dan kategori usia 53 – 62 tahun. Kategori usia 22 – 32 tahun termasuk kategori
dewasa awal yang merupakan kategori umur seorang individu yang telah
mengalami kematangan perkembangan dari segi fisik dan pola pikir. Selain itu,
pada tahap ini seseorang telah mulai memainkan peranannya, memecahkan
masalah, dan mengambil keputusan diikuti dalam perilaku tertentu dalam banyak
aspek kehidupannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ainul F (2015) yang
menyatakan
bahwa
kategori
usia
dewasa
awal
merupakan
tahap
dimana
individu
mampu
menyerap
informasi
dengan
baik
dan
dapat mengambil keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi pengetahuan yang
berkembangan.
Pada usia dewasa awal responden telah mampu memutuskan untuk membeli
produk konsumsi yang baik dan bermanfaat bagi dirinya. Responden beras
organik pada tahap usia 22 – 32 tahun cenderung telah memilki ketertarikan pada
pola hidup sehat. Dengan mengkonsumsi beras organik tentunya responden telah
mengetahui informasi intern dan ekstern pada produk beras organik. Hal ini
berkaitan dengan sejauh mana pemahaman mereka terkait pola hidup sehat dan
sejauh mana kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya
untuk mencapai pola hidup yang sehat.
Pada kategori usia 53 – 62 tahun sudah memasuki kategori lansia akhir.
Kondisi golongan usia ini cenderung tingkat pemahaman dalam mengadopsi suatu
informasi jadi terbatas. Selain itu, daya tahan tubuh manusia semakin menurun,
kebutuhan akan makanan sehat dan bergizi tinggi juga semakin besar. Kondisi ini
yang mengakibatkan manusia mengkonsumsi makanan yang sehat dan terbebas
dari kandungan kimia yang mampu memicu penyakit. Hal ini sesuai dengan
Sarayati (2016) yang berpendapat bahwa pada usia 55 hingga 65 tahun
merupakan kelompok umur yang mencapai tahap lansia akhir dan pada tahap ini
akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan
berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan
dalam hidupnya yang akan memengaruhi tingkat kesehatan, apabila aktivitas
jasmani berkurang atau tidak memperhatikan pola konsumsi pangannya, maka
berbagai penyakit akan mudah hinggap karena kondisi sensitif yang ditimbulkan
perubahan itu.
Responden
beras
organik
pada
kategori
usia
ini
cenderung
memiliki semangat yang besar dalam menerapkan pola hidup sehat. Responden
beras organik pada kategori usia ini memanfaatkan anggota keluarganya untuk
membantu memilih jenis pangan dan serat yang baik untuk dikonsumsinya
sehingga pada produk beras organik, responden cenderung memilih jenis produk
beras organik dengan kebutuhan gizi sesuai yang diperuntukkan pada jenis
penyakit dan kondisi kesehatan yang dimilikinya.
Selain klasifikasi usia, untuk menyegmentasikan demografis responden beras
organik juga diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin. Berikut data hasil
penelitian
segmentasi
demografis
klasifikasi
berdasarkan
jenis
kelamin
responden.
Tabel 4.2 Segmentasi Demografis Berdasarkan Jenis Kelamin Konsumen
Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael Signature
Makassar.
No.
Kategori
Jumlah (orang)
1.
Laki-laki
22
2.
Perempuan
18
Total Responden
40
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Uraian
Jumlah konsumen kategori
laki – laki 55% lebih
banyak dibandingkan
dengan konsumen kategori
perempuan dari total
responden keseluruhan.
Pada Tabel 4.2, konsumen yang membeli beras organik di Gelael Signature
yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin memperlihatkan jumlah kategori
laki-laki 55% lebih banyak dibandingkan dengan kategori perempuan dari total
responden keseluruhan. Berkaitan dengan konsumsi pangan sehat dan bergizi,
menurut Apriadji yang mengutip Depkes (2012) pada umumnya perempuan lebih
banyak memerlukan keterampilan dibandingkan tenaga, sehingga kebutuhan gizi
perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Walaupun kesadaran akan
pemenuhan gaya hidup (diet) lebih banyak diikuti oleh kategori perempuan,
namun sikap continubilitas masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Selain itu,
berkaitan dengan status kesehatan, menurut Dr Nidia Suriani (2012) bahwa
gangguan metabolisme kadar glukosa dalam tubuh lebih banyak penderitanya
pada jenis kelamin laki-laki. Sehingga kebutuhan akan konsumsi karbohidrat
rendah gula sangat dibutuhkan pada penderita gangguan ini. Pengklasifikasian
responden beras organik di Gelael Signature juga ditinjau berdasarkan tingkat
pendidikannya. Berikut data tingkat pendidikan responden beras organik :
Tabel
No.
4.3 Segmentasi Demografis Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Konsumen Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael Signature
Makassar.
Kategori
Jumlah
(orang)
Uraian
Sekolah Dasar
1.
0
(SD)
dari tingkat pendidikan tinggi sebesar 80%
dari total responden keseluruhan. Berbeda
Sekolah Menengah
2.
8
(SMP dan SMA)
Jumlah konsumen beras organik yang berasal
dengan jumlah konsumen dari tingkat
pendidikan menengah yang hanya 20% dari
3.
total responden keseluruhan.
Pendidikan tinggi
32
(diploma, S1,S2,S3)
Total Responden
40
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Pada Tabel 4.3, tingkat pendidikan diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu
pendidikan dasar (sekolah dasar), pendidikan menengah (SMP dan SMA) dan
pendidikan tinggi (diploma, S1, S2, S3). Jumlah konsumen beras organik yang
berasal dari tingkat pendidikan tinggi lebih banyak 80% dari total responden
keseluruhan. Dibandingkan dengan jumlah konsumen dari tingkat pendidikan
menengah, sangat terlampau jauh hanya 20% dari total responden keseluruhan.
Meskipun demikian, konsumen dari tingkat pendidikan menengah juga memiliki
angka yang cukup tinggi dan tidak kalah banding dengan kemampuan mereka
dalam membeli beras organik. Tingkat pendidikan konsumen akan berpengaruh
pada
keputusan
membeli
konsumen
karena
berkaitan
dengan
tingkat
pengetahuan yang dimilikinya dan kesadaran untuk mengkonsumsi sesuatu yang
dapat memberikan manfaat bagi kesehatannya.
Pengklasifikasian
konsumen
beras organik
juga
ditinjau
berdasarkan
seberapa banyak tanggungan keluarga responden. Berikut data mengenai jumlah
tanggungan kelaurga responden beras organik di Gelael Signature.
Tabel 4.4 Segmentasi Demografis Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Keluarga Konsumen Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael
Signature Makassar.
No
Kategori
Jumlah (orang)
1.
Belum berkeluarga
18
Uraian
Konsumen beras organik yang
2.
Keluarga kecil (jumlah anggota
keluarga <4 orang)
memiliki jumlah tanggungan keluarga
20
yang kecil jauh lebih banyak
dibandingkan dengan konsumen
3.
Keluarga besar (jumlah anggota
dengan jumlah tanggungan keluarga
2
keluarga >4 orang)
yang besar
Total Responden
40
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Pada Tabel 4.4, memperlihatkan klasifikasi kisaran jumlah anggota keluarga
yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu kategori belum berkeluarga, kategori keluarga
kecil dengan jumlah anggota kurang dari atau sama dengan 4 orang dan kategori
keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang. Berdasarkan
data di atas, bahwa sebanyak 50% responden yang mengkonsumsi beras organik
termasuk dalam kategori keluarga kecil dari total responden secara keseluruhan.
Selain itu, sebanyak 45% responden yang mengkonsumsi beras organik masuk
dalam kategori belum berkeluarga dan 5% reponden yang mengkonsumsi beras
organik masuk dalam kategori keluarga besar. Hal ini mengindikasikan bahwa,
beras organik masih menjadi kebutuhan primer individual. Kebutuhan konsumsi
pangan sehat dan bergizi individu yang satu dan inividu lain berbeda-beda,
sehingga konsumen beras organik belum tentu seluruh anggota keluarga,
konsumen beras organik belum tentu per individual, dan konsumen beras organik
belum tentu tidak mengkonsumsi beras anorganik. Terdapat banyak alasan
responden
untuk
memilih
mengkonsumsi
beras
organik
namun,
jumlah
tanggungan keluarga yang dimiliki responden memengaruhi aspek kuantitas dan
kualitas produk beras organik yang harus dibeli agar seluruh kebutuhan hidupnya
dan keluarganya terpenuhi.
Tabel 4.5 Segmentasi Demografis Berdasarkan Pekerjaan Konsumen
Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael Signature Makassar
No.
Kategori
Jumlah (orang)
1.
Mahasiswa
1
2.
Pegawai Negeri Sipil
3
3.
Pegawai Swasta
14
4.
Wiraswasta
14
5.
Lainnya..
8
Total Responden
40
Uraian
Jenis pekerjaan konsumen beras organik didominasi
oleh 2 kategori pekerjaan yaitu pegawai swasta dan
wiraswasta dengan perbandingan jumlah yang sama.
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Pada Tabel 4.5, memperlihatkan hasil dari segmen demografi pada klasifikasi
jenis pekerjaan. Klasifikasi dibagi menjadi 5 kategori yaitu responden dengan
status sebagai Mahasiswa, responden dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri
sipil (PNS), pegawai swasta (PSW), Wiraswasta dan lainnya yang meliputi ibu
rumah tangga dan jenis pekerjaan lainnya. Pada Tabel di atas, jenis pekerjaan
konsumen beras organik didominasi oleh 2 kategori pekerjaan yaitu kategori
pegawai swasta dan kategori wiraswasta dengan perbandingan jumlah yang sama
sebanyak masing-masing 35% dari total responden keseluruhan. Tidak sedikit
pula yang memiliki jenis pekerjaan yang tidak terdapat pada kolom kuisioner yaitu
Ibu rumah tangga, Pegawai BUMN, dan TNI sebesar 20% dan mahasiswa
sebanyak 10% dari total keseluruhan.
Tabel
4.6 Segmentasi Demografis Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Konsumen Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael Signature
Makassar.
No.
1.
Kategori (Rp .000)
Rendah
Jumlah (orang)
2.500 – 10.000
11
Uraian
Konsumen beras
organik didominasi
2.
Sedang
10.001 – 17.500
12
oleh konsumen
dengan kategori
3.
Tinggi
17.501 – 25.000
17
pendapatan tinggi
yaitu 42,5% dari
total responden
Total Responden
40
keseluruhan.
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Untuk klasifikasi pendapatan pada Tabel 4.6, memperlihatkan bahwa
sebagian
besar
konsumen
berasal
dari tingka
pendapatan
tinggi
yaitu
Rp 17.500.001 – Rp 25.000.000. konsumen dengan pendapatan yang lebih tinggi
kecenderungannya akan lebih besar kemungkinannya untuk mengkonsumsi beras
organik yang notabene lebih menyehatkan namun harga yang dijualkan lebih
mahal dari beras anorganik. Konsumen dengan pendapatan yang tinggi akan
cenderung memprioritaskan kualitas dan kepuasan dirinya untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Adapun konsumen yang berasal dari tingkat
pendapatan yang masuk dalam kategori rendah yaitu Rp 2.500.000 – 10.000.000
yang juga membeli dan mengkonsumsi beras organik. Hal ini memperlihatkan
bahwa faktor pendapatan memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan
mengkonsumsi beras organik.
5.1.3 Segmentasi Psikografis
Segmentasi
psikografi
merupakan
suatu
pengelompokkan
konsumen
berdasarkan kondisi psikologi sosial yang dimilikinya. Konsumen yang berbelanja
beras organik di Gelael Signature akan diuraikan berdasarkan gaya hidup yang
dimilikinya oleh konsumen dalam kesehariannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yusdikasari (2013) yang menyatakan bahwa psikografis dipergunakan untuk
mengukur gaya hidup konsumen dan menganalisis aktivitas, minat dan opini.
Segmentasi
psikografis
biasanya
digunakan
untuk
melakukan
riset kepada konsumen yang nantinya akan membantu perusahaan mencapai
tujuannya serta memahami keinginan konsumen. Untuk menguraikan segmen
konsumen dari segi psikografis, konsumen dianalisis berdasarkan aktivitas
konsumen terkait konsumsi beras organik dalam kehidupan sehari-harinya.
Segmen
psikografis
konsumen
diklasifikaikan
berdasarkan
keadaan
psikologinya secara sosial seperti alasan responden mengkonsumsi beras organik
dan alasan responden untuk membeli beras organik di Gelael Signature. untuk
pengklasifikasian alasan responden mengkonsumsi beras organik dikategorikan
menjadi 2 yaitu, responden mengkonsumsi beras organik karena riwayat penyakit
atau keadaan kesehatan responden dan sebagai pemenuhan gaya hidup sehat
yang diterapkan responden. Dalam pengklasifikasian alasan membeli beras
organik di Gelael Signature dikategorikan menjadi 3 yaitu, dekat dengan tempat
tinggal, lebih banyak varian produk beras organik dan tempatnya lebih nyaman
untuk dikunjungi. Untuk lebih jelasnya segmentasi konsumen berdasarkan
segmen psikografisnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel
5.1 Segmentasi Psikografis Berdasarkan Alasan Responden
Mengkonsumsi Beras Organik yang dijual di Gelael Signature
Makassar.
No
Kategori
Jumlah (orang)
Uraian
1.
Riwayat penyakit
15
Alasan responden
mengkonsumsi beras organik
2.
Pemenuhan gaya
hidup
Total Responden
25
didominasi pada responden
yang memenuhi gaya hidup
40
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Pada Tabel 5.1, menunjukkan hasil pengklasifikasian segmen psikografis
responden beras organik yaitu, alasan responden mengkonsumsi beras organik
didominasi responden yang memenuhi gaya hidup yaitu sebanyak 62,5% dari total
responden keseluruhan dibandingkan kategori riwayat penyakit yang hanya 37,5%
dari total responden keseluruhan. Hasil data tersebut menunjukkan bahwa tingkat
kesadaran masyarakat akan kesehatan dimulai dengan menerapkan gaya hidup
sehat. Sedangkan konsumsi pangan sehat dan bergizi didasarkan atas alasan
riwayat penyakit yang dimiliki adalah upaya antisipasi agar penyakit dan kondisi
kesehatan yang dimiliki tetap stabil. Walaupun persentasi pemenuhan gaya hidup
cukup tinggi namun, perbandingan kedua kategori ini tidak terlampau cukup jauh.
Tabel 5.2 Segmentasi Psikografis Berdasarkan Alasan Konsumen Membeli
Beras Organik di Gelael Signature Makassar.
No
Kategori
Jumlah
(orang)
1.
Dekat dengan tempat
tinggal
2
2.
Lebih banyak varian
produk
11
3.
Tempatnya lebih
nyaman untuk
dikunjungi
27
Total Responden
40
Uraian
Alasan responden membeli
beras organik di Gelael
Signature didominasi
dengan responden yang
menyatakan bahwa
tempatnya lebih nyaman
untuk dikunjungi, selain itu
cukup banyak pula yang
menyatakan di Gelael
Signature lebih banyak
varian produk beras organik.
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 5.2, alasan responden membeli beras organik di Gelael
Signature didominasi oleh responden yang menyatakan bahwa tempatnya lebih
nyaman untuk dikunjungi yaitu sebesar 67,5% dari total responden keseluruhan.
Selain itu, terdapat pula responden yang menyatakan bahwa terdapat banyak
varian produk beras organik yaitu sebesar 27,5% dari total responden
keseluruhan.
Hasil
perbandingan
ini
menunjukkan
bahwa
responden
mempercayakan Gelael Signature sebagai branding market yang berhasil dalam
penyediaan produk yang berkualitas dan pelayanan yang sangat baik, terpercaya
dan nyaman bagi pengunjung.
5.1.4 Segmentasi Perilaku
Segmentasi
konsumennya
perilaku
merupakan
berdasarkan
perilaku
segmen
yang
yang
mengelompokkan
diberlakukan
terhadap
suatu produk. Segmentasi perilaku ini didasarkan pada pengambilan keputusan
konsumen dalam mengkonsumsi beras organik. Untuk lebih jelasnya segmentasi
perilaku konsumen beras organik dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 6.1 Segmentasi Perilaku Berdasarkan Riwayat Konsumsi Beras
Organik Responden di Gelael Signature Makassar.
No
Kategori
Jumlah (orang)
1.
Sedang mulai
mencoba
-
2.
1 minggu yang lalu
2
3.
1 bulan yang lalu
5
4.
1 tahun yang lalu
15
5.
≥ 1 tahun yang lalu
18
Total Responden
Uraian
Pembelian beras
organik didominasi oleh
responden yang telah
mengkonsumsi beras
organik ≥ 1 tahun.
40
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Pada Tabel 6.1, segmen konsumen berdasarkan perilakunya diklasifikasikan
menjadi riwayat mengkonsumsi beras organik dan frekuensi pembelian beras
organik. Berdasarkan hasil data menunjukkan bahwa pembelian beras organik
didominasi oleh responden yang telah mengkonsumsi beras organik ≥ 1 tahun
yaitu sebesar 45% dari total responden keseluruhan. Adapun responden yang
telah mengkonsumsi beras organik dalam jangka waktu 1 tahun yaitu sebesar
37,5% dari total responden keseluruhan, perbandingan yang ditunjukkan tidak
terlampau jauh dari angka dominan. Selain itu, sebanyak 5% responden yang
baru melakukan konsumsi beras organik dalam kategori 1 minggu yang lalu dan
tidak ada responden yang berada pada kategori baru ingin mencoba. Hasil data ini
menunjukkan bahwa, konsumen beras organik telah melakukan pembelian
berulang kali dengan jangka waktu yang cukup lama yang memungkinkan perilaku
ini memengaruhi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik
sebagai kebutuhan hidupnya.
Tabel 6.2 Segmentasi Perilaku Konsumen Berdasarkan Frekuensi Pembelian
Beras Organik di Gelael Signature Makassar
No
Kategori
Jumlah (orang)
1.
≤ 5 kali
39
2.
≥5 kali
1
Total Responden
40
Uraian
Konsumen yang membeli
beras organik dalam
sebulan ≤ 5 kali lebih
banyak dibandingkan
konsumen yang membeli
secara berulang atau ≥ 5
kali
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Pada Tabel 6.2, frekuensi pembelian beras organik dalam sebulan didominasi
oleh responden yang membeli ≤ 5 kali yaitu sebesar 97,5% dari total responden
keseluruhan. Hasil data frekuensi pembelian menunjukkan seberapa besar
kebutuhan konsumen terhadap suatu produk dilihat dari seberapa sering
konsumen membeli/berkunjung untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras
organiknya di Gelael Signature Makassar.
5.2 Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Konsumen Beras
Organik di Gelael Signature
Dalam menerapkan konsep WTP (Willingness to Pay) pada studi kasus yaitu
di Gelael Signature Makassar, terlebih dahulu peneliti melakukan pencarian
informasi terhadap responden melalui kuisioner, untuk mendukung konsep yang
akan digunakan. Seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya yaitu
dengan segmentasi pasar konsumen, data responden sangat memenuhi kriteria
baik itu dari segi segmentasi geografis, demografis, psikografis dan perilaku
sehingga
dapat
memudahkan
peneliti
dalam
melakukan
analisis
WTP (Willingness to Pay).
Analisis Kesediaan Membayar atau Willingness to Pay (WTP) sendiri pada
dasarnya menggambarkan upaya yang sifatnya sangat personal dimana
responden menentukan kemampuannya dalam membayar suatu produk dengan
harga jual yang lebih mahal dari produk sejenis lainnya, dimana dalam hal ini
adalah beras organik. Pemikiran ini juga sejalan dengan Akhlima (2012) dalam
penelitiannya mengenai “Willingness To Pay Beras Analog” bahwa analisis WTP
menunjukkan upaya responden untuk membeli produk yang sifatnya premium
yang memiliki konsekuensi pada peningkatan harga jualnya.
Adapun dalam menganalisis kesediaan membayar (Willingness to Pay) suatu
produk dapat diukur melalui Contingent Valuation Method atau pendekatan CVM
(Akhlima, 2012). Dimana uraian tentang tahapan dan pelaksanaan CVM
(Contingent
Valuation
Method)
dalam
menentukan
kesediaan
membayar
responden terhadap beras organik di Gelael Signature Makassar, dimulai dengan
membangun pasar hipotesis dan menentukan besarnya nilai WTP.
5.2.1 Membangun Pasar Hipotesis (setting up the hypothetical market)
Langkah awal yang dilakukan dalam menganalisis Willingness To Pay yaitu
dengan membangun pasar hipotesis (setting up the hypothetical market) dimana
dalam studi kasus ini pasar hipotesis yang digunakan terlebih dahulu telah
dirumuskan pada saat awal penelitian di Gelael signature Makassar yaitu
mengenai informasi dari beras organik, baik kandungan, kualitas hingga manfaat
telah dijelaskan dan dipahami oleh responden. Dari hipotesis yang telah dibangun
tersebut, pada akhirnya responden memperoleh gambaran informasi karakteristik
produk baik dari segi manfaat kesehatan hingga pengaruh beras organik terhadap
lingkungan. Dalam membangun hipotesis responden terhadap beras organik,
terlebih dahulu peneliti perlu mengetahui merek dari produk beras organik yang
dibeli oleh konsumen. Pasar hipotesis ini pada dasarnya bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana responden mengkonsumsi suatu produk serta seberapa
pentingnya perusahaan mengetahui minat konsumen terhadap jenis produk
tersebut (Akhlima, 2012).
Adapun merek beras organik yang dikonsumsi oleh responden pada studi
kasus Gelael Signature Makassar yaitu sebanyak 18 jenis merek dari 9 merek
besar beras organik yang dijual di Gelael Signature. Beras organik tersebut
sebagai berikut:
Tabel 7. Ragam Merek Beras Organik yang dibeli oleh Responden di Gelael
Signature Makassar.
No
Jenis Beras
Merek
Harga (Rp/Kg)
1
Beras Kepala Super
41818
2
Beras Merah Premium
54982
3
Sugar Free White Rice
4
Beras Susu
18300
5
Organic White Rice
22262
6
Beras Organik Merah
42300
7
Beras Organikmix
8
Beras Organik Pdw Wangi
9
Beras Organik Brown
10
Beras Organik Putih
11
Beras Organik Merah
Hotel
40588
45000
Pure green
22000
47100
Holistic
35100
70725
12
Beras Merah
13
Go Organic
28500
Beras Merah Organik
RI1
24750
14
Beras Merah Organik
MD
28000
15
Beras Organik Putih
Dua Tani
Hideaki
35980
16
Koshihikari Rice White
17
Takaia Nikhomaru Rice
White
18
Organik Red Rice
44454
Takaia
48900
Mutiara Dewi
25760
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan masing-masing jenis/merek beras organik yang dijual di Gelael
Signature Makassar memiliki informasi khusus pada setiap kemasan, peneliti
mengembangkan informasi tersebut sebagai suatu gambaran yang dapat
disampaikan kepada responden terhadap beras organik yang akan dibelinya.
Maka hipotesa yang peneliti ingin bangun terhadap responden adalah bahwa yang
bersangkutan memilih untuk mengkonsumsi beras organik dikarenakan produk
tersebut baik dan layak, diproduksi dengan benih, lahan serta perlakuan khusus
secara organik tanpa kandungan kimiawi, dikemas dengan teknologi yang modern
dan dipasarkan berdasarkan kualitasnya yang unggul serta kandungannya yang
sangat bermanfaat. Disamping itu, produk beras organik memiliki kelebihan
khusus dibandingankan beras non organik, salah satunya kelebihan dalam
kesehatan yang aman dikonsumsi oleh konsumen dengan riwayat penyakit
tertentu dan tidak berindikasi pada berkurangnya asupan energi bagi tubuh.
Gambaran seperti inilah yang dapat membangun hipotesa konsumen sebagai
responden dalam penelitian ini, agar mereka dapat mengetahui seberapa
pentingnya memilih beras organik sebagai bahan pangan untuk dikonsumsinya
sehingga dapat pula diketahui berapa nilai yang dapat responden berikan pada
satu jenis beras organik yang akan mereka beli. Hal ini sejalan dengan Akhlima
(2012) mengenai membangun pasar hipotesis dalam penelitiannya tentang
Willingness to Pay beras Analog, bahwa dari hipotesis itu responden memperoleh
gambaran informasi karakteristik produk hingga manfaat yang dimiliki jika
mengonsumsi beras analog seperti manfaat kesehatan dan juga berpartisipasi
dalam mendukung program diversifikasi pangan.
5.2.2 Penentuan Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)
Setelah membangun pasar hipotesis responden, maka langkah selanjutnya
yaitu menentukan besarnya nilai Willingness to Pay.
Dimana terlebih dahulu
perlu mengetahui nilai penawaran (nilai lelang) suatu produk. Nilai lelang bisa
didapatkan melalui survei yang dilakukan secara langsung dengan kuesioner,
wawancara melalui telepon, maupun lewat surat. Tujuan survei ini adalah untuk
mendapatkan nilai yang bersedia dibayar responden terhadap suatu barang
(Akhlima, 2012).
Responden diberikan pertanyaan seputar jenis produk beras organik yang
dibelinya, pertanyaan yang diberikan secara berulang-ulang mengenai keinginan
membayar responden dengan jumlah tertentu sampai mendapatkan nilai
maksimum yang ingin dibayarkan untuk harga jenis produk beras organik. Nilai
awal (Starting Point) yang digunakan adalah harga pembelian sebelumnya, lalu
responden yang memutuskan sendiri harga pembelian paling maksimal yang
dapat mereka bayar (Akhlima, 2012).
Adapun nilai lelang dan nilai WTP yang diperoleh responden pada studi kasus
Gelael Signature untuk produk beras organik ini dapat dilihat pada lampiran 4.2.
5.2.3 Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP)
Setelah survey dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai
rataan WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang (bid) yang
diperoleh pada tahap penentuan besarnya nilai WTP. Perhitungan ini biasanya
didasarkan pada nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah). Pada tahap ini, hal
yang perlu diperhatikan adanya kemungkinan timbulnya outliner (nilai yang sangat
jauh menyimpang dari rata-rata). Selain itu, hal yang perlu diperhatikan bahwa
perhitungan
nilai
rataan
WTP
lebih
mudah
dilakukan
untuk
survey
yang menggunakan pertanyaan yang berstruktur daripada pertanyaan bermodel
referendum (Ahmad F, 2006)
Dugaan nilai rataan WTP responden pada studi kasus di Gelael Signature
Makassar terhadap jenis/merek beras organik diperoleh berdasarkan nilai WTP
yang didapatkan responden sebanyak 40 orang. Memperkirakan nilai rata-rata
responden yang bersedia membayar dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini:
Dimana:
ΣWTP = Rata-rata nilai WTP responden
Wi
= besar WTP yang bersedia dibayarkan
i
= responden yang bersedia membayar
n
= jumlah responden
Tabel 8. Nilai Rataan Willingness to Pay Jenis/Merek Beras Organik yang
dibeli oleh Responden di Gelael Signature Makassar.
No
Jenis/Merek
Harga
(Rp/Kg)
41818
ΣWTP
(Rp/Kg)
2369.5
1
Hotel Beras Kepala Super
2
Hotel Beras Merah Premium
54982
3754
3
Hotel Sugar Free White Rice
40588
2292
4
Hotel Beras Susu
18300
2387.5
5
Hotel Organic White Rice
22262
2738
6
Pure Green Beras Organik Merah
42300
3383.33
7
Pure Green Beras Organikmix
45000
3000
8
Pure Green Beras Organik Pdw Wangi
22000
1000
9
Pure Green Beras Organic Brown
47100
900
10
Holistic Beras Organik Putih
35100
1925
11
Holistic Beras Organik Merah
70725
1775
12
Go Organik Beras Merah
28500
2944.33
13
Takaia Koshihikari Rice White
44454
7212.67
14
Takaia Nikhomaru Rice White
48900
1100
15
RI1 Beras Merah Organik
24750
3375
16
MD Beras Merah Organik
28000
2000
17
Dua Tani Beras Hideaki
35980
1020
18
Mutiara Dewi Organik Red Rice
25760
1240
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Hasil nilai rataan WTP responden untuk beras organik menunjukkan bahwa
terdapat 18 jenis merek beras organik yang mendominasi penjualan dari
keseluruhan responden yang bersedia membayar beras organik pada nilai di atas
harga pembelian. Beras organik dengan harga pembelian tertinggi terdapat pada
jenis merek Hotel Beras Merah Premium yaitu sebesar Rp 54.982,00 per kg.
Sedangkan harga pembelian terendah terdapat pada jenis merek Hotel Beras
Susu yaitu sebesar Rp 18.300,00 per kg.
Tinggi rendahnya harga pembelian beras organik tidak diikuti dengan tinggi
rendahnya nilai rataan WTP yang didapatkan. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat
bahwa nilai rataan WTP tertinggi yaitu merek Takaia Koshihikari Rice White
sebesar Rp 7212.67 per kg. Hal ini disebabkan bahwa salah satu responden yang
bersedia membayar produk ini jauh di atas harga pembelian sehingga nilai rataan
yang dihasilkan pun juga besar. Nilai rataan terendah terdapat pada merek Pure
Green Beras Organic Brown yaitu sebesar Rp 900,00 per kg, hal ini dikarenakan
harga pembelian awal yang tinggi dan jumlah responden yang bersedia
membayar juga sedikit sehingga nilai rataan yang didapatkan juga lebih kecil. Dari
nilai rataan keseluruhan responden, maka dapat disimpulkan bahwa nilai WTP
yang besar dan jumlah responden yang banyak menghasilkan nilai rataan WTP
yang besar pula, begitupun sebaliknya. Dari total keseluruhan responden WTP
(willingness to pay) cenderung mengkonsumsi jenis beras organik yang bervariatif.
Sehingga nilai rataan WTP yang telah dihitung didasarkan pada nilai WTP yang
didapatkan dari jenis produk beras organik masing-masing responden.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penetapan Willingness to Pay
responden
memperlihatkan
seberapa
besar
kesediaan
responden
dalam
mengeluarkan biaya terhadap suatu produk pangan berlabel premium di atas
harga produk pangan biasa lainnya. Keterwakilan nilai WTP yang didapatkan
menggambarkan karakteristik individual konsumen yang dikelompokkan dalam
segmentasi pasar konsumen. Eksistensi konsumen beras organik dan nilai
kesediaan membayarnya dapat dijadikan sebagai critical point pemasaran beras
organik di kota Makassar,
5.3 Faktor – faktor yang Memengaruhi Kesediaan Membayar (Willingness to
Pay) Beras Organik di Gelael Signature
Hasil dari nilai Willingness to Pay yang didapatkan kemudian akan dianalisis
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh setiap variabel terhadap nilai WTP yang
telah ditentukan. Faktor- faktor yang memengaruhi kesediaan membayar
konsumen bergantung pada jenis barang dan jasa yang akan dibeli. Menurut L
Priambodo, Najib (2014) dalam penelitiannya mengenai “Faktor-faktor yang
Memengaruhi
Willingness
to
Pay
Sayuran
Organik”
faktor-faktor
yang
memengaruhi kesediaan membayar konsumen terhadap suatu produk atau yang
selanjutnya disebut sebagai variabel-variabel antara lain pendapatan, kualitas
produk, harga produk, keamanan produk dan gaya hidup. Variabel yang diduga
memengaruhi nilai WTP (Willingness to Pay) yang diberikan responden terhadap
pembelian beras organik dianalisis dengan menggunakan analisis Regresi Linier
Berganda. Dalam model ini taraf nyata yang digunakan adalah lima (5) persen (α
= 0,05) yang artinya tingkat kepercayaan dalam penarikan kesimpulan penelitian
adalah 95 persen.
Sebelum melakukan analisis Regresi Linier Berganda, variabel yang
disebutkan dalam system SPSS sebagai variabel dependen dan variabel
independen
ini
wajib
melalui
uji
validitas
dan
uji
reliabilitas.
Hasil
uji tersebut digunakan untuk menilai bahwa data hasil angket atau kuisioner sudah
benar-benar tepat/valid dan real untuk mengukur variabel penelitian (Azuar, 2007)
Setelah dilakukan analisis Regresi Linier Berganda sangat perlu untuk
dilakukan uji terhadap hasil/output regresi kaitannya dengan hipotesis yang telah
dibangun.
5.3.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur (dalam hal ini kuisioner) melakukan fungsi ukurnya. Pengujian validitas
menggunakan rumus teknis korelasi produk Moment Pearson. Kemudian
pengujian keberartian koefisien menggunakan uji r pada taraf derajat kepercayaan
95% sehingga jika r hitung > r Tabel maka pertanyaan dalam kuisioner tersebut
adalah valid (Azuar, 2007). Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus
dibandingkan dengan angka di distribusi Tabel (df= 38) dengan signifikansi 0,05
adalah 0,312. Berikut Tabel yang menunjukkan hasil uji validitas dari lima variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendapatan, kualitas produk, harga
produk, keamanaan produk, dan gaya hidup dengan 40 responden.
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Faktor-Faktor yang Memengaruhi Willingness to
Pay Beras Organik di Gelael Signature
No
Variabel
Item
r hitung
r Tabel
Ket
1
2.
X1.1
0.887
0.312
Valid
X1.2
0.867
0.312
Valid
X2.1
0.410
0.312
Valid
X2.2
0.771
0.312
Valid
X2.3
0.701
0.312
Valid
X2.4
0.667
0.312
Valid
Pendapatan
Kualitas Produk
3.
4.
5.
Harga Produk
Keamanaan Produk
Gaya Hidup
X2.5
0.679
0.312
Valid
X3.1
0.719
0.312
Valid
X3.2
0.608
0.312
Valid
X3.3
0.688
0.312
Valid
X3.4
0.674
0.312
Valid
X3.5
0.585
0.312
Valid
X4.1
0.701
0.312
Valid
X4.2
0.631
0.312
Valid
X4.3
0.641
0.312
Valid
X4.4
0.709
0.312
Valid
X4.5
0.508
0.312
Valid
X5.1
0.622
0.312
Valid
X5.2
0.698
0.312
Valid
X5.3
0.875
0.312
Valid
X5.4
0.386
0.312
Valid
X5.5
0.686
0.312
Valid
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Dari Tabel 9, dapat diketahui bahwa nilai r hitung untuk masing-masing
variabel menunjukkan angka diatas r Tabel yang berarti semua item dalam
kuisioner dapat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relativ konsisten. Suatu pertanyaan yang baik adalah pertanyaan
yang jelas, mudah dipahami dan memiliki interprestasi yang sama meskipun
disampaikan
kepada
responden
yang
berbeda
dan
waktu
yang berlainan. Berikut hasil uji reliabilitas Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Willingness to Pay Beras Organik di Gelael Signature adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Faktor-Faktor yang Memengaruhi Willingness
to Pay Beras Organik di Gelael Signature.
No
Variabel
Alpha
Ket
1
Pendapatan
0.701
Valid
2
Kualitas Produk
0.659
Valid
3
Harga Produk
0.673
Valid
4
Keamanaan Produk
0.640
Valid
5
Gaya Hidup
0.666
Valid
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas variabel
keseluruhan diatas syarat angka reliabilitas yang harus dipenuhi dalam sebuah
penelitian yang menyatakan realibilitas sangat tinggi yaitu 0.60. Berdasarkan pada
hasil pengujian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari
0,60. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pertanyaan yang digunakan dalam
variabel akan mampu memperoleh data yang konsisten sehingga semua
instrumen dapat diproses lebih lanjut.
5.3.2 Hasil Analisis Regresi linear Berganda
Data yang diperoleh merupakan data sampel yang berhasil dikumpulkan
melalui teknik accidental sampling. Hasil data dalam bentuk skala ordinal
kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Berikut hasil data
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Willingness to Pay Beras Organik yang
dianalisis dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 11. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Willingness to Pay Beras Organik di Gelael
Signature.
coefficientsa
Unstandardized
B
Coefficents
Std Error
(constant)
.565
.478
Pendapatan
.167
.077
Kualitas
-.025
Harga
Model
Standardized
Coefficients
Beta
T
Sig
1.183
.245
.323
2.169
.037
.110
-.032
-.230
.819
.131
.092
.181
1.424
.163
Keamanan
.236
.111
.282
2.130
.040
Gaya Hidup
.330
.139
.342
2.371
.024
1
Sumber: Output SPSS 24.0 For Windows, 2017
Dari hasil perhitungan pada Tabel diatas, dapat dibuat persamaan Regresi
Linear Berganda untuk penelitian ini sebagai berikut :
Y = 0.564 + 0.167x1 + (-0.025)x2 + 0.131X3 + 0.236X4 + 0.330X5
Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa terdapat nilai konstanta sebesar
0.564. Hal ini berarti bahwa jika variabel dependen dianggap konstan, maka
seluruh variabel X berpengaruh terhadap Variabel Y sebesar 0.564. Selain itu
persamaan regresi linerar berganda diatas, terdapat nilai koefisien regresi variabel
independen yang positif dan negative. Nilai koefisien X yang positif artinya apabila
terjadi perubahan pada variabel X, maka akan meneyebabkan perubahan secara
searah dengan variabel Y. sedangkan nilai koefisien X yang negative artinya
apabila terjadi perubahan pada salah satu pada variabel X, maka tidak diikuti
perubahan secara searah oleh variabel Y.
Koefisien regresi X1 (Pendapatan) sebesar 0,167 yang berarti bahwa jika X1
(Pendapatan) naik sebesar satu satuan, maka Y (Willingness to Pay) akan
mengalami peningkatan sebesar 0,167 satuan atau 16.7% dengan asumsi bahwa
variabel independen lainnya dianggap konstan. Hal ini dapat diliat pada
segmentasi demografis klasifikasi pendapatan, bahwa keputusan pembelian beras
organik didominasi pada konsumen dengan tingkat pendapatan tinggi pada kasus
konsumen beras organik di Gelael Signature Makassar ini.
Koefisien regresi X2 (kualitas produk) sebesar -0.025 yang berarti bahwa jika
X2
(kualitas
produk)
naik
sebesar
satu
satuan,
maka
Y (Willingness to Pay) akan mengalami penurunan sebesar 0.025 satuan atau 2.5%
dengan
asumsi
bahwa
variabel
independen
lainnya
dianggap konstan. Pada variabel kualitas produk dengan indikator atribut produk
dianggap tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP yang didapatkan, hal ini
karena atribut produk tidak dapat dianggap mewakili kesediaan membayar
konsumen saja, dengan kata lain kesanggupan konsumen untuk mengkonsumsi
pangan sehat tidak didaarkan pada aspek kualitas produk yang ditunjukkan pada
atribut produk saja, dalam hal ini, pengaruh yang diberikan belum cukup signifikan
terhadap nilai WTP (Willingness to Pay).
Koefisien regresi X3 (harga produk) sebesar 0.131 yang berarti bahwa jika X3
(harga produk) naik sebesar satu satuan, maka Y (Willingness to Pay) akan
mengalami peningkatan sebesar 0.131 satuan atau 13.1% dengan asumsi bahwa
variabel independen lainnya dianggap konstan. Dalam hal ini, harga yang berlaku
terhadap beras organik dianggap tidak dapat berdiri sendiri memengaruhi nilai
WTP dikarenakan secara psikografis, responden pada khususnya memutuskan
untuk membeli produk premium yang akan dikonsumsi pada skala berkelanjutan
cenderung dengan harga yang paling murah. Hal ini sejalan dengar teori ekonomi
dimana untuk konsumen cenderung ingin memperoleh hasil yang sebesarbesarnya dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Koefisien regresi X4 (keamanaan produk) sebesar 0.236 yang berarti jika X4
mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka Y (Willingness to Pay) akan
mengalami peningkatan sebesar 0.236 satuan atau 23.6% dengan asumsi
variabel independen lainnya dianggap konstan. Pada variabel keamanan produk
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nilai WTP yang didapatkan. Variabel
keamanaan produk diyakini sebagai indicator layak tidaknya produk tersebut
dikonsumsi. Secara psikografis, konsumen telah memahami ketika mereka
memutuskan untuk mengkonsumsi beras organik, terlebih dahulu mereka harus
memastikan apakah produk tersebut aman bagi mereka baik dari segi
ketersediaannya maupun kandungannya.
Koefisien regresi X5 (gaya hidup) sebesar 0.330 yang berarti bahwa jika X5
mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka Y (Willingness to Pay) akan
mengalami peningkatan sebesar 0.330 satuan atau 33% dengan asumsi variabel
independen lainnya dianggap konstan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
dikatakan bahwa variabel X5 (gaya hidup) memiliki pengaruh yang dominan
diantara seluruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini karena
mendapatkan hasil paling tinggi yaitu sebesar 0,330 atau 33%. Gaya hidup sangat
dipengaruhi oleh lingkungan konsumen baik secara geografis maupun demografis
(terkait pendapatan, usia, serta tingkat pendidikan) dalam memengaruhi perilaku
konsumen untuk membangun sikap awareness terhadap pola hidup sehatnya.
5.3.3 Hasil Pengujian Hipotesis Terhadap Faktor-faktor yang Memengaruhi
Willingness to Pay
Hasil
Willingness
pengujian
to
Pay
hipotesis
dapat
terhadap
dilakukan
faktor-faktor
dengan
uji
yang
parsial
memengaruhi
(Uji
t)
dan
Uji Simultan (Uji F). Pengujian faktor-faktor ini digunakan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen dan
sejauh mana pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen
(LH Priambodo, 2014). Berikut uraian dan hasil pengujian hipotesis terhadap
faktor-faktor yang memengaruhi Willingness to Pay.
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji Parsial atau disebut juga uji t dalam analisis Regresi Linear Berganda
merupakan pengujian statistik dalam SPSS yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana variabel bebas (X) secara parsial (sendiri-sendiri/masing-masing
variabel) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). Kriteria pada
pengujian parsial (Uji t) ini a dalah jika thitung> tTabel dan Sig < 0.05 maka dapat
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh parsial terhadap variabel Y (Wahyu, 2015).
Hasil uji parsial (Uji t) faktor-faktor yang memengaruhi Willingness To Pay beras
organik di Gelael Signature dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 12. Hasil Uji Parsial (Uji t) Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Willingness to Pay Beras Organik di Gelael Signature
coefficientsa
Unstandardize
dB
Coefficents Std
Error
(constant)
.565
.478
Pendapatan
.167
.077
Kualitas
-.025
Harga
Model
Standardized
Coefficients Beta
T
Sig
1.183
.245
.323
2.169
.037
.110
-.032
-.230
.819
.131
.092
.181
1.424
.163
Keamanan
.236
.111
.282
2.130
.040
Gaya Hidup
.330
.139
.342
2.371
.024
1
Sumber: Output SPSS 24.0 For Windows, 2017
Berdasarkan Tabel diatas, uji pengaruh pada masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen menunjukkan hasil bahwa hanya
terdapat tiga variabel yang memengaruhi secara parsial terhadap Willingness to
Pay beras organik. Terdapat dua variabel tidak mampu memenuhi syarat nilai
untuk memengaruhi variabel dependen. Hal ini disebabkan karena variabel
tersebut tidak mampu memberikan pengaruh besar terhadap kesedian membayar
responden untuk harga beras organik. hasil uji t diatas dapat dilihat bahwa
variabel pendapatan (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 2.169 dengan tingkat
signifikansi 0,037. Diperoleh nilai tTabel sebesar 2,032 dengan probabilitas 0,05 dan
derajat kebebasan (df) = 38. Dari penjelasan tersebut diperoleh bahwa t hitung ≥ tTabel
(2.169 ≥ 2,032) dan juga probabilitas ≥ tingkat signifikansi (0.05 ≥ 0.037).
Pendapatan
menunjukkan
nilai
positif
yaitu
sebesar
2.169,
hal
ini
menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan yang tinggi memiliki
persepsi bahwa produk beras organik merupakan produk premium dengan
kualitas yang baik untuk kesehatan dan harga yang relative mahal. Sehingga
jika
responden
dengan
tingkat
pendapatan
yang
tinggi
bersedia
untuk
membayar beras organik maka akan meningkatkan nilai WTP beras organik pada
taraf nyata 5%.
Radam (2010) menyatakan bahwa konsumen dengan pendapatan yang lebih
tinggi lebih mampu membayar produk lingkungan. Pendapatan berkaitan erat
dengan sumberdaya yang dimiliki konsumen. Jika sumberdaya yang dimiliki
meningkat, daya beli konsumen tersebut akan meningkat. Berdasarkan survei
yang dilakukan, responden beras organik didominasi oleh kalangan menengah ke
atas dengan pendapatan per bulan lebih dari Rp 17.500.000. Selanjutnya Husodo
yang menyatakan bahwa adanya kecenderungan saat dimana konsumen memiliki
pendapatan yang besar lebih memiliki kesadaran akan pentingnya produk-produk
sehat dan ramah lingkungan.
Untuk variabel kualitas produk (X2) memiliki nilai t hitung sebesar -0.230 dengan
tingkat signifikansi 0,819. Dari penjelasan tersebut diperoleh bahwa thitung < tTabel (0.230 ≤ 2,032) dan juga probabilitas ≤ tingkat signifikansi (0.05 ≤ 0.819). Pada
variabel kualitas produk, menunjukkan nilai negatif yaitu sebesar 0.230. hal ini
menunjukkan
bahwa
jika
responden
tersebut
bersedia
membayar
dan
mengonsumsi beras organik karena kualitas produknya baik dari segi kandungan
gizi, aromanya wangi, kemasan yang menarik, rasa yang pulen maupun informasi
yang lengkap, maka nilai WTP akan turun sebesar Rp 230,00 per kg. Variabel
kualitas produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap faktor-faktor yang
memengahruhi nilai WTP yang diberikan.
Variabel harga produk (X3) memiliki nilai t hitung sebesar 1.424 dengan tingkat
signifikansi 0,163. Dari penjelasan tersebut diperoleh bahwa t hitung ≤ tTabel (1.424 <
2,032) dan juga probabilitas ≤ tingkan signifikansi (0,05 ≤ 0.163). Variabel harga
produk, menunjukkan nilai positif terhadap kesedian membayar responden yaitu
sebesar 1.424 apabila responden bersedia membayar beras organik dengan
harga yang terlampau jauh dengan harga beras anorganik maka nilai Willingness
to Pay akan meningkat sebesar Rp 1.424,00 per kg. Pada tingkat kepercayaan 95
persen, variabel kualitas produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
faktor-faktor yang memengahruhi nilai WTP yang diberikan.
Variabel keamanaan produk (X4) nilai thitung sebesar 2.130 dengan tingkat
signifikansi 0.040. Dari penjelasan tersebut diperoleh bahwa t hitung ≥ tTabel (2.130 ≥
2.032) dan juga probabilitas ≥ tingkat signifikansi (0,05 ≥ 0.040). Untuk variabel
keamanan produk, menunjukkan nilai positif terhadap kesediaan membayar
responden yaitu sebesar 2.130. hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat
keamanan produk beras organik, maka nilai Willingness to Pay akan semakin
meningkat sebesar Rp 2.130,00 per kg. Pada tingkat kepercayaan 95 persen,
variabel keamanan produk berpengaruh secara signifikan terhadap faktor-faktor
yang memengaruhi nilai WTP yang diberikan.
Konsumen yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup
mengenai manfaat serta dampak yang ditimbulkan jika mengkonsumsi suatu
produk. Menurut Sinaga (2010) yang menyatakan bahwa sebagian masyarakat
mulai mengkonsumsi produk makanan yang tidak hanya sekedar sebagai
pemenuhan kebutuhan dasar saja tetapi sebagai memenuhi kebutuhan kesehatan
secara individual selain itu tingkat keamanaan makanan (food safety attributes)
sebagai pertimbangan dalam pemilihan produk makanan yang akan dikonsumsi.
Menurut Titin (2013) dalam penelitiannya mengenai perilaku konsumen beras
organik di Jember, dengan variabel keamanan produk yang terdiri atas
keamanaan dalam tempat pembelian, sertifikasi dan residu kimia. variabel
keamanan produk sebagai salah satu faktor yang paling dominan dalam
memengaruhi perilaku konsumen untuk mengkonsumsi beras organik di
Kabupaten Jember.
Pada variabel gaya hidup (X5) memiliki nilai thitung sebesar 2.371 dengan
tingkat signifikansi 0.024. Dari penjelasan tersebut diperoleh bahwa t hitung ≥ tTabel
(2.371 ≥ 2,032) dan juga probabilitas ≥ tingkan signifikansi (0,05 ≥ 0.024). Lalu,
untuk variabel gaya hidup menunjukkan nilai positif terhadap kesediaan
membayar responden yaitu sebesar 2.371. hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar
kesadaran
responden
akan
menerapkan
gaya
hidup
sehat
dan
mengkonsumsi beras organik, maka nilai Willingness to Pay akan semakin
meningkat sebesar Rp 2.371,00 per kg. Responden yang digunakan pada
penelitian ini didominasi oleh responden yang mengkonsumsi beras organik
sebagai pemenuhan gaya hidup. Ameriana (2006) menyatakan bahwa tingkat
kesadaran konsumen terhadap pola hidup sehat dapat dijadikan indikator untuk
memprediksi peluang diterimanya produk di pasaran. Adanya kecenderungan saat
ini
dimana
produk
munculnya
sehat
dan
kesadaran
ramah
konsumen
lingkungan
adalah
akan
pentingnya
konsumen
produk-
menengah
ke
atas. Mayoritas responden yang bersedia membayar beras organik merupakan
responden merupakan kalangan menengah ke atas yang mengaku bahwa
konsumsi beras organiknya didasarkan pada pemenuhan gaya hidup. Pada
tingkat kepercayaan 95 persen, variabel gaya hidup berpengaruh secara signifikan
terhadap faktor-faktor yang memengahruhi nilai WTP yang diberikan.
Dari hasil yang telah dijelaskan bahwa hanya variabel pendapatan, keamanan
produk dan gaya hidup yang berpengaruh secara parsial terhadap Willingness to
Pay beras organik di Gelael Signature makassar.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji model/uji Anova yaitu uji untuk
melihat sejauh mana pengaruh semua variabel bebasnya (X1,X2,X3,…Xn) secara
bersama-sama terhadap variabel terikatnya (Y). Menurut Wahyu (2015), kriteria
dalam pengujian simultan (uji F) adalah apabila F hitung > FTabel maka dan Sig <
0.05, maka terdapat pengaruh simultan (bersama-sama) seluruh variabel
bebasnya terhadap variabel terikatnya atau Y. Hasil uji simultan (uji F) yang
memengaruhi Willingness to Pay beras organik di Gelael Signature dapat dilihat
pada Tabel berikut:
Tabel 13. Hasil Uji Simultan (Uji F) Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Willingness to Pay Beras Organik di Gelael Signature
ANOVAa
Model
F
Sig
Sum
of Df
Mean
Squares
square
1
Regression
.163
5
.033
Residual
.129
34
.004
Total
.292
39
a. Dependent Variabel : wtp
8.582
.000b
b. Predictors: (Constant), gaya hidup, kualitas, pendapatan, keamanaan produk, harga
Sumber: Output SPSS 24.0 For Windows, 2017
Keputusan untuk bersedia membayar suatu produk dengan harga maksimum
tidak dapat dipengaruhi oleh keseluruhan setiap faktor, melainkan perlu ada
keseimbangan antara faktor-faktor untuk dapat melihat sejauh mana keputusan
Willingness to Pay responden dapat terpenuhi. Berdasarkan data pada Tabel
diatas, hasil uji simultan (uji F) diatas, menunjukkan nilai F hitung sebesar 8.582
pada tingkat signifikansi 0,000. Hasil yang diperoleh pada FTabel adalah sebesar
2.53. FTabel diperoleh pada tingkat signifikan dengan derajat kebebasan 0.05.
Karena Fhitung > FTabel (8.582 > 2.53) dan nilai tingkat probabilitas > tingkat
signifikansi (0,05 > 0,000). Hal ini berarti bahwa pendapatan, kualitas produk,
harga produk, keamanaan produk, dan gaya hidup secara bersama-sama atau
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Willingness to Pay pada
responden beras organik di Gelael Signature makassar.
Pengaruh keseluruhan faktor-faktor memberi kontribusi nilai yang relavan dan
terpenuhi. Hal ini dikarenakan Willingness to Pay suatu produk tidak dapat
didasarkan pada satu elemen pendukung saja. Tingginya nilai F hitung
disebabkan karena masing-masing variabel memberi kontribusi yang cukup.
Seperti halnya kualitas produk dengan indikator atribut produk (kandungan gizi,
kemasan produk, rasa produk, aroma produk, serta informasi produk) dan harga
produk dengan indikator (sifat-sifat harga penjualan beras organik) sebagai
pertimbangan tidak dapat dijadikan alasan bagi responden untuk memengaruhi
secara parsial kesediaan membayarnya.
Hal ini disebabkan karena faktor kualitas dan harga produk tidak dapat
mewakili kesanggupan responden dalam kesediaan membayar, namun cukup
pengaruhnya apabila bersama-sama variabel pendapatan, keamanaan produk
serta gaya hidup. Berdasarkan penjelasan di atas maka, semakin besar nilai
pendapatan, kualitas produk, harga produk, keamanaan produk, dan gaya hidup
bersama-sama maka akan semakin besar pula Willingness to Pay responden
beras organik di Gelael Signature Makassar.
Adapun
peneliti
juga
melakukan
serangkaian
analisa
terhadap
hasil Regresi Linier Berganda melalui beberapa alat uji lain yaitu : Uji Korelasi
Ganda
(R)
Dan
untuk
memperkuat
dalam
Regresi
Uji
Koefisien
asumsi-asumsi
Linear
Berganda
Determinasi
dengan
bahwa
data
yang
adalah
data
real
tujuan
ditampilkan
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. Berikut uraian dari alat uji yang digunakan peneliti untuk
memperkuat hipotesa yaitu:
 Uji Korelasi Ganda (R)
Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel
independen (Pendapatan, kualitas produk, harga produk, keamanaan produk, dan
gaya hidup) terhadap variabel dependen (Willingness to Pay) secara serentak.
Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel
independen (Pendapatan, kualitas produk, harga produk, keamanaan produk, dan
gaya hidup) secara serentak terhadap variabel dependen (Willingness to Pay).
nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan
yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan
yang terjadi semakin lemah.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi sebagai berikut:
0,00
- 0,199
= sangat rendah
0,20
- 0,399
= rendah
0,40
- 0,599
= sedang
0,60
- 0,799
= kuat
0,80
- 1,000
= sangat kuat
Dari hasil analisis regresi, dapat dilihat pada output model summary bahwa
nilai R pada penelitian ini sebesar 0.747 yang berarti hubungan antara variabel
independen (Pendapatan, kualitas produk, harga produk, keamanaan produk, dan
gaya hidup) secara serentak terhadap variabel dependen (Willingness to Pay)
kuat.

Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
persentase sumbangan pengaruh variabel independen (Pendapatan, kualitas
produk, harga produk, keamanaan produk, dan gaya hidup) secara serentak
terhadap variabel dependen (Willingness to Pay). Koefisien ini menunjukkan
seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam
model mampu dijelaskan variasi variabel dependen. Hasil analisis determinasi R
Square faktor-faktor yang memengaruhi Willingness to Pay beras organik di
Gelael Signature disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 14. Hasil Analisis Determinasi R Square
Memengaruhi Willingness to Pay Beras
Signature.
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
1
.747a
.558
.493
Faktor-Faktor yang
Organik di Gelael
Std Error of
the Estimate
.06163
a. Predictors: (Constant), gaya hidup, kualitas, pendapatan,keamanaan produk, harga
Sumber: Output SPSS 24.0 For Windows, 2017
Berdasarkan Tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,558 atau
(55.8%). Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel
independen (Pendapatan, kualitas produk, harga produk, keamanaan produk, dan
gaya hidup) terhadap variabel dependen (Willingness to Pay) sebesar 55.8%.
Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (pendapatan,
kualitas produk, harga produk, keamanaan produk, dan gaya hidup) mampu
menjelaskan sebesar 55.8% variasi variabel dependen (Willingness to Pay).
Sedangkan sisanya sebesar 44.2% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini
selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki harga negatif. Menurut
Santoso (2001) bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas
digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.
Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan
model regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi didapat nilai
sebesar 0.06163. Jika standard error of the estimate kurang dari standar deviasi
Y, maka model regresi semakin baik dalam memprediksi nilai Y.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan,
antara lain:
1. Segmen pasar konsumen cenderung berbeda baik dari segi segmentasi
geografis (jarak lokasi domisili responden terhadap tempat pembelian),
segmentasi demografis (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, pekerjaan, dan pendapatan) segmentasi psikografis
(alasan mengkonsumsi beras organik dan alasan membeli beras organik di
Gelael Signature) maupun segmentasi perilaku (sejak kapan responden
mengkonsumsi beras organik dan frekuensi pembelian beras organik dalam
sebulan).
2. Banyaknya merek beras organik dan perbedaan harga masing-masing
merek menjadikan nilai Willingness to Pay yang didapatkan setiap
responden sangat bervariatif terhadap pembelian beras organik yang
tersedia di Gelael Signature Makassar.
3. Faktor-faktor yang memengaruhi Willingness to Pay beras organik adalah
variabel pendapatan, keamanan produk, dan gaya hidup yang berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Willingness to Pay. Sementara itu
seluruh variabel juga berpengaruh signifikan secara simultan (bersamasama) terhadap Willingness to Pay beras organik di Gelael Signature
Makassar.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil yang dijelaskan dalam penelitian ini, saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk responden, hendaknya lebih memerhatikan informasi beras organik
lebih teliti sebelum memilih untuk mengkonsumsi.
2. Untuk peneliti lain, berdasarkan hasil penelitian ini, agar kiranya dapat
dijadikan referensi atau acuan dalam penelitian lainnya mengenai loyalitas
produk beras organik berdasarkan nilai WTP-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Ainul, F. 2015. Keputusan Konsumen Membeli Sayuran Organik dalam
Hubungannya dengan Atribut Produk (Studi Komparasi Konsumen
Lotte Mart dan LOF Mart). Skripsi Program Studi Agribisnis Universitas
Hasanuddin.
Akhlima, 2012. Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Beras Analog
Di Serambi Botani, Botani Square, Bogor. Skripsi Departemen
Agribisnis Institut Pertanian Bogor
Alimuddin, A. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Kendarapan Bermotor Roda Dua Di Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Ilmu
Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin.
Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
AS, Lesmana. 2014. Analisis Pengaruh Iklan, Persepsi Kemudahan, Dan Reputasi
Terhadap Minat Beli Handphone Pada Situs Layanan Iklan Baris Online
(Studi Pada Tokobagus.Com). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta.
Aslam Anwar, M. 2016. Tingkat Preferensi Dan Kepuasan Konsumen Terhadap
Beras Di Sulawesi Selatan. Skripsi Sosial Ekonomi Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2002. Prospek Pertanian
Organik
di
Indonesia.
Diakses
melalui
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/ pada 10 Oktober 2016
Binindra, D. 2010. Pengertian Pendapatan dalam Skripsi Peranan Penyuluhan
pertanian Terhadap Tingkat Penerapan Teknologi Sistem Tanam Jajar
Legowo. Skripsi Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Hasanuddin
Makassar.
Boyd, Harper W.Jr.,, Walker, Orville C.Jr., Larreche, Jean-Claude. 2000.
Manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
Dr.Nidia, 2012. Gangguan Metabolisme Karbohidrat Pada Diabetes Melitus. Tesis
Progam Pasca Sarjana Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang.
Elfrida, Norah, 2013. Tingkat Konsumsi dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat di
Kota Medan.
Fitriana, B. 2015. Pengaruh Usia, Pendidikan, Pendapatan, Faktor Sosial, Budaya,
Pribadi, dan Motivasi Terhadap Persepsi konsumsi Pangan Pokok Non
Beras Di wilayah Jakarta Barat. Skripsi Program Studi Agribisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
FX Parahate, 2013. Analisis Permintaan dan Efisiensi Energi Listrik di Indonesia
tahun 1990-2010. Jurnal Ilmiah Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Diakses melalui ejournal.uajy.ac.id pada 10 Oktober 2016
Gita Herdiani. 2009. Analisis Willingness To Pay Masyarakat terhadap Perbaikan
Lingkungan Perumahan (Studi kasus Perumahan Bukit Cimanggu RW
10). Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Humairo, Intan. 2016. Ketersediaan Pangan Indonesia untuk Memenuhi
Kebutuhan di Masa Mendatang 2040.
Ildrakasih, N. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
dalam membeli beras organik. Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Jimmy Rusma, dkk. 2011. Kajian Preferensi Konsumen Rumah Tangga Terhadap
Beras Organik di Wilayah Kota Bogor. Jurnal Manajemen IKM, Vol. 6
No. 1 ISSN 2085-8414 Dept. Manajemen Fakultas Ekonomi dan Dept.
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Jumiangki, J. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Produk Hortikultura di
Pasar Modern (Studi Kasus Giant Ekspress, Carrefour, dan Lotte Mart
Kota Makassar). Skripsi Program Studi Agribisnis Universitas
Hasanuddin
K, Mahali. 2005. Psikologi Konsumen. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Karlina, A. 2010. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23
Pada Rsu Sari Mutiara Medan. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Khorniawati, M.2014. Produk Pertanian Organik di Indonesia: Tinjauan atas
preferensi Konsumen Indonesia Terhadap Produk Pertanian Organik
Lokal. Jurnal Penelitian Trunojoyo.
Kotler, P dan Armstrong, G. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran : Edisi 12
[Terjemahan]. Erlangga. Jakarta
Kurriwati, N. 2015. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan dan
Dampaknya Terhadap Loyalitas Konsumen. Jurnal Ilmiah Fakultas
Ekonomi Universitas Trunojoyo.
Luciana. 2013. Analisis Segmentasi Pengguna Telkom Speedy Di Kota Bandung.
Jurnal Manajemen Indonesia Vol.12 – No.4. Institute Manajemen
Telkom.
Manajemen info. 2017. Menentukan tingkat ketersediaan produk optimal. Diakses
melalui www.manajemen.info pada 26 juni 2017
MD, Sovranita dan Georgius Hartono. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keputusan Konsumen Dalam Membeli Sayuran Organik. Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana. Jurnal Ilmu Pertanian AGRIC, ISSN 0854-9028
Menti, AS. 2011. Sifat-sifat fisikokimia beras. Jurnal Ilmiah Institut Pertanian Bogor
Nainggolan, S. S. 2001. Analisis Sistem Usahatani Padi Organik di Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Karawang, Propinsi jawa Barat. Skripsi Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian. Institut pertanian Bogor. Bogor.
Natadjaja, L. 2011. Kondisi Kemasan Produk Makanan Ringan dan Minuman
Instant Pada Industri Kecil Skala Ruah Tangga (Micro Industry) di
Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmiah Jurusan Desain Komunikasi Visual,
Universitas Kristen Petra Surabaya
Novian, A. 2013. Analisis Perilaku Konsumen Beras Organik dan Implikasinya
terhadap Strategi Pemasaran Beras Organik. Institut Pertanian Bogor.
Jurnal Penelitian IPB
Oktavida, 2012. Perilaku Konsumtif Wanita Karir. Tesis Universitas Islam Negeri
Malang.
Priambodo, LH. 2015. Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Sayuran
Organik dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jurnal ilmiah
Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Diakses melalui
www.manajemen.fem.ipb.ac.id pada 24 November 2016
Purwaningsih, Betty. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Perilaku
Konsumen Beras Organik di Surakarta. Skripsi Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
R, Rina. 2011. Peranan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) terhadap Peningkatan
Penjualan (Sebuah Kajian terhadap Bisnis Restoran). Jurnal ilmiah
Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Semarang
Rahmat, R. 2013. Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Sepeda Motor Honda Beat. Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas
Singaperbangsa Karawang. Diakses melalui feunsika.ac.id/Jurnal-online
Ratih Pravita, dkk. 2013. Persepsi Konsumen terhadap Beras Organik dan
Anorganik di Tolo Satvika Boga Sanur Denpasar. Jurnal Ilmiah PS
Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. E-Jurnal Agribisnis
dan Agrowisata, ISSN;2301-6523 Vol.2, No.2.
Riswandy, I. 2016. Tinjauan Pustaka mengenai Pemasaran. Diakses melalui
http://repository.unisba.ac.id pada 1 Maret 2017
Riyadi, PH.2007. Analisis Kebijakan Keamanan Pangan Produk Hasil Perikanan
Di Pantura Jawa Tengah Dan Diy. Jurnal Ilmiah Universitas Diponegoro.
Rosana Dewi, Tria dan Libria Widiastuti. 2015. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Beras di Kota Surakarta. Fakultas Pertanian
Universitas Islam Batik Surakarta. Agronomika Vol 10, No.02 Agustus
2015 – Januari 2016.
S, Berti. 2007. Analisa Strategi Bauran Pemasaran Pada Perusahaan Jasa Freight
Forwarding: Rencana, Implementasi, Dan Evaluasi Kebijakan Yang
Mempengaruhi Kinerja Pemasaran. TESIS Program Studi Magister
Manajemen Universitas Diponegoro
Sarayati, 2016. Meningkatkan Gaya Hidup Aktif Para Lansia Melalui Aktivitas
Jasmani & Olahraga. Jurnal Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Sari, L.2012. Analisis Faktor-Faktor Gaya Hidup Dan Pengaruh Terhadap
Pembelian Rumah Sehat Sederhana. Studi pada pelanggan
perumahan Putri Dinar Mas PT Ajisaka di Semarang. Program Pasca
Sarjana Universitas Brawijaya Malang.
Secapramana, VH. 2000. Model Dalam Strategi Penetapan Harga. Jurnal Ilmiah
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Vol.9 No.1, September 2000 Pebruari 2001, 30-43
Setiadi, Nugroho. J. 2010. Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Simanjuntak, Gusty Elfa M. 2009. Analisis Willingness To Pay Masyarakat
Terhadap Peningkatan Pelayanan System Penyediaan Air Bersih
Dengan WSLC (Water Sanitation For Low Income) (Studi kasus desa
situdaun, Kabupaten Bogor). IPB.
Standar Nasional Indonesia.2002. Sistem Pangan Organik SNI 01- 6729 – 2002
Sudarmiatin. 2009. Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris
pada Jasa Pariwisata. Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Malang Tahun 14 Nomor 1
Suprapti. 2010. Pendekatan Segmentasi Demografi Dalam Pemasaran Produk.
Jurnal Administrasi Bisnis Volume 7, Nomor 1, Jurusan Administrasi
Bisnis UPN “Veteran” Yogyakarta
Thio, Sienny. 2012. Persepsi Konsumen Terhadap Makanan Organik di Surabaya.
Program Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen
Petra. Jurnal Penelitian Universitas Petra.
Thomas, HD.2010. Landasan Teori Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Di Sektor Lapangan Pekerjaan Dan Perekonomian Tahun
2009 – 2013 (Studi Kasus : Kota Batu) Jurnal Ilmiah. Diakses melalui ejournal.uajy.ac.id pada 10 Oktober 2016
Trisnawati, NM. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras
Organik di Kota Denpasar. Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas
Udayana. Jurnal PIRAMIDA Vol.XI No.1 : 13-19
Tulus, TB. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Indonesia. Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Wahyuni, Sri. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesediaan
Rumah Tangga Konsumen Membayar Listrik Di Desa Lero Kecamatan
Masamba Kabupaten Luwu Utara. Skripsi Ilmu Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Hasanuddin Makassar.
Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Warsani, Hengki. 2013 Kajian Pemanfaatan Lahan Sawah di Kecamatan Kuantan
Tengah Kabupaten Singingi. Jurnal Ilmiah Universitas Pendidikan
Indonesia. Diakses melalui repository.upi.edu pada 5 oktober 2016
Widiastuti, S. 2004. Go Organik 2010. Berita Pertanian Organik. Retrivied October
5th 2016, from http://go-organik2010/beritapertanian/91887/organic
Wigati, S. 2011. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal
Ilmiah Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Yanthi. 2013. Pola Konsumsi, Pengeluaran dan Willingness to Pay Rumah
Tangga terhadap Layanan Air Bersih. Skripsi: Jurusan Sumberdaya
dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
YLKI.
2015.
Menelisik
Klaim
Beras
Organik.
Diakses
melalui
ylki.or.id/2015/07/menelisik-klaim-beras-organik pada 27 Februari
2017.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1: Dokumentasi Penelitian di Gelael Signature Makassar
Responden
Display
Lokasi
Lampiran 2: Data Identitas Responden Beras Organik di Gelael Signature Makassar
Ting
Umur
No.
Nama Responden
2232
3342
4352
5362
Jenis
Kela
min
kat
Pendi
dikan
Pekerjaan
Mhs
w
PNS
PSW
Pendapatan
Jumlah
A. Kelu
Wira
s
Lain
Alamat
arga
2.50010.000
√
nya
10.00017.500
17.50025.000
1.
Ennike
√
P
S1
√
-
2.
Jennifer Wijaya
√
P
S1
√
-
3.
Irwandi Haosana
L
S2
4.
Abdullah
P
S1
5.
Mery
√
P
S1
√
-
6.
Miftah Farid
√
P
S1
√
2
7.
Vivi Youri K.
√
P
SMA
√
-
8.
Andi Awang
L
S1
√
2
√
Jl.Sudiang
9.
Jeremy
L
S1
√
-
√
Jl.Tanjung Bunga
10.
Melissa
P
S1
√
-
√
Jl.Kijang
11.
Amriati
P
S1
√
3
√
Jl.Monginsidi No.48
12.
Prasetya B
√
L
S1
√
5
√
Jl.Dirgantara 7
13.
Marleyanti
√
P
SMP
√
4
√
Jl.Sultan Hasanuddin
14.
Andi
L
Diploma
15.
Amon
L
S2
16.
Jane Wiliayanti
P
S1
17.
Baskoro
L
Diploma
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
2
√
√
√
√
√
3
Jl.Sulawesi 67A
Jl Toddopuli 7
√
1
√
√
Jl. Ali malaka
√
Jl.Rappocini
Jl. Landak
√
√
Jl. Dg Tata 3 lrg 3
Jl.Malengkeri
√
Jl.Bumi Tamalanrea P
4
√
Jl.Toddopuli 2
-
√
Jl. Maccini, Perum Pondok
Indah, A1
1
√
Jl.Cendrawasih 6
18.
Christy Ikawidjaya
19.
Sumitro
20.
Noviyanti
21.
I.Christian
22.
Yusuf
√
P
S1
L
S1
√
P
S1
√
L
S1
L
SMA
√
√
Umur
No.
Nama Responden
2232
3342
√
√
√
√
4352
5362
Jenis
Kela
min
kat
Pendi
Netty Gosali
24.
Neksen Wirahadi
25.
Eko Satriyana
26.
Septiawan
27.
Angela
28.
Muh.Husni
29.
Farhan Abdi Pahar
30.
Hujanti
31.
Agus Nugroho
32.
Halim
33.
Jonathan chandra
√
P
SMA
L
S1
L
S1
L
S1
P
S1
√
L
S2
√
L
S1
P
SMA
L
S1
L
Diploma
L
S1
√
√
√
√
√
√
√
√
Jl.Perintis Kemerdekaan
2
√
Jl. Rajawali 2 No.31
√
-
PNS
PSW
Jl.Komp.Hartaco Indah
√
Kodam 02 D15
Pendapatan
Wira
s
dikan
23.
√
Pekerjaan
Mhs
w
Jl. Sungai Poso
5
1
√
Ting
√
1
Lain
nya
√
√
√
√
√
√
Jumlah
A. Kelu
arga
√
√
√
17.50025.000
Alamat
√
Jl.Sultan Alauddin V
-
√
Jl.Baji Ati No.4A
-
√
Jl.Rappokalling No.9B
-
√
Jl.Perintis Kemerdekaan
-
√
Jl.Sombo Opu 3
√
Jl.Bumi Permata Hijau
2
√
Jl.Toddopuli 5
3
√
Jl.Samiun No.3
2
√
10.00017.500
1
√
2.50010.000
√
Jl.Cendrawasih 3
4
√
Jl.Sungai Saddang Baru
-
√
Jl.Bali No.6
34.
Erlin
√
P
SMA
35.
Melisa Yakobus
√
P
S1
36.
Deyong Hermiawan
√
L
SMP
37.
Hartono
√
L
S2
38.
A.Sandi Santos
L
S2
39.
Dewi Suryani
P
S1
40.
Arifin wongso
L
SMA
√
√
√
√
√
√
√
√
3
√
√
Jl. Gunung Salahutu No.35
√
4
√
√
Jl.Pettarani Komp.IDI
√
Jl.Bandang No.6
Jl.Dg.Tata I, BTN Tabaria
1
√
Jl.Serigala
-
√
Jl.Mawas 5 No.5
-
√
Jl.Sarappo No.91
Lampiran 3: Data Segmentasi Geografis Responden Beras Organik di
Gelael Signature Makassar
No
Nama
Alamat
Jarak
Jl. Alimalaka
1,1 km
Jl.Sulawesi 67A
2,0 km
Jl Toddopuli 7
7,1 km
Jl.Rappocini
4,3 km
Jl. Landak
6,7 km
1
Ennike
2
Jennifer Wijaya
3
Irwandi Haosana
4
Abdullah
5
Mery
6
Miftah Farid
Jl. Dg Tata 3 lrg 3
7,4 km
7
Vivi Youri K.
Jl.Malengkeri
9.0 km
8
Andi Awang
Jl.Sudiang
18,0 km
9
Jeremy
Jl.Tanjung Bunga
5,9 km
10
Melissa
Jl.Kijang
2,1 km
11
Amriati
Jl.Monginsidi No.48
2,0 km
12
Prasetya B
Jl.Dirgantara 7
6,3 km
13
Marleyanti
Jl.Sultan Hasanuddin
200 m
14
Andi
Jl.Bumi Tamalanrea P
13,5 km
15
Amon
Jl.Toddopuli 2
8,5 km
16
Jane Wiliayanti
Jl. Maccini, Perum Pondok Indah, A1
4,0 km
17
Baskoro
Jl.Cendrawasih 6
1,3 km
18
Christy Ikawidjaya
Jl. Sungai Poso
1,4 km
19
Sumitro
Jl.Perintis Kemerdekaan
15 km
20
Noviyanti
Jl. Rajawali 2 No.31
2,0 km
21
I.Christian
Jl.Komp.Hartaco Indah
6,2 km
22
Yusuf
Kodam 02 D15
3,2 km
23
Nety Gosali
Jl. Sultan Alauddin IV, Manuruki
5,9 km
24
Neksen Wirahadi
Jl.Baji Ati No.4A
3,3 km
25
Eko Satriyana
Jl. Rappokalling No. 9B
6,5 km
26
Septiawan
Jl.Perintis Kemerdekaan
15 km
27
Angela
Jl.Sombo Opu 3
900 m
xxviii
28
Muh.Husni
Jl.Bumi Permata Hijau
8,7 km
29
Farhan Abdi Pahar
Jl.Toddopuli 5
7,1 km
30
Hujanti
Jl.Samiun No.3
800 m
31
Agus Nugroho
Jl. Cendrawasih III
2,4 km
32
Halim
Jl. Sungai Saddang Baru
3,6 km
33
Jonathan chandra
Jl. Bali No.6
1,2 km
34
Erlin
Jl.Pettarani Komp.IDI
4,4 km
35
Melisa Yakobus
Jl. Gunung Salahutu No.35
2,3 km
36
Deyong Hermiawan
Jl.Bandang No.6
2,9 km
37
Hartono
Jl. Dg Tata I, BTN Tabaria
6,8 km
38
A.Sandi Santos
Jl.Serigala
3,3 km
39
Dewi Suryani
Jl. Mawas V No.5
2,9 km
40
Arifin wongso
Jl. Sarappo No.91
4,0 km
xxix
Lampiran 4.1 Ragam Merek Beras Organik yang dikonsumsi Oleh Responden Beras Organik Pada Studi Kasus
Gelael Signature Makassar.
No.
1
2
Merek/Jenis
Beras Kepala Super
Hotel
Pure Green
3.
Holistic
4
Go Organic
5.
RI1
Harga/kg (Rp)
41818
Keterangan
Dari kelima jenis beras organik ini maka yang paling
diminati oleh responden yaitu merek hotel beras merah
premium, hal ini dikarenakan beras merah memiliki
kandungan karbohidrat lebih rendah dari beras putih (78,9
gr : 75,7 gr), selain itu, diketahui bahwa alasan konsumen
mengkonsumsi beras merah ini untuk program diet dan
yang memiliki riwayat penyakit (informasi pada kemasan)
Beras Merah Premium
54982
Sugar Free White Rice
40588
Beras Susu
18300
Organic White Rice
22262
Beras Organik Merah
42300
Beras Organikmix
45000
Beras Organik Pdw Wangi
22000
Beras Organik Putih
35100
Beras Organik Merah
70725
Beras Merah
28500
Beras merek ini dihasilkan dengan proses pertanian 100%
organik (informasi pada kemasan)
24750
Beras
dipilih
selain
lebih
Beras Merah Organik
Beras organik merek ini memiliki kandungan vitamin yang
tinggi, memperlancar pencernaan, dan baik untuk
perkembangan otak anak, menyehatkan jantung dan
menurunkan kolesterol darah (informasi pada kemasan)
Dari kedua jenis beras organik ini, beras merah organik
memiliki harga yang jauh lebih mahal dikarenakan
mengandung indeks glukemik rendah dan baik untuk
metabolism tubuh (informasi pada kemasan)
merah ini, diproduksi bebas dari residu kimiawi dan
oleh konsumen yang menerapkan pola hidup sehat
itu memiliki rasa dan tekstur yang pulen serta teruji
tahan lama (tidak cepat basi) (informasi pada
xxviii
kemasan)
No.
Merek/Jenis
6
MD
7
Dua Tani
Hideaki
8.
Takaia
Harga/kg (Rp)
Beras Merah Organik
28000
Beras Organik Putih
35980
Koshihikari Rice White (Beras
Organik Putih)
44454
Keterangan
Beras merah ini, merupakan jenis beras merah kupas kulit
dengan tekstur lebih empuk. Manfaat mengkonsumsi jenis
beras merah ini dapat menurunkan kolesterol darah
mencegah kanker dan penyakit degenerative dan
menyehatkan jantung. Selain itu, juga mengandung vitamin
B1 yang baik untu ketahanan tubuh (informasi pada
kemasan)
Beras premium import yang digunakan untuk panganan
jepang dan masakan asia lainnya, teksturnya lebih pulen
dan besar, lebih putih dan tentu saja melalui proses
pertanian 100% organik (informasi pada kemasan).
Beras premium import dari varietas padi yang popular di
jepang, Australia dan Amerika Serikat. Teksturnya pulen
dan ukurannya lebih panjang dari beras lain pada
umumnya. Jenis beras organik ini juga melalui proses
pertanian 100% organik dan banyak digunakan sebagai
masakan sushi, oniri dan masakan asia lainnya (informasi
pada kemasan).
xxix
9.
Mutiara
Dewi
Organik Red Rice
Beras organik ini diproduksi oleh PT Wahana Mutiara Agro
Medika. Memiliki rasa sedikit lebih manis dari beras merah
pada umumnya serta tekstur yang lebih padat. Hal ini
dikarenakan serat makanan dan asam lemak essential
yang terkandung di dalamnya (informasi pada kemasan).
25760
Lampiran 4.2 Tabel Data Nilai Willingness to Pay Berdasarkan Ragam Merek/Jenis Beras Organik Pada Studi Kasus
Gelael Signature di Kota Makassar.
Harga Beli
No
Nama
Merek
Bobot
(Rp)
Harga
(Rp/Kg)
Nilai Lelang
(Rp)
Nilai Lelang
(Rp/Kg)
Nilai WTP
(Rp/Kg)
Beras Organik Merek Hotel
1.
Mery
Hotel Beras Kepala Super
2.
Vivi Youri K.
Hotel Sugar Free White Rice
3.
Jeremy
Hotel Beras Merah Premium
4.
Melissa
Hotel Beras Kepala Super
5.
Prasetya B
Hotel Beras Merah Premium
6.
Marleyanti
Hotel Beras Merah Premium
5
209090
10
405880
4
219982
10
418180
4
219928
6
329892
41818
40588
54982
41818
54982
54982
225000
420000
240000
430000
230000
350000
45000
3182
42000
1412
60000
5018
43000
1182
57500
2518
58000
3351
xxx
7.
Andi
Hotel Beras Kepala Super
8.
Jane Wiliayanti
Hotel Sugar Free White Rice
9.
Yusuf
Hotel Beras Merah Premium
10.
Netty Gosali
Hotel Beras Merah Premium
11.
Eko Satriyana
Hotel Sugar Free White Rice
12.
Septiawan
Hotel Sugar Free White Rice
13.
Muh.Husni
Hotel Beras Merah Premium
14.
Farhan Abdi Pahar
Hotel Beras Kepala Super
15.
Hujanti
Hotel Beras Susu
16.
Agus Nugroho
Hotel Organic White Rice
17.
Erlin
Hotel Sugar Free White Rice
18.
Dewi Suryani
Hotel Beras Susu
4
167272
10
405880
4
219982
6
329892
5
202940
4
162352
4
219928
4
167272
4
73200
10
222620
2
81176
10
183000
41818
40588
54982
54982
40588
40588
54982
41818
18300
22262
40588
18300
175000
430000
228000
350000
215000
180000
245000
180000
87500
250000
84000
195000
43750
1932
43000
2412
57000
2018
58000
3351
43000
2412
45000
4412
61250
6268
45000
3182
21875
3575
25000
2738
42000
1412
19500
1200
23000
1000
50000
7700
48000
3000
Beras Organik Merek Pure Green
19.
Ennike
Pure Green Organik Pdw Wangi
20.
Irwandi Haosana
Pure Green Beras Organik Merah
21.
Christy Ikawidjaya
Pure Green Beras Organikmix
10
220000
3
126900
5
225000
22000
42300
45000
230000
150000
240000
xxxi
22.
Neksen Wirahadi
Pure Green Beras Organik Merah
23.
Jonathan
Chandra
Pure Green Beras Organic Brown
24.
A.Sandi Santos
Pure Green Beras Organik Merah
25.
Jennifer Wijaya
Holistic Beras Organik Putih
26.
Miftah Farid
Holistic Beras Organik Merah
27.
Amon
Holistic Beras Organik Putih
28.
Hartono
Holistic Beras Organik Merah
29.
Abdullah
30.
Andi Awang
No
Nama
MD Beras Merah Organik
Go Organik Beras Merah
3
126900
3
141300
4
169200
Beras Organik Merek Holistic
6
210600
2
141450
10
351000
2
141450
Beras Organik Merek MD
5
140000
Beras Organik Merek Go Organic
3
85500
Harga Beli
Merek
Bobot
(Rp)
31.
Sumitro
Go Organik Beras Merah
3
85500
42300
47100
42300
35100
70725
35100
70725
28000
28500
Harga
(Rp/Kg)
28500
130000
144000
175000
225000
145000
365500
145000
150000
100000
43300
1000
48000
900
43750
1450
37500
2400
72500
1775
36550
1450
72500
1775
30000
2000
33333
4833
Nilai Lelang
(Rp)
Nilai Lelang
(Rp/Kg)
90000
30000
Nilai WTP
(Rp/Kg)
1500
xxxii
32.
Halim
33.
5
Go Organic Beras Merah
Amriati
142500
28500
Beras Organik Merek Dua Tani
5
179900
Dua Tani Beras Hideaki
34.
Baskoro
RI1 Beras Merah Organik
35.
D. Hermiawan
RI1 Beras Merah Organik
Beras Organik RI 1
4
99000
6
35980
24750
148500
24750
155000
185000
115000
165000
31000
2500
37000
1020
28750
4000
27500
2750
50000
5546
50000
1100
55000
10546
50000
5546
27000
1240
Beras Organik Merek Takaia
36.
Noviyanti
Takaia Koshihikari Rice White
37.
I.Christian
Takaia Nikhomaru Rice White
38.
Angela
Takaia Koshihikari Rice White
39.
Melisa Yakobus
Takaia Koshihikari Rice White
4
177816
2
97800
2
88908
2
88908
44454
48900
44454
44454
200000
100000
110000
100000
Beras Organik Merek Mutiara Dewi
40.
Arifin Wongso
Mutiara Dewi Organic Red Rice
5
128000
25760
135000
Lampiran 5: Data Hasil Skoring Penelitian oleh Responden Terhadap Pembelian Beras Organik di Gelael Signature
Makassar
RES
NAMA
Y
X1.1
X1.2
TOTAL
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
TOTAL
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
TOTAL
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
TOTAL
X5.1
xxxiii
X5.2
X5.3
X5.4
X5.5
3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
4
4
4
1000
4
4
8
4
4
3
3
3
17
3
3
3
4
5
18
5
5
5
5
5
25
3
4
4
2400
5
5
10
4
3
3
3
3
16
3
3
3
4
4
17
4
5
5
5
4
23
4
4
4
3
Ennike
Jennifer
Wijaya
Irwandi
Haosana
7700
3
3
6
4
4
4
4
4
20
4
3
4
4
4
19
4
4
3
5
4
20
4
3
3
4
Abdullah
2000
3
3
6
4
3
3
3
3
16
3
3
3
3
5
17
5
4
4
3
3
19
4
3
1
2
3182
5
4
9
4
4
5
5
4
22
5
5
4
5
5
24
4
5
4
4
4
21
4
4
4
1775
3
3
6
4
3
3
3
5
18
5
5
5
5
3
23
3
3
4
4
4
18
4
4
4
1412
5
4
9
5
3
3
4
5
20
4
3
3
4
3
17
3
4
4
4
4
19
4
4
4
8
Mery
Miftah
Farid
Vivi Youri
K.
Andi
Awang
4833
4
3
7
4
3
3
4
3
17
3
4
4
3
4
18
4
4
3
4
4
19
3
4
4
9
Jeremy
5018
5
4
9
4
4
4
5
5
22
3
4
5
4
4
20
4
3
4
4
4
19
4
4
3
3
3
10
Melissa
1182
3
4
7
4
3
3
3
3
16
5
5
5
4
4
23
3
3
4
4
4
18
4
4
4
3
3
11
1020
5
5
10
5
3
3
3
3
17
3
3
3
5
3
17
5
4
4
5
5
23
4
5
5
3
4
12
Amriati
Prasetya
B
2518
4
3
7
5
4
4
4
4
21
4
4
5
5
4
22
4
4
4
4
4
20
4
4
4
3
3
13
Marleyanti
3351
5
4
9
5
3
4
3
3
18
3
3
4
5
5
20
3
4
4
4
4
19
4
4
4
3
3
14
Andi
1932
4
4
8
4
4
4
3
4
19
3
3
3
4
4
17
4
4
4
4
4
20
4
4
4
4
4
15
Amon
Jane
Wiliayanti
1450
5
5
10
4
4
3
3
4
18
4
4
3
4
5
20
3
4
4
4
4
19
4
4
4
3
4
2412
3
3
6
4
4
3
3
4
18
5
3
3
5
5
21
3
3
3
3
3
15
3
3
3
3
3
4000
4
4
8
3
4
3
4
4
18
3
3
3
5
5
19
3
3
3
3
3
15
3
4
4
4
3
18
Baskoro
Christy
Ikawidjaya
3000
5
5
10
5
4
3
3
3
18
3
3
3
4
3
16
3
3
4
5
3
18
3
5
5
5
3
19
Sumitro
1500
5
5
10
5
5
4
4
5
23
4
4
3
5
4
20
4
4
4
5
4
21
4
3
5
5
4
20
Noviyanti
5546
4
4
8
5
4
4
4
3
20
5
5
4
4
5
23
5
4
4
5
3
21
4
4
4
3
4
4
X5.5
5
6
7
16
17
21
RES
I.Christian
NAMA
1100
Y
5
5
10
5
4
4
4
4
21
5
4
4
4
5
22
4
3
4
5
5
21
4
4
4
4
X1.1
X1.2
TOTAL
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
TOTAL
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
TOTAL
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
TOTAL
X5.1
X5.2
X5.3
X5.4
xxxiv
22
3
4
3
4
3
5
4
5
4
3
5
5
5
3
5
4
4
4
3
5
22
4
4
5
4
4
4
20
5
4
5
3
4
3
4
19
5
4
4
3
4
5
4
4
21
5
4
4
3
4
4
5
4
4
21
5
4
4
4
4
3
3
5
5
4
20
4
5
3
3
3
23
4
3
5
4
3
19
3
4
5
3
4
4
20
4
5
5
5
4
23
3
3
5
3
3
5
5
21
4
5
4
4
4
21
3
3
3
3
3
3
3
4
16
3
4
5
4
5
21
4
4
3
3
5
4
4
3
3
18
4
4
5
4
4
21
4
4
4
4
5
4
5
3
3
20
4
4
4
5
4
21
4
5
5
4
5
2018
4
4
8
3
5
4
3
3
18
3
3
3
5
5
19
4
4
4
4
3
19
5
5
5
3351
5
4
9
4
4
4
4
3
19
4
4
5
4
4
21
4
4
4
4
4
20
4
4
4
1000
3
5
8
3
3
3
4
5
18
3
3
3
3
5
17
3
4
4
4
4
19
4
4
4
25
Yusuf
Netty
Gosali
Neksen
Wirahadi
Eko
Satriyana
2412
3
4
7
4
3
3
3
5
18
5
5
3
5
4
22
4
4
4
5
4
21
4
5
5
26
Septiawan
4412
5
5
10
4
4
4
5
5
22
5
5
5
4
5
24
3
3
4
4
4
18
4
5
27
Angela
10546
5
5
10
3
5
5
5
5
23
5
4
4
5
3
21
5
4
5
5
5
24
5
28
Muh.Husni
Farhan
Abdi Pahar
6268
4
5
9
4
3
3
3
5
18
3
3
3
5
5
19
4
4
5
4
4
21
3182
5
4
9
4
4
4
4
5
21
5
5
5
5
5
25
4
5
4
5
4
Hujanti
Agus
Nugroho
3575
3
5
8
4
4
4
4
4
20
4
4
4
3
3
18
4
4
4
4
2738
3
4
7
4
3
3
3
3
16
3
5
5
4
4
21
3
4
5
Halim
Jonathan
Chandra
2500
4
5
9
4
4
4
3
3
18
4
3
5
3
3
18
4
4
900
5
5
10
4
4
4
4
3
19
4
3
4
4
4
19
4
Erlin
Melisa
Yakobus
Deyong
Hermiawan
1412
5
3
8
3
3
3
4
4
17
3
3
3
5
5
19
5546
4
3
7
4
3
3
3
3
16
5
5
5
4
4
2750
4
3
7
4
4
4
4
4
20
4
5
4
3
Hartono
A.Sandi
Santos
Dewi
Suryani
Arifin
Wongso
1775
4
3
7
4
3
3
3
3
16
3
3
5
1450
4
3
7
4
3
3
3
3
16
3
3
1200
5
5
10
4
4
4
4
4
20
4
1240
4
5
9
3
3
5
3
3
17
5
23
24
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Lampiran 8: Matriks Segmentasi Pasar Konsumen Beras Organik di Gelael Signature Makassar
No
Metode Analisis
Segmentasi
Klasifikasi
Kategori
Keterangan
xxxv
Geografis
<5
5 – 10
10 – 15
15 – 20
>20
20 – 25
26 – 35
36 – 45
36 – 55
>56
Jarak domisili
responden ke Gelael
Signature
Umur
1
Analisis Deskriptive
Demografis
Kilometer (km)
Tahun
Jenis kelamin
 laki laki
 perempuan
Gender
Tingkat pendidikan
 Dasar
 Menengah
 Perguruan Tinggi
 SD
 SMP & SMA
 (diploma,S1,S2,S3)
Pekerjaan





(lainnya.. TNI, Pegawai
BUMN, dan Ibu Rumah
Tangga)
Pendapatan
mahasiswa
PNS
Pegawai swasta
Wiraswasta
Lainnya..
< 5.000
(Rp.000)
xxxvi
5.000. – 10.000
10.000 – 15.000
15.000 – 20.000
> 20.000
Alasan
mengkonsumsi
beras organik
 Riwayat penyakit

 Pemenuhan gaya
hidup


Dekat dengan
tempat tinggal

Radius < 1 km

Lebaih banyak
varian produk

Banyak merek
beras organik

Tempatnya lebih
nyaman untuk
dikunjungi

Premium Market
Service
psikografis
Alasan membeli
beras organik di
Gelael Signature
(diabetes, jantung,
kanker, masalah
pencernaan.. dll)
Diet
xxxvii
Perilaku
Sejak kapan
mengkonsumsi
beras organik
Frekuensi pembelian
beras organik
 Sedang mulai
mencoba
 1 minggu yang lalu
 1 bulan yang lalu
 1 tahun yang lalu
 ≥ 1 tahun yang lalu


<5 kali
>5 kali
(Riwayat Konsumsi)
(Riwayat Pembelian)
xxxviii
Lampiran 9: Matriks Pengukuran Willingness to Pay Beras Organik di Gelael Signature Makassar
No
2.
Metode Analisis
Contingent
Valuation Method
(CVM)
Tahapan
pengukuran
Membangun Pasar
Hipotesis (setting up
the hypothetical
market)
Penentuan Besarnya
Nilai WTP
Indikator
Parameter

Produk beras organik
 Gambaran produk
beras organik
 Kualitas beras
organik
 Manfaat beras
organik

Nilai lelang (obtaining
bids)
 Menentukan nilai
(harga) WTP
beras organik
Keterangan
deskriptif
deskriptif
xxxix
Lampiran 10: Matriks Variabel Faktor-Faktor Yang Memengaruhi WTP Beras Organik
No
Metode
Analisis
Variabel
Indikator
Parameter
1. Mempengaruhi tingkat
Pendapatan
3.
Analisis
Kualitas
Regresi
produk
Tingkat
Pendapatan
Atribut produk
Linier
Berganda
Keamanan
konsumsi responden
2. Mempengaruhi
Skor
Sangat Setuju = 5
Setuju = 4
Ragu-ragu/Netral = 3
keputusan untuk memilih
Tidak Setuju =2
jenis produk
Sangat tidak Setuju =1
1. Kandungan gizi
Sangat Setuju = 5
2. Aroma beras
Setuju = 4
3. Tampilan kemasan beras
Ragu-ragu/Netral = 3
4. Informasi beras organik
Tidak Setuju =2
5. Rasa beras organik
Sangat tidak Setuju =1
Ketersediaan
1. Ketersediaan aman
produk
2. Banyak varian merek
Sangat Setuju = 5
3. Mudah dijangkau/didapat
Setuju = 4
produk
oleh semua kalangan
Sertifikasi
produk
4. Tersertifikasi oleh LSO
(Lembaga Sertifikasi
Skala
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ragu-ragu/Netral = 3
Tidak Setuju =2
Sangat tidak Setuju =1
Organik) yang
xl
terakreditasi.
5. Baik dikonsumsi oleh
semua kalangan
Selera
1. Baik untuk kesehatan
2. Baik untuk yang memiliki
riwayat penyakit
3. Pemenuhan kebutuhan
Gaya hidup
hidup sekeluarga
Pengetahuan
Sangat Setuju = 5
Setuju = 4
Ragu-ragu/Netral = 3
4. Keperluan diet khusus
Tidak Setuju =2
5. Membantu gerakan
Sangat tidak Setuju =1
Ordinal
konsumsi makanan
sehat bebas residu kimia
xli
KUISIONER PENELITIAN
Kuisioner ini digunakan sebagai sumber data primer dalam rangka penyusunan
skripsi yang berjudul
“Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Beras Organik
(Studi Kasus: Gelael Signature di Kota Makassar)”
Oleh Rr Chyntia Ramadhani Febrita (G21113316), Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Lokasi : Gelael Signature
A. Identitas Responden:
1. Nama
: ………………………………………………………….
2. Alamat
: ………………………………………………………….
3. No. Telepon : ………………………………………………………….
4. Usia
: ………………………………………………………….
5. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki
b. Perempuan
6. Jumlah Tanggungan Keluarga:
Suami …….. orang
Jumlah Keseluruhan: ………. orang
Istri………… orang
Anak………. Orang
7. Pendidikan Terakhir:
a. SD
e. S1
b. SMP
f. S2
c. SMA
g. S3
d. Diploma
8. Pekerjaan:
a. Mahasiswa
b. Pegawai Negeri Sipil
c. Pegawai Swasta
d. Wiraswasta
e. Lainnya…..
lv
9. Pendapatan:
a. < Rp 5.000.000,b. Rp 5.000.001 – Rp 10.000.000
c.
Rp 10.000.001 – Rp 15.000.000
d. Rp 15.000.001 – Rp 20.000.000
e. > Rp 20.000.000
10. Sejak kapan mengkonsumsi beras organik:
a. sedang mulai mencoba
b. 1 minggu yang lalu
c. 1 bulan yang lalu
d. 1 tahun yang lalu
e. lainnya:………
11. Frekuensi pembelian beras organik selama sebulan:
a. < 5 kali
b. > 5 kali
12. Alasan mengkonsumsi beras organik:
a. riwayat penyakit
b. pemenuhan gaya hidup
13. Alasan membeli beras organik di Gelael Signature:
a. dekat dengan tempat tinggal
b. lebih banyak varian produk
c. tempatnya lebih nyaman untuk dikunjungi
B. Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Beras Organik
a. Nama produk beras organik: ……………………………………………………
b. Harga beras organik: Rp ……………………/ …kg
c. Berapakah harga maksimum beras organik yang bersedia anda beli?
Rp ……………………/ …kg
Berikan alasan: ………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
….……………………………………………………………………………………...
lvi
KETERANGAN
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS= Sangat Tidak Setuju
SKOR NILAI
5
4
3
2
1
C.1. Silahkan beri tanda checklist pada opsi/pilihan pernyataan variable
independen yang sesuai dengan pendapat anda!
No
1.
Pernyataan
Pendapatan
Skor
SS
S
N
TS
STS
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
 Pendapatan saya mempengaruhi
konsumsi beras organik saya
 Pendapatan saya mempengaruhi
pilihan jenis produk beras organik
yang akan saya konsumsi
No
2.
Pernyataan
Kualitas Produk
Skor
SS
S
N
TS
STS
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
 Saya mengkonsumsi beras organik
karena mengandung gizi baik
 Saya mengkonsumsi beras organik
karena aroma berasnya yang wangi
 Saya membeli beras organik karena
tampilan kemasannya yang menarik
 Saya membeli beras organik karena
informasi berasnya yang lengkap
 Saya mengkonsumsi beras organik
karena rasa berasnya yang pulen
lvii
No
3.
Pernyataan
Harga
Skor
SS
S
N
TS
STS
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
 Harga beras organik yang dijual di
Gelael Signature relatif mahal
 Harga beras organik yang dijual di
Gelael Signature masih dapat
dijangkau
 Harga beras organik yang dijual di
Gelael Signature sebanding dengan
manfaat yang didapat
 Harga beras organik yang dijual di
Gelael Signature cenderung tetap
 Harga beras organik yang dijual di
Gelael Signature tidak pernah
mendapat diskon
No
4.
Pernyataan
Keamanan Produk
Skor
SS
S
N
TS
STS
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
 Saya membeli beras organik di
Gelael Signature karena
ketersediaan beras organiknya
aman
 Saya membeli beras organik di
Gelael Signature karena banyak
varian merek
 Saya membeli beras organik di
Gelael Signature karena mudah
dijangkau atau didapat oleh semua
kalangan
lviii
 Saya membeli beras organik di
Gelael Signature karena produknya
memiliki sertifikat LSO (lembaga
sertifikasi organik)
 Saya membeli beras organik di
Gelael Signature karena berasnya
baik dikonsumsi oleh semua
kalangan
No
5.
Pernyataan
Skor
SS
S
N
TS
STS
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
Gaya Hidup
 Saya mengkonsumsi beras organik
karena baik untuk kesehatan
 Saya mengkonsumsi beras organik
karena memiliki riwayat penyakit
 Saya mengkonsumsi beras organik
untuk memenuhi kebutuhan hidup
 Saya mengkonsumsi beras organik
untuk memenuhi keperluan diet
khusus
 Saya mengkonsumi beras organik
agar dapat membantu gerakan
konsumsi makanan sehat bebas
residu kimia
~ Terima Kasih~
*setiap kuisioner hanya berlaku untuk satu orang
lix
Download