KELAINAN GYNEKOLOGI WANITA Gisma Putri Santoso/21801101007 1 VULVOVAGINITIS CANDIDA (4A) Definisi, etiologi, faktor resiko Kandidiasis vulvovaginitis ialah penyakit jamur candida yang mengenai mukosa vagina dan vulva. Penyebabnya yang tersering biasanya adalah Candida albicans. Untuk infeksi yang disebabkan oleh C. non-albicans, didapatkan bahwa C. glabrata cukup banyak menjadi penyebab KVV. Selain itu ada juga spesies Candida lainnya, seperti C. tropikalis dan C. krusei Faktor resiko : Usia, Kontrasepsi, Ras, Hormonal, Faktor seksual, antibiotik, higienitas tubuh utamanya area kelamin perempuan, faktor diet. 3 PATOFISIOLOGI Etiologi Pseudohifa menempel pada sel epitel mukosa MK : Hiperemi atau eritema pada mukosa vulva dan vagina Berkolonisasi PMN dari lamina propria menuju jaringan yang terdapat kolonisasi Candida Bertambah berat dengan garukan→erosi MK : Flour Albus Candida akan mengeluarkan zat keratolitik (fosfolipase) Candida mengeluarkan faktor kemotaktik MK : Timbul ulkusulkus dangkal Sel-sel epitel dan jamur akan membentuk gumpalan berwarna putih di atas daerah yang eritema Fosfolipid membran sel epitel usus lisis Candidiasis invasi jaringan Terus merusak sel epitel Sisa jaringan nekrotik 4 SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESSMENT • Gatal di daerah vulva • Pada kasus yang berat terdapat pula rasa panas • Nyeri sesudah miksi • Dispareunia Pemeriksaan Fisik : • Ringan → Inspeksi : Lesi eritema dan hiperemis di labia mayora, introitus vagina, dan vagina 1/3 bawah. • Berat → Inspeksi : labia mayora dan minora edema dengan ulkus-ulkus kecil bewarna merah disertai erosi serta sering bertambah buruk oleh garukan dan terdapatnya infeksi sekunder. • Tanda khasnya adalah flour albus bewarna putih kekuningan disertai gumpalan–gumpalan seperti kepala susu. Diagnosis Klinis : Berupa eritema dan hiperemis yang dapat disertai edema pada labia mayora dan minora, adanya ulkusulkus dan daerah erosi serta flour albus bewarna kekuningan. Pemeriksaan Penunjang : • Kerokan kulit atau usapan mukosa diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram. Pada pewarnaan gram terlihat sel lagi, blastospora dan hifa semu • Kultur cairan vagina ditemukan Candida albican. • Pengecatan gram mukosa vagina didapatkan leukosit 2-5/lpb, basil kokus (+),blastospora (+).dan pseudohifa (+). PLANNING Medikamentosa : Diagnosis Banding : • Vaginitis • Vaginosis Bakteri Komplikasi : a. PID b. Komplikasi kehamilan c. Infeksi pasca operasi d. IMS Non-Medikamentosa : • Disarankan sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual sebelum dinyatakan sembuh • Menggunakan kondom. • Pasangan juga perlu diperiksa dan diobati apabila terbukti menderita kandidiasis. • Menggunakan pakaian dalam yang cukup menyerap keringat atau terbuat dari jenis kain katun 2 VAGINITIS (4A) Definisi, etiologi, faktor resiko Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang ditandai dengan adanya pruritus, keputihan, dispareunia, dan dysuria. Etiologi : 1. Vaginosis bakterialis (bakteri Gardnerella vaginalis yaitu bakteri anaerob. Prosentase nya sekitar 23,6%) 2. Trikomonas (kasusnya berkisar antara 5,1-20%) 3. Kandida (penyebab tersering pada vagina yang terjadi pada wanita hamil. Insidensinya berkisar antara 15-42%) Faktor Resiko : Pemakai AKDR, Penggunaan handuk bersamaan, Immunosupresi, DM, Perubahan Hormonal (misal : kehamilan), dan Obesitas. 7 PATOFISIOLOGI 8 SUBJECTIVE • Bau • Gatal di area vagina (pruritus • Dispareunia • Dysuria OBJECTIVE ASSESSMENT Pemeriksaan Fisik : • Inspeksi : iritasi, eritema, pada vulva dan vagina • Palpasi : edema pada vulva dan vagina • In spikulo servix : eritematosus Diagnosis Klinis : Ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan Penunjang : 1. Mikroskopik cairan/sekret vagina 2. Pemeriksaan pH cairan vagina 3. Uji Whiff : apabila (+) berarti mengeluarkan bau anyir/amis pada saat ditambahkan dengan larutan KOH. Diagnosis Banding : • Vaginosis bakterialis • Vaginosis trikomonas • Vulvovaginitis kandida Komplikasi : a.Rentan mengalami IMS seperti HIV b.Vaginitis akibat trichomoniasis → kelahiran prematur dan BBLR. PLANNING Medikamentosa : 1. Sesuai dengan etiologi, apabila vaginosis bakterialis : a. Metronidazole 500mg p.o 2x1 selama 7 hari b. Metronidazole pervagina 2x1 selama 5 hari c. Clindamicyn cream 2% pervagina 1x1 selama 7 hr Apabila vaginosis trikomonas: a. Metronidazole 2g p.o (single dose) Apabila vulvovaginitis kandida: a. Flukonazol 150mg p.o (single dose) Non-medikamentosa : 1. Menjaga kebersihan diri terutama daerah vagina 2. Hindari pemakaian handuk secara bergantian 3. Menjaga berat badan ideal 4. Menghindari pemakaian sabun untuk daerah vagina karena dapat menggeser jml flora normal yang mempengaruhi pH. 3 VAGINOSIS BAKTERIALIS (4A) Definisi, etiologi Vaginosis bakterial (VB) merupakan penyebab tersering infeksi vagina pada wanita usia subur. Vaginosis bakterial ditandai dengan perubahan flora saluran genital, yaitu dominasi Lactobacillus sp. digantikan oleh berbagai jenis organisme Gram positif maupun Gram negatif, yakni Gardnerella vaginalis, Prevotella sp., Bacteroides sp., dan lain-lain 11 PATOFISIOLOGI 12 SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESSMENT • Terkadang asymptomatis • Apabila symptomatis ditandai dengan keputihan dengan jumlah normal atau berlebihan yang mengeluarkan bau tidak sedap, rasa terbakar pada vulva, dan terasa gatal. • Cairan vagina pada Bacterial vaginosis (BV) biasanya encer berbau amis serta berwarna keabuabuan dan umumnya keluar pasca senggama Pemeriksaan Fisik : a. Inspeksi genitalia → cairan vagina tipis berwarna putih keruh, Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi Diagnosis Klinis : Secara klinis ditegakkan bila memenuhi tiga dari empat kriteria yang meliputi : a. Peningkatan pH vagina >4,5 b. Duh vagina encer, homogen c. Whiff test positif d. Ditemukan clue cell pada sediaan basah Pemeriksaan Penunjang : a. Whiff test (+) Penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium bau amis b. Pemeriksaan mikroskopik → Sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemukan sel epitel vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells) c. Pemeriksaan pH vagina → pH >4,5 yang menyebabkan Lactobacillus sp. Jumlahnya berkurang krn mati. Diagnosis Banding : Cervicitis, trichomoniasis, vaginitis. Komplikasi : Infeksi dan ruptur membran amnion pada kehamilan, prematur, endometritis, Nongonococcal PID, meningkatkan resiko penularan human immunodeficiency virus (HIV) PLANNING Medikamentosa : a. Metronidazol 500 mg per oral 2x/hari selama 7 hari ATAU b. Clindamycin per oral 2 x 300 mg/hari selama 7 hari c. Metronidazol jangan diberikan pada wanita hamil terutama trimester I Non-medikamentosa : a. Menjaga kebersihan saat menstruasi seperti selalu menggunaan pembalut yang bersih b. Menjaga kebersihan vagina dengan tindakan selalu menggunakan celana dalam yang tidak ketat dan kering, selalu menggunakan teknik cebok dari depan ke belakang, mengeringkan vagina setelah cebok, selalu menggunakan peralatan mandi (sabun dan handuk) pribadi. c. Menjaga kebersihan pada saat melakukan hubungan sexual dengan cara membersihkan alat genitalia sebelum dan sesudah melakukan hubungan suami istri, 4 CERVICITIS (4A) Definisi, etiologi Cervicitis adalah infeksi dari dinding cervix yang ditandai dengan inflamasi dari epitel kolumner dari lapisan endocervix uterus. Cervicitis dapat digolongkan menjadi akut dan kronis. Apabila infeksi akut dapat disebabkan oleh agen infeksi seperti bakteri, virus, dan fungal. Sedangkann kronis mayoritas disebabkan karena agen non-infeksi. Etiologi dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu karena infeksi dan non-infeksi. Penyebab infeksi yaitu Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis, sedikit juga disebabkan oleh HSV-1, Trichomonas vaginalis, dan Mycoplasma genitalium. Neisseria dan chlamydia menginfeksi epitel kolumner dari endoservix, sedngkan HSV dan trichomonas menginfeksi epitel squamous dari ektocervix. Penyebab non-infeksi mekanik dan agen kimia. adalah agen 15 PATOFISIOLOGI Faktor Predisposisi Bakteri, virus, atau fungal menempel pada sel epitel mukosa MK : Hiperemi atau eritema pada mukosa vagina Inflamasi kronis Deskuamasi sel Berkolonisasi PMN dari lamina propria menuju jaringan yang terdapat kolonisasi. mengeluarkan zat keratolitik (fosfolipase) Mengeluarkan faktor kemotaktik Fosfolipid membran sel epitel usus lisis Bakteri, virus, dan fungal invasi jaringan Edema intrasel dan edema submukosa epitel Ulserasi MK : Discharge mukopurulent/pu rulent 16 SUBJECTIVE • Dapat disertai peningkatan discharge berbau atau tidak • Discharge berwarna hijau atau kuning • Gatal • Nyeri perut bawah • Dispareunia • Perdarahan saat melakukan hubungan seks OBJECTIVE Pemeriksaan Fisik : a. Inspekulo serviks untuk melihat adanya discharge mukopurulen, eritema, ulserasi, edema, pembengkakan ektopik, leukoplakia ASSESSMENT Diagnosis klinis : a. Adanya discharge, perdarahan saat berhubungan seksual Diagnosis Banding : a. Gonore, vaginitis b. Salpingitis c. Vulvovaginitis candida Pemeriksaan Penunjang : a. Pemeriksaan pH vagina → pH meningkat >4,5 b. Whiff test (-) karena tidak ada bau khas cairan vagina dicampur dengan larutan KOH 10%. c. Pemeriksaan mikroskopis (pap smear) → Leukositosis menandakan adanya bakteri garam - , sel epitel vagina (+), apabila ditemukan coccus intraseluler maka dapat disimpulkn bahwa infeksi disebabkan oleh bakteri gonococcus. Komplikasi : a. Infeksi traktus genitalia bagian atas (ascending) b. PID → pada tuba fallopi mengalami infeksi → sequele berupa abses, nyeri kronis dan infeksi, KE, dan infertilitas. PLANNING Medikamentosa (CDC guidelines) : a. 1g p.o azithromycin single dose + either 800 mg cefixime p.o single dose atau 250 mg im ceftriaxone single dose b. 100 mg oral doxycycline 2x1 for 7 days + either 800 mg cefixime p.o single dose or 250 mg im ceftriaxone single dose Apabila sudah dilakukan pemeriksaan lab : a. Chlamydia: 1g azithromycin p.o single dose atau 100mg doxycycline 2x1 selama 7 hari b. Gonorrhea: 250mg IM ceftriaxone + 1g azithromycin p.o single dose c. Trichomonas: 2g of metronidazole p.o atau tinidazole d. HSV: 400mg p.o acyclovir 3x1 for 7 - 10 days DAFTAR PUSTAKA PPK https://www.cdc.gov/std/tg2015/candidiasis.htm A Nabhan. 2006. Vulvovaginal Candidiasis. Volume 3. Ain Shams University. Link akses : https://www.researchgate.net/publication/229085071_Vulvovaginal_candidiasis (diakses pada 17-11-2020 pukul 15.34) Paramitha Ayu Bella.2018. Studi Retrospektif: Karakteristik Kandidiasis Vulvovaginalis. Vol 30 No.1. FK Universitas Airlangga : Surabaya. Diakses pada 17-11-2020 pukul 15.48 http://eprints.umm.ac.id/41947/3/jiptummpp-gdl-ikafitrian-51684-3-babii.pdf Astriningrum Rinadewei,dkk. 2015. PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO VAGINOSIS BAKTERIAL SESUAI KRITERIA AMSEL PADA WANITA PENJAJA SEKS DI TANGERANG. Vol42 No 2. FK UI : Jakarta. Link akses : http://www.perdoski.or.id/doc/mdvi/fulltext/39/252/6_Artikel_Asli_2.pdf diakses pada 18-11-2020 pukul 08.37 http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/Blok%2010/Vaginosis%20Bakterialis%20pp t.pdf https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562193/ (cervicitis) Mustafa Murtaza,dkk. 2014. Pathogenesis, Diagnosis and Treatment of Vaginitis and Cervicitis in Clinical Practice. Vol 4 No 8 ISSN 2250-3013. FK Universitas Malaysia Sabah : Malaysia . Link akses : http://iosrphr.org/papers/v4i08/B04801007013.pdf diakses pada 18-11-2020 pukul 11.11 https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/380f0b7286211bf15ffb69f9f995307a.pdf diakses pada 18-11-2020 18