Identifikasi Bahaya di Tempat Kerja Sektor Informal Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Undang-undang dan Perundangundangan Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja Dosen Pengampu : Evi Widowati S.K.M., M.Kes. Disusun oleh: Ariff Fathin Fadhlullah 6411418080 Reguler K3 2020 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Ayam geprek merupakan salah satu inovasi yang berasal dari ayam goreng tepung yang dicampur dengan cabai dan rempah lainnya dengan cara digeprek. Rumah makan ayam geprek mulai menjadi favorit warga Unnes khususnya pelajar dan mahasiswa karena kebanyakan memiliki harga yang terjangkau. Saya melakukan observasi disini terlihat unik, karena tidak hanya ayam geprek, tetapi mereka menyajikan spageti bahkan juga Pizza. Namun ayam geprek ini bisa menjadi sebuah ancaman bagi pegawai ayam geprek itu sendiri, maka perlu ada campur tangan dari orang yang mengerti bagaimana cara mengatasi potensi ancaman-ancaman tersebut. Di jalan cempaka sari timur 3 kelurahan sekaran, terdapat tempat yang menjual ayam geprek dan pizza yang hanya dikelola oleh pemilik tempat itu sendiri karena terdampah dari pandemic covid-19 pada saat ini. Dalam penjualan geprek dan Pizza ini terdapat beberapa proses pekerjaan, yaitu : pemotongan ayam, pembersihan ayam, pengggorengan ayam, pengulekan ayam, pengadonan pizza, pemanggangan pizza, dan juga pengpackingan. Dilihat dari proses yang ada, jika hanya diolah sendiri akan menyebabkan bahaya pada orangnya tersebut. Oleh karena itu penulis ingin mengangkat permasalahan ayam geprek sebagai isu keamanan bagi pegawai yang bekerja di tempat ayam geprek tersebut. 1.2 Tujuan - Mengidentifikasi bahaya di tempat penjualan geprek - Meminimalisir resiko kecelakaan kerja pada industry ayam gerek - Mengetahui langkah pencegahan terjadinya bahaya 1.3 Manfaat - Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ilmu dan wawasan tentang cara mengidentifikasi bahaya di tempat kerja serta dapat mengamplikasikan ilmu yang di dapat. - Bagi Mahasiswa Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah khususnya di bidang identifikasi hazard di tempat kerja. - Bagi pemilik usaha, Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi perusahaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hazard sehingga dapat diimplementasikan dalam menentukan strategi yang harus ditetapkan oleh perusahaan untuk meningkatkan keamanan pegawai. Bab II Pembahasan 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera (Tarwaka, 2014). 2.2 Mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification) Identifikasi bahaya adalah suatu usaha untuk mengetahui, mengenal dan memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistem (peralatan, tempat kerja, prosedur, aturan, dll.) 2.2.1 Manfaat Identifikasi Bahaya a. Mengetahui bahaya-bahaya yang ada b. Mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun frekuensi terjadinya c. Mengetahui lokasi bahaya d. Menunjukan bahwa bahaya-bahaya tertentu telah diberikan perlindungan e. Menunjukan bahwa bahaya-bahaya tetentu tidak akan menimbulkan akibat kecelakaan, sehingga tidak perlu diberikan perlindungan f. Analisis lebih lanjut 2.3 Kegiatan identifikasi meliputi ● Mendiagnosa dan menemukan ● Mengenal proses atau urutan aktivitasnya ● Memperhatikan kemungkinan sebab-sebab dan akibatnya 2.4 Pengertian Bahaya Bahaya adalah suatu keadaan yang berpotensi untuk menimbulkan cidera pada manusia, kerusakan pada peralatan/struktur, kerugian, material, menurunkan kemampuan/fungsi tertentu. 2.5 Jenis dan Asal Bahaya 2.5.1 Jenis Bahaya Jenis bahaya terdiri dari : a. Fisika - Bahaya Mekanis (Kinetic Hazard, Static Hazard) - Fisika Murni (Non Mekanis) * Suhu * Tekanan * Listrik * Kelembaban * Debu b. Kimia (bahan padat, cair, gas) c. Biologi (binatang berbisa, binatang buas, tumbuh-tumbuhan berbisa/jamur, bakteri/virus) d. Ergonomi (anatomi, fisiologi) e. Psikologi (stress, keseimbangan jiwa terganggu) 2.5.2 Asal Bahaya Bahaya bisa berasal dari : a. Manusia Dalam hal ini dapat berupa Unsafe Condition (Human Error) b. Lingkungan Dalam hal ini dapat berupa bahaya dari Lingkungan Alam dan Lingkungan Buatan c. Peralatan Dalam hal ini dapat berupa d. : - Bahaya Terpadu (Inherent) Sesuai Fungsinya - Salah Penggunaan (Kegagalan Manusia) - Tidak Memenuhi Syarat Keselamatan (Kegagalan Peralatan) Bahan Dapat berasal dari : - Bahan Baku, Produksi / Sampingan - Zat Padat, Cair, Maupun Gas 2.6 Tanda-tanda Adanya Bahaya Tanda-tanda adanya suatu bahaya dapat diketahui dari : a. Riwayat insiden/kecelakaan human error, kerusakan alat, kesalahan prosedur, lingkungan, dll. b. Gejala adanya bahaya Berupa : insiden berulang, operasi terputus, biaya yang berlebihan, pemakaian tenaga yang berlebihan, banyak bahan yang terbuang, keluhan karyawan, keluhan masyarakat, prosedur tidak karuan (interperence), catatan rumah sakit, keterhambatan atau penundaan-penundaan) c. Langsung diketahui potensinya Peralatan / sistem yang memang sudah jelas potensi bahayanya, walaupun bahaya itu tidak pernah mengakibatkan kecelakaan. Urutan peranan bahaya pada kecelakaan : a. Bahaya Pemula (Initiating Hazards) Bahaya yang menjadi asal mula yang memungkinkan timbulnya bahaya penunjang dan bahaya primer. b. Bahaya Penunjang (Contributory Hazards) Bahaya yang menunjang mendukung atau yang menjadi perantara timbulnya bahaya primer setelah adanya bahaya pemula. c. Bahaya Primer (Primary Hazards) Bahaya yang langsung menjadi sebab timbulnya kecelakaan maupun kerugian (loss). 2.7 Potensi Bahaya Ditentukan oleh 3 aspek : a. Keparahan dari kecelakaan § Kategori I § Kategori II § Kategori III § Kategori IV b. Keseringan bahaya menimbulkan kecelakaan · Kalis (remote), langka (random) · Jarang (seldom, occasional) · Kronis (chronic) c. Jenis bahaya Makin banyak bahaya, makin banyak jenis kecelakaan yang dapat terjadi. 2.8 Pengendalian Hazard Hirarki pengendalian risiko adalah suatu tahapan-tahapan tingkatan yang berurutan yang digunakan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin terjadi. Tarwaka (2008) menjelaskan bahwa pengendalian risiko terdiri dari 6 tahapan yaitu: 1) Eliminasi (elimination) Eliminasi adalah suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) diperkenankan. 2) Substitusi (substitution) Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih diterima. 3) Rekayasa teknik (engineering control) Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah tenaga kerja terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi. 4) Isolasi (isolation) Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room). 5) Pengendalian Administrasi (administration control) Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. 6) Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri (APD) merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara jika sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat diimplementasikan Bab III Pembahasan 3.1 Deskripsi Tempat Kerja Tempat Kerja : D’Geprak Pizzale Bidang/ jenis usaha : Ayam Geprek dan Pizza Lokasi : Cempakasari Timur III, Sekaran, Gunungpati, Semarang Waktu Pelaksanaan : 28 Oktober 2020 Observasi ini dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2020 di D’Geprak Pizzale, yang merupakan tempat penjualan ayam geprek dan pizza yang berada di jalan cempakasari timur III. D’Geprak Pizzale memiliki 3 pegawai yakni 3 orang perempuan tetapi karena terdampak covid-19 sekarang yang mengelola hanya pemiliknya sendiri. Dalam penjualan geprek dan Pizza ini terdapat beberapa proses pekerjaan, yaitu : pemotongan ayam, pembersihan ayam, pengggorengan ayam, pengulekan ayam, pengadonan pizza, pemanggangan pizza, dan juga pengpackingan. Karena pegawainya perempuan semua dalam segi penjualan ayam geprek dan pizza, pemilik D’Geprak Pizzale hanya melayani Take away (atau tidak ada makan ditempat). 3.2 Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja Penjualan Ayam Geprek 3.2.1 Bahaya fisik - Terkena minyak panas Tidak sengaja menyenggol tempat penggorengan ayam Tidak sengaja menggeprek tangan sendiri Iritasi mata terkena sambal geprek Terkena pisau Kesandung meja, kursi, dan benda-benda lainnya Tertimpa wajan, becek, dan panci yang digantungkan Terpleset di dapur 3.2.2 Bahaya mekanis - Kompor gas meledak Konsleting listrik 3.2.3 Bahaya biologi - Dehidrasi 3.2.4 Bahaya ergonomic - Tangan pegal-pegal Punggung sakit 3.3 Pengendalian Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Memakai celemek, sarung tangan tahan panas, sepatu, dan kaca mata Selalu berhati-hati saat berjalan Menata barang-barang agar lebih tertata dan tempat terasa lebih luas Berhati-hati saat memotong bahan-bahan Selalu mengecek selang gas setiap hari min seminggu 1 kali Menyediakan air minum yang cukup Selalu mengkondisikan tempat kerja dan membersihkannya Tidak mengusap mata Membuat tempat penyimpanan alat-alat 3.4 Analisis Resiko No. Aktivitas Kegiatan Potensi Bahaya Resiko Analisa Resiko Freq Konse Risk uens quen Rate i Kategori 1 Menggoreng Terkenak Ayam Minyak Panas Terjadi karena tidak berhati-hati saat melakukan penggorengan, kejadian ini paling sering terjadi sehingga mengakibatkan bagian kulit yang terkena minyak jadi melepuh. Pengendaliannya yakni dengan memakai sarung tangan cooking untuk melindungi tangan pada saat menggoreng ayam. 4 3 3 sedang Dehidrasi Dehidrasi dapat terjadi pada saat tubuh kita kekurangan cairan, apalagi pada saat menggoreng didalam ruangan dengan ukuran 3x3 m dengan sirkulasi yang kurang mumpuni. Untuk menghindari terjadinya dehidrasi, sebisanya pegawai harus minum yang cukup dan mendandani tempat menggoreng dengan memperbaiki sirkulasi udaranya agar tidak terasa pengap Harus lebih berhati-hati karena ukuran ruangan yang terbilang sempit, sehingga rawan tertimpa barang-barang di sekitar tempat menggoreng. 1 2 2 rendah 1 2 2 rendah Tertimpa Barang Kompor gas meledak 2 Berjalan Untuk menghindari cidera pada saat tertimpa, harus menggunakan sepatu safety. Untuk menghindari terjadinya kompor gas meledak, harus melakukan pengecekan selang gas secara rutin dan mengganti regulator jika sudah kelihatan tanda-tanda hendak rusak. 1 1 1 rendah Menyenggol Lebih berhati-hati dan 3 Barangmelihat sekeliling tempat barang saat berjalan karena tempatnya sempit Tersandung Lebih berhati-hati dan 2 Barangmelihat sekeliling tempat barang saat berjalan karena tempatnya sempit Terpleset Karena semua kegiatan 1 dilaksanakan di satu ruangan, jadi tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kecelakaan seperti terpleset akibat adanya lantai yang licin terkena minyak goring, air, atau adonan tepung yang berceceran. Maka dari itu untuk menghindari kejadian tersebut, jika terjadi minyak tumpah air, tepung dan lain sebagainya. Haruslah langsung di bersihkan dan memakai sepatu karet 2 2 sedang 4 4 Besar 2 2 sedang 3 agat tidak mudah terpleset. Menggeprek Menggeprek Kegiatan menumbuk tangan ayam goring dengan sambal yang jika sedang tidak fokus bisa terjadi menumbuk tangan sendiri, pengendaliannya harus selalu memperhatikan apa yang ditumbuk, fokus dan enjoy. Mata Saat sedang menumbuk terkena jangan sampai kamu sambal memegang, menggaruk, atau tidak sengaja menyipratkan sambal kemata. Untuk menghindari, gunakanlah kacamata, untuk melindungi mata dan memakai sarung tangan agar tangan terjaga dan bersih. Memotong Terkena erhati-hati dan fokus pada Ayam pisau saat memotong-motong ayam Tangan Gunakanlah teknik Pegal memotong ayam yang baik dan benar,serta ketahui sela-sela untuk memotong bagian ayam yang mudah dipotong. Punggung Atur posisi duduk atau Sakit bediri dengan baik agar badan terasa nyaman dan aman saat memotong ayam Mencuci Konsleting Karena tempat mencuci Perabotan listrik perabotan dekat dengan stop kontak, pada saat mencuci harus lebih berhati-hati agar tidak terjadi konsleting atau 2 3 3 Sedang 2 3 3 sedang 2 2 2 rendah 2 4 5 tinggi 4 4 5 extreme 1 2 2 rendah kesetrum. Untuk pengendaliannya bisa dengan membeli penutup stopkontak atau memindahkan tempat mencuci perabotan ke yang agak jauh dari stop kontak. Keterangan : Pada kolom consequence/keparahan 1. Insignificant/Tidak signifikan = 1 2. Minor/kecil =2 3. Moderate/sedang = 3 4. Major/besar = 4 5. Catastrophic/ekstreme = 5 Pada kolom frequency/frekuensi 1. Rare/Jarang = 1 2. Unlikely/kemungknan kecil =2 3. Possible/kemungknan sedang = 3 4. Likely/kemungkinan besar = 4 5. Almost certain/hamper pasti = 5 Pada kolom kategori Berikut penjelasan kategori yang menjadi indikator hasil penilian risiko berdasarkan risk rating : Extreme/Merah (E) : Sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya Besar/Jingga (H) : Berisiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen puncak Sedang/Kuning (M): Risiko sedang, tanggung jawab manajemen harus spesifik Rendah/Hijau (L): Risiko rendah, ditangani dengan prosedur rutin Bab IV Penutup 4.1 Kesimpulan Identifikasi bahaya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui potensipotensi bahaya yang akan terjadi di tempat kerja baik itu formal maupun informal. Banyaknya industry informal yang dibuka oleh pengusaha menjadikan resiko kecelakaan kerja menjadi tinggi karena tidak adanya pengawasan yang memadai di sector informal tersebut, sehingga butuh perhatian lebih dari pemerintah untuk mengurangi tingkat kecelakaan pada sector informal. Berdasarkan observasi yang dilakukan tingkst kecelakaan di tempat penjualan ayam geprek masih terbilangsedang karena resiko bahaya masih bisa dikendalikan dengan baik. Karena terdampak covid-19 pemilik usaha melakukan penjualan dengan sendiri tanpa mempertimbangkan resiko hazard yang akan terjadi. 4.2 Saran Masih sedikitnya informasi terkait identifikasi bahaya pada sector informal khususnya di tempat ayam geprek membuat penulis kesusahan dalam mencari referensi, penulis sangat menyarankan untuk para peneliti maupun pembaca yang mau melanjutkan penelitian atau observasi di tempat informal yang memang sering dikesampingkan karena resiko bahaya yang terbilang sedikit. Bab V Daftar Pustaka Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Pespektif K3. Jakarta: PT Dian Rakyat. Suma'mur. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV Sagung Seto. Tarwaka. (2012). Dasar-Dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja). Surakarta: Harapan Press. Winarsunu, T. (2008). Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press. Esa Unggul https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-1066616.%20BAB%20I.Image.Marked.pdf diakses pada tanggal Jumat 27 November 2020 Christyono, B. GAMBARAN POTENSI BAHAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BENGKEL REPARASI ELEKTRONIK diakses pada laman web https://lib.unnes.ac.id/35754/1/6411414125_Optimized.pdf November 2020. pada tanggal 27 Berdikari Entrepreneurship. MENGIDENTIFIKASI BAHAYA (HAZARD IDENTIFICATION) diakses pada laman http://vatsunk.blogspot.com/2016/03/mengidentifikasi-bahaya-hazard.html tanggal 28 November 2020.