Uploaded by User74156

Pedoman pendidikan kebencanaan di satuan PAUD

advertisement
PEDOMAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI KESATUAN PAUD
DIREKTORAT PEMBINAAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Pedoman
Pendidikan Kebencanaan
Di Satuan PAUD
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
_
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kompleks Perkantoran Kemdikbud
Gedung E, Lantai 7
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan
Jakarta Pusat - 10270
Telepon. (021) 5703151
laman: www.paud.kemdikbud.go.id
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Tahun 2019
Pedoman
Pendidikan Kebencanaan
Di Satuan PAUD
DIREKTORAT PEMBINAAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
_
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kompleks Perkantoran Kemdikbud
Gedung E, Lantai 7
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan
Jakarta Pusat - 10270
Telepon. (021) 5703151
laman: www.paud.kemdikbud.go.id
Cetakan 1
PEDOMAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN
DI SATUAN PAUD
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pengarah :
Ir. Harris Iskandar, Ph.D
Penanggung Jawab :
Dr. Muhammad Hasbi
Penyunting :
Dra. Kurniati Restuningsih, M.Pd
Dra. Lestari K. Wardhani, M.Hum
Dra. Mareta Wahyuni, M.Pd
Tim Penulis :
Dr. Muhammad Hasbi
Dr. Irma Yuliantina
Nurfadilah, M. Psi., Psikolog
Ali Nugraha, M.Pd
Penelaah :
Budi Susilorini, MBA
Azizah Muis, M.Pd
Dr Kartini, S.Ag, M.Pd.
Aminingrum, MA
Drs. Iyan Kusmadiana, MPS.Sp
Penata Letak :
Dominggo Subandrio, S.Sn
Ilustrasi :
Ratih Mahardika, M.Ds
Ilham Tri Rahman
Sekretariat :
Elis Widiyawati, S.Psi
KATA
SAMBUTAN
_
Indonesia termasuk negara yang rawan bencana karena
berada di Cincin Api Pasifik yang mengakibatkan
seringnya terjadi bencana alam, seperti : gempa bumi,
gunung meletus, banjir, tanah longsor dan tsunami.
Oleh karena itu dalam memberikan perlindungan
dan keselamatan kepada peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan dari risiko bencana, satuan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) perlu meningkatkan
kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.
Anak usia dini sebagai salah satu pihak yang
rentan terhadap dampak bencana perlu diberikan
Ir. Harris Iskandar, Ph.D.
Pendidikan Kebencanaan oleh pendidik, sebagai
salah satu penanggulangan bencana dan jaminan
keberlangsungan proses pendidikan selama pasca
bencana sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2007
tentang penanggulangan bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana
merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
dilaksanakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
Program satuan pendidikan aman bencana di satuan pendidikan, termasuk satuan
PAUD, telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
33 Tahun 2019. Penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di satuan PAUD yang
dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD merupakan bentuk nyata dari
diversifikasi Kurikulum 2013.
Dengan demikian, saya menyambut baik disusunnya Pedoman Pendidikan
Kebencanaan di Satuan PAUD. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi sebuah
langkah nyata dalam menyiapkan anak menjadi lebih tangguh di dalam menghadapi
kemungkinan terjadinya bencana di masa mendatang.
Jakarta, November 2019
Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas,
Ir. Harris Iskandar, Ph.D
NIP. 196204291986011001
i
_
Kata
Sambutan
KATA
PENGANTAR
_
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya menyusun norma,
standar, prosedur dan kriteria di bidang pendidikan
anak usia dini terus berupaya meningkatkan kualitas
penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini di
seluruh Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan menyiapkan pedoman pendidikan
kebencanaan sebagai panduan bagi satuan PAUD dalam
meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana
yang kerap terjadi di Indonesia.
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
Dr. Muhammad Hasbi
ini berisikan apa, mengapa dan bagaimana cara
mengintegrasikan muatan pendidikan kebencanaan
dalam kurikulum tingkat satuan yang disusun oleh
satuan PAUD. Upaya ini merupakan tindakan penting dan mendasar yang bukan hanya
sebagai tindakan pengembangan atau pengayaan kurikulum, tetapi juga merupakan
tindakan preventif bagi kehidupan setiap anak dalam menghadapi peristiwa tersebut
di masa yang akan datang, sehingga ketika dihadapkan pada kejadian nyata setiap
anak telah memiliki kesiapan yang memadai dalam menghadapinya.
Pedoman ini disajikan secara menarik dan aplikatif agar dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh tenaga pendidik dan kependidikan serta semua pihak yang
memerlukan informasi tentang bencana, penanggulangan dan antisipasinya.
Akhirnya, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan saran dan
masukan sehingga pedoman ini dapat diterbitkan. Pedoman ini sangat terbuka untuk
perbaikan bagi penyempurnaan di masa mendatang, untuk itu kami mengundang
pembaca memberikan masukan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-NYA serta menghindarkan kita dari bencana.
Jakarta, November 2019
Direktur Pembinaan PAUD,
Dr. Muhammad Hasbi
NIP. 19736231993031001
ii
_
Kata
Pengantar
DAFTAR
ISI
_
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Daftar Isi
i
ii
iii - iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
C. Tujuan Pedoman
D. Pengguna Pedoman
E. Hasil Yang Diharapkan
1
3-4
5
6
7
8
BAB 2
KONSEP PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI SATUAN PAUD
A. Pengertian Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD
B. Kedudukan Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD
C. Tujuan Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD
D. Sasaran Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD
E. Prinsip Penerapan Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD
F. Ruang Lingkup Pengembangan Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD
9
11- 14
15
16 - 17
18 - 19
20 - 23
24 - 26
BAB 3
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI SATUAN PAUD
A. Mekanisme Penyelenggara Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi
B. Prasyarat Satuan PAUD Penyelenggara Pendidikan Kebencanaan
a. Kriteria Umum
b. Kriteria Khusus
iii
_
Daftar
Isi
27
29
30
30 - 32
32
33
33
33
C. Muatan Pendidikan
a. Muatan Materi Pendidikan Kebencanaan Untuk Wawasan
Pendidik Pengelola dan Penyelenggara Pendidikan Kebencanaan
b. Muatan Materi Pendidikan Kebencanaan Untuk Anak usia Dini
D. Strategi Pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
a. Pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan Dalam KTSP
b. Pengitegrasian Pendidikan Kebencanaan Ke Dalam Perencanaan
Pembelajaran (RPP)
c. Pengitegrasian Pendidikan Kebencanaan Ke Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran (Metode/Kegiatan Main Anak)
d. Penggunaan Media dan Sumber Belajar Pendidikan Kebencanaan
(Permainan Pengenalan Pendidikan Kebencanaan)
e. Pelaksanaan Penilaian Perkembangan Anak Dalam Pendidikan
Kebencanaan di Satuan PAUD
34
34 - 44
44 - 55
56
56 - 57
58 - 61
62 - 84
84 - 108
109 - 114
BAB 4
PERAN PTK DAN MITRA DALAM PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI
SATUAN PAUD
A. Peran PTK Dalam Pendidikan PRB di PAUD
B. Kemitraan Dalam Pendidikan Kebencanaan di PAUD
BAB 5
MONITORING DAN EVALUASI
A. Pengertian Monitoring & Evaluasi
B. Tujuan Monitoring & Evaluasi
C. Ruang Lingkup Monitoring & Evaluasi
D. Indikator Keberhasilan Monitoring & Evaluasi
E. Mekanisme Pelaksanaan Monitoring & Evaluasi
F. Pelaporan Hasil Monitoring & Evaluasi
115
117 - 119
119 - 124
125
127
127
128
131
132 - 133
134
BAB 6
PENUTUP
135
DAFTAR PUSTAKA
137
iv
_
Daftar
Isi
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
BAB 1
PENDAHUL
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
UAN
#
BAB_
1
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
A. LATAR BELAKANG
H. 3 _
Pendahuluan
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2017) dalam 15 tahun
terakhir (2002 - 2016), jumlah kejadian bencana di Indonesia meningkat
hampir 20 kali lipat. Jenis bencana bisa dikelompokkan menjadi dua,
yaitu hidrometeorologis (banjir, tanah longsor, gelombang pasang/abrasi,
kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan angin puting beliung) dan
geologis (gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api).
Lebih dari 90% kejadian bencana di Indonesia diakibatkan oleh banjir dan
tanah longsor, di mana lebih dari 28 juta orang terkena dampak antara 20022016. Namun, berdasarkan jumlah korban jiwa, bencana terkait geologi
adalah jenis bencana yang paling mematikan, di mana lebih dari 90% korban
meninggal dunia dan hilang akibat bencana disebabkan oleh gempa bumi
dan tsunami.
Pada 15 tahun terakhir, terdapat 46.648 sekolah yang terdampak, sedangkan
untuk PAUD masih belum ada data yang akurat. Data ini hanya dihimpun
berdasarkan skala bencana menengah dan besar yang memberikan dampak
signifikan pada sektor pendidikan Indonesia.
Semua orang mempunyai risiko terhadap potensi bencana, sehingga
penanganan bencana merupakan urusan semua pihak. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan berbagi peran dan tanggung jawab dalam peningkatan
kesiapsiagaan di semua tingkatan, baik anak, remaja, dan dewasa,
seperti yang telah dilakukan di Jepang, untuk menumbuhkan kesadaran
kesiapsiagaan bencana.
Bencana alam merupakan kejadian yang menimbulkan pengalaman traumatik
bagi setiap manusia namun mempengaruhi setiap orang dengan cara yang
berbeda. Meskipun demikian, terdapat reaksi emosi dan prilaku yang khas
pada beberapa kelompok usia tertentu, misalnya pada anak usia dini. Anak
usia dini lebih mengalami kesulitan dalam menghadapi peristiwa traumatik
karena memiliki keterbatasan dalam hal pengalaman hidup, keterampilan
Pendahuluan
dalam penyelesaian masalah, kemampuan untuk mengekspresikan perasaan
maupun kebutuhannya sehingga kehadiran orang dewasa.
H. 4 _
Dengan banyaknya potensi bencana yang terjadi di Indonesia, maka menjadi
penting pendidikan kebencanaan ini dilakukan sejak dini, dan hal ini bisa kita
lakukan dengan mendidik para guru PAUD tentang pendidikan kebencanaan
yang nantinya dapat disampaikan pada anak melalui kegiatan main sesuai
prinsip pembelajaran di PAUD. Upaya pemberian pendidikan kebencanaan
sejak dini merupakan tindakan penting dan mendasar yang bukan hanya
sebagai tindakan pengembangan atau pengayaan kurikulum semata, tetapi
juga merupakan tindakan preventif bagi kehidupan setiap anak dalam
menghadapi fenomena tersebut di masa yang akan datang, sehingga ketika
dihadapkan pada kejadian nyata setiap anak telah memiliki kesiapan yang
optimal dalam menghadapinya.
Agar penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di PAUD sesuai arah
kebijakan dan tepat sasaran, efisien, efektif dan optimal, maka disusunlah
buku “Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD”.
#
BAB_
1
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
1
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
B. DASAR HUKUM
H. 5 _
Pendahuluan
Penyunan Buku Pedoman Pendidikan Kebencanaan untuk Satuan PAUD ini
mengacu pada landasan-landasan sebagai berikut:
Undang-undang
Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang-undang
Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang
Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan
Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2010
Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 yang telah diubah
dengan Peraturan Presiden No. 19
Tahun 2017 tentang Guru
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 13 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Peraturan Pemerintah No. 2 tahun
2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal
Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun
2014 tentang Pendirian Satuan
Pendidikan Anak Usia Dini
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor 137 Tahun
2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor 146 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 160 Tahun 2014
tentang Pemberlakuan Kurikulum
2006 dan 2013
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 11 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017
tentang Pelibatan Keluarga pada
Penyelenggaraan Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 33 Tahun
2019 tentang Penyelenggaraan
Program Satuan Pendidikan Aman
Bencana
DIPA Direktorat Pembinaan PAUD
Tahun 2019.
C. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Menjadi acuan dalam penyelenggaraan dan operasional Pendidikan
Kebencanaan yang dilaksanakan di setiap satuan PAUD, sehingga
sesuai dengan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat
Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud.
2. Tujuan Khusus
Memberikan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran melalui bermain dan
aktivitas lainnya terhadap peserta didik dalam pendidikan kebencanaan yang
di selenggarakan satuan PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai
kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat
Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud.
Memberikan acuan dalam pelaksanaan penilaian pembelajaran dan
perkembangan anak dalam pendidikan kebencanaan yang di selenggarakan
di satuan PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang
telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD
dan Dikmas, Kemdikbud.
Memberikan acuan dalam pelibatan mitra terkait yang mendukung pelaksanaan
pendidikan kebencanaan yang diselenggarakan di satuan PAUD secara tepat,
efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud.
H. 6 _
Pendahuluan
Memberikan acuan dalam penetapan arah dan tujuan dalam
penyelenggaran pendidikan kebencanaan yang dilaksanakan di satuan
PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD
dan Dikmas, Kemdikbud.
Memberikan acuan dalam penyusunan dan pengintegrasian kurikulum
pendidikan kebencanaan yang akan dikembangkan di satuan PAUD secara
tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang telah ditetapkan
oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas,
Kemdikbud.
Memberikan acuan dalam penyusunan dan pengintegrasian RPP yang
akan dilaksanakan di satuan PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal
sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD
Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud.
#
BAB_
1
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
1
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
D. PENGGUNA PEDOMAN
H. 7 _ Pendahuluan
Pedoman ini terutama diharapkan menjadi pedoman bagi pihak-pihak
sebagai berikut:
• Satuan atau lembaga PAUD yang akan dan
sedang
menyelenggarakan
Pendidikan
Kebencanaan.
• Penilik atau pengawas yang mendapat
penugasan dalam pembinaan terhadap
penyelenggaraan pendidikan di satuan atau
lembaga PAUD.
• Dinas pendidikan kabupaten/kota di seluruh
Indonesia.
• Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia
Dini, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas,
Kemdikbud.
• Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat dan daerah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
• Mitra atau pemangku kepentingan lainnya yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelenggaraan pendidikan
kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD.
Hasil
yang
diharapkan
adalah
Pendahuluan
E. HASIL YANG DIHARAPKAN
terjadi
persamaan persepsi semua pihak dalam
penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
H. 8 _
di satuan atau lembaga PAUD sesuai arah dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat
Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan
Dikmas, Kemdikbud, sehingga pelaksanaannya
tepat, efektif, efisien, optimal dan berkualitas serta
dapat dipertanggungjawabkan selaras dengan
tujuan pendidikan nasional.
#
BAB_
1
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
BAB 2
KONSEP
PENDIDIKA
KEBENCAN
DI SATUAN
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
N
AAN
PAUD
#
BAB_
2
H. 11 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Peningkatan layanan dan pembangunan pendidikan yang semakin
berkualitas dan memerlukan penyelarasan sesuai dengan situasi,
kondisi dan dinamika yang ada dan terjadi, salah satunya adalah
kurikulum. Kurikulum sebagai jantung pendidikan perlu dikembangkan
dan diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon
karakteristik dan kebutuhan anak, baik di masa kini dan masa yang
akan datang.
Pada saat ini dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Pemerintah telah menerbitkan
kurikulum nasional PAUD
yang ditetapkan berdasarkan
Permendikbud Nomor 146
Tahun 2014, yang dikenal
dengan
Kurikulum
2013
PAUD.
Kurikulum tersebut
bersifat rujukan bagi seluruh
penyelenggaraan PAUD yang tersebar di Indonesia. Dengan demikian
kurikulum tersebut masih bersifat umum, untuk dapat dilaksanakan
secara aktual, maka setiap satuan PAUD harus mengembangkannya
menjadi kurikulum operasional yang sesuai dengan kondisi dan
kekhasan atau potensi yang tersedia, baik pada tingkat satuan itu
sendiri maupun pada tingkat daerah (lokal).
A.
Pengertian Pendidikan
Kebencanaan di Satuan
PAUD
Upaya aktualisasi kurikulum dapat merujuk pada berbagai dimensi dan
kondisi yang dihadapi dan terjadi secara nyata di satuan pendidikan
maupun kondisi obyektif di mana satuan pendidikan tersebut berada
(di daerah tertentu). Salah satu kondisi nyata yang dihadapi saat
ini, serta banyak terjadi di seluruh daerah Indonesia adalah kedaan
bencana alam. Bencana tersebut akhir-akhir ini bahkan hampir merata
terjadi di seluruh wilayah Indonesia, baik bencana banjir, tsunami,
gempa bumi, longsor, akibat letusan gunung berapi, dan sebagainya.
Bahkan, pada beberapa wilayah kondisi tersebut menjadi bagian dari
kehidupan yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena
dapat berlangsung lama, tiba-tiba terjadi serta menjadi kejadian rutin,
misalnya saja bencana banjir. Kondisi tersebut, jika dilihat dengan
cermat nampaknya dari waktu ke waktu semakin sering terjadi, bahkan
area nya memiliki kecenderungan semakin meluas.
Penyelenggaraan dan pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan
di satuan atau lembaga PAUD dilakukan berdasarkan pada definisi
dan batasan yang tepat, sehingga perwujudannya terjadi dengan
efektif, efisien, berkualitas dan optimal. Mengacu kepada sistem
pendidikan nasional, kurikulum yang berlaku dan kekhasan dari
masing-masing lembaga PAUD, maka Pendidikan Kebencanaan
di lembaga PAUD diartikan sebagai serangkaian upaya dalam
penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD dengan
cara mengintegrasikan muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam
kurikulum dan pembelajaran yang sedang dan akan dilaksanakan di
satuan atau lembaga PAUD secara efektif, efisien, berkualitas, optimal
dan dapat dipertanggungjawabkan.
H. 12 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
Kondisi tersebut di atas, tentu bukan hanya berdampak pada
kehidupan masyarakat secara umum, tetapi juga berdampak
terhadap penyelenggaraan dan layanan pendidikan, termasuk pada
penyelenggaraan pendidikan di satuan atau lembaga PAUD. Bahkan
lebih jauhnya berdampak pada peserta didik (anak-anak) baik pada
saat itu, maupun pada kehidupan anak tersebut kelak ketika mereka
dewasa. Hal-hal seperti itu tentulah tidak boleh dibiarkan, diperlukan
respon, antisipasi, dan penanganan yang seksama bahkan serius, agar
dampak dan resikonya dapat dikurangi bahkan ditiadakan pada tingkat
yang minimum. Salah satu upayanya adalah dengan penanganan secara
terintegrasi melalui proses pendidikan yang sedang diikuti oleh peserta
didik atau anak-anak. Semakin dini upaya tersebut dilakukan, maka
menjadi lebih baik. Oleh karena itu, diversifikasi penyelenggaraan dan
materi kurikulum terkait kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD
menjadi sangat penting dan strategis sebagai dasar dalam mengurangi
risiko atas berbagai/beragam kejadian bencana yang dihadapi.
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
2
H. 13 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Berdasarkan pengertian Pendidikan Kebencanaan tersebut, maka dapat
ditegaskan beberapa hal kunci dan mendasar dalam pelaksanaannya,
yaitu:
1
2
Pelaksanaan Pendidikan
Kebencanaan di lembaga
PAUD tidak berdiri sendiri,
tetapi melalui proses
integrasi yang dilakukan
dengan cermat, hati-hati
dan kesungguhan (bukan
formalitas semata) mulai
dari perencanaan hingga
evaluasinya;
Substansi pengintegrasian adalah
terletak pada muatan pendidikan, jadi
arah, tujuan, lingkup perkembangan,
kompetensi, struktur kurikulum dan
landasan pengembangannya tetap
mengacu pada acuan dan kerangka
kurikulum nasional yang telah ditetapkan,
dalam hal ini tetap berlandaskan pada
kurikulum nasional PAUD sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam
Permendikbud Nomor 146/2014;
Demikianlah makna dari penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di
satuan atau lembaga PAUD. Untuk dapat mewujudkan definisi di atas
dalam konteks nyata di satuan PAUD, maka setiap penyelenggara dan
pemangku kepentingan, baik yang terkait secara langsung maupun tidak
lamngsung, perlu menyamakan persepsi dan langkah sebagaimana
4
Dalam pengembangannya,
semua upaya yang dilakukan
dapat diimplementasikan
secara efektif, efisien,
berkualitas, optimal dan dapat
dipertanggungjawabkan;
Sebagai muara dari proses dan
hasil Pendidikan Kebencanaan yang
dilakukan di satuan PAUD adalah
semata-mata dalam kerangka
mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal,
meskipun mereka berada pada situasi
kebencanaan.
konsep yang telah dirumuskan tersebut. Konsep yang telah dirumuskan
tersebut hendaklah senantiasa menjadi acuan, inspirasi bahkan
jaminan dalam mengembangkan setiap aspek yang terkait dengan
penyelenggaraan dan penerapan pendidikan kebencanaan di satuan
PAUD di mana pun berada di seluruh Indonesia.
H. 14 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
3
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
2
H. 15 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Kedudukan penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan
atau lembaga PAUD dalam implementasi kurikulum yang saat ini
sedang digunakan dan dikembangkan oleh satuan atau lembaga
PAUD, terutama dengan kerangka penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang selama ini sedang berjalan adalah sebagai
berikut:
1. Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau
lembaga PAUD dalam konteks implementasi kurikulum merupakan
bentuk nyata dari perwujudan penerapan prinsip diversifikasi
sebagaimana
yang
telah
ditetapkan dalam Pedoman
Implementasi Kurikulum 2013
yang telah diterbikan oleh
Direktorat Pembinaan PAUD,
Direktorat Jenderal PAUD
dan Dikmas, Kemdikbud.
B.
Kedudukan Pendidikan
Kebencanaan di Satuan
PAUD
2. Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau
lembaga PAUD dalam konteks implementasi kurikulum merupakan
upaya menyelaraskan dan penguatan layanan pendidikan di
setiap satuan atau lembaga PAUD agar lebih sesuai dengan
karakteristik, kebutuhan, kondisi, daya dukung, dinamika bahkan
kekhasan dari setiap anak dan daerah di mana satuan atau
lembaga PAUD itu berada, sehingga layanan menjadi lebih efektif,
efisien, berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga
PAUD ditempatkan sebagai salah satu upaya nyata dalam mendukung
peningkatan
dan penguatan capaian perkembangan anak
sebagaimana yang telah dituangkan dalam Permendikbud Nomor
137/2014 tentang Standar Nasional PAUD dan dalam peningkatan
dan penguatan capaian kompentensi/kemampuan setiap anak
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor
146/2014, tentang Kurikulum PAUD.
Demikianlah kedudukan penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di
satuan atau lembaga PAUD ditempatkan, sehingga posisi pengintegrasian
Pendidikan Kebencanaan sesungguhnya merupakan upaya strategis
dan menjadi bagian penting dalam praktik dan kebijakan pendidikan
pada jenjang satuan PAUD di Indonesia.
Tujuan
Pendidikan
Kebencanaan di satuan
PAUD
secara
umum
adalah sama dengan
tujuan dari Kurikulum
2013 Pendidikan Anak
Usia Dini, yaitu bertujuan
untuk mendorong berkembangnya potensi anak agar memiliki
kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya dan kehidupan
lebih luas secara lebih optimal. Kesiapan menempuh pendidikan
selanjutnya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan
untuk menunjang keberhasilan anak dalam mengikuti pendidikan pada
jenjang lebih tinggi, sedang kesiapan dalam menghadapi kehidupan
yang lebih luas agar kelak setiap anak dapat menjalani kehidupan lebih
baik ketika dewasa kelak. Kemampuan yang dimaksud, baik terkait
sikap, pengetahuan, maupun keterampilannya pada berbagai lingkup
perkembangan.
H. 16 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
C.
Tujuan Pendidikan
Kebencanaan di Satuan
PAUD
Sedangkan secara lebih khusus tujuan dari penyelenggaraan Pendidikan
Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD dapat dilihat dari 5 (lima)
dimensi, yaitu:
1. Dari sudut anak sebagai peserta didik. Bertujuan untuk peningkatan
dan penguatan capaian perkembangan anak sebagaimana yang
telah dituangkan dalam Permendikbud Nomor 137/2014 tentang
Standar Nasional PAUD dan dalam peningakatan dan penguatan
capaian kompetensi/kemampuan setiap anak sebagaimana yang
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
2
H. 17 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 146/2014 tentang
Kurikulum PAUD.
2. Dari sudut satuan atau lembaga sebagai pelaksana. Bertujuan
untuk menyelaraskan dan memberikan penguatan layanan
pendidikan di setiap satuan atau lembaga PAUD agar lebih sesuai
dengan karakteristik, kebutuhan, kondisi, daya dukung, dinamika
bahkan kekhasan dari setiap anak dan daerah di mana satuan atau
lembaga PAUD itu berada sehingga layanan menjadi lebih efektif,
efisien, berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dari sudut sumber daya manusia di satuan (penyelenggara,
pengelola dan pendidik). Bertujuan untuk penguatan komitmen
dan kompetensi (profesional, pedagogik, kepribadian, dan
sosial) dalam menfasilitasi, menstimulasi dan berinteraksi
dengan peserta didik dalam mecapai perkembangan dan
kemampuan anak dapat menjadi lebih efektif, efisien,
berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan.
4. Dari sudut pembinaan. Bertujuan untuk lebih meningkatkan
keselarasan upaya pembinaan, baik secara internal maupun
eksternal, sehingga proses pendidikan yang dijalankan oleh
satuan atau lembaga PAUD di seluruh Indonesia menjadi
lebih terarah, fokus, dan tepat sasaran dalam mewujudkan
seluruh capaian perkembangan anak sebagaimana yang telah
ditungkan dalam Permendikbud Nomor 137/2014 tentang
Standar Nasional PAUD dan capaian seluruh kompentensi/
kemampuan setiap anak sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam Permendikbud Nomor 146/2014 tentang Kurikulum PAUD.
5. Dari sudut pemerintah daerah dan mitra. Bertujuan untuk lebih
memudahkan pemerintah daerah dan mitra dalam memberikan
beragam dukungan dan fasilitasi sesuai dengan kondisi dan
kebijakan yang ada di daerahnya, sehingga proses layanan di setiap
satuan PAUD terlaksana atau berjalan secara lebih efektif, efisien,
berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan.
H. 18 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
D.
Sasaran Pendidikan Kebencanaan
di Satuan PAUD
Mengacu kepada hakekat layanan PAUD, maka sasaran dalam
penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di lembaga PAUD adalah:
1. Sasaran Utama
Peserta didik, yaitu anak-anak usia dini yang sedang
mengikuti proses pendidikan di lembaga PAUD di seluruh
Indonesia dengan tujuan untuk mendorong optimalisasi
perkembangan anak sehingga anak agar memiliki kesiapan
untuk menempuh pendidikan selanjutnya. Kesiapan yang
dimaksud mencakup sikap (afektif), pengetahuan (kognitif),
maupun keterampilannya (psikomotor) berbagai lingkup
perkembangan sebagaimana yang telah ditetapkan.
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Foto: Dokumentasi Kemdikbud
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
H. 19 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
2. Sasaran Pengembangan
Adapun sasaran pengembangan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD, yaitu:
a. Satuan atau lembaga PAUD, sebagai pelaksana atau penyedia layanan
pendidikan terhadap anak usia dini. Satuan atau lembaga PAUD menjadi
sasaran pengembangan Pendidikan Kebencanaan, karena merupakan pintu
masuk utama dalam pengintegrasian kurikulum dan pembelajaran dalam
penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di setiap satuan atau lembaga
PAUD.
b. Pendidik dan pengelola satuan atau lembaga PAUD, sebagai sumber daya
utama dan pertama yang akan menjadi ujung tombak dalam penerapan dan
pengintegrasian kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Kebencanaan di
setiap satuan atau lembaga PAUD.
c. Penyelenggara satuan atau lembaga PAUD, baik yang dipegang oleh
masyarakat, komunitas, badan maupun pemerintah, sebagai pemilik kebijakan
pada tingkat operasional untuk menerapkan dan mengintegrasikan kurikulum
dan pembelajaran pendidikan kebencanaan di setiap satuan atau lembaga
PAUD.
d. Para pembina/pengawas, baik pada lingkup internal maupun eksternal,
sebagai pengendali dan penjamin mutu operasional dalam penerapan dan
pengintegrasian kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Kebencanaan di
lembaga PAUD.
e. Pemerintah daerah, yaitu pemerintah pada tingkat kabupaten/kota (Dinas
Pendikan yang membidangi), sebagai pemilik kewenangan mutlak dalam
keseluruhan kebijakan penyelenggaran pendidikan kebencanaan di daerahnya.
f. Pemangku kepentingan lain dan mitra, sebagai pemberi dukungan potensial
dalam penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di satuan atau lembaga
PAUD, seperti: UPT Pusat, LSM relevan, dll.
Foto: Dokumentasi Kemdikbud
E.
Prinsip Penerapan Pendidikan
Kebencanaan di Satuan PAUD
Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD merupakan
upaya menyelaraskan dan memperkuat layanan pendidikan di setiap
satuan atau lembaga PAUD agar lebih sesuai dengan karakteristik,
H. 20 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
kebutuhan, kondisi, daya dukung, dinamika bahkan kekhasan dari
setiap anak dan daerah di mana lembaga PAUD itu berada sehingga
layanan menjadi lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena prinsip-prinsip dalam penerapan
dan penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di satuan atau lembaga
PAUD harus selaras dengan prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum sebagai mana yang telah ditetapakan dalam
Permendikbud Nomor 146/2014, tentang Kurikulum PAUD dan telah
dijabarkan dalam pedoman pengembangannya.
Berikut prinsip-prinsip yang hendaknya diikuti dalam pengembangan
kurikulum Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD,
yaitu :
1.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip
Berpusat pada anak dengan mempertimbangkan potensi, bakat,
minat, perkembangan, dan kebutuhan anak, termasuk kebutuhan
khusus.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dalam pengembangannya
menempatkan anak sebagai pusat tujuan. Kurikulum Pendidikan
Kebencanaan yang disusun hendaklah memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tingkat usia anak
selaras dengan potensi, minat dan karakteristik termasuk kebutuhan
khusus anak sebagai kekhasan perkembangan individu anak (individual
appropriateness).
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan juga hendaklah bersifat inklusif
dengan mengakomodir kebutuhan dan perbedaan anak, baik dari aspek
jenis kelamin, sosial, budaya, agama, fisik, maupun psikis, sehingga
semua anak terfasilitasi sesuai dengan potensi masing-masing tanpa
ada diskriminasi aspek apa pun.
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
2
H. 21 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
2.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip
Kontekstual.
Kurikulum pendidikan kebencanaan hendaklah disusun atau dibuat
dengan mempertimbangkan karakter daerah, kondisi satuan PAUD,
dan kebutuhan anak. Jadi Pendidikan Kebencanaan merupakan
realisasi nyata dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di
setiap lembaga PAUD sesuai visi, misi dan tujuan dari lembaga PAUD
yang bersangkutan.
3.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan
Prinsip Mencakup pada semua dimensi kompetensi dan program
pengembangan.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan di PAUD sesungguhnya untuk
mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang mencakup semua program pengembangan nilai agama dan
moral, fisik-motorik (motorik kasar, motorik halus, kesehatan dan
perilaku keselamatan), kognitif (belajar dan pemecahan masalah,
berfikir logis, berfikir simbolik), bahasa (memahami bahasa reseptif,
mengekspresikan bahasa, keaksaraan), sosial-emosional (kesadaran
diri, rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, perilaku prososial),
dan seni (kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri,
berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni
lainnya).
4.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip
Menempatkan Program pengembangan sebagai dasar pembentukan
kepribadian anak.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dirancang untuk membangun
sikap spiritual dan sosial bukan menjawab tes-tes, ujian, kuis, atau
pengetahuan jangka pendek lainnya. Sikap spiritual dan sosial yang
dimaksud adalah perilaku yang mencerminkan sikap beragama, hidup
sehat, rasa ingin tahu, sikap estetis, bersikap kreatif, percaya diri,
sabar, mandiri, peduli, menghargai dan toleran, mampu bekerja sama,
5.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip
Memperhatikan tingkat perkembangan anak.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan disusun dengan memperhatikan
kesinambungan secara vertikal (antara tujuan pendidikan nasional,
tujuan lembaga, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran) dan
kesinambungan horizontal (antara tahap perkembangan anak: usia
lahir – 2 tahun, usia 2- 4 tahun dan usia 4-6 tahun merupakan rangkaian
yang saling berkesinambungan).
6.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip
Mempertimbangkan cara anak belajar.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan
mengakomodir pelaksanaan pembelajaran yang memungkinkan anak
membentuk pengalamannya dengan cara belajar anak. Anak belajar
mulai dari dirinya kemudian ke luar dirinya, dari konkrit ke abstrak,
sederhana ke komplek, mudah ke sulit yang dilakukan dengan cara
melakukannya sendiri.
7.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip
Holistik – integratif.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan memiliki kekuatan untuk
mengembangkan semua aspek perkembangan secara seimbang melalui
layanan pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan, kesejahteraan,
maupun layanan perlindungan anak.
Layanan pedagogis berfokus pada stimulasi perkembangan anak
terutama pada stimulasi perkembangan mental-intelektual dan sosialemosional. Layanan kesehatan dan gizi terutama ditujukan untuk
membantu pertumbuhan anak. Layanan perlindungan ditujukan untuk
H. 22 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
mampu menyesuaikan diri, jujur, tanggung jawab, rendah hati dan
santun dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang dewasa
lainnya di lingkungan rumah, tempat bermain dan satuan PAUD.
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
memberi dukungan kondisi dan lingkungan yang nyaman dan aman,
yaitu bebas dari kecemasan, tekanan dan rasa takut.
Untuk melaksanakan layanan Holistik- Integratif tersebut, Satuan PAUD
harus bekerjasama antara lain dengan Puskesmas, Posyandu, Bina
Keluarga Balita (BKB), dan Komisi Pelayanan dan Perlindungan Anak
Indonesia (KPPAI).
H. 23 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
8.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip
Belajar melalui bermain.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan disusun untuk membuka
kesempatan belajar anak untuk membangun pengalamannya. Dalam
membangun pengalamannya terjadi proses keterampilan, nilai-nilai,
dan karakter di bawah bimbingan pendidik.
Proses membangun pengalaman bersifat aktif. Anak terlibat langsung
dalam kegiatan bermain yang menyenangkan. Selama bermain anak
menggunakan ide-ide baru mereka, belajar mengambil keputusan, dan
memecahkan masalah sederhana.
9.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip
Memberi pengalaman belajar Terbaik.
Penyusunan kurikulum Pendidikan Kebencanaan diharapkan
memberikan pengalaman belajar anak dengan berbagai konsep
keilmuan, teknologi, dan seni secara dinamis untuk diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran, sesuai dengan tahapan perkembangan anak,
nilai moral, karakter yang ingin dibangun, dan budaya Indonesia.
10.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip
Memperhatikan dan melestarikan karakteristik sosial budaya yang
ada.
Kurikulum Pendidikan Kebencanaan
dalam pengembangannya
mempertimbangkan lingkungan fisik dan budaya ke dalam proses
pembelajaran untuk membangun kesesuaian antara pengalaman
yang sudah dimiliki anak dengan pengalaman baru untuk membentuk
konsep baru tentang lingkungan dan norma-norma komunitas di
dalamnya. Lingkungan sosial dan budaya berperan tidak sebagai obyek
dalam kurikulum tetapi sebagai sumber pembelajaran bagi anak usia
dini.
H. 24 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
F.
Ruang Lingkup Pengembangan
Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
Pengembangan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga
PAUD secara umum adalah terkait dengan mengintegrasikan muatan
Pendidikan Kebencanaan ke dalam kurikulum dan pembelajaran yang
sedang dan akan dilaksanakan di satuan atau lembaga PAUD secara
efektif, efisien, berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan
dalam kerangka mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak
selaras dengan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, maka ruang lingkup pengembangan pendidikan
kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD, meliputi:
1. Pengintegrasian
Muatan
Pendidikan
Kebencanaan
ke
dalam KTSP atau kurikulum yang dimiliki oleh satuan PAUD.
2. Pengintegrasian Muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam RPP
Pendidikan Kebencanaan, baik pada lingkup program semester,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), maupun ke
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), termasuk
pengintegrasian ke dalam Rencana Penilaian Perkembangan Anak.
3. Pengintegrasian kegiatan atau aktivitas Pendidikan Kebencanaan ke
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
dalam Strategi/Pendekatan/Kegiatan Main yang sudah ditetapkan
atau biasa dilakukan di satuan PAUD.
4. Pengintegrasian Media dan Sumber Belajar Pendidikan Kebencanaan
di PAUD (misal: poster, kartu bergambar, komik dan lain-lain) ke
dalam kegiatan belajar atau aktivitas main anak di satuan PAUD.
H. 25 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
5. Pengintegrasian
cara
penilaian
perkembangan
dalam
pendidikan Kebencanaan ke dalam praktek penilaian yang
ditetapkan atau biasa dilakukan pendidik di Satuan PAUD.
6. Pelibatan pemangku kepentingan dan mitra, baik yang
terkait langsung maupun tidak langsung dalam mendukung
penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD.
7. Pemantauan dan penilaian Pendidikan Kebencanaan yang
dilaksanakan di satuan PAUD melalui pembinaan, baik secara
internal maupun eksternal agar penyelenggaraan pendidikan
kebencanaan berjalan secara efektif, efisien, berkualitas, optimal
dan dapat dipertanggungjawabkan.
H. 26 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan
#
BAB_
2
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
BAB 3
PENYELENG
PENDIDIKA
KEBENCAN
DI SATUAN Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
G GARAAN
N
AAN
PAUD
#
BAB_
3
H. 29 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
A.
Mekanisme/Tahapan Penyelenggaraan
Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
Agar proses dan hasil penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di setiap
satuan atau lembaga PAUD dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan
optimal, maka upaya mewujudkannya hendaklah mengikuti langkah
atau alur yang dianjurkan dalam pedoman ini. Langkah-langkah dalam
pengembangan penyenggaraan Pendidikan kebencananaan di setiap satuan
PAUD sesungguhnya cukup sederhana dan memungkinkan dapat diikuti oleh
satuan PAUD manapun yang tersebar di seluruh Indonesia.
Mekanisme dari langkah-langkah yang dimaksudkan di atas digambarkan
sebagai berikut:
PERSIAPAN
INTEGRASI
1. Penetapan Satuan
PAUD Sasaran
2. Koordinasi Internal
dan Eksternal
3. Peningkatan
Kapasitas
(Pembekalan diri
atau Bimbingan
Teknis)
PELAKSANAAN
INTEGRASI
MONITORING
& EVALUASI
1. Peninjauan Kurikulum
yang ada
2. Inventarisasi sumber
daya Penunjang
3. Proses pengintegrasian
4. Penerapan secara
bertahap
5. Penilaian proses dan
hasil
1. Standar/kriteria
keberhasilan
2. Kegiatan Monev
3. Simpulan &
Rekomendasi
Umpan Balik
Ilustrasi dari gambar mekanisme di samping dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Tahap Persiapan
Pada tahap persipan terdapat tiga kegiatan utama sebagai langkah awal
jika ingin mengembangkan Pendidikan Kebencanaan di suatu satuan atau
lembaga PAUD, yaitu:
1. Penetapan satuan sasaran PAUD
Satuan PAUD berkeinginan untuk mengembangkan Pendidikan Kebencanaan,
baik secara mandiri maupun atas dorongan, anjuran, bahkan penunjukkan
dari dinas Pendidikan setempat.
H. 30 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
2. Koordinasi Internal & Ekternal
Melakukan koordinasi baik secara internal maupun eksternal. Koordinasi
internal yang dilakukan mencakup koordinasi antar seluruh SDM, baik
pendidik, pengelola, penyelenggara, maupun staf yang ada di satuan PAUD.
Sedangkan koordinasi eksternal, dilakukan dengan pihak-pihak di luar satuan
PAUD, seperti dengan dinas Pendidikan, penilik/pengawas, narasumber luar,
orang tua, mitra, dan jejaring / komunitas yang dianggap dapat memberikan
dukungan dalam pengembangan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD.
3. Peningkatan kapasitas (Pembekalan diri atau Bimbingan Teknis)
Pada tahap ini, adalah seluruh SDM yang ada di satuan PAUD melakukan
peningkatan mutu diri, baik secara mandiri maupun dengan mengikutsertakan
SDM yang ada di satuan diberbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
kompetensi dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan
PAUD, misalkan: mengikuti Bimtek Pendidikan Kebencanaan, mengikuti
program sosialisasi Pendidikan Kebencanaan, dan sebagainya. Peningkatan
kapasitas, di antaranya adalah penguatan wawasan terkait dengan
pengetahuan Kebencanaan yang lebih utuh agar dapat membimbing peserta
didik lebih baik. Dalam buku pedoman ini, sebagai bahan dasar disediakan
pula bahan tersebut pada Bab III bagian C. Pelajarilah dengan cermat, agar
siapa pun yang terlibat akan mampu memberikan muatan materi Pendidikan
Kebencanaan kepada anak menjadi lebih baik.
b.
Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini terdapat lima tahapan penting, yaitu: 1) tahap peninjauan
kurikulum yang digunakan; 2) tahap inventarisasi sumber daya penunjang, 3)
tahap proses pengintegrasian, 4) tahap penerapan secara bertahap, serta 5)
tahap penilaian proses dan hasil. Kelima tahapan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 31 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
1. Tahap Peninjauan Kurikulum yang digunakan. Meninjau kembali
kurikulum yang ada atau dimiliki atau dijalankan di satuan PAUD secara
utuh dan cermat sebelum mengembangkan kurikulum Pendidikan
Kebencanaan, terutama kurikulum messo (KTSP) dan kurikulum micro
nya, yaitu program semester, RPPM dan RPPH serta rencana penilaiannya.
Hal tersebut penting, karena keduanya merupakan bagian utama yang
akan diintegrasikan dengan muatan materi Pendidikan Kebencanaan.
2. Tahap Inventarisasi Sumber Daya Penunjang. Inventarisasi berbagai
sumber daya penunjang yang dianggap potensial dalam mewujudkan
keberhasilan proses maupun produk Pendidikan Kebencanaan di satuan
PAUD. Yang dapat inventarisasi antara lain: SDM dan kompetensinya, mitra
dan kemampuan dukungannya, sarpras & lingkungan, dan sebagainya.
3. Tahap Proses Pengintegrasian. Tahap ini merupakan tahap
penentuan apakah hasilnya berkualitas atau sebaliknya. Proses
pengintegrasian muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam
kurikulum, baik terhadap KTSP, RPP maupun rencana penilaian
dilakukan secara teliti, bertahap, terukur dan berkesinambungan.
4. Tahap Penerapan Secara Bertahap. Jika muatan materi Pendidikan
Kebencanaan telah melekat ke dalam kurikulum satuan maupun semua
RPP, maka yang harus diperhatikan selanjutnya adalah bagaimana
penerapannya atau menyampaikannya kepada anak. Penerapan
pembelajaran bermuatan Pendidikan Kebencanaan tidak berdiri sendiri,
namun dapat diintegrasikan dengan muatan kurikulum lainnya. Ada pun
urutan penerapannya adalah sebagai berikut:
a. Penerapan muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam metode/
kegiatan main yang diikuti oleh anak.
b. Penerapan Pendidikan Kebencanaan dengan pemberdayaan
media, sumber belajar, lingkungan dan sumber daya potensial
lainnya yang mendukung Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD
c. Penerapan Pendidikan Kebencanaan dengan pelibatan mitra, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan
Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD.
5. Tahap Penilaian Proses dan Hasil. Tahap ini tidak terpisahkan dari
tahapan sebelumnya. Sasaran utama pada tahap ini adalah melaksanakan
penilaian perkembangan dan pembelajaran dalam Pendidikan
Kebencanaan di satuan PAUD.
Tahap Pemantauan & Evaluasi (Monev)
Pada tahapan ini hal-hal yang terkait dan perlu dipastikan adalah:
a. Sudah memiliki atau menyusun standar/kriteria keberhasilan
Pendidikan Kebencanaan sebagai pijakan untuk mengukur
keberhasilan dari Pendidikan Kebencanaan yang diselenggarakan
di satuan PAUD.
b. Pelaksanaan pemantauan & penilaian Pendidikan Kebencanaan
dilakukan dengan utuh, menyeluruh, lengkap, dan cermat.
c. Penarikan simpulan-simpulan sebagai landasan untuk mengajukan
rekomendasi agar dari waktu ke waktu penerapan Pendidikan
Kebencanaan di satuan PAUD tersebut semakin berkualitas dan
tepat sasaran.
H. 32 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
c.
Tahapan lain, meskipun tidak masuk sebagai tahapan utama yaitu kegiatan
umpan balik. Kegiatan ini juga sangat penting dilakukan, kegiatan umpan
balik dilakukan dalam rangka refleksi untuk memperbaiki pengembangan
Pendidikan Kebencaan di satuan PAUD secara terus-menerus dan
kesinambungan. Bahan refleksi salah satunya dapat menggunakan hasilhasil/temuan dari kegiatan monev. Melalui kegiatan refleksi diharapkan pada
periode tertentu diperoleh kulminasi dan menghasilkan proses serta produk
Pendidikan Kebencanaan yang dikembangkan dengan predikat terbaik,
bahkan layak dijadikan sebagai percontohan.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
B.
Prasyarat Satuan PAUD Penyelenggara
Pendidikan Kebencanaan
H. 33 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Satuan PAUD yang dapat menyelenggarakan Pendidikan Kebencanaan
bersifat terbuka dan diberikan kebebasan. Tetapi terdapat beberapa
satuan PAUD yang didorong atau dianjurkan untuk mengakomodasi dan
menerapkan Pendidikan Kebencanaan, bahkan bersifat segera. Ada pun
kriteria satuan PAUD yang dianjurkan melakukan penerapan (bahkan segara)
melaksananakan Pendidikan Kebencanaan di satuannya, antara lain:
a. Kriteria Umum
1. Berada atau berlokasi di daerah rawan bencana, minimal berlokasi di
salah satu jenis bencana, dari ragam bencana yang terjadi di Indonesia.
Misal: berada di daerah rawan banjir, dekat dengan DAS (Daerah Aliran
Sungai) yang rutin pemicu banjir, dll.
2. Berkeinginan untuk mengembangkan atau mengintegrasikan muatan
Pendidikan Kebencanaan ke dalam kurikulum yang dilaksanakan
di lembaganya. Hal ini dilakukan sepengetahuan Dinas Pendidikan,
minimal oleh penilik atau pengawas agar mendapatkan pembinaan
yang memadai dari Dinas Pendidikan setempat.
b. Kriteria Khusus
1. Pengelola dan atau pendidiknya telah mendapatkan bimbingan teknis
dan atau sosialisasi terkait pengembangan Pendidikan Kebencanaan di
satuan PAUD.
2. Telah menerapkan Kurikulum 2103 PAUD sesuai dengan Permendikbud
Nomor 146/2014, sehingga satuan PAUD tersebut memiliki pengalaman
dalam menyusun kurikulum satuan (KTSP), dan RPP secara tepat.
3. Tim penyusun kurikulum/pengembang kurikulum Pendidikan
Kebencanaan di satuan PAUD tersebut telah mempelajari dengan
baik Standar PAUD berdasarkan Permendikbud Nomor 137/2014 dan
Kurikulum 2013 PAUD berdasarkan Permendikbud Nomor 146 serta
buku-buku Pedoman atau Panduan Implementasi Kurikulum 2013
PAUD.
4. Tim bersedia melakukan pengembangan kurikulum Kebencanaan
di satuan PAUD dengan mengacu/mengikuti rambu-rambu atau
ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah digariskan dalam Buku
Pedoman Pendidikan Kebencanaan sebagaimana yang diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas,
Kemdikbud.
H. 34 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
C.
Muatan Pendidikan Kebencanaan
di Satuan PAUD
Muatan Pendidikan Kebencanaan yang dapat diintegrasikan ke dalam
kurikulum yang sedang dan akan di jalankan di satuan PAUD baik dalam
mendukung enam bidang pengembangan maupun kompetensi (kompetensi
inti dan kompetensi dasar) sesungguhnya sangat luas, namun muatan materi
Pendidikan Kebencanaan yang akan dipaparkan pada bagian ini terdiri dari
dua bagian. Pertama muatan materi Pendidikan Kebencanaan ditujukan
untuk membuka wawasan para pendidik, pengelola dan penyelenggara
satuan PAUD agar mereka mengetahui ruang lingkup Kebencanaan yang
terjadi di Indonesia dan memudahkan mereka dalam menerapkannya di
kegiatan belajar mengajar. Kedua memberikan gambaran kepada anak atau
peserta didik tentang proses Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD. Untuk
lebih jelasnya akan diuraikan satu demi satu, yaitu :
a. Muatan Materi Pendidikan Kebencanaan Untuk Memperkaya Wawasan
Pendidik, Pengelola dan Penyelenggara Pendidikan Kebencanaan
Para pendidik, pengelola dan penyelenggara dapat mengintegrasikan
muatan materi Pendidikan Kebencanaan, jika mereka menguasai dan
memiliki wawasan mulai dari konsep hingga dampak-dampaknya
dari suatu bencana. Beberapa materi yang mendasar untuk dikuasai,
antara lain: a) konsep kencana, b) karakteristik dan ancaman bencana,
c) peta bencana di Indonesia, d) cara-cara penanggulangan bencana,
e) kesiapsiagaan bencana, f) dampak dan penanganan reaksi anak
terhadap bencana. Muatan-muatan tersebut secara lebih lengkap
dipaparkan dan dijelaskan di bawah ini:
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Foto: Dokumentasi Kemdikbud
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Menurut
Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 33 tahun
1. Konsep
Bencana.
2019 tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana,
yang dimaksud dengan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi.
H. 35 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
2. Karakteristik dan Ancaman Bencana.
Pulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3 lempeng
tektonik dunia, yaitu lempeng Australasia, lempeng Pasifik, lempeng Eurasia
serta Filipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan secara geologis. Di
samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat
di Indonesia, yang terletak antara Sabang dan Merauke, mengakibatkan
Indonesia menjadi salah satu negara yang berisiko tinggi terhadap ancaman
bencana gempa bumi, tsunami, deretan erupsi gunung api (127 gunung api
aktif), dan gerakan tanah.
Selain itu, iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh lokasi dan karakteristik
geografis yang membentang antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Indonesia memiliki 3 pola iklim dasar: monsunal, khatulistiwa, dan sistem
iklim lokal yang menyebabkan perbedaan pola curah hujan yang dramatis.
Kondisi tersebut semakin kompleks lantaran tantangan dampak pemanasan
global dan pengaruh perubahan iklim, seperti kenaikan suhu temperatur dan
permukaan air laut pada wilayah Indonesia yang berada di garis khatulistiwa.
Hal ini cenderung menimbulkan tingginya potensi terjadi berbagai jenis
bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca
ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi, serta kebakaran hutan dan lahan
(karhutla).
Kondisi geografis, geologis, dan demografis Indonesia menyebabkan negeri
ini dikenal sebagai laboratorium bencana. Sesuai dengan Undang-undang
No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, jenis-jenis bencana
dapat dikelompokkan menjadi bencana alam, antara lain (1) gempa bumi,
(2) tsunami, (3) gunung meletus, (4) banjir, (5) kekeringan, (6) angin topan,
(7) tanah longsor. Sedangkan bencana non alam, seperti (8) gagal teknologi,
(9) gagal modernisasi, (10) epidemi, (11) wabah penyakit, dan bencana
sosial (12) konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat,
13) teror. Dari jenis-jenis bencana tersebut, terdapat enam bencana yang
paling mengancam daerah-daerah di Indonesia. Bencana itu, yakni gempa
bumi, kebakaran gedung, tsunami, banjir dan banjir bandang, tanah longsor,
sertaletusan gunung api. Pedoman ini akan memberikan Pendidikan
Kebencanaan yang sering terjadi di Indonesia antara lain adalah bencana
tsunami, gempa bumi, gerakan tanah longsor, gunung meletus, banjir.
2) Deskripsi dan Contoh Bencana Gempa Bumi
Gempa bumi terjadi karena pergesekan antar lempeng tektonik yang berada
di bawah permukaan bumi. Dampak dari pergesekan itu menimbulkan
energi luar biasa dan menimbulkan goncangan di permukaan dan seringkali
menimbulkan kerusakan hebat pada sarana seperti rumah/bangunan,
jalan, jembatan, tiang listrik. Berdasarkan sumber penyebabnya, ada 3
jenis gempa bumi :
1. Gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh
pelepasan energi akibat pergerakan lempeng bumi atau patahan.
Gempa jenis ini paling banyak menimbulkan kerusakan dan banyak
korban. Contoh: Lombok (2018), Palu (2018).
2. Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh
pelepasan energi akibat aktivitas gunung berapi, yaitu pergerakan
magma yang menekan/mendorong lapisan batuan sehingga pergeseran
bebatuan di dalamnya menimbulkan terjadinya gempa bumi.
3. Gempa bumi induksi adalah gempa bumi yang disebabkan oleh
pelepasan energi akibat sumber lain, seperti runtuhan tanah. Gempa
H. 36 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
1) Deskripsi dan Contoh Bencana Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang, "tsu" berarti pelabuhan, "nami"
berarti: gelombang laut. Tsunami terjadi di daerah pesisir. Tsunami
diartikan sebagai rangkaian gelombang laut yang melanda wilayah pantai
dan daratan akibat terjadinya peristiwa geologi di dasar laut yaitu : gempa
bumi,letusan gunung api dan longsoran. Tanda-tanda tsunami adalah:
Gempa bumi yang sangat kuat, lebih dari 1 menit, tiang bangunan runtuh/
rusak, dan manusia tak mampu berdiri tegak. Contoh tsunami yang
diakibatkan;
1. Gempa bumi di dasar laut: Banyuwangi (1994), Biak (1996), Aceh (2004),
Palu (2018).
2. Letusan gunung api di dasar laut: Krakatau (1883).
3. Longsoran di dasar laut: Teluk Lituya Alaska (1958).
4. Longsoran dari gunung merapi; Selat sunda, Anak Krakatau, Banten
dan Lampung (2018).
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
bumi sering diikuti dengan gempa susulan dalam beberapa jam atau
hari setelah gempa pertama yang dapat menyebabkan penghancuran
pada bangunan yang telah retak/goyah akibat gempa sebelumnya.
H. 37 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
3) Deskripsi dan Contoh Bencana Tanah Longsor
Tanah longsor pengertiannya adalah terjadinya pergerakan tanah atau
bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur-angsur
yang pada umumnya terjadi di daerah lereng yang gundul atau kondisi
tanah dan bebatuan yang rapuh. Biasanya daerah yang pernah mengalami
longsor sebelumnya, merupakan daerah gundul dan aliran air hujan
adalah daerah yang rawan tanah longsor. Contoh: Sumatra Barat (2018),
Sukabumi (2019), Sulawesi Selatan (2019).
4) Bencana Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena endapan magma dalam perut bumi
yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Letusan membawa
abu dan batu yang menyembur sejauh radius 18 km atau lebih, lava dapat
mengalir sejauh 90 km. Letusan gunung berapi dapat menimbulkan korban
jiwa dan berpengaruh pada perubahan iklim.
Letusan gunung berapi menghasilkan: Gas vulkanik adalah gas yang
dikeluarkan saat gunung berapi meletus, berupa karbon monoksida,
karbon dioksida, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan nitrogen 7. Contoh;
Gunung Galunggung (2004), Gunung Merapi (2016), Gunung Sinabung,
Medan (2018), Gunung Agung Bali (2018).
5) Deskripsi dan Contoh Bencana Banjir
Banjir merupakan kondisi di mana sebagian besar air menggenangi
permukaan tanah yang biasanya kering. Banjir merupakan bencana alam
yang paling sering terjadi. Penyebab terjadinya banjir:
1. Hujan dalam waktu panjang dan deras selama berhari-hari,
2. Penanganan sampah yang buruk,
3. Perencanaan tata kota yang tidak ditepati/menyimpang, biasanya
karena makin sempitnya daerah resapan air atau jalur hijau yang
terdesak pemukiman atau industri,
4. Berkurangnya tumbuh-tumbuhan/pohon yang semakin sedikit,
sehingga semakin sedikit pula daerah resapan air.
Hal-hal yang harus diwaspadai saat bencana banjir adalah munculnya
wabah penyakit: Penyakit diare, yang biasanya disebabkan oleh air dan
makanan yang tidak higienis; penyakit yang disebabkan karena nyamuk,
karena genangan air mempercepat penyebarluasan jentik-jentik nyamuk
dan serangga.
3. Peta Bencana di Indonesia.
Prosedur pemetaan wilayah bencana merupakan langkah awal yang
harus ditempuh dalam penanggulangan bencana. Peta wilayah bencana
dapat diperoleh melalui lembaga pemerintah yang manangani khusus
penanggulangan bencana, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Badan SAR Nasional, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Peta wilayah bencana diperlukan untuk berbagai kebutuhan pencegahan,
pengendalian dan pemantauan.
H. 38 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Total sekolah yang terkena bencana adalah sebanyak 497.576 dan sebanyak
229.533 untuk TK/RA/KB/SPS/TPA yang tersebar dalam 34 provinsi. Angka
yang besar ini tentunya sangat mengkhawatirkan mengingat bila bahaya
bencana terjadi misalnya gempa bumi, tanah longsor, dan banjir bandang,
kelas-kelas ini tentunya dapat membahayakan peserta didik dan guru di
dalamnya.
Dalam konteks Pendidikan Kebencanaan peta wilayah sangat diperlukan
untuk melakukan upaya Pendidikan kesiapsiagaan bencana bagi anak usia
dini khususnya dan masyarakat pada umumnya. Peta wilayah tersebut dapat
dibuat dengan menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh BNPB, yaitu
inaRISK yang dapat diakses di inarisk.bnpb.go.id. Inarisk adalah suatu
aplikasi portal berbasis internet untuk mengidentifikasi risiko bencana
di Indonesia, meliputi daerah yang terancam bencana dan perhitungan
kemungkinan kerugian per provinsi, kabupaten, dan kota.
Informasi yang ada akan dikembangkan lagi di mana kelak seluruh sekolah
akan dikaji keamanan bangunan sekolah dan fasilitasnya terhadap ancaman
bencana, sehingga setiap orang dapat mengetahui di mana kerentanan
yang ada serta rekomendasi yang dapat dilakukan di tiap sekolah untuk
memastikan sekolah tersebut aman dari bencana.
4. Cara-Cara Penanggulangan Bencana.
Berdasarkan UU No 24 Tahun 2007 pasal 33 menyebutkan bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap
meliputi: prabencana; saat tanggap darurat; dan pascabencana.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 39 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
1) Penaggulangan Sebelum Bencana
Kegiatan sebelum bencana merupakan serangkaian kegiatan Pendidikan
dan/atau pembelajaran pada anak usia dini yang berhubungan dengan
pemahaman kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Kegiatan ini
ditujukan untuk mengurangi (mereduksi) potensi bahaya/kerugian
yang mungkin timbul ketika bencana. Pendidikan kesiapsiagaan dalam
layanan PAUD dilaksanakan pada saat keadaan normal atau sebelum
terjadi bencana, dengan tujuan untuk mengurangi resiko bencana. Pada
Pendidikan pra bencana dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan kondisi
yang dihadapi pada saat bencana, antara lain adalah: pencegahan, mitigasi
dan kesiapsiagaan.
(1) Pencegahan Bencana
Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana. Pada tahun 2012, Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) mengeluarkan Perka BNPB No 4 Tahun 2012 tentang
Pedoman penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana (SMAB), di
mana Perka ini bertujuan:
1) Mengidentifikasi lokasi sekolah/madrasah pada prioritas daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami.
2) Memberikan acuan dalam penerapan sekolah/madrasah aman dari
bencana baik secara struktural maupun non-struktural.
Dalam Pendidikan pra bencana ini pada tahap perencanaan juga diperlukan
pengetahuan tentang:
1) Jenis bencana.
2) Alat yang diperlukan saat bencana itu ada.
3) Apa yang dilakukan saat bencana itu datang.
(2) Mitigasi Bencana
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Pendidikan Mitigasi Bencana Pada Pendidikan Anak Usia Dini memiliki
tujuan sebagai berikut :
1) Mengembangkan Pendidikan mitigasi bencana pada anak usia dini
yang terintegrasi dalam kebijakan Kurikulum 2013.
2) Mengenalkan prosedur pelaksanaan Pendidikan mitigasi bencana pada lembaga PAUD sesuai dengan potensi Kebencanaannya.
3) Mengenalkan respon tanggap darurat melalui pelayanan Pendidikan,
perawatan dan perlindungan pada anak usia dini dalam situasi dan kondisi bencana.
4) Mengembangkan alternatif akses pelayanan Pendidikan dan pengembangan anak usia dini di daerah bencana dan tanggap darurat
5) Membekali pengetahuan, kemampuan dan sikap orang tua/keluarga dalam menghadapi bencana dan pemulihan pasca bencana.
6) Meningkatkan partisipasi dan peranserta masyarakat dalam penanganan Pendidikan dan pengembangan anak usia dini di zona bencana dan tanggap darurat.
H. 40 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pelaksanaan Pendidikan Bencana hendaknya berlandaskan pada prinsipprinsip sebagai berikut;
1) Terintegrasi dengan pembelajaran
2) Memanfaatkan lingkungan dan potensi sumber daya alam sekitar
3) Berbasis pada kemitraan
(3) Kesiapsiagaan Bencana
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
2) Penanggulangan Saat Tanggap Darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,
harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Waktu
tanggap darurat tergantung dari status keadaan darurat bencana. Status
keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang
diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
Pada saat terjadi bencana identifikasi sangat memegang peranan penting
bagaimana tanggap darurat dilakukan. Identifikasi yang dilakukan terkait
dengan beberapa hal antara lain adalah: jenis bencana, kerusakan yang
ditimbulkan, korban yang menjadi bencana, keperluan yang diperlukan.
3) Penanggulangan Saat Pasca Bencana
Kegiatan pasca bencana merupakan segala upaya yang dilakukan untuk
memulihkan (merehabilitasi) dan membangun kembali (merekontruksi)
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 41 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
berbagai akibat yang ditimbulkan setelah bencana terjadi. Upaya pemulihan
ditujukan untuk membantu korban memulihkan berbagai kondisi fisik,
mental, emosional, sosial dan lingkungan pada kondisi yang relatif normal.
Salah satu upaya pasca bencana yang dibutuhkan untuk memulihkan
kondisi pasca bencana adalah kegiatan membangun berbagai prasarana
ruang (di antaranya adalah ruangan yang ramah dan aman untuk anak).
Pembangunan ruangan ini diharapkan dapat memberikan perlindungan dan
mempromosikan berbagai layanan pada anak seperti layanan Pendidikan,
kesejahteraan sosial dan keagamaan). Beberapa kegiatan pada pasca
bencana adalah rehabilitasi dan rekonstruksi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar
semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.
5. Kesiapsiagaan Bencana
Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci
keselamatan Anda. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Pendidikan Kebencanaan
dilakukan dalam rangka menunjang kegiatan latihan kesiapsiagaan. Banyak
upaya kesiapsiagaan bermanfaat dalam berbagai situasi bencana. Beberapa
upaya penting untuk kesiapsiagaan adalah:
(1) Memahami bahaya di sekitar Anda.
(2) Memahami sistem peringatan dini setempat dan mengetahui rute evakuasi
dan rencana pengungsian.
(3) Memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara cepat dan
mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri.
(4) Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan mempraktekkan
rencana tersebut dengan latihan.
(5) Mengurangi dampak bahaya melalui latihan kesiapsiagaan.
Berikut ini beberapa daftar untuk melihat upaya perlindungan yang perlu
Anda kenal:
(1) Kaji situasi; identifikasi tipe bencana dan kondisi sekitar Anda
(2) Putuskan untuk tinggal atau berpindah tempat; dalam beberapa situasi,
Anda mungkin harus tetap diam dan di situasi lain Anda harus berpindah
tempat.
(3) Tinggal atau berpindah tempat adalah keputusan penting dalam
H. 42 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
(6) Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan.
Salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana adalah
rencana kesiapsiagaan. Tiga upaya utama dalam menyusun rencana
kesiapsiagaan menghadapi bencana:
a) Miliki sebuah rencana darurat keluarga, Rencana ini mencakup:
(1) Analisis ancaman di sekitar.
(2) Identifikasi titik kumpul.
(3) Nomor kontak penting.
(4) Ketahui rute evakuasi.
(5) Identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas, dan listrik.
(6) Identifikasi titik aman di dalam bangunan atau rumah.
(7) Identifikasi anggota keluarga yang rentan (anak-anak, lanjut usia,
ibu hamil, dan penyandang disabilitas).
b) Menyimpan 10 benda yang akan dibutuhkan saat bencana, yaitu:
(1) Air minum untuk minimal 3 hari
(2) Makanan untuk minimal 3 hari
(3) Obat P3K
(4) Obat – obatan pribadi
(5) Lampu senter dan ekstra baterai
(6) Radio dan ekstra baterai
(7) Sejumlah uang dan dokumen penting (sertifikat kelahiran, sertifikat
tanah/rumah, ijazah, dokumen asuransi, surat kepemilikan asset)
(8) Pakaian, jaket, dan sepatu
(9) Peralatan (peluit, sarung tangan, selotip, pisau serbaguna, masker,
pelindung kepala)
(10) Pembersih higienis (tisu basah, hand sanitizer, perlengkapan
mandi).
c) Menyimak informasi dari berbagai media,seperti radio, televisi, media
online, maupun sumber lain yang resmi.
Anda dapat memperoleh informasi resmi terhadap penanganan darurat dari
BPBD, BNPB, dan kementerian/lembaga terkait. Apabila sudah terbentuk
posko, informasi lanjutan akan diberikan oleh posko setempat.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 43 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
bencana; apabila diri tidak dalam kondisi bahaya, Anda harus tetap tinggal
dan berupaya untuk mendapatkan informasi situasi terkini. Apabila Anda
harus berpindah, buatlah keputusan secara cepat. Sangat penting untuk
mendengarkan pemerintah setempat ketika ada instruksi.
(4) Cari air bersih dan pastikan untuk dapat bernafas; Apa pun jenis bencana,
udara yang baik merupakan kebutuhan yang penting. Upayakan lindungi
diri dan cari udara bersih mungkin dengan menutup mulut dengan kain
atau masker.
(5) Lindungi diri dari reruntuhan dan beri sinyal kepada penolong; Apabila
Anda berada di reruntuhan, cari celah untuk bernafas. Lempar sesuatu
atau tiup peluit untuk pertolongan. Upayakan untuk membuat suara
dengan benda yang ada di sekitar.
(6) Pastikan higienitas; Penting untuk memastikan air yang layak minum dan
sanitasi.
6. Dampak Dan Penanganan Reaksi Anak Terhadap Bencana
Dampak Kebencanaan pada anak usia dini menimbulkan reaksi yang khas
pada anak, antara lain adalah:
1. Gejala bagi anak usia di bawah 2 tahun:
• Anak tidak dapat menjelaskan kejadian atau perasaan mereka
• Anak butuh digendong dan diperhatikan terus menerus
2. Gejala bagi anak usia 2-5 tahun:
• Merasa tidak berdaya serta tidak dapat menjaga dirinya sendiri
• Anak belum paham kalau orang yang sudah meninggal tidak akan kembali
• Anak akan mengekspresikan bagian dari kejadian traumatik dalam
permainannya secara berulang-ulang
• Anak takut sekali ditinggalkan, sehingga perlu berulang kali diyakinkan
bahwa ia akan selalu diperhatikan dan dijaga.
Reaksi Emosi dan Perilaku:
• Takut berpisah dengan orang tua
• Menangis
• Merengek
• Berteriak
• Bergerak tanpa tujuan atau tidak bergerak sama sekali
• Gemetar
• Ekspresi wajah ketakutan
• Tidak mau lepas dari orang tua
• Perilaku regrasi (dulu sudah tidak mengompol kembali, takut gelap, dll)
Langkah pertama untuk penanganan psikologis awal anak yang mengalami
bencana adalah memberikan rasa aman kepada anak. Pemberian rasa aman
tersebut dapat diungkapkan baik secara verbal maupun non verbal. Selain itu,
anak juga harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya
melalui berbagai metode, misalnya menggambar, menulis cerita, bernyanyi,
olahraga, dan lain-lain. Seringkali anak akan menggambarkan kejadian yang
masih sangat melekat didalam ingatannya.
H. 44 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Psychological First Aid (PFA) adalah tindakan suportif dan manusiawi, berupa
dukungan sosial, emosional, atau praktis yang diberikan terhadap seseorang
yang mengalami peristiwa krisis. Peristiwa kritis yang dialami menyebabkan
seseorang mengalami penderitaan dan membutuhkan pertolongan
karenanya. Peristiwa krisis yang terjadi seperti, kecelakaan, bencana alam,
atau peristiwa traumatis lainnya. Sebagai tambahan, PFA dilakukan dengan
tetap memperhatikan budaya dan kemampuan dalam diri korban.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam PFA adalah:
1. Memperhatikan kebutuhan dan apa yang sedang dipikirkan korban.
2. Menjadi pendengar yang baik, namun tidak memaksa korban untuk
bercerita. Terlebih lagi memintanya untuk mengingat kembali dan
menganalisa peristiwa traumatis yang sudah terjadi secara detil.
3. Menenangkan, menghibur serta membuat korban merasa aman dan
nyaman.
4. Membantu korban untuk terhubung dengan informasi, layanan dan
dukungan sosial di luar.
5. Tidak semua orang yang mengalami peristiwa kritis membutuhkan
PFA.
6. Tidak terbatas pada profesi tertentu untuk memberikan PFA.
7. Bukan berarti memberi konseling, penyembuhan, pelabelan atau diagnosa
terhadap peristiwa yang terjadi.
Tenaga pengajar selain memperhatikan keselamatan peserta didik perlu juga
memperhatikan perlindungan terhadap kekerasan seksual dan fisik selama
anak-anak berada di tempat evakuasi, titik kumpul. MIsalnya, menjaga anak
sebelum anak bertemu dengan orang tua dan memastikan di lokasi evakuasi
bahwa anak tidak dijemput oleh orang yang tidak dikenal oleh anak.
Muatan Materi Pendidikan Kebencanaan untuk Anak Usia Dini
Pendidikan Kebencanaan yang perlu diketahui sejak dini oleh anak-anak
antara lain adalah:
1. Muatan Materi Terkait Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 45 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas gunung
api, atau runtuhan batuan. Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi
setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat
menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya dalam sekejap.
Sampai saat ini, belum ada ahli dan institusi yang mampu memprediksi
kapan terjadinya gempa bumi. Institusi yang berwenang untuk mengeluarkan
informasi kejadian gempa bumi adalah BMKG. Anda dapat mengetahui
informasi dari berbagai parameter mengenai besaran suatu gempa bumi,
titik pusat gempa bumi, kedalaman, dan potensi tsunami dari laman (www.
bmkg.go.id) atau pun aplikasi gawai BMKG berbasis android atau IOS.
a) Prabencana gempa bumi:
1. Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi
terjadi.
2. Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi
reruntuhan saat gempa bumi, seperti merunduk, perlindungan
terhadap kepala, berpegangan atau pun dengan bersembunyi di bawah
meja.
3. Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan
persediaan obat-obatan.
4. Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa
bumi dengan fondasi yang kuat. Selain itu, Anda bisa merenovasi bagian
bangunan yang sudah rentan.
5. Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar
penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b) Saat bencana gempa bumi:
Di dalam bangunan, seperti rumah, sekolah atau pun bangunan bertingkat:
1. Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu,
upayakan keselamatan diri Anda dengan cara berlindung di bawah
meja untuk menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan
jendela kaca.Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau berdirilah
di bawah pintu. Bila sudah terasa aman, segera lari keluar rumah.
2. Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan
mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk mencegah
terjadinya kebakaran. Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan
pecahan kaca, genteng, atau material lain. Tetap lindungi kepala dan
segera menuju ke lapangan terbuka, jangan berdiri dekat tiang, pohon,
atau sumber listrik atau gedung yang mungkin roboh.
3. Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga
darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di dalam
elevator, tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk
panggilan kepada pengelola bangunan.
4. Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada
sudut bangunan.
5. Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas
keamanan, ikuti instruksi evakuasi.
H. 46 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Di dalam mobil:
1. Saat terjadi gempa bumi besar, Anda akan kehilangan kontrol terhadap
mobil.
2. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri bahu jalan dan
berhentilah.
3. Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memerhatikan lingkungan
sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti radio atau gawai.
c) Peringatan tsunami pasca gempa bumi
Apabila mendengar peringatan dini tsunami, segera lakukan evakuasi
menuju ke tempat tinggi, seperti bukit dan bangunan tinggi
d) Pascabencana gempa bumi
1. Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.
2. Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda setelah gempa
bumi berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang
membahayakan pada saat evakuasi.
3. Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat.
4. Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran.
5. Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan
air. Apabila di luar bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari daerah
yang rawan longsor.
6. Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil.
Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu
lintas
2. Muatan Materi Terkait Tsunami
Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan
kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam atau lebih di tengah laut. Jenis
bencana ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain gempa bumi yang
terjadi di dasar laut, runtuhan di dasar laut, atau karena letusan gunung
api di laut. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai,
kecepatan gelombang tsunami akan menurun, namun ketinggian gelombang
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 47 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
akan meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
Berikut ini beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menghadapi
bencana tsunami:
1. Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah gempa
bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi
gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan menggelepar di pantai yang
airnya surut, dan tanda-tanda alam lain).
2. Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami
setelah gempa bumi terjadi.
3. Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk
sementara waktu setelah satu gempa bumi besar mengguncang.
4. Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami atau
menangkap ikan yang terdampar di pantai karena air surut.
5. Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami dan
jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi.
a) Saat Bencana Tsunami:
1. Setelah gempa bumi berdampak pada rumah Anda, jangan berupaya
untuk merapikan kondisi rumah. Waspada gempa bumi susulan.
2. Jika Anda berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan segera
membimbing keluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih
tinggi dan aman.
3. Tidak semua gempa bumi memicu tsunami.Jika mendengar sirine tanda
bahaya atau pengumuman dari pihak berwenang mengenai bahaya
tsunami, Anda perlu segera menyingkir dari daerah pantai.Perhatikan
peringatan dan arahan dari pihak berwenang dalam proses evakuasi.
4. Jika telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah di sana karena gelombang
tsunami yang kedua dan ketiga biasanya lebih besar dari gelombang
pertama serta dengarkan informasi dari pihak yang berwenang melalui
radio atau alat komunikasi lainnya.
5. Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak
berwenang.
6. Tsunami tidak datang sekali, tetapi bisa sampai lima kali. Oleh karena
itu, sebelum ada pengumuman dari pihak berwenang bahwa kondisi
telah aman, janganlah meninggalkan tempat evakuasi karena seringkali
gelombang yang datang kemudian justru lebih tinggi dan berbahaya.
7. Hindari jalan melewati jembatan. Anda dianjurkan untuk melakukan
evakuasi dengan berjalan kaki.
8. Bagi Anda yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan
terjadi kemacetan, segera kunci dan tinggalkan kendaraan serta
melanjutkan evakuasi dengan berjalan kaki.
9. Apabila Anda berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar,
upayakan untuk tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan.
3. Muatan Materi Terkait Erupsi Gunung Berapi
Bahaya erupsi gunung berapi memiliki dua jenis bahaya berdasarkan waktu
kejadian, yaitu bahaya primer dan sekunder. Berikut ini bahaya dari erupsi
gunung berapi:
H. 48 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
b) Pasca Bencana Tsunami:
1. Tetap utamakan keselamatan dan bukan barang-barang anda. Waspada
dengan instalasi listrik dan pipa gas.
2. Anda dapat kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman dari
pihak berwenang.
3. Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari
pihak berwenang.
4. Hindari air yang menggenang karena kemungkinan kontaminasi zat-zat
berbahaya dan ancaman tersengat aliran listrik.
5. Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan Anda.
6. Hindari area bekas genangan untuk menghindari terperosok atau
terjebak dalam kubang.
7. Jauhi reruntuhan di dalam genangan air karena sangat berpengaruh.
8. terhadap keamanan perahu penyelamat dan orang-orang di sekitar.
9. Bersihkan sarang nyamuk dan serangga lainya.
10. Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air bersih,perbaikan
jamban dan saluran pembuangan air limbah.
11. Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air bersih, perbaikan
jamban dan saluran pembuangan air limbah.
12. Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak
terlihat seperti pada fondasi.
13. Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci
tangan menggunakan sabun dan air bersih jika Anda terkena air
genangan tsunami.
14. Apabila Anda terluka, dapatkan perawatan kesehatan di pos kesehatan
terdekat.
15. Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana
mendapatkan bantuan tenda darurat, pakaian, dan makanan.
16. Buanglah makanan yang terkontaminasi air genangan.
17. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak berwenang
membutuhkan relawan.
18. Tetap di luar gedung yang masih dikelilingi genangan air.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 49 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
1. Awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang terdiri atas
batuan berat, ringan (berongga) lava masif dan butiran klastik yang
pergerakannya dipengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui
lembah. Bahaya ini merupakan campuran material erupsi antara gas
dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke bawah akibat densitas
tinggi. Suhu material bisa mencapai 300 – 700°C, kecepatan awan panas
lebih dari 70 km/jam.
2. Aliran lava adalah magma yang meleleh ke permukaan bumi melalui
rekahan, suhunya >10.000°C dan dapat merusak segala bentuk
infrastruktur.
3. Gas beracun adalah gas vulkanik yang dapat mematikan seketika
apabila terhirup dalam tubuh. Gas tersebut antara lain CO2, SO2, Rn,
H2S, HCl, HF, H2SO4. Gas tersebut biasanya tidak berwarna dan tidak
berbau.
4. Lontaran material (pijar). Lontaran material terjadi ketika letusan
magmatic berlangsung. Suhu mencapai 200°C, diameter lebih dari 10
cm dengan daya lontar ratusan kilometer.
5. Hujan abu. Material abu tampak halus dan bergerak sesuai arah angin.
6. Lahar Letusan, lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang mempunyai
danau kawah, terjadi bersamaan saat letusan. Air bercampur material
lepas gunung berapi mengalir dan bentuk banjir lahar.
7. Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai ancaman bahaya erupsi
gunung api yaitu tingkat status gunung api (level) dan Kawasan Rawan
Bencana (KRB).
Tingkat Status
(Level)
IV
III
Istilah dalam
Bahasa
Penjelasan
Awas
Tingkatan yang menunjukkan jelang letusan utama,
letusan awal mulai terjadi berupa abu atau asap.
Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan
diikuti letusan utama.
Siaga
Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual atau
pemeriksaan kawah, kegempaan dan metode lain saling
mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan
cenderung diikuti letusan.
II
Waspada
Peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak
secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan
dan gejala vulkanik lain.
I
Normal
Aktivitas gunung berapi, berdasarkan pengamatan
hasil visual, kegempaan, dan gejala vulkanik lain, tidak
memperlihatkan adanya kelainan.
Tingkat
Penjelasan
KRB III
KRB III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas,
aliran lava, guguran lava, lontaran batu (pijar), dan/atau gas beracun.
Kawasan ini meliputi daerah pucak dan sekitar.
KRB II
KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran
lava, lontaran batu (pijar) dan/atau guguran lava, hujan abu lebat,
hujan lumpur panas, aliran lahar, dan gas beracun. Kawasan ini
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kawasan rawan terhadap awan panas, aliran lava, guguran lava,
aliran lahar, dan gas beracun terutama daerah hulu.
2. Kawasan rawan terhadap hujan abu lebat, lontaran batu (pijar)
dan/atau hujan lumpur panas.
KRB I
KRB I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa
material jatuhan berupa hujan abu, dan/atau air dengan keasaman
tinggi. Apabila letusan membesar, kawasan ini berpotensi terlanda
perluasan awan panas dan tertimpa material jatuhan berupa hujan
abu lebat, serta lontaran batu (pijar).
Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kawasan rawan terhadap lahar. Kawasan ini terletak di sepanjang
lembah dan bantaran sungai, terutama yang berhulu di daerah
puncak.
2. Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhitungkan
arah tiupan angin.
H. 50 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Berikut ini penjelasan mengenai Kawasan Rawan Bencana (KRB).
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 51 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
a) Prabencana
1. Perhatikan arahan dari PVMBG dan perkembangan aktivitas gunungapi.
2. Siapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengatasi debu
vulkanik.
3. Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak
berwenang.
4. Menyiapkan skenario evakuasi lain jika dampak letusan meluas di luar
prediksi ahli.
5. Siapkan dukungan logistik, antara lain makanan siap saji, lampu senter
dan baterai cadangan, uang tunai yang cukup serta obat-obatan khusus
sesuai pemakai.
b) Saat Bencana
1. Tidak berada di lokasi yang direkomendasikan untuk dikosongkan.
2. Tidak berada di lembah atau daerah aliran sungai.
3. Hindari tempat terbuka. Lindungi diri dari abu letusan gunung berapi.
4. Gunakan kacamata pelindung.
5. Jangan memakai lensa kontak.
6. Gunakan masker atau kain basah untuk menutup mulut dan hidung.
7. Kenakan pakaian tertutup yang melindungi tubuh, seperti baju lengan
panjang, celana panjang, dan topi.
c) Pasca bencana
1. Kurangi terpapar dari abu vulkanik.
2. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu vulkanik
sebab bisa merusak mesin kendaraan.
3. Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik karena beratnya bisa
merobohkan dan merusak atap rumah atau bangunan.
4. Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar
pada musim hujan.
4. Muatan Materi Terkait Banjir
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang
biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu. Banjir biasanya
terjadi karena curah hujan turun terus menerus dan mengakibatkan
meluapnya air sungai, danau, laut atau drainase karena jumlah air yang
melebihi daya tampung media penopang air dari curah hujan.
Selain disebabkan faktor alami, yaitu curah hujan yang tinggi, banjir juga
terjadi karena ulah manusia. Contoh, berkurangnya kawasan resapan air
karena alih fungsi lahan, penggundulan hutan yang meningkatkan erosi
a) Prabencana
1. Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan
bahaya banjir, seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkahlangkah apa yang harus dilakukan.
2. Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada
di zona rawan banjir.
3. Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada
di zona rawan banjir.
4. Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa
dampaknya untuk rumah kita.
5. Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute
evakuasi dan daerah yang lebih tinggi.
6. Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir
dan merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga
terpencar-pencar.
7. Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir
dan merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga
terpencar-pencar. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus
anggota keluarga dan tetangga apabila banjir terjadi.
8. Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga
hari, misalnya persiapan tas siaga bencana, penyediaan makanan,
dan air minum.
9. Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan gas.
10. Mempertimbangkan asuransi banjir.
11. Berkaitan dengan harta dan kepemilikan, maka Anda bisa membuat
catatan harta kita, mendokumentasikannya dalam foto, dan simpan
dokumen tersebut di tempat yang aman.
12. Menyimpan berbagai dokumen penting di tempat yang aman.
13. Hindari membangun di tempat rawan banjir kecuali ada upaya
penguatan dan peninggian bangunan rumah.
14. Perhatikan berbagai instrumen listrik yang dapat memicu bahaya
H. 52 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
dan mendangkalkan sungai, serta perilaku tidak bertanggung jawab seperti
membuang sampah di sungai dan mendirikan hunian di bantaran sungai.
Kejadian bencana banjir sangat bersifat lokal. Satu daerah bisa terlanda
banjir dan daerah lainnya aman. Oleh sebab itu, informasi mengenai banjir
yang resmi biasanya berasal dari institusi di daerah yang bertanggung
jawab, seperti BPBD. Kendati sifatnya bencana lokal, namun terkadang
banjir juga dapat meluas dan melumpuhkan kehidupan perkotaan seperti
yang pernah terjadi di Jakarta. Oleh sebab itu, langkah antisipasi harus
dilakukan baik sebelum, saat, dan pascabencana banjir.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 53 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
saat bersentuhan dengan air banjir.
15. Turut serta mendirikan tenda pengungsian dan pembuatan dapur
umum.
16. Melibatkan diri dalam pendistribusian bantuan.
17. Menggunakan air bersih dengan efisien.
b) Saat bencana
1. Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi
dari berbagai media mengenai informasi banjir untuk meningkatkan
kesiapsiagaan.
2. Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
3. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempattempat lain yang tergenang air.
4. Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir
bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan
pada saat hujan biasa atau deras.
5. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda.
Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau
di tempat yang aman dari banjir. Barang yang lebih berharga diletakan
pada bagian yang lebih tinggi di dalam rumah.
6. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak
berwenang. Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik.
Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda
berdiri di atas/dalam air.
7. Jika ada perintah evakuasi dan Anda harus meninggalkan rumah:
Jangan berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat
mengakibatkan Anda jatuh.
8. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak
bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan
tempat Anda berpijak.
9. Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik,
abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal
ini tidak dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan
cepat.
10. Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga
seandainya kehabisan air bersih.
11. Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan
akan dilalui oleh arus yang deras karena kerap kali banjir bandang tiba
tanpa peringatan.
H. 54 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
c) Pasca bencana
1. Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya
dan ancaman kesetrum.
2. Waspada dengan instalasi listrik.
3. Hindari air yang bergerak.
4. Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa saja
keropos dan ambles.
5. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang
berwenang membutuhkan sukarelawan
6. Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang berwenang.
7. Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air.
8. Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang
tidak terlihat seperti pada fondasi.
9. Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci
tangan menggunakan sabun dan air bersih jika Anda terkena air
banjir.
10. Buang makanan yang terkontaminasi air banjir
11. Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana
mendapatkan bantuan perumahan/shelter, pakaian, dan makanan.
12. Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat.
13. Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa-sisa
kotoran setelah banjir.
14. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
15. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
16. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air
limbah (SPAL).
5. Muatan Materi Terkait Tanah Longsor
Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari curah hujan
yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, terjadinya
pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi, dan getaran. Bencana longsor
biasanya terjadi begitu cepat sehingga menyebabkan terbatasnya waktu
untuk melakukan evakuasi mandiri. Material longsor menimbun apa saja
yang berada di jalur longsoran.
a) Prabencana
1. Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah.
(Perhatikan fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng,
menghindari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam
lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai
tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah).
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 55 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
2. Pembuatan bangunan penahan, jangkar dan pilling.
3. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman
dan fasilitas utama lainnya.
4. Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras
- teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam
tanah).
5. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan
jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan
lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu
rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan
ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
6. Mendirikan bangunan dengan pondasi yang kuat.
7. Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah
rawan longsor.
8. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan.
9. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya
likuifaksi (pencairan tanah).
10. Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
11. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami kawasan
yang gersang dengan tanaman yang memiliki akar kuat, banyak dan
dalam seperti nangka, durian, pete, kaliandra, dan sebagainya.
12. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah
yang tidak stabil (tanah gerak).
13. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.
14. Waspada ketika curah hujan tinggi.
15. Jangan menggunduli hutan dan menebang pohon sembarangan.
b) Saat bencana
1. Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya
longsoran.
2. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi
ke arah zona evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di
Indonesia telah terpasang Sistem Peringatan Dini Longsor).
c) Pasca bencana
1. Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
2. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor susulan.
D.
Strategi Pengintegrasian Pendidikan
Kebencanaan di Satuan PAUD
a. Pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan Dalam KTSP
Tahap pelaksanaan ini menitik beratkan pada pelaksanaan pembelajaran,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Adanya sekumpulan materi pembelajaran yang akan disampaikan ke anak
sesuai dengan kompetensi dasar anak usia dini. Materi yang disampaikan
misalnya:
1. Aspek perkembangan agama & moral
- Berdo’a terhindar dari bencana
- Menunjukkan rasa dan sikap bersyukur pada pemberian serta ciptaan
Tuhan
- Akhlak terhadap Tuhan, manusia dan alam
- Saling membantu antara sesama
2. Aspek perkembangan sosial-emosi
- Merasa aman dan terlindungi
- Berinteraksi dan bermain dengan teman
- Merasa diterima dan dihargai
- Mau berbagi dengan teman
- Mencintai dan dicintai sesama
3. Aspek perkembangan kognitif
- mengenal hubungan sebab akibat
- memperkirakan terjadinya suatu peristiwa
4. Aspek perkembangan bahasa
- berkomunikasi secara wajar
H. 56 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap persiapan ini, pendidik hendaknya mempersiapkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Identifikasi potensi bencana di satuan PAUD. Penyusunan KTSP PAUD
dalam Pendidikan Kebencanaan perlu terlebih dahulu mengetahui risiko
bencana yang akan terjadi di wilayahnya. Sehingga pengembangan KTSP
disesuaikan pada pemetaan tersebut. Setiap lembaga mungkin saja
berbeda dengan lembaga lainnya, data ini bisa diperoleh dari website
http://inarisk.bnpb.go.id
b. Pengembangan materi/muatan pembelajaran. Materi pembelajaran
yang dikembangkan oleh lembaga mengadopsi tentang kesiapsiagaan
bencana sesuai dengan potensi bencana yang mungkin terjadi di
lingkungan satuan PAUD. Mungkin saja materi yang dikembangkan
disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di daerah masing-masing.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 57 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
- memahami kosa kata yang berkaitan dengan bencana
- bercerita tentang kondisi dan akibat suatu bencana
5. Aspek perkembangan fisik-motorik
- memperoleh bantuan pengobatan luka fisik
- menunjukkan aktivitas gerakan mengindari bencana
- menunjukkan aktivitas fisik-motorik cara menolong diri sendiri dari
bencana
6. Aspek seni
- Menghargai hasil karya seni
- Mengapresiasi hasil karya teman
c. Penyiapan sarana dan prasarana pendukung (termasuk APD)
Tersedianya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun. Contoh-contoh kegiatan
main: Puzzle Kebencanaan, praktek banjir, gambar Kebencanaan, gerak lagu
Kebencanaan dan lain-lain.
Alur Penyusunan Kurikulum Kebencanaan
Mengidentifikasi jenis bencana
Menyusun materi pembelajaran dalam KTSP yang memuat
pengetahuan tentang Kebencanaan
Penyiapan sarana dan prasarana pendukung yang sesuai
dengan kondisi lokal
Menyiapakan rencana pembelajaran (Prosem, RPPM, RPPH)
Melaksanakan kegiatan main yang mengandung pengetahuan
Kebencanaan diperkuat dengan dukungan guru
b. Pengitegrasian Pendidikan Kebencanaan Ke Dalam
Perencanaan Pembelajaran (RPP)
b) Ketentuan Penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan
Agar proses dan hasil penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan
menghasilkan rencana pembelajaran yang terbaik, maka dalam
penyusunannya hendaklah memperhatikan 9 (sembilan) ketentuan,
sebagai berikut:
1. Penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan dilakukan secara
terintegrasi antara tema/sub tema, capaian/kemampuan, muatan/
materi pembelajaran, rencana kegiatan, dan rencana penilaian
Pendidikan Kebencanaan dengan setiap RPP yang ‘biasa’ disusun
pendidik untuk kegiatan pembelajaran yang dilakukan bersama
peserta didik.
2. Jenis dan jumlah RPP yang disusun atau disiapkan dalam RPP
Pendidikan Kebencanaan sama jenisnya seperti RPP yang digunakan
dalam pedoman implementasi kurikulum 2013 PAUD.
3. Komponen atau format yang digunakan dari setiap jenis RPP
Pendidikan Kebencanaan sama seperti RPP yang digunakan dalam
pedoman implementasi kurikulum 2013 PAUD.
4. Terdapat penguatan pada bagian tema/sub tema, capaian
kemampuan, tujuan dan muatan/materi pembelajaran sesuai dengan
lingkup Pendidikan Kebencanaan yang akan dilaksanakan.
H. 58 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
a) Pengertian RPP dalam Pendidikan Kebencanaan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kebencanaan
adalah RPP yang mesti disiapkan oleh para pendidik sebelum
melaksanakan pembelajaran melalui bermain di satuan PAUD sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pada dasarnya RPP Pendidikan
Kebencanaan adalah sama dengan RPP yang telah ditetapkan dalam
Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 PAUD, baik format / komponen,
langkah penyusunan maupun teknik penilaiannya; tetapi mendapatkan
penguatan dan penekanan pada tema/sub tema, capaian kemampuan,
tujuan dan muatan/materi pembelajaran sebagai ciri khas dari
Pendidikan Kebencanaan yang akan diterapkan atau dilaksanakan di
setiap satuan PAUD yang menyelenggarakan Pendidikan Kebencanaan.
Oleh karena itu, satuan PAUD yang menyelenggarakan Pendidikan
Kebencanaan, dalam hal ini baik pengelola maupun para pendidik
tidak perlu merasa kwatir akan kemampuan menyusun RPP Pendidikan
Kebencanaan. Untuk dapat sukses menyusun RPP ini, maka pelajarilah
sebelumnya cara-cara penyusunan RPP sebagaimana yang termaktub
dalam pedoman implementasi kurikulum 2013 PAUD. Jika Anda telah
menguasainya, maka akan mudah tentunya dalam menyiapkan RPP
Pendidikan Kebencanaan yang terbaik.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 59 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
5. Tema/sub tema, capaian kemampuan, tujuan dan muatan/materi
pembelajaran Kebencanaan terutama disesuaikan dengan kerawanan
bencana yang dihadapi dimana satuan PAUD berada.
6. Rumusan tema/sub tema, capaian kemampuan, tujuan dan muatan/
materi pembelajaran Kebencanaan hendaklah memperhatikan
karakteritik, kondisi dan kebutuhan dari peserta didik (kelompok usia
layanan).
7. Rancangan kegiatan yang dituangkan dalam RPP Pendidikan
Kebencanaan tetap menggunakan dan menerapkan bermain yang
menyenangkan, penerapan pendekatan saintifik, aktivitas yang
mendorong terwujudnya HOTS serta eksplorasi dan penguatan STEAM.
8. Pemilihan, penataan dan pengelolaan lingkungan main tetap
menggunakan media, sumber belajar dan lingkungan yang selaras
dengan karakteristik dan kebutuhan anak serta memanfaatkan looseparts secara efektif dan optimal dalam setiap kegiatannya.
9. Penilaian tetap dirancang sesuai dengan format dan teknik sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam pedoman implementasi kurikulum 2013
PAUD.
c) Jenis-Jenis RPP Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
Jenis dan jumlah RPP yang disusun atau disiapkan dalam RPP Pendidikan
Kebencanaan sama jenisnya seperti RPP yang digunakan dalam
pedoman implementasi Kurikulum 2013 PAUD, yaitu meliputi Rencana
Program Semester (Prosem), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mingguan (RPPM), serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) yang dilengkapi dengan rencana penilain.
d) Komponen RPP Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
Sebagaimana yang telah disajikan dalam 9 (sembilan) ketetntuan di atas,
bahwa penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan adalah tetap selaras
dengan yang telah ditentukan dalam pedoman implementasi Kurikulum
2013 PAUD, namun terjadi penguatan pada bagian tema/sub tema,
capaian kemampuan, tujuan dan muatan/materi pembelajaran sesuai
dengan lingkup Pendidikan Kebencanaan yang akan dilaksanakan.
Untuk lebih jelasnya, penempatan bagian-bagian penguatan dalam
komponen RPP Pendidikan Kebencanaan dapat disimak pada bagian
contoh. Berikut adalah komponen-komponen dari setiap jenis RPP,
sebagai berikut:
e) Langkah Penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan
RPP Pendidikan Kebencanaan disusun secara bertahap dan hirarkis, mulai
dari penyusunan RPP tingkat semester, tingkat mingguan, hingga tingkat
harian. Secara berjenjang alur penyusunanya sebagai berikut:
H. 60 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
1. Rencana Program Semester (Prosem) Pendidikan Kebencanaan.
Prosem Pendidikan Kebencanaan dikembangkan mengandung
tema yang dapat mengakomodir Pendidikan Kebencanaan. Tema
merupakan payung keseluruhan kegiatan dan topik yang akan dijadikan
pembahasan dalam bermain dan bereksplorasi bersama anak. Tema
bukan merupakan tujuan pembelajaran melainkan sebagai perluasan
wawasan dalam rangka menghantarkan kematangan perkembangan
anak. Tema pembelajaran diintegrasikan dengan tema yang sudah
direncanakan pada lembaga PAUD tersebut misalnya tema alam semesta
dengan sub tema gejala alam, atau sub tema lainnya yang selaras dengan
kondisi Kebencanaan yang dihadapi di mana satuan PAUD berada.
Tetapi hendaklah selalu memprioritaskan dengan kerawanan bencana
di mana lokasi PAUD tersebut didirikan/diselenggarakan.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) Pendidikan
Kebencanaan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) Pendidikan
Kebencanaan disusun untuk pembelajaran selama satu minggu, dan
Pendidikan Kebencanaan diintegrasikan pada RPPM yang akan disusun
atau disiapkan pada lembaga tersebut. RPPM berisi: (1) identitas
program layanan, (2) KD yang dipilih, (3) materi pembelajaran, (4) tujuan
pembelajaran dan (5) rencana kegiatan. Dan pada komponen 2, 3, 4
dan 5 mendapatkan penguatan-pengutan terkait dengan Pendidikan
Kebencanaan.
3. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) Pendidikan
Kebencanaan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) Pendidikan
Kebencanaan merupakan acuan untuk mengelola kegiatan bermain
dalam satu hari pada pembelajaran dalam Pendidikan Kebencanaan
yang diintegrasikan dalam RPPH yang akan disusun dalam lembaga
tersebut. RPPH Pendidikan Kebencanaan disusun dan dilaksanakan oleh
guru yang memuat komponen-komponen yang ditetapkan. Komponen
RPPH terdiri atas: (1) identitas program, (2) materi, (3) alat dan bahan,
(4) kegiatan pembukaan, (5) kegiatan inti, (6) kegiatan penutup, dan
(7) rencana penilaian. Pada komponen 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 mendapatkan
penguatan-pengutan terkait dengan Pendidikan Kebencanaan.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
PROSEM
Pendidikan
Kebencanaan
RPPM
Pendidikan
Kebencanaan
RPPH
Pendidikan
Kebencanaan
H. 61 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Umpan Balik
Langkah lebih jelas dan detail penyusunan dari setiap jenis/tingkatan RPP
Pendidikan Kebencanaan, dijelaskan di bawah ini:
1) Langkah Penyusunan PROSEM Pendidikan Kebencanaan.
Program Semester (Prosem) Pendidikan Kebencanaan dikembangkan atau
disusun dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pilihlah tema yang dapat memayungi pembelajaran atau kegiatan main
anak terkait Pendidikan Kebencanaan. Tetapi jika tema yang tepat tidak
diperoleh, maka kembangkanlah pada sub tema atau sub-sub tema.
b. Tentukanlah alokasi waktu yang dibutuhkan untuk membahas tema atau
sub tema atau sub-sub tema yang telah disusun/dipilih sesuai dengan
kegiatan pembelajaran atau kegiatan main yang akan dilakukan oleh
peserta didik.
c. Genapkanlah jumlah waktu yang ditetapkan menjadi minimal 17 minggu
untuk keseluruhan tema atau sub tema atau sub-sub tema dari setiap
semester pada setiap tahun pelajaran. Jadi dalam satu tahun pembelajaran
akan memilih tema atau sub tema atau sub-sub tema untuk keperluan
Pendidikan Kebencanaan setidaknya untuk waktu minimal 17 minggu x 2,
jadi minimum 34 minggu.
d. Contoh dapat dilihat pada bagian h/lampiran
2) Langkah Penyusunan RPPM Pendidikan Kebencanaan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM)
Kebencanaan disusun dengan tahapan sebagai berikut:
1. Penulisan identitas program layanan,
2. Pemilihan KD yang sesuai,
3. Pemilihan materi/muatan pembelajaran,
4. Penetapan tujuan pembelajaran,
5. Penyusunan rencana kegiatan main.
Pendidikan
3) Langkah Penyusunan RPPH Pendidikan Kebencanaan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Pendidikan
Kebencanaan merupakan acuan untuk mengelola kegiatan bermain
dalam satu hari pada pembelajaran, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengisian / penulisan identitas program
b. Pemilihan materi / muatan pembelajaran
c. Pemilihan alat dan bahan yang dibutuhkan
d. Merencanakan kegiatan pembukaan
e. Merencanakan kegiatan inti
f. Merencanakan kegiatan penutup
g. Menyusun rencana penilaian
H. 62 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
c. Pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan Ke Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran (Metode/Kegiatan Main Anak)
1. Pengertian Metode/Kegiatan Main Dalam Pendidikan Kebencanaan
Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk anak. Secara
sukarela, anak melakukan kegiatan tersebut secara alamiah. Bermain
akan membuat mereka menjadi lebih nyaman, tenang dan selalu ceria.
Bermain juga senantiasa dibutuhkan anak untuk mengurangi rasa
takut dan cemas yang muncul pada saat anak menghadapi sesuatu
yang menakutkan bagi dirinya, sebagai contoh setelah anak mengalami
perasaan traumatik pasca mengalami bencana. Kegiatan bermain
sangat diperlukan untuk menjadikan anak pulih dari kecemasan yang
dialami akibat bencana.
Namun demikian, kegiatan bermain pada anak dalam konteks Pendidikan
Kebencanaan merupakan sebuah strategi yang dapat dilakukan oleh
guru untuk mengajarkan tentang Kebencanaan kepada anak. Kegiatan
bermain ini dilakukan sebagai upaya untuk mengenalkan anak terhadap
ragam bencana di Indonesia, khususnya 5 (lima) jenis bencana, yakni:
gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir dan letusan gunung berapi.
Bencana merupakan sebuah kejadian yang pada umumnya tidak
pernah dibayangkan oleh anak dalam kehidupannya sama sekali. Oleh
karena itu, bencana akan sangat mempengaruhi kehidupan anak, baik
secara fisik maupun psikologis. Agar anak lebih siap dalam menghadapi
bencana, maka mereka perlu mendapatkan pemahaman yang baik
tentang bagaimana seharusnya bertindak saat bencana. Dengan
demikian, guru perlu mengintegrasikan kegiatan bermain dengan
pemberian pemahaman tentang Pendidikan Kebencanaan ini melalui
kegiatan bermain sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 63 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Berikut ini terdapat beberapa permainan yang dapat dilakukan bersama
anak usia dini. Material yang digunakan adalah benda-benda yang ada di
lingkungan sekitar.
Bermain Menggunakan Boks /dus
Developed by Deborah Llewellyn for Pro Mujer Bolivia, 1990
Bermain Menggunakan Kertas
H. 64 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Bermain Menggunakan Kayu
Developed by Deborah Llewellyn for Pro Mujer Bolivia, 1990
Bermain Menggunakan Kancing, Batu, Sedotan
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 65 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Bermain Menggunakan Benang /Tali
Kegiatan bermain dalam konteks Pendidikan Kebencanaan memerlukan
perencanaan yang matang karena harus mempertimbangkan usia anak,
kondisi psikologis, tahapan kegiatan main, media dan sumber belajar
termasuk penggunaan alat permainan edukatif, dan metode yang dipilih
untuk bermain. Strategi yang tepat dalam memilih kegiatan bermain akan
sangat bermanfaat bagi anak untuk membantu mempersiapkan dirinya
dalam menghadapi bencana. Kegiatan bermain dapat dilakukan dengan
atau tanpa menggunakan alat permainan edukatif. Untuk membuat alat
permainan edukatif yang diperlukan dalam konteks Kebencanaan, Sudono
(2006) berpendapat bahwa guru sebaiknya memperhatikan tiga hal, yaitu: (1)
ketetapan alat dan waktu penggunaan (sesuai karakteristik anak), (2) Bahan
dan alat yang digunakan untuk kegiatan bermain dan (3) kriteria keamanan
alat permainan. Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut diharapkan
kegiatan bermain dengan alat permainan edukatif untuk mengajarkan
Kebencanaan dapat berhasil secara optimal.
2. Ragam Metode/Kegiatan Main Dalam Pendidikan Kebencanaan Untuk
PAUD
Metode/kegiatan main dalam Pendidikan Kebencanaan untuk anak usia
dini merupakan cara bermain yang mendukung model pembelajaran
yang sebenarnya telah digunakan oleh satuan PAUD. Artinya, metode
pembelajaran yang nantinya digunakan dalam mengajarkan Pendidikan
Kebencanaan akan dipilih dengan menyesuaikan model pembelajaran yang
sudah diimplementasikan di satuan PAUD tersebut. Terdapat satu dari empat
model pembelajaran yang pada umumnya telah diterapkan di satuan PAUD,
yaitu: (1) model pembelajaran area, (2) model pembelajaran sentra, (3)
model pembelajaran sudut, dan (4) model pembelajaran kelompok dengan
pengaman.
H. 66 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
1. Model Pembelajaran Sudut
Model pembelajaran sudut memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk belajar dekat dengan kehidupan sehari-hari. Model ini bersumber pada
teori Pendidikan dan perkembangan Montessori. Pada model ini program
pembelajaran difokuskan pada lima hal, yakni: pelatihan kehidupan praktis,
Pendidikan kesadaran sensori, seni berbahasa, matematika dan bentuk
geometris, serta budaya. Lingkungan kelas dengan menggunakan model
pembelajaran sudut ditata ke dalam sudut-sudut kegiatan seperti: sudut
latihan kehidupan praktis, sudut sensorik, sudut matematika sudut bahasa,
sudut kebudayaan.
Sudut-sudut di atas saling berkaitan dan dibuka secara bersamaan
setiap harinya. Anak-anak dibolehkan untuk memilih sudut mana yang
paling diminatinya. Mereka dapat berpindah ke sudut lainnya dengan
tidak mewajibkan untuk menguasai sudut sensorik dan kemampuan di
sudut sebelumnya. Sudut latihan kehidupan praktis merupakan fondasi
yang mendasar bagi sudut yang lain. Artinya, anak usia yang lebih muda
lebih banyak bermain di dua sudut tersebut. Sepanjang hari di sekolah
diperkenalkan pula aktivitas-aktivitas yang memungkinkan anak-anak
menikmati dan mengembangkan keahlian dan kepekaan sosial mereka. Di
Indonesia ditambahkan dengan sudut ketuhanan untuk mengenalkan nilainilai dan kegiatan praktis kegiatan agama.
2. Model Pembelajaran Area
Model ini dikembangkan oleh High Scope di Amerika Serikat dan dikenalkan di
Indonesia oleh Children Resources International. Inc. Model area memfasilitasi
kegiatan anak secara individu dan kelompok untuk pengembangan semua
aspek. Area ditata secara menarik. Setiap area memiliki beberapa kegiatan
yang menggunakan alat dan bahan yang berbeda. Semua anak dapat memilih
area mana yang paling sesuai dengan minatnya. Untuk semua area difasilitasi
oleh seorang guru. Guru mengawasi anak-anak yang bermain di semua area
yang dibukanya. Area pembelajaran yang dapat dibuka antara lain adalah
area: balok, drama, seni, keaksaraan, pasir dan air, gerak dan musik, sains,
matematika dan imtaq.
3. Model Pembelajaran Sentra
Model yang dikembangkan Creative Curiculum mengelola kegiatan
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 67 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
pembelajaran yang seimbang antara bimbingan guru dengan inisiatif anak.
Model ini dikenalkan di Indonesia oleh Dr. Pamela Phelp dari CCCRT Florida.
Bermain dipandang sebagai kerja otak sehingga anak diberi kesempatan
untuk memulai dari mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan
hasil karyanya “start and finish”. Dukungan guru memfasilitasi anak
mengembangkan kecakapan berpikir aktif dan anak diberi keleluasaan untuk
melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan pengalaman tentang
dunia sekelilingnya. Sentra yang dikembangkannya tidak berbeda dengan
sistem area. Perbedaan tampak dalam pengelolaan kelas. Dalam model area
semua anak bebas bergerak di semua area yang dikelola oleh seorang guru.
Dalam model sentra anak bebas memilih bermain yang disiapkan dalam satu
sentra. Di dalam sentra dilengkapi dengan 3 (tiga) jenis kegiatan bermain, yaitu
bermain sensorimotorik, main peran, dan main pembangunan. Keragaman
main atau disebut juga densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih
mainan sesuai dengan minatnya. Kelompok anak berpindah bermain dari
satu sentra ke sentra lainnya setiap hari. Tiap sentra dikekola oleh seorang
guru. Proses pembelajarannya dengan menggunakan 4 pijakan, yaitu pijakan
penataan alat (pijakan lingkungan), pijakan sebelum main, pijakan selama
main, dan pijakan setelah bermain. Sentra yang dibuka di antaranya adalah
sentra: balok, main peran kecil (mikro), main peran besar (makro), imatq,
seni, persiapan, bahan alam dan memasak.
4. Model Pembelajaran Kelompok dengan Pengaman
Model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman
merupakan pola pembelajaran di mana anak-anak dibagi menjadi beberapa
kelompok dan masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbedabeda secara bergantian. Kegiatan di kelompok merupakan kegiatan utama
yang harus dilakukan anak. Guru mendampingi kelompok anak, memberikan
dukungan sesuai kebutuhan anak, serta memastikan anak menyelesaikan
kegiatan sesuai yang diharapkan. Kemudian guru mempersilahkan anak
untuk berpindah ke kegiatan berikutnya atau ke kegiatan pengaman.
Sementara kegiatan pengaman berfungsi sebagai; 1) kegiatan alternatif
bagi anak yang lebih cepat menyelesaikan kegiatan dikelompoknya, dan 2)
sarana transisi anak untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya,
melatih kesabaran dan mengendalikan perilaku anak saat menunggu giliran,
serta pemenuhan minat anak terhadap kegiatan yang disediakan guru, 3)
penguatan untuk pengaman, sediakan alat. Pada kegiatan pengaman, harus
mempertimbangkan karakteristik dan minat anak terhadap kegiatan, bahan
dan alat main, atau apapun yang ada di lingkungan sekitar anak. Ada beberapa
pilihan dalam model kelompok dengan pengaman seperti: model kelompok
dengan karya individual, model kelompok dengan karya kelompok, model
kelompok dengan karya proyek.
Untuk mengajarkan Pendidikan Kebencanaan kepada anak usia dini di
dalam kelas yang sudah mengimplementasikan salah satu dari keempat
model pembelajaran tersebut, guru selanjutnya dapat memilih metode/
kegiatan bermain yang tepat agar anak menjadi lebih memahami konsep
yang diajarkan. Beberapa metode yang dapat dipilih antara lain:
H. 68 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
1. Metode Bercakap-cakap
Metode bercakap-cakap merupakan salah satu metode yang ditandai
dengan adanya komunikasi lisan antara guru dengan anak, atau anak
dengan anak. Kegiatan bercakap-cakap ini dapat dilaksanakan baik
secara formal sesuai dengan tema yang dibahas ataupun bercakapcakap informal, tanpa ada keterkaitan dengan tema sama sekali. Dengan
menggunakan metode bercakap-cakap dalam mengajarkan Pendidikan
Kebencanaan kepada anak, diharapkan mereka akan menjadi lebih
mudah untuk mengungkapkan perasaannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya terkait dengan Kebencanaan.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dideskripsikan sebagai suatu proses pembelajaran
yang dicirikan dengan terjadinya proses pertukaran komunikasi yang
berorentasi pada ”menanyakan” dan ”menjawab pertanyaan yang
diberikan”. Pertanyaan dapat saja diajukan oleh guru kepada anak maupun
oleh anak kepada temannya. Dalam penerapannya, guru sebaiknya lebih
menekankan terhadap penggunaan kalimat tanya yang bersifat terbuka
atau dengan kata lain, guru perlu mengajukan pertanyaan yang menuntut
jawaban lebih dari ”ya atau tidak”. Dengan menggunakan metode tanya
jawab dalam mengajarkan Pendidikan Kebencanaan kepada anak, maka
guru dapat lebih mengeksplorasi tingkat pemahaman anak dengan baik.
3. Metode Bercerita
Metode bercerita merupakan metode pembelajaran yang ditandai dengan
guru memberikan pengalaman belajar kepada anak melalui pembacaan
cerita secara lisan. Guru perlu memilih isi cerita yang sesuai untuk anak.
Melalui pembacaan cerita, anak akan ikut berimajinasi tentang tokoh, latar,
gaya bahasa, dan alur ceritanya. Dalam konteks mengajarkan Pendidikan
Kebencanaan kepada anak, dengan menggunakan metode bercerita,
guru juga dapat menggunakan metode ini secara klasikal menggunakan
buku cerita yang berkaitan dengan Kebencanaan. Hal ini diharapkan akan
mempemudah anak untuk memahami antisipasi terhadap terjadinya
bencana, upaya penanganan terhadap bencana, dan hal-hal lain terkait
Kebencanaan.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 69 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
4. Metode Pemberian Tugas
Tugas merupakan salah satu tanggung jawab yang harus diselesaikan
oleh anak. Pemberian tugas merupakan salah satu metode dimana
guru memberikan pekerjaan kepada anak untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran tertentu. Dengan mengerjakan tugas yang diberikan,
diharapkan akan terdapat perubahan tingkah laku pada anak sesuai
dengan tujuan pembelajarannya. Pemberian tugas pada umumnya
diberikan tidak hanya di dalam lembaga Pendidikan, namun pemberian
tugas dapat diberikan untuk dikerjakan oleh anak di rumah. Pemberian
tugas dalam konteks mengajarkan Pendidikan Kebencanaan merupakan
sebuah alternatif metode yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengenalkan lebih dekat tentang konsep materi Kebencanaan.
5. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata sering diidentikkan dengan kegiatan darma wisata
atau rekreasi yang hanya dilaksanakan di akhir tahun pembelajaran.
Namun tidak demikian halnya, metode karya wisata merupakan suatu
metode yang memungkinkan guru untuk mengajak anak berkunjung ke
suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari suatu hal secara lebih
mendalam dan konkret. Metode karya wisata akan membantu anak
memahami kehidupan nyata dalam lingkungan sekitar mereka, sebagai
contoh daerah tertentu yang terkena dampak dari sebuah bencana.
6. Metode Demonstrasi
Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan secara
bervariasi dengan kegiatan memberikan ceramah kepada anak adalah
metode demonstrasi. Jika dalam ceramah hanya dilakukan oleh guru
dengan menjelaskan sesuatu tanpa memberitahukan contoh maka lain
halnya dengan demonstrasi. Dalam metode demonstrasi, guru perlu
mengkonkretkan penjelasan yang diberikan dengan cara mempraktekkan
secara langsung atau dengan menggunakan media untuk semakin
memperjelas sebuah konsep yang akan diajarkan.
7. Metode Sosiodrama
Drama merupakan cara memerankan kejadian yang dilihat dalam kehidupan
sehari-hari oleh si pemeran. Bagi anak usia dini, drama tidak memerlukan
teks yang perlu dihafalkan oleh para aktor, dengan pola yang harus ditiru,
dan kadangkala tidak diperlukan adanya pemirsa yang menikmati drama
tersebut. Ketika bermain drama, anak hanya memerlukan ketenangan,
lingkungan yang menyenangkan serta kebebasan untuk mengelaborasi
sejumlah peran, masalah, dan menemukan pemecahan masalah.
8. Metode Bermain Peran
Berbeda dengan sosio-drama, dalam metode bermain peran akan
dilakukan oleh anak untuk memerankan suatu tokoh pilihannya dalam
bentuk makro dan mikro. Dalam kegiatan bermain peran makro, anak
akan memerankan secara langsung tokoh sesuai keinginannya, seperti:
anak berperan sebagai dokter, guru, hakim, polisi, petugas pemadan
kebakaran. Sementara dalam bermain peran mikro dicirikan dengan
kegiatan ”mendalang” atau anak memainkan peran dengan alat bantu
seperti boneka, wayang-wayangan, miniatur binatang, dan peralatan
berukuran kecil lainnya yang mendukung. Dalam kegiatan bermain peran
mikro, anak dapat saja memerankan beberapa tokoh sekaligus.
H. 70 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
9. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang ditandai
dengan kegiatan guru bersama anak mencoba mengerjakan sesuatu,
mengamati dan melaporkan proses percobaan tersebut. Pada prakteknya,
metode eksperimen sering digunakan bergantian dan saling melengkapi
dengan metode demonstrasi. Sebagai contoh, ketika melakukan percobaan
tentang memmbuat penahan banjir dengan menggunakan media hasil
rancangan guru yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan anak. Guru
akan mendemonstrasikan terlebih dahulu cara membuat penaham banjir
dengan alat-alat yang tersedia, berikutnya guru akan mengajak anak untuk
menguji coba seberapa kuat alat penahan banjir tersebut.
10. Metode Proyek
Metode proyek merupakan suatu metode yang dilakukan melalui
penyelidikan dalam waktu yang lama, kegiatan yang bersifat konstruktif
dan berpusat pada bermain, di mana anak-anak terlibat berulang kali
dalam pembelajaran dengan cara membangun dunia pemahaman
mereka sendiri terhadap topik-topik yang sudah sangat dikenal oleh anak.
Metode proyek mencakup langkah-langkah: (1) persiapan, (2) pelaksanaan
proyek (perjalanan sekolah dan pengolahan masalah), (3) pengambilan
kesimpulan. Dalam konteks Pendidikan Kebencanaan, metode ini bisa
dilakukan dengan melihat dampak dan akibat yang ditimbulkan dari suatu
bencana dengan pendampingan guru. Setelah melakukan pengamatan,
anak akan kembali ke dalam ruang kelas untuk mendiskusikan dan
membuat kegiatan berkaitan dengan perpan menghadapi bencana atau
menanggulangi bencana.
3. Pemilihan Metode/Kegiatan Main dalam Pendidikan Kebencanaan
Untuk AUD
1. Mengidentifikasi Bencana
Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh guru dalam menentukan
metode/kegiatan main dalam Pendidikan Kebencanaan adalah dengan
mengidentifikasi bencana apa yang akan dikembangkan dalam
kegiatan anak. Guru mengidentifikasi jenis bencana yang seringkali
terjadi di wilayah tersebut; mempertimbangkan berapa jumlah jenis
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 71 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
konsep bencana yang akan diajarkan kepada anak; dan jika terdapat
lebih dari satu bencana maka perlu menentukan prioritas bencana apa
yang terlebih dahulu akan diajarkan. Beberapa jenis bencana tersebut
dapat mencakup: banjir, tanah longsor, tsunami, gempa bumi, dan
gunung meletus.
2. Menentukan persiapan
Langkah kedua setelah mengidentifikasi bencana adalah menentukan
persiapan metode/kegiatan main terhadap jenis bencana yang
akan diajarkan. Guru perlu mengelaborasi pemahaman konsep
dan jenis kegiatan bermain seperti apa yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Guru juga menentukan metode pembelajaran
yang akan digunakan untuk mengenalkan konsep tersebut. Misal,
dengan menggunakan metode eksperimen, demonstrasi, praktek
langsung atau sosio-drama, dsb.
3. Memilih media dan sumber belajar
Pemilihan media dan sumber belajar merupakan langkah berikutnya
yang ditempuh dalam mengajarkan Pendidikan Kebencanaan kepada
anak usia dini. Media pembelajaran yang akan digunakan tergantung
pada rencana kegiatan main yang sudah ditentukan dalam langkah
persiapan. Media pembelajaran dapat berupa alat peraga edukatif dan
alat permaian edukatif. Alat peraga edukatif nantinya akan dijadikan
sebagai media untuk mendemonstrasikan konsep Kebencanaan
kepada anak. Sementara alat permainan edukatif akan digunakan
secara langsung oleh anak sebagai cara untuk mengenalkan konsep
bencana dalam kegiatan bermain. Guru juga dapat menyiapkan
beragam literarur atau bahan bacaan terkait konsep Kebencanaan di
dalam ruangan kelas sehingga dapat diakses dan dibaca oleh anak
kapan pun saat melakukan kegiatan main.
4. Menentukan metode atau kegiatan bermain sesuai dengan konsep
bencana yang akan dikenalkan kepada anak
Dalam langkah keempat ini, guru mempertimbangkan juga semua
kebutuhan yang akan digunakan dalam kegiatan bermain sesuai dengan
model pembelajaran yang telah dilakukan di setiap satuan PAUD; apakah
menggunakan pembelajaran sentra, area, sudut atau kelompok. Setiap
model pembelajaran tentu memerlukan persiapan yang berbeda. Guru
perlu memetakan kegiatan terkait pengenalan konsep kebencaan
sesuai dengan model pembelajaran tersebut. Jika menggunakan model
pembelajaran sentra, maka guru harus dapat memilah kegiatan bermain
apa saja yang akan dimasukkan dalam sentra-sentra tertentu, seperti di
sentra bermain peran, sentra persiapan, sentra sains atau sentra yang
lainnya. Demikian halnya dengan penggunaan model pembelajaran
sudut, guru juga perlu memilih metode yang tepat untuk mengenalkan
konsep kebencaan sesuai dengan sudut pembelajaran.
H. 72 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
5. Merancang kegiatan main yang tepat sesuai dengan bencana, baik di
dalam maupun di luar ruangan
Langkah selanjutnya adalah merancang kegiatan bermain yang
tepat sesuai dengan konsep bencana yang akan diajarkan sekaligus
menentukan proses pelaksanaannya di dalam atau di luar ruangan.
Untuk melaksanakan kegiatan bermain dengan baik, guru juga harus
menyesuaikan antara pelaksanaan dengan perencanaan pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun.
4. Contoh-Contoh Metode/Kegiatan Main Dalam Pendidikan Kebencanaan
Untuk Anak Usia Dini
1. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Banjir
a) Simulasi Bencana Banjir
Langkah- Langkah
Deksripsi Kegiatan
Persiapan
1. Guru menentukan skenario kejadian dari bencana banjir, misalnya
waktu kejadian, dampak yang ditimbulkan, titik masuk banjir,
lokasi evakuasi.
2. Para guru membagi peran dan tugas misalnya ada yang
mendampingi anak di ruangan, memantau keadaan sekitar
sekolah, mempersiapkan titik evakuasi, memastikan bahwa jalur
dan titik evakuasi aman dan nyaman bagi anak.
3. Guru memberikan gambaran kepada anak-anak tentang skenario
kejadian, agar anak-anak mengetahui dan memahami akan proses
permainan/simulasi yang akan dilakukan.
Media
• Bendera warna hijau, kuning dan merah
•Tanda jalur evakuasi, tanda bahaya dan titik evakuasi
• Daftar hadir mandiri
• Kotak P3K
• Perlengkapan lainnya seperti bidai, mitela, tandu, gunting
• Handpone
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 73 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Langkah- Langkah
Deksripsi Kegiatan
Proses
Kegiatan
Dalam Ruangan
1. Tancapkan bendera berwarna hijau d ihalaman atau depan ruang
kelas (disesuaikan dengan media informasi di sekolah masingmasing)
2. Jelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah (hujan
yang terus menerus, debit air di sungai yang meningkat) dengan
mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario yang
telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status waspada
terhadap bencana banjir, sehingga diharapkan agar anak selalu
hati-hati dan waspada akan ancaman banjir.
3. Ganti bendera warna hijau dengan bendera warna kuning yang
ada di halaman sekolah (disesuaikan dengan media informasi di
sekolah masing-masing)
4. Jelaskan kepada anak terkait dengan situasi daerah (hujan
yang terus menerus, debit air di sungai yang meningkat) dengan
mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario yang
telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status siaga terhadap
bencana banjir, sehingga anak-anak harus siap siaga, tidak panik
dan tetap tenang.
5. Ganti bendera warna kuning dengan bendera warna merah yang
ada di halaman sekolah (disesuaikan dengan media informasi di
sekolah masing-masing)
6. Jelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah (hujan
yang terus menerus, debit air di sungai yang meningkat) dengan
mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario
yang telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status bahaya
terhadap bencana banjir, sehingga anak-anak harus segera
dievakuasi ke titik aman.
7. Minta anak-anak untuk berbaris dan segera melakukan
proses evakuasi menuju titik aman yang telah ditentukan.
Hal-hal yang diperhatikan dalam proses evakuasi
• Anak-anak berjalan cepat namun tetap beraturan dan tidak
saling dorong
• Pastikan bahwa tidak ada anak-anak yang panik, merasa
ketakutan dan menangis
• Anak-anak memakai sepatu dan segera berjalan cepat menuju
tempat evakuasi
• Memastikan bahwa tidak ada anak yang kembali ke ruangan
Luar ruangan (titik aman/berkumpul)
8. Minta anak-anak untuk menempati lingkaran kecil yang telah
dibentuk sebelumnya
9. Segera melakukan pendataan terkait dengan jumlah anak sesuai
dengan kelas dan jenis kelamin. Jika jumlah anak tidak sesuai
dengan daftar hadir mandiri, segera melakukan pencarian,
penyelamatan dan evakuasi (tergantung skenario).
10. Setelah memastikan bahwa seluruh anak telah berada di titik
aman, para tutor membuat permainan untuk mengalihkan
perhatian anak, agar tidak mengingat kejadian yang terjadi.
11. Segera berkoordinasi dengan pemerintah desa/kelurahan
setempat untuk evakuasi selanjutnya.
12. Berikan informasi kepada anak-anak tentang manfaat dari simulasi
13. Lakukan evaluasi bersama terkait dengan proses simulasi
Langkah- Langkah
Persiapan
Proses
Kegiatan
H. 74 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
b) Menyanyikan lagu tentang banjir
Deksripsi Kegiatan
Guru hafal dengan lagu yang akan dinyanyikan.
Poster lagu
Judul:
Di MANA-MANA ADA BENCANA
(Irama: Di Sini Senang, Di Sana Senang)
Di sini angin
Di sana banjir
Di mana-mana ada bencana
Di Timor Banjir
Di Sumba Angin
Di mana-mana ada bencana
Ayo Siap Siaga, Kita Siap Siaga
Kita Siap Siaga, Kita Siap Siaga
Kita Siap Siaga sama-sama 2X
1. Guru menyanyikan lagu
2. Guru meminta anak untuk bersama-sama menyanyikan lagu
tentang banjir
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
c) Membuat rencana penanganan bencana banjir
Langkah- Langkah
Deksripsi Kegiatan
Persiapan
Guru mencari referensi terkait kronologi kejadian banjir di wilayahnya.
Media
H. 75 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Proses
Kegiatan
• Peta resiko bencana banjir
• Tabel tahun terjadinya banjir
• Alat tulis
1. Guru melakukan brain storming dan berdiskusi dengan anak
terkait bencana banjir yang pernah dialami oleh anak
2. Guru memetakan kejadian bencana banjir secara kronologis
3. Guru mengajak anak untuk menceritakan dampak yang
ditimbulkan akibat bencana banjir
4. Guru bersama anak mendikusikan tentang persiapan yang perlu
dilakukan dalam menghindari banjir, saat banjir dan setelah banjir
5. Guru mengajak anak menggambar proses pencegahan sebelum,
penanganan saat banjir terjadi dan sesudah banjir dalam kartu
6. Guru membuat tabel berukuran besar untuk memetakan
pencegahan, penanganan saat banjir dan sesudah banjir dan
bersama anak memasukkan gambar anak dalam tabel tersebut.
7. Tempelkan tabel tersebut di dinding kelas
2. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Tanah Longsor
a) Simulasi Bencana Banjir
Langkah- Langkah
Deksripsi Kegiatan
Persiapan
1. Guru menentukan skenario kejadian dari bencana longsor,
misalnya waktu kejadian, dampak yang ditimbulkan, titik masuk
longsor, lokasi evakuasi.
2. Para guru membagi peran dan tugas misalnya ada yang
mendampingi anak di ruangan, memantau keadaan sekitar
sekolah, mempersiapkan titik evakuasi, memastikan bahwa jalur
dan titik evakuasi aman dan nyaman bagi anak.
3. Guru memberikan gambaran kepada anak-anak tentang skenario
kejadian, agar mereka mengetahui dan memahami akan proses
permainan/simulasi yang akan dilakukan
4. Guru memastikan pengaturan ruangan yang aman.
Proses
Simulasi
• Bendera warna merah
• Tanda jalur evakuasi, tanda bahaya dan titik evakuasi
• Daftar hadir mandiri
• Kotak P3K
• Perlengkapan lainnya seperti, kain kasa, tandu, gunting
• Handphone
Dalam Ruangan
1. Guru menancapkan bendera berwarna hijau di halaman atau
depan ruang kelas (disesuaikan dengan media informasi di sekolah
masing-masing).
2. Guru menjelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah
(hujan yang terus menerus, retakan tanah) dengan mengacu pada
indikator sistem peringatan dini dan skenario yang telah disusun.
Status sekolah tersebut dalam status waspada terhadap bencana
tanah longsor, sehingga diharapkan agar anak-anak selalu hatihati dan waspada akan ancaman banjir.
3. Ganti bendera warna hijau dengan bendera warna kuning yang
ada di halaman sekolah (disesuaikan dengan media informasi di
sekolah masing-masing).
4. Jelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah (hujan
yang terus menerus, retakan tanah yang bertamah) dengan
mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario yang
telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status siaga terhadap
bencana tanah longsor, sehingga anak-anak harus siap siaga, tidak
panik dan tetap tenang.
5. Ganti bendera warna kuning dengan bendera warna merah yang
ada di halaman sekolah (disesuaikan dengan media informasi di
sekolah masing-masing)
6. Jelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah (hujan
yang terus menerus, retakan tanah yang semakin melebar,
terjadi longsoran kecil) dengan mengacu pada indikator sistem
peringatan dini dan skenario yang telah disusun. Status sekolah
tersebut dalam status bahaya terhadap bencana banjir, sehingga
anak- anak harus segera dievakuasi ke titik aman.
7. Minta anak-anak untuk berbaris dan segera melakukan
proses evakuasi menuju titik aman yang telah ditentukan.
Hal-hal yang diperhatikan dalam proses evakuasi
• Anak-anak berjalan cepat namun tetap beraturan dan tidak
saling dorong
• Pastikan bahwa tidak ada anak-anak yang panik, merasa
ketakutan dan menangis
• Anak-anak memakai sepatu dan segera berjalan cepat menuju
tempat evakuasi
• Memastikan bahwa tidak ada anak yang kembali ke ruangan
H. 76 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Media
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 77 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Proses
Kegiatan
Luar ruangan (titik aman/berkumpul)
8. Minta anak-anak untuk menempati lingkaran kecil yang telah
dibentuk sebelumnya
9. Segera melakukan pendataan terkait dengan jumlah anak sesuai
dengan kelas dan jenis kelamin. Jika jumlah anak tidak sesuai
dengan daftar hadir mandiri, segera melakukan pencarian,
penyelamatan dan evakuasi (tergantung skenario).
10. Setelah memastikan bahwa seluruh anak telah berada di titik
aman, para tutor membuat permainan untuk mengalihkan
perhatian anak, agar tidak mengingat kejadian yang terjadi.
11. Segera berkoordinasi dengan pemerintah desa/kelurahan
setempat untuk evakuasi selanjutnya.
12. Berikan informasi kepada anak-anak tentang manfaat dari
simulasi.
13. Lakukan evaluasi bersama terkait dengan proses simulasi.
3. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Gempa Bumi
a). Bermain Kartu Penyelamatan ketika Gempa Bumi
Langkah- Langkah
Deksripsi Kegiatan
Persiapan
Guru menyiapkan kartu-kartu penyelematan saat terjadi gempa bumi
Media
Kartu-kartu penyelamatan gempa bumi.
Sumber Gambar: Kemdikbud
Proses
Kegiatan
Bermain
1. Guru bercakap-cakap tentang gempa bumi (apa yang dirasakan
oleh anak, apa yang mereka lakukan saat terjadi gempa, apa
tindakan setelah terjadinya gempa bumi).
2. Guru memperlihatkan lima kartu penyelamatan saat terjadinya
gempa.
H. 78 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
3. Guru menjelaskan tindakan yang harus diambil oleh anak saat
mengalami kejadian gempa bumi (seperti: Cari benda yang terdekat
untuk berlindung; hindari yang mungkin mudah rubuh. Jongkok
atau rebah pada sisi benda tersebut, kepala tidak lebih tinggi dari
tinggi benda tersebut. Bertahan di posisi ini selama 5 menit atau
sampai gempa berhenti. Setelah gempa berhenti, bergerak menuju
tempat aman berkumpul mengikuti jalur evakuasi, Berdiam di
tempat aman ini sampai ada perintah selanjutnya dari bapak/ibu
kepala sekolah).
4. Anak menceritakan kembali kartu gambar yang telah dijelaskan
oleh guru.
4. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Gunung Meletus
a). Bencana Gunung Meletus
Langkah- Langkah
Deksripsi Kegiatan
Persiapan
1. Guru mempersiapkan semua media yang akan digunakan di atas
meja. Meja sebaiknya diberi alas plastik
2. Guru mengajak anak membuat miniatur gunung dengan cara
melapisi botol dengan plastisin dibentuk menjadi gunung.
3. Anak menata minatur dinosaurus serta pepohonan di atas meja.
Media
sumber:
https://mycrafts.com/diy/diy-micro-volcanowith-dinosaur-toys-volcano-eruption-sciencekit-for-kids/
• Plastisin
• Botol kecil
• Miniatur dinosaurus dan aksesoris pepohonan
• Baking soda
• Cuka
• Pewarna merah/ jingga
Proses
Kegiatan
Bermain
1. Guru mengajak anak untuk berdiri mengelilingi meja
2. Guru mendemonstrasikan proses terjadinya gunung meletus,
yakni: memasukkan baking soda ke dalam botol (di tengah
gunung) dan pewarna makanan, kemudian memasukkan cuka
perlahan-lahan.
3. Guru meminta anak untuk mengamati proses terjadinya gunung
meletus dari demonstrasi guru
4. Anak mencoba melakukan eksperimen gunung meletus
5. Guru dan anak mendiskusikan akibat yang ditimbulkan dari proses
gunung meletus.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 79 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
5. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Tsunami
a). Eksperimen Tsunami
Langkah- Langkah
Deksripsi Kegiatan
Persiapan
Guru membuat media pembelajaran dengan cara: membuat dua
miniatur susunan rumah (satu nampan kotak untuk menata rumah
tanpa dihalangi pohon, satu nampan ditata untuk rumah dengan
dilindungi pepohonan), bagian bawah rumah dilapisi plastik dan
tanah.
Media
sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=DZZFPCY6RlE
Alat dan bahan untuk membuat media pembelajaran:
1. 2 Nampan kotak
2. Miniatur rumah-rumahan dari kardus
3. Miniatur pepohonan
4. Tanah
5. Plastik
6. Air
Proses
Kegiatan
Bermain
1. Guru mengajak anak duduk memperhatikan demonstrasi yang
akan dilakukan oleh guru
2. Guru mendemonstrasikan proses terjadinya tsunami di nampan
pertama dengan cara menyiramkan air dan menggerakan plastik
di atasnya pada nampan pertama.
3. Guru mendiskusikan akibat yang ditimbulkan dari demonstrasi
pertama
4. Guru mendemonstrasikan proses terjadinya tsunami pada
nampan kedua
5. Guru mengajak anak mendiskusikan akibat yang terjadi pada
demonstrasi yang kedua
6. Guru mengajak anak mendiskusikan perbedaan dari demonstrasi
pertama dan kedua.
b). Membuat Peta Evakuasi saat Tsunami
Langkah- Langkah
Media
Proses
Kegiatan
Bermain
Guru mempersiapkan media pembelajaran
•
•
Karton ukuran A0
Krayon
1. Guru mengajak anak-anak untuk membuat denah sekolah
secara berkelompok. Mulai dari gambar pagar/batas sekolahmu,
lalu ruang-ruang kelas, kantor guru, ruang UKS (jika ada), ruang
musholla (jika ada), kantin sekolah (jika ada), dan toilet guru serta
anak. Kemudian gambar tiang-tiang listrik, pohon, atau dindingdinding yang mungkin mengitari sekolah. Terakhir gambarkan
lapangan-lapangan yang ada di sekolah; lapangan olahraga,
taman bunga, dll.
2. Setelah semua lokasi sekolah tergambarkan, guru mengajak anak
untuk mencoba memberikan tanda centang (√) pada daerahdaerah yang aman dari bencana di sekolah. Dari semua daerah
aman tersebut, bersama dengan anak, sepakati di lokasi mana
daerah yang paling aman yang bisa dipergunakan sebagai tempat
berkumpul jika terjadi bencana. Setelah ditentukan bersama, buat
tanda-tanda panah menuju tempat aman berkumpul.
3. Selesai gambar peta sekolah beserta jalur evakuasi, tempelkan
gambar di lokasi dinding sekolah, di tempat yang dapat dilihat
oleh setiap orang yang masuk ke sekolah. Jika memungkinkan,
ajak ibu/bapak kepala sekolah untuk melukiskan peta tersebut di
dinding sekolah.
H. 80 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Persiapan
Deksripsi Kegiatan
c). Bermain Kartu Penyelamatan Tsunami
Langkah- Langkah
Persiapan
Deksripsi Kegiatan
Guru mempersiapkan media pembelajaran
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 81 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Media
Kartu-kartu penyelamatan Tsunami.
Sumber gambar: Kemdikbud
Proses
Kegiatan
Bermain
1. Guru bercakap-cakap tentang tsunami (apakah anak mengetahui
tentang tsunami, pernah mengalami, bagaimana persaaan anak
saat terkenan bencana tsunami)
2. Guru memperlihatkan tiga kartu penyelamatan saat terjadinya
tsunami
3. Guru menjelaskan tindakan yang harus diambil oleh anak saat
mengalami kejadian seperti: lari ke tempat yang tinggi; sebaiknya
ke tempat evakuasi tsunami yang sudah tersedia, bertahan di
tempat itu sampai ada instruksi selanjutnya,terus ikuti berita dari
guru atau kepala sekolahmu.
4. Guru meminta anak untuk menceritakan kartu-kartu tersebut di
depan kelas.
Berikut adalah contoh cara pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Kebencanaan, yaitu:
1. Penataan lingkungan main
a. Sebelum anak datang, guru menyiapkan bahan dan alat main yang
akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun
untuk kelompok anak yang dibinanya.
b. Guru menata alat dan bahan main yang akan digunakan sesuai dengan
kelompok usia yang dibimbingnya.
c. Penataan alat main harus mencerminkan rencana pembelajaran yang
sudah dibuat. Artinya tujuan yang ingin dicapai anak selama bermain
dengan alat bermain tersebut.
2. Penyambutan
Guru mempersiapkan fisik dan psikis dalam menerima kehadiran anak.
Setelah anak datang guru memeriksa kondisi fisik dan psikis anak secara
umum. Guru yang lain berkumpul untuk menyiapkan kegiatan pembukaan.
Penyambutan akan membuat anak merasa nyaman, karena diterima di
lingkungan sekolah.
4. Kegiatan sebelum main (15 menit)
a. Guru dan anak duduk melingkar. Guru memberi salam pada anakanak, menanyakan kabar anak-anak.
b. Guru meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang
tidak hadir hari ini (mengabsen).
c. Berdoa bersama, mintalah anak secara bergilir siapa yang akan
memimpin doa hari ini.
d. Guru menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan
anak.
e. Guru membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah selesai
membaca menanyakan kembali isi cerita.
f. Guru mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang akan dilakukan
anak.
g. Guru mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah
disiapkan.
h. Dalam memberi pijakan, guru harus mengaitkan kemampuan apa
yang diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar
yang sudah disusun.
i. Guru menyampaikan bagaimana aturan main (digali dari anak),
memilih teman main, memilih mainan, cara menggunakan alat-alat,
kapan memulai dan mengakhiri main, serta merapikan kembali alat
yang sudah dimainkan.
j. Guru mengatur teman main dengan memberi kesempatan kepada
anak untuk memilih teman mainnya. Apabila ada anak yang hanya
memilih anak tertentu sebagai teman mainnya, maka guru agar
menawarkan untuk menukar teman mainnya.
k. Setelah anak siap untuk main, guru mempersilakan anak untuk
mulai bermain. Agar tidak berebut serta lebih tertib, guru dapat
H. 82 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
3. Bermain Bebas
Setelah anak berada di lingkungan bermain di satuan PAUD, guru
menawarkan kepada anak untuk melakukan kegiatan bermain yang
sesuai dengan minat anak (boleh di dalam dan di luar ruangan). Sambil
menunggu teman-teman lain berdatangan ke sekolah, anak tetap
bermain sesuai dengan minatnya. Sementara menunggu pembelajaran
dimulai guru dapat membacakan cerita kepada anak (tema dapat
dikaitkan dengan konsep Pendidikan Kebencanaan atau bebas).
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 83 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
menggilir kesempatan setiap anak untuk mulai bermain, misalnya
berdasarkan warna baju, usia anak, huruf depan nama anak, atau
cara lainnya agar lebih teratur.
5. Kegiatan selama anak main (60 menit)
a. Guru berkeliling di antara anak-anak yang sedang bermain.
b. Memberi contoh cara main pada anak yang belum bisa menggunakan
bahan/alat.
c. Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan
yang dilakukan anak
d. Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara
main anak. Pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup
dengan dijawab ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan
jawaban yang dapat diberikan anak.
e. Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.
f. Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak
memiliki pengalaman main yang kaya.
g. Mencatat yang dilakukan anak (jenis main, tahap perkembangan,
tahap sosial).
h. Mengumpulkan hasil kerja anak. Jangan lupa mencatat nama dan
tanggal di lembar kerja anak.
i. Bila waktu tinggal 5 menit, kader memberitahukan pada anak-anak
untuk bersiap-siap menyudahi kegiatan mainnya.
j. Memberi contoh cara berkomunikasi yang tepat saat bertanya
pada anak. Contoh : saat penyambutan kedatangan anak, “sambil
bersalaman penuh kehangatan dengan menanyakan kondisi anak
saat itu” .
k. Memberikan gagasan tentang cara memainkan alat bila anak
membutuhkan.
l. Memberi dukungan pada anak agar meningkat kemampuannya.
6. Kegiatan Setelah Main (30 menit)
a. Bila waktu main habis, guru memberitahukan saatnya membereskan.
Membereskan alat dan bahan yang sudah digunakan dengan
melibatkan anak-anak.
b. Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, guru dapat mengajak
dengan cara yang menarik seperti menyanyi agar anak ikut
membereskan.
c. Saat membereskan, guru memberi dukungan sehingga anak dapat
mengelompokkan alat main sesuai dengan tempatnya.
d. Bila anak sudah rapi, mereka diminta duduk melingkar bersama
guru.
e. Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, guru menanyakan
pada setiap anak kegiatan main yang telah dilakukan. Kegiatan
menanyakan kembali (recalling) melatih daya ingat anak tentang
kegiatan yang sudah dilakukan dan melatih anak mengemukakan
gagasan dan pengalaman mainnya (memperluas perbendaharaan
kata anak).
H. 84 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
7. Makan Bersama (15 Menit)
a. Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama. Jenis
makanan berupa kue atau makanan lainnya yang dibawa oleh
masing-masing anak. Sekali dalam satu bulan diupayakan ada
makanan yang disediakan untuk perbaikan gizi.
b. Sebelum makan bersama, guru mengecek apakah ada anak yang
tidak membawa makanan. Jika ada tanyakan siapa yang mau
memberi makan pada temannya (konsep berbagi).
c. Guru memberitahukan jenis makanan yang baik dan kurang baik.
d. Jadikan waktu makan bekal bersama sebagai pembiasaan tatacara
makan yang baik (adab makan).
e. Libatkan anak untuk membereskan bekas makanan dan membuang
bungkus makanan ke tempat sampah.
8. Kegiatan Penutup (15 Menit)
a. Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, guru dapat
mengajak anak menyanyi atau membaca puisi. Guru menyampaikan
rencana kegiatan esok hari, dan menganjurkan anak untuk bermain
yang sama di rumah masing-masing.
b. Guru meminta salah satu anak untuk memimpin doa penutup. Ini
dilakukan setiap hari secara bergiliran untuk setiap anak .
c. Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan misal:
berdasarkan warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan
bersalaman lebih dahulu.
d. Penggunaan Media dan Sumber Belajar Pendidikan Kebencanaan
(Permainan Pengenalan Pendidikan Kebencanaan)
Pada bagian ini disajikan media dan sumber belajar berupa permainan
pengenalan Pendidikan Kebencanaan untuk anak usia dini yang telah
dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD. Adapun permainan
tersebut terdiri dari : 1) Poster; 2) Kartu bergambar; 3) Cerita bergambar;
dan 4) Permainan ular tangga. Masing-masing media tersebut akan
dijelaskan di bawah ini:
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
H. 85 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
1. POSTER
_
Poster dalam seri “Aku Tangguh Bencana” dicetak pada kertas ukuran
A2 yang menggambarkan sistem peringatan saat terjadi bencana, tandatanda bencana beserta hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari saat
terjadi bencana. Gambar-gambar disajikan dengan alur tindakan yang
berurutan sejak anak dan guru berada di dalam lingkungan sekolah hingga
menyatu dengan masyarakat di titik aman. Pesan utama yang disampaikan
pada poster adalah agar anak tetap tenang saat terjadi bencana, selalu
mengikuti petunjuk guru hingga tiba di tempat aman dan menunggu
intsruksi lebih lanjut dari petugas.
Poster untuk 5 (lima) jenis bencana masing-masing dikemas dengan
nuansa warna yang berbeda, sehingga memudahkan distribusi dan
penyimpanannya tidak tertukar satu sama lain. Ada pun warna yang
digunakan adalah sebagai berikut :
A. Jingga atau oranye, untuk bencana gempa bumi;
B. Kuning, untuk bencana letusan gunung berapi;
C. Coklat, untuk bencana longsor;
D. Abu-abu, untuk bencana tsunami; dan
E. Biru, untuk bencana banjir.
H. 86 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 87 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
A. Poster
GEMPA BUMI
Pada poster ditunjukkan hal-hal yang harus diikuti
saat terjadi bencana, yaitu :
H. 88 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
1. Di dalam kelas, saat terjadi gempa bumi agar
anak segera mencari meja atau kursi yang kuat
untuk berlindung dan berlindung di bawahnya.
Anak agar senantiasa melindungi bagian kepala
dan dada dengan tangan serta memegang kuat
kaki meja atau kursi tempat berlindung.
2. Saat gempa reda, anak berbaris teratur keluar
dari kelas menuju titik kumpul yang telah
ditetapkan sekolah. Anak hendaknya tetap
melindungi bagian kepalanya dengan tas / buku.
3. Di titik kumpul, anak berpegangan tangan
dengan pasangan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh guru dan melaporkan ke guru
bila kehilangan pasangannya. Guru melakukan
penghitungan anak dan memastikan tidak ada
anak yang tertinggal di kelas.
4. Guru mengarahkan anak bergabung dengan
masyarakat menuju titik aman.
Selama proses evakuasi, anak diminta untuk
menghindari hal-hal yang dapat membahayakan
dirinya saat terjadi gempa bumi, yaitu pohon,
tiang listrik, gedung dan jendela kaca. Anak juga
diperkenalkan dengan simbol-simbol evakuasi,
yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 89 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
B. Poster
LETUSAN GUNUNG BERAPI
H. 90 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Beberapa tanda gunung akan meletus adalah suara
gemuruh, awan tebal dan panas dari
puncak gunung, getaran-getaran, percikan api di
mulut gunung dan hujan abu vulkanik. Poster
menunjukkan tindakan yang harus dilakukan saat
tanda-tanda gunung akan meletus, yaitu :
1. Menggunaan masker yang menutupi hidung dan
mulut untuk menghindari dampak buruk akibat
terhirupnya abu vulkanik.
2. Di bawah petunjuk guru, anak berbaris teratur
dan bergandengan tangan dengan pasangan
yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru.
Anak melaporkan kepada guru bila tidak
menemukan pasangannya. Anak keluar dari
kelas menuju titik kumpul.
3. Di titik kumpul, guru melakukan penghitungan
anak dan memastikan tidak ada anak yang
tertinggal di kelas.
4. Guru mengarahkan anak bergabung dengan
masyarakat menuju titik aman.
Selama proses evakuasi, anak dimnta untuk
menghindari hal-hal yang dapat membahayakan
dirinya saat terjadi letusan gunung berapi, yaitu
lereng gunung, sungai dan jembatan di atas sungai.
Anak juga diperkenalkan dengan simbol-simbol
evakuasi, yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 91 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
C. Poster
LONGSOR
H. 92 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Hujan yang turun terus menerus bisa berakibat
longor. Beberapa tanda akan terjadi longsor
adalah suara gemuruh, munculnya getaran dan
retakan di tanah, dan kerikil berjatuhan dari
atas. Poster menunjukkan tindakan yang harus
dilakukan saat ada tanda-tanda akan terjadi
longsor, yaitu :
1. Di bawah petunjuk guru, anak berbaris teratur
dan bergandengan tangan dengan pasangan
yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru.
Anak melaporkan kepada guru bila tidak
menemukan pasangannya. Anak keluar dari
kelas menuju titik kumpul.
2. Di titik kumpul, guru melakukan penghitungan
anak dan memastikan tidak ada anak yang
tertinggal di kelas.
3. Guru mengarahkan anak utuk bergabung dengan
masyarakat menuju titik aman.
Selama proses evakuasi, anak diminta untuk
menghindari hal-hal yang dapat membahayakan
dirinya saat terjadi longsor, yaitu lereng gunung
dan berdiam di dalam bangunan. Anak juga
diperkenalkan dengan simbol-simbol evakuasi,
yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 93 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
D. Poster
TSUNAMI
H. 94 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Beberapa tanda akan terjadi tsunamai adalah air laut
surut lebih jauh dari pinggir pantai, suara gemuruh dari arah
laut, banyak ikan mati terdampar di pantai dan burung
bergerombol
terbang ke arah daratan. Poster menunjukkan tindakan
yang harus dilakukan saat tanda-tanda
akan terjadi tsunami, yaitu :
1. Di bawah petunjuk guru, anak berbaris teratur dan
bergandengan tangan dengan pasangan yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh guru. Anak melaporkan
kepada guru bila tidak menemukan pasangannya. Anak
keluar dari kelas menuju titik kumpul.
2. Di titik kumpul, guru melakukan penghitungan anak
dan memastikan tidak ada anak yang tertinggal di kelas.
3. Guru mengarahkan anak untuk bergabung dengan
masyarakat menuju titik aman.
Selama proses evakuasi, anak dimnta untuk menghindari
hal-hal yang dapat membahayakan dirinya saat terjadi
tsunami, yaitu mendekati pantai, mengambil ikan
yang mati di pantai dan sungai. Anak diingatkan untuk
berhati-hati agar tidak terluka karena sampah dan puing
yang hanyut terbawa air, temasuk limbah yang sifatnya
berbahaya dan beracun, seperti aki bekas dan potongan
atap asbes. Anak juga diperkenalkan dengan simbolsimbol evakuasi, yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 95 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
E. Poster
BANJIR
H. 96 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Hujan
yang
turun
terus-menerus
dapat
mengakibatkan banjir. Poster menunjukkan
tindakan yang harus dilakukan saat terjadi banjir,
yaitu :
1. Di bawah petunjuk guru, anak berbaris teratur
dan bergandengan tangan dengan pasangan yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh guru. Anak
melaporkan kepada guru bila tidak menemukan
pasangannya. Anak keluar dari kelas menuju titik
kumpul.
2. Di titik kumpul, guru melakukan penghitungan
anak dan memastikan tidak ada anak yang
tertinggal di kelas.
3. Guru mengarahkan anak bergabung dengan
masyarakat menuju titik aman.
Selama proses evakuasi, anak dimnta untuk
menghindari hal-hal yang dapat membahayakan
dirinya saat terjadi banjir, yaitu pohon, tiang listrik,
dan bermain dan konsumsi air banjir.
Anak diingatkan untuk berhati-hati agar tidak terluka
karena sampah dan puing yang hanyut terbawa
air, temasuk limbah yang sifatnya berbahaya dan
beracun, seperti aki bekas dan potongan atap asbes.
Anak juga diperkenalkan dengan simbol-simbol
evakuasi, yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
H. 97 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
2. KARTU BERGAMBAR
_
Kartu bergambar seri “Aku Tangguh Bencana” dicetak pada kertas
ukuran A3 dan merupakan 1 (satu) paket dengan poster. Kartu bergambar
menguraikan kejadian yang ada pada poster ke dalam lembar-lembar
terpisah. Pada setiap lembar diberi nomor berdasarkan urutan tindakan
dan pada balik gambar disertakan narasi sebagai panduan bagi guru
untuk menjelaskan kepada anak.
Kartu bergambar untuk 5 (lima) jenis bencana masing-masing dikemas
dengan warna yang berbeda, sehingga memudahkan distribusi dan
penyimpanannya tidak tertukar satu sama lain.
Ada pun warna yang digunakan adalah sebagai berikut :
A. Jingga atau oranye, untuk bencana gempa bumi;
B. Kuning, untuk bencana letusan gunung berapi;
C. Coklat, untuk bencana longsor;
D. Abu-abu, untuk bencana tsunami; dan
E. Biru, untuk bencana banjir.
Guru diharapkan menjelaskan isi kartu bergambar agar anak mengerti maksud dari gambar yang
ada dan dapat dilakukan berulang, termasuk dengan anak baru. Agar lebih mudah memahami, guru
dianjurkan melakukan simulasi bersama anak dengan merujuk pada situasi, kondisi dan tindakan
sebagaimana ditunjukkan pada kartu bergambar.
A. KARTU BERGAMBAR
H. 98 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
GEMPA BUMI
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 99 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
B. KARTU BERGAMBAR
LETUSAN GUNUNG BERAPI
C. KARTU BERGAMBAR
LONGSOR
D. KARTU BERGAMBAR
H. 100 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
TSUNAMI
E. KARTU BERGAMBAR
BANJIR
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
H. 101 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
3. CERITA BERGAMBAR
_
Sama halnya dengan poster dan kartu bergambar, pesan utama yang
disampaikan adalah agar anak tetap tenang dan mendengarkan
petunjuk guru menjalani hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi
bencana.
Cerita bergambar atau komik yang dicetak dalam seri Siaga
Bencana terdiri dari 6 judul :
A. PAUD Siaga;
B. Siaga Gempa Bumi;
C. Siaga Gunung Meletus;
D. Siaga Tsunami;
E. Siaga Banjir; dan
F. Bermain Tenda
Guru diharapkan membacakan cerita bergambar kepada anak agar anak mengerti maksud dari
gambar yang ada dan dapat dilakukan berulang, termasuk dengan anak baru.
H. 102 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
A. CERITA BERGAMBAR
Pada cerita bergambar ini, anak diperkenalkan pada evakuasi
keselamatan, simbol-simbol yang digunakan, seperti anak panah
dan titik kumpul, kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
berikut isi dan gunanya serta perlengkapan lainnya yang kemungkinan
dibutuhkan saat terjadi bencana, seperti tabung pemadam kebakaran,
dan senter.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 103 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
B. CERITA BERGAMBAR
Gempa bumi ditandai dengan terjadinya guncangan yang dapat
mengakibatkan barang berjatuhan dan anak kebingungan. Pada cerita
bergambar ini ditunjukkan hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa
bumi, yaitu :
1. Anak berlindung di bawah meja hingga guncangan reda;
2. Saat guncangan reda, anak berbaris teratur keluar dari kelas menuju
titik kumpul. Saat berjalan meinggalkan kelas, anak dianjurkan tetap
melindungi bagian kepalanya dengan tas atau buku;
3. Di titik kumpul, guru melakukan absen dan memastikan tidak ada anak
yang tertinggal. Selama proses evakuasi, guru mengingatkan anak untuk
tetap tenang dan mendampingi anak untuk bertemu dengan orang-tuanya
di tempat aman yang telah ditentukan.
H. 104 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
C. CERITA BERGAMBAR
Beberapa tanda gunung akan meletus adalah suhu udara meningkat
hingga membuat tanaman layu dan mati karena kepanasan, air sungai
mengering, suara gemuruh dari arah gunung, asap tebal keluar dari
mulut gunung serta hewan keluar dari kandang dan bersuara.
Bila sudah ada tanda-tanda demikian, masyarakat hendaknya
menyiapkan perlengkapan, makanan dan minuman yang sekiranya
dibutuhkan saat evakuasi, seperti susu, masker, senter, baju ganti dan
selimut.
Saat ada tanda peringatan, maka masyarakat melakukan evakuasi ke
tempat aman dan mengikuti petunjuk dari petugas.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 105 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
D. CERITA BERGAMBAR
Beberapa tanda akan terjadi tsunami adalah guncangan hebat, air
laut surut hingga ke tengah, dan banyak ikan tergeletak di pasir.
Bila ada tanda-tanda tersebut, maka sebaiknya masyarakat segera
menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.
Gelombang
tsunami berkekuatan besar dan
menghanyutkan bangunan, mobil dan manusia.
airnya
dapat
H. 106 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
E. CERITA BERGAMBAR
Buang sampah sembarangan, penggundulan hutan dan hujan yang
turun terus menerus dapat mengakibatkan banjir. Dalam mengantisipasi
terjadinya banjir, maka masyarakat perlu bersiap untuk melakukan
evakuasi ketika mendengar peringatan dari petugas.
Persiapan termasuk menyiapkan bekal, jas hujan, payung dan baju
ganti secukupnya untuk dibawa ke tempat mengungsi.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 107 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
F. CERITA BERGAMBAR
Cerita bergambar ini menunjukkan permainan yang dapat dilakukan
bersama anak-anak yang mengungsi akibat rumah dan sekolahnya
rusak terkena bencana.
Permainan dapat dilakukan di dalam dan luar tenda bahkan dengan
peralatan yang terbatas sekali pun. Dengan bermain, maka anak-anak
tetap gembira.
H. 108 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
4. PERMAINAN
ULAR
TANGGA
_
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 109 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
e. Pelaksanaan Penilaian Perkembangan Anak Dalam Pendidikan
Kebencanaan di Satuan PAUD
1. Pengertian Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD
Penilaian merupakan proses pengukuran terhadap hasil dari kegiatan
belajar anak. Penilaian kegiatan belajar di Satuan PAUD menggunakan
pendekatan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian
proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan
fakta yang sesungguhnya. Penilaian dilakukan secara sistematis, terukur,
berkelanjutan, dan menyeluruh yang mencakup pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak selama kurun waktu tertentu.
Penilaian pembelajaran yang dipakai yaitu penilaian autentik adalah
proses pengumpulan data kompetensi/kemampuan yang dapat
ditampilkan/diperlihatkan anak secara nyata saat ini melalui proses dan
atau hasil belajar anak. Penilaian dalam proses pembelajaran memberikan
informasi tentang pencapaian perkembangan anak selanjutnya akan
digunakan oleh guru sebagai umpan balik dalam kegiatan pembelajaran
dan digunakan untuk menyusun rencana pembelajaran selanjutnya.
Hasil penilaian perkembangan anak setiap hari akan direkapitulasi dalam
penilaian semester yang dilaporkan dalam bentuk laporan perkembangan
anak.
Penilaian perkembangan anak dalam konteks Pendidikan Kebencanaan
disesuaikan dengan materi yang diberikan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran harian di Satuan PAUD. Materi tersebut juga mengacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun oleh Satuan
PAUD masing-masing. Materi pembelajaran yang dikembangkan dalam
KTSP tersebut berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana sesuai dengan
potensi bencana yang mungkin terjadi lingkungan satuan PAUD. Selain itu,
materi Kebencanaan juga dikembangkan berdasarkan kearifan lokal yang
ada di daerah masing-masing dengan tetap merujuk pada Kompetensi
Dasar (KD) dalam Permendikbud No. 146 tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 PAUD.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD
Tujuan penilaian Pendidikan Kebencanaan di PAUD adalah:
a. Menjadi acuan bagi guru PAUD dalam memahami konsep penilaian
Pendidikan Kebencanaan,
b. Menjadi acuan guru PAUD dalam merencanakan, melaksanakan dan
membuat laporan hasil penilaian Pendidikan Kebencanaan.
c. Ruang lingkup penilaian Kebencanaan di PAUD adalah proses melakukan
pengukuran terhadap hasil dari kegiatan belajar anak terkait dengan
Pendidikan Kebencanaan untuk anak usia di satuan PAUD.
H. 110 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
3. Prinsip Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD
a. Mendidik. Proses hasil penilaian dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memotivasi, mengembangkan, dan membina anak agar tumbuh dan
berkembang secara optimal.
b. Berkesinambungan. Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap,
dan terus menerus untuk mendapatkan gambaran tentang pertumbuhan
dan perkembangan anak.
c. Obyektif. Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subyektivitas penilai sehingga menggambarkan data
atau informasi yang sesungguhnya.
d. Akuntabel. Penilaian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kriteria
yang jelas serta dapat dipertanggungjawabkan.
e. Transparan. Penilaian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan hasil
penilaian serta dapat diakses oleh orang tua dan semua pemangku
kepentingan yang relevan.
f. Sistematis. Penilaian dilaksanakan secara teratur dan terprogram sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan
berbagai instrumen.
g. Menyeluruh. Penilaian mencakup semua aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan,
dan mengakomodir seluruh keragaman budaya, bahasa, sosial
ekonomi, termasuk anak yang berkebutuhan khusus.
h. Bermakna. Hasil penilaian memberikan informasi yang bermanfaat
bagi anak, orang tua, guru dan pihak yang terkait.
4. Langkah Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD
1. Merencanakan penilaian untuk anak.
Pada RPPH guru menentukan rancangan atau perencanaan penilaian yang
akan dilakukan sesuai dengan indikator pencapaian perkembangan yang
akan dijadikan instrumen penilaian dalam bentuk ceklis perkembangan.
Indikator tersebut disusun dengan mengacu pada materi pembelajaran
terkait dengan Pendidikan Kebencanaan yang diajarkan kepada anak.
Perencanaan penilaian dimulai dengan menentukan teknik penilaian
yang akan digunakan sesuai kebutuhan, meliputi: ceklis perkembangan,
catatan anekdot dan hasil karya.
2. Melaksanakan pembelajaran tentang Pendidikan Kebencanaan kepada
anak.
Dalam pelaksanaan Pendidikan Kebencanaan, guru sudah menentukan
kegiatan bermain anak sesuai dengan model pembelajaran. Pada saat
kegiatan bermain tersebut, guru melakukan penilaian terhadap anak.
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 111 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Penilaian terhadap anak tidak saja dilakukan pada saat kegiatan inti
di kelas, tetapi penilaian dilakukan dari saat anak datang sampai anak
pulang.
3. Melakukan pengamatan dengan menggunakan teknik yang ditentukan
Dalam proses penilaian Pendidikan Kebencanaan, guru harus mengacu
pada prinsip- prinsip penilaian. Saat anak melakukan berbagai kegiatan,
guru dapat mengamati segala hal yang dilakukan anak ataupun diucapkan
anak, termasuk ekspresi wajah, gerakan, dan karya anak. Dalam
melakukan pengamatan, guru juga perlu melakukan pencatatan sebagai
bukti sekaligus pengingat terhadap segala hal yang diamatinya. Teknik
yang dapat digunakan antara lain:
a. Pengamatan dengan Ceklis Perkembangan
Pengamatan, yaitu suatu cara untuk mengetahui perkembangan
atau perubahan sikap, pengetahuan dan ketrampilan anak dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara melihat secara langsung. Untuk
mempermudah melakukan pengamatan, guru menggunakan
instrumen pengamatan dalam bentuk ceklist perkembangan (√).
b. Catatan Anekdot
Catatan anekdot merupakan catatan naratif singkat yang menjelaskan
perilaku anak yang penting bagi guru terkait tumbuh kembang anak.
Anekdot mendeskripsikan apa yang terjadi secara faktual dan objektif
yang menjelaskan bagaimana terjadi, kapan, dimana, dan apa yang
dikatakan dan dilakukan anak. Catatan anekdot digunakan untuk
mencatat seluruh fakta, menceritakan situasi yang terjadi, apa yang
dilakukan dan dikatakan anak. Catatan anekdot memungkinkan
untuk mengetahui perkembangan anak yang indikatornya baik
tercantum maupun tidak tercantum pada RPPH.
Hal-hal pokok yang dicatat dalam catatan anekdot meliputi
nama anak yang dicatat perkembangannya, kegiatan main atau
pengalaman belajar yang diikuti anak dan perilaku, termasuk ucapan
yang disampaikan anak selama berkegiatan.
c. Hasil Karya
Penilaian hasil karya adalah penilaian terhadap buah pikir anak yang
dituangkan dalam bentuk karya nyata dapat berupa pekerjaan tangan,
karya seni atau tampilan anak, misalnya: gambar, lukisan, lipatan, hasil
kolase, hasil guntingan, tulisan/coretan-coretan, hasil roncean, bangunan
balok, seni tari, dan hasil prakarya. Hasil karya tersebut kemudian disusun
berdasarkan urutan tanggal. Sebaiknya hasil karya anak di simpan dalam
sebuah tempat, misalnya dalam amplop, kotak kardus, atau map sehingga
memudahkan guru mengetahui kemajuan perkembangan anak.
H. 112 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
4. Mengolah data hasil pengamatan
Pengolahan hasil penilaian anak dalam konteks Pendidikan Kebencanaan
dilakukan melalui tahapan berikut:
a. Mengumpulkan seluruh data yang sudah diperoleh dari beberapa
alat penilaian (pengamatan, penugasan, pencatatan anekdot,
wawancara/percakapan, dan kumpulan hasil karya)
b. Mengelompokkan data tersebut sesuai dengan kelompok yang
terdapat dalam indikator pada setiap lingkup perkembangan.
c. Membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan
informasi yang tersedia.
d. Memasukkan hasil pengumpulan data kedalam format laporan
perkembangan anak (harian, bulanan, dan laporan semester).
5. Membuat pelaporan penilaian perkembangan
Laporan perkembangan anak disampaikan kepada orang tua dalam
bentuk laporan lisan dan tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang
dapat dilakukan orang tua di rumah. Laporan secara lisan dilakukan
secara insidental sedangkan laporan secara tertulis dalam bentuk laporan
perkembangan anak dilakukan setiap semester.
#
BAB_
3
Foto: Dokumentasi Kemdikbud
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
3
H. 113 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
5. Contoh Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD
1. Contoh Ceklis Perkembangan
Tema/Sub Tema
Tanggal Penilaian
: Gunung/ Gunung Meletus
: Senin, 5 Maret 2018
Aspek
Perkembangan
Indikator
Perkembangan
Nilai
Agama
dan
Moral
(NAM)
Anak dapat
membedakan
ciptaan Allah dan
ciptaan manusia
Fisik
Motorik
(FM)
Melakukan
berbagai gerakan
terkoordinasi
secara terkontrol,
seimbang dan lincah
Kognitif
(Kog)
Mengenal
benda dengan
menghubungkan
satu benda dengan
benda yang lain
Bahasa
(Bhs)
Sosial
Emosional
(Sosem)
Seni
Skala
SKALA
BB
MB
BSH
Ani,
Caca,
Hilya,
Ari
Rani,
Hamim,
Budi,
Salma
Jade,
Syabil,
Maula,
Robi
Ani,
Caca,
Hilya,
Ari
Rani,
Hamim, Jade,
Budi,
Maula,
Salma, Robi
Syabil
Caca,
Hilya,
Ari
Rani,
Hamim,
Jade,
Budi,
Salma, Maula
Syabil,
Robi
Caca,
Hilya
Rani,
Hamim,
Budi,
Salma,
Syabil,
Robi,
Jade,
Maula
Ani,
Ari,
Hilya,
Robi
Rani,
Hamim,
Budi,
Salma,
Syabil,
Jade,
Maula
Caca
Mengenal perilaku
baik dan santun
Ari,
Hilya,
Robi
Ani
Rani,
Hamim,
Budi,
Caca
Salma,
Syabil,
Jade,
Maula
Dapat membuat
berbagai macam
bentuk dari berbagai
macam media
Ani,
Ari,
Hilya,
Robi
Rani,
Hamim,
Budi,
Caca
Syabil,
Jade,
Maula
Berani
mengemukakan
keinginan/ pendapat
Ani
Ani,
Ari
Menaati aturan kelas
(kegiatan aturan)
BSB
Salma
Contoh Catatan Anekdot
Hari/Tanggal : Selasa, 6 Maret 2018
Usia/Kelompok : 5-6 tahun/B
Nama Guru : Roswita, S.Pd
Rina
Hilya
Tempat
Sentra
Persiapan
Sentra
Bahan
Alam
Waktu
Peristiwa /Perilaku
Pk. 09.00
WIB
Rina menempelkan potonganpotongan kertas ke dalam buku
gambarnya sesuai dengan bentuk
gunung. Capaian Kompetensi:
• Koordinasi mata dan tangan,
kelenturan jari jemari (FM 3.3; 4.3)
• Bertanggung jawab menyelesaikan
tugas (Sosem 2.12)
Pk. 09.30
WIB
Hilya mencampurkan warna merah
dan biru kemudian dia berkata
“Hei temanteman, lihat warnanya
berubah menjadi kuning!”
Capaian Kompetensi:
• Memiliki rasa ingin tahu tentang
pencampuran warna (Kog 2.2)
• Mengungkapkan pendapat dengan
kalimat sederhana (Bhs 3.11; 4.11)
H. 114 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
Nama
Anak
Contoh Hasil Karya
Hari/Tanggal : 5 Maret 2018
Nama : Alya
Usia : 5 tahun
Hasil Pengamatan
• Menulis nama
• Gambar rumah tinggal
• Gambar mobil
• Ada matahari bersinar
• Ada pohon besar, tanaman hias
• Ada mobil dan pagar
• Ada matahari bersinar
Analisis Ketercapaian Kompetensi Dasar:
• Keaksaraan awal: menuliskan nama (Kog 3.12; 4.12)
• Mengenal lingkungan sosial, keluarga dan tempat tinggal (Kog 3.7; 4.7)
• Mengenal lingkungan alam (Kog 3.8; 4.8)
• Koordinasi mata dan tangan, kelenturan jari jemari (FM 3.3; 4.3)
#
BAB_
3
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
BAB 4
PERAN PTK
DAN MITRA
DALAM PEN
KEBENCAN
DI SATUAN Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
DIDIKAN
AAN
PAUD
#
BAB_
4
H. 117 _ Peran PTK dan Mitra PAUD
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
A.
Peran PTK Dalam
Pendidikan
Kebencanaan
Di Satuan PAUD
Peran Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
(PTK) dalam Pendidikan
Kebencanaan sangat
penting
terutama
dalam
Pendidikan
pencegahan
dan
pengurangan resiko bencana atau lebih sering disebut sebagai
pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB). PRB merupakan sebuah
kegiatan jangka panjang dan merupakan bagian dari pembangunan
berkelanjutan. Melalui pendidikan diharapkan agar upaya pengurangan
resiko bencana dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat
dikenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik, yang
pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap kesiapsiagaan individu
maupun masyarakat terhadap bencana. Pendidikan pencegahan dan
pengurangan Risiko Bencana harus dirancang untuk membangun
budaya aman dan komunitas tangguh.
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan suatu kegiatan
jangka panjang, sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan,
dengan cara menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pengetahuan
untuk membangun budaya selamat dan tangguh pada semua
satuan pendidikan termasuk PAUD, seperti dinyatakan dalam Hyogo
Framework for Action (HFA) dan telah pula menjadi komitmen bangsa
Indonesia. PRB yang berkaitan dengan bidang pendidikan sesuai yang
tercantum dalam HFA dan telah diusulkan dalam Sendai Framework
for Disaster Risk Reduction 2015-2030, perlu menjadi program prioritas
dalam sektor pendidikan yang diwujudkan melalui pendidikan PRB di
sekolah.
Pendidikan PRB sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat
interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada.
Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas dari
pada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di
dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan
pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam. Pada
pendidikan PRB di satuan PAUD didesain dalam struktur kurikulum
lembaga (KTSP) dan diimplementasikan melalui kegiatan bermain
anak. PRB secara umum memiliki tujuan sebagai berikut:
H. 118 _ Peran PTK dan Mitra PAUD
1. Menumbuhkankembangkan nilai dan sikap kemanusiaan
2. Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap resiko
bencana
3. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman
tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik,
serta kerentanan perilaku dan motivasi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan
dan pengurangan resiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap
resiko bencana
5. Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana di atas,
baik secara individu maupun kolektif
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana
7. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan
kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak
yang disebabkan karena terjadinya bencana
8. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan
besar dan mendadak
Beberapa peran PTK adalah sebagai berikut:
1. Pemilik PAUD: Melakukan supervisi terhadap penerapan
pembelajaran dan fasilitas kesiapsiagaan bencana di PAUD.
2. Pengelola/Pendidik PAUD: (a) Menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan kesiapsiagaan bencana, (b) Melaksanakan simulasi
tanggap darurat secara kontinyu, (c) Melaksanakan proses
pembelajaran kesiapsiagaan bencana(tanda bencana, pencegahan,
merespon bencana, secara khusus simulasi penanggulangan
bencana secara berkala), dan (d) Melaksanakan sosialisasi
kesiapsiagaan bencana kepada orangtua. Berpartisipasi aktif dalam
penyusunan rencana pengurangan resiko bencana tingkat Desa.
#
BAB_
4
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
4
H. 119 _ Peran PTK dan Mitra PAUD
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Terbatasnya pelatihan untuk guru, kepala sekolah, dan tenaga
kependidikan lainnya untuk memahami dan menerapkan program SPAB di
sekolahnya. Saat ini, program pelatihan dan peningkatan kapasitas masih
bergantung pada dana yang dimiliki oleh lembaga pemerintah dan nonpemerintah, dan besaran dana ini sangat terbatas. Sedangkan, Indonesia
merupakan negara dengan perbandingan guru-peserta didik yang
terbesar di dunia, dengan jumlah lebih dari 360.000 guru. Oleh karena itu,
perlu diadakan terobosan agar guru-guru ini bisa memahami dan terampil
dengan ilmu dasar penanggulangan bencana, seperti menyelamatkan
diri dari bahaya bencana. Oleh karena itu kemitraan dalam berbagai
pihak sangat di perlukan dalam Pendidikan Kebencanaan di PAUD.
Untuk mengorganisir kemitraan
pada saat Pendidikan Kebencanaan
maka perlu ditetapkan peran dan
tugas setiap pihak yang terlibat.
Peran dan tugas akan memudahkan
koordinasi dan sinkronisasi dalam
pelaksanaannya. Berbagai pihak
dapat menjadi mitra pada Pendidikan
Kebencanaan di PAUD mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Berikut adalah Peran dan Tugas setiap pihak dalam penyelenggaraan
Pendidikan Kebencanaan Bencana pada PAUD:
B.
Kemitraan
Dalam Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan PAUD
1. PEMERINTAH PUSAT
Direktorat Pembinaan PAUD:
a. Mengembangkan alat peraga untuk tenaga pendidik dan APE anak
untuk pendidikan siaga bencana.
b. Menyusun checklist sekolah aman.
c. Mengintegrasikan pendidikan kesiapsiagaan bencana ke dalam
kurikulum PAUD yang mengacu pada kompetensi anak dan
komponen dasar pendidikan kesiapsiagaan bencana.
d. Menyusun bahan ajar kesiapsiagaan bencana untuk tenaga
pendidik dan orangtua.
e. Menyusun bahan ajar yang akan digunakan pada saat tanggap
darurat.
f. Menyusun KIE kesiapsiagaan bencana untuk anak, tenaga
pendidik, dan orangtua.
H. 120 _ Peran PTK dan Mitra PAUD
g. Dokumentasi dan distribusi seluruh dokumen kesiapsiagaan
bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB):
a. Memberikan masukan atas penyelenggaraan Pendidikan
Kebencanaan di PAUD selaras dengan program penanggulangan
kebencanaan baik nasional maupun daerah.
b. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan
dan pengurangan resiko bencana ke dalam pengembangan
Pendidikan Kebencanaan di PAUD.
c. Memberikan dukungan teknis secara optimal sesuai dengan
program BNPB/BPBD, misalnya pendampingan pengembangan
satuan pendidikan aman bencana, dukungan fasilitator/relawan
pendidikan siaga bencana.
Kementerian Agama:
a. Melakukan koordinasi dalam pendataan satuan PAUD rawan
bencana di bawah pembinaan Kementerian Agama.
b. Melakukan koordinasi pemetaan atas penyelenggaraan
pendidikan kebencanaan satuan PAUD di bawah pembinaan
Kementerian Agama.
c. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan
dan pengurangan resiko bencana kedalam pengembangan
Pendidikan Kebencanaan di PAUD.
d. Melakukan
koordinasi teknis secara optimal sesuai
dengan program Kementerian Agama dalam keseluruhan
penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan mulai dari pusat
sampai satuan pendidikan.
Kementerian Sosial:
a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
di satuan PAUD di bawah pembinaan Kementerian Sosial.
b. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan
dan pengurangan resiko bencana kedalam pengembangan
pendidikan kebencanaan di PAUD.
c. Melakukan koordinasi teknis secara optimal sesuai dengan
program Kementerian Sosial.
d. Memberikan dukungan teknis secara optimal sesuai dengan
program Kementerian Sosial, misalnya pendampingan
pengembangan satuan pendidikan aman bencana, dukungan
fasilitator/relawan pendidikan siaga bencana.
#
BAB_
4
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
4
H. 121 _ Peran PTK dan Mitra PAUD
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Kementerian dan Lembaga Lainnya:
a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di
satuan PAUD sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsinya.
b. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan dan
pengurangan resiko bencana ke dalam pengembangan Pendidikan
Kebencanaan di PAUD.
c. Melakukan koordinasi teknis secara optimal sesuai dengan tugas,
pokok, dan fungsinya.
d. Memberikan dukungan teknis secara optimal sesuai dengan tugas,
pokok, dan fungsinya.
2. PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA
Pemerintah Daerah:
1. Membuat regulasi tentang satuan pendidikan aman bencana
2. Memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pendidikan
kebencanaan khususnya pada daerah yang rawan bencana, dengan
mendorongnya sebagai kurikulum muatan lokal
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota:
1. Melakukan identifikasi pemetaan kerawanan bencana di tingkat
kabupaten.
2. Melakukan advokasi sekolah aman.
3. Melakukan pelatihan kesiapsiagaan bencana kepada orangtua.
BPBD
Kementerian Agama Provinsi dan Kementerian Agama Kabupaten/Kota
Dinas Sosial:
1. Melakukan koordinasi penyelenggaraan pendidikan kebencanaan
di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) di bawah pembinaan
Kementerian Sosial.
2. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan dan
pengurangan resiko bencana kedalam pengembangan pendidikan
kebencanaan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
3. Melakukan koordinasi teknis secara optimal sesuai dengan program
Dinas Sosial.
4. Memberikan dukungan teknis secara optimal sesuai dengan program
Dinas Sosial, misalnya pendampingan pengembangan satuan
pendidikan aman bencana, dukungan fasilitator/relawan pendidikan
siaga bencana.
e. Mitra Pusat ((HIMPAUDI, IGRA, IGTKI, ORSOSMAS, Bunda PAUD, Bidang
Usaha):
1. Koordinasi kesiapsiagaan bencana.
2. Bekerjasama dengan Dit. PPAUD dalam penyusunan bahan ajar
kesiapsiagaan bencana, dan KIE.
3. Membantu Dit. PPAUD dalam mengorganisir penyaluran bantuan.
4. Sinergi pelaksanaan program kesiapsiagaan bencana melalui CSR.
H. 122 _ Peran PTK dan Mitra PAUD
Masyarakat:
1. Meningkatkan kepedulian terhadap bencana.
2. Mengenali ancaman bencana di sekitar.
3. Mengatur pelaksanaan pendidikan kesiapsiagaan bencana.
4. Berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana pengurangan resiko
bencana tingkat Desa.
5. Membentuk Relawan Penanggulangan Bencana
Orang Tua:
1. Mengikuti pelatihan kesiapsiagaan bencana (tanda bencana,
pencegahan, merespon bencana, secara khusus simulasi
penanggulangan bencana secara berkala).
2. Berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana pengurangan resiko
bencana tingkat Desa.
Standar Nasional PAUD dan dalam peningkatan dan penguatan capaian
kompentensi/kemampuan setiap anak sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam Permendikbud Nomor 146/2014 tentang Kurikulum PAUD.
1. Dari sudut satuan atau lembaga sebagai pelaksana. Bertujuan untuk
menyelaraskan dan memberikan penguatan layanan pendidikan di
setiap satuan PAUD agar lebih sesuai dengan karakteristik, kebutuhan,
kondisi, daya dukung, dinamika bahkan kekhasan dari setiap anak
dan daerah dimana satuan atau lembaga PAUD itu berada sehingga
layanan menjadi lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal dan dapat
dipertanggungjawabkan.
#
BAB_
4
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
4
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
H. 123 _ Peran PTK dan Mitra PAUD
2. Dari sudut sumber daya manusia di satuan (penyelenggara, pengelola
dan pendidik). Bertujuan untuk penguatan komitmen dan kompetensi
(profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial) dalam memfasilitasi,
menstimulasi dan berinteraksi dengan peserta didik dalam mencapai
perkembangan dan kemampuan anak dapat menjadi lebih efektif,
efisien, berkualitas,
optimal dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dari sudut pembinaan. Bertujuan untuk lebih meningkatkan keselarasan
upaya pembinaan, baik secara internal maupun eksternal sehingga
proses pendidikan yang dijalankan oleh satuan atau lembaga PAUD
di seluruh Indonesia menjadi lebih terarah, fokus dan tepat sasaran
dalam mewujudkan seluruh capaian perkembangan anak sebagaimana
yang telah ditungkan dalam Permendikbud Nomor 137/2014
tentang Standar Nasional PAUD dan capaian seluruh kompentensi/
kemampuan setiap anak sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam Permendikbud Nomor 146/2014 tentang Kurikulum PAUD.
4. Dari sudut pemerintah daerah dan mitra. Bertujuan untuk lebih
memudahkan pemerintah daerah dan mitra dalam memberikan beragam
dukungan dan fasilitasi sesuai dengan kondisi dan kebijakan yang ada
di daerahnya, sehingga proses layanan di setiap satuan PAUD terlaksana
atau berjalan secara lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal dan dapat
dipertanggungjawabkan.
H. 124 _ Peran PTK dan Mitra PAUD
#
BAB_
4
Foto: Dokumentasi Kemdikbud
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
BAB 5
MONITORING
EVALUASI P E
PENDIDIKAN
KEBENCANA
DI SATUAN P
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
G DAN
ENERAPAN
N
AAN
PAUD
#
BAB_
5
H. 127 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Monitoring
dan
evaluasi
Pendidikan Kebencanaan di
satuan PAUD adalah proses
pemantaun dan penilaian
penyelenggaraan Pendidikan
Kebencanaan di satuan PAUD yang dilaksanakan oleh setiap satuan
PAUD sasaran dan atau petugas khusus dengan mengacu pada indikator
keberhasilan sebagaimana yang telah ditetapkan.
A.
Pengertian Monitoring
dan Evaluasi
B.
Tujuan Monitoring
dan Evaluasi
Tujuan monitoring dan evaluasi Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD
disajikan di bawah ini:
TUJUAN MONITORING:
Secara umum tujuan monitoring dan evaluasi dilakukan dalam rangka
memastikan efektivitas pelaksanaan dan pembinaan Penerapan Pendidikan
Kebencanaan di Lembaga PAUD. Secara khusus tujuan monitoring Penerapan
Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD adalah:
1. Memastikan efektifitas pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan
dengan kurikulum yang dikembangkan/dimiliki lembaga PAUD (KTSP
PAUD).
2. Memastikan efektifitas pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan
dengan RPP yang dikembangkan/dimiliki lembaga PAUD (Prosem,
RPPM, dan RPPH).
3. Memastikan efektifitas pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan
dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan lembaga PAUD
(Kegiatan Bermain Anak).
4. Memastikan efektifitas pelibatan mitra terkait dalam penyelenggaraan
Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD.
5. Memastikan efektifitas pembinaan, baik secara internal maupun
eksternal dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di lembaga
PAUD.
TUJUAN EVALUASI:
Secara umum tujuan evaluasi dilakukan untuk mengetahui mutu capaian
secara komprehensif terkait penyelenggaraan atau penerapan Pendidikan
Kebencanaan di Lembaga PAUD. Secara khusus tujuan evaluasi penerapan
Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD adalah:
C.
Ruang Lingkup
H. 128 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan
1. Mengetahui mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan
Kebencanaan dengan kurikulum yang dikembangkan/dimiliki lembaga
PAUD (KTSP PAUD).
2. Mengetahui mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan
Kebencanaan dengan RPP yang dikembangkan/dimiliki lembaga PAUD
(Prosem, RPPM, dan RPPH).
3. Mengetahui mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan
Kebencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
lembaga PAUD (Kegiatan Bermain Anak).
4. Mengetahui mutu capaian dari pelibatan mitra terkait dalam
penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD.
Mengetahui mutu capaian dari pembinaan, baik secara internal maupun
eksternal dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di lembaga
PAUD.
Cakupan dan sasaran monitoring
dan evaluasi Penerapan Pendidikan
Kebencanaan di Lembaga PAUD
dijabarkan sebagai berikut:
1. Lingkup Monitoring Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga
PAUD:
Cakupan dan sasaran monitoring Penerapan Pendidikan Kebencanaan di
Lembaga PAUD dijabarkan sebagai berikut:
a. Monitoring terkait dengan efektifitas pengintegrasian Pendidikan
Kebencanaan dengan kurikulum yang dikembangkan/dimiliki lembaga
PAUD (KTSP PAUD), meliputi:
1. Keselarasan dengan jenis kebencanaan yang ada di daerah
setempat.
2. Keselarasan dengan daya dukung dan sumber daya setempat.
#
BAB_
5
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
5
H. 129 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
3. Keselarasan dengan visi, misi, dan tujuan satuan/lembaga PAUD.
b. Monitoring terkait dengan efektifitas pengintegrasian Pendidikan
Kebencanaan dengan RPP yang dikembangkan/dimiliki satuan atau
lembaga PAUD (Prosem, RPPM, dan RPPH), meliputi:
1. Keselarasan dengan Kurikulum Satuan yang telah dikembangkan.
2. Kelengkapan dan keutuhan dari setiap jenis RPP yang disusun/
dikembangkan.
3. Kemampuan setiap RPP untuk dioperasionalkan secara efektif
dan berkualitas.
c. Monitoring terkait dengan efektifitas pengintegrasian Pendidikan
Kebencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
satuan atau lembaga PAUD (Kegiatan Bermain Anak), meliputi:
1. Kegiatan pembelajaran dalam menerapkan prinsip-prinsip belajar
melalui bermain.
2. Kegiatan
pembelajaran
dalam
mengoptimalkan
dan
memberdayakan potensi dan daya dukung setempat.
d. Monitoring terkait dengan efektifitas pelibatan mitra terkait dalam
penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga
PAUD, meliputi:
1. Cara-cara pelibatan mitra dari berbagai kalangan.
2. Efektifitas dan dampak dari pelibatan mitra.
e. Monitoring terkait dengan efektifitas pembinaan, baik secara internal
maupun eksternal dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di
satuan atau lembaga PAUD, meliputi:
1. Kesesuaian penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan
PAUD dengan buku-buku pedoman implementasi kurikulum PAUD
sebagaimana yang telah ditetapkan/diterbitkan oleh Direktorat
Pembinaan PAUD.
2. Kesesuaian penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan
PAUD dengan pedoman/panduan Pendidikan Kebencanaan
sebagaimana yang telah diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan
PAUD.
3. Efektifitas pola dan strategi pembinaan yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota sebagaimana kewenangan dalam
a. Evaluasi mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan
dengan kurikulum yang dikembangkan/dimiliki satuan atau lembaga
PAUD (KTSP PAUD), meliputi:
1. Evaluasi keselarasan dengan jenis kebencanaan yang ada di
daerah setempat.
2. Evaluasi keselarasan dengan daya dukung dan sumberdaya
setempat.
3. Evaluasi keselarasan dengan visi, misi, dan tujuan satuan/lembaga
PAUD .
b. Evaluasi mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan
dengan RPP yang dikembangkan/dimiliki satuan atau lembaga PAUD
(Prosem, RPPM, dan RPPH), meliputi:
1. Evaluasi keselarasan dengan Kurikulum Satuan yang telah
dikembangkan.
2. Evaluasi kelengkapan dan keutuhan dari setiap jenis RPP yang
disusun/dikembangkan.
3. Evaluasi kemampuan setiap RPP untuk dioperasionalkan secara
efektif dan berkualitas.
c. Evaluasi mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan
dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan satuan atau
lembaga PAUD (Kegiatan Bermain Anak), meliputi:
1. Evaluasi kegiatan pembelajaran dalam menerapkan prinsipprinsip belajar melalui bermain.
2. Evaluasi kegiatan pembelajaran dalam mengoptimalkan dan
memberdayakan potensi dan daya dukung setempat.
d. Evaluasi mutu pelibatan mitra terkait dalam penyelenggaraan
Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD, meliputi:
1. Evaluasi cara-cara pelibatan mitra dari berbagai kalangan.
2. Evaluasi efektifitas dan dampak dari pelibatan mitra.
H. 130 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan
bidang Penyelenggaraan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini.
2. Lingkup Evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga
PAUD:
Cakupan dan sasaran evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan di
Lembaga PAUD selaras dengan lingkup monitoring program, dijabarkan
sebagai berikut:
#
BAB_
5
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Foto: Dokumentasi Kemdikbud
#
BAB_
5
H. 131 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
e. Evaluasi terkait dengan efektifitas pembinaan, baik secara internal
maupun eksternal dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di
lembaga PAUD, meliputi:
1. Evaluasi kesesuaian penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
di satuan PAUD dengan buku-buku pedoman implementasi
kurikulum PAUD yang telah diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan
PAUD.
2. Evaluasi kesesuaian penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan
di satuan PAUD dengan mengacu kepada pedoman/panduan
pendidikan kebencanaan yang diterbitkan oleh Direktorat
Pembinaan PAUD.
3. Evaluasi efektifitas pola dan strategi pembinaan yang dilakukan
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagaimana kewenangan
dalam bidang Penyelenggaraan Layanan Pendidikan Anak Usia
Dini.
D.
Indikator Keberhasilan Penerapan
Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD
Indikator Keberhasilan Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga
PAUD adalah kriteria untuk menentukan tingkat keberhasilan sesuai dengan
ruang lingkup monitoring dan evaluasi. Secara umum, indikator keberhasilan
Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD sebagai berikut:
E.
Mekanisme Pelaksanaan Monitoring
dan Evaluasi
PERSIAPAN
MONEV
1. Penjadwalan
2. Penyiapan
Instrumen
3. Penetapan
Petugas
4. Pemberangkatan
PELAKSANAAN
MONEV
PELAPORAN
MONEV
1. Pengisian Angket
2. Pengamatan
Praktik
3. Telaah Dokumen
4. Dokumentasi
1. Penulisan sesuai
sistematika
2. Penyerahan
Laporan
Mekanisme yang digambarkan di atas, setiap tahapannya dijelaskan
sebagai berikut:
1. Persiapan Monitoring dan Evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan
di Lembaga PAUD. Pada tahapan persiapan hal-hal yang mesti dilakukan
dengan cermat adalah:
a. Penyusunan jadwal kegiatan monev sesuai dengan sasaran. Jadwal
sebaiknya dirancang secara cermat, sehingga semua yang telah
dijadwalkan dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Instrumen yang akan digunakan dalam kegiatan monev hendaklah
telah disiapkan dan diperiksa dengan teliti kelengkapannya. Apabila
diperlukan telah digandakan atau diperbanyak sebelum keberangkatan.
c. Penentuan dan penetapan petugas monev hendaklah mereka yang
memiliki kompentensi memadai. Sebelumnya petugas yang akan
berangkat monev telah mempelajari ruang lingkup dan sasaran monev
dengan baik. Jika monev dilakukan secara serentak akan lebih baik jika
dilakukan pembekalan terlebih dahulu kepada para petugas monev.
d. Pemberangkatan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
Pemberangkatan mempertimbangkan alat transportasi yang paling
tepat dan kecukupan waktu, baik untuk menempuh perjalanan maupun
untuk pelaksanaan monev nya itu sendiri.
H. 132 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan
Mekanisme pelaksanaan monitoring dan evaluasi Pendidikan Kebencanaan
di Lembaga PAUD secara menyeluruh mengikuti kerangka dan alur
sebagaimana digambarkan di bawah ini:
#
BAB_
5
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
#
BAB_
5
H. 133 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
2. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan
di Lembaga PAUD. Pelaksanaan monev diupayakan mendapatkan
informasi dan data yang lengkap, utuh dan bermakna. Untuk mendapat
informasi yang baik, dapat menggunakan berbagai teknik pelaksanaan,
diantaranya yang dianjurkan dalam kegiatan ini, yaitu:
a. Pengisian angket. Sasaran monev diminta mengisi angket untuk
mendapat berbagai informasi sesuai dengan yang diperlukan.
Berikanlah penjelasan sebelumnya kepada responden sebelum mereka
mengisinya. Hal ini penting dilakukan agar informasi yang diperoleh
sesuai dengan yang diharapkan.
b. Pelaksanaan wawancara. Wawancara dapat dilakukan, terutama
untuk mendapat penjelasan yang lebih lengkap dan mendalam. Topik
pertanyaan dapat mengacu pada hal-hal yang telah dituangkan pada
angket maupun pada instrumen lainnya.
c. Pengamatan praktek. Karena penerapan pendidikan kebencanaan pada
dasarnya pengintegrasian berbagai kegiatan pendidikan kebencanaan
dalam praktek pembelajaran kepada anak-anak akan sangat bermakna
apabila saat monev melihat hal-hal yang bersifat empiris atau praktek.
Data praktek akan sangat baik dalam menyimpulkan keberhasilan
penerapan pendidikan kepeda anak usia dini.
3. Pelaporan Monitoring dan Evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan
di Lembaga PAUD:
a. Setelah selesai melaksanakan monev, petugas monev hendaklah segera
menulis sesuai sistematika yang telah ditetapkan.
b. Jika laporan selesai disusun, maka sebera diserahkan laporan tersebut
kepada pihak pemberi tugas/mandat. Laporan dibuat secara memadai
baik jumlah maupun dukungan kelengkapannya.
F.
Pelaporan Hasil Monitoring dan Evaluasi
Pelaporan keseluruhan hasil monitoring dan evaluasi dari Penerapan
Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD dilakukan para petugas monev
yang telah mendapat tugas dan menjalankanya. Laporan ditulis dengan
sistematika yang telah ditetapkan.
H. 134 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan
Kualitas laporan akan dilihat dari tiga kriteria, yaitu: 1) Kesesuaian penulisan
dengan sistematika yang telah ditetapkan, 2) Substansi isi laporan, baik secara
keseluruhan maupun bagian demi bagian, dan 3) tata tulis dan ketentuan
teknis, termasuk lampiran/kelengkapan.
#
BAB_
5
Foto: Dokumentasi Kemdikbud
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
BAB 6
PENUTUP
Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD
Pengintegrasian muatan pendidikan kebencanaan ke dalam kurikulum
lembaga PAUD merupakan salah satu bentuk perwujudan diversifikasi
kurikulum 2013 PAUD. Oleh karena itu dalam pengembangannya hendaklah
mengacu kepada semua pedoman implementasi dari kurikulum tersebut.
Untuk mendapat proses dan hasil yang optimal dari pengembangan
pendidikan kebencanaan di satuan PAUD, maka pihak pengembang, dalam
hal ini pendidik dan tenaga kependidikan di satuan PAUD hendaklah telah
tuntas mempelajari keseluruhan buku-buku pedoman implelentasi dari
Kurikulum PAUD tersebut. Setelah itu barulah mendalami buku Panduan
Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD dengan cermat dan seksama.
Langkah selanjutnya, barulah lakukan proses integrasi secara bertahap.
Dengan prosedur tersebut, diharapkan lembaga PAUD manapun yang akan
mengembangkan atau mengintegrasikan muatan pendidikan kebencanaan
ke dalam kurikulum PAUD yang sedang dan akan dilaksanakannya
tidak mendapatkan kesulitan, dan prosesnya akan jauh lebih mudah
diwujudkan. Semua semua pihak yang terlibat dalam pengembangan
kurikulum pendidikan kebencanaan di satuan PAUD dapat melaksanakan
pengembangan pendidikan kebencanaan di setiap satuan PAUD yang
tersebar di seluruh Indonesia berjalan dengan efektif, efisien dan optimal.
#
BAB_
6
Pedoman
Pendidikan
Kebencanaan
di Satuan
PAUD
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER UTAMA:
• Tim Penulis Kemdikbud (2018), Pedoman Pengembangan Pembelajaran dalam
Kurikulum 2103 PAUD, Jakarta: Direktorat Pembinaan PAUD, Ditjen PAUD dan Dikmas
Kemendikbud (edisi revisi)
• Pedoman-pedoman Implementasi K-13 PAUD, Edisi Revisi
SUMBER PENGEMBANGAN:
• Beaty, Janice J. 2010. Observing Development of The Young Child. New Jersey. Pearson
Education, Inc.
• Coughlin, Pamela A et all (1997). Creating Child Centered Classrooms: 3-5 year olds.
Washington DC: Children’s Resources International, Inc.
• Dodge, Diane, Truster, Laura J Colker, Cate Horeman. 2002. Creative Curriculum For
Preschool Fourt Edition, Washington DC. Cengage Learning.
• Eliason, Claudia, Loa Jenkins. 2008. A Practical Guide to Early Childhood Curriculum
Eight Edition. New Jersey, Pearson Education, Inc.
• Essa, Eva L. Introduction to Early Childhood Education, Amnotated Students Edition, 6th
ed. Belmont, USA: Wadsworth, 2011.
• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014. 2015.
• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014. 2015.
• Wortham, Sue. Assessment in Early Childhood Education, Ohio: Pearson Merrill Prentice
Hall, New Jersey, Columbus, 2005.
• BNPB, Buku saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana, Badan
penanggulangan Bencana, 2017.
• Cinintya Dewi, Ibnu Mundzir, dkk, Panduan Kegiatan Rekreasional bersama Anak usia
6-12 tahun di daerah Pasca Bencana, Depok: LPSP3 UI, 2007.
• Tirza, Nathanael , dkk, Pemulihan Trauma Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat
Bencana Alam, Perfecta, Jakarta, 2007.
• Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jendral
pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Tangguh Bencana, Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
• Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jendral
pendidikan Dasar dan Menengah, Pembinaan Pendidikan dan kebudayaan, Modul 1 Pilar
1-Fasilitas Sekolah Aman , Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.
• Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jendral
pendidikan Dasar dan Menengah, Pembinaan Pendidikan dan kebudayaan, Modul 2 Pilar
2-Manajemen Bencana Di Sekolah, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
2018.
• Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jendral
pendidikan Dasar dan Menengah, Pembinaan Pendidikan dan kebudayaan, Modul 3
Pilar 3- Pendidikan pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana, Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.
• Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana Direktorat Pembinaan Pendidikan
Khusus Dan Layanan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Pendidikan Tangguh Bencana, Jakarta:Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2017.
• Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. BNPB. 2007.
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Rambu dan Papan Informasi Bencana.
• Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana Nasional. BNPB 2017.
• http://www.ifrc.org/en/what-we-do/disaster-management/preparing-for-disaster
(diakses pada 30 Oktober 2017)
• Fayeldi, T & Nurhakim, S 2012, ‘Seri Jelajah Sains Cuaca dan Iklim’, Bestari Kids, Jakarta.
• http://www.unisdr.org/files/11541_DroughtRiskReduction2009_library.pdf
(Diakses
pada 9 November 2017)
• Child Fund Indonesia, Kumpulan Lagu dan Yel-yel untuk layanan PAUD
• PLAN International, Kelompok Pengasuhan Anak
PEDOMAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI KESATUAN PAUD
DIREKTORAT PEMBINAAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Pedoman
Pendidikan Kebencanaan
Di Satuan PAUD
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
_
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kompleks Perkantoran Kemdikbud
Gedung E, Lantai 7
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan
Jakarta Pusat - 10270
Telepon. (021) 5703151
laman: www.paud.kemdikbud.go.id
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Tahun 2019
Download