PEDOMAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI KESATUAN PAUD DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Pedoman Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT _ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kompleks Perkantoran Kemdikbud Gedung E, Lantai 7 Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta Pusat - 10270 Telepon. (021) 5703151 laman: www.paud.kemdikbud.go.id Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2019 Pedoman Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT _ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kompleks Perkantoran Kemdikbud Gedung E, Lantai 7 Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta Pusat - 10270 Telepon. (021) 5703151 laman: www.paud.kemdikbud.go.id Cetakan 1 PEDOMAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI SATUAN PAUD Diterbitkan Oleh: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pengarah : Ir. Harris Iskandar, Ph.D Penanggung Jawab : Dr. Muhammad Hasbi Penyunting : Dra. Kurniati Restuningsih, M.Pd Dra. Lestari K. Wardhani, M.Hum Dra. Mareta Wahyuni, M.Pd Tim Penulis : Dr. Muhammad Hasbi Dr. Irma Yuliantina Nurfadilah, M. Psi., Psikolog Ali Nugraha, M.Pd Penelaah : Budi Susilorini, MBA Azizah Muis, M.Pd Dr Kartini, S.Ag, M.Pd. Aminingrum, MA Drs. Iyan Kusmadiana, MPS.Sp Penata Letak : Dominggo Subandrio, S.Sn Ilustrasi : Ratih Mahardika, M.Ds Ilham Tri Rahman Sekretariat : Elis Widiyawati, S.Psi KATA SAMBUTAN _ Indonesia termasuk negara yang rawan bencana karena berada di Cincin Api Pasifik yang mengakibatkan seringnya terjadi bencana alam, seperti : gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor dan tsunami. Oleh karena itu dalam memberikan perlindungan dan keselamatan kepada peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan dari risiko bencana, satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Anak usia dini sebagai salah satu pihak yang rentan terhadap dampak bencana perlu diberikan Ir. Harris Iskandar, Ph.D. Pendidikan Kebencanaan oleh pendidik, sebagai salah satu penanggulangan bencana dan jaminan keberlangsungan proses pendidikan selama pasca bencana sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dilaksanakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh. Program satuan pendidikan aman bencana di satuan pendidikan, termasuk satuan PAUD, telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 33 Tahun 2019. Penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di satuan PAUD yang dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD merupakan bentuk nyata dari diversifikasi Kurikulum 2013. Dengan demikian, saya menyambut baik disusunnya Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi sebuah langkah nyata dalam menyiapkan anak menjadi lebih tangguh di dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana di masa mendatang. Jakarta, November 2019 Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas, Ir. Harris Iskandar, Ph.D NIP. 196204291986011001 i _ Kata Sambutan KATA PENGANTAR _ Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pendidikan anak usia dini terus berupaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini di seluruh Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyiapkan pedoman pendidikan kebencanaan sebagai panduan bagi satuan PAUD dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana yang kerap terjadi di Indonesia. Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Dr. Muhammad Hasbi ini berisikan apa, mengapa dan bagaimana cara mengintegrasikan muatan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum tingkat satuan yang disusun oleh satuan PAUD. Upaya ini merupakan tindakan penting dan mendasar yang bukan hanya sebagai tindakan pengembangan atau pengayaan kurikulum, tetapi juga merupakan tindakan preventif bagi kehidupan setiap anak dalam menghadapi peristiwa tersebut di masa yang akan datang, sehingga ketika dihadapkan pada kejadian nyata setiap anak telah memiliki kesiapan yang memadai dalam menghadapinya. Pedoman ini disajikan secara menarik dan aplikatif agar dapat dipahami dan dilaksanakan oleh tenaga pendidik dan kependidikan serta semua pihak yang memerlukan informasi tentang bencana, penanggulangan dan antisipasinya. Akhirnya, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan saran dan masukan sehingga pedoman ini dapat diterbitkan. Pedoman ini sangat terbuka untuk perbaikan bagi penyempurnaan di masa mendatang, untuk itu kami mengundang pembaca memberikan masukan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-NYA serta menghindarkan kita dari bencana. Jakarta, November 2019 Direktur Pembinaan PAUD, Dr. Muhammad Hasbi NIP. 19736231993031001 ii _ Kata Pengantar DAFTAR ISI _ Kata Sambutan Kata Pengantar Daftar Isi i ii iii - iv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar Hukum C. Tujuan Pedoman D. Pengguna Pedoman E. Hasil Yang Diharapkan 1 3-4 5 6 7 8 BAB 2 KONSEP PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI SATUAN PAUD A. Pengertian Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD B. Kedudukan Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD C. Tujuan Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD D. Sasaran Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD E. Prinsip Penerapan Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD F. Ruang Lingkup Pengembangan Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD 9 11- 14 15 16 - 17 18 - 19 20 - 23 24 - 26 BAB 3 PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI SATUAN PAUD A. Mekanisme Penyelenggara Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD a. Tahap Persiapan b. Tahap Pelaksanaan c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi B. Prasyarat Satuan PAUD Penyelenggara Pendidikan Kebencanaan a. Kriteria Umum b. Kriteria Khusus iii _ Daftar Isi 27 29 30 30 - 32 32 33 33 33 C. Muatan Pendidikan a. Muatan Materi Pendidikan Kebencanaan Untuk Wawasan Pendidik Pengelola dan Penyelenggara Pendidikan Kebencanaan b. Muatan Materi Pendidikan Kebencanaan Untuk Anak usia Dini D. Strategi Pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD a. Pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan Dalam KTSP b. Pengitegrasian Pendidikan Kebencanaan Ke Dalam Perencanaan Pembelajaran (RPP) c. Pengitegrasian Pendidikan Kebencanaan Ke Dalam Pelaksanaan Pembelajaran (Metode/Kegiatan Main Anak) d. Penggunaan Media dan Sumber Belajar Pendidikan Kebencanaan (Permainan Pengenalan Pendidikan Kebencanaan) e. Pelaksanaan Penilaian Perkembangan Anak Dalam Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 34 34 - 44 44 - 55 56 56 - 57 58 - 61 62 - 84 84 - 108 109 - 114 BAB 4 PERAN PTK DAN MITRA DALAM PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI SATUAN PAUD A. Peran PTK Dalam Pendidikan PRB di PAUD B. Kemitraan Dalam Pendidikan Kebencanaan di PAUD BAB 5 MONITORING DAN EVALUASI A. Pengertian Monitoring & Evaluasi B. Tujuan Monitoring & Evaluasi C. Ruang Lingkup Monitoring & Evaluasi D. Indikator Keberhasilan Monitoring & Evaluasi E. Mekanisme Pelaksanaan Monitoring & Evaluasi F. Pelaporan Hasil Monitoring & Evaluasi 115 117 - 119 119 - 124 125 127 127 128 131 132 - 133 134 BAB 6 PENUTUP 135 DAFTAR PUSTAKA 137 iv _ Daftar Isi Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD BAB 1 PENDAHUL Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD UAN # BAB_ 1 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD A. LATAR BELAKANG H. 3 _ Pendahuluan Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2017) dalam 15 tahun terakhir (2002 - 2016), jumlah kejadian bencana di Indonesia meningkat hampir 20 kali lipat. Jenis bencana bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu hidrometeorologis (banjir, tanah longsor, gelombang pasang/abrasi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan angin puting beliung) dan geologis (gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api). Lebih dari 90% kejadian bencana di Indonesia diakibatkan oleh banjir dan tanah longsor, di mana lebih dari 28 juta orang terkena dampak antara 20022016. Namun, berdasarkan jumlah korban jiwa, bencana terkait geologi adalah jenis bencana yang paling mematikan, di mana lebih dari 90% korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana disebabkan oleh gempa bumi dan tsunami. Pada 15 tahun terakhir, terdapat 46.648 sekolah yang terdampak, sedangkan untuk PAUD masih belum ada data yang akurat. Data ini hanya dihimpun berdasarkan skala bencana menengah dan besar yang memberikan dampak signifikan pada sektor pendidikan Indonesia. Semua orang mempunyai risiko terhadap potensi bencana, sehingga penanganan bencana merupakan urusan semua pihak. Oleh sebab itu, perlu dilakukan berbagi peran dan tanggung jawab dalam peningkatan kesiapsiagaan di semua tingkatan, baik anak, remaja, dan dewasa, seperti yang telah dilakukan di Jepang, untuk menumbuhkan kesadaran kesiapsiagaan bencana. Bencana alam merupakan kejadian yang menimbulkan pengalaman traumatik bagi setiap manusia namun mempengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda. Meskipun demikian, terdapat reaksi emosi dan prilaku yang khas pada beberapa kelompok usia tertentu, misalnya pada anak usia dini. Anak usia dini lebih mengalami kesulitan dalam menghadapi peristiwa traumatik karena memiliki keterbatasan dalam hal pengalaman hidup, keterampilan Pendahuluan dalam penyelesaian masalah, kemampuan untuk mengekspresikan perasaan maupun kebutuhannya sehingga kehadiran orang dewasa. H. 4 _ Dengan banyaknya potensi bencana yang terjadi di Indonesia, maka menjadi penting pendidikan kebencanaan ini dilakukan sejak dini, dan hal ini bisa kita lakukan dengan mendidik para guru PAUD tentang pendidikan kebencanaan yang nantinya dapat disampaikan pada anak melalui kegiatan main sesuai prinsip pembelajaran di PAUD. Upaya pemberian pendidikan kebencanaan sejak dini merupakan tindakan penting dan mendasar yang bukan hanya sebagai tindakan pengembangan atau pengayaan kurikulum semata, tetapi juga merupakan tindakan preventif bagi kehidupan setiap anak dalam menghadapi fenomena tersebut di masa yang akan datang, sehingga ketika dihadapkan pada kejadian nyata setiap anak telah memiliki kesiapan yang optimal dalam menghadapinya. Agar penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di PAUD sesuai arah kebijakan dan tepat sasaran, efisien, efektif dan optimal, maka disusunlah buku “Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD”. # BAB_ 1 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 1 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD B. DASAR HUKUM H. 5 _ Pendahuluan Penyunan Buku Pedoman Pendidikan Kebencanaan untuk Satuan PAUD ini mengacu pada landasan-landasan sebagai berikut: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 yang telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2017 tentang Guru Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan 2013 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana DIPA Direktorat Pembinaan PAUD Tahun 2019. C. TUJUAN PEDOMAN 1. Tujuan Umum Menjadi acuan dalam penyelenggaraan dan operasional Pendidikan Kebencanaan yang dilaksanakan di setiap satuan PAUD, sehingga sesuai dengan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. 2. Tujuan Khusus Memberikan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran melalui bermain dan aktivitas lainnya terhadap peserta didik dalam pendidikan kebencanaan yang di selenggarakan satuan PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. Memberikan acuan dalam pelaksanaan penilaian pembelajaran dan perkembangan anak dalam pendidikan kebencanaan yang di selenggarakan di satuan PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. Memberikan acuan dalam pelibatan mitra terkait yang mendukung pelaksanaan pendidikan kebencanaan yang diselenggarakan di satuan PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. H. 6 _ Pendahuluan Memberikan acuan dalam penetapan arah dan tujuan dalam penyelenggaran pendidikan kebencanaan yang dilaksanakan di satuan PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. Memberikan acuan dalam penyusunan dan pengintegrasian kurikulum pendidikan kebencanaan yang akan dikembangkan di satuan PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. Memberikan acuan dalam penyusunan dan pengintegrasian RPP yang akan dilaksanakan di satuan PAUD secara tepat, efektif, efisien, dan optimal sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. # BAB_ 1 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 1 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD D. PENGGUNA PEDOMAN H. 7 _ Pendahuluan Pedoman ini terutama diharapkan menjadi pedoman bagi pihak-pihak sebagai berikut: • Satuan atau lembaga PAUD yang akan dan sedang menyelenggarakan Pendidikan Kebencanaan. • Penilik atau pengawas yang mendapat penugasan dalam pembinaan terhadap penyelenggaraan pendidikan di satuan atau lembaga PAUD. • Dinas pendidikan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. • Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. • Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat dan daerah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. • Mitra atau pemangku kepentingan lainnya yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD. Hasil yang diharapkan adalah Pendahuluan E. HASIL YANG DIHARAPKAN terjadi persamaan persepsi semua pihak dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan H. 8 _ di satuan atau lembaga PAUD sesuai arah dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud, sehingga pelaksanaannya tepat, efektif, efisien, optimal dan berkualitas serta dapat dipertanggungjawabkan selaras dengan tujuan pendidikan nasional. # BAB_ 1 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD BAB 2 KONSEP PENDIDIKA KEBENCAN DI SATUAN Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD N AAN PAUD # BAB_ 2 H. 11 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Peningkatan layanan dan pembangunan pendidikan yang semakin berkualitas dan memerlukan penyelarasan sesuai dengan situasi, kondisi dan dinamika yang ada dan terjadi, salah satunya adalah kurikulum. Kurikulum sebagai jantung pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon karakteristik dan kebutuhan anak, baik di masa kini dan masa yang akan datang. Pada saat ini dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pemerintah telah menerbitkan kurikulum nasional PAUD yang ditetapkan berdasarkan Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, yang dikenal dengan Kurikulum 2013 PAUD. Kurikulum tersebut bersifat rujukan bagi seluruh penyelenggaraan PAUD yang tersebar di Indonesia. Dengan demikian kurikulum tersebut masih bersifat umum, untuk dapat dilaksanakan secara aktual, maka setiap satuan PAUD harus mengembangkannya menjadi kurikulum operasional yang sesuai dengan kondisi dan kekhasan atau potensi yang tersedia, baik pada tingkat satuan itu sendiri maupun pada tingkat daerah (lokal). A. Pengertian Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Upaya aktualisasi kurikulum dapat merujuk pada berbagai dimensi dan kondisi yang dihadapi dan terjadi secara nyata di satuan pendidikan maupun kondisi obyektif di mana satuan pendidikan tersebut berada (di daerah tertentu). Salah satu kondisi nyata yang dihadapi saat ini, serta banyak terjadi di seluruh daerah Indonesia adalah kedaan bencana alam. Bencana tersebut akhir-akhir ini bahkan hampir merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia, baik bencana banjir, tsunami, gempa bumi, longsor, akibat letusan gunung berapi, dan sebagainya. Bahkan, pada beberapa wilayah kondisi tersebut menjadi bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena dapat berlangsung lama, tiba-tiba terjadi serta menjadi kejadian rutin, misalnya saja bencana banjir. Kondisi tersebut, jika dilihat dengan cermat nampaknya dari waktu ke waktu semakin sering terjadi, bahkan area nya memiliki kecenderungan semakin meluas. Penyelenggaraan dan pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD dilakukan berdasarkan pada definisi dan batasan yang tepat, sehingga perwujudannya terjadi dengan efektif, efisien, berkualitas dan optimal. Mengacu kepada sistem pendidikan nasional, kurikulum yang berlaku dan kekhasan dari masing-masing lembaga PAUD, maka Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD diartikan sebagai serangkaian upaya dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD dengan cara mengintegrasikan muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam kurikulum dan pembelajaran yang sedang dan akan dilaksanakan di satuan atau lembaga PAUD secara efektif, efisien, berkualitas, optimal dan dapat dipertanggungjawabkan. H. 12 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan Kondisi tersebut di atas, tentu bukan hanya berdampak pada kehidupan masyarakat secara umum, tetapi juga berdampak terhadap penyelenggaraan dan layanan pendidikan, termasuk pada penyelenggaraan pendidikan di satuan atau lembaga PAUD. Bahkan lebih jauhnya berdampak pada peserta didik (anak-anak) baik pada saat itu, maupun pada kehidupan anak tersebut kelak ketika mereka dewasa. Hal-hal seperti itu tentulah tidak boleh dibiarkan, diperlukan respon, antisipasi, dan penanganan yang seksama bahkan serius, agar dampak dan resikonya dapat dikurangi bahkan ditiadakan pada tingkat yang minimum. Salah satu upayanya adalah dengan penanganan secara terintegrasi melalui proses pendidikan yang sedang diikuti oleh peserta didik atau anak-anak. Semakin dini upaya tersebut dilakukan, maka menjadi lebih baik. Oleh karena itu, diversifikasi penyelenggaraan dan materi kurikulum terkait kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD menjadi sangat penting dan strategis sebagai dasar dalam mengurangi risiko atas berbagai/beragam kejadian bencana yang dihadapi. # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 2 H. 13 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Berdasarkan pengertian Pendidikan Kebencanaan tersebut, maka dapat ditegaskan beberapa hal kunci dan mendasar dalam pelaksanaannya, yaitu: 1 2 Pelaksanaan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD tidak berdiri sendiri, tetapi melalui proses integrasi yang dilakukan dengan cermat, hati-hati dan kesungguhan (bukan formalitas semata) mulai dari perencanaan hingga evaluasinya; Substansi pengintegrasian adalah terletak pada muatan pendidikan, jadi arah, tujuan, lingkup perkembangan, kompetensi, struktur kurikulum dan landasan pengembangannya tetap mengacu pada acuan dan kerangka kurikulum nasional yang telah ditetapkan, dalam hal ini tetap berlandaskan pada kurikulum nasional PAUD sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 146/2014; Demikianlah makna dari penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD. Untuk dapat mewujudkan definisi di atas dalam konteks nyata di satuan PAUD, maka setiap penyelenggara dan pemangku kepentingan, baik yang terkait secara langsung maupun tidak lamngsung, perlu menyamakan persepsi dan langkah sebagaimana 4 Dalam pengembangannya, semua upaya yang dilakukan dapat diimplementasikan secara efektif, efisien, berkualitas, optimal dan dapat dipertanggungjawabkan; Sebagai muara dari proses dan hasil Pendidikan Kebencanaan yang dilakukan di satuan PAUD adalah semata-mata dalam kerangka mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, meskipun mereka berada pada situasi kebencanaan. konsep yang telah dirumuskan tersebut. Konsep yang telah dirumuskan tersebut hendaklah senantiasa menjadi acuan, inspirasi bahkan jaminan dalam mengembangkan setiap aspek yang terkait dengan penyelenggaraan dan penerapan pendidikan kebencanaan di satuan PAUD di mana pun berada di seluruh Indonesia. H. 14 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan 3 # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 2 H. 15 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Kedudukan penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD dalam implementasi kurikulum yang saat ini sedang digunakan dan dikembangkan oleh satuan atau lembaga PAUD, terutama dengan kerangka penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang selama ini sedang berjalan adalah sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD dalam konteks implementasi kurikulum merupakan bentuk nyata dari perwujudan penerapan prinsip diversifikasi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 yang telah diterbikan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. B. Kedudukan Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 2. Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD dalam konteks implementasi kurikulum merupakan upaya menyelaraskan dan penguatan layanan pendidikan di setiap satuan atau lembaga PAUD agar lebih sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, kondisi, daya dukung, dinamika bahkan kekhasan dari setiap anak dan daerah di mana satuan atau lembaga PAUD itu berada, sehingga layanan menjadi lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD ditempatkan sebagai salah satu upaya nyata dalam mendukung peningkatan dan penguatan capaian perkembangan anak sebagaimana yang telah dituangkan dalam Permendikbud Nomor 137/2014 tentang Standar Nasional PAUD dan dalam peningkatan dan penguatan capaian kompentensi/kemampuan setiap anak sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 146/2014, tentang Kurikulum PAUD. Demikianlah kedudukan penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD ditempatkan, sehingga posisi pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan sesungguhnya merupakan upaya strategis dan menjadi bagian penting dalam praktik dan kebijakan pendidikan pada jenjang satuan PAUD di Indonesia. Tujuan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD secara umum adalah sama dengan tujuan dari Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi anak agar memiliki kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya dan kehidupan lebih luas secara lebih optimal. Kesiapan menempuh pendidikan selanjutnya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan anak dalam mengikuti pendidikan pada jenjang lebih tinggi, sedang kesiapan dalam menghadapi kehidupan yang lebih luas agar kelak setiap anak dapat menjalani kehidupan lebih baik ketika dewasa kelak. Kemampuan yang dimaksud, baik terkait sikap, pengetahuan, maupun keterampilannya pada berbagai lingkup perkembangan. H. 16 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan C. Tujuan Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Sedangkan secara lebih khusus tujuan dari penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD dapat dilihat dari 5 (lima) dimensi, yaitu: 1. Dari sudut anak sebagai peserta didik. Bertujuan untuk peningkatan dan penguatan capaian perkembangan anak sebagaimana yang telah dituangkan dalam Permendikbud Nomor 137/2014 tentang Standar Nasional PAUD dan dalam peningakatan dan penguatan capaian kompetensi/kemampuan setiap anak sebagaimana yang # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 2 H. 17 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 146/2014 tentang Kurikulum PAUD. 2. Dari sudut satuan atau lembaga sebagai pelaksana. Bertujuan untuk menyelaraskan dan memberikan penguatan layanan pendidikan di setiap satuan atau lembaga PAUD agar lebih sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, kondisi, daya dukung, dinamika bahkan kekhasan dari setiap anak dan daerah di mana satuan atau lembaga PAUD itu berada sehingga layanan menjadi lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Dari sudut sumber daya manusia di satuan (penyelenggara, pengelola dan pendidik). Bertujuan untuk penguatan komitmen dan kompetensi (profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial) dalam menfasilitasi, menstimulasi dan berinteraksi dengan peserta didik dalam mecapai perkembangan dan kemampuan anak dapat menjadi lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan. 4. Dari sudut pembinaan. Bertujuan untuk lebih meningkatkan keselarasan upaya pembinaan, baik secara internal maupun eksternal, sehingga proses pendidikan yang dijalankan oleh satuan atau lembaga PAUD di seluruh Indonesia menjadi lebih terarah, fokus, dan tepat sasaran dalam mewujudkan seluruh capaian perkembangan anak sebagaimana yang telah ditungkan dalam Permendikbud Nomor 137/2014 tentang Standar Nasional PAUD dan capaian seluruh kompentensi/ kemampuan setiap anak sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 146/2014 tentang Kurikulum PAUD. 5. Dari sudut pemerintah daerah dan mitra. Bertujuan untuk lebih memudahkan pemerintah daerah dan mitra dalam memberikan beragam dukungan dan fasilitasi sesuai dengan kondisi dan kebijakan yang ada di daerahnya, sehingga proses layanan di setiap satuan PAUD terlaksana atau berjalan secara lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan. H. 18 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan D. Sasaran Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Mengacu kepada hakekat layanan PAUD, maka sasaran dalam penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di lembaga PAUD adalah: 1. Sasaran Utama Peserta didik, yaitu anak-anak usia dini yang sedang mengikuti proses pendidikan di lembaga PAUD di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk mendorong optimalisasi perkembangan anak sehingga anak agar memiliki kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya. Kesiapan yang dimaksud mencakup sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), maupun keterampilannya (psikomotor) berbagai lingkup perkembangan sebagaimana yang telah ditetapkan. # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Foto: Dokumentasi Kemdikbud # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD H. 19 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan 2. Sasaran Pengembangan Adapun sasaran pengembangan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD, yaitu: a. Satuan atau lembaga PAUD, sebagai pelaksana atau penyedia layanan pendidikan terhadap anak usia dini. Satuan atau lembaga PAUD menjadi sasaran pengembangan Pendidikan Kebencanaan, karena merupakan pintu masuk utama dalam pengintegrasian kurikulum dan pembelajaran dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di setiap satuan atau lembaga PAUD. b. Pendidik dan pengelola satuan atau lembaga PAUD, sebagai sumber daya utama dan pertama yang akan menjadi ujung tombak dalam penerapan dan pengintegrasian kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Kebencanaan di setiap satuan atau lembaga PAUD. c. Penyelenggara satuan atau lembaga PAUD, baik yang dipegang oleh masyarakat, komunitas, badan maupun pemerintah, sebagai pemilik kebijakan pada tingkat operasional untuk menerapkan dan mengintegrasikan kurikulum dan pembelajaran pendidikan kebencanaan di setiap satuan atau lembaga PAUD. d. Para pembina/pengawas, baik pada lingkup internal maupun eksternal, sebagai pengendali dan penjamin mutu operasional dalam penerapan dan pengintegrasian kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD. e. Pemerintah daerah, yaitu pemerintah pada tingkat kabupaten/kota (Dinas Pendikan yang membidangi), sebagai pemilik kewenangan mutlak dalam keseluruhan kebijakan penyelenggaran pendidikan kebencanaan di daerahnya. f. Pemangku kepentingan lain dan mitra, sebagai pemberi dukungan potensial dalam penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD, seperti: UPT Pusat, LSM relevan, dll. Foto: Dokumentasi Kemdikbud E. Prinsip Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD merupakan upaya menyelaraskan dan memperkuat layanan pendidikan di setiap satuan atau lembaga PAUD agar lebih sesuai dengan karakteristik, H. 20 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan kebutuhan, kondisi, daya dukung, dinamika bahkan kekhasan dari setiap anak dan daerah di mana lembaga PAUD itu berada sehingga layanan menjadi lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena prinsip-prinsip dalam penerapan dan penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD harus selaras dengan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum sebagai mana yang telah ditetapakan dalam Permendikbud Nomor 146/2014, tentang Kurikulum PAUD dan telah dijabarkan dalam pedoman pengembangannya. Berikut prinsip-prinsip yang hendaknya diikuti dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD, yaitu : 1. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Berpusat pada anak dengan mempertimbangkan potensi, bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak, termasuk kebutuhan khusus. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dalam pengembangannya menempatkan anak sebagai pusat tujuan. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan yang disusun hendaklah memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tingkat usia anak selaras dengan potensi, minat dan karakteristik termasuk kebutuhan khusus anak sebagai kekhasan perkembangan individu anak (individual appropriateness). Kurikulum Pendidikan Kebencanaan juga hendaklah bersifat inklusif dengan mengakomodir kebutuhan dan perbedaan anak, baik dari aspek jenis kelamin, sosial, budaya, agama, fisik, maupun psikis, sehingga semua anak terfasilitasi sesuai dengan potensi masing-masing tanpa ada diskriminasi aspek apa pun. # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 2 H. 21 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 2. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Kontekstual. Kurikulum pendidikan kebencanaan hendaklah disusun atau dibuat dengan mempertimbangkan karakter daerah, kondisi satuan PAUD, dan kebutuhan anak. Jadi Pendidikan Kebencanaan merupakan realisasi nyata dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di setiap lembaga PAUD sesuai visi, misi dan tujuan dari lembaga PAUD yang bersangkutan. 3. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Mencakup pada semua dimensi kompetensi dan program pengembangan. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan di PAUD sesungguhnya untuk mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang mencakup semua program pengembangan nilai agama dan moral, fisik-motorik (motorik kasar, motorik halus, kesehatan dan perilaku keselamatan), kognitif (belajar dan pemecahan masalah, berfikir logis, berfikir simbolik), bahasa (memahami bahasa reseptif, mengekspresikan bahasa, keaksaraan), sosial-emosional (kesadaran diri, rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, perilaku prososial), dan seni (kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya). 4. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Menempatkan Program pengembangan sebagai dasar pembentukan kepribadian anak. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dirancang untuk membangun sikap spiritual dan sosial bukan menjawab tes-tes, ujian, kuis, atau pengetahuan jangka pendek lainnya. Sikap spiritual dan sosial yang dimaksud adalah perilaku yang mencerminkan sikap beragama, hidup sehat, rasa ingin tahu, sikap estetis, bersikap kreatif, percaya diri, sabar, mandiri, peduli, menghargai dan toleran, mampu bekerja sama, 5. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Memperhatikan tingkat perkembangan anak. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan disusun dengan memperhatikan kesinambungan secara vertikal (antara tujuan pendidikan nasional, tujuan lembaga, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran) dan kesinambungan horizontal (antara tahap perkembangan anak: usia lahir – 2 tahun, usia 2- 4 tahun dan usia 4-6 tahun merupakan rangkaian yang saling berkesinambungan). 6. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Mempertimbangkan cara anak belajar. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan mengakomodir pelaksanaan pembelajaran yang memungkinkan anak membentuk pengalamannya dengan cara belajar anak. Anak belajar mulai dari dirinya kemudian ke luar dirinya, dari konkrit ke abstrak, sederhana ke komplek, mudah ke sulit yang dilakukan dengan cara melakukannya sendiri. 7. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Holistik – integratif. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan memiliki kekuatan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan secara seimbang melalui layanan pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan, kesejahteraan, maupun layanan perlindungan anak. Layanan pedagogis berfokus pada stimulasi perkembangan anak terutama pada stimulasi perkembangan mental-intelektual dan sosialemosional. Layanan kesehatan dan gizi terutama ditujukan untuk membantu pertumbuhan anak. Layanan perlindungan ditujukan untuk H. 22 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan mampu menyesuaikan diri, jujur, tanggung jawab, rendah hati dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang dewasa lainnya di lingkungan rumah, tempat bermain dan satuan PAUD. # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD memberi dukungan kondisi dan lingkungan yang nyaman dan aman, yaitu bebas dari kecemasan, tekanan dan rasa takut. Untuk melaksanakan layanan Holistik- Integratif tersebut, Satuan PAUD harus bekerjasama antara lain dengan Puskesmas, Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB), dan Komisi Pelayanan dan Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI). H. 23 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan 8. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Belajar melalui bermain. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan disusun untuk membuka kesempatan belajar anak untuk membangun pengalamannya. Dalam membangun pengalamannya terjadi proses keterampilan, nilai-nilai, dan karakter di bawah bimbingan pendidik. Proses membangun pengalaman bersifat aktif. Anak terlibat langsung dalam kegiatan bermain yang menyenangkan. Selama bermain anak menggunakan ide-ide baru mereka, belajar mengambil keputusan, dan memecahkan masalah sederhana. 9. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Memberi pengalaman belajar Terbaik. Penyusunan kurikulum Pendidikan Kebencanaan diharapkan memberikan pengalaman belajar anak dengan berbagai konsep keilmuan, teknologi, dan seni secara dinamis untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, sesuai dengan tahapan perkembangan anak, nilai moral, karakter yang ingin dibangun, dan budaya Indonesia. 10. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan Prinsip Memperhatikan dan melestarikan karakteristik sosial budaya yang ada. Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dalam pengembangannya mempertimbangkan lingkungan fisik dan budaya ke dalam proses pembelajaran untuk membangun kesesuaian antara pengalaman yang sudah dimiliki anak dengan pengalaman baru untuk membentuk konsep baru tentang lingkungan dan norma-norma komunitas di dalamnya. Lingkungan sosial dan budaya berperan tidak sebagai obyek dalam kurikulum tetapi sebagai sumber pembelajaran bagi anak usia dini. H. 24 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan F. Ruang Lingkup Pengembangan Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Pengembangan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD secara umum adalah terkait dengan mengintegrasikan muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam kurikulum dan pembelajaran yang sedang dan akan dilaksanakan di satuan atau lembaga PAUD secara efektif, efisien, berkualitas, optimal, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam kerangka mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak selaras dengan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, maka ruang lingkup pengembangan pendidikan kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD, meliputi: 1. Pengintegrasian Muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam KTSP atau kurikulum yang dimiliki oleh satuan PAUD. 2. Pengintegrasian Muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam RPP Pendidikan Kebencanaan, baik pada lingkup program semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), maupun ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), termasuk pengintegrasian ke dalam Rencana Penilaian Perkembangan Anak. 3. Pengintegrasian kegiatan atau aktivitas Pendidikan Kebencanaan ke # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD dalam Strategi/Pendekatan/Kegiatan Main yang sudah ditetapkan atau biasa dilakukan di satuan PAUD. 4. Pengintegrasian Media dan Sumber Belajar Pendidikan Kebencanaan di PAUD (misal: poster, kartu bergambar, komik dan lain-lain) ke dalam kegiatan belajar atau aktivitas main anak di satuan PAUD. H. 25 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan 5. Pengintegrasian cara penilaian perkembangan dalam pendidikan Kebencanaan ke dalam praktek penilaian yang ditetapkan atau biasa dilakukan pendidik di Satuan PAUD. 6. Pelibatan pemangku kepentingan dan mitra, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam mendukung penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD. 7. Pemantauan dan penilaian Pendidikan Kebencanaan yang dilaksanakan di satuan PAUD melalui pembinaan, baik secara internal maupun eksternal agar penyelenggaraan pendidikan kebencanaan berjalan secara efektif, efisien, berkualitas, optimal dan dapat dipertanggungjawabkan. H. 26 _ Konsep Pendidikan Kebencanaan # BAB_ 2 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD BAB 3 PENYELENG PENDIDIKA KEBENCAN DI SATUAN Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD G GARAAN N AAN PAUD # BAB_ 3 H. 29 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD A. Mekanisme/Tahapan Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Agar proses dan hasil penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di setiap satuan atau lembaga PAUD dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan optimal, maka upaya mewujudkannya hendaklah mengikuti langkah atau alur yang dianjurkan dalam pedoman ini. Langkah-langkah dalam pengembangan penyenggaraan Pendidikan kebencananaan di setiap satuan PAUD sesungguhnya cukup sederhana dan memungkinkan dapat diikuti oleh satuan PAUD manapun yang tersebar di seluruh Indonesia. Mekanisme dari langkah-langkah yang dimaksudkan di atas digambarkan sebagai berikut: PERSIAPAN INTEGRASI 1. Penetapan Satuan PAUD Sasaran 2. Koordinasi Internal dan Eksternal 3. Peningkatan Kapasitas (Pembekalan diri atau Bimbingan Teknis) PELAKSANAAN INTEGRASI MONITORING & EVALUASI 1. Peninjauan Kurikulum yang ada 2. Inventarisasi sumber daya Penunjang 3. Proses pengintegrasian 4. Penerapan secara bertahap 5. Penilaian proses dan hasil 1. Standar/kriteria keberhasilan 2. Kegiatan Monev 3. Simpulan & Rekomendasi Umpan Balik Ilustrasi dari gambar mekanisme di samping dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap Persiapan Pada tahap persipan terdapat tiga kegiatan utama sebagai langkah awal jika ingin mengembangkan Pendidikan Kebencanaan di suatu satuan atau lembaga PAUD, yaitu: 1. Penetapan satuan sasaran PAUD Satuan PAUD berkeinginan untuk mengembangkan Pendidikan Kebencanaan, baik secara mandiri maupun atas dorongan, anjuran, bahkan penunjukkan dari dinas Pendidikan setempat. H. 30 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 2. Koordinasi Internal & Ekternal Melakukan koordinasi baik secara internal maupun eksternal. Koordinasi internal yang dilakukan mencakup koordinasi antar seluruh SDM, baik pendidik, pengelola, penyelenggara, maupun staf yang ada di satuan PAUD. Sedangkan koordinasi eksternal, dilakukan dengan pihak-pihak di luar satuan PAUD, seperti dengan dinas Pendidikan, penilik/pengawas, narasumber luar, orang tua, mitra, dan jejaring / komunitas yang dianggap dapat memberikan dukungan dalam pengembangan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD. 3. Peningkatan kapasitas (Pembekalan diri atau Bimbingan Teknis) Pada tahap ini, adalah seluruh SDM yang ada di satuan PAUD melakukan peningkatan mutu diri, baik secara mandiri maupun dengan mengikutsertakan SDM yang ada di satuan diberbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD, misalkan: mengikuti Bimtek Pendidikan Kebencanaan, mengikuti program sosialisasi Pendidikan Kebencanaan, dan sebagainya. Peningkatan kapasitas, di antaranya adalah penguatan wawasan terkait dengan pengetahuan Kebencanaan yang lebih utuh agar dapat membimbing peserta didik lebih baik. Dalam buku pedoman ini, sebagai bahan dasar disediakan pula bahan tersebut pada Bab III bagian C. Pelajarilah dengan cermat, agar siapa pun yang terlibat akan mampu memberikan muatan materi Pendidikan Kebencanaan kepada anak menjadi lebih baik. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahapan ini terdapat lima tahapan penting, yaitu: 1) tahap peninjauan kurikulum yang digunakan; 2) tahap inventarisasi sumber daya penunjang, 3) tahap proses pengintegrasian, 4) tahap penerapan secara bertahap, serta 5) tahap penilaian proses dan hasil. Kelima tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 31 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 1. Tahap Peninjauan Kurikulum yang digunakan. Meninjau kembali kurikulum yang ada atau dimiliki atau dijalankan di satuan PAUD secara utuh dan cermat sebelum mengembangkan kurikulum Pendidikan Kebencanaan, terutama kurikulum messo (KTSP) dan kurikulum micro nya, yaitu program semester, RPPM dan RPPH serta rencana penilaiannya. Hal tersebut penting, karena keduanya merupakan bagian utama yang akan diintegrasikan dengan muatan materi Pendidikan Kebencanaan. 2. Tahap Inventarisasi Sumber Daya Penunjang. Inventarisasi berbagai sumber daya penunjang yang dianggap potensial dalam mewujudkan keberhasilan proses maupun produk Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD. Yang dapat inventarisasi antara lain: SDM dan kompetensinya, mitra dan kemampuan dukungannya, sarpras & lingkungan, dan sebagainya. 3. Tahap Proses Pengintegrasian. Tahap ini merupakan tahap penentuan apakah hasilnya berkualitas atau sebaliknya. Proses pengintegrasian muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam kurikulum, baik terhadap KTSP, RPP maupun rencana penilaian dilakukan secara teliti, bertahap, terukur dan berkesinambungan. 4. Tahap Penerapan Secara Bertahap. Jika muatan materi Pendidikan Kebencanaan telah melekat ke dalam kurikulum satuan maupun semua RPP, maka yang harus diperhatikan selanjutnya adalah bagaimana penerapannya atau menyampaikannya kepada anak. Penerapan pembelajaran bermuatan Pendidikan Kebencanaan tidak berdiri sendiri, namun dapat diintegrasikan dengan muatan kurikulum lainnya. Ada pun urutan penerapannya adalah sebagai berikut: a. Penerapan muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam metode/ kegiatan main yang diikuti oleh anak. b. Penerapan Pendidikan Kebencanaan dengan pemberdayaan media, sumber belajar, lingkungan dan sumber daya potensial lainnya yang mendukung Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD c. Penerapan Pendidikan Kebencanaan dengan pelibatan mitra, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD. 5. Tahap Penilaian Proses dan Hasil. Tahap ini tidak terpisahkan dari tahapan sebelumnya. Sasaran utama pada tahap ini adalah melaksanakan penilaian perkembangan dan pembelajaran dalam Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD. Tahap Pemantauan & Evaluasi (Monev) Pada tahapan ini hal-hal yang terkait dan perlu dipastikan adalah: a. Sudah memiliki atau menyusun standar/kriteria keberhasilan Pendidikan Kebencanaan sebagai pijakan untuk mengukur keberhasilan dari Pendidikan Kebencanaan yang diselenggarakan di satuan PAUD. b. Pelaksanaan pemantauan & penilaian Pendidikan Kebencanaan dilakukan dengan utuh, menyeluruh, lengkap, dan cermat. c. Penarikan simpulan-simpulan sebagai landasan untuk mengajukan rekomendasi agar dari waktu ke waktu penerapan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD tersebut semakin berkualitas dan tepat sasaran. H. 32 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan c. Tahapan lain, meskipun tidak masuk sebagai tahapan utama yaitu kegiatan umpan balik. Kegiatan ini juga sangat penting dilakukan, kegiatan umpan balik dilakukan dalam rangka refleksi untuk memperbaiki pengembangan Pendidikan Kebencaan di satuan PAUD secara terus-menerus dan kesinambungan. Bahan refleksi salah satunya dapat menggunakan hasilhasil/temuan dari kegiatan monev. Melalui kegiatan refleksi diharapkan pada periode tertentu diperoleh kulminasi dan menghasilkan proses serta produk Pendidikan Kebencanaan yang dikembangkan dengan predikat terbaik, bahkan layak dijadikan sebagai percontohan. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD B. Prasyarat Satuan PAUD Penyelenggara Pendidikan Kebencanaan H. 33 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Satuan PAUD yang dapat menyelenggarakan Pendidikan Kebencanaan bersifat terbuka dan diberikan kebebasan. Tetapi terdapat beberapa satuan PAUD yang didorong atau dianjurkan untuk mengakomodasi dan menerapkan Pendidikan Kebencanaan, bahkan bersifat segera. Ada pun kriteria satuan PAUD yang dianjurkan melakukan penerapan (bahkan segara) melaksananakan Pendidikan Kebencanaan di satuannya, antara lain: a. Kriteria Umum 1. Berada atau berlokasi di daerah rawan bencana, minimal berlokasi di salah satu jenis bencana, dari ragam bencana yang terjadi di Indonesia. Misal: berada di daerah rawan banjir, dekat dengan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang rutin pemicu banjir, dll. 2. Berkeinginan untuk mengembangkan atau mengintegrasikan muatan Pendidikan Kebencanaan ke dalam kurikulum yang dilaksanakan di lembaganya. Hal ini dilakukan sepengetahuan Dinas Pendidikan, minimal oleh penilik atau pengawas agar mendapatkan pembinaan yang memadai dari Dinas Pendidikan setempat. b. Kriteria Khusus 1. Pengelola dan atau pendidiknya telah mendapatkan bimbingan teknis dan atau sosialisasi terkait pengembangan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD. 2. Telah menerapkan Kurikulum 2103 PAUD sesuai dengan Permendikbud Nomor 146/2014, sehingga satuan PAUD tersebut memiliki pengalaman dalam menyusun kurikulum satuan (KTSP), dan RPP secara tepat. 3. Tim penyusun kurikulum/pengembang kurikulum Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD tersebut telah mempelajari dengan baik Standar PAUD berdasarkan Permendikbud Nomor 137/2014 dan Kurikulum 2013 PAUD berdasarkan Permendikbud Nomor 146 serta buku-buku Pedoman atau Panduan Implementasi Kurikulum 2013 PAUD. 4. Tim bersedia melakukan pengembangan kurikulum Kebencanaan di satuan PAUD dengan mengacu/mengikuti rambu-rambu atau ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah digariskan dalam Buku Pedoman Pendidikan Kebencanaan sebagaimana yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. H. 34 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan C. Muatan Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Muatan Pendidikan Kebencanaan yang dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum yang sedang dan akan di jalankan di satuan PAUD baik dalam mendukung enam bidang pengembangan maupun kompetensi (kompetensi inti dan kompetensi dasar) sesungguhnya sangat luas, namun muatan materi Pendidikan Kebencanaan yang akan dipaparkan pada bagian ini terdiri dari dua bagian. Pertama muatan materi Pendidikan Kebencanaan ditujukan untuk membuka wawasan para pendidik, pengelola dan penyelenggara satuan PAUD agar mereka mengetahui ruang lingkup Kebencanaan yang terjadi di Indonesia dan memudahkan mereka dalam menerapkannya di kegiatan belajar mengajar. Kedua memberikan gambaran kepada anak atau peserta didik tentang proses Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu demi satu, yaitu : a. Muatan Materi Pendidikan Kebencanaan Untuk Memperkaya Wawasan Pendidik, Pengelola dan Penyelenggara Pendidikan Kebencanaan Para pendidik, pengelola dan penyelenggara dapat mengintegrasikan muatan materi Pendidikan Kebencanaan, jika mereka menguasai dan memiliki wawasan mulai dari konsep hingga dampak-dampaknya dari suatu bencana. Beberapa materi yang mendasar untuk dikuasai, antara lain: a) konsep kencana, b) karakteristik dan ancaman bencana, c) peta bencana di Indonesia, d) cara-cara penanggulangan bencana, e) kesiapsiagaan bencana, f) dampak dan penanganan reaksi anak terhadap bencana. Muatan-muatan tersebut secara lebih lengkap dipaparkan dan dijelaskan di bawah ini: # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Foto: Dokumentasi Kemdikbud # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 33 tahun 1. Konsep Bencana. 2019 tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana, yang dimaksud dengan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi. H. 35 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 2. Karakteristik dan Ancaman Bencana. Pulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Australasia, lempeng Pasifik, lempeng Eurasia serta Filipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan secara geologis. Di samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat di Indonesia, yang terletak antara Sabang dan Merauke, mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang berisiko tinggi terhadap ancaman bencana gempa bumi, tsunami, deretan erupsi gunung api (127 gunung api aktif), dan gerakan tanah. Selain itu, iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh lokasi dan karakteristik geografis yang membentang antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia memiliki 3 pola iklim dasar: monsunal, khatulistiwa, dan sistem iklim lokal yang menyebabkan perbedaan pola curah hujan yang dramatis. Kondisi tersebut semakin kompleks lantaran tantangan dampak pemanasan global dan pengaruh perubahan iklim, seperti kenaikan suhu temperatur dan permukaan air laut pada wilayah Indonesia yang berada di garis khatulistiwa. Hal ini cenderung menimbulkan tingginya potensi terjadi berbagai jenis bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kondisi geografis, geologis, dan demografis Indonesia menyebabkan negeri ini dikenal sebagai laboratorium bencana. Sesuai dengan Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, jenis-jenis bencana dapat dikelompokkan menjadi bencana alam, antara lain (1) gempa bumi, (2) tsunami, (3) gunung meletus, (4) banjir, (5) kekeringan, (6) angin topan, (7) tanah longsor. Sedangkan bencana non alam, seperti (8) gagal teknologi, (9) gagal modernisasi, (10) epidemi, (11) wabah penyakit, dan bencana sosial (12) konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, 13) teror. Dari jenis-jenis bencana tersebut, terdapat enam bencana yang paling mengancam daerah-daerah di Indonesia. Bencana itu, yakni gempa bumi, kebakaran gedung, tsunami, banjir dan banjir bandang, tanah longsor, sertaletusan gunung api. Pedoman ini akan memberikan Pendidikan Kebencanaan yang sering terjadi di Indonesia antara lain adalah bencana tsunami, gempa bumi, gerakan tanah longsor, gunung meletus, banjir. 2) Deskripsi dan Contoh Bencana Gempa Bumi Gempa bumi terjadi karena pergesekan antar lempeng tektonik yang berada di bawah permukaan bumi. Dampak dari pergesekan itu menimbulkan energi luar biasa dan menimbulkan goncangan di permukaan dan seringkali menimbulkan kerusakan hebat pada sarana seperti rumah/bangunan, jalan, jembatan, tiang listrik. Berdasarkan sumber penyebabnya, ada 3 jenis gempa bumi : 1. Gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi akibat pergerakan lempeng bumi atau patahan. Gempa jenis ini paling banyak menimbulkan kerusakan dan banyak korban. Contoh: Lombok (2018), Palu (2018). 2. Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi akibat aktivitas gunung berapi, yaitu pergerakan magma yang menekan/mendorong lapisan batuan sehingga pergeseran bebatuan di dalamnya menimbulkan terjadinya gempa bumi. 3. Gempa bumi induksi adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi akibat sumber lain, seperti runtuhan tanah. Gempa H. 36 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 1) Deskripsi dan Contoh Bencana Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang, "tsu" berarti pelabuhan, "nami" berarti: gelombang laut. Tsunami terjadi di daerah pesisir. Tsunami diartikan sebagai rangkaian gelombang laut yang melanda wilayah pantai dan daratan akibat terjadinya peristiwa geologi di dasar laut yaitu : gempa bumi,letusan gunung api dan longsoran. Tanda-tanda tsunami adalah: Gempa bumi yang sangat kuat, lebih dari 1 menit, tiang bangunan runtuh/ rusak, dan manusia tak mampu berdiri tegak. Contoh tsunami yang diakibatkan; 1. Gempa bumi di dasar laut: Banyuwangi (1994), Biak (1996), Aceh (2004), Palu (2018). 2. Letusan gunung api di dasar laut: Krakatau (1883). 3. Longsoran di dasar laut: Teluk Lituya Alaska (1958). 4. Longsoran dari gunung merapi; Selat sunda, Anak Krakatau, Banten dan Lampung (2018). # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD bumi sering diikuti dengan gempa susulan dalam beberapa jam atau hari setelah gempa pertama yang dapat menyebabkan penghancuran pada bangunan yang telah retak/goyah akibat gempa sebelumnya. H. 37 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 3) Deskripsi dan Contoh Bencana Tanah Longsor Tanah longsor pengertiannya adalah terjadinya pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur-angsur yang pada umumnya terjadi di daerah lereng yang gundul atau kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh. Biasanya daerah yang pernah mengalami longsor sebelumnya, merupakan daerah gundul dan aliran air hujan adalah daerah yang rawan tanah longsor. Contoh: Sumatra Barat (2018), Sukabumi (2019), Sulawesi Selatan (2019). 4) Bencana Letusan Gunung Berapi Letusan gunung berapi terjadi karena endapan magma dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Letusan membawa abu dan batu yang menyembur sejauh radius 18 km atau lebih, lava dapat mengalir sejauh 90 km. Letusan gunung berapi dapat menimbulkan korban jiwa dan berpengaruh pada perubahan iklim. Letusan gunung berapi menghasilkan: Gas vulkanik adalah gas yang dikeluarkan saat gunung berapi meletus, berupa karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan nitrogen 7. Contoh; Gunung Galunggung (2004), Gunung Merapi (2016), Gunung Sinabung, Medan (2018), Gunung Agung Bali (2018). 5) Deskripsi dan Contoh Bencana Banjir Banjir merupakan kondisi di mana sebagian besar air menggenangi permukaan tanah yang biasanya kering. Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi. Penyebab terjadinya banjir: 1. Hujan dalam waktu panjang dan deras selama berhari-hari, 2. Penanganan sampah yang buruk, 3. Perencanaan tata kota yang tidak ditepati/menyimpang, biasanya karena makin sempitnya daerah resapan air atau jalur hijau yang terdesak pemukiman atau industri, 4. Berkurangnya tumbuh-tumbuhan/pohon yang semakin sedikit, sehingga semakin sedikit pula daerah resapan air. Hal-hal yang harus diwaspadai saat bencana banjir adalah munculnya wabah penyakit: Penyakit diare, yang biasanya disebabkan oleh air dan makanan yang tidak higienis; penyakit yang disebabkan karena nyamuk, karena genangan air mempercepat penyebarluasan jentik-jentik nyamuk dan serangga. 3. Peta Bencana di Indonesia. Prosedur pemetaan wilayah bencana merupakan langkah awal yang harus ditempuh dalam penanggulangan bencana. Peta wilayah bencana dapat diperoleh melalui lembaga pemerintah yang manangani khusus penanggulangan bencana, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan SAR Nasional, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Peta wilayah bencana diperlukan untuk berbagai kebutuhan pencegahan, pengendalian dan pemantauan. H. 38 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Total sekolah yang terkena bencana adalah sebanyak 497.576 dan sebanyak 229.533 untuk TK/RA/KB/SPS/TPA yang tersebar dalam 34 provinsi. Angka yang besar ini tentunya sangat mengkhawatirkan mengingat bila bahaya bencana terjadi misalnya gempa bumi, tanah longsor, dan banjir bandang, kelas-kelas ini tentunya dapat membahayakan peserta didik dan guru di dalamnya. Dalam konteks Pendidikan Kebencanaan peta wilayah sangat diperlukan untuk melakukan upaya Pendidikan kesiapsiagaan bencana bagi anak usia dini khususnya dan masyarakat pada umumnya. Peta wilayah tersebut dapat dibuat dengan menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh BNPB, yaitu inaRISK yang dapat diakses di inarisk.bnpb.go.id. Inarisk adalah suatu aplikasi portal berbasis internet untuk mengidentifikasi risiko bencana di Indonesia, meliputi daerah yang terancam bencana dan perhitungan kemungkinan kerugian per provinsi, kabupaten, dan kota. Informasi yang ada akan dikembangkan lagi di mana kelak seluruh sekolah akan dikaji keamanan bangunan sekolah dan fasilitasnya terhadap ancaman bencana, sehingga setiap orang dapat mengetahui di mana kerentanan yang ada serta rekomendasi yang dapat dilakukan di tiap sekolah untuk memastikan sekolah tersebut aman dari bencana. 4. Cara-Cara Penanggulangan Bencana. Berdasarkan UU No 24 Tahun 2007 pasal 33 menyebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi: prabencana; saat tanggap darurat; dan pascabencana. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 39 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 1) Penaggulangan Sebelum Bencana Kegiatan sebelum bencana merupakan serangkaian kegiatan Pendidikan dan/atau pembelajaran pada anak usia dini yang berhubungan dengan pemahaman kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Kegiatan ini ditujukan untuk mengurangi (mereduksi) potensi bahaya/kerugian yang mungkin timbul ketika bencana. Pendidikan kesiapsiagaan dalam layanan PAUD dilaksanakan pada saat keadaan normal atau sebelum terjadi bencana, dengan tujuan untuk mengurangi resiko bencana. Pada Pendidikan pra bencana dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan kondisi yang dihadapi pada saat bencana, antara lain adalah: pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. (1) Pencegahan Bencana Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana. Pada tahun 2012, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan Perka BNPB No 4 Tahun 2012 tentang Pedoman penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana (SMAB), di mana Perka ini bertujuan: 1) Mengidentifikasi lokasi sekolah/madrasah pada prioritas daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami. 2) Memberikan acuan dalam penerapan sekolah/madrasah aman dari bencana baik secara struktural maupun non-struktural. Dalam Pendidikan pra bencana ini pada tahap perencanaan juga diperlukan pengetahuan tentang: 1) Jenis bencana. 2) Alat yang diperlukan saat bencana itu ada. 3) Apa yang dilakukan saat bencana itu datang. (2) Mitigasi Bencana Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Pendidikan Mitigasi Bencana Pada Pendidikan Anak Usia Dini memiliki tujuan sebagai berikut : 1) Mengembangkan Pendidikan mitigasi bencana pada anak usia dini yang terintegrasi dalam kebijakan Kurikulum 2013. 2) Mengenalkan prosedur pelaksanaan Pendidikan mitigasi bencana pada lembaga PAUD sesuai dengan potensi Kebencanaannya. 3) Mengenalkan respon tanggap darurat melalui pelayanan Pendidikan, perawatan dan perlindungan pada anak usia dini dalam situasi dan kondisi bencana. 4) Mengembangkan alternatif akses pelayanan Pendidikan dan pengembangan anak usia dini di daerah bencana dan tanggap darurat 5) Membekali pengetahuan, kemampuan dan sikap orang tua/keluarga dalam menghadapi bencana dan pemulihan pasca bencana. 6) Meningkatkan partisipasi dan peranserta masyarakat dalam penanganan Pendidikan dan pengembangan anak usia dini di zona bencana dan tanggap darurat. H. 40 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pelaksanaan Pendidikan Bencana hendaknya berlandaskan pada prinsipprinsip sebagai berikut; 1) Terintegrasi dengan pembelajaran 2) Memanfaatkan lingkungan dan potensi sumber daya alam sekitar 3) Berbasis pada kemitraan (3) Kesiapsiagaan Bencana Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 2) Penanggulangan Saat Tanggap Darurat Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Waktu tanggap darurat tergantung dari status keadaan darurat bencana. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana. Pada saat terjadi bencana identifikasi sangat memegang peranan penting bagaimana tanggap darurat dilakukan. Identifikasi yang dilakukan terkait dengan beberapa hal antara lain adalah: jenis bencana, kerusakan yang ditimbulkan, korban yang menjadi bencana, keperluan yang diperlukan. 3) Penanggulangan Saat Pasca Bencana Kegiatan pasca bencana merupakan segala upaya yang dilakukan untuk memulihkan (merehabilitasi) dan membangun kembali (merekontruksi) # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 41 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD berbagai akibat yang ditimbulkan setelah bencana terjadi. Upaya pemulihan ditujukan untuk membantu korban memulihkan berbagai kondisi fisik, mental, emosional, sosial dan lingkungan pada kondisi yang relatif normal. Salah satu upaya pasca bencana yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi pasca bencana adalah kegiatan membangun berbagai prasarana ruang (di antaranya adalah ruangan yang ramah dan aman untuk anak). Pembangunan ruangan ini diharapkan dapat memberikan perlindungan dan mempromosikan berbagai layanan pada anak seperti layanan Pendidikan, kesejahteraan sosial dan keagamaan). Beberapa kegiatan pada pasca bencana adalah rehabilitasi dan rekonstruksi Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. 5. Kesiapsiagaan Bencana Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci keselamatan Anda. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Pendidikan Kebencanaan dilakukan dalam rangka menunjang kegiatan latihan kesiapsiagaan. Banyak upaya kesiapsiagaan bermanfaat dalam berbagai situasi bencana. Beberapa upaya penting untuk kesiapsiagaan adalah: (1) Memahami bahaya di sekitar Anda. (2) Memahami sistem peringatan dini setempat dan mengetahui rute evakuasi dan rencana pengungsian. (3) Memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara cepat dan mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri. (4) Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan mempraktekkan rencana tersebut dengan latihan. (5) Mengurangi dampak bahaya melalui latihan kesiapsiagaan. Berikut ini beberapa daftar untuk melihat upaya perlindungan yang perlu Anda kenal: (1) Kaji situasi; identifikasi tipe bencana dan kondisi sekitar Anda (2) Putuskan untuk tinggal atau berpindah tempat; dalam beberapa situasi, Anda mungkin harus tetap diam dan di situasi lain Anda harus berpindah tempat. (3) Tinggal atau berpindah tempat adalah keputusan penting dalam H. 42 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan (6) Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan. Salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana adalah rencana kesiapsiagaan. Tiga upaya utama dalam menyusun rencana kesiapsiagaan menghadapi bencana: a) Miliki sebuah rencana darurat keluarga, Rencana ini mencakup: (1) Analisis ancaman di sekitar. (2) Identifikasi titik kumpul. (3) Nomor kontak penting. (4) Ketahui rute evakuasi. (5) Identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas, dan listrik. (6) Identifikasi titik aman di dalam bangunan atau rumah. (7) Identifikasi anggota keluarga yang rentan (anak-anak, lanjut usia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas). b) Menyimpan 10 benda yang akan dibutuhkan saat bencana, yaitu: (1) Air minum untuk minimal 3 hari (2) Makanan untuk minimal 3 hari (3) Obat P3K (4) Obat – obatan pribadi (5) Lampu senter dan ekstra baterai (6) Radio dan ekstra baterai (7) Sejumlah uang dan dokumen penting (sertifikat kelahiran, sertifikat tanah/rumah, ijazah, dokumen asuransi, surat kepemilikan asset) (8) Pakaian, jaket, dan sepatu (9) Peralatan (peluit, sarung tangan, selotip, pisau serbaguna, masker, pelindung kepala) (10) Pembersih higienis (tisu basah, hand sanitizer, perlengkapan mandi). c) Menyimak informasi dari berbagai media,seperti radio, televisi, media online, maupun sumber lain yang resmi. Anda dapat memperoleh informasi resmi terhadap penanganan darurat dari BPBD, BNPB, dan kementerian/lembaga terkait. Apabila sudah terbentuk posko, informasi lanjutan akan diberikan oleh posko setempat. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 43 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD bencana; apabila diri tidak dalam kondisi bahaya, Anda harus tetap tinggal dan berupaya untuk mendapatkan informasi situasi terkini. Apabila Anda harus berpindah, buatlah keputusan secara cepat. Sangat penting untuk mendengarkan pemerintah setempat ketika ada instruksi. (4) Cari air bersih dan pastikan untuk dapat bernafas; Apa pun jenis bencana, udara yang baik merupakan kebutuhan yang penting. Upayakan lindungi diri dan cari udara bersih mungkin dengan menutup mulut dengan kain atau masker. (5) Lindungi diri dari reruntuhan dan beri sinyal kepada penolong; Apabila Anda berada di reruntuhan, cari celah untuk bernafas. Lempar sesuatu atau tiup peluit untuk pertolongan. Upayakan untuk membuat suara dengan benda yang ada di sekitar. (6) Pastikan higienitas; Penting untuk memastikan air yang layak minum dan sanitasi. 6. Dampak Dan Penanganan Reaksi Anak Terhadap Bencana Dampak Kebencanaan pada anak usia dini menimbulkan reaksi yang khas pada anak, antara lain adalah: 1. Gejala bagi anak usia di bawah 2 tahun: • Anak tidak dapat menjelaskan kejadian atau perasaan mereka • Anak butuh digendong dan diperhatikan terus menerus 2. Gejala bagi anak usia 2-5 tahun: • Merasa tidak berdaya serta tidak dapat menjaga dirinya sendiri • Anak belum paham kalau orang yang sudah meninggal tidak akan kembali • Anak akan mengekspresikan bagian dari kejadian traumatik dalam permainannya secara berulang-ulang • Anak takut sekali ditinggalkan, sehingga perlu berulang kali diyakinkan bahwa ia akan selalu diperhatikan dan dijaga. Reaksi Emosi dan Perilaku: • Takut berpisah dengan orang tua • Menangis • Merengek • Berteriak • Bergerak tanpa tujuan atau tidak bergerak sama sekali • Gemetar • Ekspresi wajah ketakutan • Tidak mau lepas dari orang tua • Perilaku regrasi (dulu sudah tidak mengompol kembali, takut gelap, dll) Langkah pertama untuk penanganan psikologis awal anak yang mengalami bencana adalah memberikan rasa aman kepada anak. Pemberian rasa aman tersebut dapat diungkapkan baik secara verbal maupun non verbal. Selain itu, anak juga harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya melalui berbagai metode, misalnya menggambar, menulis cerita, bernyanyi, olahraga, dan lain-lain. Seringkali anak akan menggambarkan kejadian yang masih sangat melekat didalam ingatannya. H. 44 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Psychological First Aid (PFA) adalah tindakan suportif dan manusiawi, berupa dukungan sosial, emosional, atau praktis yang diberikan terhadap seseorang yang mengalami peristiwa krisis. Peristiwa kritis yang dialami menyebabkan seseorang mengalami penderitaan dan membutuhkan pertolongan karenanya. Peristiwa krisis yang terjadi seperti, kecelakaan, bencana alam, atau peristiwa traumatis lainnya. Sebagai tambahan, PFA dilakukan dengan tetap memperhatikan budaya dan kemampuan dalam diri korban. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam PFA adalah: 1. Memperhatikan kebutuhan dan apa yang sedang dipikirkan korban. 2. Menjadi pendengar yang baik, namun tidak memaksa korban untuk bercerita. Terlebih lagi memintanya untuk mengingat kembali dan menganalisa peristiwa traumatis yang sudah terjadi secara detil. 3. Menenangkan, menghibur serta membuat korban merasa aman dan nyaman. 4. Membantu korban untuk terhubung dengan informasi, layanan dan dukungan sosial di luar. 5. Tidak semua orang yang mengalami peristiwa kritis membutuhkan PFA. 6. Tidak terbatas pada profesi tertentu untuk memberikan PFA. 7. Bukan berarti memberi konseling, penyembuhan, pelabelan atau diagnosa terhadap peristiwa yang terjadi. Tenaga pengajar selain memperhatikan keselamatan peserta didik perlu juga memperhatikan perlindungan terhadap kekerasan seksual dan fisik selama anak-anak berada di tempat evakuasi, titik kumpul. MIsalnya, menjaga anak sebelum anak bertemu dengan orang tua dan memastikan di lokasi evakuasi bahwa anak tidak dijemput oleh orang yang tidak dikenal oleh anak. Muatan Materi Pendidikan Kebencanaan untuk Anak Usia Dini Pendidikan Kebencanaan yang perlu diketahui sejak dini oleh anak-anak antara lain adalah: 1. Muatan Materi Terkait Gempa Bumi Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 45 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas gunung api, atau runtuhan batuan. Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya dalam sekejap. Sampai saat ini, belum ada ahli dan institusi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa bumi. Institusi yang berwenang untuk mengeluarkan informasi kejadian gempa bumi adalah BMKG. Anda dapat mengetahui informasi dari berbagai parameter mengenai besaran suatu gempa bumi, titik pusat gempa bumi, kedalaman, dan potensi tsunami dari laman (www. bmkg.go.id) atau pun aplikasi gawai BMKG berbasis android atau IOS. a) Prabencana gempa bumi: 1. Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi. 2. Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan saat gempa bumi, seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan atau pun dengan bersembunyi di bawah meja. 3. Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan persediaan obat-obatan. 4. Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa bumi dengan fondasi yang kuat. Selain itu, Anda bisa merenovasi bagian bangunan yang sudah rentan. 5. Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah. b) Saat bencana gempa bumi: Di dalam bangunan, seperti rumah, sekolah atau pun bangunan bertingkat: 1. Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, upayakan keselamatan diri Anda dengan cara berlindung di bawah meja untuk menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan jendela kaca.Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau berdirilah di bawah pintu. Bila sudah terasa aman, segera lari keluar rumah. 2. Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk mencegah terjadinya kebakaran. Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng, atau material lain. Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan terbuka, jangan berdiri dekat tiang, pohon, atau sumber listrik atau gedung yang mungkin roboh. 3. Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di dalam elevator, tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk panggilan kepada pengelola bangunan. 4. Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut bangunan. 5. Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas keamanan, ikuti instruksi evakuasi. H. 46 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Di dalam mobil: 1. Saat terjadi gempa bumi besar, Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil. 2. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri bahu jalan dan berhentilah. 3. Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memerhatikan lingkungan sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti radio atau gawai. c) Peringatan tsunami pasca gempa bumi Apabila mendengar peringatan dini tsunami, segera lakukan evakuasi menuju ke tempat tinggi, seperti bukit dan bangunan tinggi d) Pascabencana gempa bumi 1. Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan. 2. Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda setelah gempa bumi berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang membahayakan pada saat evakuasi. 3. Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat. 4. Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran. 5. Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air. Apabila di luar bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari daerah yang rawan longsor. 6. Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil. Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu lintas 2. Muatan Materi Terkait Tsunami Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam atau lebih di tengah laut. Jenis bencana ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain gempa bumi yang terjadi di dasar laut, runtuhan di dasar laut, atau karena letusan gunung api di laut. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, kecepatan gelombang tsunami akan menurun, namun ketinggian gelombang # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 47 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD akan meningkat puluhan meter dan bersifat merusak. Berikut ini beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menghadapi bencana tsunami: 1. Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah gempa bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda-tanda alam lain). 2. Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami setelah gempa bumi terjadi. 3. Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk sementara waktu setelah satu gempa bumi besar mengguncang. 4. Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami atau menangkap ikan yang terdampar di pantai karena air surut. 5. Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami dan jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi. a) Saat Bencana Tsunami: 1. Setelah gempa bumi berdampak pada rumah Anda, jangan berupaya untuk merapikan kondisi rumah. Waspada gempa bumi susulan. 2. Jika Anda berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan segera membimbing keluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan aman. 3. Tidak semua gempa bumi memicu tsunami.Jika mendengar sirine tanda bahaya atau pengumuman dari pihak berwenang mengenai bahaya tsunami, Anda perlu segera menyingkir dari daerah pantai.Perhatikan peringatan dan arahan dari pihak berwenang dalam proses evakuasi. 4. Jika telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah di sana karena gelombang tsunami yang kedua dan ketiga biasanya lebih besar dari gelombang pertama serta dengarkan informasi dari pihak yang berwenang melalui radio atau alat komunikasi lainnya. 5. Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak berwenang. 6. Tsunami tidak datang sekali, tetapi bisa sampai lima kali. Oleh karena itu, sebelum ada pengumuman dari pihak berwenang bahwa kondisi telah aman, janganlah meninggalkan tempat evakuasi karena seringkali gelombang yang datang kemudian justru lebih tinggi dan berbahaya. 7. Hindari jalan melewati jembatan. Anda dianjurkan untuk melakukan evakuasi dengan berjalan kaki. 8. Bagi Anda yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan terjadi kemacetan, segera kunci dan tinggalkan kendaraan serta melanjutkan evakuasi dengan berjalan kaki. 9. Apabila Anda berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, upayakan untuk tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan. 3. Muatan Materi Terkait Erupsi Gunung Berapi Bahaya erupsi gunung berapi memiliki dua jenis bahaya berdasarkan waktu kejadian, yaitu bahaya primer dan sekunder. Berikut ini bahaya dari erupsi gunung berapi: H. 48 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan b) Pasca Bencana Tsunami: 1. Tetap utamakan keselamatan dan bukan barang-barang anda. Waspada dengan instalasi listrik dan pipa gas. 2. Anda dapat kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman dari pihak berwenang. 3. Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari pihak berwenang. 4. Hindari air yang menggenang karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan ancaman tersengat aliran listrik. 5. Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan Anda. 6. Hindari area bekas genangan untuk menghindari terperosok atau terjebak dalam kubang. 7. Jauhi reruntuhan di dalam genangan air karena sangat berpengaruh. 8. terhadap keamanan perahu penyelamat dan orang-orang di sekitar. 9. Bersihkan sarang nyamuk dan serangga lainya. 10. Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air bersih,perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah. 11. Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air bersih, perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah. 12. Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat seperti pada fondasi. 13. Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih jika Anda terkena air genangan tsunami. 14. Apabila Anda terluka, dapatkan perawatan kesehatan di pos kesehatan terdekat. 15. Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana mendapatkan bantuan tenda darurat, pakaian, dan makanan. 16. Buanglah makanan yang terkontaminasi air genangan. 17. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak berwenang membutuhkan relawan. 18. Tetap di luar gedung yang masih dikelilingi genangan air. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 49 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 1. Awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang terdiri atas batuan berat, ringan (berongga) lava masif dan butiran klastik yang pergerakannya dipengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah. Bahaya ini merupakan campuran material erupsi antara gas dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke bawah akibat densitas tinggi. Suhu material bisa mencapai 300 – 700°C, kecepatan awan panas lebih dari 70 km/jam. 2. Aliran lava adalah magma yang meleleh ke permukaan bumi melalui rekahan, suhunya >10.000°C dan dapat merusak segala bentuk infrastruktur. 3. Gas beracun adalah gas vulkanik yang dapat mematikan seketika apabila terhirup dalam tubuh. Gas tersebut antara lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCl, HF, H2SO4. Gas tersebut biasanya tidak berwarna dan tidak berbau. 4. Lontaran material (pijar). Lontaran material terjadi ketika letusan magmatic berlangsung. Suhu mencapai 200°C, diameter lebih dari 10 cm dengan daya lontar ratusan kilometer. 5. Hujan abu. Material abu tampak halus dan bergerak sesuai arah angin. 6. Lahar Letusan, lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang mempunyai danau kawah, terjadi bersamaan saat letusan. Air bercampur material lepas gunung berapi mengalir dan bentuk banjir lahar. 7. Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai ancaman bahaya erupsi gunung api yaitu tingkat status gunung api (level) dan Kawasan Rawan Bencana (KRB). Tingkat Status (Level) IV III Istilah dalam Bahasa Penjelasan Awas Tingkatan yang menunjukkan jelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu atau asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama. Siaga Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual atau pemeriksaan kawah, kegempaan dan metode lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan. II Waspada Peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lain. I Normal Aktivitas gunung berapi, berdasarkan pengamatan hasil visual, kegempaan, dan gejala vulkanik lain, tidak memperlihatkan adanya kelainan. Tingkat Penjelasan KRB III KRB III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava, lontaran batu (pijar), dan/atau gas beracun. Kawasan ini meliputi daerah pucak dan sekitar. KRB II KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan/atau guguran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar, dan gas beracun. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Kawasan rawan terhadap awan panas, aliran lava, guguran lava, aliran lahar, dan gas beracun terutama daerah hulu. 2. Kawasan rawan terhadap hujan abu lebat, lontaran batu (pijar) dan/atau hujan lumpur panas. KRB I KRB I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa material jatuhan berupa hujan abu, dan/atau air dengan keasaman tinggi. Apabila letusan membesar, kawasan ini berpotensi terlanda perluasan awan panas dan tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat, serta lontaran batu (pijar). Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Kawasan rawan terhadap lahar. Kawasan ini terletak di sepanjang lembah dan bantaran sungai, terutama yang berhulu di daerah puncak. 2. Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhitungkan arah tiupan angin. H. 50 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Berikut ini penjelasan mengenai Kawasan Rawan Bencana (KRB). # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 51 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD a) Prabencana 1. Perhatikan arahan dari PVMBG dan perkembangan aktivitas gunungapi. 2. Siapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengatasi debu vulkanik. 3. Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak berwenang. 4. Menyiapkan skenario evakuasi lain jika dampak letusan meluas di luar prediksi ahli. 5. Siapkan dukungan logistik, antara lain makanan siap saji, lampu senter dan baterai cadangan, uang tunai yang cukup serta obat-obatan khusus sesuai pemakai. b) Saat Bencana 1. Tidak berada di lokasi yang direkomendasikan untuk dikosongkan. 2. Tidak berada di lembah atau daerah aliran sungai. 3. Hindari tempat terbuka. Lindungi diri dari abu letusan gunung berapi. 4. Gunakan kacamata pelindung. 5. Jangan memakai lensa kontak. 6. Gunakan masker atau kain basah untuk menutup mulut dan hidung. 7. Kenakan pakaian tertutup yang melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, dan topi. c) Pasca bencana 1. Kurangi terpapar dari abu vulkanik. 2. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu vulkanik sebab bisa merusak mesin kendaraan. 3. Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik karena beratnya bisa merobohkan dan merusak atap rumah atau bangunan. 4. Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar pada musim hujan. 4. Muatan Materi Terkait Banjir Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu. Banjir biasanya terjadi karena curah hujan turun terus menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau drainase karena jumlah air yang melebihi daya tampung media penopang air dari curah hujan. Selain disebabkan faktor alami, yaitu curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi karena ulah manusia. Contoh, berkurangnya kawasan resapan air karena alih fungsi lahan, penggundulan hutan yang meningkatkan erosi a) Prabencana 1. Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya banjir, seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkahlangkah apa yang harus dilakukan. 2. Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada di zona rawan banjir. 3. Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada di zona rawan banjir. 4. Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa dampaknya untuk rumah kita. 5. Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute evakuasi dan daerah yang lebih tinggi. 6. Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir dan merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga terpencar-pencar. 7. Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir dan merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga terpencar-pencar. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan tetangga apabila banjir terjadi. 8. Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga hari, misalnya persiapan tas siaga bencana, penyediaan makanan, dan air minum. 9. Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan gas. 10. Mempertimbangkan asuransi banjir. 11. Berkaitan dengan harta dan kepemilikan, maka Anda bisa membuat catatan harta kita, mendokumentasikannya dalam foto, dan simpan dokumen tersebut di tempat yang aman. 12. Menyimpan berbagai dokumen penting di tempat yang aman. 13. Hindari membangun di tempat rawan banjir kecuali ada upaya penguatan dan peninggian bangunan rumah. 14. Perhatikan berbagai instrumen listrik yang dapat memicu bahaya H. 52 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan dan mendangkalkan sungai, serta perilaku tidak bertanggung jawab seperti membuang sampah di sungai dan mendirikan hunian di bantaran sungai. Kejadian bencana banjir sangat bersifat lokal. Satu daerah bisa terlanda banjir dan daerah lainnya aman. Oleh sebab itu, informasi mengenai banjir yang resmi biasanya berasal dari institusi di daerah yang bertanggung jawab, seperti BPBD. Kendati sifatnya bencana lokal, namun terkadang banjir juga dapat meluas dan melumpuhkan kehidupan perkotaan seperti yang pernah terjadi di Jakarta. Oleh sebab itu, langkah antisipasi harus dilakukan baik sebelum, saat, dan pascabencana banjir. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 53 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD saat bersentuhan dengan air banjir. 15. Turut serta mendirikan tenda pengungsian dan pembuatan dapur umum. 16. Melibatkan diri dalam pendistribusian bantuan. 17. Menggunakan air bersih dengan efisien. b) Saat bencana 1. Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi dari berbagai media mengenai informasi banjir untuk meningkatkan kesiapsiagaan. 2. Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. 3. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempattempat lain yang tergenang air. 4. Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan pada saat hujan biasa atau deras. 5. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda. Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau di tempat yang aman dari banjir. Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang lebih tinggi di dalam rumah. 6. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang. Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas/dalam air. 7. Jika ada perintah evakuasi dan Anda harus meninggalkan rumah: Jangan berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat mengakibatkan Anda jatuh. 8. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat Anda berpijak. 9. Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik, abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat. 10. Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya kehabisan air bersih. 11. Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan akan dilalui oleh arus yang deras karena kerap kali banjir bandang tiba tanpa peringatan. H. 54 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan c) Pasca bencana 1. Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan ancaman kesetrum. 2. Waspada dengan instalasi listrik. 3. Hindari air yang bergerak. 4. Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa saja keropos dan ambles. 5. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang berwenang membutuhkan sukarelawan 6. Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang berwenang. 7. Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air. 8. Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat seperti pada fondasi. 9. Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih jika Anda terkena air banjir. 10. Buang makanan yang terkontaminasi air banjir 11. Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana mendapatkan bantuan perumahan/shelter, pakaian, dan makanan. 12. Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat. 13. Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa-sisa kotoran setelah banjir. 14. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). 15. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali. 16. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL). 5. Muatan Materi Terkait Tanah Longsor Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari curah hujan yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi, dan getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat sehingga menyebabkan terbatasnya waktu untuk melakukan evakuasi mandiri. Material longsor menimbun apa saja yang berada di jalur longsoran. a) Prabencana 1. Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. (Perhatikan fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah). # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 55 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 2. Pembuatan bangunan penahan, jangkar dan pilling. 3. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya. 4. Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah). 5. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput). 6. Mendirikan bangunan dengan pondasi yang kuat. 7. Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah rawan longsor. 8. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan. 9. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya likuifaksi (pencairan tanah). 10. Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel. 11. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami kawasan yang gersang dengan tanaman yang memiliki akar kuat, banyak dan dalam seperti nangka, durian, pete, kaliandra, dan sebagainya. 12. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil (tanah gerak). 13. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan. 14. Waspada ketika curah hujan tinggi. 15. Jangan menggunduli hutan dan menebang pohon sembarangan. b) Saat bencana 1. Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya longsoran. 2. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi ke arah zona evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di Indonesia telah terpasang Sistem Peringatan Dini Longsor). c) Pasca bencana 1. Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil. 2. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor susulan. D. Strategi Pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD a. Pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan Dalam KTSP Tahap pelaksanaan ini menitik beratkan pada pelaksanaan pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: Adanya sekumpulan materi pembelajaran yang akan disampaikan ke anak sesuai dengan kompetensi dasar anak usia dini. Materi yang disampaikan misalnya: 1. Aspek perkembangan agama & moral - Berdo’a terhindar dari bencana - Menunjukkan rasa dan sikap bersyukur pada pemberian serta ciptaan Tuhan - Akhlak terhadap Tuhan, manusia dan alam - Saling membantu antara sesama 2. Aspek perkembangan sosial-emosi - Merasa aman dan terlindungi - Berinteraksi dan bermain dengan teman - Merasa diterima dan dihargai - Mau berbagi dengan teman - Mencintai dan dicintai sesama 3. Aspek perkembangan kognitif - mengenal hubungan sebab akibat - memperkirakan terjadinya suatu peristiwa 4. Aspek perkembangan bahasa - berkomunikasi secara wajar H. 56 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 1. Tahap Perencanaan Dalam tahap persiapan ini, pendidik hendaknya mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: a. Identifikasi potensi bencana di satuan PAUD. Penyusunan KTSP PAUD dalam Pendidikan Kebencanaan perlu terlebih dahulu mengetahui risiko bencana yang akan terjadi di wilayahnya. Sehingga pengembangan KTSP disesuaikan pada pemetaan tersebut. Setiap lembaga mungkin saja berbeda dengan lembaga lainnya, data ini bisa diperoleh dari website http://inarisk.bnpb.go.id b. Pengembangan materi/muatan pembelajaran. Materi pembelajaran yang dikembangkan oleh lembaga mengadopsi tentang kesiapsiagaan bencana sesuai dengan potensi bencana yang mungkin terjadi di lingkungan satuan PAUD. Mungkin saja materi yang dikembangkan disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di daerah masing-masing. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 57 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD - memahami kosa kata yang berkaitan dengan bencana - bercerita tentang kondisi dan akibat suatu bencana 5. Aspek perkembangan fisik-motorik - memperoleh bantuan pengobatan luka fisik - menunjukkan aktivitas gerakan mengindari bencana - menunjukkan aktivitas fisik-motorik cara menolong diri sendiri dari bencana 6. Aspek seni - Menghargai hasil karya seni - Mengapresiasi hasil karya teman c. Penyiapan sarana dan prasarana pendukung (termasuk APD) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun. Contoh-contoh kegiatan main: Puzzle Kebencanaan, praktek banjir, gambar Kebencanaan, gerak lagu Kebencanaan dan lain-lain. Alur Penyusunan Kurikulum Kebencanaan Mengidentifikasi jenis bencana Menyusun materi pembelajaran dalam KTSP yang memuat pengetahuan tentang Kebencanaan Penyiapan sarana dan prasarana pendukung yang sesuai dengan kondisi lokal Menyiapakan rencana pembelajaran (Prosem, RPPM, RPPH) Melaksanakan kegiatan main yang mengandung pengetahuan Kebencanaan diperkuat dengan dukungan guru b. Pengitegrasian Pendidikan Kebencanaan Ke Dalam Perencanaan Pembelajaran (RPP) b) Ketentuan Penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan Agar proses dan hasil penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan menghasilkan rencana pembelajaran yang terbaik, maka dalam penyusunannya hendaklah memperhatikan 9 (sembilan) ketentuan, sebagai berikut: 1. Penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan dilakukan secara terintegrasi antara tema/sub tema, capaian/kemampuan, muatan/ materi pembelajaran, rencana kegiatan, dan rencana penilaian Pendidikan Kebencanaan dengan setiap RPP yang ‘biasa’ disusun pendidik untuk kegiatan pembelajaran yang dilakukan bersama peserta didik. 2. Jenis dan jumlah RPP yang disusun atau disiapkan dalam RPP Pendidikan Kebencanaan sama jenisnya seperti RPP yang digunakan dalam pedoman implementasi kurikulum 2013 PAUD. 3. Komponen atau format yang digunakan dari setiap jenis RPP Pendidikan Kebencanaan sama seperti RPP yang digunakan dalam pedoman implementasi kurikulum 2013 PAUD. 4. Terdapat penguatan pada bagian tema/sub tema, capaian kemampuan, tujuan dan muatan/materi pembelajaran sesuai dengan lingkup Pendidikan Kebencanaan yang akan dilaksanakan. H. 58 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan a) Pengertian RPP dalam Pendidikan Kebencanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kebencanaan adalah RPP yang mesti disiapkan oleh para pendidik sebelum melaksanakan pembelajaran melalui bermain di satuan PAUD sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada dasarnya RPP Pendidikan Kebencanaan adalah sama dengan RPP yang telah ditetapkan dalam Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 PAUD, baik format / komponen, langkah penyusunan maupun teknik penilaiannya; tetapi mendapatkan penguatan dan penekanan pada tema/sub tema, capaian kemampuan, tujuan dan muatan/materi pembelajaran sebagai ciri khas dari Pendidikan Kebencanaan yang akan diterapkan atau dilaksanakan di setiap satuan PAUD yang menyelenggarakan Pendidikan Kebencanaan. Oleh karena itu, satuan PAUD yang menyelenggarakan Pendidikan Kebencanaan, dalam hal ini baik pengelola maupun para pendidik tidak perlu merasa kwatir akan kemampuan menyusun RPP Pendidikan Kebencanaan. Untuk dapat sukses menyusun RPP ini, maka pelajarilah sebelumnya cara-cara penyusunan RPP sebagaimana yang termaktub dalam pedoman implementasi kurikulum 2013 PAUD. Jika Anda telah menguasainya, maka akan mudah tentunya dalam menyiapkan RPP Pendidikan Kebencanaan yang terbaik. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 59 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 5. Tema/sub tema, capaian kemampuan, tujuan dan muatan/materi pembelajaran Kebencanaan terutama disesuaikan dengan kerawanan bencana yang dihadapi dimana satuan PAUD berada. 6. Rumusan tema/sub tema, capaian kemampuan, tujuan dan muatan/ materi pembelajaran Kebencanaan hendaklah memperhatikan karakteritik, kondisi dan kebutuhan dari peserta didik (kelompok usia layanan). 7. Rancangan kegiatan yang dituangkan dalam RPP Pendidikan Kebencanaan tetap menggunakan dan menerapkan bermain yang menyenangkan, penerapan pendekatan saintifik, aktivitas yang mendorong terwujudnya HOTS serta eksplorasi dan penguatan STEAM. 8. Pemilihan, penataan dan pengelolaan lingkungan main tetap menggunakan media, sumber belajar dan lingkungan yang selaras dengan karakteristik dan kebutuhan anak serta memanfaatkan looseparts secara efektif dan optimal dalam setiap kegiatannya. 9. Penilaian tetap dirancang sesuai dengan format dan teknik sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pedoman implementasi kurikulum 2013 PAUD. c) Jenis-Jenis RPP Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Jenis dan jumlah RPP yang disusun atau disiapkan dalam RPP Pendidikan Kebencanaan sama jenisnya seperti RPP yang digunakan dalam pedoman implementasi Kurikulum 2013 PAUD, yaitu meliputi Rencana Program Semester (Prosem), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dilengkapi dengan rencana penilain. d) Komponen RPP Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Sebagaimana yang telah disajikan dalam 9 (sembilan) ketetntuan di atas, bahwa penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan adalah tetap selaras dengan yang telah ditentukan dalam pedoman implementasi Kurikulum 2013 PAUD, namun terjadi penguatan pada bagian tema/sub tema, capaian kemampuan, tujuan dan muatan/materi pembelajaran sesuai dengan lingkup Pendidikan Kebencanaan yang akan dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya, penempatan bagian-bagian penguatan dalam komponen RPP Pendidikan Kebencanaan dapat disimak pada bagian contoh. Berikut adalah komponen-komponen dari setiap jenis RPP, sebagai berikut: e) Langkah Penyusunan RPP Pendidikan Kebencanaan RPP Pendidikan Kebencanaan disusun secara bertahap dan hirarkis, mulai dari penyusunan RPP tingkat semester, tingkat mingguan, hingga tingkat harian. Secara berjenjang alur penyusunanya sebagai berikut: H. 60 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 1. Rencana Program Semester (Prosem) Pendidikan Kebencanaan. Prosem Pendidikan Kebencanaan dikembangkan mengandung tema yang dapat mengakomodir Pendidikan Kebencanaan. Tema merupakan payung keseluruhan kegiatan dan topik yang akan dijadikan pembahasan dalam bermain dan bereksplorasi bersama anak. Tema bukan merupakan tujuan pembelajaran melainkan sebagai perluasan wawasan dalam rangka menghantarkan kematangan perkembangan anak. Tema pembelajaran diintegrasikan dengan tema yang sudah direncanakan pada lembaga PAUD tersebut misalnya tema alam semesta dengan sub tema gejala alam, atau sub tema lainnya yang selaras dengan kondisi Kebencanaan yang dihadapi di mana satuan PAUD berada. Tetapi hendaklah selalu memprioritaskan dengan kerawanan bencana di mana lokasi PAUD tersebut didirikan/diselenggarakan. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) Pendidikan Kebencanaan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) Pendidikan Kebencanaan disusun untuk pembelajaran selama satu minggu, dan Pendidikan Kebencanaan diintegrasikan pada RPPM yang akan disusun atau disiapkan pada lembaga tersebut. RPPM berisi: (1) identitas program layanan, (2) KD yang dipilih, (3) materi pembelajaran, (4) tujuan pembelajaran dan (5) rencana kegiatan. Dan pada komponen 2, 3, 4 dan 5 mendapatkan penguatan-pengutan terkait dengan Pendidikan Kebencanaan. 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Pendidikan Kebencanaan. Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) Pendidikan Kebencanaan merupakan acuan untuk mengelola kegiatan bermain dalam satu hari pada pembelajaran dalam Pendidikan Kebencanaan yang diintegrasikan dalam RPPH yang akan disusun dalam lembaga tersebut. RPPH Pendidikan Kebencanaan disusun dan dilaksanakan oleh guru yang memuat komponen-komponen yang ditetapkan. Komponen RPPH terdiri atas: (1) identitas program, (2) materi, (3) alat dan bahan, (4) kegiatan pembukaan, (5) kegiatan inti, (6) kegiatan penutup, dan (7) rencana penilaian. Pada komponen 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 mendapatkan penguatan-pengutan terkait dengan Pendidikan Kebencanaan. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD PROSEM Pendidikan Kebencanaan RPPM Pendidikan Kebencanaan RPPH Pendidikan Kebencanaan H. 61 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Umpan Balik Langkah lebih jelas dan detail penyusunan dari setiap jenis/tingkatan RPP Pendidikan Kebencanaan, dijelaskan di bawah ini: 1) Langkah Penyusunan PROSEM Pendidikan Kebencanaan. Program Semester (Prosem) Pendidikan Kebencanaan dikembangkan atau disusun dengan tahapan sebagai berikut: a. Pilihlah tema yang dapat memayungi pembelajaran atau kegiatan main anak terkait Pendidikan Kebencanaan. Tetapi jika tema yang tepat tidak diperoleh, maka kembangkanlah pada sub tema atau sub-sub tema. b. Tentukanlah alokasi waktu yang dibutuhkan untuk membahas tema atau sub tema atau sub-sub tema yang telah disusun/dipilih sesuai dengan kegiatan pembelajaran atau kegiatan main yang akan dilakukan oleh peserta didik. c. Genapkanlah jumlah waktu yang ditetapkan menjadi minimal 17 minggu untuk keseluruhan tema atau sub tema atau sub-sub tema dari setiap semester pada setiap tahun pelajaran. Jadi dalam satu tahun pembelajaran akan memilih tema atau sub tema atau sub-sub tema untuk keperluan Pendidikan Kebencanaan setidaknya untuk waktu minimal 17 minggu x 2, jadi minimum 34 minggu. d. Contoh dapat dilihat pada bagian h/lampiran 2) Langkah Penyusunan RPPM Pendidikan Kebencanaan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) Kebencanaan disusun dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penulisan identitas program layanan, 2. Pemilihan KD yang sesuai, 3. Pemilihan materi/muatan pembelajaran, 4. Penetapan tujuan pembelajaran, 5. Penyusunan rencana kegiatan main. Pendidikan 3) Langkah Penyusunan RPPH Pendidikan Kebencanaan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Pendidikan Kebencanaan merupakan acuan untuk mengelola kegiatan bermain dalam satu hari pada pembelajaran, dengan tahapan sebagai berikut: a. Pengisian / penulisan identitas program b. Pemilihan materi / muatan pembelajaran c. Pemilihan alat dan bahan yang dibutuhkan d. Merencanakan kegiatan pembukaan e. Merencanakan kegiatan inti f. Merencanakan kegiatan penutup g. Menyusun rencana penilaian H. 62 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan c. Pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan Ke Dalam Pelaksanaan Pembelajaran (Metode/Kegiatan Main Anak) 1. Pengertian Metode/Kegiatan Main Dalam Pendidikan Kebencanaan Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk anak. Secara sukarela, anak melakukan kegiatan tersebut secara alamiah. Bermain akan membuat mereka menjadi lebih nyaman, tenang dan selalu ceria. Bermain juga senantiasa dibutuhkan anak untuk mengurangi rasa takut dan cemas yang muncul pada saat anak menghadapi sesuatu yang menakutkan bagi dirinya, sebagai contoh setelah anak mengalami perasaan traumatik pasca mengalami bencana. Kegiatan bermain sangat diperlukan untuk menjadikan anak pulih dari kecemasan yang dialami akibat bencana. Namun demikian, kegiatan bermain pada anak dalam konteks Pendidikan Kebencanaan merupakan sebuah strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengajarkan tentang Kebencanaan kepada anak. Kegiatan bermain ini dilakukan sebagai upaya untuk mengenalkan anak terhadap ragam bencana di Indonesia, khususnya 5 (lima) jenis bencana, yakni: gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir dan letusan gunung berapi. Bencana merupakan sebuah kejadian yang pada umumnya tidak pernah dibayangkan oleh anak dalam kehidupannya sama sekali. Oleh karena itu, bencana akan sangat mempengaruhi kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis. Agar anak lebih siap dalam menghadapi bencana, maka mereka perlu mendapatkan pemahaman yang baik tentang bagaimana seharusnya bertindak saat bencana. Dengan demikian, guru perlu mengintegrasikan kegiatan bermain dengan pemberian pemahaman tentang Pendidikan Kebencanaan ini melalui kegiatan bermain sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 63 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Berikut ini terdapat beberapa permainan yang dapat dilakukan bersama anak usia dini. Material yang digunakan adalah benda-benda yang ada di lingkungan sekitar. Bermain Menggunakan Boks /dus Developed by Deborah Llewellyn for Pro Mujer Bolivia, 1990 Bermain Menggunakan Kertas H. 64 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Bermain Menggunakan Kayu Developed by Deborah Llewellyn for Pro Mujer Bolivia, 1990 Bermain Menggunakan Kancing, Batu, Sedotan # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 65 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Bermain Menggunakan Benang /Tali Kegiatan bermain dalam konteks Pendidikan Kebencanaan memerlukan perencanaan yang matang karena harus mempertimbangkan usia anak, kondisi psikologis, tahapan kegiatan main, media dan sumber belajar termasuk penggunaan alat permainan edukatif, dan metode yang dipilih untuk bermain. Strategi yang tepat dalam memilih kegiatan bermain akan sangat bermanfaat bagi anak untuk membantu mempersiapkan dirinya dalam menghadapi bencana. Kegiatan bermain dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat permainan edukatif. Untuk membuat alat permainan edukatif yang diperlukan dalam konteks Kebencanaan, Sudono (2006) berpendapat bahwa guru sebaiknya memperhatikan tiga hal, yaitu: (1) ketetapan alat dan waktu penggunaan (sesuai karakteristik anak), (2) Bahan dan alat yang digunakan untuk kegiatan bermain dan (3) kriteria keamanan alat permainan. Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut diharapkan kegiatan bermain dengan alat permainan edukatif untuk mengajarkan Kebencanaan dapat berhasil secara optimal. 2. Ragam Metode/Kegiatan Main Dalam Pendidikan Kebencanaan Untuk PAUD Metode/kegiatan main dalam Pendidikan Kebencanaan untuk anak usia dini merupakan cara bermain yang mendukung model pembelajaran yang sebenarnya telah digunakan oleh satuan PAUD. Artinya, metode pembelajaran yang nantinya digunakan dalam mengajarkan Pendidikan Kebencanaan akan dipilih dengan menyesuaikan model pembelajaran yang sudah diimplementasikan di satuan PAUD tersebut. Terdapat satu dari empat model pembelajaran yang pada umumnya telah diterapkan di satuan PAUD, yaitu: (1) model pembelajaran area, (2) model pembelajaran sentra, (3) model pembelajaran sudut, dan (4) model pembelajaran kelompok dengan pengaman. H. 66 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 1. Model Pembelajaran Sudut Model pembelajaran sudut memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar dekat dengan kehidupan sehari-hari. Model ini bersumber pada teori Pendidikan dan perkembangan Montessori. Pada model ini program pembelajaran difokuskan pada lima hal, yakni: pelatihan kehidupan praktis, Pendidikan kesadaran sensori, seni berbahasa, matematika dan bentuk geometris, serta budaya. Lingkungan kelas dengan menggunakan model pembelajaran sudut ditata ke dalam sudut-sudut kegiatan seperti: sudut latihan kehidupan praktis, sudut sensorik, sudut matematika sudut bahasa, sudut kebudayaan. Sudut-sudut di atas saling berkaitan dan dibuka secara bersamaan setiap harinya. Anak-anak dibolehkan untuk memilih sudut mana yang paling diminatinya. Mereka dapat berpindah ke sudut lainnya dengan tidak mewajibkan untuk menguasai sudut sensorik dan kemampuan di sudut sebelumnya. Sudut latihan kehidupan praktis merupakan fondasi yang mendasar bagi sudut yang lain. Artinya, anak usia yang lebih muda lebih banyak bermain di dua sudut tersebut. Sepanjang hari di sekolah diperkenalkan pula aktivitas-aktivitas yang memungkinkan anak-anak menikmati dan mengembangkan keahlian dan kepekaan sosial mereka. Di Indonesia ditambahkan dengan sudut ketuhanan untuk mengenalkan nilainilai dan kegiatan praktis kegiatan agama. 2. Model Pembelajaran Area Model ini dikembangkan oleh High Scope di Amerika Serikat dan dikenalkan di Indonesia oleh Children Resources International. Inc. Model area memfasilitasi kegiatan anak secara individu dan kelompok untuk pengembangan semua aspek. Area ditata secara menarik. Setiap area memiliki beberapa kegiatan yang menggunakan alat dan bahan yang berbeda. Semua anak dapat memilih area mana yang paling sesuai dengan minatnya. Untuk semua area difasilitasi oleh seorang guru. Guru mengawasi anak-anak yang bermain di semua area yang dibukanya. Area pembelajaran yang dapat dibuka antara lain adalah area: balok, drama, seni, keaksaraan, pasir dan air, gerak dan musik, sains, matematika dan imtaq. 3. Model Pembelajaran Sentra Model yang dikembangkan Creative Curiculum mengelola kegiatan # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 67 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD pembelajaran yang seimbang antara bimbingan guru dengan inisiatif anak. Model ini dikenalkan di Indonesia oleh Dr. Pamela Phelp dari CCCRT Florida. Bermain dipandang sebagai kerja otak sehingga anak diberi kesempatan untuk memulai dari mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan hasil karyanya “start and finish”. Dukungan guru memfasilitasi anak mengembangkan kecakapan berpikir aktif dan anak diberi keleluasaan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan pengalaman tentang dunia sekelilingnya. Sentra yang dikembangkannya tidak berbeda dengan sistem area. Perbedaan tampak dalam pengelolaan kelas. Dalam model area semua anak bebas bergerak di semua area yang dikelola oleh seorang guru. Dalam model sentra anak bebas memilih bermain yang disiapkan dalam satu sentra. Di dalam sentra dilengkapi dengan 3 (tiga) jenis kegiatan bermain, yaitu bermain sensorimotorik, main peran, dan main pembangunan. Keragaman main atau disebut juga densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih mainan sesuai dengan minatnya. Kelompok anak berpindah bermain dari satu sentra ke sentra lainnya setiap hari. Tiap sentra dikekola oleh seorang guru. Proses pembelajarannya dengan menggunakan 4 pijakan, yaitu pijakan penataan alat (pijakan lingkungan), pijakan sebelum main, pijakan selama main, dan pijakan setelah bermain. Sentra yang dibuka di antaranya adalah sentra: balok, main peran kecil (mikro), main peran besar (makro), imatq, seni, persiapan, bahan alam dan memasak. 4. Model Pembelajaran Kelompok dengan Pengaman Model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman merupakan pola pembelajaran di mana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbedabeda secara bergantian. Kegiatan di kelompok merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan anak. Guru mendampingi kelompok anak, memberikan dukungan sesuai kebutuhan anak, serta memastikan anak menyelesaikan kegiatan sesuai yang diharapkan. Kemudian guru mempersilahkan anak untuk berpindah ke kegiatan berikutnya atau ke kegiatan pengaman. Sementara kegiatan pengaman berfungsi sebagai; 1) kegiatan alternatif bagi anak yang lebih cepat menyelesaikan kegiatan dikelompoknya, dan 2) sarana transisi anak untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya, melatih kesabaran dan mengendalikan perilaku anak saat menunggu giliran, serta pemenuhan minat anak terhadap kegiatan yang disediakan guru, 3) penguatan untuk pengaman, sediakan alat. Pada kegiatan pengaman, harus mempertimbangkan karakteristik dan minat anak terhadap kegiatan, bahan dan alat main, atau apapun yang ada di lingkungan sekitar anak. Ada beberapa pilihan dalam model kelompok dengan pengaman seperti: model kelompok dengan karya individual, model kelompok dengan karya kelompok, model kelompok dengan karya proyek. Untuk mengajarkan Pendidikan Kebencanaan kepada anak usia dini di dalam kelas yang sudah mengimplementasikan salah satu dari keempat model pembelajaran tersebut, guru selanjutnya dapat memilih metode/ kegiatan bermain yang tepat agar anak menjadi lebih memahami konsep yang diajarkan. Beberapa metode yang dapat dipilih antara lain: H. 68 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 1. Metode Bercakap-cakap Metode bercakap-cakap merupakan salah satu metode yang ditandai dengan adanya komunikasi lisan antara guru dengan anak, atau anak dengan anak. Kegiatan bercakap-cakap ini dapat dilaksanakan baik secara formal sesuai dengan tema yang dibahas ataupun bercakapcakap informal, tanpa ada keterkaitan dengan tema sama sekali. Dengan menggunakan metode bercakap-cakap dalam mengajarkan Pendidikan Kebencanaan kepada anak, diharapkan mereka akan menjadi lebih mudah untuk mengungkapkan perasaannya sesuai dengan tingkat perkembangannya terkait dengan Kebencanaan. 2. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab dideskripsikan sebagai suatu proses pembelajaran yang dicirikan dengan terjadinya proses pertukaran komunikasi yang berorentasi pada ”menanyakan” dan ”menjawab pertanyaan yang diberikan”. Pertanyaan dapat saja diajukan oleh guru kepada anak maupun oleh anak kepada temannya. Dalam penerapannya, guru sebaiknya lebih menekankan terhadap penggunaan kalimat tanya yang bersifat terbuka atau dengan kata lain, guru perlu mengajukan pertanyaan yang menuntut jawaban lebih dari ”ya atau tidak”. Dengan menggunakan metode tanya jawab dalam mengajarkan Pendidikan Kebencanaan kepada anak, maka guru dapat lebih mengeksplorasi tingkat pemahaman anak dengan baik. 3. Metode Bercerita Metode bercerita merupakan metode pembelajaran yang ditandai dengan guru memberikan pengalaman belajar kepada anak melalui pembacaan cerita secara lisan. Guru perlu memilih isi cerita yang sesuai untuk anak. Melalui pembacaan cerita, anak akan ikut berimajinasi tentang tokoh, latar, gaya bahasa, dan alur ceritanya. Dalam konteks mengajarkan Pendidikan Kebencanaan kepada anak, dengan menggunakan metode bercerita, guru juga dapat menggunakan metode ini secara klasikal menggunakan buku cerita yang berkaitan dengan Kebencanaan. Hal ini diharapkan akan mempemudah anak untuk memahami antisipasi terhadap terjadinya bencana, upaya penanganan terhadap bencana, dan hal-hal lain terkait Kebencanaan. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 69 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 4. Metode Pemberian Tugas Tugas merupakan salah satu tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh anak. Pemberian tugas merupakan salah satu metode dimana guru memberikan pekerjaan kepada anak untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Dengan mengerjakan tugas yang diberikan, diharapkan akan terdapat perubahan tingkah laku pada anak sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Pemberian tugas pada umumnya diberikan tidak hanya di dalam lembaga Pendidikan, namun pemberian tugas dapat diberikan untuk dikerjakan oleh anak di rumah. Pemberian tugas dalam konteks mengajarkan Pendidikan Kebencanaan merupakan sebuah alternatif metode yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenalkan lebih dekat tentang konsep materi Kebencanaan. 5. Metode Karya Wisata Metode karya wisata sering diidentikkan dengan kegiatan darma wisata atau rekreasi yang hanya dilaksanakan di akhir tahun pembelajaran. Namun tidak demikian halnya, metode karya wisata merupakan suatu metode yang memungkinkan guru untuk mengajak anak berkunjung ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari suatu hal secara lebih mendalam dan konkret. Metode karya wisata akan membantu anak memahami kehidupan nyata dalam lingkungan sekitar mereka, sebagai contoh daerah tertentu yang terkena dampak dari sebuah bencana. 6. Metode Demonstrasi Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan secara bervariasi dengan kegiatan memberikan ceramah kepada anak adalah metode demonstrasi. Jika dalam ceramah hanya dilakukan oleh guru dengan menjelaskan sesuatu tanpa memberitahukan contoh maka lain halnya dengan demonstrasi. Dalam metode demonstrasi, guru perlu mengkonkretkan penjelasan yang diberikan dengan cara mempraktekkan secara langsung atau dengan menggunakan media untuk semakin memperjelas sebuah konsep yang akan diajarkan. 7. Metode Sosiodrama Drama merupakan cara memerankan kejadian yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari oleh si pemeran. Bagi anak usia dini, drama tidak memerlukan teks yang perlu dihafalkan oleh para aktor, dengan pola yang harus ditiru, dan kadangkala tidak diperlukan adanya pemirsa yang menikmati drama tersebut. Ketika bermain drama, anak hanya memerlukan ketenangan, lingkungan yang menyenangkan serta kebebasan untuk mengelaborasi sejumlah peran, masalah, dan menemukan pemecahan masalah. 8. Metode Bermain Peran Berbeda dengan sosio-drama, dalam metode bermain peran akan dilakukan oleh anak untuk memerankan suatu tokoh pilihannya dalam bentuk makro dan mikro. Dalam kegiatan bermain peran makro, anak akan memerankan secara langsung tokoh sesuai keinginannya, seperti: anak berperan sebagai dokter, guru, hakim, polisi, petugas pemadan kebakaran. Sementara dalam bermain peran mikro dicirikan dengan kegiatan ”mendalang” atau anak memainkan peran dengan alat bantu seperti boneka, wayang-wayangan, miniatur binatang, dan peralatan berukuran kecil lainnya yang mendukung. Dalam kegiatan bermain peran mikro, anak dapat saja memerankan beberapa tokoh sekaligus. H. 70 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 9. Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang ditandai dengan kegiatan guru bersama anak mencoba mengerjakan sesuatu, mengamati dan melaporkan proses percobaan tersebut. Pada prakteknya, metode eksperimen sering digunakan bergantian dan saling melengkapi dengan metode demonstrasi. Sebagai contoh, ketika melakukan percobaan tentang memmbuat penahan banjir dengan menggunakan media hasil rancangan guru yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan anak. Guru akan mendemonstrasikan terlebih dahulu cara membuat penaham banjir dengan alat-alat yang tersedia, berikutnya guru akan mengajak anak untuk menguji coba seberapa kuat alat penahan banjir tersebut. 10. Metode Proyek Metode proyek merupakan suatu metode yang dilakukan melalui penyelidikan dalam waktu yang lama, kegiatan yang bersifat konstruktif dan berpusat pada bermain, di mana anak-anak terlibat berulang kali dalam pembelajaran dengan cara membangun dunia pemahaman mereka sendiri terhadap topik-topik yang sudah sangat dikenal oleh anak. Metode proyek mencakup langkah-langkah: (1) persiapan, (2) pelaksanaan proyek (perjalanan sekolah dan pengolahan masalah), (3) pengambilan kesimpulan. Dalam konteks Pendidikan Kebencanaan, metode ini bisa dilakukan dengan melihat dampak dan akibat yang ditimbulkan dari suatu bencana dengan pendampingan guru. Setelah melakukan pengamatan, anak akan kembali ke dalam ruang kelas untuk mendiskusikan dan membuat kegiatan berkaitan dengan perpan menghadapi bencana atau menanggulangi bencana. 3. Pemilihan Metode/Kegiatan Main dalam Pendidikan Kebencanaan Untuk AUD 1. Mengidentifikasi Bencana Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh guru dalam menentukan metode/kegiatan main dalam Pendidikan Kebencanaan adalah dengan mengidentifikasi bencana apa yang akan dikembangkan dalam kegiatan anak. Guru mengidentifikasi jenis bencana yang seringkali terjadi di wilayah tersebut; mempertimbangkan berapa jumlah jenis # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 71 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD konsep bencana yang akan diajarkan kepada anak; dan jika terdapat lebih dari satu bencana maka perlu menentukan prioritas bencana apa yang terlebih dahulu akan diajarkan. Beberapa jenis bencana tersebut dapat mencakup: banjir, tanah longsor, tsunami, gempa bumi, dan gunung meletus. 2. Menentukan persiapan Langkah kedua setelah mengidentifikasi bencana adalah menentukan persiapan metode/kegiatan main terhadap jenis bencana yang akan diajarkan. Guru perlu mengelaborasi pemahaman konsep dan jenis kegiatan bermain seperti apa yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Guru juga menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan untuk mengenalkan konsep tersebut. Misal, dengan menggunakan metode eksperimen, demonstrasi, praktek langsung atau sosio-drama, dsb. 3. Memilih media dan sumber belajar Pemilihan media dan sumber belajar merupakan langkah berikutnya yang ditempuh dalam mengajarkan Pendidikan Kebencanaan kepada anak usia dini. Media pembelajaran yang akan digunakan tergantung pada rencana kegiatan main yang sudah ditentukan dalam langkah persiapan. Media pembelajaran dapat berupa alat peraga edukatif dan alat permaian edukatif. Alat peraga edukatif nantinya akan dijadikan sebagai media untuk mendemonstrasikan konsep Kebencanaan kepada anak. Sementara alat permainan edukatif akan digunakan secara langsung oleh anak sebagai cara untuk mengenalkan konsep bencana dalam kegiatan bermain. Guru juga dapat menyiapkan beragam literarur atau bahan bacaan terkait konsep Kebencanaan di dalam ruangan kelas sehingga dapat diakses dan dibaca oleh anak kapan pun saat melakukan kegiatan main. 4. Menentukan metode atau kegiatan bermain sesuai dengan konsep bencana yang akan dikenalkan kepada anak Dalam langkah keempat ini, guru mempertimbangkan juga semua kebutuhan yang akan digunakan dalam kegiatan bermain sesuai dengan model pembelajaran yang telah dilakukan di setiap satuan PAUD; apakah menggunakan pembelajaran sentra, area, sudut atau kelompok. Setiap model pembelajaran tentu memerlukan persiapan yang berbeda. Guru perlu memetakan kegiatan terkait pengenalan konsep kebencaan sesuai dengan model pembelajaran tersebut. Jika menggunakan model pembelajaran sentra, maka guru harus dapat memilah kegiatan bermain apa saja yang akan dimasukkan dalam sentra-sentra tertentu, seperti di sentra bermain peran, sentra persiapan, sentra sains atau sentra yang lainnya. Demikian halnya dengan penggunaan model pembelajaran sudut, guru juga perlu memilih metode yang tepat untuk mengenalkan konsep kebencaan sesuai dengan sudut pembelajaran. H. 72 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 5. Merancang kegiatan main yang tepat sesuai dengan bencana, baik di dalam maupun di luar ruangan Langkah selanjutnya adalah merancang kegiatan bermain yang tepat sesuai dengan konsep bencana yang akan diajarkan sekaligus menentukan proses pelaksanaannya di dalam atau di luar ruangan. Untuk melaksanakan kegiatan bermain dengan baik, guru juga harus menyesuaikan antara pelaksanaan dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. 4. Contoh-Contoh Metode/Kegiatan Main Dalam Pendidikan Kebencanaan Untuk Anak Usia Dini 1. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Banjir a) Simulasi Bencana Banjir Langkah- Langkah Deksripsi Kegiatan Persiapan 1. Guru menentukan skenario kejadian dari bencana banjir, misalnya waktu kejadian, dampak yang ditimbulkan, titik masuk banjir, lokasi evakuasi. 2. Para guru membagi peran dan tugas misalnya ada yang mendampingi anak di ruangan, memantau keadaan sekitar sekolah, mempersiapkan titik evakuasi, memastikan bahwa jalur dan titik evakuasi aman dan nyaman bagi anak. 3. Guru memberikan gambaran kepada anak-anak tentang skenario kejadian, agar anak-anak mengetahui dan memahami akan proses permainan/simulasi yang akan dilakukan. Media • Bendera warna hijau, kuning dan merah •Tanda jalur evakuasi, tanda bahaya dan titik evakuasi • Daftar hadir mandiri • Kotak P3K • Perlengkapan lainnya seperti bidai, mitela, tandu, gunting • Handpone # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 73 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Langkah- Langkah Deksripsi Kegiatan Proses Kegiatan Dalam Ruangan 1. Tancapkan bendera berwarna hijau d ihalaman atau depan ruang kelas (disesuaikan dengan media informasi di sekolah masingmasing) 2. Jelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah (hujan yang terus menerus, debit air di sungai yang meningkat) dengan mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario yang telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status waspada terhadap bencana banjir, sehingga diharapkan agar anak selalu hati-hati dan waspada akan ancaman banjir. 3. Ganti bendera warna hijau dengan bendera warna kuning yang ada di halaman sekolah (disesuaikan dengan media informasi di sekolah masing-masing) 4. Jelaskan kepada anak terkait dengan situasi daerah (hujan yang terus menerus, debit air di sungai yang meningkat) dengan mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario yang telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status siaga terhadap bencana banjir, sehingga anak-anak harus siap siaga, tidak panik dan tetap tenang. 5. Ganti bendera warna kuning dengan bendera warna merah yang ada di halaman sekolah (disesuaikan dengan media informasi di sekolah masing-masing) 6. Jelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah (hujan yang terus menerus, debit air di sungai yang meningkat) dengan mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario yang telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status bahaya terhadap bencana banjir, sehingga anak-anak harus segera dievakuasi ke titik aman. 7. Minta anak-anak untuk berbaris dan segera melakukan proses evakuasi menuju titik aman yang telah ditentukan. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses evakuasi • Anak-anak berjalan cepat namun tetap beraturan dan tidak saling dorong • Pastikan bahwa tidak ada anak-anak yang panik, merasa ketakutan dan menangis • Anak-anak memakai sepatu dan segera berjalan cepat menuju tempat evakuasi • Memastikan bahwa tidak ada anak yang kembali ke ruangan Luar ruangan (titik aman/berkumpul) 8. Minta anak-anak untuk menempati lingkaran kecil yang telah dibentuk sebelumnya 9. Segera melakukan pendataan terkait dengan jumlah anak sesuai dengan kelas dan jenis kelamin. Jika jumlah anak tidak sesuai dengan daftar hadir mandiri, segera melakukan pencarian, penyelamatan dan evakuasi (tergantung skenario). 10. Setelah memastikan bahwa seluruh anak telah berada di titik aman, para tutor membuat permainan untuk mengalihkan perhatian anak, agar tidak mengingat kejadian yang terjadi. 11. Segera berkoordinasi dengan pemerintah desa/kelurahan setempat untuk evakuasi selanjutnya. 12. Berikan informasi kepada anak-anak tentang manfaat dari simulasi 13. Lakukan evaluasi bersama terkait dengan proses simulasi Langkah- Langkah Persiapan Proses Kegiatan H. 74 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan b) Menyanyikan lagu tentang banjir Deksripsi Kegiatan Guru hafal dengan lagu yang akan dinyanyikan. Poster lagu Judul: Di MANA-MANA ADA BENCANA (Irama: Di Sini Senang, Di Sana Senang) Di sini angin Di sana banjir Di mana-mana ada bencana Di Timor Banjir Di Sumba Angin Di mana-mana ada bencana Ayo Siap Siaga, Kita Siap Siaga Kita Siap Siaga, Kita Siap Siaga Kita Siap Siaga sama-sama 2X 1. Guru menyanyikan lagu 2. Guru meminta anak untuk bersama-sama menyanyikan lagu tentang banjir # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD c) Membuat rencana penanganan bencana banjir Langkah- Langkah Deksripsi Kegiatan Persiapan Guru mencari referensi terkait kronologi kejadian banjir di wilayahnya. Media H. 75 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Proses Kegiatan • Peta resiko bencana banjir • Tabel tahun terjadinya banjir • Alat tulis 1. Guru melakukan brain storming dan berdiskusi dengan anak terkait bencana banjir yang pernah dialami oleh anak 2. Guru memetakan kejadian bencana banjir secara kronologis 3. Guru mengajak anak untuk menceritakan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir 4. Guru bersama anak mendikusikan tentang persiapan yang perlu dilakukan dalam menghindari banjir, saat banjir dan setelah banjir 5. Guru mengajak anak menggambar proses pencegahan sebelum, penanganan saat banjir terjadi dan sesudah banjir dalam kartu 6. Guru membuat tabel berukuran besar untuk memetakan pencegahan, penanganan saat banjir dan sesudah banjir dan bersama anak memasukkan gambar anak dalam tabel tersebut. 7. Tempelkan tabel tersebut di dinding kelas 2. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Tanah Longsor a) Simulasi Bencana Banjir Langkah- Langkah Deksripsi Kegiatan Persiapan 1. Guru menentukan skenario kejadian dari bencana longsor, misalnya waktu kejadian, dampak yang ditimbulkan, titik masuk longsor, lokasi evakuasi. 2. Para guru membagi peran dan tugas misalnya ada yang mendampingi anak di ruangan, memantau keadaan sekitar sekolah, mempersiapkan titik evakuasi, memastikan bahwa jalur dan titik evakuasi aman dan nyaman bagi anak. 3. Guru memberikan gambaran kepada anak-anak tentang skenario kejadian, agar mereka mengetahui dan memahami akan proses permainan/simulasi yang akan dilakukan 4. Guru memastikan pengaturan ruangan yang aman. Proses Simulasi • Bendera warna merah • Tanda jalur evakuasi, tanda bahaya dan titik evakuasi • Daftar hadir mandiri • Kotak P3K • Perlengkapan lainnya seperti, kain kasa, tandu, gunting • Handphone Dalam Ruangan 1. Guru menancapkan bendera berwarna hijau di halaman atau depan ruang kelas (disesuaikan dengan media informasi di sekolah masing-masing). 2. Guru menjelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah (hujan yang terus menerus, retakan tanah) dengan mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario yang telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status waspada terhadap bencana tanah longsor, sehingga diharapkan agar anak-anak selalu hatihati dan waspada akan ancaman banjir. 3. Ganti bendera warna hijau dengan bendera warna kuning yang ada di halaman sekolah (disesuaikan dengan media informasi di sekolah masing-masing). 4. Jelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah (hujan yang terus menerus, retakan tanah yang bertamah) dengan mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario yang telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status siaga terhadap bencana tanah longsor, sehingga anak-anak harus siap siaga, tidak panik dan tetap tenang. 5. Ganti bendera warna kuning dengan bendera warna merah yang ada di halaman sekolah (disesuaikan dengan media informasi di sekolah masing-masing) 6. Jelaskan kepada anak-anak terkait dengan situasi daerah (hujan yang terus menerus, retakan tanah yang semakin melebar, terjadi longsoran kecil) dengan mengacu pada indikator sistem peringatan dini dan skenario yang telah disusun. Status sekolah tersebut dalam status bahaya terhadap bencana banjir, sehingga anak- anak harus segera dievakuasi ke titik aman. 7. Minta anak-anak untuk berbaris dan segera melakukan proses evakuasi menuju titik aman yang telah ditentukan. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses evakuasi • Anak-anak berjalan cepat namun tetap beraturan dan tidak saling dorong • Pastikan bahwa tidak ada anak-anak yang panik, merasa ketakutan dan menangis • Anak-anak memakai sepatu dan segera berjalan cepat menuju tempat evakuasi • Memastikan bahwa tidak ada anak yang kembali ke ruangan H. 76 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Media # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 77 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Proses Kegiatan Luar ruangan (titik aman/berkumpul) 8. Minta anak-anak untuk menempati lingkaran kecil yang telah dibentuk sebelumnya 9. Segera melakukan pendataan terkait dengan jumlah anak sesuai dengan kelas dan jenis kelamin. Jika jumlah anak tidak sesuai dengan daftar hadir mandiri, segera melakukan pencarian, penyelamatan dan evakuasi (tergantung skenario). 10. Setelah memastikan bahwa seluruh anak telah berada di titik aman, para tutor membuat permainan untuk mengalihkan perhatian anak, agar tidak mengingat kejadian yang terjadi. 11. Segera berkoordinasi dengan pemerintah desa/kelurahan setempat untuk evakuasi selanjutnya. 12. Berikan informasi kepada anak-anak tentang manfaat dari simulasi. 13. Lakukan evaluasi bersama terkait dengan proses simulasi. 3. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Gempa Bumi a). Bermain Kartu Penyelamatan ketika Gempa Bumi Langkah- Langkah Deksripsi Kegiatan Persiapan Guru menyiapkan kartu-kartu penyelematan saat terjadi gempa bumi Media Kartu-kartu penyelamatan gempa bumi. Sumber Gambar: Kemdikbud Proses Kegiatan Bermain 1. Guru bercakap-cakap tentang gempa bumi (apa yang dirasakan oleh anak, apa yang mereka lakukan saat terjadi gempa, apa tindakan setelah terjadinya gempa bumi). 2. Guru memperlihatkan lima kartu penyelamatan saat terjadinya gempa. H. 78 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 3. Guru menjelaskan tindakan yang harus diambil oleh anak saat mengalami kejadian gempa bumi (seperti: Cari benda yang terdekat untuk berlindung; hindari yang mungkin mudah rubuh. Jongkok atau rebah pada sisi benda tersebut, kepala tidak lebih tinggi dari tinggi benda tersebut. Bertahan di posisi ini selama 5 menit atau sampai gempa berhenti. Setelah gempa berhenti, bergerak menuju tempat aman berkumpul mengikuti jalur evakuasi, Berdiam di tempat aman ini sampai ada perintah selanjutnya dari bapak/ibu kepala sekolah). 4. Anak menceritakan kembali kartu gambar yang telah dijelaskan oleh guru. 4. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Gunung Meletus a). Bencana Gunung Meletus Langkah- Langkah Deksripsi Kegiatan Persiapan 1. Guru mempersiapkan semua media yang akan digunakan di atas meja. Meja sebaiknya diberi alas plastik 2. Guru mengajak anak membuat miniatur gunung dengan cara melapisi botol dengan plastisin dibentuk menjadi gunung. 3. Anak menata minatur dinosaurus serta pepohonan di atas meja. Media sumber: https://mycrafts.com/diy/diy-micro-volcanowith-dinosaur-toys-volcano-eruption-sciencekit-for-kids/ • Plastisin • Botol kecil • Miniatur dinosaurus dan aksesoris pepohonan • Baking soda • Cuka • Pewarna merah/ jingga Proses Kegiatan Bermain 1. Guru mengajak anak untuk berdiri mengelilingi meja 2. Guru mendemonstrasikan proses terjadinya gunung meletus, yakni: memasukkan baking soda ke dalam botol (di tengah gunung) dan pewarna makanan, kemudian memasukkan cuka perlahan-lahan. 3. Guru meminta anak untuk mengamati proses terjadinya gunung meletus dari demonstrasi guru 4. Anak mencoba melakukan eksperimen gunung meletus 5. Guru dan anak mendiskusikan akibat yang ditimbulkan dari proses gunung meletus. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 79 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 5. Contoh Metode/Kegiatan Main tentang Bencana Tsunami a). Eksperimen Tsunami Langkah- Langkah Deksripsi Kegiatan Persiapan Guru membuat media pembelajaran dengan cara: membuat dua miniatur susunan rumah (satu nampan kotak untuk menata rumah tanpa dihalangi pohon, satu nampan ditata untuk rumah dengan dilindungi pepohonan), bagian bawah rumah dilapisi plastik dan tanah. Media sumber: https://www.youtube.com/watch?v=DZZFPCY6RlE Alat dan bahan untuk membuat media pembelajaran: 1. 2 Nampan kotak 2. Miniatur rumah-rumahan dari kardus 3. Miniatur pepohonan 4. Tanah 5. Plastik 6. Air Proses Kegiatan Bermain 1. Guru mengajak anak duduk memperhatikan demonstrasi yang akan dilakukan oleh guru 2. Guru mendemonstrasikan proses terjadinya tsunami di nampan pertama dengan cara menyiramkan air dan menggerakan plastik di atasnya pada nampan pertama. 3. Guru mendiskusikan akibat yang ditimbulkan dari demonstrasi pertama 4. Guru mendemonstrasikan proses terjadinya tsunami pada nampan kedua 5. Guru mengajak anak mendiskusikan akibat yang terjadi pada demonstrasi yang kedua 6. Guru mengajak anak mendiskusikan perbedaan dari demonstrasi pertama dan kedua. b). Membuat Peta Evakuasi saat Tsunami Langkah- Langkah Media Proses Kegiatan Bermain Guru mempersiapkan media pembelajaran • • Karton ukuran A0 Krayon 1. Guru mengajak anak-anak untuk membuat denah sekolah secara berkelompok. Mulai dari gambar pagar/batas sekolahmu, lalu ruang-ruang kelas, kantor guru, ruang UKS (jika ada), ruang musholla (jika ada), kantin sekolah (jika ada), dan toilet guru serta anak. Kemudian gambar tiang-tiang listrik, pohon, atau dindingdinding yang mungkin mengitari sekolah. Terakhir gambarkan lapangan-lapangan yang ada di sekolah; lapangan olahraga, taman bunga, dll. 2. Setelah semua lokasi sekolah tergambarkan, guru mengajak anak untuk mencoba memberikan tanda centang (√) pada daerahdaerah yang aman dari bencana di sekolah. Dari semua daerah aman tersebut, bersama dengan anak, sepakati di lokasi mana daerah yang paling aman yang bisa dipergunakan sebagai tempat berkumpul jika terjadi bencana. Setelah ditentukan bersama, buat tanda-tanda panah menuju tempat aman berkumpul. 3. Selesai gambar peta sekolah beserta jalur evakuasi, tempelkan gambar di lokasi dinding sekolah, di tempat yang dapat dilihat oleh setiap orang yang masuk ke sekolah. Jika memungkinkan, ajak ibu/bapak kepala sekolah untuk melukiskan peta tersebut di dinding sekolah. H. 80 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Persiapan Deksripsi Kegiatan c). Bermain Kartu Penyelamatan Tsunami Langkah- Langkah Persiapan Deksripsi Kegiatan Guru mempersiapkan media pembelajaran # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 81 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Media Kartu-kartu penyelamatan Tsunami. Sumber gambar: Kemdikbud Proses Kegiatan Bermain 1. Guru bercakap-cakap tentang tsunami (apakah anak mengetahui tentang tsunami, pernah mengalami, bagaimana persaaan anak saat terkenan bencana tsunami) 2. Guru memperlihatkan tiga kartu penyelamatan saat terjadinya tsunami 3. Guru menjelaskan tindakan yang harus diambil oleh anak saat mengalami kejadian seperti: lari ke tempat yang tinggi; sebaiknya ke tempat evakuasi tsunami yang sudah tersedia, bertahan di tempat itu sampai ada instruksi selanjutnya,terus ikuti berita dari guru atau kepala sekolahmu. 4. Guru meminta anak untuk menceritakan kartu-kartu tersebut di depan kelas. Berikut adalah contoh cara pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kebencanaan, yaitu: 1. Penataan lingkungan main a. Sebelum anak datang, guru menyiapkan bahan dan alat main yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk kelompok anak yang dibinanya. b. Guru menata alat dan bahan main yang akan digunakan sesuai dengan kelompok usia yang dibimbingnya. c. Penataan alat main harus mencerminkan rencana pembelajaran yang sudah dibuat. Artinya tujuan yang ingin dicapai anak selama bermain dengan alat bermain tersebut. 2. Penyambutan Guru mempersiapkan fisik dan psikis dalam menerima kehadiran anak. Setelah anak datang guru memeriksa kondisi fisik dan psikis anak secara umum. Guru yang lain berkumpul untuk menyiapkan kegiatan pembukaan. Penyambutan akan membuat anak merasa nyaman, karena diterima di lingkungan sekolah. 4. Kegiatan sebelum main (15 menit) a. Guru dan anak duduk melingkar. Guru memberi salam pada anakanak, menanyakan kabar anak-anak. b. Guru meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak hadir hari ini (mengabsen). c. Berdoa bersama, mintalah anak secara bergilir siapa yang akan memimpin doa hari ini. d. Guru menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak. e. Guru membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah selesai membaca menanyakan kembali isi cerita. f. Guru mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang akan dilakukan anak. g. Guru mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah disiapkan. h. Dalam memberi pijakan, guru harus mengaitkan kemampuan apa yang diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar yang sudah disusun. i. Guru menyampaikan bagaimana aturan main (digali dari anak), memilih teman main, memilih mainan, cara menggunakan alat-alat, kapan memulai dan mengakhiri main, serta merapikan kembali alat yang sudah dimainkan. j. Guru mengatur teman main dengan memberi kesempatan kepada anak untuk memilih teman mainnya. Apabila ada anak yang hanya memilih anak tertentu sebagai teman mainnya, maka guru agar menawarkan untuk menukar teman mainnya. k. Setelah anak siap untuk main, guru mempersilakan anak untuk mulai bermain. Agar tidak berebut serta lebih tertib, guru dapat H. 82 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 3. Bermain Bebas Setelah anak berada di lingkungan bermain di satuan PAUD, guru menawarkan kepada anak untuk melakukan kegiatan bermain yang sesuai dengan minat anak (boleh di dalam dan di luar ruangan). Sambil menunggu teman-teman lain berdatangan ke sekolah, anak tetap bermain sesuai dengan minatnya. Sementara menunggu pembelajaran dimulai guru dapat membacakan cerita kepada anak (tema dapat dikaitkan dengan konsep Pendidikan Kebencanaan atau bebas). # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 83 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD menggilir kesempatan setiap anak untuk mulai bermain, misalnya berdasarkan warna baju, usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainnya agar lebih teratur. 5. Kegiatan selama anak main (60 menit) a. Guru berkeliling di antara anak-anak yang sedang bermain. b. Memberi contoh cara main pada anak yang belum bisa menggunakan bahan/alat. c. Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang dilakukan anak d. Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara main anak. Pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup dengan dijawab ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan anak. e. Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan. f. Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak memiliki pengalaman main yang kaya. g. Mencatat yang dilakukan anak (jenis main, tahap perkembangan, tahap sosial). h. Mengumpulkan hasil kerja anak. Jangan lupa mencatat nama dan tanggal di lembar kerja anak. i. Bila waktu tinggal 5 menit, kader memberitahukan pada anak-anak untuk bersiap-siap menyudahi kegiatan mainnya. j. Memberi contoh cara berkomunikasi yang tepat saat bertanya pada anak. Contoh : saat penyambutan kedatangan anak, “sambil bersalaman penuh kehangatan dengan menanyakan kondisi anak saat itu” . k. Memberikan gagasan tentang cara memainkan alat bila anak membutuhkan. l. Memberi dukungan pada anak agar meningkat kemampuannya. 6. Kegiatan Setelah Main (30 menit) a. Bila waktu main habis, guru memberitahukan saatnya membereskan. Membereskan alat dan bahan yang sudah digunakan dengan melibatkan anak-anak. b. Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, guru dapat mengajak dengan cara yang menarik seperti menyanyi agar anak ikut membereskan. c. Saat membereskan, guru memberi dukungan sehingga anak dapat mengelompokkan alat main sesuai dengan tempatnya. d. Bila anak sudah rapi, mereka diminta duduk melingkar bersama guru. e. Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, guru menanyakan pada setiap anak kegiatan main yang telah dilakukan. Kegiatan menanyakan kembali (recalling) melatih daya ingat anak tentang kegiatan yang sudah dilakukan dan melatih anak mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya (memperluas perbendaharaan kata anak). H. 84 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 7. Makan Bersama (15 Menit) a. Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama. Jenis makanan berupa kue atau makanan lainnya yang dibawa oleh masing-masing anak. Sekali dalam satu bulan diupayakan ada makanan yang disediakan untuk perbaikan gizi. b. Sebelum makan bersama, guru mengecek apakah ada anak yang tidak membawa makanan. Jika ada tanyakan siapa yang mau memberi makan pada temannya (konsep berbagi). c. Guru memberitahukan jenis makanan yang baik dan kurang baik. d. Jadikan waktu makan bekal bersama sebagai pembiasaan tatacara makan yang baik (adab makan). e. Libatkan anak untuk membereskan bekas makanan dan membuang bungkus makanan ke tempat sampah. 8. Kegiatan Penutup (15 Menit) a. Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, guru dapat mengajak anak menyanyi atau membaca puisi. Guru menyampaikan rencana kegiatan esok hari, dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di rumah masing-masing. b. Guru meminta salah satu anak untuk memimpin doa penutup. Ini dilakukan setiap hari secara bergiliran untuk setiap anak . c. Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan misal: berdasarkan warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih dahulu. d. Penggunaan Media dan Sumber Belajar Pendidikan Kebencanaan (Permainan Pengenalan Pendidikan Kebencanaan) Pada bagian ini disajikan media dan sumber belajar berupa permainan pengenalan Pendidikan Kebencanaan untuk anak usia dini yang telah dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD. Adapun permainan tersebut terdiri dari : 1) Poster; 2) Kartu bergambar; 3) Cerita bergambar; dan 4) Permainan ular tangga. Masing-masing media tersebut akan dijelaskan di bawah ini: # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD H. 85 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 1. POSTER _ Poster dalam seri “Aku Tangguh Bencana” dicetak pada kertas ukuran A2 yang menggambarkan sistem peringatan saat terjadi bencana, tandatanda bencana beserta hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari saat terjadi bencana. Gambar-gambar disajikan dengan alur tindakan yang berurutan sejak anak dan guru berada di dalam lingkungan sekolah hingga menyatu dengan masyarakat di titik aman. Pesan utama yang disampaikan pada poster adalah agar anak tetap tenang saat terjadi bencana, selalu mengikuti petunjuk guru hingga tiba di tempat aman dan menunggu intsruksi lebih lanjut dari petugas. Poster untuk 5 (lima) jenis bencana masing-masing dikemas dengan nuansa warna yang berbeda, sehingga memudahkan distribusi dan penyimpanannya tidak tertukar satu sama lain. Ada pun warna yang digunakan adalah sebagai berikut : A. Jingga atau oranye, untuk bencana gempa bumi; B. Kuning, untuk bencana letusan gunung berapi; C. Coklat, untuk bencana longsor; D. Abu-abu, untuk bencana tsunami; dan E. Biru, untuk bencana banjir. H. 86 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 87 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD A. Poster GEMPA BUMI Pada poster ditunjukkan hal-hal yang harus diikuti saat terjadi bencana, yaitu : H. 88 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 1. Di dalam kelas, saat terjadi gempa bumi agar anak segera mencari meja atau kursi yang kuat untuk berlindung dan berlindung di bawahnya. Anak agar senantiasa melindungi bagian kepala dan dada dengan tangan serta memegang kuat kaki meja atau kursi tempat berlindung. 2. Saat gempa reda, anak berbaris teratur keluar dari kelas menuju titik kumpul yang telah ditetapkan sekolah. Anak hendaknya tetap melindungi bagian kepalanya dengan tas / buku. 3. Di titik kumpul, anak berpegangan tangan dengan pasangan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru dan melaporkan ke guru bila kehilangan pasangannya. Guru melakukan penghitungan anak dan memastikan tidak ada anak yang tertinggal di kelas. 4. Guru mengarahkan anak bergabung dengan masyarakat menuju titik aman. Selama proses evakuasi, anak diminta untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya saat terjadi gempa bumi, yaitu pohon, tiang listrik, gedung dan jendela kaca. Anak juga diperkenalkan dengan simbol-simbol evakuasi, yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 89 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD B. Poster LETUSAN GUNUNG BERAPI H. 90 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Beberapa tanda gunung akan meletus adalah suara gemuruh, awan tebal dan panas dari puncak gunung, getaran-getaran, percikan api di mulut gunung dan hujan abu vulkanik. Poster menunjukkan tindakan yang harus dilakukan saat tanda-tanda gunung akan meletus, yaitu : 1. Menggunaan masker yang menutupi hidung dan mulut untuk menghindari dampak buruk akibat terhirupnya abu vulkanik. 2. Di bawah petunjuk guru, anak berbaris teratur dan bergandengan tangan dengan pasangan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru. Anak melaporkan kepada guru bila tidak menemukan pasangannya. Anak keluar dari kelas menuju titik kumpul. 3. Di titik kumpul, guru melakukan penghitungan anak dan memastikan tidak ada anak yang tertinggal di kelas. 4. Guru mengarahkan anak bergabung dengan masyarakat menuju titik aman. Selama proses evakuasi, anak dimnta untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya saat terjadi letusan gunung berapi, yaitu lereng gunung, sungai dan jembatan di atas sungai. Anak juga diperkenalkan dengan simbol-simbol evakuasi, yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 91 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD C. Poster LONGSOR H. 92 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Hujan yang turun terus menerus bisa berakibat longor. Beberapa tanda akan terjadi longsor adalah suara gemuruh, munculnya getaran dan retakan di tanah, dan kerikil berjatuhan dari atas. Poster menunjukkan tindakan yang harus dilakukan saat ada tanda-tanda akan terjadi longsor, yaitu : 1. Di bawah petunjuk guru, anak berbaris teratur dan bergandengan tangan dengan pasangan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru. Anak melaporkan kepada guru bila tidak menemukan pasangannya. Anak keluar dari kelas menuju titik kumpul. 2. Di titik kumpul, guru melakukan penghitungan anak dan memastikan tidak ada anak yang tertinggal di kelas. 3. Guru mengarahkan anak utuk bergabung dengan masyarakat menuju titik aman. Selama proses evakuasi, anak diminta untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya saat terjadi longsor, yaitu lereng gunung dan berdiam di dalam bangunan. Anak juga diperkenalkan dengan simbol-simbol evakuasi, yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 93 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD D. Poster TSUNAMI H. 94 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Beberapa tanda akan terjadi tsunamai adalah air laut surut lebih jauh dari pinggir pantai, suara gemuruh dari arah laut, banyak ikan mati terdampar di pantai dan burung bergerombol terbang ke arah daratan. Poster menunjukkan tindakan yang harus dilakukan saat tanda-tanda akan terjadi tsunami, yaitu : 1. Di bawah petunjuk guru, anak berbaris teratur dan bergandengan tangan dengan pasangan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru. Anak melaporkan kepada guru bila tidak menemukan pasangannya. Anak keluar dari kelas menuju titik kumpul. 2. Di titik kumpul, guru melakukan penghitungan anak dan memastikan tidak ada anak yang tertinggal di kelas. 3. Guru mengarahkan anak untuk bergabung dengan masyarakat menuju titik aman. Selama proses evakuasi, anak dimnta untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya saat terjadi tsunami, yaitu mendekati pantai, mengambil ikan yang mati di pantai dan sungai. Anak diingatkan untuk berhati-hati agar tidak terluka karena sampah dan puing yang hanyut terbawa air, temasuk limbah yang sifatnya berbahaya dan beracun, seperti aki bekas dan potongan atap asbes. Anak juga diperkenalkan dengan simbolsimbol evakuasi, yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 95 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD E. Poster BANJIR H. 96 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Hujan yang turun terus-menerus dapat mengakibatkan banjir. Poster menunjukkan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi banjir, yaitu : 1. Di bawah petunjuk guru, anak berbaris teratur dan bergandengan tangan dengan pasangan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru. Anak melaporkan kepada guru bila tidak menemukan pasangannya. Anak keluar dari kelas menuju titik kumpul. 2. Di titik kumpul, guru melakukan penghitungan anak dan memastikan tidak ada anak yang tertinggal di kelas. 3. Guru mengarahkan anak bergabung dengan masyarakat menuju titik aman. Selama proses evakuasi, anak dimnta untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya saat terjadi banjir, yaitu pohon, tiang listrik, dan bermain dan konsumsi air banjir. Anak diingatkan untuk berhati-hati agar tidak terluka karena sampah dan puing yang hanyut terbawa air, temasuk limbah yang sifatnya berbahaya dan beracun, seperti aki bekas dan potongan atap asbes. Anak juga diperkenalkan dengan simbol-simbol evakuasi, yaitu jalur evakuasi dan titik kumpul. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD H. 97 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 2. KARTU BERGAMBAR _ Kartu bergambar seri “Aku Tangguh Bencana” dicetak pada kertas ukuran A3 dan merupakan 1 (satu) paket dengan poster. Kartu bergambar menguraikan kejadian yang ada pada poster ke dalam lembar-lembar terpisah. Pada setiap lembar diberi nomor berdasarkan urutan tindakan dan pada balik gambar disertakan narasi sebagai panduan bagi guru untuk menjelaskan kepada anak. Kartu bergambar untuk 5 (lima) jenis bencana masing-masing dikemas dengan warna yang berbeda, sehingga memudahkan distribusi dan penyimpanannya tidak tertukar satu sama lain. Ada pun warna yang digunakan adalah sebagai berikut : A. Jingga atau oranye, untuk bencana gempa bumi; B. Kuning, untuk bencana letusan gunung berapi; C. Coklat, untuk bencana longsor; D. Abu-abu, untuk bencana tsunami; dan E. Biru, untuk bencana banjir. Guru diharapkan menjelaskan isi kartu bergambar agar anak mengerti maksud dari gambar yang ada dan dapat dilakukan berulang, termasuk dengan anak baru. Agar lebih mudah memahami, guru dianjurkan melakukan simulasi bersama anak dengan merujuk pada situasi, kondisi dan tindakan sebagaimana ditunjukkan pada kartu bergambar. A. KARTU BERGAMBAR H. 98 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan GEMPA BUMI # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 99 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD B. KARTU BERGAMBAR LETUSAN GUNUNG BERAPI C. KARTU BERGAMBAR LONGSOR D. KARTU BERGAMBAR H. 100 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan TSUNAMI E. KARTU BERGAMBAR BANJIR # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD H. 101 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 3. CERITA BERGAMBAR _ Sama halnya dengan poster dan kartu bergambar, pesan utama yang disampaikan adalah agar anak tetap tenang dan mendengarkan petunjuk guru menjalani hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi bencana. Cerita bergambar atau komik yang dicetak dalam seri Siaga Bencana terdiri dari 6 judul : A. PAUD Siaga; B. Siaga Gempa Bumi; C. Siaga Gunung Meletus; D. Siaga Tsunami; E. Siaga Banjir; dan F. Bermain Tenda Guru diharapkan membacakan cerita bergambar kepada anak agar anak mengerti maksud dari gambar yang ada dan dapat dilakukan berulang, termasuk dengan anak baru. H. 102 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan A. CERITA BERGAMBAR Pada cerita bergambar ini, anak diperkenalkan pada evakuasi keselamatan, simbol-simbol yang digunakan, seperti anak panah dan titik kumpul, kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) berikut isi dan gunanya serta perlengkapan lainnya yang kemungkinan dibutuhkan saat terjadi bencana, seperti tabung pemadam kebakaran, dan senter. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 103 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD B. CERITA BERGAMBAR Gempa bumi ditandai dengan terjadinya guncangan yang dapat mengakibatkan barang berjatuhan dan anak kebingungan. Pada cerita bergambar ini ditunjukkan hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi, yaitu : 1. Anak berlindung di bawah meja hingga guncangan reda; 2. Saat guncangan reda, anak berbaris teratur keluar dari kelas menuju titik kumpul. Saat berjalan meinggalkan kelas, anak dianjurkan tetap melindungi bagian kepalanya dengan tas atau buku; 3. Di titik kumpul, guru melakukan absen dan memastikan tidak ada anak yang tertinggal. Selama proses evakuasi, guru mengingatkan anak untuk tetap tenang dan mendampingi anak untuk bertemu dengan orang-tuanya di tempat aman yang telah ditentukan. H. 104 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan C. CERITA BERGAMBAR Beberapa tanda gunung akan meletus adalah suhu udara meningkat hingga membuat tanaman layu dan mati karena kepanasan, air sungai mengering, suara gemuruh dari arah gunung, asap tebal keluar dari mulut gunung serta hewan keluar dari kandang dan bersuara. Bila sudah ada tanda-tanda demikian, masyarakat hendaknya menyiapkan perlengkapan, makanan dan minuman yang sekiranya dibutuhkan saat evakuasi, seperti susu, masker, senter, baju ganti dan selimut. Saat ada tanda peringatan, maka masyarakat melakukan evakuasi ke tempat aman dan mengikuti petunjuk dari petugas. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 105 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD D. CERITA BERGAMBAR Beberapa tanda akan terjadi tsunami adalah guncangan hebat, air laut surut hingga ke tengah, dan banyak ikan tergeletak di pasir. Bila ada tanda-tanda tersebut, maka sebaiknya masyarakat segera menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Gelombang tsunami berkekuatan besar dan menghanyutkan bangunan, mobil dan manusia. airnya dapat H. 106 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan E. CERITA BERGAMBAR Buang sampah sembarangan, penggundulan hutan dan hujan yang turun terus menerus dapat mengakibatkan banjir. Dalam mengantisipasi terjadinya banjir, maka masyarakat perlu bersiap untuk melakukan evakuasi ketika mendengar peringatan dari petugas. Persiapan termasuk menyiapkan bekal, jas hujan, payung dan baju ganti secukupnya untuk dibawa ke tempat mengungsi. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 107 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD F. CERITA BERGAMBAR Cerita bergambar ini menunjukkan permainan yang dapat dilakukan bersama anak-anak yang mengungsi akibat rumah dan sekolahnya rusak terkena bencana. Permainan dapat dilakukan di dalam dan luar tenda bahkan dengan peralatan yang terbatas sekali pun. Dengan bermain, maka anak-anak tetap gembira. H. 108 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 4. PERMAINAN ULAR TANGGA _ # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 109 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD e. Pelaksanaan Penilaian Perkembangan Anak Dalam Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 1. Pengertian Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD Penilaian merupakan proses pengukuran terhadap hasil dari kegiatan belajar anak. Penilaian kegiatan belajar di Satuan PAUD menggunakan pendekatan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan fakta yang sesungguhnya. Penilaian dilakukan secara sistematis, terukur, berkelanjutan, dan menyeluruh yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak selama kurun waktu tertentu. Penilaian pembelajaran yang dipakai yaitu penilaian autentik adalah proses pengumpulan data kompetensi/kemampuan yang dapat ditampilkan/diperlihatkan anak secara nyata saat ini melalui proses dan atau hasil belajar anak. Penilaian dalam proses pembelajaran memberikan informasi tentang pencapaian perkembangan anak selanjutnya akan digunakan oleh guru sebagai umpan balik dalam kegiatan pembelajaran dan digunakan untuk menyusun rencana pembelajaran selanjutnya. Hasil penilaian perkembangan anak setiap hari akan direkapitulasi dalam penilaian semester yang dilaporkan dalam bentuk laporan perkembangan anak. Penilaian perkembangan anak dalam konteks Pendidikan Kebencanaan disesuaikan dengan materi yang diberikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran harian di Satuan PAUD. Materi tersebut juga mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun oleh Satuan PAUD masing-masing. Materi pembelajaran yang dikembangkan dalam KTSP tersebut berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana sesuai dengan potensi bencana yang mungkin terjadi lingkungan satuan PAUD. Selain itu, materi Kebencanaan juga dikembangkan berdasarkan kearifan lokal yang ada di daerah masing-masing dengan tetap merujuk pada Kompetensi Dasar (KD) dalam Permendikbud No. 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD. 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD Tujuan penilaian Pendidikan Kebencanaan di PAUD adalah: a. Menjadi acuan bagi guru PAUD dalam memahami konsep penilaian Pendidikan Kebencanaan, b. Menjadi acuan guru PAUD dalam merencanakan, melaksanakan dan membuat laporan hasil penilaian Pendidikan Kebencanaan. c. Ruang lingkup penilaian Kebencanaan di PAUD adalah proses melakukan pengukuran terhadap hasil dari kegiatan belajar anak terkait dengan Pendidikan Kebencanaan untuk anak usia di satuan PAUD. H. 110 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 3. Prinsip Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD a. Mendidik. Proses hasil penilaian dapat dijadikan sebagai dasar untuk memotivasi, mengembangkan, dan membina anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal. b. Berkesinambungan. Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus menerus untuk mendapatkan gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. c. Obyektif. Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subyektivitas penilai sehingga menggambarkan data atau informasi yang sesungguhnya. d. Akuntabel. Penilaian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kriteria yang jelas serta dapat dipertanggungjawabkan. e. Transparan. Penilaian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan hasil penilaian serta dapat diakses oleh orang tua dan semua pemangku kepentingan yang relevan. f. Sistematis. Penilaian dilaksanakan secara teratur dan terprogram sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan berbagai instrumen. g. Menyeluruh. Penilaian mencakup semua aspek pertumbuhan dan perkembangan anak baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan, dan mengakomodir seluruh keragaman budaya, bahasa, sosial ekonomi, termasuk anak yang berkebutuhan khusus. h. Bermakna. Hasil penilaian memberikan informasi yang bermanfaat bagi anak, orang tua, guru dan pihak yang terkait. 4. Langkah Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD 1. Merencanakan penilaian untuk anak. Pada RPPH guru menentukan rancangan atau perencanaan penilaian yang akan dilakukan sesuai dengan indikator pencapaian perkembangan yang akan dijadikan instrumen penilaian dalam bentuk ceklis perkembangan. Indikator tersebut disusun dengan mengacu pada materi pembelajaran terkait dengan Pendidikan Kebencanaan yang diajarkan kepada anak. Perencanaan penilaian dimulai dengan menentukan teknik penilaian yang akan digunakan sesuai kebutuhan, meliputi: ceklis perkembangan, catatan anekdot dan hasil karya. 2. Melaksanakan pembelajaran tentang Pendidikan Kebencanaan kepada anak. Dalam pelaksanaan Pendidikan Kebencanaan, guru sudah menentukan kegiatan bermain anak sesuai dengan model pembelajaran. Pada saat kegiatan bermain tersebut, guru melakukan penilaian terhadap anak. # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 111 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Penilaian terhadap anak tidak saja dilakukan pada saat kegiatan inti di kelas, tetapi penilaian dilakukan dari saat anak datang sampai anak pulang. 3. Melakukan pengamatan dengan menggunakan teknik yang ditentukan Dalam proses penilaian Pendidikan Kebencanaan, guru harus mengacu pada prinsip- prinsip penilaian. Saat anak melakukan berbagai kegiatan, guru dapat mengamati segala hal yang dilakukan anak ataupun diucapkan anak, termasuk ekspresi wajah, gerakan, dan karya anak. Dalam melakukan pengamatan, guru juga perlu melakukan pencatatan sebagai bukti sekaligus pengingat terhadap segala hal yang diamatinya. Teknik yang dapat digunakan antara lain: a. Pengamatan dengan Ceklis Perkembangan Pengamatan, yaitu suatu cara untuk mengetahui perkembangan atau perubahan sikap, pengetahuan dan ketrampilan anak dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melihat secara langsung. Untuk mempermudah melakukan pengamatan, guru menggunakan instrumen pengamatan dalam bentuk ceklist perkembangan (√). b. Catatan Anekdot Catatan anekdot merupakan catatan naratif singkat yang menjelaskan perilaku anak yang penting bagi guru terkait tumbuh kembang anak. Anekdot mendeskripsikan apa yang terjadi secara faktual dan objektif yang menjelaskan bagaimana terjadi, kapan, dimana, dan apa yang dikatakan dan dilakukan anak. Catatan anekdot digunakan untuk mencatat seluruh fakta, menceritakan situasi yang terjadi, apa yang dilakukan dan dikatakan anak. Catatan anekdot memungkinkan untuk mengetahui perkembangan anak yang indikatornya baik tercantum maupun tidak tercantum pada RPPH. Hal-hal pokok yang dicatat dalam catatan anekdot meliputi nama anak yang dicatat perkembangannya, kegiatan main atau pengalaman belajar yang diikuti anak dan perilaku, termasuk ucapan yang disampaikan anak selama berkegiatan. c. Hasil Karya Penilaian hasil karya adalah penilaian terhadap buah pikir anak yang dituangkan dalam bentuk karya nyata dapat berupa pekerjaan tangan, karya seni atau tampilan anak, misalnya: gambar, lukisan, lipatan, hasil kolase, hasil guntingan, tulisan/coretan-coretan, hasil roncean, bangunan balok, seni tari, dan hasil prakarya. Hasil karya tersebut kemudian disusun berdasarkan urutan tanggal. Sebaiknya hasil karya anak di simpan dalam sebuah tempat, misalnya dalam amplop, kotak kardus, atau map sehingga memudahkan guru mengetahui kemajuan perkembangan anak. H. 112 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan 4. Mengolah data hasil pengamatan Pengolahan hasil penilaian anak dalam konteks Pendidikan Kebencanaan dilakukan melalui tahapan berikut: a. Mengumpulkan seluruh data yang sudah diperoleh dari beberapa alat penilaian (pengamatan, penugasan, pencatatan anekdot, wawancara/percakapan, dan kumpulan hasil karya) b. Mengelompokkan data tersebut sesuai dengan kelompok yang terdapat dalam indikator pada setiap lingkup perkembangan. c. Membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan informasi yang tersedia. d. Memasukkan hasil pengumpulan data kedalam format laporan perkembangan anak (harian, bulanan, dan laporan semester). 5. Membuat pelaporan penilaian perkembangan Laporan perkembangan anak disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan lisan dan tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orang tua di rumah. Laporan secara lisan dilakukan secara insidental sedangkan laporan secara tertulis dalam bentuk laporan perkembangan anak dilakukan setiap semester. # BAB_ 3 Foto: Dokumentasi Kemdikbud Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 3 H. 113 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 5. Contoh Penilaian Pendidikan Kebencanaan Di PAUD 1. Contoh Ceklis Perkembangan Tema/Sub Tema Tanggal Penilaian : Gunung/ Gunung Meletus : Senin, 5 Maret 2018 Aspek Perkembangan Indikator Perkembangan Nilai Agama dan Moral (NAM) Anak dapat membedakan ciptaan Allah dan ciptaan manusia Fisik Motorik (FM) Melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol, seimbang dan lincah Kognitif (Kog) Mengenal benda dengan menghubungkan satu benda dengan benda yang lain Bahasa (Bhs) Sosial Emosional (Sosem) Seni Skala SKALA BB MB BSH Ani, Caca, Hilya, Ari Rani, Hamim, Budi, Salma Jade, Syabil, Maula, Robi Ani, Caca, Hilya, Ari Rani, Hamim, Jade, Budi, Maula, Salma, Robi Syabil Caca, Hilya, Ari Rani, Hamim, Jade, Budi, Salma, Maula Syabil, Robi Caca, Hilya Rani, Hamim, Budi, Salma, Syabil, Robi, Jade, Maula Ani, Ari, Hilya, Robi Rani, Hamim, Budi, Salma, Syabil, Jade, Maula Caca Mengenal perilaku baik dan santun Ari, Hilya, Robi Ani Rani, Hamim, Budi, Caca Salma, Syabil, Jade, Maula Dapat membuat berbagai macam bentuk dari berbagai macam media Ani, Ari, Hilya, Robi Rani, Hamim, Budi, Caca Syabil, Jade, Maula Berani mengemukakan keinginan/ pendapat Ani Ani, Ari Menaati aturan kelas (kegiatan aturan) BSB Salma Contoh Catatan Anekdot Hari/Tanggal : Selasa, 6 Maret 2018 Usia/Kelompok : 5-6 tahun/B Nama Guru : Roswita, S.Pd Rina Hilya Tempat Sentra Persiapan Sentra Bahan Alam Waktu Peristiwa /Perilaku Pk. 09.00 WIB Rina menempelkan potonganpotongan kertas ke dalam buku gambarnya sesuai dengan bentuk gunung. Capaian Kompetensi: • Koordinasi mata dan tangan, kelenturan jari jemari (FM 3.3; 4.3) • Bertanggung jawab menyelesaikan tugas (Sosem 2.12) Pk. 09.30 WIB Hilya mencampurkan warna merah dan biru kemudian dia berkata “Hei temanteman, lihat warnanya berubah menjadi kuning!” Capaian Kompetensi: • Memiliki rasa ingin tahu tentang pencampuran warna (Kog 2.2) • Mengungkapkan pendapat dengan kalimat sederhana (Bhs 3.11; 4.11) H. 114 _ Penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Nama Anak Contoh Hasil Karya Hari/Tanggal : 5 Maret 2018 Nama : Alya Usia : 5 tahun Hasil Pengamatan • Menulis nama • Gambar rumah tinggal • Gambar mobil • Ada matahari bersinar • Ada pohon besar, tanaman hias • Ada mobil dan pagar • Ada matahari bersinar Analisis Ketercapaian Kompetensi Dasar: • Keaksaraan awal: menuliskan nama (Kog 3.12; 4.12) • Mengenal lingkungan sosial, keluarga dan tempat tinggal (Kog 3.7; 4.7) • Mengenal lingkungan alam (Kog 3.8; 4.8) • Koordinasi mata dan tangan, kelenturan jari jemari (FM 3.3; 4.3) # BAB_ 3 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD BAB 4 PERAN PTK DAN MITRA DALAM PEN KEBENCAN DI SATUAN Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD DIDIKAN AAN PAUD # BAB_ 4 H. 117 _ Peran PTK dan Mitra PAUD Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD A. Peran PTK Dalam Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD Peran Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dalam Pendidikan Kebencanaan sangat penting terutama dalam Pendidikan pencegahan dan pengurangan resiko bencana atau lebih sering disebut sebagai pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB). PRB merupakan sebuah kegiatan jangka panjang dan merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan. Melalui pendidikan diharapkan agar upaya pengurangan resiko bencana dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat dikenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik, yang pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap kesiapsiagaan individu maupun masyarakat terhadap bencana. Pendidikan pencegahan dan pengurangan Risiko Bencana harus dirancang untuk membangun budaya aman dan komunitas tangguh. Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan suatu kegiatan jangka panjang, sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan, dengan cara menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pengetahuan untuk membangun budaya selamat dan tangguh pada semua satuan pendidikan termasuk PAUD, seperti dinyatakan dalam Hyogo Framework for Action (HFA) dan telah pula menjadi komitmen bangsa Indonesia. PRB yang berkaitan dengan bidang pendidikan sesuai yang tercantum dalam HFA dan telah diusulkan dalam Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030, perlu menjadi program prioritas dalam sektor pendidikan yang diwujudkan melalui pendidikan PRB di sekolah. Pendidikan PRB sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas dari pada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam. Pada pendidikan PRB di satuan PAUD didesain dalam struktur kurikulum lembaga (KTSP) dan diimplementasikan melalui kegiatan bermain anak. PRB secara umum memiliki tujuan sebagai berikut: H. 118 _ Peran PTK dan Mitra PAUD 1. Menumbuhkankembangkan nilai dan sikap kemanusiaan 2. Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap resiko bencana 3. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan perilaku dan motivasi. 4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan pengurangan resiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap resiko bencana 5. Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana di atas, baik secara individu maupun kolektif 6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana 7. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana 8. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak Beberapa peran PTK adalah sebagai berikut: 1. Pemilik PAUD: Melakukan supervisi terhadap penerapan pembelajaran dan fasilitas kesiapsiagaan bencana di PAUD. 2. Pengelola/Pendidik PAUD: (a) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan bencana, (b) Melaksanakan simulasi tanggap darurat secara kontinyu, (c) Melaksanakan proses pembelajaran kesiapsiagaan bencana(tanda bencana, pencegahan, merespon bencana, secara khusus simulasi penanggulangan bencana secara berkala), dan (d) Melaksanakan sosialisasi kesiapsiagaan bencana kepada orangtua. Berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana pengurangan resiko bencana tingkat Desa. # BAB_ 4 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 4 H. 119 _ Peran PTK dan Mitra PAUD Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Terbatasnya pelatihan untuk guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya untuk memahami dan menerapkan program SPAB di sekolahnya. Saat ini, program pelatihan dan peningkatan kapasitas masih bergantung pada dana yang dimiliki oleh lembaga pemerintah dan nonpemerintah, dan besaran dana ini sangat terbatas. Sedangkan, Indonesia merupakan negara dengan perbandingan guru-peserta didik yang terbesar di dunia, dengan jumlah lebih dari 360.000 guru. Oleh karena itu, perlu diadakan terobosan agar guru-guru ini bisa memahami dan terampil dengan ilmu dasar penanggulangan bencana, seperti menyelamatkan diri dari bahaya bencana. Oleh karena itu kemitraan dalam berbagai pihak sangat di perlukan dalam Pendidikan Kebencanaan di PAUD. Untuk mengorganisir kemitraan pada saat Pendidikan Kebencanaan maka perlu ditetapkan peran dan tugas setiap pihak yang terlibat. Peran dan tugas akan memudahkan koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaannya. Berbagai pihak dapat menjadi mitra pada Pendidikan Kebencanaan di PAUD mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Berikut adalah Peran dan Tugas setiap pihak dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan Bencana pada PAUD: B. Kemitraan Dalam Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 1. PEMERINTAH PUSAT Direktorat Pembinaan PAUD: a. Mengembangkan alat peraga untuk tenaga pendidik dan APE anak untuk pendidikan siaga bencana. b. Menyusun checklist sekolah aman. c. Mengintegrasikan pendidikan kesiapsiagaan bencana ke dalam kurikulum PAUD yang mengacu pada kompetensi anak dan komponen dasar pendidikan kesiapsiagaan bencana. d. Menyusun bahan ajar kesiapsiagaan bencana untuk tenaga pendidik dan orangtua. e. Menyusun bahan ajar yang akan digunakan pada saat tanggap darurat. f. Menyusun KIE kesiapsiagaan bencana untuk anak, tenaga pendidik, dan orangtua. H. 120 _ Peran PTK dan Mitra PAUD g. Dokumentasi dan distribusi seluruh dokumen kesiapsiagaan bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB): a. Memberikan masukan atas penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di PAUD selaras dengan program penanggulangan kebencanaan baik nasional maupun daerah. b. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan dan pengurangan resiko bencana ke dalam pengembangan Pendidikan Kebencanaan di PAUD. c. Memberikan dukungan teknis secara optimal sesuai dengan program BNPB/BPBD, misalnya pendampingan pengembangan satuan pendidikan aman bencana, dukungan fasilitator/relawan pendidikan siaga bencana. Kementerian Agama: a. Melakukan koordinasi dalam pendataan satuan PAUD rawan bencana di bawah pembinaan Kementerian Agama. b. Melakukan koordinasi pemetaan atas penyelenggaraan pendidikan kebencanaan satuan PAUD di bawah pembinaan Kementerian Agama. c. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan dan pengurangan resiko bencana kedalam pengembangan Pendidikan Kebencanaan di PAUD. d. Melakukan koordinasi teknis secara optimal sesuai dengan program Kementerian Agama dalam keseluruhan penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan mulai dari pusat sampai satuan pendidikan. Kementerian Sosial: a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD di bawah pembinaan Kementerian Sosial. b. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan dan pengurangan resiko bencana kedalam pengembangan pendidikan kebencanaan di PAUD. c. Melakukan koordinasi teknis secara optimal sesuai dengan program Kementerian Sosial. d. Memberikan dukungan teknis secara optimal sesuai dengan program Kementerian Sosial, misalnya pendampingan pengembangan satuan pendidikan aman bencana, dukungan fasilitator/relawan pendidikan siaga bencana. # BAB_ 4 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 4 H. 121 _ Peran PTK dan Mitra PAUD Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Kementerian dan Lembaga Lainnya: a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsinya. b. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan dan pengurangan resiko bencana ke dalam pengembangan Pendidikan Kebencanaan di PAUD. c. Melakukan koordinasi teknis secara optimal sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsinya. d. Memberikan dukungan teknis secara optimal sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsinya. 2. PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA Pemerintah Daerah: 1. Membuat regulasi tentang satuan pendidikan aman bencana 2. Memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pendidikan kebencanaan khususnya pada daerah yang rawan bencana, dengan mendorongnya sebagai kurikulum muatan lokal Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota: 1. Melakukan identifikasi pemetaan kerawanan bencana di tingkat kabupaten. 2. Melakukan advokasi sekolah aman. 3. Melakukan pelatihan kesiapsiagaan bencana kepada orangtua. BPBD Kementerian Agama Provinsi dan Kementerian Agama Kabupaten/Kota Dinas Sosial: 1. Melakukan koordinasi penyelenggaraan pendidikan kebencanaan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) di bawah pembinaan Kementerian Sosial. 2. Membantu mensinergikan muatan program, cara penanganan dan pengurangan resiko bencana kedalam pengembangan pendidikan kebencanaan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). 3. Melakukan koordinasi teknis secara optimal sesuai dengan program Dinas Sosial. 4. Memberikan dukungan teknis secara optimal sesuai dengan program Dinas Sosial, misalnya pendampingan pengembangan satuan pendidikan aman bencana, dukungan fasilitator/relawan pendidikan siaga bencana. e. Mitra Pusat ((HIMPAUDI, IGRA, IGTKI, ORSOSMAS, Bunda PAUD, Bidang Usaha): 1. Koordinasi kesiapsiagaan bencana. 2. Bekerjasama dengan Dit. PPAUD dalam penyusunan bahan ajar kesiapsiagaan bencana, dan KIE. 3. Membantu Dit. PPAUD dalam mengorganisir penyaluran bantuan. 4. Sinergi pelaksanaan program kesiapsiagaan bencana melalui CSR. H. 122 _ Peran PTK dan Mitra PAUD Masyarakat: 1. Meningkatkan kepedulian terhadap bencana. 2. Mengenali ancaman bencana di sekitar. 3. Mengatur pelaksanaan pendidikan kesiapsiagaan bencana. 4. Berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana pengurangan resiko bencana tingkat Desa. 5. Membentuk Relawan Penanggulangan Bencana Orang Tua: 1. Mengikuti pelatihan kesiapsiagaan bencana (tanda bencana, pencegahan, merespon bencana, secara khusus simulasi penanggulangan bencana secara berkala). 2. Berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana pengurangan resiko bencana tingkat Desa. Standar Nasional PAUD dan dalam peningkatan dan penguatan capaian kompentensi/kemampuan setiap anak sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 146/2014 tentang Kurikulum PAUD. 1. Dari sudut satuan atau lembaga sebagai pelaksana. Bertujuan untuk menyelaraskan dan memberikan penguatan layanan pendidikan di setiap satuan PAUD agar lebih sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, kondisi, daya dukung, dinamika bahkan kekhasan dari setiap anak dan daerah dimana satuan atau lembaga PAUD itu berada sehingga layanan menjadi lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal dan dapat dipertanggungjawabkan. # BAB_ 4 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 4 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD H. 123 _ Peran PTK dan Mitra PAUD 2. Dari sudut sumber daya manusia di satuan (penyelenggara, pengelola dan pendidik). Bertujuan untuk penguatan komitmen dan kompetensi (profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial) dalam memfasilitasi, menstimulasi dan berinteraksi dengan peserta didik dalam mencapai perkembangan dan kemampuan anak dapat menjadi lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Dari sudut pembinaan. Bertujuan untuk lebih meningkatkan keselarasan upaya pembinaan, baik secara internal maupun eksternal sehingga proses pendidikan yang dijalankan oleh satuan atau lembaga PAUD di seluruh Indonesia menjadi lebih terarah, fokus dan tepat sasaran dalam mewujudkan seluruh capaian perkembangan anak sebagaimana yang telah ditungkan dalam Permendikbud Nomor 137/2014 tentang Standar Nasional PAUD dan capaian seluruh kompentensi/ kemampuan setiap anak sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 146/2014 tentang Kurikulum PAUD. 4. Dari sudut pemerintah daerah dan mitra. Bertujuan untuk lebih memudahkan pemerintah daerah dan mitra dalam memberikan beragam dukungan dan fasilitasi sesuai dengan kondisi dan kebijakan yang ada di daerahnya, sehingga proses layanan di setiap satuan PAUD terlaksana atau berjalan secara lebih efektif, efisien, berkualitas, optimal dan dapat dipertanggungjawabkan. H. 124 _ Peran PTK dan Mitra PAUD # BAB_ 4 Foto: Dokumentasi Kemdikbud Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD BAB 5 MONITORING EVALUASI P E PENDIDIKAN KEBENCANA DI SATUAN P Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD G DAN ENERAPAN N AAN PAUD # BAB_ 5 H. 127 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Monitoring dan evaluasi Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD adalah proses pemantaun dan penilaian penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD yang dilaksanakan oleh setiap satuan PAUD sasaran dan atau petugas khusus dengan mengacu pada indikator keberhasilan sebagaimana yang telah ditetapkan. A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi B. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Tujuan monitoring dan evaluasi Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD disajikan di bawah ini: TUJUAN MONITORING: Secara umum tujuan monitoring dan evaluasi dilakukan dalam rangka memastikan efektivitas pelaksanaan dan pembinaan Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD. Secara khusus tujuan monitoring Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD adalah: 1. Memastikan efektifitas pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan kurikulum yang dikembangkan/dimiliki lembaga PAUD (KTSP PAUD). 2. Memastikan efektifitas pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan RPP yang dikembangkan/dimiliki lembaga PAUD (Prosem, RPPM, dan RPPH). 3. Memastikan efektifitas pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan lembaga PAUD (Kegiatan Bermain Anak). 4. Memastikan efektifitas pelibatan mitra terkait dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD. 5. Memastikan efektifitas pembinaan, baik secara internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD. TUJUAN EVALUASI: Secara umum tujuan evaluasi dilakukan untuk mengetahui mutu capaian secara komprehensif terkait penyelenggaraan atau penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD. Secara khusus tujuan evaluasi penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD adalah: C. Ruang Lingkup H. 128 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan 1. Mengetahui mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan kurikulum yang dikembangkan/dimiliki lembaga PAUD (KTSP PAUD). 2. Mengetahui mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan RPP yang dikembangkan/dimiliki lembaga PAUD (Prosem, RPPM, dan RPPH). 3. Mengetahui mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan lembaga PAUD (Kegiatan Bermain Anak). 4. Mengetahui mutu capaian dari pelibatan mitra terkait dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD. Mengetahui mutu capaian dari pembinaan, baik secara internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD. Cakupan dan sasaran monitoring dan evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD dijabarkan sebagai berikut: 1. Lingkup Monitoring Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD: Cakupan dan sasaran monitoring Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD dijabarkan sebagai berikut: a. Monitoring terkait dengan efektifitas pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan kurikulum yang dikembangkan/dimiliki lembaga PAUD (KTSP PAUD), meliputi: 1. Keselarasan dengan jenis kebencanaan yang ada di daerah setempat. 2. Keselarasan dengan daya dukung dan sumber daya setempat. # BAB_ 5 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 5 H. 129 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 3. Keselarasan dengan visi, misi, dan tujuan satuan/lembaga PAUD. b. Monitoring terkait dengan efektifitas pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan RPP yang dikembangkan/dimiliki satuan atau lembaga PAUD (Prosem, RPPM, dan RPPH), meliputi: 1. Keselarasan dengan Kurikulum Satuan yang telah dikembangkan. 2. Kelengkapan dan keutuhan dari setiap jenis RPP yang disusun/ dikembangkan. 3. Kemampuan setiap RPP untuk dioperasionalkan secara efektif dan berkualitas. c. Monitoring terkait dengan efektifitas pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan satuan atau lembaga PAUD (Kegiatan Bermain Anak), meliputi: 1. Kegiatan pembelajaran dalam menerapkan prinsip-prinsip belajar melalui bermain. 2. Kegiatan pembelajaran dalam mengoptimalkan dan memberdayakan potensi dan daya dukung setempat. d. Monitoring terkait dengan efektifitas pelibatan mitra terkait dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD, meliputi: 1. Cara-cara pelibatan mitra dari berbagai kalangan. 2. Efektifitas dan dampak dari pelibatan mitra. e. Monitoring terkait dengan efektifitas pembinaan, baik secara internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD, meliputi: 1. Kesesuaian penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD dengan buku-buku pedoman implementasi kurikulum PAUD sebagaimana yang telah ditetapkan/diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD. 2. Kesesuaian penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD dengan pedoman/panduan Pendidikan Kebencanaan sebagaimana yang telah diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD. 3. Efektifitas pola dan strategi pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagaimana kewenangan dalam a. Evaluasi mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan kurikulum yang dikembangkan/dimiliki satuan atau lembaga PAUD (KTSP PAUD), meliputi: 1. Evaluasi keselarasan dengan jenis kebencanaan yang ada di daerah setempat. 2. Evaluasi keselarasan dengan daya dukung dan sumberdaya setempat. 3. Evaluasi keselarasan dengan visi, misi, dan tujuan satuan/lembaga PAUD . b. Evaluasi mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan RPP yang dikembangkan/dimiliki satuan atau lembaga PAUD (Prosem, RPPM, dan RPPH), meliputi: 1. Evaluasi keselarasan dengan Kurikulum Satuan yang telah dikembangkan. 2. Evaluasi kelengkapan dan keutuhan dari setiap jenis RPP yang disusun/dikembangkan. 3. Evaluasi kemampuan setiap RPP untuk dioperasionalkan secara efektif dan berkualitas. c. Evaluasi mutu capaian dari pengintegrasian Pendidikan Kebencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan satuan atau lembaga PAUD (Kegiatan Bermain Anak), meliputi: 1. Evaluasi kegiatan pembelajaran dalam menerapkan prinsipprinsip belajar melalui bermain. 2. Evaluasi kegiatan pembelajaran dalam mengoptimalkan dan memberdayakan potensi dan daya dukung setempat. d. Evaluasi mutu pelibatan mitra terkait dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan atau lembaga PAUD, meliputi: 1. Evaluasi cara-cara pelibatan mitra dari berbagai kalangan. 2. Evaluasi efektifitas dan dampak dari pelibatan mitra. H. 130 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan bidang Penyelenggaraan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini. 2. Lingkup Evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD: Cakupan dan sasaran evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD selaras dengan lingkup monitoring program, dijabarkan sebagai berikut: # BAB_ 5 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Foto: Dokumentasi Kemdikbud # BAB_ 5 H. 131 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD e. Evaluasi terkait dengan efektifitas pembinaan, baik secara internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD, meliputi: 1. Evaluasi kesesuaian penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD dengan buku-buku pedoman implementasi kurikulum PAUD yang telah diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD. 2. Evaluasi kesesuaian penyelenggaraan Pendidikan Kebencanaan di satuan PAUD dengan mengacu kepada pedoman/panduan pendidikan kebencanaan yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD. 3. Evaluasi efektifitas pola dan strategi pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagaimana kewenangan dalam bidang Penyelenggaraan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini. D. Indikator Keberhasilan Penerapan Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD Indikator Keberhasilan Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD adalah kriteria untuk menentukan tingkat keberhasilan sesuai dengan ruang lingkup monitoring dan evaluasi. Secara umum, indikator keberhasilan Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD sebagai berikut: E. Mekanisme Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi PERSIAPAN MONEV 1. Penjadwalan 2. Penyiapan Instrumen 3. Penetapan Petugas 4. Pemberangkatan PELAKSANAAN MONEV PELAPORAN MONEV 1. Pengisian Angket 2. Pengamatan Praktik 3. Telaah Dokumen 4. Dokumentasi 1. Penulisan sesuai sistematika 2. Penyerahan Laporan Mekanisme yang digambarkan di atas, setiap tahapannya dijelaskan sebagai berikut: 1. Persiapan Monitoring dan Evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD. Pada tahapan persiapan hal-hal yang mesti dilakukan dengan cermat adalah: a. Penyusunan jadwal kegiatan monev sesuai dengan sasaran. Jadwal sebaiknya dirancang secara cermat, sehingga semua yang telah dijadwalkan dapat dilaksanakan dengan baik. b. Instrumen yang akan digunakan dalam kegiatan monev hendaklah telah disiapkan dan diperiksa dengan teliti kelengkapannya. Apabila diperlukan telah digandakan atau diperbanyak sebelum keberangkatan. c. Penentuan dan penetapan petugas monev hendaklah mereka yang memiliki kompentensi memadai. Sebelumnya petugas yang akan berangkat monev telah mempelajari ruang lingkup dan sasaran monev dengan baik. Jika monev dilakukan secara serentak akan lebih baik jika dilakukan pembekalan terlebih dahulu kepada para petugas monev. d. Pemberangkatan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Pemberangkatan mempertimbangkan alat transportasi yang paling tepat dan kecukupan waktu, baik untuk menempuh perjalanan maupun untuk pelaksanaan monev nya itu sendiri. H. 132 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan Mekanisme pelaksanaan monitoring dan evaluasi Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD secara menyeluruh mengikuti kerangka dan alur sebagaimana digambarkan di bawah ini: # BAB_ 5 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD # BAB_ 5 H. 133 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD 2. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD. Pelaksanaan monev diupayakan mendapatkan informasi dan data yang lengkap, utuh dan bermakna. Untuk mendapat informasi yang baik, dapat menggunakan berbagai teknik pelaksanaan, diantaranya yang dianjurkan dalam kegiatan ini, yaitu: a. Pengisian angket. Sasaran monev diminta mengisi angket untuk mendapat berbagai informasi sesuai dengan yang diperlukan. Berikanlah penjelasan sebelumnya kepada responden sebelum mereka mengisinya. Hal ini penting dilakukan agar informasi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. b. Pelaksanaan wawancara. Wawancara dapat dilakukan, terutama untuk mendapat penjelasan yang lebih lengkap dan mendalam. Topik pertanyaan dapat mengacu pada hal-hal yang telah dituangkan pada angket maupun pada instrumen lainnya. c. Pengamatan praktek. Karena penerapan pendidikan kebencanaan pada dasarnya pengintegrasian berbagai kegiatan pendidikan kebencanaan dalam praktek pembelajaran kepada anak-anak akan sangat bermakna apabila saat monev melihat hal-hal yang bersifat empiris atau praktek. Data praktek akan sangat baik dalam menyimpulkan keberhasilan penerapan pendidikan kepeda anak usia dini. 3. Pelaporan Monitoring dan Evaluasi Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD: a. Setelah selesai melaksanakan monev, petugas monev hendaklah segera menulis sesuai sistematika yang telah ditetapkan. b. Jika laporan selesai disusun, maka sebera diserahkan laporan tersebut kepada pihak pemberi tugas/mandat. Laporan dibuat secara memadai baik jumlah maupun dukungan kelengkapannya. F. Pelaporan Hasil Monitoring dan Evaluasi Pelaporan keseluruhan hasil monitoring dan evaluasi dari Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Lembaga PAUD dilakukan para petugas monev yang telah mendapat tugas dan menjalankanya. Laporan ditulis dengan sistematika yang telah ditetapkan. H. 134 _ Monitoring dan Evaluasi Kebencanaan Kualitas laporan akan dilihat dari tiga kriteria, yaitu: 1) Kesesuaian penulisan dengan sistematika yang telah ditetapkan, 2) Substansi isi laporan, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian, dan 3) tata tulis dan ketentuan teknis, termasuk lampiran/kelengkapan. # BAB_ 5 Foto: Dokumentasi Kemdikbud Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD BAB 6 PENUTUP Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD Pengintegrasian muatan pendidikan kebencanaan ke dalam kurikulum lembaga PAUD merupakan salah satu bentuk perwujudan diversifikasi kurikulum 2013 PAUD. Oleh karena itu dalam pengembangannya hendaklah mengacu kepada semua pedoman implementasi dari kurikulum tersebut. Untuk mendapat proses dan hasil yang optimal dari pengembangan pendidikan kebencanaan di satuan PAUD, maka pihak pengembang, dalam hal ini pendidik dan tenaga kependidikan di satuan PAUD hendaklah telah tuntas mempelajari keseluruhan buku-buku pedoman implelentasi dari Kurikulum PAUD tersebut. Setelah itu barulah mendalami buku Panduan Pendidikan Kebencanaan di lembaga PAUD dengan cermat dan seksama. Langkah selanjutnya, barulah lakukan proses integrasi secara bertahap. Dengan prosedur tersebut, diharapkan lembaga PAUD manapun yang akan mengembangkan atau mengintegrasikan muatan pendidikan kebencanaan ke dalam kurikulum PAUD yang sedang dan akan dilaksanakannya tidak mendapatkan kesulitan, dan prosesnya akan jauh lebih mudah diwujudkan. Semua semua pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum pendidikan kebencanaan di satuan PAUD dapat melaksanakan pengembangan pendidikan kebencanaan di setiap satuan PAUD yang tersebar di seluruh Indonesia berjalan dengan efektif, efisien dan optimal. # BAB_ 6 Pedoman Pendidikan Kebencanaan di Satuan PAUD DAFTAR PUSTAKA SUMBER UTAMA: • Tim Penulis Kemdikbud (2018), Pedoman Pengembangan Pembelajaran dalam Kurikulum 2103 PAUD, Jakarta: Direktorat Pembinaan PAUD, Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud (edisi revisi) • Pedoman-pedoman Implementasi K-13 PAUD, Edisi Revisi SUMBER PENGEMBANGAN: • Beaty, Janice J. 2010. Observing Development of The Young Child. New Jersey. Pearson Education, Inc. • Coughlin, Pamela A et all (1997). Creating Child Centered Classrooms: 3-5 year olds. Washington DC: Children’s Resources International, Inc. • Dodge, Diane, Truster, Laura J Colker, Cate Horeman. 2002. Creative Curriculum For Preschool Fourt Edition, Washington DC. Cengage Learning. • Eliason, Claudia, Loa Jenkins. 2008. A Practical Guide to Early Childhood Curriculum Eight Edition. New Jersey, Pearson Education, Inc. • Essa, Eva L. Introduction to Early Childhood Education, Amnotated Students Edition, 6th ed. Belmont, USA: Wadsworth, 2011. • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014. 2015. • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014. 2015. • Wortham, Sue. Assessment in Early Childhood Education, Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall, New Jersey, Columbus, 2005. • BNPB, Buku saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana, Badan penanggulangan Bencana, 2017. • Cinintya Dewi, Ibnu Mundzir, dkk, Panduan Kegiatan Rekreasional bersama Anak usia 6-12 tahun di daerah Pasca Bencana, Depok: LPSP3 UI, 2007. • Tirza, Nathanael , dkk, Pemulihan Trauma Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam, Perfecta, Jakarta, 2007. • Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jendral pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Tangguh Bencana, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. • Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jendral pendidikan Dasar dan Menengah, Pembinaan Pendidikan dan kebudayaan, Modul 1 Pilar 1-Fasilitas Sekolah Aman , Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018. • Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jendral pendidikan Dasar dan Menengah, Pembinaan Pendidikan dan kebudayaan, Modul 2 Pilar 2-Manajemen Bencana Di Sekolah, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018. • Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jendral pendidikan Dasar dan Menengah, Pembinaan Pendidikan dan kebudayaan, Modul 3 Pilar 3- Pendidikan pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018. • Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus Dan Layanan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, Pendidikan Tangguh Bencana, Jakarta:Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2017. • Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. BNPB. 2007. • Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7 Tahun 2015 tentang Rambu dan Papan Informasi Bencana. • Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana Nasional. BNPB 2017. • http://www.ifrc.org/en/what-we-do/disaster-management/preparing-for-disaster (diakses pada 30 Oktober 2017) • Fayeldi, T & Nurhakim, S 2012, ‘Seri Jelajah Sains Cuaca dan Iklim’, Bestari Kids, Jakarta. • http://www.unisdr.org/files/11541_DroughtRiskReduction2009_library.pdf (Diakses pada 9 November 2017) • Child Fund Indonesia, Kumpulan Lagu dan Yel-yel untuk layanan PAUD • PLAN International, Kelompok Pengasuhan Anak PEDOMAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN DI KESATUAN PAUD DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Pedoman Pendidikan Kebencanaan Di Satuan PAUD DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT _ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kompleks Perkantoran Kemdikbud Gedung E, Lantai 7 Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta Pusat - 10270 Telepon. (021) 5703151 laman: www.paud.kemdikbud.go.id Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2019