BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Banyak masyarakat yang belum memahami fungsi jantung secara benar. Masyarakat tidak mengetahui bahwa kondisi dan pola hidup seseorang yang hedonis dan berubah-ubah serta pola makan dan obatobatan yang dikonsumsinya dapat mempengaruhi kerja jantung apabila tidak menjaga keseimbangan tubuh secara adekuat. Perawat sebagai seorang yang merawat pasien di rumah sakit sebelum melakukan tindakan lebih lanjut, untuk menentukan kondisi kerja jantung pasien normal atau tidak yaitu salah satunya dengan mendeteksi menggunakan electrocardiografi (ECG). Pada kondisi dengan kelainan jantung, perlu dilakukan bedah jantung. Bedah jantung itu sendiri adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung agar dapat kembali normal sesuai fungsinya. Namun tidak semua operasi bedah jantung dapat berjalan lancar tergantung kondisi pasien itu sendiri, stabil atau tidak stabil. Jenis operasi bedah jantung antara lain operasi Coronary artery bypass graft (CABG), operasi perbaikan atau penggantian katup jantung dan operasi yang lainnya. Prosedur bedah jantung ini biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu menghentikan jantung secara sementara (on-pump) dan pembedahan dengan jantung yang masih berdenyut (off-pump). Pengehntian jantung sementara ini memerlukan alat pengganti fungsi jantung dan paru sehingga sirkulasi tubuh tetap terjaga. Alat pengganti jantung dan paru tersebut dinamakan mesi cardiopulmonary bypass (CPB). Namun salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang menggunakan mesin ini adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat tertentu, hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan oleh infeksi, udem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan pada tahun 2002 tercatat lebih dari tujuh juta orang meninggal dunia akibat penyakit jantung koroner di seluruh dunia. Angka kematian tersebut diperkirakan meningkat hingga 11 juta pada tahun 2020. Menurut hasil Survey kesehatan Rumah Tangga tahun 1972, penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskular menempati urutan 11 dan angka mortalitas ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu, Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986, mencatat bahwa penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 9,7% yang menempati urutan ketiga dari seluruh kematian kemudian menempati urutan (16%) pada Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 dan menjadi penyebab utama kematian pada hasil survey tahun 1995 dan 2001 (26,3%) (Ismantri, 2009). B. Rumusan Masalah 1. Konsep Penyakit Operasi Jantung a. Apa itu Pengertian Operasi Jantung? b. Apa saja Klasifikasi Operasi Jantung? c. Apa saja Tujuan Operasi Jantung? d. Apa saja Indikasi Operasi Jantung? e. Bagaimana Toleransi Terhadap Operasi Jantung? f. Bagaimana Pemilihan Waktu Operasi Jantung? g. Bagaimana Pemilihan Teknik Operasi Jantung? h. Bagaimana Pemilihan Sayatan Operasi Jantung? i. Bagaimana Persiapan Pra dan Post Operasi Jantung? 2. Asuhan Keperawatan Operasi Jantung a. Pengkajian Keperawatan Pra dan Post Operasi Jantung? b. Diagnosa Keperawatan Pra dan Post Operasi Jantung? c. Intervensi Keperawatan Pra dan Post Operasi Jantung? C. Tujuan 1. Konsep Penyakit Operasi Jantung a. Dapat Mengetahui Pengertian Operasi Jantung b. Dapat Mengetahui Klasifikasi Operasi Jantung c. Dapat Mengetahui Tujuan Operasi Jantung d. Dapat Mengetahui Indikasi Operasi Jantung e. Dapat Mengetahui Toleransi Terhadap Operasi Jantung f. Dapat Mengetahui Pemilihan Waktu Operasi Jantung g. Dapat Mengetahui Pemilihan Teknik Operasi Jantung h. Dapat Mengetahui Pemilihan Sayatan Operasi Jantung i. dapat Mengetahui Persiapan Pra dan Post Operasi Jantung 2. Asuhan Keperawatan Operasi Jantung a. Dapat Mengetahui Pengkajian Keperawatan Pra dan Post Operasi Jantung b. Dapat Mengeathui Diagnosa Keperawatan Pra dan Post Operasi Jantung c. Dapat Mengeatahui Intervensi Keperawatan Pra dan Post Operasi Jantung BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit Operasi Jantung 1. Pengertian Operasi Jantung Operasi jantung atau yang lebih sering disebut Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara infasif dengan cara membuka atau menampilakan bagian tubuh yang akan ditangani. Misalnya jantung. Umumnya pembukaan bagian tubuh ini dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. 2. Klasifikasi Operasi Jantung a. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal). b. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal. 3. Tujuan Operasi Jantung Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain : a. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot. b. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan. c. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia. d. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi. e. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan. f. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri koroner. g. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan blok total atrioventrikel. h. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain. i. Transmyocardial laser revascularization (TLR). Operasi jantung laser biasanya dilakukan saat penanganan-penanganan sebelumnya telah gagal. Pada operasi jantung jenis ini, dokter akan menggunakan teknologi laser untuk membuat saluran di otot jantung. Tujuannya agar saluran tersebut mampu membuat darah mengalir lebih lancar. j. Percutaneous Transluminal Coronary Angiplasly (PTCA), atau Angioplasti Koroner, adalah prosedur non-bedah dengan sayatan minimal yang digunakan untuk membuka pembuluh darah yang menyempit. Prosedur ini menggunakan kateter yang lentur dengan balon di ujungnya, yang dikembungkan pada lekanan tinggi di dalam dinding arteri yang menyempit. Tindakan ini akan merontokkan plak dalam pembuluh darah dan memperbaiki aliran darah ke otot jantung. 4. Indikasi Operasi Jantung a. “Left to rigth shunt” sama atau lebih dari 1,5 (aliran paru dibandingkan b. “Cyanotic heart disease”. c. Kelainan anatomi pembuluh darah besar dan koroner d. Stenosis katub yang berat (symtomatik). e. Regurgitasi katub yang berat (symtomatik) f. Angina pektoris kelas III dan IV menurut Canadian Cardiology Society (CCS). g. “Unstable angina pectoris”. h. Aneurisma dinding ventrikel kiri akibat suatu infark miokardium akut. i. Komplikasi akibat infark miokardium akut seperti VSD dan mitral regurgitasi yang berat karena ruptur otot papilaris. j. “Arrhytmia” jantung misalnya WPW syndrom. k. Endokarditis atau infeksi katub jantung. l. Tumor dalam rongga jantung yang menyebabkan obstruksi pada katub misalnya myxoma. m. Trauma jantung dengan tamponade atau perdarahan. 5. Toleransi Terhadap Operasi Jantung Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita yang biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart Association. a. Klas I : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari b. Klas II : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat. c. Klas III sehari-hari. : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan d. Klas IV : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain-lain sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur. 6. Pemilihan Waktu Operasi Jantung Hal ini ditentukan berdasarkan risiko yang paling kecil. Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 - 4 tahun. Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu insufisiensi pada kelas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada kelas III. Hal ini adalah saat operasi dilakukan. Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2 kali lebih tinggi bila dilakukan elektif. Pembagian waktu dibagi atas: a. Emergensi yaitu operasi yang sifatnya sangat perlu untuk menyelamatkan jiwa penderita. Untuk bypass coroner hal ini dilakukan kapan saja tergantung persiapan yang diperlukan. b. Semi Elektif yaitu operasi yang bisa ditunda 2 - 3 hari atau untuk koroner dilakukan 3 x 24 jam setelah dilakukan kateterisasi jantung. c. Elektif yaitu operasi yang direncanakan dengan matang atas indikasi tertentu, waktunya lebih dari 3 hari. 7. Pemilihan Tehnik Operasi Jantung Pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah : a. Apakah bisa dilakukan koreksi total b. Kalau tidak bisa dilakukan koreksi total karena keterbatasan umur dan anatomi/kelainan yang didapat maka harus dipilih tehnik operasi untuk membantu operasi definitif misalnya “ shunt “ pada Tetralogi Fallot. c. Apabila tidak bisa dilakukan koreksi total atau operasi definitif dengan resiko yang tinggi maka harus dipilih operasi untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita tersebut misalnya “shunt” saja. d. “Repair” katub lebih diutamakan/dianjurkan dari pada “replacement” atau penggantian katub yang rusak. e. Hasil-hasil dari kasus-kasus yang sudah dikerjakan orang lain. 8. Pemilihan Sayatan Operasi Jantung a. Mid Sternotomi Posisi klien terlentang, kepala ekstensi dan daerah vertebra antara skapula kanan dan kiri diganjal secukupnya sehingga insisi cukup bebas. Harus diperhatikan dalam setiap posisi : 1) Seluruh daerah yang mengalami tekananan harus dilindungi dengan bantal atau karet busa misalnya kepala, daerah sakrum dan tumit. 2) Tidak boleh ada barang-barang logam yang keras, kontak langsung dengan penderita sehingga dapat terjadi dekubitus. 3) Pemasangan “lead EKG”, kateter urin, selang infus tidak boleh “kinking” dan melewati bawah kulit klien sehingga menimbulkan bekas. 4) Pemasangan “plate katerisasi” pada otot pinggul dan hati-hati terhadap N. Ischiadicus yang berjalan di daerah sakrum dan penderita harus dihubungkan dengan kabel yang ke bumi. 5) Posisi penderita harus difiksasi dengan stabil sehingga tidak mudah meluncur kalau meja operasi diputar atau tidak bergerak kalu dilakukan shock listrik. Insisi kulit pada daerah median mulai dari atas suprasternal notch vertikal sampai 3 cm di bawah prosesus xyphoideus dengan pisau No. 24 bila klien dewasa, untuk bayi dan anak-anak dengan pisau No. 15. Hemostasis dengan kauterisasi fasia sampai ligamen subra sternal dipotong, begitu juga prosesus xyphoideus ibelah dengan gunting kasar. Hemostasis dari vena yang melintang di atas prosesus xyphoideus harus baik. Tulang sternum dibelah dengan gergaji listrik biasanya dari arah prosesus xypoideus ke atas dan saat itu paru-paru dikolapskan beberapa detik untuk menghindari terbukanya pleura. Hemastasis pinggir sternum dengan kauter dan bila perlu gunakan bone wak. Selanjutnya sisa-sisa kelenjar timus, didiseksi sampai vena inominata kelihatan bebas. Perikardium dibuka di tengah atau agak ke kanan apabila akan digunakan untuk “patch” dan dilebarkan sedikit kearah lateral dibagian proksimal dan diafragma. Perikardium difixir ke pinggir luka sehingga jantung agak terangkat. Apabila prosedur utama telah selesai dan dinding dada akan ditutup maka harus diyakini benar bahwa hemostasis terhadap semua bekas insisi dan jahitan telah aman, perikardium kalau perlu tidak usah ditutup rapat, dipasang drain untuk mengeluarkan sisa darah, sternum diikat dengan kawat. Harus diingat saat menutup sternum apakah ada pengaruh terhadap tekanan darah terutama kalau tekanan darah turun. Jahitan kulit subkutikuler atau kutikuler dengan dexon. b. Torakotomi posterolateral Sayatan ini biasanya untuk klien koarktasio aorta, PDA, shunt atau aneurisma aorta desenden. Posisi klien miring ke kanan dengan syaratsyarat seperti di atas. Insisi kulit mulai dari garis aksila tengah ke posterior kira-kira 2 cm di bawah angulus inferior skapula dan prosesus spinosus vertebra. Kulit, subkutis, otot latisimus dorsi dipotong dengan hemostasis yang baik dengan kauter dan otot seratus anterios hanya dibelah dan dipotong pada insertionya. Rongga toraks dibuka pada sela iga ke 4 dengan diseksi di bagian atas iga ke V untuk menghindari pembuluh darah. Setelah selesai rongga toraks ditutup dengan mengikat iga dengan jahitan absorbable dan selanjutnya otot diapraksimasi kembali seperti aslinya dan kulit dijahit subkutikuler. c. Torakotomi Anterolateral Posisi penderita terlentang dan bagian kiri diganjal sedikit sehingga untuk emergensi karena luka tusuk jantung dengan tamponade atau hanya perikardiotomi banding pulmonalis. 9. Persiapan Pra dan Post Operasi Jantung Persiapan terdiri dari : a. Persiapan mental Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara wawancara dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan operasi, komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal yang akan dialami atau yang akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat yang akan dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi dan kapan drain dicabut. b. Persiapan medical 1) Obat-obatan a) Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu sebelum operasi (minimal 3 hari sebelum operasi). b) Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi. c) Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi. d) Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan insulin injeksi selama operasi. e) Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi. f) Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu induksi anestesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum operasi apakah ada alergi. 2) Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain : a) Hematologi lengkap + hemostasis. b) LFT. c) Ureum, Creatinin. d) Gula darah. e) Urine lengkap. f) Enzim CK dan CKMB untuk CABG. g) Hb S Ag. h) Gas darah. Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki penyebabnya dan bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa kelainan tersebut tidak akan menyebabkan perdarahan pasca bedah. c. Persiapan darah untuk operasi. d. Permintaan darah ke PMI terdiri dari : Packad cell Frash Frozen Plasma : 1000 cc Trombosit : 750 cc : 3 unit. e. Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi elektif dan tentu tergantung persediaan darah yang ada di PMI saat itu. f. Mencari infeksi fokal. g. Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis dan ini konsultasikan ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis dan furunkolosis/bisul harus diobati dan juga tidak dalam masa inkubasi/infeksi penyakit menular. h. Fisioterapi dada. i. Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk mencegah retensi sputum. Bila penderita diketahui menderita asthma dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang spirometri juga membantu untuk melihat kelainan yang dihadapi. Bila perlu konsultasi ke dokter ahli paru untuk problem yang dihadapi. j. Perawatan sebelum operasi. k. Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari poliklinik maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1 - 2 hari sebelum operasi. Hal ini untuk mempersiapkan mental klien dan juga supaya tidak bosan di Rumah Sakit. B. Asuhan Keperawatan Operasi Jantung 1. Pengkajian Keperawatan a. Pre Operatif 1) Identitas a) Nama : tidak berpengaruh b) Umur : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti pada kelainan jantung bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung) tapi lebih sering pada anakanak c) Jenis kelamin : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada perempuan 2) Riwayat Kesehatan a) Keluhan Utama Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan datang dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat b) Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi c) Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kesehtaan Pasien sebelumnya apakah pernah merasa sesak dan nyeri pada dada d) Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung 3) Pemeriksaan Fisik a) Kesadaran : Kaji kesadaran pasien apakah compos mentis atau tidak b) Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas c) TTV Nadi : 90-110 x/menit TD : 110/70-140/90 mmHg RR : 24-27 x/menit Suhu : 37,5-38.5 ̊ C d) Kepala dan Leher Rambut : Periksa keadaan rambut apakah merata Wajah : Periksa wajah, konjungtiva pucat atau/tidak Hidung : Periksa Pernapasan/ada tidak polip Mulut : Periksa kebersihan mulut Leher : Periksa ada pembesaran kelejer tiroid/tidak e) Thorax : Periksa thorax f) Jantung Inspeksi : Periksa ada ictus cordis Palpasi : Periksa ictus cordis kuat angkat/tidak Perkusi : Periksa batas jantung Auskultasi : Periksa BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4 g) Paru Inspeksi : Periksa pengembangan paru kanan-kiri Palpasi : Periksa ada otot bantu pernafasan Perkusi : Perkusi paru Auskultasi : Aukskultasi bunyi paru h) Abdomen Inspeksi : Periksa bentuk abdomen Palpasi : Periksa ada/tidak nyeri tekan Perkusi : Perkusi bunyi abdomen Auskultasi : Auskultasi bunyi bising usus i) Ekstremitas Eks. Atas : Ada/tidak clubbing fingers, terdapat oedema Eks. Bawah :Ada/tidak clubbing fingers, terdapat oedema j) Sistem Integumen : Periksa kulit kering/tidak dan turgor kulit k) Genetalia : Periksa kebersihan, ada/tidak penyakit kelamin dan hemoroid 4) Pengkajian Fungsional a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Kaji persepsi pasien terhahap kesehatan dan pemeliharaannya b) Pola nutrisi dan metabolic Makan : Kaji Pola makan pasien Minum : Kaji Pola minum pasien c) Pola eliminasi BAK : Kaji pola BAK BAB : Kaji pola BAB d) Pola aktivitas dan latihan Kaji pola aktivitas dan latihan pasien apakah terasa sesak jika beraktivitas e) Pola istirahat tidur Kaji Pola istirahat dan tidur pasien f) Pola persepsi sensori dan kognitif Kaji pola persepsi sensori dan kognitif pasien g) Pola hubungan dengan orang lain Kaji pola hubungan pasien dengan orang lain sehari-hari h) Pola reproduksi / seksual Kaji pola seksual pasein setelah sakit. i) Pola persepsi diri dan konsep diri Kaji pola persepsi dan konsep diri pasien terhadap penyakitnya j) Pola mekanisme koping Kaji pola mekanisme koping pasien dalam menghadapi penyakitnya k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan Kaji kepercayaan atau keyakinan pasien berhuungan dengan penyakitnya b. Post Operatif 1) Identitas a) Nama : tidak berpengaruh b) Umur : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti pada kelainan jantung bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung) tapi lebih sering pada anak-anak c) Jenis kelamin : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada perempuan 2) Riwayat Kesehatan a) Keluhan Utama Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan datang dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat b) Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi c) Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kesehtaan Pasien sebelumnya apakah pernah merasa sesak dan nyeri pada dada d) Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung 3) Pemeriksaan Fisik l) Kesadaran : Kaji kesadaran pasien apakah compos mentis atau tidak m) Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas a) TTV Nadi : 90-110 x/menit TD : 110/70-140/90 mmHg RR : 24-27 x/menit Suhu : 37,5-38.5 ̊ C b) Kepala dan Leher Rambut : Periksa keadaan rambut apakah merata Wajah : Periksa wajah, konjungtiva pucat atau/tidak Hidung : Periksa Pernapasan/ada tidak polip Mulut : Periksa kebersihan mulut Leher : Periksa ada pembesaran kelejer tiroid/tidak c) Thorax : Periksa thorax d) Jantung Inspeksi : Periksa ada ictus cordis Palpasi : Periksa ictus cordis kuat angkat/tidak Perkusi : Periksa batas jantung Auskultasi : Periksa BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4 e) Paru Inspeksi : Periksa pengembangan paru kanan-kiri Palpasi : Periksa ada otot bantu pernafasan Perkusi : Perkusi paru Auskultasi : Aukskultasi bunyi paru f) Abdomen Inspeksi : Periksa bentuk abdomen Palpasi : Periksa ada/tidak nyeri tekan Perkusi : Perkusi bunyi abdomen Auskultasi : Auskultasi bunyi bising usus g) Ekstremitas Eks. Atas : Ada/tidak clubbing fingers, terdapat oedema Eks. Bawah :Ada/tidak clubbing fingers, terdapat oedema h) Sistem Integumen : Periksa kulit kering/tidak dan turgor kulit i) Genetalia : Periksa kebersihan, ada/tidak penyakit kelamin dan hemoroid 4) Pengkajian Status Bila pasien telah dipindahkan ke unit perawatan kritis, 4-12 jam sesudahnya, harus dilakukan pengkajian yang lengkap mengenai semua system untuk menetukan status pascaoperasi pasien dibandingkan dengan garis dasar perioperative dan mengetahui perubahan yang mungkin terjadi selama pembedahan. Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut : a) Status neurologis :tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan. b) Status Jantung :frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP = pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru bila ada, drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker. c) Status respirasi : gerakan dada, suara napas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEP], kecepatan napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri. d) Status pembuluh darah perifer :denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif. e) Fungsi ginjal :haluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas. f) Status cairan dan elektrolit asupan : haluaran dan semua pipa drainase. semua parameter curah jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut: Hipokalemia : intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang T yang datar atau terbalik). Hiperkalemia : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia eksremitas, disrirmia (tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks QRS; perpanjangan interval QT). Hiponatremia : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma. Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani. Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole. g) Nyeri :sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri angina), aprehensi, respons terhadap analgetika Faktor yang mempengaruhi yaitu : a) Mempertahankan jalan nafas Mempertahankan jalan nafas dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo atau gudel. b) Mempertahan kan ventilasi atau oksigenasi Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul c) Mempertahankan sirkulasi darah Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander. d) Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien. e) Balance cairan Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien. f) Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injury g) Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya. Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu pasien di pindahkan keruang perawatan, maka hal – hal yang harus perawat lakukan, yaitu : a) Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien drainage,tube atau selang dan komplikasi. Begini pasien tiba langsung monitor kondisinya. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan setalah post operatif. b) Manejemen luka Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. c) Mobilisasi dini Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lender d) Discharge planning Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis atau penyakitnya post operasi. Ada 2 macam discharge planning yaitu: (1) Untuk perawat : berisi point-point discharge planning yang di berikan kepada klien (sebagai dokumentasi). (2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail. e) Rehabilisasi Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien untuk sehat. 5) Pemeriksaan Diagnostik a) EKG : untuk mengetahui disritmia b) Chest x-ray c) Hasil laboratoium : darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN, HbsAg d) Katerisasi e) Echocardiogram 2. Diagnosa Keperawatan a. Pre Operative 1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir pasca operatif. 2) Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan ketidakadekuatan pengetahun 3) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. b. Post Operatif 1) Nyeri Akut berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan, effect anesthesia, sedasi, analgesic 2) Risiko infeksi berhubungan dengan incisi pembedahan. 3) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan drainage. 3. Intervensi Keperawatan a. Pre Operatif No. 1. Diagnosa SLKI SIKI Ansietas Setelah berhubungan pengkajian dengan 3x24 jam diharapkan kurang dilakukan Reduksi Ansietas selama Observasi pengetahuan Tingkat tentang membaik pembedahan kriteria hasil : yang 1. Verbalisasi akan Ansietas 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah dengan 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan dilaksanakan kebingungan 3. Monitor dan hasil akhir menurun (Skala,5) ansietas tanda-tanda pasca operatif. (SDKI, 180) Terapeutik 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan menurun (Skala,5) 3. Perilaku gelisah menurun (Skala,5) 4. Perilaku 2. Pahami situasi yang membuat ansietas 3. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa Tegang menurun yang akan datang (Skala,5) Edukasi 5. Konsentrasi 1. membaik (Skala,5) 6. Pola tidur membaik (Skala,5) 7. Frekuensi Jelaskan termasuk sensasi yang mungkin dialami 2. Informasikan faktual pernapasan prosedur, secara mengenai diagnosis, pengobatan, dan membaik (Skala,5) (SLKI, 132) prognosis 3. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan 4. Latih teknik relaksasi Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu (SIKI, 387) 2. Gangguan Rasa pengkajian Nyaman berhubungan dengan Setelah ketidak adekuatan dilakukan Terapi Relaksasi Observasi selama 3x24 jam diharapkan 1. Status Kenyamanan tingkat energi, membaik ketidakmampuan dengan Identifikasi penurunan pengetahun (SDKI, 166) kriteria hasil : berkonsentrasi, atau gejala lain 1. Kesejahteraan fisik yang menggangu kemampuan meningkat kognitif (Skala,5) 2. Identifikasi teknik relaksasi 2. Kesejahteraan yang pernah efekif digunakan psikologis 3. Monitor respons terhadap meningkat terapi relaksasi Terapeutik (Skala,5) 3. Keluhan tidak nyaman menurun (Skala,5) 4. Gelisah tidur menurun dengan nyaman, jika memungkinkan 2. Gunakan sulit menurun (Skala,5) pakaian longgar 3. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis 6. Memori masa lalu membaik (Skala,5) 7. Kewaspadaan membaik (Skala,5) (SLKI, 110) dan tanpa gangguan pencahayaan dan suhu ruang (Skala,5) 5. Keluhan 1. Ciptakan lingkungan tenang lain, jika sesuai Edukasi 1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia 2. Anjurkan mengambil posisi nyaman 3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi 4. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (nafas dalam, peregangan, terbimbing) (SIKI, 436) imajinasi 3. Defisit Setelah Pengetahuan pengkajian berhubungan 3x24 jam diharapkan 1. dengan Tingkat Pengetahuan kesiapan kurang dilakukan Observasi selama terpapar membaik informasi. kriteria hasil : (SDKI, 246) Edukasi kesehatan Identifikasi dengan dan kemampuan menerima informasi 1. Perilaku sesuai 2. Identifikasi anjuran meningkat faktor- faktor yang (Skala,5) dapat meningkatkan 2. Kemampuan dan menurunkan menjelaskan motivasi pengetahuan hidup tentang suatu topik sehat. bersih dan Terapeutik meningkat (Skala,5) 3. Perilaku perilaku 1. Sediakan materi dan media sesuai pendidikan kesehatan pengetahuan 2. meningkat 4. Pertanyaan tentang yang dihadapi menurun (Skala,5) 5. Persepsi pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan (Skala,5) masalah Jadwalkan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1. Jelaskan faktor risiko yang yang dapat mempengaruhi kesehatan keliru terhadap 2. Ajarkan strategi yang dapat masalah menurun digunakan untuk meningkatkan (Skala,5) 6. Perilaku membaik (Skala,5) (SLKI, 146) perilaku hidup bersih dan sehat. (SIKI, 65) b. Post Operatif No. Diagnosa 1. SLKI Nyeri Akut Setelah SIKI dilakukan Manajemen Nyeri selama Observasi berhubungan pengkajian dengan 3x24 jam diharapkan 1. pembedahan Tingkat karakteristik, durasi, frekuensi, dan membaik incisi posisi selama pembedahan, Anesthesia (SDKI, 172) Nyeri dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non menuntaskan verbal aktivitas meningkat sedasi, analges (Skala,5) 4. (Skala,5) efek samping Terapeutik menurun (Skala,5) 1. Berikan teknik nonfarmakologis nadi membaik (Skala,5) napas membaik (Skala,5) untuk mengurangi rasa nyeri 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 3. Fasilitasi istirahat dan tidur darah membaik (Skala,5) (SLKI, 145) Monitor penggunaan analgetik (Skala,5) 7. Tekanan yang memperingan nyeri 5. 3. Meringis menurun 6. Pola Identifikasi faktor memperberat dan 2. Keluhan Menurun 5. Frekuensi lokasi, 2. Identifikasi skala nyeri 1. effect Kemampuan 4. Gelisah Identifikasi Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi : 1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu (SIKI, 201) 2. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Observasi berhubungan pengkajian dengan 3x24 jam diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala pembedahan. Tingkat Infeksi infeksi lokal dan sistemik (SDKI, 304) membaik dengan Terapeutik incisi selama kriteria hasil : 1. Berikan perawatan kulit 1. Demam menurun pada area edema 2. Pertahankan teknik aseptik (Skala,5) pada pasien beresiko tinggi 2. Kemerahan Edukasi menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala (Skala,5) 3. Nyeri menurun 2. (Skala,5) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar 4. Bengkak 3. Ajarkan cara memeriksa menurun kondisi luka atau luka operasi (Skala,5) 5. Kadar sel putih infeksi darah membaik membaik (Skala,5) darah Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 5. (Skala,5) 6. Kultur 4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi : 1. Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu (SLKI, 139) (SIKI, 278) 3. Gangguan Setelah integritas pengkajian kulit/jaringan 3x24 jam diharapkan 1. berhubungan Integritas Kulit dan gangguan integritas kulit dengan luka pembedahan, drain drainage. (SDKI, 282) dan Jaringan dilakukan Perawatan Integritas Kulit Observasi selama Identifikasi penyebab Terapeutik membaik dengan kriteria hasil : 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika 1. Hidrasi tirah baringBersihkan perineal meningkat dengan air hangat (Skala,5) 2. Gunakan berbahan 2. Kerusakan produk ringan/alami dan jaringan menurun hipoalergik pada kulit sensitif (Skala,5) 3. Hindari produk 3. Kerusakan berbahan dasar lapisan kulit pada kulit kering Edukasi menurun 1. (Skala,5) 4. Nyeri menurun Anjurkan menggunakan pelembab 2. Anjurkan minum air yang (Skala,5) cukup 5. Kemerahan menurun 3. (Skala,5) asupan nutrisi 6. Suhu kulit 4. Anjurkan Anjurkan meningkatkan meningkatkan membaik asupan buah dan sayur (Skala,5) 5. 7. Tekstur membaik (Skala,5) (SLKI, 33) alkohol Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem (SIKI, 316) BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Operasi jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara infasif dengan cara membuka atau menampilakan bagian tubuh yang akan ditangani. Bedah jantung ada 2 macam yaitu Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal sedangkan Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal. B. Saran Pada deskripsi tentang bedah jantung diatas diharapkan mahasiswa atau pembaca dapat mengerti dan memahami bedah jantung agar dapat menerapkan nantinya ketika merawat pasien di rumah sakit. Pasien yang akan di bedah harus menjaga keseimbangan cairan elektrolit, mengurangi nyeri, meningkatkan istirahat yang cukup, mencegah suhu tubuh agar tetap normal, jaga pola makan dan gaya hidup. Oleh karena itu, peran perawat sebagai educator, konselor, fasilitator, care giver sangat diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Edisi 6. Jakarta: ECG. Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah: Preoperatif Nursing. Tidak dipublikasikan: Yogyakarta. Hardian, Satoto, Soenarjo. Jurnal Anestesiologi Indonesia: Pengaruh Penggunaan Mesin Cardiopulmonary Bypass Terhadap Kadar Leukosit pada Operasi Bedah Jantung. http://www.janesti.com/journal/view/article/61 diakses pada tanggal 5 september 2014. PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Vol 1. Jakarta: EGC. Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta, Tidak dipublikasikan: Yogyakarta. http://eprints.undip.ac.id/20418/1/BAB_I_OK.pdf diakses pada tanggal 5 September 2014, 21.00 WIB