Uploaded by rachmadhiniaulia

02. Naskah Publikasi

advertisement
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA
DI KLINIK VCT RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
guna mencapai gelar S-1
Ilmu Komunikasi
Nurul Diah Anyta
L100110088
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
Komunikasi Antarpribadi Konselor Terhadap ODHA
di Klinik VCT RSUD Kabupaten Karanganyar
Nurul Diah Anyta ([email protected])
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Komunikasi dan Informatika
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Semua aspek kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, begitu pula
dalam bidang kesehatan. Komunikasi ini berfungsi mendorong individu maupun
masyarakat untuk merubah perilaku. Sebagai bagian dari institusi kesehatan,
aktivitas komunikasi kesehatan Klinik VCT sangat dibutuhkan dalam upaya
menanggulangi penyakit HIV/AIDS. Langkah yang efektif dalam merubah
perilaku beresiko ODHA melalui pendekatan konseling. Metode dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara semi terstruktur, observasi non partisipan dan dokumentasi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi komunikasi antarpribadi dalam
praktik konseling yaitu : 1) Menggunakan teknik mendengarkan secara pasif
(dancing by client) dan aktif, untuk mencari tahu permasalahan yang dihadapi
klien serta sebagai upaya pemberian bantuan; 2) Hubungan pribadi yang terjalin
antara konselor dan klien berada pada tahap keterikatan; 3) Peran self disclosure
dalam konseling guna menggali hidden area klien. Penggunaan komunikasi
antarpribadi dalam praktik konseling bertujuan membangkitkan kesadaran klien
dan mendorong untuk merubah perilaku beresikonya.
Kata kunci : komunikasi antarpribadi, ODHA, konseling, perubahan perilaku
Kesehatan,
A. PENDAHULUAN
Di
penyakit
Indonesia,
yang
banyak
sejak pertama kali
kasus HIV ditemukan pada tahun
sudah
menjadi
kesehatan
bagi
2014, tercatat sebanyak 150.296
satunya
orang telah terinfeksi HIV, dimana
HIV/AIDS. Laporan Kementerian
55.799 orang diantaranya telah
masalah
masyarakat,
salah
1987 hingga
2
bulan September
pada
tahap
AIDS.
ke-19 tahun 2011 yaitu Getting to
(www.aidsindonesia.or.id).
Dalam
Kesehatan
Peraturan
Republik
Zero, meliputi : Zero New HIV
Menteri
Infections, Zero Discrimination,
Indonesia
Zero
AIDS-Related
Deaths.
Nomor 21 Tahun 2013 Tentang
(culturalstudiesforum.wordpress.co
Penanggulangan HIV dan AIDS
m).
pasal 3 dijelaskan bahwa tujuan
Eksistensi
klinik
penanggulangan HIV/AIDS yaitu
sangatlah
a) menurunkan hingga meniadakan
merupakan gerbang utama guna
infeksi HIV baru; b) menurunkan
memperoleh informasi mengenai
hingga meniadakan kematian yang
HIV/AIDS,
disebabkan oleh keadaan yang
konseling dan tes, pencegahan dan
berkaitan
pelayanan bagi ODHA.
dengan
AIDS;
c)
dibutuhkan
VCT
sebab
melakukan
praktik
meniadakan diskriminasi terhadap
Tak terkecuali di Kabupaten
ODHA; d) meningkatkan kualitas
Karanganyar, keberadaan klinik
hidup ODHA; dan e) mengurangi
VCT
dampak
kepedulian terhadap permasalahan
sosial
ekonomi
dari
merupakan
penyakit HIV dan AIDS pada
HIV/AIDS.
individu,
dan
hingga akhir Oktober 2014, jumlah
masyarakat. Poin a, b, dan c
penderita HIV/AIDS di Kabupaten
sebagai salah satu strategi terbaru
Karanganyar
penanggulangan HIV/AIDS yang
238
keluarga,
digulirkan pada ASEAN Summit
3
orang
Sejak
wadah
tahun
tercatat
dan
2000
mencapai
68
orang
diantaranya telah meninggal dunia.
beresiko
(www.timlo.net).
kemampuan ODHA menghadapi
Konselor diberikan pelatihan
dan
meningkatkan
tekanan dari lingkungan.
VCT guna menunjang program
Dalam
sebuah
penelitian
menambahkan
penelitian
penanggulangan dan penyebaran
perlu
HIV/AIDS.
membantu
terdahulu
diharapkan
Penelitian terdahulu yang serupa
memiliki keterampilan komunikasi
dengan penelitian ini berjudul
antarpribadi
untuk
“Peran Komunikasi Antar Pribadi
membangun kepercayaan diri klien
dalam Voluntary Counselling and
sehingga
aktivitas
Testing (Studi Deskriptif Tentang
dapat
Faktor Konsep Diri ODHA Setelah
ODHA,
Dalam
konselor
yang
tujuan
komunikasi
baik
dari
kesehatan
tercapai secara efektif.
sebagai
referensi.
Melakukan Konseling dan Tes HIV
Penelitian difokuskan pada
di Klinik Voluntary Counselling
praktik konseling karena konselor
and Testing RSU Pirngadi Medan”
berhadapan secara face to face
oleh
dengan ODHA dalam kondisi yang
(2008)
tertutup.
Komunikasi
Rizka
dari
Wandari
Nasution
Departemen
Adanya
interaksi
yang
terbangun
Sumatera Utara. Hasil tersebut
dengan baik, tentu saja akan
menunjukkan bahwa komunikasi
memudahkan
dalam
antarpribadi antara konselor dan
pesan-pesan
klien sangat berpengaruh dalam
kesehatan guna merubah perilaku
pembentukkan konsep diri ODHA.
antarpribadi
menyampaikan
konselor
4
FISIP
Ilmu
Universitas
Meski awalnya ODHA mengalami
pasien
shock, takut, sedih, dan cemas
(konselor)
ketika dinyatakan positif HIV
keterbukaan.
karena kurangnya pemahaman dan
komunikasi antar pribadi untuk
informasi mengenai HIV/AIDS.
menimbulkan
Namun,
melakukan
keakraban dan keterbukaan antara
bertambahnya
dokter dan pasien. Tujuan akhir
pemahaman tentang HIV/AIDS,
dalam program konseling VCT ini
semakin
adalah agar pasien HIV dapat
setelah
konseling
dan
kuat
pula
keinginan
mereka untuk hidup lebih baik.
Riset
“Proses
lainnya
Komunikasi
mandiri
Semarang”
Arumsari,
RSUD
dkk
Pascasarjana
Penggunaan
perasaan
dalam
empati,
memenuhi
motivasi dan semangat yang kuat
untuk berjuang hidup.
Berangkat dari permasalahan
diatas,
Nugraheni
(2013)
Ilmu
timbul
Dokter-
Tugurejo
oleh
sampai
dokter
kebutuhan hidupnya, mempunyai
Voluntary Counseling and Testing
di
kepada
berjudul
Pasien dalam Pelaksanaan HIV
(VCT)
HIV
peneliti
ingin
bagaimana
meneliti
implementasi
dari
komunikasi antarpribadi konselor
Komunikasi
Klinik VCT RSUD Kabupaten
UNS. Hasil dalam penelitian ini
Karanganyar
yaitu
kedekatan
dalam praktik konseling untuk
mutlak
perubahan perilaku yang lebih
dengan
bertanggung jawab.
dengan
membangun
pasien
HIV
diperlukan,
caranya
menanamkan
kepercayaan
diri
5
terhadap
ODHA
secara tatap muka dan sifatnya
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komunikasi Kesehatan
Komunikasi
seperti
halnya
rahasia
kesehatan
di
dalam
praktik
konseling.
komunikasi
2. Komunikasi Antarpribadi
manusia pada umumnya, namun
Komunikasi
antarpribadi
cakupan dari komunikasi ini
adalah proses komunikasi yang
lebih
hanya
berlangsung antara dua orang
berkaitan dengan pesan-pesan
atau lebih secara tatap muka
kesehatan saja.
(Cangara, 2006 : 31).
sempit
Ratzan
karena
menjabarkan
Interaksi
antarpribadi
komunikasi kesehatan sebagai
berlangsung
proses kemitraan antara para
yang bersahabat dan rahasia
partisipan berdasarkan dialog
agar
dua arah yang didalamnya ada
mengungkapkan permasalahan
suasana interaktif, pertukaran
dengan nyaman tanpa takut
gagasan, kesepakatan mengenai
rahasianya diketahui orang lain.
kesatuan kesehatan (Liliweri,
Fungsi dari kegiatan tersebut,
2008 : 47).
klien diarahkan untuk merubah
klien
dalam
dapat
suasana
terbuka
Dalam
penelitian
ini,
perilakunya.
komunikasi
kesehatan
yang
Selama konselor dan klien
digunakan termasuk dalam level
berinteraksi, dibutuhkan adanya
komunikasi antarpribadi dimana
saling keterbukaan diri (self
konselor dan klien berinteraksi
disclosure)
6
untuk
saling
menyampaikan
ide-ide,
HIV/AIDS, memotivasi yang
gagasan, dan perasaaan yang
bisa mendukung perkembangan
ada dalam diri masing-masing.
sosial dan emosional ODHA
Metode
sehingga mampu merubah sikap
dalam
komunikasi
antarpribadi yang paling baik
dan perilakunya.
yaitu konseling.
4. Konseling HIV/AIDS
3. Self-Disclosure
Self
Konseling
disclosure
adalah
pengungkapan
HIV/AIDS
merupakan strategi komunikasi
informasi
perubahan
perilaku
personal mengenai diri sendiri,
bersifat
rahasia
dan
dimana
percaya
antara
klien
orang
lain
tidak
menemukan dalam cara lain
konselor.
(Enjang, 2009 : 116).
yaitu
Keterbukaan
diri
ODHA
tekanan
dengan
mengenai
dalam
dan
konseling
pengambilan
bertujuan
keputusan terkait
menggali
informasi
(Kementerian
latar
belakang
2011).
membantu
dan
meningkatkan
konselor
penyakitnya dan hal tersebut
sangat
untuk
saling
kemampuan klien menghadapi
saat berhubungan antarpribadi
untuk
Tujuan
yang
HIV/AIDS
Kesehatan
RI,
Praktik konseling dilakukan
konselor
oleh konselor yang memiliki
memberikan feedback
keterampilan dasar konseling
berkaitan
informasi
dengan
penting
informasi-
dan pemahaman luas mengenai
seputar
HIV/AIDS. Selain itu, konselor
7
harus
memahami
tentang
RSUD
Kabupaten
Karanganyar
prinsip konseling yaitu adanya
bernama Agus Edy Tjahjono, SKp.
jaminan kerahasiaan mengenai
Ns
data-data
Yuliani.
klien.
kerahasiaan
terjamin,
Dengan
dirinya
yang
dan
dr.
Enjang
Informan
menggunakan
tentu hal tersebut
Dwiwuri
sampling.
dipilih
teknik
purposive
Penentuan
subjek
membuat klien mau terbuka
berdasarkan beberapa kriteria : 1)
mengenai masalahnya kepada
merupakan konselor yang aktif di
konselor.
dan sudah mengikuti pelatihan
konselor, 2) memiliki kapabilitas
dan
C. METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini
informasi-informasi
menggunakan deskriptif kualitatif.
untuk
pemahaman
antarpribadi
memperoleh
yang dipakai yaitu wawancara,
observasi
komunikasi
oleh
HIV/AIDS
Metode pengumpulan data
mengenai
implementasi
mengenai
dan cara penanggulangannya.
Pendekatan tersebut dipilih dengan
alasan
pengetahuan
Wawancara
dan
dokumentasi.
semi
terstruktur
konselor
dipakai dengan bantuan interview
terhadap ODHA dalam praktik
guide agar pertanyaan tetap fokus
konseling guna merubah perilaku
pada topik penelitian. Observasi
beresiko ODHA.
disini
disebut
non-partisipan,
Subjek penelitian ini adalah
karena peneliti sekedar mengamati
2 orang konselor di Klinik VCT
tanpa ikut masuk ke kegiatan
8
konseling karena prinsip konseling
yang
rahasia.
D. PEMBAHASAN
Sedangkan
Keberadaan
Klinik
VCT
dokumentasi yang digunakan yaitu
RSUD
Kabupaten
Karanganyar
dokumen/arsip milik Klinik VCT,
sebagai
bagian
berbagai buku, laporan, jurnal,
kesehatan
situs internet dan sumber lain yang
program pemerintah dalam upaya
mendukung penelitian ini.
pencegahan dan penanggulangan
dari
berperan
institusi
membantu
Teknik validitas data yang
HIV/AIDS terutama di wilayah
dipakai yaitu trianggulasi sumber,
Karanganyar. Untuk mendapatkan
peneliti
orang-orang
menggunakan
sumber
data
wawancara
berbagai
seperti
mengidap
HIV,
berpeluang
Klinik
VCT
informan,
menjalankan aktivitas komunikasi
dokumen, buku, laporan, jurnal,
kesehatannya dengan melakukan
situs internet, serta hasil observasi.
screening ke masyarakat. Setelah
Teknik analisis data ini yang
mendapatkan calon ODHA (klien),
dipakai
kualitatif,
kedua
hasil
yang
yaitu
analisis
dimana
berasal
rekaman
dicatat
dan
dikategorisasikan,
data
data
mereka
yang
melakukan pemeriksaan HIV dan
wawancara
diolah
diarahkan
untuk
konseling ke Klinik VCT.
untuk
Implementasi dari praktik
kemudian
konseling
ditarik sebuah kesimpulan.
konselor
terhadap
ODHA di Klinik VCT RSUD Kab.
Karanganyar yaitu :
9
pernah dilakukan. Dan tugas
1. Mendengarkan
a. Mendengarkan secara pasif
konselor
sebatas
yaitu dalam hal ini konselor
mendengarkan
sambil
memakai istilah “dancing by
sesekali memancing klien,
client”
agar klien berpikir mencari
atau
irama/suasana
mengikuti
klien
jawaban atas perilaku apa
menceritakan
yang menyebabkan dirinya
masalahnya, namun bukan
tertular HIV. Ketika klien
dalam artian mengikuti dan
sudah
kemudian melupakan tujuan
jawabannya sendiri, disinilah
konseling.
konselor
untuk
Konselor
berusaha
suasana
hati
menciptakan
yang
menemukan
berperan
memberikan masukkan guna
mendukung
mendorong
klien
bagi klien untuk bercerita
kesadaran
dan
dan
merubah
mengeluarkan
untuk
uneg-
unegnya secara leluasa tanpa
bangkit
bersedia
perilaku
beresikonya.
mendapatkan judgement.
Tujuan
b. Mendengarkan secara aktif
dari
teknik
mendengarkan yang dilakukan
terjadi saat adanya diskusi
konselor yaitu :
diantara
a. Mencari tahu permasalahan
keduanya.
menceritakan
Klien
pengakuan-
yang dihadapi klien.
pengakuan terkait perilakuperilaku
beresiko
Ketika
yang
pada
10
kepercayaan
konselor
tumbuh,
klien
sudah
merasakan
konselor
berusaha
nyaman dan mau membuka
menyimpulkan dari cerita-
dirinya. Adanya trust yang
cerita
terbangun
klien.
konselor
memudahkan
dalam
yang disampaikan
Pertanyaan
dan
mencari
pernyataan yang konselor
dan menggali informasi-
lontarkan dalam menggali
informasi
informasi sifatnya netral
mengenai
permasalahan
yang
dan tidak memvonis.
dihadapi klien.
b. Sebagai bantuan ke klien.
Dalam tahap tersebut
konselor
Tujuan konseling yaitu
mencoba
membangkitkan kesadaran
hubungan
klien untuk pemeriksaan
antarpribadi dengan klien.
HIV dan merubah perilaku
Konselor
yang
membangun
menggali
bebas
dari
HIV.
membantu
klien
informasi dari klien dengan
Dalam
melihat dan mendengarkan
memecahkan masalahnya,
penjelasan
konselor
mengetahui
klien
untuk
mengenai
tidak
boleh
memberikan saran kepada
riwayat kenapa mereka bisa
klien,
menjadi ODHA. Apabila
bersikap pasif dan klien
klien belum mau terbuka
dibuat untuk menemukan
dan jujur terkait riwayat
solusinya sendiri
perilaku
dengan
beresikonya,
11
konselor
harus
namun
pengarahan
konselor. Kesadaran untuk
masalah
merubah perilaku beresiko
pemberian bantuan psikologis
harus tumbuh dari diri klien
tanpa
sendiri
melanjutkan
bukan
hasil
intervensi orang lain.
Perubahan
klien
ada
dan
upaya
maksud
untuk
ke
tahap
selanjutnya yang lebih serius.
perilaku
3. Self Disclosure
yang dimaksud yaitu ketika
Proses
pengungkapan
klien tidak bisa berhenti
informasi diri dalam konseling
dari perilaku beresikonya,
terjadi
setidaknya
diminimalisir
hidden area klien. Klien yang
dengan cara yang aman
datang pertama kali ke proses
agar tidak menularkan HIV
konseling berusaha menutupi
kepada orang lain.
hal-hal
berkaitan
dengan
dengan
riwayat perilaku beresikonya.
2. Tahap Hubungan Antarpribadi
Interaksi
berkaitan
antarpribadi
Dengan
pertemuan
yang terjalin antara konselor
berulang
kali
dan
praktik
dengan kepercayaan dan rasa
konseling Klinik VCT RSUD
nyaman yang tumbuh, klien
Kabupaten Karanganyar berada
perlahan mau terbuka kepada
pada
keterikatan.
konselor
membangun
belakangnya.
klien
tahap
Konselor
kedekatan
menggali
dalam
sebatas
untuk
dan
klien
12
yang
seiring
terkait
Berhadapan
informasi-informasi
yang
latar
dengan
memiliki
latar
belakang
tingkat
berbeda,
tentu
unegnya dan setelah klien
keterbukaan
diri
merasa tenang, konselor akan
seorang
klien
masalahnya
terhadap
akan
memberikan bantuannya.
berbeda
E. PENUTUP
pula.
Klien
yang
sulit
1. Kesimpulan
membagikan hidden area-nya
Penelitian ini dapat ditarik
kepada
konselor
akan
kesimpulan bahwa implementasi
membuat
proses
konseling
komunikasi antarpribadi dalam
menjadi
lambat.
Untuk
praktik konseling di Klinik VCT
menggali hidden area klien
RSUD Kabupaten Karanganyar
terkait latar belakang kenapa
yaitu : 1) Menggunakan teknik
bisa
terkena
HIV,
setiap
mendengarkan pasif (dancing by
konselor
memiliki
caranya
client) dan secara aktif, untuk
sendiri seperti menempatkan
mencari tahu permasalahan yang
diri konselor sebagai teman
dihadapi
dan
orang
yang
klien
dan
upaya
ramah,
pemberian bantuan ke klien; 2)
mengajak
ngobrol
yang
Hubungan pribadi yang terjalin
bermanfaat
nantinya
klien
antara konselor dan klien berada
akan
terbuka
dengan
pada tahap keterikatan hanya
sendirinya, mengarahkan klien
untuk
membangun
kedekatan
ke orang terdekatnya, atau
diantara keduanya tanpa ada
membiarkan
klien
maksud meneruskan ke tahap
mengeluarkan semua unegselanjutnya;
13
3)
Peran
self
disclosure dalam konseling guna
media cetak dan elektronik
menggali
dalam
hidden
area
klien.
penerapan
strategi
Dalam mencari tahu hidden area
komunikasi
klien
belakang
semakin banyak masyarakat
terkena HIV, konselor melakukan
yang mengetahui dan datang
pendekatan dengan menempatkan
ke klinik VCT.
terkait
latar
diri konselor sebagai teman dan
kesehatan
agar
b. Bagi penelitian selanjutnya
orang yang ramah. Penggunaan
Penelitian ini hanya berfokus
komunikasi antarpribadi dalam
pada satu pihak saja yaitu
praktik konseling bertujuan untuk
konselor. Kedepannya dapat
membangkitkan kesadaran klien
menjadi referensi bagi peneliti
dan mendorong untuk merubah
selanjutnya
perilaku
komunikasi kesehatan dari dua
klien
beresikonya.
belum
tidak
menghentikan
beresikonya
Apabila
bisa
meneliti
sisi konselor dan klien.
perilaku
paling
untuk
c. Bagi masyarakat
tidak
Diharapkan tumbuh kesadaran
melakukan dengan cara yang
dan
pengetahuannya
aman, agar orang lain tidak ikut
tidak lagi memberikan label
tertular HIV.
negatif
dan
agar
melakukan
diskriminasi terhadap ODHA.
2. Saran
a. Bagi Klinik VCT
F. PERSANTUNAN
Diharapkan
lebih
Dalam penelitian ini, penulis
memaksimalkan
penggunaan
ingin mengucapkan terima kasih
14
kepada
Ibu
Rinasari
Kusuma,
sampai
Soal
Kepribadian.
Bandung : Penerbit Nuansa.
M.I.kom selaku pembimbing I dan
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2011.
Modul Pelatihan Konseling dan
Tes Sukarela HIV (Vountary
Counseling dan Testing = VCT)
untuk Konselor HIV Panduan
Peserta. Jakarta.
Ibu Palupi, MA selaku pembimbing
II yang telah memberikan koreksi,
masukan, dan dukungan hingga
terselesainya penyusunan skripsi ini.
Dan tak lupa, penulis ucapkan
Liliweri, Alo. 2008. Dasar-Dasar
Komunikasi
Kesehatan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
terima kasih kepada informan dan
Klinik
VCT
RSUD
Kab.
Karanganyar atas kesempatan untuk
melakukan
penelitian
Nasution, Rizka Wandari. 2008. Peran
Komunikasi Antar Pribadi dalam
Voluntary Counselling and Testing
(Studi Deskriptif Tentang Faktor
Konsep Diri ODHA Setelah
Melakukan Konseling dan Tes HIV
di Klinik Voluntary Counselling
and Testing RSU Pirngadi Medan.
Skripsi pada Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas
Sumatera Utara. Medan : Tidak
Dipublikasikan.
dan
pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arumsari, Nugraheni., dkk. 2013.
Proses Komunikasi Dokter-Pasien
dalam Pelaksanaan HIV Voluntary
Counseling and Testing (VCT) di
RSUD Tugurejo Semarang. Dalam
Jurnal Kajian Komunikasi dan
Media Massa Vol. I, No. 1, 2013.
Hal : 1-8. Surakarta : Pascasarjana
Ilmu Komunikasi UNS.
Peraturan Menteri Kesehatan Rebuplik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2013
Tentang Penanggulangan HIV dan
AIDS.
Internet :
Administrator. (2014). 68 Jiwa
melayang
Akibat
AIDS
di
Karanganyar.
http://www.timlo.net/baca/687195
85421/68-jiwa-melayang-akibataids-di-karanganyar/.
Diakses
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu
Komunikasi.
Jakarta:
PT
RajaGrafindo Persada.
Enjang. 2009. Komunikasi Konseling
dari Wawancara, Seni Mendengar,
15
tanggal 22 Februari 2015 Pukul
14.15 WIB.
Anshori, Yahya. (2012). Getting to
zero : Strategi Anyar Membendung
Epidemi
AIDS.
https://culturalstudiesforum.wordp
ress.com/2012/11/18/getting-tozero-strategi-anyar-membendungepidemi-aids/. Diakses tanggal 9
September 2015 pukul 19.24 WIB.
Komisi Penanggulangan AIDS. (2015).
Siaran Pers : Pemerintah bersama
Masyarakat Sipil Berkomitmen
untuk Terus Mencegah dan
Menanggulangi HIV dan AIDS di
Indonesia.
http://www.aidsindonesia.or.id/ne
ws/6194/14/26/01/2015/Pemerinta
h-bersama-Masyarakat-SipilBerkomitmen-Untuk-TerusMencegah-dan-MenanggulangiHIV-dan-AIDS-diIndonesia#sthash.OLk71vDm.dpbs
. Diakses tanggal 16 Maret Pukul
07.25 WIB.
16
Download