KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA DI KLINIK VCT RSUD KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai gelar S-1 Ilmu Komunikasi Nurul Diah Anyta L100110088 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 Komunikasi Antarpribadi Konselor Terhadap ODHA di Klinik VCT RSUD Kabupaten Karanganyar Nurul Diah Anyta ([email protected]) Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Semua aspek kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, begitu pula dalam bidang kesehatan. Komunikasi ini berfungsi mendorong individu maupun masyarakat untuk merubah perilaku. Sebagai bagian dari institusi kesehatan, aktivitas komunikasi kesehatan Klinik VCT sangat dibutuhkan dalam upaya menanggulangi penyakit HIV/AIDS. Langkah yang efektif dalam merubah perilaku beresiko ODHA melalui pendekatan konseling. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur, observasi non partisipan dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi komunikasi antarpribadi dalam praktik konseling yaitu : 1) Menggunakan teknik mendengarkan secara pasif (dancing by client) dan aktif, untuk mencari tahu permasalahan yang dihadapi klien serta sebagai upaya pemberian bantuan; 2) Hubungan pribadi yang terjalin antara konselor dan klien berada pada tahap keterikatan; 3) Peran self disclosure dalam konseling guna menggali hidden area klien. Penggunaan komunikasi antarpribadi dalam praktik konseling bertujuan membangkitkan kesadaran klien dan mendorong untuk merubah perilaku beresikonya. Kata kunci : komunikasi antarpribadi, ODHA, konseling, perubahan perilaku Kesehatan, A. PENDAHULUAN Di penyakit Indonesia, yang banyak sejak pertama kali kasus HIV ditemukan pada tahun sudah menjadi kesehatan bagi 2014, tercatat sebanyak 150.296 satunya orang telah terinfeksi HIV, dimana HIV/AIDS. Laporan Kementerian 55.799 orang diantaranya telah masalah masyarakat, salah 1987 hingga 2 bulan September pada tahap AIDS. ke-19 tahun 2011 yaitu Getting to (www.aidsindonesia.or.id). Dalam Kesehatan Peraturan Republik Zero, meliputi : Zero New HIV Menteri Infections, Zero Discrimination, Indonesia Zero AIDS-Related Deaths. Nomor 21 Tahun 2013 Tentang (culturalstudiesforum.wordpress.co Penanggulangan HIV dan AIDS m). pasal 3 dijelaskan bahwa tujuan Eksistensi klinik penanggulangan HIV/AIDS yaitu sangatlah a) menurunkan hingga meniadakan merupakan gerbang utama guna infeksi HIV baru; b) menurunkan memperoleh informasi mengenai hingga meniadakan kematian yang HIV/AIDS, disebabkan oleh keadaan yang konseling dan tes, pencegahan dan berkaitan pelayanan bagi ODHA. dengan AIDS; c) dibutuhkan VCT sebab melakukan praktik meniadakan diskriminasi terhadap Tak terkecuali di Kabupaten ODHA; d) meningkatkan kualitas Karanganyar, keberadaan klinik hidup ODHA; dan e) mengurangi VCT dampak kepedulian terhadap permasalahan sosial ekonomi dari merupakan penyakit HIV dan AIDS pada HIV/AIDS. individu, dan hingga akhir Oktober 2014, jumlah masyarakat. Poin a, b, dan c penderita HIV/AIDS di Kabupaten sebagai salah satu strategi terbaru Karanganyar penanggulangan HIV/AIDS yang 238 keluarga, digulirkan pada ASEAN Summit 3 orang Sejak wadah tahun tercatat dan 2000 mencapai 68 orang diantaranya telah meninggal dunia. beresiko (www.timlo.net). kemampuan ODHA menghadapi Konselor diberikan pelatihan dan meningkatkan tekanan dari lingkungan. VCT guna menunjang program Dalam sebuah penelitian menambahkan penelitian penanggulangan dan penyebaran perlu HIV/AIDS. membantu terdahulu diharapkan Penelitian terdahulu yang serupa memiliki keterampilan komunikasi dengan penelitian ini berjudul antarpribadi untuk “Peran Komunikasi Antar Pribadi membangun kepercayaan diri klien dalam Voluntary Counselling and sehingga aktivitas Testing (Studi Deskriptif Tentang dapat Faktor Konsep Diri ODHA Setelah ODHA, Dalam konselor yang tujuan komunikasi baik dari kesehatan tercapai secara efektif. sebagai referensi. Melakukan Konseling dan Tes HIV Penelitian difokuskan pada di Klinik Voluntary Counselling praktik konseling karena konselor and Testing RSU Pirngadi Medan” berhadapan secara face to face oleh dengan ODHA dalam kondisi yang (2008) tertutup. Komunikasi Rizka dari Wandari Nasution Departemen Adanya interaksi yang terbangun Sumatera Utara. Hasil tersebut dengan baik, tentu saja akan menunjukkan bahwa komunikasi memudahkan dalam antarpribadi antara konselor dan pesan-pesan klien sangat berpengaruh dalam kesehatan guna merubah perilaku pembentukkan konsep diri ODHA. antarpribadi menyampaikan konselor 4 FISIP Ilmu Universitas Meski awalnya ODHA mengalami pasien shock, takut, sedih, dan cemas (konselor) ketika dinyatakan positif HIV keterbukaan. karena kurangnya pemahaman dan komunikasi antar pribadi untuk informasi mengenai HIV/AIDS. menimbulkan Namun, melakukan keakraban dan keterbukaan antara bertambahnya dokter dan pasien. Tujuan akhir pemahaman tentang HIV/AIDS, dalam program konseling VCT ini semakin adalah agar pasien HIV dapat setelah konseling dan kuat pula keinginan mereka untuk hidup lebih baik. Riset “Proses lainnya Komunikasi mandiri Semarang” Arumsari, RSUD dkk Pascasarjana Penggunaan perasaan dalam empati, memenuhi motivasi dan semangat yang kuat untuk berjuang hidup. Berangkat dari permasalahan diatas, Nugraheni (2013) Ilmu timbul Dokter- Tugurejo oleh sampai dokter kebutuhan hidupnya, mempunyai Voluntary Counseling and Testing di kepada berjudul Pasien dalam Pelaksanaan HIV (VCT) HIV peneliti ingin bagaimana meneliti implementasi dari komunikasi antarpribadi konselor Komunikasi Klinik VCT RSUD Kabupaten UNS. Hasil dalam penelitian ini Karanganyar yaitu kedekatan dalam praktik konseling untuk mutlak perubahan perilaku yang lebih dengan bertanggung jawab. dengan membangun pasien HIV diperlukan, caranya menanamkan kepercayaan diri 5 terhadap ODHA secara tatap muka dan sifatnya B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Komunikasi Kesehatan Komunikasi seperti halnya rahasia kesehatan di dalam praktik konseling. komunikasi 2. Komunikasi Antarpribadi manusia pada umumnya, namun Komunikasi antarpribadi cakupan dari komunikasi ini adalah proses komunikasi yang lebih hanya berlangsung antara dua orang berkaitan dengan pesan-pesan atau lebih secara tatap muka kesehatan saja. (Cangara, 2006 : 31). sempit Ratzan karena menjabarkan Interaksi antarpribadi komunikasi kesehatan sebagai berlangsung proses kemitraan antara para yang bersahabat dan rahasia partisipan berdasarkan dialog agar dua arah yang didalamnya ada mengungkapkan permasalahan suasana interaktif, pertukaran dengan nyaman tanpa takut gagasan, kesepakatan mengenai rahasianya diketahui orang lain. kesatuan kesehatan (Liliweri, Fungsi dari kegiatan tersebut, 2008 : 47). klien diarahkan untuk merubah klien dalam dapat suasana terbuka Dalam penelitian ini, perilakunya. komunikasi kesehatan yang Selama konselor dan klien digunakan termasuk dalam level berinteraksi, dibutuhkan adanya komunikasi antarpribadi dimana saling keterbukaan diri (self konselor dan klien berinteraksi disclosure) 6 untuk saling menyampaikan ide-ide, HIV/AIDS, memotivasi yang gagasan, dan perasaaan yang bisa mendukung perkembangan ada dalam diri masing-masing. sosial dan emosional ODHA Metode sehingga mampu merubah sikap dalam komunikasi antarpribadi yang paling baik dan perilakunya. yaitu konseling. 4. Konseling HIV/AIDS 3. Self-Disclosure Self Konseling disclosure adalah pengungkapan HIV/AIDS merupakan strategi komunikasi informasi perubahan perilaku personal mengenai diri sendiri, bersifat rahasia dan dimana percaya antara klien orang lain tidak menemukan dalam cara lain konselor. (Enjang, 2009 : 116). yaitu Keterbukaan diri ODHA tekanan dengan mengenai dalam dan konseling pengambilan bertujuan keputusan terkait menggali informasi (Kementerian latar belakang 2011). membantu dan meningkatkan konselor penyakitnya dan hal tersebut sangat untuk saling kemampuan klien menghadapi saat berhubungan antarpribadi untuk Tujuan yang HIV/AIDS Kesehatan RI, Praktik konseling dilakukan konselor oleh konselor yang memiliki memberikan feedback keterampilan dasar konseling berkaitan informasi dengan penting informasi- dan pemahaman luas mengenai seputar HIV/AIDS. Selain itu, konselor 7 harus memahami tentang RSUD Kabupaten Karanganyar prinsip konseling yaitu adanya bernama Agus Edy Tjahjono, SKp. jaminan kerahasiaan mengenai Ns data-data Yuliani. klien. kerahasiaan terjamin, Dengan dirinya yang dan dr. Enjang Informan menggunakan tentu hal tersebut Dwiwuri sampling. dipilih teknik purposive Penentuan subjek membuat klien mau terbuka berdasarkan beberapa kriteria : 1) mengenai masalahnya kepada merupakan konselor yang aktif di konselor. dan sudah mengikuti pelatihan konselor, 2) memiliki kapabilitas dan C. METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian ini informasi-informasi menggunakan deskriptif kualitatif. untuk pemahaman antarpribadi memperoleh yang dipakai yaitu wawancara, observasi komunikasi oleh HIV/AIDS Metode pengumpulan data mengenai implementasi mengenai dan cara penanggulangannya. Pendekatan tersebut dipilih dengan alasan pengetahuan Wawancara dan dokumentasi. semi terstruktur konselor dipakai dengan bantuan interview terhadap ODHA dalam praktik guide agar pertanyaan tetap fokus konseling guna merubah perilaku pada topik penelitian. Observasi beresiko ODHA. disini disebut non-partisipan, Subjek penelitian ini adalah karena peneliti sekedar mengamati 2 orang konselor di Klinik VCT tanpa ikut masuk ke kegiatan 8 konseling karena prinsip konseling yang rahasia. D. PEMBAHASAN Sedangkan Keberadaan Klinik VCT dokumentasi yang digunakan yaitu RSUD Kabupaten Karanganyar dokumen/arsip milik Klinik VCT, sebagai bagian berbagai buku, laporan, jurnal, kesehatan situs internet dan sumber lain yang program pemerintah dalam upaya mendukung penelitian ini. pencegahan dan penanggulangan dari berperan institusi membantu Teknik validitas data yang HIV/AIDS terutama di wilayah dipakai yaitu trianggulasi sumber, Karanganyar. Untuk mendapatkan peneliti orang-orang menggunakan sumber data wawancara berbagai seperti mengidap HIV, berpeluang Klinik VCT informan, menjalankan aktivitas komunikasi dokumen, buku, laporan, jurnal, kesehatannya dengan melakukan situs internet, serta hasil observasi. screening ke masyarakat. Setelah Teknik analisis data ini yang mendapatkan calon ODHA (klien), dipakai kualitatif, kedua hasil yang yaitu analisis dimana berasal rekaman dicatat dan dikategorisasikan, data data mereka yang melakukan pemeriksaan HIV dan wawancara diolah diarahkan untuk konseling ke Klinik VCT. untuk Implementasi dari praktik kemudian konseling ditarik sebuah kesimpulan. konselor terhadap ODHA di Klinik VCT RSUD Kab. Karanganyar yaitu : 9 pernah dilakukan. Dan tugas 1. Mendengarkan a. Mendengarkan secara pasif konselor sebatas yaitu dalam hal ini konselor mendengarkan sambil memakai istilah “dancing by sesekali memancing klien, client” agar klien berpikir mencari atau irama/suasana mengikuti klien jawaban atas perilaku apa menceritakan yang menyebabkan dirinya masalahnya, namun bukan tertular HIV. Ketika klien dalam artian mengikuti dan sudah kemudian melupakan tujuan jawabannya sendiri, disinilah konseling. konselor untuk Konselor berusaha suasana hati menciptakan yang menemukan berperan memberikan masukkan guna mendukung mendorong klien bagi klien untuk bercerita kesadaran dan dan merubah mengeluarkan untuk uneg- unegnya secara leluasa tanpa bangkit bersedia perilaku beresikonya. mendapatkan judgement. Tujuan b. Mendengarkan secara aktif dari teknik mendengarkan yang dilakukan terjadi saat adanya diskusi konselor yaitu : diantara a. Mencari tahu permasalahan keduanya. menceritakan Klien pengakuan- yang dihadapi klien. pengakuan terkait perilakuperilaku beresiko Ketika yang pada 10 kepercayaan konselor tumbuh, klien sudah merasakan konselor berusaha nyaman dan mau membuka menyimpulkan dari cerita- dirinya. Adanya trust yang cerita terbangun klien. konselor memudahkan dalam yang disampaikan Pertanyaan dan mencari pernyataan yang konselor dan menggali informasi- lontarkan dalam menggali informasi informasi sifatnya netral mengenai permasalahan yang dan tidak memvonis. dihadapi klien. b. Sebagai bantuan ke klien. Dalam tahap tersebut konselor Tujuan konseling yaitu mencoba membangkitkan kesadaran hubungan klien untuk pemeriksaan antarpribadi dengan klien. HIV dan merubah perilaku Konselor yang membangun menggali bebas dari HIV. membantu klien informasi dari klien dengan Dalam melihat dan mendengarkan memecahkan masalahnya, penjelasan konselor mengetahui klien untuk mengenai tidak boleh memberikan saran kepada riwayat kenapa mereka bisa klien, menjadi ODHA. Apabila bersikap pasif dan klien klien belum mau terbuka dibuat untuk menemukan dan jujur terkait riwayat solusinya sendiri perilaku dengan beresikonya, 11 konselor harus namun pengarahan konselor. Kesadaran untuk masalah merubah perilaku beresiko pemberian bantuan psikologis harus tumbuh dari diri klien tanpa sendiri melanjutkan bukan hasil intervensi orang lain. Perubahan klien ada dan upaya maksud untuk ke tahap selanjutnya yang lebih serius. perilaku 3. Self Disclosure yang dimaksud yaitu ketika Proses pengungkapan klien tidak bisa berhenti informasi diri dalam konseling dari perilaku beresikonya, terjadi setidaknya diminimalisir hidden area klien. Klien yang dengan cara yang aman datang pertama kali ke proses agar tidak menularkan HIV konseling berusaha menutupi kepada orang lain. hal-hal berkaitan dengan dengan riwayat perilaku beresikonya. 2. Tahap Hubungan Antarpribadi Interaksi berkaitan antarpribadi Dengan pertemuan yang terjalin antara konselor berulang kali dan praktik dengan kepercayaan dan rasa konseling Klinik VCT RSUD nyaman yang tumbuh, klien Kabupaten Karanganyar berada perlahan mau terbuka kepada pada keterikatan. konselor membangun belakangnya. klien tahap Konselor kedekatan menggali dalam sebatas untuk dan klien 12 yang seiring terkait Berhadapan informasi-informasi yang latar dengan memiliki latar belakang tingkat berbeda, tentu unegnya dan setelah klien keterbukaan diri merasa tenang, konselor akan seorang klien masalahnya terhadap akan memberikan bantuannya. berbeda E. PENUTUP pula. Klien yang sulit 1. Kesimpulan membagikan hidden area-nya Penelitian ini dapat ditarik kepada konselor akan kesimpulan bahwa implementasi membuat proses konseling komunikasi antarpribadi dalam menjadi lambat. Untuk praktik konseling di Klinik VCT menggali hidden area klien RSUD Kabupaten Karanganyar terkait latar belakang kenapa yaitu : 1) Menggunakan teknik bisa terkena HIV, setiap mendengarkan pasif (dancing by konselor memiliki caranya client) dan secara aktif, untuk sendiri seperti menempatkan mencari tahu permasalahan yang diri konselor sebagai teman dihadapi dan orang yang klien dan upaya ramah, pemberian bantuan ke klien; 2) mengajak ngobrol yang Hubungan pribadi yang terjalin bermanfaat nantinya klien antara konselor dan klien berada akan terbuka dengan pada tahap keterikatan hanya sendirinya, mengarahkan klien untuk membangun kedekatan ke orang terdekatnya, atau diantara keduanya tanpa ada membiarkan klien maksud meneruskan ke tahap mengeluarkan semua unegselanjutnya; 13 3) Peran self disclosure dalam konseling guna media cetak dan elektronik menggali dalam hidden area klien. penerapan strategi Dalam mencari tahu hidden area komunikasi klien belakang semakin banyak masyarakat terkena HIV, konselor melakukan yang mengetahui dan datang pendekatan dengan menempatkan ke klinik VCT. terkait latar diri konselor sebagai teman dan kesehatan agar b. Bagi penelitian selanjutnya orang yang ramah. Penggunaan Penelitian ini hanya berfokus komunikasi antarpribadi dalam pada satu pihak saja yaitu praktik konseling bertujuan untuk konselor. Kedepannya dapat membangkitkan kesadaran klien menjadi referensi bagi peneliti dan mendorong untuk merubah selanjutnya perilaku komunikasi kesehatan dari dua klien beresikonya. belum tidak menghentikan beresikonya Apabila bisa meneliti sisi konselor dan klien. perilaku paling untuk c. Bagi masyarakat tidak Diharapkan tumbuh kesadaran melakukan dengan cara yang dan pengetahuannya aman, agar orang lain tidak ikut tidak lagi memberikan label tertular HIV. negatif dan agar melakukan diskriminasi terhadap ODHA. 2. Saran a. Bagi Klinik VCT F. PERSANTUNAN Diharapkan lebih Dalam penelitian ini, penulis memaksimalkan penggunaan ingin mengucapkan terima kasih 14 kepada Ibu Rinasari Kusuma, sampai Soal Kepribadian. Bandung : Penerbit Nuansa. M.I.kom selaku pembimbing I dan Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV (Vountary Counseling dan Testing = VCT) untuk Konselor HIV Panduan Peserta. Jakarta. Ibu Palupi, MA selaku pembimbing II yang telah memberikan koreksi, masukan, dan dukungan hingga terselesainya penyusunan skripsi ini. Dan tak lupa, penulis ucapkan Liliweri, Alo. 2008. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. terima kasih kepada informan dan Klinik VCT RSUD Kab. Karanganyar atas kesempatan untuk melakukan penelitian Nasution, Rizka Wandari. 2008. Peran Komunikasi Antar Pribadi dalam Voluntary Counselling and Testing (Studi Deskriptif Tentang Faktor Konsep Diri ODHA Setelah Melakukan Konseling dan Tes HIV di Klinik Voluntary Counselling and Testing RSU Pirngadi Medan. Skripsi pada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara. Medan : Tidak Dipublikasikan. dan pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA Buku : Arumsari, Nugraheni., dkk. 2013. Proses Komunikasi Dokter-Pasien dalam Pelaksanaan HIV Voluntary Counseling and Testing (VCT) di RSUD Tugurejo Semarang. Dalam Jurnal Kajian Komunikasi dan Media Massa Vol. I, No. 1, 2013. Hal : 1-8. Surakarta : Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNS. Peraturan Menteri Kesehatan Rebuplik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Internet : Administrator. (2014). 68 Jiwa melayang Akibat AIDS di Karanganyar. http://www.timlo.net/baca/687195 85421/68-jiwa-melayang-akibataids-di-karanganyar/. Diakses Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Enjang. 2009. Komunikasi Konseling dari Wawancara, Seni Mendengar, 15 tanggal 22 Februari 2015 Pukul 14.15 WIB. Anshori, Yahya. (2012). Getting to zero : Strategi Anyar Membendung Epidemi AIDS. https://culturalstudiesforum.wordp ress.com/2012/11/18/getting-tozero-strategi-anyar-membendungepidemi-aids/. Diakses tanggal 9 September 2015 pukul 19.24 WIB. Komisi Penanggulangan AIDS. (2015). Siaran Pers : Pemerintah bersama Masyarakat Sipil Berkomitmen untuk Terus Mencegah dan Menanggulangi HIV dan AIDS di Indonesia. http://www.aidsindonesia.or.id/ne ws/6194/14/26/01/2015/Pemerinta h-bersama-Masyarakat-SipilBerkomitmen-Untuk-TerusMencegah-dan-MenanggulangiHIV-dan-AIDS-diIndonesia#sthash.OLk71vDm.dpbs . Diakses tanggal 16 Maret Pukul 07.25 WIB. 16