Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 MODUL VII PINTU SORONG DAN AIR LONCAT 7.1. Pendahuluan Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur bukaannya. Pintu sorong atau yang biasa disebut pintu air merupakan suatu alat untuk mengontrol aliran pada saluran terbuka. Pintu menahan air di bagian hulu dan mengizinkan aliran ke arah hilir melalui bawah pintu dengan kecepatan tinggi. Aliran di hulu pintu setelah pintu sorong adalah aliran subkritis. Kemudian, aliran air mengalami percepatan ketika melewati bagian bawah pintu atau sekat. Akibat percepatan yang dialami, aliran berubah secara tiba-tiba dari subkritis menjadi superkritis. Di lokasi yang lebih hilir, aliran akan mengalami semacam shock yang membuatnya kembali menjadi aliran subkritis. Pada lokasi terjadinya perubahan aliran superkritis menjadi aliran subkritis secara tiba-tiba tersebut, akan terjadi peristiwa yang biasa disebut dengan lompatan hidrolik. Air loncat atau lompatan hidrolik biasanya sengaja dibuat untuk meredam energi dan memperlambat aliran sehingga tidak menggerus dasar saluran. Gambar 7.1. Profil aliran pada pintu sorong dan air loncat Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 Pemakaian-pemakaian praktis pada air loncat dalam bidang teknik sipil antara lain : 1. Sebagai peredam energi pada bendungan. 2. Untuk menaikkan kembali tinggi energi atau permukaan air pada daerah hilir saluran pengukur. 3. Untuk memperbesar tekanan pada lapis lindung. 4. Untuk memperbesar debit, dengan mempertahankan air bawah balik. 5. Untuk menunjukan kondisi-kondisi aliran tertentu, misalnya pada aliran superkritis. 7.2. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong. 2. Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien konstraksi. 3. Menentukan gaya-gaya yang berkerja pada pintu sorong. 4. Mengamati profil air loncat. 5. Menghitung besarnya kehilangan energi akibat air loncat. 6. Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum. Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera 7.3. Kelompok 7 Alat dan Bahan a. Model Saluran Terbuka dari Kaca Gambar 7.2. Model Saluran Terbuka dari Kaca b. Pompa Gambar 7.3. Pompa c. Mistar Ukur Gambar 7.4. Mistar Ukur Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera d. Alat Ukur Kedalaman Gambar 7.5. Alat Ukur Kedalaman e. Pintu Sorong Gambar 7.3.5. Pintu Sorong Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Kelompok 7 Institut Teknologi Sumatera 7.4. Kelompok 7 Teori Dasar 7.4.1. Pintu Sorong Dengan menerapkan prinsip kekekalan energi, impuls–momentum dan kontinuitas (kekekalan massa), serta dengan asumsi terjadi kehilangan energi, dapat diterapkan persamaan Bernoulli untuk menghitung besar debit berdasarkan tinggi muka air sebelum dan pada kontraksi. Besarnya debit teori (Bernoulli) : Qt = b Ya √2 g Y0 Y a √Y + 1 b Dengan memasukkan harga koefisien kecepatan (Cv) dan koefisien kontraksi (Cc) ke dalam persamaan maka dapat diperoleh Debit Aktual (Qa) : CC = Qa = Ya Yb dan CV = Qa Qt b Cc Cv Yg √2 g Y0 Cc Yg √ Y0 +1 Dimana : g = Percepatan gravitasi = 9,8 m2/s b = Lebar saluran Gaya dorong yang bekerja pada pintu sorong akibat tekanan hidrostatis dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Fh = 0.5ρ g (Y0 – Ya)2 h = Y0 – Ya Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 Sedangkan gaya dorong lainnya yang bekerja pada pintu sorong dapat dihitung dengan rumus: [ Fg = 0.5ρ g Y12 Y 2 0 ( Ya2 )] – [ -1 ρ Q2 b2 Ya2 (1 - )] Ya Y0 Dimana : g = Percepatan gravitasi = 9,8 m2/s b = Lebar saluran 7.4.2. Air Loncat (Hydraulic Jump) Bilangan froude adalah sebuah bilangan tak bersatuan yang digunakan untuk mengukur resistensi dari sebuah benda yang bergerak melalui air, dan membandingkan benda-benda dengan ukuran berbeda-beda. Bilangan froude biasanya digunakan dalam pekerjaan yang mengenai drainase, dll. Bilangan froude dapat dihitung dengan rumus: Fr = V √g Y Q V= bY Dimana : V = Kecepatan aliran Y = Tinggi aliran Kedalaman di hulu (Ya) dan di hilir (Yb) air loncat memiliki hubungan sebagai berikut : Yb Ya 1 [ = 2 √1+8Fra2 - 1 ] Energi yang hilang akibat adanya air loncat : ∆h = (Yb - Ya ) 3 4 Ya Yb Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 Kedalaman kritis (Yc) dan energi minimum (Emin): 3 Yc = √ Q2 g b2 3 Em = 2 Yc 7.5. Prosedur Percobaan 7.5.1. Percobaan dengan debit tetap Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu. a. Pintu sorong di pasang di saluran ketinggiannya setiap 3 kali percobaan). Gambar 7.1. Mengkalibrasi Pintu Sorong b. Menghidupkan Pompa Air. Gambar 7.2. Memasang pintu sorong Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika terbuka(diubah Institut Teknologi Sumatera c. Kelompok 7 Atur Kekuatan Debit. Gambar 7.3. Mengatur Debit d. Setelah aliran stabil dan profil aliran air loncat cukup baik, ukur Yo, Yg, Ya, Xa, Yb dan Xb, dimana: Yo = Tinggi muka air di hulu pintu sorong. Yg = Tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran. Ya = Tinggi muka air tepat sebelum air loncat. Yb = Tinggi muka air tepat setelah air loncat. Xa = Kedudukan horizontal titik Ya dari titik nol saluran. Xb = Kedudukan horizontal titik Yb dari titik nol saluran. Gambar 7.4. Melakukan pengukuran Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 7.5.2. Percobaan dengan debit berubah a. Biarkan Pintu Sorong Konstant Ketinggiannya. Gambar 7.5. Mengkalibrasi Pintu Sorong b. Atur debit yang ingin digunakan(diubah kecepatannya setiap 3 kali percobaan). Gambar 7.6. Mengatur Debit c. Setelah aliran stabil dan profil aliran air loncat cukup baik, ukur Yo, Yg, Ya, Xa, Yb dan Xb. Gambar 7.7. Melakukan pengukuran Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera 7.6. Kelompok 7 Data Hasil Percobaan Tabel 7.1. Data Hasil Percobaan Debit Tetap No Q (m3/s) Yo(m) Yg(m) Y1(m) Ya(m) Yb(m) Xa(m) Xb(m) 1 0,001521 0,132 0,020 0,017 0,024 0,044 2,48 2,56 2 0,001521 0,090 0,025 0,018 0,036 0,046 1,16 1,24 3 0,001521 0,063 0,030 0,020 0,030 0,047 0,24 0,34 Tabel 7.2. Data Hasil Percobaan Debit Berubah No Q (m3/s) Yo(m) Yg(m) Y1(m) Ya(m) Yb(m) Xa(m) Xb(m) 1 0,00100 0,054 0,02 0,016 0,021 0,037 0,335 0,40 2 0,00125 0,077 0,02 0,017 0,022 0,042 0,092 0,97 3 0,00150 0,132 0,02 0,018 0,023 0,043 0,246 2,56 Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera 7.7. Perhitungan Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Kelompok 7 Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 Tabel 7.3. Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit Tetap Qt(m3/s) Cv Cc 0,002060009 0,738346137 0,85 0,001746798 0,870736177 0,72 0,001549783 0,981427508 0,667 Qa(m3/s) 0,0015210 0,0015210 0,0015210 Fh (N) 61,52832 20,72362 5,341545 Fg (N) 86,76563 39,83644 18,53053 Fr (N) 0,021398 0,031674 0,148790 Tabel 7.4. Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit Tetap Delta H(m) Yb/Ya 1,70433 1,15074 1,51035 0,0009149 0,0020025 0,0424731 Yb/Ya Percobaan 18,33333 12,77777 15,66666 Yc 0,03233 0,02896 0,02674 Eminimum 0,04849 0,04344 0,040115 yg/yo fg/fh 0,15151 0,27777 0,47619 1,4101 1,9222 3,4691 Tabel 7.5. Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat Dengan Debit Berubah Qt(m3/s) 0,001157 0,001512 0,002173 Cv 0,8641 0,8262 0,6900 Cc 0,8 0,85 0,9 Qa(m3/s) 0,001 0,00125 0,0015 Fh (N) Fg (N) 5,67018 13,78348 15,936345 28,97565 61,52832 86,70982 Fr (N) 0,095131 0,442477 0,230674 Tabel 7.6. Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat Dengan Debit Berubah Delta H(m) Yb/Ya 0,001317 0,002164 0,002022 0,01778 0,30098 0,09701 Yb/Ya Percobaan 1,76190 1,90909 1,86956 Yc Eminimum Yg/Y0 Fg/Fh 0,01996 0,02317 0,02616 0,029954 0,034759 0,039251 0,37037 0,25974 0,15151 2,4308 1,8182 1,4092 Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Grafik 7.1. Hubungan Cc dan Yg/Yo Pintu Tetap Grafik 7.2. Hubungan Cv dan Yg/Yo Pintu Tetap Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Kelompok 7 Kelompok 7 Fh(N) Institut Teknologi Sumatera Cv Grafik 7.3. Hubungan Cv dan Fh Pintu Tetap Grafik 7.4. Hubungan Fg/Fh dan Yg/Yo Pintu Tetap Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Grafik 7.5. Hubungan Cc dan Yg/Yo Debit Tetap Grafik 7.6. Hubungan Cv dan Yg/Yo Debit Tetap Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Kelompok 7 Institut Teknologi Sumatera Grafik 7.7. Hubungan Cv dan Fh Debit Tetap Grafik 7.8. Hubungan Fg/Fh dan Yg/Yo Debit Tetap Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Kelompok 7 Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 Grafik 7.9. Hubungan Yb/Ya Teori dan Yb/Ya Percobaan Pintu Tetap Grafik 7.10. Hubungan Yb/Ya Percobaan dan Fra Pintu Tetap Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Grafik 7.11. Hubungan L/Yb dan Fra Pintu Tetap Grafik 7.12. Hubungan Y dan E Pintu Tetap Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Kelompok 7 Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 Grafik 7.13. Hubungan Yb/Ya Teori dan Yg/Yo Percobaan Debit Tetap Grafik 7.14. Hubungan L/Yb dan Fra Debit Tetap Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 Grafik 7.15. Hubungan Yb/Ya Percobaan dan Fra Debit Tetap Grafik 7.16. Hubungan Y dan E Debit Tetap Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera 7.8. Kelompok 7 Analisis 1. Cc vs Yg/Y0 Pada grafik diatas dilihat hubungan antara Cc dengan Yg/Y0. Pada nilai Cc vs Yg/Y0 pada pintu tetap maupun debit tetap memiliki nilai yang berbanding terbalik,semakin tinggi Cc,maka semakin rendah nilai Yg/Y0 yang dihasilkan. 2. Cv vs Yg/Y0 Pada grafik diatas dapat dilihat hubungan antara Cv dengan Yg/Y0. Pada nilai Cv yang semakin menurun, memiliki nilai Yg/Y0 yang semakin besar. 3. Cv vs Fh Pada grafik diatas dapat dilihat besar Cv pada pintu sorong Maupun pintu tetap memiliki kurva tidak linier dan semakin besar nilai Cv, maka semakin kecil nilai Fh 4. Fg/Fh vs Yg/Y0 Pada grafik di atas dapat dilihat hubungan Fg/Fh dengan Yg/Y0 pada debit debit tetap maupun pintu tetap memiliki nilai yang konstan, semakin besar Yg/Y0, maka semakin kecil Fg/Fh yang dihasilkan. Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera 7.9. Kelompok 7 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Aliran superkritis adalah aliran yang memiliki bilangan Froude Fr > 1 dan memiliki kecepatan aliran yang tinggi. 2. Nilai ketinggian aliran di hulu (Yo) dan di hilir (Yb) dipengaruhi oleh lebar celah pada pintu sorong (Yg). Nilai Ya berbanding terbalik dengan nilai Yg. Sehingga semakin besar celah maka nilai Ya akan semakin menurun. Sedangkan nilai Yb berbanding lurus dengan nilai Yg. Sehingga semakin besar celah, maka nilai Yb akan semakin besar pula. 3. Besar jarak antara pintu sorong dan air loncat dipengaruhi oleh lebar celah pintu sorong dan juga debit air. Besar jarak air loncat berbanding terbalik dengan lebar celah pintu sorong dan berbanding lurus dengan debit air. Sehingga semakin besar celah maka jarak air loncat akan mengecil. Sedangkan semakin besar debit air, maka jarak air loncat juga akan membesar. 4. dipengaruhi juga oleh lebar celah pada pintu sorong (Yg) dan debit air (Q). Besar energi yang hilang berbanding lurus dengan lebar celah pintu sorong dan berbanding terbalik dengan besar debit air. Sehingga semakin besar celah maka akan semakin besar energi yang hilang. Sebaliknya, semakin besar debit air, maka semakin sedikit energi yang hilang. Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 7.10. Saran 1. Dalam melakukan pengukuran diharapkan tidak terburu-buru, karena pengukuran harus dilakukan ketika aliran stabil. 2. Dalam mengamati alat ukur, diharapkan membaca skala dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam pendataan. 3. Saat praktikum diharapkan datang tepat waktu agar praktikum tidak dilaksanakan secara terburu-buru. 4. Saat melakukan praktikum, diharapkan memperhatikan serta memahami prosedur percobaan, agar tidak ada data yang terlewatkan. Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7 7.11. Daftar Pustaka Triadjmodjo, Bambang. 1996. Hidraulika I. Yogyakarta : Beta Offset. Raju, Rangga, K. G. 1986. Aliran Melalui Saluran Terbuka. Jakarta Erlangga. Chow, Ven Te. 1985. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga. Team Laboratorium Hidroteknik. 2018. Pedoman Pelaksanaan Pratikum Hidrolika Bandar Lampung: Laboratorium Hidroteknik. Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika