Uploaded by User73777

LAPORAN TOPIK 3 ISMI HAYATI

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
PENGARUH PENCEMARAN UDARA (GAS NOx) TERHADAP KLOROFIL DAUN
ISMI HAYATI
1708511044
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
PERCOBAAN III
PENGARUH PENCEMARAN UDARA (GAS NOx) TERHADAP KLOROFIL
DAUN
I. TUJUAN
1. Menerangkan beberapa jenis zat pencemar uadar yang dapat merusak pertumbuhan tanaman
2. Membuat gas-gas pencemar di Laboratorium
3. Menganalisis kandungan klorofil dari sampel daun
4. Menentukan secara kuantitatif pengaruh gas-gas pencemar terhadap klorofil
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan ini
II. LANDASAN TEORI
Pencemaran udara merupakan salah satu masalah yang serius dan keberadaannya
semakin lama mengalami peningkatan. Salah satu bentuk dampak negatifnya yaitu sulitnya
untuk memperoleh udara berkualitas baik dan bersih. Pencemaran udara yang terjadi
merupaka masalah pencemaran lingkungan yang terberat bagi daerah perkotaan. Akibat
pencemaran udara dapat membahayakan kesehatan manusia dan kelestarian tanaman
(BAPEDAL, 1999).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa pencemaran
udara didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukannya zat, energi, dari komponen lain ke
dalam udara lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara di lingkungan tidak dapat memenuhi
fungsinya. Sementara itu, sumber pencemar berasal dari setiap usaha dan/atau kegiatan yang
mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Peningkatan polusi atau pencemaran udara pada umumnya
diakibatkan adanya emisi kendaraan, aktivitas industri, pertambahan kepadatan penduduk,
kurangnya hutan atau taman kota, dan lain-lain. Umumnya jalan-jalan besar yang jauh dari
daerah perindustrian, kontribusi polutanmsebagian besar berasal dari hasil pembuangan
kendaraan yang melewati jalan tersebut. Hasil hasil buangan dari aktivitas industri dan
transportasi di kota dibagi menjadi 2 bagian, yaitu gas dan partikulat. Pencemar gas antara
lain berupa karbon monoksida (CO), sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan
hidrokarbon (HC). Adapun pencemaran berupa partikulat berupa asap, kabut, dan debu (Satria
dalam Mutaqin, 2016).
Tipe dan besar pengaruh pencemaran udara terhadap tumbuhan tergantung pada jumlah
dan jenis bahan pencemar yang ada dan daya tahan tumbuhan tersebut terhadap
lingkungannya. Pada umumnya bahan-bahan pencemar udara merusak pohon melalui daun.
Gejala umum yang sering terlihat berupa perubahan warna daun (discoloration),
menggugurkan daun dan sebagian pohon akan mati. Pengaruh pencemaran udara terhadap
tumbuhan dibagi menjadi kerusakan (injury) dan kehancuran (demage). Istilah kerusakan
meliputi seluruh respon tumbuhan yang terjadi karena pencemaran udara seperti perubahan
metabolisme sebagai akibat menurunnya fotosintesis, kematian daun, gugur daun atau
menurunnya pertumbuhan tanaman. Kehancuran meliputi seluruh pengaruh yang menurunkan
nilai guna tumbuhan (Rachmawati, 2006).
Pencemaran udara juga menyebabkan kerusakan anatomi daun. Jaringan anatomi daun
pada kelas dikotil tersusun atas sekumpulan sel yang memiliki bentuk yang hampir sama.
Jaringan tersebut tersusun atas jaringan epidermis atas dan bawah, jaringan mesofil (daging
daun) yang tersusun atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang. Epidermis menutupi
permukaan atas dan bawah daun dilanjutkan ke epidermis batang. Sedangkan lapisan mesofil
merupakan daerah paling utama untuk proses fotosintesis, lapisan palisade merupakan bagian
dari daun yang paling banyak mengandung kloroplas, dan merupakan bagian yang paling
banyak mempengaruhi periodik fotosintesis. Kerusakan yang terjadi pada mesofil daun,
terutama pada jaringan palisade oleh pencemaran udara akan memberikan dampak yang
paling besar terhadap kegiatan fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan (Eddy,
Soekendarsih, 2014).
Daun adalah bagian utama dari tanaman yang secara langsung berinteraksi dengan
udara sekitar, sehingga kondisi udara di sekitar daun tersebut langsung mempengaruhi
aktifitas fisiologis daun tersebut. Daun juga berperan sebagai akumulator zat pencemar yang
terdapat di udara sehingga apabila terkontaminasi dengan udara yang tercemar maka dalam
waktu lama menyebabkan akumulasi emisi kendaraan di dalam jaringan daun khususnya pada
stomata. Stomata memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara udara sekitarnya dan selsel
fotosintetik di bagian dalam daun. Stomata juga merupakan jalan utama hilangnya air pada
tumbuhan melalui transpirasi (Campbell, et all., 1999).
Nitrogen oksida (Nox) adalah senyawa jenis gas yang terdapat di udara bebas sebagian
besar berupa gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen oksida (NO2) serta berbagai jenis oksida
dalam jumlah yang sedikit. Gas NO tidak berwarna dan tidak berbau, sedangkan gas NO2
berwarna cokelat kemerahan, berbau tidak sedap dan cukup menyengat. Berbagai jenis NOx
dapat dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar (BB)
fosil lainnya pada suhu tinggi, yang dibuang ke lingkungan melalui cerobong asap pabrikpabrik di kawasan pertanian dapat merusak hasil panen. Jenis dan sumber pencemar udara
yang lazim ditemui di kota-kota besar adalah, pertama, Nitrogen Oksida (NOx), yaitu senyawa
gas yang terdapat di dara bebas yang sebagian besar berupa gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2) serta berbagai jenis nitrogen oksida lainnya dalam jumlah yang tidak sedikit.
Kedua, Belerang Oksida (SOx), khususnya belarang dioksida (SO2) dan belerang trioksida
(SO3) adalah senyawa gas berbau tidak sedap yang banyak ditemui pada kawasan industry
yang menggunakan batubara dan kokas sebagai bahan bakar sumber energi utama. Ketiga,
bahan partikulat, dapat berasal dari asap (terutama hasil pembakaran kayu, sampah, batubara,
kokas) dan dapat pula ebrupa partikel-partikel debu halus dan agak kasar yang berasal dari
berbgai kegiatan alami manusia (Kovacks, 1992).
III. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. 4 pot tanaman
2. Plastik transparan (ukuran besar yang digunakan untuk membungkus pot tanaman
3. Selotip
4. Aseton 80 persen
5. FeS
6. NaCl
7. NaC2O2H
8. H2SO4 (pekat dan encer)
9. NaHSO3
10. HCl encer
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Mortar dan penumbuk
2. Corong dan kertas saring
3. Gelas piala
4. Erlenmeyer
5. Gelas ukur
6. Labu ukur
7. Spektrofotometer UV-Vis
8. Neraca
IV. CARA KERJA
Tahapan cara kerja dalam percobaan ini adalah :
1. 4 pot dengan tanaman cabe disiapkan dengan tinggi yang hampi smama.
2. Gas NOx pencemar dibuat dengan mereaksikan NaNO2
+ H2SO4 encer, dengan cara
yaitu menuangkan sedikit zat-zat di atas ke dalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan
beberapa milliliter masing-masing asamnya. Letakkan Erlenmeyer yang berisi zat
pencemar di samping pot tanaman. (Satu pot tanaman tidak diisi dengan zat pencemar,
tiga pot tanaman diisi dengan zat pencemar)
3. Ke empat pot tanaman dibungkus dengan plastik transparan sehingga tertutup sempurna.
4. Keempat pot tanaman diletakkan di dekat jendela agar mendapat sinar matahari.
5. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada masing-masing tanaman selama 1minggu.
6. Setelah pengamatan 1 minggu, beberapa helai daun tanaman diambil secara acak dari
masing-masing pot tanaman kemudian dipotong kecil-kecil.
7. Potongan daun ditimbang sebanyak 3 gram kemudian ditumbuk hingga halus, selanjutnya
ditambahkan dengan 5 mL aseton. Campuran ini disaring dan ditampung dalam labu ukur
10 mL. Ampas daun yang diperoleh ditumbuk dan ditambahkan dengan aseton. Hasil
filtratenya digabungkan dengan filtrat pertama. Encerkan ekstrak sampai tanda batas
dengan aseton.
8. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada pangang gelombang 652 nm,
dengan menggunakan aseton sebagai blanko.
Rumus Perhitungan
A x V
mg klorofil/g jaringan =
34,5 x W
dimana :
A= Absorbansi
V = volume larutan (10 mL)
W = berat daun yang ditumbuk
V.
PROSEDUR DAN PENGAMATAN
NO PROSEDUR
1
PENGAMATAN
Disiapkan 4 pot tanaman dengan 4 pohon cabe dalam pot yang
tinggi yang hamper sama (3 pot memiliki tinggi hamper sama
diisi zat mencemar dan 1 sebagai
kontrol)
2
3
Gas pencemar disiapkan sebagai Timbul warna coklat kemerahan dan
berikut :
menimbulkan bau tidak sedap cukup
NOx
menyengat.
: NaNO2 + H2SO4 encer
Tuangkan sedikit zat ke dalam
Timbul warna coklat kemerahan dan
Erlenmeyer, kemudian
menimbulkan bau tidak sedap cukup
ditambahkan beberapa mL asam
menyengat.
yang sesuai sampai semua zat
terlarut.
4
Bungkus
ketiga
pot
tanaman Uap atau gas dari gas pencemar NOx
tersebut dengan plastik hingga mulai terperangkap di mesofil daun
tertutup sempurna
5
Letakkan ketiga pot tanaman di Tanaman
dekat jendela
6
mendapatkan
sinar
matahari
Amati perubahan yang terjadi pada Pot kontrol masih berwarna hijau,
masing-masing pot tanaman
segar.
3 pot lainya menunjukan adanya
bintik-bintik pada daun
7
Setelah 1 minggu diambil
Daun tanaman control berwarna
beberapa helai daun dari masing-
hijau, sedangkan dari tanaman yang
masing pot tanaman
diberi gas pencemar terdapat bintikbintik
8
Daun dipotong-potong kecil-kecil Filtrat Tanaman kontrol berwarna
ditumbuk
dalam
mortar
dan hijau sedangkan dari tanaman yang
ditambahkan dengan 2 mL aseton
diberi gas pencemar berwarna hijau
keruh kecoklatan
9
10
Hasil tumbukan disaring
dan Filtrat
ditampung dalam labu ukur
terang
Bilas mortar dengan 1 mL aseton, Filtrate
dan saring. Filtratnya dimasukkan banyak
dalam labu ukur kembali. Bilas
ampas daun dengan aseton dan
saring.
Filtratnya
dimasukkan
kembali ke dalam labu ukur.
Encerkan dampai tanda batas
menjadi
yang
berwarna
lebih
didapatkan
lebih
12
Ukur absorbansi pada pannjang Didapatkan nilai absorbansi
gelombang
652
menggunakan
nm
aseton
dengan Blanko = 0,3513
sebagai Pot 2 = 0,3215
blanko
Pot 3 = 0,2991
Pot 4 = 0,2718
13
Hitung kandungan klorofil dalam Kandungan Klorofil
daun dengan menggunakan rumus Kontrol : 125,16 mg/g
sebagai berikut :
Pot 2 = 124,23 mg/g
Pot 3 = 124,94 mg/g
AxV
Pot 4 = 124,603 mg/g
mg klorofil/g jaringan =
34,5 x W
Dimana :
A= Absorbansi
V = volume larutan (10 mL)
W = berat daun yang ditumbuk
Sampel Data gas NOx pada Tanaman Cabe
Sampel
Jumlah Daun
Berat Daun( gram )
Absorbansi
Blanko ( pot 1 )
29
1,5099
0,3513
Pot 2
52
1,5213
0,3215
Pot 3
38
1,5126
0,2991
Pot 4
43
1,5167
0,2718
Sampel Data gas SO2 pada Tanaman Tomat
Sampel
Jumlah Daun
Berat Daun( gram )
Absorbansi
Blanko ( pot 1 )
47
1,5028
0,2571
Pot 2
38
1,5071
0,1965
Pot 3
41
1,5101
0,1532
Pot 4
33
1,5094
0,1687
Sampel Data gas CO pada Tanaman Terong
VI.
Sampel
Jumlah Daun
Berat Daun( gram )
Absorbansi
Blanko ( pot 1 )
40
1,5152
0,5915
Pot 2
34
1,5108
0,4455
Pot 3
38
1,5085
0,4530
Pot 4
32
1,5047
0,3653
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan analisis pengarus gas pencemar terhadap klorofil
daun. Pada percobaan ini, digunakan gas pencemar NOx dan 4 tanaman cabe yang digunakan
dimana 1 tanaman sebagai control dan 3 lainnya untuk pengulangan. Dari pengamatan yang
didapatkan dari percobaan yakni pada saat membuat gas Timbul warna coklat kemerahan dan
menimbulkan bau tidak sedap cukup menyengat yang menandakan sudah terbentuknya gas
NOx. Adapun reaksi pembentukannya yakni :
NaNO2 + H2SO4  NaSO4 + NOx
Tanaman diberi pengaruh gas NOx kecuali pada blanko. Kemudian tanaman dibungkus
dengan plastik transaparan dan ditaruh didekat jendela agar tanaman tetap mendapat sinar
matahari dan melakukan proses fotosintesis dan kemudian Tanaman didiamkan selama 1
minggu Pengamatan pada perubahan tanaman juga terlihat pada pot 2,3,4 yang sebelumya
diberi pengaruh gas NOx yakni adanya bintik-bintik pada daun. Sedangkan tanaman blanko
masih memiliki daun hijau segar. Hal ini dikarenakan blanko tidak tercemar oleh gas NOx.
Menurut literature Beberapa polutan sekunder diketahui bersifat sangat merusak tanaman.
Percobaan dengan cara pengasapan tanam-tanaman dengan NO2 menunjukkan terjadinya
bintik- bintik pada daun jika digunakan konsentrasi 1.0 ppm, sedangkan dengan konsrntrasi
yang lebih tinggi (3.5 ppm atau lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan pada tenunan daun.
Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi pada sampel daun yang sudah diekstraksi
sebelumnya untuk mengetahui kadar klorofilnya dan pengaruh gas pencemar dengan
spektrofotometri uv vis pada panjang gelombang 52 nm.
Didapatkan data sebagai berikut :
Sampel
Jumlah Daun
Berat Daun( gram )
Absorbansi
Blanko ( pot 1 )
29
1,5099
0,3513
Pot 2
52
1,5213
0,3215
Pot 3
38
1,5126
0,2991
Pot 4
43
1,5167
0,2718
Sampel
Konsentrasi ( mg/ml)
Blanko
125,16
Pot 2
124,23
Pot 3
124,94
Pot 4
124,603
Berdasarkan data tersebut, blanko memiliki nilai absorbansi paling tinggi, yang menunjukan
bahwa konsentrasi klrofilnya paling banyak terkandung daripada tanaman yang lain. Jadi
hubungan antara konsentrasi dan absorbansi yakni berbanding lurus. Semakin tinggi
konsentrasi maka absorbansi besar. Akan tetapi pada hasil pengamatan diatas, bukan hanya
absorbansi yang mempengaruhi besarnya konsentrasi, jumlah daun dan berat daun juga
menjadi faktor penentuan kadar klorofil pada daun. Pada tanaman blanko tentunya memiliki
konsentrasi klorofil paling banyak, karena klorofil daun tidak terganggu oleh gas pencemar.
Selain gas NOx sebagai pencemar ada pula gas CO dan SO2. Adapun data yang didapat dari
kelompok lain pada uji gas pencemar tersebut yakni
Sampel Data gas SO2 pada Tanaman Tomat
Sampel
Jumlah Daun
Berat Daun( gram )
Absorbansi
Blanko ( pot 1 )
47
1,5028
0,2571
Pot 2
38
1,5071
0,1965
Pot 3
41
1,5101
0,1532
Pot 4
33
1,5094
0,1687
Sampel Data gas CO pada Tanaman Terong
Sampel
Jumlah Daun
Berat Daun( gram )
Absorbansi
Blanko ( pot 1 )
40
1,5152
0,5915
Pot 2
34
1,5108
0,4455
Pot 3
38
1,5085
0,4530
Pot 4
32
1,5047
0,3653
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan 2 komponen gas yang tidak berwarna,
yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) , dan keduanya disebut sebagai belerang
oksida (Sox). Sama halnya dengan gas yang lain, kerusakan tanaman oleh SOx dipengaruhi
oleh dua factor yaitu konsentrasi SOx dan waktu kontak. Kerusakan tiba-tiba (akut ) terjadi
jika kontak dengan SOx pada konsentrasi tinggi terjadi dalam waktu tidak lama, dengan gejala
beberapa bagian daun menjadi kering dan mati dan biasanya warnanya memucat. Kontak
dengan SOx pada konsentrasi rendah dalam waktu lama menyebabkan kerusakan kronis,
ditandai dengan menguningnya warna daun karena terhambatnya mekanisme pembentukan
klorofil.
Kerusakan akut pada tanaman disebabkan kemampuan tanaman untuk mengubah belerang
dioksida yang diabsorpsi menjadi asam sulfat kemudian menjadi sulfat. Garam- garam
tersebut terkumpul pada ujung atau tepi daun. Sulfat yang terbentuk pada daun berkumpul
dengan sulfat yang diabsorpsi melalui akar, dan jika akumulasi pencemar udara cukup tinggi,
terjadi gejala kronis yang ditandai dengan gugurnya daun. Dengan demikian, klorosis atau
nekrosis akan terletak pada jaringan antar tulang daun terutama bagian pucuk atau pinggir
daun. Pengaruh SO2 terhadap pigmen fotosintesis sangat besar. Kerusakan klorofil terjadi
pada lichenes setelah diberi pemaparan dosis SO2 5 ppm selama 24 jam. Pada konsentrasi
tinggi ini, molekul klorofil terdegradasi menjadi phaeophitin dan Mg2+. Pada proses ini
molekul Mg2+ dalam molekul kolrofil diganti oleh dua atom hydrogen yang berakibat
perubahannya kerakteristik spektrum cahaya dari molekul klorofil. Oleh karena itu,
kandungan klorofil sering dijadikan indikator terhadap pencemaran udara (khususnya SO2).
Pada lichenes yang sensitif, pemaparan kronis dengan konsentrasi SO2 rendah (0.01 ppm)
menyebabkan hilangnya klorofil. Gas-gas pencemar menyebabkan terganggunya sel-sel
misofil diikuti oleh stomata permukaan bawah yang berhubungan dengan jaingan episermis.
VII.
SIMPULAN
1. Gas gas pencemar yang dapat merusak klorofil daun yakni NOx, CO, SO2 dan H2S
2. Gas-gas pencemar dapat didapatkan didalam labolatorium dengan mereaksikan zat-zat
senyawa kimia tertentu sehingga didapat gas yang diinginkan
3. Kandunga klorofil yang didapat pada percobaan kelompok 1 secara berurut yakni 125,16
mg/g; 124,23 mg/g; 124,94 mg/g; 124;603 mg/g
4. Semakin banyak zat pencemar maka semakin banyak klorofil yang rusak
5. Faktor yang mempengaruhi kadar klorofil dalam percobaan ini yakni adanya gas
pencemar, jumlah daun dan berat daun serta sinar matahari yang digunakan
VIII.
LAMPIRAN
Perhitungan mg klorofil/ g jaringan
1. Blanko
𝐴𝑋𝑉
mg klorofil/ g jaringan = 34,5 𝑋 𝑊
652 𝑋 10
= 34,5 𝑋 1,5099
6520
= 52,092
125,16 mg/g
2. Pot 2
mg klorofil/ g jaringan =
652 𝑋 10
= 34,5 𝑋 1,5213
6520
= 52,485
124,23mg/g
𝐴𝑋𝑉
34,5 𝑋 𝑊
3. Pot 3
𝐴𝑋𝑉
mg klorofil/ g jaringan = 34,5 𝑋 𝑊
652 𝑋 10
= 34,5 𝑋 1,5126
6520
= 52,185
124,94 mg/g
4. Pot 4
𝐴𝑋𝑉
mg klorofil/ g jaringan = 34,5 𝑋 𝑊
652 𝑋 10
= 34,5 𝑋 1,5167
6520
= 52,326
124,603 mg/g
DAFTAR PUSTAKA
BAPEDAL.1999. Catatan Kursus Pengelolaan Kualitas Udara. Jakarta : Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan.
Campbell, N.A., Jane, B.R., Lisa, A.U., Michael, L.C., Stevan, A.W., Peter, V.M. and
Robert, B.J. 2012.Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Eddy Soekendarsih. 2014. Jurnal Alam Dan Lingkungan. UNHAS : Jurusan Biologi,
Volume 4, No.7
Kovacs, M. 1992. Indicators in Environmental Protection. New York : Ellis Horwood
and Massachusetts. Toronto-London.
Mutaqin. A.Z., Ruly, B., Tia, S., Mohamad, N., dan Radewi, S. F.2016. Studi Anatomi
Daun Mangga (Mangifera indica) Berdasarkan Perbedaan Lingkungan. Jurnal
Bipdjati. 1(1), 13-18
Rachmawati.2006. Uji Pencemaran Udara oleh Partikulat Debu di Sekitar Terminal
Lebak Bulus Berdasarkan Bioindikator Stomata pada Tanaman Glodokan
(Polyalthia Longifolia). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
(online): http://Rachmawati-fst.pdf.diakses tanggal 31 10 2020.
Siregar, Edy. B. M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman Dan Pengaruhnya Pada
Manusia. Universitas Sumatera Utara : Fakultas Pertanian
Download