beberapa pokok pikiran untuk Kolaborasi Organisasi Profesi Guru Ali Formen Email: [email protected] Tlp. 08126445494 Presentasi hari ini • Pelajaran dari COVID-19 • Tantangan kita • Agenda bersama Dua wajah pandemi: #kesenjangan “COVID-19: kaca pembesar kesenjangan” (UNDP, 2020) “…selama periode ini, anak-anak dan siswa terpaksa mengandalkan sumber daya mereka sendiri untuk terus belajar dari jarak jauh melalui Internet, televisi atau radio. Guru juga harus beradaptasi dengan konsep pedagogis dan mode pembelajaran baru, yang untuk itu mungkin mereka belum pernah dilatih” (OECD, 2020, p. 4). https://www.nytimes.com/2020/09/05/world/asia/coronavirus -indonesia-school-remote-learning.html Dua wajah pandemi: #efek transformatif “…is a portal, a gateway between one world and the next” “sejarah mengajarkan, pandemi telah memaksa umat manusia melepaskan diri dari masa lalu sekaligus menera ulang dunia mereka. [COVID-19) ini juga tiada beda. Ia adalah sebuah portal, pintu gerbang antara satu dunia ke dunia berikutnya. Kita dapat memilih untuk berjalan melewatinya, menyeret bangkai prasangka dan kebencian kita, keserakahan kita, bank data dan ide-ide kita yang sudah mati, sungai mati kita dan langit berasap di belakang kita. Atau kita bisa berjalan dengan ringan, dengan barang bawaan kecil, siap membayangkan dunia lain. Dan siap untuk memperjuangkannya—Arundhati Roy 2020 Tantangan kita: pendidikan pasca COVID-19 Pasca-COVID menawarkan banyak kesempatan untuk “membangun lebih baik” (build back better)” “penyesuaian model ujian high-stakes…penyederhanan kurikulum…pengembangan sistem data yang efektif…investasi untuk ketahanan jangka panjang sistem, sekolah dan siswa”—World Bank, 2020, The COVID-19 pandemic: Shocks to education and policy responses, pp. 33-34. Pendidikan pasca COVID-19: peran/sumbangan organisasi guru? COVID-19 mendefinisikan ulang siswa, guru, belajar, sekolah…kita segera akan menghadapi citra dan gagasan baru tentang siswa, guru, belajar dan sekolah “Sistem pendidikan…perlu segera dikalibrasi lagi, ia nyata-nyata sudah ketinggalan zaman. Banyak yang memanfaatkan kesempatan untuk memodernisasi sistem mereka selama abad ke-21 - menata ulang pembelajaran untuk membekali anak-anak dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi pembelajar yang produktif dan seumur hidup…. Kita dapat — dan harus — mereformasi sistem pendidikan kita dan menata ulang pembelajaran untuk membekali semua pelajar dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk masa depan—John Goodwin, 2020, World Economic Forum. Pendidikan pasca COVID-19: peran/sumbangan organisasi guru? ”…guru kunjung itu awalnya ide COVID-19 mengingatkan kembali tentang pentingnya pengakuan, penghargaan, kolaborasi, kemitraan, dan dialog—internal, eksternal. Respons pendidikan terhadap krisis COVID-19 telah menunjukkan kapasitas para pendidik untuk memanfaatkan pengetahuan profesional dan bersama-sama bertindak berdasarkan pikiran jernih dan kreativitas yang tidak dapat dicapai oleh otoritas publik hanya dengan mengandalkan perintah top-down….Ini merupakan pelajaran penting dari krisis ini dan seharusnya mengarahkan kita untuk memberikan otonomi dan kebebasan yang lebih besar kepada guru. Guru perlu lebih diakui dan lebih dihargai; mereka adalah pelaku penting dalam menentukan masa depan pendidikan—UNESCO. 2020. Education in a post-COVID world. p. 13 pribadi. Lalu mendapat dukungan penuh dari sekolah… Belakangan dinas pendidikan…menginstruksikan sekolah untuk melaksanakan guru kunjung” —kompas.com 02/05/2020 Isu bersama? • Pendidikan bermutu pasca-COVID dan prasyarat-prasyaratnya— menambal kekurangan akibat dampak pandemi dan menutup jarak (learning lags) dengan visi pendidikan. • Guru yang baik—profesionalisme, peran sosial guru— rekonseptualisasi “guru yang baik” yang ramah dengan situasi guru dan relevan dengan kebutuhan. • Integrasi dan transisi (teknologi) digital ke dalam pendidikan? Potensi dan prasyarat kolaborasi Posisi-reposisi dan relasi antar-(asosiasi) guru, guru-regulator Ada dua perspektif utama — dan berlawanan — tentang persatuan guru. Yang satu…menggambarkan mereka sebagai ”kepentingan khusus yang mengejar agenda kepentingan pribadi"; yang lain memandangnya sebagai "mencakup gerakan sosial yang mengadvokasi pendidikan publik". Seperti dicatat oleh sejumlah penulis, belakangan ini pandangan yang pertama tampaknya lebih menonjol: serikat guru acapkali digambarkan sebagai "tidak sah, tidak profesional, sederhana, dan egois". McCollow, 2017, Oxford Research Encyclopedia of Education, hlm.2, 11. Fact-sheet: OP – OP-Guru Renstra Kemdikbud 15-19 (OP 5); Renstra Kemdikbud 20-24 (OP Guru 4) Renstra GTK 15-19 (OP 1); Renstra GTK 15-19 (OP Guru 3) Agenda kolaborasi terdekat • Terdapat lebih dari 50 lebih asosiasi guru di Indonesia; 396 di dunia pada 2016 (McCollow, 2017), dengan karakteristik masing-masing • Sebuah konsorsium (antar asosiasi guru-Pemerintah) barangkali diperlukan sebagai wadah kolaborasi dan koordinasi—pikiran dan tindakan. • Konsorsium dapat membicarakan hal-hal terkait, misalnya tapi tidak terbatas pada, persoalan kolektif pendidikan dan guru—Renstra GTK, revisi UU 14/2005. • Konsorsium dapat menjadi wadah untuk menepis sentimen negatif atau sumbatan komunikasi yang mungkin ada antar organisasi dan/atau pemerintah. • Konsorsium dapat menjadi wadah bagi identifikasi kebutuhan kontekstual guru dan dokumentasi praktik baik keguruan dan menjadi hub of open innovation. • Konsorsium secara spesifik dapat menjadi wadah bagi atau tempat merumuskan kaderisasi-rekrutmen guru dari bawah dan TCPD pada umumnya. Terima Kasih