Tingkat Motivasi Mahasiswa S-1 Keperawatan Dalam Melanjutkan Pendidikan Profesi Ners Di Stikes Muhammadiyah Lhokseumawe Arif Muammar1 , Yudi Akbar2, Hayatun Thahirah 3 1 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe 3 Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe *Korespondence : [email protected] 2 Abstrak Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kesehatan yang profesional yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah dalam bidang kesehatan mampu bekerja dengan penuh daya guna dan rasa tanggung jawab serta pengabdian dengan tulus dan ikhlas kepada negara dalam melaksanakan bidang keahlian masing-masing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi mahasiswa S-1 keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengukur tingkat motivasi mahasiswa S-1 Keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi S-1 Keperawatan di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe yang berjumlah 66 orang yang terdiri dari 2 kelas yang masing-masing berjumlah 33 dan 33 orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian tingkat motivasi mahasiswa S-1 keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe sebagian besar tinggi sebanyak 52 orang (78,8%), sedang 13 orang (19,7%), dan rendah 1 orang (1,5%). Kesimpulan tingkat motivasi mahasiswa S-1 keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe berada dalam kategori tinggi. Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas wawasan tentang metode penelitian khususnya tentang tingkat motivasi mahasiswa S-1 Keperawatan melanjutkan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe dan sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan peneliti. Kata Kunci : Tingkat motivasi, Pendidikan ners Abstract Health education aims to prepare professional health workers who have knowledge, skills and scientific attitudes in the health sector who are able to work efficiently and with a sense of responsibility and sincere and sincere devotion to the state in carrying out their respective fields of expertise.The purpose of this study was to determine the level of motivation of undergraduate nursing students in continuing their professional education at STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. This research uses descriptive research which aims to measure the level of motivation of undergraduate nursing students in continuing their professional education at STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. The population in this study were students and undergraduate students of Nursing at STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe, totaling 66 people consisting of 2 classes, respectively 33 and 33 people. In this study, researchers used a total sampling technique. The results of the research on the level of motivation of undergraduate nursing students in continuing their professional education at STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe were mostly high as many as 52 people (78.8%), moderate 13 people (19.7%), and low 1 person (1.5%) ). The conclusion is that the level of motivation of undergraduate nursing students in continuing their professional education at STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe is in the high category. This research can be an additional knowledge in broadening insights about research methods, especially regarding the level of motivation of Undergraduate Nursing students to continue the Nurse profession at STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe and as information for further researchers relevant to researchers. Keywords : Motivation Level, Nurse Education PENDAHULUAN Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kesehatan yang profesional yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah dalam bidang kesehatan mampu bekerja dengan penuh daya guna dan rasa tanggung jawab serta pengabdian dengan tulus dan ikhlas kepada negara dalam melaksanakan bidang keahlian masing-masing. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 32 ayat 4 dinyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan dan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai ahli dan kewanangan (Alimul, 2012). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah perawat di seluruh dunia ada 19,3 juta perawat. Sedangkan di Indonesia jumlah perawat di rumah sakit terdapat 147.264 orang perawat (45,65 %) dari seluruh jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit. Secara nasional, rasio perawat adalah 87,65 per 100.000 penduduk. Hal ini masih jauh dari target 2019 yaitu 180 per 100.000 penduduk (Rizky, 2018). Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia menjelaskan bahwa sedikitnya 28 ribu lulusan perawat di Indonesia menganggur tiap tahunnya dan kondisi tersebut sudah berlangsung cukup lama. Terlihat dari lulusan perawat yang akhirnya menjadi tenaga honorer dengan gaji seadanya, serta ada yang bertahan menjadi pengangguran. Setiap tahun lulusan perawat baru mencapai 43.150 orang, sedangkan yang terserap dan mendapatkan pekerjaan hanya 15 ribu dengan jumlah maksimal sehingga 28 ribu lainnya memilih menjadi pengangguran (Faisal, 2017). Jumlah perawat di Indonesia pada 2019 mencapai 345.508 orang. Persebaran terbanyak terdapat di Pulau Jawa, yaitu 48.164 orang di Jawa Timur, 45.107 di Jawa Tengah, 35.747 di Jawa Barat, dan 26.950 di DKI Jakarta. Sementara, persebaran paling sedikit terdapat di Sulawesi Barat sebanyak 1550 orang, Kalimantan Utara sebanyak 1.587, dan Maluku Utara sebanyak 2.062, Aceh 10.923 keperawatan (Faisal, 2017). Berdasarkan data yang diperoleh dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lhokseumawe jumlah lulusan profesi Ners pertahun berkisar di 120 orang (STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe, 2020). Pendidikan keperawatan di Indonesia diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 yaitu tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia terdiri dari Pendidikan vokasional yaitu jenis pendidikan diploma yang sesuai dengan jenjangnya serta memiliki ilmu keperawatan yang dikui oleh pemerintah, jenis akademik yaitu pendidikan tinggi program sarjana atau paska sarjana yang yang diarahkan pada ilmu pengetahuan tertentu, dan jenis profesi merupakan pendidikan yang ditempuh setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik memiliki perkerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Sebagai profesi yang profesional, keperawatan perlu membuktikan melalui perilaku yang profesional juga. Untuk mencapai hal ini, maka perawat membutuhkan landasan keilmuan yang kuat, kemampuan profesionalisme dan kemampuan psikomotor yang baik terhadap pemberian asuhan keperawatan untuk klien. Sikap profesional mampu menarik simpati klien terhadap perawat yang akan berpengaruh kepada kesembuhan klien (Pramudita, 2016). Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk memiliki kemampuan interpersonal, intelektual, serta kemampuan moral dan tehnis yang dapat ditempuh melalui program profesi Ners. Adanya program Ners ini diharapkan perawat dapat menjadi agen perubahan dalam upaya partisipasi aktif menyukseskan program yang telah diselenggarakan pemerintah dan menjadikan perawat yang berwawasan luas mengenai profesi keperawatan (Pramudita, 2016). Program Ners ini merupakan rangkaian dari proses pembelajaran maka perlu adanya motivasi untuk mencapainya. Motivasi merupakan sebuah gaya penggerak yang berada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktifitas dalam mewujudkan tujuan tertentu (Uno, 2007). Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan pada diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dengan berusaha melakukan perubahan tingkah laku yang lebih baik.Motivasi melanjutkan Ners merupakan suatu dorangan pada individu untuk berusaha mewujudkan tujuan tertentu, salah satunya menjadi perawat professional. Motivasi melanjutkan Ners dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri.Faktor yang kedua yaitu faktor eksternal adalah segala bentuk pengaruh yang datang dari luar diri serta mempengaruhi motivasi seseorang (Slameto, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam melanjutkan Ners adalah minat. Minat merupakan faktor dari dalam diri mahasiswa yang berperan dalam timbulnya motivasi (Winkel, 2016). Apabila seorang siswa tidak mempunyai minat serta perhatian yang baik dalam mewujudkan motivasi maka siswa tersebut tidak akan mendapatkan motivasi yang diinginkan. Sebaliknya, jika siswa itu mempunyai minat yang besar maka siswa akan mendapat motivasi yang diinginkan. Penelitian yang dilakukan oleh Reni, dkk (2016) dengan hasil penelitian menggunakan Fishers ExactTest dan menunjukkan nilai p 0.000 (p<0.05). Kesimpulan penelitian terdapat hubungan antara motivasi mahasiswa dengan minat melanjutkan studi profesi ners di Program Studi Ilmu Keperawatan UNSRAT Manado. Penelitian yang dilakukan oleh Luthfan (2019) dengan hasil penelitian yang bermotivasi 64,3%, faktor psikologis yaitu yang ber keinginan 59,5%, faktor fisik yaitu kesehatan 54,8%, faktor keluarga yaitu dukungan keluarga 59,5%, faktor lingkungan yaitu dukungan lingkungan 50%. Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan lebih dari sebagian mahasiswa bermotivasi melanjutkan studi program Ners di universitas muhammadiyah surakarta. Dari keempat faktor yang mempengaruhi hanya lingkungan yang keadaanya tidak memberikan dampak berarti. Study pendahuluan dilakukan dengan metode wawancara kepada 10 orang mahasiswa semester 7 Keperawatan S1 di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe didapatkan hasil 8 orang mengatakan bermotivasi rendah karena mereka sudah merasa lelah, bosan, dan ingin segera bekerja. Kedelapan mahasiswa ini juga berpersepsi bahwa melanjutkan Ners akan membuat mereka bertambah lelah, menghabiskan banyak waktu, serta repot karena harus pindahpindah rumah sakit. Dua orang mempunyai motivasi yang tinggi karena mereka berpendapat bahwa melanjutkan Ners akan membuat mudah dalam menentukan pilihan bekerja atau melanjutkan sekolah. Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang “Tingkat Motivasi Mahasiswa S-1 Keperawatan Dalam Melanjutkan Pendidikan Profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe”. METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengukur tingkat motivasi mahasiswa S-1 Keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. Menurut Polit dan Beck (2015) Penelitian ini ditekankan pada penggambaran secara objektif tentang kedaan yang sebenarnya dari objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini digambarkan tentang tingkat motivasi mahasiswa S-1 Keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. HASIL Karakteristik responden di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe didapatkan karakteristik responden sebagian besar berumur 17-25 tahun sebanyak 64 orang (97%), responden masing-masing sama banyak dari masing-masing kelas yaitu kelas VIII-A dan VIII-B sebanyak 33 orang (50%), sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 orang (59,1%), sebagian besar orang tua responden berprofesi sebagai PNS yaitu sebanyak 22 responden (33,3%), sebagian besar responden bersuku Aceh sebanyak 45 responden (68,2%) dan sebagian besar responden mempunyai penghasilan keluarga sebesar > 3.165.031 sebanyak 40 orang (60,6%). Tingkat motivasi mahasiswa S-1 keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe sebagian besar tinggi sebanyak 52 orang (78,8%), sedang 13 orang (19,7%), dan rendah 1 orang (1,5%). PEMBAHASAN Karakteristik responden di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe didapatkan karakteristik responden sebagian besar berumur 17-25 tahun sebanyak 64 orang (97%), sebagaimana diketahui umur 17-25 tahun merupakan masa remaja akhir. Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan idenya (Zainakhan, 2014). Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalahmasalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia) lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial (Slameto, 2014). Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 orang (59,1%). Peranan perempuan dalam pembangunan terus menerus didorong dalam segala aspek kehidupan. Perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan sehingga semakin banyak perempuan yang memiliki pendidikan yang baik. Lapangan pekerjaan juga banyak tersedia bagi perempuan. Perempuan yang dimasa lajangnya sudah bekerja nampaknya akan terus bekerja berbagai motivasi dan alasan seperti kebutuhan aktualisasi diri dan perlunya membantu ekonomi rumah tangga. Sebagian perempuan menyatakan persamaan hak sebagai alasan mengapa mereka bekerja. Dalam kerangka emansipasi perempuan, sebagian perempuan yang bekerja menganggap bahwa peranan mereka dalam pembangunan bangsa dan negara tidaklah optimal kalau hanya sebagai ibu rumah. Secara umum alasan perempuan bekerja adalah untuk membantu ekonomi keluarga. Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga (Dadang, 2016). Sebagian besar orang tua responden berprofesi sebagai PNS yaitu sebanyak 22 responden (33,3%) sebagaimana diketahui penghasilan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan penghasilan yang tetap ada setiap bulan sehingga dapat merencanakan sesuatu sesuai dengan rencana yang telah tersusun sebelumnya (Dadang, 2016). Sebagian besar responden bersuku Aceh sebanyak 45 responden (68,2%) sebagaimana diketahui secara historis hubungan matrilokal antara perempuan dan rumah telah memberdayakan perempuan dengan menempatkan mereka di pusat keluarga dan masyarakat. Namun, jika diinterpretasikan dalam konteks norma gender ibuisme negara yang bersifat membatasi, budaya matrilokal bisa memperkuat pandangan bahwa rumah adalah satu-satunya tempat yang “layak” atau “dapat diterima” bagi perempuan (Badruzzaman, 2015). Sebagian besar responden mempunyai penghasilan keluarga sebesar > 3.165.031 sebanyak 40 orang (60,6%) sebagaimana diketahui dengan penghasilan tersebut dapat merencanakan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam pendidikan keperawatan (Dadang, 2016). Tingkat motivasi mahasiswa S-1 keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe sebagian besar tinggi sebanyak 52 orang (78,8%), sedang 13 orang (19,7%), dan rendah 1 orang (1,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Reni, dkk (2016) dengan judul “Motivasi Mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Dengan Minat Melanjutkan Studi Profesi Ners di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado” yang mendapatkan hasil motivasi dalam melanjutkan profesi ners berada dalam kategori tinggi. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan pada diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dengan berusaha melakukan perubahan tingkah laku yang lebih baik. Motivasi melanjutkan Ners merupakan suatu dorongan pada individu untuk berusaha mewujudkan tujuan tertentu, salah satunya menjadi perawat professional (Slameto, 2010). Motivasi melanjutkan Ners dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor yang kedua yaitu faktor eksternal adalah segala bentuk pengaruh yang datang dari luar diri serta mempengaruhi motivasi seseorang (Slameto, 2010). Motivasi adalah kekuatan kecenderungan seorang individu melibatkan diri dalam kegiatan yang berarahkan sasaran dalam mencapai tujuan. Ini bukan perasaan senang yang relatif terhadap hasil sebuah pencapaian sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia/rela melakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang, untuk menggerakkan atau mengunggah seseorang agar timbul keinginan dan kemaunnya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu (Suntoyo, 2013). Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan (Winkel, 2016). Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diasumsikan bahwa dengan adanya dukungan dari berbagai pihak maka diharapkan dapat meningkatkan motivasi para mahasiswa S-I Keperawatan untuk melanjutkan program pendidikan profesi Ners. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Luthfan (2019) dengan hasil penelitian yaitu mahasiswa dengan motivasi yang berada pada kategori tinggi lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa dengan tingkat motivasi yang rendah. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Reni (2016) yang menyatakan lebih banyak mahasiswa yang bermotivasi tinggi untuk melanjutkan pendidikan Ners. Hal senada juga ditemukan pada penelitian Arifah (2013) yang menyatakan bahwa motivasi mahasiswa S-1 Keperawatan berada pada kategori baik. Maka dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi antara lain yaitu adanya kemauan yang kuat untuk melanjutkan profesi Ners dari dalam diri mahasiswa itu sendiri. Alimul. (2012). Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto Arianto. (2013). Tinjauan Tentang Minat Belajar Siswa. Bandung : Remaja Rosdakarya Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Budiarto. (2014). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Dalyono. (2015). Psikologi Pendidikan. Jakarta :Rineka Cipta Dharma. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media Faisal. (2017). Puluhan Ribu Lulusan Perawat Nganggur Tiap Tahun. https://www.murianews.com/2017/03/24/1 10709/puluhan-ribu-lulusan-perawatnganggur-tiap-tahun.html Iskandar & Yuhansyah. (2018). Pengaruh Motivasi Dan Ketidaknyamanan Kerja Terhadap Penilaian Kerja Yang Berdampak Kepada Kepuasan Kerja. Surabaya : Media Sahabat Cendekia Kusnanto. (2013). Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC Lumenta. (2012). Peranan Promosi Dalam Meningkatkan Patient Safety. Depok : Remaja Rosdakarya KESIMPULAN Sebagian besar berumur 17-25 tahun sebanyak 64 orang (97%), responden masingmasing sama banyak dari masing-masing kelas yaitu kelas VIII-A dan VIII-B sebanyak 33 orang (50%), sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 orang (59,1%), sebagian besar orang tua responden berprofesi sebagai PNS yaitu sebanyak 22 responden (33,3%), sebagian besar responden berbudaya Aceh sebanyak 45 responden (68,2%) dan sebagian besar responden mempunyai penghasilan keluarga sebesar > 3.165.031 sebanyak 40 orang (60,6%). Luthfan. (2019). Gambaran Minat Mahasiswa S1 Keperawatan Program Transfer Melanjutkan Studi Ke Keperawatan Program Ners di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Program Studi S-1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2019. Mardapi. (2013). Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta. Nuha Medika Notoatmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta DAFTAR PUSTAKA Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Polit & Beck. (2015). Essential of Nursing Research : methods, apraisal, and utilization (Sixth Edition ed). Philadephia : Lippincot Williams & Wilkins Potter & Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC Pramudita. (2016). Hubungan Antara Minat dan Persepsi Terhadap Motivasi Melanjutkan Ners pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Karya Tulis Ilmiah Universitas Surakarta. Prihadjo, R. (2013). Konsep Dan Perspektif Praktik Keperawatan Profesional Edisi 2. Jakarta : EGC Purwanto. (2014). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pusdiknakes. (2013). Sistem pendidikan tinggi keperawatan. Jakarta : Depkes RI. Rizky. (2018). Hubungan Jumlah Tenaga Perawat Dengan Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates. Indonesian Journal of Hospital Administration Vol.1 No.1 | 38 Robert. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT. Salemba Emban Patria. 2002. Sanjaya. (2013). Strategi Pembelajaan Venlana Prenada. Jakarta : Media Grup Setiadi. (2016). Konsep dan penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta Slameto. (2014). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta Uno. (2007). Teori motivasi & pengukurannya analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Winkel. (2016). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo Wintherington. (2014). Psikologi Pendidikan Terjemahan. Jakarta : Remaja Rindu Jaya Zainakhan. (2014). Minat Belajar Bandung : Remaja Rosdakarya Siswa.