Uploaded by User72889

JURNAL ARIF MUAMMAR

advertisement
Tingkat Motivasi Mahasiswa S-1 Keperawatan Dalam
Melanjutkan Pendidikan Profesi Ners
Di Stikes Muhammadiyah Lhokseumawe
Arif Muammar1 , Yudi Akbar2, Hayatun Thahirah 3
1
Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
3
Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
*Korespondence : [email protected]
2
Abstrak
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kesehatan yang profesional yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah dalam bidang kesehatan mampu bekerja dengan penuh daya guna
dan rasa tanggung jawab serta pengabdian dengan tulus dan ikhlas kepada negara dalam melaksanakan bidang
keahlian masing-masing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi mahasiswa S-1
keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengukur tingkat motivasi mahasiswa S-1
Keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. Populasi
dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi S-1 Keperawatan di STIKes Muhammadiyah
Lhokseumawe yang berjumlah 66 orang yang terdiri dari 2 kelas yang masing-masing berjumlah 33 dan 33
orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian tingkat motivasi
mahasiswa S-1 keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi ners di STIKes Muhammadiyah
Lhokseumawe sebagian besar tinggi sebanyak 52 orang (78,8%), sedang 13 orang (19,7%), dan rendah 1 orang
(1,5%). Kesimpulan tingkat motivasi mahasiswa S-1 keperawatan dalam melanjutkan pendidikan profesi ners di
STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe berada dalam kategori tinggi. Penelitian ini dapat menjadi tambahan
ilmu pengetahuan dalam memperluas wawasan tentang metode penelitian khususnya tentang tingkat motivasi
mahasiswa S-1 Keperawatan melanjutkan profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe dan sebagai
informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan peneliti.
Kata Kunci
: Tingkat motivasi, Pendidikan ners
Abstract
Health education aims to prepare professional health workers who have knowledge, skills and scientific
attitudes in the health sector who are able to work efficiently and with a sense of responsibility and sincere and
sincere devotion to the state in carrying out their respective fields of expertise.The purpose of this study was to
determine the level of motivation of undergraduate nursing students in continuing their professional education
at STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. This research uses descriptive research which aims to measure the
level of motivation of undergraduate nursing students in continuing their professional education at STIKes
Muhammadiyah Lhokseumawe. The population in this study were students and undergraduate students of
Nursing at STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe, totaling 66 people consisting of 2 classes, respectively 33
and 33 people. In this study, researchers used a total sampling technique. The results of the research on the
level of motivation of undergraduate nursing students in continuing their professional education at STIKes
Muhammadiyah Lhokseumawe were mostly high as many as 52 people (78.8%), moderate 13 people (19.7%),
and low 1 person (1.5%) ). The conclusion is that the level of motivation of undergraduate nursing students in
continuing their professional education at STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe is in the high category. This
research can be an additional knowledge in broadening insights about research methods, especially regarding
the level of motivation of Undergraduate Nursing students to continue the Nurse profession at STIKes
Muhammadiyah Lhokseumawe and as information for further researchers relevant to researchers.
Keywords : Motivation Level, Nurse Education
PENDAHULUAN
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk
mempersiapkan
tenaga
kesehatan
yang
profesional
yang
memiliki
pengetahuan,
keterampilan dan sikap ilmiah dalam bidang
kesehatan mampu bekerja dengan penuh daya
guna dan rasa tanggung jawab serta pengabdian
dengan tulus dan ikhlas kepada negara dalam
melaksanakan bidang keahlian masing-masing.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan pasal
32 ayat 4
dinyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan dan
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau
ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai ahli dan
kewanangan (Alimul, 2012).
World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa jumlah perawat di seluruh
dunia ada 19,3 juta perawat. Sedangkan di
Indonesia jumlah perawat di rumah sakit terdapat
147.264 orang perawat (45,65 %) dari seluruh
jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit. Secara
nasional, rasio perawat adalah 87,65 per 100.000
penduduk. Hal ini masih jauh dari target 2019
yaitu 180 per 100.000 penduduk (Rizky, 2018).
Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan
Tenaga
Kerja
Indonesia
menjelaskan bahwa sedikitnya 28 ribu lulusan
perawat di Indonesia menganggur tiap tahunnya
dan kondisi tersebut sudah berlangsung cukup
lama. Terlihat dari lulusan perawat yang
akhirnya menjadi tenaga honorer dengan gaji
seadanya, serta ada yang bertahan menjadi
pengangguran. Setiap tahun lulusan perawat baru
mencapai 43.150 orang, sedangkan yang terserap
dan mendapatkan pekerjaan hanya 15 ribu
dengan jumlah maksimal sehingga 28 ribu
lainnya memilih menjadi pengangguran (Faisal,
2017).
Jumlah perawat di Indonesia pada 2019
mencapai 345.508 orang. Persebaran terbanyak
terdapat di Pulau Jawa, yaitu 48.164 orang di
Jawa Timur, 45.107 di Jawa Tengah, 35.747 di
Jawa Barat, dan 26.950 di DKI Jakarta.
Sementara, persebaran paling sedikit terdapat di
Sulawesi Barat sebanyak 1550 orang,
Kalimantan Utara sebanyak 1.587, dan Maluku
Utara sebanyak 2.062, Aceh 10.923 keperawatan
(Faisal, 2017).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Lhokseumawe jumlah lulusan profesi Ners
pertahun berkisar di 120 orang (STIKes
Muhammadiyah Lhokseumawe, 2020).
Pendidikan keperawatan di Indonesia
diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 yaitu tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan
keperawatan di Indonesia terdiri dari Pendidikan
vokasional yaitu jenis pendidikan diploma yang
sesuai dengan jenjangnya serta memiliki ilmu
keperawatan yang dikui oleh pemerintah, jenis
akademik yaitu pendidikan tinggi program
sarjana atau paska sarjana yang yang diarahkan
pada ilmu pengetahuan tertentu, dan jenis profesi
merupakan pendidikan yang ditempuh setelah
program sarjana yang mempersiapkan peserta
didik memiliki perkerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus. Sebagai profesi yang
profesional, keperawatan perlu membuktikan
melalui perilaku yang profesional juga. Untuk
mencapai hal ini, maka perawat membutuhkan
landasan keilmuan yang kuat, kemampuan
profesionalisme dan kemampuan psikomotor
yang baik terhadap pemberian asuhan
keperawatan untuk klien. Sikap profesional
mampu menarik simpati klien terhadap perawat
yang akan berpengaruh kepada kesembuhan
klien (Pramudita, 2016).
Keperawatan sebagai profesi dituntut
untuk memiliki kemampuan interpersonal,
intelektual, serta kemampuan moral dan tehnis
yang dapat ditempuh melalui program profesi
Ners. Adanya program Ners ini diharapkan
perawat dapat menjadi agen perubahan dalam
upaya partisipasi aktif menyukseskan program
yang telah diselenggarakan pemerintah dan
menjadikan perawat yang berwawasan luas
mengenai profesi keperawatan (Pramudita,
2016).
Program Ners ini merupakan rangkaian
dari proses pembelajaran maka perlu adanya
motivasi
untuk
mencapainya.
Motivasi
merupakan sebuah gaya penggerak yang berada
dalam diri seseorang untuk melakukan suatu
aktifitas dalam mewujudkan tujuan tertentu
(Uno, 2007).
Motivasi diartikan sebagai suatu
dorongan pada diri seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya dengan berusaha melakukan
perubahan tingkah laku yang lebih baik.Motivasi
melanjutkan Ners merupakan suatu dorangan
pada individu untuk berusaha mewujudkan
tujuan tertentu, salah satunya menjadi perawat
professional. Motivasi melanjutkan Ners
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
adalah faktor yang timbul dari dalam diri
individu itu sendiri.Faktor yang kedua yaitu
faktor eksternal adalah segala bentuk pengaruh
yang datang dari luar diri serta mempengaruhi
motivasi seseorang (Slameto, 2010).
Salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi mahasiswa dalam melanjutkan Ners
adalah minat. Minat merupakan faktor dari dalam
diri mahasiswa yang berperan dalam timbulnya
motivasi (Winkel, 2016). Apabila seorang siswa
tidak mempunyai minat serta perhatian yang baik
dalam mewujudkan motivasi maka siswa tersebut
tidak akan mendapatkan motivasi yang
diinginkan. Sebaliknya, jika siswa itu
mempunyai minat yang besar maka siswa akan
mendapat motivasi yang diinginkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Reni, dkk
(2016) dengan hasil penelitian menggunakan
Fishers ExactTest dan menunjukkan nilai p 0.000
(p<0.05). Kesimpulan penelitian terdapat
hubungan antara motivasi mahasiswa dengan
minat melanjutkan studi profesi ners di Program
Studi Ilmu Keperawatan UNSRAT Manado.
Penelitian yang dilakukan oleh Luthfan
(2019) dengan hasil penelitian yang bermotivasi
64,3%, faktor psikologis yaitu yang ber
keinginan 59,5%, faktor fisik yaitu kesehatan
54,8%, faktor keluarga yaitu dukungan keluarga
59,5%, faktor lingkungan yaitu dukungan
lingkungan 50%. Kesimpulan dari hasil
penelitian yang dilakukan didapatkan lebih dari
sebagian mahasiswa bermotivasi melanjutkan
studi
program
Ners
di
universitas
muhammadiyah surakarta. Dari keempat faktor
yang mempengaruhi hanya lingkungan yang
keadaanya tidak memberikan dampak berarti.
Study pendahuluan dilakukan dengan
metode wawancara kepada 10 orang mahasiswa
semester 7 Keperawatan S1 di STIKes
Muhammadiyah Lhokseumawe didapatkan hasil
8 orang mengatakan bermotivasi rendah karena
mereka sudah merasa lelah, bosan, dan ingin
segera bekerja. Kedelapan mahasiswa ini juga
berpersepsi bahwa melanjutkan Ners akan
membuat mereka bertambah lelah, menghabiskan
banyak waktu, serta repot karena harus pindahpindah rumah sakit. Dua orang mempunyai
motivasi yang tinggi karena mereka berpendapat
bahwa melanjutkan Ners akan membuat mudah
dalam menentukan pilihan bekerja atau
melanjutkan sekolah. Berdasarkan masalah
tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan
penelitian tentang “Tingkat Motivasi Mahasiswa
S-1
Keperawatan
Dalam
Melanjutkan
Pendidikan
Profesi
Ners
di
STIKes
Muhammadiyah Lhokseumawe”.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif
yang bertujuan untuk
mengukur tingkat motivasi mahasiswa S-1
Keperawatan dalam melanjutkan pendidikan
profesi Ners di STIKes Muhammadiyah
Lhokseumawe. Menurut Polit dan Beck (2015)
Penelitian ini ditekankan pada penggambaran
secara objektif tentang kedaan yang sebenarnya
dari objek yang akan diteliti. Dalam penelitian
ini digambarkan tentang tingkat motivasi
mahasiswa S-1 Keperawatan dalam melanjutkan
pendidikan
profesi
Ners
di
STIKes
Muhammadiyah Lhokseumawe.
HASIL
Karakteristik responden di STIKes
Muhammadiyah
Lhokseumawe
didapatkan
karakteristik responden sebagian besar berumur
17-25 tahun sebanyak 64 orang (97%),
responden masing-masing sama banyak dari
masing-masing kelas yaitu kelas VIII-A dan
VIII-B sebanyak 33 orang (50%), sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak
39 orang (59,1%), sebagian besar orang tua
responden berprofesi sebagai PNS yaitu
sebanyak 22 responden (33,3%), sebagian besar
responden bersuku Aceh sebanyak 45 responden
(68,2%) dan sebagian besar responden
mempunyai penghasilan keluarga sebesar >
3.165.031 sebanyak 40 orang (60,6%).
Tingkat motivasi mahasiswa S-1
keperawatan dalam melanjutkan pendidikan
profesi Ners di STIKes Muhammadiyah
Lhokseumawe sebagian besar tinggi sebanyak 52
orang (78,8%), sedang 13 orang (19,7%), dan
rendah 1 orang (1,5%).
PEMBAHASAN
Karakteristik responden di STIKes
Muhammadiyah
Lhokseumawe
didapatkan
karakteristik responden sebagian besar berumur
17-25 tahun sebanyak 64 orang (97%),
sebagaimana diketahui umur 17-25 tahun
merupakan masa remaja akhir.
Seorang remaja termotivasi untuk
memahami dunia karena perilaku adaptasi secara
biologis
mereka.
Remaja
secara
aktif
membangun dunia kognitif mereka, di mana
informasi yang didapatkan tidak langsung
diterima begitu saja ke dalam skema kognitif
mereka. Remaja telah mampu membedakan
antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting
dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
mengembangkan idenya (Zainakhan, 2014).
Seorang
remaja
tidak
saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan
diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara
berpikir mereka sehingga memunculkan suatu
ide baru. Kekuatan pemikiran remaja yang
sedang berkembang membuka cakrawala
kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran
mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih
abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai
berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun
rencana-rencana untuk memecahkan masalahmasalah dan menguji secara sistematis
pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis
(remaja sering berpikir tentang apa yang
mungkin. Mereka berpikir tentang ciri-ciri ideal
diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia) lebih
mampu menguji pemikiran diri sendiri,
pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain
pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung
menginterpretasikan dan memantau dunia sosial
(Slameto, 2014).
Sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan sebanyak 39 orang (59,1%).
Peranan perempuan dalam pembangunan terus
menerus didorong dalam segala aspek
kehidupan. Perempuan memiliki kesempatan
yang sama dalam bidang pendidikan sehingga
semakin banyak perempuan yang memiliki
pendidikan yang baik. Lapangan pekerjaan juga
banyak tersedia bagi perempuan. Perempuan
yang dimasa lajangnya sudah bekerja nampaknya
akan terus bekerja berbagai motivasi dan alasan
seperti kebutuhan aktualisasi diri dan perlunya
membantu ekonomi rumah tangga. Sebagian
perempuan menyatakan persamaan hak sebagai
alasan mengapa mereka bekerja. Dalam kerangka
emansipasi perempuan, sebagian perempuan
yang bekerja menganggap bahwa peranan
mereka dalam pembangunan bangsa dan negara
tidaklah optimal kalau hanya sebagai ibu rumah.
Secara umum alasan perempuan bekerja adalah
untuk membantu ekonomi keluarga. Keadaan
perekonomian yang semakin tidak menentu,
harga-harga kebutuhan pokok yang semakin
meningkat, pendapatan keluarga yang cenderung
tidak
meningkat
akan
berakibat
pada
terganggunya stabilitas perekonomian keluarga
(Dadang, 2016).
Sebagian besar orang tua responden
berprofesi sebagai PNS yaitu sebanyak 22
responden (33,3%) sebagaimana diketahui
penghasilan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)
merupakan penghasilan yang tetap ada setiap
bulan sehingga dapat merencanakan sesuatu
sesuai dengan rencana yang telah tersusun
sebelumnya (Dadang, 2016).
Sebagian besar responden bersuku Aceh
sebanyak 45 responden (68,2%) sebagaimana
diketahui secara historis hubungan matrilokal
antara
perempuan
dan
rumah
telah
memberdayakan
perempuan
dengan
menempatkan mereka di pusat keluarga dan
masyarakat. Namun, jika diinterpretasikan dalam
konteks norma gender ibuisme negara yang
bersifat membatasi, budaya matrilokal bisa
memperkuat pandangan bahwa rumah adalah
satu-satunya tempat yang “layak” atau “dapat
diterima” bagi perempuan (Badruzzaman, 2015).
Sebagian besar responden mempunyai
penghasilan keluarga sebesar > 3.165.031
sebanyak 40 orang (60,6%) sebagaimana
diketahui dengan penghasilan tersebut dapat
merencanakan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dalam pendidikan keperawatan (Dadang,
2016).
Tingkat motivasi mahasiswa S-1
keperawatan dalam melanjutkan pendidikan
profesi Ners di STIKes Muhammadiyah
Lhokseumawe sebagian besar tinggi sebanyak 52
orang (78,8%), sedang 13 orang (19,7%), dan
rendah 1 orang (1,5%).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Reni, dkk (2016) dengan judul
“Motivasi
Mahasiswa
Program
Sarjana
Keperawatan Dengan Minat Melanjutkan Studi
Profesi Ners di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Sam Ratulangi Manado” yang
mendapatkan hasil motivasi dalam melanjutkan
profesi ners berada dalam kategori tinggi.
Motivasi diartikan sebagai suatu
dorongan pada diri seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya dengan berusaha melakukan
perubahan tingkah laku yang lebih baik. Motivasi
melanjutkan Ners merupakan suatu dorongan
pada individu untuk berusaha mewujudkan
tujuan tertentu, salah satunya menjadi perawat
professional (Slameto, 2010).
Motivasi melanjutkan Ners dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal adalah faktor
yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri.
Faktor yang kedua yaitu faktor eksternal adalah
segala bentuk pengaruh yang datang dari luar diri
serta
mempengaruhi
motivasi
seseorang
(Slameto, 2010).
Motivasi adalah kekuatan kecenderungan
seorang individu melibatkan diri dalam kegiatan
yang berarahkan sasaran dalam mencapai tujuan.
Ini bukan perasaan senang yang relatif terhadap
hasil sebuah pencapaian sebagaimana halnya
kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan
sedia/rela melakukan untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai oleh seseorang, untuk
menggerakkan atau mengunggah seseorang agar
timbul keinginan dan kemaunnya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu (Suntoyo,
2013).
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis didalam siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar itu demi mencapai
suatu tujuan (Winkel, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat
diasumsikan bahwa dengan adanya dukungan
dari berbagai pihak maka diharapkan dapat
meningkatkan motivasi para mahasiswa S-I
Keperawatan untuk melanjutkan program
pendidikan profesi Ners. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Luthfan (2019)
dengan hasil penelitian yaitu mahasiswa dengan
motivasi yang berada pada kategori tinggi lebih
banyak dibandingkan dengan mahasiswa dengan
tingkat motivasi yang rendah. Hal tersebut juga
sejalan dengan penelitian Reni (2016) yang
menyatakan lebih banyak mahasiswa yang
bermotivasi tinggi untuk melanjutkan pendidikan
Ners. Hal senada juga ditemukan pada penelitian
Arifah (2013) yang menyatakan bahwa motivasi
mahasiswa S-1 Keperawatan berada pada
kategori baik. Maka dari hasil penelitian ini
dapat dilihat bahwa faktor yang mempengaruhi
motivasi antara lain yaitu adanya kemauan yang
kuat untuk melanjutkan profesi Ners dari dalam
diri mahasiswa itu sendiri.
Alimul.
(2012).
Pengantar
Pendidikan
Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto
Arianto. (2013). Tinjauan Tentang Minat Belajar
Siswa. Bandung : Remaja Rosdakarya
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta
Budiarto. (2014). Biostatistik Untuk Kedokteran
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Dalyono. (2015). Psikologi Pendidikan. Jakarta
:Rineka Cipta
Dharma.
(2015).
Metodologi
Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Faisal. (2017). Puluhan Ribu Lulusan Perawat
Nganggur
Tiap
Tahun.
https://www.murianews.com/2017/03/24/1
10709/puluhan-ribu-lulusan-perawatnganggur-tiap-tahun.html
Iskandar & Yuhansyah. (2018). Pengaruh
Motivasi Dan Ketidaknyamanan Kerja
Terhadap
Penilaian
Kerja
Yang
Berdampak Kepada Kepuasan Kerja.
Surabaya : Media Sahabat Cendekia
Kusnanto. (2013). Profesi dan Praktek
Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Lumenta. (2012). Peranan Promosi Dalam
Meningkatkan Patient Safety. Depok :
Remaja Rosdakarya
KESIMPULAN
Sebagian besar berumur 17-25 tahun
sebanyak 64 orang (97%), responden masingmasing sama banyak dari masing-masing kelas
yaitu kelas VIII-A dan VIII-B sebanyak 33 orang
(50%), sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan sebanyak 39 orang (59,1%),
sebagian besar orang tua responden berprofesi
sebagai PNS yaitu sebanyak 22 responden
(33,3%), sebagian besar responden berbudaya
Aceh sebanyak 45 responden (68,2%) dan
sebagian
besar
responden
mempunyai
penghasilan keluarga sebesar > 3.165.031
sebanyak 40 orang (60,6%).
Luthfan. (2019). Gambaran Minat Mahasiswa S1 Keperawatan Program Transfer
Melanjutkan Studi Ke Keperawatan
Program
Ners
di
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Program Studi
S-1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2019.
Mardapi. (2013). Pengukuran, Penilaian, dan
Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta. Nuha
Medika
Notoatmodjo (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Polit & Beck. (2015). Essential of Nursing
Research : methods, apraisal, and
utilization (Sixth Edition ed). Philadephia :
Lippincot Williams & Wilkins
Potter & Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC
Pramudita. (2016). Hubungan Antara Minat dan
Persepsi Terhadap Motivasi Melanjutkan
Ners pada Mahasiswa Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Karya Tulis Ilmiah Universitas Surakarta.
Prihadjo, R. (2013). Konsep Dan Perspektif
Praktik Keperawatan Profesional Edisi 2.
Jakarta : EGC
Purwanto. (2014). Psikologi Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Pusdiknakes. (2013). Sistem pendidikan tinggi
keperawatan. Jakarta : Depkes RI.
Rizky. (2018). Hubungan Jumlah Tenaga
Perawat Dengan Beban Kerja Perawat
Pelaksana di Ruang Rawat Inap Kelas III
RSUD Wates. Indonesian Journal of
Hospital Administration Vol.1 No.1 | 38
Robert. (2012). Manajemen sumber daya
manusia. Jakarta: PT. Salemba Emban
Patria. 2002.
Sanjaya. (2013). Strategi Pembelajaan Venlana
Prenada. Jakarta : Media Grup
Setiadi. (2016). Konsep dan penulisan Riset
Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta
Slameto. (2014). Belajar dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta
Uno. (2007). Teori motivasi & pengukurannya
analisis di bidang pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Winkel. (2016). Psikologi Pengajaran. Jakarta :
Grasindo
Wintherington. (2014). Psikologi Pendidikan
Terjemahan. Jakarta : Remaja Rindu Jaya
Zainakhan. (2014). Minat Belajar
Bandung : Remaja Rosdakarya
Siswa.
Download