BAHAN GALIAN INDUSTRI KAOLIN TUGAS MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahan Galian Industri pada Semester II tahun Akademik 2017-2018 Oleh Renaldy 122.15.018 JURUSAN EKSPLORASI TAMBANG INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG KOTA DELTAMAS 2018 vii ABSTRAK Makalah ini yang berjudul “Bahan Galian Industri Kaolin” ditulis untuk mengetahui potensi bahan galian kaolin di Indonesia, mengetahui proses pengolahan bahan galian kaolin, serta mengetahui pemanfaatan kaolin dalam bidang industri. Indonesia mempunyai cadangan kaolin yang besar. Namun sampai saat ini untuk kebutuhan dalam negeri masih impor. Indonesia sudah mengekspor kaolin tetapi dalam bentuk raw material. Kondisi ini merupakan kerugian mematikan industri dalam negri. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri mengenai nilai tambah tambang mineral, bahan tambang yang belum diolah tidak bisa diekspor ke luar negeri. Untuk menjembatani hal tersebut, Geoteknologi-LIPI telah melakukan penelitian bahan tambang mineral bukan logam seperti identifikasi, karakterisasi dan pengolahan kaolin. Pengolahan kaolin adalah untuk membuang mineral pengganggu, seperti oksida besi, pasir kuarsa, oksida titanium dan mika. Dalam penelitian disini akan dilakukan pengolahan kaolin untuk menghilangkan kadar kuarsa. Pengotor kaolin terutama kuarsa mempunyai komposisi SiO2 dan berukuran hampir sama dengan kaolin sehingga proses pemurnian dengan menggunakan pengayakan kurang efektif (Murray, 2000) maka dicoba dengan metoda pelarutan HF dengan konsentrasi dan waktu kontak yang terkontrol agar tidak merusak kristal kaolin. Kata kunci: Pengolahan kaolin di Indonesia. vii PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmatnya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bahan Galian Industri Kaolin” dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahan Galian Industri, tujuan penulisan ini untuk mengetahui potensi bahan galian pasir besi, proses pengolahan bahan galian pasir besi, serta pemanfaatan bahan galian pasir besi. Makalah ini baik digunakan sebagai acuan khususnya mahasiswa untuk mempelajari proses pengolahan pasir besi. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Kendala dalam pembuatan makalah ini dikarenakan tidak adanya waktu dalam melakukan observasi ke lapangan. Demi perbaikan makalah ini diharapkan pembaca dapat memberikan saran atau dapat melakukan observasi langsung ke lapangan demi sempurnanya makalah ini. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada kami dalam mengerjakan makalah ini hingga selesai 2. Bapak Peny Supriatno, Selaku dosen mata kuliah bahan galian industri 3. Semua Pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung vii DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................. iii PRAKATA............................................................................................ iv DAFTAR ISI......................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang........................................................................... 1 1.2 Potensi Cadangan Bahan Galian Kaolin Kaolin di Indonesia ... 1 BAB II GENESA DAN KARAKTERISTIK KAOLIN ............................ 3 2.1 Genesa Kaolin ........................................................................... 3 2.1.1 Geologi Pembentukan Kaolin ................................................. 3 2.1.2 Proses Hidrotermal ................................................................. 4 2.1.3 Proses Pelapukan .................................................................... 7 2.2 Karateristik Kaolin .....................................................................8 2.2.1 Sifat Fisik Kaolin .....................................................................8 2.2.2 Sifat Kimia Kaolin .................................................................11 2.3 Mineralogi Kaolin ....................................................................13 2.4 Potensi dan Sebaran Kaolin di Indonesia .................................15 2.5 Eksplorasi Kaolin .....................................................................18 BAB III PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN KAOLIN .................20 3.1 Studi Cadangan dalam Penentuan Teknik Penambangan ........20 3.2 Teknik Penambangan Bahan Galian Kaolin .............................23 3.3 Peralatan Pengolahan Bahan Galian Kaolin .............................24 3.4 Tahapan Pengolahan Bahan Galian Kaolin. .............................26 3.5 Peningkatan Kualitas Kaolin. ...................................................28 3.6 Pengolahan Tailing ...................................................................29 vii BAB IV KEGUNAAN DAN SPESIFIKASI KAOLIN ..............................31 4.1 Pemanfaatan Bahan Galian Kaolin ...........................................31 4.1.1 Industri Keramik ....................................................................31 4.1.2 Industri Kertas .......................................................................32 4.1.3 Industri Karet .........................................................................32 4.1.4 Industri Cat ............................................................................33 4.2 Perkembangan Pemanfaatan Kaolin .........................................34 BAB V REKLAMASI LAHAN TAMBANG KAOLIN ............................36 5.1 Landasan Teori .........................................................................36 5.1.1 Prinsip Reklamasi ..................................................................36 5.1.2 Perincian Program Reklamasi ...............................................37 5.1.3 Biaya Langsung .....................................................................37 5.1.4 Biaya Tidak Langsung ...........................................................38 5.2 Rencana Kegiatan dan Aggaran Reklamasi..............................39 DAFTAR PUSTAKA vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya kaolin di Indonesia cukup besar terutama di Bangka dan Belitung serta beberapa lokasi di Jawa seperti di Tasikmalaya, Yogyakarta, Wonogiri, Trenggalek, dan lain-lain. Dalam kurun tahun 1990-1999 perimbangan pemasokan dan kebutuhan kaolin di Indonesia menunjukkan kelebihan pemasokan yang cukup besar, yaitu dari pemasokan sebesar 285.414 ton pada tahun 1990 hanya terserap sebesar 258.727 ton dan pada tahun 1999 dari 482.083 ton yang dipasok hanya terserap 251.997 ton. Prospek pengembangan usaha pertambangan kaolin dari sisi pemasokan dan kebutuhan kurang begitu mengembirakan. Kelebihan pemasokan yang terus terjadi dalam kurun 1990-1999 dapat menurunkan harga kaolin domestik yang pada akhirnya dapat mematikan pengusaha kaolin dalam negeri. Perlu upaya dari Pemerintah guna meningkatkan pengusahaan kaolin hasil dalam negeri di masa mendatang baik melalui kebijakan berupa kemudahan ekspor maupun menghambat laju impor (peningkatan bea masuk). Perlu upaya untuk meningkatkan peranan lembaga penelitian dan pengembangan guna membantu para pengusaha dalam peningkatan kualitas hasil produknya. 1.2 Potensi Cadangan Bahan Galian Kaolin di Indonesia Kaolin adalah satu mineral industri yang berpotensi cukup di Indonesia yang terbesar dan mungkin terbaik berada di Pulau Bangka dan Belitung. Eksploitasi potensi ini belum optimal. Untuk itu, informasi yang terkait dengan pengembangan usaha pertambangan kaolin mutlak harus dilakukan. Produksi kaolin Indonesia dapat dikatakan sebagian besar sudah dapat memasok keperluan vii di dalam negeri kecuali untuk keramik bermutu tinggi yang mengharuskan persyaratan ketat. Potensi Cadangan kaolin di Indonesia sekitar 66,21 juta ton yang terdiri dari 12,95 juta ton cadangan terbukti, 26,57 juta ton cadangan terunjuk dan 26,70 juta ton cadangan tereka. Potensi cadangan tersebut tersebar di beberapa daerah, seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Bangka dan Belitung dengan mutu cukup baik terutama untuk digunakan sebagai bahan baku keramik dan pengisi (filler). Daerah lainnya terdapat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi Utara. vii BAB II GENESA DAN KARAKTERISTIK KAOLIN 2.1 Genesa Kaolin 2.1.1 Geologi Pembentukan Kaolin Mula Jadi Kaolin diambil dari nama sebuah gunung di dekat Jauchau Fa, Cina, yaitu kauling yang berarti pegunungan tinggi. Istilah kauling ini telah muncul sejak beberapa abad yang lampau dan diambil oleh masyarakat Cina untuk tanah lempung yang dimanfaatan untuk membuat guci atau patung porselen, keramik, peralatan rumah tangga khususnya peralatan makan dan minum (seperti piring, teko, cangkir, dll.). Kaolin termasuk kelompok mineral lempung dengan kandungan besi rendah. Pada umumnya berwarna putih atau agak keputih-putihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dan beberapa material penyerta. Secara geologi, mula jadi kaolin karena proses pelapukan dan alterasi hidro-thermal pada batuan beku felspatik. Mineral-mineral potash alumunium silika dan feldspar diubah menjadi kaolin. Proses kaolinisasi berlangsung vii pada kondisi tertentu, sehingga elemen-elemen selain silika, alumunium, oksigen dan hidrogen akan mengalami pertukaran seperti terlihat pada persamaan reaksi sebagai berikut : 2KAlSi3O8 + 2H2O -→ Al2(OH)4(SiO5) + K2O + 4SiO2 Felspar. Kaolinit Proses pelapukan terjadi pada atau dekat dengan permukaan tanah yang sebagian besar terjadi pada batuan beku. Sementara proses alterasi hidrothermal terjadi karena larutan hidrothermal mengalir melalui rekahan, patahan, dan daerah permeabel lainnya sambil mengubah batuan gamping menjadi endapan kaolin. Endapan kaolin terdiri dari dua macam, yaitu residual dan sedimen. Di Indonesia, endapan kaolin residual yang merupakan hasil alterasi hidrothermal pada batuan granit terdapat dalam jumlah yang besar di Propinsi Bangka dan Belitung. Mineralogi Mineral yang tergabung dalam kelompok kaolin adalah mineral kaolinit, nakrit, dikrit dan halloysit. Di antara mineral-mineral tersebut, kaolinit merupakan mineral utama, sedangkan halloysit (Al2(OH)4SiO52H2O) memiliki kandungan air lebih besar seringkali membentuk endapan tersendiri. Biasanya dalam endapan kaolin yang ekonomis, tidak ditemukan mineral nakrit dan dikrit. 2.1.2 Proses Hidrotermal Definisi larutan hidrothermal menurut Bateman (1960) adalah suatu cairan panas yang berasal dari dalam kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa komponen-komponen mineral logam. Cairan panas tersebut merupakan larutan sisa hasil akhir proses pembekuan magma. Deposisi hidrothermal menurut Bateman (1980) akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu adanya cairan pembentuk mineral yang dapat melarutkan dan mentransportasi material mineral, adanya celah atau rongga batuan sebagai jalan bergeraknya larutan, adanya tempat untuk mengendapkan mineral, adanya reaksi kimia yang mengakibatkan terjadinya pengendapan, konsentrasi yang cukup tinggi dari larutan mineral sehingga dapat menjadi deposit. Proses alterasi hidrothermal ditandai oleh pengaruh larutan hidrothermal yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan mineralogi dan tekstur batuan dinding. Proses yang terjadi karena vii alterasi hidrothermal merupakan yang banyak berperan dalam proses terbentuknya kaolin (kaolinisasi), sebagai contoh reaksi adalah sebagai berikut: Pada reaksi pembentukan kaolin dari feldpar akibat pengaruh larutan hidrothermal seperti reaksi di atas dapat dilihat bahwa komponen H2O masuk ke feldspar dan K2O (+ sebagian SiO2) keluar. Transfer unsur dari larutan hidrothermal pada suhu dan tekanan tertentu akan menyebabkan perubahan mineralogi dan tekstur batuan dinding. Alterasi hidrothermal merupakan suatu proses ikutan yang selalu menyertai proses deposisi atau pembentukan deposit hidrothermal. Proses ini pada prinsipnya adalah proses penggantian unsur-unsur tertentu dari mineral yang ada pada batuan dinding yang kemudian digantikan oleh unsur lain yang berasal dari larutan hidrothermal. Proses ini menuju kondisi stabil melalui mekanisme pertukaran ion yang dikontrol oleh temperatur, tekanan, kedalaman, dan komposisi cairan yang mengakibatkan perubahan tekstur dan mineralogi pada batuan dinding. Pengertian alterasi sendiri adalah proses ubahan mineralogis baik perubahan bentuk, warna ataupun komposisinya. Bateman dan Jensen (1981) menyebutkan faktor pengontrol proses perubahan tersebut diantaranya adalah adanya disintegrasi mekanis, adanya dekomposisi kimia, pelarutan dari beberapa unsur, masuknya unsur-unsur baru dan kombinasi dari proses-proses tersebut di atas. Alterasi hidrothermal merupakan salah satu tipe metamorfisme yang meliputi proses rekristalisasi dri batuan induk membentuk mineral baru yang lebih stabil akibat kontrol perubahan tertentu, dan dapat diartikan juga sebagai proses penggantian unsur-unsur dari mineral batuan dinding yang digantikan unsur lain dari luar. Salah satu ciri utama dari alterasi hidrothermal adalah adanya perubahan sekumpulan mineral essensial menjadi mineral-mineral baru yang lebih stabil di bawah kondisi suhu, tekanan dan komposisi larutan hidrothermal yang tertentu (Rose & Burt dalam Barnes, 1979 dalam Bateman & Jansen, 1981). Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas dan hasil alterasi hidrothermal antara lain adalah karakteristik dan komposisi batuan asal (host rock), komposisi larutan hidrothermal, kondisi temperatur, tekanan serta perubahan fase larutan vii hidrothermal serta perubahan unsur tertentu yang paling awal (seperti pelepasan H2S menjadi asam kuat). Adapun jenis alterasi penghasil mineral kaolin yaitu: 1. Alterasi argilik Menurut Bateman & Jansen (1981) alterasi ini membentuk mineral mineral lempung pada batuan dinding oleh aktivitas cairan hidrothermal pada mineral-mineral karbonat, selain itu alterasi argilik merupakan istilah yang dipakai untuk menyebutkan pembentukan mineralmineral lempung pada batuan dinding oleh proses alterasi terhadap mineral-mineral karbonat, apabila yang terbentuk berupa mineral kaolinit, montmorilonit dan amorphous clay yang dihasilkan dari alterasi terhadap plagioklas umumnya disebut sebagai argilik 11 menengah (intermediate argilic), sedangkan argilik lanjut (advance argilic) digunakan untuk menyebutkan alterasi yang menghasilkan mineral dickit, kaolinit, propilit, alunit, diaspore dan mineral alumina lainnya sebagai hasil perubahan dari feldspar. 2. Alterasi propilitik, alterasi ini menghasilkan mineral lempung jenis kaolinit sebagai mineral yang paling melimpah, yang membedakan dengan tipe alterasi argiliki adalah kehadiran mineral karbonat seperti kalsit, klorit dan epidot, sedangkan mineral yang berasosiasi dengan zona alterasi propilitik ini antara lain: mineral albit, serisit, zeolit, pirit. CaAl2(SiO4)2 + 2H2O + CO2 Al2SiO2O3 (OH)4 + CaCO3 Anorthit kaolinit kalsit. 3. Alterasi potasik tipe alterasi ini dicirikan oleh melimpahnya serisit yaitu mineral mika putih yang mempunyai ukuran butir halus, yang biasanya akan berasosiasi dengan mineral kaolin, kuarsa dan pirit dalam jumlah yang tidak begitu banyak. Serisit akan terbentuk oleh proses perubahan terhadap potasium feldspar dan plagioklas. 3KAlSi3O8 + H+ K AlSi3O10(OH)2 + 4K+ + 6SiO2 potas feldspar mika silika 12 Sebagian ahli membedakan antara alterasi potasik dengan serisitisasi, dalam hal ini alterasi potasik akan membentuk mineral biotit ataupun potasium feldspar sebagai hasil alterasi terhadap mineral-mineral mafik ataupun plagioklas. vii Pembentukan kaolin melalui proses hidrothermal umumnya terjadi pada batuan beku feldspartik dimana mineral-mineral potas aluminium silika dan feldspar diubah menjadi kaolin. Kaolin tersusun sebagian besar oleh mineral kaolinit, proses terbentuknya kaolin disebut juga proses kaolinisasi sehingga di dalam pembentukan endapan kaolin sebagai produk dari alterasi hidrothermal akan identik dengan pembentukan mineral kaolinit walaupun bisa juga terbentuk oleh mineral halloysit, sedikit dickit maupun nakrit. 2.1.3 Proses Pelapukan Kaolin hasil dari proses pelapukan sama halnya dengan proses pembentukan kaolin melalui proses alterasi hidrothermal. Kaolin hasil dari proses pelapukan juga terjadi sebagian besar pada batuan beku yang banyak mengandung potasium feldspar. Proses pembentukan kaolin ini dapat terjadi secara langsung akibat pelapukan batuan beku tersebut dan juga akibat pelapukan dari dua jenis mineral yang saling bereaksi selama proses pelapukan berlangsung, hal ini sama dengan proses-proses yang terjadi pada mineral lempung biasa, yaitu bisa berupa solution dan karbonatisasi, berikut ini reaksi pembentukan kaolinit akibat pelapukan potasium feldspar dan juga akibat reaksi yang terjadi antara ortoklas dan karbonat: Proses pelapukan (insitu weathering) akan terjadi dekat dengan permukaan tanah atau sangat dekat dengan permukaan tanah, dalam pembentukannya kaolin akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat pelapukan, dimana kaolin efektif terbentuk pada kondisi hidrous yang memungkinkan rendahnya kadar Fe dan Mg dalam tanah. vii 2.2 Karakteristik Kaolin 2.2.1 Sifat Fisik Kaolin Secara umum kaolin berwarna putih atau agak keputih-putihan, kekerasan 2-2.5, bersifat plastis bila tercampur air, dengan daya hantar listrik dan panas yang rendah dan berat jenis antara 2,60-2,63. Sifat-sifat kaolin akan sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral tanah lempung yang ada dalam kaolin, maka untuk mengetahui sifat-sifat fisik yang lain seperti plastisitas, kekuatan, tekstur dan lainlain yang dibahas adalah sifat-sifat dari mineral penyusunnya yaitu mineral lempung. Menurut Kirsch (1968) sifat-sifat fisik tersebut antara lain: 1. Flokulasi dan deflokulasi Flokulasi adalah proses penggumpalan butir-butir lempung menjadi gumpalan yang lebih besar, sedangkan deflokulasi adalah proses dispersi gumpalan-gumpalan yang berukuran lebih besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Flokulasi dan deflokulasi menggambarkan keadaan agresi dari butir-butir lempung bila bercampur dengan air, dimana mineral lempung dengan cepat menyerap air dan untuk kaolin air yang terserap itu 0 0 akan menguap pada pemanasan pada suhu 100 C-200 C. Proses dispersi dapat diperkuat dengan penambahan elektrolit atau deflokulan seperti waterglass, Na2CO3, Na2PO4 , dan lain-lain. Jumlah penggunaan deflokulan untuk proses dispersi ini tergantung pada beberapa faktor (Grim, 1968) diantaranya adalah oleh kadar butir-butir halus yang menunjukkan sifat-sifat koloid, jumlah dan jenis garam-garaman terlarut yang ada dalam lempung, silikat-silikat dan elektrolit atau deflokulan yang dipakai, sifat-sifat mineral lempung yang ada dalam flokulan. 2. Plastisitas Plastis adalah sifat yang memungkinkan lempung dapat diberi bentuk tanpa retakan dan bentuk itu akan tetap setelah gaya pembentuknya hilang atau dihilangkan. Lempung akan menjadi plastis beberapa saat kemudian jika lempung tersebut bercampur dengan cairan yang mempunyai susunan kutub seperti air. Lempung tidak akan berubah secara plastis apabila vii berinteraksi dengan cairan yang bersusunan bukan kutub seperti CCl4. Menurut Grim (1968), faktor-faktor yang mempengaruhi derajat plastisitas dari lempung diantaranya oleh adanya pengaruh air, bahan-bahan padat dan gejala koloid yang mempengaruhi, ukuran partikel-partikel padat dan gaya tarik antar molekul, adanya bahan-bahan lain yang mempengaruhi sifat-sifat partikel, orientasi partikel-partikel di dalam massa, sejarah sebelum yang telah dialami oleh bahan. Menurut Grim (1968), kaolin memiliki batas plastisitas 25-36,3 jauh lebih kecil dibandingkan dengan montmorilonit yang plastisitasnya 86-700. 3. Thiksotropi Thiksotropi atau daya suspensi adalah suatu sifat-sifat dari mineral lempung yang bila tercampur dengan suatu cairan akan membentuk suspensi. Sifat ini berkaitan dengan keplastisan. Kaolin berbutir halus akan tetap tinggal tersuspensi di dalam air berjam-jam tanpa menunjukkan tanda-tanda akan mengendap, bila di dalamnya ditambahkan flokulan seperti asam, borak, MgSO4 dan lain-lain, maka terjadi penggumpalan atau flokulasi dengan pengendapan yang berlangsung cepat, jika ke dalam larutan ditambahkan elektrolit seperti waterglass atau Na2CO3 akan menambah proses dispersi dan menghasilkan suatu suspensi yang lebih permanen. 4. Tekstur Tekstur mineral lempung meliputi ukuran dan bentuk partikel mineral lempung yang mempengaruhi keplastisannya, kekuatan mekanis, kemudahan dalam pengeringan dan karakter produk setelah dibakar dan kaolin umumnya memiliki dua jenis tekstur (Grim, 1968), yaitu tekstur mineral-mineral non plastis yang umumnya sebagai impurities bertekstur kasar sampai halus dan tekstur mineral-mineral yang sangat halus. 5. Susut kering Pada waktu proses pengeringan terjadi pengeluaran air sehingga memungkinkan butir-butir lempung melekat satu dengan yang lainnya, ini vii diistilahkan sebagai susut kering, yang masih terdapat air sisa dinamakan 0 air pori, bisa bertahan hingga pemanasan sampai dengan 110 C. Lempung sangat bervariasi susut keringnya. Derajat variasi susut kering lempung identik dengan variasi jumlah air yang diperlukan untuk menimbulkan keplastisannya, makin tinggi keplastisan lempung makin banyak air terabsorbsi maka makin besar pula susut keringnya. Lempung yang memiliki susut kering tinggi sukar dikeringkan tanpa timbulnya retak-retak atau pecah-pecah, untuk mengurangi timbulnya retak atau pecah dapat dilakukan dengan penambahan bahan non plastis seperti pasir kuarsa, flint dan feldspar. Menurut Uun dan Asril (1990), susut kering kaolin dibagi menjadi 3, yaitu kaolin kasar susut kering lini air 5,0-7,6 , untuk kaolin tercuci berkisar 3,3-10,8 , dan untuk kaolin sedimenter berkisar 4,5-12,8. 6. Warna Warna kaolin akan dipengaruhi oleh warna dari mineral lempung penyusunnya, dimana warna mineral lempung akan ditentukan oleh kandungan senyawa-senyawa besi atau bahan-bahan karbon, kadangkadang juga mineral-mineral mangan dan titan dalam jumlah yang cukup untuk mempengaruhi warna pada lempung. Warna kaolin yang putih atau agak keputih-putihan diakibatkan oleh mineral lempung penyusunnya bebas dari pengotoran di atas. Warna dari mineral lempung sebelum dan sesudah pembakaran kadang-kadang mengalami perubahan, untuk kaolin sebelum dan sesudah pembakaran umumnya akan tetap sama putih, namun juga bisa berubah sedikit menjadi putih kekuningan. vii 2.2.2 Sifat Kimiawi Kaolin Seperti halnya sifat fisik yang dimiliki oleh kaolin, sifat kimiawi yang dimiliknya juga sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimiawi mineral lempung penyusunnya. Salmag (1961) menyebutkan sifat-sifat kimiawi tersebut antara lain: 1. Pertukaran ion Salah satu sifat yang penting dari mineral lempung adalah pertukaran elektrik pada partikel-partikelnya dimana mineral-mineral lempung akan menarik kation dan anion dengan cara pertukaran untuk netralisir, artinya dengan mudah digantikan oleh anion dan kation lain saat kontak dengan ion lain pada larutan yang encer, kecuali kalau di bawah kondisi asam yang ekstrim, pertukarannya lebih bersifat negatif. Mineral lempung cenderung menyerap kation yang sering disebut Cation Exchange Capacity (CEC) atau Kapasitas Pertukaran Kation, yang dapat dinyatakan sebagai jumlah ekuivalen per satuan berat pada keadaan kering (mili ekuivalen per seratus gram). Kegunaan pertukaran ion pada mineral lempung antara lain adalah sebagai sumber nutrisi pada soil untuk pertumbuhan tanaman terutama sekali pada kalsium, magnesium dan kalium, walaupun ada beberapa tanaman yang dapat memanfaatkan kalium tanpa adanya pertukaran ion pada soil; sifat fisik dari soil lempung (kekuatan, plastisitas dan lain-lain) yang sangat tergantung pada unsur Na + + dan Ca ; proses pertukaran ion memainkan peranan penting pada penghentian kation yang tidak diinginkan seperti sebagai pembubuh organik atau dari pembuangan komponen radioaktif; dapat diketahui simulasi cara pembentukan mineral lempung dari reaksi antar muatannya, sehingga memudahkan dalam penyesuaian sifat katalisator dan molekuler pada lempung untuk penggunaan tertentu (Grim, 1968). Harga CEC pada kaolin adalah 2%-15% (Milens & King, 1955 dalam Grim, 1968), harga CEC ini adalah termasuk paling kecil dibandingkan dengan mineral lempung lainnya. vii 2. Interaksi dengan air Sifat interaksi dengan air pada mineral lempung khususnya kaolin dapat dihubungkan dengan hal-hal berikut: sifat hidrasi pada kandungan air yang relatif rendah. Sifat mineral lempung dalam air sangat kompleks dan penting. Pada umumnya sifat ini mempertimbangkan penyerapan air oleh mineral lempung dari suatu keadaan yang relatif kering, yaitu interaksi terjadi ketika molekul air menjadi lengket pada permukaan partikel dan atau berhubungan dengan kation yang dapat berpindah. Hidrasi mineral lempung pada keadaan kering merupakan proses eksoterm, ini dapat diuji dengan mudah oleh panas yang ditimbulkan pada sisi gelas kimia yang dihasilkan ketika sejumlah bubuk mineral lempung dibasahi. Penyerapan air oleh mineral lempung dapat terjadi baik oleh hidrasi permukaan kristal ataupun oleh pertukaran kation. Pada kaolin, air hanya dapat diserap pada permukaan luar, dimana ada dua macam yaitu siloksan dan gibsit, dan pada ujung partikel. Entalpi penyerapan air ini sangat kecil dan dapat dihilangkan oleh kenaikan panas yang kecil. 3. Interaksi dengan bahan organik Beberapa molekul organik, seperti pada air dapat dengan mudah diserap oleh mineral lempung. Pada beberapa kejadian, terutama untuk molekul organik tak berkutub, kekuatan interaksinya relatif lemah, hanya sesuai untuk penyerapan secara fisik. Namun demikian, spesies organik berkutub atau berion dapat menjadi variasi yang luas dari reaksi kimia dengan mineral lempung. Kelompok mineral kaolinit, smektit dan vermikulit dapat berkembang oleh penetrasi molekul antar lapisan untuk membentuk suatu interkalasi yang komplek vii 2.3 Mineralogi Kaolin Kaolin termasuk dalam subklas phyllosilicate, dimana dasar dari semua kenampakan struktur dari mineral-mineral pada subklas ini terdiri dari SiO4 tetrahedrall yang terdiri dari 3 atau 4 rantai oksigen dan dengan cara yang serupa membentuk perlapisan pseudohexagonal, meskipun beberapa dari phyllosilicate stabil pada temperatur sedang, yang terlihat pada beberapa kenampakan temperatur pada saat proses sedimentasi (mineral lempung) ditunjukkan oleh struktur yang lebih sederhana yang terbentuk di bawah kondisi serupa pada tipetipe silikat yang lain (Salmang, 1961). Syarat dari penggolongan lempung di atas permukaan bumi adalah material yang berbutir halus dan memiliki plastisitas ketika bercampur dengan air dalam jumlah yang terbatas. Analisis kimia dari lempung menunjukkan bahwa lempung terbentuk dari hidrous aluminium silikat dalam frekuensi yang cukup besar dengan kandungan besi, kalsium, sodium dan potasium. Lempung selalu berukuran halus yang terbentuk pada pelarutan colloid. Batas ukuran dari lempung memiliki diameter sampai 0,004 mm yang secara genetik terbentuk sebagai hasil pelapukan dan sedimentasi dari batuan beku yang kaya akan feldspar dan juga terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrothermal (Grim, 1953 dalam Bateman, 1959). Karakteristik dari mineral lempung dari subklas phyllosilicate terdiri dari 4 grup, yaitu grup kaolin, grup montmorilonit, grup lempung mika dan grup klorit. Mineral dari grup kaolin memiliki komposisi kimia yang sama yaitu Al4Si4O10(OH)8. mineral lempung memiliki beberapa kenampakan fisik yang sama, mineral ini sukar diamati secara makroskopis maupun mikroskopis kecuali dengan menggunakan defraksi sinar X untuk mengetahui komposisi mineral dan dengan SEM untuk mengetahui bentuk strukturnya (Hunt, Kraus, Ramsdel, 1951). Tiga tipe grup kaolin yang dikenal adalah kaolinit, nakrit dan dickit. Mineralmineral ini dapat terpisah ataupun bersatu, namun umumnya pada endapan kaolin yang bernilai ekonomis tidak ditemukan mineral-mineral nakrit dan dickit. Kaolinit merupakan massa mineral yang sangat dominan dalam grup kaolin, vii karena merupakan mineral utama penyusun kaolin (80%), komposisi kimianya dengan formula Al4Si4O10(OH)8, terbentuk dengan atau tanpa adanya substitusi atom (Kerr, 1959). Percobaan menggunakan x-ray dan analisa dengan SEM menunjukkan perbedaan yang cukup jelas pada molekul-molekul dasar ketiga mineral ini, dimana molekul dasar dari nakrit terdiri dari 6 lapisan, dickit 2 lapisan dan kaolinit satu lapisan. 0 0 Hilangnya kandungan air pada kaolinit terjadi pada temperatur 400 C-450 C, 0 0 0 pada dickit 510 C-575 C dan nakrit >600 C, pecah secara alami dan mengalami perusakan fisik akan sangat mudah terjadi pada saat kering, hal ini diakibatkan ukuran yang halus dan mudah tergores. Mineral kaolinit berwarna putih, namun seringkali berwarna coklat atau abu-abu karena adanya material pengotor, cerat putih, dengan kilap mutiara pada kristal yang besar tapi sering kali memiliki kilap tanah dan memiliki kilap tanah (dull), memiliki sistem kristal triklin, umumnya berupa earthy aggregat, pseudohexagonal dan platy crystal yang kadang-kadang dapat diamati di bawah SEM, memiliki belahan (001), sempurna, tapi tidak dapat dilihat secara megaskopis karena ukurannya yang kecil, kekerasan 1-2, densitas 2,6 , memiliki sifat optik α = 1.553-1.565 ; β = 1.959-1.569 ; γ = 1.560-1.570, perlapisan kaolin terdiri dari tetrahedralll layer. vii Pada sekuen yang sama satu, dua, atau enam perlapisan kaolin akan terdiri kaolinit, dickit dan nakrit. Dilihat dari genesanya kaolinit terbentuk dari dekomposisi alumino silikat, khususnya feldspar akibat proses pelapukan atau aktifitas hidrothermal. Deposit yang cukup besar umumnya terbentuk oleh alterasi hidrothermal feldspa di dalam granit dan granit pegmatit seperti di Cornwall (England), Ukraina-Czech Rep., USSR dan China. 2.4 Potensi dan Sebaran Kaolin di Indonesia Hasil eksplorasi yang tercatat dalam Pusat Sumber Daya Geologi menampilkan mineral kaolin dalam kategori sumberdaya bahan keramik didapatkan peta persebaran mineral kaolin di Indonesia baik dalam sumberdaya hipotetik maupun sumberdaya terukur mayoritas di pulau Sumatera, Bangka, dan Kalimantan serta tersebar tidak merata pada daerah lainnya di Indonesia. Gambar peta potensi kaolin di Indonesia. (http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id) Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan tingkat penyelidikannya terbagi menjadi empat kategori yaitu hipotetik, tereka, tertunjuk, dan terukur. Sedangkan klasifikasi cadangan mineral terbagi menjadi dua bagian yaitu terkira dan terbukti (SNI 130-5014-1998). vii Sumber daya mineral hipotetik (Hypothetical Mineral Resource) adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Survai Tinjau. Sumber daya mineral tereka (Inferred Mineral Resource) adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Prospeksi. Sumber daya mineral tertunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum. Sumber daya mineral terukur (Measured Mineral Resources) adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci. Cadangan mineral terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral terunjuk dan sebagian sumber daya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomi. Cadangan mineral terbukti (Proved Reserve) adalah sumber daya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik. Tabel neraca sumberdaya mineral bukan logam tahun 2015 vii Dari data psdg total sumberdaya kaolin sampai awal tahun 2016 tdak kurang dari satu milyar ton baik sumberdaya hipotetik, tereka, terunjuk, dan terukur. Sedang dari segi harga per ton dalam kategori mineral industri, kaolin termasuk kelompok mineral dengan harga menengah yakni pada kisaran 100-1000 USD per ton. Kategori mineral industri harga per ton (Barker and McLemore, 2005) Dari segi keekonomisan, Pengusaha mineral menilai pemerintah masih separuh hati menjalankan program industri pengolahan (hilirisasi) mineral mulai Januari 2014. Pasalnya, meskipun telah mampu memenuhi batasan minimum kadar mineral sesuai aturan, pengusaha masih dibebani bea keluar. Salah satu contohnya adalah komoditas kaolin yang merupakan bahan baku keramik dan komponen otomotif. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30 Tahun 2013 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang dikenakan Bea Keluar, HPE kaolin per Juli ini mencapai US$ 200 per ton. Michael Herry Santoso, Direktur UtamaPT Garuda Artha Resources mengatakan, sejatinya, besaran HPE yang ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan perkembangan harga pasar. Bahkan, harganya tidak pernah berubah dari bulan ke vii bulan. "Saya tidak mengerti, bagaimana perhitungan HPE kaolin. Yang pasti, harga pasar sangat jauh di bawah harga yang ditetapkan pemerintah," kata dia pada KONTAN, Minggu (30/6). Menurut Michael, harga kaolin sekarang ini sekitar US$ 80 per ton. Dengan HPE sebesar US$ 200 per ton, bea keluar 20% yang harus dibayar pengusaha sebesar US$ 40 per ton. Alhasil, dia akan sulit bersaing di pasar ekspor kaolin dengan membanderol harga sekitar US$ 120 per ton. Padahal, permintaan pasar dalam negeri cukup terbatas. Herry menyatakan, dari total produksi kaolin nasional sekitar 100.000 ton per tahun, sekitar 80% dijual di dalam negeri, sedangkan sisanya diekspor. Namun, sejak pemberlakuan bea keluar di tahun 2012 lalu, kebanyakan pengusaha tidak lagi melirik ekspor dan lebih memilih menjual di lokal. Akibatnya, pasokan kaolin di dalam negeri jadi melimpah yang berdampak pada penurunan harga jual, yakni turun hingga menjadi Rp 600 per kilogram (kg). Namun demikian,kaolin dipergunakan untuk keperluan berbagai macam industry sepert industri kertas, industri keramik, industri karet, industri cat Kualitas tinggi dan industri lain yang yang mempergunakan kaolin. 2.5 Eksplorasi Kaolin 1. Penyelidikan Umum a. Studi Pustaka Pengumpulan data dan informasi sekunder berupa studi literature perpustakaan atau dokumentasi dari Departemen Pertambangan dan Sumber Daya Energi. b. Cek Lapangan Setelah mendapat SIPP (Surat Izin Peninjauan Pendahuluan), dilakukan peninjauan rona lingkungan awal dari daerah sekitar untuk mengidentifikasi rencana kegiatan penambangan yang kemungkinan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik yang bersifat positif maupun negatif. Setelah mendapat SKIP (Surat Keterangan Izin Penyelidikan) dilakukan penyelidikan singkapan batuan yang vii diperkirakan mengandung kaolin dengan cara melakukan observasi lapangan,dengan melihat langsung kondisi lapangan daerah penelitian, luas, serta mencocokkan dengan data-data awal yang diperoleh berdasarkan studi pustaka dimana kemungkinan pada daerah itu terdapat endapan kaolin. Setelah itu, mengambil perconto batuan dari singkapan.Jika hasil dari tes di laboratorium menunjukkan bahwa terdapat kandungan kaolin, maka dilanjutkan ketahap penyelidikan pendahuluan. 2. Kegiatan Eksplorasi Hasil dari laboratorium yang menunjukkan bahwa secara umum endapan kaolin memenuhi unsur-unsur yang seseuai komposisi kaolin dan menunjukkan bahwa endapan kaolin layak untuk ditindak lanjuti, maka setelah mendapatkan Kuasa Pertambangan Eksplorasi dilakukan kegiatan meliputi: a. Memetakan Daerah Kegiatan Pemetaan daerah kegiatan eksplorasi guna merekam semua peristiwa geologi dan mencari tanda-tanda endapan yang dicari dengan hasil keluaran berupa peta geologi yang kemudian akan dihasilkan model penyebaran endapan dan gambaran mengenai sumberdaya endapan. b. Pengambilan sampel Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang atau model penyebarannya. Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji, pembuatan puritan, dan jika diperlukan dilakukan pemboran. vii BAB III PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN KAOLIN 3.1 Studi Cadangan dalam Penentuan Teknik Penambangan Berdasarkan data laboratorium PT. Asian Kaolin Raya, derah yang telah dilakukan pemboran eksporasi dibagi menjadi blok-blok yang berjumlah lima blok. Ketebalan endapan kaolin berkisar antara 3,0 meter sampai dengan 4,6 meter dan ketebalan lapisan tanah penutup antara 1,0 meter sampai dengan 2,8 meter berikut ini tabelnya. BLOK LUAS ( m2 ) TEBAL KAOLIN (m) 4,64 TEBAL TANAH PENUTUP (m) 2,40 VOLUME CRUDE KAOLIN ( m3 ) 707.600 VOLUME TANAH PENUTUP ( m3 ) 366.000 VI 152500 VII 145000 4,47 2,48 648.150 359.600 VIII 266250 3,77 1,50 1.003.574 399.300 IX 70000 3,00 1,00 210.000 70.000 X 11225 3,32 2,77 365.200 304.700 2.934.524 1.499.600 JUMLAH Perhitungan umur tambang kaolin di PT.Asian Kaolin Raya didasarkan pada efesiensi kerja di penambangan, serta recovery penambangan yang dapat dihasilkan. Recovery penambangan adalah jumlah crude kaolin yang dapat ditambang secara maksimum dengan menggunakan alat-alat mekanis. Hal ini mengingat jumlah air tanah dan curah hujan yang cukup tinggi sehingga menggangu operasi penambangan. Berdasarkan pengamatan di lapangan diperkirakan recovery tambang yang dicapai PT, Asian Kaolin Raya adalah 90%. vii 1. Penentuan umur tambang dapat diperhitungkan dengan rumus: VxRc LT = F x n x Eff Dimana: LT = Umur maksimum tambang (tahun) V = Volume crude kaolin ( m3) = 2.934.524 m3 Rc = 90% F = Umpan Pabrik pemurinian = 601,34 m3 n = Hari kerja = 361 hari eff = Efisiensi kerja = 67,67 % jadi umur tambang adalah 2.934.524 m3 x 0,9 LT = 601,34 m3 /harix 361 hari x 0,6767 = 18 tahun Crude kaolin digunakan untuk memenuhi umpan pabrik pemurnian sehingga diperoleh tepung kaolin dengan target produksi 8000 ton tepung kaolin/bulan tepung kaolin, nilai recovery pemurnian sebesar 20 % serta jumlah hari dalam satu bulan adalah 30 hari. 2. Penentuan kapasitas pengolahan crude kaolin yang diperlukan = 8000 ton/bulan = 40.000 ton/bulan 20 % atau 40.000 ton/bulan = = 1.333,33 ton/hari = 56 ton/jam 30 hari/bulan Crude kaolin sebesar 56 ton/jam ini merupakan jumlah umpan yang harus masuk ke pabrik pemurnian tiap satu jam. Dengan waktu kerja pabrik pemurnian sebesar 19,08 jam/hari, jumlah hari kerja 361 hari per tahun dan dalam perkiraan terjadi kehilangan dalam pengangkutan sebesar 10 % serta persediaan crude kaolin di tempat penimbunan sebanyak 20 %. vii 3. Sasaran pemindahan crude kaolin dari tempat penimbunan ke pabrik pemurnian. 130/100 x 56 ton/jam x 19,08 jam/hari x 361 hari = 1,95 ton/m3 = 257147,52 m3/tahun Dengan adanya data diatas dapat dihitung sasaran produksi pemindahan crude kaolin dari tambang dengan waktu kerja efektif 13,53 jam dan jumlah hari kerja tambang dalam satu tahun 361 hari serta factor pengembangan crude kaolin sebesar 84,42 % , maka : = Target produksi pabrik x factor pengembangan = 257147,52 m3/tahun x 84,42 % = 217083,94 m3/tahun atau 217083,94 m3/tahun = 361 hari/tahun = 601,34 m3/hari atau 601,34 m3/hari = 13,53 jam/hari = 44,44 m3/jam Jadi, target produksi pemindahan crude kaolin di tambang adalah 44,44 m3/jam x 1,95 m3/ton = 86,66 ton/jam vii 3.2 Teknik Penambangan Bahan Galian Kaolin Aturan dasar eksploitasi adalah memilih metode penambangan yang terbaik sesuai karakteristik unik dari endapan mineral dengan batasan keamanan dan keselamatan, teknologi, dan ekonomi untuk memperoleh ongkos poduksi termurah dan profit maksimum. Berdasarkan karakteristik endapan kaolin yakni: Dekat permukaan Lapisaan penutup tipis Material loose Harga mineral tingkat menengah Maka Proses penambangan kaolin yang paling cocok dapat dilakukan dengan dua metode yaitu: 1. Cara tambang terbuka (open pit): Pada cara ini, pengupasan tanah penutup dapat dilakukan dengan alat-alat secara manual ataupun alat mekanis seperti bulldoser, scraper, Lapisan kaolin dapat digali dengan excavator lalu dimuat langsung ke dalam truk untuk diangkut ke pabrik pengolahan. 2. Cara tambang semprot (hydraulicking): Pada cara ini, endapan kaolin yang telah dikupas tanah penutupnya disemprot dengan menggunakan monitor. Hasil penyemprotan berbentuk lumpur (campuran kaolin dengan air). Lumpur tersebut dipompakan ke tempat pengolahan melalui pipapipa.Cara penambangan dengan menggunakan kombinasi pompa dan hydraulicking (monitor). Pada tambang semprot penggalian endapan alluvial dilakukan dengan menggunakan semprotan air yang bertekanan tinggi yang berasal dari penyemprotan yang disebut monitor atau water jet atau giant. Tekanan aliran air yang dihasilkan oleh monitor dapat diatur sesuai dengan keadaan material yang akan digali atau disemprot yang biasanya bisa mencapai tekanan sampai 10 atm. Untuk memperbesar produksi biasanya: a. Digunakan lebih dari satu monitor, baik bekerja sendiri-sendiri atau bersama disatu permuka kerja; b. Monitor dibantu dengan alat mekanis seperti back hoe atau buldoser Untuk mengangkut material hasil galian atau semprotan ke instalasi pengolahan digunakan air yang digerakkan dengan pompa. Jadi jika digunakan cara penambangan tambang semprot harus tersedia cukup air, baik untuk sperasi penambangan maupun untuk proses pengolahannya (konsentrasi). vii 3.3 Peralatan Pengolahan Bahan Galian Kaolin Dari total cadangan volume crude kaolin 2.934.524 m3 atau sekitar 5.722.322 ton kaolin atau nilai aset minimum sekitar 600 juta USD. Kemudian ditinjau dari segi metode penambangan dengan laju produksi 86,66 ton/jam. Maka peralatan bongkar, muat, dan angkut yaitu: 1. Backhoe excavator, dibutuhakan satu buah excavator dengan kapasitas wadah 1 m3 atau 1.95 ton dengan rincian harga 40 ribu sampai 80 ribu USD maka biaya pengeluaran Biaya pengeluaran = jumlah alat x umur tambang x harga Usia pakai alat = 1 x 18 tahun x 60.000 USD 6 tahun = 180.000 USD Gambar lampiran pencarian penjualan excavator online vii 2. Truk angkut, dibutuhkan dua buah truk dengan kapasitas minimum 4x2 meter atau 8 ton dengan harga sekitar 40 ribu sampai 60 ribu USD Biaya pengeluaran = jumlah truk x umur tambang x harga Usia pakai alat = 2 x 18 tahun x 40.000 USD 9 tahun = 160.000 USD Gambar lampiran pencarian penjualan truk online vii 3.4 Tahapan Pengolahan Bahan Galian Kaolin 1. Jika menggunakan penambangan tambang terbuka maka setelah sampai pabrik pengolahan kaolin tersebut dimasukkan ke hopper dengan bantuan tenaga manusia atau loader. Untuk penampungan sementara dan pengumpan ke unit pencucian (classifier). 2. Setelah itu rotary screen Di gunakan untuk menyaring kotoran (rumput, akar danbatu-batu) pada unit pencucian, atau untuk sizing. Selanjutnya melalui classifier untuk mencuci kaolin, yang dilengkapi dengan screw, setalah itu dialirkan menggunakan pompa dan pipa menuju bak penampung untuk proses selanjutnya. 3. Jika menggunakan penambangan semprot cara pengolahannya tidak jauh berbeda dengan penambangan tambang terbuka, mulai dengan lapisan tanah disemprot dengan air tekanan tinggi sehingga hancur, menghasilkan cairan yang sudah mengandung kaolin, cairan yang mengandung kaolin disaring lewat beberapa tahap yang ketat, melewati mesh dipakai untuk memisahkan kaolin dari mineral pengganggu seperti besi oksida, pasir kuarsa, titanium oksida, dan mika. tidak ada lagi tambahan bahan lainnya. 4. Kemudian, cairan yang mengandung kaolin ini disaring dengan alat yang disebut, sluice box suatu alat sederhana yang berfungsi untuk memisahkan mana yang benar-benar kaolin dan mana yang pasir. 5. Selanjutnya, semua cairan yang sudah mengandung kaolin yang sudah dipisahkan dari kandungan pasir, dimasukkan ke dalam sumur penampungan. 6. Setelah proses pemisahan selesai, kaolin diendapkan di tempat pengolahan selama tiga hari sebelum dilanjutkan keproses pengeringan guna untuk mengurangi kadar airnya. vii 7. Cairan kaolin murni ini kemudian dialirkan dan dimasukkan kedalam mesin press untuk memisahkan dan mengeringkan kaolin dari kandungan airnya menjadi kaolin gumpal . 8. Setelah masuk kedalam mesin press akan menghasilkan kaolin gumpal, ini merupakan salah satu produk jadi, selain dari Kaolin dalam bentuk tepung. Jadi, cake ini dapat langsung dijual kepada pelanggan yang memang membutuhkan kaolin gumpal sebagai salah satu bahan dasar produksinya, atau dapat juga diproses lebih lanjut menjadi kaolin tepung. 9. Jika ingin diproses lebih lanjut untuk menjadikannya kaolin tepung, kaolin gumpal ini dimasukkan kedalam oven. kaolin cake / gumpal dipanaskan ke dalam oven pengering dengan suhu 800 - 1000 derajat celsius. 10. Setelah proses pengeringan, gumpalan ini digiling sehingga menjadi butiranbutiran halus (mesh 325, dan mesh 200). Untuk selanjutnya, kaolin tepung yang sudah jadi dan siap untuk dijual. vii 3.5 Peningkatan Kualitas Kaolin Indonesia mempunyai cadangan kaolin yang besar. Namun, sampai saat ini untuk kebutuhan dalam negeri masih impor. Indonesia sudah mengekspor kaolin tetapi dalam bentuk raw material. Kondisi ini merupakan kerugian mematikan industri dalam negri. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri mengenai nilai tambah tambang mineral, bahan tambang yang belum diolah tidak bisa diekspor ke luar negeri. Untuk menjembatani hal tersebut, Geoteknologi-LIPI telah melakukan penelitian bahan tambang mineral bukan logam seperti identifikasi, karakterisasi dan pengolahan kaolin. Pengolahan kaolin adalah untuk membuang mineral pengganggu, seperti oksida besi, pasir kuarsa, oksida titanium dan mika. Dalam penelitian disini akan dilakukan pengolahan kaolin untuk menghilangkan kadar kuarsa. Pengotor kaolin terutama kuarsa mempunyai komposisi SiO2 dan berukuran hampir sama dengan kaolin sehingga proses pemurnian dengan menggunakan pengayakan kurang efektif (Murray, 2000) maka dicoba dengan metoda pelarutan HF dengan konsentrasi dan waktu kontak yang terkontrol agar tidak merusak kristal kaolin. Hasil analisa kimia, silika (SiO2) kaolin Cipatujah yang diproses dengan HF 0,1 dan 0,5 N tidak turun signifikan. Pada kaolin Bangka Belitung hasil proses dengan HF 0,1dan 0.5 N mengalami penurunan SiO2 17,46 dan 16.11 persen. Hasil analisa semi kuantitatif XRD, kaolin Cipatujah yang diproses dengan HF 0.1 dan 0.5 N, terjadi penurunan pada kaolin dan haloisit sebanyak 0.9 persen dan 0.1 persen ; 1.1 persen dan 1.1 persen. Untuk kaolin Bangka Belitung hasil proses dengan HF 0,1 dan 0.5 N menunjukan penurunan kuarsa 32.5 dan 32.3 persen. Dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis silika dapat didegradasi oleh HF, bergantung dari jenis silikanya, silika yang dapat didegradasi oleh HF adalah bentuk kuarsa. vii 3.6 Pengolahan Tailing Penambangan kaolin umumnya dilakukan dengan teknik penambangan terbuka dan cara semprot (hydraulicking). Penambangan kaolin di Belitung dilakukan dengan sistim gabungan antara tambang terbuka dan tambang semprot. Artinya endapan kaolin yang telah dikupas tanah penutupnya dengan ketebalan antara 2 m – 7 m, disemprot dengan menggunakan monitor tekanan tinggi. Kedalaman penambangan mencapai 15 m atau sangat tergantung pada kadar kaolin pada endapan yang ditambang. Pada tambang kaolin, untuk mendapatkan kaolin dengan kualitas tinggi perlu dilakukan pencucian untuk menghilangkan bahan pengotor. Kaolin hasil proses pelapukan granit cenderung mengandung juga mineral resisten berupa silika. Pada pencucian kaolin, kandungan silika yang berukuran pasir akan terpisahkan sehingga menghasilkan ampas berupa pasir kuarsa yang merupakan bahan berpotensi ekonomi untuk dapat dimanfaatkan. Secara umum pengolahan kaolin dilakukan dengan penyemprotan endapan kaolin menggunakan monitor hingga terbongkar dan membentuk lumpur kaolin yang kental. Lumpur ini terbentuk dari campuran mineral kaolin, pasir kuarsa, dan air. Butiran kuarsa sangat membantu dalam pembentukan lumpur. Makin tinggi kandungan pasir kuarsa dalam endapan kaolin yang disemprot, pembentukan lumpur akan lebih cepat dan mudah karena kaolin yang lengket pada kuarsa akan lepas membentuk lumpur. Sedangkan kaolin dengan kadar kuarsa rendah dan kadar kaolin tinggi, maka proses pembentukan lumpur kaolin relatif lebih lambat karena kaolin akan liat, lengket dan membentuk bongkahan kaolin dalam lumpur dan ikut terpompa ke tempat penyaringan mekanik. Bongkahan kaolin ini mengganggu proses penyaringan, apabila bongkahan ini dominan pada saringan, alat ini harus dibongkar untuk dibersihkan. Untuk mencegah pengumpulan bongkahan kaolin, dilakukan dengan penyemprotan ulang sebelum dilakukan proses penyaringan serta pemilihan endapan kaolin yang mengandung silika tinggi. Selanjutnya lumpur kaolin tersebut dialirkan melalui saluran-saluran dan ditampung pada cekungan yang lebih rendah di dalam kolong penambangan yang berfungsi sebagai bak penampung. Dari tempat penampungan, lumpur kaolin vii tersebut dipompakan ke tempat penyaringan mekanis untuk membuang kotoran organik/tumbuhan dan material kasar. Proses selanjutnya, lumpur akan disaring melalui saringan dengan ukuran tertentu sebagaimana permintaan pembeli (umumnya 325 mesh) untuk memisahkan kaolin dan pasir kuarsa. Lumpur kaolin hasil penyaringan yang telah bersih dimasukkan ke dalam bak penampungan untuk dilanjutkan dengan proses pengendapan. Proses pengendapan ini dilakukan dengan mendiamkannya. Endapan kaolin yang diendapkan dalam bak penampung, selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan pemanas listrik/oven. Kaolin murni yang dihasilkan digiling menjadi tepung dengan ukuran 325 mesh (setara dengan 45 mikron). Pasir kuarsa sebagai bagian dari penyusun endapan kaolin, menjadi hasil sampingan dari pengolahan kaolin yang untuk pemanfaatannya langsung pada tahapan pengangkutan. Sehingga nilai ekonomi pasir kuarsa akan meningkat, mengingat tanpa beaya pemisahan dari bahan pengotor. Gambar tailing berupa pasir kuarsa hasil penyaringan kaolin, Belitung, Babel (Ishah dkk, 2002) vii BAB IV KEGUNAAN DAN SPESIFIKASI KAOLIN 4.1 Pemanfaatan Kaolin 4.1.1 Industri Keramik Pada industri keramik, kaolin digunakan sebagai bahan baku utama digunakan untuk membuat white ware (barang-barang berwarna putih), wall tile (ubin dinding), insulatir (alat pelekat), refraktori, face brick (bila memerlukan warna putih). Pengklasifikasian kaolin didasarkan kepada penggunaan kaoiln tersebut yang antara lain untuk membuat white ware atau barang-barang yang berwarna putih, termasuk porselin, ubin dinding, isolator (alat penyekat), dan lain-lain. Ada hubungan antara sifat lempung keramik dengan komposisinya, yaitu plastisitas, sifat-sifat suspensi, bonding strength, drying shrinkage, firing characteristic (Trask, 1965). Syarat umum mutu kaolin untuk semua kelas adalah harus mengandung mineral kaolinit paling sedikit 80%, sedangkan syarat khusus dapat dilihat pada tabel berikut ini: vii 4.1.2 Industri Kertas Dalam industri kertas, kaolin berfungsi sebagai pengisi (filler material) dan pelapis (coating material). Spesifikasi kaolin yang dibutuhkan dalam industri ini secara umum dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 4.1.3 Industri Karet Dalam industri karet, kaolin digunakan untuk campuran latek, yang dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifatnya, antara lain, kekuatan, ketahanan terhadap abrasi dan kekakuannya seperti sebagai bahan vulkanisir untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan karet. Persyaratan kaolin untuk dapat digunakan dalam industri karet dapat dilihat pada table di bawah ini: vii 4.1.4 Industri Cat Penggunaan kaolin untuk industri cat, antara lain dikarenakan kaolin mempunyai sifat yang tidak mudah reaktif, dapat berfungsi sebagai lapisan penutup yang mempunyai kekuatan yang tinggi. Warna kaolin yang putih akan memudahkan untuk merubah menjadi berwarna seperti apa yang diinginkan sehingga mengurangi jumlah pemakaian bahan-bahan berwarna (warna yang dapat dihasilkan bervariasi). Digunakan sebagai bahan extender produksi cat, substitusi mewarnai cat dan untuk membuat cat berwarna cemerlang. Kaolin juga memiliki variasi ukuran butir yang besar, yang akan dipergunakan dalam berbagai industri cat. vii 4.2 Perkembangan Pemanfaatan Kaolin Perkembangan Industri Isolator Listrik Di Indonesia. Industri isolator listrik di dalam negeri sudah banyak dirintis dari kota dari tahun 1950 yang dimulai dengan pembuatan isolator tegangan rendah yang menggunakan bahan baku sebagian diimpor. Seiring dengan ditemukannya bahan baku didalam negeri maka digunakan pembuatan isolator mengunakan bahan baku yang berasal dari dalam negeri. Pada akhir tahun 60 hingga 70 pabrik isolator listrik tumbuh berkembang sesuai dengan kebutuhan listrik yang makin besar. Akan tetapi dengan berbagai permasalahannya maka pada awal tahun 80 banyak pabrik yang mulai menghentikan usahanya. Pada era tahun ini kemampuan industri isolator kita hanya sebatas memenuhi kebutuhan isolator tegangan rendah. Sampai masa tahun 90 produksi isolator memasuki tahapan pada jenis isolator tegangan menengah dan tinggi. Pada periode ini perusahaan isolator keramik mulai tumbuh dan umumya terbatas kepada membuat isolator dengan bahan baku impor. Pada industri tertentu produksi isolator hanya sebatas pada proses perakitan komponen keramik dan kelengkapan logam yang dimpor dari luar seperti Jepang, USA, Korea Selatan, Thailand atau lainya. Baru menjelang tahun 2000 industri isolator keramik sudah mengarah kepada produksi isolator tegangan menengah sampai tinggi yang memanfaatkan bahan baku dari dalam negeri. Berdasarkan pengamatan kepada pabrik pembuatan isolator listrik keramik umumnya mereka mengaku menggunakan bahan baku dari dalam negeri. Dengan catatan pengakuan mereka apakah benar-benar sesuai dengan kondisi bahan baku keramik asal Indonesia (dalam negeri), mengingat kualitas bahan baku dalam negeri sangat bervariatif. Banyak juga penelitian yang memperlihatkan bahwa bahan baku keramik dalam negeri masih perlu pengolahan lanjutan sehingga memenuhi standar bahan baku untuk bahan baku isolator tegangan menengah-tinggi. Pengolahan bahan baku tersebut perlu dilakukan mengingat persyaratan pembuatan isolator listrik keramik yang cukup ketat. Oleh karena itu dalam rangka pemanfaatan bahan baku isolator dalam negeri seperti bahan galian kaolin maka dilakukanlah penelitian kualitasnya agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Selain itu bahan baku yang melimpah akan vii dapat digunakan dengan melalui beberapa proses lebih lanjut. Khusus industri isolator listrik tegangan menengah seperti isolator FCO sampai saat ini tidak banyak perusahaan yang memproduksinya. Baru pada pertengah tahun 2000 an di kota Bandung terdapat perusahaan yang memproduksi isolator ini. Berdasarkan pengakuan produsen mereka telah menggunakan bahan baku dalam negeri. Untuk mengejar kemampuan teknologi isolator listrik maka pada tahap pertama ini dilakukan pemilihan produk isolator listrik yang memiliki kesulitan minimum baik pembuatan maupun standar yang ada. Oleh karenanya dipilih produk isolator listrik jenis FCO yaitu jumlah bahan baku banyak dipasar dan dari uji kelistrikan tidak terlalu ketat dibandingkan persyaratan isolator listrik tegangan tinggi. Teknologi pembuatan isolator listrik sampai saat ini sulit untuk didapatkan secara cuma-cuma. Oleh karenanya pada tahapan awal perlu diketahui kondisi bahan baku dan pada akhirnya sangat mungkin menguasai teknologi pembuatan produk isolator sepenuhnya. Hasil uji kualitas terhadap kaolin yang ada maka untuk dapat dipakai sebagai bahan baku isolator perlu dilakukan pengolahan awal terhadap kaolin. Dengan proses ini diharapkan bahan baku akan sesuai dengan persyaratan standar untuk membuat badan bahan baku keramik isolator porselen. Karena persyaratan kelistrikan yang tidak seperti isolator tegangan tinggi lainnya maka dengan standar bahan baku yang ada maka masih terbuka luas kemungkinan untuk membuat isolator listrik FCO. vii BAB V REKLAMASI LAHAN TAMBANG KAOLIN 5.1 Landasan Teori 5.1.1 Prinsip Reklamasi Berdasarkan undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambanganuntuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Pada hakekatnya prinsip reklamasi harus memenuhi beberapa kriteria antara lain: 1. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan yang terdiri atas a. Perlindungan terhadap air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara berdasarkan baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup b. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati c. Penjaminan terhadap stabilitas keamanan pada timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang, dan struktur buatan lainya d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya e. Memperhatikan nilai sosial dan budaya setempat f. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan 2. Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja yaitu memberikan perlindungan kesela matan terhadap setiap pekerja/buruh, dan memberikan perlindungan setiap pekerja/buruh dari penyakit akibat kerja. 3. Prinsip konservasi mineral a. Penambangan yang optimum b. Penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan/atau pemurnian yang efektif dan efisien. vii c. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marjinal, mineral kadar rendah, danmineral ikutan d. Pendataan sumberdaya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang serta sisa pengolahan dan pemurnian. 5.1.2 Perincian Program Reklamasi Dalam merencanakan suatu kegiatan reklamasi tidak terlepas dari programprogramyang akan dimbil dalam kegiatan reklamasi menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2014 program reklamasi dapat dilaksanakan dalam bentuk revegetasi dan/atauperuntukan lainya. Peruntukan lahan lainya ini bisa berupa pemanfaatan lahan untuk areapemukiman, pariwisata, sumber air atau area pembudidayaan. Program reklamasi terhadap lahan yang terganggu dibuat dalam jangka waktu 5 tahun atau sesuai dengan umur tambang yang dirinci setiap tahun. Perincian program reklamasi tersebut antara lain yaitu: 1. Lokasi dan luas lahan terganggu yang akan direklamasi 2. Penatagunaan lahan berupa kegiatan pengaturan lahan baik yang berada di dalam lubang bukaan maupun di luar lubang bukaan tambang 3. Revegetasi yang berupa kegiatan penentuan jenis dan jumlah tanaman yang aka n digunakan untuk reklamasi, jarak tanam antar pohon serta luas lahan yang akan direvegetasi. 4. Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan apabila dilakuan kegiatan reklamasi yang berbentuk bukan revegetasi 5. Pemeliharaan lahan yang berupa kegiatan pemeliharaan tanaman serta stabilisasi lereng. 5.1.3 Biaya Langsung Biaya yang digunakan dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan berkaitan langsung dengan program-program reklamasi yang dilakukan. Biaya langsung ini mencangkup beberapa kegiatan reklamasi antara lain: vii 1. pengaturan permukaan lahan 2. Biaya penebaran tanah pucuk 3. Biaya pengendalian erosi 4. Biaya revegetasi antara lain biaya analisis tanah, pemupukan, pengadaan bibit,penanaman, pemeliharaan tanaman 5. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang; dan/atau 6. Pekerjaan sipil sesuai degan peruntukan lahan pascatambang 7. Biaya pemanfaatan lubang bekas tambang antara lain 1. Biaya stabilisasi lereng, 2. Pengamanan lubang bekas tambang 3. Pemuliahan dan pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam lubang bekastambang 4. Pemeliharaan lubang bekas tambang. 5.1.4 Biaya Tidak Langsung Sedangkan biaya tidak langsung merupakan biaya yang dikeluarkan tidak berkaitan langsung dengan kegiatan reklamasi dan biaya tidak langsung ini berupa persentase dari biaya langsung. Rincian biaya tdak langsung antara lain: 1. Biaya Mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5% dari biaya langsung atau berdasarkan perhitungan. 2. Biaya Perencanaan kegiatan reklamasi sebesar 2%-10 % dari biaya langsung. Besarnya persentase yang akan digunakan dihitung menggunakan grafik biaya perencanaan reklamasi 3. Biaya Administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai kontraktor pelaksana reklamasi sebesar 3%-14% dari biaya langsung. Besarnya persentase yang akan digunakan dihitung menggunakan grafik biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga. 4. Biaya supervisi sebesar 2%-7% dari biaya langsung. Besarnya persentase yang akan digunakan dihitung menggunakan grafik biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga. vii 5.2 Reklamasi Tambang Kaolin PT. Aneka Kaoline Utama 5.2.1 Kegiatan Backfilling dan Penebaran Top Soil Area yang akan direklamasi berupa lubang bukaan tambang yang sudah tidak ekonomislagi untuk ditambang sesuai dengan rencana kemajuan penambangan. Total luas area yang akan di reklamasi yaitu sebesar 5.8 hektar. Kegiatan awal reklamasi adalah kegiatan penataan lahan yang terdiri dari pengisian kembali lubang tambang dengan material isian berupa tailing dari proses pengolahan kaolin yang kemudian dilakukan penebaran tanah pucuk (topsoil). Tebal topsoil yang ditebar pada kegiatan reklamasi PT. Aneka Kaoline Utama adalah sebesar 0.3 meter dengan ketebalan tersebut diharapkan mampu untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan baik. 5.2.2 Penanaman Pohon Dalam pekerjaan penataan lahan dan penyebaran tanah pucuk alat yang digunakan yaitu Excavator Komatsu PC 200, Dump Truk Mitsubisi Colt Diesel dan Bulldozer Komatsu D 85. Setelah dilakukan penataan lahan dan penyebaran tanah pucuk maka kegiatan selanjutanya yaitu kegiatan revegetasi. Kegiatan revegetasi ini dilakukan dengan penanaman pohon campuran antara pohon pioner yaitu pohon akasia (Acasia mangium) dengan pohon lokal yaitu pohon seruk (Schimawalichii horth) sebagai tanaman sisipan. Jarak tanam antarpohon pioner yaitu berjarak 4 meter x 4 meter . Sebelum dilakukan penanaman tahapan awal dari kegiatan reklamasi adalah melakukan uji kualitas tanah, pembuatan ajir, pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm serta pemupukan. Pola penanaman pohon pioner dengan tanaman sisipan terdapat pada gambar. vii 5.2.3 Stabilisasi Lereng dan Pembuatan Talut Stabilisasi lereng dilakukan agar lereng mantap dan tidak mudah longsor. Lereng yang dibuat adalah single bench dengan tinggi 3 meter dan kemiringan 45 derajat. Sedangkan untuk mencegah terjadinya erosi pada lahan reklamasi maka perlu dibuat suatu Sistem Pembuangan Air (SPA). SPA yang dibuat berupa saluran/talut dengan dimensi Saluran dengan ukuran lebar 0.66 meter dengan kedalaman 0.54 meter dengan panjang saluran sepanjang 269 meter. 5.2.4 Rencana Kegiatan dan Aggaran Reklamasi Rencana kegiatan reklamasi ini dibuat dalam kurun waktu atau periode perlima tahun dimulai dari tahun 2015 sampai 2019 dan akan terus berlanjut. Pada akhir tahun ke-1 tidak akan diadakan kegiatan reklamasi karena pada tahun tersebut semua kegiatan akan berfokus pada proses penambangan. Kegiatan reklamasi baru akan dilakukan pada akhirtahun ke-2 dikarenakan lahan pada area penambangan tahun ke-1 sudah selesai ditambang. Area reklamasi pada tahun ke-2 akan berfokus pada area yang selesai di tambang pada tahun sebelumnya. Luas area yang akan direklamasi adalah sebesar 1 hektar. Lubang tambang yang ditinggalkan akan dilakukan backfilling dengan material tailing dari proses pengolahan kaolin sebesar 30.000 m3. Setelah dilakukan kegiatan backfilling maka tahap selanjutnya yaitu penyebaran topsoil. Topsoil yang disebar sebanyak 3.000 m3 yang berupa campuran dari tanah pucuk dan tanah penutup. Jumlah pohon yang akan ditanam sebanyak 938 pohon. Pada akhir tahun ke-3 sampai dengan ke-6 luas area yang akan direklamasi tiap tahunnya adalah sebesar 1.2 hektar. Proses pengelolaan lahan tidak berbeda dari tahun sebelumnya, hanya volume material yang akan dibackfilling serta jumlah pohon yang akan ditanam. Material yang akan dibackfilling sebanyak 36.000 m3 dengan jumlah pohon yang akan ditanam sebanyak 1125 pohon. vii Besarnya biaya langsung yang akan dikeluarkan PT Aneka kaoline Utama dalam kegiatan reklamasi lubang bukaan tambang untuk 1 hektar lahan adalah sebagai berikut: 1. Pengaturan permukaan lahan, terdiri dari kegiatan loading, hauling, dan spreading, dengan total biaya sebesar Rp. 312.496.000,- 2. Biaya penebaran tanah pucuk, terdiri dari kegiatan loading, hauling, dan spreading, dengan total biaya sebesar Rp. 31.400.000,-. 3. Biaya pengendalian erosi pembuatan saluran dengan ukuran lebar 0.66 meter dengan kedalaman 0.54 meter dengan panjang saluran sepanjang 95 meter sebesar Rp. 400.000,- 4. Biaya revegetasi antara lain biaya analisis tanah, pemupukan, pengadaan bibit, penanaman, dan pemeliharaan tanaman dengan total biaya sebesar Rp. 20.621.000,-. 5. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang tidak dilakukan karena tidak terdapat adanya air asam tambang. 6. Pekerjaan sipil sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang pada periode 5 tahun awal belum dilakukan pekerjaan sipil untuk pasca tambang 7. Biaya pemanfaatan lubang bekas tambang antara lain i. Biaya stabilisasi lereng,Biaya yang dikeluakan untuk perapihan lereng seluas 1 hektar lahan adalah sebesarRp. 136.000.000,-. ii. Pengamanan lubang bekas tambang. Membuat pembatas pada areal sekitar lahan yang sudah direklamasi. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan pagar 1 hektar lahan adalah Rp. 1.390.000,-. iii. Pemuliahan dan pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam lubang bekastambang (tidak dilakukan). iv. Pemeliharaan lubang bekas tambang (tidak dilakukan) Besarnya biaya tidak langsung dipengaruhi oleh total biaya langsung semakin besarbiaya langsung maka akan kecil pula biaya tidak langsungnya begitu juga sebaliknya apabila biaya langsung kecil maka persentase biaya tidak vii langsung akan besar. Rincian biaya tidak langsung yang akan dikeluarkan untu luas lahan 1 hektar adalah sebagai berikut: 1. Biaya mobilisasi alat, besarnya biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5% dari biaya langsung.Besarnya biaya langsung untuk 1 hektar lahan adalah sebesar Rp. 503.675.000,- Olehkarena itu, besar biaya mobilisasi dan demobilisasi alat adalah Rp. 12.591.875,- 2. Biaya perencanaan berdasarkan grafik biaya perencanaan besarnya biaya yang akan digunakan untuk menghitung biaya perencanaan adalah sebesar 8.8%. oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk biaya perencanaan sebesar Rp. 44.323.400,-. 3. Biaya Keuntungan Pihak KetigaBerdasarkan grafik biaya keuntungan pihak ketiga besarnya Persentase biaya yang akandigunakan adalah sebesar 13.3%. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk biaya keuntungan pihak ketiga sebesar Rp. 66.988.755,- 4. Biaya supervisi berdasarkan grafik biaya supervisi besarnya persentase biaya yang akan digunakan adalah sebesar 6.2%. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk biaya keuntungan pihak ketiga sebesar Rp. 31.227.850,-. Program rencana kegiatan reklamasi PT Aneka Kaoline Utama dibuat dengan jenjang waktu lima tahun untuk satu periode dimulai dari tahun 2015-2019. Luas area yang akan direklamasi pada penambangan kaolin PT. Aneka Kaoline Utama untuk periode 5 tahun sebesar 5.8 hektar. Kegiatan reklamasi dimulai dengan penataan lahan dengan melakukan pengisian kembali lubang tambang (Backfilling) dengan material pengotor pengolahan berupa pasir. Total volume material yang dimasukan adalah sebesar 138.000 m3. Tebal topsoil yang disebar yaitu sebesar 30 cm terdiri dari campuran topsoil dengan tanah penutup. Total volume topsoil yang disebar untuk kegiatan reklamasi berjumlah 14.400 m3. Untuk kegiatan revegetasi yaitu penanaman pohon pioner sisipan dengan jarak 4 m x 4 m. Maka jumlah pohon yang akan ditanam sebanyak 5.438 pohon. Biaya untuk kegiatan reklamasi PT. Aneka Kaoline sebesar Rp.5.213.545.600,-. vii DAFTAR PUSTAKA http://ayosinaubocahkabeh.blogspot.co.id/2016/10/petapersebaran-kaolin-diindonesia.html. Diakses pada Maret 2018 http://bubulemon.blogspot.co.id/2013/07/bahan-galian-industri-kaolin.html. Diakses pada Maret 2018 https://www.scribd.com/presentation/333627656/Potensi-Kaolin-DaerahTanjungpandan. Diakses pada Maret 2018 https://www.academia.edu/12467435/KAOLIN. Diakses pada Maret 2018 https://www.researchgate.net/publication/267028862_STUDI_GENESA_KAOLI N_DAN_PEMANFAATANNYA_Studi_Kasus_Daerah_KecSemin_KabGunung kidul_SEMINAR_JURUSAN_TEKNIK_GEOLOGI_FAKULTAS_TEKNOLOG I_MINERAL_INSTITUT_SAINS_TEKNOLOGI_AKPRIND_YOGYAKARTA_ 2005. Diakses pada 27 Maret 2018 jam 22.40 https://www.academia.edu/19646666/KAOLIN. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 03.03 http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id/pmapper_webmap/pmapper4.2.0/map_default.phtml. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 03.29 http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%202%20no.%203%20th n%202007/6.%20TAILING%20SEBAGAI%20SUMBER%20DAYA%20_Sabta nto_rev.pdf. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 05.59 https://www.indotrading.com/product/kaoline-ka-01-p197451.aspx. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 06.34 https://geoinfo.nmt.edu/staff/mclemore/teaching/imclass/documents/Barkertechpa per.pdf. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 23.11 https://caryos.wordpress.com/2008/02/03/%E2%80%9Ceksplorasi-danpenambangan-kaolin-sebagai-bahan-galian-industri-di-daerah-ketandan-kecselogiri-kab-wonogiri%E2%80%9D/. Diakses pada 30 Maret 2018 jam 10.24 https://caridokumen.com/download/amdal-mineral-kaolin_5a456b1fb7d7bc7b7abed892_pdf. Diakses pada 30 Maret 2018 jam 10.32 https://www.scribd.com/doc/240552011/Skt-Kaolin. Diakses pada 30 Maret 2018 jam 17.43 https://www.academia.edu/23682757/Rencana_Kegiatan_Reklamasi_Pada_Pena mbangan_Kaolin_Di_PT_Aneka_Kaoline_Utama_Desa_Air_Raya_Kecamatan_T anjungpandan_Kabupaten_Belitung_Provinsi_Kepulauan_Bangka_Belitung. Diakses pada 30 Maret 2018 jam 23.33 https://e-katalog.lkpp.go.id/backend/katalog/lihat_produk/275811. Diakses pada 31 Maret 2018 jam 15.32 http://www.dealertrukhino.com/product/hino-500-ranger. Diakses pada 31 Maret 2018 jam 17.32 http://sigitjanuprasetyo.blogspot.co.id/2017/03/teknik-pengolahan-mineralkaolin.html. Diakses pada 31 Maret 2018 jam 18.16 http://lipi.go.id/publikasi/pengolahan-kaolin-alam--pengurangan-pengotor-silikadengan-pelarutan-hf/569. Diakses pada 31 Maret 2018 jam 20.33 vii