LAPORAN TELAAH JURNAL INITIAL INVASIVE OR CONSERVATIVE STRATEGY FOR STABLE CORONARY DISEASE PEMBIMBING: dr. Abdul Wahid Usman, Sp.PD DISUSUN OLEH: Armita Syarifah H.S (2015730016) KEPANITERAAN KLINIK STASE INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2020 KATA PENGANTAR Assalammualaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Tak lupa salawat serta salam kepada junjungan besar Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Journal reading mengenai “Initial Invasive Or Conservative Strategy For Stable Coronary Disease” dalam rangka mengikuti kepanitraan Klinik di bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Sayang Cianjur. Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis: 1. Dokter pembimbing Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta serta Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam RS Sayang Cianjur. 2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan kepada penyusun. Akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penyusun dan kepada pembaca. Terimakasih Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, 1 Mei 2020 Penyusun 2 INITIAL INVASIVE OR CONSERVATIVE STRATEGY FOR STABLE CORONARY DISEASE Abstrak LATAR BELAKANG Pada pasien penyakit jantung koroner yang stabil dan iskemia derajat sedang atau berat, dilakukan penelitian untuk menentukan hasil terapi apakah lebih baik dilakukan intervensi invasive ditambah terapi konservatif atau yang hanya menerima terapi konservatif saja. METODE Secara acak pada 5.179 pasien dengan kategori iskemik sedang atau berat dilakukan strategi invasive (angiografi dan revaskularisasi) dan terapi konservatif. Hasil utama atau primer yang dilihat adalah tingkat kematian akibat kardiovaskular, infark miokard, angina unstable, gagal jantung, atau serangan jantung. Hasil sekundernya adalah kematian akibat kardiovaskular atau infark miokard. HASIL Hasil primer ditemukan pada kelompok yang dilakukan terapi invasive dan 352 pada kelompok yang hanya dilakukan terapi konservatif. Selama 6 bulan, nilai kumulatif untuk strategi invasive mencapai 5,3% dan strategi konservatif 3,4% (berbeda 1,9%, 95% Ci, 0.8 sampai 3.0), selama 5 tahun nilai kumulatif menjadi masing-masing 16.4% dan 18.2% (berbeda -1.8%, 95% CI, -4.7 sampai 1.0). Hasil menunjukkan tidak berbeda jauh antara satu sama lain. Terdapat 145 kematian yang diakibatkan bukan dari kardiovaskular dalam kelompok terapi invasive dan 144 kematian dalam kelompok terapi konservatif. SIMPULAN Pasien dengan penyakit jantung koroner dan iskemik sedang atau berat, tidak ditemukannya bukti bahwa strategi invasive disertai terapi konservatif dapat lebih mengurangi risiko kematian dibandingkan terapi konservatif saja. 3 RANGKUMAN JURNAL Pendahuluan Tujuan dari pengobatan penyakit jantung koroner yang stabil adalah mengurangi risiko kematian dan iskemik serta meningkatkan kualitas hidup. Beberapa teori telah menjelaskan mengapa pada penelitian sebelumnya, pada pasien penyakit jantung koroner tidak menunjukkan penurunan angka kematian atau infark miokard dengan revaskularisasi. Namun juga terdapat penelitian lain yang dilakukan pada 10.627 pasien bahwa angka kematian akibat iskemik miokard menurun 10% yang menjalani revaskularisasi. The International Study of Comparative Health Effectiveness with Medical and Invasive Approaches (ISCHEMIA) untuk menentukan dampak dari kateterisasi jantung (setelah angiografi) dan revaskularisasi ketika dapat dilakukan terapi pada pasien penyakit jantung koroner dan iskemik sedang atau berat. Metode Populasi, dilakukan latihan stress-fisik tanpa pemeriksaan penunjang sebagai protokol yang harus dilakukan. Kriteria eksklusi adalah laju filtrasi glomerulus <30 ml/menit dalam 1.73 m2 dari permukaan tubuh, syndrome koroner akut (SKA), stenosis pada jantung kiri setidaknya 50%, ejeksi ventrikel kiri kurang dari 35%, gagal jantung NYHA kelas III atau IV, dan angina unstable yang sudah dalam pemberian dosis obat maksimal. 4 Strategi pengobatan, pasien yang menerima terapi invasive akan menjalani angiografi selama 30 hari setelah dipilih secara acak dan menyelesaikan revaskularisasi (jenis revaskularisasi dipilih oleh tim klinisi bagian jantung, yaitu dengan PCI atau coronary artery bypass grafting (CABG). Setelah itu dilakukan pemantauan selama 5 tahun. 5 6 Penentuan hasil, yaitu hasil utama adalah kematian akibat penyakit kardiovaskular, infark miokard, angina unstable, gagal jantung, atau serangan jantung. Hasil sekunder, adalah kematian akibat penyakit kardiovaskular atau infark miokard dan angina yang berhubungan dengan kualitas hidup. Penelitian ini didukung oleh the National Heart, Lung, and Blood Institute serta protokol disetujui oleh komite etik New York University Grossman School of Medicine. Data dianalisis dengan menggunakan SAS software (versi 9.4), WinBUGS software (versi 1.4), dan R software (versi 3,6). Hasil 7 Hasil dari penelitian ini, sejak tanggal 26 Juli 2012 sampai 31 Januari 2018 didpatkan 8518 pasien, kemudian disaring menjadi 5.179 pasien dari 320 wilayah dalam 37 negara. Pasien dalam kelompok strategi invasive 96% dilakukan angiografi dan 79% revaskularisasi (PCI 74% dan CABG 26%). Pada kelompok strategi konservatif, 26% pasien dilakukan angiografi dan 21% dilakukan revaskularisasi; 19% angiografi dan 15% revaskularisasi sebelum terjadinya hasil primer. Pasien dilakukan follow up sampai tanggal 30 Juni 2019. Hasil utama terjadi pada 318 pasien yang dilakukan strategi invasive dan 352 pasien pada kelompok strategi konservatif. Peneliti tidak menemukan perbedaan yang signifikan selama 5 tahun antara kedua kelompok. Hasil sekunder, terdapat 275 kematian akibat kardiovaskular atau infark miokard pada kelompok pemberian strategi invasive dan 314 kematian pada kelompok strategi konservatif. Diskusi Pada penelitian ini, selama lebih dari 3.2 tahun melakukan pemantauan pada pasien penyakit jantung koroner yang stabil yang memiliki iskemik sedang atau berat pada pemeriksaan stress-fisik, dilakukan strategi invasive awal kemudian dibandingkan dengan strategi konservatif, hasilnya tidak dapat mengurangi hasil utama maupun hasil sekunder. Simpulan Simpulannya, peneliti membandingkan efektivitas strategi invasive dengan konservatif pada pasien penyakit jantung koroner dan iskemik sedang atau berat. Hasilnya tidak ditemukan bahwa strategi invasive dapat mengurangi angka kematian. 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20