Uploaded by at33ns

potensi b.merah OKU

advertisement
ISSN 0854-9028
AGRIC Jurnal Ilmu Pertanian
SEMINAR NASIONAL DAN LOKAKARYA
“Peran Inovasi Teknologi Pertanian dalam Pengembangan Bioindustri
Berkelanjutan untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan”
Salatiga, 12 Agustus 2014
Tim Penyunting
Joko Pramono
Agus Hermawan
Forita Dyah Arianti
Bambang Sudaryanto
Teguh Prasetyo
Tota Suhendrata
Bayu Nuswantara
Tim Redaksi Pelaksana
Dian Maharso Yuwono
Miranti Dian Pertiwi
Anggi Sahru Romdon
Nugraheni Widyawati
Dewi Sahara
Chanifah
Sunoto
Kerjasama
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TENGAH
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TENGAH
FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS – UKSW SALATIGA
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
JOKO PRAMONO
Jurnal Edisi Khusus - Seminar Nasional dan Lokakarya “PeranInovasi Teknologi Pertanian
dalam Pengembangan Bioindustri Berkelanjutan untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan”
Pramono J.,et al. Ungaran : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, 2014
xxi, 1-521 hlm: ill: 21 cm
ISSN: 0854-9028 AGRIC Jurnal Ilmu Pertanian Vol.26 No.3 Edisi Khusus 1
1. Inovasi teknologi 2. Bioindustri pertanian berkelanjutan 3. Kedaulatan pangan
I. Judul
354
Seminar Nasional dan Lokakarya Peran Inovasi Teknologi Pertanian dalam Pengembangan Bioindustri
Berkelanjutan untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan
POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA BAWANG MERAH LAHAN
KERING DATARAN RENDAH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU,
SUMATERA SELATAN
(Studi Kasus Desa Lubuk Leban dan Tungku Jaya, Kecamatan Sosoh Buay
Rayap, Kabupaten Ogan Komering Ulu)
Sidiq Hanapi dan Agus Suprihatin
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
ABSTRAK
Upaya pengembangan bawang merah sedang difokuskan di kabupaten Ogan
Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan, melalui perluasan areal pertanaman yang
mencapai 30 Ha. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi budidaya
bawang merah di lahan kering dataran rendah kabupaten OKU. Pengkajian
dilaksanakan Mei – Juli 2013, di desa Lubuk Leban dan Tungku Jaya.
Pengumpulan data melalui wawancara dengan kuisoner terhadap 25 anggota
kelompok tani. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait. Indikator yang
digunakan untuk menilai kelayakan usahatani dengan menggunakan R/C ratio.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya bawang merah berpotensi untuk
dikembangkan di daerah tersebut yang ditunjukkan dengan nilai R/C ratio sebesar
1,8. Hal ini juga didukung dengan sifat umbi bawang merah yang setelah dipanen
memiliki ketahanan umur simpan apabila dibandingkan dengan tanaman
hortikultura lainnya.
Kata kunci : Potensi, bawang merah, budidaya.
ABSTRACT
The efforts of onion development were focused on Ogan Komering Ulu (OKU)
districts of South Sumatra, through the expansion of planting area reached 30 Ha.
The purposed of this study was to determine the potential of onion cultivation in
dry-lowland on OKU districts. The assessment was carried out from May to July,
2013, in the village of Lubuk Leban and Tungku Jaya. Collecting data through
interviews with 25 members of the group sent questionnaires to farmers. Secondary
data were collected from relevant agencies. Indicators used to assess the feasibility
of farming by using the R/C ratio. Results of the study showed that onion
cultivation had the potential to be developed in the area indicated by the value of
the R/C ratio of 1,8. It is also supported by the nature of the onion bulbs harvested
resilient shelf life when compared to other horticultural crops.
Keywords : Potential, onion, cultivation
PENDAHULUAN
Dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada periode lima tahun (2010-2014),
disamping prioritas pada lima komoditas pangan utama (padi, jagung, kedelai, gula dan sapi)
juga akan dikembangkan komoditas lainnya, seperti; hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Untuk tanaman hortikultura yang termasuk komoditas unggulan nasional diantaranya adalah;
Hanapi, S, et al. Potensi Pengembangan Budidaya Bawang Merah Lahan Kering Dataran
Rendah di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan
cabai, bawang merah, kentang, jamur, mangga, jeruk, durian, manggis, nanas dan pisang serta
rimpang dan tanaman hias (Renstra Kemtan, 2010-2014).
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi
sumberdaya alam sangat besar, terutama potensi sumberdaya disektor pertanian. Bila dilihat dari
kondisi agroklimat dan luas lahan yang dimiliki, Sumatera Selatan mempunyai potensi untuk
pengembangan komoditi hortikultura. Komoditas hortikultura yang banyak diusahakan petani
di Sumatera Selatan adalah tanaman buah-buahan, sayuran, biofarmaka dan tanaman hias.
Secara umum produktivitas dan kualitas komoditi tersebut relatif masih rendah. Hal ini
disebabkan antara lain kualitas bibit yang kurang baik, penerapan budidaya masih tradisional
skala usaha kecil, serangan hama dan penyakit, panen dan penanganan pasca panen yang
kurang. Permasalahan lain, produk hortikultura umumnya mempunyai karakteristik yang mudah
rusak, sehingga hal tersebut sangat berdampak terhadap harga dan pendapatan petani.
Untuk mengatasi rendahnya produktivitas, produksi dan mutu produk yang terkait
dengan sistem produksi, skala usaha dan sarana/prasarana pendukung, pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk pengembangan komoditi dalam bentuk kawasan. Melalui
pendekatan kawasan, karakteristik hortikultura yang spesifik lokasi dengan keragaman
komoditas yang ada serta dengan nilai ekonomi yang tinggi dan waktu panen yang berbeda akan
saling melengkapi dan merupakan potensi ekonomi yang dapat dijadikan sandaran dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat diwilayah tersebut.
Dalam rangka mendukung pengembangan kawasan hortikutura di wilayah Sumatera
Selatan sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil melalui penerapan
teknologi yang optimal, maka perlu dilakukan kegiatan pengkajian teknologi budidaya dan
pengembangan hortikultura di Sumatera Selatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui potensi budidaya bawang merah di lahan kering dataran rendah kabupaten Ogan
Komering Ulu, Sumatera Selatan.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di desa Lubuk Leban dan Tungku Jaya, kecamatan Sosoh
Buay Rayap, kabupaten Ogan Komering Ulu. Penentuan lokasi ini pengkajian ini dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kabupaten Ogan Komering Ulu
merupakan salah satu pengembangan kawasan hortikultura komoditas bawang merah di
Sumatera Selatan dengan jumlah sampel sebanyak 25 anggota kelompok tani yang
membudidayakan bawang merah.
Informasi teknologi dan sistem usahatani bawang merah didapatkan dari literatur buku
refrensi, laporan dan internet. Identifikasi potensi budidaya bawang merah di lahan kering
dataran rendah ini didapatkan dari wawancara langsung dengan kelompok tani dan rumah
tangganya dengan menggunakan daftar pertanyaan kunci.
Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi sistem usahatani, untuk mengetahui
keuntungan usahatani bawang merah digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya yang
dirumuskan sebagai berikut:
355
356
Seminar Nasional dan Lokakarya Peran Inovasi Teknologi Pertanian dalam Pengembangan Bioindustri
Berkelanjutan untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan
R/C 
PT
BT
Keterangan: R/C = Nisbah antar penerimaan dengan biaya
PT = Penerimaan Total
BT = Biaya total yang dikeluarkan petani
Jika R/C > 1, maka usahatani bawang merah yang diusahakan menguntungkan. Jika R/C < 1
maka suahatani padi yang diusahakan mengalami kerugian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Wilayah
Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu kabupaten dari 15
kabupaten di wilayah Sumatera Selatan, dengan luas wilayah 361.760 Ha. Kota Baturaja
merupakan ibu kota kabupaten OKU. Secara gegrafis kabupaten OKU terletak antara 103 o40‟ –
104o33‟ BT dan antara 3o45‟ – 4o55‟ LS. Batas-batas kabupaten OKU adalah sebagai berikut
(Ogan Komering Ulu dalam angka 2010/2011) :Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan
Martapura dan Madang Suku II, kabupaten OKU Timur. Sebelah Barat berbatasan dengan
kecamatan Semendo dan Tanjung Agung, kabupaten Muara Enim. Sebelah Utara berbatasan
dengan kecamatan Rambang Lubai, kabupaten Muara Enim dan kecamatan Muara Kuang,
kabupaten OKUI. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Simpang dan Buay Pemaca,
kabupaten OKU Selatan.
Bentuk wilayah kabupaten OKU bervariasi dari datar – bergunung-gunung atau dengan
kelerengan dari 0 – 2% hingga lebih dari 40%. Secara umum kabupaten OKU beriklim tropis
dan basah dengan temperatur bervariasi antara 22 – 31 oC. OKU termasuk daerah bercurah
hujan tinggi. Februari merupakan puncak dari musim penghujan di 2010. Kabupaten OKU
memiliki 12 kecamatan. Kawasan hortikultura di kabupaten OKU seluas 15.832 Ha, yang
tersebar di kecamatan Peninjauan, Lubuk Batang, Baturaja Barat, Baturaja Timur, Sosoh Buai
Rayap, Muara Jaya, Lengkiti, Semidang Aji dan Pengadoanan. Pengembangan kawasan
hortikultura terbesar di lahan Obyek Militer Baturaja (OMIBA) yang masuk dalam 2 kecamatan
yaitu kecamatan Sosoh Buay Rayap dan Lengkiti.
Kecamatan Sosoh Buay Rayap terletak di sebelah Barat kota Baturaja Kabupaten OKU,
dengan luas wilayah 260,49 km2 terdiri dari 10 desa. Desa Tungku Jaya berjarak 11 Km dari
kota Baturaja sedangkan desa Lubuk Leban berjarak 12 Km dari kota Baturaja. Kedua desa
memiliki agroekosistem lahan kering dataran rendah. Desa tersebut dapat dilalui dengan jalan
darat dan mudah dijangkau.
Hanapi, S, et al. Potensi Pengembangan Budidaya Bawang Merah Lahan Kering Dataran
Rendah di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan
Gambar 1. Peta rencana kawasan kawasan budidaya kabupaten OKU
Sumber : Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten OKU Tahun 2012 – 2032
Desa Lubuk Leban dan Tungku Jaya memiliki karakteristik tersendiri dalam
pemanfaatan lahannya untuk pertanaman hortikultura. Petani di desa Lubuk Leban dan Tungku
Jaya pada umumnya mengusahakan karet, yang hasilnya dimanfaatkan sebagai tabungan.
Petani menanam tanaman karet di kebun-kebun mereka sendiri. Petani di desa Lubuk Leban
memanfaatkan lahan OMIBA untuk pengembangan tanaman pangan, palawija dan hortikultura.
Lahan OMIBA tersebut merupakan lahan milik TNI yang pengelolaannya diserahkan kepada
petani disekitarnya untuk ditanami tanaman semusim dengan sistem sewa. Sewa yang
dibebankan yaitu sebesar Rp 500.000,-/ha/th. Apabila lahan OMIBA tersebut akan digunakan
untuk latihan perang maka akan dilakukan pemberitahuan selama waktu tertentu tidak boleh
dilakukan aktivitas penanaman oleh petani penyewa.
Penanaman bawang merah oleh petani desa Lubuk Leban diusahakan di lahan OMIBA
dengan sistem hamparan. sedangkan petani bawang merah di desa Tungku Jaya diusahakan
sebagai tanaman sela diantara tanaman karet muda. Rata-rata produksi bawang merah mencapai
1 : 8 sampai 1 : 12 (artinya dengan bibit 1 kg umbi menghasilkan 8 – 12 kg bawang merah).
Sehingga dalam 1 ha produksi bawang merah mencapai 12 – 20 ton/ha, dengan rata-rata
produksi 14 – 15 ton/ha. Oleh karena diperlukan analisis usaha tani bawang merah di lokasi
tersebut, yang diharapkan dapat mendorong petani lain disekitar wilayah kecamatan Sosoh
Buay Rayap untuk mengembangkan budidaya bawang merah.
Pengembangan budidaya bawang merah di kabupaten OKU juga didukung oleh Dinas
Pertanian dan Tanaman Pangan kabupaten OKU serta Direktorat Jendral Hortikultura pada 2013
ini yaitu dengan melakukan pengembangan wilayah penaman bawang merah seluas 25 Ha di
desa Tungku Jaya dan 10 ha di desa Lubuk Leban. Dengan adanya perluasan wilayah
penanaman bawang merah baik di desa Lubuk Leban dan Tungku Jaya (penanaman bawang
357
358
Seminar Nasional dan Lokakarya Peran Inovasi Teknologi Pertanian dalam Pengembangan Bioindustri
Berkelanjutan untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan
merah juga dilakukan dihamparan luas dan tidak hanya diusahakan sebagai tanaman sela saja)
akan meningkatkan produksi bawang merah di kabupaten Ogan Komering Ulu.
Analisis Finansial Usaha Tani Bawang Merah
Penerimaan usahatani bawang merah diperoleh dari hasil produksi bawang merah
dikalikan harga produksi yaitu harga bawang merah pada periode musim tanam tersebut yang
dinyatakan dalam rupiah. Pengeluaran usahatani bawang merah merupakan penjumlahan dari
biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel meliputi pengunaan bibit, pupuk, pestisida, tenaga
kerja pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman sampai panen, biaya angkut dan
lain-lain. Keuntungan yang didapat petani adalah penerimaan dikurangi dengan total
pengeluaran petani untuk proses produksi.
Berdasar hasil analisis usahatani (Tabel 1) menunjukkan bahwa penerimaaan dan total
biaya usahatani bawang merah, maka diperoleh nisbah penerimaan dengan biaya yang disebut
Revenue cost ratio (R/C rasio). Besarnya R/C usahatani padi adalah 1,8 artinya setiap Rp.
1.000,- biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi akan memperoleh penerimaan sebesar Rp.
1.800,-. Sementara dilihat besarnya R/C > 1 pada usahatani bawang merah tersebut
menunjukkan bahwa usahatani padi masih memberikan keuntungan petani.
Tabel 1. Analisis finansial usahatani bawang merah di kecamatan Sosoh Buay Rayap,
kabupaten OKU.
No.
A
1
2
3
4
5
6
7
8
B
1
2
3
4
5
6
7
C
1
2
D
E
F
Uraian
Biaya Bahan
bibit bawang
Pupuk kandang (kotoran ayam)
Urea
SP 36/TSP
KCL
ZA
NPK
Insektisida
Biaya Tenaga Kerja
Olah tanah
Tanam TK laki2
Tanam TK Prmpuan
Penyiangan
Pupuk
Semprot
Panen
Angkut
Biaya lain-lain
sewa pompa air
Sewa tanah
Total Biaya (A+B+C)
Produksi Bawang Merah
Keuntungan Bersih (E-D)
R/C ratio
Jumlah
Harga satuan
Biaya/Rp
900
2.500
100
250
250
300
50
4
20.000
500
1.200
1.700
1.900
1.200
3.000
30.000
18.000.000
1.250.000
120.000
425.000
475.000
360.000
150.000
120.000
40
4
30
100
2
3
20
60.000
50.000
35.000
35.000
50.000
50.000
40.000
10.000
6.000
2.400.000
200.000
1.050.000
3.500.000
100.000
150.000
800.000
3.000.000
500.000
32.100.000
60.000.000
27.900.000
1,8
Hanapi, S, et al. Potensi Pengembangan Budidaya Bawang Merah Lahan Kering Dataran
Rendah di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan
KESIMPULAN
1. Pengembangan budidaya bawang merah sangat berpotensi dikembangkan di kecamatan
Sosoh Buay Rayap Kabupaten OKU.
2. Keuntungan rata-rata rumah tangga petani bawang merah di kecamatan Sosoh Buay Rayap,
kabupaten Ogan Komering Ulu sebesar Rp. 27.900.000. per hektar.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin B., 2004. Bab 18. Pengembangan Kelembagaan untuk Ketahanan Pangan dalam Buku
Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta. Penerbit Buku Kompas
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu, 2012. Ogan Komering Ulu Dalam Angka
2012. Baturaja
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2001. Diseminasi Teknologi dan Informasi
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta
Direktur Jenderal Hortikultura, 2012. Keterpaduan Program dan Kegiatan Pengembangan
Kawasan Hortikultura di Kabupaten/Kota tahun 2013, Jakarta
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan, 2013. Laporan Tahunan 2013
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2013.
Laporan Pengembanga Kawasan Hortikultura tahun 2013
Hadiyanti, D., 2011. Laporan Akhir Kegiatan Pendampingan Program Strategis
Nasional/Daerah Pengembangan Kawasan Horti Di Wilayah Sumatera Selatan dengan
Target Peningkatan Produksi >10% (tidak diterbitkan). BPTP Sumatera Selatan
Kementrian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementrian Pertanian 2010-2014. Kementrian
Pertanian. Jakarta
Rahardi. F., 2001, Agribisnis Tanaman Sayuran, Penebar Swadaya, Jakarta.
359
Download