KESETIMBANGAN ASAM-BASA 6.1. Pendahuluan Teori asam basa termasuk pengatahuan yang sangat penting di dalam kimia analitik, bukan hanya dalam larutan berair tapi juga untuk larutan bebas air. Mengetahui konsep kesetimbangan asam-basa sangat penting dalam kimia analitik karena peranan kesetimbangan asam-basa di dalam ilmu pengetahuan sangat luas, khususnya untuk bidang pertanian, biologi, kedokteran, farmasi, dan bidang ilmu lain. Sangat sulit untuk mendapatkan penjelasan tentang proses kimia yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari apabila prinsip kimia asam basa belum dimengerti. Konsep kesetimbangan asam basa sebagai dasar yang dipergunakan di dalam prinsip analisis secara volumetri karena melibatkan reaksi asam dan basa. Teori yang diperkenalkan oleh Arhenius tentang ionisasi sudah membantu di dalam menjelaskan tentang asam-basa dan dilengkapi lagi oleh konsep yang dijelaskan oleh Bronsted-Lowry. Dalam materi ini akan dibahas konsep dasar kesetimbangan asam-basa yang akan dipergunakan dalam kimia analitik, khususnya pada pembahasan berikutnya seperti titrasi volumetri. Berikut ini akan dibahas tentang teori asam-basa dan hubungannya dengan kekuatan asam dan basa 6.2. Definisi Asam-Basa Berdasarkan sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh asam dan basa maka asam atau basa dapat dikategorikan sebagai kelompok senyawa. Ahli kimia pada mulanya mendefinisikan asam sebagai yang berasa asam atau senyawa yang dapat mengubah lakmus biru menjadi merah Sedangkan basa adalah senyawa yang memberikan rasa pahit, atau yang mengubah lakmus merah menjadi biru. Definisi ini sangat jauh dan ideal karena tidak semua senyawa asam menujukkan sifat asam atau sebaliknya basa menujukkan sifat basa. Setelah teori ionisasi diterima tahun 1880'an, asam didefinisikan sebagai senyawa yang dapat berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan anion bila dilarutkan di dalam air. Karena basa diketahui dapat bereaksi dengan asam membentuk garam dan air, maka basa didefinisikan sebagai senyawa yang berdisosiasi menjadi ion hidroksida dan kation bila dilarutkan di dalam air. Air yang dihasilkan dalam reaksi asam-basa dianggap sebagai hasil dari perpaduan antara ion hidrogen dan ion hidroksida. Walaupun definisi Arhenius dapat diterima, akan tetapi, teori ini tidak dapat menjelaskan peranan pelarut di dalam menentukan kekuatan asam dan basa, dan juga tidak mampu menjelaskan mengapa garam tertentu mempunyai sifat asam atau bersifat basa. Selanjutnya pada tahun 1920'an G.N Lewis memberikan definisi terhadap asam-basa berdasarkan kemampuan memberikan dan menerima pasangan elektron. Asam didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah sebagai senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron. Definisi asam basa Lewis menjadi lebih umum karena asam atau basa tidak melibatkan ion H+ atau ion OH-. Teori Bronsted-Lowry Konsep asam basa diperkenalkan oleh JN. Bronsted di Denmark dan T.M. Lowry di Inggris pada tahun yang sama (1923), bahwa sifat asam dan basa dapat dinyatakan sebagai senyawa tunggal yaitu ion hidrogen (proton). Asam didefinisikan sebagai senyawa yang dapat memberikan proton di dalam reaksi, sedangkan basa adalah senyawa yang dapat menerima proton di dalam reaksi. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry ini dapat dibuktikan dengan jelas bila menggunakan air sebagai pelarut. Proton, sama seperti elektron, tidak akan terdapat dalam keadaan bebas di dalam larutan, sehingga kemampuan memberi proton bagi asam dan kemampuan menerima proton bagi basa banya dapat dipertimbangkan dengan hadirnya suatu senyawa dengan kemampuan berlawanan. Definisi asam basa Bronsted-Lowry tidak mengharuskan terbentuknya H3O+ di dalam larutan sehingga sifat asam-basa dapat berlaku untuk pelarut bukan air dan bahkan pada fasa gas. Sebagai contoh reaksi antara asam HCl(g) dengan basa NH3(g) dapat menghasilkan kristal garam NH4Cl(s) yang dapat berdisosiasi sempurna menjadi ion-ionnya bila dilarutkan di dalam air. HCl(g) + NH3 NH4Cl(s) (asam) (basa) (garam) NH4+(aq) + Cl-(aq) Peranan pelarut terhadap sifat asam-basa Salah satu kelebihan yang dapat diterima dari teori Bronsted Lowry tentang asam-basa adalah keikutsertaan pelant di dalam menentukan tentang sifat suatu senyawa yang digolongkan sebagai asam atau basa. Pelarut, sama seperti elektron, diasumsikan tidak berada dalam larutan dalam keadaan bebas, sehingga kemampuan suatu asam untuk memberikan proton, atau sebaliknya, kemampuan suatu basa untuk menerima proton hanya terjadi apabila kedua-duanya ada di dalam larutan. Pelarut bisa berupa senyawa yang memberi atau menerima proton, sehingga peranannya dalam disosiasi atau ionisasi suatu asam atau basa harus dipertimbangkan. Sebagai contoh, bila asam format dilarutkan di dalam air akan terjadi ionisasi karena pelarut berfungsi sebagai basa atau penerima proton: HCO2H + (asam1) H3O+ + H2O (basa2) (asam2) HCOO2(basa1) (6.1) Dalam hal ini, H3O+ sebagai proton yang larut dalam air disebut sebagai ion hidronium. Bila amonia dilarutkan di dalam air maka pelarut (air) berfungsi sebagai asam atau pemberi proton: NH3 + (basa1) H2O NH4+ + OH- (asam2) (asam1) (basa2) (6.2) Pelarut air dapat memiliki sifat asam dan sifat basa tergantung jenis senyawa terlarut sehingga disebut sebagai pelarut amfiprotik. Beberapa senyawa yang termasuk sebagai pelarut amfiprotik adalah senyawa yang mempunyai berat molekul rendah seperti alkobol dan asam asetat. Sebagai contoh, apabila asam formiat atau amonia masing-masing dilarutkan di dalam etanol akan teriadi reaksi benkut: HCO2H + C2H5OH2+ C2H5OH NH3 + C2H5OH NH4+ + + HCO2- C2H5O- Dalam hal ini alkohol akan bersifat sebagai basa apabila dilarutkan di dalam asam formiat, dan sebaliknya alkohol akan bersifat sebagai asam apabila direaksikan dengan ammonia. Asam dan basa konjugasi Sifat dapat balik suatu reaksi sangat penting dalam menjelaskan fat sifat asam-basa. Jika suatu asam menyumbangkan proton di dalani aksi, senyawa terscbut akan mempunyai sifat yang dapat memenma oton untuk kembali menjadi sifat asam semula, senyawa ini disebut bagai basa Bronsted.Lowry Hal yang sama, apabila suatu basa enerima proton di dalam reaksi, senyawa tersebut akan berubah menjadi senyawa yang mempunyai sifat dapat memberi proton untuk ke sifat basa semula. Bronsted dan Lowry menyebutnya sebagai senyawa pasangan konjugasi. Dengan demikian, setiap asam Bronsted Lowry mempunyai basa konjugasi, dan sebaliknya setiap basa memiliki asam konjugasi. Misalnya pada senyawa dalam persamaan reaksi 1 dan 2 masing-masing mempunyai dua pasang senyawa konjugasi yang ditandai dengan indeks 1 dan 2. Kekuatan asam konjugasi dan basa konjugasi sangat berhubungan satu dengan yang lain (kebalikan), yaitu semakin kuat suatu asam maka semakin lemah basa konjugasinya. 6.3. Ionisasi air Reaksi asam basa dapat dipelajari dari reaksi antar molekul air karena air dapat berfungsi sebagai penyumbang proton dengan kehadiran basa, dan dapat juga berfungsi sebagai penerima proton dengan adanya suatu asam seperti diperlihatkan dalam persamaan (6.3) H2O + (asam1) H2O H3O+ + OH- (basa2) (asam2) (basa1) (6.3) Semua pelarut amfiprotik mengalami reaksi ionisasi sendiri atau disebut sebagai reaksi autoprotolisis. Konstanta kesetimbangan (Keq) reaksi ini dinyatakan sebagai untuk lebih sederhana konstanta kesctimbangan ini dituliskan sebagai: πΎππ = [π»3 π+ ][ππ» − ] [π»3 π+ ][ππ» − ] = [π»2 π] 1 Untuk lebih sederhana konstanta kesetimbangan ini dituliskan sebagai: Keq = Kw = [H3O+][OH-] (6.4) Atau bila dilogaritmakan diperoleh: pKw = pH + pOH (6.5) Konstranta autoprotolisis untuk air (Kw) adalah lx10-14 pada 240C (sekitar temperatur kamar). Berdasarkan persamaan (6.3), konsentrasi hidronium (H3O+) dan ion bidroksida dalam air murni pasti sama, sehingga persamaan (6.4) dapat dipergunakan untuk menghitung konsentrasi ion hidronium di dalam air murni: Kw = [H3O+]2 [H3O+]2 = √1 π₯ 10 − 14 = 1 x 10 -7 M pH = -log (1 x 10-7) = 7,00 Dengan cara yang sama maka pOH air murni adalah 7,0, yaitu dinyatakan sebagai pH netral untuk air (akan berbeda dengan pelarut lain karena konstanta autoprotollisisnya berbeda). Dapat dinyatakan pada suhu 240C, setiap senyawa atau larutan yang mengandung konsentrasi ion hidronium melebihi 1x10-7 M adalah asam, dan larutan yang mengandung konsentrasi ion hidronium lebih kecil dari 1x10-7 M adalah basa. Berdasarkan persamaan (6.4), peningkatan konsentrasi ion hidronium yang berasal dari penambahan asam ke dalam air akan diikuti oleh penurunan konsentrasi ion hidroksida. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi ion OH- diikuti oleh penurunan konsentrasi ion H3O+. Bila konsentrasi salah satu (H3O+ atau OH) diketahui, maka konsentrasi yang lainnya akan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (6.4) Untuk memberikan kesamaan di dalam pengertian dan simbol atau rumus kima pada buku teks rujukan lain maka ion hidronium H3O+ dapat juga ditulis hanya sebagai ion hidrogen H+ dan di dalam buku ini dalam situasi tertentu ditulis sebagai H3O+ atau hanya sebagai H+. Contoh soal 6.1. Hitung konsentrasi H3O+ di dalam larutan yang mengandung Ix10-2 M NaOH Jawab: Ion H3O+ berasal dari ionisasi air: H2O + H2O H3O+ + OH- Kw = [H3O+] atau [OH-] Ion OH- berasal dari NaOH yang berionisasi sempurna dan dari air yang berionisasi sedikit, sehingga konsentrasi OH- dari air sangat sedikit bila dibandingkan dengan yang berasal dari NaOH, berarti: [OH-] = CNaOH = 1 x 10-2 M dengan mensubsitusi Kw diperoleh l x 10 1 x 10-14 = [H3O+] (1 x 10-2 ) [H3O+] = 1 x 10-12 Contoh soal 6.2. Hitunglah pOH dari larutan yang mengandung 0,02 M HCl. Jawab: Untuk menghitung pOH, terlebih dahulu dicari konsentrasi OH- dari ionisasi air: H3O+ + OH- H2O + H2O Kw = [H3O+] atau [OH-] H3O+ berasal dari HCI (yang berionisasi sempurna) dan air (berionisasi sangat sedikit). Karena konsentrasi H3O+ yang berasal dari air sangat kecil dibanding yang berasal dari HCI maka dapat diabaikan, sehingga: [H3O+] = CHCl = 2,0 x 10-7 M dengan mensubsuitusi Kw diperoleh: l x 10-14 = (2,0 x 10-7)(OH-) [OH-] = 5 x 10-13 pOH = -log 5 x 10 = 12,30 Tabel 6.1. Beberapa jenis asam kuat dan basa kuat Asam Basa Senyawa Nama Senyawa Nama HCI Asam klorida LiOH Litium hidroksida HBr Asam bromida NaOH Natrium hidroksida HI Asam iodida KOH Kalium hidroksida HCIO4 Asam perklorat Ba(OH)2 Barium hidroksida HNO3 Asam nitrat H2SO4 Asam sulfat 6.4. Ionisasi Asam dan Basa Berdasarkan derajat ionisasi (reaksi dengan pelarut) maka asam dan basa dapat digolongkan menjadi asam atau basa kuat dan asam atau basa lemah. Disebut asam atau basa kuat apabila senyawa tersebut bersionisasi sempurna (100%) di dalam larutannya, sedangkan yang berionisasi sebagian (kurang dari 10%) di dalam larutannya disebut sebagai asam lemah atau basa lemah. Sangat sedikit asam atau basa yang terionisasi diantara ionisasi skala di atas (>10% ionisasi <100%), sehingga definisi asam kuat dan basa kuat dapat diterima. Beberapa contoh asam kuat dan basa kuat terdapat pada Tabel 6.1. 6.4.1. Asam dan Basa Kuat Menghitung pH asam kuat termasuk lebih mudah dibandingkan dengan menghitung PH asam dan basa yang lain karena konstanta kesetimbangan tidak disertakan dalam perhitungan untuk asam dan basa yang lain karena konstanta kesetimbangan tidak disertakan dalam perhitungan untuk asam atau basa kuat karena konstanta kesetimbangan (Keq) akan sangat besar atau tak terhingga. Misalnya asam klorida (HCl) termasuk asam kuat karena HCl akan berionisasi sempurna didalam air. π»πΆπ + π»2 π → π»3 π+ + πΆπ − (6.6) Konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini adalah : πΎππ [π»3 π+ ][πΆπ − ] [π»3 π+ ][πΆπ − ] = = [π»πΆπ][π»2 π] [π»πΆπ][1] Bila reaksi pada persamaan (6.6) berionisasi sempurna, berarti tidak akan ada lagi HCl didalam larutan, sehingga konstanta kesetimbangan akan menjadi : πΎππ = [π»3 π+ ][πΆπ − ] 0 Sehingga Keq menjadi tak terhingga, walaupun HCl tidak terionisasi 100%, konsentrasi HCl didalam larutan akan sangat kecil menyebabkan Keq menjadi lebih besar. Pada kedua kondisi ini tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsentrasi asam atau basa dengan konsentrasi kesetimbangan dari hasil ionisasi. Contoh Soal 6.3 Hitunglah PH dari : (a) Asam Kuat 0,1 M HBr (b) Basa Kuat 0,1 M KOH Jawab : (a) Karena HCl adalah asam kuat maka akan berdisosiasi sempurna, sehingga diperoleh [π» + ] = 0,1 π ππ» = − log[π» + ] = log(0,1) = 1 (b) Karena KOH adalah basa kuat maka akan berdisosiasi sempurna, sehingga diperoleh [ππ» − ] = 0,1 π, menggunakan πΎπ€ = [π» + ][ππ» − ] maka diperoleh : [π» + ] πΎπ€ 1,0 π₯ 10−14 = = = 1,0 π₯ 10−13 [ππ» − ] [π»πΆπ][0,1] 6.4.2. Asam dan Basa Lemah Konstanta kesetimbangan sangat perlu didalam menyelesaikan perhitungan-perhitungan kuantitatif (konsentrasi) yang berhubungan dengan asam dan basa lemah. Disebut sebagai asam lemah apabila tidak berdisosiasi sempurna. Misalkan asam (HA) berionisasi di dalam air mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut : π»π΄ + π»2 π β π»3 π+ + π΄− Konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini disebut disosiasi asam atau konstanta asam (πΎπ): πΎ= [π»3 π+ ][π΄− ] [π»3 π+ ][π΄− ] [π»3 π+ ][π΄− ] = = [π»π΄][π»2 π] [π»π΄][1] [π»π΄] Atau bila [π»3 π+ ] dianggap sama dengan π» + maka πΎπ ditulis sebagai : πΎ= [π» + ][π΄− ] [π»π΄] Logaritma negatif dari Ka disebut sebagai pKa, yaitu ditulis sebagai berikut : [π»3 π+ ][π΄− ] ππΎπ = − log πΎπ = [π»π΄] ππΎπ = − log πΎπ = −πππ [π» + ][π΄− ] [π»π΄] Dengan cara yang sama, basa lemah juga mengalami ionisasi dengan persamaan reaksi : π΅ + π»2 π β π΅π» + + ππ» − Konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini disebut disosiasi basa atau konstanta basa (πΎπ) : [π» + ][ππ» − ] [π΅π» + ][ππ» − ] [π΅π» + ][ππ» − ] πΎ= = = [π΅][π»2 π] [π΅][1] [π΅] Logaritma negatif dari πΎπ disebut sebagai ππΎπ, yaitu ditulis sebagai berikut : [π΅π» + ][ππ»− ] ππΎπ = − log πΎπ = −πππ [π΅] Semakin besar πΎπ maka ππΎπ akan semakin kecil dan sebaliknya, sehingga seamakin kecil ππΎπ maka sifat asamnya akan semakin besar (kuat). Bila dibandingkan antara asam formiat (πΎπ = 1,8 π₯ 10−4 maka ππΎπ = 3,745) terhadap asam benzoat (πΎπ = 6,28 π₯ 10−5 maka ππΎπ = 4,202) maka sifat asam formiat akan lebih kuat dibanding asam benzoat karena asam formiat memiliki konstanta disosiasi yang lebih besar dan mempunyai ππΎπ yang lebih kecil dibandingakan terhadap asam benzoat. Contoh Soal 6.4 Hitunglah PH dari : (a) Garam trimetilamonium klorida (CH3)NHCl (b) 0,1 M NH3 Jawab : (a) Garam trimetilamonium klorida akan berdisosiasi menjadi (CH3)3NH+ dan Clsehingga diketahui bahwa (CH3)3NH+ adalah asam lemah (ππΎπ = 9,80) sebagai asam konjugasi dari trimetilamin (CH3)3N maka ππΎπ ini dirubah menjadi πΎπ : ππΎπ= 9,244 β¨ πΎπ = 10−ππΎπ = 1,58 π₯ 10−10 Sebagai asam lemah (CH3)3NH+ akan berdisosiasi : (CH3)3NH+ β (CH3)3NH + H+ π−π₯ π₯ π₯ π₯2 π = 1,58 π₯ 10−8 β¨ π₯ = 3,97 π₯10−6 π β¨ ππ» = 5,40 [0,10 − π₯] (b) Bila amonia dilarutkan di dalam air akan menghasilkan ion amonium sebagai basa lemah ((ππΎπ = 9,22) NH3+ + H2O β NH4+ + OHπ−π₯ π₯ π₯ Untuk menghitung PH basa lemah dibutuhkan πΎπ, maka ππΎπ dirubah menjadi πΎπ, diperoleh : πΎπ = πΎπ€ 1,0 π₯ 10−14 = = 1,75 π₯ 10−5 πΎπ 109,244 Untuk menghitung pH 0,1 M NH3 maka digunakan persamaan amonia menjadi amonium [ππ»4 + ][ππ» − ] π₯2 = = πΎπ = 1,75 π₯ 10−5 [ππ»3 ] 0,10 − π₯ = [ππ» − ] = 1,3 π₯ 10−3 π π₯ [π» + ] = πΎπ€ = 7,6 π₯ 10−12 π ππ» − [ππ»] = − log[π» + ] = 11,22 6.4.3. Asam Poliprotik dan Basa Poliekivalen Asam yang dapat menyumbangkan lebih dari satu proton disebut asam poliprotik, sedangkan basa dapat menerima lebih dari satu proton disebut basa poliekivalen. Ionisasi asam jenis ini berlangsung secara bertingkat seperti diilustrasikan oleh ionisasi asam triprotik H3PO4dan basa diekivalen CO2-. Ionisasi asam H3PO4 dan konstanta disosiasi asam adalah : π»3 ππ4 + π»2 π β π»3 π+ + π»2 ππ4 − + π»2 ππ4 + π»2 π β π»3 π + π»ππ4 π»ππ4 2− + + π»2 π β π»3 π + ππ4 − 2− 3− πΎπ1 = πΎπ2 = πΎπ3 = [π»3 π+ ][ π»2 ππ4 − ] [π»3 ππ4 ] [π»3 π+ ][ π»ππ4 2− ] [π»2 ππ4 − ] [π»3 π+ ][ππ4 3− ] [π»ππ4 2− ] Ionisasi basa πΆπ3 2− dan konstanta disosiasi basa adalah : πΆπ3 2− + π»2 π β π»πΆπ3 − + ππ» − π»πΆπ3 − + π»2 π β π»2 πΆπ3 − + ππ» − πΎπ1 = [π»πΆπ3 − ][ππ» − ] πΎπ2 = [ πΆπ3 2− ] [π»2 πΆπ3 − ][ππ» − ] [ π»πΆπ3 − ] Angka (indeks) 1,2, dan 3 yang tertulis di dalam konstanta disosiasi digunakan untuk mengidentifikasi urutan tingkat ionisasi asam atau basa. Besarnya konstanta disosiasi semakin berkurang berdasarkan tingkattan ionisasinya, artinya K1>K2>K3 dan seterusnya. Fenomena ini dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan elektrostatik. Ionisasi proton pertama pada H3PO4 adalah membebaskan H+ dari anion monovalen H2PO4-. Selanjutnya, ionisasi proton yang kedua akan lebih sulit karena membebaskaan ion H+ dari anion divalen HPO42-. Tingkatan perbedaan diantara konstanta disosiasi untuk asam poliprotik dan basa poliekivalen akan ditentukan oleh struktur molekul atau ion dan sifat ikatan proton. 6.4.4. Hubungan π²π dan π²π untuk Pasangan Konjugasi Hubungan keasaman dan kebasaan teori Bronsted-Lowry yaitu semakin kuat suatu asam maka semakin lemah basa konjugasinya. Karena yang dipergunakan di dalam mengukur derajat asam dan basa adalah πΎπ dan πΎπ sehingga perlu diketahui hubungan kuantitatifnya. Misalkan basa amonia dengan asam konjugasinya yaitu ion amonium ditunjukkan dengan reaksi ionisasi dan kesetimbangan sebagai berikut : + ππ»3 + π»2 π β ππ»4 + ππ» − πΎπ = ππ»4 + + π»2 π β π»3 π+ + ππ»3 πΎπ = [ππ»4 + ][ ππ» − ] [ ππ»3 ] [ ππ»3 ][π»3 π+ ] [ππ»4 + ] Dengan mengalihkan ke dua konstanta kesetimbangan akan memberikan : πΎππΎπ = [ ππ»3 ][π»3 π+ ] [ππ»4 + ] π₯ [ππ»4 + ][ ππ» − ] [ ππ»3 ] = [π»3 π+ ] [ ππ» − ] Karena [π»3 π+ ][ ππ» − ] = πΎπ€ maka πΎππΎπ = πΎπ€ (6.7) Persamaan (6.7) akan berlaku untuk setipa pasangan asam basa konjugasi didalam larutan dan perhitungan harus selalu diingat hubungan ini sehingga bila salah satu tidak diketahui didalam soal maka persamaan ini dapat dipergunakan untuk menghitungnya. Contoh Soal 6.5 Hitunglah konstanta disosiasi untuk ion nitrit bila diketahui πΎπ untuk HNO2 adalah 7,1 x 10-4 Jawab : Karena tidak diketahui πΎπ untuk asam konjugasi HNO2 adalah 7,1 x 10-4 maka digunakan persamaan (6.7) untuk mencari hubungan keduanya, diperoleh : πΎππΎπ = πΎπ€ (7,1 π₯10−4 )(πΎπ) = 1 π₯ 10−14 πΎπ = 1,0 π₯10−14 = 1,4 π₯ 10−11 7,1 π₯ 10−14 Untuk asam poliprotik dan basa poliekivalen kadangkala harga πΎπ harus dihitung dari πΎπ, yaitu πΎπ1 dari πΎπ1, πΎπ2 dari πΎπ2 , dan seterusnya. Tetapi perlu diingat bahwa πΎπ dan πΎπ pada persamaan (6.7) hanya dipergunakan untuk pasangan konjugasinya. Misalkan kita ingin menghitung πΎπ dari ion ππ4 3− , karena reaksi ionisasi untuk basa ini adalah : ππ4 − + π»2 π β π»ππ4 2− + ππ» − Karena reaksi ini menerima proton pertama maka konstanta kesetimbangan dinyatakan sebagai πΎπ1. Asam konjugasinya untuk ππ4 3− adalah π»ππ4 2− , yaitu konstanta disosiasi asam dinyatakan sebagai πΎπ3 (ionisasi proton ke tiga ), sehingga : Contoh Soal 6.6 : Hitunglah konstanta disosiasi basa untuk ion hidrogen karbonat (π»πΆπ3 − ) apabila diketahui konstanta ionisasi asam pertama (πΎπ1=4,45 x 10−7 ). Jawab : Sebagai basa, bikarbonat akan berionisasi seperti pada persamaan reaksi berikut : π»πΆπ3 − + π»2 π β π»2 πΆπ3 + ππ» − Persamaan reaksi ini menunjukkan adanya penambahan proton kedua sehingga dapat dinyatakan sebagai πΎπ2 . Asam konjugasinya untuk π»πΆπ3 − adalah π»2 πΆπ3 yang dinyatakan sebagai πΎπ1. Sehingga persamaan (6.7) dapat ditulis sebagai berikut : πΎπ1 πΎπ2 = πΎπ€ Dengan mensubsitusi konsentrasi yang diketahui diatas akan diperoleh : (4,45 π₯ 10−7 )πΎπ2 = 1 π₯ 10−14 πΎπ2 = 2,25 π₯ 10−8 6.5. Menentukan pH Larutan yang akan ditentukan pH-nya sering sangat kompleks karena konsentrasi ion hidrogen atau hidronium dipengaruhi oleh kesetimbangan. Ion hidronium atau ion ion hidrogen dapat beberapa sumber, akan tetapi dalam perhitungan sering kali hanya ditentukan oleh saatu senyawa utama saja, sedangkan sumber yang lain dapat diabaikan. Untuk memberi pengetahuan yang baik tentang konstanta kesetimbangan maka perlu diidentifikasi sumbersumber utama senyawa di dalam larutan. Bila asam dilarutkan di dalam air maka assam dan air akan menghasilkan H3O+. HA + H2O ↔ H3O+ + A- 6.8 H2O + H2O ↔ H3O+ + OH- 6.9 Dan bila basa dilarutkan dalam air, maka basa dan air akan menghasilkan H3O+. B + H2O ↔ BH+ + OH- 6.10 H2O + H2O ↔ H3O+ + OH- 6.11 Sehingga untuk penentuan pH atau pOH akan tergantung pada tiga situasi, yaitu: Situasi 1 : Asam sebagai sumber utama H3O + Bila sumber utama H3O + adalah asam, maka H3O + yang dihasilkan di dalam larutan pada persamaan 6.9 dapat diabaikan. Konsentrasi ion hidronium dapat ditentukan dengan menggunakan kesetimbangan pada persamaan 6.8. Situasi ini umumnya terjadi bila konsentrasi asam tidak terlalu encer atau asam tidak terlalu lemah. Situasi 2: Air sebagai sumber utama H3O + Dalam hal air digunakan sebagai sumber utama H3O +, berarti H3O + yang dihasilkan pada persamaan 6.8 dapat diabaikan dan konsentrasi ion hironium dapat ditentukan ari reaksi kesetimbangan pada persamaan 6.9 yaitu merupakan air murni. Situasi ini akan terjadi bila asam sangat encer, sangat lemah atau keduanya. Situasi 3 : Asam dan air sebagai sumber utama H3O + Dalam persamaan 6.8 dan 6.9, asam dan air berfungsi sebagai sumber H3O + di dalam larutan maka keduanya harus diperhitungkan dalam menentukan konsentrasi ion hidronium. Ketiga situasi ini juga akan berlaku untuk basa, sehingga sumber utama OH- ditentukan pada persamaan 6.10 dan 6.11 Menentukan pH asam dan Basa Kuat Untuk menetukan pH asam dan basa kuat maka pertama sekali akan dilihat situasi mana (dari tiga situasi iatas) yang akan berlaku terhadap asam atau basa yang akan ditentukan. Telah diketahui bahwa konsentrasi ion hidronium atau ion ion hidroksida di dalam air murni adalah 1,0 x 10-7M, dan karena asam kuat berionisasi sempurna maka setiap asam yang mempunyai konsentrasi lebih besar dari 1,0 x 10-7 M dapat dipertimbangkan sebagai sumber ion H3O +, sehingga dalam hal ini berlaku situasi 1. Bila konsentrasi asam lebih kecil dari 1,0 x 10-7 M maka air sebagai sumber utama ion H3O +, dan dalam hal ini berlaku situasi 2. Situasi 3 akan berlaku jika konsentrasi asam kuat secara signifikan tidak lebih besar dari 1,0 x 10-7 M. Untuk perhitungan pH maka perbedaan secara signifikan maksudnya adalah bila konsentrasi berbeda dua kali lipat. Misalnya 1,0 x 10-7 M H3O + dapat diabaikan dibandingkan terhadap 1,0 x 10-5 M H3O +. Tiga situasi dapat diringkas sebagai berikut: Situasi Sumber H3O + Kondisi 1 Asam kuat CHX >> 10-7 2 Air CHX<< 3 keduanya CHX = 10-7 Dimana HX adalah asam yang berdisosiasi sempurna. Cara yang sama berlaku untuk basa kuat dengan mengacu pada konsentrasi ion hidroksida. Untuk menentukan pH masingmasing situasi dijelaskan sebagai berikut: Situasi 1: Asam kuat sebagai sumber utama H3O+. Bila sam kuat sebagai sumber utama H3O+ maka: [H3O+ ] = CHX Untuk menentukan pH cukup hanya mengetahui konsentrasi HX Situasi 2:Air sebagai sumber utama H3O+. Pada saat air sebagai sumber utama H3O+ maka air juga sebagai sumber utama ion OH-, sehingga: [H3O+] = [OH-], konstanta kesetimbangan menjadi: Kw = [H3O+]2 [H3O+] = √πΎπ€ = √1 π₯ 10−14 = 1 x 10-7 M Situasi 3: Asam kuat dan Air keduanya sebagai sumber utama H3O+. Bila asam kuat dan air bersama-sama sebagai sumber utama H3O+ maka konsentrasi kesetimbangan untuk H3O+ adalah jumlah konsentrasi yang dihasilkan keduanya: [H3O+] = [H3O+]dari HX + [H3O+]dari H2O [H3O+] = CHX + [OH-] 6.12 Sehingga πΎπ€ [OH-] = [H3O+] 6.13 Dengan mensubstitusi persamaan 6.13 untuk [OH-] dalam persamaan 6.12 memberikan hasil: πΎπ€ [H3O+] = CHX + [H3O+] disederhanakan menjadi: [H3O+]2 - CHX [H3O+]- Kw = 0 6.14 Contoh Soal 6.7 Hitunglah pH larutan HCl yang mengandung konsentrasi masing-masing (a) 0,1 M HCl, (b) 1,0 x 10-7 M HCL dan (c) 1,0 x 10-7 M HCl Jawab: (a) Dalam menentukan pH larutan 0,10 HCl, karena HCl adalah asam kuat akan terdisosiasi sempurna dan kontribusi dari H2O dapat diabaikan, maka [H+] = 0,10 M. pH = - log [H+] = log 10 = 1,00 (b) Untuk menetukan pH larutan dengan konsentrasi 1,0 x 10-7 M HCl maka konsentrasi H3O+ yang berasal dari air dan asam harus dipertimbangkan. Dengn menggunakan persamaan 6.14 akan diperoleh: [H3O+]2 - CHX [H3O+]- Kw = 0 [H3O+]2 – 1,0 x 10-7 [H3O+]- 1,0 x 10-14 = 0 Dengan menyederhanakan persamaan kuadrat ini diperoleh [H3O+] = 1,62 x 10-7 pH = 6,79 (c) Untuk menentukan pH larutan dengan konsentrasi 1,0 x 10-10 M HCl, maka dapat dinyatakan bahwa HCl bukan sumber utama H3O+, sehingga dapat diabaikan dan hanya yang berasal dari air yang akan dipertimbangkan sebagai sumber utama H3O+. 2H2O ↔ H3O+ + OH- Kw = [H3O+] [OH-] Karena H3O+ dan OH- sama-sama dihassilkan di dalam ionisasi air dan tidak ada sumber lainnya maka konsentrasi keduanya sama: Kw [H3O+]2 = 1,0 x 10-14M [H3O+] = √1 π₯ 10−14 = 1 x 10-7 M Ph = 7,00 Contoh Soal 6.8 Hitunglah pH dari larutan 0,10 M NaOH. Jawab: Karena NaOH aadalah basa kuat akan terdisosiasi sempurna sehingga diperoleh [OH-] = 0,10 M, dan πΎπ€ [H+] = ππ» − = 1,0 π₯ 10−14 0,1 = 1,0 x 10-13 pH = -log [H+] = -log 1,0 x 10-13 = 13,00 Hubungan yang umum dan sangat perlu diingat adalah: pH + pOH = -log Kw = 14 Menentukan pH Asam Lemah Monoprotik Dalam larutan asam lemah, sumber utama H3O+ adalah langsung dari konstanta disosiasi asam dan konsentrassi assam itu sendiri sedangkan H3O+ yang berasal dari air berhubungan langsung dengan Kw, sehingga sumber utam H3O+ adalah dengan membandingkan Ka x CHA dengan Kw. Ada 3 situasi dalam asam lemah monoprotik yang dirangkum sebagai berikut, akan tetapi hanya situasi 1 yang akan dibahas: Situasi Sumber H3O+ Kondisi 1 Asam lemah Ka x CHX >> Kw 2 Air Ka x CHX << Kw 3 Keduanya Ka x CHX = Kw Disosiasi asam lemah di dalam air dijelaskan dalam kesetimbangan berikut: HA + H2O ↔ H3O+ + A- Ka = [H3O+ ][A− ] [π»π΄] Untuk setiap molekul asam lemah yang berdisosiasi dihasilkan masing-masing satu ion H3O+ dan ion A-, dan bila tidak ada sumber lain maka konsentrasi keduanya adalah sama: [H3O+] = [A-] 6.15 Dan jumlah konsentrasi molar asam lemah dan konyugasi basanya adalah sama sehingga konsentrasi asam menjadi: CHA = [H3O+] + [A-] 6.16 Dengan mensubstitusi persamaan 6.15 dan 6.16 diperoleh: [HA] = CHA - [H3O+] 6.17 Bila persamaan 6.15 dan 6.16 disubstitusi terhadap [A-] dan [HA] untuk kesetimbangan asam lemah diperoleh: Ka = πΆ [H3 O+ ]2 6.18 π»π΄−[H3 O+ ] Kemudian disederhanakan menjadi: [H3O+]2 + Ka[H3O+] – KaCHA = 0 6.19 Apabila konstanta ionisasi dan konsentrasi asam lemah diketahui maka persamaan 6.19 dapat digunakan untuk menentukan [H3O+]. Dalam hal tertentu bisa terjadi bahwa konsentrasi [H3O+] lebih kecil dibanding CHA, berarti: CHA - [H3O+] = CHA Dengan mensubstitusi terhadap persamaan 6.18 diperoleh: Ka = [H3 O+ ]2 6.20 πΆπ»π΄ Dan bila disederhaakan akan menjadi: [H3O+] = √πΎππΆπ»π΄ 6.21 Contoh Soal 6.9 Hitunglah konsentrasi hidronium di dalam larutan 0,150 M asam asetat bila diketahui Ka untuk asam asetat adalah 1,76 x 10-5 . Jawab: Persamaan kesetimbangan asam assetat dan hubungannya dengan konsentrasi hidronium adalah sebagai berikut: CH3COOH + H2O ↔ H3O+ + CH3COO+ Ka = [H3 O+ ][CH3 COO− ] CH3COOH - Sebagai sumber utama ion H3O dan ion CH3COO adalah dari ionisasi asam asetat maka: [CH3COO-] = CCH3COOH - [H3O+] [H O+ ] 1,76 x 10-5 = 0,15−3[H + 3O ] Untuk mengetahui apakah perbandingan CHA dengan Ka lebih besar dari 103 maka dihitung: πΆπ»π΄ πΎπ 0,15 = 1,76 π₯ 10−5 = 8,5 x 103 Dalam hal ini CHA/Ka >> 103 maka dapat dianggap bahwa 0,150-[H3O+] = 0,150, sehingga: 1,76 x 10-5 = [H3 O+ ]2 0,15 [H3O+] = √1,76 π₯ 10−5 0,15 = 1,62 x 10-3 M Contoh Soal 6.10 Hitunglah konsentrasi ion hidrogen di dalam larutan 0,150 M asam kloroaseat diketahui Ka untuk asam kloroasetat adalah 1,36 x 10-3. Jawab: Persamaan kesetimbangan asam asetate dan hubungannya dengan konsentrasi hidronium adalah: CH2ClCOOH + H2O ↔ H3O+ + CH2ClCOOH- [H O+ ] 3 Ka = [πΆπ»2πΆππΆπππ»] Karena sumber sumber utama ion H3O+ dan ion CH2ClCOO- adalah dari ionisasi aam kloro asetat maka: [CH2ClCOO-] = [H3O+] [CH2ClCOO-] = CCH2ClCOOH - [H3O+] [H O+ ] 3 1,36 x 10-5 = 0,15−[H 3O + ] Perbandingan CHA dengan Ka dihitung: πΆπ»π΄ πΎπ 0,15 = 1,36 π₯ 10−3 = 110 Dalam hal ini CHA/Ka < 110 maka persamaan kesetimbangan harus disederhanakan kembali, dan diperoleh: [H3 O+ ] + 1,36 x 10-3 [H3 O+ ] - (1,36 x 10-3)(0,150) = 0 [H3 O+ ] = +] [H3 O − 1,36 x 10−3 ±√(1,36 x 10−3 )2 −(4)(1)−2,04 π₯10−4 = 0,0136 M 2 Menentukan pH Basa Lemah Monoekivalen Teknik untuk menentukan pH dalam basa lemah monoekivalen hampir sama dengan yang dilakukan terhadap asam lemah monoprotik dengan mengikuti persamaan disosiasi berikut ini: B + H2O ↔ BH+ + OH- Kb = [π΅π» + ][ππ» − ] [π΅] Untuk setiap molekul basa lemah yang berdisosiasi dihasilkan masing-masing satu ion BH+ dan ion OH-, dan bila tidak ada sumber lain maka konsentrasi keduanya adalah sama: [BH+] = [OH-] 6.22 Dan jumlah konsentrasi molar basa lemah dan konyugasi asamnya adalah sama sehingga konsentrasi basa menjadi: CB = [BH+] + [OH-] 6.23 Dengan mensubstitusi persamaan 6.22 dan 6.23, kemudian disederhanakan akan diperoleh: [B] = CB – [OH-] 6.24 Dengan mensubtitusi persamaan 6.22 dan 6.24 terhadap [OH-] dan [B] untuk kesetimbangan basa lemah diperoleh: Kb = πΆ [ππ» − ]2 π΅ −[ππ» −] 6.25 Kemudian disederhanakan menjadi: [OH-]2 + Kb[OH-] – KbCB = 0 6.26 Apabila konstanta ionisasi dan konsentrasi bassa lemah diketahui maka persamaan 6.26 dapat digunakan untuk menentukan [OH-]. Apabila konsentrasi [OH-] lebih kecil dibanding konsentrasi basa (CB), berarti: CB – [OH-] = CB Dengan mensubstitusi terhadap persamaan 6.25 diperoleh: Kb = [ππ» − ]2 πΆπ΅ Dan disederhanakan menjadi: 6.27 [OH-] = √πΎππΆπ΅ 6.28 Apabila konsentrasi ion hidroksida telah diketahui maka konsentrasi ion hidronium juga dapat dicari dengan menggunakan kesetimbanga autopirolisis air. Contoh Soal 6.11 Hitunglah pH dari larutan 0,0750 M amonia dilarutkan dalam air apabila Kb untuk amonia adalah 1,75 x 10-5. Jawab : Yang diinginkan di dalam soal ini adalah pH maka pertama sekali yang akan dicari adalah konsentrasi ion OH- dari konstanta kesetimbangan amonia: NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH- Kb = [ππ»4+ ][ππ» − ] ππ»3 Yang menjadi sumber ion OH- dan NH4+ adalah ionisasi amonia, sehingga: [OH-] = [NH4+] [NH3] = CNH3 – [OH-] Dan mensubstitusi terhadap Kb diperoleh: Kb = = πΆ [ππ» − ]2 π΅ − [ππ» − ] [ππ» − ]2 1,75 x 10-5 = 0,15− [ππ» −] Untuk mengetahui apakah perbandingan CB dengan Kb dihitung: πΆπ΅ 0,0750 = 1,75 π₯ 10−5 = 4,29 x 10-3 πΎπ Karena CB/Kb >> 1 x 103 maka dapat dianggap bahwa 0,0750 – [OH-] = 0,0750, sehingga: 1,75 x 10-5 = [ππ» − ]2 0,0750 [OH-] = √(1,75 π₯ 10−5 )(0,0750) = 1,15 x 10-3 M Karena konsentrasi OH- telah diketahui maka pH dapat ditentukan menggunakan autopirolisis air: Kw = [H3O+][OH-] 1,0 X 10-14 = [H3O+](1,15 X 10-3) [H3O+] = 8,73 x 10-12 M pH = -log 8,73 x 10-12 = 11,06 Menentukan pH Pasangan Asam-Basa Konyugasi Larutan yang mempunyai pasangan asam-basa konyugasi dapat berupa assam, netral, atau basa tergantung pada kekuatan dan konsentrasi asam dan basa. Pendekatan yang digunakan untuk menentukan pH dari pasangan asam-basa konyugasi hampir sama dengan pendekatan perhitungan pH pada asam lemah atau basa lemah. Untuk larutan asam (HA) dan garam natrium basa konyugasi (NaA) terdapat dua reaksi kesetimbangan: HA + H2O ↔ H3O+ + A- Ka = A- + H2O ↔ HA + OH- Kb = [π»3 π + ][π΄− ] [π»π΄] [π»π΄][ππ» − ] π΄− 6.29 6.30 Bila ionisasi air dapat diabaikan, maka persamaan 6.29 merupakan sumber utama π»3 π+ . Untuk menentukan persamaan kesetimbangan untuk [π»3 π+ ] maka konsentrasi HA dan A- harus diketahui, yaitu HA dan A- yang dihasilkan pada reaksi ionisasi. Pada persamaan 6.29, konsentrasi HA berkurang dan konsentrasi A- bertambah setara dengan konsentrasi π»3 π+ . Sedangkan pada persamaan reaksi 6.30, konsentrasi HA bertambah mengakibatkan konsentrasi A- berkurang setara dengan konsentrasi OH-. Sehingga konsentrasi kesetimbangan untuk HA dan A- adalah: [HA] = CHA – [π»3 π+ ] + [OH-] 6.31 [A-] = CNaA + [π»3 π + ] - [OH-] 6.32 Karena CHA dan CNaA lebih besar dari selisih konsentrasi H3O+ dengan OH-, maka persamaan 6.31 dan 6.32 disederhanakan menjadi: [HA] = CHA 6.33 [A-] = CNaA 6.34 Dengan mensubstitusi persamaan ini terhadap konstanta kesetimbangan, sehingga diperoleh: Ka = [π»3 π + ][π΄− ] [π»π΄] Ka = [π»3 π + ][πΆπππ΄ ] [πΆπ»π΄ ] 6.35 Konsentrasi H3O+ dan OH- berkurang bila konstanta ionisasi asam (Ka) dan basa (Kb) berkurang, sehingga persamaan 6.33 dan 6.34 berlaku bila konsentrasi asam atau basa besar sedangkan konstanta ionisasinya kecil. Persamaan 6.35 akan berlaku bila: CHA dan CNaA ≥ 10-3 dan Ka dan Kb ≤ 10-3 Persamaan 6.33 dan 6.34 dapat juga disubstitusi terhadap konstanta kesetimbangan, sehingga diperoleh: Ka = [π»3 π + ](πΆπππ΄ [π»3 π + ]−[ππ» − ]) πΆπ»π΄−[π»3 π+ ]+ [ππ» − ] πΎπ€ Mengganti [OH-] dengan H 3O dan penyederhanaan diperoleh: + [H3O+]3 + (CNaA + Ka) [H3O+]2 – (KaCHA + Kw) [H3O+] –KaKw = 0 Contoh Soal 6.12: Hitunglah pH dari larutan yang terdiri atas campuran 3 g natrium asetat dengan 5 ml 12 M asam asetat, kemudian diencerkan menjadi 2 liter, apabila Ka untuk asam asetat adalah 1,76 x 10-5. Jawab: [CH3COOH] = 5,0ππ π₯ 12,0 ππππ/ππ [CH3COONa] = 2000ππ 3,00π π π₯ 2 πππ‘ππ πππ 82,0 = 0,0300 M CH3COOH = 0,0183 M CH3COONa Dalam campuran ini merupakan sumber utama H3O+ adalah asam asetat sehingga: CH3COOH + H2O ↔ H3O+ + CH3COO- Ka = Karena C CH3COOH dan C CH3COONa [π»3 π + ][πΆπ»3 πΆππ− ] [πΆπ»3 πΆπππ»] > 10-3, dan Ka dan Kb < 10-3 maka persamaan berikut ini dapat berlaku: [CH3COOH] = C CH3COOH = 0,0300 M [CH3COONa] = C CH3COONa = 0,0183 M Dengan mensubtitusi konsentrasi ini terhadap konstanta kesetimbangan asam diperoleh: Ka = 1,76 x 10-5 = [π»3 π + ][0,0183] [0,0300] [H3O+] = 2,89 x 10-5 M pH = -log (2,89 x 10-5) = 4,540 Dalam hal pasangan basa konyugasi, tidak menjadi masalah senyawa yang mana yang akan dijadikan sebagai konyugasi dari yang lain. Misalnya dalam campuran NH4+ dan NH3, maka NH4+ dapat menjadi asam lemah dan NH3 sebagai basa konyugasi, atau NH3 menjadi basa lemah dan NH4+ adalah asam konyugasinya. Bila ingin langsung menentukan [OH-] daripada harus mencari [H3O+] maka persamaan konstanta basa pada persamaan konstanta basa pada persamaan 6.30 menjadi: Kb = [π»π΄][ππ» − ] Kb = π΄− πΆπ»π΄ [ππ» − ] 6.36 πΆπππ΄ Contoh Soal 6.13 Hitunglah pH dari larutan yang terdiri atas campuran 0,12 M NH3 dengan 0,0750 M NH4Cl, apabila Kb untuk amonia aalah 1,75 x 10-5. Jawab: (a) Melalui penentuan [H3O+] secara langsung dapat dilakukan berdasarkan persamaan reaksi berikut: NH4+ + H2O ↔ H3O+ + NH3 Ka = [π»3 π + ][ππ»3 ] [ππ»4+ ] Dimana Ka = πΎπ€ πΎπ = 1,00 π₯ 10−14 1,75 π₯ 10−5 = 5,71 x 10-10 Karena CNH4Cl dan CNH3 > 1,00 x 10-3 serta Ka dan Kb < 1,0 x 10-3 maka persamaan berikut dapat berlaku: [NH4+] = CNH4Cl = 0,0750 M, dan [NH3] = CNH3 = 0,120 M Dengan mensubtitusi konsentrasi ini terhadap konstanta kesetimbangan asam diperoleh: Ka = 5,71 + 10-10 = [π»3 π + ][0,120] [0,0750] [H3O+] = 3,57 x 10-10 M pH = -log (3,57 x 10-10 M) = 9,448 (b) Penentuan pH melalui perhitungan konsentrasi OH-. Amonia adalah basa yang dapat digunakan sebagai sumber OH- dengan persamaan reaksi: NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH- Kb = [ππ»4+ ][ππ» − ] [ππ»3 ] Karena CNH4Cl dan CNH3 > 1,00 x 10-3 serta Kb dan Ka < 1,00 x 10-3 maka persamaan berikut ini dapat berlaku: [NH4+] = CNH4Cl = 0,0750 M, [NH3] = CNH3 = 0,120 M Dengan mensubtitusi konsentrasi ini terhadap konstanta kesetimbangan basa diperoleh: Kb = 1,75 x 10-5 = 0,0750[ππ» − ] [0,120] [OH-] = 2,80 x 10-5 M Dengan mengubah ke [H3O+] diperoleh: πΎπ€ [H3O+] = ππ» − = pH 1,00 π₯ 10−14 2,80 π₯ 10−5 = 3,57 x 10-10 M = -log (3,57 x 10-10) = 9,448 6.6 Larutan Buffer Buffer adalah campuran asam lemah atau basa lemah dengan konjugasinya mempunyai sifat yang dapat menahan perubahan pH dalam pengenceran atau oleh penambahan sedikit asam atau basa. Sifat-sifat ini sangat penting terutama untuk bidang yang berhubungan dengan kehidupan, karena mahluk hidup biasanya terkontrol oleh enzim yang mengatur reaksi kimia yang terjadi dalam kehidupan. Misalnya aktifitas enzim yang sangat tergantung pada pH dan untuk menjadikan enzim dapat bertahan dari pengaruh asam atau basa maka dibutuhkan larutan buffer. Persamaan Henderson-Hasselbalch Penentuan pH dalam larutan buffer biasanya menggunakan persamaan HendersonHasselbalch, yaitu penyederhanaan konstanta kesetimbangan asam (Ka): H+ + A- HA Ka = [H+ ][A− ] [HA] log Ka = log => kemudian dilogaritma [H+ ][A− ] [HA] => (Ingat log xy = log x + log y) log Ka = log [H + ] + log - log [H+] = - log Ka + log [A− ] [HA] [A− ] [HA] pH pKa pH = pKa + log [A− ] (6.37) [HA] Pengaruh pengenceran Pengenceran tidak akan mempengaruhi pH larutan buffer walaupun pengenceran telah menurunkan konsentrasi asam atau basa sepanjang persamaan (6.33) dan (6.34) masih berlaku (valid). Bila konstanta kesetimbangan asam (pada persamaan 6.29) untuk ( H3O+): Ka = [H3 O+][A− ] [π»π΄] οHAο οΆ ο¦ -log H 3 O ο« ο½ - log Ka ο« ο§ ο log ο ο· A οΈ ο¨ ο ο pH ο½ pKa ο log οHAο οA ο ο (6.38) Dari persamaan diatas jelas bahwa pH ditentukan oleh perbandingan konsentrasi asam dan basa konyugasi. Penambahan larutan kedalam larutan akan mengencerkan HA dan A- sehingga perbandingan konsentrasinya tidak akan berubah seperti diilustrasi pada contoh soal berikut ini. Contoh soal 6.14. Larutan buffer dibuat dari campuran 0,250 mol asam asetat dengan 0,10 mol larutan natrium asetat.(a) hitunglah pH dari 1 liter larutan buffer, (b) hitung pH bila 10 ml larutan buffer diencerkan dengan air menjadi 250 ml. Jawab (a) Sumber utama H3O+ dari disosiasi asam asetat berdasarkan persamaan reaksi: H3O+ + CH3COO- CH3HOOH + H2O Dengan menggunakan persamaan (6.38) diperoleh : pH ο½ pKa ο log οCH3HOOHο ο½ οCH3COO - ο pKa ο log pKa untuk asam asetat adalah: pKa = - log(1,76 x 10-5) = 4,754 οC CH3HOOH ο ο C C H3COONa ο sehingga diperoleh pH larutan di dalam satu liter larutan : pH ο½ 4,754 ο log 0,250mol / 1liter ο½ 4,356 0,100mol / 1liter (b) Setelah pengenceran menjadi 10 liter larutan, maka konsentrasi CH3COOH dan CH3COONa masing- masing akan menjadi : C CH 3COOH ο½ 10,0 ml x 0,250 M 250ml ο½ 0,0100 M x 0,100 M CCH3COONa = 10,0 ml = 0,0040 M 250 ml Dengan menggunakan persamaan (6.38) diperoleh: pH = pKa – log [CH3 COOH] [CH3 pH = 4,754 – log 6.6.1 COO− ] ] 0,0100 0,0040 = pKa = pKa - log CCH3 COOH CCH3 COONa = 4,356 Pengaruh penambahan asam dan basa Bila kedalaman air ditambahkan asam kuat maka konsentrasi H3O+ akan meningkat sebanyak konsentrasi asam yang ditambahkan tersebut. Akan tetapi bila asam kuat seperti HCL ditambahkan kedalam larutan buffer maka asam tersebut akan bereaksi dengan komponen basa dari buffer, dan sebaliknya penembahan basa kuat seperti NaOH ke dalam larutan buffer maka basa akan bereaksi dengan komponen asam yang terdapat di dalam buffer. Dengan demikian, bila larutan buffer mengandung HA dan NaA maka reaksi yang terjadi adalah: HCL + NaA HA + NaCl NaOH + HA NaA +H2O Dalam reaksi penambahan asam atau basa maka konsentrasi komponene buffer akan berubah akan tetapi pengaruh perubahan ini tidak terlalu besar karena pH larutan adalah ditentukan oleh logaritma rasio konsentrasi. Misalkan larutan buffer terdiri atas 0,02 M HA dan 0,1 M NaA maka pH dari larutan buffer ini dapat dihitung. pH = pKa – log 0,20 0,10 = PKa – 0,30 (6.39) jika sejumlah basa ditambahkan ke dalam larutan dan bereaksi misalkan dengan setengah dari 1 HA yang ada maka konsentrasi HA akan menjadi (2x 0,20 M = 0,10 M). Reaksi basa kuat (NaOH) dengan HA akan menghasilkan NaA sehingga konsentrasi NaA akan menjadi (0,10 + 0,10 = 0,20 M) sehingga pH larutan menjadi: pH = pKa – log 0,10 0,20 = PKa – 0,30 (6.40) sehingga perubahan pH larutan dari persamaan (6.39) dan (6.40) adalah (ΔpH = 0,60 unit): ΔpH = (pKa + 0,30) – (pKa – 0,30) = 0,60 perubahan ini relatif kecil (0,6 unit) bila dibandingkan dengan jumlah basa yang ditambahkan ke dalam lantan. Sebagai perbandingan, bila sejumlah yang sama basa kuat ditambahkan ke dalam air maka pH akan meningkat dari pH 7,0 menjadi pH 13,0, perubahan scbanyak 6 unit. 6.6.2. Kapasitas Buffer Karena pH buffer sangat tcrgantung pada perbandingan konsentrasi pasangan asambasa konyugasi maka kapasitas buffer untuk menahan pH adalah sangat tergantung pada konsentrasi masing-masing pasangan asam-basa konyugasi dan perbandingannya. Kapasitas buffer (β) didefinisikan sebagai kuantitas asam atau basa yang dibutuhkan oleh 1 liter larutan buffer untuk mengubah satu unit pH. Kapasitas buffer sering juga disebut sebagai intensitas buffer β= πCb πCa = πππ» πππ» (6.41) Dimana Ca dan Cb adalah jumlah mol asam kuat atau basa kuat per liter yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan satu unit pH. Kapasitas buffer adalah bilangan positif. Semakin besar β ketahanan suatu larutan terhadap perubahan pH akan semakin besar. Larutan buffer akan mampu menahan perubahan pH sepanjang masih terdapat asam lemah atau basa lemah yang tersisa untuk bereaksi sehingga semakin tinggi konsentrasi komponen buffer maka akan semakin tinggi kapasitasnya. Kapasitas buffer juga akan naik bila perbandingan konsentrasi pasangan asam-basa hampir sama. Sangat tidak memungkinkan bagi buffer untuk tetap dapat menahan pH bila perbandingan pasangan asan-basa konyugasi 1/10 atau 10/1. Untuk mengetahui skala efektif untuk larutan buffer dapat digunakan persamaan (6.37) atau (6,38), yaitu pKa ± l unit pH. Di luar skala ini, asam lemah atau basa lemah tidak akan mecukupi untuk bereaksi dengan asam atau basa yang ditambahkan. Perbandingan [HA]/[a] 1/10 10/1 Persamaan (6.38) pHmaksimum = pKa – log1/10 = pKa + 1 pHmaksimum = pKa – log10/1 = pKa 1 1 Contoh soal 6.15. Hitunglah perubahan pH yang terjadi bila 0,1 mol NaOH padat ditambahkan ke dalam 1 liter masing-masing larutan buffer berikut ini. (a) [HCOOH] = 0,200 M; [HCOO-] 0,100 M dan (b) [HCOOH] = 0,0200 M; [HCOO-] 0,0100 M. Ka HCOOH 1,80 x 10-4 Jawab: a) Untuk konsentrasi [HCOOH] 0,200 M dan [HCOO-] 0,100 M, pH larutan buffer awal (sebelum penambahan NaoH) dihitung dengan menggunakan persamaan (6.38): pHsemula = ππ»π πππ’ππ = ππΎπ − log = 3,75 − log [π»πΆπππ»] [π»πΆππ− ] 0,200 = 3,45 0,100 setelah 0,1 M NaOH ditambahkan ke dalam larutan buffer, maka terjadi reaksi berikut: HCOOH + NaOH HCOONa + H20 berarti mengurangi konsentrasi HCOOH dan sekaligus menambah konsentrasi HCOONa, sehingga diperoleh komposisi konsentrasi masing-masing senyawa di dalam larutan: Jumlah HCOOH semula = (l,00 liter x 0,20M) = 0,200 mol Jumlah HCOO- terbentuk = (1,00 liter x 0,10 M) 0,100 mol Jumlah HCOOH sisa = (0,200 - 0,100) mol = 0,100 mol Jumlah HCOOH sisa = (Jlh NaoH ditambah = Jlh HCOOH bereaksi) = Jumlah HCOO- yg terbentuk 0,100 mol Jumlah HCOO- yang terdapat di dalam larutan adalah: Jlh HCOO- = Jlh HCOO- semula + Jlh HCOO- terbentuk = (l.00 L x 0.100 M) + 0.100 mol = 0,200 mol Sehingga: [π»πΆππ− ] = 0,200 πππ = 0,200 π 1, 00 πΏ [π»πΆππ− ] = 0,100 πππ = 0,100 π 1, 00 πΏ pH larutan buffer setelah penambahan basa dihitung dengan menggunakan persamaan (6.38): ππ»ππβππ = ππΎπ − πππ ππ»ππβππ = 3,75 − πππ [π»πΆπππ»] π»πΆππ− 0,100 = 4,05 0,200 Kemudian selisih pH sebelum dan sesudah penambahan basa adalah: ΔpH = pH akhir - pH semula = 4,05 - 3,45 = 0,6 unit pH b) Untuk konsentrasi [HCOOH] 0,0200 M; [HCOO-] = 0,0100 M, pH larutan buffer awal (sebelum penambahan NaOH) adalah [π»πΆπππ»] ππ»π πππ’ππ = ππΎπ − πππ π»πΆππ− 0,0200 ππ»π πππ’ππ = 3,75 − πππ = 3,45 0,0100 setelah 0,1M NaOH ditambahkan ke dalam larutan buffer, komposisi larutan adalah: Jumlah HCOOH semula = Jumlah HCOO- terbentuk = (1,00 liter x 0,010 M) = 0,0100 mol Jumlah NaOH (ditambahkan) = 0,1 mol Jumlah NaOH sisa = (0,10 - 0,010) mol = 0,090 mol Sehingga lantan adalah terdiri atas basa kuat (NaOH) dengan basa lemah (HCOO-). Sekarang [OH-] yang dihasilkan dari basa lemah dapat diabaikan, sehingga [OH-] di dalam larutan adalah: [ππ»]− = [ππππ»] = 0,090 πππ = 0,09 π 1πΏ pOH = -log [OH-] pOH = -log 0,090 = 1,05 pHakhir = pKw – pOH = 14 – 1,05 = 12,95 ΔpH = pHakhir – pHsemula = 12,95 – 3,45 = 9,50 Dalam hal ini, penambahan NaOH akan bereaksi dengan semua asam formiat yang ada di dalam larutan sehingga akan mengganggu buffer sehingga terjadi penambahan pH yang sangat besar sebanyak 9,50 unit pH. 6.6.4. Membuat Larutan Buffer Pada prinsipnya larutan buffer pada pH yang diinginkan dapat dibuat dengan mencampurkan (kuantitas tertentu) senyawa pasangan asam-basa konjugasi. Akan tetapi, sering sekali sulit untuk mendapatkan (tidak tersedia) salah satu dari pasangan konjugasinya atau sulit untuk menimbangnya sehingga larutan buffer dibuat dengan cara memadukan senyawa asam atau basa lemah berlebih dengan kuantitas tertentu suatu asam atau basa kuat. Dalam prakteknya, untuk membuat larutan buffer pada pH yang diinginkan dapat dilakukan dengan menimbang senawa tertentu (Tabel 6.2), kemudian pH diatur dengan menambahkan asam atau basa. Sebagai contoh, bila ingin membuat larutan buffer Trisma (0,1M) pH 7,60 sebanyak 1 liter, maka yang dilakukan adalah: (1) Menimbang sebanyak 0,1mol Trisma-HCl (lihat BM dalam label zat) kemudian dilarutkan di dalam 800 ml air, (2) Meletakkan elektroda pH yang sudah distandarisasi di dalam gelas beker yang mengandung larutan trisma, dan ukur pH larutan, (3) Menambahkan larutan NaOH (pekat) tetes demi tetes sambil mengikuti perubahan pH pada pH-meter sampai tercapai pH yang diinginkan, misalnya pH 7,60, (4) Memasukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 1 liter, lalu beker dibilas dan air pembilas dimasukkan seluruhnya ke dalam labu ukur (5) selanjutnya ditambahkan air sampai batas volume yang terdapat pada garis di leher labu ukur. 6.7. Menentukan pH Asam Poliprotik dan Basa Poliekivalen Untuk menentukan pH larutan asam poliprotik atau basa poliekivalen sangat kompleks, akan tetapi karena asumsi dapat dibuat sehingga perhitungan dapat menjadi lebih sederhana. untuk menguji metode umum yang dipergunakan, mari lihat komposisi yang berbeda dari sistem asam diprotik atau basa ekivalen berikut ini, yaitu : (1) H2A, (2) H2A + HA-, (3) HA-, (4) HA- + A2-, dan (5) A2-. Harus diasumsikan dalam sebuah kasus (reaksi) bahwa H3O+ dan OH- yang berasal dari air diabaikan. Kasus 1 : larutan yang mengandung H2A Ionisasi bertingkat H2A dapat menghasilkan H2A : [H3O+ ][HA− ] H2A + H2O H3O+ + HA- Ka1 = HA- + H2O H3O+ + A2- Ka2 = [H2A] [H3O+ ][A2− ] [H2A] Bila Ka1 jauh lebih besar dibanding Ka2 (artinya Ka1/ Ka2 ≥100), maka ionisasi pertama merupakan sumber utama H3O+, sehingga pengaruh ionisasi kedua terhadap konsentrasi H3O+ dapat diabaikan. Contoh soal 6.16. Hitunglah pH dari larutan 0,010M asam karbonat bila konstanta ionisasi : Ka1 = 4,45 x 10-7, dan Ka2 = 4,69 x 10-11. Jawab : Untuk menentukan persamaan ionisasi yang menjadi sumber H3O+, terlebih dahulu diuji apakah perbandingan antara Ka1/ Ka2 ≥100, yaitu : Kπ1 Kπ2 = 4,45 π₯10−7 4,69 π₯10−11 = 9,49 x 103 Karena 9,49 x 103 > 102 maka hanya ionisasi pertama yang diperhitungkan sebagai sumber utama H3O+, sehingga : H3O+ + HCO3- H2CO3 + H2O [H3O+ ][HCO− 3] Ka1 = [H2CO3] = [H3O+ ]2 [H2CO3] [H3O+ ]2 4,45 x 10-7 = [H3O+] = 6,67 X 10-5M pH = - log 6,67 X 10-5 = 4,176 0,010 Kasus 2. Larutan yang mengandung H2A + HALarutan sistem larutan yang mengandung H2A + HA- hampir sama dengan kasus 1, yaitu Ka1/ Ka2 ≥100 , maka ionisasi kedua dapat diabaikan sebagai sumber utama H3O+. Contoh soal 6.17 Hitunglah pH larutan yang terdiri atas 0,10M o-asam ftalat dan 0,250M kalium hidrogen oftalat, dimana C6H4(COOH)2 mempunyai Ka1 = 1,12 x 10-3, dan Ka2 = 3,91 x 10-6. Jawab : Terlebih dahulu diuji apakah perbandingan antara Ka1/ Ka2 ≥100 : Kπ1 Kπ2 = 1,12 π₯10−3 3,91 π₯10−6 = 2,86 x 102 Karena 286 > 100 maka hanya ionisasi pertama yang diperhitungkan sebagai sumber utama H3O+, sehingga : H3O+ + HP- H2P + H2O Ka1 = [H3O+ ][HP− ] [H2P] = [H3O+ ]2 [H2P] [H3O+ ][0,250] 1,12 x 10-3 = [H3O+] = 4,48 X 10-4M pH = - log 4,48 X 10-4 = 3,349 0,010 Kasus 3. Larutan yang mengandung HASenyawa A- bila dilarutkan di dalam air akan mempunyai dua sifat, yaitu sebagai asamdan basa, senyawa ini disebut senyawa amfiprotik. Misalnya suatu garam NaHAdilarutkan di dalam air akan merdisosiasi sempurna menjadi Na+ dan HA-, dan selanjutnya HAdapat mengalami ionisasi asam menjadi : HA- + H2O H3O+ + A2- Ka2 = [H3O+ ][A2− ] [HA− ] (6.42) Dapat juga mengalami ionisasi basa menjadi : HA- + H2O H2A + OH- πΎ Kb2 = πΎ π€ π1 [H2A][OH− ] [HA− ] (6.43) Untuk menentukan apakah larutan bersifat asam atau basa sangat ditentukan oleh konstanta kesetimbangan dalam persamaan (6.42) dan (6.43). Apabila Ka2 lebih besar dari Kb2 maka larutan berasifat asam, sebaliknya apabila Kb2 lebih besar dari Ka2 maka larutan berasifat basa. Perlu diketahui bahwa persamaan reaksi (6.42) dan (6.43) berlangsung bersamaan, dan keduanya harus dipertimbangkan sebagai sumber H3O+. Untuk mendapatkan [H3O+] dari Ka2, maka substitusi yang sesuai untuk A2- harus dicari. Misalkan H3O+ yang sihasilkan di dalam persamaan (6.42) bereaksi dengan OH- yang terbentuk pada persamaan (6.43), sehingga reaksi dapat ditulis : [H3O+] = [H3O+]terbentuk - [H3O+]hilang (6.44) [H3O+]terbentuk = [A2− ] maka [H3O+]hilang = [OH-]terbentuk = [H2A] Dengan mensubstitusikan terhadap persamaan (6.44) akan diperoleh : [H3O+] = [A2− ] - [H2A] atau [A2− ] = [H3O+] + [H2A] (6.45) Mensubstitusi persamaan (6.45) dengan Ka1 untuk [H2A] akan diperoleh : [A2− ] = [H3O+] + = [H3O+ ][HA− ] Ka1 (6.46) Bila persamaan (6.46) disubstitusi dengan [A2− ] pada konstanta kesetimbangan Ka2 (persamaan 6.42) akan dihasilkan : [H3O+ ][HA− ] ) Ka1 − [HA ] [H3O+ ]( Ka2 = Persamaan ini disederhanakan menjadi: [H3O+]2 = πΎπ1 πΎπ2 [π»π΄− ] (6.47) πΎπ1 + [HA− ] Dalam hal Ka << [HA− ] dapat dinyatakan bahwa : Ka1 + [HA− ] = [HA− ] (6.48) Persamaan (6.48) disubstitusi terhadap persamaan (6.47) menjadi : [H3O+]2 = πΎπ1 πΎπ2 [π»π΄− ] [HA− ] = Ka1Ka2 [H3O+] = √Ka1Ka2 atau pH = πΎπ1 + pKa2 2 (6.49) Perlu diingat bahwa jika asumsi pada persamaan (6.48) masih berlaku dan pengaruh ionisasi air dapat diabaikan, maka pH sangat tergantung pada konsentrasi HA-, maka ph larutan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (6.49), yaitu : [H3O+] = √Ka1Ka2 Dimana Ka1 adalah konstanta disosiasi asam-asam lemah, maka Ka2 adalah konstanta disosiasi asam konjugasi dari basa lemah. Asam tripotik seperti H3PO4 dapat menjadi dua senyawa amfiprotik H2PO4- dan HPO42. Untuk menentukan pH berlaku persyaratan yaitu menggunakan Ka dari senyawa yang bersangkutan ditambah Ka asam konjugasinya, sehingga: Untuk H2PO4- : [H3O+ ] = √Ka1Ka2 Untuk HPO42- : [H3O+ ] = √Ka2Ka3 Contoh soal 6.18 Hitunglah pH larutan yang mengan =dung 0,0250M natrium bikarbonat bila diketahui konstanta kesetimbangan untuk H2CO3 adalah Ka1 = 4,45 x 10-7, Ka2 = 4,69 x 10-11 Jawab : Karena Ka1 lebih kecil dibanding terhadap konsentrasi HA-, maka untuk menentukan pH larutan, persamaan (6.49) dapat berlaku : [H3O+ ] = √Ka1Ka2 [H3O+ ] = √ (4,45 x 10-7) (4,69 x 10-11) = 4,57 x 10-9M = - log 4,57 x 10-9 = 8,340 pH Kasus 4. Larutan yang mengandung HA- + A2Larutan yang mengandung HA- + A2- merupakan basa ekivalen dalam kasus 2. Apabila Kb1/Kb2 ≥ 100 maka ionisasi kedua dapat diabaikan. Kasus 5. Larutan yang mengandung A2Larutan yang mengandung A2- adalah basa ekivalen pada kasus 1 dan [OH-] dihitung dari konstanta kesetimbangan Kb1, dengan cara yang sama konsenrasi H3O+ dapat dihitung dari konstanta kesetimbangan Ka1. Contoh soal 6.19 Hitunglah pH larutan 0,150 M natrium oksalat bila diketahui konstanta kesetimbangan untuk H2C2O4 adalah Ka1 = 5,60 x 10-2, Ka2 = 5,42 x 10-5 Jawab : Ionisasi bertingkat asam oksalat adalah : C2O42- + H2O HC2O42- + OH- Kb1 = HC2O4- + H2O H2C2O4 + OH- Kb1 = [HC2O42− ][OH− ] [C2O42− ] [H2C2O4][OH− ] [HC2O4− ] Untuk menentukan pH larutan, terlebih dahulu diketahui konstanta disosiasi basa : Kb1 = Kb2 = πΎπ€ πΎπ2 πΎπ€ πΎπ1 = = 1,00 π₯ 10−14 5,42 π₯ 10−5 1,00 π₯ 10−14 5,60 π₯ 10−2 = 1,85 x 10-10 = 1,79 x 10-13 Selanjutnya diuji perbandingan konstanta disosiasi basa πΎπ1 πΎπ2 = 1,85 π₯ 10−10 1,79π₯ 10−13 πΎπ1 πΎπ2 = 1,03 x 103 πΎπ Karena πΎπ1 > 10 2, maka ionisasi tingkat pertama digunakan sebagai penghasil OH-. 2 C2O42- + H2O 1,85 x 10-10 HC2O42- + OH= [OH− ]2 0,150 [OH-] = 5,27 x 10-6M Kb1 = [HC2O42− ][OH− ] [C2O42− ] [OH− ]2 = [Na2C2O4] pOH = -log 5,27 x 10-6 = 5,28 pH = pKw – pOH , pH = 14 -5,28 pH = 8,72