Uploaded by User35703

S63082-Erdi Nindito Rumono

advertisement
Perancangan Sistem Proteksi Petir Ekstrenal Studi Kasus Gedung MERC
UI
Erdi Nindito Rumono, Amien Rahardjo
Department of Electrical Engineering, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Sebagai pusat riset dan pendidikan medis, gedung MERC UI memiliki 13 lantai dan terdiri dari 2 menara yaitu
menara A dan B tentu berisikan peralatan-peralatan riset yang sangat berharga dan banyak orang-orang di
dalamnya yang melakukan aktivitas riset. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dirancang suatu sistem
proteksi petir eksternal gedung MERC UI dengan menggunakan teknologi ESEAT. Perancangan dilakukan
dengan memvariasikan tinggi ESEAT dan nilai waktu pelepasan sambaran balik (ΔT) yang akan dihitung
daerah proteksinya sesuai standar NF C 17-102. Hasilnya didapat ESEAT dengan tinggi 5 m dan nilai ΔT 25 µs
yang dipasang pada atap ruang lift menara B gedung MERC UI adalah variasi yang terbaik, dengan radius
proteksi pada permukaan tanah 67,08 m, variasi ini tidak hanya memiliki daerah perlindungan yang tidak
berlebihan dan melindungi gedung MERC UI namun juga tetap ekonomis.
Design of External Lightning Protection System Study Case MERC UI Building
Abstract
As the medical education and research center, MERC UI building has 13 floor and consist of 2 tower, A and B
with high value research equipment include people inside the building. So, in this research will be designed a
lightning protection system in MERC UI building using ESEAT technology. The design did by ESEAT’s high
variation and variation of upward leader release time to determine area protection appropriate to NF C 17-102
standard. The result is ESEAT with 5 m height and 25 µs ΔT which is installed on the roof of B tower MERC UI
building is the best variation, with 67,08 m protection radius at ground level , this variation not only has
appropriate area protection and protect MERC UI building but also from economical reason.
Keywords: External lightning protection system, ESEAT
I. Pendahuluan
Petir merupakan fenomena alam berupa pelepasan muatan dari awan ke bumi yang
disebabkan terionisasinya muatan di bumi oleh muatan awan sehingga beda potensial antara
awan dengan bumi lebih besar dari tegangan tembus udara. Secara umum Indonesia
merupakan negara dengan daerah-daerah yang memiliki nilai hari guruh per tahun yang
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
tinggi. Hari guruh per tahun merupakan rata-rata jumlah terdengarnya guruh dalam satu hari
selama satu tahun. Semakin tinggi nilai hari guruh per tahun maka semakin besar pula
probabilitas terjadinya sambaran petirnya. Isokeraunik level merupakan garis yang
menunjukkan daerah dengan hari guruh per tahun yang sama.
Dengan nilai hari guruh per tahun yang tinggi mengakibatkan Indonesia dan Jakarta pada
khususnya akan memiliki nilai sambaran petir yang cukup tinggi pula. Sambaran petir
memiliki energi yang sangat besar sehingga apabila tidak diarahkan dengan baik akan
mengakibatkan kerugian-kerugian seperti kerusakan mekanis pada bangunan, rusaknya
peralatan elektronik akibat induksi medan magnet, terlukanya manusia akibat tegangan sentuh
dan tegangan langkah, hingga menimbulkan korban jiwa. Oleh karena ancaman kerugian
akibat sambaran petir, pemasangan sistem proteksi petir menjadi suatu keharusan bagi setiap
objek.
Sistem proteksi petir terbagi menjadi dua, sistem proteksi petir eksternal untuk melindungi
objek dari sambaran petir langsung dan sistem proteksi petir internal untuk melindungi dari
bahaya sambaran petir tidak langsung seperti induksi medan magnet, tegangan sentuh, dan
tegangan langkah. Suatu bangunan di daerah dengan memiliki nilai hari guruh per tahun yang
tinggi akan sangat dianjurkan untuk memasang sistem proteksi petir eksternal yang dilengkapi
dengan sistem proteksi internal. Sistem proteksi eksternal yang umum digunakan pada
bangunan-bangunan adalah dengan cara memberikan jalur elektris bagi sambaran petir
dengan nilai resistansi yang serendah mungkin agar muatan petir dari awan dapat dengan
cepat dinetralkan di bumi (Charge Transfer System). Sistem ini lebih ekonomis dan memiliki
keandalan yang baik daripada menurunkan kuat medan antara awan
dengan bumi untuk mengeliminasi terjadinya petir (Dissipation Array System). Teknologi
sistem alih muatan (Charge Transfer System) telah berkembang, dahulu teknologi ini hanya
menggunakan terminal udara berupa konduktor yang akan menangkap petir dan
menyalurkannya melalui penghantar penyalur untuk dinetralkan muatannya oleh elektroda
pentanahan.
Kini muncul teknologi Early Streamer Emission Air Terminal (ESEAT) yang diyakini akan
membuat petir lebih cepat menyambar terminal udara ini dan memiliki daerah proteksi yang
lebih luas. Saat ini penggunaan teknologi ESEAT telah diaplikasikan di berbagai macam
bangunan. ESEAT memiliki teknologi yang berbeda dengan metode konvensional seperti
Franklin Rod. Perhitungan daerah yang dilindungi oleh teknologi ESEAT juga berbeda
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
dengan metode konvensional. Klaim oleh beberapa penyedia ESEAT mengenai cakupan
daerah proteksi harus dibuktikan secara ilmiah mengacu standar NF C 17-102.
Gedung Medical Education and Research Center Universitas Indonesia (MERC UI)
merupakan gedung yang saat ini tengah dalam proses pengerjaan fisik. Nantinya gedung ini
akan digunakan sebagai pusat riset dan pendidikan dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
Gedung yang dibangun dengan 13 lantai dan di dalamnya terdapat berbagai jenis peralatan
elektronik tentu menyebabkan Gedung MERC UI diwajibkan memiliki sistem proteksi petir
eksternal yang mampu melindungi seluruh bangunan dengan baik.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk merancang sistem proteksi petir eksternal
menggunakan ESEAT pada Gedung MERC UI sesuai dengan standar-standar yang berkaitan
dan berlaku.
II. Tinjauan Teoritis
Fenomena Petir
Petir merupakan suatu peristiwa alam berupa pelepasan muatan dari awan cumulonimbus. Di
dalam awan mendung (cumulonimbus) terdapat uap air dan kristal es akibat proses
kondensasi. Uap air dan kristal es ini selanjutnya mengalami turbulensi dengan angin yang
kencang sehingga timbul pemisahan muatan positif dan negatif. Menurut Teori Mason,
muatan negatif merupakan pancaran-pancaran es akibat pembentukan dan pemecahan butirbutir es yang lunak. Sedangkan muatan positif terbentuk akibat pembekuan yang dikuti
pecahan es yang kecil. Timbulnya muatan akan diikuti oleh terdistribusinya muatan secara
merata di seluruh awan, namun tiupan angin di awan menyebabkan partikel bermuatan positif
bergerak ke bagian atas awan, sedangkan partikel bermuatan negatif tertiup dengan kecepatan
yang lebih rendah sehingga cenderung diam bahkan jatuh ke bagian bawah awan.
Apabila awan-awan ini mendekat maka akan timbul medan listrik yang besar sehingga dapat
terjadi loncatan petir diantara awan-awan tersebut atau yang disebut (cloud to cloud). Jika
terdapat medan listrik yang sangat besar di dalam awan akan dapat timbul sambaran petir di
dalam awan tersebut (intraclouds). Pelepasan muatan juga dapat terjadi antara awan dengan
udara bebas (cloud to air). Petir yang selama ini kita ketahui merupakan bentuk pelepasan
muatan dari awan ke bumi (cloud to ground).
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
Gambar 1. Macam-macam Sambaran Petir
Petir antara awan dengan bumi terjadi ketika awan menginduksi bumi untuk selanjutnya
melepaskan muatan. Muatan negatif di bagian bawah awan menyebabkan peningkatan medan
listrik antara awan dengan tanah. Ketika kuat medan listrik antara awan dengan bumi
mencapai 30 kV/cm, muatan negatif awan akan turun ke tanah membentuk stepped leader
yang bergerak cepat dan menurun (down leader). Jika gradien tegangan antara awan dengan
bumi lebih besar daripada tegangan tembus udara maka ujung dari stepped leader yang
dinamakan pilot streamer akan terbentuk dan menentukan daerah sambaran petir, muatan
negatif yang dibawa oleh stepped leader akan menarik muatan positif bumi ke atas (return
stroke) yang kemudian bertemu di pilot streamer dan memberikan jalan bagi muatan negatif
awan untuk tersalurkan ke tanah (petir).
Gambar 2. Proses Pelepasan Muatan pada Petir
Sistem Proteksi Eksternal
Sistem proteksi eksternal merupakan sistem proteksi yang bertugas mengamankan objek dari
sambaran petir langsung. Gedung bangunan seperti sekolah, kantor, rumah sakit, dan rumah
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
tinggal merupakan tempat yang terdapat banyak manusia didalamnya. Tidak hanya manusia,
tetapi juga peralatan-peralatan yang terdapat di gedung bangunan juga beragam. Oleh karena
itu dibutuhkan suatu sistem pengamanan sambaran petir yang mumpuni agar tidak terjadi
kerugian-kerugian baik terhadap manusia, gedung, dan peralatan di dalamnya yang
ditimbulkan oleh sambaran petir.
Sistem Proteksi Petir Eksternal Franklin Rod
Sistem proteksi Franklin Rod dikembangkan oleh Franklin pada tahun 1750. Konsep dari
sistem franklin rod adalah membuat jalan dengan resistansi sistem pentanahan yang sekecil
mungkin agar arus petir mengalir melalui sistem pentanahan yang dibuat. Terdapat 3 bagian
utama dalam sistem ini, yaitu air terminal, down conductor dan elektroda pentanahan. Petir
akan dialihkan untuk menyambar air terminal yang dipasang di atap, kemudian menyalurkan
ke tanah melalui down conductor dan disebar muatan petirnya di tanah oleh elektroda
pentanahan. Sistem proteksi ini paling banyak digunakan karena paling ekonomis dan cukup
efektif dalam mengurangi kerugian akibat sambaran petir.
Sistem Proteksi Petir Eksternal Sangkar Faraday
Sistem proteksi sangkar faraday berupa logam konduktor yang dipasang di sekeliling
bangunan secara vertikal maupun horizontal, atau di atas atap bangunan yang dipasang secara
horizontal dan ujung logam konduktor tersebut menancap ke tanah. Apabila terdapat petir
menyambar dari samping, dengan adanya sangkar faraday diharapkan petir akan menyambar
atau mengenai logam konduktor tersebut, sehingga manusia dan peralatan-peralatan yang
terdapat di dalam bangunan tetap aman dari resiko sambaran petir. Sangkar faraday biasanya
digunakan untuk melengkapi sistem proteksi Franklin-Rod. Tidak hanya melindungi
sambaran petir langsung, konstruksi logam konduktor yang mengelilingi bangunan juga
digunakan untuk menyerap medan magnet sehingga peralatan listrik yang digunakan tidak
terkena efek dari medan magnet tersebut.
Sistem Proteksi Petir Eksternal Early Streamer Emission Air Terminal (ESEAT)
Penggunaan Franklin Rod sebagai sistem proteksi petir masih sangat populer, namun
beberapa tahun belakangan sistem proteksi petir eksternal Early Streamer Emission semakin
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
banyak digunakan. Cakupan daerah proteksi yang lebih luas memungkinkan hanya memasang
satu air terminal saja, lebih efisien dibanding harus memasang beberapa air terminal
konvensional (Franklin Rod). Pembeda antara ESEAT dengan Franklin Rod hanya pada
teknologi air terminal, penggunaan ESEAT sebagai air terminal tetap membutuhkan down
conductor dan elektroda pentanahan sebagai suatu sistem proteksi petir eksternal.
Cara Kerja ESEAT
Saat ini ESEAT yang umum terpasang di berbagai objek merupakan jenis ESEAT yang
menggunakan rangkaian internal. Sudah tidak ada lagi jenis ESEAT yang menggunakan
bahan radioaktif sejak larangan penggunaannya pada 1980an. Keunggulan dari jenis ini
adalah tidak memancarkan bahan radioaktif yang dapat membahayakan manusia dan tidak
membutuhkan suplai tegangan dari luar. ESEAT jenis ini memungkinkan perawatan yang
sangat mudah.
Salah satu contoh ESEAT jenis ini adalah merk Prevectron yang sudah umum digunakan.
ESEAT Prevectron terdiri dari 3 bagian, lower electrode, main body, dan upper eletrode.
Lower electrode digunakan untuk mengumpulkan muatan dari udara ketika terjadi badai
dimana medan listriknya sangat tinggi. Muatan tersebut disimpan di dalam kapasitor yang
terletak di dalam main body. Saat downward leader mulai turun dan medan listrik meningkat
secara cepat akan mengaktifkan komponen yang memicu muatan tersebut untuk dilepaskan ke
udara menyambut downward leader melalui upper electrode.
Gambar 3. ESEAT Prevectron
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
Early Streamer Emission System Berdasarkan Standar NF C 17-102
ESEAT yang melepaskan upward leader lebih dahulu dibanding objek lain membuat ESEAT
memiliki perhitungan area yang dilindung tersendiri dibanding terminal udara konvensional.
Area yang dilindungi dapat dihitung dengan mencari radius proteksi dari suatu ketinggian h
yang merupakan jarak antara ujung ESEAT dengan objek yang akan diproteksi berdasarkan
kedua rumus berikut:
𝑅! β„Ž =
2π‘Ÿβ„Ž − β„Ž! + βˆ†(2π‘Ÿ + βˆ†) untuk h ≥ 5 m
(1)
𝑅! β„Ž = β„Ž× π‘…! 5 / 5 untuk 2 m ≤ h ≤ 5 m
(2)
dengan
Rp
= Radius proteksi dengan tinggi ESEAT sebesar h [m]
r
= Radius bola berguling berdasarkan
[m]
h
= Tinggi ESEAT dari bidang datar
[m]
Δ
= ΔT.106
ΔT
= efisiensi ESEAT dalam tes laboratorium nilai ΔT berada pada kisaran 10 µs – 60 µs
Gambar 4. Daerah Perlindungan ESEAT
III. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan studi literatur mengenai petir dan sistem
proteksinya. Fenomena petir, sambaran petir dan dampaknya, IKL, serta sistem proteksi petir
eksternal dan internal menjadi hal yang wajib diketahui sebelum merancang sistem proteksi
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
eksternal Gedung MERC UI. Studi literatur ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman
teori yang utuh.
Setelah melakukan studi literatur, selanjutnya mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini. Data-data tersebut berupa dimensi bangunan yang didapat dari drawing
elektrikal dan arsitektur, hari guruh tahun 2015 dari BMKG, dan rencana sistem proteksi petir
yang bersumber dari wawancara dengan kontraktor.
Perhitungan tingkat resiko sambaran petir perlu dilakukan untuk menentukan apakah Gedung
MERC UI memerlukan pengamanan terhadap sambaran petir. Terdapat 3 standar yang
digunakan dalam menentukan tingkat resiko ini. Berdasarkan PUIPP, jika nilai R (taksiran
resiko) lebih dari atau sama dengan 13 maka diperlukan sistem pengamanan terhadap
sambaran petir (sesuai Tabel 2.6). Berdasarkan NFPA 780, jika nilai R lebih dari atau sama
dengan 3 maka diperlukan pengamanan terhadap sambaran petir (sesuai Tabel 2.13). Menurut
IEC 1024-1-1, jika nilai Nd lebih dari 0,1 maka dibutuhkan sistem proteksi petir dan terdapat
4 tingkat kelas proteksi berdasarkan efisiensinya.
Jika menurut ketiga standar diatas objek membutuhkan perlindungan maka akan dilakukan
perancangan konstruksi ESEAT sebagai bagian dari sistem proteksi eksternal. Perancangan
konstruksi ini meliputi pemilihan letak, tinggi, dan spesifikasi ESEAT, serta rencana
pemasangan agar ESEAT dapat berdiri tegak tanpa gangguan apapun.
Setelah dilakukan perancangan konstruksi ESEAT dilakukan penghitungan daerah proteksi
yang dihasilkan berdasarkan standar NF C 17-102. Standar tersebut merupakan standar yang
menjadi acuan bagi seluruh produsen ESEAT dan harus menjadi acuan dalam perancangan
sistem proteksi petir yang menggunakan ESEAT. Jika masih ada daerah yang tidak
terlindungi maka dilakukan perancangan konstruksi ulang.
Jika seluruh daerah sudah telindungi maka akan dilakukan perancangan down conductor dan
elektroda pentanahan agar sistem proteksi eksternal yang dirancang menjadi sempurna.
IV. Hasil Penelitian
Dengan memvariasikan tinggi ESEAT 2 m, 4 m, 5 m, dan 10 m dengan ΔT 25µs. Serta variasi
ΔT 25 µs, 40 µs, 50 µs, dan 60 µs dengan tinggi ESEAT 5 m. Didapat radius perlindungan
pada lantai pertama seperti yang terlihat pada gambar 5.
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
Gambar 4. Daerah Proteksi Pada Lingkungan Sekitar Tiap Variasi
Adapun ringkasan tiap variasi skema pemasangan ESEAT seperti tercantum pada tabel 1.
Berdasarkan variasi tinggi ESEAT dan nilai ΔT ESEAT didapat berbagai skema daerah
perlindungan. Seluruh skema daerah perlindungan tersebut dapat disimpulkan dalam Tabel
4.9. Berdasarkan Tabel 4.9, agar ESEAT yang dipasang dapat efisien dan efektif namun tetap
ekonomis maka dipilih ESEAT dengan ΔT 25 µs dengan tinggi 5 m. Dengan ΔT dan tinggi
tersebut, ESEAT yang dipasang sudah memberikan perlidungan yang maksimal bagi gedung
dan lingkungan sekitar, namun tidak terlalu berlebihan atau terlalu luas yang menyebabkan
tingginya biaya ESEAT.
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
Tabel 1. Ringkasan Variasi Skema Pemasangan ESEAT
He
ΔT
Seluruh Gedung
(m)
(µs)
Terlindungi ?
Kelebihan
Kekurangan
Variasi Tinggi
• Pemasangan
2
25
Tidak
sangat mudah
• Biaya rendah
4
5
25
25
Tidak
Ya
Ya
bagian
gedung terlindungi
Tidak
mudah
gedung terlindungi
Seluruh
bagian Jarak antara bagian atas
gedung terlindungi gedung
Jarak antara bagian
25
seluruh
Pemasangan
tanpa berlebihan
10
Tidak
atas gedung dengan
daerah
proteksi
lebih tinggi
seluruh
dengan
bagian
daerah
proteksi hanya berjarak 5 m
• Pemasangan membutuhkan
perhatian lebih
• Biaya lebih mahal
Variasi Waktu Pelepasan (ΔT)
Seluruh
5
25
Ya
bagian Jarak antara bagian atas
gedung terlindungi gedung
tanpa berlebihan
5
40
Ya
Daerah
dengan
daerah
proteksi hanya berjarak 5 m
proteksi Biaya ESEAT lebih mahal
semakin luas
daripada 25 µs
• Biaya ESEAT lebih mahal
5
50
Ya
Daerah
proteksi • Daerah proteksi mencakup
semakin luas
daerah
yang
tidak
memerlukan perlindungan
• Biaya
5
60
Ya
Daerah
proteksi
semakin luas
ESEAT
paling
mahal
• Daerah proteksi mencakup
daerah
yang
tidak
memerlukan perlindungan
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
V. Pembahasan
Dalam menghitung daerah yang dilindungi oleh pemasangan ESEAT, digunakan persamaan 1
dan 2. Berdasarkan persamaan tersebut, terdapat variabel yang dapat diubah-ubah untuk
mendapatkan komposisi terbaik agar ESEAT yang dipasang efektif, efisien, dan ekonomis.
Variabel tersebut yaitu h (tinggi titik ukur dari ujung ESEAT) dan ΔT (selisih waktu
pelepasan upward leader antara ESEAT dengan terminal udara konvensional. Dalam variabel
h yang dapat diubah adalah ketinggian ESEAT (He), sedangkan ΔT merupakan variasi yang
terdapat pada spesifikasi ESEAT. He akan divariasikan 2 m, 4 m, 5 m, dan 10 m dengan ΔT
dibuat tetap 25 µs. Sedangkan variasi ΔT meliputi 25 µs, 40 µs, 50 µs, dan 60 µs.
Variasi Tinggi ESEAT
Pada variasi tinggi, penambahan tinggi ESEAT akan mempengaruhi daerah proteksi secara
vertikal. Semakin tinggi ESEAT, maka semakin tinggi pula daerah di atas gedung yang
dilindugi, namun radius proteksi akan semakin rendah seiring semakin tingginya jarak antara
titik ukur dengan ujung ESEAT. Sebaliknya, semakin rendah ESEAT menyebabkan daerah di
atas gedung menjadi rendah yang dilindungi, atau bahkan ada daerah yang tidak terlindungi,
namun radius proteksi lebih besar daripada ESEAT yang lebih tinggi pada titik ukur yang
sama. Pada variasi tinggi ini terlihat bahwa dengan He 2 m dan 4 m masih ada bagian gedung
yang tidak terlindungi (gambar 5 dan 6), sedangkan untuk He 5m dan 10 m seluruh bagian
gedung terlindungi. Semakin tinggi ESEAT yang dipasang, maka akan semakin besar
biayanya, karena dibutuhkan pengamanan ekstra agar ESEAT dapat tetap berdiri kokoh dari
terpaan angin dan badai.
Gambar 5. Daerah Proteksi He 2 m dan ΔT 25 µs (tampak samping)
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
Gambar 6. Daerah Proteksi He 4 m dan ΔT 25 µs (tampak samping)
Variasi Spesifikasi ESEAT (ΔT)
Pada variasi spesifikasi ESEAT, perubahan nilai ΔT akan mempengaruhi daerah proteksi
secara horizontal. Semakin tinggi nilai ΔT maka akan semakin luas pula daerah yang mampu
dilindungi oleh pemasangan ESEAT tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai ΔT maka
daerah yang dilindungi akan lebih kecil. Dalam konteks mengamankan gedung MERC UI dari
bahaya sambaran petir langsung, ternyata penggunaan ESEAT dengan nilai ΔT 25 µs sudah
cukup untuk melindungi seluruh bagian gedung (gambar 7), bahkan ada beberapa bagian luar
gedung yang dapat dilindungi. Dengan penggunaan ESEAT dengan nilai spesifikasi yang
semakin tinggi justru akan melindungi daerah yang tidak perlu untuk dilindungi. Seperti pada
daerah proteksi yang dihasilkan oleh pemasangan ESEAT 60 µs, akan melindungi hingga
seberang Jalan Diponegoro (gambar 8).
Gambar 7. Sketsa Lapangan He 5 m dan ΔT 25µs
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
Gambar 8. Sketsa Lapangan He 5 m dan ΔT 60µs
Tabel 2. Ringkasan Radius Proteksi Tiap Lantai Seluruh Variasi
2m
25µs
4m
25µs
5m
25µs
R (m)
10m
25µs
25µs
5m
22,09
47,29
57,45
60,62
57,45
75,00
86,17
97,08
57,79
59,11
59,73
62,51
59,73
76,76
87,71
98,45
60,62
61,73
62,26
64,58
62,26
78,75
89,45
100,00
11
63,01
63,94
64,37
66,29
64,37
80,43
90,93
101,33
10
64,99
65,76
66,11
67,65
66,11
81,83
92,17
102,45
9
66,62
67,23
67,51
68,69
67,51
82,96
93,18
103,36
8
67,90
68,37
68,59
69,42
68,59
83,84
93,96
104,06
7
68,87
69,21
69,35
69,86
69,35
84,47
94,52
104,57
6
Sky
Lobby
5
69,54
69,74
69,82
70,00
69,82
84,85
94,87
104,88
69,91
69,98
70,00
69,86
70,00
85,00
95,00
105,00
69,99
69,94
69,89
69,42
69,89
84,91
94,92
104,92
4
69,82
69,65
69,54
68,78
69,54
84,62
94,66
104,69
3
69,42
69,13
68,96
67,90
68,96
84,15
94,24
104,31
2
68,78
68,37
68,15
66,78
68,15
83,48
93,64
103,77
1
67,90
67,37
67,08
65,38
67,08
82,61
92,87
103,08
Lantai
Atap
ruang lift
Dasar
ruang lift
12
40µs
5m
50µs
5m
60µs
5m
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
Lokasi Penempatan ESEAT
Setelah dipilih konstruksi ESEAT dengan tinggi 5 m dan nilai ΔT 25 µs, maka selanjutnya
akan ditentukan ESEAT akan diletakkan di menara gedung A atau B. Berdasarkan gambar 9,
kedua skema pemasangan ESEAT akan melindungi gedung FKUI dengan besar yang sama.
Namun, terdapat kelebihan apabila ESEAT diletakkan di gedung B, yaitu pemasangan
ESEAT akan melindungi lapangan basket dan sebagian parkiran yang berada di sebelah
gedung FKUI. Apabila ESEAT diletakkan di gedung A, maka ESEAT hanya melindungi
sebagian lapangan basket, beberapa ruangan di sebelah barat Gedung MERC UI, dan jalan
yang berada di utara Gedung MERC UI. Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan di atas
maka ESEAT akan diletakka di Gedung B MERC UI.
Gambar 9. Perbandingan Area Proteksi Penempatan ESEAT Gedung A dan B
VI. Kesimpulan
1.
ESEAT yang digunakan dalam melindungi Gedung MERC UI merupakan produk
Prevectron dengan nilai efisiensi (ΔT) 25 µs dan tinggi 5 m.
2.
Pemilihan ESEAT Prevectron dengan nilai efisiensi (ΔT) 25 µs dan tinggi 5 m
didasarkan pada kemampuannya melindungi seluruh bagian gedung MERC UI dan
tidak memberikan daerah perlindungan yang berlebihan, serta lebih ekonomis.
3.
Pemasangan ESEAT tersebut akan menciptakan daerah perlindungan dengan radius
67,08 m pada atas tanah dan mampu melindungi seluruh struktur gedung MERC UI.
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
4.
ESEAT dipasang di tengah atap ruang lift gedung B MERC UI
VII. Saran
Penelitian ini hanya berfokus pada desain terminal udara, sedangkan penghantar penyalur dan
elektroda pentanahan berdasarkan standar yang ada dan perencanaan oleh pelaksana
konstruksi. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan lebih spesifik hingga mendesai elektroda
pentanahan dan menghitung resistansi dari seluruh sistem proteksi petir tersebut (tahanan
pentanahan).
VIII. Daftar Referensi
[1]
Garniwa MK, Iwa. Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan. Jakarta
[2]
Hermawan, Asep Dadan. (2010). Rancangan Sistem Penangkal Petir Eksternal Melalui
Metoda Konvensional (Studi Kasus UPT LAGG BPPT). Depok: Universitas Indonesia
[3]
Air Terminals, Mounting Equipment and Cables - Available in Copper and Aluminum.
[Online]
http://www.contractorssolutions.com/lightning_protection.htm
[4]
Conventional Lightning Protection System Components – Part One. [Online]
http://www.electrical-knowhow.com/2014/01/Conventional-Lightning-ProtectionSystem-Components.html
[5]
WTEC Products are top of the line. [Online]
http://03598e9.netsolhost.com/products_solar.htm
[6]
(2015, September) Variabel yang Mempengaruhi Sistem Grounding. [Online]
http://elektronika-dasar.web.id/variabel-yang-mempengaruhi-sistem-grounding/
[7]
Setiabudy, Rudy. (2007). Pengukuran Besaran Listrik. Jakarta: Universitas Indonesia
[8]
Faraday Cage. [Online]
http://www.nowandfutures.com/large/FaradayCage-E3.html
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
[9]
Zipse, Donald W. (1994). Lightning Protection System: Advantages and Disadvantages.
[10] Abidin, Hartono Zainal, dkk (2004). Conventional and Unconventional Lightning Air
Terminals: An Overview
[11] Indelec Lightning Protection. Prevectron 2 Milenium
[12] Rakov, V.A, dkk (2002). A Critical Review of Nonconventional Approaches to
Lightning Protection. American Meteorological Society
[13] Crispino, Joe. (2007). Rolling Spheres Method for Lightning Protection
[14] Furse. Guide to BS EN/IEC 62305
[15] Prabandoko, Habib. (2008). Studi Evaluasi Terminasi Udara pada Gedung Bertingkat
dengan Metode Bola Bergulir, Sudut Perlindungan, dan Metode Jala. Depok:
Universitas Indonesia
Perancangan sistem ..., Erdi Nindito Rumono, FT UI, 2016
Download