Uploaded by User71550

TUGAS MK PAK WILLY

advertisement
MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN
Dosen : Willy Nurhayadi,SE,M.Ak
Disusun Oleh :
REVINA YUNISFIA UTAMI
A5R1 – AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANTEN
SERANG
1
1. Metode Ekuitas Konsolidasi Satu Baris
Akuntansi metode ekuitas sering disebut dengan konsolidasi satu baris (one
line consolidation). Disebut konsolidasi satu baris karena investasi dilaporkan
sebagai jumlah tunggal dalam neraca perusahaan investor dan pendapatan
investasi dilaporkan sebagai jumlah tunggal dalam laporan laba rugi (kecuali
perusahaan investi mempunyai pos-pos luar biasa / extraordinary atau pos-pos lain
sesudah operasi normal /”below the line” yang memerlukan pengungkapan
terpisah). Konsolidasi satu baris juga berarti bahwa pendapatan perusahaan induk /
investor dan ekuitas pemegang saham adalah sama, apabila perusahaan anak /
investi dipertanggungjawabkan melalui penerapan yang lengkap dan benar dari
metode ekuitas seperti saat laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan
anak dikonsolidasikan. Laporan keuangan konsolidasi menunjukkan pendapatan
yang sama dan aktiva bersih yang sama meliputi rincian pendapatan-pendapatan
dan beban -beban dan aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban.
Metode ekuitas mempunyai beberapa kompleksitas. Metode ekuitas
melibatkan perhitungan yang kompleks yang sama dengan yang ditemui dalam
penyajian
laporan
keuangan
konsolidasi.
Karena
itu,
metode
ekuitas
dikembangkan sebagai standar akuntansi perusahaan induk bagi perusahaanperusahaan anaknya. Ulasan tentang konsolidasi satu baris / konsolidasi
memungkinkan seseorang mengecek pekerjaan melalui perhitungan alternatif
pada beberapa pos utama laporan keuangan seperti laba bersih konsolidasi dan
laba ditahan konsolidasi.
Prosedur akuntansi dasar untuk menerapkan metode ekuitas adalah
sama,baik pada investor yang mempunyai kemampuan menggunakan pengaruh
yang signifikan terhadap perusahaan investi (kepemilikan 20 hingga 50 persen)
atapun pada investor yang mempunyai kemampuan pengendalian terhadap
perusahaan investi (kepemilikan lebih dari 50 persen). Hal ini penting mengingat
investasi diatas 50 persen adalah penggabungan usaha dan menjadi sasaran PSAK
2
No. 22. Jadi, prinsip akuntansi yang berlaku untuk penggabungan usaha secara
pembelian juga berlaku untuk akuntansi untuk investasi dengan kepemilikan 20
hingga 100 persen dengan metode ekuitas.
1.1 Investasi Ekuitas dalam Akuisisi
Karena investasi ekuitas dalam saham biasa berhak suara entitas lain
merupakan sasaran PSAK No. 22, biaya investasi diukur dengan jumlah kas yang
dikeluarkan atau nilai wajar aktiva lain yang diserahkan atau surat-surat berharga
yang diterbitkan. Begitu pula dengan biaya langsung pencatatan dan penerbitan
surat-surat berharga ekuitas dicatat sebagai tambahan modal disetor, dan biaya
langsung lainnya untuk akuisisi ditambahkan pada biaya perolehan. Total biaya
investasi dimasukkan dalam akun investasi berdasarkan konsep konsolidasi satu
baris.
Contoh sebuah perusahaan A membeli secara tunai 30% saham biasa
berhak suara perusahaan B pada tanggal 1 Januari 2016 dari pemegang saham
sebesar Rp 2.000.000 ditambah dengan 200.000 lembar saham biaya perusahaan A
dengan nilai nominal Rp10 dan nilai pasar Rp15 per lembar saham. Tambahan
biaya kepemilikan ekuitas sebesar Rp50.000 untuk pencacatan saham dan
Rp100.000 untuk biaya konsultasi dan penasihat.
Transaksi ini akan dicatat oleh perusahaan A dengan ayat jurnal sebagai
berikut :
1 Januari 2016
Investasi pada perusahaan B
Rp 5.000.000
Saham biasa
Rp 2.000.000
Tambahan modal disetor
Rp 1.000.000
Kas
Rp 2.000.000
Untuk mencatat akuisisi, 30% kepemilikan pada perusahaan B
1 Januari 2016
Investasi pada perusahaan B
Rp 1.100.000
3
Tambahan modal disetor
Rp
50.000
Kas
Rp 1.150.000
1.2 Kelebihan Nilai Buku yang Diperoleh Terhadap Biaya Investasi
Nilai buku kepemilikan yang diperoleh pada perusahaan investi dapat lebih
besar daripada biaya investasi. Situasi ini mengindikasikan bahwa aktiva bersih
yang dapat diidentifikasi dari perusahaan investi dinilai terlalu tinggi (overvalued)
atau bahwa kepemilikan diperoleh pada harga murah (bargain price). Jika total
kelebihan itu berasal dari aktiva yang dinilai terlalu tinggi (dengan kata lain, biaya
investasi sebesar nilai wajar), maka kelebihan itu mengurangi aktiva tertentu yang
dinilai terlalu tinggi. Tetapi jika aktiva bersih yang diidentifikasi dicatat pada nilai
wajarnya, kelebihan nilai wajar (dan nilai buku) kepemilikan yang diperoleh
terhadap biaya investasi adalah goodwill negatif. Goodwill negatif ditetapkan
untuk mengurangi aktiva tidak lancar selain surat-surat berharga yang dapat
diperjualbelikan.
Jumlah yang ditetapkan untuk mengurangi aktiva tertentu diamortisasi
sepanjang masa manfaat aktiva.
Dampak amortisasi terhadap pendapatan
berdasarkan konsolidasi satu baris berkebalikan dari goodwill, yang mengurangi
pendapatan dan akun investasi. Karena itu, baik akun investasi maupun akun
pendapatan investasi perusahaan investor bertambah ketika kelebihan nilai buku
terhadap biaya diamortisasi.
1. Akuisisi Interim Dari Suatu Investasi Kepemilikan
Akuntansi untuk investasi ekuitas semakin bertambah rumit ketika akuisisi
dilakukan dalam suatu periode akuntansi (akuisisi interim). Perhitungan tambahan
diperlukan baik dalam menentukan ekuitas pokok pada saat akuisisi maupun
dalam menentukan pendapatan investasi untuk tahun tersebut. Ekuitas pemegang
saham pada perusahaan investi dihitung dengan menambahkan pendapatan yang
diperoleh sejak tanggal pelaporan terakhir kepada ekuitas pemegang saham awal
4
dan mengurangkan deviden yang diumumkan pada tanggal pembelian. Asumsi
dasar yang digunakan pada akuntansi untuk akuisisi interim adalah bahwa
pendapatan perusahaan investi diperoleh secara proporsional sepanjang tahun, jika
tidak ada bukti yang menyatakan sebaliknya.
2. Investasi Pada Akuisisi Bertahap
Investor mungkin memperoleh kemampuan untuk menggunakan pengaruh
yang signifikan terhadap kebijaksanaan operasi dan keuangan perusahaan investi
melalui serangkaian akuisisi saham bukan melalui suatu pembelian tunggal.
Contohnya seorang investor mungkin memperoleh 10 persen kepemilikan pada
suatu perusahaan investi dan kemudian memperoleh 10 persen kepemilikan lagi.
Perolehan awal 10 persen kepemilikan harus dipertanggungjawabkan dengan
metode biaya sampai 20 persen kepemilikan diperoleh. Ketika kepemilikan
mencapai 20 persen, metode ekuitas yang digunakan dan akun investasi maupun
laba ditahan disesuaikan secara berlaku surut.
Perubahan akuntansi untuk perusahaan anak dan investasi dengan metode
biaya, ekuitas, dan konsolidasi mengubah pelaporan entitas yang memerlukan
penyajian kembali (restatement) laporan-laporan keuangan sebelumnya, jika ada
pengaruh yang material.
3. Penjualan Kepemilikan Ekuitas
Ketika investor menjual sebagian investasi ekuitas yang mengurangi
kepemilikannya pada perusahaan investi menjadi kurang dari 20 persen atau
dibawah batas yang dibutuhkan untuk menggunakan pengaruh yang signifikan,
maka akuntansi dengan metode ekuitas tidak digunakan lagi untuk sisa
kepemilikan.Sejak saat itu, investasi dipertanggungjawabkan berdasarkan metode
biaya, dan saldo akun investasi setelah penjualan menjadi dasar biaya yang baru.
Tidak ada penyesuaian yang diperlukan, dan investor mencatat investasi
berdasarkan metode biaya dengan cara yang biasa. Keuntungan atau kerugian
5
penjualan kepemilikan ekuitas adalah perbedaan antara harga jual dan nilai buku
kepemilikan ekuitas sesaat sebelum penjualan.
4. Pembelian Saham Secara Langsung Dari Investasi
Pada situasi ini, kepemilikan yang diperoleh sama dengan saham yang
diperoleh dari saham-saham yang beredar. Jika saham-saham dibeli secara
langsung dari perusahaan penerbit, kepemilikan investor ditentukan oleh saham
yang diperoleh dari saham-saham yang beredar setelah saham-saham baru
diterbitkan oleh perusahaan investi.
PT.A membeli 20.000 lembar saham biasa langsung dari PT. B dengan harga
Rp 450.000 pada tanggal 1 Januari 2016. Ekuitas pemegang saham PT. A pada
tanggal 31 Desember 2015 terdiri dari saham biasa dengan nilai nominal Rp 10
sebesar Rp 200.000 dan saldo laba sebesar Rp 150.000
Kepemilikan PT. A pada PT. B sebesar 50%, dihitung dengan cara :
A. Saham yang dibeli PT.A
20.000 lembar
B. Saham beredar setelah saham baru diterbitkan
Beredar sampai dengan 31 Desember 2015
20.000
Diterbitkan untuk PT.A
20.000 40.000 lembar
Kepemilikan PT.A pada PT.B: A/B = 50%
Nilai buku kepemilikan yang diperoleh oleh PT. A adalah Rp 540.000, ditentukan
dengan mengalikan 50% kepemilikan yang diperoleh dengan Rp 800.000 ekuitas
pemegang saham PT. B segera setelah penerbitan 20.000 lembar saham tambahan.
Perhitungannya sebagai berikut :
Ekuitas pemegang saham PT.B sebelum penerbitan
(modal saham Rp 200.000 saldo laba Rp 150.000)
Rp350.000
Penjualan 20.000 lembar saham kepada PT.A
Rp450.000
Ekuitas pemegang saham PT. B setelah penerbitan
Rp800.000
Persentase kepemilikan PT. B
50%
6
Nilai buku yang diperoleh PT.B
Rp400.000
5. Perusahaan Investasi dengan Saham Preferen
Metode ekuitas ditetapkan pada investasi saham biasa dan beberapa
penyesuaian dalam penerapan metode ekuitas diperlukan pada saat perusahaan
investi memiliki juga saham preferen ( preferred stock) disamping saham biasa.
Penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan adalah :
a) Pengalokasian ekuitas pemegang saham perusahaan investi menjadi
komponen ekuitas preferen dan biasa atas akuisisi, untuk menentukan nilai
buku investasi saham biasa.
b) Pengalokasian laba bersih perusahaan investi menjadi komponen pendapatan
saham preferen dan pendapatan saham biasa, untuk menentukan bagian
investor atas pendapatan perusahaan investi untuk pemegang saham biasa.
Jika perusahaan investi memiliki saham preferen kumulatif yang
beredar, investor yang memiliki saham menghitung bagian pendapatan atau
kerugiannya setelah menguranginya dengan deviden preferen, baik ada atau
tidak deviden preferen yang diumumkan.
6. Pos-Pos Luar Biasa, Penyesuaian Pengaruh Kumulatif dan Pertimbangan
Lainnya
Dalam akuntansi untuk investasi saham berdasarkan metode ekuitas,
perusahaan investor melaporkan bagian pendapatan dari operasi normalnya atas
pendapatan perusahaan investi pada satu baris laporan laba rugi. Tetapi
konsolidasi satu baris tidak menerapkan pelaporan pendapatan investasi jika
pendapatan perusahaan investi terdiri dari pos-pos luar biasa atau penyesuaian
pengaruh kumulatif. Pada kasus ini, pendapatan investasi harus dipisah menjadi
pos operasi normal, luar biasa, dan komponen pengaruh kumulatif dan dilaporkan
dengan cara yang sama.
7
7.1 Persyaratan Lain bagi Metode Ekuitas
Dalam pelaporan bagian laba dan rugi perusahaan investi berdasarkan
metode ekuitas, perusahaan investor harus mengeliminasi pengaruh keuntungan
dan kerugian atas transaksi-transaksi antara perusahaan investor dan perusahaan
investi sampai keuntungan dan kerugian tersebut direalisasi. Hal ini memerlukan
penyesuaian akun investasi dan pendapatan investasi dengan cara yang sama
dengan ilustrasi sebelumya untuk aktiva bersih yang dapat diidentifikasi dan
goodwill. Transaksi-transaksi perusahaan investi yang mengubah bagian investor
atas aktiva bersih perusahaan juga memerlukan penyesuaian, berdasarkan
akuntansi dengan metode ekuitas. Hal ini dan kompleksitas lainnya dari metode
ekuitas dibahas pada bab selanjutnya bersama-sama dengan prosedur konsolidasi
yang berhubungan.
7. Pengungkapan Ekuitas Perusahaan Investi
Sejauh mana pengungkapan yang terpisah sebaiknya dilakukan untuk
investasi ekuitas tergantung pada materialitas suatu investasi terhadap posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan investor. Jika investasi ekuitas signifikan,
investor seharusnya mengungkapkan informasi berikut melalui catatan kaki atau
catatan laporan keuangan atau daftar-daftar:
a) Nama setiap perusahaan investi dan persentase kepemilikan pada saham biasa.
b) Kebijakan akuntansi investor yang berhubungan dengan investasi pada saham
biasa
c) Perbedaan, jika ada, antara jumlah investasi pada saat investasi dilakukan dan
jumlah ekuitas pokok dalam aktiva bersih, termasuk perbedaan perlakuan
akuntansi.
Di Amerika, tambahan pengungkapan untuk investasi ekuitas yang material
meliputi nilai keseluruhan setiap investasi yang dapat diidentifikasi dimana harga
harga pasar tersedia dan ringkasan informasi mengenai aktiva-aktiva, kewajibankewajiban, dan hasil operasi perusahaan investi.Perusahaan yang membuat
8
pengungkapan perusahaan anak yang tidak dikonsolidasikan berdasarkan APB
Opinion No. 18 tetap harus melakukan pengungkapan berdasarkan FASB Statement
No. 94, sekalipun perusahaan-perusahaan anak sekarang dikonsolidasikan.
8. Transaksi-Transaksi dengan Piahk-Pihak Yang Mempunyai Hubungan
Istimewa
PSAK No. 7, “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa” menjelaskan bahwa tidak ada dugaan terhadap transaksi wajar (arm’s
length bargaining) antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
Pernyataan tersebut mengidentifikasi transaksi-transaksi yang bersifat material antara
perusahaan-perusahaan afiliasi sebagai transaksi-transaksi dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa yang memerlukan pengungkapan laporan keuangan.
Pengungkapan yang diperlukan termasuk :
a
Hakikat Hubungan
b
Penjelasan Transaksi
c
Nilai transaksi dalam rupiah dan setiap perubahan metode yang digunakan dari
periode sebelumnya untuk setiap laporan laba rugi yang disajikan
d
Jumlah hutang kepada atau piutang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa pada tanggal neraca untuk setiap neraca yang disajikan
10. Alokasi Nilai Akusisi Saat Nilai Akuisisi Melebihi Nilai Ekuitas
Akuisisi adalah pengambilan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau
asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan
pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah
(Abdul
Moin,
2004).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan
akuisisi sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
9
perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham
perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut.
Menurut Reksohadiprojo dalam Wiharti (1999) akuisisi dapat dibedakan dalam tiga
kelompok besar, yaitu:
1. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan usaha
yang masih dalam bisnis yang sama.
2. Akuisisi vertical, yaitu akuisisi pemasok atau pelanggan badan usaha yang
dibeli.
3. Akuisisi konglomerat, yaitu akuisisi badan usaha yang tidak ada hubungannya
sama sekali dengan badan usaha pembeli.
Akuisisi
saham
biasa entitas target
biasanya menyebabkan entitas
pengakuisisi memiliki hak suara dalam entitas target. Akuisisi sebagian besar saham
entitas target memberikan hak pengendalian bagi entitas pengankuisisi, sehingga
terjadi kombinasi bisnis.
Apabila entitas yang mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan
bapepam masyarakat adanya pihak independen, yakni perusahaan penilai (appraisal
Company), untuk menilai kelayakan harga akuisisi berdasarkan nilai wajar dari
entitas target. Penilai independen akan melakukan penilaian berdasarkan penilaian
yang di Indonesia di sebut setandar penilaian Indonesia (SPI). Profesi prusahaan
penilai ini diatur dalam undang-undang pasar modal No.8 tahun 1995. Perusahaan
penilai memiliki peran penting dalam menentukan nilai wajar asset entitas, kerena
nilai wajar ini diperlukan sebagi informasi wajib mematuhi prosedur dan tatacara
yang dipersiapkan serta dikeluarkan oleh organisasi prodesi bersangkutan dalam
menentukan dan melaporkan nilai wajar asset entitaas dimaksud.
Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai
dengan kas dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat
utang kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama
entitas yang diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh
entitas pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham
10
dilakukan dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan
menerbitkan saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau
pembendaharaan yang diberikan kepada pemilik lama entitas target. Akuisisi yang
dibiayai dengan saham menyebabkan pemilik lama entitas target meninggalkan
entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang saham entitas pengakuisisi, atau dengan
kata lain, menjadi pemilik baru entitas pengakuisisi, (investor). Walaupun secara
hokum entitas pengakuisisi dan entitas target merupakan entitas yang berbeda, tetapi
secara ekonomi keduanya adalah satu. Dengan demikian, pada dasarnya pemilik lama
entitas target tetap memiliki hak suara dalam entitas target meskipun ia kini terhitung
sebagi pemegang saham entitas pengakuisisi. Karena itu, akuisisi tersebut tidak
memiliki dampak ekonomi terhadap pemilik lama entitas target.
Sebagai contoh, PT. Pinokio mengakuisisi seluruh saham biasa PT.
Abunawas. Saham PT. Abunawas yang beredar berjumlah 1 juta lembar dengan nilai
nominal Rp 1.000 per lembar, agio Rp 200 per lembar saham, dan nilai buku saham
Rp 1.500 perlembar saham. Harga akuisisi perlembar saham adalah Rp 1.500 Dan
untuk ini PT. pinokio menerbitkan 1 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp
1.000 per lembar sementara harga pasar perlembar adalah Rp 1.500. PT. pinokio
mencatat ayat jurnal berikut:
Investasi saham PT. Abunawas
Rp 1.500.000.000
Model Saham
Rp 1.000.000.000
Tambahan Modal Disetor
Rp 500.000.000
B. Harga Akuisisi dan Alokasi Harga Akuisisi
Harga Akuisisi
Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya
terkait akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka
kombinasi bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan
biaya profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya administrasi umum, termasuk
biaya pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada
periode akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek
11
ekuitas sesuai dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan ketentuan dalam
PSAK 55 (revisi 2006 ) instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.
Contoh:
Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT.
andaika sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaranpengeluaran lain sehubungan dengan akuisisi tersebut antara lain.
_ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat akuisisi
Rp 200 juta
_ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000
Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2
juta lembar dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar.
Saham ini diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham PT. andaika.biaya
konsultan dan pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai.
Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per
saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012
transaksi ini dicatat sebagai berikut:
Investasi dalam saham biasa
Rp 5.600.000.000
Beban
Rp 215.000.000
Saham biasa (2 juta x 2.000)
Rp4.0000.0000
Tambahan modal disetor
Rp 1.00.000.000
Kas
Rp 215.000.000
Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham
pada dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan
harga akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi
diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi
diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT.
intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut:
Tambahan modal disetor
Rp 100 juta
Kas
Rp 100 juta
12
Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat
pencatatan saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut.
Alokasi Harga Akuisisi
Metode akuisisi mensyaratkan dilakukannya penilaian atas nilai wajar
perusahaan S Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan
PT Andika, yaitu yang baik yang akan diakusisi 80% maupun kepentingan
nonpengendali.
Harga akusisi sebesar Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas 80% bank
suara PT Andika. Karena kepentingan nonpengendali juga harus nilai pada harga
wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010 maka harga diakusisi sebesar Rp5,6 miliar dapat
dijadikan rujukan harga wajar untuk 20% kepentingan nonpengendali. Jika harga
wajar untuk 80% hak suara adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar untuk 100%
adalah Rp7 miliar (Rp5,6 miliar/80%). Dengan demikian harga nonpengendali adalah
Rp1,4 miliar (20% x Rp7 miliar). Perhitungan harga wajar kepentingan
nonpengendali ini bukan satu-satunya teknik yang diizinkan. Jika terdapat bukti lain
yang lebih valid, dapat diterapkan teknik perhitungan lain untuk kepentingan
nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan nonpengendali bisa saja lebih besar
atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar.
C. Good will dan Diskon Pembelian
Good Will
Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas
yang diakuisasi PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali
(perusahaan induk) dan kepentingan nonpengendali. Dengan demikian, nilai goodwill
adalah selisih lebih dari penjumlahan harga ekuitas yang diakusisi dan harga wajar
pepentingan nonpengendali, dengan total nilai wajar kekayaan entitas yang diakuisisi:
Harga ekuitas yang diakuisisi
xxx
Harga wajar kepentingan nonpengendali
xxx
13
Total harga wajar
xxx
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi
(xxx)
Goodwill
xxx
Dalam khasus kombinasi bisnis PT Andaika, misalkan harga wajar
kepentingan nonpengendali merujuk pada harga wajar ekuitas yang diakusisi PT
Intiseka, sehingga total harga wajar adalah Rp 7 miliar yang mencerminkan 80%
harga ekuitas yang diakusisi (Rp 5,6 miliar), dan 20% harga wajar berkepentingan
nonpengendali (Rp 1,4 miliar), jadi perhitungan goodwill adalah:
Harga akuisisi 100% hak suara
Total nilai wajar
Rp 6.800.000.000
Total goodwill
Rp. 200.000.000
Goodwill
80%
Rp
nonpengendali
Rp.7.000.000.000
Rp.
pihak
160.000.000
pengakuisisi
Goodwill kepentingan
40.000.000
Misalakan harga wajar kepentingan nonpengendali dihitung Rp1,360 miliar,
sehingga goodwill dihitung sebagai berikut:
Harga ekuitas yang diakuisisi
Rp. 5.600.000.000
Harga wajar kepentingan nonpengendali
Total harga wajar
1. 360.000.000
Rp. 6.960.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi
Goodwill
(6.800.000.000)
Rp. 160.000.000
Goodwill pihak pengakuisisi (5,6 M-5,44 M)
Goodwill nonpengendal
160.000.000
Rp
0
Dalam khasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam akuisisi
adalah milik pengakuisisi kerena harga akuisisi kepentingan nonpengendali sebesar
Rp 1,36 miliar sama dengan nilai wajar kekayaan yang diakuisisi yakni 20% x Rp 6,8
miliar = Rp 1,36 miliar. Sementar itu, harga akuisisi induk sebesar Rp 5,6 miliar lebih
tinggi Rp 160 juta dari nilai wajar yang dimiliki, yakni Rp 5,44 miliar (80%x Rp 6,8
miliar)
14
PSAK 19 (revisi 2010) mengenai Aset Tidak Bereujud mengatur akutansi
untuk goodwill sebagai aset tidak berwujud teridentifikasi yang deperoleh dalam
kombinasi bisnis. Pihak pengakuisisi mengatur goodwill pada jumlah yang diakui
pada tanggal akusisi dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai (impairment). PSAK
48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset mengatur akutansi untuk rugi penurunan nilai.
Diskon Pembelian
Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu
suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan
harga wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas
yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi
keuntungan bagi pihak pengakuisisi.
Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak
pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset
yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau
liabulitas tembahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut.
PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang
digunakan untuk mengkur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal
berikut:
(a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:
(b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
(c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas pihak
pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan
(d) Imbilan yang dialihkan
Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak
pengkuisisi mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada
tanggal akusisi. Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
Misalkan, dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dengan PT Andaika,
harga akuisisi, adalah Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan nonpengendali
15
berdasarkan penilaian appraisal company adalah Rp1,36 miliar, sehingga diskon
pembelian adalah:
Harga ekuitas yang diakuisisi
Rp5.420.000.000
Harga wajar kepentingan nonpengendali
Total harga wajar
1.360.000.000
Rp6.780.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi
Keuntungan diskon
(6.800.000.000)
Rp
20.000.000
Diskon pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan negosisasi atau
timbul dari kombinasi bisnis yang terpaksa (misalnya, harus dilakukan karena aturan
pemerintah). Kondisi ini membuat bargaining power pihak pengakuisisi lebih tinggi
sehingga kentungan bagi pihak pengakisisi saja. PT Intiseka akan mencatat akuisisi
tersebut dalam laporan konsilidasi sebagai berikut:
Aset yang dapat diendefikasi yang diperoleh
Kas
9.450.000.000
5.420.000.000
Liabilitas yang diaambil-alih
Keuntungan dari pembelian dengan diskon
2.650.000.000
20.000.000
Ekuitas-kepentingan nonpengenndali 1.360.000.000
D. Pembukuan Entitas Pengkuisisi setelah Kombinasi Bisnis
Akuisisi ekuitas dalam kombinasi bisnis membuat pihak pengakuisisi menjadi
induk dan pihak yang diakuisisi sebagai anak. Hal ini akan dibahas secara khusus
dalam Bab 3. Entitas
Prosedur akutansi investasi pihak pengkuisisi dalam ekuitas entitas yang
diakuisisi dalam banyak hal dilakukan sesuai dengan PSAK 15 (revisi 2009):
Investasi dalam entitas asosiasi yang mensyarakat penerapan metode ekuitas.
Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya diperoleh dan
jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian investor,
yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi invesestee (entitas
16
yang diakuisisi) setelah tanggal peroleh. Bagian investor atas laba/rugi investee
dicacat sebagai pendapat investasi, dengan ayat jurnal berikut:
Investasi dalam ekuitas
xxx
Pendapat investasi
xxx
Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari
investee mengurangi nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:
Piutang Dividen
xxx
Investasi dalam ekuitas
xxx
Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut:
Investasi akhir = investasi awal + pendapatan investasi- Dividen investee
PSAK 15 revisi 2009 juga masyarakat penyusuaian terhadap nilai tercatat
investasi jika pendapat perubahan proposi bagian investor atas yang timbul dari
pendapatan comprehensive lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:
Investasi dalam ekuitas
xxx
Pendapatan comprehenside lainnya
xxx
Misalkan PT Intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba
sebesar Rp 200 juta dan dividen tunai sbesar Rp100 juta. Pt Intiseka mencatat
pengumuman laba PT Andaika sebagai berikut:
Investasi dalam saham (80%xRp200 juta)
Pendapatan investasi
Rp 160 juta
Rp 160 juta
Karena PT intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba PT
Andaika adalah 80% x Rp200 juta = Rp160 juta.
Pengumuman dividen PT
Andaika sebesar Rp100 juta merupakan
pengurangan herta investor dalam perusahaan investee sesuai dengan proporsi
kepemilikan (80%). Catatan PT Intiseka atas pengumumman dividen tersebut adalah:
Pitung dividen (80% x Rp 100.000.000)
Investasi dalam saham
Rp80.000.000
Rp80.000.000
Selisih Harga Akuisisi
17
Dalam penentuan harga akuisisi, kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT
Andaika diperhitungkan undervalue atas penilaian indevenden berdasarkan nilai
wajar sebesar Rp300.000.000, dan Googwil Rp200.000.000. keterangan mengenai
informasi nilai wajar tersebut disajikan dalam peraga 2-2
PERAGA 2-2
Informasi Tahun 2012 PT Andika
Nama Akun
Piutang usaha – overvalue
Persedian – overvalue
Jumlah
Keterangan
Rp(500.000.000)
(350.000.000) Telah terjual tahun 2012
Bangunan – undervalue
500.000.000 Umur 10 tahun, metode garis
Tanah – undervalue
800.000.000 lurus
Utang pajak – overvalue
(150.000.000)
Goodwill
200.000.000
Jumlah
500.000.000 Penurunan nilai tahun 2012
Rp12,5 jt
Nilai investasi PT Intiseka sebesar Rp5.600.000.000 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Nilai buku investee yang dimiliki (80% x Rp6,5 M)
Rp 5.200.000.000
Selisih investasi dengan nilai buku (80% x Rp500 jt)
Nilai investasi
400.000.000
Rp5.560.000.000
Jika diurai berdasarkan komponennya, maka nilai investasi itu adalah sebagai
berikut:
Investasi = kekayaan bersih investee yang dimiliki + selisih investasi.
informasi mengenai kekayaan investasi dan saldo selisih investasi pada
tanggal dimaksud. Peraga 2-2 menyajikan informasi tentang aset, liabilitas, dan
goodwill penyebab harga akuisisi (investasi) berbeda dari nilai buku kekayaan entitas
yang diakuisisi. Jika seluruh persediaan PT andaika pada tanggal akuisisi telah terjual
18
selama tahun 2012, hal ini menunjukan bahwa selisih investasi yang disebabkan oleh
overvalue persediaan akan nihil. Hal ini juga berlaku untuk seluruh aset lainnya
seperti piutang yang diterima, bangunan yang akan habis masa pakainya, dan tanah
yang mungkin akan terjual. Utang pajak juga harus dilunasi, sementara goodwill akan
mengalami pernurunan nilai. PSAK 15 mensyaratkan bagian investor atas laba/rugi
investee disesuaikan dengan perubahan nilai tersebut. Pada tahun 2012, persediaan
yang terjual, bangunan yang disusutkan, dan penurunan nilai goodwill kombinasi
bisnis akan mengubah selisih harga akuisisi (nilai investasi) PT Intiseka yang harus
disesuaikan.
Terjualnya persediaan oleh PT Andaika akan menyebabkan overvalue
persediaan harus dipulihkan. Karena kondisi overvalue menurunkan harga akuisisi
(nilai investasi), maka PT Intiseka harus memulihkan nilai investasi sebesar Rp280
juta (80% x Rp 350 juta) dengan jurnal sebagai berikut:
Investasi
Rp 280.000.000
Pendapatan investasi
Rp 280.000.000
Selisih investasi dengan nilai buku akibat bangunan yang undervalue sebesar
Rp 400 juta (80% x Rp 350 juta) akan menyebabkan naiknya harga akuisisi.
Bangunan merupakan aset tetap yang dibeli bukan untuk dijual kembali seperti
persediaan, melainkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan. Nilai
bangunan PT Andaika akan terus menurun selama 10 tahun umur ekonomisnya.
Karena itu, nilai investasi harus diturunkan setiap tahun sebesar Rp 40 juta (Rp 400
juta/ 10 tahun) untuk menyesuaikan penurunan nilai bangunan tersebut dengan ayat
jurnal berikut:
Pendapatan investasi
Rp 40 juta
Investasi dalam saham
Rp 40 juta
Sementara itu, goodwill akan menyebabkan harga akuisisi naik sebesar Rp
160 juta (80% x 200 juta). Penurunan nilai goodwill sebesar Rp 12,5 juta
mengharuskan PT Intiseka menurunkan nilai investasi sebesar Rp 10 juta (80% x
12,5 juta), dengan ayat jurnal pada akhir tahun 2012 sebagai berikut:
19
Pendapatan investasi
Rp 10 juta
Investasi dalam saham biasa
Rp 10 juta
Pendapatan investasi PT Intiseka pada tahun 2012 berdasarkan ayat jurnal penyesuain
(adjustment) di atas adalah:
Laba investee (80% x Rp 200 juta)
Rp 160.000.000
Amortisasi selisih investasi
-
Overvalue persediaan
280.000.000
-
Undervalue bangunan
( 40.000.000)
-
Goodwill di-impair
Total pendapatan investasi
( 10.000.000)
Rp 390.000.000
Berdasarkan pendapatan investasi tersebut, perhitungan nilai investasi pada
akhir tahun dapat disajikan sebagai berikut:
Investasi awal
Rp 5.600.000.000
Pendapatan investasi 2012
390.000.000
Dividen yang diumumkan
(80.000.000)
Investasi 31/12/2012
Rp5.910.000.000
Perhitungan investasi berdasarkan komponennya juga dapat dilakukan seperti
berikut:
Kekayaan investee yang dimiliki (80% x 6.600.000) Rp 5.280.000.000
Selisih investasi (lihat peraga 2-3)
630.000.000
Investasi 31 Desember 2012
Rp 5.910.000.000
Kekayaan investasi per 31 Desember 2008 sebesar Rp 6.6 miliar berasal dari:
Kekayaan 1 januari
Rp 6.500.000.000
Laba tahun 2012
200.000.000
Dividen yang diumumkan pada akhir tahun
20
(100.000.000)
Nilai
kekayaan
31
Desember
2012
Rp
6.600.000.000
Selisih investasi setelah penyesuain atas persediaan, bangunan, dan penurunan
nilai goodwill tahun 2012 disajikan dalam peraga 2-3. Selisih investasi itu membesar
dari Rp 400 juta menjadi Rp 630 juta setelah amortisasi selisih investasi, karena akun
yang diamortisasi lebih besar dari akun yang overvalue (Rp 280 juta), yakni
persediaan, disbanding amortisasi akun yang undervalue.
PERAGA 2-3
1/1/2012
Amortisasi
31/12/2012
Piutang usaha
Rp (400.000.000)
-
Rp (400.000.000)
Persediaanovervalue
(280.000.000)
Bangunan
280.000.000
-
400.000.000
40.000.000
360.000.000
Tanah
640.000.000
-
640.000.000
Utang pajak – overvalue
(120.000.000)
-
(120.000.000)
Goodwill
160.000.000
10.000.000
150.000.000
Jumlah
400.000.000
Rp
Rp630.000.000
Selisih investasi tersebut suatu saat akan menjadi nol. Aset akan menjadi nol
melalui proses penjualan, penyusutan, amortisasi atau bahkan kerusakan, hilang, atau
ditarik dari operasi karena teknologi yang tidak sesuai lagi. Sementara itu, utang akan
menjadi nol melalui proses pelunasan atau pembebasan utang. Apabila aset atau
utang yang menjadi factor penyebab selisih investasi pada saat akuisisi menjadi nol,
21
investor harus mengoreksi nilai investasinya. Apabila selisih investasi menjadi nol,
maka
Investasi = jumlah kekayaan investasi yang dimilki investor
Misalkan pada tahun 2040 selisih investasi telah seluruhnya
diamortisasi. Apabila kekayaan pemegang saham PT Andaika sebesar Rp 10 miliar,
maka nilai investasi adalah 80% x Rp10 miliar = Rp 8 miliar.
Apabila pada saat akuisisi tidak terdapat selisih investasi dengan nilai
kekayaan yang diperoleh, atau harga investasi pada saat akuisisi sebesar nilai buku
kekayaan investee yang diakuisisi, maka jumlah kekayaan investee yang dimiliki
mencerminkan nilai investasi dan tidak ada amortisasi selisih investasi yang
mempengaruhi investasi serta pendapatan investasi.
Misalkan harga perolehan investasi dalam saham PT Andaika pada
tanggal 1 januari 2012 adalah Rp 5,2 miliar untuk 80% saham. Nilai investasi
tersebut sama dengan jumlah kekayaan PT Andaika yang dimiliki saat itu, yakni 80%
x Rp 6.5 miliar = Rp 5,2 miliar. Apabila pada tahun 2012 PT Andaika laba sebesar
Rp 200 juta dan membagi dividen Rp 100 juta, kekayaan PT Andaika per 31
Desember 2012 adalah sebesar Rp 6.500.000.000 + Rp 100.000.000 = Rp
6.600.000.000. karena itu, nilai investasi PT Intiseka menjadi sebesar 80% x Rp 6,6
miliar = Rp 5,28 miliar atau meningkat Rp 80 juta dari tanggal 1 januari 2012.
Pendapatan investasi apabila pada tanggal akuisisi terdapat selisih
investasi adalah sebagai berikut:
Laba investasi x % kepemilikan
xxx
Amotisasi/impairment selisih investasi
-
Undervalue
(xxx)
-
Overvalue
xxx
-
Aset tidak berwujud (goodwill dll)
Total pendapatan investasi
(xxx)
xxx
Apabila selisih investasi sudah menjadi nol melalui proses amortisasi
dan impairment, pendapatan investasi hanya bersumber dari laba entitas investee
22
kecuali terjadi kasus lain yang akan dibahas dalam bab 5 dan 6. Misalkan pada tahun
2040 setelah semua selisih investasi menjadi nol, PT Andaika mengumumkan laba
sebesar Rp400 juta. Jadi, pendapatan investasi PT Intiseka adalah 80% x Rp 400 juta
= Rp 320 juta.
E. Pendapatan Investasi dalam Laporan Keuangan Individu
Walaupun pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis diharuskan mencatat
dan menyesuaikan nilai investasinya dengan metode ekuitas sesuai PSAK 15 revisi
2009, tetapi PSAK 4 tetap mengizinkan entitas pengakuisisi (induk) menggunakan
metode biaya (cost) ketika menyusun laporan tersendiri (laporan individu) dalam
batas sebagai informasi tambahan sesuai dengan PSAK 55 : Intrument keuangan:
pengakuan dan pengukuran. Pencatatan dengan metode cost menyajikan nilai
investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan perkembangan nilai investasi
dalam entitas anak.
Metode cost disebut juga metode pendapatan. Metode cost berpandangan
bahwa perusahaan investi adalah sumber pendapatan investor. Bila investee
mengumumkan laba, hal itu belumlah menjadi pendapatan bagi perusahaan investor.
Berdasarkan teori akuntansi, pendapatan itu harus dibuktikan dengan adanya aliran
masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang). Pengumuman laba entitas
investee tidak serta merta menjadi tanda aliran masuk bagi investor kecuali investee
berniat membagikan laba tersebut kepada pemegang saham (dividen). Jadi, laba
entitas investee tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh investor. Karena itu, tidak
ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat entitas investor atas pengumuman laba
investee.
Jika pihak investee mengumumkan dividen, hal ini merupakan bukti
pendapatan bagi investor, yakni pendapatan dividen. Investor akan mencatat
pengumuman dividen tersebut sebesar jumlah yang akan di peroleh berdasarkan
jumlah kepemilikan atas saham, dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Piutang Dividen (dividen x % kepemilikan saham)
Pendapatan Dividen
xxx
xxx
23
Dalam metode cost, sumber pendapatan investasi adalah laba yang dibagikan
oleh investee (dividen). Penerapan metode cost ini juga dapat dilakukan dengan
alasan-alasan tertentu, yakni:
1.
Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan anak dibeli
dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.
2.
Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restrika jangka panjang sehingga mempengaruhi
secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana perusahaan induk.
3.
Penggunaan metode akuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan – alasan
tertentu.
Misalkan PT Andaika membagi dividen setelah PT Intiseka menjadi pemilik
saham perusahaan tersebut sebesar 80%. Apabila PT Intiseka mencatat investasinya
dengan menggunakan metode cost, pengumuman dividen untuk yang 80% dicatat
sebagai pendapatan dengan ayat jurnal berikut:
Piutang dividen (80% x 100 jt)
Pendapatan investasi
Rp 80 jt
Rp 80 jt
Jadi, pendapatan investasi dalam metode cost merupakan dividen yang
diumumkan investee.
Pada umunya, dividen ditetapkan berdasarkan laba yang diperoleh, sementara
hak investor atas dividen maksimum sebesar laba entitas investee. Misalkan pada
tahun 2012 PT Andaika mengumumkan laba sebesar Rp 200 juta, sehingga hak PT
Intiseka atas dividen PT Andaika maksimum sebesar 80% x 200 juta = Rp 160 juta.
Apabila PT Andaika mengumumkan dividen sebesar Rp 225 juta atau PT Intiseka
mendapat 80% x 225 juta = Rp 180 juta, penerimaan ini telah melampaui hak PT
Intiseka sebesar Rp 180 – Rp 160 = Rp 20 juta. Kelebihan hak atas pendapatan ini
diperlakukan sebagai pengurang nilai investasi, sehingga pengumuman dividen
investee dicatat oleh PT Intiseka sebagai berikut:
Piutang dividen
Rp 180 juta
24
Pendapatan investasi
Rp 160 juta
Investasi dalam saham
Rp
20 juta
Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT Intiseka berkurang sebesar
Rp 20 juta sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar – Rp 20
juta = Rp 5.580.000.000.
Apabila PT Andaika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta
sebelum tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT
Intiseka mencatat pendapatan sebagai berikut:
Piutang dividen
Rp 180 juta
Pendapatan dari PT Andaika
Rp 180 juta
Apabila laba yang diumumkan PT Andaika ternyata sebesar Rp 200 juta,
maka PT Intiseka harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp 20 juta karena
pendapatan tersebut telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya adalah:
Pendapatan dari PT Andaika
Investasi dalam saham PT Andaika
25
Rp 20 juta
Rp 20 jtua
Download