MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN Dosen : Willy Nurhayadi,SE,M.Ak Disusun Oleh : REVINA YUNISFIA UTAMI A5R1 – AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANTEN SERANG 1 1. Metode Ekuitas Konsolidasi Satu Baris Akuntansi metode ekuitas sering disebut dengan konsolidasi satu baris (one line consolidation). Disebut konsolidasi satu baris karena investasi dilaporkan sebagai jumlah tunggal dalam neraca perusahaan investor dan pendapatan investasi dilaporkan sebagai jumlah tunggal dalam laporan laba rugi (kecuali perusahaan investi mempunyai pos-pos luar biasa / extraordinary atau pos-pos lain sesudah operasi normal /”below the line” yang memerlukan pengungkapan terpisah). Konsolidasi satu baris juga berarti bahwa pendapatan perusahaan induk / investor dan ekuitas pemegang saham adalah sama, apabila perusahaan anak / investi dipertanggungjawabkan melalui penerapan yang lengkap dan benar dari metode ekuitas seperti saat laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan anak dikonsolidasikan. Laporan keuangan konsolidasi menunjukkan pendapatan yang sama dan aktiva bersih yang sama meliputi rincian pendapatan-pendapatan dan beban -beban dan aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban. Metode ekuitas mempunyai beberapa kompleksitas. Metode ekuitas melibatkan perhitungan yang kompleks yang sama dengan yang ditemui dalam penyajian laporan keuangan konsolidasi. Karena itu, metode ekuitas dikembangkan sebagai standar akuntansi perusahaan induk bagi perusahaanperusahaan anaknya. Ulasan tentang konsolidasi satu baris / konsolidasi memungkinkan seseorang mengecek pekerjaan melalui perhitungan alternatif pada beberapa pos utama laporan keuangan seperti laba bersih konsolidasi dan laba ditahan konsolidasi. Prosedur akuntansi dasar untuk menerapkan metode ekuitas adalah sama,baik pada investor yang mempunyai kemampuan menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan investi (kepemilikan 20 hingga 50 persen) atapun pada investor yang mempunyai kemampuan pengendalian terhadap perusahaan investi (kepemilikan lebih dari 50 persen). Hal ini penting mengingat investasi diatas 50 persen adalah penggabungan usaha dan menjadi sasaran PSAK 2 No. 22. Jadi, prinsip akuntansi yang berlaku untuk penggabungan usaha secara pembelian juga berlaku untuk akuntansi untuk investasi dengan kepemilikan 20 hingga 100 persen dengan metode ekuitas. 1.1 Investasi Ekuitas dalam Akuisisi Karena investasi ekuitas dalam saham biasa berhak suara entitas lain merupakan sasaran PSAK No. 22, biaya investasi diukur dengan jumlah kas yang dikeluarkan atau nilai wajar aktiva lain yang diserahkan atau surat-surat berharga yang diterbitkan. Begitu pula dengan biaya langsung pencatatan dan penerbitan surat-surat berharga ekuitas dicatat sebagai tambahan modal disetor, dan biaya langsung lainnya untuk akuisisi ditambahkan pada biaya perolehan. Total biaya investasi dimasukkan dalam akun investasi berdasarkan konsep konsolidasi satu baris. Contoh sebuah perusahaan A membeli secara tunai 30% saham biasa berhak suara perusahaan B pada tanggal 1 Januari 2016 dari pemegang saham sebesar Rp 2.000.000 ditambah dengan 200.000 lembar saham biaya perusahaan A dengan nilai nominal Rp10 dan nilai pasar Rp15 per lembar saham. Tambahan biaya kepemilikan ekuitas sebesar Rp50.000 untuk pencacatan saham dan Rp100.000 untuk biaya konsultasi dan penasihat. Transaksi ini akan dicatat oleh perusahaan A dengan ayat jurnal sebagai berikut : 1 Januari 2016 Investasi pada perusahaan B Rp 5.000.000 Saham biasa Rp 2.000.000 Tambahan modal disetor Rp 1.000.000 Kas Rp 2.000.000 Untuk mencatat akuisisi, 30% kepemilikan pada perusahaan B 1 Januari 2016 Investasi pada perusahaan B Rp 1.100.000 3 Tambahan modal disetor Rp 50.000 Kas Rp 1.150.000 1.2 Kelebihan Nilai Buku yang Diperoleh Terhadap Biaya Investasi Nilai buku kepemilikan yang diperoleh pada perusahaan investi dapat lebih besar daripada biaya investasi. Situasi ini mengindikasikan bahwa aktiva bersih yang dapat diidentifikasi dari perusahaan investi dinilai terlalu tinggi (overvalued) atau bahwa kepemilikan diperoleh pada harga murah (bargain price). Jika total kelebihan itu berasal dari aktiva yang dinilai terlalu tinggi (dengan kata lain, biaya investasi sebesar nilai wajar), maka kelebihan itu mengurangi aktiva tertentu yang dinilai terlalu tinggi. Tetapi jika aktiva bersih yang diidentifikasi dicatat pada nilai wajarnya, kelebihan nilai wajar (dan nilai buku) kepemilikan yang diperoleh terhadap biaya investasi adalah goodwill negatif. Goodwill negatif ditetapkan untuk mengurangi aktiva tidak lancar selain surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan. Jumlah yang ditetapkan untuk mengurangi aktiva tertentu diamortisasi sepanjang masa manfaat aktiva. Dampak amortisasi terhadap pendapatan berdasarkan konsolidasi satu baris berkebalikan dari goodwill, yang mengurangi pendapatan dan akun investasi. Karena itu, baik akun investasi maupun akun pendapatan investasi perusahaan investor bertambah ketika kelebihan nilai buku terhadap biaya diamortisasi. 1. Akuisisi Interim Dari Suatu Investasi Kepemilikan Akuntansi untuk investasi ekuitas semakin bertambah rumit ketika akuisisi dilakukan dalam suatu periode akuntansi (akuisisi interim). Perhitungan tambahan diperlukan baik dalam menentukan ekuitas pokok pada saat akuisisi maupun dalam menentukan pendapatan investasi untuk tahun tersebut. Ekuitas pemegang saham pada perusahaan investi dihitung dengan menambahkan pendapatan yang diperoleh sejak tanggal pelaporan terakhir kepada ekuitas pemegang saham awal 4 dan mengurangkan deviden yang diumumkan pada tanggal pembelian. Asumsi dasar yang digunakan pada akuntansi untuk akuisisi interim adalah bahwa pendapatan perusahaan investi diperoleh secara proporsional sepanjang tahun, jika tidak ada bukti yang menyatakan sebaliknya. 2. Investasi Pada Akuisisi Bertahap Investor mungkin memperoleh kemampuan untuk menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap kebijaksanaan operasi dan keuangan perusahaan investi melalui serangkaian akuisisi saham bukan melalui suatu pembelian tunggal. Contohnya seorang investor mungkin memperoleh 10 persen kepemilikan pada suatu perusahaan investi dan kemudian memperoleh 10 persen kepemilikan lagi. Perolehan awal 10 persen kepemilikan harus dipertanggungjawabkan dengan metode biaya sampai 20 persen kepemilikan diperoleh. Ketika kepemilikan mencapai 20 persen, metode ekuitas yang digunakan dan akun investasi maupun laba ditahan disesuaikan secara berlaku surut. Perubahan akuntansi untuk perusahaan anak dan investasi dengan metode biaya, ekuitas, dan konsolidasi mengubah pelaporan entitas yang memerlukan penyajian kembali (restatement) laporan-laporan keuangan sebelumnya, jika ada pengaruh yang material. 3. Penjualan Kepemilikan Ekuitas Ketika investor menjual sebagian investasi ekuitas yang mengurangi kepemilikannya pada perusahaan investi menjadi kurang dari 20 persen atau dibawah batas yang dibutuhkan untuk menggunakan pengaruh yang signifikan, maka akuntansi dengan metode ekuitas tidak digunakan lagi untuk sisa kepemilikan.Sejak saat itu, investasi dipertanggungjawabkan berdasarkan metode biaya, dan saldo akun investasi setelah penjualan menjadi dasar biaya yang baru. Tidak ada penyesuaian yang diperlukan, dan investor mencatat investasi berdasarkan metode biaya dengan cara yang biasa. Keuntungan atau kerugian 5 penjualan kepemilikan ekuitas adalah perbedaan antara harga jual dan nilai buku kepemilikan ekuitas sesaat sebelum penjualan. 4. Pembelian Saham Secara Langsung Dari Investasi Pada situasi ini, kepemilikan yang diperoleh sama dengan saham yang diperoleh dari saham-saham yang beredar. Jika saham-saham dibeli secara langsung dari perusahaan penerbit, kepemilikan investor ditentukan oleh saham yang diperoleh dari saham-saham yang beredar setelah saham-saham baru diterbitkan oleh perusahaan investi. PT.A membeli 20.000 lembar saham biasa langsung dari PT. B dengan harga Rp 450.000 pada tanggal 1 Januari 2016. Ekuitas pemegang saham PT. A pada tanggal 31 Desember 2015 terdiri dari saham biasa dengan nilai nominal Rp 10 sebesar Rp 200.000 dan saldo laba sebesar Rp 150.000 Kepemilikan PT. A pada PT. B sebesar 50%, dihitung dengan cara : A. Saham yang dibeli PT.A 20.000 lembar B. Saham beredar setelah saham baru diterbitkan Beredar sampai dengan 31 Desember 2015 20.000 Diterbitkan untuk PT.A 20.000 40.000 lembar Kepemilikan PT.A pada PT.B: A/B = 50% Nilai buku kepemilikan yang diperoleh oleh PT. A adalah Rp 540.000, ditentukan dengan mengalikan 50% kepemilikan yang diperoleh dengan Rp 800.000 ekuitas pemegang saham PT. B segera setelah penerbitan 20.000 lembar saham tambahan. Perhitungannya sebagai berikut : Ekuitas pemegang saham PT.B sebelum penerbitan (modal saham Rp 200.000 saldo laba Rp 150.000) Rp350.000 Penjualan 20.000 lembar saham kepada PT.A Rp450.000 Ekuitas pemegang saham PT. B setelah penerbitan Rp800.000 Persentase kepemilikan PT. B 50% 6 Nilai buku yang diperoleh PT.B Rp400.000 5. Perusahaan Investasi dengan Saham Preferen Metode ekuitas ditetapkan pada investasi saham biasa dan beberapa penyesuaian dalam penerapan metode ekuitas diperlukan pada saat perusahaan investi memiliki juga saham preferen ( preferred stock) disamping saham biasa. Penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan adalah : a) Pengalokasian ekuitas pemegang saham perusahaan investi menjadi komponen ekuitas preferen dan biasa atas akuisisi, untuk menentukan nilai buku investasi saham biasa. b) Pengalokasian laba bersih perusahaan investi menjadi komponen pendapatan saham preferen dan pendapatan saham biasa, untuk menentukan bagian investor atas pendapatan perusahaan investi untuk pemegang saham biasa. Jika perusahaan investi memiliki saham preferen kumulatif yang beredar, investor yang memiliki saham menghitung bagian pendapatan atau kerugiannya setelah menguranginya dengan deviden preferen, baik ada atau tidak deviden preferen yang diumumkan. 6. Pos-Pos Luar Biasa, Penyesuaian Pengaruh Kumulatif dan Pertimbangan Lainnya Dalam akuntansi untuk investasi saham berdasarkan metode ekuitas, perusahaan investor melaporkan bagian pendapatan dari operasi normalnya atas pendapatan perusahaan investi pada satu baris laporan laba rugi. Tetapi konsolidasi satu baris tidak menerapkan pelaporan pendapatan investasi jika pendapatan perusahaan investi terdiri dari pos-pos luar biasa atau penyesuaian pengaruh kumulatif. Pada kasus ini, pendapatan investasi harus dipisah menjadi pos operasi normal, luar biasa, dan komponen pengaruh kumulatif dan dilaporkan dengan cara yang sama. 7 7.1 Persyaratan Lain bagi Metode Ekuitas Dalam pelaporan bagian laba dan rugi perusahaan investi berdasarkan metode ekuitas, perusahaan investor harus mengeliminasi pengaruh keuntungan dan kerugian atas transaksi-transaksi antara perusahaan investor dan perusahaan investi sampai keuntungan dan kerugian tersebut direalisasi. Hal ini memerlukan penyesuaian akun investasi dan pendapatan investasi dengan cara yang sama dengan ilustrasi sebelumya untuk aktiva bersih yang dapat diidentifikasi dan goodwill. Transaksi-transaksi perusahaan investi yang mengubah bagian investor atas aktiva bersih perusahaan juga memerlukan penyesuaian, berdasarkan akuntansi dengan metode ekuitas. Hal ini dan kompleksitas lainnya dari metode ekuitas dibahas pada bab selanjutnya bersama-sama dengan prosedur konsolidasi yang berhubungan. 7. Pengungkapan Ekuitas Perusahaan Investi Sejauh mana pengungkapan yang terpisah sebaiknya dilakukan untuk investasi ekuitas tergantung pada materialitas suatu investasi terhadap posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan investor. Jika investasi ekuitas signifikan, investor seharusnya mengungkapkan informasi berikut melalui catatan kaki atau catatan laporan keuangan atau daftar-daftar: a) Nama setiap perusahaan investi dan persentase kepemilikan pada saham biasa. b) Kebijakan akuntansi investor yang berhubungan dengan investasi pada saham biasa c) Perbedaan, jika ada, antara jumlah investasi pada saat investasi dilakukan dan jumlah ekuitas pokok dalam aktiva bersih, termasuk perbedaan perlakuan akuntansi. Di Amerika, tambahan pengungkapan untuk investasi ekuitas yang material meliputi nilai keseluruhan setiap investasi yang dapat diidentifikasi dimana harga harga pasar tersedia dan ringkasan informasi mengenai aktiva-aktiva, kewajibankewajiban, dan hasil operasi perusahaan investi.Perusahaan yang membuat 8 pengungkapan perusahaan anak yang tidak dikonsolidasikan berdasarkan APB Opinion No. 18 tetap harus melakukan pengungkapan berdasarkan FASB Statement No. 94, sekalipun perusahaan-perusahaan anak sekarang dikonsolidasikan. 8. Transaksi-Transaksi dengan Piahk-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa PSAK No. 7, “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa” menjelaskan bahwa tidak ada dugaan terhadap transaksi wajar (arm’s length bargaining) antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Pernyataan tersebut mengidentifikasi transaksi-transaksi yang bersifat material antara perusahaan-perusahaan afiliasi sebagai transaksi-transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang memerlukan pengungkapan laporan keuangan. Pengungkapan yang diperlukan termasuk : a Hakikat Hubungan b Penjelasan Transaksi c Nilai transaksi dalam rupiah dan setiap perubahan metode yang digunakan dari periode sebelumnya untuk setiap laporan laba rugi yang disajikan d Jumlah hutang kepada atau piutang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tanggal neraca untuk setiap neraca yang disajikan 10. Alokasi Nilai Akusisi Saat Nilai Akuisisi Melebihi Nilai Ekuitas Akuisisi adalah pengambilan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Abdul Moin, 2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang 9 perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Menurut Reksohadiprojo dalam Wiharti (1999) akuisisi dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar, yaitu: 1. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang masih dalam bisnis yang sama. 2. Akuisisi vertical, yaitu akuisisi pemasok atau pelanggan badan usaha yang dibeli. 3. Akuisisi konglomerat, yaitu akuisisi badan usaha yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan badan usaha pembeli. Akuisisi saham biasa entitas target biasanya menyebabkan entitas pengakuisisi memiliki hak suara dalam entitas target. Akuisisi sebagian besar saham entitas target memberikan hak pengendalian bagi entitas pengankuisisi, sehingga terjadi kombinasi bisnis. Apabila entitas yang mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan bapepam masyarakat adanya pihak independen, yakni perusahaan penilai (appraisal Company), untuk menilai kelayakan harga akuisisi berdasarkan nilai wajar dari entitas target. Penilai independen akan melakukan penilaian berdasarkan penilaian yang di Indonesia di sebut setandar penilaian Indonesia (SPI). Profesi prusahaan penilai ini diatur dalam undang-undang pasar modal No.8 tahun 1995. Perusahaan penilai memiliki peran penting dalam menentukan nilai wajar asset entitas, kerena nilai wajar ini diperlukan sebagi informasi wajib mematuhi prosedur dan tatacara yang dipersiapkan serta dikeluarkan oleh organisasi prodesi bersangkutan dalam menentukan dan melaporkan nilai wajar asset entitaas dimaksud. Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai dengan kas dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat utang kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama entitas yang diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh entitas pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham 10 dilakukan dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan menerbitkan saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau pembendaharaan yang diberikan kepada pemilik lama entitas target. Akuisisi yang dibiayai dengan saham menyebabkan pemilik lama entitas target meninggalkan entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang saham entitas pengakuisisi, atau dengan kata lain, menjadi pemilik baru entitas pengakuisisi, (investor). Walaupun secara hokum entitas pengakuisisi dan entitas target merupakan entitas yang berbeda, tetapi secara ekonomi keduanya adalah satu. Dengan demikian, pada dasarnya pemilik lama entitas target tetap memiliki hak suara dalam entitas target meskipun ia kini terhitung sebagi pemegang saham entitas pengakuisisi. Karena itu, akuisisi tersebut tidak memiliki dampak ekonomi terhadap pemilik lama entitas target. Sebagai contoh, PT. Pinokio mengakuisisi seluruh saham biasa PT. Abunawas. Saham PT. Abunawas yang beredar berjumlah 1 juta lembar dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar, agio Rp 200 per lembar saham, dan nilai buku saham Rp 1.500 perlembar saham. Harga akuisisi perlembar saham adalah Rp 1.500 Dan untuk ini PT. pinokio menerbitkan 1 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar sementara harga pasar perlembar adalah Rp 1.500. PT. pinokio mencatat ayat jurnal berikut: Investasi saham PT. Abunawas Rp 1.500.000.000 Model Saham Rp 1.000.000.000 Tambahan Modal Disetor Rp 500.000.000 B. Harga Akuisisi dan Alokasi Harga Akuisisi Harga Akuisisi Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya terkait akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya administrasi umum, termasuk biaya pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada periode akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek 11 ekuitas sesuai dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan ketentuan dalam PSAK 55 (revisi 2006 ) instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran. Contoh: Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT. andaika sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaranpengeluaran lain sehubungan dengan akuisisi tersebut antara lain. _ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat akuisisi Rp 200 juta _ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000 Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2 juta lembar dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar. Saham ini diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham PT. andaika.biaya konsultan dan pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai. Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012 transaksi ini dicatat sebagai berikut: Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000 Beban Rp 215.000.000 Saham biasa (2 juta x 2.000) Rp4.0000.0000 Tambahan modal disetor Rp 1.00.000.000 Kas Rp 215.000.000 Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT. intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut: Tambahan modal disetor Rp 100 juta Kas Rp 100 juta 12 Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat pencatatan saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut. Alokasi Harga Akuisisi Metode akuisisi mensyaratkan dilakukannya penilaian atas nilai wajar perusahaan S Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan PT Andika, yaitu yang baik yang akan diakusisi 80% maupun kepentingan nonpengendali. Harga akusisi sebesar Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas 80% bank suara PT Andika. Karena kepentingan nonpengendali juga harus nilai pada harga wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010 maka harga diakusisi sebesar Rp5,6 miliar dapat dijadikan rujukan harga wajar untuk 20% kepentingan nonpengendali. Jika harga wajar untuk 80% hak suara adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar untuk 100% adalah Rp7 miliar (Rp5,6 miliar/80%). Dengan demikian harga nonpengendali adalah Rp1,4 miliar (20% x Rp7 miliar). Perhitungan harga wajar kepentingan nonpengendali ini bukan satu-satunya teknik yang diizinkan. Jika terdapat bukti lain yang lebih valid, dapat diterapkan teknik perhitungan lain untuk kepentingan nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan nonpengendali bisa saja lebih besar atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar. C. Good will dan Diskon Pembelian Good Will Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang diakuisasi PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali (perusahaan induk) dan kepentingan nonpengendali. Dengan demikian, nilai goodwill adalah selisih lebih dari penjumlahan harga ekuitas yang diakusisi dan harga wajar pepentingan nonpengendali, dengan total nilai wajar kekayaan entitas yang diakuisisi: Harga ekuitas yang diakuisisi xxx Harga wajar kepentingan nonpengendali xxx 13 Total harga wajar xxx Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (xxx) Goodwill xxx Dalam khasus kombinasi bisnis PT Andaika, misalkan harga wajar kepentingan nonpengendali merujuk pada harga wajar ekuitas yang diakusisi PT Intiseka, sehingga total harga wajar adalah Rp 7 miliar yang mencerminkan 80% harga ekuitas yang diakusisi (Rp 5,6 miliar), dan 20% harga wajar berkepentingan nonpengendali (Rp 1,4 miliar), jadi perhitungan goodwill adalah: Harga akuisisi 100% hak suara Total nilai wajar Rp 6.800.000.000 Total goodwill Rp. 200.000.000 Goodwill 80% Rp nonpengendali Rp.7.000.000.000 Rp. pihak 160.000.000 pengakuisisi Goodwill kepentingan 40.000.000 Misalakan harga wajar kepentingan nonpengendali dihitung Rp1,360 miliar, sehingga goodwill dihitung sebagai berikut: Harga ekuitas yang diakuisisi Rp. 5.600.000.000 Harga wajar kepentingan nonpengendali Total harga wajar 1. 360.000.000 Rp. 6.960.000.000 Total nilai wajar entitas yang diakuisisi Goodwill (6.800.000.000) Rp. 160.000.000 Goodwill pihak pengakuisisi (5,6 M-5,44 M) Goodwill nonpengendal 160.000.000 Rp 0 Dalam khasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam akuisisi adalah milik pengakuisisi kerena harga akuisisi kepentingan nonpengendali sebesar Rp 1,36 miliar sama dengan nilai wajar kekayaan yang diakuisisi yakni 20% x Rp 6,8 miliar = Rp 1,36 miliar. Sementar itu, harga akuisisi induk sebesar Rp 5,6 miliar lebih tinggi Rp 160 juta dari nilai wajar yang dimiliki, yakni Rp 5,44 miliar (80%x Rp 6,8 miliar) 14 PSAK 19 (revisi 2010) mengenai Aset Tidak Bereujud mengatur akutansi untuk goodwill sebagai aset tidak berwujud teridentifikasi yang deperoleh dalam kombinasi bisnis. Pihak pengakuisisi mengatur goodwill pada jumlah yang diakui pada tanggal akusisi dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai (impairment). PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset mengatur akutansi untuk rugi penurunan nilai. Diskon Pembelian Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi keuntungan bagi pihak pengakuisisi. Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau liabulitas tembahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut. PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang digunakan untuk mengkur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal berikut: (a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih: (b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada; (c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan (d) Imbilan yang dialihkan Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi. Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi. Misalkan, dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dengan PT Andaika, harga akuisisi, adalah Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan nonpengendali 15 berdasarkan penilaian appraisal company adalah Rp1,36 miliar, sehingga diskon pembelian adalah: Harga ekuitas yang diakuisisi Rp5.420.000.000 Harga wajar kepentingan nonpengendali Total harga wajar 1.360.000.000 Rp6.780.000.000 Total nilai wajar entitas yang diakuisisi Keuntungan diskon (6.800.000.000) Rp 20.000.000 Diskon pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan negosisasi atau timbul dari kombinasi bisnis yang terpaksa (misalnya, harus dilakukan karena aturan pemerintah). Kondisi ini membuat bargaining power pihak pengakuisisi lebih tinggi sehingga kentungan bagi pihak pengakisisi saja. PT Intiseka akan mencatat akuisisi tersebut dalam laporan konsilidasi sebagai berikut: Aset yang dapat diendefikasi yang diperoleh Kas 9.450.000.000 5.420.000.000 Liabilitas yang diaambil-alih Keuntungan dari pembelian dengan diskon 2.650.000.000 20.000.000 Ekuitas-kepentingan nonpengenndali 1.360.000.000 D. Pembukuan Entitas Pengkuisisi setelah Kombinasi Bisnis Akuisisi ekuitas dalam kombinasi bisnis membuat pihak pengakuisisi menjadi induk dan pihak yang diakuisisi sebagai anak. Hal ini akan dibahas secara khusus dalam Bab 3. Entitas Prosedur akutansi investasi pihak pengkuisisi dalam ekuitas entitas yang diakuisisi dalam banyak hal dilakukan sesuai dengan PSAK 15 (revisi 2009): Investasi dalam entitas asosiasi yang mensyarakat penerapan metode ekuitas. Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya diperoleh dan jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian investor, yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi invesestee (entitas 16 yang diakuisisi) setelah tanggal peroleh. Bagian investor atas laba/rugi investee dicacat sebagai pendapat investasi, dengan ayat jurnal berikut: Investasi dalam ekuitas xxx Pendapat investasi xxx Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari investee mengurangi nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut: Piutang Dividen xxx Investasi dalam ekuitas xxx Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut: Investasi akhir = investasi awal + pendapatan investasi- Dividen investee PSAK 15 revisi 2009 juga masyarakat penyusuaian terhadap nilai tercatat investasi jika pendapat perubahan proposi bagian investor atas yang timbul dari pendapatan comprehensive lainnya bagi investee. Investor akan mencatat: Investasi dalam ekuitas xxx Pendapatan comprehenside lainnya xxx Misalkan PT Intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba sebesar Rp 200 juta dan dividen tunai sbesar Rp100 juta. Pt Intiseka mencatat pengumuman laba PT Andaika sebagai berikut: Investasi dalam saham (80%xRp200 juta) Pendapatan investasi Rp 160 juta Rp 160 juta Karena PT intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba PT Andaika adalah 80% x Rp200 juta = Rp160 juta. Pengumuman dividen PT Andaika sebesar Rp100 juta merupakan pengurangan herta investor dalam perusahaan investee sesuai dengan proporsi kepemilikan (80%). Catatan PT Intiseka atas pengumumman dividen tersebut adalah: Pitung dividen (80% x Rp 100.000.000) Investasi dalam saham Rp80.000.000 Rp80.000.000 Selisih Harga Akuisisi 17 Dalam penentuan harga akuisisi, kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT Andaika diperhitungkan undervalue atas penilaian indevenden berdasarkan nilai wajar sebesar Rp300.000.000, dan Googwil Rp200.000.000. keterangan mengenai informasi nilai wajar tersebut disajikan dalam peraga 2-2 PERAGA 2-2 Informasi Tahun 2012 PT Andika Nama Akun Piutang usaha – overvalue Persedian – overvalue Jumlah Keterangan Rp(500.000.000) (350.000.000) Telah terjual tahun 2012 Bangunan – undervalue 500.000.000 Umur 10 tahun, metode garis Tanah – undervalue 800.000.000 lurus Utang pajak – overvalue (150.000.000) Goodwill 200.000.000 Jumlah 500.000.000 Penurunan nilai tahun 2012 Rp12,5 jt Nilai investasi PT Intiseka sebesar Rp5.600.000.000 dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai buku investee yang dimiliki (80% x Rp6,5 M) Rp 5.200.000.000 Selisih investasi dengan nilai buku (80% x Rp500 jt) Nilai investasi 400.000.000 Rp5.560.000.000 Jika diurai berdasarkan komponennya, maka nilai investasi itu adalah sebagai berikut: Investasi = kekayaan bersih investee yang dimiliki + selisih investasi. informasi mengenai kekayaan investasi dan saldo selisih investasi pada tanggal dimaksud. Peraga 2-2 menyajikan informasi tentang aset, liabilitas, dan goodwill penyebab harga akuisisi (investasi) berbeda dari nilai buku kekayaan entitas yang diakuisisi. Jika seluruh persediaan PT andaika pada tanggal akuisisi telah terjual 18 selama tahun 2012, hal ini menunjukan bahwa selisih investasi yang disebabkan oleh overvalue persediaan akan nihil. Hal ini juga berlaku untuk seluruh aset lainnya seperti piutang yang diterima, bangunan yang akan habis masa pakainya, dan tanah yang mungkin akan terjual. Utang pajak juga harus dilunasi, sementara goodwill akan mengalami pernurunan nilai. PSAK 15 mensyaratkan bagian investor atas laba/rugi investee disesuaikan dengan perubahan nilai tersebut. Pada tahun 2012, persediaan yang terjual, bangunan yang disusutkan, dan penurunan nilai goodwill kombinasi bisnis akan mengubah selisih harga akuisisi (nilai investasi) PT Intiseka yang harus disesuaikan. Terjualnya persediaan oleh PT Andaika akan menyebabkan overvalue persediaan harus dipulihkan. Karena kondisi overvalue menurunkan harga akuisisi (nilai investasi), maka PT Intiseka harus memulihkan nilai investasi sebesar Rp280 juta (80% x Rp 350 juta) dengan jurnal sebagai berikut: Investasi Rp 280.000.000 Pendapatan investasi Rp 280.000.000 Selisih investasi dengan nilai buku akibat bangunan yang undervalue sebesar Rp 400 juta (80% x Rp 350 juta) akan menyebabkan naiknya harga akuisisi. Bangunan merupakan aset tetap yang dibeli bukan untuk dijual kembali seperti persediaan, melainkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan. Nilai bangunan PT Andaika akan terus menurun selama 10 tahun umur ekonomisnya. Karena itu, nilai investasi harus diturunkan setiap tahun sebesar Rp 40 juta (Rp 400 juta/ 10 tahun) untuk menyesuaikan penurunan nilai bangunan tersebut dengan ayat jurnal berikut: Pendapatan investasi Rp 40 juta Investasi dalam saham Rp 40 juta Sementara itu, goodwill akan menyebabkan harga akuisisi naik sebesar Rp 160 juta (80% x 200 juta). Penurunan nilai goodwill sebesar Rp 12,5 juta mengharuskan PT Intiseka menurunkan nilai investasi sebesar Rp 10 juta (80% x 12,5 juta), dengan ayat jurnal pada akhir tahun 2012 sebagai berikut: 19 Pendapatan investasi Rp 10 juta Investasi dalam saham biasa Rp 10 juta Pendapatan investasi PT Intiseka pada tahun 2012 berdasarkan ayat jurnal penyesuain (adjustment) di atas adalah: Laba investee (80% x Rp 200 juta) Rp 160.000.000 Amortisasi selisih investasi - Overvalue persediaan 280.000.000 - Undervalue bangunan ( 40.000.000) - Goodwill di-impair Total pendapatan investasi ( 10.000.000) Rp 390.000.000 Berdasarkan pendapatan investasi tersebut, perhitungan nilai investasi pada akhir tahun dapat disajikan sebagai berikut: Investasi awal Rp 5.600.000.000 Pendapatan investasi 2012 390.000.000 Dividen yang diumumkan (80.000.000) Investasi 31/12/2012 Rp5.910.000.000 Perhitungan investasi berdasarkan komponennya juga dapat dilakukan seperti berikut: Kekayaan investee yang dimiliki (80% x 6.600.000) Rp 5.280.000.000 Selisih investasi (lihat peraga 2-3) 630.000.000 Investasi 31 Desember 2012 Rp 5.910.000.000 Kekayaan investasi per 31 Desember 2008 sebesar Rp 6.6 miliar berasal dari: Kekayaan 1 januari Rp 6.500.000.000 Laba tahun 2012 200.000.000 Dividen yang diumumkan pada akhir tahun 20 (100.000.000) Nilai kekayaan 31 Desember 2012 Rp 6.600.000.000 Selisih investasi setelah penyesuain atas persediaan, bangunan, dan penurunan nilai goodwill tahun 2012 disajikan dalam peraga 2-3. Selisih investasi itu membesar dari Rp 400 juta menjadi Rp 630 juta setelah amortisasi selisih investasi, karena akun yang diamortisasi lebih besar dari akun yang overvalue (Rp 280 juta), yakni persediaan, disbanding amortisasi akun yang undervalue. PERAGA 2-3 1/1/2012 Amortisasi 31/12/2012 Piutang usaha Rp (400.000.000) - Rp (400.000.000) Persediaanovervalue (280.000.000) Bangunan 280.000.000 - 400.000.000 40.000.000 360.000.000 Tanah 640.000.000 - 640.000.000 Utang pajak – overvalue (120.000.000) - (120.000.000) Goodwill 160.000.000 10.000.000 150.000.000 Jumlah 400.000.000 Rp Rp630.000.000 Selisih investasi tersebut suatu saat akan menjadi nol. Aset akan menjadi nol melalui proses penjualan, penyusutan, amortisasi atau bahkan kerusakan, hilang, atau ditarik dari operasi karena teknologi yang tidak sesuai lagi. Sementara itu, utang akan menjadi nol melalui proses pelunasan atau pembebasan utang. Apabila aset atau utang yang menjadi factor penyebab selisih investasi pada saat akuisisi menjadi nol, 21 investor harus mengoreksi nilai investasinya. Apabila selisih investasi menjadi nol, maka Investasi = jumlah kekayaan investasi yang dimilki investor Misalkan pada tahun 2040 selisih investasi telah seluruhnya diamortisasi. Apabila kekayaan pemegang saham PT Andaika sebesar Rp 10 miliar, maka nilai investasi adalah 80% x Rp10 miliar = Rp 8 miliar. Apabila pada saat akuisisi tidak terdapat selisih investasi dengan nilai kekayaan yang diperoleh, atau harga investasi pada saat akuisisi sebesar nilai buku kekayaan investee yang diakuisisi, maka jumlah kekayaan investee yang dimiliki mencerminkan nilai investasi dan tidak ada amortisasi selisih investasi yang mempengaruhi investasi serta pendapatan investasi. Misalkan harga perolehan investasi dalam saham PT Andaika pada tanggal 1 januari 2012 adalah Rp 5,2 miliar untuk 80% saham. Nilai investasi tersebut sama dengan jumlah kekayaan PT Andaika yang dimiliki saat itu, yakni 80% x Rp 6.5 miliar = Rp 5,2 miliar. Apabila pada tahun 2012 PT Andaika laba sebesar Rp 200 juta dan membagi dividen Rp 100 juta, kekayaan PT Andaika per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp 6.500.000.000 + Rp 100.000.000 = Rp 6.600.000.000. karena itu, nilai investasi PT Intiseka menjadi sebesar 80% x Rp 6,6 miliar = Rp 5,28 miliar atau meningkat Rp 80 juta dari tanggal 1 januari 2012. Pendapatan investasi apabila pada tanggal akuisisi terdapat selisih investasi adalah sebagai berikut: Laba investasi x % kepemilikan xxx Amotisasi/impairment selisih investasi - Undervalue (xxx) - Overvalue xxx - Aset tidak berwujud (goodwill dll) Total pendapatan investasi (xxx) xxx Apabila selisih investasi sudah menjadi nol melalui proses amortisasi dan impairment, pendapatan investasi hanya bersumber dari laba entitas investee 22 kecuali terjadi kasus lain yang akan dibahas dalam bab 5 dan 6. Misalkan pada tahun 2040 setelah semua selisih investasi menjadi nol, PT Andaika mengumumkan laba sebesar Rp400 juta. Jadi, pendapatan investasi PT Intiseka adalah 80% x Rp 400 juta = Rp 320 juta. E. Pendapatan Investasi dalam Laporan Keuangan Individu Walaupun pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis diharuskan mencatat dan menyesuaikan nilai investasinya dengan metode ekuitas sesuai PSAK 15 revisi 2009, tetapi PSAK 4 tetap mengizinkan entitas pengakuisisi (induk) menggunakan metode biaya (cost) ketika menyusun laporan tersendiri (laporan individu) dalam batas sebagai informasi tambahan sesuai dengan PSAK 55 : Intrument keuangan: pengakuan dan pengukuran. Pencatatan dengan metode cost menyajikan nilai investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan perkembangan nilai investasi dalam entitas anak. Metode cost disebut juga metode pendapatan. Metode cost berpandangan bahwa perusahaan investi adalah sumber pendapatan investor. Bila investee mengumumkan laba, hal itu belumlah menjadi pendapatan bagi perusahaan investor. Berdasarkan teori akuntansi, pendapatan itu harus dibuktikan dengan adanya aliran masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang). Pengumuman laba entitas investee tidak serta merta menjadi tanda aliran masuk bagi investor kecuali investee berniat membagikan laba tersebut kepada pemegang saham (dividen). Jadi, laba entitas investee tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh investor. Karena itu, tidak ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat entitas investor atas pengumuman laba investee. Jika pihak investee mengumumkan dividen, hal ini merupakan bukti pendapatan bagi investor, yakni pendapatan dividen. Investor akan mencatat pengumuman dividen tersebut sebesar jumlah yang akan di peroleh berdasarkan jumlah kepemilikan atas saham, dengan ayat jurnal sebagai berikut: Piutang Dividen (dividen x % kepemilikan saham) Pendapatan Dividen xxx xxx 23 Dalam metode cost, sumber pendapatan investasi adalah laba yang dibagikan oleh investee (dividen). Penerapan metode cost ini juga dapat dilakukan dengan alasan-alasan tertentu, yakni: 1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan anak dibeli dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek. 2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restrika jangka panjang sehingga mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana perusahaan induk. 3. Penggunaan metode akuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan – alasan tertentu. Misalkan PT Andaika membagi dividen setelah PT Intiseka menjadi pemilik saham perusahaan tersebut sebesar 80%. Apabila PT Intiseka mencatat investasinya dengan menggunakan metode cost, pengumuman dividen untuk yang 80% dicatat sebagai pendapatan dengan ayat jurnal berikut: Piutang dividen (80% x 100 jt) Pendapatan investasi Rp 80 jt Rp 80 jt Jadi, pendapatan investasi dalam metode cost merupakan dividen yang diumumkan investee. Pada umunya, dividen ditetapkan berdasarkan laba yang diperoleh, sementara hak investor atas dividen maksimum sebesar laba entitas investee. Misalkan pada tahun 2012 PT Andaika mengumumkan laba sebesar Rp 200 juta, sehingga hak PT Intiseka atas dividen PT Andaika maksimum sebesar 80% x 200 juta = Rp 160 juta. Apabila PT Andaika mengumumkan dividen sebesar Rp 225 juta atau PT Intiseka mendapat 80% x 225 juta = Rp 180 juta, penerimaan ini telah melampaui hak PT Intiseka sebesar Rp 180 – Rp 160 = Rp 20 juta. Kelebihan hak atas pendapatan ini diperlakukan sebagai pengurang nilai investasi, sehingga pengumuman dividen investee dicatat oleh PT Intiseka sebagai berikut: Piutang dividen Rp 180 juta 24 Pendapatan investasi Rp 160 juta Investasi dalam saham Rp 20 juta Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT Intiseka berkurang sebesar Rp 20 juta sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar – Rp 20 juta = Rp 5.580.000.000. Apabila PT Andaika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta sebelum tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT Intiseka mencatat pendapatan sebagai berikut: Piutang dividen Rp 180 juta Pendapatan dari PT Andaika Rp 180 juta Apabila laba yang diumumkan PT Andaika ternyata sebesar Rp 200 juta, maka PT Intiseka harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp 20 juta karena pendapatan tersebut telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya adalah: Pendapatan dari PT Andaika Investasi dalam saham PT Andaika 25 Rp 20 juta Rp 20 jtua