Uploaded by User71275

PRILLA KURNIA NINGSIH-FSH

advertisement
KOMPETENSI AGEN ASURANSI SYARIAH DAN PENCAPAIAN
TARGET PENJUALAN PRODUK UNIT LINK DI PT PRUDENTIAL LIFE
INDONESIA
Tesis
Diajukan untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi Syariah (M.E.Sy)
Oleh:
Prilla Kurnia Ningsih
NIM: 2113043300004
MAGISTER EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1436 H
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan taufiq-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Tesis ini yang
berjudul “Kompetensi Agen Asuransi Syariah dan Pencapaian Target Penjualan
Produk Unit Link di PT Prudential Life Indonesia”. Shalawat dan salam
disampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya, upaya penyelesaian Tesis ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu dengan segala
keikhlasan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Asep Saepudin Jahar, M.A., PhD., selaku
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Dr. Nurhasanah, M.A., selaku Kaprodi
Magister Hukum Ekonomi Syariah dan Ahmad Chairul Hadi, M.A., Selaku
Sekretaris Prodi.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada
kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda H. Adjma,S.E., dan Ibunda tercinta
almh. Retno Rudatini, yang selalu mengajarkan pada penulis untuk tetap menimba
ilmu sampai akhir hayat. Suami tercinta, yaitu Firdaus, S.ST., M.B.A., yang selalu
memberikan dukungan, kasih sayang, semangat, nasihat dan do‟a sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan jalan kemudahan dari Allah SWT.
Tak lupa juga anak-anakku tersayang Aufa Azkia El-Firdausi, Haura Malika El-
i
Firdausi dan Muhammad Faris El-Firdausi yang senantiasa memberikan semangat
kepada penulis untuk menyelesaikan Tesis.
Rasa hormat, ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku pembimbing yang telah memberi banyak
arahan dan bimbingan dalam penulisan Tesis ini semenjak penulisan proporsal
hingga selesainya penulisan Tesis ini. Selain itu, ucapan terima kasih pula kepada
narasumber yaitu ibu Agustiani, yang telah memberikan kesediaan waktunya
untuk memberi masukan dan pendapatnya. Seluruh dosen Magister Ekonomi
Syariah Fakultas Syariah dan Hukum yang telah metransfer
ilmu selama
perkuliahan. Seluruh karyawan/karyawati Magister Ekonomi Syariah yang telah
membantu administrasi demi kelancaran perkuliahan dan sidang Tesis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat penulis
khususnya Fithrah Kamaliyah, Rifki Akbar Tanjung dan teman-teman perkuliahan
yang telah banyak memberikan dukungan, sharing ilmu dan pengalaman dalam
penyelesaian Tesis ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tesis ini,
untuk segala kritik dan saran penulis ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan
segala keikhlasan semua pihak yang membantu penulis secara langsung maupun
tidak langsung akan dibalas Allah dengan balasan yang berlipat ganda.
Jakarta, 19 Juli 2016
Prilla Kurnia Ningsih
ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
A. Konsonan
b=‫ب‬
z=‫ز‬
f=‫ف‬
t=‫ت‬
s=‫س‬
q=‫ق‬
th = ‫ث‬
sh = ‫ش‬
k=‫ك‬
j=‫ج‬
ṣ=‫ص‬
l=‫ل‬
ḥ=‫ح‬
ḍ=‫ض‬
m=‫م‬
kh = ‫خ‬
ṭ=‫ط‬
n=‫ن‬
d=‫د‬
ẓ=‫ظ‬
h=‫ه‬
dh = ‫ذ‬
„=‫ع‬
w=‫و‬
r=‫ر‬
gh = ‫غ‬
y=‫ي‬
B. Vokal Pendek : a = َ ; i = َ ; u = َ
C. Vokal Panjang : ā = ‫ا‬
=َ ;ū=َ
D. Diftong : ay = ‫ ; اي‬aw = ‫او‬
vi
ABSTRAK
Prilla Kurnia Ningsih, NIM 2113043300004, “Kompetensi Agen asuransi
Syariah dan Pencapaian Target Penjualan Produk Unit Link di PT Prudential Life
Indonesia”
Kesimpulan utama tesis ini adalah mengetahui dan menganalisis hubungan
kompetensi yang dimiliki oleh agen asuransi syariah pada target penjualan produk
unit link di PT Prudential Life Indonesia, faktor-faktor kompetensi agen yang
diteliti antara lain : leadership, communication skill, pengetahuan produk, strategi
marketing dan pengetahuan akad syariah. Penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap agen dalam
pencapaian target penjualan produk unit link di PT Prudential Life Indonesia
adalah leadership; communication skill dan akad syariah sedangkan tiga faktor
lainnya tidak mempengaruhi secara signifikan. Sedangkan faktor yang paling
dominan mempengaruhi agen dalam pencapaian target penjualan produk unit link
di PT Prudential Life Indonesia, yang pertama dari leadership (45,9%) diikuti
oleh akad syariah (21,2%) dan terakhir dari communication skill (18,3%).
Berdasarkan temuan penelitian variabel strategi marketing masih rendah, oleh
karena itu diharapkan kepada perusahaan prudential agar dapat memberikan
pelatihan bagaimana cara merumuskan strategi pemasaran yang tepat agar
tercapainya target penjualan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.
Kata kunci : kompetensi agen, asuransi syariah, pencapaian target penjualan
produk asuransi
ABSTRACT
Prilla Kurnia Ningsih, NIM 2113043300004, "Competence Sharia
insurance agent and Achieving Sales Target Unit Link product to PT Prudential
Life Indonesia"
The main conclusion of this thesis was to determine and analyze the
relationship between competencies possessed by agents Takaful on sales target of
unit-linked products in PT Prudential Life Indonesia, competence factors agents
studied include: leadership, communication skills, product knowledge, marketing
strategies and knowledge syariah contract. This study shows that the factors that
significantly affect the achievement of sales targets agents in unit-linked products
in PT Prudential Life Indonesia is leadership; communication skills and sharia
contract while three other factors do not affect significantly. While most dominant
factor influencing agents in achieving sales target unit-linked products in PT
Prudential Life Indonesia, the first of leadership (45.9%) followed by sharia
contract (21.2%) and the last of communication skills (18.3% ). Based on the
research findings variable marketing strategy is still low, therefore it is expected
to prudential company in order to provide training on how to formulate the right
marketing strategy in order to achieve sales targets as expected by the company.
Keywords: competence agent, Takaful, sharia insurance, achievement of sales of
insurance products
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................
i
SURAT PERNYATAAN ......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ..............................
v
ABSTRAK .............................................................................................
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ..........................................................
viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................
1
B. Permasalahan..........................................................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................
10
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................
11
E. Sistematika Penulisan ............................................
15
BAB II
TEORI KOMPETENSI AGEN ASURANSI
SYARIAH .......................................................................
17
A. Pengertian dan Prinsip Dasar Asuransi Syariah.
17
B. Kompetensi SDM di Perusahaan Asuransi Syariah
46
C. Perwaklan Agen ......................................................
50
D. Kompetensi Agen ....................................................
60
BAB III
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN ................................
86
A. Jenis Penelitian dan Penetapan Sampel ...............
86
B. Teknik Pengumpulan Data ....................................
88
C. Teknik Analisis Data ..............................................
89
TEMUAN PENELITIAN .............................................
94
A. Gambaran Umum Profil PT Prudential Life
Indonesia .................................................................
94
B. Hasil Analisis Karakteristik Responden Agen
Asuransi Syariah ....................................................
98
C. Hasil Analisis Pengaruh Kompetensi Agen
Terhadap Pencapaian Target Asuransi Syariah .
111
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .....................
128
A. Kesimpulan .............................................................
128
B. Rekomendasi ...........................................................
129
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
131
BAB V
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Pertumbuhan Asuransi Syariah untuk aset, Investasi, kontribusi
Dan Klaim Periode Januari-September2015 ........................
2
Market Asuransi Syariah Terhadap Industri Asuransi Secara
Nasional Periode Januari-September 2015 ..........................
3
Pertumbuhan Asuransi Syariah Dalam Kurun Waktu 5 Tahun
2010-2014.............................................................................
4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..............................................
92
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .........
99
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .........................
99
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
100
Kriteria Pengklasifikasian Presentase Skor Tanggapan
Responden ............................................................................
101
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Kompetensi Agen
Asuransi Syariah ..................................................................
101
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Leadership .
103
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Communication
Skill ......................................................................................
104
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Interpersonal
Relation ................................................................................
105
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Product
Knowledge ...........................................................................
106
Tabel 4.10 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Marketing
Strategy.................................................................................
Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Akad Syariah
Tabel 4.12 Rekapitulasi Pencapaian Target Penjualan (Y) ....................
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas KompetensiAgen Asuransi Syariah ......
Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ............................
Tabel 4.15 Uji Normalitas ......................................................................
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Berganda ......................
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ...............................
Tabel 4.18 Koefisien Determinasi Parsial ..............................................
Tabel 4.19 Pangsa Pasar Asuransi dengan Prinsip .................................
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Signifikansi (Uji F) ....................................
107
108
109
110
111
112
114
115
116
117
119
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Pertumbuhan Asuransi Syariah untuk aset, Investasi, kontribusi
dan Klaim Periode Januari-September 2015……………………………..
5
Tabel 1.2 Market Asuransi Syariah Terhadap Industri Asuransi Secara
Nasional Periode Januari-September 2015……………………
6
Tabel 1.3 Pertumbuhan Asuransi Syariah Dalam Kurun Waktu 5 Tahun
2010-2014………………………………………………………………
7
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian……………………………….
95
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….
102
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia…………………
102
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir.....
103
Tabel
4.4
Kriteria
Pengklasifikasian
Presentase
Skor
Tanggapan
Responden………………………………………………………………….
104
Tabel 4.5 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Kompetensi Agen
Asuransi Syariah…………………………………………………….
104
Tabel 4.6 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Leadership……..
106
Tabel 4.7 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Communication
Skill………………………………………………………………………..
Tabel 4.8
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Interpersonal
Relation…………………………………………………………………….
Tabel
4.9
107
Rekapitulasi
Tanggapan
Responden
Terhadap
108
Product
Knowledge……………………………………………………………….
109
Tabel 4.10 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Marketing
Strategy…………………………………………………………………...110
Tabel
4.11
Rekapitulasi
Tanggapan
Responden
Terhadap
Akad
Syariah........................................................................................................111
Tabel 4.12 Rekapitulasi Pencapaian Target Penjualan (Y)…………...….112
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas KompetensiAgen Asuransi Syariah……..113
Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian……………………114
Tabel 4.15 Uji Normalitas……………………………………………….115
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Berganda………….........117
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi…………………. …118
Tabel 4. 18 Koefisien Determinasi Parsial………………………………119
Tabel 4.19 Pangsa Pasar Asuransi dengan Prinsip………………………120
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Signifikansi (Uji F)…………………………122
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan atau dinamika pasar asuransi Indonesia sangat pesat
ditandai dengan banyaknya agen asuransi di indonesia. Hal ini menimbulkan
banyaknya persaingan antar agen asuransi.1 Masuknya perusahaanperusahaan multi nasional semakin menambah ketatnya persaingan dalam
mendapatkan nasabah. Sebagai salah satu Negara dengan populasi penduduk
terbesar di dunia, menurut data Bapenas dalam laporan proyeksi penduduk
Indonesia tahun 2013, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat dari 238,5 juta
pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun 2035. Pertumbuhan rata-rata
per tahun penduduk Indonesia selama periode 2010-2035 menunjukkan
kecenderungan terus menurun. Dalam periode 2010-2015 dan 2030-2035
laju pertumbuhan penduduk turun dari 1,38 persen menjadi 0,62 persen per
tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat
kelahiran dan kematian. Tingkat penurunan karena kelahiran lebih cepat
daripada tingkat penurunan karena kematian. 2Tentu saja Indonesia menjadi
pasar yang potensial bagi perkembangan bisnis asuransi.
Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan non bank
mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam
bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi
1
Hingga saat ini tercatat sebanyak 103 perusahaan asuransi dan 45 perusahaan yang
membuka unit asuransi syariah (www.ojk.go.id: 19 Juni 2016).
2
Bapenas, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, (Jakarta: BPS, 2013), hal.23.
1
risiko yang terjadi di masa yang akan datang. Perkembangan yang cukup
pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980an dan
diperkuat dengan keluarnya UU No.2 Tahun 1992 tentang usaha
perasuransian. Dengan adanya deregulasi tersebut, pemerintah memberikan
kemudahan
dalam
hal
perijinan,
sehingga
mendorong
tumbuhnya
perusahaan-perusahaan baru, dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil
produksi nasional.3
Tabel 1.1
Pertumbuhan Asuransi Syariah Untuk Aset, Investasi, Kontribusi Dan
Klaim Periode Januari-September 2015
Terlihat bahwa pertumbuhan perlambatan di tri wulan ke tiga pada tahun
2015 memiliki pengaruh signifikan terhadap asuransi syariah. Kondisi industri
keuangan khususnya industri keuangan setelah mengalami pertumbuhan yang
cukup tinggi sampai tahun 2013, pada akhirnya mengalami perlambatan
pertumbuha di tahun 2013-2014, dan sampai tahun 2015 ini. Hal ini dipengaruhi
kondisi ekonomi global dan issue kenaikan fed rate ( suku bunga acuan
internasional). Namun industri asuransi syariah tetap optimis untuk tetap
bertumbuh di tengah perekonomian yang melambat ini dengan penunjukkan
3
Nanda Putri Prameswari dan Sri Rahayu Tri Astuti, Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Loyalitas Konsumen pada Asuransi Prudential di Kota Semarang, (Semarang:
UNDIP, t.t), hal.2.
2
peningkatan pertumbuhan ditahun 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya
baik dari pertumbuhan aset, investasi maupun peningkatan produksi kontribusi4.
Tabel 1.2
Market Asuransi Syariah Terhadap Industri Asuransi Secara
Nasional Periode Januari-September 20155
Tantangan industri asuransi syariah nasional adalah meningkatkan
pengembangan produk asuransi syariah di semua sektor baik retail maupun
korporasi yang kompetitif dan sesuai kebutuhan masyarakat, pelayanan customer
oriented dengan dukungan reasuransi syariah yang comprehensive dan
maksimal.
Market share asuransi syariah yang diharapkan dapat mencapai diatas
5,5% (moderat) sampai 7% (optimis) dibandingkan industri asuransi secara
nasional di tahun 2016. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan market
share asuransi syariah, program kerjasama yang berkesinambungan dengan OJK
terus kami lakukan diantaranya adalah pengembangan saluran distribusi asuransi
syariah baru melalui Kementrian lainnya seperti Kementrian Koperasi dan
UMKM, Kementrian Kelautan dan Perikanan, program pengembangan agen
melalui institusi syariah seperti Pesantren dan program pengembangan lainnya.
4
5
Sharia insurance economic outlook 2016”, AASI, (www.ojk.go.id: 16 Juli 2016).
Sharia insurance economic outlook 2016”, AASI, (www.ojk.go.id: 16 Juli 2016).
3
Tabel 1.3
Pertumbuhan Asuransi Syariah Dalam Kurun Waktu 5 Tahun
2010-2014
Pertumbuhan industri asuransi syariah baik dari segi pendapatan
kontribusi (premi), aset dan investasi kami perkirakan bertumbuh sekitar 10%
(moderat) sampai 30% (optimis) di tahun 2016 , Industri asuransi syariah masih
menjanjikan dengan beberapa penambahan pemain baru terutama perusahaan
asuransi syariah dengan beroperasi secara penuh (full pledge company) baik
dengan pembentukan secara langsung menjadi perusahaan asuransi syariah baru
ataupun konversi dari unit menjadi full syariah, terutama di sektor asuransi jiwa
syariah, bagiandari program AASI adalah peningkatan program literasi industri
asuransi syariah kepada seluruh lapisan masyarakat secara terencana dan terpadu
dengan dukungan serta kerjasama dengan OJK IKBN Syariah dan Masyarakat
Ekonomi Syariah (MES)6.
Jumlah agen asuransi di Indonesia pada akhir tahun 2005 menurut
data DAI (Dewan Asuransi Indonesia) baru sekitar 80.000 orang, jumlah itu
begitu kecil dibandingkan dengan potensi pasar yang tersedia. Keterbatasan
sumber daya manusia yang terjadi pada gilirannya berujung pada
6
Sharia insurance economic outlook 2016”, AASI, (www.ojk.go.id: 16 Juli 2016).
4
kekecewaan konsumen.7 Sedangkan pada saat ini data pada asosiasi asuransi
jiwa Indonesia sampai juni 2015, total jumlah agen asuransi jiwa mencapai
lebih dari 450.000 agen. Hal ini membuktikan bahwa kontribusi jalur
pemasaran keagenan masih mendominasi pemasaran produk asuransi jiwa di
Indonesia.
Akan tetapi rendahnya tingkat pemahaman masyarakat mengenai
asuransi adalah salah satu permasalahan yang nyata, terutama pemahaman
terhadap produk yang ingin ditawarkan oleh perusahaan asuransi,
masyarakat beranggapan bahwa asuransi yang ada saat ini hanya ilustrasi
yang tidak nyata, ini dikarenakan kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh
agen asuransi dalam memahami kebutuhan masyarakat, dan cara komuikasi
yang kurang tepat yang diberikan kepada masyarakat mengenai manfaat dan
pentingnya sebuah asuransi.
Masyarakat muslim sekarang sangat memerlukan asuransi untuk
melindungi harta dan keluarga mereka dari akibat musibah. Usaha yang
sudah maju dan menguntungkan mungkin bisa bangkrut dalam seketika
ketika kebakaran melanda tempat usahanya. Keluarga yang terlantar
ditinggal pemberi nafkah, dan usaha yang bangkrut karena kebakaran
sebenarnya tidak perlu terjadi kalau saja ada perlindungan dari asuransi.
Asuransi memang tidak bisa mencegah musibah, tapi setidaknya bisa
menanggulangi akibat keuangan yang terjadi.
Dalam
operasionalnya
selain
memiliki
peran
perencanaan
perlindungan kerugian bagi masyarakat, asuransi syariah juga memiliki
7
Arba‟iyah Satriani, Peluang di Tengah Persaingan, “Harian Republika”, 4 Januari
2005.
5
peran yang sangat penting yaitu pengelolaan dana masyarakat dalam bentuk
kegiatan investasi, oleh karena itu asuransi juga memiliki tanggung jawab
ekonomi, karena dana yang disetorkan nasabah merupakan amanah yang
harus dilaksanakan dan dikelola dengan baik, termasuk dalam hal keputusan
investasi, sehingga diperlukan analisa yang tepat mengacu pada studi
kelayakan bisnis.
Adanya perbedaan premi asuransi konvensional dan premi asuransi
syariah tidaklah sama dan ini banyak masyarakat muslim yang tidak
mengetahuinya dan memahaminya, jika asuransi konvensional seluruh premi
yang disetorkan oleh nasabah adalah milik perusahaan dan perusahaanlah
yang mengatur alokasi investasinya serta pembagian keuntungannya jika
premi memiliki dana saving, sehingga yang mengatur semua kebijakan
adalah perusahaan, akan tetapi dalam pengalokasian dana pada premi
asuransi syariah maka dana yang disetorkan nasabah yang disebut premi
berkala menggunakan Akad tabarru‟, dan premi yang memiliki dana saving
maka menggunakan Akad tijarah, nasabah sebagai shahibul maal dan pihak
perusahaan sebagai mudharib atau hanya sebagai pengelola, dan jika ada
keuntungan dari hasil pengelolaan dana maka keuntungannya dibagi secara
kesepakatan bersama antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan
syariat islam yang sudah ditentukan.
Dalam industri asuransi, berkembangnya perusahaan asuransi sangat
ditentukan oleh para agen asuransi. Artinya tidak ada agen tidak ada polis
asuransi (no solicitor no insurance policy). Agen asuransi dapat disebut
sebagai ujung tombak pemasaran asuransi. Dalam memutuskan penjualan
6
asuransi kepada calon nasabah atau pelanggan mereka mewakili perusahaan
asuransi. Merekalah yang mengenal, melayani dan menguasai portofolio
nasabah. Demikian dominannya posisi agen asuransi, maka agen jugalah
yang dapat menyebabkan perubahan atau permasalahan dalam bisnis
asuransi. Integritas seorang agen asuransi jauh lebih penting daripada semua
hal lain. Banyak fitur dalam polis asuransi yang cukup kompleks dan tidak
semuanya sama pentingnya. Beberapa agen merekomendasikan produk
tertentu tanpa alasan lain kecuali ingin mendapatkan komisi yang lebih
tinggi. Tidak sedikit pula agen asuransi yang “hit and run”, hanya bagus
ketika menjual namun tidak begitu peduli dengan layanan purna jual.
Hal ini menjadi perhatian penuh bagi pihak perusahaan asuransi
syariah
bahwa
peran
agen
sebagai
orang
yang
mengenalkan,
menginformasikan, dan menjelaskan ke masyarakat sangat dibutuhkan.
Karena fungsi agen menjual asuransi sama halnya dengan perbuatan
memproduksi asuransi.8 Pemerintah Indonesia telah membuat regulasi
tentang pelaku perasuransian termasuk regulasi tentang agen seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang nomor 2 Tahun 1992 yang menyebutkan
bahwa seorang nasabah dapat secara bebas memilih perusahaan asuransi
sebagai penanggungnya tanpa adanya pengaruh dan tekanan dari pihak
manapun dan berikut aturan penunjangnya. Namun akhirnya akan kembali
kepada para pemasar itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan
kompetensinya dalam rangka menghadapi era globalisasi yang tidak
mungkin dihindari lagi.
8
A.Hasyim Ali, Pengantar Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet Ke-1, hal.93
7
Seorang agen diharapkan memiliki kepribadian yang jujur, baik jujur
kepada diri sendiri, jujur kepada masyarakat, maupun jujur kepada
perusahaan, memiliki sikap komunikasi yang baik dan kepedulian terhadap
kebutuhan nasabah. Agen asuransi sebagai salah satu faktor kunci
keberhasilan pemasaran produk perusahaan asuransi di era globalisasi wajib
mememiliki keahlian (kompetensi) antara lain: “Kemampuan komunikasi,
kemampuan menguasai pengetahuan produk, kemampuan mempresentasikan
produk/jasa kepada nasabah dan kemampuan memecahkan komplain
nasabah”. Kompetensi tersebut akan menjadi sangat penting di era
globalisasi karena peranan agen perusahaan dalam mempertahankan
hubungan jangka panjang dengan para nasabah global.
B. PERMASALAHAN
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa permasalahan
yang dapat diidentifikasi terkait dengan topik ini, diantaranya adalah:
a. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk-produk
asuransi syariah.
b. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat untuk menggunakan
asuransi syariah.
c. Rendahnya target penjualan pada pasar asuransi
d. Kurangnya pengaruh perkembangan asuransi terhadap pertumbuhan
ekonomi.
8
e. Kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh agen asuransi untuk
mengenalkan produk-produk asuransi.
f. Kurangnya strategi yang dimiliki agen asuransi untuk mencapai
target penjualan.
g. Rendahnya pehamahaman masyarakat mengenai perbedaan asuransi
konvensional dan asuransi syariah.
2. Pembatasan masalah
Mengingat begitu banyaknya agen asuransi yang tersebar di
Indonesia, maka penelitian ini hanya membatasi pada persoalan
kompetensi agen serta faktor-faktor yang paling dominan terhadap
kompetensi agen asuransi.
3. Perumusan masalah
Penelitian ini akan menganalisis faktor kompetensi mana yang
memiliki pengaruh terhadap pencapaian target penjualan. Dari rumusan
ini dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana kompetensi SDM Asuransi?
b. Bagaimana faktor-faktor kompetensi mempengaruhi agen dalam
mencapai target penjualan?
c. Faktormanakah yang paling dominan yang dapat mempengaruhi
kompetensi agen terhadap target penjualan?
9
C. TUJUAN DAN MANFAATPENELITIAN
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini
adalah:
a.
Menganalisis kompetensi yang harus dimiliki oleh agen asuransi
syariah.
b.
Menganalisis apa yang dapat mempengaruhi kompetensi agen
terhadap pencapaian target penjualan asuransi.
c.
Menganalisis
faktor
mana
yang
paling
dominan
yang
mempengaruhi kompetensi agen terhadap target penjualan.
2. Manfaat
a. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
sosial masyarakat muslim yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dalam
bidang ekonomi syariah dan memberikan kontribusi terhadap umat islam
guna mendukung, mensosialisasikan dan menggalakan hukum muamalah
Islam di segenap elemen masyarakat muslim.Penelitian ini juga menjadi
literatur tambahan dan kepustakaan terutama di dunia pendidikan.
b. Praktis
Bagi praktisi pihak asuransi syariah, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi serta pedoman serta peran agen
untuk meningkatkan target penjualannya dengan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kompetensi sebagai agen asuransi. Sedangkan bagi
industriperusahaan asuransi syariah untuk kemajuan perusahaan asuransi
10
syariah di masa mendatang. Dan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai peran agen asuransi syariah dan prakteknya,
khususnya dalam meningkatkan nasabah asuransi syariah.
D. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN
1. Fayshal dan Medyawati9 meneliti tentang strategi pemasaran di asuransi
jiwa bersama di Bumi Putera Syariah dengan menguji empat indikator
produk, harga, promosi dan distribusi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa indikator pemasaran dan promosi mendapatkan perhatian yang
lebih dibandingkan dengan indikator lainnya. Kelebihan dari penelitian
ini bahwa indicator yang paling dominan dari empat indicator yang di uji
coba, maka indicator promosi dan pemasaran mendapatkan perhatian
lebih dibanding dengan indicator yang lainnya, sedangkan kelemahannya
tidak disebutkan seberapa besar pengaruhnya strategi pemasaran di
asuransi jiwa Bumi Putera Syariah.
2. Nawatmi10Meneliti tentang etika bisnis dalam perspektif islam pada
dunia bisnis. Banyak perusahaan yang belum menerapkan etika dalam
bisnisnya, sehingga yang terjadi adalah persaingan yang tidak imbang
antara pemodal kuat dengan pemodal lemah, ada banyak ketidak adilan,
munculnya moral hazard, penyuapan dan lain-lain.Padahal hasil
penelitianbanyak yang menunjukkan adanya hubungan yang positif
antara etika bisnis dengan kinerja perusahaan, oleh karena itu perlu
pengintegrasian etika kedalam dunia bisnis. Kelemahan dari penelitian
9
Abung Fayshal dan Henny Medyawati, Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi
Jiwa Pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok,Jurnal Asuransi dan Manajemen Risiko, Vol.1,
No.2, 2013.H. 48
10
Sri Nawatmi, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam,Jurnal Fokus Ekonomi (FE), April
2010,Vol.9,No.1, hal.50-58
11
ini bahwa luasnya mengenai etika bisnis sehingga tidak terfokus pada
salah satu bentuk etika yang dimaksud, sedangkan kelebihannya
mengangkat dari sisi lain penjualan jasa asuransi yang diperankan oleh
agen adalah sisi etikanya dalam menjalankan bisnis tersebut.
3. Nugroho
11
Meneliti tentang isu etika bisnis menggunakan konsep teori
utama yang digunakan untuk mengukur tingkat pelanggaran etikayang
terjadi. Kajian dalam artikel ini menggunakan kasus yang terjadi di PT
Dirgantara Indonesia dalam rentang waktu 1960-2007, kajian yang
dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengekplorasi dan
mengkaji kasus yang terjadi di PT Dirgantara, dari kajian yang dilakukan
hasil penelitian di temukan bahwa telah terjadi pelanggaran etika bisnis
dari kebijakan yang di lakukan oleh manajemen PT DIdalam rentang
waktu 1995-2007. Kelebihan dari penelitian ini bahwa pelanggaran etika
di dapat dengan menguji kasus –kasus yang terjadi di PT Dirgantara,
kelemahannya tidak disebutkan factor-faktor apa saja yang dapat
dikatakan melanggar etika, karena etika sifatnya terlalu luas dalam
bahasannya.
4. Ismail, Haron, Abdul razak12 Hasil penelitian dari 246 responden
menunjukkan bahwa pengaruh kedudukan sebagai pengawas, aturan
yang tidak tegas dan target penjualan memberikan pengaruh kepada
timbulnya sikap yang tidak etis dari agen asuransi. Dalam penelitian ini
juga menganjurkan diperlukannya pengawasan yang konsisten dukungan
11
Mahendra Adi Nugroho,Konsep teori dan tinjauan kasus etika bisnis PT Dirgantara
Indonesia (1960-2007), Jurnal Economia, Vol.8, No.1, hal.1.
12
Hasnah Haron, Ishak Ismail, Shaikh Hamzah Abdul Razak, Factors Influencing
Unethical Behavior of Insurance Agents, International Journal of Business and Social Science,
Vol. 2, No. 1, January 201, hal. 84.
12
dan dorongan serta aturan yang jelas untuk terus dilakukan. Kelemahan
dari penelitian ini tidak adanya factor-faktor yang paling dominan dalam
pengawasan yang berpengaruh pada target penjualan.
5. Salleh, Abdullah, Razali13 Dalam hal ini peneliti menggunakan 3 variable
dalam menginvestigasi persepsi nasabah. Diantaranya adalah:
a. Etika islami dari nasabah
b. Pengetahuan produk asuransinya
c. Informasi komunikasinya
Hasil penelitian menunjukkan masyarakat muslim di pedesaan tidak
secara seluruhnya setuju terhadap praktek marketing dari agen
asuransinya. Kelebihan dari penelitian ini bahwa variable yang
ditentukan berpengaruh dalam menginvestigasi persepsi nasabah
terhadap asuransi. Sedangkan kelemahannya belum ditemukan factor apa
yang paling dominan dalam mempengaruhi persepsi calon nasabah.
6. Htay, Salman14 Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam industry
asuransi factor yang paling penting dalam suksesnya pencapaian agen
asuransi diantaranya adalah:
a. Transparansi kegiatan operasional
b. Membuat produk yang sesuai dengan hukum syariah (sharia
compliant). Kelemahannya dari penenlitian ini tidak disebutkan
faktor- faktor yang paling dominan terhadap suksesnya pencapaian
13
Marhanum Che Mohd Salleh, Nurdianawati Irwani Abdullah, Siti Salwani Razali,
Customer
Perception
Towards
Relationship
Marketing
Practices
in
Takaful
Industry,International Conference on Business and Economic Research, (4th ICBER 2013)
Procedding, (04-05 March 2013), hal.5
14
Sheila Nu Nu Htay dan Syed Ahmed Salman, Shari‟ah and Ethical Issues in the
Practice of the ModifiedMudharabah Family Takaful Model in Malaysia,International Journal of
Trade, Economics and Finance, Vol. 4, No. 6, December 2013.h.340
13
agen asuransi, dan kurangnya variable yang bervariasi untuk
menunjukkan faktor mana yang paling dominan yang dapat
mempengaruhi suksesnya pencapaian seorang agen.
7. Ahmed15 penelitian ini bertujuan untuk melihat kaitan antara undangundang, praktek lembaga yang tidak sesuai etika dengan kinerja asuransi
Islam. Hasil peneliti menunjukkan bahwa hukum, perundang-undangan
dan juga standar syariah dipertimbangkan sebagai pengaruh yang kuat
dalam membangun kinerja lembaga asuransi Islam. Kelebihan dari
penelitian ini bahwa kaitan undang-undang yang berstandar syariah
menjadi focus penting yang juga dipertimbangkan dalam mempengaruhi
kinerja lembaga Islam.
8. Khair16 hasil penelitian ini menggunakan 5 indikator yaitu tangible,
reliability, responsiveness, assurance dan emphaty. Disimpulkan bahwa
atribut kinerja pelayanan perusahaan asuransi mempengaruhi kepada
keputusan pemilihan perusahaan asuransi. Kelemahan dari penelitian ini
tidak diketahui faktor dominan apa dari indikator yang disebutkan untuk
menentukan pemilihan perusahaan asuransi.
9. Salleh & Kamaruddin17 hasil penelitian yang diambil dari 289 responden,
menunjukkan penelitian ini menggunakan 3 indikator yaitu:
a. Kepercayaan diri
b. Pengawasan diri
c. Locus of control
15
Nabil Suleiman Ahmed, The Non- Financial Factors Influencing The Performance
ofIslamic Insurance In Kenya: A Case Study of Takaful Insurance of Africa, European Journal
of Business and Management, Vol.5, No.13, 2013, hal. 1
16
Hazmanan Khair, Atribut Kinerja Pelayanan Dalam Mempengaruhi Masyarakat Kota
Medan Memilih Perusahaan Asuransi, Jurnal Manajemen& Bisnis, Vol.14,No.01, hal. 107.
17
Fauzillah bt salleh, abdul razak bin kamaruddin, The Effects of Personality Factors on
Sales Performance of Takaful (Islamic Insurance) Agents in Malaysia, International journal of
business and social science, Vol 2, No 5, hal.1.
14
Dari ketiga indikator yang menunjukkan positif hanya 2 point, yaitu poin
1 dan 2, agen yang memiliki point 1 dan 2 memiliki kinerja lebih bagus.
Kelebihan dari penelitian ini bahwa ditemukannya dua factor indicator
yang paling dominan yang mempengaruhi kinerja agen lebih bagus,
sedangkan kelemahannya tidak disebutkan indicator kinerjanya seperti
apa.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I. Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah penelitian, rumusan
masalah yang akan diteliti, pembatasan masalah penelitian, manfaat
dan tujuan penelitian, dan metodologi penelitian.
Bab II. Tinjauan Pustaka dan Kerangka teori
Dalam bab ini memaparkan berbagai teori asuransi syariah dari
pandangan para ahli sehingga didapatkan tinjauan komprehensif.serta
pengertian kompetensi agen dengan metode statistik untuk melihat
korelasi antar variable untuk menguji hipotesis yang diajukan.untuk
melihat adakah pengaruh kompetensi agen terhadap pencapaian
target penjualan produk unitlink asuransi syariah.
Bab III. Gambaran Umum mengenai PT Prudential Life Indonesia
Bab ini akan menjelaskan mengenai profil PT Prudential,
perkembangan asuransi syariah dan produk unit link syariah
Bab IV. Pembahasan Hasil
Dalam bab ini akan menganalisis serta interpretasi dari hasil yang
diperoleh dari agen asuransi PT.Prudential life indonesia. Analisis
15
yang akan dibahas mengenai pengaruh kompetensi agen terhadap
pencapaian target penjualan pada produk asuransi syariah.
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Bab ini menjadi kesimpulan dari hasil penelitian dan interpretasi hasil
yang didapat dari pengolahan dan pembahasan data, yang akan
dipergunakan untuk saran-saran dan rekomendasi untuk perbaikan
serta penyempurnaan lebih lanjut dari hasil penelitian ini.
16
BAB II
TEORI KOMPETENSI AGEN ASURANSI SYARIAH
A. Pengertian dan Prinsip Dasar Asuransi
1. Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa belanda, assurantie yang dalam
hukum belanda disebut verzeeking yang artinya pertanggungan. Dari
peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi
penanggung dan geassureerde bagi tertanggung.18
Banyak definisi tentang asuransi (konvensional). Menurut I.
Mehr,19 asuransi adalah a device for reducing risk by combining a
sufficient number of exposure units to make their individual losses
collectively predictable. The predictable loss is then shared by or
distributed shared by or distributed proportionately among all units in
the
combination
(suatu
alat
untuk
mengurangi
risiko
dengan
menggabungkan sejumlah unit-unit yang berisiko agar kerugian individu
secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut
kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional diantara semua
unit-unit dalam gabungan tersebut).20
Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh I Mehr mengenai
defenisi asuransi bahwa memang kenyataannya sistem seperti ini sudah
18
Ali Yafie, Asuransi Dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih Social,
(Penerbit Mizan, Bandung, 1994) ,hal.205-206.lihat juga Emmy P Simanjutak, Hukum
Pertanggungan, (Yogyakarta: UGM, 1982) hal.7.
19
Robert I. Mehr, Life Insurance Theory and Practice,1985, Business Publication inc.
20
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan System
Operasional, (Penerbit Gema Insan Press: Jakarta, 2004), cet.1. hal. 26.
17
dilaksanakan di beberapa asuransi ternama, menanggung resiko secara
kolektif yang diatur oleh perusahaan asuransi dalam mengelola premi
nasabah yang disetorkan kepada perusahaan asuransi, hanya saja
perbedaannya pada asuransi syariah terletak pada akadnya dan
operasional mekanisme pengelolaan dana diawasi tidak hanya dengan
OJK saja melainkan juga dengan DPS.
Mark R. Greene21 mendefinisikan asuransi sebagai an economic
institution that reduces risk by combining under one management and
group is subject become predictable within narrow limits (institusi
ekonomi yang mengurangi risiko dengan menggabungkan di bawah satu
manajemen dan kelompok objek dalam suatu kondisi sehingga kerugian
besar yang terjadi yang diderita oleh suatu kelompok yang tadi dapat
diprediksi dalam lingkungan yang lebih kecil). Sedangkan C Arthur
William Jr. dan Richard M. Heins22 melihat asuransi dari dua sudut
pandang. Pertama adalah insurance is the protection against financial
loss by an insurer(asuransi adalah perlindungan terhadap risiko finansial
oleh penanggung). Sedangkan, kedua adalah insurance is a device by
means of which the risks of two or more persons or firms are combined
through actual or promised contributions to a fund out of which
claimants are paid (asuransi adalah alat yang mana risiko dua orang atau
lebih atau perusahaan-perusahaan digabungkan melalui kontribusi premi
21
Mark R. Greene, Life and Health Insurance Companies as Financial Institutions,
(LOMA, 1984). H. 10
22
C. Arthur Williams Jr. and Richard M. Heins , Risk Management and Insurance ,
Fifth Edition, (Mc Graw-Hill Book Company, 1987) hal .214-215.
18
yang pasti atau yang ditentukan sebagai dana yang dipakai untuk
membayar klaim).
Definisi asuransi sebenarnya bisa diberikan dari berbagai sudut
pandang, yaitu dari sudut pandang ekonomi, hokum, bisnis, social
ataupun berdasarkan pengertian matematika. Itu berarti bisa lima definisi
bagi asuransi. Tidak ada satu definisi yang bisa memenuhi masingmasing sudut pandang tersebut. Asuransi merupakan bisnis yang unik,
yang didalamnya terdapat kelima aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi,
hukum, social, bisnis, dan aspek matematika.23
Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam
Undang-undang Republik Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian,24“ Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara
dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan. Atau, tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang akan mungkin diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.”
23
Herman Darmadi, Manajemen Asuransi, (Bumi Aksara, 2000),Jakarta, hal 2-3.
Dewan Asuransi Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1992 dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, (DAI,2003), hal.2-3.
24
19
2. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam bahas Arab asuransi disebut At-Ta‟min, penanggung
disebut Mu‟ammin, sedangkan tertanggung disebut Mua‟amman lahu
atau Musta‟min.25
At-ta‟min diambil dari kata amana memiliki arti memberi
perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut,26
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Quraisy ayat 4:
“Dialah
Allah
SWT
yang
mengamankan
mereka
dari
ketakutan”.27 Kata at-ta‟min yaitu “men-ta‟min-kan sesuatu, artinya
adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia
atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah
disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang,
dikatakan
„seseorang
mempertanggungkan
atau
mengasuransikan
hidupnya, rumahnya atau mobilnya‟.28
Adapun tujuan dalam islam yang menjadi kebutuhan mendasar
yaitu Al-kifayah ‟kecukupan‟ dan Al- amnu‟ keamanan‟. Sebagaimana
firman Allah SWT”Dialah Allah SWT yang mengamankan mereka dari
ketakutan”, sehingga sebagian masyarakat menilai bahwa bebas dari
lapar merupakan bentuk keamanan. Mereka menyebutnya dengan al25
Ar-Ra‟id Jubran Ma‟ud, Mu‟jam Lughawy „Ashry, (Bairut: Dar Al islami li Al
malayin, t.t) jilid 1, halm.30.
26
Salim Segaf al-jufri, Ar-Riba wa Adhraaruhu alal Mujtama‟ al-Islami, (1400 H),
hal.219.
27
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan System
Operasional, (Penerbit Gema Insan Press: Jakarta, 2004), cet.1. hal. 28
28
Majma‟ul lughah Al- Arabiyah, Al-Mu‟jam Al-wasit,(Mesir, 1960), hal. 27-28
20
amnu al-qadz‟I „aman konsumsi‟. Dari prinsip tersebut, Islam
mengarahkan kepada umatnya untuk mencari rasa aman baik untuk
dirinya
sendiri
dimasa
mendatang
maupun
untuk
keluarganya
sebagaimana nasihat rasul kepada sa‟ad bin abi waqqash29agar
mensedekahkan sepertiga hartanya saja. Selebihnya ditinggalkan untuk
keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat.30
Menurut Zarqa,31 makna asuransi secara istilah adalah kejadian.
Adapun metodologi dan gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada
intinya, asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia
dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan
terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam
aktivitas ekonominya.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)32
dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi
definisi tentang asuransi. Menurutnya, asuransi syariah (ta‟min,
takaful,tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong
diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan
atau tabarru‟ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
risiko tertentu melalui akad (perikatan)yang sesuai dengan syariah. Dari
definisi diatas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi
dan tolong menolong yang disebut dengan “ta‟awun”. Yaitu, prinsip
29
Abdul Baqi dan Muhammad Fuad, Al-Lu‟luwal Marjan.hal.2/471, Hadits 1053
www.qorodowi.net
31
Musthofa Ahmad Zarqa, Al-Ightishodi Al-Islamiyah-Nidzomutta‟min…, (Bairut: Dar
Al-Fikr, 1968), h.12
32
Fatwa Dewan Syariah Nasional n0.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariahal.
30
21
hidup saling melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwan
islamiyah antara sesame anggota peserta asuransi syariah dalam
meghadapi malapetaka (risiko).33
Sedangkan pada peraturan menteri keuangan NO 18/PMK
010/2010 tentang penerapan prinsip dasar penyelenggaraanasuransi dan
usaha reasuransi dengan prinsip syariah, dinyatakan bahwa : asuransi
berdasarkan prinsip syariah adalah usaha saling tolong menolong
(ta‟awun) dan melindungi (takaful) diantara para peserta melalui
pembentukkan kumpulan dana tabarru‟ yang dikelola sesuai prinsip
syari‟ah untuk menghadapi risiko tertentu34.
Secara umum, asuransi Islam atau sering diistilahkan dengan
takaful dapat digambarkan sebagai asuransi yang prinsip operasionalnya
didasarkan pada syari‟ah Islam dengan mengacu kepada Al-qur‟an dan
al- hadits.35
Dalam Ensiklopedia Hukum Islam disebutkan bahwa: “Asuransi
adalah transaksi perjanjian antara dua belah pihak, pihak pertama
berkewajiban membayar iuran dan pihak lain berkewajiban memberikan
jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran, jika terjadi sesuatu yang
menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.36
Pengertian asuransi syariah dalam pengertian mu‟amalah adalah
saling memikul resiko di antara sesama manusia sehingga antara satu
33
Huzaemah T. Yanggo,Asuransi Hukum dan Permasalahannya, Jurnal AAMA/tahun
VII no. 122003)hal.23.
34
(http://www.bapepam.go.id). Diakses 19 Juni 2016
35
A Dzajuli, dan Yadi Junwari.2002.Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (sebuah
pengenalan). Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada, Jurnal AAMAI /tahun 2013, hal. 25
36
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta, lehtiar baru Van Hoeve,
1996), hal. 138
22
dengan yang lain menjadi penanggung atas resiko yang lainnya, saling
pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam
kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana yang ditujukan
untuk menanggung risiko tersebut.37
Asuransi
syariah
bertujuan
agar
suatu
masyarakat
hidup
berdasarkan asas saling tolong menolong dan menjamin dalam
pelaksanaan hak dan kewajiban.
3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah
Pada dasarnya, prinsip-prinsip yang terdapat dalam asuransi
konvensional, juga berlaku pada asuransi syariah, seperti, prinsip
insurable interest, prinsip indemnity, prinsip subrogasi, prinsip proximate
cause, prinsip contribution , prinsip utmost good faith.38Hanya saja, dalam
asuransi syariah diberikan beberapa prinsip tambahan yang semata-mata
bersumber dari agama Islam dan belum tercover di dalam prinsip-prinsip
umum asuransi.39Suatu asuransi diperbolehkan secara syar‟i, jika tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip dan aturan-aturan syariat Islam. Untuk
itu dalam muamalah perasuransian harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut, 10 nilai yang mendasar dalam pengelolaan asuransi
syariah, yaitu:
37
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1997), cet ke-1,hal.
99
38
M.Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional : Teori, System,
Aplikasi dan Pemasaran (Jakarta : Kholam Publishing, 2006), cet.1.h, 60
39
AM.Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam :Suatu Tinjauan, Analisis
Historis, Teoritis, dan Praktis (Jakarta : Kencana,2004), cet.1.hal. 125-134
23
a. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syariah.
Karena pada haekekatnya setiap muslim harus melandasi dirinya
dengan tauhid dalam menjalankan segala aktivitas kehidupannya,
tidak terkecuali dalam bermuamalah (baca; berasuransi syariah).
Artinya bahwa niatan dasar ketika berasuransi syariah haruslah
berlandaskan pada prinsip tauhid, mengharapkan keridhaan Allah
SWT. Sebagai contoh dilihat dari sisi perusahaan, asas yang
digunakan dalam berasuransi syariah bukanlah semata-mata meraih
keuntungan, atau menangkap peluang pasar yang sedang cenderung
pada syariah. Namun lebih dari itu, niatan awalnya adalah untuk
mengimplementasikan nilai-nilai syariah dalam dunia asuransi.
Sedangkan dari sisi nasabah, berasuransi syariah adalah bertujuan
untuk bertransaksi dalam bentuk tolong menolong yang berlandaskan
asas syariah, dan bukan semata-mata mencari “perlindungan” apabila
terjadi
musibah.40
Dengan
demikian,
maka
nilai
tauhid
terimplementasikan pada industri asuransi syariah. Allah SWT
berfirman:
“Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia, melainkan
supaya mereka menyembah-Ku” (QS. 51: 56)
40
Nur Hidayati Rosyidah, “Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah: Perbedaan
dalam Lingkup Akuntansi”: Jurnal Universitas Negeri Surabaya (ejournal.unesa.ac.id, 2011),
h.8.
24
b. Prinsip Keadilan
Prinsip
kedua
yang
menjadi
nilai-nilai
dalam
pengimplementasian asuransi syariah adalah prinsip keadilan.
Keadilan merupakan prinsip dasar dan utama yang harus ditegakkan
dalam seluruh aspek kehidupan berekonomi. Islam melarang adanya
transaksi yang mengandung unsur gharar yang berakibat keuntungan
disatu pihak dan kesewenang-wenangan serta penindasan (dzulm)
dipihak lain.41Artinya bahwa asuransi syariah harus benar-benar
bersikap adil, khususnya dalam membuat pola hubungan antara
nasabah dengan nasabah, maupun antara nasabah dengan perusahaan
asuransi syariah, terkait dengan hak dan kewajiban masing-masing.
Asuransi syariah tidak boleh mendzalimi nasabah dengan hal-hal yang
akan menyulitkan atau merugikan nasabah. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS. Al-Maidah 5: 08)
41
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah, Tinjauan Asas-Asas Hokum Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2009), hal.154-165
25
Ayat
ini
memerintahkan
kepada
orang
mu‟min
agar
melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur dan
ikhlas karena Allah, baik pekerjaan yang berhubungan dengan urusan
agama maupun pekerjaan yang berhubungan dengan urusan
keduniawian. Seorang agen asuransi syariah harus jujur dan adil
dalam memberikan informasi produk dan kebutuhan nasabah tidak
boleh
seorang
agen
menutup-nutupi
informasi
hanya
untuk
kepentingannya agar target penjualannya tercapai.
c. Prinsip Tolong Menolong
Semangat tolong menolong merupakan aspek yang sangat penting
dalam operasional asuransi syariah. Karena pada hekekatnya, konsep
asuransi syariah didasarkan pada prinsip ini. Dimana sesama peserta
bertabarru‟ atau berderma untuk kepentingan nasabah lainnya yang
tertimpa musibah. Nasabah tidaklah berderma kepada perusahaan
asuransi syariah, peserta berderma hanya kepada sesama peserta saja.
Perusahaan
asuransi
syariah
bertindak
sebagai
pengelola
saja.
Konsekwensinya, perusahaan tidak berhak mengklaim atau mengambil
dana tabarru‟ nasabah. Perusahaan hanya mendapatkan dari ujrah (fee)
atas pengelolaan dana tabarru‟ tersebut, yang dibayarkan oleh nasabah
bersamaan dengan pembayaran kontribusi (premi). Perusahaan asuransi
syariah mengelola dana tabarru‟ tersebut, untuk diinvestasikan (secara
syariah) lalu kemudia dialokasikan pada nasabah lainnya yang tertimpa
26
musibah.42 Dan dengan konsep seperti ini, berarti antara sesama nasabah
telah mengimplementasikan saling tolong menolong, kendatipun antara
mereka tidak saling bertatap muka.
d. Prinsip Kerjasama
Antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah terjalin
kerjasama, tergantung dari akad apa yang digunakannya. Dengan akad
mudharabah musytarakah (nanti akan dijelaskan tersendiri mengenai
akad ini dalam pembahasan khusus akad), terjalin kerjasama dimana
nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) sedangkan
perusahaan asuransi syariah sebagai mudharib (pengelola/ pengusaha).43
Apabila dari dana tersebut terdapat keuntungan, maka akan dibagi
berdasarkan nisbah yang telah disepakati, misalnya 40% untuk
perusahaan asuransi syariah dan 60% untuk nasabah. Ketika kerjasama
terjalin dengan baik, nasabah menunaikan hak dan kewajibannya,
demikian juga perusahaan asuransi syariah menunaikan hak dan
kewajibannya secara baik, maka akan terjalin pola hubungan kerjasama
yang baik pula, yang insya Allah akan membawa keberkahan pada
kedua belah pihak.
e. Prinsip Amanah
Amanah juga merupakan prinsip yang sangat penting. Karena
pada hakekatnya kehidupan ini adalah amanah yang kelak harus
42
Agus Nuryanto, “Pelaksanaan Prinsip Ta‟awun dalam Pengelolaan Premi Tabaru‟
Asuransi Syariaih Menurut Hukum Positif Indonesia”: Jurnal Universitas Mataram (Mataram,
2015), h.5.
43
Mohd Shril Matsawali et. al., “A Study on Takaful and Conventional Insurance
Preferences: The Case of Brunei”: International Journal of Business and Social Science Vol.3
No. 22 (Brunei Darussalam, 2012), h.164.
27
dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Perusahaan dituntut
untuk amanah dalam mengelola dana premi. Demikian juga nasabah,
perlu amanah dalam aspek resiko yang menimpanya. Jangan sampai
nasabah tidak amanah dalam artian mengada-ada sesuatu sehingga yang
seharusnya tidak klaim menjadi klaim yang tentunya akan berakibat
pada ruginya para peserta yang lainnya. Perusahaan pun juga demikian,
tidak boleh semena-mena dalam mengambil keuntungan, yang
berdampak pada ruginya nasabah.44
f. Prinsip Saling Ridha (‘An Taradhin)
Dalam transaksi apapun, aspek an-taradhin atau saling meridhai
harus selalu menyertai. Nasabah ridha dananya dikelola oleh perusahaan
asuransi syariah yang amanah dan profesional. Dan perusahaan asuransi
syariah ridha terahdap amanah yang diembankan nasabah dalam
mengelola kontribusi (premi) mereka. Demikian juga nasabah ridha
dananya dialokasikan untuk nasbah-nasabah lainnya yang tertimpa
musibah, untuk meringankan beban penderitaan mereka.45 Dengan
prinsip inilah, asuransi syariah menjadikan saling tolong menolong
memiliki arti yang luas dan mendalam, karena semuanya menolong
dengan ikhlas dan ridha, bekerjasama dengan ikhlas dan ridha, serta
bertransaksi dengan ikhlas dan ridha pula.
44
Nico P. Swartz dan Pieter Coetzer, “Takaful: An Islamic Insurance Instrument”:
Journal
of
Development
and
Agricultural
Economica
Vol.2(10)
(http://www.academicjournals.org/journal/JDAE, 2010), h.338.
45
Mher Mushtaq Hussain, “Conceptual and Operational Differences between General
Takaful and Conventional Insurance”: Australian Journal of Business and Management
Research Vol1 No.8 (http://www.ajbmr.com/articlepdf/AJBMR_17_41i1n8a4.pdf, 2011), h.24.
28
g. Prinsip Menghindari Riba
Prinsip ini merupakan implementasi dari prinsip keadilan.
Adanya pelarangan riba dalam aktivitas ekonomi karena terdapatnya
unsur dhulm di antara para pihak yang melakukan kegiatan tersebut.
Yang salah satunya ada pihak yang didzalimi. Prinsip pelarangan riba
diterapkan karena menimbulkan dampak berupa penganiayaan terhadap
salah satu pihak oleh pihak lain. Permasalahan riba tidak saja
berdampak pada persoalan ekonomi, tetapi menyangkut moral.46Riba
merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari sejauh-jauhnya
khususnya dalam berasuransi. Karena riba merupakan sebatil-batilnya
transaksi muamalah. Kontribusi (premi) yang dibayarkan nasabah, harus
diinvestasikan pada investasi yang sesuai dengan syariah dan sudah
jelas kehalalannya. Demikian juga dengan sistem operasional asuransi
syariah juga harus menerapakan konsep sharing of risk yang bertumpu
pada Akad tabarru‟, sehingga menghilangkan unsur riba pada
pemberian manfaat asuransi syariah (klaim) kepada nasabah.
h. Prinsip Menghindari Maisir.
Asuransi jika dikelola secara konvensional akan memunculkan
unsur maisir (gambling). Karena seorang nasabah bisa jadi membayar
premi hingga belasan kali namun tidak pernah klaim. Di sisi yang lain
terdapat nasabah yang baru satu kali membayar premi lalu klaim. Hal ini
terjadi, karena konsep dasar yang digunakan dalam asuransi
46
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah, Tinjauan Asas-Asas Hukum Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2009), hal.154-165
29
konvensional adalah konsep transfer of risk.47 Dimana perusahaan
asuransi konvensional ketika menerima premi, otomatis premi tersebut
menjadi milik perusahaan, dan ketika membayar klaim pun adalah dari
rekening perusahaan. Sehingga perusahaan bisa untung besar (manakala
premi banyak dan klaim sedikit), atau bisa rugi banyak (ketika premi
sedikit dan klaimnya banyak).
i. Prinsip Menghindari Gharar
Gharar adalah ketidak jelasan. Dan berbicara mengenai resiko,
adalah berbicara tentang ketidak jelasan. Karena resiko bisa terjadi bisa
tidak. Dan dalam syariat Islam, kita tidak diperbolehkan bertransaksi
yang
menyangkut
aspek
ketidak
jelasan.48
Dalam
asuransi
(konvensional), peserta tidak mengetahui apakah ia mendapatkan klaim
atau tidak? Karena klaim sangat bergantung pada resiko yang
menimpanya. Jika ada resiko, maka ia akan dapat klaim, namun jika
tidak maka ia tidak mendapakan klaim. Hal seperti ini menjadi gharar
adanya, karena akad atau konsep yang digunakan adalah transfer of risk.
Sedangkan jika menggunakan aspek sharing of risk, ketidak jelasan tadi
tidak menjadi gharar. Namun menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai,
yang apabila terjadi sesama nasabah akan saling bantu membantu
terhadap peserta lainnya yang tertimpa musibah, yang diambil dari dana
47
Hania Masud, “Takaful: An Innovative Approace to Insurance and Islamic Finance”:
Journal Jil Vol.32
(www.law.upenn.edu/journals/jil/articles/volume32/issue4/Masud32U.Pa.J.Int'lL.1133(2011).pdf
, 2011), h.1135.
48
Mehdi Sadeghi, “The Evolution of Islamic Insurance-Takaful: A Literature Survey”:
Insurance Market and Companies: Analysis and Acturial Computations Vol.1 Issue 2
(http://businessperspectives.org/journals_free/imc/2010/IMC_2010_2_Sadeghi.pdf,
2010),
h.103-104.
30
tabarru‟ yang dikelola oleh perusahaan asuransi syariah (bukan dari
dana perusahaan).
j. Prinsip Menghindari Risywah
Dalam menjalankan bisnisnya, baik pihak asuransi syariah
maupun pihak nasabah harus menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari aspek
risywah (sogok menyogok atau suap menyuap). Karena apapun
dalihnya, risywah pasti akan menguntungkan satu pihak, dan pasti akan
ada pihak lain yang dirugikan.49 Nasabah umpamanya tidak boleh
menyogok oknum asuransi supaya bisa mendapatkan manfaaat (klaim).
Atau sebaliknya perusahaan tidak perlu menyogok supaya mendapatkan
premi (kontribusi) asuransi. Namun semua harus dilakukan secara baik,
transparan, adil dan dilandasi dengan ukhuwah islamiyah.
4. Landasan Asuransi Syariah
Ajaran Islam sangat menolong ummatnya untuk saling tolong
menolong, saling bertanggung jawab dan saling menanggung satu dengan
yang lainnya atas musibah yang diderita saudaranya, agar tercipta kehidupan
yang harmoni. Saling menanggung antar umat manusia merupakan dasar
pijakan kegiatan manusia sebagai makhluk social. Asuransi syariah
menekankan pada kepentingan bersama atas dasar persaudaraan dan bukan
sebaliknya. Karena asuransi syariah ditegakkan atas prinsip-prinsip saling
bertanggung jawab, saling bekerjasama, saling membantu dan saling
49
Renat I. Bekkin, “Islamic Insurance National Features and Legal Regulation”: Arab
Law Quarterly 21 (http://mgimo.ru/files/14579/14579.pdf, 2007), h.4-5.
31
melindungi penderitaan. Hal ini menjadi dasar hukum asuransi syariah, sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Maidah ayat 2.50 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulanbulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang
yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya.
Dikalangan muslim terdapat kesalahpahaman, bahwa asuransi itu
tidak islami. Mereka berpendapat bahwa asuransi sama dengan mengingkari
rahmat ilahi. Hanya Allah SWT yang bertanggung jawab untuk memberikan
mata pencarian yang layak kepada kita. Manusia sebagai makhluk yang
diberi sarana untuk berpikir oleh Allah berupa akal,selalu berusaha atau
berikhtiar agar setiap hal yang dialaminya, terutama yang bersifat tidak
menguntungkan, dapat diantisipasi atau diminimalisasi kerugiannya, salah
50
Noviyarni, “Peranan Agen Dalam Meningkatkan Nasabah Asuransi Syariah di PT
Bumi Putera Syariah”,( Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta 2011), hal. 1415
32
satu caranya adalah dengan berasuransi.51 Landasan asuransi syariah yang
diajarkan dalam Islam adalah saling memikul resiko diantara sesama anggota
sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko
yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling tolong
menolong dalam kebaikan dengan cara, setiap orang mengeluarkan dana
kebajikan (baca; tabarru') yang ditujukan untuk menanggung resiko
tersebut.52 Dalam hal ini seorang agen asuransi berperan dalam menjelaskan
kepada nasabah hal-hal yang berkaitan dengan prinsip asuransi syariah
sehingga para nasabah dapat membedakan antara asuransi syariah dengan
asuransi konvensional dan nasabah tidak menyamakan antara prinsip
asuransi syariah dengan konvensional.
a. Al-qur’an
1) Surat Al-Baqarah ayat 185
Artinya: Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
51
Anwar Khoiril, Asuransi Syariah, Halal&Mashlahat, (Penerbit Tiga Serangkai,
2007), cet.I- Solo, hal 29
52
http://asuransisyariahal.asia/pro…dasar-syariah-asuransi-syariah
33
itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”
2) SuratAl-Baqarah ayat 261
Artinya: “ Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orangorang yang menafkahkan hartanya dijalan allah swt adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir benih, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah swt melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang dia
kehendaki. Dan allah maha luas karuniaNYA lagi maha mengetahui.”
3) Surat Yusuf ayat 46-49
Artinya: “Setelah pelayan itu berjumpa dengan yusuf dia berseru:
“Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami
tentang tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir gandum
yang hijau dan tujuh lainnya yang kering agar aku kembali kepada orangorang itu, agar mereka mengetahuinya”. Yusuf berkata:” supaya kamu
34
bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa, maka apa yang kamu
tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit,
yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun
sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian
setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan dengan
cukup dan di masa itu mereka memeras anggur”.
Ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya
planning atau perencanaan yang matang dalam mempersiapkan hari
depan. Nabi Yusuf as, dicontohkan dalam Al-Qur‟an membuat sistem
proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan.
4) Surat At-Taghabun ayat 11
Artinya: “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Jadipada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah
dan kematian merupakan qodho dan qodar Allah yang tidak dapat
ditolak. Hanya kita diminta untuk membuat perencanaan hari depan.
5) Surat Hud ayat 6
Artinya:” Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah SWT lah yang memberi rezekinya”.
35
6) Surat Al-Hijr ayat 20
Artinya:”Dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan
–keperluan hidup, dan kami menciptakan pula makhluk-makhluk yang
kamu sekali-kali bukan memberi rezeki kepadanya”.
Untuk memahami ayat-ayat ini dengan tepat kita harus lebih
mendalami persoalannya. Maksud dari ayat-ayat ini tidak berarti bahwa
Allah menyediakan makanan dan pakaian kepada kita tanpa usaha. Allah
Swt. menegaskan bahwa orang yang rela menafkahkan hartanya akan
dibalas oleh-Nya dengan melipat gandakan pahalanya. Sebuah anjuran
normatif untuk saling berderma dan melakukan kegiatan sosial yang
diridhai oleh Allah Swt. Praktek asuransi penuh dengan muatan-muatan
nilai sosial, seperi halnya dengan pembayaran premi ke rekening tabarru‟
adalah salah satu wujud dari penafkahan harta di jalan Allah Swt. karena
pembayaran tersebut diniatkan untuk saling bantu-membantu anggota
perkumpulan asuransi jika mengalami musibah di kemudian hari.
b. Hadits
َ ْ‫صلَى‬
َ ْْ‫ض َي‬
ْْ‫سْْعَنْْ ُهؤ ِهن‬
ِْ ‫ّللاُْْعَن ْهُْع‬
َ َ‫الْْ َهنْْنَـف‬
َ َ‫ّللاُْْ َعلَي ِْهْ َو َسلَ َْنْق‬
َ ْْ‫َنْالنَبِي‬
ِ ‫عَنْْأَبِيْْهُ َري َرةَْْ َر‬
ْ‫َرْ َعلَـى‬
َْ ‫ْ َو َهنْْيَس‬،‫بْْيَىْ ِْمْالقِيَا َه ِت‬
ْ ‫ُكـربَتْْ ِه‬
َ ‫سّْْللاُْْعَن ْهُْ ُكـربَ ْتْ ِهنْْ ُك‬
َ َ ‫ْنَـف‬،ْ‫بْْال ُّدنيَا‬
ِ ‫ـر‬
ِ ‫نْ ُك َر‬
53
َْ ‫ْيَس‬،ْْ‫ُهـع ِسر‬
ْ .ْ‫َـرّْللاُْْ َعلَي ِهْْفِـيْال ُّدنيَاْ َواْل ِخ َر ِة‬
;” Diriwayatkan oleh Abu hurairah ra, nabi Muhammad bersabda:
barangsiapa meringankan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan
dunia seorang mukmin, maka Allah akan meringankan kesusahannya di
hari kiamat, dan barangsiapa memudahkan atau membantu orang yang
kesulitan maka allah akan memudahkan baginya (urusannya) di dunia
dan akhirat (HR Muslim).
53
ْْImam Nawawi, Imam Ibnu Daqiq Al 'Id, Syarh Al Arbai'in an Nawawiyah, Hadits ke
36, Maktabah Al Misykat. H.16-17.
36
Penjelasan hadits diatas bahwasanya arti dari kesempitan adalah
beban berat yang mengakibatkan seseorang sangat menderita dan sedih.
Meringankan disini artinya adalah berupaya meringankan beban orang
lain dari kesedihannya dan kesusahannya agar hilang dari diri penderita,
dan balasan dari Allah SWT bagi yang menghilangkan kesulitan
saudaranya adalah Allah akan menghilangkan kesulitan pada dirinya.
Seorang muslim hendaknya berupaya menghilangkan kesulitan atau
penderitaan muslim lainnya. Bila seorang muslim membantu muslim
lainnya dengan ikhlas, maka allah swt akan memberikan balasan yang
terbaik yaitu dilepaskannya dari kesulitan terbesar dan terberat yaitu
kesulitan pada hari kiamat.
c. Kaidah Fiqih
Secara bahasa kaidah diambil dari bahasa Arab yang artinya
adalah pondasi atau dasar. Adapun secara isthilah adalah hukum atau
pondasi yang bersifat umum yang bisa untuk memahami permasalahan
fiqih yang tercakup dalam pembahasannya.54 Dalam asuransi selain Alqur‟an dan Al-hadits maka salah satu landasannya adalah menggunakan
kaidah fiqih sebagai berikut:
‫اْألْصــلْفىْاألْشـــيـاءْاْألْبــاْحـتْحــتىْيــدْلْاْلــدْلــيـلْعـلىْتــحــرْيــوــهــا‬
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan,
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” Tidak ada dalil yang jelas
dalam al-qur‟an mengenai hukum Perasuransian, akan tetapi jika
dijelaskan dalam kaidah fiqih bahwa segala muamalah dalam islam boleh
54
Muhammad Shidqi Al-Burnu, Al-Wajiz fi Idhohi Qawa‟id Al-Fiqh Al-Kulliyah. h.
13-18
37
dilakukan selama tidak ada dalil yang mengharamkannya dan sesuai
dengan hukum syariat islam yang sudah ditetapkan.
d. Fatwa DSN MUI mengenai Pedoman Asuransi Syariah
“Asuransi syariah (ta‟min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/ pihak
melalui investasi dalam bentuk asset dan/ atau tabarru‟ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
perikatan yang sesuai dengan syariah”,“Akad yang sesuai dengan syariah
adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian),
riba, zhulum (penganiayaan), risywah(suap), barang haram dan maksiat.”
“Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk
tujuan komersial.”“Akad tabarru‟ adalah semua bentuk akad yang
dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong, bukan semata
untuk tujuan komersial.”“Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk
memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.”“Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib
diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam
akad.”55 Akad-akad inilah yang digunakan dalam perasuransian syariah,
sesuai dengan hukum syariat Islam yang sudah ditetapkan, tidak
merugikan satu dengan lainnya, jauh dari riba, gharar juga maysir dan
bersifat tolong menolong antara nasabah sesuai dengan anjuran islam
yaitu sebagai agama tolong menolong. Maka jika menggunakan Akad
tabarru‟ adalah akad –akad untuk mencari keuntungan akhirat,
55
Ifham Ahmad Sholihin, Lembaga Keuangan Syariah, (Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Anggota IKAPI, Jakarta 2010), hal.411
38
sedangkan Akad tijarah adalah akad untuk mengambil keuntungan yang
dianjurkan oleh hukum muamalah dalam Islam melalui pembagian hasil
yang sudah disepakati antar peserta asuransi dan perusahaan.
e. Landasan Hukum
Landasan hukum yang digunakan oleh perusahaan asuransi
syariah mengacu pada ketentuan pasal 1 ayat 1 UU. No.2 tahun 1992
tentang usaha perasuransian, yang menerangkan bahwa “ asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih,
dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atautanggung jawab melalui pihak ketiga,
yang mungkin akan diderita oleh pihak tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan”.56
Disamping Fatwa Dan Undang-Undang, ketentuan mengenai
asuransi syari‟ah secara teknis juga telah diatur dalam beberapa
keputusan menteri keuangan, antara lain57:
a. Keputusan menteri keuangan RI No. 422/KMK 06/2003 tentang
penyelenggaraan usaha
perusahaan asuransi
dan perusahaan
asuransi.
56
M.Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional : Teori, System,
Aplikasi, dan Pemasaran (Jakarta : Kholam Publishing, 2006),cet.1.
57
(http://www.bapepam.go.id) diakses 21 Juni 2016.h. 15.
39
b. Keputusan menteri keuangan RI No. 424/KMK 06/2003 tentang
kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.
c. Keputusan menteri keuangan RI No. 426/KMK 06/2003 tentang
perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi.
Dalam hal ini perusahaan asuransi dapat menaati kebijakankebijakan tersebut agar terlihat transparan dalam hal penerbitan
polis, keuangan dan perjanjian kepada tertanggung. Selain itu juga
agar para agen asuransi dapat bertanggung jawab sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Mekanisme Kerja Asuransi Syariah
Asuransi syariah sebagai salah satu lembaga syariah, dapat
diartikan sebagai asuransi yang prinsip operasionalnya didasarkan pada
syariat Islam yang mengacu kepada Al-qur‟an dan Al-Hadits. Berkenaan
dengan asuransi syariah ini adalah tentang mekanisme kerja asuransi
syariah. Adapun yang membedakan antara asuransi konvensional dengan
asuransi syariah terletak pada cara kerja yang dilakukan, mulai dari
penyetoran premi, investasi dana, sampai pada pembayaran klaim kepada
peserta asuransi yang tertimpa musibah atau bencana. Semua itu
terangkum dalam konsep mekanisme kerja asuransi syariah. Asuransi
syariah menerapkan kontrak al-mudharabah, yaitu kontrak kerja sama
antara dua pihak (peserta dan perusahaan). Pihak yang satu memiliki
uang/modal (shahibul maal), tetapi tidak dapat mengelola secara
maksimal karena memang tidak memiliki kemampuan dan waktu.
Sementara itu, pihak lain memiliki kemampuan, waktu dan pengalaman
40
yang baik, tetapi kurang memiliki dana. Modal yang dimaksudkan disini
adalah premi yang dibayarkan oleh peserta. Dengan begitu, pihak yang
menerima modal (mudharib) atau perusahaan asuransi hanya berfungsi
sebagai pemegang amanah dari pihak yang memberi modal/peserta untuk
mengelola atau menginvestasikan dananya sesuai dengan aturan-aturan
hukum Islam. Dibawah kontrak al-mudharabah ini, masing-masing pihak
mempunyai peran yang sempurna sehingga memiliki nilai keadilan karena
pihak satu (pemodal) tidak membebani pihak lain atas risiko yang
dihadapi. Namun, semua itu dapat ditanggung secara bersama-sama.
Manakala diperoleh keuntungan, dibagi antara peseta dan perusahaan,
sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.58
Proses mekanisme dana pada asuransi syariah sangat berbeda
dengan asuransi konvensional. Pada asuransi konvensional tidak ada
pemisahan dana peserta dan dana pemegang saham. Sedangkan, pada
asuransi syariah (life insurance) untuk produk-produk yang mengandung
unsur tabungan (product saving), kedua sumber dana ini dipisahkan
secara tegas. Pada mekanisme dana saving terbagi menjadi dalam dua
alur, yaitu alur dana peserta takafuli (DPT) dan alur dana pemegang
saham (DPS). Dana tersebut kemudian diinvestasika oleh perusahaan
dalam suatu kumpulan dana investasi. Hasil investasi dikembalikan secara
proporsional ke masing-masing alur dana (DPT dan DPS), setelah
dilakukan pembagian keuntungan antara peserta sebagai pemilik dana
(shahibul
maal)
dan
perusahaan
58
sebagai
pengelola
(mudharib),
Anwar Khoiril, Asuransi Syariah, Halal&Mashlahat, (Penerbit Tiga Serangkai,
2007), cet.I- Solo, hal 33
41
sebagaimana bagi hasil yang diperjanjikan sebelumnya. Sedangkan
mekanisme non dana saving “tidak ada unsur tabungan”, dana kontribusi
atau iuran peserta yang merupakan dana tabarru‟ atau dana tolong
menolong terkumpul dalam total dana peserta (TDP), kemudian
diinvestasikan oleh perusahaan. Total dana peserta plus investasi yang
dihasilkan kemudian dikurangi dengan beban asuransi (klaim, reasuransi,
dan sebagainya). Keuntungan yang diperoleh dibagi antara peserta
(shahibul maal) dan pengelola (mudharib) dengan skim bagi hasil
sebagaimana yang diperjanjikan sebelumnya. Sedangkan akad yang
digunakan pada mekanisme kerja asuransi syariah dalam investasi
produk-produk asuransi jiwa yang mengandung unsur tabungan, yaitu
akad mudharabah untuk transaksi investasi modal perusahaan, dana
peserta, dan dana tabarru‟, yang diinvestasikan secara langsung ke bankbank syariah, obligasi, dan pasar modal. Jika pada investasi menggunakan
fund manager menggunakan akad wakalah dengn mengeluarkan ujrah
(fee) untuk pengelola (perusahaan).59 Artinya bahwa premi asuransi
saving dan non saving sangat berbeda dalam pengalokasian dana beserta
pengelolaannya dan saving pada asuransi syariah di investasikan pada
saham-saham syariah yang diawasi oleh DPS dan OJK.
Adapun mekanisme pengelolaan dana premi pada unit link
asuransi syariah pada dasarnya merupakan produk asuransi yang
mengandung unsur tabungan (saving) sehingga dalam pengelolaannya
berdasarkan mekanisme pengelolaan dana berbasis tabungan. Dalam
59
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan System
Operasional, (Penerbit Gema Insan Press: Jakarta, 2004), cet.1. hal. 218
42
investasi produk asuransi syariah yang mengandung unsur tabungan. Ada
dua akad yang digunakan yaitu akad mudharabah untuk transaksi investasi
modal perusahaan, dana peserta dan dana tabarru‟ yang biasa
diinvestasikan pada bank syariah, serta obligasi dan pasar modal yang
sesuai syariah. Untuk investasi yang menggunakan fund manager
digunakan akad wakalah dengan mengeluarkan iuran (fee) untuk
pengelola perusahaan.60
Kumpulan dana premi unit link syari‟ah pada perusahaan asuransi
diinvestasikan melalui pembelian unit-unit pada dana-dana investasi yang
tersedia yang dapat dipilih oleh peserta sesuai dengan kebutuhan. Biasnya
pengelolaan dana premi unit link syari‟ah dilakukan oleh eastspring
investments yang berkantor pusat di kuala lumpur, Malaysia. Untuk
penempatan dana investasi, perusahaan asuransi menempatkan dananya
pada perusahaan –perusahaan yang telah menjalankan standar operasional
syari‟ah agar terjaga kehalalan prosesnya serta meminimalisir unsur
gharar dan riba. Sebagaimana termaktub dalam kaidah fiqih: “setiap
mu‟amalah yang di dalamnya terdapat gharar dan jahalah (ketidaktahuan)
maka transaksi itu menjadi batal”.61
Perusahaan asuransi biasanya menawarkan 3 (tiga) jenis investasi
yang dapatdikombinasikan atau dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
pasar, diantaranya yaitu:
60
Amrin, Abdullahal.2006. Asuransi Syariah keberadaan dan kelebihannya di tengah
asuransi konvensional, Jurnal Asuransi Dan Manajemen Resiko Vol 1, No.2, September
2013(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013), hal.172.
61
A.Djazuli. Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam
MasalahMasalah yang Praktis. (Jakarta: Kencana,2006)hal. 39.
43
a. Syari’ah Equity Fund (SEF)
Adalah dana investasi yang bertujuan untuk mendapatkan
hasil investasiyang optimal dalam jangka menengah dan panjang
melalui penempatan dana pada saham-saham berkualitas yang sesuai
prinsip
dengan
syari‟ah
milik
perusahaan
Indonesia
yang
diperdagangkan di Jakarta Islamic Index (JII).
Jakarta Islamic Index adalah indeks saham yang didasarkan
atas prinsip syari‟ah. Saham dalam JII terdiri atas saham-saham yang
keanggotannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja
transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio keuangannya, dan
ketaatannya pada prinsip-prinsip syari‟ah. Kriteria yang digunakan
untuk menentukan saham-saham yang masuk dalam perhitungan
JIIadalah:62
1) Kumpulan saham dengan jenis usaha utama
yang tidak
bertentangan denganprinsip syari‟ah dan sudah tercatat lebih dari 3
bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar)
2) Saham yang berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun memilikirasio kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar
90%.
3) 60 saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar(market capitalization) terbesar selama satu tahun
terakhir.
62
Muhammad HRNafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah, Cet. 2. (Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2009), hal. 260.
44
4) 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir.
Kriteria-kriteria syari‟ah sebagai filter untuk menentukan sahamsaham halal biasanya dikaitkan dengan jenis usaha kegiatan utama
perusahaan, yaitu bisnis utama yang tidak dalam bidang:
1) alkohol;
2) rokok;
3) daging babi;
4) jasa keuangan konvensional;
5) pertahan dan persenjataan;
6) hiburan (hotel, kasino/perjudian, cinema, musik dan sebagainya)
Sedangkan
kriteria
perusahaan
asuransi
dalam
memilih
perusahaan untukmenempatkan dana preminya yaitu antara lain:
1) Merupakan saham unggulan
2) Perusahaan
yang
profesional
dalam
manajemen
maupun
pengelolaankeuangan
3) Masuk dalam kategori perusahaan sehat, yang dilihat dari laporan
rugi laba perusahaan.
4) Memiliki return investasi yang baik
b. Syari’ah Cash and Bond Fund (SCBF)
Adalah dana investasi jangka menengah dan panjang yang
bertujuan untuk mendapatkan hasil investasi yang optimal melalui
penempatan dana dalam mata uang Rupiah melalui instrumen
pendapatan tetap seperti obligasi syari‟ah dan instrumen pendapatan
45
tetap syari‟ah lainnya di pasar modal serta produk-produk pasar uang
syari‟ah.
c. Syari’ah Managed Fund (SMF)
Adalah dana investasi jangka menengah dan panjang yang
bertujuan untuk mendapatkan hasil investasi yang optimal melalui
penempatan dana dalam mata uang rupiah pada instrumen investasi
seperti obligasi, saham dan instrumen pasar uang yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syari‟ah.63
Berdasarkan kutipan diatas bahwa pengalokasian dana pada
asuransi syariah sangatlah sesuai dengan aturan islam yang
diperintahkan, pengaturan dana saving nasabah untuk mendapatkan
hasil yang optimal dalam investasi maka pengalokasian instrumen
investasi menggunakan prinsip-prinsip syariah, semua ini diawasi oleh
OJK dan DPS, sehingga bagi muslim yang mengikuti asuransi syariah
mengetahui dana akan dikelola di tempat yang didalamnya tidak
masuk kedalam unsur haram.
B. Kompetensi SDM di Perusahaan Asuransi
1. Pengertian Kompetensi
Istilah “competency” telah digunakan untuk menunjukkan arti
pengekspresian atau pengungkapan sebagai perilaku sedangkan istilah
“competences”
digunakan
untuk
menunjukkan
ekspresi
standar.
Organisasi-organisasi sektor swasta (the private sector) cenderung
63
Sartika M dan Adinugraha H, Konsep Dan Implementasi Pengelolaan Dana Premi
Unit Link Syaria‟h, (Jurnal Asuransi Dan Manajemen Resiko, Vol 1, No. 2, September 2013),
hal. 32-35
46
menggunakan competency model, sedangkan yang bergerak di sektor
public (the public sector) menggunakan competence model.64
Richard E. Boyatzis65 mengemukakan kompetensi sebagai
karakteristik-karakteristik
dasar
seseorang
yang
menuntun
atau
menyebabkan keefektifan dan kinerja yang menonjol. Adapun menurut
Sinnott et.al66, kompetensi adalah alat pengkritisi dalam tugas kerja dan
pergantian perencanaan. Di tingkat minimum, kompetensi berarti: a)
mengenali kapabilitas, sikap dan atribut yang dibutuhkan untuk
memenuhi staf saat ini dan dimasa depan sebagai prioritas organisasi dan
pertukaran strategis dan b) memfokuskan pada usaha pengembangan
karyawan untuk menghilangkan kesenjangan antara kapabilitas yang
dibutuhkan dengan yang tersedia.
Menurut Yodhia Antariksa67, secara general, kompetensi sendiri
dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill),
atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui
perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi.
Dalam sejumlah literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe,
yakni soft competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan
kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia
serta membangun interaksi dengan orang lain. Contoh soft competency
64
Robinson D Strebler M danHeron P,Getting the Best Out of Your Competencies,
Institute of Employment Studies,(Brighton: University of Sussex, 1997), h. 44
65
Richard E. Boyatzis, A Competencies in The 21st Century, Journal of Management
Development 2008, Vol. 27 No. 1, hal. 5-12
66
George Sinnott, C. et.al, 2002, Competencies, Report of the Competencies
Workgroup, (September 2002, The Department of Civil Service and Governor‟s Office of
Employee Relations), US.
67
Yodhia
Antariksa,
2007,http://strategimanajemen.net/2007/09/06/membangunmanajemen-sdm-berbasis-kompetensi/
47
adalah: leadership, communication, interpersonal relation, dll. Tipe
kompetensi yang kedua sering disebut hard competency atau jenis
kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis
suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk
beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh
hard competency adalah: electrical engineering, marketing research,
financial analysis, manpower planning,dan lain sebagainya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Agen
Tenaga
penjualan
merupakan
ujung
tombak
perusahaan.
Kurangnya kompetensi dari tenaga penjualan dalam mempromosikan
produk
akan
menjadi
hal
yang
sangat
merugikan
perusahaan.
Kristina68menjelaskan bahwa kompetensi dari tenaga penjual adalah dapat
diandalkan (dependable), jujur (honest), memiliki keahlian (expert),
menyenangkan (likeable), memiliki pengetahuan yang baik mengenai
produk, memiliki pengalaman, dan mampu memberikan solusi yang
dibutuhkan pelanggan. Selain kompetensi tersebut, Chow dan Holden69
menambahkan bahwa tenaga penjual yang menyenangkan dan konsisten
merupakan kompetensi yang disukai konsumen. Shephred70 menyebutkan
bahwa kompetensi tenaga penjual meliputi menepati janji, tepat waktu,
layanan purna jual, mudah dihubungi, problem solver, dan mempunyai
68
Alan S Kristina, 2005, “Analisis pengaruh Kepercayaan pengelola Apotek terhadap
Pemasok maupun Tenaga penjualan dalam Membangun Kesetiaan melalui Kepuasan
Pengelola Apotek terhadap Pemasok”, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. IV, No. 3,
Desember 2005.
69
Simeon Chow dan Reed Holden, 1997, “Toward An Understanding of Loyalty: The
Moderating Role of Trust”, Journal of Managerial Issues, Vol. IX, No. 3
70
C. Shepherd David, 1999, “Service Quality And The Sales Force : A Tools For
Competitive Advantage”, Journal Of Personal Selling And Sales Management, 3, (summer).
Hal 73
48
tingkat perhatian/empati yang tinggi. Hasil penelitian Doney dan Cannon71
mengungkapkan bahwa keahlian yang dimiliki oleh tenaga penjual akan
berpengaruh positif dengan kepercayaan terhadap tenaga penjual dan pada
akhirnya akan mempengaruhi keinginan konsumen membeli produk. Hasil
tersebut memperlihatkan bahwa keahlian tenaga penjual merupakan hal
penting dalam meningkatkan penjualan produk perusahaan. Studi Rentz,
dkk72mengungkapkan bahwa tenaga penjual dengan tingkat keahlian dan
kekuatan referensi yang lebih tinggi dipandang lebih bisa dipercaya oleh
pelanggan.
Pengetahuan tentang produk atau pasar sebagai elemen keahlian
tenaga penjual dalam aktivitas penjualan, sering dicatat diantara kriteria
yang paling penting dalam menentukan aktivitas tenaga penjual terhadap
pelanggan. Barker73mengungkapkan bahwa segala kompetensi yang
dimiliki oleh tenaga penjual dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk
mendorong atau menyakinkan pelanggan tetap loyal terhadap perusahaan.
Kompetensi tenaga penjual adalah kemampuan personal yang
berkaitan dengan pengetahuan, keahlian, sikap, nilai, atau karakteristik
personal yang menunjang kinerja penjualan. Hasil penelitian Ferrinadewi
dan Djati74mengungkapkan bahwa kompetensi karyawan merupakan
71
Patricia M Doney dan Joseph P Cannon, 1997, “An Examination of The Nature of
Trust in Buyer-Seller Relationship,” Journal of Marketing, Vol. 61 (April). Hal. 51
72
Joseph O. Rentz, C. David Shepherd, Armen Taschian, Pratibha A. Dabholkar and
Robert T. Ladd, (2002) “A Measuren of Selling Skill: Scale Development and
Validation “, Journal of Personal Selling And Sales Management, Vol. XXII, No. 1
(Winter), Hal 21.
73
Tansu A Barker, 1999. ”Benchmark of Successful Sales Force
Performance”. Canadian Journal of Administrative Science, hal.95-104
74
E dan Djati Ferrinadewi, S.P. 2004. “Upaya Mencapai Loyalitas Konsumen dalam
Perspektif Sumber Daya Manusia”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 6 (1),
Maret: 15-26
49
variabel yang penting dalam memperoleh loyalitas konsumen. Kompetensi
karyawan yang dapat meningkatkan loyalitas konsumen meliputi daya
tanggap, jaminan, empati, dan keterandalan, serta kepercayaan. Selain itu,
Supriyono75mengungkapkan
bahwa
kompetensi
tenaga
penjualan
mendorong munculnya loyalitas konsumen. Semakin baik kompetensi
tenaga penjualan maka semakin tinggi loyalitas konsumen.76 Berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah diungkapkan oleh para peneliti terkait dengan
loyalitas konsumen, maka seorang agen harus memiliki kompetensi yang
berkaitan
dengan
pengetahuan
keasuransian,
sehingga
ia
dapat
menjelaskan dengan baik kepada nasabah sesuai dengan kebutuhannya.
Dan juga memiliki sikap kepribadian yang jujur dan bertanggung jawab.
C. Perwakilan Agen (Wakalah)
1. Pengertian Agen
Menjual ialah masalah yang sifatnya kreatif. Pekerjaan menjual
merupakan keahlian yang tidak mungkin diganti dengan mesin. Pada
zaman modern seperti sekarang ini, seorang penjual yang pandai masih
sangat dibutuhkan. Terlebih dinegara yang sedang berkembang,
pekerjaan penjual sangat dominan sekali, karena mereka dibutuhkan
untuk menjual kelebihan produksi dan tetap menjaga putaran roda
industri. Dengan demikian, penjual bukan hanya sekedar pekerjaan
75
Supriyono. 2008. Analisis Pengaruh Kompetensi Tenaga Penjualan dan Kualitas Jasa
Logistik terhadap Loyalitas Pelanggan: Studi Kasus pada PT. SILKargo Indonesia Cabang
Semarang. Tesis Progam Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/18699/1/Supriyono.pdf
76
Nanda Putri Prameswari, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas
Konsumen Pada Asuransi Prudential di Kota Semarang”, (Skripsi S1 Universitas
Diponegoro,Semarang 2011), hal. 47-48
50
sampingan,
melainkan
penjual
adalah
suatu
pekerjaan
yang
menghasilkan dan sebagai karir dalam hidup yang paling menantang.77
Dalam bisnis jasa asuransi, sebutan seorang penjual produk
asuransi pada umumnya yang sudah dikenal oleh masyarakat adalah
agen, sehingga pada setiap lembaga, khususnya yang bergerak dalam
bidang pemasaran jasa atau ditingkat asosiasi asuransi terdapat divisi
keagenan atau komisi keagenan. Pada umumnya, pemasaran asuransi
diselenggarakan melalui representative perusahaan asuransi yang
dikenal sebagai agen. 78
Dalam buku “Manajemen pemasaran dan tata usaha asuransi”
bahwasanya agen sangat berperan terhadap penawaran produk pada
perusahaan asuransi syariah saat ini. Dimana, agen sangat memberikan
pelayanan dalam menawarkan jasa perlindungan terhadap kebutuhan
financial baik individu maupun kelompok, seperti kebutuhan yang
berkaitan dengan kesehatan maupun harta benda.79
Dalam melakukan pemasaran produk asuransi, kita mengenal
system keagenan (Ordinary Agency System atau Agency Distribution
System).
Karena,
setiap
organisasi
sebuah
perusahaan
akan
menempatkan aspek pemasaran atau sering disebut sebagai agen
asuransi
dalam
mendukung
kelancaran
jalannya
operasional
perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang
77
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran jasa ( Bandung : CV. Alfa
Beta, t.t) hal. 108
78
Winda Rahmawati, Analisis Peranan Agen Dalam Meningkatkan Penjualan Polis
Asuransi Syariah, ( Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang 2015), hal. 57
79
M. Wahyu Prihartono, Manajemen Pemasaran dan Tata Usaha Asuransi
(Yogyakarta : Kanisius, 2001), h. 56
51
pertanggungan semacam asuransi akan selalu menempatkan bidang
pemasaran sebagai tulang punggung penopang kinerja perusahaan.
Dalam sebuah struktur perusahaan asuransi divisi pemasaran/keagenan
merupakan satu divisi tersendiri disamping divisi-divisi lainnya, yang
mempunyai fungsi sebagai agen yang memperkenalkan dan menjual
produk asuransi kepada calon nasabah.80
Secara teori, agen asuransi adalah perwakilan dari perusahaan
asuransi yang dipercaya untuk membuat sebuah kesepakatan antara
nasabah dengan perusahaan asuransi. Polis asuransi adalah janji dari
perusahaan asuransi terhadap tertanggung beserta ahli warisnya yang
tercantum dalam polis asuransi. Agen asuransi adalah orang yang
mendapatkan kepercayaan penuh untuk melakukan pengamatan dan
pendekatan, memberikan penawaran, hingga penjualan. Pada saat agen
asuransi menjalankan kegiatannya, secara semestinya agen membekali diri
dengan pengetahuan produk asuransi beserta kemampuan menerangkan
secara baik, lugas, dan lebih penting lagi secara benar tentang manfaat
pertanggungan, kegunaan asuransi, serta peraturan dalam menjalankan
proses penjualan. Menurut Trieschmann, Hoyt, dan Sommer karena
asuransi merupakan sebuah bisnis yang kompleks, sangat penting bahwa
agen harus terlatih dengan baik dan proses merupakan salah satu syarat
dari tanggung jawab bisnis.81
80
Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah (Jakarta : PT. Grasindo,
Anggota IKAPI,2007).h, 6
81
Olga Marko, Role of Liability insurance in The Enterprise Risk Management:
Journal of DOI: 10.17626/dBEM.ICoM.P00.2015.h.25
52
2. Tugas-tugas Agen
Dalam bisnis asuransi, kualitas individu dan mental dari agen
asuransi jauh lebih berperan.82 Hubungan antara agen asuransi dan
nasabah adalah hubungan jangka panjang. Setelah agen asuransi
memperkenalkan produk, menjelaskan manfaatnya, dan mendaftarkan
nasabah untuk memiliki proteksinya, masih ada tugas lain yang kelak
menanti komitmen si agen. Tugas berikut ini sangat penting dan akan
sangat berarti bagi nasabah, yaitu: berkewajiban untuk melayani dan
membantu nasabah yang bersangkutan berkaitan dengan berbagai hal
terkait dengan asuransi yang dibelinya, termasuk ketika nasabah mau
mengajukan klaim. Di sinilah agen asuransi berperan bukan hanya
sebagai sales, tapi sebagai partner, pelayan, juga konsultan dari
nasabah yang bersangkutan. Hal ini yang dapat dirasakan langsung
manfaatnya oleh nasabah.
Dalam rangka mendistribusikan produk-produk asuransi
syariah sangat dibutuhkan peranan agen yang berkualitas, untuk
meningkatkan jumlah penjualan. Jika sebuah organisasi melakukan
hal ini dengan baik, organisasi ini akan meraih pangsa pasar,
keuntungan, dan ekuitas pelanggan yang baik.83
Dalam perusahaan asuransi, pada umumnya seorang agen
mempunyai tugas yaitu menawarkan dan menjual produk secara
langsung kepada calon nasabah dan memberi informasi selengkap82
Muthohari Nisrina, Panduan Praktis Membeli dan Menjual Asuransi, (Yogyakarta:
PT. Suka Buku, 2012), hal.47.
83
Arti Damisa, Sistem Agency sebagai Strategi Pemasaran di Asuransi Jiwa Bersama
Bumi Putera Syariah Cabang Yogyakarta: Tesis UIN Yogyakarta (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2014), h.6.
53
lengkapnya. Disamping itu juga, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh seorang agen asuransi dan menjadi tugas-tugas yang
harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, yaitu sebagai berikut:
a. Menjelaskan kepada masyarakat tentang arti penting asuransi
dalam kehidupan
b. Menjelaskan tentang apa, siapa, dan bagaimana kinerja perusahaan
asuransi
c. Mendapatkan calon pemegang polis / nasabah sebanyak-banyaknya
d. Memegang kepercayaan, baik oleh perusahaan maupun masyarakat
e. Menjaga nama baik perusahaan asuransi tempat seorang agen
bekerja
Dengan demikian tugas dan tanggung jawab masyarakat
industri asuransi adalah mendidik masyarakat untuk mengerti seluk
beluk asuransi dan menjembatani hubungan antara nasabah dengan
perusahaan. Tentu saja peran tersebut terutama ditanggung oleh para
agen yang berhadapan langsung dengan nasabah dan membawa misi
serta citra asuransi. Sehingga tugas dan fungsi agen menjadi semakin
penting, bukan hanya dalam tugasnya akan tetapi sebagai tulang
punggung pemasaran perusahaan, tapi juga sebagai “Pendidik” bagi
masyarakat dalam berasuransi. Oleh karena itu para agen harus cerdas,
jujur, amanah dalam memberikan pengetahuan produk asuransi
kepada masyarakat. Karena dengan begitu masyarakat akan datang
dengan sendirinya dan menyadari akan pentingnya berasuransi bagi
kehidupannya.
54
3. Kode Etik Agen Asuransi Syariah
Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai dan juga aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan
baik juga apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode
etik menyatakan perbuatan apa saja yang benar atau salah, perbuatan
apa yang harus dilakukan dan perbuatan apa yang harus dihindari.
Atau secara singkatnya definisi kode etik yaitu suatu pola aturan, tata
cara, tanda, pedoman etis ketika melakukan suatu kegiatan atau suatu
pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman berperilaku.
Pengertian kode etik yang lainnya yaitu, merupakan suatu
bentuk aturan yang tertulis, yang secara sistematik dengan sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan ketika
dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi berbagai
macam tindakan yang secara umum dinilai menyimpang dari kode
etik tersebut. Tujuan kode etik yaitu supaya profesional memberikan
jasa yang sebaik-baiknya kepada para pemakai atau para nasabahnya.
Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan dari yang tidak
profesional. Menurut pendapat ketut sendra dalam bukunya panduan
menjual asuransi mendefinisikan bahwa etik adalah moral dan etos
yang merupakan karakter yang diinginkan. Etik merupakan cabang
dari ilmu filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai hakikat hidup
manusia, cita-cita hidup manusia, atau pandangan hidup setiap
manusia. Dewan asuransi Indonesia telah menetapkan suatu kode etik
55
bagi agen asuransi jiwa dan kesehatan yang disebut “ kode etik agen”,
di mana isi dari kode etik tersebut adalah sebagai berikut.84
a. Menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan
dengan bersikap ramah, sopan, tertib, dan jujur dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaan, serta berusaha dengan
kemampuan atau pengetahuan yang ada meningkatkan kesadaran
berasuransi bagi masyarakat dan memajukan perusahaan yang
diwakili.
b. Berjanji tidak melakukan pekerjaan atau tugas rangkap untuk
perusahaan asuransi jiwa lainnya.
c. Mengutamakan kepentingan para pemegang polis dan perusahaan
dengan selalu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
pemegang polis maupun kepada mereka yang ditunjuk untuk
untuk menerima faedah asuransi.
d. Menggunakan cara yang layak dan tidak melanggar kode etik
untuk mendapatkan atau menutup calon pemegang polis dan
dengan tugas akan menolak segala cara yang dapat menurunkan
derajat profesi aparat pemasaran asuransi jiwa serta tidak akan
memberikan
pernyataan-pernyataan
dan
janji-janji
yang
menyimpang dari ketentuan polis yang ada.
e. Berusaha meningkatkan kemahiran sebagai seorang agen dengan
menguasai berbagai hal yang menyangkut peraturan-peraturan
perasuransian serta secara terus-menerus menambah ilmu
84
Abdullah Amrin SE, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, (Grasindo Gramedia
Widia Sarana Indonesia), hal. 178-179
56
pengetahuan terutama yang menyangkut dibidang asuransi.
f. Menyadari bahwa apabila kami melanggar kode etik dapat
dikenakan sanksi pencabutan izin usaha atau lisensi keagenan
kami.
Adapun menurut Asosiasi asuransi jiwa indonesia mengenai
kode etik agen asuransi jiwa, sesuai dengan surat keputusan No.12
/AAJI / 2004 bahwa kode etik agen adalah suatu kepribadian yang
menjiwai agen sebagai kepanjangan tangan perusahaan dalam
menawarkan jasa asuransi jiwa kepada masyarakat. Isi dari surat
keputusan tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Kami agen asuransi jiwa dengan tulus dan ikhlas menyatakan
akan bersikap dan berperilaku sebagaimana butir-butir kode etik
agen dibawah ini.
b.
Mengikuti asuransi jiwa memberikan suatu yang tidak pasti
menjadi pasti dengan diberikan jaminan perlindungan untuk hari
tua dan keperluan suatu saat yang sangat diperlukan, karena itu
agen tidak akan memberikan penjelasan yang bersifat dapat
menyesatkan masyarakat.
c.
Tingkat kesadaran masyarakat berasuransi jiwa tidak lepas dari
tingkat kemampuan agen dalam memberikan penjelesan yang
tidak bersifat bujukan atau paksaan, cara pemberian pelayanan,
sikap menempatkan kepentingan masyarakat, sebelum dan selama
asuransi berlaku. Karena itu agen akan selalu belajar menambah
wawasan dan meningkatkan kemampuan, akan memberikan
57
pelayanan sebaikbaiknya serta akan menempatkan kepentingan
masyarakat, khususnya kepentingan pemegang polis diatas
kepentingan pribadi.
d.
Perilaku agen akan sangat mempengaruhi tingkat ketahanan
pemegang polis untuk tetap mendapat manfaat asuransi jiwa.
Karena itu agen tidak akan melakukan tindakan yang bersifat
dapat merugikan pemegang polis maupun teman seprofesi agen.
e.
Profesi agen sebagai usaha penunjang, merupakan kepanjangan
tangan dan ujung tombak perusahaan asuransi jiwa, yang dapat
menciptakan lapangan kerja dan memberi sumber penghasilan
bagi para agen. Karena itu agen merasa ikut memilki, dan akan
menjaga
nama
baik
serta
bertanggung
jawab
untuk
mengembangkan perusahaan asuransi jiwa yang di ageni.
f.
Agen sebagai profesi akan menjaga nama baik profesi agar
profesi agen dapat berperan serta secara aktif dalam menghimpun
dana untuk keperluan pembangunan nasional. Kami para agen,
akan berperilaku sebagaimana butir-butir kode etik diatas, dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab tanggung jawab kepada
tuhan yang maha esa, tanggung jawab kepada diri sendiri dan
keluarga, tanggung jawab kepada pemerintah, tanggung jawab
kepada perusahaan yang diageni dan tanggung jawab kepada
rekan seprofesi.85
85
SK No.12/AAJI/2004 tanggal 24 agustus 2004 tentang Kode Etik Agen Asuransi
Jiwa Indonesia dan ikrar bersama perusahaan asuransi jiwa anggota AAJI.
58
4. Tanggung Jawab Agen
Profesi agen asuransi
berbeda dengan karyawan pada
umumnya. Seorang karyawan bekerja dengan imbalan gaji yang rutin
diterima setiap bulan, sedangkan agen asuransi merancang sendiri
pendapatannya berdasarkan prestasi yang dicapainya.Berbagai macam
pengetahuan menjadi bekal bagi seorang agen untuk menjalankan
tugasnya untuk terjun di tengah masyarakat. Berkenaan dengan
tugasnya, seorang agen asuransi mempunyai beberapa tanggung jawab
seperti berikut ini:
a. Tanggung jawab agen asuransi pada diri sendiri ditunjukkan dengan
kesediaan
untuk
mengembangkan
diri
dan
belajar
secara
berkesinambungan untuk memperbarui kompetensi diri di bidang
keahliannya.
b.
Tanggung jawab agen asuransi pada perusahaan ditunjukkan dengan
penguasaan produk serta regulasi yang mengaturnya, sehingga
terhindar dari tuntutan hukum maupun timbulnya citra buruk akibat
kesalahan agen. Agen asuransi juga bertanggung jawab pada tugas dan
target yang disepakati bersama dengan perusahaan.
c.
Tanggung jawab agen asuransi pada pemegang polis di tunjukkan
dengan menjaga komunikasi dan hubungan baik dengan pemegang
polis, sehingga apabila terjadi masalah terkait dengan polisnya, agen
asuransi dapat membantu untuk mencarikan solusi. Perlu diingat
bahwa uang bukanlah satu-satunya alasan bagi agen asuransi
profesional ketika memberikan pelayanan yang baik kepada pemegang
59
polis. Misi sosial dan nilai-nilai spiritual bisa menjadi alas an bagi
agen asuransi dalam bekerja.
d.
Tanggung jawab agen asuransi pada masyarakat ditunjukkan dengan
memberikan penjelasan yang benar tentang produk maupun hak dan
kewajiban pemegang polis. Intinya dalam menjalankan tugas
profesionalnya di masyarakat, agen asuransi harus berpijak pada
regulasi intern perusahaan maupun regulasi dalam industry asuransi,
termasuk kode etik yang berlaku dalam profesinya.86
Dengan berpijak pada tanggung jawab agen asuransi di atas,
kecil
kemungkinan
seorang
agen
asuransi
akan
mengalami
permasalahan, baik dengan perusahaan maupun nasabahnya. Bahkan
dengan melayani nasabah dengan sebaik – baiknya, ini akan menjadi
nilai lebih seorang agen, sehinga nasabahnya tidak akan berkeberatan
untuk mereferensikan keluarga atau relasinya untuk membeli asuransi.
Secara tidak langsung ini akan mempermudah cara menjual asuransi
yang efektif.
D. Kompetensi Agen
1. Leadership (Kepemimpinan)
a.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
sebuah proses
pengarahan
dan
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para
anggota kelompok.87 Adapun Timpe88 menyatakan bahwa pemimpin
86
Sugeng Widodo, Mindset Sukses Agen Asuransi, (PT Gramedia Pustaka Utama,
2011), hal. 9.
87
HuseinUmar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), hal. 31.
60
adalah orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan
motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang,
tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan.
Pandangan lain terkait kepemimpinan dikemukakan oleh
Thoha89 yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai
proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan
dengan tugas dari para anggota kelompok. Dari penjelasan di atas
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemimpinan
merupakan
proses
mempengaruhi atau menggerakkan bawahan agar mau melaksanakan
apa yang diinginkan atau diharapkan oleh pimpinan tersebut.
Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi dan sekaligus juga
mampu mengarahkan orang lain untuk bekerjasama mencapai tujuan
organisasi.
Kepemimpinan
sebagai
sebuah
seni
yang
produktif
dikemukakan oleh Siagian90 yang menyatakan „Leadership adalah
gaya
atau
style
mengkoordinasikan
seorang
dan
manajer
membina
untuk
bawahannya
mengarahkan,
agar
mau
bekerjasama dan bekerja produktif. Wirawan dalam bukunya Teori
Kepemimpinan91 menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan dalam
organisasi mencakup:
88
Timpe A. Dale, The Art and Science of Business Management Performance, (New
York: Kend Publishing,1999), hal. 13.
89
Miftahal Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen : Suatu Pendekatan Perilaku.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 80.
90
Sondang Psiagian, Organisasi, Kepemimpinan Dan Perilaku Administrasi Edisi 11.
(Jakarta: CV Haji Masagung,1994)hal. 20
91
Wirawan, Kopita Selekta Teori Kepemimpinan. (Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia
dan Uhamka Press, 2002), hal. 95
61
1) Menciptakan visi organisasi, sejumlah pemimpin menciptakan visi
organisasi dengan mempelajari perkembangan masa lalu, masa
kini dan memproyeksikannya kemasa depan. Tahapan penciptaan
atau pengembangan visi meliputi:
a) Melakukan analisa SWOT terhadap lingkungan internal dan
eksternal dari sistem.
b) Dari hasil analisa SWOT kemudian ditentukan posisi
organisasi terhadap lingkungan.
c)
Mendefinisikan kemungkinan peluang dan mendefinisikan
visi organisasi.
2) Mengembangkan budaya organisassi untuk mencapai tujuan
organisasi, seorang pemimpin dan bawahannya harus berpikir,
bersikap dan bertindak sesuai dengan norma-norma yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan organisasi.
3) Menciptakan keutuhan atau sinergi, pemimpin dalam organisasi
harus mampu memanajemen konfliks yang terjadi agar dapat
berkembang kearah yang lebih konstruktif.
4) Memberdayakan bawahan, pemberdayaan merupakan tindakan
membangun, mengembangkan dan meningkatkan daya atau
kekuasaan melalui kerjasama. Pemberdayaan menurut Armentano
dalam Wirawan92 akan menghasilkan peningkatan hasil kerja,
perbaikan proses kerja, pengurangan biaya, peningkatan kepuasan
kerja, berkurangnya tuntutan dan penyebaran ilmu pengetahuan.
92
Wirawan, Kapita Selekta Teori Kepemimpinan. (Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia
dan Uhamka Press, 2002), hal.102
62
5) Menciptakan perubahan, target perubahan dalam kepemimpinan
antara lain visi dan misi, strategi dan rencana operasional, struktur
organisasi dan pembagian tugas, teknologi dan produk sistem
sosial.
6) Memotivasi bawahan, pemimpin yang efektif akan selalu berupaya
memotivasi bawahan agar mau bergerak untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Efektifitas kepemimpinan menurut Timpe dalam Hasibuan93 terdiri
dari:
1)
Cara komunikasi
2)
Pemberian motivasi
3)
Kemampuan memimpin
4)
Pengambilan keputusan
5)
Kekuasaan yang positif
Tugas seorang pemimpin adalah menyatukan semua personil yang
bekerja di organisasi dan mengkoordimasikan mereka dalam upaya untuk
meraih hasil yang dikehendaki. Pekerjaan sebagai tenaga penjualan
sangat menantang karena ketatnya persaingan dan cepatnya perubahan di
industri asuransi sehingga mendorong pimpinan untuk mengenali hal-hal
apa sajakah yang diperlukan oleh tenaga penjualan agar menjadi lebih
produktif dengan tetap memperhatikan hubungan dengan para pelanggan.
Berbagai teori pendekatan kepemimpinan tersebut menghasilkan
suatu analisa perilaku yang disebut dengan gaya kepemimpinan yaitu
93
Timpe A. Dale, The Art and Science of Business Management Performance(: New
York: Kend Publishing, 1999)hal.249
63
pola perilaku yang konsisten yang ditunjukkan oleh pimpinan dan
sebagai yang diketahui oleh pihak lain ketika pemimpin berusaha untuk
mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Perilaku ini dikembangkan
setiap saat dan yang dipelajari oleh pihak lain untuk mengenal kita
sebagai
pemimpin,
gaya
kepemimpinan
kita
atau
kepribadian
kepemimpinan kita. Pola umum yang biasanya muncul dalam perilaku
kepemimpinan adalah perilaku tugas dan perilaku hubungan94 Perilaku
tugas adalah perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan
merumuskan peranan-peranan dari anggota kelompok atau para pengikut,
menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing
anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakan dan bagaimana tugastugas dicapai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang tepat
adalah jenis organisasi, sifat dasar tugas, karakteristik kelompok dan
yang penting adalah kepribadian pemimpin. Pendekatan berorientasi
pada tugas (otokratis, pengawasan dan transaksional) merupakan contoh
gaya kepemimpinan terbaik dalam situasi darurat atau kondisi kritis atau
apabila pemimpin memiliki kekuasaan, pendukung formal dan tugas
yang cukup tertata dengan baik. Dalam kondisi seperti ini, kelompok siap
untuk diarahkan dan diberitahu tentang apa yang harus dilakukan95
Sedangkan dalam situasi yang kurang tertata dengan baik atau situasi
yang tidak menentu dimana hasil yang ditimbulkan bergantung pada
94
Miftahal Thoha, Kepemimpinan Dalam Manajemen: Suatu Pendekatan Perilaku
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995) hal.40
95
Michael Armstrong, Strategic Human Resource Management. Edisi Bahasa
Indonesia, terjemahan Ati Cahayani, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2003)hal. 89
64
kerja sama yang baik antara kelompok, maka gaya kepemimpinan yang
lebih menjaga hubungan baik (demokratis, pemberi wewenang,
transformasional) akan bisa mencapai hasil yang baik.Mengingat fungsi
tenaga penjualan sangat vital bagi keberhasilan perusahaan, para praktisi
telah
lama
berupaya
mengidentifikasi
variabel-variabel
yang
mempengaruhi kinerja individu tenaga penjual.
b. Gaya Kepemimpinan
1) Gaya Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinan transaksional diartikan bahwa para
bawahan telah setuju dengan menerima atau patuh pada sang
pemimpin sebagai penghargaan atas pemberian pujian. Penghargaan
dan pengakuan diberikan bergantung pada keberhasilan para
bawahan menjalankan peran dan tugas mereka96
2) Gaya Kepemimpinan Transformasional
Sebuah paradigma baru mengenai kepemimpinan muncul pada
akhir
tahun
1970an.
Burns
dalam
Pawar
dan
Eastman97
mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional
dan
transaksional dengan berlandaskan pada pendapat Maslow mengenai
hirarki kebutuhan manusia, dengan alasan bahwasanya kebutuhan
karyawan yang lebih rendah seperti kebutuhan fisologis dan rasa
96
P, MacKenzie Podsakoff, S.B dan Bommer, W.HAL.Transformational Leader
Behavior and Substitutes for leadership as Determinants of Employee satisfaction, Commitment,
Trust and Organizational Citizenship Behaviors, Journal of Management, (t.tp, 1996) hal.259298.
97
B.S. Pawar and Easman, KK. The Nature and Implication of Contextual Influences on
Transactional Leadership: A Conceptual Examination (Academy of Management Review,1997)
hal.109.
65
aman hanya dapat dipenuhi melalui praktek gaya kepemimpinan
transaksional. Sebaliknya untuk kebutuhan yang lebih tinggi seperti
harga diri dan aktualisasi diri hanya dapat dipenuhi melalui gaya
kepemimpinan transformasional. Pekerjaan sebagai tenaga penjual
memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan pekerjaan lain.
Tenaga penjual mengalami lebih banyak stress peran sehingga harus
menghadapi tantangan emosi yang lebih berat. Disamping itu, tenaga
penjual biasanya bekerja tanpa pengawasan langsung tetapi mereka
harus bekerja dengan rekan sekerja yang beragam. Tenaga penjual
memiliki kecenderungan untuk mengalami “kebosanan” karir.
Kepemimpinan transformasional akan efektif untuk situasi kerja
seperti ini karena kepemimpinan transformasional dapat mengurangi
stress dan kebosanan pegawai Kepemimpinan transformasional juga
berperan penting dalam menanamkan nilainilai yang menjadi
tuntunan
sikap
pegawai
meskipun
mereka
tidak
dibawah
pengawasan langsung98
Sejauhmana seorang pemimpin dikatakan sebagai pemimpin
transformasional, Bass99 mengemukakakan bahwa hal tersebut dapat
diukur dalam hubungan dengan pengaruh pemimpin tersebut
berhadapan dengan karyawan.
98
B.M. Bass dan R.E. Riggio,Transformational Leadership. Second Edition. (New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2006), hal.132
99
Ibid.,hal.132
66
2. Communication
Istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris adalah “Communication”
berasal dari Bahasa latin Communicatio yang berarti pemberitahuan,
pemberian bagian, pertukaran dimana si pembicara mengharapkan
pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam Mulyana100
menyatakan bahwa, “Komunikasi ialah transmisi informasi, gagasan,
emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan simbolsimbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau
proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
Menurut Robbins101 menyatakan bahwa komunikasi merupakan
sebuah pentransferan makna maupun pemahaman makna kepada orang
lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasa-bahasa tertentu
sehingga orang yang menerima informasi memahami maksud dari
informasi tersebut. Menurut James G. Robbins dan Barbara S.
Jones102dalam
bukunya
Effective
for
Today
Manajer,
bahwa:
“Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan
penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti
atau makna. Komunikasi pada prinsipnya mengadakan hubungan sesuai
dengan perkataan di atas disebutkan pemindahan atau penyampaian atau
pengoperan lambang-lambang (biasanya dalam bentuk kata-kata) untuk
100
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Cetakan Ke-14. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), h.62
101
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaja. Jakarta:
Prenhallindo, 1996) h. 6
102
James G dan Jones Robbin, Babara S. Effective Communication for Today Manager.
Terjemahan R. Truman Sirait. (Jakarta: Tulus Jaya, 1982), h. 32
67
merubah tingkah laku orang lain. Miftah Thoha103 menyatakan
komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau
informasi dari seseorang keorang lain.
Dari uraian tersebut di atas terlihat adanya cara menyampaikan
maksud yaitu dengan cara merumuskan komunikasi sebagai tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang
yang mengandung arti atau makna.Komunikasi yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah komunikasi pemasaran.
a. Pengertian Komunikasi Pemasaran
Kotler dan Keller104 mendefinisikan komunikasi pemasaran
sebagai
aktifitas
yang
berusaha
menyebarkan
informasi,
mempengaruhi atau membujuk, mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan
loyal
pada produk/
jasa
yang ditawarkan
perusahaan
yang
bersangkutan.
Komunikasi pemasaran merupakan salah satu usaha untuk
menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sebagai
sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran
memegang peranan yang sangat penting bagi pemasar. Tanpa
komunikasi, konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan tidak
akan mengetahui keberadaan produk pasar.
103
Thoha Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2005) , h. 167
104
Philip Kotler, dan K.L. Keller,Manajemen Pemasaran Edisi ke 13 Jilid 1. (Jakarta:
Erlangga, 2008), hal 172
68
b. Konsep Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran memiliki empat kiat utama105, yaitu:
1) Periklanan (Advertising)
Periklanan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang
didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk dan
disusun
sedemikian
rupa
sehingga
menimbulkan
rasa
menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk
melakukan pembelian dan juga merupakan salah satu bentuk
promosi yang paling banyak digunakan dalam mempromosikan
suatu produk atau jasa.
Konsep periklanan dalam komunikasi pemasaran adalah
dengan menggunakan berbagai media cetak maupun elektronik.
Kedua indikator ini merupakan kategori dominan yang sering
digunakan dalam periklanan.
2) Promosi Penjualan (Direct Marketing)
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi yang langsung
melalui penggunaan berbagai insentifitas dan dapat diatur untuk
merangsang pembelian produk dengan cara meningkatkan jumlah
barang yang dibeli.
105
Ibid.,
69
3) Pemasaran Langsung (Sales Promotion)
Pemasaran langsung merupakan pemasaran yang bersifat
interaktif dan memanfaatkan salah satu atau beberapa media iklan
untuk menimbulkan respon yang terukur.
4) Penjualan Personal (Personal Selling)
Penjualan personal merupakan komunikasi langsung atau
tatap
muka
antara
penjual
dan
calon
pembeli
untuk
memperkenalkan suatu produk atau jasa kepada calon pelanggan
dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga
mereka kemudian akan mencoba membelinya.
3. Interpersonal Relation
a. Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah interaksi antara seseorang
dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi sebagai
motivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga dicapai
kepuasan ekonomi, psikalogis dan social (Robbins, 1996).106
Hubungan interpersonal adalah hubungan antar individu satu dengan
individu lainnya dalam sebuah interaksi sosial dimana interaksi
sosial tersebut bisa terdiri dari satu orang maupun lebih. Hubungan
interpersonal dapat berupa komunikasi baik verbal maupun non
verbal. Kemampuan hubungan interpersonal adalah kemampuan
106
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaja (Jakarta:
Prenhallindo, 1996), hal.53
70
seorang individu untuk membangun sebuah hubungan dengan
individu lainnya dalam sebuah interaksi sosial.
Tujuan dibinanya hubungan antar manusia dalam organisasi
yaitu untuk mencegah timbulnya konflik antar pribadi dalam
organisasi tersebut yang biasanya dapat merugikan kelangsungan
aktivitas organisasi.
b. Faktor Pembentuk Hubungan Interpersonal
Rakhmat107 menyebutkan bahwa hubungan interpersonal yang
baik harus dibangun atas tiga faktor berikut, antara lain: percaya,
sikap suportif dan sikap terbuka.
1) Percaya (trust)
Untuk menumbuhkan atau membangun sebuah hubungan, antara
orang
yang
melakukan
hubungan
tersebut
harus
saling
mempercayai. Hal ini bisa dilakukan dengan cara saling
mengungkapkan labih banyak tentang pikiran, perasaan dan
reaksi mereka tehadap situasi yang mereka hadapi. Atau dengan
cara saling menunjukkan penerimaan, dukungan dan kerjasama.
Tanpa adanya rasa saling percaya, tidak akan ada rasa pengertian.
Hal
tersebut
akan
menghambat
perkembangan
hubungan
interpersonal yang akrab. Tingkat kepercayaan dalam melakukan
suatu hubungan akan berubah-ubah sesuai dengan kemampuan
individu untuk mempercayai dan dapat dipercaya.
107
Jalauddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung: Rosdakarya,2005)
71
2) Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Orang yang defensif akan cenderung lebih banyak
melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi
komunikan ketimbang memahami pesan orang lain. Orang yang
bersikap defensif biasanya disebabkan oleh faktor-faktor personal
seperti ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah dan
sebagainya. Rakhmat108 menjelaskan tentang sikap defensive
dengan perilaku suportif, terdapat beberapa perilaku yang
menimbulkan perilaku suportif, perilaku tersebut antara lain
deskripsi,
orientasi
masalah,
spontanitas,
persamaan,
dan
profesionalisme.
3) Sikap Terbuka
Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita
terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau
perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja disaksikan.
Rakhmat109 sendiri menjelaskan karakteristik dari sikap terbuka
antara lain:
a) Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan
ketetapan logika.
108
109
Jalauddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung: Rosdakarya,2005)
Jalauddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung: Rosdakarya,2005)
72
b) Mampu membedakan dengan mudah mana yang benar, salah
atau tengah-tengah.
c) Berorientasi pada isi. Orang yang bersikap terbuka akan
melihat apa yang dibicarakan bukan siapa yang berbicara.
d) Mencari informasi dari berbagai sumber. Orang yang terbuka
tidak akan hanya mempercayai sumber informasi mereka
sendiri, namun mereka akan meneliti tentang orang lain dari
sumber yang lain.
e) Lebih
bersifat
provisional
dan
bersedia
mengubah
kepercayaannya.
f) Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaannya. Orang yang terbuka akan mencari informasi
yang tidak sesuai dengan pendapatnya dan akan mencari
kebenaran informasi tersebut.
4. Pemahaman Produk
a. Pengertian Pengetahuan Produk
Pengetahuan produk diperlukan sebagai dasar suksesnya suatu
produk, biasanya melalui penggunaan dan keterlibatan pada suatu
produk. Pengetahuan konsumen tentang suatu produk yang
diharapkan dapat mempengaruhi kepuasan secara positif, sebab
suatu pengetahuan akan membuat tentang produk akan lebih
realistis.
73
Pengetahuan produk menurut Sumarwan110 adalah “kumpulan
berbagai informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi
kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur
produk, harga produk dan kepercayaan mengenai produk”.
Pengetahuan produk akan menjadi sumber bagi konsumen untuk
terciptanya rasa percaya pada produk, dengan adanya pengetahuan
tentang produk konsumen akan mengetahui dan percaya bahwa
produk yang dikonsumsi bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan
sehingga konsumen yang memiliki pengetahuan tentang produk
tersebut akan melakukan keputusan pembelian ulang.
b. Jenis Pengetahuan Produk
Jenis pengetahuan produk menurut Peter & Olson111 antara
lain:
1) Pengetahuan tentang karakteristik atau atribut produk
Atribut suatu produk dibedakan menjadi atribut fisik dan atribut
abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu
produk, misalnya ukuran.
Atribut abstrak menggambarkan
karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi
konsumen.
110
UjangSumarwan, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.
(Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2003), hal.13
111
Peter dan Olson,Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran.
D.
Sihombing (penerjemah). Consumen Behavior. (Jakarta:Gelora Aksara Pratama.,1996)
74
2) Pengetahuan tentang manfaat produk
Pengetahuan tentang manfaat produk, pengetahuan tentang
manfaat produk penting bagi konsumen karena pengetahuan ini
akan mempengaruhi keputusan pembeliannya sehingga pemasar
perlu menyampaikan informasi mengenai apa manfaat produk
bagi konsumen. Konsumen akan merasakan dua jenis manfaat
setalah mengkonsumsi suatu produk, yaitu manfaat fungsional
(manfaat yang dirasakan konsumen secara fisiologis, seperti
minuman teh sosro akan menghilangkan rasa haus) dan manfaat
psiko-sosial (aspek psikologis (perasaan, emosi, dan mood) dan
aspek sosial (persepsi konsumen terhadap bagaimana pandangan
orang lain) yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi
suatu produk).
3) Pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan produk kepada
konsumen
Untuk mengetahui suatu kepuasan yang diberikan produk kepada
konsumen adalah jika suatu produk akan memberikan kepuasan
kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau
dikonsumsi
oleh
konsumen.
Agar
produk
tersebut
bisa
memberikan kepuasan yang maksimal dan kepuasan yang tinggi
kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau
mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Kesalahan yang
dilakukan oleh konsumen dalam menggunakan suatu produk akan
menyebabkan produk tidak berfungsi dengan baik. Ini akan
75
menyebabkan konsumen kecewa, padahal kesalahan terletak pada
diri konsumen. Produsen/ pemasar tidak menginginkan konsumen
menghadapi hal tersebut karena itu produsen/ pemasar sangat
berkepentingan untuk memberitahu konsumen bagaimana cara
menggunakan produknya dengan benar.
5. Pemahaman Akad Syari’ah
a. Pengertian Akad Syari’ah
Akad berasal dari lafal Arab al-„aqd yang berarti perikatan,
perjanjian dan pemufakatan al-ittifaq. Pada asuransi syariah, akad
yang melandasinya bukan akad jual-beli (aqd tabaduli), atau akad
mu‟awadhah sebagaimana halnya pada asuransi konvensional, tetapi
yang melandasinya adalah akad tolong-menolong (aqd takafuli)
dengan menciptakan instrumen baru untuk menyalurkan dana
kebajikan melalui Akad tabarru‟.112
Kontrak dalam bahasa arab disebut dengan aqad, yaitu
perpaduan antara penawaran (ijab) dan penerimaan yang merupakan
suatu cara yang efektif untuk melakukan akuisisi terhadap
kepemilikan dan pemindahan harta benda. Dengan begitu, akad
menjadi sumber kewajiban yang harus dipenuhi, sesuai perintah Allah
SWT,” wahai orang-orang yang beriman penuhilah janji-janji…” (QS
Al-Mai‟dah:1).
113
Az-Zarqa menyatakan bahwa dalam pandangan
112
Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional. Jakarta: Gema Insani. h. 42
113
Khoiril Anwar, Asuransi Syariah, Halal dan Mashlahat, (Tiga Serangkai: t.tp, 2007)
hal. 33
76
syara‟, suatu akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan
oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk
mengikatkan diri. Kehendak atau keinginan pihak-pihak yang
mengikatkan diri itu sifatnya tersembunyi dalam hati. Oleh sebab itu,
untuk menyatakan kehendak masing-masing harus diungkapkan dalam
suatu pernyataan. Pernyataan pihak-pihak yang berakad disebut
dengan ijab qabul. Ijab adalah pernyataan pertama yang dikemukakan
oleh salah satu pihak, yang mengandung keinginannya secara pasti
untuk mengikatkan diri. Sedangkan, qabul adalah pernyataan pihak
lain setelah ijab yang menunjukkan persetujuannya mengikatkan
diri.114 Sementara itu pada asuransi syariah, akad yang melandasinya
adalah akad tolong menolong (aqd takafuli) dengan menciptakan
instrument baru untuk menyalurkan dana kebajikan melalui Akad
tabarru‟ “hibah”.
b. Jenis Akad
Berdasarkan fatwa No.21/ DSN-MUI/ X/ 2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah, telah ditetapkan bahwa akad yang
dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas Akad tijarah
dan atau Akad tabarru‟.
1) Akad tabarru’
Akad tabarru‟ pada asuransi syariah adalah semua bentuk akad
yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan
tolong
menolong
antar
114
peserta
bukan
dengan
tujuan
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan System
Operasional, (Penerbit Gema Insan Press, Jakarta, 2004), cet.1. hal. 39
77
komersial115Dalam hal ini, dana tabarru‟ merupakan kumpulan dari
premi tabarru‟ (sejumlah uang yang diserahkan pemegang polis
atau peserta asuransi yang secara tulus iklhlas dan tidak untuk
diminta kembali, yang ditujukan untuk menolong menolong) yang
mana perusahaan itu berkewajiban untuk mengelola dana tabarru‟.
Salah satu prinsip dasar pada asuransi syariah ialah prinsip
saling melindungi dari berbagai kesusahan. Dengan adanya dana
tabarru‟ dari peserta asuransi syariah, maka semua dana untuk
menanggung resiko dihimpun oleh para peserta sendiri. Premi yang
terkumpul dari pemegang polis merupakan milik peserta setelah
dikurangi pembiayaan dan fee (ujrah) perusahaan. Sebab pada
hakikatnya perusahaan hanya bertindak sebagai pemegang amanah
untuk mengelolanya dengan akad wakalah dalam kaitan ini al
wakalah bil ujrah.116 Wakalah bil ujrah merupakan pemberian
kuasa dari peserta asuransi kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana peserta dengan pemberian ujrah dan dapat
diterapkan pada produk asuransi yang mengandung unsur tabungan
maupun unsur non-tabungan.117
2) Akad tijarah
Akad tijarah adalah perjanjian yang berorientasi pada
keuntungan atau profit dalam pelaksanaan transaksinya. Akad
115
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah.
116
Muhammad Amin. 2006. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional: Teori,
Sistem, Aplikasi dan Pemasaran. Jakarta: Kholam Publishing. h. 61
117
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad
Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.
78
tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan
komersial.118
Dalam Akad tijarah, perusahaan bertindak sebagai mudha‟rib
(pengelola) dan peserta bertindak sebagai sha‟hibul mal (pemegang
polis). Jenis Akad tijarah yang biasanya diterapkan dalam praktek
asuransi terdiri dari akad mudharabah dan wakalah bil ujrah.
Mudharabah adalah suatu akad antara pemilik harta yang
memberikan kepada mudharib (orang yang bekerja atau pengusaha)
suatu harta supaya dia mengelola dalam bisnis dan keuntungan
dibagi antara kedua belah pihak. Penerapan akad mudharabah
dalam bisnis asuransi syariah terwujud saat dana yang terkumpul
dalam perusahaan asuransi itu diinvestasikan dalam wujud usaha
yang diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit).
Prinsip dalam akad mudharabah ini adalah profit loss sharing,
maka
jika
dalam
investasinya
mendapatkan
keuntungan,
keuntungan tersebut dibagi bersama sesuai dengan porsi (nisbah)
yang disepakati. Sebaliknya jika dalam investasinya mengalami
kergian (loss atau negative return) maka kerugian tersebut dipikul
bersama antara peserta asuransi dan perusahaan.
Akad wakalah bil ujrah dalam bisnis asuransi syariah
merupakan akad wakalah (pemberian kuasa) dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan
memperoleh imbalan (ujrah/fee). Perusahaan asuransi syariah
118
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah.
79
memperoleh ujrah dari pengelolaan dana akad tabarru.Perusahaan
menerima wewenang penuh dari peserta untuk melakukankegiatan
pengelolaan atas risiko dan dana tabarru. Dalam hal apabila terjadi
defisit pada dana tabarru‟, maka perusahaan memberikan al Qardh
al-Hasan.119
Jenis Akad tijarah dapat diubah menjadi jenis Akad tabarru‟
bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya
sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan
kewajibannya.120
Majelis Ulama Indonesia, melalui Dewan Syariah Nasional,
mengeluarkan fatwa khusus tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah sebagai berikut:121
Pertama: Ketentuan Umum
Asuransi Syariah (ta‟min, takaful, tadhamun) adalah usaha saling
melindung dan saling menolong di antara sejumlah orang atau
pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru‟ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada poin (1)
adalah yang tidak mengandung gharar “penipuan”, maysir
“perjudian”, riba (bunga) , zulmu “penganiayaan”, riswah “suap”,
119
AM. Hasan Ali. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan
Analitis Historis, Teoritis, & Praktis. Jakarta: Prenada Media. h. 119
120
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah.
121
Syarikat Takaful Malaysia. Panduan Syarikat Takaful Malaysia.1984, hlm.18
80
barang haram dan maksiat. Akad tijarah adalah semua bentuk akad
yang dilakukan untuktujuan komersial.
Akad tabarru‟ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan
tujuan kebaikan dan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan
komersial. Premi adalah kewajiban peserta untuk memberikan
sejumlah dana kepada perusahaan sesuai dengan kesepakatan
dalam akad.
Kedua: Akad Dalam Asuransi
Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas
Akad tijarah dan atau Akad tabarru‟. Akad tijarah yang
dimaksuddalam ayat (1) adalah mudharabah, sedangkan tabarru‟
adalah hibah. Dalamakad sekurang-kurangnya disebutkan:
a. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan
b. Cara dan waktu pembayaran premi
c. Jenis Akad tijarah dan atau Akad tabarru‟ serta syarat-syarat
yang disepakati sesuai dengan jenis asuransi yang diakad.
Ketiga: Kedudukan Setiap Pihak Dalam Akad tijarah Dan
Tabarru.
Dalam Akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai
mudharib “pengelola” dan peserta bertindak sebagai shahibul maal
“pemegang polis”.
Dalam Akad tabarru‟ “hibah”,peserta memberikan hibah yang akan
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah.
Sedangkan,perusahaan sebagai pengelola dana hibah.
81
Keempat: Ketentuan Dalam Akad tijarah Dan Tabarru’
Jenis Akad tijarah dapat diubah menjadi jenis Akad tabarru‟ bila
pihak yang tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya
sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan
kewajibannya.
Jenis Akad tabarru‟ tidak dapat diubah menjadi jenis Akad tijarah.
Kelima: Jenis Asuransi dan akadnya
Dipandang dari segi jenis, asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian
dan asuransi jiwa.
Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah
mudharabah dan hibah.
Keenam: Premi
Pembayaran premi didasarkan atas jenis Akad tijarah dan jenis
Akad tabarru‟.
Untuk menentukan besarnya premi, perusahaan asuransi dapat
menggunakan rujukan table moralita untuk asuransi jiwa dan table
morbidita
untuk
asuransi
kesehatan,
dengan
syarat
tidak
memasukkan unsur riba dalam perhitungannya.
Fatwa tersebut untuk sementara ini merupakan acuan bagi
perusahaan asuransi syariah di Indonesia, terutama menyangkut
bagaimana akad-akad dalam bisnis asuransi syariah dan ketentuanketentuan lain yang terkait dengannya.
82
6. Pemahaman Strategi Pemasaran
a. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah suatu rencana yang diutamakan
untuk mencapai tujuan tersebut.122 Adapun Kotler dan Keller123
mengungkapkan bahwa Inti dari pemasaran (marketing) adalah
mengidentifikasikan dan memenuhi kebutuhan manusia dan social.
Salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah
“memenuhi kebutuhan dengan cara menguntungkan”. Pengertian
tersebut diperjelas lagi oleh Kotler124 yang menyatakan bahwa
strategi pemasaran adalah pendekatan pokok yang akan digunakan
oleh bisnis dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan lebih dulu;
didalamnya tercantum keputusan-keputusan pokok mengenai target
pasar, penempatan produk di pasar, bauran pemasaran dan tingkat
biaya pemasaran yang diperlukan.
Strategi pemasaran mempunyai implikasi yang penting
untuk berinteraksi antara perusahaan dan konsumen, sebagai kunci
untuk mendapatkan dan mengidentifikasi tujuan perusahaan,
kepuasan dan kebutuhan pelanggan dengan baik dibandingkan
dengan pesaing. Strategi pemasaran adalah proses manajerial
dibidang pemasaran untuk mengembangkan dan menjaga agar
tujuan, skill, knowledge, resources, sesuai dengan peluang dan
122
Swastha Basu dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern Cetakan ke 13.
(Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2008), hal.67
123
Philip Kotler, dan K.L. Keller, Manajemen Pemasaran Edisi ke 13 Jilid 1. (Jakarata:
Erlangga, 2008), hal.5
124
Ibid.,hal.401
83
ancaman pada pasar yang selalu berubah-ubah dan bertujuan untuk
menyempurnakan
usaha
dan
produk
perusahaan
sehingga
memenuhi target laba dan pertumbuhan.125
b. Komponen Strategi Pemasaran
Strategi dan kiat pemasaran dari sudut pandangan penjual
menurut Kotler126 meliputi komponen berikut:
1) Tempat yang strategis (place)
Termasuk
aktivitas
perusahaan untuk
menyalurkan
produk atau jasa tersedia bagi konsumen. Serta merupakan
keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap
jasa bagi para pelanggan. Tempat dimana produk tersedia
dalam
sejumlah
saluran
distribusi
dan
outlet
yang
memungkinkan konsumen dapat dengan mudah memperoleh
suatu produk.
2) Produk yang bermutu (product)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk diperhatikan, diperoleh dan digunakan atau
dikonsumsi untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, gagasan
dan ide.
125
S.P. Robbin, dan M. Coulter, Management, 6th edition, (New Jersey: Prentice Hall
International Inc, 1999)
126
PhilipKotler, Manajemen Pemasaran (Erlangga: Jakarta, 2008),hal. 12
84
3) Harga yang kompetitif (price)
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh
pelanggan untuk
memperoleh produk
atau jasa untuk
memperoleh satu buah produk dan hendaknya hagrga akan
dapat terjangkau oleh konsumen.
4) Promosi yang gencar (promotion)
Berarti aktivitas yang meliputi berbagai metode, yaitu
iklan, promosi penjualan, penjualan tatap muka dan hubungan
masyarakat,
mengkomunikasikan
produk
dan
membujuk
pelanggan, Menggambarkan berbagai macam cara yang
ditempuh
perusahaan
kekonsumen.
85
dalam
rangka
menjual
produk
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Penetapan Sampel
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif, meneliti
kompetensi agen terhadap target penjualan dan ingin melihat adanya
hubungan antara variabel kompetensi agen dengan pencapaian target
penjualan. Penelitian ini termasuk penelitian dasar yaitu penelitian yang
diperuntukkan bagi pengembangan suatu ilmu pengetahuan serta
diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan
teori yang baru, tujuan dari penelitian dasar adalah untuk menambah
pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar, hukum-hukum ilmiah, serta
untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah127. Data yang
dipelajari berasal dari sampel yang diambil dalam populasi tersebut
sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif dan hubungan-hubungan
antar variabel. Meskipun penelitian survey tidak memerlukan kelompok
kontrol, namun dapat diambil suatu analisis yang memadai dan
mendalam128. Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini bersifat
deskriptif129 yaitu mendeskripsikan data dilapangan dan melakukan
anlisis menggunakan pendekatan kuantitatif inferensial, karena ingin
menjelaskan pengaruh kompetensi agen terhadap pencapaian target
penjualan. Uji model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda, yakni menggunakan analisis dengan angka dan
127
Jamal Ma‟mur, Asmani Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian
Pendidikan, ( Yogyakarta : DIVA Press, 2011), h. 40
128
William David Kine, NaturalisticInquiry Materials (Bandung: FPS-IKIP,1988), h.96
129
S.Nasution, Metode Research (Jakarta : Bumi Aksara,2002), h.24.
86
diolah dengan menggunakan metode statistik parametrik untuk melihat
korelasi antar variable dan menguji hipotesis yang diajukan. Adapun
penentuan sampel menggunakan rumus berikut.
130
131
Dalam penelitian survei diperlukan suatu wilayah generalisasi
atau populasi dimana di dalam populasi tersebut terdapat bagian-bagian
atau karakteristik tertentu yang khas disebut dengan sampel 132. Dalam
hal ini diambil responden berupa agen asuransi syariah di daerah Cilegon
dan hanya diambil sampel pada satu wilayah, hal ini dilakukan sematamata karena alasan keterbatasan peneliti dalam hal aksebilitas pada
agency-agency yang ada dan karena alasan kesediaan/ kesiapan agencyagency tersebut untuk dijadikan sampel.
Agency yang diambil dalam penelitian ini adalah agency Pru
Eternity yang terletak di daerah Cilegon, responden yang di sebar di
lapangan berjumlah 100 kuesioner namun data yang didapat hanya 57
responden.
Suatu proses pencarian data yang tidak mudah untuk diperoleh
namun melalui berbagai kerjasama yang baik terhadap leader dan unit
manager di Pru Eternity sehingga pencarian data di lapangan dapat
130
Gleen D.Israel, Determinung sample size, (University of florida: Program
Evaluationand Organizational Development, 2009), hal.4.
131
Consuelo G. Sevilla et. al (2007). Research Methods. Rex Printing Company.
Quezon City., h.182.
132
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung:Alfabeta,2004), h.73
87
dilakukan walaupun tidak sesempurna rancangan awal tetapi telah
memenuhi kaidah ilmiah dari sebuah penelitian.
B. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dihimpun dalam penelitian ini terdiri dari dua hal:
1. Data primer, data yang mencakup hal-hal yang terkait data
dilapangan dan diperpustakaan. Data yang diperoleh langsung dari
obyek penelitian sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini. Dalam penelitian ini data primer yang
diperoleh dari lapangan dengan cara berikut ini:
a. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data utama, kuesioner yang
diberikan kepada responden adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai
variabel kompetensi agen yang akan diteliti, pertanyaan-pettanyaan
tersebut
mengenai
kepemimpinan,
kemampuan
komunikasi,
hubungan interpersonal, strategi marketing, pengetahuan terhadap
produk dan pengetahuan terhadap akad syariah. kuesioner diberikan
secara terbuka, hal ini dilakukan agar para responden dapat mengisi
kuesioner dengan mudah.
b.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
yang terstruktur akan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan dengan
diskusi non formal terhadap leader dan unit manager pada agency
tersebut terkait dengan perkembangan dan permasalahan yang
88
dihadapi oleh agen untuk pencapaian target penjualannya. Beberapa
aspek dalam wawancara kepada unit manager di Pru Eternity ibu
Agustiani adalah mengenai permasalahan yang terkait dengan
tercapainya target penjualan dan strategi marketing serta kompetensikompetensi lainnya yang harus ditingkatkan oleh para agen asuransi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari agency berupa premi
tahunan dan jumlah polis yang di dapatkan oleh agen asuransi
pertahunnya.
C. Teknik Analisis Data
Penelitian ini termasuk survei, diambil sampel dari populasi
dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat pengumpul data
utama, analisis yang dilakukan adalah analisis kuantitatif inferensial,
khusus untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel terutama
dalam kontek pencapaian target penjualan, sebelumnya kuesioner diuji
coba kepada responden selain dari data responden yang ada, dan
diperoleh hasil bahwa konstruknya valid dan reliable. Kemudian
dilakukan
uji
normalitas
dengan
menggunakan
uji
Kologorov
Sumirnov133. Rancangan analisis dari data yang diperoleh dari survey
terhadap agen asuransi prudential syariah yang menjadi sampel
penelitian ini akan dianalisis secara korelasi antara variabel sebagaimana
gambaran model penelitian berikut:
133
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta,2004), h.255
89
Diagram 1
Hubungan antar variable
90
c. Variabel-variabel Penelitian
1) Variabel bebas (independent variable), adalah X = Kompetensi Agen
yang diindikasikan dengan Leadership, Communication, Interpersonal
Relation,
Pengetahuan
Produk,
Pemahaman
Transaksi
Syariah,
Pemahaman Strategi Pemasaran.
2) Variabel terikat (dependent variable), adalah Y = Pencapaian target
penjualan produk unit link Asuransi Syariah yang telah ditentukan oleh
lembaga prudential terhadap agentnya dengan indikator jumlah polis
yang diterbitkan dan besar biaya premi nasabah.
d. Uji Model Regresi
Hubungan antara variable dicerminkan oleh tanda panah dalam
model kerangka pemikiran penelitian pada gambar 1. Hipotesis utama dalam
penelitian ini adalah “Terdapat hubungan kompetensi agen (X) terhadap
Pencapaian Target Penjualan Pada Produk Unitlink (Y)”
Ŷ = α + b1X1 + b2X2+ b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + ε
Keterangan:
Y
= Pencapaian Target Penjualan
α
= Konstanta
X1
= Leadership (Kepemimpinan)
X2
= Communication Skill (Keterampilan Berkomunikasi)
X3
= Interpersonal Relation (Hubungan Interpersonal)
X4
= Product Knowledge (Pengetahuan Produk)
X5
= Marketing Strategy (Strategi Pemasaran)
X6
= Akad Syariah
bi
= Koefisien regresi pada masing-masing variabel independen
91
Hipotesis Penelitian:
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi agen
dengan pencapaian target penjualan.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi agen dengan
pencapaian target penjualan.
e. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau
kuesioner yang terdiri dari variabel-variabel penelitian yaitu leadership,
communication, interpersonal relation, product knowledge, marketing
strategy dan akad syariah. Kisi-kisi instrumen penelitian ditunjukkan tabel
berikut:
Tabel 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
No
Variabel
Sumber
Indikator
LEADERSHIP
1
Kepemimpinan
Transformasional
2
Kepemimpinan
Transaksional
a. Penyampaian visi (1, 2, 
3)
b. Memberikan teladan (5, 
6, 7, 8, 9, 10, 20, 21,
22, 23)
c. Harapan atas Kinerja
(4, 11)
d. Reward (12, 13, 14, 15)
e. Punishment (16, 17, 18,
19
Podsakoff
(1996)
Bass
dan
Riggio (2006)

Kotler
dan
Kller (2008)
COMMUNICATION
1
Direct Marketing
Komunikasi verbal (24)
a. Seminar (25)
2
Personal Selling
b. Trainning (26)
c. Expo (27)
INTERPERSONAL RELATION
92
Menerima (28, 29)

Empati (30, 31)
Kejujuran (32)
Deskripsi (33)
Orientasi Masalah (34)
2
Sikap Suportif
Spontanitas (35)
Persamaan (36)
Provisionalisme (37)
Berorientasi pada isi
(38)
3
Sikap Terbuka
b. Mencari informasi dari
berbagai sumber (39)
PRODUCT KNOWLEDGE
a. Atribut/ciri produk (40, 
41, 42)
Pengetahuan
b. Manfaat produk (43)
1
c. Kepuasan
yang
Produk
diberikan produk kepada
konsumen (44)
STRATEGI PEMASARAN
a. Place (45)

Strategi
b. Product (46)
1
c. Price (47, 48)
Pemasaran
d. Promotion (49, 50)
AKAD SYARIAH
a. Akad tabarru‟ (51, 53, 
Pemahaman
55, 56)
1
b. Akad tijarah (52, 54)
Akad Syariah
1
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
Trust
.
93
Rakhmat
(2005)
Peter & Olson
(2003)
Kotler (2008)
Fatwa Dewan
Syariah
Nasional
(2006)
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran umum Profil PT Prudential Life Indonesia
1. Sejarah Asuransi PT Prudential Life di Indonesia
Prudential Plc merupakan perusahaan jasa keuangan terkemuka
asal inggris yang berdiri sejak tahun 1848. Prudential plc memiliki tujuan
untuk membantu masyarakat dalam merencanakan keuangan mereka dan
keluarga, dengan cara menyediakan produk-produk untuk mengatasi risiko
keuangan yang sesuai dengan rencana keuangan yang dipilih.134Prudential
Indonesia (PT. Prudential Life Assurance) adalah sebuah perusahaan
asuransi di Indonesia yang merupakan bagian dari Prudential plc London.
Didirikan pada tahun 1995, PT Prudential Life Assurance
(Prudential Indonesia) merupakan bagian dari Prudential plc, sebuah grup
perusahaan jasa keuangan terkemuka dari Inggris yang mengelola dana
sebesar lebih dari US$510 miliar dan melayani lebih dari 21 juta nasabah
di seluruh dunia (data per 30 Juni 2007). Dengan menggabungkan
pengalaman internasional Prudential di bidang asuransi jiwa dengan
pengetahuan tata cara bisnis lokal, Prudential Indonesia memiliki
komitmen
untuk
mengembangkan
bisnisnya
di
Indonesia.Sejak
meluncurkan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (unit link)
pertamanya di tahun 1999, Prudential Indonesia merupakan pemimpin
pasar untuk produk tersebut di Indonesia.
134
PT Prudential life, PRU fast start, (Jakarta: pru sales academy,2012), hal. 8
94
Di samping itu, Prudential Indonesia juga menyediakan berbagai
produk yang dirancang untuk memenuhi dan melengkapi setiap kebutuhan
para nasabahnya di Indonesia.Prudential Indonesia selalu berusaha untuk
menyediakan berbagai produk dan layanan yang dirancang untuk
memenuhi setiap tahapan kehidupan, mulai dari usia kerja, pernikahan,
kelahiran anak, pendidikan anak, hingga masa pensiun.135
Prudential senantiasa menjaga hubungan yang harmonis dan
berkesinambungan dengan para nasabah, melalui penyediaan berbagai
produk dan jasa yang menawarkan nilai tambah dari sisi keuangan dan
perlindungan.136Kinerja perusahaan sampai akhir tahun 2012 didukung
antara lain oleh total pendapatan premi sebesar Rp.19,29 triliun atau
meningkat 30% dibanding dengan periode yang sama di tahun
2011.Pertambahan premi baru sekitar 24% menjadi Rp.9,88 triliun.
Sementara total pendapatan premi syariah terjadi peningkatan 21,1%
menjadi Rp2,09 triliun.Kinerja yang baik didukung dengan keuangan yang
sehat. Terbukti dengan tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang
disebut risk based capital yang berada pada level 321 % pada penutupan
tahun 2012 jauh diatas batasan maksimum yang ditentukan oleh
pemerintah sebesar 120 %.Hingga Desember 2012 Prudential telah
memiliki nasabah 1,7 Juta jiwa.Prudential Indonesia telah membayarkan
klaim dan manfaat kepada para nasabah yang telah memenuhi syarat dan
ketentuan polis sebanyak Rp.5,8 Triliun atau naik 47% dari Rp.3,9 triliun
pada periode 2011.
135
136
PT Prudential life, PRU fast start, (Jakarta: pru sales academy,2012), hal. 11
PT Prudential life, PRU fast start, (Jakarta: pru sales academy,2012), hal. 8
95
Sedangkan misi PT Prudential life assurance (prudential Indonesia)
adalah menjadi perusahaan jasa keuangan ritel terbaik di Indonesia,
melampaui pengharapan para nasabah, tenaga pemasaran, staf dan
pemegang
saham-dengan
memberikan
pelayanan
terbaik,
produk
berkualitas, staf serta tenaga pemasaran professional yang berkomitmen
tinggi serta menghasilkan pendapatan investasi yang menguntungkan.137
2. Perkembangan Asuransi Syariah PT Prudential life di Indonesia
Sejarah terbentuknya asuransi syariah dimulai sejak 1979 ketika
sebuah perusahaan asuransi jiwa di Sudan, yaitu Sudanese Islamic
Insurance pertama kali memperkenalkan asuransi syariah. Kemudian pada
tahun yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat Arab juga
memperkenalkan asuransi syariah di wilayah Arab.
Setelah itu pada tahun 1981 sebuah perusahaan asuransi jiwa
Swiss, bernama Dar Al-Maal Al-Islami memperkenalkan asuransi syariah
di Jenewa. Diiringi oleh penerbitan asuransi syariah kedua di Eropa yang
diperkenalkna oleh Islamic Takaful Company(ITC) di Luksemburg pada
tahun 1983. Bersamaan dengan itu, sebuah perusahaan asuransi syariah
bernama Islamic takaful dan rerakaful company juga didirikan di
kepulauan Bahamas pada 1983.
Demikian juga halnya dengan Bahrain, sebuah perusahaan asuransi
jiwa berbasis syariah, yaitu syarikat At-Takaful Al-Islamiah Bahrain
didirikan tahun 1983. Di Asia sendiri asuransi syariah pertama kali
137
PT Prudential life, PRU fast start, (Jakarta: pru sales academy,2012), hal. 15
96
diperkenalkan di Malaysia pada tahun 1985 melalu sebuah perusahaan
asuransi jiwa bernama takaful Malaysia.
Hingga saat ini asuransi syariah semakin dikenal luas dan diminati
oleh masyarakat dan Negara-negara baik muslim maupun non-muslim.138
3. Produk Unitlink Asuransi Prudential Syariah
Pru syariah adalah sebuah produk asuransi yang dikaitkan dengan
investansi berbasis syariah. Pru syariah dirancang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan rancangan keuangan masa depan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah islam. Produk prusyariah prudential sudah
sesuai dengan ketentuan fatwa dewan syariah nsional-majelis ulama
Indonesia (MUI). Prudential Indonesia memiliki dua jenis produk asuransi
pru syariah, yaitu:
a. Prulink Syariah Investor Account yaitu produk asuransi syariah dengan
kontribusi tunggal, kombinasi antara investasi dan proteksi asuransi.
Produk ini serupa dengan prulink investor account (PIA) konvensional.
b. Prulink Syariah Assurance Account yaitu produk asuransi syariah dengan
kontribusi regular, kombinasi antara investasi dan proteksi asuransi.
Produk
ini
serupa
dengan
prulink
assurance
account
(PAA)
konvensional.
Manfaat prulink syariah assurance account adalah:139
1) Manfaat kematian (death benefit) yaitu memberikan manfaat
tambahan sebesar uang pertanggungan, jika tertanggung utama
meninggal dunia akibat kecelakaan dalam masa pertanggungan
138
139
PT Prudential life, PRU fast start, (Jakarta: pru sales academy,2012), hal. 78
PT Prudential life, PRU fast start, (Jakarta: pru sales academy,2012), hal. 86
97
manfaat tambahan pru personal accident death. Kecelakaan yaitu
peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba, tidak terduga, tidak disengaja,
datangnya dari luar, bersifat kekerasan dan kasat mata.
2) Manfaat cacat total dan tetap (Total and Permanent Disability) yaitu
memberikan manfaat tambahan sebesar uang pertanggungan, jika
tertanggung utama meninggal dunia atau mengalami cacat akibat
kecelakaan dalam masa pertanggungan manfaat tambahan pru
personal accident death dan disablement apabila tertanggung utama
menderita cacat akibat kecelakaan, maka PT Prudential Life akan
membayarkan sejumlah persentase yang telah ditentukan dalam table
manfaat asuransi sehubungan dengan hilangnya fungsi anggota
tubuh.140
Dapat menambahkan nilai uang pertanggungan (sum covered)
setiap saat,dapat melakukan penambahan kontribusi (Top-up) setiap saat,
dapat menentukan sendiri besarnya komposisi dari nilai proteksi dan nilai
investasi, dapat melakukan pengalihan dana (fund switching) Pilihan
manfaat asuransi tambahan (riders) yang beragam. Yaitu nasbah dapat
menambahkan beragam manfaat asuransi tambahan (riders) pada produk
pru link assurance account, guna melengkapi perlindungan dalam setiap
tahapan kehidupan.141
B. Hasil Analisis Karakteristik Responden
Data responden adalah seluruh identitas responden yang dipandang relevan
dengan permasalahan yang diidentifikasi, berikut disajikan data responden
140
141
PT Prudential life, PRU fast start, (Jakarta: pru sales academy,2012), hal. 20
PT Prudential life PRU fast start, (Jakarta: pru sales academy,2012), hal. 103
98
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir dengan uraian sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
Prosentase (%)
Laki-laki
Perempuan
Total
19
38
57
33,33
66,67
100
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Tabel 4.1 di atas, merupakan rekapitulasi karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin hasil kuesioner dari 57 responden. Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa sebagain besar responden adalah perempuan sebanyak
66,67% dan sisanya laki-laki sebanyak 33,33%. Sehingga diketahui bahwa
sebagian besar responden yang diteliti adalah perempuan.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia
Frekuensi
Prosentase (%)
20-25 Tahun
26-30 Tahun
31-35 Tahun
36-40 Tahun
41-45 Tahun
46-50 Tahun
51-53 Tahun
Total
12
7
16
8
10
2
2
57
21,05
12,28
28,07
14,04
17,54
3,51
3,51
100
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Jika dilihat berdasarkan usia responden, berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat
dilihat bahwa mayoritas responden berusia antara 31-35 tahun sebanyak 28,07%,
diikuti oleh responden yang berusia antara 25-30 tahun sebanyak 21,05% dan
paling sedikit berusia antara 46-50 tahun dan 51-53 tahun masing-masing
sebanyak 3,51%.
99
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
Frekuensi
Prosentase (%)
SMA/SMK
D1
D3
S1
S2
Total
19
1
8
26
3
57
33,33
1,75
14,04
45,61
5,26
100
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Dan jika dilihat berdasarkan pendidikan terakhir responden, diketahui
bahwa hampir setengah dari responden responden berpendidikan terakhir S1
sebanyak
45,61%,
diikuti
SMA/SMK
sebanyak
33,33%
dan
paling
berpendidikan terakhir D1 hanya 1,5%.
1. Tanggapan Responden Mengenai Kompetensi Agen Asuransi Syariah
Tanggapan responden mengenai kompetensi agen asuransi syariah, terdiri
dari 6 variabel yang terdiri dari leadership;communication skill; interpersonal
relation; product knowledge; marketing strategy dan akad syariahdengan
menggunakan 15 item pernyataan yang diajukan pada kuesioner. Sedangkan
untuk melihat jawaban atau penilaian responden terhadap setiap pernyataan yang
diajukan dalam kuesioner, maka dilakukan analisis deskriptif dengan pendekatan
distribusi frekuensi dan persentasedan untuk melihat penilaian responden
terhadap setiap variabel yang diteliti dapat dilihat dari prosentase yang diperoleh
dengan kriteria sebagai berikut.
100
Tabel 4.4
Kriteria Pengklasifikasian Presentase Skor Tanggapan Responden
Interval
Kategori
20,00% - 36,00%
Tidak Baik
36,01% - 52,00%
Kurang Baik
52,01% - 68,00%
Cukup Baik
68,01% - 84,00%
Baik
84,01% - 100%
Sangat Baik
142
Sumber : Umi Narimawati ,
Berikut disajikan rekapitulasi jawaban responden pada variabel Kompetensi
Agen Asuransi Syariah.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Kompetensi Agen Asuransi
Syariah
No
1
2
3
4
5
6
Kompetensi Agen
Skor Skor
Asuransi Syariah
Aktual Ideal
Leadership (X1)
738
855
Communication Skill (X2)
482
570
Interpersonal Relation
766
855
(X3)
Product Knowledge (X4)
689
855
Marketing Strategi (X5)
477
570
Akad Syariah (X6)
448
570
Total
3600 4275
(%)
Kriteria
86,32%
84,56%
Sangat Baik
Sangat Baik
89,59%
Sangat Baik
80,58%
83,68%
78,60%
84,21%
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Tabel 4.5 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel
kompetensi agen asuransi syariah yang di ukur menggunakan enamvariabel
dengan 15 pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai prosentase
tertinggi berada pada variabel interpersonal relation (X3) sebesar 89,59%
sedangkan nilai prosentase terendah berada pada variabel product knowledge
(X4)sebesar 80,58%. Secara keseluruhan dari tabel tersebut diketahui bahwa
142
Umi Narimawati, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan
Perhitungannya. Jakarta : Agung Media,2007, h.84
101
nilai prosentase yang didapat secara keseluruhan pada variabelkompetensi agen
asuransi syariah sebesar 84,21%. Nilai 84,21% tersebut jika mengacu pada
kriteria menurut Umi Narimawati143, tergolong sangat baik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kompetensi agen asuransi syariahdi PT Prudential Life
Indonesia sudah dinilai sangat baik. Jika digambarkan dalam garis kontinum
sesuai kriteria Umi Narimawati, maka akan terlihat seperti berikut.
84,21
%
Tidak Baik
20%
KurangBaik
36,0%
Cukup Baik
Baik
68,0%
52,0%
Sangat Baik
84,0%
100%
Gambar 4.1
Garis Kontinum pada Variabel Kompetensi
Berikut disajikanrekapitulasi skor tanggapan responden pada setiap
variabelnya masing-masing dengan uraian sebagai berikut:
143
Umi Narimawati, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan
Perhitungannya. Jakarta : Agung Media,2007, h. 84
102
a. Leadership
Tabel 4.6
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Leadership
Alternatif Jawaban
No
Butir Kuesioner
1
Item 1
2
Item 2
3
Item 3
SS
S
KS
TS
STS
F
31
21
5
0
0
%
54,4
36,8
8,8
0
0
F
20
37
0
0
0
%
35,1
64,9
0
0
0
F
12
41
4
0
0
%
21,1
71,9
7,0
0
0
Total Akumulasi
Skor
Aktual
Skor
Ideal
(%)
254
285
89,12%
248
285
87,02%
236
285
82,81%
738
855
86,32%
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Tabel 4.6 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel
leadership (kepemimpinan) yang di ukur menggunakan tiga item pernyataan.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai prosentase yang didapat secara
keseluruhan pada variabel tersebut sebesar 86,32%. Nilai 86,32%tersebut jika
mengacu pada kriteria menurut Umi Narimawati144, sudah tergolong sangat
baik,sehingga dapat diketahui bahwa leadership (kepemimpinan) pada
kompetensi agen asuransi syariahdi PT Prudential Life Indonesia sudah dinilai
sangat baik. Meskipun sudah dinilai sangat baik pada variabel tersebut namun
tepat harus ada yang perlu diperbaiki untuk lebih baik lagi seperti halnya pada
pernyataan pertama bahwa masih ada sebagian kecil dari responden masih
menyatakan kurang setuju bahwa mereka “berkomitmen untuk melaksanankan
visi misi guna mencapai tujuan perusahaan” dan demikian pula pada pernyataan
144
Umi Narimawati, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan
Perhitungannya. Jakarta : Agung Media,2007, h.84
103
ketiga bahwa mereka “memberikan perhatian khusus apabila target penjualan
tidak tercapai”.
b. Communication Skill
Tabel 4.7
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Communication Skill
Alternatif Jawaban
No
Butir Kuesioner
1
Item 4
2
Item 5
SS
S
KS
TS
STS
F
12
45
0
0
0
%
21,1
78,9
0
0
0
F
14
43
0
0
0
%
24,6
75,4
0
0
0
Total Akumulasi
Skor
Aktual
Skor
Ideal
(%)
240
285
84,21%
242
285
84,91%
482
570
84,56%
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Tabel 4.7 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel
communication skill (keterampilan berkomunikasi) yang di ukur menggunakan
duaitem pernyataan. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai prosentase yang
didapat secara keseluruhan pada variabel tersebut sebesar 84,56%. Nilai 84,56%
tersebut jika mengacu pada kriteria menurut Umi Narimawati145, sudah
tergolong sangat baik,sehingga dapat diketahui bahwacommunication skill
(keterampilan berkomunikasi) pada kompetensi agen asuransi syariahdi PT
Prudential Life Indonesia sudah dinilai sangat baik.
145
Umi Narimawati, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan
Perhitungannya. Jakarta : Agung Media,2007, h.84
104
c. Interpersonal Relation
Tabel 4.8
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Interpersonal Relation
Alternatif Jawaban
No
Butir Kuesioner
1
Item 6
2
Item 7
3
Item 8
SS
S
KS
TS
STS
F
28
19
10
0
0
%
49,1
33,3
17,5
0
0
F
31
26
0
0
0
%
54,4
45,6
0
0
0
F
33
24
0
0
0
%
57,9
42,1
0
0
0
Total Akumulasi
Skor
Aktual
Skor
Ideal
(%)
246
285
86,32%
259
285
90,88%
261
285
91,58%
766
855
89,59%
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Tabel 4.8 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel
interpersonal relation (hubungan interpersonal) yang di ukur menggunakan
tigaitem pernyataan. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai prosentase yang
didapat secara keseluruhan pada variabel tersebut sebesar 89,59%. Nilai
89,59%tersebut jika mengacu pada kriteria menurut Umi Narimawati146, sudah
tergolong sangat baik,sehingga dapat diketahui bahwa interpersonal relation
(hubungan interpersonal) pada kompetensi agen asuransi syariahdi PT Prudential
Life Indonesia sudah dinilai sangat baik.Meskipun sudah dinilai sangat baik
pada variabel tersebut namun tepat harus ada yang perlu diperbaiki untuk lebih
baik lagi seperti halnya pada pernyataan ke-6 bahwa masih ada sebagian kecil
dari responden yang menyatakan kurang setuju bahwa mereka “ikut merasakan
dan memikirkan permasalahan yang dihadapi pelanggan atau nasabah”.
146
Umi Narimawati, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan
Perhitungannya. Jakarta : Agung Media,2007, h.84
105
d. Product Knowledge
Tabel 4.9
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Product Knowledge
Alternatif Jawaban
No
Butir Kuesioner
1
Item 9
2
Item 10
3
Item 11
SS
S
KS
TS
STS
F
15
33
9
0
0
%
26,3
57,9
15,8
0
0
F
8
36
13
0
0
%
14,0
63,2
22,8
0
0
F
22
17
18
0
0
%
38,6
29,8
31,6
0
0
Total Akumulasi
Skor
Aktual
Skor
Ideal
(%)
234
285
82,11%
223
285
78,25%
232
285
81,40%
689
855
80,58%
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Tabel 4.9 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel
product knowledge (pengetahuan produk) yang di ukur menggunakan tigaitem
pernyataan. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai prosentase yang didapat
secara keseluruhan pada variabel tersebut sebesar 80,59%. Nilai 80,58%tersebut
jika mengacu pada kriteria menurut Umi Narimawati147, sudah tergolong
baik,sehingga dapat diketahui bahwaproduct knowledge (pengetahuan produk)
pada kompetensi agen asuransi syariahdi PT Prudential Life Indonesia sudah
dinilai baik.Meskipun sudah dinilai baik pada variabel tersebut namun tepat
harus ada yang perlu diperbaiki untuk lebih baik lagi seperti halnya pada ketiga
pernyataan tersebut ternyata masih ada sebagian kecil dari responden yang
menyatakan kurang setuju bahwa mereka “memahami atribut (ciri atau
karakteristik) produk Asuransi Prudential Syariah Unit Link”, selanjutnta
“mengetahui perbedaan dan keunggulan produk Asuransi Prudential Syariah
Unit Link dengan produk asuransi lainnya yang sejenis” dan “kurang mampu
147
Umi Narimawati, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan
Perhitungannya. Jakarta : Agung Media, 2007. h. 84
106
menjamin pelanggan atau nasabah mendapatkan kepuasan atas produk Asuransi
Prudential Syariah Unit Link”.
e. Marketing Strategy
Tabel 4.10
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Marketing Strategy
No
Butir Kuesioner
1
Item 12
2
Item 13
Alternatif Jawaban
SS
S
KS
TS
STS
F
27
29
1
0
0
%
47,4
50,9
1,8
0
0
F
%
16
20
21
0
0
28,1
35,1
36,8
0
0
Total Akumulasi
Skor
Aktual
Skor
Ideal
(%)
254
285
89,12%
223
285
78,25%
477
570
83,68%
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Tabel 4.10 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel
marketing strategy (strategi pemasaran) yang di ukur menggunakan duaitem
pernyataan. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai prosentase yang didapat
secara keseluruhan pada variabel tersebut sebesar 83,68%. Nilai 83,68%tersebut
jika mengacu pada kriteria menurut Umi Narimawati148, sudah tergolong
baik,sehingga dapat diketahui bahwamarketing strategy (strategi pemasaran)
pada kompetensi agen asuransi syariahdi PT Prudential Life Indonesia sudah
dinilai baik.Meskipun sudah dinilai baik pada variabel tersebut namun tepat
harus ada yang perlu diperbaiki untuk lebih baik lagi seperti halnya pada kedua
pernyataan mengenai marketing strategy ternyata masih ada sebagian kecil dari
responden yang menyatakan kurang setuju bahwa mereka “dapat menejelaskan
dengan detail jumlah biaya premi yang harus dibayarkan nasabah” dan “kurang
148
Umi Narimawati, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan
Perhitungannya. Jakarta : Agung Media, 2007. h. 84
107
dapat menjelaskan hasil manfaat nilai tunai yang akan diperoleh nasabah dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan”.
f. Akad Syariah
Tabel 4.11
Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Akad Syariah
Alternatif Jawaban
No
Butir Kuesioner
1
Item 14
2
Item 15
SS
S
KS
TS
STS
F
14
28
12
3
0
%
24,6
49,1
21,1
5,3
0
F
14
28
12
3
0
%
24,6
49,1
21,1
5,3
0
Total Akumulasi
Skor
Aktual
Skor
Ideal
(%)
224
285
78,60%
224
285
78,60%
448
570
78,60%
Sumber : data olah kuesioner terlampir
Tabel 4.11 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel
akad syariah yang di ukur menggunakan duaitem pernyataan. Dari tabel tersebut
diketahui bahwa nilai prosentase yang didapat secara keseluruhan pada variabel
tersebut sebesar 78,60%. Nilai 78,60%tersebut jika mengacu pada kriteria
menurut Umi Narimawati149, sudah tergolong baik,sehingga dapat diketahui
bahwaakad syariahpada kompetensi agen asuransi syariahdi PT Prudential Life
Indonesia sudah dinilai baik. Meskipun sudah dinilai baik pada variabel tersebut
namun tepat harus ada yang perlu diperbaiki untuk lebih baik lagi seperti halnya
pada kedua pernyataan mengenai akad syariah ternyata masih ada sebagian kecil
dari responden yang menyatakan tidak setuju bahwa mereka “memahami Akad
tabarru‟ sebagai prinsip dasar Asuransi dan menjelaskan dengan baik kepada
149
Umi Narimawati, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan
Perhitungannya. Jakarta : Agung Media,2007, h. 84
108
nasabah” dan “tidak memahami Akad tijarah sebagai prinsip dasar Asuransi
Prudential Syariah dengan baik”.
g. GambaranPencapaian Target Penjualan
Tabel 4.12
Rekapitulasi Pencapaian Target Penjualan (Y)
Deskriptif Statistik
Pencapaian Target
Jumlah Polis
Minimum
Maksimum
Rata-rata
150.000.000
300.000.000
173.684.210,5
25
330
52,47
Variabel target penjualan pada penelitian ini dilihat berdasarkan pencapaian
target dan jumlah polis yang diterbitkan. Dari tabel 4.12 di atas diketahui
bahwa pencapaian target penjualan produk unit link di PT Prudential Life
Indonesia, pencapaian terendah sebesar Rp. 150.000.000 dengan tertinggi
Rp. 300.000.000 dengan rata-rata pencapaian target mencapai Rp.
173.684.210,5, sedangkan untuk jumlah polis terendah yang diterbitkan
mencapai 25 polis dan tertinggi mencapai 330 polis dengan rata-rata jumlah
polis yang diterbitkan sebesar 52,47 polis.
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Hasil Uji Validitas Intrumen Penelitian
Uji validitas bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu tes mengukur apa
yang sebenarnya ingin kita ukur. Dalam hal ini berarti tujuan dilakukannya uji
validitas adalah untuk menguji sejauh mana item kuesioner yang diukur pada
variabel kompetensi agen asuransi syariah menunjukan hasil yang valid atau
tidak. Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari
tiap skor butir, apabila koefesien korelasinya (rhitung) lebih besar atau sama
109
dengan rkritis (0,30) maka pernyataan tersebut valid. Berdasarkan hasil
pengolahan data menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan
menggunakan bantuan software IBM SPSS Statistic 21 diperoleh hasil validitas
sebagai berikut.
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Kompetensi Agen Asuransi Syariah
Kompetensi
Agen
Leadership (X1)
Communication Skill
(X2)
Interpersonal
Relation (X3)
Product Knowledge
(X4)
Marketing Strategy
(X5)
Akad Syariah (X6)
Butir
Pernyataan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
r-hitung
r-kritis
Keterangan
0,890
0,840
0,741
0,855
0,948
0,904
0,905
0,800
0,870
0,881
0,878
0,975
0,978
0,987
0,987
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : data olah bantuan software SPSS v21 (terlampir)
Berdasarkan tabel di 4.13 atas, dapat diketahui bahwa nilai koefesien
validitas (rhitung) dari setiap item pernyataan pada variabel kompetensi agen
asuransi syariah lebih besar dari r-kritis (0,30). Hasil pengujian ini menunjukan
bahwa semua butir pernyataan untuk variabel kompetensi agen asuransi syariah
sudah valid dan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian dan dapat
digunakan dalam analisis selanjutnya.
110
b. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji sejauhmana kehandalan atau
kepercayaan alat ukur data, dalam penelitian ini adalah seluruh item pernyataan
yang ada pada kuesioner mengenai kompetensi agen asuransi syariah dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach. Perhitungan koefisien keandalan alat
ukur dalam penelitian ini dengan menggunakan program Software SPSS v21.
Tabel 4.14
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Variabel Kompetensi Agen
Koefesien
Reliabilitas
r-kritis
Keterangan
Leadership (X1)
Communication Skill (X2)
Interpersonal Relation (X3)
Product Knowledge (X4)
Marketing Strategy (X5)
Akad Syariah (X6)
0,751
0,731
0,814
0,845
0,950
0,974
0,700
0,700
0,700
0,700
0,700
0,700
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber : data olah bantuan software SPSS v21 (terlampir)
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, terlihat bahwa nilai koefesien reliabilitas
pada masing-masing variabel lebih besar dari nilai kritis 0,70. Hasil pengujian
ini menunjukan bahwa semua butir pernyataan yang digunakan pada variabelnya
masing-masing sudah reliabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang
digunakan untuk mengukur seluruh variabel sudah memberikan hasil yang dapat
dipercaya atau dapat diandalkan.
C. Analisis Inferensial
Analisis inferensial dalam penelitian ini adalah mencari pengaruh
kompetensi agen asuransi syariah terhadap pencapaian target penjualan produk
unit link di PT Prudential Life Indonesia, menggunakan pendekatan statistik
parametrik dengan metode regresi linier berganda. Dikarenakan skala data pada
111
kuesioner adalah likert ordinal sehingga untuk keperluan penelitian data perlu di
transpormasi terlebih dahulu menggunakan Method of Succesive Interval (MSI)
dengan bantuan SoftwareStat 97 pada Microsoft Excel 2007 untuk memenuhi
syarat pada statistik parametik untuk lengkapnya dapat dilihat pada lampiran
data penelitian.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai
residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi
secara normal. Uji normalitas residual dengan menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program software SPSS v21. Sebagai
dasar pengambilan keputusannya, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka data penelitian telah memenuhi asumsi normalitas.
Tabel 4.15 Uji Normalitas
Berdasarkan tabel output uji kolmogorov smirnov di atas, diperoleh nilai
signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) sebesar 0,856. Nilai signifikansi (p-value)
112
tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data sudah
memenuhi asumsi normalitas.
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, diketahui bahwa pengujian data
tidak ditemukan adanya pelanggaran asumsi normalitas, sehingga data dapat
dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda.
2. Persamaan Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah:
Ŷ = α + b1X1 + b2X2+ b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + ε
Keterangan:
Y
= Pencapaian Target Penjualan
α
= Konstanta
X1
= Leadership (Kepemimpinan)
X2
= Communication Skill (Keterampilan Berkomunikasi)
X3
= Interpersonal Relation (Hubungan Interpersonal)
X4
= Product Knowledge (Pengetahuan Produk)
X5
= Marketing Strategy (Strategi Pemasaran)
X6
= Akad Syariah
bi
= Koefisien regresi pada masing-masing variabel independen
Dengan menggunakan bantuan softwareSPSS v.21, diperoleh hasil analisis
regresi linier berganda sebagai berikut:
113
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Berganda
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.16 terlihat nilai koefesien
regresi pada nilai Unstandardized Coefficients “B”, sehingga diperoleh
persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Ŷ = 19,904 + 18,354X1 + 15,347X2–3,997X3 –1,148 X4 –9,736X5 + 10,447X6
Dari penjelasan di atas, dapat diprediksikan bahwa dimana semakin baik
leadership, communication skill dan akad syariah maka pencapaian target
penjualan akan meningkat dan sebaliknya dimana interpersonal relation,
product knowledge, dan marketing strategy semakin baik maka pencapaian
target penjualan akan mengalami penurunan, namun hal tersebut hanya sebatas
prediksi belum sepenuhnya terbukti secara nyata (signifikan), untuk melihat
apakah hal tersebut signifikan atau tidak dapat dilihat pada analisis selanjutnya.
3. Analisis Koefesien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen Dengan
menggunakan Software SPSS v.21 diperoleh output sebagai berikut:
114
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R-square)
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi atau Rsquare150 sebesar 0,601 atau 60,1%. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel kompetensi agen asuransi syariah secara simultan memberikan
pengaruh terhadap pencapaian target penjualan sebesar 60,1%, sedangkan
sisanya sebesar 100% - 60,1% = 39,9% merupakan pengaruh atau kontribusi dari
variabel lain yang tidak diteliti diluar penelitian. Sedangkan untuk mengetahui
pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara
parsial maka dilakukan dengan cara nilai beta X zero order pada hasil output
SPSS sebagai berikut :
150
Damodar Gujarati, Basic Econometrics, (McGraw Hill-Inc: 2003) , h. 961.
115
Tabel 4.18 Koefisien Determinasi Parsial
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa dari total kontribusi secara
simultan yang diberikan sebesar 60,1% ternyata sebesar 45,9% diberikan oleh
leadership diikuti oleh akad syariah sebesar 21,2% dan yang ketiga dari
communication skill sebesar 18,3%, sehingga terlihat bahwa leadership
memberikan kontribusi paling dominan terhadap pencapaian target penjualan
produk unit link di PT Prudential Life Indonesia.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan151, pangsa pasar industri asuransi
dengan prinsip syariah pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebagaimana
ditunjukkan table berikut:
151
Otoritas Jasa Keuangan.(www.ojk.go.id: diakses 19 Juni 2016). Statistik Perasuransian 2014.
Hal. 17
116
Tabel 4.19
Pangsa Pasar Asuransi dengan Prinsip Syariah
Dalam Triliun Rupiah
NO
Keterangan
I
Seluruh
asuransi jiwa
Asuransi jiwa
syariah
Persentase
asuransi jiwa
syariah
Seluruh
asuransi
kerugian dan
reasuransi
Asuransi
kerugian dan
reasuransi
syariah
Persentase
asuransi
kerugian dan
reasuransi
syariah
Seluruh
asuransi
Seluruh
asuransi
syariah
Persentase
seluruh
asuransi
syariah
II
III
Polis / Tertanggung
2013
2014
54.118.756 57.510.046
Premi Bruto
2013
2014
133,22
112,88
Klaim Bruto
2013
2014
75,20
71,82
Aktiva
2013
2014
293,74 368,06
4.306.098
4.721.863
7,19
8,39
1,69
2,20
12,80
18,08
8,0%
8,2%
6,3%
7,4%
2,2%
3,1%
4,4%
4,9%
-
-
48,59
54,67
21,59
27,93
107,44
126,75
-
-
1,82
1,61
0,87
0,90
3,84
4,31
-
-
3,7%
2,9%
4,0%
3,2%
3,6%
3,4%
-
-
161,81
167,55
96,79
99,74
401,19
494,82
-
-
9,00
10,00
2,56
3,10
16,65
22,38
-
-
5,6%
6,0%
2,6%
3,1%
4,1%
4,5%
Pertumbuhan industri asuransi syariah di Indonesia mengalami banyak
tantangan pada tahun 2013-2014, dari mulai masalah kenaikan BBM, bencana
alam maupun penurunan pada pasar saham keuangan, yang berefek buruk pada
pertumbuhan ekonomi di beberapa sektor, namun demikian, perlahan tapi pasti
pertumbuhan
industri
asuransi
syariah
pada
2013-2014
mengalami
perkembangan yang cukup baik, hal ini tentu memberikan dampak positif
terhadap pencapaian perusahaan asuransi syariah, hal ini juga ditunjukkan
117
dengan meningkatnya jumlah perusahaan asuransi dengan prinsip syariah di
Indonesia, peningkatan aset industri seluruh asuransi
pada 2013 mencapai
293,74 sedangkan pada tahun 2014 aset asuransi berkembang pesat hingga
mencapai 126,75.
Ini membuktikan optimisme dari perusahaan asuransi terhadap daya minat
masyarakat kepada asuransi, dan ini harus didukung oleh kompetensi agen
asuransi yang baik, yang memiliki seluruh kompetensi secara lengkap dalam
memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, produk apa yang cocok bagi
masyarakat dan komunikasi yang santun dalam memahamkan asuransi kepada
mereka.
Seiring dengan perkembangannya, asuransi syariah tidak luput dari
pemahaman tentang etika bisnis islam dalam persaingan usaha, yang membekali
pada masyarakat luas umumnya sekaligus menjadi peserta asuransi, dan bagi
para agen perusahaan asuransi pada khususnya menjadi sebuah pengetahuan
tersendiridan pandangan bahwa ia merupakan hal yang vital dalam perjalanan
sebuah aktivitas bisnis professional.
Selama ini banyak orang memahami bisnis adalah bisnis, yang tujuan
utamanya memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Hukum ekonomi
klasik yang mengendalikan modal sekecil mungkin dan mengeruk keuntungan
sebesar mungkin telah menjadikan para „pelaku bisnis‟ menghalalkan segala
cara untuk meraih keuntungan, mulai dari cara memperoleh bahan baku, bahan
yang digunakan, tempat produksi, tenaga kerja, pengelolaannya, dan
pemasarannya dilakukan seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini tidak
118
mengherankan jika para pelaku bisnis jarang memperhatikan tanggung jawab
sosial dan mengabaikan etika bisnis.152 Dalam hal ini bagi para agen yang hanya
mengejar keuntungan tanpa menggunakan etika adalah salah satu sikap yang
tidak dibenarkan dalam syariat islam. Islam mengajarkan pentingnya kejujuran
dalam bermuamalah baik dalam hal bisnis maupun beretika ketika berbisnis.
4. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Hipotesis yang akan diuji pada pengujian secara simultan ini adalah:
H0 : β = 0
Secara simultan kompetensi agen asuransi syariah tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pencapaian
target
penjualanproduk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Ha : β ≠ 0
Secara simultan kompetensi agen asuransi syariah berpengaruh
signifikan terhadap pencapaian target penjualanproduk unit link
di PT Prudential Life Indonesia
Dengan tingkat signifikan (α ) sebesar 0,05 atau 5%
Kriteria : tolak H0 jika nilai Fhitung> Ftabel dan terima H1
Dengan menggunakan Software SPSS v.21, diperoleh output sebagai berikut:
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Signifikansi (Uji F)
152
Muhammad Saifullah, Etika Bisnis Islami Dalam Praktek Bisnis Rasulullah,Jurnal
Walisongo, vol 19,no.1, (Semarang: IAIN Walisongo, 2011), hal.2
119
Berdasarkan tabel 4.20 hasil output SPSS, diketahui nilai Fhitung yang
didapat sebesar 15,070 dan p-value (sig.) = 0,000. Dengan α = 0,05, df1 = 6, dan
df2= (n-k-1) = 50, maka di dapat Ftabel = 2,286. Dikarenakan nilai Fhitung lebih
besar dari Ftabel (15,070>2,286) dan nilai signifikansi 0,000< 0,05 maka H0
ditolak dan Ha diterima, artinya secara simultan kompetensi agen asuransi
syariah berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target penjualanproduk unit
link di PT Prudential Life Indonesia. Jika disajikan dalam gambar, maka nilai
Fhitung dan Ftabel tampak sebagai berikut:
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
F tabel = 2,286
Ftabel = 4,737
7,310= 15,070
F hitung
(α= 0,05 ; db1 =2; db2 = 7)
Gambar 4.2 Kurva Uji Hipotesis Simultan
Untuk melihat signifikansi secara parsial, berikut disajikan pengujian parsial
menggunakan uji t.
5. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Dengan menggunakan program Software SPSS v21, diperoleh hasil
sebagai berikut:
1.
Pengujian Leadership(X1):
H0 (Hipótesis Nol)
H0: β1 = 0 Leardership pada kompetensi agen asuransi syariah tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pencapaian
target
penjualanproduk unit link di PT Prudential Life Indonesia
120
Ha: β1≠ 0
Leardership
berpengaruh
pada
kompetensi
signifikan
agen
terhadap
asuransi
syariah
pencapaian
target
penjualanproduk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, df = 50, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak (two-tailed) sebesar -2,009 dan 2,009.
Kriteria : Tolak H0 jika thitung>ttabelatau -thitung< -ttabel, terima Ha
Tolak Ha jika thitung<ttabelatau -thitung> -ttabel, terima H0
Dari tabel 5.19 di atas, diperoleh informasi bahwa nilai thitung untuk
leardership(X1) sebesar 3,574 dengan nilai ttabel sebesar 2,009. Dikarenakan nilai
thitunglebih besar dari nilai ttabel (3,574 > 2,009) maka H0 ditolak dan terima Ha,
artinya secara parsial leardership pada kompetensi agen asuransi syariah
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target penjualanproduk unit link di
PT Prudential Life Indonesia. Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk
pengujian parsial X1 tampak sebagai berikut:
-t-tabel = -2,009 0
t-tabel = 2,009
t-hitung = 3,574
Gambar 4.3 Kurva Uji Hipotesis Parsial X1
2.
Pengujian Communication Skill (X2):
H0 (Hipótesis Nol)
H0: β2 = 0 Communication skillpada kompetensi agen asuransi syariah
tidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target
penjualanproduk unit link di PT Prudential Life Indonesia
121
Ha: β2≠ 0
Communication skill pada kompetensi agen asuransi syariah
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target penjualan
produk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, df = 50, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak (two-tailed) sebesar -2,009 dan 2,009.
Kriteria : Tolak H0 jika thitung>ttabelatau -thitung< -ttabel, terima Ha
Tolak Ha jika thitung<ttabelatau -thitung> -ttabel, terima H0
Berdsarkan
tabel
5.19,
diperoleh
informasi
bahwa
nilai
thitung
untukcommunication skill(X2) sebesar 3,727 dengan nilai ttabel sebesar 2,009.
Dikarenakan nilai thitunglebih besar dari nilai ttabel (3,727 > 2,009) maka H0
ditolak dan terima Ha, artinya secara parsial communication skillpada
kompetensi agen asuransi syariah berpengaruh signifikan terhadap pencapaian
target penjualan produk unit link di PT Prudential Life Indonesia. Jika
digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X2 tampak sebagai
berikut:
-t-tabel = -2,009 0
t-tabel = 2,009
t-hitung = 3,727
Gambar 4.4 Kurva Uji Hipotesis Parsial X2
122
3.
Pengujian Interpersonal Relation(X3):
H0 (Hipótesis Nol)
H0: β3 = 0 Interpersonal relation pada kompetensi agen asuransi syariah
tidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target
penjualan produk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Ha: β3≠ 0
Interpersonal relationpada kompetensi agen asuransi syariah
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target penjualan
produk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, df = 50, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak (two-tailed) sebesar -2,009 dan 2,009.
Kriteria : Tolak H0 jika thitung>ttabelatau -thitung< -ttabel, terima Ha
Tolak Ha jika thitung<ttabelatau -thitung> -ttabel, terima H0
Berdsarkan tabel 5.19, diperoleh informasi bahwa nilai thitung untuk
interpersonal relation(X3) sebesar -1,196 dengan nilai ttabel sebesar -2,009.
Dikarenakan nilai -thitunglebih besar dari nilai -ttabel (-1,196 > -2,009) maka H0
diterima dan tolak Ha, artinya secara parsial interpersonal relation pada
kompetensi agen asuransi syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap
pencapaian target penjualanproduk unit link di PT Prudential Life Indonesia.
Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X3 tampak sebagai
berikut:
Gambar 4.5 Kurva Uji Hipotesis Parsial X3
-t-tabel = -2,009 0
t-tabel = 2,009
t-hitung = -1,196
123
4.
Pengujian Product Knowledge(X4):
H0 (Hipótesis Nol)
H0: β4 = 0 Product knowledgepada kompetensi agen asuransi syariah
tidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target
penjualanproduk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Ha: β4≠ 0
Product knowledgepada kompetensi agen asuransi syariah
berpengaruh
signifikan
terhadap
pencapaian
target
penjualanproduk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, df = 50, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak (two-tailed) sebesar -2,009 dan 2,009.
Kriteria : Tolak H0 jika thitung>ttabelatau -thitung< -ttabel, terima Ha
Tolak Ha jika thitung<ttabelatau -thitung> -ttabel, terima H0
Berdsarkan tabel 5.19, diperoleh informasi bahwa nilai thitung untuk product
knowledge(X4) sebesar -0,437 dengan nilai ttabel sebesar -2,009. Dikarenakan
nilai -thitunglebih besar dari nilai -ttabel (-0,437 > -2,009) maka H0 diterima dan
tolak Ha, artinya secara parsial product knowledge pada kompetensi agen
asuransi syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target
penjualan produk unit link di PT Prudential Life Indonesia. Jika digambarkan,
nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X4 tampak sebagai berikut:
-t-tabel = -2,009 0
t-tabel = 2,009
t-hitung = 0,437
Gambar 4.6 Kurva Uji Hipotesis Parsial X4
124
5.
Pengujian Marketing Strategy(X5):
H0 (Hipótesis Nol)
H0: β5 = 0 Marketing strategypada kompetensi agen asuransi syariah
tidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target
penjualan produk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Ha: β5≠ 0
Marketing strategypada kompetensi agen asuransi syariah
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target penjualan
produk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, df = 50, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak (two-tailed) sebesar -2,009 dan 2,009.
Kriteria : Tolak H0 jika thitung>ttabelatau -thitung< -ttabel, terima Ha
Tolak Ha jika thitung<ttabelatau -thitung> -ttabel, terima H0
Berdsarkan tabel 5.19, diperoleh informasi bahwa nilai thitung untuk
marketing strategy(X5) sebesar -1,397 dengan nilai ttabel sebesar -2,009.
Dikarenakan nilai -thitunglebih besar dari nilai -ttabel (-1,397 > -2,009) maka H0
diterima dan tolak Ha, artinya secara parsial marketing strategy pada kompetensi
agen asuransi syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target
penjualanproduk unit link di PT Prudential Life Indonesia. Jika digambarkan,
nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X5 tampak sebagai berikut:
-t-tabel = -2,009 0
t-tabel = 2,009
t-hitung = -1,397
Gambar 4.7 Kurva Uji Hipotesis Parsial X5
125
6.
Pengujian Akad Syariah(X6):
H0 (Hipótesis Nol)
H0: β6 = 0 Akad syariahpada kompetensi agen asuransi syariah tidak
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target penjualan
produk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Ha: β6≠ 0
Akad syariah pada kompetensi agen asuransi syariah
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target penjualan
produk unit link di PT Prudential Life Indonesia
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, df = 50, sehingga diperoleh ttabel
untuk uji dua pihak (two-tailed) sebesar -2,009 dan 2,009.
Kriteria : Tolak H0 jika thitung>ttabelatau -thitung< -ttabel, terima Ha
Tolak Ha jika thitung<ttabelatau -thitung> -ttabel, terima H0
Berdsarkan tabel 5.19, diperoleh informasi bahwa nilai thitung untukakad
syariah(X6) sebesar 2,112 dengan nilai ttabel sebesar -2,009. Dikarenakan nilai
thitunglebih besar dari nilai ttabel (2,112 > 2,009) maka H0 tolak dan Haditerima,
artinya secara parsial akad syariah pada kompetensi agen asuransi syariah
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target penjualanproduk unit link di
PT Prudential Life Indonesia. Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk
pengujian parsial X6 tampak sebagai berikut:
-t-tabel = -2,009 0
t-tabel = 2,009
t-hitung = 2,112
Gambar 4.8 Kurva Uji Hipotesis Parsial X6
126
Dari hasil penelitian diatas, semakin banyak pertumbuhan populasi diindonesia,
semakin banyak juga pekerjaan yang dibutuhkan, dan menjadi agen asuransi
adalah salah satu lapangan pekerjaan yang sangat menjanjikan. Seorang agen
harus memiliki kompetensi untuk berjalannya perusahaan asuransi dan capaiancapaian yang sesuai dengan target sebuah perusahaan, dalam tesis ini terdapat
beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang agen asuransi diantaranya
yaitu : kepemimpinan, kemampuan komunikasi, hubungan interpersonal,
pengetahuan produk, pemahaman akad syariah, marketing strategi. Dan
kompetensi
yang
paling
dominan
adalah
kepemimpinan,
kemampuan
komunikasi dan akad syariah ketiga faktor ini yang paling mempengaruhi dalam
pencapaian target penjualan produk unit link prudential.
127
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
penulis mengambil beberapa kesimpulan sesuai rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Kompetensi agen asuransi adalah agen yang memiliki kemampuan personal
yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian, sikap, nilai atau karakteristik
personal yang menunjang kinerja penjualan. Dan kompetensi yang dimiliki
oleh agen adalah variable yang penting dalam memperoleh loyalitas
konsumen, dengan memiliki kompetensi yang baik maka seorang agen dapat
mencapai targetnya sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap agen dalam
pencapaian target penjualan produk unit link di PT Prudential Life Indonesia
adalah leadership; communication skill dan akad syariah sedangkan tiga
faktor lainnya tidak mempengaruhi secara signifikan.
3. Sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi agen dalam
pencapaian target penjualan produk unit link di PT Prudential Life Indonesia,
yang pertama dari leadership (45,9%) diikuti oleh akad syariah (21,2%) dan
terakhir dari communication skill (18,3%).
128
B. Rekomendasi
Penulis mencoba memberikan saran kepada perusahaan bahwa :
1. Berdasarkan temuan penelitian bahwa variabel strategi marketing
masih rendah, oleh karena itu diharapkan kepada perusahaan
prudential
agar dapat
memberikan
pelatihan bagaimana cara
merumuskan strategi pemasaran yang tepat agar tercapainya target
penjualan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.
2. Program peningkatan kualitas dan penambahan SDM syariah yang
amanah dan profesional dengan pendidikan asuransi syariah dan
sertifikasi ahli asuransi syariah di indonesia.
3. Prudential harus tetap menjaga nama baik mengingat banyaknya
penghargaan yang sudah dicapai serta brand image yang sudah melekat
dimasyarakat agar kepercayaan nasabah terhadap perusahaan asuransi
prudential meningkat.
4. Memberikan
pelatihan
yang
intens
terhadap
agen
mengenai
kemampuan komunikasi terhadap nasabah, pengetahuan produk,
pemahaman terhadap akad-akad yang digunakan pada asuransi syariah
dan membentuk karakter-karakter agen yang jujur dalam memberikan
informasi perusahaan kepada nasabahnya.
5. Leader prudential harus senantiasa memantau dan mengarahkan agenagennya dalam bekerja sehingga dapat tercapai target-target yang
diberikan
oleh
perusahaan,
dan
terus
membangun
hubungan
komunikasi yang baik antara leader prudential kepada agennya dan
juga kepada nasabah prudential.
129
6. Hendaknya PT.Prudential semakin aktif dalam melakukan penjualan
dengan agen yang memiliki kompetensi yang baik dan profesional,
karena dengan agen yang memiliki kompetensi dan keprofesionalan
akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah nasabah dan
perusahaan prudential dapat menjadi perusahaan yang terbaik dan
terdepan dalam melayani nasabahnya dengan baik dan memuaskan
juga dimata masyarakat.
7. Para agen diharapkan memahami dan menguasai bentuk isi dan konsep
dari asuransi baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah,
memahami dengan baik produk-produk asuransi yang dibutuhkan oleh
nasabahnya, sehingga nantinya masyarakat dapat membedakan antara
asuransi syariah dan asuransi konvensional yang selama ini banyak
masyarakat yang masih jauh belum paham mengenai asuransi.
8. Produk unitlink adalah produk yang paling banyak diminati oleh
masyarakat, mengingat banyaknya peminat produk unit link sehingga
diperlukan informasi yang serius dan terarah untuk mengenalkan lebih
jauh kepada masyarakat tentang keunggulan dan manfaat serta kinerja
unitlink syariah.
9. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti agency –agency yang
terdapat di kota-kota besar seperti di jakarta, bandung , surabaya dll.
130
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Nabil Suleiman.“The Non- Financial Factors Influencing The
Performance of Islamic Insurance In Kenya: A Case Study of Takaful
Insurance of Africa”.European Journal of Business and Management,
Vol.5, No.13.(2013). h. 1
Ai-Hwa Quek, 2005, Learning for The Workplace: A Case Sudy in Gaduate
Employees‟ Generic Competencies, Journal of Workplace Learning, Vol.
17 No. 4, 2005, pp. 231-242
Al- Qardhawi, Muhammad Yusuf, Al halal wal haram fi Al islam, Beirut:
Maktab Al-Islami, 1980.
Al-Qardhawi, Muhammad Yusuf. ,Al-Ijtihad Fisy-Syari‟ah Al- Islamiyah –Ma‟a
Nadharatin Tahliliyyatin Fil Ijtihad Al Muadsir. Kuwait: Darul Qalam.
Ali, AM. Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan
Analitis Historis, Teoritis, & Praktis. Jakarta: Prenada Media
Amin, Muhammad. 2006. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional: Teori,
Sistem, Aplikasi dan Pemasaran. Jakarta: Kholam Publishing
Armstrong, Michael. 2003. Strategic Human Resource Management. Edisi
Bahasa Indonesia, terjemahan Ati Cahayani, PT Bhuana Ilmu Populer:
Jakarta.
Badroen, Faisal. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta:Kencana Prenada Media
Group. 2007.
Bapenas.Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035.Jakarta: BPS, 2013.
Barker, Tansu A, 1999. ”Benchmark of Successful Sales Force
Performance”. Canadian Journal of Administrative Science, hal.95-104
Bass, B.M, Riggio, R.E. 2006. Transformational Leadership. Second Edition.
Lawrence Erlbaum Associates: New Jersey
Basu, Swastha & Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran Modern Cetakan ke 13.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Boyatzis, Richard E., 2008-A, Competencies in The 21st Century, Journal of
Management Development, Vol. 27 No. 1, pp. 5-12
Chow, Simeon dan Reed Holden, 1997, “Toward An Understanding of Loyalty:
The Moderating Role of Trust”, Journal of Managerial Issues, Vol. IX,
No. 3
Cut Zurnali, 2010, “Learning Organization, Competency, Organizational
Commitment, dan Customer Orientation : Knowledge Worker –
Kerangka Riset Manajemen Sumberdaya Manusia di Masa Depan”,
Penerbit Unpad Press, Bandung
Doney, Patricia M dan Cannon, Joseph P, 1997, “An Examination of The Nature
of Trust in Buyer-Seller Relationship,” Journal of Marketing, Vol. 61
(April). Hal. 51
Engel, et al.,. 1995. Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Fayshal, Abung dan Medyawati, Henny.“Analisis Strategi Pemasaran Produk
Asuransi Jiwa Pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok”.Jurnal
Asuransi dan Manajemen Risiko, Vol.1, No.2, (2013).
131
Ferrinadewi, E dan Djati, S.P. 2004. “Upaya Mencapai Loyalitas Konsumen
dalam Perspektif Sumber Daya Manusia”. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 6 (1), Maret: 15-26
Fleury, M.T.L. (2002), “A gesta˜o de competeˆncia e a estrate´gia
organizacional”, in Fleury, M.T. (Ed.), As Pessoas na Organizac¸a˜ o,
Gente, Sa˜o Paulo
Hania Masud, “Takaful: An Innovative Approace to Insurance and Islamic
Finance”:
Journal
Jil
Vol.32
(www.law.upenn.edu/journals/jil/articles/volume32/issue4/Masud32U.Pa
.J.Int'lL.1133(2011).pdf, 2011), h.1135.
Haron, Hasnah dkk.“Factors Influencing Unethical Behavior of Insurance
Agents”.International Journal of Business and Social Science.Vol, 2 No.
1, (January 2011), h. 84
Htay, Sheila Nu Nu, Salman Syed Ahmed Salman, Shari‟ah and Ethical Issues
in the Practice of the Modified
Israel, Gleen D, Determinung sample size,University of florida: Program
Evaluationand Organizational Development, 2009, h.4.
Keraf, Sony. 1998. Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius
Khair, Hazmanan. “Atribut Kinerja Pelayanan Dalam Mempengaruhi
Masyarakat Kota Medan Memilih Perusahaan Asuransi”, Jurnal
manajemen&bisnis. Vol. 14, No.01, (April 2014), h. 107
Kotler, Philip dan Keller, K.L. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi ke 13 Jilid 1.
Jakarata: Erlangga
Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran. Erlangga: Jakarta
Kristina, Alan S, 2005, “Analisis pengaruh Kepercayaan pengelola Apotek
terhadap Pemasok maupun Tenaga penjualan dalam Membangun
Kesetiaan
melalui
Kepuasan
Pengelola
Apotek
terhadap
Pemasok”, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. IV, No. 3, Desember
2005.
Kusuma, Henda Sandika.Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Pengambilan Keputusan Bagi Auditor Studi
Empiris Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).Semarang:UNDIP. 2011.
Lailaturrohmah, Naafilah, Analisis Pengaruh Etika Kerja Terhadap Kepuasan
Kerja , Komitmen Organisasional dan Organizational Citizenship
Behavior, Universitas Diponegoro 2014, h.1
Le Boterf, G. (2000), Compe´tence et Navigation Professionnelle, E´ ditions
d‟Organization, Paris
Mehdi Sadeghi, “The Evolution of Islamic Insurance-Takaful: A Literature
Survey”: Insurance Market and Companies: Analysis and Acturial
Computations
Vol.1
Issue
2
(http://businessperspectives.org/journals_free/imc/2010/IMC_2010_2_Sa
deghi.pdf, 2010), h.103-104.
Mher Mushtaq Hussain, “Conceptual and Operational Differences between
General Takaful and Conventional Insurance”: Australian Journal of
Business
and
Management
Research
Vol1
No.8
(http://www.ajbmr.com/articlepdf/AJBMR_17_41i1n8a4.pdf,
2011),
h.24.
132
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Cetakan Ke-14. PT
Remaja Rosdakarya: Bandung
Muray, Peter, 2003, Organizational Learning, Competencies, and Firm
Performance: Emperical Observations, The Learning Organization, Vol.
10, pp. 305-313
Narimawati, Umi, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh
dan Perhitungannya. Jakarta : Agung Media,2007
Nawatmi, Sri.Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Fokus Ekonomi (FE), April
2010,Vol.9,No.1, h.50-58
Nico P. Swartz dan Pieter Coetzer, “Takaful: An Islamic Insurance Instrument”:
Journal of Development and Agricultural Economica Vol.2(10)
(http://www.academicjournals.org/journal/JDAE, 2010), h.338.
Nugroho, Mahendra Adi, “Konsep teori dan tinjauan kasus etika bisnis PT
Dirgantara Indonesia 1960-2007”. Jurnal Economia, Vol.8, No.1.2012.
h.1
Pawar, B.S and Easman, KK. 1997. The Nature and Implication of Contextual
Influences on Transactional Leadership: A Conceptual Examination.
Academy of Management Review, 22:80-109.
Peter dan Olson, 1996. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. D.
Sihombing (penerjemah). Consumen Behavior. Gelora Aksara Pratama.
Jakarta
Podsakoff,P, MacKenzie, S.B and Bommer, W.H. 1996. Transformational
Leader Behavior and Substitutes for leadership as Determinants of
Employee satisfaction, Commitment, Trust and Organizational
Citizenship Behaviors. Journal of Management, 22:259-298.
Prahalad, C.K. and Hamel, G. (1990) The core competence of the corporation,
Harvard Business Review (v. 68, no. 3) pp. 79–91
Prameswari, Nanda Putri dan Astuti ,Sri Rahayu Tri, Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen pada Asuransi Prudential di
Kota Semarang , Semarang: UNDIP, t.t.
Putri, Dewi Rosarina.Hubungan Antara Corporate Social Responsibility dan
Kinerja Keuangan Industri Keuangan Syariah Di Indonesia, Semarang:
Universitas Diponegoro. 2014.
Qayyim, Ibnul. I‟lamul Muaqqin. jilid II, Daar Ibn Al-Juzi. tt.
Rakhmat, Jalauddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Rentz, Joseph O., C. David Shepherd, Armen Taschian, Pratibha A. Dabholkar
and Robert T. Ladd, (2002) “A Measuren of Selling Skill: Scale
Development and Validation “, Journal of Personal Selling And Sales
Management, Vol. XXII, No. 1 (Winter), Hal 21.
Robbin, James G dan Jones, Babara S. 1982. Effective Communication for
Today Manager. Terjemahan R. Truman Sirait. Jakarta: Tulus Jaya
Robbin, S.P. dan Coulter, M. 1999. Management, 6th edition, Prentice Hall
International Inc, New Jersey
Robbins, Stephen P. 1996 Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Hadyana
Pujaatmaja. Jakarta: Prenhallindo
133
Rosyadi, Muhammad Faiz.Pengaruh Etika Bisnis Islam Terhadap Customer
Retention Studi Kasus Pada Bank BPD DIY Cabang Syariah.
Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga. 2011.
Saifullah, Muhammad , “Etika Bisnis Islami Dalam Praktek Bisnis Rasulullah”.
Jurnal Walisongo.Vol 19, No.1. Semarang: IAIN Walisongo, 2011.
Salleh, Fauzillah bt , Kmaruddin Abdul Razak bin, “The Effects of Personality
Factors on Sales Performance of Takaful Islamic Insurance Agents in
Malaysia”. International journal of business and social science, Vol 2,
No 5.(special issue-march 2011), h.1,
Salleh, Marhanum Che Mohd, Abdullah Nurdianawati Irwani, Razali Siti
Salwani, Customer Perception Towards Relationship Marketing
Practices in Takaful Industry, International Conference on Business and
Economic Research, 4th ICBER 2013, Procedding, 04-05 March 2013,
h.5
Sevilla, Consuelo G. et. al (2007). Research Methods. Rex Printing Company.
Quezon City, h. 182
Shepherd, C. David, 1999, “Service Quality And The Sales Force : A
Tools For Competitive Advantage”, Journal Of Personal Selling And Sales
Management, 3, (summer). Hal 73
Siagian, Sondang P. 1994.Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi
Edisi 11. CV Haji Masagung: Jakarta.
Sinnott, George C. et.al, 2002, Competencies, Report of the Competencies
Workgroup, September 2002, The Department of Civil Service and
Governor‟s Office of Employee Relations, US.
Spencer, Lyle M. and Signe M. Spencer, 1993, Competence Work: Model for
Superior Performance, John Wiley and Sons. Inc
Strebler M, Robinson D and Heron P. 1997, Getting the Best Out of Your
Competencies, Institute of Employment Studies, University of Sussex,
Brighton
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: PT. Ghalia Indonesia
Syakir Sula, Muhammad, Asuransi Syariah (life and general), konsep dan
system operasional, Jakarta : Gema Insani. 2004.
Syakir Sula, Muhammad, Konsep Asuransi dalam Islam.Bandung: Rosda. 1998.
Syakir Sula, Muhammd, ASURANSI SYARIAH (life and general), konsep dan
system operasional,Jakarta: Gema Insan. 2004.
Syakir, Muhammad. 2004. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan
Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insanijh
Taimiyyah, Ibnu, Qawaidun Nuraniyah Al-Fiqhiyah, Daar Ibn Al-Juzi, tt.
Thoha Miftah, 2005. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: PT Grafindo Persada
Thoha, Miftah. 1995. Kepemimpinan Dalam Manajemen: Suatu Pendekatan
Perilaku. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Timpe A.Dale. 1999. The Art and Science of Business Management
Performance. Kend Publishing: New York.
Umar, Husein. 2008. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. PT
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
134
Wells, 1994. Corporation and Criminal Responsibility. Oxford: Clarendon
Press.
Wirawan. 2002.Kapita Selekta Teori Kepemimpinan. Yayasan Bangun Indonesia
dan Uhamka Press: Jakarta
Yildirim, Osman, 2007, Discriminating Emotional Intelligence-Based
Competencies of IT Employees and Salespeople, Journal of European
Industrial Training, Vol. 31 No. 4, pp. 274-282
Yodhia Antariksa, 2007,http://strategimanajemen.net/2007/09/06/membangunmanajemen-skdm-berbasis-kompetensi/
135
Download