Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif 2017 ISBN No. 978-602-98559-3-7 KARAKTERISTIK LARUTAN KIMIA DI DALAM AIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR Titik Suparwati Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Cenderawasih, Jayapura e-mail : [email protected] At this writing is given by picture about system application equatioan of linear differensial. There are two system namely open system and closed system. But in this articel will be discuss open system only. Open system the studied is system which there are stream enter from outside into tank A and or tank B as well as stream go out system of tank B. Amount of chemicals in both tank after time of t, can be counted by making pemodelan of mathematics.From research can be seen that system equatian of formed by differensial is open system is system equation of linear differensial of nonhomogen . To the number of chemicals at tank A and B at open system to be determined by including the problem of value early into common solution of system equation of formed of differensial the system. Keyword : condensation chemicals, System equation of linear differensial, and open system. 1. PENDAHULUAN Setiap cabang ilmu Matematika mempunyai aplikasi atau penerapan di berbagai bidang ilmu pengetahuan, di antaranya matematika terapan yang menjadikan kalkulus modern sebagai persamaan dan sistem persamaan differensial yang merupakan bentuk atau model matematika yang cukup mendominasi dalam matematika terapan. Persamaan differensial merupakan persamaan yang memuat turunan satu buah fungsi yang tidak diketahui. Meskipun persamaan seperti itu seharusnya disebut persamaan turunan, namun istilah persamaan differensial yang diperkenalkan oleh Leibniz pada tahun 1676 sudah umum digunakan. Persamaan differensial hanya memuat satu fungsi yang tak tak diketahui, sehingga penyelesaiannya sampai saat ini berupa satu persamaan differensial yang menagndung satu fungsi yang tak diketahui. Dalam perkembangannya yang berhubungan dengan penerapan persamaan differensial, akan dipelajari pula n buah persamaan differensial dengan n buah fungsi yang tak diketahui, dimana n merupakan bilangan positif lebih dari sama dengan 2 (n 2). Inilah yang disebut dengan sistem persamaan differensial [1]. Terdapat banyak aplikasi dari sistem persamaan differensial, diantaranya adalah di bidang ilmu kimia. Reaksi kimia biasanya dapat berlangsung pada dua campuran zat. Salah satu contoh yang lazim dari campuran adalah larutan . Di alam, kebanyakan reaksi berlangsung dalam air. Cairan tubuh, baik tumbuhan maupun hewan adalah larutan yang terdiri dari berbagai zat. Jenis reaksi di samudera, danau dan sunagi juga melibatkan larutan. Kuantitas relatif suatu zat tertentu dalam suatu larutan disebut konsentrasi, sehingga konsentrasi merupakan faktor penting dalam menentukan cepat lambatnya suatu reaksi kimia berlangsung [2]. Dalam penulisan ini akan dikaji aplikasi persamaan differensial linear dalam menentukan jumlah bahan kimia di dalam dua buah tangki setelah dilarutkan ke dalam zat pelarut air, yang mana larutan di dalam tangki A dapat mengalir ke dalam tangki B, dan sebaliknya, dengan konsentrasi yang telah ditentukan. 389 Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif 2017 ISBN No. 978-602-98559-3-7 2. PERUMUSAN MASALAH Rumusan masalahnya adalah bagaimana mengaplikasikan sistem persamaan differensial dalam menentukan jumlah bahan kimia ke dalam air yang terdapat di dalam dua buah tangki, bagaimana cara menentukan model matematikanya dan bagaimana rumus menghitung banyaknya bahan kimia dalam tangki A dan B pada sistem terbuka setiap saat. 3. TINJAUAN PUSTAKA Dalam penulisan ini, sistem persamaan differensial yang terbentuk akan diselesaikan dengan menggunakan metode matriks. 3.1. Matriks dan Operasinya Definisi 3.1 [3] Bentuk yang paling umum dari sebuah matriks adalah bilangan-bilangan yang berbentuk persegi panjang yang dapat disajikan sebagai berikut: A11 A A 21 ... Am1 Bilangan A12 A22 ... A23 ... Am 2 ... ... A1n A2 n ... Amn (3.1.1) A11 , A12 , ... , Amn yang menyusun rangkaian tersebut disebut elemen dari matriks. Sedangkan indeks pertama dari elemen menunjukkan baris dan indeks kedua menunjukkan kolom. Ordo sebuah matriks ditentukan oleh banyaknya baris dan kolom dari suatu matriks. Matriks A pada Persamaan (2.1.1) mempunyai ordo m x n. Matriks bujur sangkar adalah matriks yang mempunyai jumlah baris dan jumlah kolomnya sama m n dan dikatakan matriks bujur sangkar berordo n. Jika dua buah matriks A dan B mempunyai ordo yang sama, maka jumlah A+B adalah matriks yang diperoleh dengan menambahkan bersama-sama elemen yang bersesuaian dalam kedua matriks tersebut. Pengurangan matriks mempunyai syarat yang sama dengan penjumlahan. Misalkan A adalah matrik m x n dan B adalah matriks n x r, maka hasil kali AB adalah matriks m x r yang elemen-elemennya ditentukan sebagai berikut: untuk mencari elemen dalam baris ke i dan kolom ke j dari AB, pilih baris i dari matriks A dan kolom j dari matriks B. Kalikan elemen-elemen yang bersesuaian dari baris dan kolom tersebut bersama-sama, kemudian tambahkan hasil kali yang dihasilkannya. 3.2. Persamaan differensial 390 Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif 2017 ISBN No. 978-602-98559-3-7 Definisi 3.2 [4] Persamaan differensial adalah suatu persamaan yang meliputi turunan fungsi dari satu atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas. Selanjutnya jika turunan fungsi itu hanya tergantung pada satu variabel bebas disebut persamaan differensial biasa, dan jika tergantung pada lebih dari satu variabel bebas disebut persamaan differensial parsial. Persamaan diferensial biasa orde n dikatakan linear bila dapat dinyatakan dalam bentuk a0 ( x) y ( n) a1 ( x) y ( n1) ... a n ( x) y F ( x), dimana a 0 ( x) 0 Persamaan diferensial orde satu adalah persamaan yang berbentuk : dy f ( x, y ) dx (3.2.1) (Persamaan di atas dikutip dari [1]). Definisi 3.3 [4] Sistem persamaan diferensial linear orde satu disajikan sebagai dx1 a11 (t ) x1 (t ) a12 (t ) x2 (t ) ... a1n (t ) xn (t ) b1 (t ) dt dx2 a 21 (t ) x1 (t ) a 22 (t ) x2 (t ) ... a 2 n (t ) xn (t ) b2 (t ) dt dxn a n1 (t ) x1 (t ) a n 2 (t ) x2 (t ) ... a nn (t ) xn (t ) bn (t ) dt dengan aij (t ) dan Jika berikut: (3.2.3) bi (t ) adalah fungsi khusus pada interval I. b1 b2 ... bn 0, untuk semua t pada interval I, maka sistem ini dinamakan homogen. Jika satu atau lebih dari bi (t ) tidak nol, maka sistem Persamaan di atas dinamakan nonhomogen. 3.3. Nilai eigen dan vektor eigen Definisi 3.4 [5] Misalkan A adalah matriks n x n, vektor tak nol x di dalam R n dinamakan vektor Eigen (eigenvector) dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x; yakni Ax = x 391 Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif 2017 ISBN No. 978-602-98559-3-7 untuk suatu skalar . Skalar bersesuaian dengan . dinamakan nilai eigen (eigen value) dari A dan x dikatakan vektor eigen yang Untuk mencari nilai eigen matriks A yang berukuran n x n maka Ax = x dituliskan kembali sebagai Ax = Ix atau ( I – A)x = 0 Supaya menjadi nilai Eigen, maka harus ada penyelesaian tak nol dari persamaan ini, yaitu jika dan hanya jika det ( I – A) = 0 (3.3.1) Inilah yang dinamakan persamaan karakteristik A dan skalar yang memenuhi persamaan ini adalah nilai Eigen dari A. Jika adalah suatu parameter, maka det ( I – A) adalah suatu polinom yang dinamakan polinom karakteristik dari A. Vektor Eigen A yang bersesuaian dengan nilai Eigen adalah vektor taknol x yang memenuhi Ax = x 3.4. Sifat Dasar Larutan Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom, ataupun ion dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen, permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah. Biasanya dengan larutan yang dimaksudkan adalah fase cair. Salah satu komponen penyusun larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut atau zat pelarut (solvent). Zat yang terlarut disebut zat terlarut (solute). Air disebut sebagai pelarut karena air tetap mempertahankan keadaan fisiknya. Sedangkan zat terlarut adalah zat yang berubah keadaan fisiknya setelah dicampurkan dengan zat pelarut. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan. Seperti garam atau gula dilarutkan dalam air [2]. 4. PEMBAHASAN Aplikasi sistem persamaan diferensial linear dalam menentukan jumlah bahan kimia yang dilarutkan ke dalam air yang terdapat di dalam dua buah tangki, yang mana dua buah tangki tersebut saling berhubungan dengan 392 Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif 2017 ISBN No. 978-602-98559-3-7 posisi horisontal sehingga membentuk dua sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup, tetapi pada makalah ini hanya akan dijelaskan untuk sistem terbuka sebagai berikut : Sistem Terbuka Ada dua bentuk sistem terbuka yang akan dibahas. Salah satu bentuk sistem terbuka dapat dilihat pada Gambar 4.1.1. Dua tangki berisi larutan yang mengandung garam. Larutan (lain) yang mengandung konsentrasi cin gram/liter garam mengalir ke dalam tangki A dengan laju rin liter/menit dan larutan dengan konsentrasi cout gram/liter mengalir keluar sistem melalui tangki B dengan laju rout liter/menit. Kemudian larutan dengan konsentrasi c12 gram/liter mengalir ke dalam tangki A dari tangki B dengan laju r12 liter/menit dan larutan dengan konsentrasi c21 gram/liter mengalir ke dalam tangki B dari tangki A dengan laju r21 liter/menit. Yang akan dihitung adalah A1 (t ) dan A2 (t ) , yakni jumlah garam di dalam tangki A dan tangki B setelah waktu t secara berturut-turut. rin r21 cin C 21 A1 A2 r12 rout C out C 12 Tangki A Tangki B Gambar 4.1.1 Diketahui pada Gambar 4.1.1 rin laju larutan masuk dari luar sistem ke dalam sistem cin konsentrasi larutan masuk dari luar sistem ke dalam sistem r21 laju larutan yang masuk ke dalam tangki B dari tangki A c21 konsentrasi larutan yang masuk ke dalam tangki B dari tangki A r12 laju larutan yang masuk ke dalam tangki A dari tangki B c12 konsentrasi larutan yang masuk ke dalam tangki A dari tangki B rout laju larutan keluar meninggalkan sistem cout konsentrasi larutan keluar meninggalkan sistem A1 (t ) jumlah garam di dalam tangki A setelah waktu t A2 (t ) jumlah garam di dalam tangki B setelah waktu t. 393 Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif 2017 ISBN No. 978-602-98559-3-7 Diasumsikan bahwa larutan pada setiap tangki bercampur sempurna sehingga berdasarkan definisi konsentrasi diperoleh dengan c12 = cout = A2 , dan V2 c21 = A1 , V1 Vi merupakan volume larutan di dalam tangki i pada saat t. t jumlah bahan kimia yang memasuki tangki A adalah Pada interval waktu (cin rin + c12 r12) t gram dan jumlah bahan kimia yang keluar dari tangki A pada interval waktu yang sama adalah c21r21 t gram. Perubahan jumlah bahan kimia di dalam tangki A pada interval waktu t , ditunjukkan oleh A1 , yaitu A A A1 cin rin r12 2 r21 1 t. (4.1.1) V2 V1 Jumlah total bahan kimia yang memasuki tangki B pada interval waktu t adalah c 21 r21 t gram Jumlah total bahan kimia yang keluar dari tangki B pada interval waktu r12 t adalah c12 rout cout t gram Perubahan jumlah bahan kimia di dalam tangki B pada interval waktu t , ditunjukkan oleh A2 yaitu A2 r21c21 (r12c12 routcout )t , A A A2 r21 1 (r12 rout ) 2 t. V2 V1 sehingga diperoleh : dA1 A A r21 1 r12 2 cin rin , dt V1 V2 dA2 A A r21 1 (r12 rout ) 2 . dt V1 V2 Selanjutnya Persamaan (4.1.2) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks, yaitu: x’ = A x + b sehingga diperoleh suatu penyelesaian sebagai berikut : x1 e 1t v1 , dengan 394 x2 e2t v2 v1 dan v2 , sehingga diperoleh (4.1.2) Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif 2017 ISBN No. 978-602-98559-3-7 x c1e1t v1 c2e2t v2 x p Sedangkan untuk menghitung c1 dan c2 digunakan syarat awal. Contoh kasus: Diketahui : dua buah tangki V1 20 liter, V2 20 liter, A1 (0) 40 gram, A2 (0) 20 gram cin 4 g/liter, rin 3 liter/menit, r12 1 liter/menit, r21 4 liter/menit, rout 3 liter/menit. c12 = cout = c 21 = A2 A2 V2 20 A1 A1 V1 20 Pada interval waktu t , perubahan jumlah garam di dalam tangki A adalah A 1 A1 12 2 t A1 t 20 5 1 1 12 A2 A1 t 20 5 (4.2.1) Dengan analisis yang sama, perubahan jumlah garam di dalam tangki B pada interval waktu t adalah 1 1 A2 A1 A2 t 5 5 (4.2.2) Sehingga diperoleh dA1 1 1 A1 A2 12 dt 5 20 dA2 1 1 A1 A2 dt 5 5 (4.2.3) Sistem di atas dapat ditulis sebagai persamaan matriks x’ = A x + b A1 , A2 dengan x 1 1 , 10 1 A 15 5 2 , 1 20 1 5 12 b Nilai eigen dari A adalah 0 3 . 10 Sehingga diperoleh 395 Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif 2017 ISBN No. 978-602-98559-3-7 x1 e t 10 1 3t 1 10 x e , dan 1 2 2 x ' A x adalah Jadi, solusi umum xc c1e t 10 1 3 1 10 2 c 2 e 2 Setelah dicari nilai dari xp solusi umum untuk x’ = A x + b adalah x c1e t 10 1 80 3t 1 10 c e 2 2 2 80 Dengan menggunakan kondisi awal yaitu A1 (0) 40, A2 (0) 20 . 40 x(0) 20 diperoleh 2c1 70 dan c1 35 c 2 5 Sehingga diperoleh solusi dari masalah nilai awalnya yaitu x 35e t 10 1 80 3t 1 10 2 5e 2 80 Jadi jumlah garam di dalam tangki A dan B setiap saat yaitu A1 (t ) (80 35e t A2 (t ) (80 70e 10 t 10 5e 3t 10e 10 3t ) gram 10 ) gram 5. KESIMPULAN Pada penulisan ini dapat disimpulkan bahwa 1. Sistem persamaan diferensial dapat digunakan untuk menghitung jumlah bahan kimia yang dilarutkan ke dalam air yang terdapat di dalam dua buah tangki. Sistem persamaan diferensial yang terbentuk dari sistem terbuka adalah sistem persamaan diferensial linier nonhomogen. Sistem ini diselesaikan dengan menggunakan metode matriks. 2. Banyaknya bahan kimia dalam tangki A dan B pada sistem terbuka setiap saat dapat ditentukan dengan menentukan nilai Eigen dan vektor Eigen, kemudian menentukan solusi dan memasukkan masalah nilai awal ke dalam solusi tersebut. 396 Prosiding Seminar Nasional Metode Kuantitatif 2017 ISBN No. 978-602-98559-3-7 6. SARAN Pada penulisan ini hanya membahas tentang sistem terbuka. Secara sama dapat diselesaikan juga untuk sistem tertutup. KEPUSTAKAAN [1] Finizio, N & G. Ladas. 1998, Persamaan Diferensial Biasa Dengan Penerapan Modern. Terjemahan oleh Dra. Widiarti Santoso. Jakarta: Erlangga. [2] Kleinfelter, Wood. 1991, Kimia Untuk Universitas. Terjemahan oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D. Jakarta: Erlangga. [3] Gere, James, M & William Weaver Jr. 1987, Aljabar Matriks Untuk Para Insinyur. Terjemahan oleh Drs. G. Tejosutikno, Jakarta: Erlangga. [4] Goode, Stephen, W. 1991, An Introduction To Differential Equations And Linear Algebra. California: Prentice Hall International Inc. [5] Anton, Howard & Rorres Chris, 2004, Aljabar Linear Elementer Versi Aplikasi. Jakarta: Erlangga. 397