MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DIARE, DEMAM BERDARAH, CHIKUNGUNYA, COVID 19 Dosen Pengampu: M. DODY IZHAR, SKM., M.Kes Disusun oleh: Widianingsih (N1A119034) No absen : 6 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah yang maha esa, yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Diare, Demam Berdarah, Chikungunya, Covid 19” Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti saat ini. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena kemampuan kami sebagai penulis yang masih terbatas. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini pada saat mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca. Akhir kata saya sampaikan terima kasih semoga Allah yang maha esa senantiasa meridhai segala urusan kita. Aamiin. Jambi, 15 September 2020 Widianingsih i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 6 1.3 TUJUAN ..................................................................................................... 6 1.4 MANFAAT .................................................................................................. 6 BAB II ..................................................................................................................... 7 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 7 BAB III .................................................................................................................. 10 PEMBAHASAN..................................................................................................... 10 3.1 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DIARE................................ 10 3.2 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH ....................................................................................................... 13 3.3 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT CIKUNGUNYA 16 3.4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN COVID ............................... 21 BAB IV .................................................................................................................. 24 PENUTUP ............................................................................................................. 24 KESIMPULAN ................................................................................................... 24 SARAN .............................................................................................................. 26 ii DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium. Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah utama negara perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman, 2003). Dua penyakit yang menonjol sebagai penyebab utama kematian pada anak kelompok umur 1 sampai 4 tahun adalah diare dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu campak, batuk rejan dan tetanus (Anggarini, 2004). Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan tau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak pada orang yang sebelunya sehat dan berlangsung kurang dari 2 minggu (Noerasid dkk., 1988) Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar (70% - 80%) penderita ini adalah anak dibawah umur lima tahun, yang disebabkan karena dehidrasi. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 1 2 350.000 - 500.000 anak di bawah umur 5 tahun meninggal setiap tahunnya (Noerasid dkk., 1988) Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi masyarakat, karena sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita penyakit ini. Namun, angka kematian yang tinggi akibat diare terutama pada bayi dan anak-anak yaitu sebesar 23,2% di wilayah Surabaya (Zeinb , 2004). 1 Pada banyak pasien, onset diare terjadi secara tiba-tiba tetapi tidak terlalu parah dan dapat sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan. Pada kasus yang parah, resiko terbesar adalah dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit terutama pada bayi, anak-anak dan manula yang lemah. Oleh karena itu, terapi rehidrasi oral merupakan kunci utama penanganan untuk pasien sakit diare akut (Zeina , 2004). Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri atau virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius disertai dengan muntah–muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang tidak jarang akan berakhir dengan kejang dan kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi ini lebih berbahaya karena cadangan intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih mudah dilepaskan jika dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang parah harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan upaya pengobatan (Setiawan, 2005). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang terutama pada anak, dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa atau KLB di Indonesia (Iskandar, 2006). Kongres Kesehatan Sedunia yang ke-46 telah menyetujui sebuah resolusi tentang upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue dan pemberantasannya, yang kemudian melahirkan pemikiran bahwa pemberdayaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue yang berskala nasional maupun lokal adalah ditingkatkannya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat (WHO, 2003). Departemen Kesehatan selama ini telah melakukan berbagai upaya dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Awalnya strategi pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah pemberantasan nyamuk Aedes aegypti melalui pengasapan, kemudian strategi ditambah dengan 2 menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air. Namun demikian kedua metode tersebut belum berhasil dan memuaskan. Saat ini Depkes mengembangkan metode pencegahan penyakit Demam Berdarah untuk mengubah dengan melibatkan serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh masyarakat secara rutin, serentak dan berkesinambungan. Metode ini dipandang sangat efektif dan relatif lebih murah dibandingkan dengan metode terdahulu. Pencegahan Demam Berdarah yang dianjurkan kepada keluarga atau masyarakat adalah dengan cara melakukan kegiatan 3 M plus yaitu menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi, menabur larvasida di tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan di sekitar rumah, serta cara lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk Aedes agypti menggunakan kelambu waktu tidur, dan memakai obat anti nyamuk. (Depkes, 2003). Untuk melakukan pencegahan penyakit DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama. Oleh karena nyamuk tersebut hidup di dalam dan sekitar rumah penduduk, maka pengetahuan masyarakat dalam pencegahan sangat menentukan keberhasilannya. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies nyamuk Aedes Aigepty. Chikungunya berasal dari kata dalam bahasa Swahili yang berarti melengkung keatas berdasarkan gejala pada penderita yang bentuk tubuhnya melengkuk dan mengacu pada posisi tubuh yang melengkung akibat dari nyeri sendi. Nyamuk Aedes Aegypti ini merupakan perantara virus chikungunya yang dapat menularkan dari satu penderita ke penderita lainnya (Anies, 2006). Menurut data World Health Organization (WHO) didapatkan hasil bahwa pada bulan November 2013 terdapat lima kasus chikungunya yang sudah terbukti dengan adanya ciri-ciri seperti nyeri 3 sendi dan badan terasa lemah. Kemudian pada tanggal 10 desember 2013 terdapat 20 kasus terinfeksi chikungunya (WHO, 2013). Data di tahun 2007 sampai tahun 2012 di beberapa provinsi di Indonesia terjadi kejadian luar biasa Chikungunya dengan jumlah 149.526 kasus tanpa kematian, maka perlu untuk waspada terhadap penyakit ini (Kemenkes, 2013). Adapun gejala utama pada pasien yang terkena chikungunya adalah badan terasa lemas, secara mendadak tubuh terasa demam diikuti dengan rasa linu pada persendian. Gejala yang khas adalah timbul rasa pegal dan linu pada bagian tulang-tulang (Chopra, et all, 2011). Virus ini menyerang secara mendadak di 2 daerah endemis. Masih banyak anggapan di dalam masyakat bahwa demam chikungunya atau demam tulang ini sebagai penyakit yang berbahaya sehingga membuat cemas dan menganggap bahwa penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. Pada saat virus ini berkembang biak didalam darah, penderita akan merasa nyeri pada bagian tulang dan takut untuk menggerakkannya (Anies, 2006). Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya chikungunya yaitu dengan cara selalu menjaga kebersihan, apalagi disaat musim hujan. Pencegahan yang mudah dan murah adalah dengan cara 3M yaitu menguras bak mandi, menutup penampung air serta mengubur sampah. Pencegahan sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimilki oleh masyarakat tersebut (Notoatmodjo, 2010). Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virushanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkansel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksisendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi takberdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapitidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atasprotein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik 4 proteinyang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daurhidupnya. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi selsel eukariota(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofagatau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenisjenis sel prokariota (bakteri danorganisme lain yang tidak berinti sel).Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapatmenjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selaluterasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV),hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV). Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yangmenghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebutmemiliki bercak-bercak. Terdapat banyak sekali jenis virus yang hidup di bumi, tapi tidak semuanya dapat mengakibatkan penyakit pada manusia. Sebaliknya, virus yang dapat mengjangkiti manusia bisa menyebar dari orang ke orang, melalui gigitan serangga, atau hewan perantara yang kemudian berinteraksi dengan manusia. Virus yang sedang menggemparkan dunia saat ini yaitu virus Corona atau COVID-19. kasusnya dimulai pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan. Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS, yang juga berkaitan 5 dengan virus Corona. Memiliki gejala yang sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare 2. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit Deman Berdarah 3. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit Chikungunya 4. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan COVID 19 1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare 2. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah 3. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan penyakit Chikungunya 4. Untik mengetahui pencegahan dan penanggulangan COVID 19 1.4 MANFAAT Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular. Selain itu juga untuk menambah wawasan maupun pengetahuan para pembaca terkhususnya para mahasiswa/I tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare, Demam Berdarah, Chikungunya, dan COVID 19 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Diare Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan rheein, yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer” (Goodman dan Gilman, 2003). Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti 5 biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu (Yulinah, 2008). 2. Demam berdarah Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit demam aut yang terutama menyerang anak-anak disertai dengan manifestasi (sesuatu golongan) pendarahan dan bertendensi menimbulkan syok yang dapat menyebabkan kematian. Kedua jenis nyamuk ini dapat hampir seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang ketinggiannya mencapai lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut. Hal ini karena Aedes Albopictus kehidupan berkembang biak di kebun dan semak-semak. Berbagai penelitian yang telah dilakukan juga membuktikan bahwa nyamuk Aedes Aegypti-lah penyebab utama terjadinya kasus-kasus demam berdara di Indonesia. 3. Chikungunya Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang 7 hebat. Chikungunya tergolong arthropod-borne disease, yaitu penyakit yang disebarkan oleh arthropoda khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini memiliki kebiasaan menggigit pada siang hari, sehingga kejadian penyakit ini lebih banyak terjadi pada wanita dan anakanak dengan alasan mereka lebih banyak berada di rumah siang hari (Ramadhani, dkk, 2017). 4. COVID-19 Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARSCoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Coronavirus merupakan kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius berikut ini: • Pneumonia • Infeksi sekunder pada organ lain • Gagal ginjal • Acute cardiac injury • Acute respiratory distress syndrome 8 • Kematian Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Penularan sangat cepat hingga Organisasi Kesehatan Dunia WHO menetapkan pandemi virus Corona atau COVID-19 pada (11/3/2020). Pandemi atau epidemi global mengindikasikan infeksi COVID19 yang sangat cepat hingga hampir tak ada negara atau wilayah di dunia yang absen dari virus Corona. Peningkatan jumlah kasus terjadi dalam waktu singkat hingga butuh penanganan secepatnya. Hingga kini belum ada obat spesifik untuk menangani kasus infeksi virus Corona atau COVID-19. WHO menyatakan saat ini Eropa telah menjadi pusat pandemi virus Corona secara global. Eropa memiliki lebih banyak kasus dan kematian akibat COVID-19 dibanding China. Jumlah total kasus virus Corona, menurut WHO, kini lebih dari 136 ribu di sedikitnya 123 negara dan wilayah. Dari jumlah tersebut, nyaris 81 ribu kasus ada di wilayah China daratan. Italia, yang merupakan negara Eropa yang terdampak virus Corona terparah, kini tercatat memiliki lebih dari 15 ribu kasus. 9 BAB III PEMBAHASAN 3.1 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DIARE Diare bukan saja berdampak kepada diri pengidap, tapi juga bisa menyebar, terutama kepada anggota keluarga. Oleh sebab itu, diare harus dicegah sedini mungkin. Berikut adalah cara mencegah diare akibat kontaminasi: 1. Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang. 2. Mencuci tangan sebelum makan. 3. Menjauhi makanan yang diragukan kebersihannya dan tidak minum air keran. 4. Menyimpan makanan di lemari es dan hindari meninggalkan makanan di bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan. 5. Utamakan memakan makanan dari bahan makanan yang segar. 6. Jagalah kebersihan kuku kamu terutama jika memiliki kuku yang panjang. Cara mencegah diare agar tidak menularkan pada anggota keluarga kamu bisa dengan melakukan langkah-langkah seperti: 1. Bila tinggal satu rumah, hindari menggunakan handuk atau peralatan makan yang sama dengan anggota keluarga lainnya. 2. Selalu membersihkan toilet dengan disinfektan tiap setelah buang air besar. 3. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air hangat seperti sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah memegang daging mentah, setelah menggunakan toilet, dan setelah bermain dengan binatang piaraan. 10 4. Tetap berada di rumah setidaknya 48 jam setelah periode diare yang terakhir. 5. Selalu menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi. 6. Bila penyebab diare berasal dari parasit cryptosporidium jangan menggunakan kolam renang terlebih dahulu selama dua minggu setelah diare yang terakhir. Sebenarnya, cara mencegah diare bergantung pada kedisiplinan seseorang dalam menjaga kebersihan makanan dan minuman. Kamu harus benar-benar memperhatikan cara mengelola makanan dan minuman dari cara memasak sampai pada proses penyimpanan. Dengan demikian, bisa meminimalisir seseorang dari berkembangnya mikoorganisme, seperti bakteri yang bisa menyebabkan diare. Jadi semakin tinggi standar kebersihan kamu, maka makin kecil risiko kamu terkena diare. Upaya pencegahan diare tergantung kepada kedisiplinan seseorang dalam menjaga kebersihan makanan dan minuman. Dengan menerapkan kebiasaan bersih, seseorang dapat terhindar dari virus atau mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan diare. Dianjurkan untuk: • Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh daging yang belum dimasak, sehabis dari toilet, atau setelah bersin dan batuk. Bersihkan tangan dengan sabun, dan bilas dengan air bersih. • Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak. Hindari memakan buahbuahan atau sayuran mentah yang tidak dipotong sendiri. • Minum air matang. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dokter untuk mengatasi diare. Misalnya: 11 • Konsumsi banyak cairan untuk menggantikan kehilangan cairan, baik melalui oral maupun melalui intravena. • Pemberian obat yang dapat melawan infeksi bakteri. Selain dua hal tersebut, ada pula pengobatan lainnya. Pengobatan untuk diare ini biasanya akan disesuaikan dengan hal yang menyebabkan terjadinya diare. Penderita diare dapat meminum cairan elektrolit, guna mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare. Selama terjadi diare, konsumsi makanan yang lunak dan antibiotik atau obat anti diare. Untuk kondisi yang lebih serius, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan, seperti: • Obat antibiotik • Obat pereda nyeri • Obat yang dapat memperlambat gerakan usus. Untuk mencegah diare, Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan makanan, serta hindari konsumsi makanan dan meminum air yang tidak dimasak hingga matang. 12 3.2 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH Prinsip sebagai yang tepat dalam pencegahan penyakit demam berdarah ialah berikut : 1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF. 2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremi sembuh secara spontan. 3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran, yaitu sekolah, dan rumah sakit, termasuk pula daerah penyangga di daerah sekitarnya. 4. Mengusahakan pemberantasan vektor disemua daerah berpotensi tinggi. Siasat pemberantasan wabah DHF seluruhnya bergantung pada sumber– sumber yang tersedia. Mengingat mahalnya pemberantasan Aedes aegypti yang terus-menerus dengan melakukan pemberantasan meskipun dalam keadaan tidak terdapatnya wabah, maka berhubung dengan kurangnya biaya sebaiknya tenaga dan wewenang diarahkan kepada program jangka panjang berdasarkan prioritas. Kepadatan nyamuk harus diberantas dengan cara cepat dan tepat. Hingga saat ini belum ada vaksin yang dapat menangkal demam berdarah. Oleh karena itu cara terbaik untuk mencegah DBD adalah dengan menghindari terkena gigitan nyamuk yang membawa virusnya. Berikut ini adalah cara-cara agar kita bisa terhindar dari gigitan nyamuk Aedes aegypti: • Mensterilkan rumah atau lingkungan di sekitar rumah Anda, misalnya dengan penyemprotan pembasmi nyamuk (fogging). 13 • Membersihkan bak mandi dan menaburkan serbuk abate agar jentik-jentik nyamuk mati. • Menutup, membalik, atau jika perlu menyingkirkan media-media kecil penampung air lainnya yang ada di rumah Anda. • Memasang kawat anti nyamuk di seluruh ventilasi rumah Anda. • Memasang kelambu di ranjang tidur Anda. • Memakai losion anti nyamuk, terutama yang mengandung N- diethylmetatoluamide (DEET) yang terbukti efektif. Namun jangan gunakan produk ini pada bayi yang masih berusia di bawah dua tahun. • Mengenakan pakaian yang cukup bisa melindungi Anda dari gigitan nyamuk. Pemberantasan DHF didasarkan atas pemutusan rantai penularan yang dapat dilaksankan dengan cara sebagai berikut : 1. Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan Aedes aegypti yang dilakukan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. Cara terbaik adalah pemasangan kasa penolak nyamuk. Cara lain yang dilakukan : • Menggunakan mosquit repellent dan insektisida dalam bentuk spray (raid, mortein, dsb). • Menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit. • Memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak. 2. Pemberantasan Vektor jangka panjang. Cara yang harus dilakukan adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban dan semua yang mungkin dapat menjadi tempat nyamuk bersarang. Vas bunga satu kali seminggu diganti airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air lain digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur nyamuk. Sebelum mengisi kembali, tempat 14 penyimpanan air sebaiknya dikosongkan terlebih dahulu untuk menyingkirkan larva. 3. Singkirkan semua genangan air disekitar pekarangan rumah. Peliharalah ikan pemakan jentik nyamuk di kolam tergenang, tidur berkelambu disiang hari dan tidak bermain di kebun selama berjangkit demam berdarah. Serta pakaian tidak dibiarkan bergantungan di kamar yang gelap dan lembab. Bubuhi semua wadah penampung dengan garam abate pada musim hujan. 4. Abatisasi Di wilayah yang sering berjangkit demam berdarah dilakukan gerakan Abatisasi. Pemberian garam abate secara cuma – cuma oleh Dinas Kesehatan setempat. Maksudnya agar wadah penampungan air di rumah dibubuhi garam abati. Garam ini membentuk lapisan pada dinding wadah penampungan air, lapisan garam inilah yang akan membunuh jentik – jentik nyamuk. Jika dibubuhi sesuai aturan pakainya, lapisan garam ini tidak berbahaya untuk diminum, namun sedikit berbau. Lapisan garam ini mampu bertahan sampai 3 bulan karena itu sebaiknya tidak menyikat dinding bagian dalam wadah air jika mengurasnya. 5. Penyemprotan Nyamuk. Jika disuatu wilayah terdapat penderita demam berdarah, dilaporkan pada pamong setempat. Pamong akan melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Dinas Kesehatan akan melakukan penyemprotan nyamuk di lingkungan rumah penderita. Jarak penyemprotan mencapai keluasan 100 meter. Nyamuk yang telah menggigit penderita dapat terbasmi. Penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan dengan cara : 1. Pertolongan pertama demam berdarah Jika ada kecurigaan pada seseorang dengan penyakit demam berdarah berilah ia minum sebanyak-banyaknya. Jika ada berikan larutan gula – garam, penambahan cairan penting sekali. Tubuh penderita sudah kehilangan banyak 15 darah harus diimbangi dengan pemberian cairan. Tubuh penderita yang sudah kehilangan banyak darah ada yang tampak dan ada pula yang tidak tampak. Jika kehilangan darah melebihi kewajaran, penderita akan pingsan. 2. Penderita harus segera dibawah kerumah sakit untuk perawatan selanjutnya oleh dokter ahli penyakit dalam kemungkinan penderita pula diberikan tambahan darah lewat transfusi karena bila tidak diberikan akan mengakibatkan kematian. 3.3 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT CIKUNGUNYA Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat. Chikungunya tergolong arthropod-borne disease, yaitu penyakit yang disebarkan oleh arthropoda khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini memiliki kebiasaan menggigit pada siang hari, sehingga kejadian penyakit ini lebih banyak terjadi pada wanita dan anak-anak dengan alasan mereka lebih banyak berada di rumah siang hari (Ramadhani, dkk, 2017). Virus Chikungunya yang merupakan virus RNA yang mempunyai selubung termasuk grup A dari Arbovirus, Alphavirus dari family Togaviridae, dan dengan mikroskop electron menunjukkan gambaran virion yang sferis yang kasar atau berbentuk polygonal dengan diameter 40-45 nm (nanometer) dengan inti berdiameter 25-30 nm (Soedarto, 2003). Transmisi virus berlangsung melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi oleh virus Arbo. Nyamuk yang terinfeksi oleh virus Arbo dapat mentransmisikan virus sepanjang nyamuk tersebut tetap terinfeksi. Mulai dari midgut ke kelenjar liur, berbagai organ nyamuk dan sel telah terbukti terinfeksi virus Arbo seperti trakea, 16 otot, kardia serta kepala dan nyamuk betina yang terinfeksi juga dapat menyalurkan virus kepada generasi berikutnya melalui transovarian. Nyamuk anautogenous betina perlu makan darah dari induk semang vertebrata untuk proses produksinya. Oleh karena itu, nyamuk betina jenis ini dapat bertindak sebagai vektor. Induk semang yang terinfeksi virus Arbo seperti virus Dengue maupun Chikungunya selanjutnya menjadi sumber virus bagi nyamuk lain ketika menghisap darah induk semang tersebut. Transmisi didahului oleh replikasi biologis virus di dalam tubuh vektor arthropoda (Ekawasti dan Martindah, 2018). Virus yang masuk ke tubuh induk semang melalui gigitan nyamuk selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah sampai timbul gejala seperti demam. Periode di mana virus beredar dalam sirkulasi darah induk semang disebut sebagai periode viremia. Apabila nyamuk yang belum terinfeksi menghisap darah induk semang dalam fase viremia, maka virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk dan berkembang selama 8-10 hari sebelum virus Arbo siap ditularkan kepada induk semang lain. Virus di dalam darah selama fase viremia akan diperbanyak pada jaringan vektor arthropoda potensial dengan meningkatkan titer virus dalam kelenjar air liur, kemudian menggigit induk semang dengan memindahkan virus melalui air liur. Rentang waktu yang di perlukan untuk inkubasi ekstrinsik tergantung pada kondisi lingkungan terutama temperatur sekitar. Virus dalam darah yang diisap juga masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya, virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk di dalam kelenjar air liurnya. Setelah nyamuk betina mencerna makanan darah yang terinfeksi, maka perlu masa inkubasi ekstrinsik 5-10 hari sebelum virus dilepaskan dalam air liur. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum nyamuk menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis) agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dipindahkan dari nyamuk ke induk semang lain (Ekawasti dan Martindah, 2018). 17 Menurut Widoyono (2011), penularan Chikungunya yang cepat hingga terjadinya KLB dipengaruhi oleh : 1. Perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi perkembangan populasi nyamuk. 2. Mobilisasi penduduk dari dan ke daerah yang terinfeksi. 3. Perilaku masyarakat. 4. Sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan tempat berkembang biaknya nyamuk. Masa inkubasi dari demam chikungunya antara 2 sampai 4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien. Manifestasi penyakit berlangsung 3 sampai 10 hari. Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun rasa nyeri sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan (Nasronudin, 2011). Keluhan rasa nyeri hebat pada tulang dan persendian sehingga penderita selalu membungkuk, disertai demam tinggi mendadak selama 2-3 hari merupakan gejala klinis yang khas flu tulang. Selain itu penderita juga mengeluh sakit perut, mual, muntah, sakit kepala, dan kadang-kadang demam chikungunya dapat menimbulkan perdarahan ringan berupa bintik-bintik merah di badan dan tangan mirip demam berdarah dengue. Mata penderita tampak merah karena pembuluh darah konjungtiva yang terlihat nyata. Rasa nyeri dapat masih terasa sampai berbulan-bulan sesudah penderita sembuh dari sakitnya. Pada demam chikungunya tidak terjadi rencatan (syok) maupun kematian (Soedarto, 2010). Chikungunya dicurigai bila seseorang menderita demam mendadak, dengan beberapa gejala sakit sendi, sakit kepala, sakit pinggang/punggung dan rush (ruam kulit) serta dalam 1 minggu terakhir berada di daerah terjangkit chikungunya (Nasronudin, 2011). Menurut Widoyono (2011), definisi kasus chikungunya terdiri dari : 18 1. Kasus tersangka Kasus ini ditandai dengan gejala klinis seperti yang telah disebutkan di atas, mulai dari demam mendadak hingga fotofobia. 2. Kasus probable Ini merupakan gejala pada kasus tersangka, ditambah dengan hasil laboratorium serologi yang positif dari sampel darah tunggal yang diambil pada fase akut maupun fase penyembuhan 3. Kasus confirm Ini merupakan kasus probable dan salah dari hal berikut : • Peningkatan titer antibodi 4 kali paa pasangan sampel serum darah • Antibodi IgM positif • Isolasi virus • Hasil pemeriksaan RT-PCR positif asam nukleat virus chikungunya Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosis, dengan beban darah vena 5 cc pada fase akut (utama) dan fase penyembuhan. Pada pemeriksaan hematologi rutin dapat dijumpai kadar hemoglobin yang normal, trombositopenia, leukopenia, atau leukositosis, relatif limfositosis pada hitung jenis dan peningkatan laju endap darah (LED). Pemeriksaan kimia klinis menunjukkan fungsi hati yang bisa terganggu apabila terjadi hepatomegali yang ditandai dengan SGOT/SGPT dan bilirubin direk atau total yang meningkat (Widoyono, 2011). Pemeriksaan serologi yang lebih pasti dilakukan dengan Rapid Diagnostic Test (RDT), ELISA, Hemaglutinase Inhibisi (HI), dan Immunofluorescent Assay (IFA) untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG atau dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk memeriksa materi genetik virus (Widoyono, 2011). Pencegahan chikungunya ditujukan untuk mengendalikan nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Pada saat ini belum ada vaksin di pasaran untuk mencegah chikungunya. Tindakan pencegahan chikungunya di daerah dimana 19 terdapat nyamuk aedes aegypti adalah menghilangkan tempat dimana nyamuk dapat meletakkan telurnya (Nasronudin, 2011). Menurut Widoyono (2011), upaya pengendalian chikungunya terdiri dari : 1. Pencegahan gigitan nyamuk Dilakukan dengan pemasangan kelabu, penggunaan kasa antinyamuk, dan pemakaian obat nyamuk oles, bakar, atau semprot. 2. Pemberantasan jentik Nyamuk Aedes sp. Akan bertelur di permukaan air yang jernih, seperti tempat penampungan air, vas atau pot bunga, air buangan dispenser, penampungan air AC, dan tempat minum burung. Pemberantasan jentik dibagi menjadi 3 cara, yaitu : ▪ Fisik, dengan M plud ▪ Biologi, dengan menebar ikan pemakan jentik di tempat penampungan air ▪ Kimiawi, dengan pemberian larvasida (pembasmi larva). 3. Pemberantasan nyamuk Dilakukan untuk memutus rantai penularan dengan penyemprotan (fogging) massal menggunakan insektisida cair 2 kali dengan selang waktu 1 minggu. Pengobatan terhadap penderita hanya ditujukan untuk mengurangi keluhan rasa sakit. Karena belum ada vaksin dan obat untuk virus chikungunya, maka pengobatan yang diberikan meliputi : 1. Pengobatan suportif Istirahat tirah baring dilakukan untuk mempercepat penyembuhan, bersama dengan penambahan vitamin yang meningkatkan daya tahan tubuh. Penderita sebaiknya diberi minum yang cukup. Rehabilitasi dengan fisioterapi untuk nyeri sendi juga perlu dipertimbangkan. 20 2. Pengobatan analgentik Obat antipiretik atau analgesik non-aspirin dan anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) diberikan untuk mengurangi demam dan rasa sakit pada persendian serta mencegah kejang. 3. Infus Infus diberikan apabila perlu, terutama bagi penderita yang malas minum, ini berguna untuk menjaga keseimbangan cairan. 3.4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN COVID Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu: • Hindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung (social distancing). • Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian. • Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum. • Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan. • Hindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan hewan, cuci tangan setelahnya. • Masak daging sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi. • Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah. • Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek. • Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan. 21 Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam pemantauan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu: • Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan. • Periksakan diri ke dokter hanya bila Anda mengalami gejala gangguan pernapasan yang disertai demam atau memenuhi kriteria PDP (pasien dalam pengawasan). • Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain. • Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-benar sembuh. • Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit. • Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur dengan orang lain. • Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama orang lain. • Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke tempat sampah. • Warga negara juga berperan penting dalam pencegahan penyebaran Covid 19 diIndonesia, yaitu dengan cara : • Tidak berpergian keluar rumah atau dirumah saja • Bekerja dan belajar dari rumah melaui online • Tidak mengadakan acara kumpul kumpu. Seperti: arisan, pkl, dll sebagainya.[6] 22 Segera ke dokter bila mengalami gejala infeksi virus Corona (COVID-19) seperti yang diketahui, terutama jika gejala muncul 2 minggu setelah kembali dari daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau berinteraksi dengan penderita infeksi virus Corona. Bila terpapar virus Corona namun tidak mengalami gejala apa pun, maka tidak perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, cukup tinggal di rumah selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain. Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu: • Merujuk penderita COVID-19 untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit yang ditunjuk • Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita • Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang cukup • Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien. Dokter juga akan bertanya apakah pasien bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona sebelum gejala muncul. Dan dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan berikut: • Uji sampel darah • Tes usap tenggorokan untuk meneliti sampel dahak (tes PCR) • Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru 23 BAB IV PENUTUP KESIMPULAN Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan dan minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit. Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus dapat memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada umumnya, diare tidak berbahaya jika tidak terjadi dehidrasi. Namun, jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan penderitanya perlu segera mendapat pertolongan medis. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang terutama pada anak, dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa atau KLB di Indonesia (Iskandar, 2006). Kongres Kesehatan Sedunia yang ke-46 telah menyetujui sebuah resolusi tentang upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue dan pemberantasannya, yang kemudian melahirkan pemikiran bahwa pemberdayaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue yang berskala nasional maupun lokal adalah ditingkatkannya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat (WHO, 2003). Penyakit Demam Berdarah dapat diartikan sebagai penyakit yang berbahaya. Dengan cara untuk menanggulangi beberapa serotip dengue, dari kita mengetahui beberapa serotip virus dengue, dan kita mengetahui tahap-tahapnya, sumber penular penyakit Demam Berdarah, gejala-gejalanya dan cara melakukan 24 pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue. Dan kesadaran diri kita semua akan pentingnya kebersihan lingkungan kita semuanya. Chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis Aedes. Penyakit ini sering digambarkan sebagai demam dengan karakteristik nyeri sendi yang hebat dan terkadang terus-menerus. Meski penyakit ini jarang mengancam jiwa, tetapi bisa menyerang siapa saja. Saat ini, hampir seluruh provinsi di Indonesia berpotensi untuk mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) chikungunya. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Hal yang membedakan gejala chikungunya dengan demam dengue adalah nyeri di persendian yang hebat, sehingga terkadang tangan dan kaki sulit digerakkan. Walau demikian, nyeri sendi ini paling banyak ditemukan pada dewasa. Sering kali pada anak tidak menimbulkan gejala apa pun. Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus yang menyebar melalui gigitan nyamuk spesies Aedes, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopticus. Biasanya nyamuknyamuk ini menyerang pada siang hari, meski tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga dapat menggigit pada malam hari. Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARSCoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Coronavirus merupakan kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus yang disebabkan oleh Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV) diperkirakan berasal dari hewan, seperti kelelawar dan unta. Virus corona covid-19 dapat menular dari hewan ke manusia, serta dari manusia ke manusia. Penyakit ini termasuk golongan yang sama dengan virus penyebab 25 severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle-East respiratory syndrome (MERS). Infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala; atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada.Segera ke dokter bila mengalami gejala infeksi virus Corona (COVID-19) seperti yang diketahui, terutama jika gejala muncul 2 minggu setelah kembali dari daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau berinteraksi dengan penderita infeksi virus Corona. Bila terpapar virus Corona namun tidak mengalami gejala apa pun, maka tidak perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, cukup tinggal di rumah selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain. SARAN • Untuk mencegah diare, Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan makanan, serta hindari konsumsi makanan dan meminum air yang tidak dimasak hingga matang. • Bagi semua kalangan masyarakat, jagalah kebersihan lingkungan kita dengan baik agar jangan sampai di lingkungan ita ini ada nyamuk Aedes Aegypti yang dapat leluasa menyerang diri kita semua. Kita usahakan juga kalau di lingkungan sekitar kita dan di rumah kita bersih dan jauh dari serangan nyamuk yang berbahaya yaitu Aedes Aegypti • Untuk mencegah atau mengurangi penyebaran virus Covid 19 di Indonesia, maka kita sepatutnya sebagai warga negara Indonesia memulai aksi dari diri sendiri terlebih dahulu. Untuk membekali diri kita dengan pengetahuan dasar mengenai Virus covid 19, dan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. 26 DAFTAR PUSTAKA https://news.detik.com/berita/d-4943950/latar-belakang-virus-coronaperkembangan-hingga-isu-terkini https://halangrintang.com/contoh-makalah-covid19/ http://makalahmiftahul.blogspot.com/2014/09/makalah-tentang-pencegahandemam.html http://pongopedia.blogspot.com/2019/03/makalah-chikungunya-lengkap-danterbaru.html https://www.halodoc.com/artikel/cara-sederhana-untuk-mencegah-terjadinya-diare https://www.alodokter.com/diare https://www.klikdokter.com/penyakit/chikungunya https://www.ciputrahospital.com/demam-berdarah-dengue-gejala-cara-mencegahdan-pengobatan/ https://www.popmama.com/life/health/amelia-putri/penyebab-dan-carapencegahan-diare/7