Uploaded by User69461

Makalah Pendekatan dan Metode Studi Isla

advertisement
TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH
PENDEKATAN DAN METODE STUDI ISLAM
URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA MILLENIAL
Dosen: Zakiyuddin Baidhawy
Oleh:
Nur Winarsih: 1120100170019
PROGRAM STUDI “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”
PASCASARJANA IAIN SALATIGA 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan Islam bukan hanya sebagai agama monodimensi. Islam bukan
hanya agama yang didasarkan pada intuisi mistis manusia dan terbatas hanya pada
hubungan antara manusia dengan Tuhan. Ini hanyalah satu dari sekian banyak
dimensi agama Islam. Untuk mempelajari aspek multidimensional dari Islam, metode
filosofis niscaya dipergunakan untuk menemukan sisi-sisi terdalam dari hubungan
manusia dengan Tuhan dengan segenap pemikiran metafisikanya yang umum dan
bebas. Dimensi lain dari agama Islam adalah masalah kehidupan manusia di bumi ini.
Untuk mempelajari dimensi ini harus dipergunakan metode-metode yang selama ini
dipergunakan dalam “ilmu manusia”. Agama (Islam), dengan cara pandang seperti
ini, tidak lagi berwajah tunggal (Single Face) melainkan memiliki banyak wajah
(Multiface).
Secara substantive-perennial agama merupakan system nilai (value system)
yang bersumber dari dzat yang transhistoris, transtruktural, transcendental, realitas
tertinggi, kebenaran mutlak dalam kesejatian abadi. Manusia sebagai penerima agama
merupakan makhluk temporal- cultural, tidak tak terbatas dan terikat oleh ruang dan
waktu. Oleh karenanya agama lebih merupakan tatanan kemanusiaan yang
bersifatnormative, dan oleh karenanya dalam tataran aplikatif sangat tergantung pada
bagaimana cara memahami dan menginterpretasikannya. Dalam perspektif ini, maka
system nilai agama yang sacred-transcultural dan yang profane historical, antropogiskodisional tidak dapat terpisahkan.
Pemahaman demi pengetahuan maupun reinterpretasi terhadap pesan-pesan
Tuhan harus terus berlangsung secara dinamis, seiring dengan dinamika kehidupan
manusia itu sendiri. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya transformasi dan internalisasi
nilai-nilai transendental (transcendental values) agama dalam kesejarahan manusia,
sehingga manusia menuju tatanan kehidupan yang rahmatan lil „alamin.
Sementara itu, agama atau keagamaan sebagai sistem kepercayaan dalam
kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang Islam
khususnya, sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih
menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan
pemikiran kegamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya. sehingga
walaupun keadaannya amat bervariasi tetapi tidak keluar dari ajaran yang terkandung
dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah serta sejalah dengan data-data historis yang dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya. Dalam makalah ini, pemakalah akan
menjelaskan tentang Studi Islam Interdisipliner.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam?
2. Bagaimana Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam?
3. Bagaimana Generasi Millenial?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Pendekatan adalah Pertama, Proses
perbuatan, cara mendekati. Kedua, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode - metode untuk mencapai
pengertian tentang masalah penelitian. Dalam bahasa inggris pendekatan diistilahkan
dengan “Approach”, dalam bahasa Arab disebut dengan “Madkhal”.1 Pendekatan
adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam.
Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.2
Islamic Studies adalah studi tentang disiplin dan tradisi intelektual
keagaamaan klasik menjadi inti dari Islamic Studies, karena ada di jantung
kebudayaan yang dipelajari dalam peradaban Islam dan agama Islam, dan karena
banyak muslim terpelajar masih memendangnya sebagai persoalan penting.
Pengertian Islamic Studies sebagai studi tentang teks-teks Arab pra-modern utamanya
karena itu mesti dipertahankan. Ketrampilan utama yang dibutuhkan adalah bahasa
Arab.3
Islamic Studies adalah bukan sebuah disiplin, namun ia lebih merupakan
kesalinghubungan anatara beberapa disiplin. Dalam bahasa metodologi, para peneliti
meminjam serangkaian disiplin termasuk ilmu-ilmu sosial. Kurang tegasnya batasan-
1
2
3
Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. hlm. 99.
M Yatimin, Abdullah. Studi Islam Kontemporer. Hlm 58
Zakiyyuddin Baidhawy. Studi Islam pendekatan dan metode.hlm 2.
batasan ini justru menyediakan peluang untuk memperkaya studi interdisipliner yang
beragam.4
Pendekatan merupakan cara pandang atau paradikma yang terdapat dalam
suatu bidang ilmu yang selanjutnya di gunakan dalam memahami agama. Adapun
jenis-jenis pendekatan yang dibutuhkan dalam studi islam adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Historis
Yang dimaksud dengan pendekatan historis adalah meninjau suatu
permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan
serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah.
Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwaperistiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan
yang sebenarnya. jadi dengan mempelajari masa lalu orang dapat
mempelajari masa kininya dan dengan memahami serta menyadari
keadaan masa kini maka orang dapat menggambarkan masa depannya.
Itulah yang dimaksud dengan perspektif sejarah.
Contoh pendekatan historis yaitu ketika seseorang ingin memahami
Alquran secara benar maka hendaknya ia juga mempelajari sejarah
turunnya alquran atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya
alquran. Hal ini bertujuan untuk memahami hikmah dari suatu ayat yang
berkenaan dengan hukum tertentu dan memelihara syariat dari kekeliruan
dalam pemahamannya5
2. Pendekatan Filosofis
Yang dimaksud adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan
filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu
4
5
Ibid. Hlm 4
Abdullah Nata. Metodologi Studi Islam. Hlm 48
dengan menggunakan analisis spekulatif. Filsafat adalah berfikir secara
sistematis radikal dan universal. Namun filsafat tidak mau menerima
segala bentuk
bentuk
otoritas,
baik
dari agama maupun ilmu
pengetahuan. Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah
pendapat yang dikemukanan Sidi Gazalba yang menurutnya adalah
berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka
mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu
yang ada.6
3. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.
Sarjono soekanto mengartikan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan nilai. Selanjutnya,
sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama, hal ini karena banyak bidang kajian agama yang baru
dapat dipahami secara proposional dengan menggunakan ilmu sosiologi.
Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu
budak lalu akhirnya bias jadi penguasa mesir. Mengapa dalam
melaksanakan tugasnya nabi Musa harus dibantu nabi Harun, dan masih
banyak contoh lainnya. Beberapa peristiwa tersebut dapat ditemukan
hikmahnya dengan bantuan ilmu sosiologi. Disinilah letaknya sosiologi
asebagai salah satu alat dalam memahami agama. Dalam buku
berjudul Islam Altenative, Jalaluddin Rahmat menunjukkan berapa
6
Sidi, Gazalba. Sistematika Filsafat.Jilid 1. Hlm 15
besarnya perhatian agama dalam masalah sosial, dengan lima alasan
sebagai berikut:
a. Al-qur‟an atau kitab-kitab hadits yaitu berkenaan dalam urusan
muamalab. Misal dalam surat Al-mukminun ayat 1-9 berisi mengenai
orang yang khusyuk sholaynya, menghindarkan diri ari perbuatan yang
tidak bermanfaat,menjaga amanat dan janji.
b. Ditekankan masalah muamalah (sosial) dalam ibadah adalah adanya
kenyataan bahwa bila urusan ibadah dikerjakan sesuai mestinya.
c. Bahwa ibadah mengandung segi kemasyarakatan lebih besar
ganjarannya daripada perseorangan.
d. Dalam urusan ibadah ada ketentuannya. Misal apabila tidak mampu
melaksanakan puasa maka jalan keluarnya membayar fidyah dalam
bentuk member makan orang miskin.
e. Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan
mendapat ganjaran lebih besar.7
Melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami dengan
mudah karena agama sendiri itu diturunkan untuk kepentingan sosial.
B. Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam
1. Pengertian Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah
dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang
relevan atau tepat guna secara terpadu. Dalam pemecahan masalahannya di bidang
ekonomi dengan interdisipliner hanya dengan satu ilmu saja yang serumpun.
Dari sudut ekonomi mikro di antaranya : dalam lingkup kecil “Rumah tangga”
7
Abuddin, Nata. Metodologi Studi Islam. Hlm 38
yang tidak sedikit para rumah tangga mengalami permasalahan ekonomi
khususnya pada masalah kemiskinan, yang cara pemecahan masalahnya dengan
salah satunya mencari pekerjaan yang menjanjikan, bekerja keras, tidak putus asa,
tidak boros dalam artian tidak besar pasak dari pada tiang : besar pengeluaran dari
pada pendapatan.
Dari sudut ekonomi makro diantaranya : dalam lingkup luas “Pemerintah”
yang pernah pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikan BBM (bahan bakar
minyak) dengan tujuan tertentu, tetapi bagi para masyarakat kebijakan tersebut
tidak lah sesuai dengan kemampuan masyarakat, khusunya masyarakat
awam/kecil. Sehingga kemiskinan pun semakin merajalela. Pemecahan
masalahnya dengan pemerintah harus bisa melihat kebawah (masyarakat kecil),
dan sejahterakan masyarakat.8
Dalam kamus bahasa Indonesia Interdisipliner berarti bidang studi atau
pengelompokan sejumlah mata pelajaran yang sejenis atau memiliki ciri yang
sama (mata pelajaran yang telah berkorelasi satu dengan yang lain). Pendekatan
Interdisipliner
merupakan
pemahaman
ilmu
“agama
islam”
dengan
menggunakan beberapa keilmuan yang saling berkaitan. Dalam mengkaji Islam
dengan studi Interdisipliner haruslah dengan beberapa ilmu yang serumpun atau
yang saling berkaitan.
2. Sejarah Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan Interdisipliner adalah kajian dengan menggunakan sejumlah
pendekatan atau sudut pandang (Perspektif). Pendekatan ini muncul sebagai
bentuk dari tuntutan modernitas dan globalisasi dalam mengkaji Islam yang
saintifik dan secara serius melibatkan berbagai pendekatan. Pendekatan
8
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121203214249AA6n7Pm
monodisiplin tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan jaman yang dihadapi
umat Islam di berbagai tempat. Pendekatan monodisiplin menekankan pada
pengajaran Islam sebagai sebuah doktrin. Kajian Islam normative tersebut
merupakan bagian panjang dari tradisi keilmuan Islam klasik. Kerangka studi
demikian digunakan di berbagai belahan dunia Islam, khususnya di Mesir, Arab
Saudi, Pakistan, Afganistan dan menjadi model kajian dominan di masyarakat
Muslim di seluruh dunia. Kajian Islam secara normatif dalam pemikiran Islam
terwujud dalam ilmu fiqh, ushul fiqh, hadits, ilmu hadits, tafsir, ilmu tafsir dan
lain-lain. Wacana Islam secara normative, hingga saat itu menjadi bagian penting
dalam kerangka keilmuan yang digunakan di Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI) terlebih di daerah-daerah).
Paradigma yang bekerja dalam kajian normative sebagaimana diungkapkan
oleh Muhammad Abed al-Jabiri adalah paradigma bayani. Paradigma bayani
adalah studi dan pemikiran yang berbasis pada teks (an-nash) dan mengutamakan
proses berfikir deduktif-analogis-qiyas. Tumpuan utama paradigma ini adalah
memahami teks melalui kaidah bahasa, yang kemudian menghadirkan kajian
ushul fiqh klasik, sebagaimana diletakkan dasar-dasarnya oleh Imam Syafi‟i.
Meskipun
tetap
diperlukan,
paradigma
bayani
yang normative memiliki
kelemahan: Pertama, paradigma bayani kurang memiliki pijakan realitas historis,
sosiologis dan antropologis sehingga menimbulkan kesenjangan antara teori dan
praktik. Kedua, paradigma bayani kurang mampu mengapresiasi perkembangan
keilmuan yang berlangsung dengan cepat. Perkembangan ilmu-ilmu sosia
dan humaniora, belum lagi sains dan teknologi, akan sulit direspons oleh
paradigma tersebut. Akibatnya kajian Islam akan stagnan karena tidak mau
beranjak dari posisi yang mapan berabad-abad yang lampau.9
Studi Islam tidak lagi terbatas kepada penggunaan paradigma bayani,
melainkan dengan paradigma-paradigma yang lain. Kajian Islam dengan
mengunakan pendekatan yang lain yaitu interdisipliner atau bidang ilmu dan
disiplin adalah jawaban bagi tantangan dunia Islam saat ini. Tuntutan kajian Islam
secara holistic sebenarnya disadari oleh para cendekiawan Islam era paruh kedua
abad ke -20. Para cendekiawan muslim tersebut umumnya terdidik dalam dua
tradisi keilmuan. Yaitu tradisi keilmuan Islam klasik dan sekaligus menimba ilmu
dari tradisi intelektual dan keilmuan barat. Mereka mencoba melakukan sintesis
antara kajian Islam klasik dengan pendekatan-pendekatan baru yang berkembang
dalam studi agama dan sosial humaniora di barat. Para cendekiawan itu muncul
dari berbagai penduduk muslim di berbagai dunia. Fazlur Rahman cendekiawan
muslim dari Pakistan misalnya, memperkenalkan upaya pembaruan metodologi
studi
Islam,
khususnya
hukum
Islam,
dengan
perangkat hermenuetika.
Teori double movement (gerakan ganda) adalah salah satu kontribusinya. Begitu
juga dengan al-hadd al a‟la dan al-had al-adna yang dikenalkan oleh Syahrur
adalah sebagian dari contoh yang dilakukan oleh cendekiawan muslim
kontemporer dalam upaya pembaharuan pemikiran Islam.10
3. Kerangka Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam
Paradigma interdisipliner atau dalam istilah M. Amin Abdullah adalah
interkoneksitas merupakan asumsi untuk memahami kompleksitas fenomena
kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia. Setiap bangunan keilmuan apapun,
9
M.Amin, Abdullah, Islam dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer, Ahwan Fanani dan
Tolhatul Chair (Ed.). hlm. 6-7
10
Ibid hlm 8
baik keilmuan agama (termasuk agama Islam maupun agama-agama lain),
keilmuan sosial, humaniora, maupun kealaman tidak dapat berdiri sendiri. Ketika
ilmu pengetahuan tertentu mengklaim dapat berdiri sendiri, merasa dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri, tidak memerlukan bantuan dan sumbangan
dari ilmu lain, maka cepat atau lambat akan berubah menjadi narrowmindedness (untuk tidak menyebut fanatisme) terhadap partikularitas disipilin
keilmuan. Kerjasama yang saling membutuhkan, saling koreksi dan saling
keterhubungan antar disiplin keilmuan akan lebih dapat membantu manusia
memahami kompleksitas kehidupan yang dijalaninya dan memecahkan persoalan
yang dihadapinya.
Dalam satu studi, misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis dan
memecahkan persolan yang dihadapinya. Pentingnya pendekatan ini menurut
Khoituddin Nasution semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian
yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji
teks agama, seperti al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad tidak cukup hanya
mengandalkan pendekatan tekstual saja, tetapi harus dilengkapi dengan
pendekatan sosiologis dan historis sekaligus. Bahkan mungkin bisa ditambah
dengan pendekatan hermenuetik. Ketika membahas masalah yang berhubungan
dengan
kedokteran,
seharusnya
tidak
cukup
dengan
kajian normative.
Kajian normative akan lengkap bila diikuti dengan kajian kedokteran. Dengan
cara seperti ini, persoalan dipahami akan lebih lengkap sebelum memutuskan
status hukum menurut ajaran Islam. Demikian juga menjawab atau menyelesaikan
hukum (status ternak) pertanian dan semacamnya. Untuk menentukan hukumnya
harus dipahami lebih dahulu secara lengkap dari sisi ilmu peternakan dan ilmu
pertanian. Kemudian ditetapkan status hukumnya. Seperti ini deskripsi cara kerja
pendekatan interdisipliner untuk mengungkap esensi dari kajian suatu obyek.11
Kupasan
di
atas
menghasilkan
kesimpulan
bahwa
perkembangan
pembidangan studi Islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan
tertentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran Islam lebih komprehensif
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang semakin lengkap dan kompleks.
Perkembangan tersebut adalah suatu hal yang wajar dan seharusnya memang
terjadi, karena tidak terjadi pertanda agama semakin tidak mendapat perhatian.
Pendekatan interdisipliner menurut catatan Khoituddin Nasution, bukan hal yang
baru dalam sejarah keilmuan klasik. Sejumlah teori (sejarah, antropologi,
sosiologi, sastra, dan arkeologi, ilmu politik, filsafat, linguistik telah digunakan
sejak lama oleh para ilmuan klasik meskipun teori-teori tersebut mengalami
perkembangan. Ada beberapa teori yang mendapat penekanan pada beberapa
dekade terakhir. Hal ini disebabkan adanya kehausan untuk memahami ajaran
Islam yang lebih sempurna. Munculnya teori-teori baru adalah sebagai respon
terhadap fenomena kaum muslim yang semakin hari semakin maju dan kompleks.
4. Beberapa Pendekatan Interdisipliner
a.
Pendekatan Filsafat
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada
kebenaran , ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari
hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebat dan akibat serta berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Dalam kamus umum bahasa
11
Nasution, Khoituddin. Pengantar Studi Islam. 2009, hlm. 222
Indonesia, poerwardaminta mengartikan filsafat sebagai pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan
sebagainya terhadap segala yang ada dialam semesta ataupun mengenai
kebenaran dan arti “adanya” sesuatu. Dari definisi tersebut dapat diketahui
bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah
mengenai sesuatu yang berada dibalik obyek fenomena.12
Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:
1). Segi semantik, filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa
Yunani
yaitu
philosophia
yaitu
pengetahuan
hikmah
(Wisdom).
Jadiphilosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran.
Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan
hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
2). Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir.
Orang yang berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang
memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam
tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan
memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Contoh pendekatan filsafat agama Islam, ajaran agama Islam mengajarkan
agar shalat berjamaah. Tujuan antara lain agar seseorang merasakan hidup
berdampingan dengan orang lain, dengan mengajarkan puasa misalkan agar
seorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya menimbulkan rasa iba kepada
sesamanya yang hidup serba kekurangan, dengan menggunakan pendekatan
12
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm ,42.
filosofis ini seseorang akan dapat memberikan makna terhadap sesuatu yang
dijumpainya, dan dapat pula mendapat hikmah dan ajaran yang terkandung
didalamnya. Dengan demikian ketika seoarang mengerjakan suatu amal ibadah
tidak akan merasa kekeringan dan kebosanan, semakin mampu mengenali
makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap,
penghayatan, dan daya spiritual yang dimiliki seseorang.13
Contoh yang kedua tentang kontroversi penafsiran iblis dalam al-Quran
berawal dari rencana Tuhan untuk menciptakan dan mempersiapkan seorang
khalifat di bumi. Dalam al-Qur‟an surat Al-Baqoroh ayat 30-34, peristiwa ini
dijelaskan:
Kisah iblis pada surat di atas, pada awalnya menggambarkan narasi penciptaan
Adam yang oleh tuhan dianggap sebagai “the only one caliph on the earth”.
Amanah kekhalifahan ini rupanya kurang mendapat simpatik di kalangan
malaikat karena itu mereka “memprotes” dan “menolak” kebijakan tersebut.
Dalam wacana tafsir klasik dan modern, persoalan pertama yang muncul
ketika
memperbincangkan
eksistensi
iblis
itu
adalah
makna sujud,
yasjudu.Terhadap kata ini semua mufasir baik klasik dan modern sependapat
bahwa makna kata sujud yang dimaksud adalah sujud tahiyyat, penghormatan,
bukan sujud dalam pengertian ibadah atau menghambakan diri pada Adam.
At-tabari dan ar-Razi menafsirkan kata iblis pada ayat yasjuduberasal dari
jenis malaikat.mereka berpendapat demikian dengan alasan bahwa kata
“istisna”, semua malaikat sujud pada Adam kecuali iblis menunjukkan makna
bahwa iblis itu berasal dari jenis mereka (malaikat).14
13
14
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm , 43-44
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Cet.9, hlm.25
b. Pendekatan Sosiologi
Dari segi sosiologi ini, pendekatan terhadap agama telah melahirkan berbagai
teori. Diantara teori-teori itu, yang sangat terkenal adalah tingkatan, yang
salah satu implikasi teologis terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an dan
hadist, sebagai contoh mengenai wanita. Wanita Islam dalam kontekstual
adalah munculnya rasa takut dan berdosa bagi kaum wanita bila ingin
“menggugat” dan menolak penafsiran atas diri mereka yang tidak hanya
disubordinasikan dari kaum laki-laki, tetapi juga dilecehkan hak dan
martabatnya. Akibatnya secara sosiologis mereka terpaksa menerima
kenyataan-kenyataan diskriminatif bahwa lelaki serba lebih dari perempuan,
terutama dalam hal-hal seperti: pertama, wanita adalah makhluk lemah karena
tercipta dari tulang rusuk pria yang bengkok; kedua, wanita separuh harga
laki-laki; ketiga, wanita boleh diperistri hingga empat; keempat: wanita tidak
bisa menjadi pemimpin negara.15
c. Pendekatan Sejarah
Melalui pendekatan sejarah , seseorang diajak menukik dari alam idealis kea
lam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini , seseorang akan
melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam
idealis dengan yang ada dialam empiris dan historis. Pendekatan sejarah ini
amat dibutuhkan dalam memahami agama , karena agama itu sendiri turun
dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social
kemasyarakatan . dalam hal ini Kuntowijoyo telah melakukan studi yang
mendalam terhadap agama yang dalam hal ini Islam , menurut pendekatan
sejarah . ketika ia mempelajari al-Qur‟an ,ia sampai pada suatu kesimpulan
15
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, hlm 35
bahwa pada dasarnya, kandungan al-qur‟an itu terbagi menjadi dua bagian,
bagian yang pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah
sejarah dan perunpamaan.
C. Generasi Millenial
Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok
orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 19802000an. Maka ini berarti millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada
tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda
dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.
Generasi millennials memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV
berwarna,handphone juga internet sudah diperkenalkan. Sehingga generasi ini sangat
mahir dalam teknologi.
Di Indonesia sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat,
terdapat 81 juta merupakan generasi millenials atau berusia 17- 37 tahun. Hal ini
berarti Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk membangun negaranya. Tapi,
kemanakah mereka pergi? Apakah mereka bersembunyi?
Sungguh tidak, jika kita melihat ke dunia sosial media, generasi millennials sangat
mendominasi jika dibandingkan dengan generasi X. Dengan kemampuannya di dunia
teknologi dan sarana yang ada, generasi millenials belum banyak yang sadar akan
kesempatan dan peluang di depan mereka. Generasi millennials cenderung lebih tidak
peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik ataupun
perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi millenials hanya peduli
untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak
realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya.
Tidak terima dengan kalimat-kalimat diatas? Berikut ini adalah hal yang bisa
kamu lakukan, jika ingin menjadi generasi millenials yang bermanfaat :
1. Berfikir Kritis
Terbukalah dengan apa yang ada disekeliling kita, mulai dari masalah politik,
ekonomi hingga sosial dan budaya. Jangan telan mentah-mentah informasi yang
kamu dapatkan. Cobalah untuk berfikir kritis dan pikirkan apa yang bisa kamu
kontribusikan untuk memecahkan masalah di sekitar anda.
2. Gunakan media sosial secara bijak
Media sosial bisa menjadi pedang bermata dua, tergantung bagaimana kamu
menggunakannya. Maka gunakanlah dengan bijak, hindari penyebaran informasi
tanpa fakta.
3. Bantu orang lain
Memikirkan orang lain bukan berarti hanya memperhatikan keluarga kamu saja.
Melainkan konsep masyarakat secara keseluruhan. Jika kamu dapat membantu 10
atau bahkan 100 keluarga sekaligus, kenapa harus cuma satu?16
16
https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millenials/
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Generasi Millenial adalah generasi yang lahir di era perkembangan teknologi,
internet juga berperan besar dalam keberlangsungnya hidup mereka. Justru karena
generasi ini adalah generasi melek teknologi maka studi islam dapat dikembangkan
melalui teknologi. Para millenial muslim inggin menyampaikan bahwa berislam juga
bisa menjadi modren berislam juga bukan teroris, mereka terbuka dalam bergaul,
hidup berpindidikan tinggi dan survive dalam dunia modern. Mereka dilahirkan dalam
keadaan muslim sekaligus dalam dunia modern membuat mereka menjadi generasi
yang terbuka dan juga sekaligus tidak kehilangan identitas keislamannya.
Kita juga bisa berdakwah dalam dunia millenial ini dengan beberapa pendekatan studi
Islam contohnya kita menggunakan pendekatan histori yang didalamnya meninjau
suatu permasalahan dari sudut pandang sejarah. Justru di era millenial ini sejarah atau
histori bisa kita simpan dan kita dakwahkan menggunakan internet yang disitu akan
dapat di akses oleh semua orang dan semua kalangan. Disinilah keuntungan dari
generasi millenial.
DAFTAR PUSTAKA
Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
ciputat press
Abdullah, M Yamin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah
Abdullah, M Yamin. 2009. Islam Dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer,
Ahwan Fanani dan Tolhatul Chair (ed). Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode. Jogjakarta:
Bintang Pustaka Abadi
Gazalba, Sidi. 1967. Sistematika Fisafat. Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang
Harun, Nasution.1995. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Cet 9. Jakarta: Bulan
Bintang
Khoiruddin, Nasution. 2009. Pengantar Studi Islam. Jogjakarta
Nata. Abuddin. 2011. Studi Islam. Jakarta: Rajawali pers
Nata, Abuddin. 2001. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Pesada.
https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millenials/Pukul 21.00 wib. 27 Des
2017.
Download