القواعد الفقهية الكبرى األربعة ( Empat Kaidah Fiqih Utama ) A. Kaidah utama pertama األمور بمقاصدها Semua perkara tergantung pada tujuannya. Contoh Penerapan Kaidah : • Pria A menikahi wanita A dengan tujuan menyempurnakan separuh agamanya serta menjalankan sunnah Rosulullah ﷺ. Pria B menikahi wanita B dengan tujuan menjadikan wanita B halal dinikahi kembali oleh suami sebelumnya yang telah menjatuhkan talak tiga padanya . Pria A dan B melakukan suatu perkara yang sama yaitu pernikahan. Namun, masing – masing dihukumi dengan hukum yang berbeda sesuai dengan maksud pengerjaan masing – masing. Pria A dihukumi menjalankan sunnah dengan pernikahan tersebut Pria B dihukumi bermaksiat karena menjalankan pernikahan yang dilarang oleh syari’at yaitu nikah tahlil . • Pria A boleh membeli anggur dengan tujuan/niat memakan atau menjualnya pada seorang penjual jus buah. Pria B membeli dengan tujuan/niat menjadikan atau mengolah anggur tersebut menjadi khamr, atau menjual pada orang yang akan menjadikannya sebagai khamr. Transaksi pria B tersebut hukumnya haram. Perkara keduanya sama, yaitu membeli anggur. Namun, yang membedakan ialah maksud dari pembelian tersebut yang kemudian berefek pada hukum masing – masing perkara. • Apabila saat di jalan seseorang menemukan sebuah dompet yang berisi sejumlah uang lalu mengambilnya dengan maksud mengembalikan kepada pemiliknya, maka hal itu menjadikan ia terbebas dari kewajiban ganti rugi jika dompet itu hilang darinya tanpa sengaja. Akan tetapi jika ia mengambilnya dengan maksud untuk memilikinya, maka ia dihukumi sama dengan ghashib (orang yang merampas harta orang). Jika dompet itu hilang, maka ia harus menggantinya secara mutlak. • Menahan istri dengan rujuk padanya di masa ‘iddahnya dengan maksud ingin mempertahankan hubungan pernikahan dan memenuhi hak – hak sang istri, lebih 1 | Kaidah Fiqhiyyah dicintai Allah ta’ala daripada melepaskannya atau memutuskan berpisah dengannya. Namun, jika sang suami merujuk istri dengan maksud berbuat dholim yaitu memperlama waktu ‘iddah sang istri, maka haram baginya. • Seseorang memberi makan kepada sejumlah orang miskin. Pemberian tersebut dapat dihukumi sedekah atau membayar denda atas pelanggaran sumpah ( kaffarat ) tergantung pada maksud atau niat si pemberi tersebut. Kaidah yang tercakup di bawahnya: 1. Kaidah pertama: . ال ثواب إال بنية.1 Tidak ada balasan kecuali ada niat. Contoh Penerapan Kaidah : • Seseorang yang membasuh – basuh anggota badannya layaknya berwudu dengan niat sekadar mendinginkan tubuhnya, tidak mendapatkan balasan apapun atas wudunya tersebut. Berbeda dengan orang yang berwudu dengan niat menyucikan dirinya dari hadast kecil atau menjalankan sunnah rosulullah ﷺ karena ganjaran atas suatu perbuatan tergantung dengan niatnya. • Pria A memilki seorang istri yang mempunyai saudara kembar. Karena kemiripan keduanya, pada suatu sebab dan keadaaan, ia salah atau tak sengaja menggauli saudara kembar sang istri yang ia kira adalah istrinya. Pria A tidak ada niat sdikitpun untuk bermaksiat atau melakukan zina. Maka, perbuatannya tak dapat diganjari dosa zina. • Seseorang yang mengerjakan sholat dua roka’at dengan niat sholat sunnah sebelum shubuh, tidak mendapatkan pahala sholat shubuh karena tidak adanya niat mengerjakan sholat shubuh pada sholat tersebut. 2 | Kaidah Fiqhiyyah • Tidak adanya pahala puasa sunnah bagi seseorang yang berpuasa dengan niat diet atau puasa sebelum operasi. • Zayd tidak sengaja makan pada siang hari di bulan Ramadan. Karena ia tidak memiliki niat membatalkan puasa dengan sengaja atau tidak mengerjakan perintah Allah Ta’ala, maka perbuatannya tidak diganjari dosa. 2. Kaidah kedua: .اخلاص النية يف اليمني ختصيص اللفظ العام وال تعمم Niat pada sumpah adalah pengkhusus bagi lafaz yang umum, bukan membuat umum yang khusus. Contoh Penerapan Kaidah : • Seseorang bersumpah untuk tidak makan nasi. Ketika bersumpah niatnya adalah hanya tidak makan nasi merah. Jika kemudian ia makan selain nasi merah, seperti nasi kuning atau nasi putih maka ia tidak dianggap melanggar sumpahnya. Dalam kasus ini, meskipun sumpahnya bersifat umum namun telah dikhususkan dengan niatnya. • Apabila seseorang bersumpah untuk tidak menemui beberapa orang di rumah mereka. Ketika bersumpah ia berniat untuk menjauhi orang-orang tersebut dan tidak menemui mereka di mana saja. Jika kemudian ia menemui orang-orang tersebut di suatu tempat selain rumah mereka, maka berdasarkan kaidah ini ia telah melanggar sumpahnya. Meskipun lafadz sumpah tersebut bersifat khusus namun telah menjadi umum dengan niatnya. • Ardi mengucapkan sumpah untuk tidak mengajak bicara seorang pun dari teman sekelasnya. Ketika bersumpah, niatnya adalah tidak mau berbicara dengan satu orang saja yaitu Dimas. Jika kemudian ia mengajak bicara kepada seseorang selain Dimas maka ia tidak dianggap melanggar sumpahnya. Dalam hal ini, meskipun sumpahnya bersifat umum namun telah dikhususkan dengan niatnya. 3 | Kaidah Fiqhiyyah .2 • Apabila seorang laki-laki mempunyai beberapa istri, dan ia berkata, “Seluruh istriku aku ceraikan.” Ketika mengucapkan lafadz tersebut, dalam hatinya ia mengecualikan salah satu istrinya. Berdasarkan kaidah ini maka istri yang dikecualikan tersebut tidak dihukumi diceraikan. Meskipun lafadz yang ia ucapkan itu bersifat umum, namun telah dikuhususkan dengan niat yang ada dalam hatinya. • Apabila seseorang bersumpah untuk tidak meminum air milik si fulan. Ketika bersumpah niatnya adalah tidak memanfaatkan air tersebut untuk keperluan apapun. Jika kemudian ia memanfaatkan air tersebut selain meminumnya, seperti menggunakannya untuk mandi, mencuci pakaian dan semisalnya, maka berdasarkan kaidah ini ia dihukumi telah melanggar sumpahnya. Meskipun lafadz sumpahnya bersifat khusus, yaitu hanya berkaitan dengan minum saja, namun telah menjadi umum dengan niatnya. Di mana niat berpengaruh untuk menjadikan lafadz khusus menjadi bermakna umum. 3. Kaidah ketiga: . مقاصد اللفظ على نية الالفظ إال يف اليمني عند القاضي.3 Tujuan dari suatu perkataan adalah menurut orang yang mengatakan, kecuali pada sumpah yang diminta oleh hakim. Contoh Penerapan Kaidah : • Seorang suami mengatakan lafadz kinayah talak kepada istrinya, namun ia bermaksud bukan talak. Maka, dalam kasus ini talak tidak jatuh. • Seorang suami mentalak istrinya dengan berkata “Aku talak kamu, aku talak kamu, aku talak kamu”. Kalimat ini berisi beberapa kemungkinan seperti ; talak satu kali dengan penekanan maksud atau bermaksud mentalak tiga si istri. Permasalahan ini dibawa ke majelis hakim dan hakim meminta suami untuk menjelaskan maksudnya dengan bersumpah. Jika ia bersumpah bahwa ia 4 | Kaidah Fiqhiyyah mentalak satu istrinya padahal maksudnya mentalak tiga, maka hakim menghukumi sesuai dhohir sumpahnya. • Pada saat istri melahirkan, suami mengatakan bahwa anak tersebut tidak mirip dengannya. Perkataan suami tidak dapat langsung dihukumi qodzaf sampai ia ditanya apa maksud ucapannya tersebut. Jika ia bukan berniat menuduh istrinya berzina ( qodzaf ) maka suami tidak dapat dijatuhi hukum terkait qadzaf. • Pada suatu majelis peradilan, hakim meminta Pria A untuk bersumpah agar sang hakim dapat menentukan keputusan dengan benar. Pria A bersumpah bahwa Pria B adalah saudaranya. Namun, yang ia maksud dengan saudara adalah saudara seiman. Dalam kasus ini, hakim mengambil maksud tersurat dari sumpah Pria A. • Suami berkata pada istrinya “ Matamu seperti mata ibuku “ dengan niat memuji keindahan mata istrinya. Maka perkataan suami tersebut tidak dihukumi dzhihar karena ia tak bermaksud mendzhihar atau mencela istrinya. 4. Kaidah keempat: . العربة يف العقود للمقاصد واملعاين ال لأللفاظ واملباين.4 Acuan dalam akad adalah maksud dan maknanya bukan lafadz dan struktur kalimat yang digunakan. Contoh Penerapan Kaidah : • Pria A menghibahkan suatu barang kepada Pria B dengan syarat Pria B memberinya sejumlah uang ( upah ). Lafadz serta gambaran akadnya yaitu : Pria A : “Aku hibahkan barang ini padamu dengan syarat engkau membayar uang Rp100.000,00 “. Pria B : ( menerima barang dan memberi uang kepada Pria B ) Akad hibah disini adalah akad jual beli. Karena Pria A bermaksud menjual barangnya kepada Pria B walapun ia menggunakan lafadz hibah. 5 | Kaidah Fiqhiyyah • Suami mengatakan pada istrinya salah satu dari beberapa lafadz berikut “Kamu saya lepas” “Pergilah, kembalilah kepada keluargamu!” “Jangan berhias lagi untuk diriku” atau kalimat – kalimat lain yang semaksud. Ucapan – ucapan tersebut termasuk lafadz kinayah dalam talak. Lafadz - lafadz tersebut dapat mengandung makna talak dan makna yang lain. Maka, maksud ucapan tersebut tergantung maksud sang suami. Jika ia bermaksud mentalak istri dengan ucapan tersebut, maka talaknya pun jatuh walaupun sekilas secara tersurat, tak ada lafadz “ talak “ pada kalimat suami. • Pada era milenial sekarang, sering kita jumpai gaya bahasa baru yang digunakan masyarakat dalam bermua`malah. Dalam kegiatan jual beli mereka misalnya. Beberapa lafadz yang sering digunakan ; “ Saya ambil dua kilo anggur ini dengan harga …“ maksudnya “ Saya beli dua kilo anggur ini dengan harga …” “Saya pinang kitab ini dengan uang berjumlah …“ maksudnya “Saya beli kitab ini dengan uang berjumlah …“ “Saya lepas satu lusin pakaian ini padamu seharga …“ maksudnya “Saya jual satu lusin pakaian ini padamu seharga …“. Karena yang diperhatikan dalam suatu akad adalah maksud bukan lafadz, maka akad jual beli di atas adalah sah. • Lafaznya wadi’ah (titipan) tapi hakikatnya rahn (pergadaian). Jika seseorang yang uangnya tidak mencukupi untuk membayar suatu barang berkata kepada si penjual, “Saya titipkan dulu handphone saya kepadamu sampai saya melunasi kekurangan harga barang yang saya beli” maka akad seperti ini adalah bentuk rahn (pergadaian), bukan wadi’ah (titipan), meskipun menggunakan kata titipan. • Budi berkata pada Zaid “Aku beri engkau motor ini selama satu minggu seharga …”. Dengan kalimat tersebut Budi bermaksud menyewakan motornya kepada Zaid. Maka akad tersebut dihukumi dengan akad ijarah bukan hibah 6 | Kaidah Fiqhiyyah B. Kaidah utama kedua: المشقة تجليب التيسير Kesulitan adalah penyebab kemudahan. Contoh Penerapan Kaidah : • Orang yang safar atau berpergian, mendapatkan kemudahan berupa dibolehkannya bagi dirinya untuk memangkas jumlah raka’at sholatnya. Kemudahan tersebut disebabkan oleh keadaan sulitnya pada saat safar ( Lelah di perjalanan, tidak menemukan tempat sholat atau wudu dll ) • Pada siang bulan Ramadan, seluruh umat muslim diwajibkan untuk berpuasa. Namun, orang yang sakit boleh tidak berpuasa ( wajib mengganti pada hari lain di luar Ramadan ). Keadaan sulit yang ia miliki yaitu sakit, menjadi sebab kemudahan untuk tidak berpuasa baginya. • Seseorang yang sedang dalam keadaan sakit, jika tidak mampu melaksanakan shalat dengan berdiri maka boleh shalat dengan duduk. Jika tidak mampu dengan duduk, maka shalat dengan berbaring, dan cukup berisyarat ketika ruku’ dan sujud. • Seseorang diwajibkan bersuci (thaharah) dengan menggunakan air. Namun, jika tidak bisa menggunakan air karena sakit atau tidak ada air, maka diperbolehkan melaksanakan tayammum. • Dalam menentukan telah datangnya waktu shalat, cukup dengan perkiraan kuat bahwa waktunya telah datang. Yaitu, jika sulit mengetahui datangnya waktu tersebut secara pasti. Kaidah yang tercakup di bawahnya: 1. Kaidah Pertama 7 | Kaidah Fiqhiyyah . إذا ضاق األمر اتسع وإذا اتسع ضاق.1 Apabila terjadi kesempitan diberikan kelonggaran, dan apabila kondisi longgar diberikan kesempitan. Contoh penerapan kaidah : • Seseorang diwajibkan bersuci (thaharah) dengan menggunakan air. Namun, jika tidak bisa menggunakan air karena sakit atau tidak ada air, maka diperbolehkan melaksanakan tayammum. Menurut kaidah ini, keadaan sakit atau tidak ada air adalah keadaan yang “sempit” maka diberi kelonggaran berupa dibolehkannya bersuci dengan tayammum. • Pada kondisi normal, sholat jumat hukumnya wajib bagi seluruh lelaki muslim,baligh, dan berakal. Namun, pada kondisi merebaknya wabah pandemi maka syariat memberi kelonggaran berupa boleh tidak melaksanakan sholat jumat. • Budi adalah orang miskin. Dalam keadaan perekonomian yang sempit tersebut, budi diberi kelonggaran berupa tidak diwajibkan menunaikan zakat dan haji. Namun, jika suatu saat Budi menjadi orang kaya yang artinya kondisi ekonominya sudah lapang, zakat dan haji wajib ia tunaikan. • Orang yang sakit boleh tidak puasa pada saat bulan Ramadan. Ketika sembuh, ia wajib berpuasa dan mengganti puasa yang ia tinggalkan saat sakit. • 2. Pada keadaan normal, seseorang harus mencari arah kiblat jika akan mendirikan sholat. Namun, pada saat sempit seperti di pesawat yang sulit menentukan arah kiblat maka ia diberi kelonggaran berupa boleh menghadap arah mana saja untuk sholat. Kaidah kedua .الضرورات تبيح احملظورات Kondisi darurat membolehkan sesuatu yang dilarang. 8 | Kaidah Fiqhiyyah .2 Contoh Penerapan Kaidah : • Seseorang yang diancam akan dibunuh jika tidak meminum khamar, boleh atau bahkan wajib baginya untuk meminum khamar tersebut. Karena keadaan darurat dimana nyawanya terancam menjadi sebab bolehnya sesuatu yang dilarang syariat yaitu khamar. • Zaid berada dalam kondisi di mana ia tidak menemukan makanan selain bangkai, dan nyawanya terancam jika tidak makan pada saat itu. Maka dalam kasus ini ia boleh memakan bangkai tersebut karena kondisi daruratnya menjadikan boleh hal yang diharamkan. 3. • Seseorang diwajibkan bersuci (thaharah) dengan menggunakan air. Namun, orang yang sakit dan jika terkena air sakitnya makin mengancam jiwa atau nyawanya, maka ia boleh melaksanakan tayammum. • Pada siang bulan Ramadan, seluruh umat muslim diwajibkan untuk berpuasa. Namun, orang yang sakit boleh tidak berpuasa ( wajib mengganti pada hari lain di luar Ramadan ). Keadaan darurat yang ia miliki yaitu sakit, menjadi dibolehkannya yang tidak boleh yaitu tidak berpuasa. • Pada kondisi normal, sholat jumat hukumnya wajib bagi seluruh lelaki muslim, baligh, dan berakal. Namun, pada kondisi darurat seperti merebaknya wabah pandemi maka syariat memberi membolehkan untuk tidak melaksanakan sholat jumat. Kaidah ketiga Kondisi darurat dimanfaatkan sekadarnya saja. . الضرورات تقدر بقدرها.3 Contoh Penerapan Kaidah : 9 | Kaidah Fiqhiyyah • Pada kondisi darurat seperti keperluan pengobatan, seorang muslimah boleh menampakkan auratnya di depan dokter pria. Menurut kaidah ini, yang boleh disingkap hanya area tubuh yang perlu diobati. Selain area tersebut tetap masuk larangan karena tidak termasuk dalam kondisi darurat tersebut. • Pria yang akan mengkhitbah seorang wanita, boleh melihat wanita tersebut seperlunya saja. • Pria A memergoki seorang maling hendak mencuri di rumahnya. Jika dengan beberapa kali pukulan dapat mengusir maling tersebut, maka tidak perlu membunuhnya. Pada asalnya kita tidak boleh menyakiti orang lain namun dalam keadaan darurat di atas kita boleh menyakiti orang lain. Akan tetapi, tingkat menyakiti yang dibolehkan hanya sampai kondisi darurat hilang yaitu maling tersebut pergi. • Fulan kelaparan dan tidak menemukan apapun selain bangkai. Maka ia boleh memakan bangkai tersebut hanya sampai hilang rasa laparnya atau sekadar menyelamatkan diri dari kematian, tidak boleh melampaui batas dengan memakannya hingga kenyang. • Orang yang memiliki luka di jari telunjuknya, tidak boleh tidak mengusap jari yang lain ketika berwudu. Area yang berubah hukumnya ( wajib menjadi tidak wajib dibasuh ) hanyalah area darurat yaitu area luka. Maka selainnya hukumnya tetap ( wajib dibasuh ). 4. Kaidah keempat . احلاجة تنزل منزلة الضرورة عامة كانت أو خاصة.4 Kebutuhan sekunder ( umum atau khusus ) menempati status kebutuhan primer. Contoh Penerapan Kaidah : 10 | Kaidah Fiqhiyyah • Dibolehkannya interaksi antara pria dan wanita yang bukan mahram atau sebaliknya dalam urusan jual beli. • Dibolehkannya pria menyentuh wanita yang bukan mahramnya dan sebaliknya dalan tindakan medis atau keperluan kesehatan. • Dibolehkannya interaksi antara pria dan wanita yang bukan mahram atau sebaliknya dalam perihal pembelajaran atau urusan Pendidikan. • Diboehkannya gharar dalam akad jual beli salam. • Dibolehkannya menggabungkan dua sholat dalam satu waktu sholat pada saat safar. Jual beli, akses kesehatan, pendidikan dan berpergian adalah kebutuhan – kebutuhan sekunder ( haajah ) yang di sini berstatus seperti kebutuhan primer ( darurat ) dalam mengubah suatu hukum asal. 5. Kaidah kelima . االضطرار اليبطل حق الغري. .5 Kondisi mudarat tidak menyebabkan batalnya hak orang lain. Contoh Penerapan Kaidah : • Si A memiliki seorang ibu yang sedang sakit keras. Ia tidak punya uang untuk membiayai pengobatan ibunya. Dalam kondisi darurat tersebut, si A boleh mengambil manfaat dari uang si B. Namun keadaan darurat tersebut tidak menghilangkan hak si B akan uang yang diambil si A. Maka setelah hirang kondidi darurat si A, ia wajib mengganti uang si B • Jika dalam keadaan darurat si A terpaksa memakan makanan si B, maka ia boleh memakan makanan tersebut. Namun, hal terbut tidak menghilangkan hak si B akan ganti rugi dari makanan tersebut baik diganti dengan yang semisal atau 11 | Kaidah Fiqhiyyah berupa uang. Maka wajib bagi si A untuk mengganti rugi makanan yang telah ia habiskan demi menyelamatkan nyawanya . Sebuah kapal hampir tenggelam karena kelebihan muatan. Kondisi darurat ini • membolehkan kapten kapal untuk membuang beberapa barang penumpang untuk mengurangi beban kapal. Namun, si kapten wajib mengganti barang penumpang tersebut. Karena darurat di awal tidak menghilangkan hak penumpang akan barangnya. • Petani menyewa tanah si B untuk dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut petani selalu gagal panen sehingga tidak mendapatkan penghasilan. Suatu ketika tanamannya berhasil tumbuh dengan baik. Satu bulan lagi diperkirakan petani akan panen sedangkan waktu sewa seminggu lagi habis. Dalam kondisi ini petani boleh menggunakan tanah tersebut melebihi waktu janji sewa. Namun petani wajib mengganti rugi pada si B sebesar lama pakai tanah di luar masa sewanya. • Pria A memiliki usaha warung makanan yang sepi pengunjung. Dalam kasus ini, ia tidak boleh mengadakan iklan atau promosi yang berisi kebohongan demi menarik minat pengunjung. Menurut kaidah ini, keadaan sulitnya tersebut tidak membenarkan perbuatan bohongnya yang merampas hak orang lain. C. Kaidah utama ketiga: .اليقين ال يزول بالشك Keyakinan tidak hilang oleh keraguan. Contoh Penerapan Kaidah : • Seseorang yang yakin sudah berwudu, kemudian ragu apakah ia sempat buang angin atau tidak, maka ia tetap dalam keadaan suci dari hadas. Karena sesuatu yang diyakini ( keadaan suci ) tidak dapat diubah oleh sesuatu yang masih diragukan ( hadas ). 12 | Kaidah Fiqhiyyah • Pria A menikahi wanita B dengan akad yang jelas serta menghadirkan saksi. Pada suatu saat, sang suami mengatakan “ Pergilah “ dalam keadaan marah kepada sang istri. Wanita B ragu, apakah suaminya telah menjatuhkan talak atau tidak. Maka, menurut kaidah ini, pada kasus ini talak tidak jatuh padanya. Karena akad nikah yang statusnya pasti atau sudah yakin adanya, tidak hilang dengan sesuatu yang masih diragukan perkaranya yaitu ucapan suami tersebut. • Pada siang hari di bulan Ramadan, Zaid bermimpi sedang makan dan minum. Ketika ia bangun, ia ragu apakah puasanya batal atau tidak karena mimpinya yang terasa nyata. Puasa Zaid tidak batal, karena status sedang berpuasa adalah hal yang pasti dan tidak hilang dengan adanya perkara yang tidak pasti/diragukan. • Seseorang ragu apakah dia baru melaksanakan tiga rakaat atau sudah empat rakaat, atau dengan kata lain dia yakin telah melaksanakan tiga rakaat akan tetapi dia masih ragu apakah dia sudah menyelesaikan rakaat ke empat atau belum. Maka dalam hal ini dia harus menambah satu rakaat dan mengembalikan keraguannya tadi kepada yakinnya yaitu tiga rakaat. • Pria A memiliki hutang pada Pria B sebesar Rp100.000,00. Ia membayarannya dengan mencicil. Cicilan pertama sebesar Rp70.000,00 dengan waktu dan tempat transaksi yang ia dan Pria B catat. Kemudian suatu hari ia ragu apakah utangnya sudah lunas atau belum. Dalam kasus ini, hutang Pria A belum lunas. Karena hal yang diyakini kebenarannya yaitu besar hutang dan jumlah yang sudah dibayar, tidak dapat berubah dengan keraguan akan pembayaran sisanya. Kaidah yang tercakup di bawahnya: 1. Kaidah pertama: . األصل بقاء ما كان على ما كان.1 Hukum asalnya, sesuatu tetap dalam keadaaan awalnya Contoh Penerapan Kaidah : 13 | Kaidah Fiqhiyyah 2. • Apabila orang yang berhutang mengaku telah melunasi hutangnya namun tidak bisa menunjukkan bukti, sementara orang yang memberi hutang mengingkarinya, maka yang menjadi acuan adalah pengakuan orang yang memberi hutang. Ini karena setelah seseorang terbukti berhutang maka status berhutang itu akan berlaku sampai ada bukti pelunasan. • Seorang sedang berpuasa dan ragu apakah sudah masuk waktu maghrib atau belum, maka ia tetap pada puasanya sampai terbukti waktu maghrib sudah masuk. Karena pada asalnya ia masih dalam kewajban menahan makan dan minum. • Apabila seseorang mempunyai tanggungan untuk mengqadhâ’ shalat yang ditinggalkannya karena uzur, kemudian ia ragu-ragu tentang berapa jumlah shalat yang ditinggalkannya, maka ia melaksanakan shalat hingga muncul keyakinan bahwa tanggungannya telah ditunaikan. Hal ini karena kewajiban mengqadhâ’ shalat telah tetap atasnya, sehingga kewajiban itu tidaklah lepas dari tanggungannya kecuali dengan keyakinan. • Apabila seorang wanita ragu-ragu apakah ia telah keluar dari masa iddahnya ataukah belum. Maka, asalnya ia masih tetap dalam masa iddah. • Apabila seorang istri mengaku bahwa suaminya tidak memberinya nafkah, sementara suami mengaku sudah memberinya namun tidak menunjukkan bukti, maka yang dijadikan acuan adalah perkataan istri yang disertai sumpahnya. Karena hukum asal pemberian nafkah masih menjadi tanggungan suami hingga terbukti sebaliknya. Kaidah kedua: . األصل براءة الذمة.2 Hukum asalnya adalah terlepas dari tanggungan. Contoh Penerapan Kaidah : 14 | Kaidah Fiqhiyyah • Seseorang dituntut atas kasus pembunuhan. Penuntut tidak bisa menunjukkan bukti atas tuduhannya sedangkan tersangka menafikan tuduhan tersebut. Maka yang diterima perkataannya adalah perkataan tersangka dengan disertai sumpah ( tidak melakukan apa yang dituduhkan padanya). Karena pada asalnya seseorang bebas dari tindak pembunuhan dan pencurian. • Si A tiba – tiba menagih hutang pada si B. Namun, si B merasa ia tidak pernah berhutang pada si A. jika si A tidak mendatangkan bukti lebih lanjut terhadap tagihannya pada si B, yang diterima adalah perkataan si B dengan bersumpah. Karena pada asalnya si B tidak memiliki tanggungan berupa hutang pada siapapun. • Jika antara penyewa dan yang menyewakan berselisih mengenai harga sewa setelah barang yang disewa telah dimanfaatkan, maka klaim harga yang dijadikan acuan adalah klaim dari pihak yang menyewa. Kecuali jika barang yang disewa belum dimanfaatkan, maka dalam kondisi tersebut yang dijadikan acuan adalah klaim dari pihak yang menyewakan. Karena pada dasarnya manusia tidak disibukkan atau dibebani dengan hak orang lain, kecuali bisa ditunjukkan bukti yang menyatakan sebaliknya. • Jika guru tidak memberi tugas untuk mengerjakan soal B kepada murid, maka murid tidak wajib mengerjakan soal B. Karena pada asalnya murid terbebas dari kewajiban mengerjakan soal tersebut. • 3. Kaum muslim tidak diwajibkan puasa apapun di bulan Ramadan sebelum turun perintah untuk berpuasa di bulan tersebut. Karena pada asalnya kaum muslimin terlepas dari tanggungan atau perintah untuk berpuasa. Kaidah ketiga: . ما ثبت بيقني ال يرتفع إال بيقني.3 Sesuatu yang ditetapkan berdasarkan keyakinan tidak akan bisa diangkat ( dihilangkan ) kecuali dengan keyakinan. 15 | Kaidah Fiqhiyyah Contoh Penerapan kaidah : • Seseorang sedang melaksanakan thawaf di Baitullâh. Jika ia menemui keraguan tentang jumlah putaran yang telah ia lakukan, maka ia menentukan sesuai yang ia yakini, yaitu ia kembali pada jumlah yang paling sedikit. • Budi yakin akan kehalalan suatu merek karena sudah tersertifikasi halal MUI. Keyakinan akan kehalalan merek tersebut tidah bisa runtuh hanya dengan isu akan keharamannya. Namun jika kementrian agama memberitakan akan keharamannya, maka keyakinan awal Budi dapat dihilangkan, karena berita Kemenag adalah hal yang meyakinkan atau suatu fakta, bukan keraguan. • Seseorang yakin bahwa ia dalam keadaan berhadas kemudian ragu-ragu apakah ia sudah bersuci ataukah belum. Maka asalnya ia tetap dalam keadaan yang ia yakini yaitu berhadas. Keyakinan tersebut baru bisa diganti atau dihilangkan dengan keyakinan juga misalkan persaksian beberapa temannya bahwa ia telah berwudu. • Seorang suami bermimpi telah mentalak istrinya. Ketika bangun ia merasa ragu apakah ia telah mentalak istrinya atau tidak. Dalam kasus ini, talak tidak jatuh karena nikah adalah akad yang jelas dan meyakinkan maka ia tidak bisa dihilangkan kecuali dengan perkara yang jelas dan meyakinkan pula. • Suami mengatakan pada istri “ Aku talak kamu “. Talak di sini jatuh karena suami mengatakannya dengan penuh keyakinan, kesadaran dan lafaz talak yang tidak ambigu. Akad nikah adalah hal yang diyakini adanya bisa terangkat atau hilang dengan hal yang diyakini adanya pula yaitu lafaz talak sang suami. 4. Kaidah keempat: . األصل يف األمور العارضة العدم.4 Hukum asal suatu perkara (sifat) ‘aridhah (yang baru muncul kemudian) adalah tidak ada 16 | Kaidah Fiqhiyyah Contoh Penerapan Kaidah : • Pembeli membeli sepeda dan membawanya pulang. Ketika pemakaian, ia menemukan beberapa cacat di sepedanya. Ia mengajukan ganti rugi ke penjual namun penjual menolak karena ia merasa tak ada cacat pada sepeda tersebut saat menjualnya. Dalam kasus ini, jika keduanya tak mendatangkan bukti. Maka yang diambil adalah pernyataan penjual bersama sumpahnya. karena asal dari suatu sifat tambahan ( cacat pada sepeda ) adalah tidak ada. • Seseorang yang yakin ia telah bersuci kemudian ragu apakah sudah ber hadas atau belum, dihukumi telah bersuci. Karena hadas ( apapun yang membatalkan wudu ) sebelum diyakini dan dipastikan adanya, adalah suatu perkara tambahan dari wudunya yang hukum asalnya perkara tersebut adalah tidak ada. • Apabila seorang ahli waris mengklaim bahwa orang tuanya saat menjual tanah dalam kondisi gila sementara pihak lainnya mengklaim tidak dalam kondisi gila, serta masing-masing tidak bisa menunjukkan bukti, maka yang dijadikan acuan adalah klaim yang menyatakan tidak gila. Ini karena terjadinya kegilaan pada seseorang merupakan sifat yang baru muncul kemudian, sementara sifat berakal merupakan sifat awal dari seseorang • Pembeli membeli kain dan membawanya pulang. Ketika di rumah, ia menemukan beberapa kotoran di kain tersebut. Ia mengajukan ganti rugi ke penjual namun penjual menolak karena ia merasa kotoran tersebut bukan dari tokonya. Dalam kasus ini, jika keduanya tak mendatangkan bukti. Maka yang diambil adalah pernyataan penjual bersama sumpahnya. karena asal dari suatu sifat tambahan ( kotoran pada kain ) adalah tidak ada. • Pembeli membeli kambing dan membawanya pulang. Beberapa hari kemudian, ia mengadukan adanya cacat pada kambingnya ke penjual. Si penjual menafikan aduan tersebut. Dalam kasus ini, jika keduanya tak mendatangkan bukti dan penjual bersumpah atas pernyataannya, maka yang diambil adalah pernyataan penjual. karena asal dari suatu sifat tambahan ( cacat pada kambing ) adalah tidak ada. 17 | Kaidah Fiqhiyyah 5. Kaidah kelima: . األصل إضافة احلادث إىل أقرب أوقاته.5 Hukum asalnya adalah menyandarkan kejadian pada waktu terdekatnya Contoh Penerapan Kaidah : • Seorang laki-laki bermimpi basah dan menjumpai ada air mani yang telah mengering di celananya, namun dia ragu akan waktu terjadinya. Misalnya, dia melihat air mani di celananya selasa sore, namun dia ragu apakah mimpinya di malam selasa atau malam senin atau bahkan malam-malam sebelumnya lagi. Maka saat itu dia memilih malam selasa, karena sebab yang paling dekat adalah tidur pada malam selasa, walaupun pada kenyataannya mimpinya adalah pada malam senin. Sehingga apabila dia menyadarinya di hari selasa sore, maka dia cukup mengulangi dua shalat yaitu shalat shubuh dan dhuhurnya hari selasa, adapun shalat yang di hari senin tidak perlu diulangi. • Pembeli membeli sepeda dan membawanya pulang. Ketika pemakaian, ia menemukan beberapa cacat di sepedanya. Ia mengajukan ganti rugi ke penjual namun penjual menolak karena ia merasa tak ada cacat pada sepeda tersebut saat menjualnya. Dalam kasus ini, jika keduanya tak mendatangkan bukti. Maka yang diambil adalah pernyataan penjual dengan sumpahnya. Cacat tersebut mungkin timbul saat barang dibawa pulang oleh pembeli atau saat barang dipasarkan penjual. Waktu yang paling dekat dengan kejadian ( cacat disadari pembeli ) adalah saat barang dibawa pulang oleh pembeli, maka adanya cacat dikaitkan dengan waktu terdekat. • Pria A mengaku bahwa ia pernah berhutang pada salah satu ahli warisnya ( pria B ). Pria A meninggal setelah sakit keras. Ahli waris yang lain menyatakan bahwa hutang tersebut pada saat si A sakit keras sedangkan si B menyatakan bahwa hutang tersebut pada waktu si A masi sehat. Hutang tersebut dikaitkan dengan waktu terdekat yaitu pada saat sakit keras karena sakit lebih dekat dengan kematian si A dari pada sehat. Maka, selama si B tidak mendatangkan 18 | Kaidah Fiqhiyyah bukti, pernyataan yang diambil adalah pernyataan ahli waris yang lain dengan bersumpah. • Pembeli membeli suatu barang dengan mensyaratkan adanya masa khiyar1 selama sepuluh hari. Setelah selesai masa khiyar pembeli mengembalikan barang tersebut dengan alasan bahwa ia masih dapat mengembalikan barang tersebut karena masih dalam masa khiyarnya. Namun penjual berkata bahwa pembeli tidak dapat mengembalikan barang tersebut karena telah lewat masa khiyar. Dalam kasus ini, yang diambil adalah perkataan pembeli karena peristiwa pengembalian barang tersebut dikaitkan dengan waktu terdekatnya dari masa yang akan datang yaitu waktu setelah lewat masa khiyar. • Seorang muslim meninggal dan meninggalkan seorang istri non muslim. Istri tersebut baru datang setelah meninggalnya suami. Isrri mengatakan pada keluarga suami bahwa ia telah berislam sebelum suami meninggal maka ia berhak menerima warisan. Ahli waris yang lain mengatakan bahwa si istri berislam setelah suaminya tiada maka ia bukan termasuk ahli waris karena kedauanya berbeda agama. Jika si istri tidak mendatangkan bukti atas pernyataanya maka yang diambil hukumnya dalah perkataan ahli waris ( mengambil waktu yang paling dekat yaitu setelah kematian ). 6. Kaidah keenam: األصل يف األشياء اإلباحة.6 Hukum asal segala sesuatu adalah dibolehkan. Contoh Peneapan Kaidah : • 1 Seorang muslim tidak boleh melarang muslim lainnya untuk memakai pakaian berwarna hitam di malam hari. Karena pada asalnya segala sesuatu dibolehkan oleh syariat termasuk memakai pakaian warna hitam di malam hari pada kasus ini. Hak memilih dalam akad jual beli. 19 | Kaidah Fiqhiyyah • Boleh memakan segala jenis makanan dan minuman kecuali yang telah jelas ada dalil dari Alquran dan sunnah tentang pengharamannya. Hukum asal segala jenis makanan dan minuman adalah boleh. Maka, selama jenisnya bukan termasuk jenis yang sudah diharamkan, hukum konsumsinya adalah boleh. • Boleh melakukan jual beli dengan berbagai tipe akad kecuali akad yang telah jelas ada dalil dari Alquran dan sunnah tentang pengharamannya. Hukum asal segala sesuatu termasuk akad jual beli adalah boleh. Maka, selama tipenya bukan termasuk tipe akad yang sudah diharamkan, hukum memakai akad tersebut adalah boleh. • Di suatu desa terdapat sebidang tanah yang tidak diketahui siapa pemiliknya sejak lama. Dalam kasus ini, selama belum diketahui siapa pemiliknya, tanah tersebut boleh dimanfaatkan oleh warga desa. Karena pada asalnya segala sesuatu telah Allah ciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia termasuk sebidang tanah tersebut. • Membaca Alquran dengan syair tertentu adalah boleh selama tidak ada dalil yang mengharamkannya. Karena hukum asal segala sesuatu adalah boleh. 7. Kaidah ketujuh: Hukum asal dalam jima’ 2 atau masalah kemaluan adalah haram. األصل يف األبضاع التحرمي.7 Contoh Penerapan Kaidah : • Seorang suami memiliki empat istri. Salah satunya telah ia jatuhi talak bain kubro3. Akibat suatu kecelakaan, suami lupa kepada siapa diantara keempat istrinya yang telah ia jatuhi talak tiga. Maka dalam kasus ini, suami tidak boleh “menggauli” siapun dari keempat istrinya sampai jelas siapa istri yang telah ia 2 Hubungan seksual Talak ketiga di mana mantan suami tidak lagi memiliki hak untuk rujuk dengan mantan istrinya, baik ketika dalam masa ‘iddah maupun sesudahnya kecuali setelah melalui beberapa syarat syar’i. 3 20 | Kaidah Fiqhiyyah talak. Merujuk pada kaidah, asal “menggauli” adalah haram maka, jika diragukan status halal haram seorang wanita bagi seorang pria, yang diambil adalah status haramnya. • Pria A berkata bahwa ia telah menikahi wanita B maka dirinya boleh bergaul dengannya. Namun, si wanita mengingkarinya. Menurut kaidah ini, yang diakui adalah perkataan wanita B. Karena hukum asal wanita tersebut bagi si pria adalah haram. • Seorang ibu mengatakan pada anak prianya yang sudah dewasa bahwa ia meiliki saudara perempuan sepersusuan. Perempuan tersebut adalah salah satu dari tiga anak kembar dari keluarga fulan. Ibu sang pria tidak mengetahui dengan pasti perempuan mana yang telah ia susui pada masa bayinya. Maka, si pria tidak boleh menikahi salah satu dari ketiga perempuan tersebut sampai jelas siapa saudara persusuannya. Karena jika diragukan status halal haram seorang wanita bagi seorang pria, yang diambil adalah status haramnya. • Pria A memiliki dua budak wanita yang kemudian ia membebaskan salah satunya. Kemudian karena suatu sebab ia lupa budak yang mana yang telah ia bebaskan. Menurut kaidah ini, ia tidak boleh berijtihad kemudian memutuskan sendiri akan “menggauli” budak yang mana. Karena jika diragukan status halal haram seorang wanita bagi seorang pria, yang diambil adalah status haramnya. • Seorang wanita diketahui ibunya seorang ahli kitab dan ayahnya seorang atheis atau majusi. Maka seorang laki-laki Muslim dilarang untuk menikahi wanita tersebut. Karena apabila terkumpul antara yang menyebabkan halal (ahli kitab) dan haramnya (Majusi atau atheis) wanita itu untuk dinikahi, maka yang dimenangkan ( diambil untuk berhukum ) adalah sisi yang haram. 8. Kaidah kedelapan: . ال عربة للداللة يف مقابلة التصريح.8 21 | Kaidah Fiqhiyyah Sesuatu yang implisit tidak diterima jika bertentangan dengan yang eksplisit. Contoh Penerapan Kaidah : • Budi mengatakan pada Bagus “Aku titipkan laptopku padamu”. Secara implisit, Bagus boleh menggunakan laptop tersebut. Namun, jika secara eksplisit yaitu Budi berkata langsung sebelumnya bahwa Bagus tidak boleh menggunakan laptopnya, maka Bagus tidak boleh memakai laptop tersebut. Karena sesuatu yang implisit tidak diterima jika bertentangan dengan yang eksplisit. • Budi mempersilakan Dimas memasuki rumahnya dan berkata “Anggap rumah sendiri”. Menurut perkataan tersebut, Dimas boleh mengambil makanan yang ada di kulkas rumah Budi. Namun, jika Budi secara eksplisit melarang perbuatan itu, maka Dimas tidak boleh melakukannya. • Siswa diperbolehkan menggunakan hp di sekolah.. Jika ada siswa yang menggunakan hp tersebut pada saat jam pelajaran, ia tidak boleh dihukum karena secara implikatif, hp boleh digunakan pada saat kapanpun di sekolah. Namun jika sekolah mempertegas aturan dan mengatakan secara langsung dan jelas bahwa siswa boleh menggunakan hp di sekolah kecuali di jam pelajaran, maka siswa tersebut patut dihukum. • Penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli via online. Pembeli intens menanyakan spesifikasi barang dan harga kepada penjual. Karena merasa sudah cukup tawar menawarnya, penjual bertanya “Apakah barang jadi dibeli ?”. Pembeli hanya membalas dengan simbol senyuman. Penjual mengirim barang ke pembeli dan menagih pembayaran. Jika pembeli mengatakan bahwa maksud simbol senyuman adalah tidak jadi membeli, maka pembeli berhak tidak membayar dan mengembalikan barang. • Pengurus wakaf seharusnya mengelola wakaf sebagaimana para pendahulunya berdasarkan implikasi yang telah ada ( pendahulu mengelola wakaf dengan benar karena sudah turun menurun ). Namun jika didapati buku terkait pengelolaan wakaf yang terpercaya, maka pengelolaannya harus berdasarkan buku tersebut 22 | Kaidah Fiqhiyyah dan tidak boleh menyelisihinya. Karena buku pengelolaan wakaf yang terpercaya itu merupakan hal eksplisit, sementara kebenaran pengelolaan para pengurus sebelumnya bersifat implikatif 9. Kaidah kesembilan: . ال عربة بالتواهم.9 Praduga atau sangkaan itu tidak dianggap. Contoh Penerapan Kaidah : • Seorang suami tidak boleh mencerai atau melaknat istrinya hanya berdasarkan prasangka bahwa istrinya telah berzina. Suatu sangkaan tidak dapat dijadikan pegangan atau diambil keputusan hukum darinya. • Hakim dihadapkan dengan seorang pria yang sering dibicarakan warga bahwa ia adalah seorang pelacur. Menurut kaidah ini, hakim tidak boleh langsung menghukumi pria tersebut atas dasar pembicaraan warga karena bisa jadi warga hanya berbicara atas dasar dugaan atau sprasangka belaka. Padahal, Tidak ada makna yang dapat diambil dari hal - hal praduga atau sangkaan. • Seorang wanita yang sudah berhenti keluar darahnya di hari kedelapan, tidak boleh mengundur – undur bersucinya dengan alasan kemungkinan darah keluar lagi. • Seorang muslim tidak boleh membatalkan sholatnya hanya karena menyangka dirinya telah buang angin padahal tidak terdengar bunyi atau tercium bau apapun darinya. • Seorang muslim tidak boleh mengharamkan suatu makanan halal karena sangkaan belaka. 23 | Kaidah Fiqhiyyah 10. Kaidah kesepuluh: .ال حجة مع االحتمال الناشئ عن غري دليل.10 Suatu dalil tidak argumentatif 4 selama masih ada keraguan yang muncul darinya. Contoh Penerapan Kaidah : • Si A mengaku pernah berhutang pada salah satu ahli warisnya. Maka jika ia berada dalam keadaan sakit yang menyebabkannya meninggal, pengakuan tersebut tidak sah selama tidak dibenarkan oleh ahli waris lainnya. Ini karena adanya ihtimal (indikasi) kuat bahwa itu dilakukan untuk menguntungkan sebagian ahli waris atas sebagian lainya. Ihtimal tersebut menguat lantaran terjadi pada saat sakit yang mengantarkan pada kematian. • Seorang suami tidak boleh menuduh istrinya telah berzina hanya dengan bukti perubahan perilaku si istri kepadanya. Bukti tersebut tidak berlaku karena banyaknya kemungkinan yang timbul darinya misalkan bisa jadi perubahan perilaku disebabkan oleh PMS si istri atau karena sang suami belum memberinya uang belanja.. 4 • Dua orang berada dalam sebuah perahu yang berisi gandum, dan masing masing dari keduanya mengklaim sebagai pemilik perahu beserta gandum yang ada di dalamnya. Apabila salah seorang dari keduanya dikenal sebagai penjual gandum, sementara yang lainnya dikenal sebagai seorang pelaut, maka gandum tersebut diputuskan sebagai milik si penjual gandum, sementara perahu ditetapkan sebagai milik si pelaut. Keputusan tersebut ditetapkan berdasarkan indikasi kuat yang diketahui dari profesi keduanya. • Si A dan si B berada pada satu kapal yang membawa beras. Masing – masing mengklaim bahwa dirinya pemilik kapal tersebut beserta isinya. Kemudain diketahui bahwa si A adalah seorang pelaut dan si B seorang penjual beras. Maka dalam kasus ini, diputuskan perahu adalah milik si A dan beras milik si B. Memiliki (mengandung) alasan yang dapat dipakai sebagai bukti 24 | Kaidah Fiqhiyyah • Seorang wakil membeli barang sebagaimana yang diinginkan orang yang ia wakilkan. Namun ia tidak menjelaskan apakah barang itu ia beli untuk dirinya sendiri atau untuk orang yang ia wakilkan. Apabila kemudian barang itu rusak atau cacat saat berada di bawah tanggung jawab si wakil, maka tidak diterima klaim si wakil bahwa barang tersebut adalah yang dibelinya untuk orang yang mewakilkan padanya. Ini karena adanya indikasi bahwa apa yang dilakukan wakil tersebut lantaran menghindar dari tanggung jawab mengganti barang tersebut. Indikasi kuat tersebut adalah si wakil tidak segera menyerahkan barang tersebut kepada orang yang mewakilkan padanya 11. Kaidah kesebelas: . ال عربة بالظن البني خطؤه.11 Hipotesa atau dugaan yang terbukti salah, tidak dianggap. Contoh Penerapan Kaidah : • Jika seorang laki-laki memberi nafkah kepada perempuan yang ia ceraikan dengan talak bain, karena menduga si perempuan sedang hamil anaknya, kemudian terbukti ia tidak hamil, maka si laki-laki berhak meminta kembali nafkah yang pernah ia berikan. • Jika seseorang shalat dan berijtihad dalam penetapan waktu shalat, atau kesucian air, atau arah kiblat, kemudian jelas bahwa ijtihadnya salah, shalat yang ia lakukan atas dasar ijtihad tersebut tidak sah dan wajib mengulanginya. • Jika seseorang mewakilkan ibadah haji kepada orang lain, karena ia menduga dirinya sakit yang tak mungkin sembuh, namun ternyata ia sembuh, maka ia masih menanggung kewajiban haji, dan ia wajib menunaikan haji secara langsung (tidak mewakilkan pada orang lain). 25 | Kaidah Fiqhiyyah • Jika seseorang membayar utang karena menduga ia masih memiliki utang, kemudian terbukti bahwa sebenarnya utangnya sudah lunas sebelumnya, maka ia berhak meminta kembali uang yang ia serahkan. • Jika seseorang memberikan zakat kepada orang yang ia duga layak menerima zakat, kemudian dugaan tersebut terbukti salah, zakat yang ia keluarkan tersebut tak teranggap. 12. Kaidah keduabelas: . املمتنع عادة كاملمتنع حقيقة.12 Kemustahilan menurut kebiasaan seperti kemustahilan yang hakiki. Contoh Penerapan Kaidah : • Pria A yang miskin mengatakan bahwa Pria B yang kaya raya telah berhutang padanya. Dalam kasus ini, perkataan pria A tidak dianggap karena biasanya mustahil seorang yang kaya berhutang pada yang miskin. Maka kemustahilan tersebut dihukumi seperti sesuatu yang pada hakikatnya ( secara akal ) memang tidak mungkin terjadi. • Seorang yang lumpuh didakwa dengan dakwaan pembunuhan. Dakwaan tersebut tidak diterima karena menurut kebiasaan, seorang yang lumpuh mustahil dapat bergerak apalagi membunuh. • Apabila seorang pendakwa mengklaim bahwa pihak terdakwa mengakui apa yang didakwakan pendakwa setelah terjadinya perseteruan yang panjang, maka dakwaan tersebut tidak diterima. Karena menurut kebiasaan, seorang yang telah lama berseteru dengan orang lain sangat kecil kemungkinannya untuk mengakui dakwaan terhadapnya. 26 | Kaidah Fiqhiyyah • Seorang pria ditemukan tewas gantung diri di kamar kosnya. Polisi menyatakan bahwa itu adalah murni kasus bunuh diri. Namun, pada pemeriksaan mayat lebih lanjut ditemukan banyak luka gores di area leher korban. Setelah diteliti, ahli forensik mengatakan bahwa itu adalah luka cakaran tangan. Menurut kriminolog, cakaran pada leher tersebut seperti upaya seseorang melepaskan diri dari suatu jeratan di lehernya. Menurut kebiasaan, orang yang berniat bunuh diri tidak mungkin melakukan upaya tersebut. Maka, perkataan polisi di awal tidak dapat diterima. • Seorang koruptor dalam perjalanan menuju kantor penyidikan diberitakan mengalami kecelakaan mobil parah. Dokter A mengatakan bahwa koruptor tersebut mengalami luka parah yang tidak memungkinkan dirinya menjalani proses penyidikan dalam beberapa bulan ke depan.Namun beberapa kejanggalan ditemukan seperti tidak langsung dibawanya pasien ke UGD, mobil yang digunakan hanya lecet sedikit dll. Hal hal tersebut adalah kemustahilan menurut kebiasaan. Maka, perkataan Dokter A akan kondisi si koruptor tidak dapat diterima. 13. Kaidah ketigabelas: . ولكن السكوت يف معرض احلاجة إىل البيان بيا ٌن، قول ٌ ال ينسب إىل ساكت.13 Suatu perkataan tidak dikaitkan pada seorang yang diam. Tetapi, diam pada keadaan yang membutuhkan penjelasan adalah suatu penjelasan. Contoh Penerapan Kaidah : • Si A menjual barang si B di depannya. Si B tidak mengatakan apapun terkait penjualan tersebut. Dalam kasus ini, si A tidak boleh menganggap bahwa si B mengatakan bahwa ia mengizinkannya menjual barang tersebut. Karena kita tidak boleh mengaitkan suatu perkataan atau pernyataan tertentu pada seseorang yang diam. • Si A membeli tas yang dijual si B. si B mengatakan bahwa tas tersebut memiliki cacat. Si A tidak menjawab atau mengatakan apapun. Dalam kasus ini, jika si A 27 | Kaidah Fiqhiyyah membeli tas tersebut, ia tidak memiliki hak khiyar aib karena diamnya pada saat si B menjelaskan adanya cacat pada tas menandakan kerelaan akan cacat tersebut. Diam di sini berarti penjelasan karena terjadi pada akad jual beli yang membutuhkan kejelasan akan keridhoan diantara pembeli dan penjual. • Diamnya suami pada saat istri melahirkan dan orang – orang memberi ucapan selamat atas kelahiran bayi tersebut padanya menandakan ia ridho jika bayi itu dinasabkan padanya. Pada saat istri hamil atau melahirkan adalah saat di mana dibutuhkan kejelasan akan nasab anak tersebut. Maka diam pada kasus ini adalah suatu penjelasan. • Pemilik rumah sewa berkata kepada penyewa lama, "Tinggallah di rumah ini dengan harga sewa sekian (lebih tinggi dari sebelumnya). Jika tidak bersedia, silahkan keluar dan pindah." Jika si penyewa diam dan tetap tinggal di rumah tersebut, maka ia wajib membayar uang sewa sebagaimana yang telah disebutkan oleh pemilik rumah. • Si B melihat barangnya dirusak oleh teman – temannya namun ia diam saja. Diamnya si B disini tidak boleh dianggap bahwa ia membolehkan temannya merusak barangnya. Karena kita tidak boleh mengaitkan suatu perkataan atau pernyataan tertentu pada seseorang yang diam. D. Kaidah utama keempat: ال ضرر وال ضرار Jangan berada pada mudarat dan jangan memberi mudarat. Contoh Penerapan Kaidah : • Seseorang dilarang menggunakan barang miliknya jika hal itu menimbulkan mudarat (gangguan atau bahaya) kepada tetangganya. Karena walaupun disisni ia tidak berada pada suatu mudarat, namun dengannya orang lain terkena mudarat. 28 | Kaidah Fiqhiyyah • Tidak diperbolehkan mengadakan gangguan di jalan-jalan kaum muslimin, di pasar-pasar mereka, ataupun di tempat-tempat kaum Muslimin yang lain. Baik gangguan itu berupa kayu atau batu yang menggangu perjalanan, atau lobang galian yang bisa membahayakan, atau bentuk gangguan lainnya. Karena semuanya itu bisa menimbulkan mudarat kepada kaum Muslimin. • Seorang suami tidak boleh menimbulkan mudarat kepada isterinya dan menjadikannya merasa susah, dengan tujuan supaya si isteri minta diceraikan, sehingga si suami bisa mengambil harta dari si istri sebagai konsekuensi permintaan cerainya. • Dalam keadaan sakit parah seseorang tidak wajib berpuasa karena kondisinya membutuhkan asupan gizi, nutrisi, obat dll untuk mengobati sakitnya. Maka, jika ia berpuasa sama saja ia memudaratkan dirinya sendiri yang mana hal tersebut dilarang oleh syariat melalui kaidah ini. • Larangan saling memudaratkan dalam akad hutang piutang, baik dari sisi orang yang berhutang, penulis akad, ataupun saksinya. Kaidah yang tercakup di bawahnya: 1. Kaidah pertama: .الضرر يزال Kemudaratan harus dihilangkan. Contoh penerapan kaidah : • Istri boleh memfaskh pernikahannya karena aib suami. Aib tersebut baru diketahui setelah menikah, dan ia tak sanggup dengan aib suaminya tersebut maka ia berhak mengkhulu’ ( mengajukan cerai ) suaminya. Dalam kasus ini, aib suami adalah mudarat bagi si istri yang mana harus dihilangkan. Salah satu cara menghilangkannya yaitu dengan bercerai. 29 | Kaidah Fiqhiyyah .1 • Suami mendapati istrinya hamil dan mengetahui dengan yakin bahwa anak itu dari hasil zina. Istri mengaku bahwa ia telah berzina Untuk menafikan nasab anak zina tersebut pada dirinya, lia`an disini disyariatkan. Karena menasabkan anak pada yang bukan bapaknya adalah haram dan mengundang mudarat, maka harus diilangkan atau dicegah yaitu dengan lia`n. • Bolehnya memakan makanan yang haram ( bangkai, babi dll ) dalam kondisi darurat. Karena mudarat berupa kelaparan yang mengancam jiwa harus dihilangkan. • Adanya macam macam khiyar ( hak memilih ) pada akad jual beli. Khiyar ditujukan agar mudarat bagi pembeli berupa salah pilih barang atau menemukan aib pada barang yang sudah dibeli dan sebagainya dapat dicegah atau dihilangkan. • Adanya hukum potong tangan bagi pencuri. Merebaknya pencurian yang menimbulkan kerugian bagi orang banyak serta hilangnya rasa aman akan harta setiap orang adalah mudarat yang harus dihilangkan. Salah satu caranya adalah dengan menghukum para pencuri tersebut. 2. Kaidah kedua: . الضرر يدفع بقدر اإلمكان.2 Kemudaratan dicegah sebisa mungkin Contoh Penerapan Kaidah : • Pria A mencuri barang milik Pria B. Pada suatu masa, Pria A menyesali perbuatannya dan ingin menebus mudarat yang telah ia berikan pada Pria A yaitu mencuri barangnya. Namun, barang tersebut telah hilang atau habis. Maka pria A bisa mengembalikan dalam wujud barang semisal atau membayar dengan harga barang yang telah ia curi. 30 | Kaidah Fiqhiyyah • Adanya hak syuf’ah5 dalam perserikatan dua orang atau lebih terhadap suatu bidang tanah atau harta. Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan kemudaratan pada salah satu anggota serikat jika seandainya ia harus berserikat dengan orang yang baru ( ketidakcocokan dll ) • Adanya hukuman atau had dalam islam bagi pelaku maksiat. Hal tersebut pada satu sisi mencegah si pelaku mengulangi perbuatannya. Satu sisi yang lain, mencegah orang lain meniru atau mencontoh perbuatan pelaku. Dua hal tersebut adalah bentuk mudarat yang harus dicegah sebisa mungkin. • Dalam situasi wabah pandemi yang mendunia, pada kasus pandemi virus covid19 misalnya, warga dituntut melakukan berbagai macam pencegahan penularan. Salah satunya yaitu dengan tidak keluar rumah kecuali untuk keperluan mendesak. Kemungkinan menular dan tertular ( red: kemudaratan ) harus dicegah sebisa mungkin yaitu dengan cara di atas. • Adanya masa ‘iddah bagi wanita yang dicerai. Salah satu tujuan diharuskan wanita menunggu di masa ‘iddah adalah mengetahui ada atau tidaknya janin di rahimnya. Hal tersebut bentuk pencegahan timbulnya mudarat yang mungkin terjadi yaitu tercampurnya nasab6 3. Kaidah ketiga: . الضرر ال يزال مبثله.3 Mudarat tidak dihilangkan dengan mudarat semisalnya. Contoh penerapan kaidah : 5 Syuf’ah adakah hak membeli dengan paksa barang serikat yang telah dijual oleh teman serikatnya kepada orang lain baik dia ( pembeli barang serikat yang dijual oleh teman serikat ) rela menjual kembali barang yang telah dibelinya atau tidak rela, 6 Jika si istri ternyata hamil di masa ‘iddahnya tersebut, maka nasab anak jelas ( anak bersama suami pencerai ). Jika masa ‘iddah tidak ada, kemudian si istri menikah tepat setelah perceraian, jika kemudian ia hamil, bapak sang anak menjadi tidak jelas ( suami pertama atau kedua ) 31 | Kaidah Fiqhiyyah • Seorang yang kelaparan dan miskin, berniat untuk bunuh diri yang menurutnya dapat menghilangkan kesusahan hidupnya. Menurut kaidah ini, perbuatan orang tersebut adalah salah. Karena suatu mudarat ( kelaparan dan kemiskinan ) tidak boleh dihilangkan dengan mudarat yang setara yaitu bunuh diri. • Seorang ayah tidak boleh menjual anak gadisnya demi mendapatkan uang untuk mementaskan kelaparan yang melanda keluarganya. Kelaparan dan kemiskinan adalah suatu mudarar yang tidak boleh dihilangkan dengan kemudaratan lainnya yaitu menjual kehormatan sang anak. • Seseorang yang kelaparan, tidak boleh mencuri makanan orang lain tanpa menggantinya. • Seorang suami mendapati istrinya berzina. Akibat rasa kecewa dan sakit hati terhadap perbuatan sang istri ia berniat untuk melakukan hal yang sama. Menurut kaidah ini, perbuatan suami adalah salah karena mudarat yang akan atau sudah timbul dari zina istri tidak boleh dihilangkan dengan mudarat yang sama yaitu turut berzina. • Seorang yang kelaparan tidak boleh menjual kehormatannya demi mendapatkan uang darinya. 4. Kaidah keempat: . الضرر األشد يزال بالضرر األخف.4 Mudarat yang lebih berat dihilangkan dengan mudarat yang lebih ringan. Contoh Penerapan Kaidah : • Seorang ibu yang akan melakukan proses persalinan mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dokter yang memeriksa kondisi ibu dan janin mengatakan bahwa keduanya saling membahayakan satu sama lain. Kondisi tersebut memaksa dokter memilih mana yang utama dan tepat untuk 32 | Kaidah Fiqhiyyah diselamatkan antara ibu dan janinnya. Persentase risiko kematian ibu adalah 70 % sedangkan janin sebesar 30 %. Kaidah ini menuntut dokter untuk memilih risiko atau mudarat yang paling ringan. Dalam kasus ini, yang harus diselamatkan adalah janin dengan risiko kematian lebih kecil. • Pada saat evakuasi korban setelah bencana gempa, pria A ditemukan dalam kondisi hidup namun kakinya tertimpa reruntuhan beton yang menyebabkan susahnya proses evakuasi. Tim evakuasi dihadapkan dalam dua pilihan yaitu membiarkan pria A tidak terevakuasi atau memotong bagian kaki yang tertimpa beton. Menurut kaidah ini, yang harus dipilih adalah pilihan kedua dengan mudarat yang lebih ringan. Jika amputasi dilakukan, pria tersebut dapat segera dievakuasi dan mendapat penanganan medis maka kemungkinan hidupnya lebih besar. Namun, jika ia dibiarkan tidak dievakuasi, sangat sedikit kemungkinan hidupnya ( kemungkinan adanya gempa susulan dll ). • Firman Allah Ta’ala tentang larangan mencela tuhannya kaum kafir, karena itu menyebabkan mereka mencela Allah Ta’ala [Al-An’am: 108]. Hal ini disebabkan karena mafsadat dicelanya Allah secara zalim itu jauh lebih besar daripada mafsadat tidak dicelanya tuhan-tuhan mereka yang batil itu • kisah seorang badui yang kencing di masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian ada sebagian sahabat beliau yang ingin menghentikannya. Maka beliau mengatakan kepada para sahabatnya, “Biarkan dia, dan jangan kalian memutus (kencing)-nya!” Kemudian beliau meminta seember air, lalu beliau menyiram (tempat bekas kencing)-nya. [HR. Muslim 284] Ini menunjukkan bahwa beliau lebih memilih mudarat yang lebih ringan. Jika orang badui itu dihardik dan dihentikan, maka air kencingnya akan berhamburan di masjid beliau, tentu ini mafsadat yang lebih besar. Oleh karena itu, beliau meninggalkan mafsadat tersebut dengan cara membiarkan mafsadat yang lebih ringan, yaitu:kencing di masjid beliau sampai selesai di satu tempat saja. 33 | Kaidah Fiqhiyyah • kisah perjanjian Hudaibiyah, di mana ada beberapa sisi ketidakadilan yang tampak jelas dalam perjanjian itu. Akan tetapi hal itu tetap diterima dan dipilih oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, karena mafsadat tidak menerima perjanjian itu lebih besar, yaitu dengan terancamnya kaum muslimin yang masih berada di mekah dari pembunuhan dan penyiksaan. [Shahih Bukhari: 2731]. 5. Kaidah kelima: أو أخف الضررين، خيتار أهوان الشرين.5 Seseorang harus memilih yang paling mudah di antara dua kesulitan, atau yang paling ringan di antara dua kemudaratan Contoh Penerapan Kaidah : • Seorang ibu yang akan melakukan proses persalinan mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dokter yang memeriksa kondisi ibu dan janin mengatakan bahwa keduanya saling membahayakan satu sama lain. Kondisi tersebut memaksa dokter memilih mana yang utama dan tepat untuk diselamatkan antara ibu dan janinnya. Persentase risiko kematian ibu adalah 70 % sedangkan janin sebesar 30 %. Kaidah ini menuntut dokter untuk memilih risiko atau mudarat yang paling ringan. Dalam kasus ini, yang harus diselamatkan adalah janin dengan risiko kematian lebih kecil. • Pada saat evakuasi korban setelah bencana gempa, pria A ditemukan dalam kondisi hidup namun kakinya tertimpa reruntuhan beton yang menyebabkan susahnya proses evakuasi. Tim evakuasi dihadapkan dalam dua pilihan yaitu membiarkan pria A tidak terevakuasi atau memotong bagian kaki yang tertimpa beton. Menurut kaidah ini, yang harus dipilih adalah pilihan kedua. Jika amputasi dilakukan, pria tersebut dapat segera dievakuasi dan mendapat penanganan medis maka kemungkinan hidupnya lebih besar. Namun, jika ia dibiarkan tidak dievakuasi, sangat sedikit kemungkinan hidupnya ( kemungkinan adanya gempa susulan dll ). 34 | Kaidah Fiqhiyyah • Firman Allah Ta’ala tentang larangan mencela tuhannya kaum kafir, karena itu menyebabkan mereka mencela Allah Ta’ala [Al-An’am: 108]. Hal ini disebabkan karena mafsadat dicelanya Allah secara zalim itu jauh lebih besar daripada mafsadat tidak dicelanya tuhan-tuhan mereka yang batil itu • kisah seorang badui yang kencing di masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian ada sebagian sahabat beliau yang ingin menghentikannya. Maka beliau mengatakan kepada para sahabatnya, “Biarkan dia, dan jangan kalian memutus (kencing)-nya!” Kemudian beliau meminta seember air, lalu beliau menyiram (tempat bekas kencing)-nya. [HR. Muslim 284] Ini menunjukkan bahwa beliau lebih memilih mudarat yang lebih ringan. Jika orang badui itu dihardik dan dihentikan, maka air kencingnya akan berhamburan di masjid beliau, tentu ini mafsadat yang lebih besar. Oleh karena itu, beliau meninggalkan mafsadat tersebut dengan cara membiarkan mafsadat yang lebih ringan, yaitu:kencing di masjid beliau sampai selesai di satu tempat saja. • kisah perjanjian Hudaibiyah, di mana ada beberapa sisi ketidak-adilan yang tampak jelas dalam perjanjian itu. Akan tetapi hal itu tetap diterima dan dipilih oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, karena mafsadat tidak menerima perjanjian itu lebih besar, yaitu dengan terancamnya kaum muslimin yang masih berada di mekah dari pembunuhan dan penyiksaan. [Shahih Bukhari: 2731]. 6. Kaidah keenam: . إذا تعارض مقسدتان رعي أعظمهما ضررا بارتكاب أخفهما.6 Apabila bertemu dua mudarat, maka yang terberat dari keduanya dilindungi ( jangan samapi terjadi ) dengan cara mengemban mudarat yang teringan dari keduanya. Contoh Penerapan Kaidah : 35 | Kaidah Fiqhiyyah • Seorang ibu yang akan melakukan proses persalinan mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dokter yang memeriksa kondisi ibu dan janin mengatakan bahwa keduanya saling membahayakan satu sama lain. Kondisi tersebut memaksa dokter memilih mana yang utama dan tepat untuk diselamatkan antara ibu dan janinnya. Persentase risiko kematian ibu adalah 70 % sedangkan janin sebesar 30 %. Kaidah ini menuntut dokter untuk memilih risiko atau mudarat yang paling ringan. Dalam kasus ini, yang harus diselamatkan adalah janin dengan risiko kematian lebih kecil. • Pada saat evakuasi korban setelah bencana gempa, pria A ditemukan dalam kondisi hidup namun kakinya tertimpa reruntuhan beton yang menyebabkan susahnya proses evakuasi. Tim evakuasi dihadapkan dalam dua pilihan yaitu membiarkan pria A tidak terevakuasi atau memotong bagian kaki yang tertimpa beton. Menurut kaidah ini, yang harus dipilih adalah pilihan kedua. Jika amputasi dilakukan, pria tersebut dapat segera dievakuasi dan mendapat penanganan medis maka kemungkinan hidupnya lebih besar. Namun, jika ia dibiarkan tidak dievakuasi, sangat sedikit kemungkinan hidupnya ( kemungkinan adanya gempa susulan dll ). • Firman Allah Ta’ala tentang larangan mencela tuhannya kaum kafir, karena itu menyebabkan mereka mencela Allah Ta’ala [Al-An’am: 108]. Hal ini disebabkan karena mafsadat dicelanya Allah secara zalim itu jauh lebih besar daripada mafsadat tidak dicelanya tuhan-tuhan mereka yang batil itu • kisah seorang badui yang kencing di masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian ada sebagian sahabat beliau yang ingin menghentikannya. Maka beliau mengatakan kepada para sahabatnya, “Biarkan dia, dan jangan kalian memutus (kencing)-nya!” Kemudian beliau meminta seember air, lalu beliau menyiram (tempat bekas kencing)-nya. [HR. Muslim 284]. Di sini beliau lebih memilih mudarat yang lebih ringan. Jika orang badui itu dihardik dan dihentikan, maka air kencingnya akan berhamburan di masjid beliau, tentu ini mafsadat yang lebih besar. Oleh karena itu, beliau meninggalkan mafsadat 36 | Kaidah Fiqhiyyah tersebut dengan cara membiarkan mafsadat yang lebih ringan, yaitu:kencing di masjid beliau sampai selesai di satu tempat saja. • kisah perjanjian Hudaibiyah, di mana ada beberapa sisi ketidakadilan yang tampak jelas dalam perjanjian itu. Akan tetapi hal itu tetap diterima dan dipilih oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, karena mafsadat tidak menerima perjanjian itu lebih besar, yaitu dengan terancamnya kaum muslimin yang masih berada di mekah dari pembunuhan dan penyiksaan. [Shahih Bukhari: 2731]. 7. Kaidah ketujuh: . يتحمل الضرر اخلاص لدرء ضرر عام.7 Mudarat yang khusus harus diemban demi menolak mudarat yang umum. Contoh Penerapan Kaidah : • Seoarang dokter yang terbukti tidak kompeten, dilarang menangani pasien. Melarang dokter untuk bekerja adalah mudarat khusus bagi si dokter, sedangkan dibolehkannya dokter yang tidak kompeten untuk menangani pasien akan menimbulkan mudarat bagi banyak orang, malpraktik misalnya. • Hakim yang gila, dicopot jabatannya atau dicabut izin kerjanya . Mudarat bagi si hakim seorang terpaksa diberikan demi menolak mudarat yang umum yaitu bagi para masyarakat yang mencari keadilan. • Mengrobohkan satu rumah yang berada di depan kobaran api saat terjadi kebakaran di perumahan padat penduduk. Hal tersebut untuk mencegah api menjalar ke seluruh kawasan perumahan. 37 | Kaidah Fiqhiyyah • Melarang supermarket membuka salah satu gerainya di desa yang kebanyakan daari mereka membuka toko kelontong. Jika supermarket tersebut diizinkan mendirikan toko yang besar di desa tersebut, maka toko – toko kecil milik warga akan menurun omsetnya kemudian gulung tikar. Melarang pendirian supermarket tersebut adalah mudarat bagi pemiliknya, namun hal tersebut dilakukan demi mencegah mudarat yang umum yaitu kemerosotan ekonomi para penduduk desa. • Mengisolasi seseorang yang memiliki penyakit keras yang menular. Isolasi bagi orang tersebut pasti menyusahkan baginya. Namun, demi mencegah mudarat yang lebih umum yaitu tertularnya lebih banyak orang, hal tersebut harus dilakukan. 8. Kaidah kedelapan: . درء املفاسد أوىل من جلب املصاحل.8 Menolak bala lebih utama dari mewujudkan maslahat. Contoh Penerapan Kaidah : • Dilarangnya khamar dalam islam. Khamar memilki manfaat dan mudarat. Namun syariat mengedepankan dalam mencegah mudarat yang mungkin didapat daripada mendatangkan manfaat yang mungkin diperolehh darinya. • Dilarangnya perjudian dalam islam. Judi memilki manfaat dan mudarat. Namun syariat mengedepankan dalam mencegah mudarat yang mungkin didapat daripada mendatangkan manfaat yang mungkin diperolehh darinya. • Seorang suami yang ditanya istrinya tentang rasa masakan yang sudah susah payah ia buat, boleh berbohong jika ternyata rasanya tidak enak. Hal ini, demi mencegah mafsadat berupa pertengkaran di antara mereka walaupun jujur adalah maslahat 38 | Kaidah Fiqhiyyah • Seseorang yang jika tidak mengatakan kalimat kekufuran ia akan dibunuh, boleh mengucapkannya dengan tetap meneguhkan keimanan dan keislaman di hatinya • Penumpang dilarang menggunakan HP di pesawat. Walaupun HP dapat mendatangkan manfaat, namun penggunaannya dapat membahayakan pesawat yang sedang mengudara. Mafsadat dari HP tersebut harus dicegah daripada berusaha mendatangkan manfaat darinya. 9. Kaidah kesembilan: Sesuatu yang telah berlaku sejak lama dibiarkan apa adanya. . القدمي يرتك على قدمه.9 Contoh Penerapan Kaidah : • Rumah A memiliki saluran air yang mengalir di atas rumah B. saluran air itu sudah sejak lama ada. Maka, tidak boleh tetanggatnya yaitu penghuni rumah B untuk melarang atau menghilangkan saluran air tersebut. Karena, keberadaannya yang sudah lama menandakan tidak adanya mudarat yang ditimbulkan. Maka, yang lama biarlah tetap dalam keadaannya. • Di depan rumah Fulan, di atas tanah miliknya terdapat jalan setapak yang sering dan sejak lama dilewati warga. Menurut kaidah ini, Fulan tidak boleh menutup akses jalan tersebut. Karena berlakunya jalan tersebut sejak lama menandakan ada manfaaat syar’i darinya maka harus dibiarkan ada seperti sejak dulu. • Sebuah rumah memiliki pohon besar di depan pagarnya. Sejak lama, pohon tersebut menjadi tempat bernaung para warga atau pedagang kecil dari terik matahari. Merujuk pada kaidah ini, pohon tersebut tidak boleh ditebang karena keberadaannya yang ada sejak lama dan bermanfaat. 39 | Kaidah Fiqhiyyah • Rumah A memiliki kanopi atau atap rumah yang sampai ke rumah B ( rumah tetangga ) . tidak satu pun yang mengetahui asal usul atap yang melewati batas tersebut. Dalam kasus ini, rumah B tidak boleh mengubah atau menghilangkan kanopi atau atap tersebut. Karena adanya ia sejak lama menandakan keabsahan peletakkannya. • Rumah A memiliki saluran air yang sampai ke rumah B ( rumah tetangga ) . tidak satu pun yang mengetahui asal usul saluran air yang melewati batas tersebut. Dalam kasus ini, rumah B tidak boleh mengubah atau menghilangkan saluran tersebut. Karena adanya ia sejak lama menandakan atau bukti keabsahan peletakannya. 10. Kaidah Kesepuluh: Kemudaratan tidak boleh berlaku lama. الضرر ال يكون قدميا.10 Contoh penerapan kaidah : • Di suatu kota, terdapat gang A yang sudah sejak lama menjadi Kawasan lokalisasi pelacuran. Menurut kaidah ini, gang tersebut harus dihilangkan atau dibubarkan aktivitasnya. Karena keberadaan gang tersebut adalah suatu kemudaratan dan kemudaratan harus dihilangkan walau sesuatu yang sudah ada sejak lama. • Di dekat rumah Budi, terdapat rel perlintasan kereta api yang tidak terpasang palang pengaman. Kondisi berbahaya tersebut sudah ada sejak lama. Merujuk pada kaidah ini, Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan begitu adanya. Siapapun terutama pemerintah setempat harus segera memasang palang pengaman demi mencegah mudarat yang terjadi saat kereta melintas. • Saluran air yang sudah ada sejak lama harus dihilangkan atau dirubah jika keberadaanya menyusahkan orang lain ( bau, mendatangkan banyak nyamuk, 40 | Kaidah Fiqhiyyah kotor dll ). Karena ssesuatu yang sudah ada sejak lama tidak dapat dibiarkan jika halnya membawa kemudaratan. • Jembatan kayu yang sudah ada sejak lama harus dihilangkan atau dirubah jika keberadaanya membahayakan orang lain ( lapuk, tanpa pengaman dll ). Karena sesuatu yang membawa kemudaratan tidak boleh dibiarkan apa adanya. • Suatu kelompok preman yang terkenal ditakuti banyak kalangan dan sudah ada sejak lama, harus dihilangkan ( dihukum, diasingkan dll ). Sesuai kaidah ini mereka harus dihilangkan walaupun sudah ada sejak lama. . 41 | Kaidah Fiqhiyyah