Uploaded by User69037

Empat Kaidah Fikih Makro beserta Turunannya

advertisement
‫القواعد الفقهية الكبرى األربعة‬
( Empat Kaidah Fiqih Utama )
A. Kaidah utama pertama
‫األمور بمقاصدها‬
Semua perkara tergantung pada tujuannya.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Pria A menikahi wanita A dengan tujuan menyempurnakan separuh agamanya serta
menjalankan sunnah Rosulullah ‫ ﷺ‬. Pria B menikahi wanita B dengan tujuan
menjadikan wanita B halal dinikahi kembali oleh suami sebelumnya yang telah
menjatuhkan talak tiga padanya . Pria A dan B melakukan suatu perkara yang sama
yaitu pernikahan. Namun, masing – masing dihukumi dengan hukum yang berbeda
sesuai dengan maksud pengerjaan masing – masing. Pria A dihukumi menjalankan
sunnah dengan pernikahan tersebut Pria B dihukumi bermaksiat karena menjalankan
pernikahan yang dilarang oleh syari’at yaitu nikah tahlil .
•
Pria A boleh membeli anggur dengan tujuan/niat memakan atau menjualnya pada
seorang penjual jus buah. Pria B membeli dengan tujuan/niat menjadikan atau
mengolah anggur tersebut menjadi khamr, atau menjual pada orang yang akan
menjadikannya sebagai khamr. Transaksi pria B tersebut hukumnya haram. Perkara
keduanya sama, yaitu membeli anggur. Namun, yang membedakan ialah maksud dari
pembelian tersebut yang kemudian berefek pada hukum masing – masing perkara.
•
Apabila saat di jalan seseorang menemukan sebuah dompet yang berisi sejumlah uang
lalu mengambilnya dengan maksud mengembalikan kepada pemiliknya, maka hal itu
menjadikan ia terbebas dari kewajiban ganti rugi jika dompet itu hilang darinya tanpa
sengaja. Akan tetapi jika ia mengambilnya dengan maksud untuk memilikinya, maka ia
dihukumi sama dengan ghashib (orang yang merampas harta orang). Jika dompet itu
hilang, maka ia harus menggantinya secara mutlak.
•
Menahan istri dengan rujuk padanya di masa ‘iddahnya dengan maksud ingin
mempertahankan hubungan pernikahan dan memenuhi hak – hak sang istri, lebih
1 | Kaidah Fiqhiyyah
dicintai Allah ta’ala daripada melepaskannya atau memutuskan berpisah dengannya.
Namun, jika sang suami merujuk istri dengan maksud berbuat dholim yaitu
memperlama waktu ‘iddah sang istri, maka haram baginya.
•
Seseorang memberi makan kepada sejumlah orang miskin. Pemberian tersebut dapat
dihukumi sedekah atau membayar denda atas pelanggaran sumpah ( kaffarat )
tergantung pada maksud atau niat si pemberi tersebut.
Kaidah yang tercakup di bawahnya:
1.
Kaidah pertama:
.‫ ال ثواب إال بنية‬.1
Tidak ada balasan kecuali ada niat.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seseorang yang membasuh – basuh anggota badannya layaknya berwudu
dengan niat sekadar mendinginkan tubuhnya, tidak mendapatkan balasan
apapun atas wudunya tersebut. Berbeda dengan orang yang berwudu dengan
niat menyucikan dirinya dari hadast kecil atau menjalankan sunnah rosulullah ‫ﷺ‬
karena ganjaran atas suatu perbuatan tergantung dengan niatnya.
•
Pria A memilki seorang istri yang mempunyai saudara kembar. Karena
kemiripan keduanya, pada suatu sebab dan keadaaan, ia salah atau tak sengaja
menggauli saudara kembar sang istri yang ia kira adalah istrinya. Pria A tidak ada
niat sdikitpun untuk bermaksiat atau melakukan zina. Maka, perbuatannya tak
dapat diganjari dosa zina.
•
Seseorang yang mengerjakan sholat dua roka’at dengan niat sholat sunnah
sebelum shubuh, tidak mendapatkan pahala sholat shubuh karena tidak adanya
niat mengerjakan sholat shubuh pada sholat tersebut.
2 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Tidak adanya pahala puasa sunnah bagi seseorang yang berpuasa dengan niat diet
atau puasa sebelum operasi.
•
Zayd tidak sengaja makan pada siang hari di bulan Ramadan. Karena ia tidak
memiliki niat membatalkan puasa dengan sengaja atau tidak mengerjakan
perintah Allah Ta’ala, maka perbuatannya tidak diganjari dosa.
2. Kaidah kedua:
.‫اخلاص‬
‫النية يف اليمني ختصيص اللفظ العام وال تعمم‬
Niat pada sumpah adalah pengkhusus bagi lafaz yang umum, bukan membuat umum
yang khusus.
Contoh Penerapan Kaidah :
• Seseorang bersumpah untuk tidak makan nasi. Ketika bersumpah niatnya adalah
hanya tidak makan nasi merah. Jika kemudian ia makan selain nasi merah, seperti
nasi kuning atau nasi putih maka ia tidak dianggap melanggar sumpahnya. Dalam
kasus ini, meskipun sumpahnya bersifat umum namun telah dikhususkan dengan
niatnya.
• Apabila seseorang bersumpah untuk tidak menemui beberapa orang di rumah
mereka. Ketika bersumpah ia berniat untuk menjauhi orang-orang tersebut dan
tidak menemui mereka di mana saja. Jika kemudian ia menemui orang-orang
tersebut di suatu tempat selain rumah mereka, maka berdasarkan kaidah ini ia
telah melanggar sumpahnya. Meskipun lafadz sumpah tersebut bersifat khusus
namun telah menjadi umum dengan niatnya.
• Ardi mengucapkan sumpah untuk tidak mengajak bicara seorang pun dari teman
sekelasnya. Ketika bersumpah, niatnya adalah tidak mau berbicara dengan satu
orang saja yaitu Dimas. Jika kemudian ia mengajak bicara kepada seseorang selain
Dimas maka ia tidak dianggap melanggar sumpahnya. Dalam hal ini, meskipun
sumpahnya bersifat umum namun telah dikhususkan dengan niatnya.
3 | Kaidah Fiqhiyyah
.2
•
Apabila seorang laki-laki mempunyai beberapa istri, dan ia berkata, “Seluruh
istriku aku ceraikan.” Ketika mengucapkan lafadz tersebut, dalam hatinya ia
mengecualikan salah satu istrinya. Berdasarkan kaidah ini maka istri yang
dikecualikan tersebut tidak dihukumi diceraikan. Meskipun lafadz yang ia
ucapkan itu bersifat umum, namun telah dikuhususkan dengan niat yang ada
dalam hatinya.
• Apabila seseorang bersumpah untuk tidak meminum air milik si fulan. Ketika
bersumpah niatnya adalah tidak memanfaatkan air tersebut untuk keperluan
apapun. Jika kemudian ia memanfaatkan air tersebut selain meminumnya, seperti
menggunakannya untuk mandi, mencuci pakaian dan semisalnya, maka
berdasarkan kaidah ini ia dihukumi telah melanggar sumpahnya. Meskipun lafadz
sumpahnya bersifat khusus, yaitu hanya berkaitan dengan minum saja, namun
telah menjadi umum dengan niatnya. Di mana niat berpengaruh untuk
menjadikan
lafadz
khusus
menjadi
bermakna
umum.
3. Kaidah ketiga:
.‫ مقاصد اللفظ على نية الالفظ إال يف اليمني عند القاضي‬.3
Tujuan dari suatu perkataan adalah menurut orang yang mengatakan, kecuali pada
sumpah yang diminta oleh hakim.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seorang suami mengatakan lafadz kinayah talak kepada istrinya, namun ia
bermaksud bukan talak. Maka, dalam kasus ini talak tidak jatuh.
•
Seorang suami mentalak istrinya dengan berkata “Aku talak kamu, aku talak
kamu, aku talak kamu”. Kalimat ini berisi beberapa kemungkinan seperti ; talak
satu kali dengan penekanan maksud atau bermaksud mentalak tiga si istri.
Permasalahan ini dibawa ke majelis hakim dan hakim meminta suami untuk
menjelaskan maksudnya dengan bersumpah. Jika ia bersumpah bahwa ia
4 | Kaidah Fiqhiyyah
mentalak satu istrinya padahal maksudnya mentalak tiga, maka hakim
menghukumi sesuai dhohir sumpahnya.
•
Pada saat istri melahirkan, suami mengatakan bahwa anak tersebut tidak mirip
dengannya. Perkataan suami tidak dapat langsung dihukumi qodzaf sampai ia
ditanya apa maksud ucapannya tersebut. Jika ia bukan berniat menuduh istrinya
berzina ( qodzaf ) maka suami tidak dapat dijatuhi hukum terkait qadzaf.
•
Pada suatu majelis peradilan, hakim meminta Pria A untuk bersumpah agar sang
hakim dapat menentukan keputusan dengan benar. Pria A bersumpah bahwa Pria
B adalah saudaranya. Namun, yang ia maksud dengan saudara adalah saudara
seiman. Dalam kasus ini, hakim mengambil maksud tersurat dari sumpah Pria A.
•
Suami berkata pada istrinya “ Matamu seperti mata ibuku “ dengan niat memuji
keindahan mata istrinya. Maka perkataan suami tersebut tidak dihukumi dzhihar
karena ia tak bermaksud mendzhihar atau mencela istrinya.
4. Kaidah keempat:
.‫ العربة يف العقود للمقاصد واملعاين ال لأللفاظ واملباين‬.4
Acuan dalam akad adalah maksud dan maknanya bukan lafadz dan struktur kalimat yang
digunakan.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Pria A menghibahkan suatu barang kepada Pria B dengan syarat Pria B
memberinya sejumlah uang ( upah ). Lafadz serta gambaran akadnya yaitu :
Pria A : “Aku hibahkan barang ini padamu dengan syarat engkau membayar
uang Rp100.000,00 “.
Pria B : ( menerima barang dan memberi uang kepada Pria B )
Akad hibah disini adalah akad jual beli. Karena Pria A bermaksud menjual
barangnya kepada Pria B walapun ia menggunakan lafadz hibah.
5 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Suami mengatakan pada istrinya salah satu dari beberapa lafadz berikut “Kamu
saya lepas” “Pergilah, kembalilah kepada keluargamu!” “Jangan berhias lagi
untuk diriku” atau kalimat – kalimat lain yang semaksud. Ucapan – ucapan
tersebut termasuk lafadz kinayah dalam talak. Lafadz - lafadz tersebut dapat
mengandung makna talak dan makna yang lain. Maka, maksud ucapan tersebut
tergantung maksud sang suami. Jika ia bermaksud mentalak istri dengan ucapan
tersebut, maka talaknya pun jatuh walaupun sekilas secara tersurat, tak ada lafadz
“ talak “ pada kalimat suami.
•
Pada era milenial sekarang, sering kita jumpai gaya bahasa baru yang digunakan
masyarakat dalam bermua`malah. Dalam kegiatan jual beli mereka misalnya.
Beberapa lafadz yang sering digunakan ;
“ Saya ambil dua kilo anggur ini dengan harga …“ maksudnya “ Saya beli dua
kilo anggur ini dengan harga …”
“Saya pinang kitab ini dengan uang berjumlah …“ maksudnya “Saya beli kitab
ini dengan uang berjumlah …“
“Saya lepas satu lusin pakaian ini padamu seharga …“ maksudnya “Saya jual
satu lusin pakaian ini padamu seharga …“.
Karena yang diperhatikan dalam suatu akad adalah maksud bukan lafadz, maka
akad jual beli di atas adalah sah.
•
Lafaznya wadi’ah (titipan) tapi hakikatnya rahn (pergadaian). Jika seseorang yang
uangnya tidak mencukupi untuk membayar suatu barang berkata kepada si
penjual, “Saya titipkan dulu handphone saya kepadamu sampai saya melunasi
kekurangan harga barang yang saya beli” maka akad seperti ini adalah bentuk
rahn (pergadaian), bukan wadi’ah (titipan), meskipun menggunakan kata titipan.
•
Budi berkata pada Zaid “Aku beri engkau motor ini selama satu minggu seharga
…”. Dengan kalimat tersebut Budi bermaksud menyewakan motornya kepada
Zaid. Maka akad tersebut dihukumi dengan akad ijarah bukan hibah
6 | Kaidah Fiqhiyyah
B. Kaidah utama kedua:
‫المشقة تجليب التيسير‬
Kesulitan adalah penyebab kemudahan.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Orang yang safar atau berpergian, mendapatkan kemudahan berupa
dibolehkannya bagi dirinya untuk memangkas jumlah raka’at sholatnya.
Kemudahan tersebut disebabkan oleh keadaan sulitnya pada saat safar ( Lelah di
perjalanan, tidak menemukan tempat sholat atau wudu dll )
•
Pada siang bulan Ramadan, seluruh umat muslim diwajibkan untuk berpuasa.
Namun, orang yang sakit boleh tidak berpuasa ( wajib mengganti pada hari lain
di luar Ramadan ). Keadaan sulit yang ia miliki yaitu sakit, menjadi sebab
kemudahan untuk tidak berpuasa baginya.
•
Seseorang yang sedang dalam keadaan sakit, jika tidak mampu melaksanakan
shalat dengan berdiri maka boleh shalat dengan duduk. Jika tidak mampu
dengan duduk, maka shalat dengan berbaring, dan cukup berisyarat ketika ruku’
dan sujud.
•
Seseorang diwajibkan bersuci (thaharah) dengan menggunakan air. Namun, jika
tidak bisa menggunakan air karena sakit atau tidak ada air, maka diperbolehkan
melaksanakan tayammum.
•
Dalam menentukan telah datangnya waktu shalat, cukup dengan perkiraan kuat
bahwa waktunya telah datang. Yaitu, jika sulit mengetahui datangnya waktu
tersebut secara pasti.
Kaidah yang tercakup di bawahnya:
1.
Kaidah Pertama
7 | Kaidah Fiqhiyyah
.‫ إذا ضاق األمر اتسع وإذا اتسع ضاق‬.1
Apabila terjadi kesempitan diberikan kelonggaran, dan apabila kondisi longgar diberikan
kesempitan.
Contoh penerapan kaidah :
•
Seseorang diwajibkan bersuci (thaharah) dengan menggunakan air. Namun, jika
tidak bisa menggunakan air karena sakit atau tidak ada air, maka diperbolehkan
melaksanakan tayammum. Menurut kaidah ini, keadaan sakit atau tidak ada air
adalah keadaan yang “sempit” maka diberi kelonggaran berupa dibolehkannya
bersuci dengan tayammum.
•
Pada kondisi normal, sholat jumat hukumnya wajib bagi seluruh lelaki
muslim,baligh, dan berakal. Namun, pada kondisi merebaknya wabah pandemi
maka syariat memberi kelonggaran berupa boleh tidak melaksanakan sholat
jumat.
•
Budi adalah orang miskin. Dalam keadaan perekonomian yang sempit tersebut,
budi diberi kelonggaran berupa tidak diwajibkan menunaikan zakat dan haji.
Namun, jika suatu saat Budi menjadi orang kaya yang artinya kondisi
ekonominya sudah lapang, zakat dan haji wajib ia tunaikan.
•
Orang yang sakit boleh tidak puasa pada saat bulan Ramadan. Ketika sembuh, ia
wajib berpuasa dan mengganti puasa yang ia tinggalkan saat sakit.
•
2.
Pada keadaan normal, seseorang harus mencari arah kiblat jika akan mendirikan
sholat. Namun, pada saat sempit seperti di pesawat yang sulit menentukan arah
kiblat maka ia diberi kelonggaran berupa boleh menghadap arah mana saja untuk
sholat.
Kaidah kedua
.‫الضرورات تبيح احملظورات‬
Kondisi darurat membolehkan sesuatu yang dilarang.
8 | Kaidah Fiqhiyyah
.2
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seseorang yang diancam akan dibunuh jika tidak meminum khamar, boleh atau
bahkan wajib baginya untuk meminum khamar tersebut. Karena keadaan
darurat dimana nyawanya terancam menjadi sebab bolehnya sesuatu yang
dilarang syariat yaitu khamar.
•
Zaid berada dalam kondisi di mana ia tidak menemukan makanan selain
bangkai, dan nyawanya terancam jika tidak makan pada saat itu. Maka dalam
kasus ini ia boleh memakan bangkai tersebut karena kondisi daruratnya
menjadikan boleh hal yang diharamkan.
3.
•
Seseorang diwajibkan bersuci (thaharah) dengan menggunakan air. Namun,
orang yang sakit dan jika terkena air sakitnya makin mengancam jiwa atau
nyawanya, maka ia boleh melaksanakan tayammum.
•
Pada siang bulan Ramadan, seluruh umat muslim diwajibkan untuk berpuasa.
Namun, orang yang sakit boleh tidak berpuasa ( wajib mengganti pada hari lain
di luar Ramadan ). Keadaan darurat yang ia miliki yaitu sakit, menjadi
dibolehkannya yang tidak boleh yaitu tidak berpuasa.
•
Pada kondisi normal, sholat jumat hukumnya wajib bagi seluruh lelaki muslim,
baligh, dan berakal. Namun, pada kondisi darurat seperti merebaknya wabah
pandemi maka syariat memberi membolehkan untuk tidak melaksanakan sholat
jumat.
Kaidah ketiga
Kondisi darurat dimanfaatkan sekadarnya saja.
.‫ الضرورات تقدر بقدرها‬.3
Contoh Penerapan Kaidah :
9 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Pada kondisi darurat seperti keperluan pengobatan, seorang muslimah boleh
menampakkan auratnya di depan dokter pria. Menurut kaidah ini, yang boleh
disingkap hanya area tubuh yang perlu diobati. Selain area tersebut tetap masuk
larangan karena tidak termasuk dalam kondisi darurat tersebut.
•
Pria yang akan mengkhitbah seorang wanita, boleh melihat wanita tersebut
seperlunya saja.
•
Pria A memergoki seorang maling hendak mencuri di rumahnya. Jika dengan
beberapa kali pukulan dapat mengusir maling tersebut, maka tidak perlu
membunuhnya. Pada asalnya kita tidak boleh menyakiti orang lain namun
dalam keadaan darurat di atas kita boleh menyakiti orang lain. Akan tetapi,
tingkat menyakiti yang dibolehkan hanya sampai kondisi darurat hilang yaitu
maling tersebut pergi.
•
Fulan kelaparan dan tidak menemukan apapun selain bangkai. Maka ia boleh
memakan bangkai tersebut hanya sampai hilang rasa laparnya atau sekadar
menyelamatkan diri dari kematian, tidak boleh melampaui batas dengan
memakannya hingga kenyang.
•
Orang yang memiliki luka di jari telunjuknya, tidak boleh tidak mengusap jari
yang lain ketika berwudu. Area yang berubah hukumnya ( wajib menjadi tidak
wajib dibasuh ) hanyalah area darurat yaitu area luka. Maka selainnya hukumnya
tetap ( wajib dibasuh ).
4.
Kaidah keempat
. ‫ احلاجة تنزل منزلة الضرورة عامة كانت أو خاصة‬.4
Kebutuhan sekunder ( umum atau khusus ) menempati status kebutuhan primer.
Contoh Penerapan Kaidah :
10 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Dibolehkannya interaksi antara pria dan wanita yang bukan mahram atau
sebaliknya dalam urusan jual beli.
•
Dibolehkannya pria menyentuh wanita yang bukan mahramnya dan sebaliknya
dalan tindakan medis atau keperluan kesehatan.
•
Dibolehkannya interaksi antara pria dan wanita yang bukan mahram atau
sebaliknya dalam perihal pembelajaran atau urusan Pendidikan.
•
Diboehkannya gharar dalam akad jual beli salam.
•
Dibolehkannya menggabungkan dua sholat dalam satu waktu sholat pada saat
safar.
Jual beli, akses kesehatan, pendidikan dan berpergian adalah kebutuhan –
kebutuhan sekunder ( haajah ) yang di sini berstatus seperti kebutuhan primer ( darurat )
dalam mengubah suatu hukum asal.
5.
Kaidah kelima
.‫ االضطرار اليبطل حق الغري‬. .5
Kondisi mudarat tidak menyebabkan batalnya hak orang lain.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Si A memiliki seorang ibu yang sedang sakit keras. Ia tidak punya uang untuk
membiayai pengobatan ibunya. Dalam kondisi darurat tersebut, si A boleh
mengambil manfaat dari uang si B. Namun keadaan darurat tersebut tidak
menghilangkan hak si B akan uang yang diambil si A. Maka setelah hirang
kondidi darurat si A, ia wajib mengganti uang si B
•
Jika dalam keadaan darurat si A terpaksa memakan makanan si B, maka ia boleh
memakan makanan tersebut. Namun, hal terbut tidak menghilangkan hak si B
akan ganti rugi dari makanan tersebut baik diganti dengan yang semisal atau
11 | Kaidah Fiqhiyyah
berupa uang. Maka wajib bagi si A untuk mengganti rugi makanan yang telah ia
habiskan demi menyelamatkan nyawanya .
Sebuah kapal hampir tenggelam karena kelebihan muatan. Kondisi darurat ini
•
membolehkan kapten kapal untuk membuang beberapa barang penumpang
untuk mengurangi beban kapal. Namun, si kapten wajib mengganti barang
penumpang tersebut. Karena darurat di awal tidak menghilangkan hak
penumpang akan barangnya.
•
Petani menyewa tanah si B untuk dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut petani
selalu gagal panen sehingga tidak mendapatkan penghasilan. Suatu ketika
tanamannya berhasil tumbuh dengan baik. Satu bulan lagi diperkirakan petani
akan panen sedangkan waktu sewa seminggu lagi habis. Dalam kondisi ini petani
boleh menggunakan tanah tersebut melebihi waktu janji sewa. Namun petani
wajib mengganti rugi pada si B sebesar lama pakai tanah di luar masa sewanya.
•
Pria A memiliki usaha warung makanan yang sepi pengunjung. Dalam kasus ini,
ia tidak boleh mengadakan iklan atau promosi yang berisi kebohongan demi
menarik minat pengunjung. Menurut kaidah ini, keadaan sulitnya tersebut tidak
membenarkan perbuatan bohongnya yang merampas hak orang lain.
C. Kaidah utama ketiga:
.‫اليقين ال يزول بالشك‬
Keyakinan tidak hilang oleh keraguan.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seseorang yang yakin sudah berwudu, kemudian ragu apakah ia sempat buang
angin atau tidak, maka ia tetap dalam keadaan suci dari hadas. Karena sesuatu
yang diyakini ( keadaan suci ) tidak dapat diubah oleh sesuatu yang masih
diragukan ( hadas ).
12 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Pria A menikahi wanita B dengan akad yang jelas serta menghadirkan saksi.
Pada suatu saat, sang suami mengatakan “ Pergilah “ dalam keadaan marah
kepada sang istri. Wanita B ragu, apakah suaminya telah menjatuhkan talak atau
tidak. Maka, menurut kaidah ini, pada kasus ini talak tidak jatuh padanya.
Karena akad nikah yang statusnya pasti atau sudah yakin adanya, tidak hilang
dengan sesuatu yang masih diragukan perkaranya yaitu ucapan suami tersebut.
•
Pada siang hari di bulan Ramadan, Zaid bermimpi sedang makan dan minum.
Ketika ia bangun, ia ragu apakah puasanya batal atau tidak karena mimpinya
yang terasa nyata. Puasa Zaid tidak batal, karena status sedang berpuasa adalah
hal yang pasti dan tidak hilang dengan adanya perkara yang tidak
pasti/diragukan.
•
Seseorang ragu apakah dia baru melaksanakan tiga rakaat atau sudah empat
rakaat, atau dengan kata lain dia yakin telah melaksanakan tiga rakaat akan tetapi
dia masih ragu apakah dia sudah menyelesaikan rakaat ke empat atau belum.
Maka dalam hal ini dia harus menambah satu rakaat dan mengembalikan
keraguannya tadi kepada yakinnya yaitu tiga rakaat.
•
Pria A memiliki hutang pada Pria B sebesar Rp100.000,00. Ia membayarannya
dengan mencicil. Cicilan pertama sebesar Rp70.000,00 dengan waktu dan
tempat transaksi yang ia dan Pria B catat. Kemudian suatu hari ia ragu apakah
utangnya sudah lunas atau belum. Dalam kasus ini, hutang Pria A belum lunas.
Karena hal yang diyakini kebenarannya yaitu besar hutang dan jumlah yang
sudah dibayar, tidak dapat berubah dengan keraguan akan pembayaran sisanya.
Kaidah yang tercakup di bawahnya:
1.
Kaidah pertama:
.‫ األصل بقاء ما كان على ما كان‬.1
Hukum asalnya, sesuatu tetap dalam keadaaan awalnya
Contoh Penerapan Kaidah :
13 | Kaidah Fiqhiyyah
2.
•
Apabila orang yang berhutang mengaku telah melunasi hutangnya namun tidak
bisa menunjukkan bukti, sementara orang yang memberi hutang
mengingkarinya, maka yang menjadi acuan adalah pengakuan orang yang
memberi hutang. Ini karena setelah seseorang terbukti berhutang maka status
berhutang itu akan berlaku sampai ada bukti pelunasan.
•
Seorang sedang berpuasa dan ragu apakah sudah masuk waktu maghrib atau
belum, maka ia tetap pada puasanya sampai terbukti waktu maghrib sudah
masuk. Karena pada asalnya ia masih dalam kewajban menahan makan dan
minum.
•
Apabila seseorang mempunyai tanggungan untuk mengqadhâ’ shalat yang
ditinggalkannya karena uzur, kemudian ia ragu-ragu tentang berapa jumlah
shalat yang ditinggalkannya, maka ia melaksanakan shalat hingga muncul
keyakinan bahwa tanggungannya telah ditunaikan. Hal ini karena kewajiban
mengqadhâ’ shalat telah tetap atasnya, sehingga kewajiban itu tidaklah lepas dari
tanggungannya kecuali dengan keyakinan.
•
Apabila seorang wanita ragu-ragu apakah ia telah keluar dari masa iddahnya
ataukah belum. Maka, asalnya ia masih tetap dalam masa iddah.
•
Apabila seorang istri mengaku bahwa suaminya tidak memberinya nafkah,
sementara suami mengaku sudah memberinya namun tidak menunjukkan
bukti, maka yang dijadikan acuan adalah perkataan istri yang disertai
sumpahnya. Karena hukum asal pemberian nafkah masih menjadi tanggungan
suami hingga terbukti sebaliknya.
Kaidah kedua:
.‫ األصل براءة الذمة‬.2
Hukum asalnya adalah terlepas dari tanggungan.
Contoh Penerapan Kaidah :
14 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Seseorang dituntut atas kasus pembunuhan. Penuntut tidak bisa menunjukkan
bukti atas tuduhannya sedangkan tersangka menafikan tuduhan tersebut. Maka
yang diterima perkataannya adalah perkataan tersangka dengan disertai sumpah (
tidak melakukan apa yang dituduhkan padanya). Karena pada asalnya seseorang
bebas dari tindak pembunuhan dan pencurian.
•
Si A tiba – tiba menagih hutang pada si B. Namun, si B merasa ia tidak pernah
berhutang pada si A. jika si A tidak mendatangkan bukti lebih lanjut terhadap
tagihannya pada si B, yang diterima adalah perkataan si B dengan bersumpah.
Karena pada asalnya si B tidak memiliki tanggungan berupa hutang pada
siapapun.
•
Jika antara penyewa dan yang menyewakan berselisih mengenai harga sewa
setelah barang yang disewa telah dimanfaatkan, maka klaim harga yang dijadikan
acuan adalah klaim dari pihak yang menyewa. Kecuali jika barang yang disewa
belum dimanfaatkan, maka dalam kondisi tersebut yang dijadikan acuan adalah
klaim dari pihak yang menyewakan. Karena pada dasarnya manusia tidak
disibukkan atau dibebani dengan hak orang lain, kecuali bisa ditunjukkan bukti
yang menyatakan sebaliknya.
•
Jika guru tidak memberi tugas untuk mengerjakan soal B kepada murid, maka
murid tidak wajib mengerjakan soal B. Karena pada asalnya murid terbebas dari
kewajiban mengerjakan soal tersebut.
•
3.
Kaum muslim tidak diwajibkan puasa apapun di bulan Ramadan sebelum turun
perintah untuk berpuasa di bulan tersebut. Karena pada asalnya kaum muslimin
terlepas dari tanggungan atau perintah untuk berpuasa.
Kaidah ketiga:
.‫ ما ثبت بيقني ال يرتفع إال بيقني‬.3
Sesuatu yang ditetapkan berdasarkan keyakinan tidak akan bisa diangkat ( dihilangkan )
kecuali dengan keyakinan.
15 | Kaidah Fiqhiyyah
Contoh Penerapan kaidah :
•
Seseorang sedang melaksanakan thawaf di Baitullâh. Jika ia menemui keraguan
tentang jumlah putaran yang telah ia lakukan, maka ia menentukan sesuai yang
ia yakini, yaitu ia kembali pada jumlah yang paling sedikit.
•
Budi yakin akan kehalalan suatu merek karena sudah tersertifikasi halal MUI.
Keyakinan akan kehalalan merek tersebut tidah bisa runtuh hanya dengan isu
akan keharamannya. Namun jika kementrian agama memberitakan akan
keharamannya, maka keyakinan awal Budi dapat dihilangkan, karena berita
Kemenag adalah hal yang meyakinkan atau suatu fakta, bukan keraguan.
•
Seseorang yakin bahwa ia dalam keadaan berhadas kemudian ragu-ragu apakah
ia sudah bersuci ataukah belum. Maka asalnya ia tetap dalam keadaan yang ia
yakini yaitu berhadas. Keyakinan tersebut baru bisa diganti atau dihilangkan
dengan keyakinan juga misalkan persaksian beberapa temannya bahwa ia telah
berwudu.
•
Seorang suami bermimpi telah mentalak istrinya. Ketika bangun ia merasa ragu
apakah ia telah mentalak istrinya atau tidak. Dalam kasus ini, talak tidak jatuh
karena nikah adalah akad yang jelas dan meyakinkan maka ia tidak bisa
dihilangkan kecuali dengan perkara yang jelas dan meyakinkan pula.
•
Suami mengatakan pada istri “ Aku talak kamu “. Talak di sini jatuh karena
suami mengatakannya dengan penuh keyakinan, kesadaran dan lafaz talak yang
tidak ambigu. Akad nikah adalah hal yang diyakini adanya bisa terangkat atau
hilang dengan hal yang diyakini adanya pula yaitu lafaz talak sang suami.
4.
Kaidah keempat:
.‫ األصل يف األمور العارضة العدم‬.4
Hukum asal suatu perkara (sifat) ‘aridhah (yang baru muncul kemudian) adalah tidak ada
16 | Kaidah Fiqhiyyah
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Pembeli membeli sepeda dan membawanya pulang. Ketika pemakaian, ia
menemukan beberapa cacat di sepedanya. Ia mengajukan ganti rugi ke penjual
namun penjual menolak karena ia merasa tak ada cacat pada sepeda tersebut
saat menjualnya. Dalam kasus ini, jika keduanya tak mendatangkan bukti.
Maka yang diambil adalah pernyataan penjual bersama sumpahnya. karena asal
dari suatu sifat tambahan ( cacat pada sepeda ) adalah tidak ada.
• Seseorang yang yakin ia telah bersuci kemudian ragu apakah sudah ber hadas
atau belum, dihukumi telah bersuci. Karena hadas ( apapun yang membatalkan
wudu ) sebelum diyakini dan dipastikan adanya, adalah suatu perkara tambahan
dari wudunya yang hukum asalnya perkara tersebut adalah tidak ada.
•
Apabila seorang ahli waris mengklaim bahwa orang tuanya saat menjual tanah
dalam kondisi gila sementara pihak lainnya mengklaim tidak dalam kondisi
gila, serta masing-masing tidak bisa menunjukkan bukti, maka yang dijadikan
acuan adalah klaim yang menyatakan tidak gila. Ini karena terjadinya kegilaan
pada seseorang merupakan sifat yang baru muncul kemudian, sementara sifat
berakal merupakan sifat awal dari seseorang
•
Pembeli membeli kain dan membawanya pulang. Ketika di rumah, ia
menemukan beberapa kotoran di kain tersebut. Ia mengajukan ganti rugi ke
penjual namun penjual menolak karena ia merasa kotoran tersebut bukan dari
tokonya. Dalam kasus ini, jika keduanya tak mendatangkan bukti. Maka yang
diambil adalah pernyataan penjual bersama sumpahnya. karena asal dari suatu
sifat tambahan ( kotoran pada kain ) adalah tidak ada.
•
Pembeli membeli kambing dan membawanya pulang. Beberapa hari
kemudian, ia mengadukan adanya cacat pada kambingnya ke penjual. Si
penjual menafikan aduan tersebut. Dalam kasus ini, jika keduanya tak
mendatangkan bukti dan penjual bersumpah atas pernyataannya, maka yang
diambil adalah pernyataan penjual. karena asal dari suatu sifat tambahan ( cacat
pada kambing ) adalah tidak ada.
17 | Kaidah Fiqhiyyah
5. Kaidah kelima:
.‫ األصل إضافة احلادث إىل أقرب أوقاته‬.5
Hukum asalnya adalah menyandarkan kejadian pada waktu terdekatnya
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seorang laki-laki bermimpi basah dan menjumpai ada air mani yang telah
mengering di celananya, namun dia ragu akan waktu terjadinya. Misalnya, dia
melihat air mani di celananya selasa sore, namun dia ragu apakah mimpinya di
malam selasa atau malam senin atau bahkan malam-malam sebelumnya lagi.
Maka saat itu dia memilih malam selasa, karena sebab yang paling dekat adalah
tidur pada malam selasa, walaupun pada kenyataannya mimpinya adalah pada
malam senin. Sehingga apabila dia menyadarinya di hari selasa sore, maka dia
cukup mengulangi dua shalat yaitu shalat shubuh dan dhuhurnya hari selasa,
adapun shalat yang di hari senin tidak perlu diulangi.
•
Pembeli membeli sepeda dan membawanya pulang. Ketika pemakaian, ia
menemukan beberapa cacat di sepedanya. Ia mengajukan ganti rugi ke penjual
namun penjual menolak karena ia merasa tak ada cacat pada sepeda tersebut
saat menjualnya. Dalam kasus ini, jika keduanya tak mendatangkan bukti.
Maka yang diambil adalah pernyataan penjual dengan sumpahnya. Cacat
tersebut mungkin timbul saat barang dibawa pulang oleh pembeli atau saat
barang dipasarkan penjual. Waktu yang paling dekat dengan kejadian ( cacat
disadari pembeli ) adalah saat barang dibawa pulang oleh pembeli, maka adanya
cacat dikaitkan dengan waktu terdekat.
•
Pria A mengaku bahwa ia pernah berhutang pada salah satu ahli warisnya ( pria
B ). Pria A meninggal setelah sakit keras. Ahli waris yang lain menyatakan
bahwa hutang tersebut pada saat si A sakit keras sedangkan si B menyatakan
bahwa hutang tersebut pada waktu si A masi sehat. Hutang tersebut dikaitkan
dengan waktu terdekat yaitu pada saat sakit keras karena sakit lebih dekat
dengan kematian si A dari pada sehat. Maka, selama si B tidak mendatangkan
18 | Kaidah Fiqhiyyah
bukti, pernyataan yang diambil adalah pernyataan ahli waris yang lain dengan
bersumpah.
•
Pembeli membeli suatu barang dengan mensyaratkan adanya masa khiyar1
selama sepuluh hari. Setelah selesai masa khiyar pembeli mengembalikan
barang tersebut dengan alasan bahwa ia masih dapat mengembalikan barang
tersebut karena masih dalam masa khiyarnya. Namun penjual berkata bahwa
pembeli tidak dapat mengembalikan barang tersebut karena telah lewat masa
khiyar. Dalam kasus ini, yang diambil adalah perkataan pembeli karena
peristiwa pengembalian barang tersebut dikaitkan dengan waktu terdekatnya
dari masa yang akan datang yaitu waktu setelah lewat masa khiyar.
•
Seorang muslim meninggal dan meninggalkan seorang istri non muslim. Istri
tersebut baru datang setelah meninggalnya suami. Isrri mengatakan pada
keluarga suami bahwa ia telah berislam sebelum suami meninggal maka ia
berhak menerima warisan. Ahli waris yang lain mengatakan bahwa si istri
berislam setelah suaminya tiada maka ia bukan termasuk ahli waris karena
kedauanya berbeda agama. Jika si istri tidak mendatangkan bukti atas
pernyataanya maka yang diambil hukumnya dalah perkataan ahli waris (
mengambil waktu yang paling dekat yaitu setelah kematian ).
6. Kaidah keenam:
‫ األصل يف األشياء اإلباحة‬.6
Hukum asal segala sesuatu adalah dibolehkan.
Contoh Peneapan Kaidah :
•
1
Seorang muslim tidak boleh melarang muslim lainnya untuk memakai pakaian
berwarna hitam di malam hari. Karena pada asalnya segala sesuatu dibolehkan
oleh syariat termasuk memakai pakaian warna hitam di malam hari pada kasus
ini.
Hak memilih dalam akad jual beli.
19 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Boleh memakan segala jenis makanan dan minuman kecuali yang telah jelas ada
dalil dari Alquran dan sunnah tentang pengharamannya. Hukum asal segala jenis
makanan dan minuman adalah boleh. Maka, selama jenisnya bukan termasuk
jenis yang sudah diharamkan, hukum konsumsinya adalah boleh.
•
Boleh melakukan jual beli dengan berbagai tipe akad kecuali akad yang telah
jelas ada dalil dari Alquran dan sunnah tentang pengharamannya. Hukum asal
segala sesuatu termasuk akad jual beli adalah boleh. Maka, selama tipenya bukan
termasuk tipe akad yang sudah diharamkan, hukum memakai akad tersebut
adalah boleh.
•
Di suatu desa terdapat sebidang tanah yang tidak diketahui siapa pemiliknya
sejak lama. Dalam kasus ini, selama belum diketahui siapa pemiliknya, tanah
tersebut boleh dimanfaatkan oleh warga desa. Karena pada asalnya segala sesuatu
telah Allah ciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia termasuk sebidang tanah
tersebut.
•
Membaca Alquran dengan syair tertentu adalah boleh selama tidak ada dalil yang
mengharamkannya. Karena hukum asal segala sesuatu adalah boleh.
7. Kaidah ketujuh:
Hukum asal dalam jima’ 2 atau masalah kemaluan adalah haram.
‫ األصل يف األبضاع التحرمي‬.7
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seorang suami memiliki empat istri. Salah satunya telah ia jatuhi talak bain
kubro3. Akibat suatu kecelakaan, suami lupa kepada siapa diantara keempat
istrinya yang telah ia jatuhi talak tiga. Maka dalam kasus ini, suami tidak boleh
“menggauli” siapun dari keempat istrinya sampai jelas siapa istri yang telah ia
2
Hubungan seksual
Talak ketiga di mana mantan suami tidak lagi memiliki hak untuk rujuk dengan mantan istrinya,
baik ketika dalam masa ‘iddah maupun sesudahnya kecuali setelah melalui beberapa syarat syar’i.
3
20 | Kaidah Fiqhiyyah
talak. Merujuk pada kaidah, asal “menggauli” adalah haram maka, jika diragukan
status halal haram seorang wanita bagi seorang pria, yang diambil adalah status
haramnya.
•
Pria A berkata bahwa ia telah menikahi wanita B maka dirinya boleh bergaul
dengannya. Namun, si wanita mengingkarinya. Menurut kaidah ini, yang diakui
adalah perkataan wanita B. Karena hukum asal wanita tersebut bagi si pria adalah
haram.
•
Seorang ibu mengatakan pada anak prianya yang sudah dewasa bahwa ia meiliki
saudara perempuan sepersusuan. Perempuan tersebut adalah salah satu dari tiga
anak kembar dari keluarga fulan. Ibu sang pria tidak mengetahui dengan pasti
perempuan mana yang telah ia susui pada masa bayinya. Maka, si pria tidak boleh
menikahi salah satu dari ketiga perempuan tersebut sampai jelas siapa saudara
persusuannya. Karena jika diragukan status halal haram seorang wanita bagi
seorang pria, yang diambil adalah status haramnya.
•
Pria A memiliki dua budak wanita yang kemudian ia membebaskan salah satunya.
Kemudian karena suatu sebab ia lupa budak yang mana yang telah ia bebaskan.
Menurut kaidah ini, ia tidak boleh berijtihad kemudian memutuskan sendiri akan
“menggauli” budak yang mana. Karena jika diragukan status halal haram seorang
wanita bagi seorang pria, yang diambil adalah status haramnya.
• Seorang wanita diketahui ibunya seorang ahli kitab dan ayahnya seorang atheis
atau majusi. Maka seorang laki-laki Muslim dilarang untuk menikahi wanita
tersebut. Karena apabila terkumpul antara yang menyebabkan halal (ahli kitab)
dan haramnya (Majusi atau atheis) wanita itu untuk dinikahi, maka yang
dimenangkan ( diambil untuk berhukum ) adalah sisi yang haram.
8. Kaidah kedelapan:
.‫ ال عربة للداللة يف مقابلة التصريح‬.8
21 | Kaidah Fiqhiyyah
Sesuatu yang implisit tidak diterima jika bertentangan dengan yang eksplisit.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Budi mengatakan pada Bagus “Aku titipkan laptopku padamu”. Secara implisit,
Bagus boleh menggunakan laptop tersebut. Namun, jika secara eksplisit yaitu
Budi berkata langsung sebelumnya bahwa Bagus tidak boleh menggunakan
laptopnya, maka Bagus tidak boleh memakai laptop tersebut. Karena sesuatu yang
implisit tidak diterima jika bertentangan dengan yang eksplisit.
•
Budi mempersilakan Dimas memasuki rumahnya dan berkata “Anggap rumah
sendiri”. Menurut perkataan tersebut, Dimas boleh mengambil makanan yang
ada di kulkas rumah Budi. Namun, jika Budi secara eksplisit melarang perbuatan
itu, maka Dimas tidak boleh melakukannya.
•
Siswa diperbolehkan menggunakan hp di sekolah.. Jika ada siswa yang
menggunakan hp tersebut pada saat jam pelajaran, ia tidak boleh dihukum karena
secara implikatif, hp boleh digunakan pada saat kapanpun di sekolah. Namun jika
sekolah mempertegas aturan dan mengatakan secara langsung dan jelas bahwa
siswa boleh menggunakan hp di sekolah kecuali di jam pelajaran, maka siswa
tersebut patut dihukum.
•
Penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli via online. Pembeli intens
menanyakan spesifikasi barang dan harga kepada penjual. Karena merasa sudah
cukup tawar menawarnya, penjual bertanya “Apakah barang jadi dibeli ?”.
Pembeli hanya membalas dengan simbol senyuman. Penjual mengirim barang ke
pembeli dan menagih pembayaran. Jika pembeli mengatakan bahwa maksud
simbol senyuman adalah tidak jadi membeli, maka pembeli berhak tidak
membayar dan mengembalikan barang.
•
Pengurus wakaf seharusnya mengelola wakaf sebagaimana para pendahulunya
berdasarkan implikasi yang telah ada ( pendahulu mengelola wakaf dengan benar
karena sudah turun menurun ). Namun jika didapati buku terkait pengelolaan
wakaf yang terpercaya, maka pengelolaannya harus berdasarkan buku tersebut
22 | Kaidah Fiqhiyyah
dan tidak boleh menyelisihinya. Karena buku pengelolaan wakaf yang terpercaya
itu merupakan hal eksplisit, sementara kebenaran pengelolaan para pengurus
sebelumnya bersifat implikatif
9. Kaidah kesembilan:
.‫ ال عربة بالتواهم‬.9
Praduga atau sangkaan itu tidak dianggap.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seorang suami tidak boleh mencerai atau melaknat istrinya hanya berdasarkan
prasangka bahwa istrinya telah berzina. Suatu sangkaan tidak dapat dijadikan
pegangan atau diambil keputusan hukum darinya.
•
Hakim dihadapkan dengan seorang pria yang sering dibicarakan warga bahwa ia
adalah seorang pelacur. Menurut kaidah ini, hakim tidak boleh langsung
menghukumi pria tersebut atas dasar pembicaraan warga karena bisa jadi warga
hanya berbicara atas dasar dugaan atau sprasangka belaka. Padahal, Tidak ada
makna yang dapat diambil dari hal - hal praduga atau sangkaan.
•
Seorang wanita yang sudah berhenti keluar darahnya di hari kedelapan, tidak
boleh mengundur – undur bersucinya dengan alasan kemungkinan darah keluar
lagi.
•
Seorang muslim tidak boleh membatalkan sholatnya hanya karena menyangka
dirinya telah buang angin padahal tidak terdengar bunyi atau tercium bau
apapun darinya.
•
Seorang muslim tidak boleh mengharamkan suatu makanan halal karena
sangkaan belaka.
23 | Kaidah Fiqhiyyah
10. Kaidah kesepuluh:
.‫ال حجة مع االحتمال الناشئ عن غري دليل‬.10
Suatu dalil tidak argumentatif 4 selama masih ada keraguan yang muncul darinya.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Si A mengaku pernah berhutang pada salah satu ahli warisnya. Maka jika ia
berada dalam keadaan sakit yang menyebabkannya meninggal, pengakuan
tersebut tidak sah selama tidak dibenarkan oleh ahli waris lainnya. Ini karena
adanya ihtimal (indikasi) kuat bahwa itu dilakukan untuk menguntungkan
sebagian ahli waris atas sebagian lainya. Ihtimal tersebut menguat lantaran terjadi
pada saat sakit yang mengantarkan pada kematian.
•
Seorang suami tidak boleh menuduh istrinya telah berzina hanya dengan bukti
perubahan perilaku si istri kepadanya. Bukti tersebut tidak berlaku karena
banyaknya kemungkinan yang timbul darinya misalkan bisa jadi perubahan
perilaku disebabkan oleh PMS si istri atau karena sang suami belum memberinya
uang belanja..
4
•
Dua orang berada dalam sebuah perahu yang berisi gandum, dan masing
masing dari keduanya mengklaim sebagai pemilik perahu beserta gandum yang
ada di dalamnya. Apabila salah seorang dari keduanya dikenal sebagai penjual
gandum, sementara yang lainnya dikenal sebagai seorang pelaut, maka gandum
tersebut diputuskan sebagai milik si penjual gandum, sementara perahu
ditetapkan sebagai milik si pelaut. Keputusan tersebut ditetapkan berdasarkan
indikasi kuat yang diketahui dari profesi keduanya.
•
Si A dan si B berada pada satu kapal yang membawa beras. Masing – masing
mengklaim bahwa dirinya pemilik kapal tersebut beserta isinya. Kemudain
diketahui bahwa si A adalah seorang pelaut dan si B seorang penjual beras. Maka
dalam kasus ini, diputuskan perahu adalah milik si A dan beras milik si B.
Memiliki (mengandung) alasan yang dapat dipakai sebagai bukti
24 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Seorang wakil membeli barang sebagaimana yang diinginkan orang yang ia
wakilkan. Namun ia tidak menjelaskan apakah barang itu ia beli untuk dirinya
sendiri atau untuk orang yang ia wakilkan. Apabila kemudian barang itu rusak
atau cacat saat berada di bawah tanggung jawab si wakil, maka tidak diterima
klaim si wakil bahwa barang tersebut adalah yang dibelinya untuk orang yang
mewakilkan padanya. Ini karena adanya indikasi bahwa apa yang dilakukan wakil
tersebut lantaran menghindar dari tanggung jawab mengganti barang tersebut.
Indikasi kuat tersebut adalah si wakil tidak segera menyerahkan barang tersebut
kepada orang yang mewakilkan padanya
11. Kaidah kesebelas:
.‫ ال عربة بالظن البني خطؤه‬.11
Hipotesa atau dugaan yang terbukti salah, tidak dianggap.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Jika seorang laki-laki memberi nafkah kepada perempuan yang ia ceraikan
dengan talak bain, karena menduga si perempuan sedang hamil anaknya,
kemudian terbukti ia tidak hamil, maka si laki-laki berhak meminta kembali
nafkah yang pernah ia berikan.
•
Jika seseorang shalat dan berijtihad dalam penetapan waktu shalat, atau kesucian
air, atau arah kiblat, kemudian jelas bahwa ijtihadnya salah, shalat yang ia
lakukan atas dasar ijtihad tersebut tidak sah dan wajib mengulanginya.
•
Jika seseorang mewakilkan ibadah haji kepada orang lain, karena ia menduga
dirinya sakit yang tak mungkin sembuh, namun ternyata ia sembuh, maka ia
masih menanggung kewajiban haji, dan ia wajib menunaikan haji secara
langsung (tidak mewakilkan pada orang lain).
25 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Jika seseorang membayar utang karena menduga ia masih memiliki utang,
kemudian terbukti bahwa sebenarnya utangnya sudah lunas sebelumnya, maka
ia berhak meminta kembali uang yang ia serahkan.
•
Jika seseorang memberikan zakat kepada orang yang ia duga layak menerima
zakat, kemudian dugaan tersebut terbukti salah, zakat yang ia keluarkan tersebut
tak teranggap.
12. Kaidah keduabelas:
.‫ املمتنع عادة كاملمتنع حقيقة‬.12
Kemustahilan menurut kebiasaan seperti kemustahilan yang hakiki.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Pria A yang miskin mengatakan bahwa Pria B yang kaya raya telah berhutang
padanya. Dalam kasus ini, perkataan pria A tidak dianggap karena biasanya
mustahil seorang yang kaya berhutang pada yang miskin. Maka kemustahilan
tersebut dihukumi seperti sesuatu yang pada hakikatnya ( secara akal ) memang
tidak mungkin terjadi.
•
Seorang yang lumpuh didakwa dengan dakwaan pembunuhan. Dakwaan
tersebut tidak diterima karena menurut kebiasaan, seorang yang lumpuh mustahil
dapat bergerak apalagi membunuh.
• Apabila seorang pendakwa mengklaim bahwa pihak terdakwa mengakui apa yang
didakwakan pendakwa setelah terjadinya perseteruan yang panjang, maka
dakwaan tersebut tidak diterima. Karena menurut kebiasaan, seorang yang telah
lama berseteru dengan orang lain sangat kecil kemungkinannya untuk mengakui
dakwaan terhadapnya.
26 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Seorang pria ditemukan tewas gantung diri di kamar kosnya. Polisi menyatakan
bahwa itu adalah murni kasus bunuh diri. Namun, pada pemeriksaan mayat lebih
lanjut ditemukan banyak luka gores di area leher korban. Setelah diteliti, ahli
forensik mengatakan bahwa itu adalah luka cakaran tangan. Menurut kriminolog,
cakaran pada leher tersebut seperti upaya seseorang melepaskan diri dari suatu
jeratan di lehernya. Menurut kebiasaan, orang yang berniat bunuh diri tidak
mungkin melakukan upaya tersebut. Maka, perkataan polisi di awal tidak dapat
diterima.
•
Seorang koruptor dalam perjalanan menuju kantor penyidikan diberitakan
mengalami kecelakaan mobil parah. Dokter A mengatakan bahwa koruptor
tersebut mengalami luka parah yang tidak memungkinkan dirinya menjalani
proses penyidikan dalam beberapa bulan ke depan.Namun beberapa kejanggalan
ditemukan seperti tidak langsung dibawanya pasien ke UGD, mobil yang
digunakan hanya lecet sedikit dll. Hal hal tersebut adalah kemustahilan menurut
kebiasaan. Maka, perkataan Dokter A akan kondisi si koruptor tidak dapat
diterima.
13. Kaidah ketigabelas:
.‫ ولكن السكوت يف معرض احلاجة إىل البيان بيا ٌن‬، ‫قول‬
ٌ ‫ ال ينسب إىل ساكت‬.13
Suatu perkataan tidak dikaitkan pada seorang yang diam. Tetapi, diam pada keadaan
yang membutuhkan penjelasan adalah suatu penjelasan.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Si A menjual barang si B di depannya. Si B tidak mengatakan apapun terkait
penjualan tersebut. Dalam kasus ini, si A tidak boleh menganggap bahwa si B
mengatakan bahwa ia mengizinkannya menjual barang tersebut. Karena kita tidak
boleh mengaitkan suatu perkataan atau pernyataan tertentu pada seseorang yang
diam.
•
Si A membeli tas yang dijual si B. si B mengatakan bahwa tas tersebut memiliki
cacat. Si A tidak menjawab atau mengatakan apapun. Dalam kasus ini, jika si A
27 | Kaidah Fiqhiyyah
membeli tas tersebut, ia tidak memiliki hak khiyar aib karena diamnya pada saat
si B menjelaskan adanya cacat pada tas menandakan kerelaan akan cacat tersebut.
Diam di sini berarti penjelasan karena terjadi pada akad jual beli yang
membutuhkan kejelasan akan keridhoan diantara pembeli dan penjual.
•
Diamnya suami pada saat istri melahirkan dan orang – orang memberi ucapan
selamat atas kelahiran bayi tersebut padanya menandakan ia ridho jika bayi itu
dinasabkan padanya. Pada saat istri hamil atau melahirkan adalah saat di mana
dibutuhkan kejelasan akan nasab anak tersebut. Maka diam pada kasus ini adalah
suatu penjelasan.
•
Pemilik rumah sewa berkata kepada penyewa lama, "Tinggallah di rumah ini
dengan harga sewa sekian (lebih tinggi dari sebelumnya). Jika tidak bersedia,
silahkan keluar dan pindah." Jika si penyewa diam dan tetap tinggal di rumah
tersebut, maka ia wajib membayar uang sewa sebagaimana yang telah disebutkan
oleh pemilik rumah.
•
Si B melihat barangnya dirusak oleh teman – temannya namun ia diam saja.
Diamnya si B disini tidak boleh dianggap bahwa ia membolehkan temannya
merusak barangnya. Karena kita tidak boleh mengaitkan suatu perkataan atau
pernyataan tertentu pada seseorang yang diam.
D. Kaidah utama keempat:
‫ال ضرر وال ضرار‬
Jangan berada pada mudarat dan jangan memberi mudarat.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seseorang dilarang menggunakan barang miliknya jika hal itu menimbulkan
mudarat (gangguan atau bahaya) kepada tetangganya. Karena walaupun disisni
ia tidak berada pada suatu mudarat, namun dengannya orang lain terkena
mudarat.
28 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Tidak diperbolehkan mengadakan gangguan di jalan-jalan kaum muslimin, di
pasar-pasar mereka, ataupun di tempat-tempat kaum Muslimin yang lain. Baik
gangguan itu berupa kayu atau batu yang menggangu perjalanan, atau lobang
galian yang bisa membahayakan, atau bentuk gangguan lainnya. Karena
semuanya itu bisa menimbulkan mudarat kepada kaum Muslimin.
•
Seorang suami tidak boleh menimbulkan mudarat kepada isterinya dan
menjadikannya merasa susah, dengan tujuan supaya si isteri minta diceraikan,
sehingga si suami bisa mengambil harta dari si istri sebagai konsekuensi
permintaan cerainya.
•
Dalam keadaan sakit parah seseorang tidak wajib berpuasa karena kondisinya
membutuhkan asupan gizi, nutrisi, obat dll untuk mengobati sakitnya. Maka,
jika ia berpuasa sama saja ia memudaratkan dirinya sendiri yang mana hal
tersebut dilarang oleh syariat melalui kaidah ini.
•
Larangan saling memudaratkan dalam akad hutang piutang, baik dari sisi orang
yang berhutang, penulis akad, ataupun saksinya.
Kaidah yang tercakup di bawahnya:
1. Kaidah pertama:
.‫الضرر يزال‬
Kemudaratan harus dihilangkan.
Contoh penerapan kaidah :
•
Istri boleh memfaskh pernikahannya karena aib suami. Aib tersebut baru
diketahui setelah menikah, dan ia tak sanggup dengan aib suaminya tersebut
maka ia berhak mengkhulu’ ( mengajukan cerai ) suaminya. Dalam kasus ini,
aib suami adalah mudarat bagi si istri yang mana harus dihilangkan. Salah satu
cara menghilangkannya yaitu dengan bercerai.
29 | Kaidah Fiqhiyyah
.1
•
Suami mendapati istrinya hamil dan mengetahui dengan yakin bahwa anak itu
dari hasil zina. Istri mengaku bahwa ia telah berzina Untuk menafikan nasab
anak zina tersebut pada dirinya, lia`an disini disyariatkan. Karena menasabkan
anak pada yang bukan bapaknya adalah haram dan mengundang mudarat, maka
harus diilangkan atau dicegah yaitu dengan lia`n.
•
Bolehnya memakan makanan yang haram ( bangkai, babi dll ) dalam kondisi
darurat. Karena mudarat berupa kelaparan yang mengancam jiwa harus
dihilangkan.
•
Adanya macam macam khiyar ( hak memilih ) pada akad jual beli. Khiyar
ditujukan agar mudarat bagi pembeli berupa salah pilih barang atau
menemukan aib pada barang yang sudah dibeli dan sebagainya dapat dicegah
atau dihilangkan.
•
Adanya hukum potong tangan bagi pencuri. Merebaknya pencurian yang
menimbulkan kerugian bagi orang banyak serta hilangnya rasa aman akan harta
setiap orang adalah mudarat yang harus dihilangkan. Salah satu caranya adalah
dengan menghukum para pencuri tersebut.
2. Kaidah kedua:
.‫ الضرر يدفع بقدر اإلمكان‬.2
Kemudaratan dicegah sebisa mungkin
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Pria A mencuri barang milik Pria B. Pada suatu masa, Pria A menyesali
perbuatannya dan ingin menebus mudarat yang telah ia berikan pada Pria A
yaitu mencuri barangnya. Namun, barang tersebut telah hilang atau habis. Maka
pria A bisa mengembalikan dalam wujud barang semisal atau membayar dengan
harga barang yang telah ia curi.
30 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Adanya hak syuf’ah5 dalam perserikatan dua orang atau lebih terhadap suatu
bidang tanah atau harta. Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan kemudaratan
pada salah satu anggota serikat jika seandainya ia harus berserikat dengan orang
yang baru ( ketidakcocokan dll )
•
Adanya hukuman atau had dalam islam bagi pelaku maksiat. Hal tersebut pada
satu sisi mencegah si pelaku mengulangi perbuatannya. Satu sisi yang lain,
mencegah orang lain meniru atau mencontoh perbuatan pelaku. Dua hal
tersebut adalah bentuk mudarat yang harus dicegah sebisa mungkin.
•
Dalam situasi wabah pandemi yang mendunia, pada kasus pandemi virus covid19 misalnya, warga dituntut melakukan berbagai macam pencegahan penularan.
Salah satunya yaitu dengan tidak keluar rumah kecuali untuk keperluan
mendesak. Kemungkinan menular dan tertular ( red: kemudaratan ) harus
dicegah sebisa mungkin yaitu dengan cara di atas.
•
Adanya masa ‘iddah bagi wanita yang dicerai. Salah satu tujuan diharuskan
wanita menunggu di masa ‘iddah adalah mengetahui ada atau tidaknya janin di
rahimnya. Hal tersebut bentuk pencegahan timbulnya mudarat yang mungkin
terjadi yaitu tercampurnya nasab6
3. Kaidah ketiga:
.‫ الضرر ال يزال مبثله‬.3
Mudarat tidak dihilangkan dengan mudarat semisalnya.
Contoh penerapan kaidah :
5
Syuf’ah adakah hak membeli dengan paksa barang serikat yang telah dijual oleh teman serikatnya
kepada orang lain baik dia ( pembeli barang serikat yang dijual oleh teman serikat ) rela menjual
kembali barang yang telah dibelinya atau tidak rela,
6
Jika si istri ternyata hamil di masa ‘iddahnya tersebut, maka nasab anak jelas ( anak bersama suami
pencerai ). Jika masa ‘iddah tidak ada, kemudian si istri menikah tepat setelah perceraian, jika
kemudian ia hamil, bapak sang anak menjadi tidak jelas ( suami pertama atau kedua )
31 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Seorang yang kelaparan dan miskin, berniat untuk bunuh diri yang menurutnya
dapat menghilangkan kesusahan hidupnya. Menurut kaidah ini, perbuatan
orang tersebut adalah salah. Karena suatu mudarat ( kelaparan dan kemiskinan )
tidak boleh dihilangkan dengan mudarat yang setara yaitu bunuh diri.
•
Seorang ayah tidak boleh menjual anak gadisnya demi mendapatkan uang untuk
mementaskan kelaparan yang melanda keluarganya. Kelaparan dan kemiskinan
adalah suatu mudarar yang tidak boleh dihilangkan dengan kemudaratan lainnya
yaitu menjual kehormatan sang anak.
•
Seseorang yang kelaparan, tidak boleh mencuri makanan orang lain tanpa
menggantinya.
•
Seorang suami mendapati istrinya berzina. Akibat rasa kecewa dan sakit hati
terhadap perbuatan sang istri ia berniat untuk melakukan hal yang sama.
Menurut kaidah ini, perbuatan suami adalah salah karena mudarat yang akan
atau sudah timbul dari zina istri tidak boleh dihilangkan dengan mudarat yang
sama yaitu turut berzina.
•
Seorang yang kelaparan tidak boleh menjual kehormatannya demi mendapatkan
uang darinya.
4. Kaidah keempat:
.‫ الضرر األشد يزال بالضرر األخف‬.4
Mudarat yang lebih berat dihilangkan dengan mudarat yang lebih ringan.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seorang ibu yang akan melakukan proses persalinan mengalami kecelakaan dalam
perjalanan menuju rumah sakit. Dokter yang memeriksa kondisi ibu dan janin
mengatakan bahwa keduanya saling membahayakan satu sama lain. Kondisi
tersebut memaksa dokter memilih mana yang utama dan tepat untuk
32 | Kaidah Fiqhiyyah
diselamatkan antara ibu dan janinnya. Persentase risiko kematian ibu adalah 70 %
sedangkan janin sebesar 30 %. Kaidah ini menuntut dokter untuk memilih risiko
atau mudarat yang paling ringan. Dalam kasus ini, yang harus diselamatkan adalah
janin dengan risiko kematian lebih kecil.
•
Pada saat evakuasi korban setelah bencana gempa, pria A ditemukan dalam
kondisi hidup namun kakinya tertimpa reruntuhan beton yang menyebabkan
susahnya proses evakuasi. Tim evakuasi dihadapkan dalam dua pilihan yaitu
membiarkan pria A tidak terevakuasi atau memotong bagian kaki yang tertimpa
beton. Menurut kaidah ini, yang harus dipilih adalah pilihan kedua dengan
mudarat yang lebih ringan. Jika amputasi dilakukan, pria tersebut dapat segera
dievakuasi dan mendapat penanganan medis maka kemungkinan hidupnya lebih
besar. Namun, jika ia dibiarkan tidak dievakuasi, sangat sedikit kemungkinan
hidupnya ( kemungkinan adanya gempa susulan dll ).
•
Firman Allah Ta’ala tentang larangan mencela tuhannya kaum kafir, karena itu
menyebabkan mereka mencela Allah Ta’ala [Al-An’am: 108]. Hal ini
disebabkan karena mafsadat dicelanya Allah secara zalim itu jauh lebih besar
daripada mafsadat tidak dicelanya tuhan-tuhan mereka yang batil itu
•
kisah seorang badui yang kencing di masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam,
kemudian ada sebagian sahabat beliau yang ingin menghentikannya. Maka
beliau mengatakan kepada para sahabatnya, “Biarkan dia, dan jangan kalian
memutus (kencing)-nya!” Kemudian beliau meminta seember air, lalu beliau
menyiram (tempat bekas kencing)-nya. [HR. Muslim 284]
Ini menunjukkan bahwa beliau lebih memilih mudarat yang lebih ringan.
Jika orang badui itu dihardik dan dihentikan, maka air kencingnya akan
berhamburan di masjid beliau, tentu ini mafsadat yang lebih besar. Oleh
karena itu, beliau meninggalkan mafsadat tersebut dengan cara membiarkan
mafsadat yang lebih ringan, yaitu:kencing di masjid beliau sampai selesai di
satu tempat saja.
33 | Kaidah Fiqhiyyah
• kisah perjanjian Hudaibiyah, di mana ada beberapa sisi ketidakadilan yang
tampak jelas dalam perjanjian itu. Akan tetapi hal itu tetap diterima dan dipilih
oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, karena mafsadat tidak menerima
perjanjian itu lebih besar, yaitu dengan terancamnya kaum muslimin yang
masih berada di mekah dari pembunuhan dan penyiksaan. [Shahih Bukhari:
2731].
5. Kaidah kelima:
‫ أو أخف الضررين‬، ‫ خيتار أهوان الشرين‬.5
Seseorang harus memilih yang paling mudah di antara dua kesulitan, atau yang paling
ringan di antara dua kemudaratan
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seorang ibu yang akan melakukan proses persalinan mengalami kecelakaan dalam
perjalanan menuju rumah sakit. Dokter yang memeriksa kondisi ibu dan janin
mengatakan bahwa keduanya saling membahayakan satu sama lain. Kondisi
tersebut memaksa dokter memilih mana yang utama dan tepat untuk
diselamatkan antara ibu dan janinnya. Persentase risiko kematian ibu adalah 70 %
sedangkan janin sebesar 30 %. Kaidah ini menuntut dokter untuk memilih risiko
atau mudarat yang paling ringan. Dalam kasus ini, yang harus diselamatkan adalah
janin dengan risiko kematian lebih kecil.
•
Pada saat evakuasi korban setelah bencana gempa, pria A ditemukan dalam
kondisi hidup namun kakinya tertimpa reruntuhan beton yang menyebabkan
susahnya proses evakuasi. Tim evakuasi dihadapkan dalam dua pilihan yaitu
membiarkan pria A tidak terevakuasi atau memotong bagian kaki yang tertimpa
beton. Menurut kaidah ini, yang harus dipilih adalah pilihan kedua. Jika
amputasi dilakukan, pria tersebut dapat segera dievakuasi dan mendapat
penanganan medis maka kemungkinan hidupnya lebih besar. Namun, jika ia
dibiarkan tidak dievakuasi, sangat sedikit kemungkinan hidupnya (
kemungkinan adanya gempa susulan dll ).
34 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Firman Allah Ta’ala tentang larangan mencela tuhannya kaum kafir, karena itu
menyebabkan mereka mencela Allah Ta’ala [Al-An’am: 108]. Hal ini
disebabkan karena mafsadat dicelanya Allah secara zalim itu jauh lebih besar
daripada mafsadat tidak dicelanya tuhan-tuhan mereka yang batil itu
•
kisah seorang badui yang kencing di masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam,
kemudian ada sebagian sahabat beliau yang ingin menghentikannya. Maka
beliau mengatakan kepada para sahabatnya, “Biarkan dia, dan jangan kalian
memutus (kencing)-nya!” Kemudian beliau meminta seember air, lalu beliau
menyiram (tempat bekas kencing)-nya. [HR. Muslim 284]
Ini menunjukkan bahwa beliau lebih memilih mudarat yang lebih ringan.
Jika orang badui itu dihardik dan dihentikan, maka air kencingnya akan
berhamburan di masjid beliau, tentu ini mafsadat yang lebih besar. Oleh
karena itu, beliau meninggalkan mafsadat tersebut dengan cara membiarkan
mafsadat yang lebih ringan, yaitu:kencing di masjid beliau sampai selesai di
satu tempat saja.
• kisah perjanjian Hudaibiyah, di mana ada beberapa sisi ketidak-adilan yang
tampak jelas dalam perjanjian itu. Akan tetapi hal itu tetap diterima dan dipilih
oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, karena mafsadat tidak menerima
perjanjian itu lebih besar, yaitu dengan terancamnya kaum muslimin yang
masih berada di mekah dari pembunuhan dan penyiksaan. [Shahih Bukhari:
2731].
6. Kaidah keenam:
.‫ إذا تعارض مقسدتان رعي أعظمهما ضررا بارتكاب أخفهما‬.6
Apabila bertemu dua mudarat, maka yang terberat dari keduanya dilindungi ( jangan
samapi terjadi ) dengan cara mengemban mudarat yang teringan dari keduanya.
Contoh Penerapan Kaidah :
35 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Seorang ibu yang akan melakukan proses persalinan mengalami kecelakaan dalam
perjalanan menuju rumah sakit. Dokter yang memeriksa kondisi ibu dan janin
mengatakan bahwa keduanya saling membahayakan satu sama lain. Kondisi
tersebut memaksa dokter memilih mana yang utama dan tepat untuk
diselamatkan antara ibu dan janinnya. Persentase risiko kematian ibu adalah 70 %
sedangkan janin sebesar 30 %. Kaidah ini menuntut dokter untuk memilih risiko
atau mudarat yang paling ringan. Dalam kasus ini, yang harus diselamatkan adalah
janin dengan risiko kematian lebih kecil.
•
Pada saat evakuasi korban setelah bencana gempa, pria A ditemukan dalam
kondisi hidup namun kakinya tertimpa reruntuhan beton yang menyebabkan
susahnya proses evakuasi. Tim evakuasi dihadapkan dalam dua pilihan yaitu
membiarkan pria A tidak terevakuasi atau memotong bagian kaki yang tertimpa
beton. Menurut kaidah ini, yang harus dipilih adalah pilihan kedua. Jika
amputasi dilakukan, pria tersebut dapat segera dievakuasi dan mendapat
penanganan medis maka kemungkinan hidupnya lebih besar. Namun, jika ia
dibiarkan tidak dievakuasi, sangat sedikit kemungkinan hidupnya (
kemungkinan adanya gempa susulan dll ).
•
Firman Allah Ta’ala tentang larangan mencela tuhannya kaum kafir, karena itu
menyebabkan mereka mencela Allah Ta’ala [Al-An’am: 108]. Hal ini
disebabkan karena mafsadat dicelanya Allah secara zalim itu jauh lebih besar
daripada mafsadat tidak dicelanya tuhan-tuhan mereka yang batil itu
•
kisah seorang badui yang kencing di masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam,
kemudian ada sebagian sahabat beliau yang ingin menghentikannya. Maka
beliau mengatakan kepada para sahabatnya, “Biarkan dia, dan jangan kalian
memutus (kencing)-nya!” Kemudian beliau meminta seember air, lalu beliau
menyiram (tempat bekas kencing)-nya. [HR. Muslim 284]. Di sini beliau
lebih memilih mudarat yang lebih ringan. Jika orang badui itu dihardik dan
dihentikan, maka air kencingnya akan berhamburan di masjid beliau, tentu ini
mafsadat yang lebih besar. Oleh karena itu, beliau meninggalkan mafsadat
36 | Kaidah Fiqhiyyah
tersebut dengan cara membiarkan mafsadat yang lebih ringan, yaitu:kencing di
masjid beliau sampai selesai di satu tempat saja.
•
kisah perjanjian Hudaibiyah, di mana ada beberapa sisi ketidakadilan yang
tampak jelas dalam perjanjian itu. Akan tetapi hal itu tetap diterima dan dipilih
oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, karena mafsadat tidak menerima
perjanjian itu lebih besar, yaitu dengan terancamnya kaum muslimin yang
masih berada di mekah dari pembunuhan dan penyiksaan. [Shahih Bukhari:
2731].
7. Kaidah ketujuh:
.‫ يتحمل الضرر اخلاص لدرء ضرر عام‬.7
Mudarat yang khusus harus diemban demi menolak mudarat yang umum.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Seoarang dokter yang terbukti tidak kompeten, dilarang menangani pasien.
Melarang dokter untuk bekerja adalah mudarat khusus bagi si dokter, sedangkan
dibolehkannya dokter yang tidak kompeten untuk menangani pasien akan
menimbulkan mudarat bagi banyak orang, malpraktik misalnya.
•
Hakim yang gila, dicopot jabatannya atau dicabut izin kerjanya . Mudarat bagi si
hakim seorang terpaksa diberikan demi menolak mudarat yang umum yaitu bagi
para masyarakat yang mencari keadilan.
•
Mengrobohkan satu rumah yang berada di depan kobaran api saat terjadi
kebakaran di perumahan padat penduduk. Hal tersebut untuk mencegah api
menjalar ke seluruh kawasan perumahan.
37 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Melarang supermarket membuka salah satu gerainya di desa yang kebanyakan
daari mereka membuka toko kelontong. Jika supermarket tersebut diizinkan
mendirikan toko yang besar di desa tersebut, maka toko – toko kecil milik
warga akan menurun omsetnya kemudian gulung tikar. Melarang pendirian
supermarket tersebut adalah mudarat bagi pemiliknya, namun hal tersebut
dilakukan demi mencegah mudarat yang umum yaitu kemerosotan ekonomi
para penduduk desa.
•
Mengisolasi seseorang yang memiliki penyakit keras yang menular. Isolasi bagi
orang tersebut pasti menyusahkan baginya. Namun, demi mencegah mudarat
yang lebih umum yaitu tertularnya lebih banyak orang, hal tersebut harus
dilakukan.
8. Kaidah kedelapan:
.‫ درء املفاسد أوىل من جلب املصاحل‬.8
Menolak bala lebih utama dari mewujudkan maslahat.
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Dilarangnya khamar dalam islam. Khamar memilki manfaat dan mudarat.
Namun syariat mengedepankan dalam mencegah mudarat yang mungkin
didapat daripada mendatangkan manfaat yang mungkin diperolehh darinya.
•
Dilarangnya perjudian dalam islam. Judi memilki manfaat dan mudarat. Namun
syariat mengedepankan dalam mencegah mudarat yang mungkin didapat
daripada mendatangkan manfaat yang mungkin diperolehh darinya.
•
Seorang suami yang ditanya istrinya tentang rasa masakan yang sudah susah
payah ia buat, boleh berbohong jika ternyata rasanya tidak enak. Hal ini, demi
mencegah mafsadat berupa pertengkaran di antara mereka walaupun jujur
adalah maslahat
38 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Seseorang yang jika tidak mengatakan kalimat kekufuran ia akan dibunuh,
boleh mengucapkannya dengan tetap meneguhkan keimanan dan keislaman di
hatinya
•
Penumpang dilarang menggunakan HP di pesawat. Walaupun HP dapat
mendatangkan manfaat, namun penggunaannya dapat membahayakan pesawat
yang sedang mengudara. Mafsadat dari HP tersebut harus dicegah daripada
berusaha mendatangkan manfaat darinya.
9. Kaidah kesembilan:
Sesuatu yang telah berlaku sejak lama dibiarkan apa adanya.
.‫ القدمي يرتك على قدمه‬.9
Contoh Penerapan Kaidah :
•
Rumah A memiliki saluran air yang mengalir di atas rumah B. saluran air itu
sudah sejak lama ada. Maka, tidak boleh tetanggatnya yaitu penghuni rumah B
untuk melarang atau menghilangkan saluran air tersebut. Karena,
keberadaannya yang sudah lama menandakan tidak adanya mudarat yang
ditimbulkan. Maka, yang lama biarlah tetap dalam keadaannya.
•
Di depan rumah Fulan, di atas tanah miliknya terdapat jalan setapak yang sering
dan sejak lama dilewati warga. Menurut kaidah ini, Fulan tidak boleh menutup
akses jalan tersebut. Karena berlakunya jalan tersebut sejak lama menandakan
ada manfaaat syar’i darinya maka harus dibiarkan ada seperti sejak dulu.
•
Sebuah rumah memiliki pohon besar di depan pagarnya. Sejak lama, pohon
tersebut menjadi tempat bernaung para warga atau pedagang kecil dari terik
matahari. Merujuk pada kaidah ini, pohon tersebut tidak boleh ditebang karena
keberadaannya yang ada sejak lama dan bermanfaat.
39 | Kaidah Fiqhiyyah
•
Rumah A memiliki kanopi atau atap rumah yang sampai ke rumah B ( rumah
tetangga ) . tidak satu pun yang mengetahui asal usul atap yang melewati batas
tersebut. Dalam kasus ini, rumah B tidak boleh mengubah atau menghilangkan
kanopi atau atap tersebut. Karena adanya ia sejak lama menandakan keabsahan
peletakkannya.
•
Rumah A memiliki saluran air yang sampai ke rumah B ( rumah tetangga ) .
tidak satu pun yang mengetahui asal usul saluran air yang melewati batas
tersebut. Dalam kasus ini, rumah B tidak boleh mengubah atau menghilangkan
saluran tersebut. Karena adanya ia sejak lama menandakan atau bukti keabsahan
peletakannya.
10. Kaidah Kesepuluh:
Kemudaratan tidak boleh berlaku lama.
‫الضرر ال يكون قدميا‬.10
Contoh penerapan kaidah :
•
Di suatu kota, terdapat gang A yang sudah sejak lama menjadi Kawasan
lokalisasi pelacuran. Menurut kaidah ini, gang tersebut harus dihilangkan atau
dibubarkan aktivitasnya. Karena keberadaan gang tersebut adalah suatu
kemudaratan dan kemudaratan harus dihilangkan walau sesuatu yang sudah ada
sejak lama.
•
Di dekat rumah Budi, terdapat rel perlintasan kereta api yang tidak terpasang
palang pengaman. Kondisi berbahaya tersebut sudah ada sejak lama. Merujuk
pada kaidah ini, Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan begitu adanya. Siapapun
terutama pemerintah setempat harus segera memasang palang pengaman demi
mencegah mudarat yang terjadi saat kereta melintas.
•
Saluran air yang sudah ada sejak lama harus dihilangkan atau dirubah jika
keberadaanya menyusahkan orang lain ( bau, mendatangkan banyak nyamuk,
40 | Kaidah Fiqhiyyah
kotor dll ). Karena ssesuatu yang sudah ada sejak lama tidak dapat dibiarkan jika
halnya membawa kemudaratan.
•
Jembatan kayu yang sudah ada sejak lama harus dihilangkan atau dirubah jika
keberadaanya membahayakan orang lain ( lapuk, tanpa pengaman dll ). Karena
sesuatu yang membawa kemudaratan tidak boleh dibiarkan apa adanya.
•
Suatu kelompok preman yang terkenal ditakuti banyak kalangan dan sudah ada
sejak lama, harus dihilangkan ( dihukum, diasingkan dll ). Sesuai kaidah ini
mereka harus dihilangkan walaupun sudah ada sejak lama.
.
41 | Kaidah Fiqhiyyah
Download